Tumgik
#penghakiman
gizantara · 5 months
Text
Di Antara Bentuk Penjagaan Hati
Sekarang ngerti sedikit rasanya ketika Rasulullah nggak menerima wahyu selama 6 bulan sebelum surat Ad-Duhaa diturunkan. Mungkin agak mirip dengan perasaan nggak ketemu temen dalam jangka waktu yang lama.
Sebenarnya ga terlalu apple to apple analoginya, tapi yang mau digarisbawahi adalah kebutuhan untuk tetap terhubung agar senantiasa memperbarui pemahaman dan pengenalan tentang pihak lain di database atau perpustakaan internal dalam kepala kita.
Tumblr media
Kata Pastor Raguel Lewi, pengenalan melunturkan penghakiman. Itu sebabnya penghakiman seringkali datang dari orang yang kurang mengenal dan memahami. Entah kurang bisa atau kurang mau berusaha. Istilahnya mah lack of understanding, lack of comprehension of a concept, situation, or idea.
Sering kan, kita bertahun-tahun nggak berkabar sama seseorang? Di fase itu, kalo orangnya memang yang udah kita kenal, tentu ga akan jadi masalah. Kalo kabarnya bagus, ikut seneng. Kalo lagi ga baik-baik aja, kita memberikan semacam "uzur" atau pemakluman serta doa baik. Kek, "aku paham kenapa dia begitu."
Tapi kalo yang nggak deket-deket amat, paling pas denger kabarnya respon kita ga sehangat itu. Males effort buat memahaminya juga. Kalo kabarnya bagus kita lumayan kaget dan timbul penyakit hati, kalo kabarnya jelek kita kaget juga dan mempertanyakan keputusannya, "aku ga paham deh kenapa dia begini dan begitu?" Dikiranya orang lain ga boleh punya dinamika perjalanannya sendiri apa ya? Wkwk.
Nah itu sebabnya memperbarui pengenalan kita terhadap pihak lain itu penting. Karena seiring berjalannya waktu, orang tuh berubah dan penilaian kita ga selamanya relevan. Dan yang gak kalah penting lagi, kita juga perlu menyaring penilaian dari perantara kabar. Ketika kabar tentang seseorang nggak kita denger langsung dari sumber pertama (A1), maka jangan langsung cepat menyimpulkan. Kita perlu tau kredibilitasnya juga.
Sama seperti Rasulullah yang tidak mendengar ucapan orang Quraisy dalam pengenalan beliau terhadap Allah. Ketika orang Quraisy bilang, "Tuhanmu meninggalkanmu dan membencimu" yang Rasulullah lakukan adalah tidak mengambil ucapan mereka dengan serius, melainkan terus berdoa agar tetap terhubung dan Allah senantiasa membimbing beliau dalam perjalanan mengenal dan memperbarui pemahaman tentang Allah. Rasulullah juga sadar kok, bagaimanapun orang Quraisy gembar-gembor berusaha bikin beliau ngerasa ga berharga, pendapat mereka ga relevan dan bahkan prasangka mereka tentang Allah tuh benar-benar ngga kredibel.
Jadi beliau menyabarkan diri menunggu Allah memberi kabar. Menunggu Allah memperkenalkan diri-Nya lagi. Menunggu inilah yang cuma bisa dilakukan oleh orang yang percaya. Ketika kepercayaan hilang, ga ada alasan untuk bertahan dalam kesabaran. Kalau ga sabaran mah udah deh, bakal langsung salah paham, berasumsi, kecewa sendiri sama asumsi itu, dan terluka akibat cara pandang yang sempit itu.
Kita sebagai manusia aja ga suka disalahpahami kan? Allah pun demikian. Makanya Allah klarifikasi, "Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula membencimu." Ya istilahnya mah, menegaskan bahwa Allah memang tidak seperti yang orang Quraisy katakan.
Dan makanya Allah terus menerus memperkenalkan dirinya di dalam ayat demi ayat. Lathifulkhabir, rahmaanurrahim, azizulhakim, ghafururrahim, sami'ulbashir, a'limanhakima, tawwaburrahim, a'limunhalim, a'liyyulkabir, raufurrahim ghaniyyunhamid, dan lafadz-lafadz lainnya adalah cara Allah ingin dikenali oleh manusia. Cara kita menghargai Allah adalah mengenal-Nya dari nama dan sifat-Nya. Makanya Nabi Ibrahim tuh pas ngenalin tentang Allah ke Azar bilangnya, "Allah sangat baik loh padaku."
Tapi kenapa sih Allah harus sampai klarifikasi? Berarti Rasulullah sempet salah paham dong ke Allah sebelumnya? Bisa jadi iya, Allahu a'lam.
Nah sama kaya ke kita, kenapa sih Allah sampai harus berulang kali memperkenalkan dirinya dengan nama dan sifat yang berbeda-beda? Karena manusia menyalahpahami Allah melalui berbagai cara. Ada yang jalur patah hati, jalur sok pinter, jalur ga terima takdir, jalur terpengaruh omongan orang lain, dan lain-lain. Nah makanya ini juga penting. Fakta bahwa input dari apa yang dilihat dan didengar pun berpengaruh. Maka terhadap Allah pun, harus mengenal-Nya sebagaimana Dia memperkenalkan dirinya.
Jadi jangan dengerin sesuatu tentang Allah dari orang yang hatinya masih terluka akan takdir, dari orang yang logikanya masih dia tinggikan daripada kuasa Allah, dari orang yang tidak percaya kepada Allah. Skenario terburuknya bisa salah paham dan berujung membenci.
"Kenapa Allah gak adil ya?"
"Kenapa Allah jahat ya?"
"Kalau Allah baik, ga mungkin jadi kaya gini."
Sama halnya, jangan denger sesuatu tentang orang lain, dari orang yang hatinya benci, pikirannya judgemental, dan tidak dapat dipercaya.
"Kok bisa-bisanya dia gitu?"
"Ih parah banget, toxic lah, aku ga suka deh."
"Kirain dia bukan orang yang kaya gitu."
Menyadari hal ini, kadang diri sendiri pun cenderung milih bodo amat. Ga perlu tau kabar orang yang ngga deket-deket amat. Kalo tau juga kayanya lebih cepet lupa aja. Bukannya apa-apa, di antara perilaku menjaga hati pun adalah tidak perlu mendengar dan melihat apa yang tidak perlu kita ketahui. Ga semuanya harus dikepoin. Ga semuanya penting juga. Dan database di kepala pun perlu diistirahatkan dengan merasa cukup dengan ketidaktahuan akan kabarnya orang lain.
Tapi aku nulis gini juga ga bermaksud meniadakan penghakiman serta melonggarkan pemakluman. Nggak juga. Kita harus tetep punya batas. Makanya yang disebut "adil sejak pikiran" tuh kita harus bisa menempatkan kapan penghakiman internal kita harus diutarakan. Karena mau nggak mau, yang namanya moral dan agama mah pasti udah ada standar patokan baik dan buruknya. Orang beragama pasti punya penilaian terhadap sesuatu (terlepas penilaiannya dia keep sendiri, maupun dia utarakan).
Masalahnya kadang orang-orang nggak mengungkapkan boundaries mereka secara verbal. Mereka cuma berasumsi, antara suatu hal ga akan pernah terjadi, atau mengharapkan hal-hal tertentu terjadi. Makanya pas kejadian tertentu terjadi, timbul penghakiman. Di sinilah komunikasi atau keterhubungan jadi penting. Penting bagi mereka yang menganggap serius hubungannya. Penting bagi mereka yang butuh senantiasa terhubung agar dapat terus memperbarui dan mendalamkan pengenalan atas satu sama lain.
Pinter-pinter milih juga deh, mana orang yang kabarnya penting untuk di-update, mana yang enggak. Sama kaya aplikasi, pilih update yang perlu aja, yang sering dipakai kaya WhatsApp, Tumblr, X, atau YouTube. Kalo ada aplikasi yang udah ga terlalu kepakai, ga usah terlalu sering di-update, uninstall aja daripada menuh-menuhin. Dah sih, gitu aja.
— Giza, ini teh nulis apa ya kok lompat-lompat gini? Intinya tentang mengenal dengan baik, baik terhadap manusia maupun terhadap Allah. Kalo mau kenal Giza, Giza lagi suka nangkep Pokèmon akhir-akhir ini mah.
Tumblr media Tumblr media
15 notes · View notes
trisfant · 3 months
Text
Kemenangan Kristus dan Penghakiman Akhir (Wahyu11:15-19)
Senin, 10 Juni 2024 Kemenangan Kristus dan Penghakiman Akhir (Wahyu11:15-19) Wahyu 11:15-19 Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” (16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
langitawaan · 9 months
Text
184.
"Niat baik tidak selalu dapat diterima dengan baik"
Kadang yang menjatuhkan kita bukanlah orang lain melainkan orang terdekat; yang paling dekat. Kalimat penghakiman, penilaian yang merendahkan, dipandang sebelah mata dan sekelumit cercaan yang entah kenapa ketika ia yang melakukan rasa sakitnya jadi bertubi-tubi.
Duhai lisan. Semoga tidak ada kalimat yang akan kau sesali di kemudian, yang menggoreskan luka di hati paling dalam, hati mereka; orang yang kau sayangi.
Jalan Pulang, 14.24 | 13 Desember 2023.
181 notes · View notes
jalansaja · 9 months
Text
Pada suatu waktu setiap orang butuh untuk bercerita, bercerita yang benar-benar didengar, bahkan mungkin tanpa perlu tanggapan apalagi penghakiman.
118 notes · View notes
penasemesta · 15 days
Text
Terkadang,,,
Kita hanya butuh didengarkan, bukan penghakiman.
Itulah mengapa pentingnya kita perlu melihat sosok di depan mata saat bercerita pada manusia. Jangankan yang mampu berbicara, yang diam saja pun belum tentu bisa menjaga rahasia. Yang diam saja pun belum tentu tak mampu menggerutu. Yang diam saja pun belum tentu mampu kuat menerima setiap kata.
🍂
17 notes · View notes
rifkihidayat · 3 months
Text
Penghakiman sering muncul karena pengetahuan, sudut pandang dan pergaulan kita kurang luas. Tak akan tega kita mengeluarkan penghakiman jika tahu informasi yang dimiliki terbatas.
22 notes · View notes
ayukarima · 1 year
Text
Jalan Yang Jauh, Jangan Lupa Pulang
Tumblr media
“Bagaimana mungkin kamu bisa membuat seseorang menemukan rumahnya, sementara dirimu masih tertatih-tatih mencari jalan pulang?", gumam-mu.
Rumah yang kamu maksud berdefinisi lebih luas. Bukan yang sekedar berbentuk bangunan maupun tanah, kan?
Tempat dimana kamu bisa merasa aman dan nyaman untuk menumpahkan segala rasa dan kejadian yang tengah menerpa.
Tenang, ada yang siap siaga menjadi telinga untuk mendengarkan ceritamu yang meluap-luap. Menyediakan pundak untukmu rehat setelah menyelesaikan senja yang penuh dengan kepenatan.
Barangkali aku mampu menjadi salah satunya? Tentu tanpa penghakiman, tanpa menempeli label hitam. Kamu—diterima seutuhnya, seapa-adanya.
Aku mencoba menelusuri isi kepalamu lewat lagu-lagu yang kamu dengarkan saat tengah malam. Lewat tulisan-tulisan manis yang kamu bagikan melalui sosial mediamu. Foto anak kecil yang kamu potret secara diam-diam. Gurat awan dan gelombang laut yang kamu simpan gambarnya dengan senang.
Melalui waktu yang tak pernah kamu ketahui, aku membaca dirimu dari dekat, dari jauh. Mendapati dirimu tangguh dan rapuh disatu waktu. Bertahan di kota asing yang berisik. Kamu menjelma menjadi sosok yang kuat dan tahan banting. Tapi, disatu waktu yang utuh, aku juga menemukan dirimu tanpa atribut kekuatan yang biasa kamu gemakan.
Kamu yang terbiasa hidup dalam guncangan dan segala ketidakpastian, kini telah menemukan satu rumah yang ramah, kamu merawat dengan hati yang penuh sampai hari ini. Ia hidup dan tumbuh dengan baik, sama sepertimu.
01 April 2023 II 00.20
208 notes · View notes
salingsapa · 4 months
Text
selama ini aku hanya mencari ketenangan. diterima. tanpa penghakiman. bahwa aku sama sepertimu. manusia yang bisa salah dan kadang melakukan hal yang jelas-jelas salah.
ada suatu masa ketika setiap salahku adalah pukulan, bentakan, dan makian. ada masa ketika ekspresiku yang tak diinginkan mereka adalah larangan dan dosa tanpa ampun.
kesempurnaan adalah titik pusat dan tujuanku. sedangkan dunia menawarkan ketakpastian yang pasti.
tapi jika kupikirkan, ternyata aku dikelilingi oleh orang-orang yang menerimaku, lingkungan yang baik, atap tempat bernaung dari hujan, pakaian yang bisa menghangatkanku, serta makanan yang selalu ada.
bukan lingkungan dan orang-orang yang membenciku. akulah pembenci bagi diriku sendiri. kumaki diriku karena kegagalanku. kubenci mereka yang telah berjasa bagiku.
aku cuma ingin diterima. oleh diriku yang sudah terlalu membenciku.
18 notes · View notes
imgie54 · 3 months
Text
ada 2 tipe manusia,tipe yg pertama adalah manusia yg berfungsi dari salah dan benar, mereka akan memihat dari sudut pandang yg menurut mereka benar saja. mereka akan cenderung stress dan reaktif saat melihat kondisi yg menurut mereka salah dan tipe yg kedua adalah manusia yg berfungsi dari melihat kemungkinan tanpa penilaian dan penghakiman diawal. mereka tidak melihat sebuah masalah adalah sesuatu yg buruk tapi sesuatu yg bisa d ambil pelajaran nya entah untuk menggali potensinya atau mencari hikmah didalamnya. saat berhadapan dengan suatu kondisi mereka selalu bertanya apa lagi kemungkinannya?.
perbedaan kedua tipe tadi adalah ketika dihadapkan dalam sebuah masalah, yg pertama akan mudah agresif dan lama mengambil keputusan, sedangkan tipe yg kedua akan lebih cepat kembali dalam kondisi stabil dan cepat bergerak mencari pilihan dan mengambil keputusan untuk keluar dari masalah itu.
10 notes · View notes
rumelihisari · 1 year
Text
Bagi orang yang babak belur oleh luka pengasuhan, rasanya berat sekali tumbuh dengan innerchild yang terluka. Sebagian lain mungkin bersyukur terlahir dari keluarga cemara, sebagian lainnya pula meronta membenci keluarga dan lingkungannya. Jiwa nya mudah sekali rapuh, sering kedinginan saat bertumbuh dan harus memeluk diri sendiri supaya tetap hangat.
Lalu tumbuhlah kita sebagai manusia baligh tanpa aqil. Merayakan masa remaja dengan hura-hura tanpa memahami tujuan hidup, dan berjalan dengan jiwa yang rapuh. menjadi seorang yang paling pandai berbicara cinta, namun ternyata, hampa dalam menunaikan peran sebagai hamba.
Kita menyaksikan bagaimana kita sendiri ketar-ketir mencari kehangatan dari luar, sebab kewalahan memeluk diri sendiri karena kondisi rumah yang taklayak dihuni. Butuh penopang lain supaya kuat, tapi sialnya, kehangatan itu kita dapatkan dari tempat yang bukan seharusnya.
Beberapa teman perempuan memutuskan untuk kabur dari rumah bersama teman lelakinya. Sebab, laki-lakinya telah menjadi rumah yang mengerti akan segala kondisi serta perasaanya. sedangkan rumah yang sebenarnya, hanya memilki udara panas sebab isinya hanya bentakan, kekerasan, dan penghakiman tanpa pernah mengajak diskusi dan bertanya soal perasaan. Beberapa yang lain, memutuskan bahwa bunuh diri adalah solusi dari segala masalah dalam hidupnya. Sebab tak ada rumah yang mengerti dan mendukungnya. Dan sisanya memilih menjadi manusia-manusia liar, sebab rumah tak peduli dengannya. Rumah baginya hanya tempat berteduh secara fisik, bukan jiwa.
Kita mungkin pernah sebabak belur itu. Menjadi yang paling sakit seolah tidak ada yang lebih sakit hidupnya dari pada kita. Tapi mau bagaimanapun, kita bertanggungjawab atas diri sendiri sebagai hamba Allah. Kabar baiknya, Dia memberi bekal berupa akal. Menyediakan lautan ilmu untuk kita selami agar menemukan cahaya untuk menyembuhkan jiwa yang rapuh dan sakit.
dengan menyelami lautan ilmu itu, kita belajar untuk menjadi kuat dan akan menguatkan. Lalu mencari kehangatan dari jalan yang tepat. Memutus luka pengasuhan yang selama ini merantai kita. Bertekad menjadi manusia yang lebih baik. Walau prosesnya tergopoh, kita tetap bertekad menuntaskan semua itu.
Entah Membuat rumah baru atau merenovasi rumah lama, kita perlu menaburkan ilmu supaya pondasi rumahnya kuat dan takada lagi jiwa yang rapuh seperti kita di masa lalu. Walapun dalam prosesnya, Kita kelabakan harus membasuh luka pengasuhan sebelum mengasuh—supaya kita tak mengasuh dengan luka pengasuhan—melainkan dengan ilmu dan keimanan.
Kita tetap bertumbuh walau progresnya hanya baru mulai bisa merangkak. tak apa-apa. tetap apresiasi diri dan berterimakasih pada Allah. Supaya manusia-manusia kuat hebat dan memahami peran dirinya sebagai khalifah di muka bumi hadir dan tumbuh dari rumah kita.
-Rum
44 notes · View notes
trisfant · 4 months
Text
Kamis, 23 Mei 2024
Apsintus (Wahyu 8:10-11) Wahyu 8:10-11 Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. (11) Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit. Wahyu 8:10-11…
Tumblr media
View On WordPress
#"Ingatlah akan penderitaan dan pengembaraanku#23 Mei 2024 https://youtu.be/4ronZ7XBdE0 Apsintus (Wahyu 8:10-11) Wahyu 8:10-11 Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah#agar terhindar dari penghakiman Allah. Biarlah hidup kita menjadi berkat yang menyegarkan#airnya menjadi pahit seperti apsintus. Ini merupakan kebalikan dari mukjizat di Mara di mana Musa melemparkan sebatang pohon ke dalam air ya#akan apsintus dan empedu!" (Lam. 3:19#amin. Johannis Trisfant GKIm Ka Im Tong#ampunilah kami atas dosa-dosa yang telah mencemari hidup kami. Sucikanlah hati kami dan tolonglah kami untuk hidup dalam kekudusan. Jauhkanl#apsintus digunakan sebagai simbol kepahitan dan dukacita. Ketika bintang besar itu jatuh ke sungai dan mata air#apsintus digunakan sebagai simbol kepahitan dan kesedihan. Amsal memperingatkan tentang wanita asing yang bibirnya mencurahkan madu tetapi p#Bandung#bukan kepahitan yang meracuni orang lain. Doa: Bapa Surgawi#bukan sepertiga orang#dan akibatnya sepertiga air menjadi pahit dan banyak orang mati karena air tersebut. Bintang ini dinamai sesuai dengan efek yang ditimbulkan#dan banyak orang mati karena air itu#dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air. (11) Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi ap#dan manusia harus bertobat atau menanggung murka-Nya yang akan datang. Sekali lagi#dan memberi mereka air empedu untuk diminum" (Yer. 9:15#Dia akan "memberi mereka makan ... dengan apsintus#dosa menuntun pada kehancuran. Marilah kita menghindari dosa dan hidup dalam pertobatan#ini merupakan simbol penghakiman ilahi. Allah bergerak dalam penghakiman#Kamis#mati karena meminum air tersebut. Tujuannya adalah untuk memperingatkan dan menuntun pada pertobatan. Bintang Apsintus yang mengubah air men#menunjukkan lingkup penghakiman yang terbatas. Banyak orang#menyala-nyala seperti obor#NKJ). Karena Israel telah meninggalkan Allah#NKJ). Penulis kitab Ratapan berdoa#NKJ; bdk. Yer. 23:15). Dalam Perjanjian Lama#penghakiman Allah hanya menimpa sepertiga bagian#sebab sudah menjadi pahit. Wahyu 8:10-11 menggambarkan tiupan trompet ketiga di mana sebuah bintang besar yang menyala seperti obor jatuh da
0 notes
nadthink · 5 months
Text
Bertumbuh
Kita bertumbuh tanpa kita sadari. Kita bertumbuh dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Kita bertumbuh dari yang sebelumnya merasa sulit melakukan sesuatu kemudian jadi merasa mudah. Kita bertumbuh, yang semula tak bisa menerima, kemudian menjadi lebih lapang. Kita bertumbuh, yang semula sering mengkritik berubah menjadi memberi saran. Kita juga bertumbuh, yang semula sedikit ibadahnya, meningkat meski kecil. Aku bertumbuh, kamu juga.
Pertumbuhan pertumbuhan kecil itu berdampak pada pola pikir kita. Pengambilan keputusan yang biasanya dengan cepat, kali ini menjadi agak lambat. Penghakiman yang sering terlontarkan, kini tak banyak berkomentar. Amarah yang mudah meluap, kini seringnya tertahan. Waktu waktu luang yang sia sia, kini memiliki maknanya. Aku harap tumbuhnya lebih baik lagi.
Barangkali tidak semua manusia bisa bertumbuh dengan baik. Akselerasi pertumbuhan bisa diperjuangkan dengan tak bosan bosan mencari ilmu. Sudah tidak bisa dipungkiri, bahwa ilmu adalah jalan pintas tumbuhnya kebaikan. Buku yang dibaca, podcast yang didengarkan, reels/feed ig yang disimak dan dibaca, kajian yang disimak, semuanya berpengaruh pada sedikit dan banyaknya pertumbuhan. Semakin banyak kesadaran akan hal hal baik yang masuk pada hati dan pikiran, semakin baik pertumbuhannya.
Maka, untuk memastikan pertumbuhan kita, pastikan juga asupan ilmunya. Pastikan bahwa pemahaman kita tumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Pastikan bahwa pertumbuhan diri kita meningkat seiringndengan bertambahnya ilmu.
Aku berharap, baik kamu ataupun aku, tak pernah bosan mendengar ilmu dan nasihat.
10 notes · View notes
langitawaan · 1 year
Text
159.
Aku lupa isi doaku, tapi Tuhan menjawabnya utuh dengan mengirimkan sosokmu.
Di antara banyak tatap mata yang menyepelekanku, aku menemukan sepasang binar bola matamu yang menatapku tanpa penghakiman.
Di antara banyak cakap yang berlalu menggores hatiku, aku mendengar tutur katamu yang selalu memberi ketenangan untukku mengadu.
Di antara banyak ucap janji, aku melihat tindakan dan keberanianmu lebih nyata dari semua janji manis yang coba merayu untuk mengambil hati dan simpatiku.
Ternyata, si dingin ini bisa mencair juga.
Rumah, 20.33 | 15 Mei 2023.
163 notes · View notes
milaalkhansah · 2 years
Text
Semua Perasaan Itu Valid...
Yang mudah bagi kamu, belum tentu mudah bagi orang lain.
Adakalanya, hal-hal yang kita anggap sederhana atau sepele, tidak dianggap sama dengan orang lain. Pun sesuatu yang kita anggap sulit, tak mudah, dll. Bisa jadi sesuatu yang dianggap biasa-biasa saja oleh mereka. Hingga dari sini, kita belajar betapa pentingnya menghargai kapasitas kemampuan masing-masing, menghargai bahwa karena perbedaan pola pikir dan juga latar belakang kehidupan, kita tak selalu sepemikiran pada banyak hal.
Begitu pun soal perasaan.
seringkali kita menggampangkan suatu perasaan, ataupun kejadian yang sedang dialami orang lain, atau bisa jadi kita pernah jadi korban dari hal tersebut, yang sayangnya hal tersebut datang dari seseorang yang seharusnya telah memahami perasaan kita dengan baik. 
'gitu aja marah, gitu aja sedih, apasih lebay banget, gitu aja dipikirin, kamu seharusnya nggak boleh berpikir begitu, kenapa nggak gini aja, kenapa nggak gitu ajah, alay banget sih', dan berbagai respon menyakitkan lainnya.
Seakan, suatu bentuk perasaan yang sedang kita rasakan adalah sesuatu yang berlebihan.
Padahal, alih-alih memberi respon begitu, bagaimana jika baiknya kita berusaha menghargai setiap perasaan seseorang. Karena meskipun itu bukan sesuatu yang pernah kita rasakan, bukan berarti perasaan tersebut tidak ada. Belajar untuk memosisikan diri dalam keadaan seseorang adalah suatu cara yang tepat untuk menghargai perasaan tersebut.
Atau jika memang tidak akan bisa merasa ‘relate’ dengan kejadian ataupun perasaan seseorang, kamu cukup jadi pendengar yang baik, yang tidak perlu memberi respon, jika itu bukan sesuatu yang diharapkan oleh orang tersebut.
Bagaimanapun, semua perasaan seseorang itu valid. Nggak ada yang lebih lebay atau alay seseorang dalam perasaannya sendiri.
Dan jika saat ini kamu belum bisa menemukan seseorang yang bisa menerima semua perasaanmu tanpa penghakiman, kamu hanya perlu menjadikan dirimu satu-satunya teman. dan itu sudah lebih dari cukup.
- chapter 08 in 2023
101 notes · View notes
85kilometer · 5 months
Text
Tak Sendirian
Selama yang kutangkap, laki-laki selalu mengejar perempuan. Ketika perempuan resah, laki-laki harus mempedulikannya. Ketika perempuan marah, laki-laki harus menenangkannya. Ketika perempuan lelah dengan masalah, laki-laki harus membantunya. Ketika perempuan sedih, laki-laki harus mengasihani. Ketika perempuan salah, maka laki-laki yang salah. Ketika perempuan merana, harus selalu laki-laki yang mengejar. Lantas, di mana tempat laki-laki menumpahkan kesedihan? Aku tak terima, sungguh membencinya.
Kata orang, “Jangan mengejar laki-laki, percuma saja. Laki-laki tak suka dikejar, mereka akan kembali dengan sendirinya.” Tapi, dianggap sebagai apa orang yang dikejar? Sebagai tawanan untuk penghakiman? Atau sebagai korban untuk dapat pertolongan? Tapi, Sayang, dirimu telah mematahkan semua pertanyaan. Engkau telah mengoyak semua pandangan masyarakat. Meski aku marah, membentak tak akan ada lagi tentang kita, engkau tetap mengejar. Engkau meminta maaf, meminta kesempatan menjelaskan. Hingga terdiam, rela tunduk di bawah amukan pria rendahan. Membiarkan amarahku memuncak, membludak, hingga lega, lalu hilang. Dan tetap membersamai dalam perjuangan suci. Terima kasih, Istriku Sayang, membuatku merasa tak sendirian dalam hubungan kita.
15 notes · View notes
ruangsyindi · 6 months
Text
Salah satu hal yang harus terus kita asah dalam diri adalah kemampuan untuk tidak mudah menjudge seseorang atas apapun yang mereka lakukan sebelum kita benar-benar tahu apa alasannya. Bisa saja ada hal-hal yang menjadi penyebab mereka bisa melakukan itu, yang kalau kita berada di posisi mereka berkemungkinan untuk melakukannya juga.
Kita musti berusaha untuk terus mengasah pisau kepekaan dan pemahaman terhadap orang lain, terutama paham pada kondisi mental masing-masing orang yang berbeda-beda.
Saat ada seorang ibu yang tiba-tiba jadi pemarah, mudah emosional, suka ngomel-ngomel pada anaknya. Bisa jadi hal itu dikarenakan adanya masalah yang dialami olehnya, mental yang sedang tidak baik-baik saja, berbagai tekanan dan perasaan yang memenuhi sesak di dada. Dengan meluapkannya melalui kemarahan, mungkin adalah cara yang saat itu bisa membuat lega. Berbagai emosi yang meletup-letup, ditambah kata-kata dengan nada tinggi. Begitu menjengkelkan dan miris jika didengar.
Tapi tidak seharusnya kita yang menyaksikan hal tersebut terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa ibu itu jahat, keterlaluan, atau berbagai anggapan berbentuk penghakiman lainnya. Dia memang salah dan itu fakta. Memaklumi kesalahan itu juga tidak tepat. Tapi tetap saja tidak boleh menghakiminya tanpa berusaha untuk memahami keadaannya.
Berusaha untuk memahami keadaan juga bukan berarti mencari-cari tahu penyebab dan alasan atas perbuatan seseorang. Apalagi sampai kepo dengan apa yang terjadi kepada orang tersebut. Karena tidak semua orang dengan terbuka mengumbar-ngumbar masalah yang dialami, meski pada orang terdekat. Jadi porsi kita cukup dengan menjaga diri untuk tidak mudah menilai dan menghakimi seseorang atas semua perbuatan yang dilakukan. Jika hal tersebut salah, maka bagian kita adalah cukup menasehati, mengingatkan dan memberi saran jika diperlukan dengan sebaik-baiknya cara. Tidak lebih dari itu dengan segala prasangka kita.
Karena lagi-lagi jika berada di posisi orang tersebut, kita belum tentu mampu mengontrol emosi di tengah gejolak rasa yang meletup-letup. Meski bagi sebagian orang ada yang sudah terbiasa mengontrol dan memenejemen emosinya ke arah yang benar. Tapi tidak semua orang mampu untuk itu.
Jangan sampai semua perkataan kita yang seolah menilai dia begini atau begitu dengan cara yang salah malah menjadi tambahan beban pikiran dan penyebab emosinya yang semakin tidak karuan.
Semoga Allah mudahkan hati kita untuk tidak terburu-buru menilai dan menghakimi orang lain. Semoga Allah selalu melembutkan hati kita untuk berlaku baik pada semua orang.
Ahad, 13 Ramadhan 1445 H / 24 Maret 2024
8 notes · View notes