#rimba terakhir
Explore tagged Tumblr posts
Text
#5 - Sekolah Musim Panas: Sekolah Lagi, Sekolah Terus (1/2)
Saya percaya belajar sejarah itu penting. Dalam konteks kerja akademik dan riset, misalnya, sejarah memiliki peran krusial untuk memahami proses pembentukan kondisi masa kini berdasarkan peristiwa di masa lalu. Waktu SMA, sejarah bukan mata pelajaran favorit saya karena penyampaian materi dari guru-guru sejarah saya membosankan. Memori paling membekas soal pelajaran sejarah adalah saat guru kami memberi tugas untuk menyalin narasi yang tertulis di lembar kerja siswa (LKS). Beliau kira, dengan menyalin narasi tersebut ke buku tulis, kami akan hafal dan mengerti sejarah. Format ujian sejarah kami kira-kira begini, membaca narasi sejarah di LKS dan buku paket, menghafalkannya, lalu menyalin hafalan ke dalam kolom jawaban. Saya sering dapat nilai pas-pasan karena jawaban saya tidak sama persis dengan buku. Yah, kalau urusan ingatan konten buku yang harus sama persis, saya bukan yang terbaik. Tapi kalau soal orang dan tempat, kemungkinan saya bisa mengingatnya dengan baik.
Pertengahan bulan Juli saya tidak sengaja mengklik story kawan saya, alumnus jurusan Ilmu Sejarah, yang membagikan informasi sekolah musim panas. Topik sekolah musim panas ini adalah sejarah lingkungan di Indonesia. Saya tertarik untuk mendaftar, namun saya ragu karena melihat keterangan kriteria peserta yang dicari, yaitu aktivis lingkungan, peneliti, sejarawan, dan pokoknya pegiat lingkungan. Latar belakang studi saya tidak ada sangkut pautnya secara langsung dengan sejarah lingkungan, bahkan saat kuliah dulu tidak ada materi sejarah. Akhirnya saya membulatkan niat. Toh, belum tentu diterima. Saya ngebut menulis motivation letter dalam sehari, dan merapikan CV di menit-menit terakhir. Sent. Pada tanggal pengumuman yang ditentukan, saya tidak mendapat surel. Rupanya surel itu datang terlambat. Saya diterima dan menjalani sekolah selama 31 Juli–7 Agustus, dengan 12 kelas, dua hari amatan dan kuliah lapangan, serta konferensi di hari terakhir yang dihadiri oleh lebih banyak akademisi (dosen dan peneliti dari berbagai institusi pendidikan).
Saya datang terlambat di hari pertama sekolah. Sebagian besar kursi sudah terisi, yang tersisa adalah kursi bagian depan. Pemateri sudah duduk di panggung. Masih terengah-engah setelah jalan cepat dari parkiran Lembah ke FIB, saya memutuskan duduk dulu di jejeran kursi paling belakang yang tidak ada mejanya. Seorang lelaki duduk di depan saya. Ia mengenakan topi rimba, kaos putih dibalut kemeja kotak-kotak yang tidak dikancingkan, celana jeans dan sepatu merk Just Do It. Ia menengok ke belakang. “Halo” katanya sambil mengulurkan tangan, “Jaka, dari Mongabay Indonesia.” Saya menyambut uluran tangannya dan ganti mengenalkan diri, “Wida” Dia menunggu lanjutan dari saya, “Dari UGM.” Ia bertanya lagi, “Dosenkah?” Saya menggelengkan kepala, “Bukan. Asisten peneliti di pusat studi di UGM.” Ia mengangguk. Entah dia dengar atau tidak. Kawan baik saya, Beby, datang dan mengajak saya duduk di baris depan. Saya duduk di baris kedua, sementara Beby dan temannya, Diery, duduk di baris pertama. Mereka bekerja di lembaga non-pemerintah dengan fokus bidang pelestarian pesisir, perikanan, dan pengembangan wilayah pesisir.
Sekolah ini mempertemukan saya dengan teman-teman baru dari berbagai bidang. Pada hari pertama saya duduk di sebelah Vivi, arsitek, pendiri yayasan museum, dan penulis buku. Saya berkenalan dengan Ayu dari Bali, seorang pegiat lingkungan yang bekerja di lembaga non-pemerintah di bidang polusi dan plastik. Saya bertemu Gilang, kakak kelas SMA saya yang bulan Januari lalu lulus dari S2 Antropologi, dan kini mengerjakan proyek penelitian bersama dosennya. Ada Kamila dari China (saya tidak sempat nanya asal daerahnya), pegiat isu perburuhan dan serikat buruh yang bekerja di Amerika Serikat. Saya menjadi teman baik dengan Hasha, mahasiswa Sastra Inggris dari Singapura. Ada juga Ronal dan Ayla, lulusan S2 Sejarah. Umar dari Madura, seorang sejarawan muda yang aktif mengelola cagar budaya. Umar (lagi) alumnus S3 Geografi dari London. Ryan dari Jember, satu-satunya peserta yang nanya rekomendasi tempat beli minuman beralkohol ke saya. Topan anak seni (ha ha) dari Surabaya, yang kini bekerja di salah satu pusat studi kampus. Ada pula peserta yang merupakan dosen, guru, aktivis, buruh akademik di institusi riset milik pemerintah, dan peserta yang tidak berafiliasi dengan lembaga apapun.
Saya melewati hari pertama dan kedua di kelas, mendengarkan pemaparan materi dari dosen-dosen. Pada hari kedua saya duduk di sebelah Hasha, dan kami bisa ngobrol lebih banyak. Saya mendengar keluhannya sebagai warga Singapura, soal hunian mahal yang membuatnya tidak bisa ngekos dan harus menempuh waktu empat jam bolak-balik dari apartemen ke kampusnya. Batin saya, “Kayanya negara kecil tapi mobilitas dari rumah ke kampus bisa selama itu, ya.” Di sana, hampir tiap rumah tangga mempekerjakan PRT untuk merawat anak-anak dan urusan domestik.
Hari ketiga dan keempat diisi dengan kuliah lapangan. Peserta sekolah dibawa ke Pantai Watu Kodok dan Pantai Siung di Gunungkidul, lalu Pesantren Al-Imdad dan Kebun Kali Code di hari selanjutnya.
Dua pantai yang kami kunjungi mewakili satu topik sejarah, yaitu resistensi warga terhadap privatisasi pantai dan penggunaan pranata mangsa dalam kehidupan sehari-hari. Pantai Watu Kodok mewakili narasi perjuangan warga menolak investasi swasta dan penguasaan pantai oleh pemerintah daerah. Narasumber bercerita mengenai upaya yang dilakukan, mulai dari konsolidasi, diskusi, jalur hukum, hingga penutupan jalan menuju pantai. Mereka juga mengadakan satu festival sebagai perayaan sekaligus simbol perlawanan terhadap pihak-pihak yang berusaha menguasai pantai tempat mereka mencari penghidupan. Saya tidak dapat melepaskan bias pribadi dalam melihat permasalahan di pantai ini. Meski tidak jadi dikuasai oleh pihak swasta, pantai ini tetap saja dikuasai oleh sebagian pihak. Hal itu, jika dilihat dari perspektif sejarah yang dibawa sekolah musim panas, adalah hal baik karena artinya warga punya kuasa atas hidupnya sendiri. Saya akan mencoba membahasnya sedikit lebih dalam di unggahan selanjutnya.
Jadwal selama sekolah musim panas kurang lebih seperti ini. Materi, coffee break, saya ambil snack dan merokok bersama peserta lain, materi, istirahat dan makan siang, materi, lalu pulang. Pada akhir kelas hari keempat saya pergi bersama Gilang ke toko es krim. Di sana kami ngobrol soal kabar personal dan kabar akademik. Kalau tidak salah hitung, saya dan Gilang tidak bertemu selama 7 tahun. Pasca lulus SMA, ia mengambil jurusan Antropologi di sebuah kampus swasta di Malang. Kemudian saat pandemi ia mengambil S2 Antropologi di Yogyakarta. Minat studinya adalah ekologi, lingkungan dan studi pembangunan, serta masyarakat adat. Tidak ada diantara kami yang menyangka akan dipertemukan lewat sekolah ini. Bahkan, kalau bukan saya yang menyapanya duluan di hari pertama, Gilang tidak akan ingat saya adalah adik kelasnya. Pada akhir hari keenam saya pergi ke kafe di Jalan Monjali bersama Beby, Diery, Rasya, dan mas Jaka.
Jadwal pada hari ketujuh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Peserta telah dibagi ke dalam lima kelompok. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil pembacaan dan refleksi mengenai topik yang dipilih, serta mengkontekstualisasikan topik itu dengan sejarah lingkungan di Indonesia. Kelompok saya membawa materi soal Ekososialisme. Saya pikir, kelompok saya tidak berhasil mengerjakan tugas ini. Kami gagal dalam hal komunikasi kelompok. Saya pribadi menyimpan dendam ha ha (saya bercanda, tapi setengah serius) soalnya merasa diskusi tidak bisa maksimal. Sejarawan muda dalam kelompok saya merasa asing dengan topik tersebut, namun tidak mengatakan itu di awal pembentukan kelompok. Sangat disayangkan, diskusinya kurang maksimal. Hal itu tidak mengurangi rasa syukur saya bisa bertemu dengan teman-teman baru yang keren.
Keikutsertaan saya dalam sekolah ini mengobati kerinduan saya pada suasana kuliah.
3 notes
·
View notes
Text
Aku selalu menganggap diriku yang paling benar dari semua ini. Aku merasa yang paling dirugikan -sependek pemahamanku-. Tapi memang rasanya menyakitkan sekali. Akau yang bermula tidak mengetahui apa-apa, harus terjun dalam rimba kalian yang rasanya tidak berujung untukku, setidaknya sampai saat ini.
Aku yang sebelumnya berbaik hati dan perasaan dengan temanku, berujung hening, canggung, dan menuai segala tak nyaman di setiap waktu.
Aku kerap bertanya dalam hati, kerap menanti apakah ada waktu tepat untukku, untuk kita memperbaiki semuanya. Layaknya anak remaja, sungguh problematik rasanya diri ini selama kurun waktu 6 bulan terakhir. Bahkan hingga hari ini, rasanya malu sekali untuk melihat pantulan wajahku yang penuh akan pertanyaan.
Sampai pada akhirnya, lisanku berucap,
"Ya Allah tolong kasih aku kesempatan untuk berbicara dengannya, meluruskan segalanya, aku ingin jalan yang Engkau ridhoi." Aku ingin Engkau ridho ya Allah..
Ya, benar dugaanmu, selama ini aku hanya terus bertanya, dalam diamku, dalam ramaiku, dalam senggang dan sibuknya pikiranku. Aku mengandalkan diriku sendiri tanpa melibatkan Tuhanku.
Aku ingin mengobrol berdua saja denganmu, dengan keadaan nyaman, keadaan di mana, aku kamu bisa mengutarakan segalanya hingga tidak ada lagi sesal dan kecewa. Namun aku terlupa aku hanya bergumul dengan pikiranku, mengandalkan kekuatanku, dan aku lupa untuk bertanya ke Allaah yang memiliki segalanya, yang memilki tiap detik waktu seluruh maklukNya.
Ya Allah, masih adakah kesempatan untuk kami?
26.12.23 - 20.45
0 notes
Text
Tersesat
Kapan terakhir kali kau kehilangan arah? lupa akan tujuanmu dan kemudian terjebak dalam rimba pikiranmu. Sayangnya kali ini adalah giliranku. aku sedang menerka-nerka kembali apa yang terakhir kali aku tulis dalam jurnalku, di halaman dan lembaran mana aku meletakkannya. Semakin aku coba untuk memgingat semakin aku sadar jika aku sedang ...
TERSESAT.
0 notes
Text
TURISIAN.com – Agro Tawon Rimba Raya merupakan salah satu objek wisata alam dan edukasi di Kabupaten Malang. Di sini Sobat Turisian bisa rekreasi menikmati keindahan alam sembari belajar mengenal ternak lebah dan pengolahan madu. Letaknya yang berada di lembah kecil yang cukup eksotis membuatnya memiliki sajian panorama alam yang cukup memesona. Ketika memasuki pintu gerbang, Sobat Turisian langsung menyusuri jalan berbatu yang menurun tajam menghadap ke lembah yang banyak tumbuh beraneka jenis tanaman. Bergerak makin ke tengah lembah yang mendatar, terdapat beberapa bangunan kecil dan kotak-kotak lebah yang terlindung di antara pepohonan. Sebagian kotak lebah lainnya terletak berderet di pinggir jalan setapak kawasan Agro Tawon Rimba Raya ini. Di bagian tengah tersebut, Sobat Turisian akan mendapatkan informasi dan penjelasan dari pemandu. Tentang pola hidup lebah, teknik ternak, proses pemanenan madu, dan lain-lain. Kalian pun dapat menikmati es madu, jus jambu-madu, serta membeli berbagai produk hasil dari ternak lebah. Hingga mencoba apitherapy atau pengobatan dengan sengat lebah. Tak hanya lebah, di Agro Tawon Rimba Raya yang memiliki luas area tiga hektare itu, terdapat pula berbagai jenis tanaman yang tumbuh rimbun dan tertata rapi. Sebagian besar termasuk tanaman yang bunganya mengandung banyak madu untuk pakan lebah. Seperti kapuk randu, kaliandra, kayu putih, dan berbagai jenis perdu. Di samping, ada juga puluhan pohon kurma yang termasuk tanaman “asing”, dan tanaman langka seperti jambu-jeruk dan jambu-nenas. Dua jenis terakhir ini merupakan buah yang unik, tampilannya benar-benar jambu tapi mempunyai rasa jeruk dan jambu yang berasa nenas. Baca juga: Coban Glotak, Hidden Gem Wisata Air Terjun Kabupaten Malang Tambah lagi dengan tujuh macam jenis lengkeng dataran rendah, sawo manila, jeruk, dan beberapa macam tanaman yang berasal dari luar negeri. Inilah yang juga menjadi salah satu daya tarik Agro Tawon Rimba Raya, Kabupaten Malang. Aneka Jenis Madu di Agro Tawon Untuk produk yang tersedia di sini, yang utama dan unggulan yakni madu, baik hasil dari lebah impor, lokal, maupun klanceng. Di agrowisata tersebut, selain ada madu dengan proses separator dalam kemasan botol, Sobat Turisian pun bisa membeli madu yang masih tersimpan dalam sarang (comb honey). Sobat Turisian di Agro Tawon Rimba Raya bisa mengenal aneka jenis madu hasil lebah impor (Apis mellifera). Masing-masing punya ciri khas berdasarkan jenis bunga tanaman tempat penggembalaan. Di antaranya ada madu kapuk randu, madu lengkeng, madu kaliandra, atau madu rambutan. Ada juga jenis ”madu campur” (mix-flower), baik hasil lebah impor, lokal, maupun klanceng. Kawasan agro peternakan lebah ini juga menghasilkan royal jelly (susu ratu), yaitu cairan atau susu yang dikeluarkan lebah pekerja. Jenis madu ini merupakan pakan bagi ratu lebah agar dapat terus bertelur banyak dan berumur panjang, sampai sekitar enam tahun. Royal jelly sendiri berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, perbaikan sel-sel yang rusak/mati, mencegah rambut rontok, lemah syaraf. Lalu menyembuhkan berbagai radang termasuk hepatitis, dan lain-lain. Jika royal jelly berpadu dengan madu, berbagai khasiatnya menjadi ganda. Produk madu Agro Tawon Rimba Raya lainnya, ada jenis bee pollen, yaitu serbuk sari bunga jantan yang lebah bawa dengan kantong kakinya ketika menghisap madu dari bebungaan. Madu tersebut berguna untuk meningkatkan fungsi hati dan pencernaan, gangguan lambung, diabetes, insomnia, dan beberapa jenis gangguan/penyakit lain. Buat Sobat Turisian yang minat membelinya, bisa pilih yang masih asli, tapi juga dapat memilih yang sudah masuk proses dan pembentukan semacam pil sebesar ujung jari kelingking. Sehingga mudah kalian bawa bepergian. Bee pollen yang berpadu dengan madu dalam komposisi tertentu, akan menjadi semacam selai yang siap kalian nikmati. Fasilitas Pendukung & Lokasi Agro Tawon Destinasi wisata yang satu ini juga sudah memiliki berbagai fasilitas dan wahana.
Di antaranya outbond, gazebo, playground, cafetaria, dan areal parkir yang luas. Sobat Turisian juga bisa membawa oleh-oleh hasil lebah, seperti Madu, Royal Jelly, Bee pollen dan Propolis. Baca juga: Jalan-jalan Melihat Keunikan Candi Jago di Kabupaten Malang Lokasi Agro Tawon Rimba Raya terletak di Puri Kencana, Jalan Dr. Wahidin No. 8 Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Untuk jam operasionalnya buka dari Senin sampai Minggu, mulai pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB*
0 notes
Text
WRITING PROJECT #22 TADIKA MESRA
Tema: Tersesat
Inilah hidup yang jalannya tak selalu mulus, sesekali, kesalahan dan kekeliruan membuat kita tersesat di antara pilihan dan keputusan yang terlanjur diambil. Melahirkan penyesalan, lalu belajar tumbuh menjadi sebuah perbaikan.
Mencoba mencari makna tapi kehilangan jiwa. Menemukan jiwa tapi kehilangan cinta. Kehilangan cinta lalu belajar hidup dalam lara dan ruang bernama 'terima'. Kemudian waktu menuntun berjalan dengan perlahan, hingga pada akhirnya menemukan sebuah tempat bernama 'rumah', rebah setelah lelah.
Tak apa, tersesatlah, sebelum akhirnya menetap.
Selamat mencari kompas tujuan! Jangan lupa upgrade maps mu!
~~~~~
Pada titik terendah, aku kehilangan arah. Lupa diri sampai kehilangan diri sendiri. Tersesat, tak menemukan jalan, tak ada petunjuk yang tepat. Tenang yang sebenar-benarnya belum ditemukan; letak dan rasanya.
Di manakah jawabannya?
Masih kugantungkan tanda tanya itu—kepadaNya. @asimetris
---
Kepada aku dan dirimu yang penuh tanda tanya dan dibuat tersesat oleh kembara waktu; takdirmu takkan tertukar dan takdirmu pasti kembali padamu. Doakan baik-baik tanpa lelah dan henti. Takdirmu pasti akan pulang padamu jika garis waktu sudah mencapai titik temu dan tuju yang satu. harus percaya ya, janji! @makkiahst
---
Tak mengapa jika harus tersesat dahulu, jika itu menuju redha-Mu. Tak jadi soal jika harus ambyar berantakan, asal dalam ketaatan.
Seremuk-leburnya kita di silam masa, sekelam-pekatnya lampau perisitiwa, ada kini untuk diperbaiki juga ada nanti yang teramat suci. @meremahrindu
----
Setelah perpisahan membuatku kehilangan arah, pertemuan denganmu menjadi suar dari ketersesatan itu. Menjadi penenang di antara kecamuk badai kala ombak kesepian menghantam perasaan. Terima kasih telah memberiku kembali tujuan, meskipun butuh waktu untuk keluar dari kesunyian. @ariqyraihan
---
Hai Tuan. Kamu lagi dimana?
Aku shareloc ya agar kamu tak tersesat menuju rumahku. @rajuami
---
Aku tersesat.
Aku terlalu fokus mengejarmu tanpa peduli jalan yang kulalui. Hingga saat aku lelah dan berpikir untuk kembali, aku tak tahu bagaimana jalan yang harus kulalui. Hingga saat aku payah dan ingin berhenti, tak ada ruang maupun orang yang kukenal di sini.
Maka kuputuskan untuk terus mengejarmu, walau agak sedikit tertinggal. Aku masih mengejarmu, hingga nanti mampu melangkah beriringan bersamamu.. atau menemukan orang lain yang mau menemaniku dalam tersesatku, hingga aku tak perlu lagi mengejarmu.. @kujagabulanbersinaruntukmu
---
Aku terlalu terpaku memastikan namaku ada dihatimu, aku terlalu terbius dengan sikapmu yang menyimpan begitu banyak candu. Tanpa sadar aku tersesat di ruang paling semu. Hampa nan pilu.
Lalu sekedar mengharap simpatimu, aku ragu. Jikapun berhasil kudapat, pasti itu sesaat. @hafidhulhaqq
---
Aku berlayar di samudera luas, dengan kompas yang kuyakini akan membawaku padamu. Terombang-ambing dengan bekal setia dan angan darimu. Sekian purnama terlewati, pertanda darimu tak jua kudapati.
Lupakah engkau pada janji yang kau sematkan padaku? Ataukah aku yang luput akan isyarat dan gelagatmu, hingga tak tahu arah kemana akan kuturunkan sauh. Aku hilang arah. Di samudera tak bertepi. Menggenggam sumpahmu. @manifestasi-rasa
---
Kelanamu semakin jauh, hingga yang dekat tersamarkan.
Mencari hingga ujung bumi padahal ada—tepat di hadapanmu.
Kamu tidak tersesat hanya belum menyadari. @langitawan
---
Rasanya semakin panjang aku menulis kalimat ini, semakin aku tersesat dalam mencarimu. Di rimbunnya kata kau tak lelahnya ku cari, di biasnya makna kau tak hentinya berlalu.
Katamu, aku akan menemukanmu dalam setiap puisi yang aku baca dengan segenap rasa rindu.
Katamu, pada akhirnya kita akan bertemu disini, di akhir bait puisi sendu yang kubaca dengan tersedu.
Namun kata-kata tak ubahnya pepohonan,
dan puisi adalah rimba belantara.
Sedang kau adalah frasa yang hilang dalam setiap puisi cinta. @rfabs
---
Rasa-rasanya; aku ingin tersesat saja di pekarangan mimpimu, dalam alam pikirmu.
Agar bisa kulihat dengan jelas, bagaimana caramu memapah asa ketika beberapa mimpi berakhir menyesakkan(?)
Jadi, kau tak perlu lagi mengkhawatirkan aku dalam mencari cara untuk dapat memusnahkan semua gelagat risauku, tersebab dalam pikiranmu pun-aku bisa menemukan apa apa yang aku rasa perlu. @sfwhkml9
---
Jika kau benar mau tersesat dalam mimpiku, ku harap cahaya malaikat tak membangunkanku disepertiga malam terakhir.
Kau tau kenapa?
Karena salah satu doa dalam sujudku adalah ketersesatanmu itu. @fadlybachtiar
---
Aku lebih memilih diam tanpa tanya, karena tersesat di kamu begitu menyenangkan. @zulzone
---
Mau ngingetin "Jangan sedih ya, kamu nggak tersesat sendirian kok!."
—Dari Kami anak-anak Tadika Mesra yang masih berproses upgrade maps dan menunggu shareloc darimu!
Pojok Kelas Tadika Mesra, 5 September 2020.
147 notes
·
View notes
Text
[ Terjemahan ] Westmoon: Three Dreams Quarter
💐 Terima kasih @arabella-77 @kinanti-mutiara @citrakirana yang sudah bersedia jadi first reader 💐
🙏 Please direblog saja, ya 🙏
Bagian 1 - 1
🎐🎐🎐
Bunyi dentang dari kejauhan membangunkan rakyat Kerajaan Westmoon ... menyambut matahari fajar yang muncul di cakrawala.
Sayup-sayup dentangan bergema dalam udara, dan bersamaan dengan itu, aku melangkah hingga ujung Pilar Occulsoul.
Jubahku berkibar tertiup angin, aku menunduk dan melihat ujung kakiku menyentuh batas ketinggian teras.
Di bawah Pilar Occulsoul, kerumunan orang berdesak-desakan di lapangan. Mereka berlutut penuh bakti dan penghormatan.
Menara-menara tinggi Serenos, susunan teratur sembilan jalan, dan 81 gang di Heaven Avenue, pasar-pasar, permukiman ... semua berupa titik-titik cahaya bak bintang di kota. Mereka bersinar keemasan nan agung di tengah terbitnya sang surya.
Orang-orang terjebak di kota ini.
Hanya burung-burung hitam di langit yang bisa terbang mengepakkan sayap, pergi ke tempat nun jauh di sana ... tak perlu memalingkan kepala lagi.
Kini, di belakangku, terdapat pusaran dashyat. Hanya ada satu jalan keluar: terjun dari tingginya teras ini.
Kekuatan itu menarikku mendekat, tampak ingin menelanku bulat-bulat, lalu mengoyakkanku dan menjadikanku miliknya.
Inilah harinya ... hanya satu pilihan bagiku: melompat.
Jika aku berdiam diri di sini, pusaran itu akan melahapku. Dia ... mereka menginginkanku. Mereka menginginkan batu di dalam ragaku.
Orang-orang merencanakan sesuatu, memaksaku berada dalam momen ini, momen di mana aku harus memutuskan.
Aku tak berhenti dalam jalan takdir yang sudah diputuskan. Selangkah demi selangkah, aku menjauhi pusaran di belakangku.
Mereka pikir aku akan takut. Mereka pikir, kekuatanku akan bisa mereka kuasai. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, aku telah memahami misiku.
Seseorang mengatakan, burung hanya sungguh-sungguh belajar terbang dengan terjatuh.
Jika ini takdirku untuk berdiri di tempat tinggi ini, maka ....
Dentang terakhir terdengar. Aku melangkah maju, lalu jatuh dalam kedalaman tiada bertepi ....
🎐
Ketika kau terjatuh, rasanya laksana rembulan yang terbenam di hutan rimba.
Sinar berpendar dan memancar.
Bulu luruh menjelma debu.
🎐
Itu adalah pilihanmu,
dan juga takdirku.
Kalau kita dapat bertemu kembali,
Kuharap dapat meraih tanganmu
-- lalu kembali ke sisimu lagi
🍃
🍂
🍃
🎋
(pria misterius): "MC! Ini waktunya bangun."
Aku membuka mata. Kepalaku pusing, rasanya dunia berputar-putar di sekelilingku. Gema kecapi juga terngiang-ngiang di telingaku.
MC: "Aww!"
Aku menggerakkan kepala lalu melihat tempat tidur berantakan di sebelahku. Tanganku masih mencengkeram selimut. Rasanya, aku baru saja terguling jatuh dari tempat tidur.
Cahaya dari pembatas ruangan kayu eboni terasa menyilaukan. Cahaya lilin bergoyang-goyang di dalam ruangan. Sesaat, aku merasa masih berada dalam mimpi tak berkesudahan itu.
MC: "Apakah aku sedang terbangun saat ini? Ah!"
Saat aku mencoba bangkit, seluruh tubuhku mati rasa, aku pun terjatuh ke lantai lagi. Dahiku menumbuk ujung tempat tidur, menimbulkan suara 'klang!" lantang.
Setelah rasa sakit itu menghilang, aku merasa sangat girang.
MC: "Ini sungguhan! Mimpi itu akhirnya berakhir! Aku kembali!"
Rasa sakit sepele ini sungguh tak berarti dibanding siksaan yang kulalui selama mimpi-tiga-tahun itu.
Tiga tahun itu ... walau tahu aku ada dalam mimpi, aku tak mampu menggeser keluar diriku dari sana.
MC: "Sekarang, karena aku bangun ... aku bisa--"
💥
BANG!!!
💥
Pintu menjeblak terbuka. Sebuah guci arak melesat masuk, terpecah berkeping-keping, lalu menyebarkan aroma alkohol ke mana-mana.
MC: "Siapa itu?"
🧟♂: "Berikan aku arak! Minta arak!"
Seorang pria besar dan kekar melangkah masuk. Tangan kirinya memegang guci arak. Dia menenggak arak sambil memasuki ruangan.
Aku menegakkan badan dengan berpegangan pada dinding. Kucoba bicara walau tenggorokanku sakit sekali.
MC: "Pemabuk dari mana lagi ini?"
Sebelum aku selesai bertanya, tiba-tiba kurasakan ada yang tidak beres dari pria yang sedang mabuk ini.
Dari luar, dia terlihat seperti orang biasa, tapi, matanya tertutupi oleh kekelaman mematikan, pandangannya juga terlihat begitu kosong.
Tangan berototnya menggembung dengan pembuluh darah saling silang. Ditambah lagi, dia sepertinya tidak sadarkan diri. Yang artinya--
MC: "Okulvil?!"
Di Westmoon, selalu ada okulter -- orang yang terlahir dengan kekuatan asing. Dikatakan, mereka akan kerasukan dan menjadi okulvil jika hati mereka bercabang.
Ketika okulvil kehilangan kendali, mereka kehilangan kesadaran selama beberapa waktu. Mereka akan mengamuk membabi buta.
Denting kecapi lain kini terdengar dari luar, mengguncang seisi ruangan.
Selama berjuang tetap berdiri, aku melihat bantal yang jatuh dari tempat tidur dan akhirnya menyadari mengapa aku tadi tidur di atas lantai.
Sayangnya, kejadian genting ini tak membiarkanku banyak berpikir. Okulvil mabuk itu kini menyadari keberadaanku dan mulai meluncur mendekatiku.
🧟♂: "Kekuatan! Aku mencium kekuatan! Berikan kepadaku!"
Guci arak Okulvil Mabuk terselimuti kekuatan iblis, berusaha mendekat dan melukaiku. Aku menghindar lalu meringkuk di balik meja.
Pecahan beling berjatuhan di depan mataku. Aku bisa mendengar geramannya. Tak mungkin aku bisa bertahan lebih lama lagi.
MC: "Dari mana, sih, okulvil ini berasal?"
Seraya menghindar, aku berusaha membangkitkan kekuatan okultis dalam diriku.
MC: "!!"
Kekuatan Batu Okultasi itu ... tidak genap!
Jadi, walaupun aku mampu memanggil kekuatan okultisku, aku jadi seperti tidak pernah menerima latihan okultis kerajaan, tidak juga mengetahui cara menaklukkan setan ini.
Ketika pikiranku mulai berpacu panik, jendela di depan mendadak terbuka tanpa suara. Cahaya lilin dalam ruangan mati seketika itu juga.
Okulvil Mabuk itu sempat bergeming, lalu secepat kilat berteriak dan menggapai-gapai dalam kegelapan, terlihat segar bugar.
Kulihat sehelai daun bambu melayang di dekatku. Rasanya, aku kembali berada dalam mimpiku.
MC: "Apa yang .... "
Pria Misterius: "Apa kau takut?"
MC: "Kau siapa?"
Suara ini sungguh familier. Saat kudengar, ia mengaduk-aduk serpihan kejadian dari dalam mimpiku.
Pria Misterius: "Kau tak perlu tahu itu sekarang."
Sulit menjabarkan dari mana suara itu datang. Ia membuat Okulvil Mabuk di dalam ruangan gelisah dan meraung.
Mendadak, aku mengerti asal kegelisahan itu.
Tak salah lagi, aura kekuatan okultis kuat dari dunia lain melesak melewati jendela.
Kekuatan itu tidak terlihat dari seorang Okulvil, tak pula berasal dari Okulter umum. Aku tak pernah merasakan jenis kekuatan ini di tempat lain, kecuali ....
Di dalam mimpi itu ... mimpi tiga tahun.
Aku tak dapat memperkirakan apakah orang ini kawan atau lawan. Dalam situasi ini, aku hanya dapat memercayai intuisiku yang mengatakan agar aku memanggilnya keluar.
MC: "Tolong! Tolong aku!"
Pria Misterius: "Oh? Memangnya kenapa aku harus menolongmu?"
Ada tawa yang samar dalam nada suaranya, seakan dia tak peduli dengan bahaya di hadapannya.
Sementara itu, kekuatan Okulvil Mabuk semakin tak tertanggung lagi, dia terburu-buru maju ke tempatku. Yang bisa kulakukan hanya mengertakkan gigi.
MC: "Aku penyihir Westmoon. Namun, saat ini ... ahem, aku tertidur terlalu lama dan tak ada kekuatan lagi. Kalau kau menolongku, aku janji, nanti aku akan sepenuh hati membalas budimu."
Pria Misterius: "Tertidur terlalu lama?"
Suara pria itu mendadak terasa sangat dekat. Refleks, aku berbalik untuk melihatnya. Sayang, aku tak menemukan sosoknya.
Pria Misterius: "Sebenarnya, kau boleh tidur lebih lama."
Kata-katanya membuat jantungku melonjak. Aku tak paham sepatah kata pun, kuputuskan bertanya lebih lanjut--
Tuk! Tuk!
Di atas, seseorang mengetuk meja. Aku mendongak lalu terkesiap takut--
Wajah mengerikan itu terlihat di belakangku, meledakkan arak padaku seraya meraung.
🧟♂: "Berikan-- aku-- arak!!!"
.
MC: "Toloooong!!! 😱"
Aku menutup mata dan meringkuk mundur sementara aura iblis di tangan Okulvil Mabuk berusaha menusukku..
Di detik-detik penghabisan, kain muslin halus menutup mataku. Semua di sekelilingku menjadi gelap.
MC: "Apakah aku mencium bau ... tanaman?"
Pria Misterius: "Ingatlah yang kau katakan. Kau berutang budi kepadaku."
Kekuatan okultis dunia lain itu memenuhi seluruh ruangan. Aku terperangkap oleh satu kuasa hingga tak mampu menggerakkan seruas jari pun.
Keributan di kamar mendadak sirna tergantikan keheningan misterius.
Kekuatan pria itu mendadak menurun. Melalui kain di mataku, kupikir, kulihat dia berbalik mendatangiku.
MC: "Kau .... "
Pria Misterius: "Ini belum berakhir."
Sebelum aku dapat berpikir jernih, suara kecapi menulikan telinga datang dari luar ruangan--
Ruangan ini bergetar, aku kehilangan keseimbangan dan harus berpegangan pada tangan si pria agar tidak jatuh.
Ketika aku menggerakkan kepala, kain di mataku merosot. Ketika aku hampir menangkap sosok pria ini, dia lebih dulu menutup mataku dengan telapak tangannya.
Pria Misterius: "Ssst!"
MC: "Siapa kau sebenarnya? Ada apa dengan semua jubah dan belati itu?"
Dia menulikan telinga atas pertanyaanku, dia hanya berkata lirih:
Pria Misterius: "Lain kali giliranmu."
MC: "Apa maksudmu?"
Pria Misterius: "Sebenarnya, ini tidak sulit. Aku bisa mengajarimu."
Dia tergelak. Kurasakan dia mengelilingiku. Kurasakan ada keributan yang teredam dalam ruangan, dan kurasakan bahaya masih menekanku.
Orang di belakangku melepaskan tangannya. Cahaya datang ke pandanganku lagi saat aku sedang mencoba menahan tangisan ....
Beberapa lusin Okulvil Mabuk berkerumun di luar pintu seperti lautan iblis jahat, maju ke arahku di antara suara kecapi memekakkan telinga ....
▶️ Masuk stage pertarungan ⚔️
Catatan:
Karena ini jenis cerita xuanhuan alias cerita fantasi dengan kultur Tiongkok, sebenarnya paling pas menggunakan nama dan istilah Mandarin. Sayangnya, Elex memilih meng-inggris-kan nama dan istilah. Di antara dilema apakah akan mengikuti pakem aslinya atau mengikuti pedoman MLQC global, saya akhirnya memilih mengikuti pedoman MLQC global.
Beberapa istilah baru seperti okulter dan okulvil saya gunakan agar ceritanya lebih mudah dipahami.
Kurang lebih, tolong dimaafkan 🙏
11 notes
·
View notes
Text
Untuk Kamu yang Sedang Berjuang
"Kalau hidup sekadar hidup" kata Buya Hamka, "kera di rimba juga hidup. Kalau kerja hanya sekadar kerja, kerbau di sawah juga kerja"
Maka, jika kita menarik hikmah, hidup seperti apa yang membedakan kita dengan kera? Dan kerja seperti apa yang membedakan kita dengan kerbau?
Berkata juga Syaikh Nashiruddin Al Albani "untungnya kita hidup di atas jalan ini (islam) tidak diperintahkan untuk sampai ke ujungnya. Hanya mati di atasnya"
Maka, kalau kita berusaha merenungi, apa maksud hanya mati di atasnya? Apakah mati dengan kekonyolan atau dengan kehormatan
Lalu, kata Sutan Syahrir "Hidup yang tidak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan".
Maka, coba kita cek kembali, sudah seperti apa kita mempertaruhkan hidup untuk benar-benar kita menangkan?
Juga, telah tertulis dalam Al Quran, "janganlah kau merasa hina dan jangan merasa sedih. Kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu beriman"
Maka, untuk kau yang sedang berjuang. Maknai hidup bukan hanya sekadar hidup, maknai kerja bukan hanya sekadar kerja. Kemudian, teruslah istiqomah, teruslah konsisten hingga kematian itu datang menghampiri, dan teruslah memperjuangkan apa yang seharusnya kita perjuangkan, hingga menang, hingga berjaya, terakhir jangan sekali-sekali merasa hina dan sedih, sesungguhnya Allah selalu bersama kita.
431 notes
·
View notes
Text
Puncak Manajemen Perkumpulan, komunitas, berjama'ah. Bersosialisasi adalah sebuah keniscayaan, sebuah kepastian, sebuah keharusan. Bahkan dia menjadi kebutuhan. Orang tak mungkin bisa hidup tanpa orang lain. Semua saling membutuhkan. Satu dengan yang lain. Perkumpulan banyak macam dan ragamnya. Disekitar kita, bahkan yang kita ikuti saat ini. Ada perkumpulan motor, pecinta ikan, persatuan catur, komunitas penulis dan seterusnya. Nah setiap perkumpulan itu tentu ada aturan yang mengikat didalamnya kan? Aturan itu agar terjadi keteraturan, kerapian. Tertib. Sebab jika tidak ada aturan sama dengan hukum rimba. Setiap orang melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Sehingga yang terjadi kekacauan, kerusakan. Manusia dengan pemikiran, keinginan dan kompleksitasnya butuh akan aturan yang menyeluruh, agar tidak terjadi kesalahan, overlaping dan gesekan. Kurang lebihnya butuh diatur dan dimenej. Lebih jauh lagi manajemen -walaupun saya bukan ahli manajemen apalagi intinya inti hehe- tapi sependek yang saya tahu, manajemen itu meliputi perencanaan, organisasi, aksi dan pengawasan. Kalau dalam bahasa inggrisnya biasa disingkat POAC (Planning, Organizing, Actuating and Controlling). Perencanaan ini sangat penting. Ada pepatah mengatakan, "gagal membuat rencana adalah merencanakan kegagalan", Kurang lebih begitu. Perencanaan yang matang ujungnya adalah kesuksesan. Kemudian organizing. Organisasi. Perencanaan itu harus diorganisir melalui semua potensi. SDM, sarana, budget, program dan seterusnya. Kemudian aksi. Tapi aksi sama dengan menghayal. Hanya ada dalam fikiran dan wacana. Lalu terakhir control, pengawasan. Evaluasi terus menerus. Namun usaha mengatur itu tidak selalu berjalan sesuai harapan. Terkadang semua ilmu, tenaga, fikiran dan aksi lalu evaluasi maksimal sudah dikerahkan tapi tak membuahkan hasil maksimal. Tak perlu frustasi, stres, menyalahkan keadaan. Apalagi mencari kambing hitam -kambing hitam sudah dipotong kemarin, idul adhah, Hehe-. Cukup sabar. Puncak dari manajemen adalah kesabaran. Seorang ustadz pernah berkata, yang mana perkataannya itu dikutip dari sebuah buku, bahwa ketika semua potensi, usaha, sudah dikerahkan tapi belum maksimal hasilnya maka sabar adalah puncaknya. Sabar menurut ulama secara bahasa berarti al habsu yaitu menahan diri. Sedangkan secara syar’i, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara : (1) ketaatan kepada Allah, (2) hal-hal yang diharamkan, (3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah). Inilah tiga bentuk sabar yang biasa yang dipaparkan oleh para ulama. Semoga kita senantiasa sabar dalam setiap keadaan, #30dwcjilid31 #squad2 #day5
1 note
·
View note
Text
9 Hero Tank Tersakit Season 21 Mobile Legends
Pada intinya, Tank datang dalam pertarungan Mobile Legends membuat perlindungan rekanan satu team dari gempuran lawan. Peranan berulang-ulang Moonton mengelitik ketertarikannya, sehingga ia memilih untuk menambah sedikit kemampuan ofensif untuk memberinya pengalaman yang lebih bermacam ke beberapa gamer.
Beberapa Tank tak lagi memercayakan ketahanan yang besar membuat perlindungan rekanan satu team. Mereka sudah diberi cukup kerusakan untuk mengusik musuh. Gempurannya berbeda; beberapa lakukan burst damage, sementara lainnya dibenci karena DPSnya yang terlalu berlebih.
Rupanya kemampuan gempuran yang diberi pada tujuh Tank berikut ini dapat menolong mereka jadi Hero dengan damage terbesar! Apa Anda ketahui siapa Hero Tank itu? Silakan baca artikel di bawah saat ini juga.
1 Johnson
Johnson sudah menjadi satu diantara pahlawan terpopuler semenjak performa pertama kalinya karena mobilisasinya yang mengagumkan. Hero ini dapat berkeliling-keliling untuk buka map karena Ultimate-nya. Tidak itu saja, gempuran terakhir Johnson memberinya damage yang cukup buat merusak Tank.
Jumlah maksimal magis damage yang bisa dikasih ke lawan ialah 600 point (+160 % Keseluruhan Magis Power). Sesudah tumbukan, bumi akan dialiri listrik pada tempat tertentu, membuat dampak lambat. Saat Tank ini memakai talenta Deadly Pinchers, yang membuat musuh jadi stun, kombo Johnson akan makin mematikan.
2. Baxia
Salah satunya hero yang bergabung dalam Oriental Fighter ini mempunyai DPS yang sama dengan Johnson. Puissance Kura-kura, talenta intinya, akan hasilkan lava di lajurnya. Tiap 0,5 detik, memberinya 50/60/70 kerusakan. Sepanjang 14 detik, lawan di jalur ini akan di-slow.
Bukti jika Baxia mempunyai stun dari talenta Baxia-Shield Unity ialah kombo yang menyebalkan. Bila lawan terserang di tengah-tengah babak terakhir, waktu musuh di lajur lava akan diperpanjang secara automatis. Belum juga Cursed Helmet harus Baxia, yang dapat mempertingkat magis damage.
3. Hilda
Hilda, seperti Gatotkaca, sudah alami rework ability passive dan Ultimate. Saat Hilda ada di rimba, perisai yang menyertainya saat ini dipertingkat jadi 20%. Disamping itu, faktor yang sangat menarik dari Hero yang ini ialah Ultimate-nya. Bila Hilda sukses membunuh lawan dengan talenta ini, ia akan memperoleh stack sebagai tambahan dari kenaikan damage.
Tiap layer yang dapat ditumpuk sampai 8x akan menambahkan 60 point Physical Damage. Maknanya, Hilda telah mempunyai 480 point gempuran dan 50% peluang Penetratif Fisik dari kemampuan pasifnya saja.
Dalam soal pertahanan dan serangan, tank seperti Hilda saat ini mempunyai paket komplet. Hilda telah mempunyai kekuatan untuk pergantian dan mempunyai semakin banyak perisai, tapi ia mempunyai banyak kerusakan tanpa perlengkapan selanjutnya.
4. Gatotkaca
Gatotkaca mulai digunakan baik pada seting rangking atau persaingan sesudah dibuat ulangi. Kekuatannya sudah bisa dibuktikan menjadi satu diantara tank paling beresiko di Land of Dawn. Hero yang di inspirasi dari narasi boneka sekarang mempunyai pasif yang cuman dapat memberinya damage dari basic strike, selainnya Ultimate.
Tulang Baja Pasif sudah diganti seutuhnya, sama seperti yang Anda saksikan. Ghatotkacha saat ini tidak mempunyai Mana dan sudah diganti jadi energi. Makin banyak Anda terserang, makin banyak Rage yang Anda mengumpulkan, dan Ghatotkacha akan keluarkan Magis Damage dari Rage yang Anda dapatkan.
5. Grock
Pemakai Grock tentu tidak asing dengan begitu gampangnya lakukan kill steal dengan Hero ini. Pemakai Grock yang cuman memercayakan kemampuan pertama sering mengusik lawan. Seterusnya, ada tubrukan sebagai akibatnya karena talenta Ultimate. Satu kombo Grock bisa lewat cara berarti kurangi atau hilangkan supply darah lawan.
Grock akan meluncur ke yang ditetapkan sesudah memakai ultimate, mengakibatkan dampak knock up. Tidak itu saja, damage yang dibuat juga besar. Grock akan lakukan optimal 500 Physical Damage (+50% Keseluruhan Physical Attack) bila cuman berkenaan lawan. Damage tambahan sampai 1000 point akan diberi bila musuh yang terserang dekat sama dinding atau turret.
Grock ialah Pahlawan yang bagus untuk mengawali gempuran. Argumennya karena Hero ini akan tahan pada dampak crowd kontrol yang lain sepanjang ada tembok di dekatnya. Belum juga penyekat yang dijajakannya, yang cukup bermanfaat untuk ganking.
Ke-7 hero yang disebut sebelumnya memberinya damage terbesar dari semua Hero Tank di Mobile Legends. Saat Moonton mengubah mereka mendekati Musim 17, beberapa salah satunya jadi lebih mematikan. Tidaklah heran jika mereka bisa dihandalkan dalam laga berperingkat serta keadaan bersaing.
Kekuatan mereka untuk meredam gempuran ditolong oleh kemampuan gempuran mereka yang relatif kuat. Walau mereka tidak bisa membunuh sekencang Assassin atau Marksman, gempuran mereka bisa menolong sekutu dalam membabat musuh.
6. Balmond
Balmond, seperti Hilda, sudah ada kembali di mata khalayak sesudah diatur ulangi oleh Moonton. Hero ini juga ikut peran dalam kemenangan MPL Invitational RRQ Hoshi. R7 Tatsumaki ialah pemain pertama kali yang menolong Balmond capai pucuk persaingan.
Pahlawan yang memakai kapak Balmond sudah mempertingkat kerusakan dari talenta Cyclone Sweep, jadi tidaklah heran jika ia sekarang ini bisa dihandalkan dalam pertarungan. Sekarang ini, kerusakan tiap perputaran bertambah 25%, dengan maksimal 100%.
Balmond sekarang dapat digunakan sebagai offlaner, selainnya harrashing. Tank ini dapat menjadi core sebagai fighter murni bila ingin coba suatu hal yang baru.
7. Hylos
Lepas dari realita jika Tank habiskan terbanyak Mana, Hylos memberinya banyak kerusakan untuk ukuran Hero Tank. Talenta ke-2 , Ring of Punishment, ialah pembangkit tenaga listrik yang tersering dipakai. Saat sekitaran Hylos dikasih energi, mereka jadi zone kerusakan 270 (+20 % Keseluruhan Magis Power).
Kecepatan gempuran lawan di tempat itu akan menyusut 5% saat gempuran Hylos bertambah sebagai akibatnya karena talenta. Kedatangan Hylos sering jadi momok yang mengerikan untuk lawan-lawan khusus seperti Assassin atau Marksman yang mempunyai darah tipis. Telah stun, kecepatan gempuran menyusut, dan DPS bertambah dari kemampuan dua.
8. Khufra
Khufra, sosok tank yang tangguh dan kuat dengan pertahanan yang sangat baik, tentu saja merupakan hero tank terkuat di tahun 2021. Khufra mampu melawan beberapa hero yang gesit dengan memberikan kemampuan atau ability crowd control yang kuat, ditambah dengan kemampuan crowd control yang mungkin merugikan. tim musuh. Seorang hero bisa tiba-tiba melakukan serangan dengan skill pertamanya, menyerang dan melompat ke arah lawannya, sehingga kemampuan untuk menyergap musuh sangat ideal.
Setelah serangan banteng ke lawan, Khufra dapat menghalangi pergerakan pahlawan yang gesit seperti Ling, Benedetta, Wanwan, Claude. Khufra dapat memanfaatkan kemampuan ultimatenya untuk membuat pasukan lawan melakukan knockback dan stun. Sangat mungkin untuk mempercayai Khufra dalam situasi apa pun, karena ia memiliki bakat cc yang baik, daya tahan yang kuat, dan ponsel yang tebal.
9. Franco
Hero ini terkenal dengan kemampuannya untuk melawan beberapa hero, Franco merupakan hero tank terhebat kedua di tahun 2021. Hero ini memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mengarahkan mob atau untuk fokus pada tujuan tertentu. Bakat penting dari Iron Hook adalah penculikan lawan dengan hook, yang dapat ditarik musuh setelah hook ke Franco terkena. Tidak ada masalah durabilitas karena hero ini sangat kental saat menggunakan konstruksi tank, dan Franco juga bisa merevitalisasi kehidupan jika tidak terluka.
Seperti yang saya katakan, karena Franco memiliki crowd control yang tidak menyenangkan, dia meniadakan serangan lawan dengan menggunakan skill dengan cara menculik. Kemampuan pamungkas Franco juga dapat digunakan sebagai manajemen kerumunan, dan musuh yang terkena dampak akan memiliki efek tertekan selama beberapa detik. Hero ini sangat berguna untuk group, karena skill scooping yang dimilikinya, wajar saja jika banyak orang yang menggunakan Franco sebagai tank.
Sumber: ngobrol game
1 note
·
View note
Text
Cerpen | KANG MACAN BIKIN KENDURI
Ilustrasi : Pixabay
Kang Macan, seumur hidupnya memang dikenal ganas, tampangnya saja sudah angker. Lihat kumisnya coba, nggak ada manis-manisnya. Kulitnya saja sudah loreng, menambah angker penampakannya. Mana ada berani yang dekat-dekat? Cuma nguap karena habis begadang semalaman atau saat dia cuma nyengir, semua kabur lihat gigi yang taring semua itu. Lagi mengasah cakar di pohon saja sudah bikin ngilu sekitarnya.
Lha wong bawaan auranya kepengin makan binatang-binatang lainnya seisi Alasrejo. Loh? Memang sudah kodratnya. Sudah takdirnya makan binatang lain, meski rakyat Alasrejo bilang dia dan sejenisnya tidak berkeperihewanan, mau diapain lagi? Masak iya disuruh makan dedaunan macem Mas Kambing dan pemakan tumbuhan yang lain? Masak dia dibilang tidak berperikehewanan?
Sebenarnya, beberapa saat terkadang, ia merenungi nasibnya sendiri. Karena kaum sesamanya sudah tinggal sedikit, ia jadi merasa sepi. Lagipula kawan-kawannya itu sombong, sok eksklusif. Derajatnya merasa lebih tinggi di Alasrejo. Bergaulnya sama sesamanya saja.
Lha, kan Kang Macan juga kepingin, sekedar ngobrol-ngobrol biasa sama Mbak Kelinci, atau Mas Banteng, dan yang lain-lainnya juga. Tapi gimana mau ngobrol? Lha wong radius dua ratus meter dekat dengan binatang lain saja sudah ngira mau nggarong. Gimana nggak setres tuh Kang Macan?
Akhir-akhir ini Kang Macan jadi nggak nafsu makan. Belagak puasa. Jadi sering galau. Sering baperan. Uring-uringan. Baru disenggol Pakde Nyamuk aja guling-gulingan, meraung-raung mewek. Untung nggak ada sosial media di Alasrejo. Kalau nggak, bisa penuh postingan galaunya bikin spam di timeline. Kang macan mengutuki nasibnya, berfikir dan merenung. Sudah seminggu. Dia cuma buka puasa pakai jangkrik. Mana kenyang? Cuma bikin nyempil jadi karang di giginya. kasihan Kang Macan. Benar-benar menyedihkan. Kadang yang lihat jadi punya rasa nggak tega, tapi ya masih takut-takut kalau mendekat.
Sampai suatu malam yang tenang, ia berjalan dengan tenang seperti biasa, menembus pekat, menyusuri ilalang tinggi yang membenamkan hampir seluruh tubuhnya, memperlihatkan mata kuning yang bila terkena cahaya rembulan jadi mengkilat, ia terus berjalan, menyusuri rerumputan, lalu tiba di samping curug Sumber.
Pikiranya berkecamuk semakin menjadi. Dia tak bisa tidur, badannya kurus benar, tenaganya semakin hari-semakin lemah. Ia rebah pada batu besar di dekat sungai bawah curug itu, mendengar deras air yang menggerasak di telinganya, merajam-rajam hatinya.
Kang Macan mendongak, matanya menerawang pada angkasa luas, melihat kerlip bintang-bintang yang tersebar dalam kegelapan itu. Dalam hati sungguh terasa sepi semakin menjadi, terlebih ketika belakangan ia juga dijauhi betina karena melihat fisiknya tidak segarang dulu , tidak sekeras dulu. Tatapannya juga jadi sayu. Ia Mengaum lemah beberapa kali. Lalu menunduk
"O, Gusti Pengeran.. untuk apa Engkau menciptakan hamba?" Batinnya.
Deras air dan derit jangkrik di sekitar sudah tak lagi terdengar. Kepalanya tersungkur jatuh perlahan. Merasai dinginnya batu, dan percikan air sesekali menderanya. Angin halus merayap, menyeruak menambahi dingin yang kini terasa sampai tulangnya. Sekejap lalu terdengar dengkur. Gelap. Hanya gelap yang ada di sanubarinya. Ia masuk jauh kedalam alam bawah sadarnya. Terus masuk pada kegelapan yang tiada berujung. Senyap dan tak terdengar apa-apa.
Seberkas sinar putih datang, ia bermimpi bertemu sesosok manusia tua berpakaian serba putih mengaku Raja Sulaiman. Jemari itu meraba lembut bulunya. Dengan tatapan penuh kasih, Raja Sulaiman membuatnya tunduk. Kang Macan merasa tak takut apa-apa. Ia merasa tenang dan nyaman. Belum pernah ia merasakan hangat sentuhan itu sebelumnya tentu saja, lebih terasa hangat daripada sentuhan Almarhumah Emaknya yang mati belasan tahun lalu.
"Can, apa yang engkau resahkan?" Tanya Raja Sulaiman sambil memeluk tubuh kurus Kang Macan, menepuk-nepuk pelan punggungnya. Kang Macan makin jadi. Merasa ingin menangis. Dan benar saja, tangisnya pecah tanpa isak. Masih dalam sesenggukan Kang Macan berucap,
"Yang Mulia Raja Sulaiman, sungguh beruntung hamba bisa bertemu Baginda. Selama ini hamba hanya mendengar besar nama Baginda dari cerita tetua-tetua hamba."
"Cengeng. Ceritakanlah semua padaku, jangan macam bocah begitu."
"Begini Yang Mulia, sungguh hamba tidak kuat lagi hidup, hamba lelah dengan nasib hamba, sungguh, hamba merasa sepi.. sepi dan sendiri aku benci... ingin bingar aku mau di pasar.. bosan aku dengan penat.. enyah saja kau pekat.."
"Hush, itu puisi Aan Mansyur,"
"Oiya Maap Yang Mulia.. Sungguh apa yang hamba rasakan ini mengganggu, pilu, menusuk-nusuk kalbu, Oh, Gusti apa yang menjadi kehendakmu?"
"Sudah.. sudah.., jangan resah jangan gelisah. Percayalah, bahwa Gusti Pengeran sudah menakar apa yang jadi suratan takdir setiap makhluk. Jangan engkau punya perasaan kecewa pada kehendak-Nya."
"Hamba Baginda,"
"Begini saja, aku coba beri kau nasihat, berikhtiarlah dengan nasihatku, siapa tahu Gusti Pangeran memberikanmu jalan keluar lewat perantara nasihatku."
"Hamba dengar, hamba patuh Yang Mulia."
"Esok kau cari segala kebutuhan makanan binatang yang biasa engkau makan di Alasrejo, buatlah sebuah kenduri. Mintalah burung-burung untuk mengumumkannya ke segenap penjuru Alasrejo, siapa tahu lewat ikhtiar itu, keresahanmu akan dosa-dosamu karena memakan mereka bisa terobati, siapa tahu, kau memiliki banyak sahabat dan saudara di Alasrejo ini."
Sekejap kemudian, sosok Raja Sulaiman menghilang. Dan pekat pun kembali. Kang Macan tersentak bangun, namun suara nasihat itu berulang-ulang di kepalanya. Maka dengan segera ia bangkit menghimpun tenaganya. Darah segar kembali mengaliri raut wajahnya yang sempat kelam itu, beranjak dari tempat ia tertidur dan bergegas.
Ia bergelora dan membayangkan betapa ramainya nanti kenduriannya. Pastilah maksud baiknya akan diterima, pastilah ia akan dapat berbincang dengan semua binatang, pastilah ia banyak kawan dan saudara nantinya, tak apalah, ia mencari makanan di belantara rimba lain, yang terpenting hidupnya tidak sunyi dan sepi di Alasrejo.
Pagi buta itu, Kang Macan sudah sibuk hilir mudik, meski sulit awalnya, akhirnya berhasil membujuk para burung untuk mengumumkan kenduri yang akan digelar olehnya dalam waktu tiga hari lagi. Para burung langsung menyebar ke segala penjuru Alasrejo, mengabari undangan kenduri dari Kang Macan. Tentu saja, segenap rakyat Alasrejo heboh bukan main. Dalam rangka apa Kang Macan berbuat begitu rupa? Dan terdengarlah kasak-kusuk para binatang lain.
"Tapi benar loh, beberapa waktu ini, ia agak aneh," Ucap Mbah Gajah.
"Masa iya?"
"Kata Kang Macan, ini ajang silaturahmi saja, bisa makan kenyang, bisa berkumpul dengan banyak binatang lain lho!" Ucap Mbak Pipit meyakinkan.
"Wah bagus, kenduri begini sudah amat langka." Ucap Kang Bandot sembari mengunyah rumputnya.
"Heh! Apa kalian tidak curiga?" Terdengar nyaring suara Kancil tiba-tiba berujar.
"Curiga bagaimana?" Tanya Mbah Gajah.
"Pastilah Kang Macan dan gerombolannya itu sedang menyusun rencana,"
"Apa?"
"Mungkin dia sedang cari suara menggantikan Mbah Singa yang sudah tua,"
"Oiya! Atau Mungkin dia mau jadi selebriti, terkenal, mungkin dia hanya mau cari popularitas atau eksistensi, mungkin dia.." Kang Bandot menimpali.
"Mungkin."
"Yang lebih mungkin lagi, ia bersama kaumnya lah yang kendurian, sementara kita semua lah santapannya."
...
Kang Macan tersengal-sengal, setandan pisang terakhir masih diseret oleh mulutnya. Di tepi Gua Loreng ia tersungkur. Segala dedaunan, buah-buahan, umbi-umbian dan hampir semua yang bisa ia dapat sudah ia kumpulkan. Ia lelah luar biasa, namun juga merasa amat bahagia. Terbayang para binatang datang memenuhi undangannya, makan-makan sekenyangnya. Bicara dan tertawa bersama. Dan ia tidak akan kesepian lagi.
Tapi sayang, kita semua tahu, sampai esok haripun ia menunggu, esoknya lagi, esok harinya lagi, setahun, bahkan sampai kiamat menunggu, ia tak akan mendapati para undangan yang ia inginkan barang seekor. Malah cemoohan macan-macan lain, kawanan serigala, atau semua para binatang pemakan daging dan lalat-lalat pengganggu mampir lewatlah yang ia dapati.
***
5 notes
·
View notes
Text
TURISIAN.com – Sebanyak 490.156 orang atau wisatawan masuk Bali pada libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Mereka masuk melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta menyampaikan bahwa para wisatawan ini merupakan terdiri dari kedatangan internasional dan domestik selama Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Samsi di Denpasar, Minggu 8 Januari 2023 menyebut rekapitulasi data kedatangan pengunjung selama Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, dicatat sejak 19 Desember 2022-4 Januari 2023. Kemudian dibandingkan dengan data pada periode yang sama dua tahun terakhir. "Jumlah penumpang kedatangan internasional dari tanggal 19 Desember 2022 hingga 4 Januari 2023, sebanyak 236.599 orang. Sedangkan pada periode yang sama pada 2021/2022, 0 orang, dan pada 2020/2021 sebanyak 248 orang," kata dia. BACA JUGA: Tulamben, Wisata Bahari Karangasem Bali yang Sajikan Pesona Bawah Laut Angka kedatangan internasional melalui pintu masuk jalur udara itu naik sebesar 100 persen, yaitu mencapai 236.559 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Karena kala itu penerbangan internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai ditutup. Peningkatan kedatangan penumpang domestik juga terjadi peningkatan drastis jika dibandingkan Natal dan Tahun Baru 2020/2021 dengan selisih 99,9 persen atau 236.351 orang. Sedangkan jumlah pesawat yang datang dari jalur internasional sebanyak 1.286 maskapai, atau naik 99,9 persen dari periode 2021/2022, yang hanya empat maskapai. BACA JUGA: Libur Akhir Pekan, Bisa Coba Tamasya ke Desa Wisata Bongkasa Bali Peningkatan jumlah pesawat yang datang saat Natal dan Tahun Baru 2020/2021, untuk kedatangan internasional hanya dari 64 maskapai. Kedatangan Wisatawan Domestik Pada kedatangan domestik, Dishub Bali mencatat jumlah penumpang mencapai 253.557 orang pada Natal dan Tahun Baru 2022/2023. Sehingga kedatangan internasional dan domestik secara keseluruhan mencapai 490.156 orang selama 17 hari di akhir 2022 hingga awal tahun 2023. BACA JUGA: Jelajah Rimba di Tahura Ngurah Rai Denpasar Bali "Jumlah penumpang kedatangan domestik sebanyak 253.557 orang selama Natal dan Tahun Baru 2022/2023, pada 2021/2022 sebanyak 174.398 orang, dan 2020/2021 mencapai 101.876 orang," ujarnya. Samsi mengatakan terjadi peningkatan pada kedatangan domestik sebesar 31 persen atau 79.159 orang jika dibandingkan dengan Natal dan Tahun Baru 2021/2022, dan sebesar 60 persen atau 151.681 orang jika dibandingkan dengan periode 2020/2021. Penumpang domestik tersebut tiba dengan total 1.942 pesawat, naik 25 persen dari periode Natal dan Tahun Bau 2021/2022 dengan1.455 pesawat. Ia menyampaikan kenaikannya juga terjadi jika dibandingkan tahun 2020/2021 yang saat itu sebesar 1.565 pesawat, sehingga selisihnya 19 persen. BACA JUGA: Jalan-Jalan Sore di Tukad Badung, Taman Korea-nya Denpasar Bali Jumlah Penumpang dari Dalam Negeri Samsi mengatakan bahwa data keberangkatan melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai juga meningkat selama 17 hari periode Natal dan Tahun Baru 2022/2023. "Jumlah penumpang keberangkatan domestik dari tanggal 19 Desember 2022-4 Januari 2023, sebanyak 253.763 orang, pada tahun 2021/2022 sebanyak 181.144 orang, dan pada 2020/2021 sebanyak 118.421 orang," ujarnya. Dia menjelaskan keberangkatan domestik juga mengalami kenaikan sebesar 29 persen. Atau 72.619 orang apabila dibandingkan dengan tahun 2021/2022 dan meningkat 53 persen atau 135.342 orang dari 2020/2021. BACA JUGA: Yuk Belajar Pertanian di Wisata Subak TEBA Majalangu Denpasar Bali! Sementara pada keberangkatan internasional mencapai 218.691 orang pada Natal dan tahun Baru 2022/2023. Atau meningkat 99,9 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya dua orang. Dan Natal dan Tahun Baru dua tahun sebelumnya hanya 217 orang. Pejabat Pemprov Bali itu menyebut tak ada masalah berarti terkait pengaturan lalu lintas di Pulau Dewata. Khususnya, saat pergerakan pengunjung terjadi selama Natal dan Tahun Baru 2022/2023.
"Relatif tidak ada masalah di akses-akses tersebut. Kecuali pada saat akhir tahun kita agak khawatir dengan sulitnya kendaraan umum kembali ke bandara. Karena macet di kantung-kantung wisata," ujarnya. *** Sumber: Antaranews
0 notes
Text
Polaris | Rencana Eps. 3
"Pangeran lari! larilah! selagi masih bisa kuatasi", teriak pengawal dengan memegang bahu sebelah kanan karena tebasan pedang dari segerombolan bandit. "Tidak, aku akan membantumu...", jawab pangeran. "Sadarlah pangeran mereka ada sepuluh sedang kita sisa berdua, dua dari kita telah dibunuh. Larilah jika kau terbunuh hilang sudah penerus terakhir kerajaan, cepatlah!".
Tanpa pikir panjang pangeran bergegas pergi dengan kuda yang ia tunggangi, "Susul aku, berjanjilah kau selamat", ucap pangeran kepada pengawal yang sudah menggenggam pedang di tangan kanannya. Cepat lari kuda yang ia taiki menyusuri hutan rimba yang penuh dengan tanaman berduri, tak peduli betapa sakitnya tangan-kaki tertusuk duri hanya agar terhindar dari bandit yang bengis yang tak tau diri. "Siapa mereka? Kenapa mereka mengincar kami?", tanya pangeran dalam hati.
Pangeran Darian tersadar bahwa ia tak sendiri dari tadi, ternyata beberapa para bandit itu mengikuti pangeran dengan membawa anak panah juga pedang siap melukai. Satu-dua panah terhindari, namun panah ketiga tepat mengenai kaki kuda yang pangeran tunggangi. Tersungkurlah kuda tersebut dan terjatuh juga pangeran. Tiga bandit langsung berhenti dan menghampiri pangeran, pangeran bangun bersiap untuk melawan mereka. Untungnya Pangeran Darian tumbuh dewasa dibekali dengan ilmu bela diri dan startegi perang, ia begitu handal mengayunkan pedang dan melepas anak panah. Tewas sudah tiga bandit itu, tetapi pangeran bercucuran darah dari punggung karena tebasan pedang salah satu bandit.
Pangeran lanjut berlari dengan keadaan tertatih menjauhi mayat bandit-bandit itu takut kawanan mereka datang lagi. Setiba dekat desa landau pangeran tak kuasa berlari lagi, terjatuh dan tak sadarkan diri.
Keesekon pagi pasutri pergi ke hutan tuk mencari kayu bakar, "Suamiku lihatlah ada orang tak sadarkan diri", mereka menghampiri dan melihat pangeran yanh sudah berlumuran darah. "Dia masih hidup, sepertinya dari pakaiannya ia merupakan keluarga kerajaan. Mari kita bawa tuk dirawat", ucap sang suami sambil memegang nadi dan dada kiri untuk memastikan pangeran hidup atau tidak.
Sedang di Kerajaan Areez, gaduh sang raja karena salah satu putra yang ia sayangi tak kunjung pulang. "Dimana Darian? Mengapa ia tidak kunjung pulang?", cemas Raja mundar-mandir bertanya kepada setiap isi kerajaan. "Ayah mungkin Darian menginap di Kerajaan Vale karena sudah terlalu larut waktu menyusul semalam", jawab Pangeran Andre untuk menenangkan Raja. Oh iya, Ratu sudah meninggal karena sakit yang menggerogoti dirinya. Ratu sangat penyayang, belainya kepada anak-anaknya sungguh menyentuh sehingga anak-anaknya tumbuh dengan begitu sabar dan teguh. Namanya Ratu Azamariah, isteri dari Raja Adar.
Datang seorang dengan seragam pengawal dari kerjaan areez, "Wahai Raja, ada kabar bahwa Pangeran dan pengawalnya dihabisi dalam perjalanan menyusul pada malam hari kemarin", lapornya. "Apa kau yakin? Dari mana kabar itu?", "Saya yakin Raja karena salah satu dari kami menemukan beberapa pengawal yang tewas, juga.... kuda yang biasa pangeran tunggangi pun tewas. Tetapi kami tidak menemukan jejak dari Pangeran", jelasnya. "Cepat kerahkan seluruh prajurit untuk mencari!".
Sementara itu, Kerajaan Barat yang dikenal dengan panasnya iklim disana dan desa dengan penduduk dengan angka kemiskiman paling buruk dari keempat kerajaan negara. Kerajaan utara diberkahi dengan salju dan keindahan alam, kerajaan selatan diberkahi dengan kesahajaan Raja dan Ratu yang cerdas dengan hasil pertanian dan perternakan yang melimpah, Kerajaan Timur yang dipimpin oleh Raja Mehtar dan Ratu Maharani diberkahi dengan hasil industri dan tambang, sedang kerajaan barat dipimpin Raja Khan dan Ratu Lynn bersama dengan dua Pangeran, yaitu Idris dan Mirza diberkahi dengan pengrajin senjata dan karya sastra namun iklimnya sangat panas dan jarang sekali turun hujan.
"Lapor pangeran, tugas yang pangeran berikan kepada kami sudah dilaksanakan", lapor salah satu pesuruh dari Kerajaan Barat. "Lalu, bagaimana dengan Pangeran Darian?", tanya salah satu Pangeran dari Kerajaan Barat. "Pangeran berhasil melarikan diri namun salah satu utusan kami sudah menyamar menjadi prajurit Kerajaan Areez untuk melaporkan bahwa Pangeran Darian dan pengawalnya sudah dihabisi".
"Hm, baiklah! Cari Pangeran Darian dan bawa kesini... Cepat!", teriak salah satu pangeran dari Kerjaan Barat.
2 notes
·
View notes
Text
Rimba Sahara
-sebuah prosa-
Aduhai, rimba yang senti demi sentinya menjelma padang Sahara. Bagaimana riwayatmu? Semakin tidak ada yang bertanya tentang nasib rumput yang bergoyang kah?
Kemana ilalang dan semak belukar? Sudah menghijau bersama rumput tetangga kah?
Perkenalkan, aku tanaman terakhir yang tertancap di sudut kecil lahan keringmu. Tepatnya, di pinggir surau dekat anak-anak kecil mengaji.
Tak ada yang tahu bagaimana daunku disengat terik, tak ada yang mengerti bagaimana akarku menghujam tanah yang tandus, sebab keluh hanya sebatas mulut menganga yang sunyi di telinga.
Tapi aku ilalang dewasa, yang tidak berputus asa. Kau pikir kamu sendiri yang menghijaukan dunia? Tidak!
Akan ada satu atau beberapa, yang Allah jaga hatinya, hingga rela berikhtiar sampai kering. Bahkan bersedia menjadi yang terakhir jika semuanya harus mati terinjak.
Jika tak kau temui, berarti maksudnya adalah dirimu !
Selamat belajar
24 notes
·
View notes
Text
KRITIK SASTRA
Orang Suci Pohon Kelapa; Nuansa dan Esensi Hidup Oleh : Intan Zahra Ramdhini (1703456) Judul Buku: Orang Suci, Pohon Kelapa Penulis: Choi, Jun Penerjemah: Kim Young So & Nenden Lilis Aisyah Penerbit: Gramedia Jakarta Tebal Buku: 123 Halaman Tahun Terbit: Oktober 2019 (Cetakan dalam bahasa Indonesia) Pembahasan tentang korea selalu ramai dan menjadi hal yang menarik di Indonesia saat ini. Korean Wave begitu cepat pesebarannya dan hangat diperbincangkan. Bukan hanya budaya dan modernnya sajaa seperti drama dan k-pop karya sastra Korea pun banyak mengundang peminat. Akan tetapi, dalam buku ini kita akan disuguhkan bagaimana perspektif seorang yang berasal dari Korea, terhadap Indonesia dari segi visualnya yang disuguhkan dalam bentuk tulisan dan rangkaian kata yang indah. Buku antologi puisi Choi Jun asal Korea yang berjudul “Orang Suci, Pohon Kelapa” cetakan pertama ini terbit pada Oktober 2019 di Indonesia sebagai buku terjemahan yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta dengan nomor KPG 59-19-01700, serta dengan nomor ISBN 978-602-481-252-2. Diterjemahkan oleh Kim Young Soo, dan Nenden Lilis A. Editor dalam buku ini ialah Candra Gautama. Perancang letak dalam buku ini ialah Teguh Erdyan dan Wendie Artswenda. Perancang sampul dalam buku ini ialah Choi, Jun. Buku ini diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta dengan isi 123 halaman yang memuat kumpulan sajak, kata penutup, dan sekilas tentang penulis dan penerjemahnya. Choi, Jun adalah seorang pengarang dari Korea yang telah menulis beberapa kumpulan sajak, diantaranya adalah Kau, Masih Di Sana, Anjing, dan Melemparkannya ke Dunia Tanpa Aku. Choi Jun lahir di Kabupaten Jeongseon, Provinsi Gangwon, Korea, pada tahun 1963. Ia memperdalam sajak sejak duduk dibangku perkuliahan, yaitu di jurusan Bahasa dan Kesusastraan Korea, Universitas Kyung Hee, Korea. Choi Jun pernah menerima penghargaan dari Sastra Bulanan Korea tahun 1984 sebagai penyair baru. Ia juga terpilih sebagai pemenenang sayembara mengarang pada musim semi yang diadakan oleh Harian Joong Ang, Korea 1995 dengan sajak tradisional Korea. Buku ini diterjemahkan oleh dua orang dengan latar belakang negara yang berbeda, yaitu Kim Young Soo dan Nenden Lilis A. Kim Young Soo lahir di kota Seoul, Korea. Ia pernah memegang jabatan Kepala Siaran Bahasa Indonesia, Siaran Internasional, KBS selama 30 tahun. Aktif menulis dan mengarang. Riwayat pendidikan S1 hingga S3nya dia tamatkan di program kesusastraan dan literatur yang berkaitan dengan sastra Indonesia. Ia menyelesaikan studi S1 di Jurusan Bahasa Malay-Indonesia, HUFS (Hankuk University of Foreign Studies). Ia menamatkan studi S2 di jurusan Kesusastraan Modern Indonesia di HUFS. Ia juga menuntaskan S3 di Jurusan Comparative Literature, HUFS dengan disertasi berjudul “A Study on Chairil Anwar’s Poems with the Postcolonialistic View”. Ia juga menulis dan mengarang sejumlah tesis dan buku. Misalnya Indonesian Language Practice. Baru-baru ini ia menerima hadiah sebagai penyair baru dari Changjak 21. Kumpulan sajak Orang Suci, Pohon Kelapa ini diterbitkan atas dana bantuan bagi penciptaan karya sastra dari Arts Council Korea pada tahun 2007. Sedangkan Nenden Lilis Aisyah, merupakan seorang penyair wanita Indonesia yang lahir di Garut, 26 September 1971. Karya-karyanya telah banyak dimuat di surat kabar, seperti Kompas, Republika, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Majalah Sastra Horison, dll. Kini, ia menjadi dosen di UPI Bandung. Dari keaktifannya dalam berkarya, Nenden Lilis pernah menerima penghargaan dalam Cerpen Pilihan Kompas 2000 sebagai pemenang lomba cerpen. Selain itu, Nenden Lilis juga pernah menerjemahkan karya sastra dari Korea sebelumnya, yaitu antologi puisi “Langit, Angin, Bintang dan Puisi” karya Yun Dong Ju, yang diterjemahkan bersama Prof. Shin Young Duk, PhD. (2018). Sajak lainnya yaitu kumpulan sajak tunggalnya berjudul Negeri Sihir. Cerpen yang ia muat juga terkadang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Belanda dan Mandarin. Ia juga kerap diundang untuk membacakan karyanya dan menjadi pembicara dalam suatu acara sastra.Ia pernah diundang di acara workshop cerpen Majelis Sastra Asia Tenggara. Ia juga menerbitkan sejumlah buku nonfiksi. Terdapat antologi sajak terbaru dari dirinya berjudul Maskumambang Buat Ibu. Penyair Choi Jun menuangkan kecakapan estetik dalam menceritakan apa yang dialami dan diamatinya selama tinggal di Indonesia. Hadirnya pandangan lain tentang Indonesia, mengingat adanya perbedaan yang jelas antara Indonesia dengan Korea, baik dari segi geografis maupun budaya. Dalam buku ini dimuat syair-syair mengenai keadaan Indonesia yang diceritakan oleh Choi Jun ketika tinggal selama lima tahun di Indonesia, yakni dari tahun 2000-2005. Kumpulan sajak tersebut menggambarkan imajinasi pengalaman Choi Jun di Indonesia. Apa yang ia soroti tidak lepas dari keterkaitannya sebagai orang luar Indonesia terhadap sosial atau budaya Indonesia. Kumpulan sajak ini ia persembahkan untuk ayahandanya, dan adiknya yang kini telah tinggal dalam keabadian. Ayahnyalah yang mengajak dirinya untuk tinggal di Indonesia. Dalam kumpulan buku sajak ini, Choi Jun menceritakan pengalaman hidupnya selama di Indonesia. Ia sangat menghayati, merasakan, dan menyelami semua cerita itu dengan dekat. dalam alam pikiran Choi Jun yang berusaha menggambarkan segala kenangan, bentuk kekaguman, bentuk keprihatinan, dan bentuk ketertarikan Choi Jun terhadap sosial dan alam yang hidup di Indonesia. Jika kita membaca keseluruhan sajak-sajak Choi Jun dan mencoba menghayatinya, maka ungkapan tersebut adalah benar adanya. Kita akan tahu bagaimana Choi Jun telah memotret sudut-sudut kehidupan Indonesia dalam alam pikirannya. Nilai-nilai kemanusiaan yang ditampilkan oleh Choi, Jun adalah bagaimana ia menuangkan segala bentuk ketertarikannya. Realitas yang ditampilkan oleh Choi Jun dalam buku ini merupakan ungkapan kritik. Misalnya ungkapan kritik dan keprihatinan Choi Jun terhadap ketimpangan sosial . Bagaimana Choi Jun telah memotret sudut-sudut kehidupan Indonesia dalam alam pikirannya dengan mencatat nilai-nilai kemanusiaan yang ditampilkan. Selain itu penyair juga menaruh perhatian lainnya terhadap flora dan fauna yang hidup di Indonesia. Mungkin bagi sebagian besar penyair Indonesia, tak begitu istimewa pembicaraan tentang buah, pohon, dan binatang itu, akan tetapi sebagaimana kita tahu bahwa di Korea sendiri tidak segala jenis pohon dan tumbuhan bisa tumbuh. Tidak segala jenis fauna bisa hidup. Bahkan kita dapat merasakan pengalaman pengarang selama hidupnya di Indonesia, ia seperti telah menjelajahi segala sudut Indonesia. Papua dengan Cendrawasihnya, Bali, Jakarta, Bandung. Hingga alam rimba, sungai yang airnya keruh, dan lautan yang membentang Samudera Hindia dengan senjanya. Hal tersebutlah yang menjadi ketertarikan seorang Choi, Jun dengan membenturkannya pada keadaan sosial yang hadir di Indonesia. dalam sajak “Ladang Garam Burung Cendrawasih”, Penguin dalam sajak “Penguin di Jakarta”, Ikan dalam sajak “Ikan Berbola Mata Suram”, Semut dalam sajak “Semut-Semut Petang Hari”, Kura-Kura dalam sajak “Kura-Kura Laut”, dll. Ketertarikan lainnya yaitu terhadap flora yang ia lukis dalam sajak “Pisang di Pulau Jawa”, “Tarian Pepaya”, “Sketsa Terakhir Tentang Pisang”, “Orang Suci, Pohon Kelapa”, dll. Jika menilik dari makna yang terkandung dalam sajak-sajak tersebut, penyair tentulah tidak semena-mena hanya menceritakan tentang buah-buahan, akan tetapi terdapat makna lain di dalamnya, yaitu makna sosial yang mendalam. Seperti pada sajak “Orang Suci, Pohon Kelapa” yang pada akhirnya dijadikan sebagai judul dari buku ini, terdapat sebuah kisah pohon kelapa yang hidup menyendiri di pemakaman dengan pinggangnya yang bengkok dan menahan pusat pemakaman umum selama tiga puluh musim hujan dan kemarau berlalu. Sebetulnya sajak tersebut menggambarkan manusia yang telah renta namun tetap dihup dalam lingkup pemakaman umum dengan biji-biji tasbih. Pemakaman biasanya dimaknai sebagai pusat segala luka, tangisan, penderitaan, dan lain-lain. Namun, seseorang itu tetap hidup demikian, dengan berpasrah kapan ia akan melapuk termakan usia. Keprihatinan penyair sampaikan dalam beberapa sajaknya, yaitu perihal ketimpangan sosial dalam sajak “Bulan Purnama untuk Malam Ini”, sebagaimana yang dikatakan Nenden Lilis Aisyah selaku penerjemah, bahwa sajak ini sangat mengiris hati sebab mengisahkan seorang anak yang tak memiliki bola mata di sebuah gang sambil makan roti. Akan tetapi, roti itu tak pernah habis dan bentuknya tetap bulat, yang ternyata roti tersebut adalah bulan purnama yang dihalusinasikan si anak sebagai sepotong roti. Betapa miris dan ironisnya isi dari sajak tersebut. Hal ini jelas menunjukkan bahwa kepedulian dan kemanusiaan tak dibatasi oleh apa pun, baik tingkatan sosial seseorang maupun berasal darimana seseorang tersebut. Sajak tersebut sangat dapat menyentuh perasaan seseorang dilihat dari sajaknya yang menggambarkan seorang anak jalanan yang mengalami kelaparan. Choi Jun menggambarkan kondisi anak tersebut dengan majas ironis dan tragis. Buku ini bagus untuk dibaca karena dapat memperkaya wawasan dan pengenalan pembaca akan kesusastraan. Pada keseluruhan sajaknya terdapat permainan kata-kata estetik yang di setiap kalimat dalam baitnya memuat untaian kisah, perjalanan, serta perasaan yang ia alami atas apa yang penyair amati. menyajikan sajak-sajak tersebut sebagai bentuk pemikiran yang luar biasa yang berangkat dari hal-hal kecil.
4 notes
·
View notes
Text
Mutiara Aceh
Perang nan purna.
Sebutir mutiara,
gugur mulia.
(Abstrak)
Cut Meutia tengah berduka. Suaminya, Pang Nangroe, tewas ditembak tentara Belanda dalam peperangan yang terjadi pada 26 September 1910. Namun, kematian sang suami tidak menyurutkan nyali Cut Meutia untuk terus melawan dengan harapan bisa mengusir kaum penjajah dari bumi Aceh Darussalam. Memimpin pasukan yang ditinggalkan suami tercinta, Cut Meutia harus segera melupakan kesedihannya, mengangkat senjata untuk bersiap turun ke gelanggang. Strategi gerilya tetap menjadi tumpuan. Tidak semestinya menyerang terang-terangan jika tidak ingin mati konyol karena Belanda nyaris unggul segala-galanya. Terlebih lagi, kekuatan Cut Meutia tergerus lantaran tidak sedikit anak buahnya yang terpaksa menyerah sepeninggal Pang Nangroe. Dengan daya yang tersisa, Cut Meutia tetap melawan kendati dalam kondisi yang serba terbatas. Tanggal 24 Oktober 1910, tepat hari ini 108 tahun silam, atau hampir sebulan setelah kematian suaminya, Cut Meutia terkepung di pedalaman rimba Aceh sisi utara. Bersama sejumlah pengikut yang masih setia, ia berupaya bertahan dengan sepucuk rencong di tangan. Dalam situasi mencekam itu, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. Tiga kali suara letusan, tiga butir peluru pula menerjang raga Cut Meutia: dua terkena badan, satu menembus kepala. Tubuh wanita pemberani itu ambruk memeluk alam. Cut Meutia gugur di medan laga.
(Orientasi) Cut Nyak Meutia dilahirkan di Keureutoe, Pirak (Perlak), Aceh Utara, pada 1870 dari pasangan suami istri Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Belum diketahui waktu tepatnya ia membuka mata untuk pertama kali. Meutia lahir tiga tahun sebelum pecahnya perang Aceh-Belanda. Maka, sejak kecil Cut Meutia sudah amat akrab dengan nuansa pertempuran. Perang Aceh ternyata berkecamuk sangat lama, dimulai pada 1873 dan berlangsung hingga lebih dari tiga dekade kemudian. Sepanjang hidupnya, Cut Meutia telah menikah tiga kali. Ia berparas sangat cantik dan anggun. Namanya begitu menggambarkan dirinya yang bak Mutiara. Kata meutia sendiri dalam bahasa Aceh memang bermakna “mutiara”. Perkawinan pertama Cut Meutia terjadi pada 1870 saat ia berusia 20. Ia dijodohkan dengan seorang putra uleebalang bernama Teuku Syamsarif. Dikisahkan pernikahan agung itu dirayakan besar-besaran dalam adat Aceh. Namun, Cut Meutia kurang bahagia. Suaminya cenderung tunduk terhadap Belanda kendati sebelumnya juga sempat menentang bangsa asing itu. Berkali-kali Cut Meutia mengingatkan sang suami, namun tidak pernah digubris. Bahkan, Teuku Syamsarif kemudian diangkat oleh Belanda sebagai pejabat tinggi dengan gelar Teuku Chik Bintara yang membawahi wilayah Keureutoe. Hal ini membuat hati Cut Meutia terpukul karena suaminya tampak bersuka-cita menerima pengangkatan itu. Cut Meutia memilih pulang ke rumah orang tuanya hingga akhirnya perkawinan mereka dianggap usai lantaran Teuku Syamsarif tidak pernah menjenguk serta menafkahinya. Selepas perceraian itu, Cut Meutia ingin turut berjuang melawan Belanda. Namun, keinginan tersebut tidak begitu saja terkabul karena ia kini berstatus janda. Seorang perempuan yang belum atau tidak bersuami tidak boleh sembarangan berkeliaran. Maka, Cut Meutia-pun menikah lagi. Calon suaminya kali ini adalah seorang pejuang Aceh bernama Teuku Chik Muhammad yang dikenal pula dengan nama Teuku Chik Tunon. Dari sinilah, kisah perjuangan Cut Meutia yang heroik dan legendaris itu dimulai.
(Komplikasi) Awal abad ke-20 menjadi titik penting bagi Cut Meutia. Tahun 1901, Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah menggelorakan semangat rakyat Aceh untuk melawan Belanda yang amat berambisi menguasai Serambi Mekah. Spirit para pejuang di tanah rencong, termasuk Cut Meutia, pun kian terlecut dengan keberanian pemimpin Kesultanan Aceh Darussalam itu. Sejak itulah Cut Meutia dengan setia mendampingi suaminya, Teuku Chik Tunong, berperang. Tidak hanya berperan sebagai pendukung di garis belakang, Cut Meutia seringkali ikut memberikan saran mengenai taktik yang akan digunakan untuk meladeni Belanda. Tercatat, sepanjang tahun 1901, 1902, hingga 1905, Belanda kewalahan menghadapi serangan-serangan sporadis yang diotaki oleh Cut Meutia dan suaminya. Cukup banyak unit senjata, amunisi, dan perlengkapan tempur lainnya yang dirampas dari Belanda. Namun, Teuku Chik Tunong tertangkap pada awal 1905 setelah terjadi insiden yang menewaskan petugas patroli Belanda. Tercatat, suami kedua Cut Meutia itu menjalani hukuman mati pada Maret 1905 di pesisir Lhokseumawe. Sebelum dieksekusi, Teuku Chik Tunong menitipkan pesan terakhir kepada sahabatnya, Pang Nanggroe, dengan mengucapkan kalimat wasiat: “sudah tiba masanya aku tidak terlepas lagi dari tuntutan hukuman. Pada saatnya hari perpisahan kita sudah dekat, oleh sebab itu, peliharalah anakku, aku izinkan istriku kawin dengan engkau, dan teruskanlah perjuangan.” Sesuai amanat almarhum, Pang Nanggroe lalu menikahi Cut Meutia. Pernikahan ini diperkirakan terlaksana pada 1907. Perjuangan pun dilanjutkan di bawah komando duet Pang Nanggroe dan Cut Meutia yang berkali-kali merepotkan Belanda.
Penyerangan yang dilakukan oleh Pang Nanggroe-Cut Meutia dimulai dari hulu Krueng Jambo Aye. Daerah ini dijadikan sebagai tempat pertahanan strategis karena merupakan daerah hutan liar. Pada tanggal 6 Mei 1907 pasukan Pang Nanggroe-Cut Meutia melakukan penyerbuan ke pos-pos Belanda yang mengawal para pekerja kereta api. Beberapa serdadu Belanda tewas dan luka-luka bersama itu pula dapat direbut 10 pucuk senapan dan 750 butir peluru serta amunisi.
Pada tanggal 15 Juni 1907 pasukan Pang Nanggroe-Cut Meutia kembali menggempur sebuah pos di Keude Bawang (Idi), pasukan Belanda mengalami kekalahan dengan tewasnya seorang anggota pasukan, 8 luka-luka dan kehilangan 1 pucuk senjata.
Pertengahan 1910 di rawa-rawa Jambo Aye, terjadi lagi pertempuran yang sengit, pasukan muslimin melakukan taktik serang dan mundur. Pasukan terus bepindah-pindah sampai ke daerah Peutoe, menyebabkan pasukan Belanda sulit melacak posisi pasukan muslimin. Penyerangan pasukan yang sedang penasaran terus dilakukan dan pada tanggal 30 Juli 1910 terjadi bentrokan senjata di daerah Bukit Hague dan Paya Surien.
Selanjutnya pada Agustus 1910 terjadi penyerbuan pasukan Belanda di Matang Raya. Dalam pertempuran ini, banyak teman setia Pang Nanggroe-Cut Meutia dan seorang ulama syahid. Beruntung Pang Nanggroe-Cut Meutia, anaknya Teuku Raja Sabi, dan beberapa pejuang muslimin selamat dari kepungan pasukan Belanda. Pada 26 September 1910 Cut Meutia kehilangan suami untuk ketiga kalinya. Dalam suatu pertempuran sengit di perbukitan Hague, Aceh Utara, Pang Nanggroe tewas di tangan tentara Belanda. Beruntung, Cut Meutia mampu lolos bersama putranya, Teuku Raja Sabi.
Walaupun Pang Nanggroe sekaligus pemimpin pasukan telah menghadap Ilahi, Cut Meutia tetap melanjutkan perjuangan dan mengangkat senjata. Kematian sang suami membuat beberapa teman Pang Nanggroe akhirnya menyerahkan diri.
Namun tidak bagi Cut Meutia. Meski dibujuk untuk menyerah, Cut Meutia tetap memilih untuk berperang. Di pedalaman rimba Pasai, Cut Meutia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabi, yang masih berumur sebelas tahun. Pada tanggal 22 Oktober 1910, pasukan Belanda mengejar pasukan Cut Meutia di daerah Lhokreuhat. Besoknya (tanggal 23 Oktober 1910) pengejaran dilanjutkan, pasukan Belanda mengejar pasukan Cut Meutia yang berada di pengkolan Krueng Peutoe menuju arah Bukit Paya. Perjuangan Cut Meutia beserta pasukan muslim lainnya pun semakin sulit akibat kejaran pasukan Belanda. Basis perjuangan terus berpindah-pindah dari bukit ke bukit di tengah hutan belantara Aceh. Pasukan Belanda kian gencar mengejar Cut Meutia hingga akhirnya tempat persembunyiannya pun diketahui. Pada tanggal 24 Oktober 1910, Belanda melakukan pengepungan. Pada tanggal 25 Oktober 1910, pertempuran dahsyat pun tak terhindarkan. Pasukan Cut Meutia dengan semangat jihad fisabilillah maju melawan pasukan Belanda. Posisi Cut Meutia yang tampil di depan dengan rencong terhunus bertempur bagaikan kesatria. (Resolusi)
Meskipun pasukan Belanda bersenjata api lengkap, hal itu tidak membuat hatinya kecut. Hanya dengan sebilah rencong di tangan, Cut Meutia tetap di barisan terdepan melakukan perlawanan. Belanda terus mengejar Cut Meutia dan sisa-sisa pengikutnya yang masuk ke hutan belantara. Cut Meutia terkepung. Namun, ia tidak sudi menyerahkan diri kendati harus bertarung sampai titik darah terakhir. Perasaannya justru semakin menyala-nyala untuk tewas sebagai seorang syahid. Dengan mata yang liar dan rambut terurai di kepalanya, ia mengayunkan kelewangnya menyerbu Belanda. Terdengarlah suara tembakan senjata. Tiga butir timah panas dimuntahkan untuk memungkasi hidup sang srikandi Aceh penerus perjuangan Cut Nyak Dien ini. Cut Meutia gugur dalam kemuliaan sebagai kusuma bangsa.
8 notes
·
View notes
Text
NININMENULIS.COM – Kamu masih ingat dengan artikel hutan sumber makanan yang pernah aku tulis berjudul Kecapit Kenikmatan Kepiting Hutan Bakau? Yess, berkat artikel tersebut aku mendapatkan anugerah yang patut disyukuri yakni bertemu dengan perempuan-perempuan hebat yang menginspirasi banyak orang, merekalah perempuan di rimba terakhir. Apa itu rimba terakhir? Apa itu WKR yang kerap diucapkan perempuan-perempuan ini? Semua terjawab saat aku diberi kesempatan oleh Blogger Perempuan Network (BPN) dan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), menjadi 30 besar finalis blog competition untuk menghadiri Forest Cuisine Blogger Gathering, pada Sabtu (29/2) lalu di Almond Zucchini Cooking Studio, Jakarta Selatan.
Ke-empat perempuan yang menjadi narasumber di Forest Cuisine Blogger Gathering adalah Khalisa Khalid (perwakilan dari eksekutif nasional WALHI), Sri Hartati (WALHI Champion dari Sumatera Barat), Tresna Usman Kamaruddin (WALHI Champion dari Sulawesi Tenggara), dan Windy Iwandi (Food Blogger dan Selebgram @fooddirectory).
Sri Hartati, Khalisa Khalid, Tresna Usman Kamaruddin, Windy Iwandi (ki-ka)
“Peran perempuan sangat penting dalam menjaga pangan keluarga dan itu erat kaitannya dengan fungsi hutan sebagai sumber makanan,” kata Khalisa Khalid yang akrab disapa Mbak Alin, perwakilan dari eksekutif nasional WALHI membuka sesi talkshow.
Sebagai sebuah organisasi lingkungan hidup indenpenden non profit di Indonesia, kehadiran WALHI untuk mengawasi pembangunan yang berjalan saat ini untuk menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan serta menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. WALHI bukan sekadar berkampanye di Indonesia, WALHI juga berkampanye secara internasional melalui Friends of the Earth Internasional yang telah menjaring sebanyak 71 anggota di 70 negara, 15 organisasi afiliasi, dan lebih dari 2 juta anggota individu dan pendukung di seluruh dunia.
Memiliki visi ‘Terwujudnya suatu tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang adil dan demokratis yang dapat menjamin hak-hak rakyat atas sumber-sumber kehidupan dan lingkungan yang sehat’ WALHI pun terus berjuang hingga kini, termasuk memperjuangkan hak hidup masyarakat adat yang ada di sekitar hutan.
“Bagi masyarakat adat, hutan merupakan identitas tempat hidup dimana manusia, tumbuhan, dan hewan tinggal, Jadi kalau hutannya hilang, tidak ada lagi masyarakat adat. Di sana, hutan juga menjadi apotik, supermarket, dan dapur tidak hanya bagi masyarakat sekitar tetapi juga dapat dikonsumsi oleh orang yang tinggal di kota besar seperti kita,” tutur Mbak Alin.
Baca juga: Dilema Lahan Gambut Antara Mitos dan Fakta
Salah satu hutan di Kalimantan
Hutan di sini yang dimaksud yaitu hutan yang kaya akan berbagai jenis tanaman dan hewan (multikultur). “Kalau jenis tumbuhannya seragam (monokultur) seperti akasia saja atau sawit saja itu bukan hutan tetapi kebun kayu. Seperti halnya kita yang beragam demikian juga dengan hutan. Jadi jangan sekadar hijau lalu disebut hutan,” tegas Mbak Alin. Hutan yang Mbak Alin bicarakan di sini pun memiliki banyak fungsi bagi keberlangsungan hidup, beberapa di antaranya:
1. Pertahanan iklim
Sebagai negara yang memiliki hutan terluas nomor tiga setelah Kongo dan Brazil, Indonesia turut berperan dalam menciptakan oksigen bagi keberlangsungan hidup masyarakat dunia. Keberadaan hutan dapat menyerap karbondioksida yang dapat mengakibatkan efek rumah kaca berupa pemanasan suhu bumi.
Hutan juga menyerap air hujan yang jatuh ke tahan, ketika air hujan turun tidak akan mengalir langsung melainkan tertahan akar-akar tanaman di hutan. Dengan demikian hutan menjadi sumber penting dari penyerapan air yang menghasilkan mata air dan sungai sebagai sumber air bagi manusia. Karena itu fungsi hutan sangat penting dalam mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim.
2. Sumber energi
Inisiatif yang dilakukan masyarakat adat untuk memaksimalkan fungsi hutan sudah banyak sekali, salah satunya menghadirkan hutan sebagai sumber energi melalui mikro hidro. “Seperti yang sudah dilakukan masyarakat Dusun Silit, Desa Nanga Pari, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang menggunakan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) yang bersumber dari Sungai Silit,” cerita Mbak Alin tentang salah satu dusun yang saat ini tengah mempertahankan rimba terakhirnya.
FYI mikro hidro adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air sebagai penggeraknya, seperti saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan memanfaatkan tingi terjunan dan jumlah debit air. Dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis lain, PLTMH ini memiliki beberapa kelebihan seperti memiliki konstruksi yang sederhana, tidak menimbulkan pencemaran, dapat dipadukan dengan program lainnya seperti irigasi juga perikanan.
3. Sumber pendapatan ekonomi
Hutan memiliki peran penting bagi perekonomian penduduk sekitarnya. Hutan dapat menjadi tempat wisata yang menghasilkan pendapatan dari para turis, misalnya di Taman Nasional Tanjung Puting yang merupakan tempat konservasi orangutan. Produk hutan seperti rotan, meranti dan ulin juga dapat menghasilkan pendapatan besar bagi penduduk. Bukan hanya itu, dari sumber pangan atau hasil hutan non kayu pun dapat menjadi produk bermanfaat yang menghasilkan nilai ekonomi. “Saat ini produk non kayu yang menghasilkan nilai ekonomi dan dikelola komunitas perempuan harus mendapatkan dukungan dari pemerintah. Usaha yang dikelola komunitas jauh lebih baik dan adil,” imbuh Mbak Alin.
4. Sebagai apotek keluarga
“Banyak obat-obatan yang dihasilkan dari hutan. Karena infrastruktur kita tidak mencapai ke pelosok, kehadiran obat-obatan dari hutan sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Mereka lebih sehat-sehat karena tidak ada industri yang mencemari,” kata Mba alin. Misalnya di masyarakat suku Dayak, Kalimantan Barat dikenal dengan Tembawang. Tembawang merupakan suatu bentuk pengelolaan lahan dengan sistem wanatani asli penduduk adat setempat. Tembawang biasa dibentuk setelah perlandanngan berpindah di mana sebelum lahan itu ditinggal biasanya ditanamin pohon buah. Penghasil kayu, getah, ataupun rempah-rempah sebagai tanaman obat. Selain ditanam ada juga tembawang yang tumbuh alami di perkebunan, perkarangan, bahkan di bekas rumah panjang yang semula dihuni masyarakat adat.
5. Sumber pangan
Saat ini pemerintah tengah gencar mengampanyekan melawan stunting dikarenakan di awal 2018, Indonesia dibuat terkejut dengan tingginya persentase balita penderita stunting. Sebagai negara yang digadang-gadang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia, saat ini masih dihadapkan dengan masalah pemenuhan pangan. “Di sini peran perempuan sebagai garda terdepan dalam melawan stunting dan menjaga pangan keluarga,” lanjut Mbak Alin. Namun gerakan memulihkan ketahanan pangan dengan memperluas lahan seperti yang tengah pemerintah galakkan tidak akan terpenuhi bila mengabaikan kehadiran hutan. Hutan dan produksi pangan harus berjalan beriringan karena tanaman dapat tumbuh sehat ketika berada di dekat hutan.
Paparan di atas baru lima dari sekian banyak fungsi dan manfaat hutan bagi manusia. Kehadiran hutan akan maksimal jika semua fungsi tersebut bekerja bersama-sama, namun bila hutan hanya memiliki satu fungsi yang menonjol, misalnya fungsi ekonomi saja, sudah dipastikan akan terjadi yang namanya bencana ekologis.
Kebocoran pipa salah satu perusahaan minyak di Kalimantan
Bencana ekologis adalah bencana yang disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya sistem pengurusan hutan yang berakibat munculnya beberapa dampak seperti perubahan iklim. kerusakan keanekaragaman hayati, peningkatan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan, penurunan mutu sumber daya alam, peningkatan alih fungsi kawasan hutan, peningkatan jumlah penduduk miskin, dan juga peningkatan risiko terhadap kesehatan. Saat ini kita sudah dapat menyaksikan bagaimana bencana ekologis seperti banjir, tanah longsong, kebakaran hutan, dan kekeringan telah terjadi di hampir 90 persen wilayah Indonesia.
Selain topografi alami di suatu wilayah seperti penurunan permukaan tanah, potensi bencana ekologis di Indonesia turut disebabkan maraknya deforestasi, praktik pertambangan, dan monokultur seperti perkebunan sawit. Merujuk data riset WALHI 2007 yang memperkirakan potensi bencana ekologis di Indonesia sebesar 83 persen, namun angka tersebut melonjak pada penelitian lima tahun kemudian, pada 2012 di mana angka potensi bencana ekologis menjadi 90 persen. Apakah sebagai perempuan kita akan terus mendiamkan hal ini dan membiarkan bencana ekologis terus meluas dan menghacurkan kehidupan di Indonesia?
Sebagai perempuan kita harus bertindak dalam penyelamatan hutan, karena saat terjadi bencana ekologis seperti kebakaran hutan, kaum perempuan dan anak-anaklah yang paling terdampak. Menurut tim peneliti dari Harvard University dan Columbia University memperkirakan ada 100.300 kasus kematian dini yang dipicu oleh kebakaran hutan di Indonesia pada September-Oktober 2015, dan terbanyak menimpa anak-anak dan perempuan. Angka tersebut belum termasuk terganggunya pertumbuhan anak-anak secara fisik dan otaknya karena menghirup udara dan mengonsumsi makanan yang terkontaminasi asap dari kabakaran hutan. Asap kebakaran yang terhisap oleh ibu hamil pun dapat menganggu kesehatan janin sebelum dan sesudah kelahiran.
Menyadari resiko bencana yang dapat menimpa, telah banyak perempuan dari masyarakat adat berjuang mempertahankan rimba terakhir yang mereka miliki. Jika saat ini kita masih merasakan kecukupan mendapatkan bahan pangan, itu semua berkat upaya mereka yang mendapatkan pengetahuan dari hutan dimana mereka tinggal. “Terkadang kita merasa (perempuan kota -red) sok tahu, padahal sumber pengetahuan itu terletak di perempuan-perempuan setempat. Hutan itu sekolahnya perempuan. Kalau pengetahuan hilang, kebudayaan akan hilang dan tidak ada lagi masyarakat adat,” tegas Mbak Alin yang bersama WALHI tidak pernah bosan mengampanyekan Rimba Terakhir. Pemilihan kata rimba dikarenakan kata ‘hutan’ sudah didominasi paradigma pemerintah mulai dari nama, istilah, fungsi, hingga peruntukannya. Salah satu cara yang ditempuh WALHI untuk menyelamatkan Rimba Terakhir dengan membentuk WKR atau Wilayah Kelolah Rakyat.
Beberapa hasil hutan
Salah satu hasil hutan
Baca juga: Ngobrolin Hutan Sosial dan Lima Hutan Satu Cerita
Wilayah Kelolah Rakyat atau WKR adalah sebuah sistem kelola yang integratif dan partisipatif baik dalam proses tata kelola, produksi, distribusi, dan konsumsi yang mempertimbangkan fungsi sumber daya alam dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan. Menurut WALHI, Wilayah Kelolah Rakyat atau WKR memiliki empat pilar utama, tata kuasa, tata kelola, tata produksi, dan tata konsumsi. WKR ini akan mendorong masyarakat agar melakukan pengelolaan lahan pertanian dengan cara agroforestry yang selain berdampak kepada ekonomi, juga mampu mengembalikan fungsi kawasan hutan dari tingkat kekritisan dan memberikan perlawanan terhadap perubahan iklim serta bencana ekologis. “Saat ini masih banyak petani yang tidak memiliki lahan dan WKR mengusahakan hal itu juga, bukan hanya menghindarkan bencana ekologis,” ujar Mbak Alin.
Melalui WKR, saat ini telah banyak komunitas perempuan yang dibentuk untuk penguatan pangan guna melestarikan rimba terakhir yang ada. Ada dua hal yang menjadi target utama, pertama mengatur pola konsumsi masyarakat untuk memperkuat potensi komidinya, dan kedua mengatur distribusi produk masyarakat desa yang keluar untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat setempat dan produsen. Mengenai hal ini, ada perempuan hebat, seorang WALHI Champion yang berbagi pengalamannya dalam mempertahankan Rimba Terakhir di daerahnya masing-masing. WALHI Champion merupakan gelar yang sematkan WALHI kepada sosok yang turut berjasa dalam melestarikan Rimba Terakhir.
Cengkeh, hasil hutan Kolaka, Sulawesi Tenggara (Foto: Dok. Kompas)
Tresna Usman Kamaruddin, WALHI Champion dari Sulawesi Tenggara. Siapa yang menyangka perempuan ayu yang aku jumpai di teras depan Almond Zucchini Cooking Studio adalah sosok ‘perkasa’ yang sedang memperjuangkan rimba terakhir-nya di Kabupaten Kolaga, Sulawesi Tenggara. Ibu Tresna, begitu kami memanggilnya. Tinggal di Depok, Jawa Barat tidak membuat perempuan ini lupa akan tanahnya berasal, di rimba Sulawesi Tenggara. “Saya terlahir memiliki seorang kakek seorang petani, dan saya juga mencintai alam,” kata Ibu Tresna saat bercerita apa yang mendorongnya untuk turut dalam melestarikan Rimba Terakhir.
Sudah empat tahun lamanya, Ibu Tresna berjuang kepada pemerintah untuk memberikan ijin kepada komunitas-komunitas yang tinggal di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara untuk dapat mengelola hutannya sendiri. Dan saat ini sudah dalam tahap pengukuran untuk permintaan ijin. Mengapa Ibu Tresna mau bersusah payah melakukan hal tersebut? “Karena saya melihat hutan banyak manfaatnya, tetapi sayangnya banyak dari mereka yang tidak memiliki lahan. Sekarang kita berjuang bagaimana memanfaatkan lahan agar hutan kita tetap lestari,” lanjut Ibu Tresna penuh keyakinan yang sebelum bersama-sama dengan WALHI sudah memanfaatkan lahan dengan menanaminya dengan cengkeh, jahe, dan tanaman tumpangsari lainnya.
Melalui gerakan kearifan lokal, Ibu Tresna menginisiasi gerakan menanam pohon, salah satunya pohon sagu. “Sagu merupakan bahan pangan yang dapat diolah berbagai jenis makanan, seperti papeda dan cako-cako kudapan masa kecil saya yang saat ini sudah hilang,” tambah Ibu Tresna. Di Kabupaten Kolaga, Sulawesi Tenggara, Ibu Tresna pun membawahi para perempuan di sana untuk mengelola sampah plastik dari minuman teh gelas agar dapat memiliki nilai jual.
Namun kendala tidak berhenti ke masalah perijinan, masalah akses dan adanya kebijakan-kebijakan yang menghambat masih ‘memperlambat’ langkahnya berjalan. “Tetapi semangat saya tidak akan pernah padam untuk mengupayakan itu semua!” tegas perempuan yang sejak 2012 divonis kanker dan merasakan sendiri bagaimana hutan membuatnya bertahan hingga kini.
Sri Hartati, WALHI Champion dari Sumatera Barat. Sosok Sri Hartati atau Ibu Tati langsung mencuri perhatian aku dan ke-30 blogger yang hadir. Pakaian adat Minangkabau yang dikenakan langsung mencirikan darimana ia berasal. Dan Ibu Tati pulalah yang membuat air mata kami turut menetes haru saat ia menceritakan bagaimana upayanya bersama WALHI mempertahankan rimba terakhir yang dimiliki. Sebagai seorang ‘bunda kandung’ Ibu Tati mengetuai kelompok tani Bayang Bungo Indah yang memproduksi sirup pala di Nagari Kapujan Koto Berapak Pessel, Sematera Barat. “Selama ini kita membuang daging buah pala dan hanya menjual bijinya, lalu kita berinisiatif bagaimana mengolahnya menjadi sirup, selai, dan minuman segar,” kata Ibu Tati.
Olahan dari buah pala dari WKR Sumatera Barat (foto: Dok Villagerspost)
Usaha pembuatan sirup buah pala ini pada awalnya merupakan program Pengelolaan Hutan Untuk Kesejahtaraan Perempuan (PHUKP) dari WALHI Sumatera Barat. Produksi unggulan dari Nagari ini cukup mendapatkan respon positif dari pemerintahan setempat, ini diperlihatkan dengan penghargaan yang didapat sebagai produk unggulan hasil hutan yang memiliki nilai ekonomis. Saat ini kelompok tani Bayang Bungo Indah memiliki 103 anggota, “untuk modalnya kita patungan 100 ribu perorang dan iuran perbulan 12 ribu sebagai modal. Dari situlah kita dapat memproduksi sirup buah pala,” ujar Ibu Tati.
Usaha produksi sirup buah pala ini juga disukai banyak orang di luar Sumatera Barat karena memiliki cita rasa yang khas, enak, dan berkhasiat untuk kesehatan tanpa mengunakan bahan pengawet. “Karena tidak menggunakan pengawet dan permintaan dari luar sudah banyak, saat ini kita tinggal memproduksi sirup buah pala saja. Untuk selai dan minuman segar tidak dapat diproduksi mengingat usia produk yang tidak bertahan lama,” kata Ibu Tati saat menjelaskan bahwa untuk minuman segar hanya kuat seminggu dan sebulan untuk selai buah pala. Usaha Ibu Tati ini juga sudah mendapat dukungan dari hotel setempat yang menjadikan sirup buah pala produksinya menjadi welcome drink.
Menurut aku, Ibu Tresna dan Ibu Tati menjadi orang yang beruntung masih memiliki hutan yang dapat mereka lindungi dan lestarikan, lalu bagaimana dengan aku? Aku dan para perempuan kota lainnya terbiasa hidup di tengah tembok beton perkotaan, bahkan hanya sedikit dari perempuan kota yang tahu bagaimana rupa hutan itu. Windy Iwandi, seorang food blogger dan selebgram termasuk dalam perempuan kota yang masih dapat ‘mencicipi’ bagaimana hutan itu. “Jika diajak ke mall, aku akan lebih memilih ke hutan. Di hutan, udaranya jauh lebih segar dan sehat,” kata Windy yang pernah mengunjungi hutan Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.
Namun tidak semua perempuan kota seberuntung Windy. Pekerjaan dan kesibukkan terkadang membuat mereka lupa jika kita masih memiliki hutan yang harus dijaga keberadaannya. Alih-alih menghadirkan hutan di kota besar, hutan kota yang ada pun seakan tidak mewakili sosok dan fungsi dari hutan itu sendiri.
Alhamdulillah, sebagai perempuan kota, aku pernah masuk hutan
Lalu apa yang harus aku dan perempuan kota lainnya lakukan untuk turut melestarikan Rimba Terakhir? Mbak Alin pun memberikan sarannya.
Bijak dengan apa yang kita konsumsi
Konsumen is the king! Dan kitalah para konsumen itu. Apa yang kita beli dan gunakan sudah tentu berdampak pada kelestarian hutan. “Sebagai konsumen kita harus cerdas dalam memilih barang-barang apa yang kita butuhkan, terutama untuk barang-barang berbahan baku kelapa sawit seperti minyak sawit dan kosmetik,” tutur Mbak Alin. Sebagai perempuan, kita harus tahu bagaimana memilah antara kebutuhan dan keinginan. Sebaiknya tahan keinginan dan hindari penimbunan barang yang tidak digunakan, selain mubazir, ada hutan yang mulai terkikis untuk memenuhi semua keinginan kita.
Kurangi pemakaian kertas dan plastik
Selain itu mulai sekarang tanamkan dalam diri sendiri untuk mulai mengurangi pemakaian kertas dan plastik. Selain menghasilkan banyak sampah, untuk memproduksi kertas dibutuhkan banyak pohon yang harus ditebang. Jangan jadikan zero waste hanya sekadar tren lalu dilupakan. Jadikan itu suatu kebiasaan positif yang harus dilakukan setiap hari.
Mengkonsumsi apa yang petani hasilkan
Mulai sekarang cobalah mengkonsumsi apa yang petani hasilkan termasuk dengan produk pengganti yang diproduksi komunitas. “Bila kita mengkonsumsi langsung dari komunitas, akan banyak komunitas yang terbantu dan hutan pun tetap lestari,” ujar Mbak Alin. Selain lebih sehat, barang-barang yang dihasilkan dari petani dan komunitas sudah tentu lebih segar, tidak menyebabkan iritasi, dan tidak merusak lingkungan.
Tanam dan pelihara pohon
Mungkin gerakan ini semakin sulit dilakukan di kota besar karena keterbatasan lahan, namun tetap lakukan, sekecil apapun tanaman yang tumbuh jika dilakukan dengan terus-menerus tetap akan memberikan dampak yang positif. Apalagi sebagai perempuan yang bertanggungjawab akan kualitas pangan keluarga, menanam jenis tanaman pangan tentu memberikan banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Bergabung dengan komunitas pelestarian hutan
Bergabung dengan komunitas pelestarian hutan seperti WALHI dan komunitas lain yang searah akan memberikan banyak manfaat. Selain mendapatkan ilmu tentu akan ada aksi nyata dari setiap komunitas untuk mewujudkan pelestarian hutan yang berkelanjutan. Hal terkecil dan mudah dilakukan sebagai perempuan yang aktif bersosial media dengan membagikan informasi dan konten yang berguna untuk menjaga kelestarian hutan.
Tidak terasa satu jam berlalu talkshow yang dipandu oleh Fransiska Soraya di Forest Cuisine Blogger Gathering ini. Ada rasa bangga sebagai bagian dari penduduk Indonesia dianugerahi hutan yang kaya manfaat, namun di sisi lain ada kesedihan mengingat hutan-hutan tersebut mulai terkikis kelestariannya dikarenakan ketidaktahuan kita dalam memilah antara kebutuhan dan keinginan. Alhamdulilah, ada WALHI dan perempuan-perempuan hebat ini yang mengingatkan bahwa masih ada Rimba Terakhir yang harus kita jaga kelestariannya.
Baca juga: Nikmatnya Makan Buah Lai Mahakam
Eits, tetapi acara belum selesai karena masih ada sesi demo masak bersama Chef William Gozali. Dan untuk menu yang kali ini dibuat menggunakan salah satu bahan pangan yang berasal dari hutan sumber makanan yakni jamur.
Demo masak bersama Chef William Gozali
Keberadaan jamur di hutan mungkin tidak sepopuler pohon-pohon berkayu, tetapi jamur merupakan satu di antara berbagai jenis organisme yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Bersama dengan bakteri dan mikroorganisme lainnya, jamur berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan. Dengan demikian, jamur ikut membantu menyuburkan tanah melalui penyediaan nutrisi bagi tumbuhan, sehingga hutan tumbuh dengan subur.
Diperkirakan terdapat 1,5 juta spesies jamur di dunia dan sejumlah 200 ribu spesies jamur ditemukan di Indonesia. Selain itu, masih banyak spesies jamur yang belum diketahui manfaatnya hingga saat ini, sehingga pemanfaatan langsung sebagai sumber makanan ataupun bahan obat belum maksimal dilakukan. Dan untuk demo masak kali ini menggunakan dua jenis jamur, jamur kancing dan shitake.
Jamur bahan pangan dari hutan
Fettuccine Mushroom Ragout
Menu yang dibuat bernama Fettuccine Mushroom Ragout. Menunya boleh Western, tetapi semua bahan yang digunakan hasil dari hutan Indonesia. Nggak percaya? Cek saja bahan-bahannya ya!
1-2 batang daun bawang Sehelai kucai 2 siung bawang putih 2 jamur shitake 5 jamur kancing 1 cup crème Butter Sedikit minyak untuk menumis Keju permesan Penyedap Rasa
Cara membuatnya:
Potong halus daun bawang dan kucai. Sisihkan.
Potong kecil semua jamur. Sisihkan.
Geprek bawang putih lalu cincang halus. Sisihkan.
Didihkan air untuk merebus pasta nya.
Panaskan minyak lalu tumis daun bawang dan kucai hingga coklat seperti bawang goreng.
Di wajan lain masukan butter lalu tumis semua jamur hingga benar-benar coklat, lalu masukan bawang putih cincang. Terakhir masukan tumisan daun bawang dan kucai. Beri sedikit air rebusan pasta biar tidak terlalu kering. Aduk.
Masukan creme, aduk. Beri perasa (garam+lada+vetsin) bila dibutuhkan.
Setelah mengental masukan pastanya. Angkat dan beri taburan permesan di atasnya.
Dan taraaaa… Fettuccine Mushroom Ragout siap disajikan. Rasanya? Uuhhmm mamamiaaa…
Ninin, Chef la Cuisine Forestière
Tidak hanya enak, menu Fettuccine Mushroom Ragout ini mudah dibuat dan tidak membutuhkan waktu yang lama, kurang dari 30 menit Fettuccine Mushroom Ragout sudah siap tersaji. Saking mudah dan enaknya sajian ini, kelompok 4 yang notabene kelompok aku menang loh di demo masak bersama Chef William Gozali ini. Mungkin sepulang dari Forest Cuisine Blogger Gathering, aku menggangkat diriku sendiri menjadi Chef la Cuisine Forestière. Kerenkan.
Perempuan di Rimba Terakhir NININMENULIS.COM – Kamu masih ingat dengan artikel hutan sumber makanan yang pernah aku tulis berjudul Kecapit Kenikmatan Kepiting Hutan Bakau…
#blogger perempuan network#forest cuisine#forest cuisine blogger gathering#hutan sumber makanan#rimba terakhir#wahana lingkungan hidup#walhi#wilayah kelola rakyat#wkr
0 notes