#penyakit masyarakat
Explore tagged Tumblr posts
bantennews · 7 months ago
Text
Sembilan Kecamatan di Pandeglang Paling Banyak Jual Miras
PANDEGLANG – Polres Pandeglang menyita sebanyak 1.432 botol Minuman Keras (Miras) hasil operasi penyakit masyarakat selama 2 bulan. Operasi digelar di wilayah hukum Polres Pandeglang. Ribuan botol tersebut disita dari beberapa warung yang bisa menjual Miras, Kamis (30/5/2024). Dari 35 kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang 9 diantaranya merupakan kecamatan yang paling banyak menjual minuman…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
irwanjaelani · 6 days ago
Text
Pemilihan Ketua Rukun Warga Dan Ketua Rukun Tangga Di Yamansari Mirip pilihan Legislatif
Beritalidik.com ( Slawi ) Pemilihan Ketua Rukun Warga ( RW ) dan Ketua Rukun Tangga ( RT ) Pemerintah Desa Yamansari, Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal, saat ini tengah berlangsung secara maraton, sejak Senin 16 Desember sampai Sabtu 21 Desember 2024. Desa Yamansari yang terdiri dari 11 RW, 52 RT . melaksanakan pemilihan Ketua RW dan Ketua RT dengan kemasan mengadopsi Pemilihan Calon Legislatif…
0 notes
haridiva · 2 months ago
Text
Ancaman Infeksi Jamur bagi Mereka yang Rentan
Infeksi jamur merupakan masalah kesehatan yang serius, terutama bagi individu dengan sistem imun yang lemah atau kompromi, seperti mereka yang mengidap Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), HIV/AIDS, kanker, telah menjalani transplantasi organ, atau dalam pemulihan pasca-tuberkulosis. Kondisi-kondisi ini dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, membuat individu lebih rentan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kayyishwr · 7 months ago
Text
"Abdul Qadir menjelaskan konsep qadha dan qadar. Ia menyatakan bahwa sesungguhnya semua peristiwa baik dan buruk terjadi karena takdir Allah. Namun demikian org beriman dituntut agar menolak takdir buruk dengan takdir baik."
"Untuk itu ia harus menghapus kekufuran dengan keimanan, mengganti bid’ah dengan sunnah, mengubah maksiat dengan ketaatan, menghilangkan penyakit dengan obat, menghapus kebodohan dengan pengetahuan, melawan penganiayaan dengan jihad, mengatasi kemiskinan dengan bekerja, dst"
(dari buku Model Kebangkitan Umat Islam)
So, jadi orang yang beriman, tingkatannya itu memang udah beda dari sekadar menjalankan syariat. Ia sudah seharusnya naik tahap menuju memperbaiki masyarakat, melawan kedzaliman, atau secara lebih umum membawa manfaat bagi sekitarnya.
111 notes · View notes
kaktus-tajam · 7 months ago
Text
Mulailah dari Gelisah
“Ada satu pesan terakhir?”
Ketika pada podcast LPDP aku ditanya satu pesan akhir, aku teringat nasihat mendalam dari KH Budi Ashari: “mulailah dari rasa gelisah.”
Eh gimana gimana? Rasa gelisah memangnya positif ya?
Ternyata yang dimaksud di sini adalah rasa keprihatinan pada suatu isu. Pada suatu masalah. Pada suatu problematika.
Rasa gelisah itu bisa amat berbeda di tiap orang. Ia hadir sebagai titipan pada hati tiap individu, yang beragam latar, cara pandang, pengalaman hidup, dan lingkungannya.
Kata kakak saya yang seorang dokter anak… banyaak sekalii bayi prematur di Indonesia yang tidak tertolong karena mahal dan terbatasnya inkubator. Kenapa harus impor inkubator sementara alat ini mudah dan murah dibuat? Kenapa harus mengikuti spek ukuran di jurnal ternama? Padahal realitanya di masyarakat, kamar mereka sempit dan bersebelahan dengan kandang kambing. Mana mungkin cukup? Kenapa alatnya terlalu berat sehingga sulit ditransportasi, sementara pasien kita hidup di pegunungan dengan akses jalan kaki terjal?
Ujar seorang Professor teknik mesin penggagas gerakan inkubator gratis untuk bayi prematur di Indonesia.
Aku sakit kanker kelenjar tiroid di usia muda, usia dimana seharusnya aku bersenang dan bermimpi. Tidak hanya fisikku yang sakit, mentalku jatuh. Padahal aku sendiri kuliah psikologi. Bagaimana dengan remaja dan pemuda lain di luar sana yang sendiri menghadapi sakit kronis? Yang dikucilkan? Yang tiap hari harus konsumsi obat? Yang tiap bulan tamasya-nya ke Rumah Sakit?
Ujar seorang penggerak komunitas pasien penyakit kronis.
Rasa gelisah itu tidak bisa direkayasa.
Rasa itu muncul dari belanja masalah pada realita. Muncul dari ilmu tentang kondisi ideal yang kemilau dari hasil literasi, diskusi, dan keyakinan atas ayat-ayat suci. Semakin berilmu, semakin gelisah.
Semakin tinggi ilmunya, semakin sadar akan standar ideal yang menjadi acuan, dan betapa tidak idealnya kondisi saat ini.
Sesederhana acuan penanganan “door-to-needle-time” pasien stroke 15 menit yang sulit diterapkan. Yang kemudian mendorong tim dokter saraf merevolusioner sistem pre-hospital penerimaan pasien stroke dengan mengintegrasikan alat CT scan di ambulans.
Atau sekompleks kenapa suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat terjadi di tengah masyarakat.. sementara pada kitab suci dan tuntunan Nabi telah dipercontohkan sebagai panduan. Yang kemudian membangkitkan seseorang berjuang mendirikan madrasah. Kemudian memberi akses pendidikan yang kini menjadi aliran amal… dari ribuan sekolah di Indonesia dari bangku TK hingga perguruan tinggi. Iya, KH Darwis, pendiri Muhammadiyah.
Rasa gelisah itu bukan kebetulan.
Dipertemukan tokoh ini dan itu, orang ini dan itu. Dipertemukan bacaan-bacaan buku. Dipertemukan guru-guru. Dipertemukan ujian ini, kondisi itu.
Jadi mulailah dari rasa gelisah. Jika belum menemukan rasa itu, mungkin itu tanda baik dari Allah untuk kita lebih semangat mencari ilmu, semangat belanja masalah, semangat membaca buku. Lalu temukan celah-celah itu. Celah besar antara realita dan kondisi ideal.
Berdirilah di celah itu, rasakan kegelisahannya. persempitlah celah itu, mulailah dari situ.
Tumblr media
Nanti akan Allah bukakan jalan untuk menjawab kegelisahannya.
InsyaaAllah.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang amat peduli. Amat khawatir dan gelisah tentang kondisi umat dalam kondisi kebodohan dan kerusakan serta kebiadaban saat itu. Ber-tahannuts di gua Hira, bukan karena menghindari masyarakat, justru karena beliau SAW adalah sosok yang selalu hadir di tengah masyarakat.. Rasulullah SAW merasakan kegundahan, kegelisahan, keprihatinan mendalam.
Wallahua’lam.
-h.a.
Kalau kamu, rasa gelisahnya terhadap apa?
55 notes · View notes
elyaqaidah · 3 months ago
Text
Tumblr media
Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik anak terhambat, sehingga tinggi badannya tidak mencapai standar yang sesuai dengan usia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting terjadi ketika seorang anak mengalami kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun. Stunting sering kali diukur dengan perbandingan tinggi badan terhadap umur, dan anak yang stunting biasanya memiliki tinggi badan di bawah minus dua deviasi standar dari median tinggi badan anak sehat.
Penyebab Stunting
1. Kekurangan Gizi: Pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya akses terhadap makanan bergizi berkontribusi signifikan terhadap stunting.
2. Penyakit Infeksi: Infeksi mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kebutuhan energi tubuh.
3. Lingkungan: Kondisi sanitasi yang buruk, air bersih yang tidak tersedia, dan lingkungan sosial yang tidak mendukung juga memainkan peran penting.
Dampak Stunting bagi Kesehatan
1. Pertumbuhan Fisik yang Terhambat. Anak yang mengalami stunting akan memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan dengan teman sebayanya.
2. Meningkatkan risiko obesitas dan mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain.
3. Anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan di masa dewasa, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Ini terkait dengan pola makan yang buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Upaya Pencegahan Stunting
1. Pemerintah dan lembaga terkait harus memastikan ketersediaan makanan bergizi dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang.
2. Program-program kesehatan yang mendukung ibu hamil dan anak, termasuk pemeriksaan kehamilan yang teratur dan penyuluhan tentang perawatan bayi, sangat penting.
3. Meningkatkan fasilitas sanitasi dan akses terhadap air bersih dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat memperburuk kondisi stunting.
4. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang dampak buruk stunting serta cara mencegahnya melalui program penyuluhan yang efektif.
9 notes · View notes
monicaftr · 26 days ago
Text
Kebiasaan atau Kebenaran?
"Dih, aneh banget pake nyiapin buat sharing gituan doang"
"Cowok nonton p*rn mah wajar kali"
"Anj*r, eg*, c*k, bgs*t, asdfghjkl"
"Hah, lo nolak karena ngerokok doang?"
Memegang teguh prinsip rasanya menjadi berat sekali akhir-akhir ini. Banyak hal yang terlihat biasa sehingga diwajarkan bahkan dijadikan pembenaran. Padahal sebagai muslim, benar dan salah adalah suatu hal yang pasti. Walau tentu masih berjuang menjadi muslim yang taat, perkataan-perkataan di awal cukup membuatku tidak nyaman terkhusus beberapa yang ditujukan padaku.
Cukup kaget saat dikatakan 'aneh' ketika aku protes karena pemberitahuan mendadak untuk sharing teknik mengajar padahal aku tidak menyiapkan apapun. Karena orang lain tidak meyiapkan, bukan berarti aku juga harus sama bukan? Kenapa berusaha lebih baik menjadi sesuatu hal yang aneh?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata wajar adalah biasa sebagaimana adanya tanpa tambahan apa pun. Arti lainnya dari wajar adalah menurut keadaan yang ada. Kasus pornografi bukan merupakan sesuatu hal yang baru. Namun, walaupun jumlahnya banyak bukan berarti semua orang kecanduan atau tertarik dengan konten-konten tersebut.
Normalisasi kata kasar. Sungguh, ini menjadi PR besar pendidik. Ingat, proses mendidik bukan hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan masyarakat. Rasanya sudah capek untuk mengingatkan murid-muridku tapi ngga boleh capek. Prinsip berkata yang baik atau diam seakan dikalahkan oleh berkata seperti apa yang teman-temanku katakan atau berkata seperti apa yang aku tonton. Menjelaskan konsep bahwa kekuatan kata-kata dapat mengubah yang halal menjadi haram, pemindahan tanggung jawab, dan hal-hal lainnya juga sudah kujelaskan. Terkadang sadar ini adalah prosesnya, tetapi berdoa lebih kencang supaya sabarku tidak menjadi setipis tisu dibagi tujuh.
Perihal merokok aku mengambil pendapat haram karena terlalu banyak mudharatnya. Bagaimana aku bisa menyayangi seseorang yang tidak menyayangi dirinya sendiri dan mempunyai peluang memberikan penyakit ke keluarganya?
Membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa. Seperti memegang bara api memang cocok jika disandingkan dengan kehidupan masa kini. Dan memang perlu pegangan yang kuat untuk tidak terbawa arus.
Saat kau ragu arah tuju, di situlah kau mulai terbawa arus (Amigdala)
6 notes · View notes
chillinaris · 4 months ago
Text
JANDA, PENYIHIR, KUCING, DAN SAINS
Tumblr media
Ada yang tahu kenapa Eropa abad 17-18 menggambarkan penyihir selalu bersama kucing? Ternyata ini karena masyarakat Eropa jaman itu buta ilmu pengetahuan.
Tumblr media
Jadi abad 17-18 di Eropa banyak orang tiba-tiba mati tanpa sebab. Di sebuah desa bisa beberapa orang mati dalam satu malam. Dan anehnya wanita-wanita yang tidak menikah atau janda, tidak pernah atau jarang sekali kena kematian mendadak tersebut.
Jadi bisa di sebuah desa ada seorang wanita yang tetangga sekelilingnya itu pada mati, tapi dia tidak kenapa-kenapa. Dan ini terjadi di banyak desa di sepenjuru Eropa. Wanita-wanita single atau janda cenderung aman dari kematian mendadak tersebut.
Tumblr media
Masyarakat yang ketakutan menuduh wanita-wanita tersebut adalah penyhir yang mengguna-guna desa mereka. Dan cara agar kutukan tersebut hilang adalah dengan membakar para penyihir tersebut.
Tumblr media
Belakangan diketahui kalau kematian mendadak itu dikarenakan kutu atau penyakit yang dibawa oleh tikus. Mungkin penyakit pes kali ya? Jaman itu memang wabah tikus lagi melanda seluruh Eropa.
Dan wanita-wanita single atau janda jaman itu rata-rata memelihara kucing untuk menemani mereka agar tidak kesepian. Akibatnya apa? Tikus-tikus pembawa penyakit itu tidak berkeliaran di rumah mereka dan mereka terselamatkan dari kematian.
Tumblr media
Makanya gambar-gambar penyihir dari abad 17-18 Eropa rata-rata digambarkan dengan apa? Yes, digambarkan bersama kucing.
Itulah, ketika ilmu pengetahuan tidak hadir maka permainan saling menyalahkanpun dimulai.
The End.
3 notes · View notes
qibtiyah · 7 months ago
Text
📮📮🇲🇨🇲🇨📮📮
*YANG "NONGKI" DI JALAN DAKWAH*
(Seri Indonesia Membina)
@ Dwi Budiyanto
Ada seorang murabbi di Yogyakarta, enam puluh tahun usianya. Tak banyak di antara kita mengenalnya.
Empat kali dalam sepekan ia menempuh jarak 60 Km lebih untuk mengisi forum pembinaan pekanan dan taklim rutin, di daerah Gunungkidul.
Dengan motor ia tempuhi jalan terjal dan menanjak. Ia tampil sebagai dai dan murabbi yang tak berpikir popularitas.
****
“Selagi konsisten membina, insya Allah, kita tidak pernah menganggur di jalan dakwah ini. Kalau tidak mau membina, terus kita mau ngapain?” demikian kata Ustadz Cholid Mahmud ~Allahuyarham, suatu ketika.
Pernyataan tersebut ditegaskan ulang Ustadz Cahyadi Takariawan dalam peluncuran Gerakan Indonesia Membina pada 20 Mei yang lalu.
Selagi kita merekrut dan membina tak ada seorang pun di antara kita menjadi pengangguran di jalan dakwah. Mungkin ada di antara kita akan mengatakan, “Apa peranku? Aku bukan pengurus lembaga, organisasi, bukan pula pejabat publik. Lalu apa peranku?
Ustadz Cholid Mahmud punya jawaban yang paling sederhana dan itu menjadi jawaban bagi kita semua: siapapun di antara kita selagi merekrut dan membina, tidak mungkin akan nganggur di jalan dakwah,” kata Ustadz Pak Cah.
Benar sekali. Di jalan dakwah ini, posisi itu sangat terbatas, tapi kontribusi tidak berbatas. Posisi ketua, presiden, pengurus lembaga, anggota dewan, kepala sekolah, bupati, atau jabatan publik lainnya itu sangat terbatas.
Sementara kontribusi untuk merekrut dan membina adalah kerja-kerja tanpa batas. Seorang murabbi tidak akan mengalami pergantian antar waktu atau dipensiunkan, selagi ia memiliki komitmen yang kuat.
Ketika orientasi untuk berkontribusi pada “yang tak berbatas” melemah, seseorang akan fokus pada posisi “yang serba terbatas”. Kalau tidak berambisi merebutnya, kemungkinan lain adalah putus asa dan merasa disisihkan.
Sementara itu, para dai yang menyibukkan diri dalam kerja-kerja perekrutan dan pembinaan akan senantiasa disibukkan dengan amal kebaikan. Nah, naluri untuk merekrut dan membina inilah yang perlu terus-menerus kita jaga.
Ada seorang murabbi di Yogyakarta, enam puluh tahun usianya. Tak banyak di antara kita mengenalnya. Ia jauh dari sorot kamera dan ingar-bingar pemberitaan.
Kiprahnya tidak pernah terunggah di laman Instagram manapun. Televisi tidak pernah menyiarkannya. Ia bergerak dalam kesunyian. Empat kali dalam sepekan ia menempuh 60 Km lebih untuk mengisi forum pembinaan pekanan dan taklim rutin di daerah Gunungkidul.
Dengan motor ia tempuhi jalan terjal dan menanjak. Ia tampil sebagai dai dan murabbi yang tak mikir berat.
Saya bayangkan, beliau tak pernah berpikir njlimet bahwa merekrut sekarang sulit. Orang lebih tertarik pada pembicara di Youtube. Seorang dai dan murabbi butuh viralitas agar punya daya tarik. Tak terlintas sedikit pun pikiran itu.
Beliau langsung bertegur sapa dengan masyarakat. Hadir di tengah-tengah mereka. Menyibukkan dalam program taklim, penyediaan air bersih bagi masyarakat, pengadaan hewan kurban, bakti sosial, beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa.
Beliau bukan anggota dewan, bukan calon bupati, bukan pengurus lembaga dakwah. Pada 2024 ini, di usia ke-60, beliau seperti tak kehabisan energi sebagai dai dan murabbi. Di hadapan para dai dan murabbi seperti ini, rasanya kami seperti remah-remah.
Para dai dan murabbi tidak pernah terjangkit “nongki-nongki syndroma”. Sindrom nongkrong-nongkrong tak jelas yang menunjukkan kemalasan untuk berjuang.
Dalam terminologi dakwah, seperti disampaikan Ustadz Aunur Rofiq Saleh Tamhid dalam buku “Pesan-Pesan Tarbawi untuk Para Murabbi” (2024) sebagai penyakit qu’ud.
Dalam Alquran, orang-orang yang tidak mau aktif berdakwah dan berjuang disebut sebagai qaa’iduun (orang-orang yang gemar duduk-duduk berpangku tangan). Mereka lebih suka kongko-kongko daripada gigih bekerja.
قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
Mereka berkata, "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja". (*Q.s. Al-Maidah: 24*).
Mereka yang terjangkiti sindrom nongki-nongki, sering menciptakan alasan-alasan dramatik agar terhindar dari kerja-kerja dakwah dan pembinaan. Entah khawatir dengan resiko, takut tantangan, hingga menciptakan bayang-bayang kecemasan yang berlebihan.
Semua berakar dari bergesernya orientasi terhadap dakwah dan pembinaan. Ada juga yang menganggap kerja membina tidak lagi penting dan bergengsi daripada kerja-kerja meraih mobilitas vertikal. Lalu dengan enteng, pikiran dan perkataan mereka mengatakan, *“Silakan membina sendiri. Aku memilih duduk-duduk di sini. Meniti karir. Mengembangkan bisnis. Toh ini juga dakwah.”*
Betapa kita merasa iri melihat mereka yang tak pernah nganggur di jalan dakwah ini. Karir dan bisnis kita boleh jadi menanjak, tapi jangan-jangan kita adalah pengangguran di jalan dakwah ini.
Kita merasa cukup karena telah ikut berinfak, tanpa kita sadari itu tak istimewa, karena para murabbi yang produktif itu pun melakukan hal yang sama. Jangan-jangan infak kita itu tak seberapa dibanding apa yang dikeluarkan para murabbi untuk menjamu dan meringankan beban mutarabbinya.
Mari kita selisik diri masing-masing. Apakah kita sudah lama menganggur di jalan dakwah ini? Apakah selama ini kita hanya nongki-nongki saja di jalan dakwah? []
#IndonesiaMembina
[note: nemu tulisan ini dari grup liqo setelah 1 tahun ngga aktif ngebina rasanya agsj,&×*××[ajq8192pepshsl+;+&! sediiii tp bingung harus gimana, sengaja nitip ditumblr biar bisa terus dibaca]
3 notes · View notes
tulisanditaputri · 7 months ago
Text
Lakukan Pencegahan, karena Puskesmas Bukan Sekadar Pusat Pengobatan
Tumblr media
Hai! Sekarang kita akan mulai memasuki bahasan tentang puskesmas. Semua orang pasti sudah mengetahui apa itu puskesmas, tetapi tidak semua orang mampu memahami apa yang dimaksud dengan puskesmas. Sekarang, coba buka aplikasi google maps yang ada di telepon genggam milikmu, kemudian ketik nama puskesmas yang ada di sekitar tempat tinggalmu. Hampir dipastikan ada saja terselip ulasan seperti berikut, ”Puskesmas ini tidak memuaskan, antre dan pelayanannya lama, pegawainya tidak ramah, judes, dan kasar.” Wajar kok, masyarakat berhak menilai, puskesmas pun juga wajib memperbaiki.
Tulisan ini tidak akan membahas lebih lanjut bagaimana solusi agar pelayanan di puskesmas dapat lebih baik. Tulisan ini hanya ingin membantu untuk memahamkan tentang puskesmas, menyadarkan jika puskesmas tidak seperti yang dibahas oleh beberapa komentar pedas. Jika masyarakat paham, tentu akan lebih mudah bagi masyarakat untuk membantu puskesmas. Sejatinya, bukan hanya masyarakat yang memerlukan keberadaan dan pelayanan dari puskesmas, melainkan puskesmas-lah yang benar-benar memerlukan masyarakat untuk melakukan pencegahan, menerapkan pola hidup sehat, serta rajin melakukan pemeriksaan. Inilah yang selanjutnya akan menjadi pokok bahasan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun 2019 tentang puskesmas, puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan masyarakat?
Upaya kesehatan masyarakat (UKM) adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. UKM terdiri dari UKM esensial yang merupakan UKM wajib, dan UKM pengembangan yang bersifat tambahan.
Apakah yang dimaksud dengan upaya kesehatan perorangan?
Upaya kesehatan perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Jelas bukan, bahwa puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat, bukan pusat pengobatan masyarakat. Bahkan di dalam Permenkes No. 43 Tahun 2019 disebutkan bahwa puskesmas harus mengutamakan upaya promotif dan preventif. Promotif adalah pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap penyakit. Kuratif adalah kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit dan mengurangi penderitaan akibat penyakit. Sedangkan rehabilitatif adalah kegiatan untuk mengembalikan penderita ke dalam masyarakat sehingga dirinya dapat berguna kembali. Mari kita simak contoh promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif berdasarkan kasus berikut:
”Seorang pasien laki-laki usia 45 tahun, dibawa ke UGD puskesmas dengan keluhan utama tangan dan kaki sebelah kanan tidak dapat digerakkan serta bicara pelo. Pasien mempunyai riwayat tekanan darah tinggi tidak terkontrol karena jarang minum obat. Pasien adalah perokok berat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien 220/130. Indeks massa tubuh pasien masuk ke dalam kategori obesitas. Untuk sementara, penyakit pasien mengarah ke stroke dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Kondisi pasien tersebut tidak dapat ditangani di puskesmas.  Pasien harus segera di rujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut atau rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lanjut.”
Kira-kira apakah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif pada kasus tersebut?
Pertama, tentukan penyakitnya. Pada kasus tersebut, penyakitnya adalah stroke akibat hipertensi tidak terkontrol. Mengobati stroke dan hipertensi yang telah terjadi pada pasien tersebut merupakan bentuk dari kuratif. Apabila pasien pulih, kemudian lanjut dilakukan fisioterapi agar pasien tersebut mampu kembali bekerja adalah bentuk rehabilitatif. Jadi, kuratif dan rehabilitatif tercipta saat penyakit tersebut telah terjadi.
Bagaimana agar penyakit tidak terjadi? Jawabnya, berusaha dengan melakukan promotif dan preventif. Pada kasus ini, apabila pasien melakukan pencegahan atau preventif dengan cara berhenti merokok, diet, dan rajin berolahraga untuk menurunkan berat badan, kecil kemungkinan pasien tersebut menderita hipertensi dan komplikasi stroke. Sedangkan promotif pada kasus ini adalah segala macam upaya promosi kesehatan dari tenagan kesehatan dalam bentuk penyuluhan, poster, video, dan sebagainya, yang bertujuan agar masyarakat mengetahui cara pencegahan dari penyakit hipertensi.
Mencegah pasti lebih baik daripada mengobati. Mencegah juga jauh lebih murah dibandingkan mengobati. Sehat itu sangat mahal. Seandainya, ada pasien yang ingin menukar tubuh sehatmu dengan tubuh sakitnya yang sedang berjuang mati-matian untuk tetap bertahan. Kira-kira apakah kamu bersedia walau dibayar miliaran? Memang, semua sudah ada takdirnya, termasuk sakit yang diderita. Namun, setidaknya kita sudah berusaha untuk menjaga dan mencegahnya. Sebagaiman Allah berfirman dalam Quran Surah Ar-Rad ayat 11, yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
Semoga tulisan ini dapat menjadi bagian dari upaya promotif dan mengajak siapa saja yang membaca untuk mau berusaha mencegah. Mari mencegah, dimulai dari diri sendiri. Jaga kesehatanmu juga orang-orang yang kamu sayangi. Selamat membuktikan bahwa mencegah itu manfaatnya besar sekali.
“Tanggung jawab ekstra di bidang kesehatan bukan hanya milik tenaga kesehatan semata, masyarakat pun memiliki andil besar dengan melakukan pencegahan."
2 notes · View notes
bantennews · 7 months ago
Text
Polres Serang Kembali Angkut 2 Jeriken Tuak dari Warung Kelontong
SERANG – Personel Satuan Samapta Polres Serang mengamankan dua diriken minuman tuak dari lokasi warung kelontongan di wilayah Cisereh, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Minggu (19/5/2024) dini hari. Barang bukti selanjutnya diamankan ke Mapolres Serang untuk dimusnahkan. Kasat Samapta Iptu Eka Jatnika mengatakan kegiatan operasi miras ini berbarengan dengan patroli Kegiatan Rutin Yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
irwanjaelani · 11 days ago
Text
Demam Derdarah Dengue Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus Dengue, Ini Pesan Dokter Budi
Beritalidik.com ( Slawi ) Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit  yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pernyataan tersebut, disampaikan oleh dokter Budi Sutrisno,S.H. M.Kes, yang berdomisili di Desa Curug Kecamatan pangkah Kabupaten Tegal, Menurutnya, DBD memiliki konsekuensi yang parah apabila penanganannya…
0 notes
haridiva · 6 months ago
Text
Peranan TPT dalam Eliminasi TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, tetapi paling sering terjadi di paru-paru. TBC dapat menyebabkan batuk, demam, keringat malam, penurunan berat badan, dan bahkan kematian jika tidak diobati. Menurut Global TB Report WHO 2021, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi…
0 notes
impossibledonutkoala · 7 months ago
Text
Jasa pijat Bandung adalah jasa pijat murah dengan layanan 24 jam. Kami ingin membuat Anda mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar untuk menunjang segala aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, kami menawarkan berbagai layanan pijat untuk memanjakan diri Anda seperti body scrub, terapi medis, pijat shiatsu, pijat thai, pijat Swedia, pijat aromaterapi, pijat tradisional, pijat refleksi dan masih banyak lagi.
Jasa Pijat Bandung Terapis Berpengalaman
Olivia Massage sangat cocok bagi Anda yang sibuk sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk pergi ke spa/pijat. Anda cukup menelepon atau memesan melalui WhatsApp dan terapis kami akan datang ke rumah, kost atau hotel tempat Anda menginap, jadi lebih praktis sekaligus hemat.
Bagi masyarakat Indonesia, pijat merupakan salah satu cara untuk menghilangkan pegal-pegal. Apalagi kini telah tersedia layanan pijat online. Jasa pijat panggilan seperti ini memberikan banyak keuntungan terutama dalam menghemat waktu.
Manfaat Pijat Secara Rutin
Bagi orang yang memiliki aktivitas cukup padat, sangat penting untuk melakukan pijat secara rutin. Mengingat pijat memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Ingin tahu manfaat apa saja yang biasa Anda dapatkan dari pijat? Berikut penjelasannya.
Tubuh Lebih Bertenaga
Manfaat pertama yang bisa Anda dapatkan jika melakukan pijat secara rutin adalah tubuh Anda bisa lebih bertenaga. Terlebih lagi, bagi Anda yang memang memiliki aktivitas cukup padat setiap harinya, melakukan body massage akan membuat Anda merasa lebih berenergi.
Tentu saja hal ini dapat berdampak pada peningkatan produktivitas. Perlu Anda ketahui bahwa setelah pijat, tubuh akan kembali bertenaga karena otot yang awalnya tegang bisa menjadi lebih rileks.
Sakit Kepala Berkurang
Melakukan pemijatan secara rutin minimal sebulan sekali juga bermanfaat untuk mengurangi sakit kepala. Apalagi bagi Anda yang memiliki banyak aktivitas, penyakit yang paling sering muncul adalah sakit kepala. Ini terjadi karena terlalu banyak pikiran dan kelelahan fisik.
Banyak orang menyepelekan hal ini dan menganggap sesuatu yang sepele. Padahal penting untuk mengatasinya agar tidak berdampak lebih serius bagi kesehatan. Jika Anda sering mengalami sakit kepala, pekerjaan Anda akan terganggu.
Memperlancar Peredaran Darah
Manfaat selanjutnya jika Anda melakukan pemijatan secara rutin adalah peredaran darah akan lebih lancar. Apalagi darah dalam tubuh memiliki peran penting karena dapat mempengaruhi aktivitas organ dalam tubuh. Karena itu, penting untuk memastikan sirkulasi darah lancar dalam tubuh.
Perlu Anda ketahui juga bahwa melakukan pijat secara rutin juga bermanfaat agar nyeri yang selama ini Anda rasakan semakin berkurang. Entah itu nyeri yang terjadi di pergelangan kaki atau tangan. Jika bagian tersebut sering dipijat, maka peredaran darah juga akan lancar.
Tumblr media
2 notes · View notes
kayyishwr · 8 months ago
Text
Ketenangan
"Penempatan kalian di IGD kali ini, untuk belajar, bagaimana manajemen pasien dengan kegawatdaruratan, yang setiap rumah sakit pasti punya SOP nya masing-masing" begitu salah satu pesan dari penanggung jawab kami saat melakukan briefing via zoom
Dan yak, memang pada akhirnya berbeda. Selama ini kami dibagi di setiap stase, dan juga tidak selamanya harus jaga di IGD. Pembagian setiap stase itu, membuat kami terfokus pada kasus-kasus tertentu saja, semisal stase penyakit dalam, maka kasus yang kami pelajari seputar itu saja.
Maka stase IGD saat ini, kasus yang kami pelajari lebih umum, semuanya, dari masalah mata yang terkena jepretan karet, hingga ujung kaki yang membengkak dan perlu tindakan pungsi.
Ketenangan, itu yang paling terasa di stase ini. Pernah suatu ketika, datang seorang pasien dengan keluhan utama pusing. Ketika ditanya lebih lanjut, pusing dirasakan berputar, disertai mual tapi tidak muntah. Setelah berdiskusi dengan dokter yang bertugas, ditetapkan sementara untuk observasi dan diberikan tatalaksana untuk diagnosis vertigo.
Nah tantangan berikutnya adalah, pasien ini datang dengan suaminya saja. Sehingga harus ditinggal untuk mengurus administrasi pendaftaran, tapi rupanya suaminya ini nampak sayang dan kasihan dengan istrinya, maka ketika saya minta buat daftar ke depan beliau otomatis berkomentar "kok ribet banget si, ini istri saya begini, masa harus saya tinggal. Kalo gitu tak pindah rumah sakit saja lah"
Deg! Kaget. Untungnya setelah itu datang perawat yang akan memasukkan obat, sekaligus bisa menemani istrinya, selagi sang suami ke meja pendaftaran.
Apa yang aku rasakan? Nano-nano. Satu sisi memang yang harus ke pendaftaran adalah keluarga yang bersangkutan, tapi satu sisi, sang suami benar, tidak mungkin meninggalkan istrinya yang nampak tidak nyaman dengan kondisinya.
Ah iya, kita memang harus tenang. Pernah ada kasus lain, yang mungkin saat kita dengar langsung terpikir, wah ini lumayan agak gawat, tapi mungkin terkesan biasa di kalangan masyarakat. Maka kita sebagai pendengar, harus terlihat tenang, tidak boleh panik atau terlihat panik. Pernah juga datang pasien tidak sadarkan diri, maka otomatis harus segera diberi tindakan, tapi ya lagi-lagi harus tenang. Mengevalusi nadi, mengecek refleks pupil apakah sudah midriasis maksimal, hingga akhirnya telling bed news, bahwa pasien sudah kembali kepada RabbNya
Ya, skill ketenangan. Harus dilatih. Agar tidak latah. Tidak kagetan. Dan tidak membuat orang lain panik.
Semoga saja
8/05/2024, pukul 20.00. 1 jam sebelum jaga malam
17 notes · View notes
mutiarafirdaus · 11 months ago
Text
Oleh-oleh Dauroh Aqidah (1)
H : Hari ini aku habis ikutan Dauroh Aqidah
L : Wii ceritain dong, apa aja yang dibahas disana tadi?
H : Banyak banget. Dari bahas kenikmatan akhirat yang terus bertambah bagi orang-orang yang beriman, fenomena LGBT sampai pembahasan tentang Sifat Wajib Allah yang ketika beliau paparkan tuh keren banget! Masuk banget ke logika dan jadi menciptakan rasa.
L : Oke, waktu dan tempat kami persilahkan.
H : Dari permasalahan LGBT ya, ketika di kisah Nabi Luth yang ada malaikat menyamar jadi pria tampan itu Nabi Luth khawatir dengan kedatangan mereka karena penduduk disana mengalami penyimpangan yang menjijikan dan sampai kepada tahap tidak malu untuk merudapaksa seseorang di publik secara beramai ramai.
Jadi LGBT itu kalau hari ini dibela dengan dalih, berikan kebebasan mereka untuk menunjukkan kasih sayang itutuh kalau terus dibiarkan, yang awalnya hanya sayang-sayangan dengan pasangannya lama lama akan merambah pada merusak masyarakat secara terang-terangan dan menularkan penyakit menjijikan.
Pemuasan nafsu yang terus menerus dibiarkan melanggar batas syar'i akan menjelma menjadi perilaku mengerikan yang cepat menyebar di masyarakat. Makanya harus benar-benar berlindung kepada Allah dari kejahatan perilaku menyimpang itu.
L : Alhamdulillah kamu tinggal di masa kini ya, bukan di masa mereka dulu 🥺
H : Woii 🙃
4 notes · View notes