#muslim sejati
Explore tagged Tumblr posts
gaulislam · 2 years ago
Text
“Prok… Prok… Prok… Jadi Apa?”
gaulislam edisi 803/tahun ke-16 (21 Sya’ban 1444 H/ 13 Maret 2023) Masih inget dengan Pak Tarno? Nggak tahu deh kalo kamu masih ingat atau nggak, atau pertanyaannya diganti, kenal Pak Tarno atau nggak? Ehm… tambah susah jawabnya (bagi yang nggak tahu). Jadi, Pak Tarno itu dulu banget sering tampil di tivi, profesinya pesulap. Kata-kata fenomenalnya, “prok… prok… prok.. jadi apa?” Oke, itu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
chillinaris · 11 months ago
Text
Tumblr media
Self Reminder for yah... 🌛
Seperti apa yang diucapkan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
“Hatiku tenang sebab mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.”
50 notes · View notes
journal-rasa · 19 days ago
Text
Dunia ini bukan tempat pemuliaan. Dunia ini tempatnya ujian. Bahkan jika kita diberi kemuliaan di dunia, ingatlah bahwa sejatinya itu juga ujian.
Selalu ingat, bahwa kemuliaan sejati tidak pernah ada di dunia. Di sini adalah ruang ujian. Bukan ruang perayaan.
Ingat-ingat ya, jangan tertipu lagi. Jangan terlena lagi. Kita masih diuji. Bukan diwisuda. Lulus aja belum tentu. Jadi jangan sampai ada lagi tu rasa bangga. Jangan sampai ada lagi rasa bahwa kita lebih baik dari orang lain, siapa pun itu. Sadar, gak sadar.
Ini khusus untuk orang-orang yang sedang berjuang melawan egonya sendiri. Berusaha menurunkan hatinya ke tempat terendah sejauh yang ia bisa, demi menyenangkan Tuhan-nya.
Ternyata memperbaiki hati memang sesulit itu. Mungkin ini kenapa Nabi Musa 'alaihissalam begitu diistimewakan sama Allah. Menjadi satu-satunya nabi yang diajak bicara langsung oleh Allah Yang Maha Tinggi. Diizinkan nego sama Allah. Dikasih manna dan salwa. Juga menjadi nabi yang namanya paling banyak disebut dalam Al-Qur'an.
Ada banyak umat muslim yang menilai bahwa Nabi Musa 'alaihissalam itu sombong. Tapi sebenarnya seorang nabi terpilih tidak mungkin sombong. Orang yang di hatinya terdapat kesombongan meski hanya sebesar biji sawi saja tidak akan masuk surga, masa iya mau dijadikan nabi? Kan gak mungkin.
Nabi Musa 'alaihissalam itu bukan sombong, tapi memang tempramen/karakter bawaannya seperti itu.
Nabi Musa dan Nabi Sulaiman sama-sama dibesarkan di lingkungan kerajaan.
Bedanya, Nabi Sulaiman 'alaihissalam dibesarkan di lingkungan kerajaan yang positive. Yang mensupport ketakwaan pada Allah. Vibesnya selalu mengingatkannya pada Allah. Makanya di surat An-Naml ayat 40, ketika beliau diberi nikmat berupa pemindahan singgasana dalam sekejap mata, beliau langsung ingat bahwa itu pun hanya ujian.
Sementara Nabi Musa 'alaihissalam dibesarkan di lingkungan kerajaan yang toxicnya na'udzubillah. Fir'aun, Hamman, Qorun... bayangin, lingkungan tempat Nabi Musa tumbuh itu se-toxic itu. Sedikit banyak pasti berpengaruh ke pembawaan tempramennya. Makanya kebayang gak sih, di surat Al-Kahfi ayat 62-82 itu Nabi Musa sudah berusaha sabar paling maksimal, tapi tetep aja gagal.
Nabi Musa 'alaihissalam itu bukan sombong, tapi kapasitas tempramennya memang gak seluas kebanyakan orang-orang sabar pada umumnya.
Karena ternyata, memperbaiki hati hasil pembentukan dari lingkungan masa kecil itu memang sesulit itu. Kebayang jadi Nabi Musa, harus menghadapi Fir'aun dan bala tentaranya yang sombong, juga menghadapi kaumnya yang degil, ditambah harus menghadapi dirinya sendiri, memperbaiki dirinya sendiri.
Mungkin ini kenapa Allah sangat menghargai usaha Nabi Musa, hingga nama beliau paling banyak disebut dalam kitab terakhir. Karena hidup bukan hanya tentang baik atau buruk, bukan hanya tentang benar salah, bukan hanya tentang kiri atau kanan, tapi juga tentang proses, usaha kita untuk menjadi baik, untuk menjadi benar, untuk masuk golongan kanan.
Katakanlah, “Setiap orang berbuat menurut pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Q.S Al-Isra': 84)
23 notes · View notes
jejaringbiru · 1 year ago
Text
Memilih
Tumblr media
@hardkryptoniteheart
Aku memilih menjadi diriku sendiri. Namun aku juga tidak akan menutup diri, untuk terus belajar menjadi seseorang yang lebih baik di setiap harinya. Kali ini, aku melakukannya atas kesadaranku sendiri. Kelak aku bersedia belajar mengerti dan memahami seseorang yang ditakdirkan menjadi teman hidupku. Aku berjanji terhadap diriku sendiri.
@padangboelan
Aku memilihmu sayangku, dengan segenap jiwa dan hatiku sebab aku mencintaimu dan akan terus begitu. Aku ingin berada di sisimu sayangku, dalam segala waktu. Saat ini, besok dan sepanjang adanya nafasku.
@yurikoprastiyo
Sebelumnya kita melangkah pada jalan yang sama-sama asing. Dua insan yang dipertemukan pada saat yang tidak direncanakan. Seperti anugrah yang diturunkan dari pucuk langit. Yang keduanya saling sadar bahwa satu sama lain adalah yang terbaik untuknya. Tanpa perlu saling berkata, kita sudah sama-sama saling memilih. Memilih berjalan bersama supaya langkah kaki lebih jauh lagi. Tetap bersama pada ribuan ketidaksepahaman. Saling mencintai dalam gelap dan terang. Dalam berat dan riang. Pada hari-hari yang dipatahkan dan ditinggikan. Dalam keyakinan bahwa seberat apapun dunia menghardik, memilih bersamamu hidup akan selalu terus baik. Pada sayang dan cinta yang kau berikan, setiap harinya selalu memberikan sepucuk harapan. Terus tumbuh cinta yang kita tanam bersama menjadi sebuah kebijaksanaan dari dua insan yang memilih bersama.
@gndrg
Hidup memang menyediakan beribu pilihan, namun sebenarnya kita tidak pernah benar-benar diizinkan untuk memilih. Apakah ada laki-laki yang memilih hidup tanpa perayaan dan dihajar habis-habisan oleh pertanggungjawaban? Atau perempuan yang memilih hidup terpenjara dibalik dinding dapurnya?Juga anak-anak yang menumbalkan diri sebagai persembahan mimpi orang tuanya? Lantas, apa artinya memilih jika pada akhirnya kita tidak benar-benar bisa memilih? Bukankah kita sama-sama tahu pada akhirnya takdirlah yang memenangkan semua pilihan, sebab keterlibatan campur tangan semesta dibaliknya?
@gizantara
Aku memilih diriku sendiri dan begitulah beberapa hubungan berakhir. Aku memilih Tuhanku, dan begitulah beberapa hubungan membaik. Dalam episode sebelumnya : Aku memilih semua orang, jadi aku kehilangan diriku sendiri.
@manusiafajar
Mereka bilang kita tidak bisa memilih dalam mencintai. Tapi menurutku itu salah, justru mencintai adalah bentuk pilihan itu sendiri. Dari awal kendali jatuh hati, beradaptasi, membuka lapang toleransi pada tiap kekurangan diri. Itu semua tugas sebuah kata kerja berjudul "memilih". Begitu pula pada waktu abadi mencintai, atau sebutan pada cinta sejati. Tidak ada yang berjalan begitu saja, mengikuti arah angin kemana mau membawa, tapi seluruhnya, seutuhnya, adalah mau tidaknya kita, akankah kuat hati mengikat setia? akankah tidak bosan hati memilih untuk terus berusaha berkali - kali jatuh cinta? Lagi dan lagi dengan objek yang sama? Dan ketika, rasa itu tiba - tiba tiada. Itu tidak "tiba - tiba menghilang begitu saja", ia adalah pilihan, ia adalah pilihanmu untuk tidak menjaga rasa.
@calonmanusia
Sayang, percayakah kalau manusia tidak bisa memilih?Memilih dari orang tua mana ia dilahirkan. izinkan aku mengutip potongan sebuah hadist yang artinya "Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah. Maka, bapak ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, atau menjadikannya Nasrani, atau menjadikannya Majusi" (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658) Betapa menjadi orang tua adalah hal yang amat berat, berat pertanggung jawabannya atas anak-anak mereka. Memang manusia tidak bisa memilih keadaan saat ia dilahirkan, namun, setelah ia mampu atas dirinya sendiri, tak mungkin ia lewat dari Maha Besarnya hidayah dari Sang Kuasa. Memang manusia tidak bisa memilih dari rahim siapa mereka dilahirkan, namun, jika sudah besar manusia mampu memilih berperilaku yang pantas untuk sang ibu. Aku tidak menyalahkan para orang tua terdahulu, hanya saja mengajak para calon orang tua tuk menentukan bagaimana anak-anaknya kelak. Sayang, izinkan aku mengajakmu untuk menjadikan anak-anak yang suatu saat tidak kecewa dengan keluarga yang telah melahirkannya. Terakhir, ada sebuah kutipan oleh Tia Setiawati, tulisnya: Namun bila nanti Tuhan mengizinkan kita menjadi orangtua, pilih dan putuskanlah untuk menjadi orangtua terbaik yang kita bisa. Lalu bersyukurlah. Karena setiap orang adalah anak, namun tidak semua adalah orangtua.
@shofiyah-anisa
Hidup kita sekarang adalah salah satu dari sekian pinta masa lalu kita, dan terbentuk pula dari pilihan kita pada masa silam. Terkadang pilihan tanpa didasari pemikiran yang matang, akan membuat kita tak nyaman dan tak senang. Namun terkadang pula, pilihan dengan pemikiran matang harus terhempas oleh permintaan banyak orang yang bla bla bla. Makanya mari tanamkan pada diri bahwa pilihan itu sesuai dengan akal kita saja, tak usahlah berubah karena manusia tak suka akan pilihan kita. Karena standar baik buruk yang tepat hanyalah standar baik buruknya Allah. Maka, selain memiliki pemikiran yang matang mendekatlah pada Tuhan yang berkuasa di seluruh Alam.
@afifaharyani09
Begitu banyaknya pilihan yang terpampang saat ini, dan kita harus memilih. Bukan, ini bukan hanya tentang pemimpin negara saja, tapi juga tentang resiko-resiko yang harus dipilih. Karna dalam hidup ini, kita juga harus pandai dalam memilih hal yang sedikit resiko buruknya. dalam kuru podcast dikatakan, bahkan dalam hidup ini kita tidak disuguhkan "percobaan" karna sama saja ibarat kita mencoba akun yootube premium selama satu bulan tanda "resiko" untuk membayar alias "gratis". ya kalau mau memilih "do it" dengan segala resikonya atau bahkan "leave it" dengan meninggalkan segala resikonya.
@isnahidayatifauziah
"Kalaupun dahulu kita mengambil pilihan yang berbeda dari apa yang sedang kita jalani saat ini, belum tentu kita akan lebih kuat menjalani konsekuensinya, akan lebih lapang menerima rintangannya." Fokuslah pada apa yang ada di hadapanmu saat ini. Karena bagaimanapun apa yang telah kita pilih di masa lalu adalah bagian skenario terbaik dari-Nya yang mengantarkan kita sampai di titik ini.
111 notes · View notes
yonarida · 9 months ago
Text
Catatan bagi visioner sejati.
"Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya." -QS. Al Furqan (25): 24
Dari al-Barra bin Azib ra, Rasulullah saw bersabda berkenaan dengan kematian seseorang yang beriman, "... malaikat akan berkata kepada ruh orang yang beriman, 'Keluarlah, wahai jiwa yang baik dari jasad yang baik, yang selama ini telah engkau diami, keluarkah menuju rahmat dan kedamaian Tuhan yang tidak akan memurkai." (HR. Muslim, Ibnu Majah, & Ahmad)
30 notes · View notes
bayuvedha · 1 month ago
Text
6 LANGKAH BELAJAR YANG SERING KITA SEKIP SENDIRI.
Kadang kita merasa sudah belajar dengan maksimal. Kita hafal teori, tahu konsep, bahkan bisa menjelaskan ke orang lain. Tapi, benarkah itu cukup? Apa kita sudah benar-benar memahami esensi dari ilmu yang kita pelajari?
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim."
(HR. Ibnu Majah)
Namun, bagaimana cara kita memastikan ilmu itu benar-benar bermanfaat? Menggali dari Taksonomi Bloom, ada 6 level pendidikan yang seringkali kita skip. Padahal, jika diikuti dengan benar, ilmu akan lebih melekat, berbuah amal, dan membawa keberkahan dunia akhirat.
1. Menghafal (Memorizing)
Menghafal adalah langkah awal. Namun, hafalan tanpa pemahaman hanya seperti burung beo. Islam pun mengajarkan bahwa ilmu yang tidak diamalkan akan sia-sia.
"Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah."
Hafalkanlah ayat-ayat, hadis, atau ilmu duniawi, tapi jangan berhenti di level ini saja. Karena menghafal hanyalah pintu masuk dari perjalanan ilmu.
2. Memahami (Understanding)
Setelah hafal, kita harus memahami maknanya. Al-Qur’an tidak hanya untuk dihafalkan, tapi juga direnungkan. Allah SWT berfirman:
"Apakah mereka tidak memikirkan Al-Qur’an? Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan banyak hal yang bertentangan di dalamnya."
(QS. An-Nisa: 82)
So, memahami ilmu adalah proses untuk menghidupkan akal dan hati agar tidak sekadar tahu, tetapi juga paham.
3. Menerapkan (Applying)
Ilmu yang sejati adalah yang membawa manfaat. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."
(HR. Ahmad)
Maka itu, ilmu yang diterapkan, baik dalam amal duniawi maupun ibadah, akan menjadi pahala yang terus mengalir. Jangan hanya jadi kolektor teori, tetapi jadilah pelaku.
4. Menganalisis (Analyzing)
Di level ini, kita mulai membedah, mengkritisi, dan memahami alasan di balik sesuatu. Islam pun mengajarkan pentingnya analisis, seperti yang terlihat dalam perintah Allah untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Nya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an) agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan."
(QS. An-Nahl: 44)
Analisis mendalam membuat kita bijak dalam mengambil keputusan dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
5. Mengevaluasi (Evaluating)
Kita sering lupa mengevaluasi apa yang telah kita pelajari. Padahal, evaluasi adalah inti dari pembelajaran. Sebuah hadis menyatakan:
"Orang yang cerdas adalah yang selalu menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati."
(HR. Tirmidzi)
Evaluasilah diri, apakah ilmu yang kita pelajari sudah membawa perubahan ke arah yang lebih baik?
6. Menciptakan (Creating)
Level tertinggi dalam pembelajaran adalah menciptakan sesuatu yang baru. Inilah wujud kreativitas yang lahir dari proses panjang belajar. Sebagaimana Allah menciptakan manusia dengan kemampuan berpikir:
"Dialah yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu berketurunan dan berbesan."
(QS. Al-Furqan: 54)
Menciptakan bukan hanya soal inovasi duniawi, tetapi juga tentang menciptakan amal kebaikan yang berdampak luas.
Terakhir sebagai refleksi. Bener, seringnya kita itu cuma hafal, tapi lupa memahami. Kadang ngerti, tapi lupa mengamalkan. Kadang evaluasi, tapi lupa menciptakan sesuatu dari ilmu itu.
Maka. Itu, benahi proses belajar kita, supaya ilmu jadi manfaat, bukan sekadar penghias otak.
#
7 notes · View notes
sindilestariputrisworld · 1 year ago
Text
Perkara Aib
Tidak mengetahui aib orang lain bagi diri merupakan sebuah bentuk rasa syukur. Sebab dengan mengetahui aib orang lain, itu bukanlah sebuah prestasi yang harus dibanggakan sebab kita mengetahui bagaimana keadaan seseorang.
Sejatinya dengan tahunya kita terhadap aib orang lain, kita sedang diuji. Sejatinya kita sedang mengemban amanah. Apakah kita merahasiakannya ataukah malah menceritakannya ke telinga-telinga lain. Tentunya ini berat, sebab siapa saja yang menyebarkan aib orang lain, Allah akan menyebarkan aibnya pula.
Coba pikirkan oleh kita, tanpa sadar ketika kita bercerita kebenaran atau kabar gembira tentang seseorang, belum tentu orang itu ridho. Apalagi tentang kebohongan yang menjadi fitnah, apalagi kejelekannya yang sangat ingin ia tutupi.
Bagi diri, tidak mengetahui aib orang lain merupakan hal yang melegakan. Sebab mengemban amanah tidaklah mudah. Kehormatan seseorang sedang kita jaga. Maka ketika tak mendapat bising kabar berita sejatinya diri tidak bersedih sebab tak diajak dalam perkumpulan, justru kesedihan sejati adalah kita hanya diam mendengarkan tatkala aib-aib orang lain dihamburkan, tanpa menjadi penengah agar menjadi penyadar, lebih parah takut-takut kalau diri tidak lulus ujian dan aib orang lain pun benar-benar terceritakan.
Wahai saudaraku, jika membicarakan kekurangan orang lain terasa lezat dan menyenangkan, ingatlah sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam yang ini semoga membuat kita berpikir.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Barangsiapa yang menutupi aib seseorang, Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat." (HR. Muslim)
Saudaraku, sebab menutupi aib orang lain sama dengan menutupi aib sendiri. Tentunya kita tidak ingin aib-aib kita dibukakan, bukan?
Semoga Allah melindungi diri dan kita semua dari menyebarkan aib-aib saudara tanpa alasan yang haq.
Allahu a'lam
24 notes · View notes
projectmenetas · 3 months ago
Text
"LET'S TALK ABOUT NJIPLAK IDE BISNIS"
Singkat, padat, mangstab!
Jadi gini, kadang itu ide bisnis datangnya tiba-tiba, dan kita langsung merasa ini adalah
“the next big thing.”
Tapi muncul juga rasa khawatir,
“Kalau ide ini aku bagi ke orang lain, nanti malah dijiplak gimana?”
Memang di dunia bisnis, rasa takut ide dicuri atau didahului oleh orang lain itu wajar. Namun, perlu kita ingat bahwa,
"Bisnis itu 99% aksi, 1% ide."
So, Ide hanyalah awal yang baik, tapi kesuksesan sejati datang dari eksekusi yang matang. Betapapun brilian sebuah ide, jika tidak dieksekusi, yo bakalan hanya akan jadi angan-angan.
Dalam Islam, berbagi ilmu atau ide justru dianjurkan, sebab bisa menjadi sarana kebaikan. Rasulullah SAW bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).
Ketika kita berbagi ide bisnis, sebenarnya kita sedang membuka diri untuk mendapatkan masukan baru, pandangan yang lebih luas, bahkan bisa saja pintu rezeki.
Seperti bahasa Jawa-nya, dengan berbagi, kita bisa “tek-tokan,” saling mengasah ide, menemukan konsep yang lebih matang, bahkan mungkin rekan untuk berkolaborasi.
Dari 1.000 orang yang kita ajak berbagi, mungkin hanya 1 yang benar-benar menjalankannya. Sisanya? Bisa jadi hanya menambah pengetahuan kita atau memberi sudut pandang baru yang berguna.
Lalu, bagaimana soal menjiplak bisnis yang sudah berjalan?
Nah, di sinilah etika dan amanah menjadi kunci. Dalam Islam, menjaga amanah sangatlah penting, termasuk menjaga orisinalitas dalam berbisnis. Sebagaimana hadits yang berbunyi,
"Barang siapa menipu maka ia bukan dari golongan kami." (HR. Muslim).
Meniru habis-habisan konsep, desain, atau cara orang lain berbisnis tentu melanggar etika ini. Berbeda jika kita hanya melakukan
benchmarking,
yaitu melihat dan belajar dari keberhasilan bisnis lain tanpa menjiplak seutuhnya, sekadar untuk mendapatkan inspirasi atau meningkatkan kinerja bisnis kita agar lebih baik.
Jadi, kalau punya ide bisnis, jangan ragu untuk berbagi. Bisa jadi itu malah jadi ladang amal dan sarana kita untuk berkembang.
Dan kalau ingin mengembangkan bisnis, belajarlah dari yang terbaik tanpa perlu meniru mentah-mentah.
Sebab dalam setiap langkah, kita tidak hanya mencari rezeki, tapi juga menjaga nilai-nilai kejujuran dan amanah yang Allah ridhoi.
3 notes · View notes
asrisgratitudejournal · 1 year ago
Text
Bingung deh. Ku tuh pengen bgt pilih 01 sebetulnya. Tapi entah ada trauma apa gimana, ku masih belum bisa moveon banget dari pilgub 2017. Gimana seremnya mainan politik identitas waktu itu. Pak Ahok masuk penjara. Takut. Untuk orang yang Muslim aja aku takut itu kejadian lagi. Apalagi teman-teman minoritas…
03 tuh sebetulnya pas dibaca-baca lagi visi-misinya OK banget. Timnya juga super-super grassroot bukan elitis yang lulusan S2 Ivy League/Oxbridge, jadi sepertinya lebih dekat ke realita kehidupan kebanyakan orang Indonesia. Prof Mahfud juga mood banget betul-betul akademisi & praktisi sejati. Cuma masih harus belajar bener-bener aja ni track recordnya Ganjar gimana. Si Wadas ini gimana.
Enaknya kalo 03 menang juga (ini biased karena status quo aku), orang-orang yang udah di atas sekarang kemungkinan gaakan ganti-ganti banget. Kebijakan yang udah ada ga akan diganti, tapi bakal dilanjutin aja dan hopefully di-improve. Jauh lebih stabil kalau kaya gini. Daripada dirombak lagi yang betulan ganti orang, orangnya harus adaptasi dulu, kemudian dia mau ninggalin “legacy” sehingga semua program yang sudah berjalan dengan baik bakal diotak-atik sama dia. Return dari programnya juga akhirnya jadi ga kelihatan selama 5 tahun vs kalau program yang udah jalan 10 tahun belakangan dilanjutin aja.
Betul-betul “yaelah non moment” banget karena apa gunanya 1 suara saya dibandingkan puluhan juta suara lainnya. Ditambah kita semua udah bisa nebak siapa yang bakal menang: kalau MK aja bisa diotak-atik, apa yang membuat kita confident KPU gak bisa diintervensi??!
Tapi terlepas dari betapa kecilnya peran suara kita, semoga teman-teman juga tetap meluangkan waktunya untuk berpikir keras-keras sebelum tidur (seperti yang sedang saya lakukan ini), dan berdoa, semoga apapun hasilnya itulah hasil terbaik yang Allah kasih buat kita. Amin Ya Robbal Alamin.
Flat 39 Castle Mill 23.04 28/01/2024
10 notes · View notes
favenoir · 11 months ago
Text
Kebebasan sejati tidak berarti bebas berbuat sekehendaknya di saat menghamba kepada tuhan. Tetapi kebebasan berarti bebas dari penghambaan terhadap apapun dan siapapun selain pada penguasa sejatinya yaitu Allah.
Dalam buku Suzanne Haneef (1987) "What Everyone Should Know About Islam & Muslim"
6 notes · View notes
adilemadil · 2 years ago
Text
Bersua dengan Sang Mursyid, Ulama, Dokter Bedah
Maulana Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani, Sp. BTKV, Lc.
Zawiyah Yusriyah, Semarang
📍28 Februari 2023
Beberapa waktu lalu, qadarullah kami diberi kesempatan bertemu seorang al-‘Alim ‘Allamah Mesir yang tak dapat disangsikan lagi kebesaran nama dan kontribusinya untuk umat. Beliau Allahu yahfadz Maulana Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani, Sp. BTKV, Lc. Berangkat dari Solo malam harinya, kami tiba di Zawiyah Yusriyah dini hari; berbekal kerinduan kepada Maulana yang sebelumnya hanya dapat kami simak kajiannya lewat media online.
Tak disangka, subuh harinya Maulana berkenan melaksanakan sholat berjamaah bersama jamaah di aula zawiyah, rasa-rasanya hati ini dipenuhi syukur dapat menikmati lantunan al-Qur’an dalam shalat beliau: pagi itu beliau membaca surah Maryam (dan ternyata surah tersebut adalah penanda dalam tiga hari perjalanan dakwahnya di Indonesia, dari hari pertama surah al-Baqarah, pagi itu muroja’ah beliau sudah sampai surah Maryam😭). Dan dari biografi sebelumnya kami mengetahui bahwa beliau sudah menguasai 10 jenis bacaan al-Qur’an yang berbeda atau Qira’at al-‘Asyrah.
Sebakda subuh, Maulana memimpin wirid-wirid yg diantaranya beliau karang dan himpun dari berbagai wirid salafunasshaleh diantaranya ad-Durar an-Naqiyyah (wirid tarekat Yusriyah Shiddiqiyah). Saya kembali terpesona, selain daripada kedisiplinan beliau dalam muroja’ah hafalan al-Qur’an dalam 1 minggu khatam, wirid-wirid yang beliau himpun dan dawamkan teramat banyak. Bagaimana bisa beliau istiqamah dengan amal-amal tersebut disela kesibukan sebagai pengajar di majelis-majelis al-Azhar dan operasi-operasi beliau di rumah sakit?! Tidak lain inilah bentuk keberkahan paripurna pada waktu yang beliau miliki. Seluruhnya adalah dzikrullah. Seluruhnya adalah pengabdian kepada Allah.
Agenda selanjutnya merupakan daurah ilmiah sekaligus penguatan aqidah melalui kitab karangan beliau, Futuhat Yusriyah di mana kitab tersebut merupakan rangkuman dari kitab-kitab aqidah yang masyhur: Aqidatul Awwam, Kharidah Bahiyyah, dan Risalah Qushairiyyah. Selanjutnya, Maulana menerangkan kepada kami terkait sirah nabawiyyah melalui kitab Nurul Yaqin fi sirati sayyidil mursalin. Sebanyak kekurangan saya, ini merupakan beberapa poin penting yang saya highlight dari yang Maulana sampaikan, yang saya kira perlu untuk menjadi perhatian kita sebagai seorang muslim sejati:
Sebagaimana kita ketahui bahwa iman perlu dikuatkan, maka penting menanamkan ilmu tauhid yang benar. Selain dari kalimat La ilaha illallah, terdapat Muhammadan rasulullah pada dua kalimat syahadat. Baginda Nabi Muhammad SAW adalah ‘pintu Allah’, di mana kita dapati mukjizat terbesar berupa al-Qur’an adalah dengan wasithah (perantara) beliau. Maka sudah seyogianya kita mengenal Baginda Nabi Sang Washilah kita kepada Allah SWT.
Sirah nabawiyyah tak cukup hanya dibaca untuk mengetahui perjalanan kisah beliau seperti kisah orang-orang biasa, karena Baginda Nabi merupakan Sayyidul ‘alamin (penghulu seluruh alam) maka perlu pendalaman sirah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mencakup karakteristik, sifat, perjalanan hidup dan hikmah-hikmah beliau Baginda Nabi diantaranya dengan tiga kitab: Syamail muhammadiyyah karya Imam Tirmidzi, Nurul Yaqin karya Imam Muhammad Khudhori, dan Kitab Syifa’ karya Qadhi ‘Iyadh.
Maulana menyampaikan bahwa dengan mempelajari ketiga kitab tersebut insyaallah kita akan dihindarkan dari kekufuran, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali Imran: 101, “Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan RasulNya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. Maulana menyampaikan bahwa maksud dari ayat tersebut diantaranya adalah ketika Baginda Nabi hadir ditengah-tengah kita dalam bentuk akhlak beliau dan kita yakini kehadiran ruhaniyyahnya yang selalu menyertai dan menjembatani kita untuk menuju Allah, maka akan terbentuk ‘adamul kufri (terhindar dari kekufuran). Karena bagaimana mungkin manusia yang didalam hatinya terdapat Rasulullah dapat terhinggapi kekufuran?
Maulana meneruskan bahwasanya terkadang manusia hanya memahami Baginda Nabi dari sekedar jasadnya yang sempurna, padahal kita perlu mengetahui hakikat nabi; yang dengannya keimanan tidak akan pernah hilang, meski kita berada di tengah fitnah lautan akhir zaman. “Apakah mereka tidak mengenal nabi sehingga mereka mengingkarinya?”. Maka jika kita dapat memahami, sesungguhnya Baginda Nabi ada di dalam diri kita, ada di dalam alam semesta, ada di dalam kehidupan kita, maka dengan ‘menjiwai’ Baginda Nabi selamanya api neraka tidak akan menyentuh kita. Allahumma aamiin. Hakikat nabi yang Maulana maksud adalah selain jasadiyyah beliau yang paling sempurna diantara makhluk lain, juga ruhaniyyah beliau. Jikasaja para syuhada yang syahid dalam peperangan kita tidak boleh mengatakan bahwasanya mereka mati (QS. Al-Baqarah: 154), maka terlebih maqom para Kekasih-kekasih Allah, para Nabi, para Rasul, Ulul Azmi, apalagi Baginda Nabi Muhammad SAW yang merupakan pemimpin Ulul Azmi?? Baginda Nabi wafat secara basyariyyah namun nubuwwahnya tidak. Nabi bersabda al anbiya ahyau min quburihim, yushallun (para Nabi hidup dalam kubur mereka dan melaksanakan shalat).
Maulana menyampaikan bahwa sebagaimana saat hidupnya Baginda Nabi merupakan sayyidul ‘alamin, begitupula saat wafatnya ketinggian derajat Rasulullah tidaklah berkurang, setiap lahdzhah beliau selalu naik ke derajat yang lebih tinggi. Karena selain sayyid-nya alam manusia, Baginda Nabi juga merupakan sayyid di alam-alam lain seperti alam malakut, alam jabarut, dan lain sebagainya. Salah satu dalilnya adalah Q.S. Adh Dhuha: 4 Walal akhiratu khoirun laka minal ula (dan Sungguh akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan; dunia). Maka Maulana menyampaikan jangan sampai kita seperti saudara-saudara kita yang wahabi; mereka mengingkari maqom Baginda Nabi, menganggap Baginda Nabi mati, mengkafirkan orangtua Baginda Nabi bahkan mengatakan mereka di neraka padahal dalam hadits disebutkan nasab Baginda Nabi sejak Nabi Adam a.s. hingga beliau adalah min ahlil khair seluruhnya tanpa ada satupun dari ahli maksiat apalagi menyekutukan Allah. Saudara kita dari wahabi melarang untuk ziarah, tidak boleh tawassul, mereka (wahabi) menyibukkan diri menghafal al-Qur’an tetapi bodoh dalam mengenal Baginda Nabi. Maka harus taalluq, takholluq, tahaqquq kepada Baginda Nabi dalam setiap pengajaran kita. Maka harus kita ajarkan nabi tidak hanya jasadiyyahnya saja tapi juga ruhaniyyahnya.
Dengan mengenal dan memahami Baginda Nabi, maka sudah sepatutnya kita menjadikan beliau wasilah dalam setiap doa-doa kita kepada Allah, karena tiadalah Nabi Adam a.s. diciptakan kecuali telah diciptakan ruhaniyyah Baginda Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu, tidaklah seluruh alam diciptakan kecuali karena beliau, tidaklah surga dan neraka diciptakan kecuali karena beliau, tidaklah syafaat di hari mahsyar didapatkan kecuali melalui beliau. Jika saja seorang bayi dapat lahir dengan perantara ibunya, bagaimana mungkin kita mengingkari Baginda Nabi sebagai perantara kita kepada Allah?
اللهم صل و سلم على سيدنا محمد واله وصحبه❤️
23 notes · View notes
chillinaris · 9 months ago
Text
"Satu orang di sisimu, seberat apapun hidupmu."
12 notes · View notes
kalamullohrasullulloh · 1 year ago
Text
The Real hero muslims..
Muslim sejati..
3 notes · View notes
ceritasannah · 1 year ago
Text
Tumblr media
Mahasiswa Jangan Salah Melihat Akar Masalah Muslim Rohingya
[ Nur Hasannah | @ceritasannah ]
Mari kita garis bawahi,
“Sadari peran dan bersuara menyerukan kebenaran dengan substansi yang jelas kebenarannya. Karena tindakan pastilah sesuai isi pemikiran.”
Peran Mahasiswa
Mahasiswa sebagai Sosial Control tentu memerlukan kejelasan akar dan pijakan agar posisinya sebagai Mahasiswa menjadi lebih mantap dan jelas dalam mengkaji sebuah realita masalah.
Namun sayang baru-baru ini jagad media dihebohkan dengan aksi mahasiswa yang melancarkan demo pengusiran para pengungsi Muslim Rohingya di Aceh dengan tindakan nirmoral.
Padahal Mahasiswa adalah kaum intelektual yang punya andil sebagai penggerak perubahan yang memiliki moralitas tinggi. Karena tingkat intelektual yang dimiliki Mahasiswa akan sejajar dengan moralitas yang ia miliki saat menghadapi persoalan.
Siapa Muslim Rohingya
Muslim Rohingya adalah etnis minoritas dengan populasi mencapai 1,3 juta jiwa. Mereka tinggal di Rakhine, Myanmar. Dalam UU kewarganegaraan 1982 etnis Rohingya tidak diakui keberadaannya, mereka dianggap kaum ilegal di Myanmar.
Mereka tidak mendapatkan akses pelayanan dan perlindungan dari kekejaman Junta Militer Myanmar. Etnis Rohingya mengalami pemusnahan etnis alias genosida.
Muslim Rohingya diburu seperti hewan buruan, dipenjara, disiksa, kaum muslimahnya diperkosa oleh militer Myanmar. Kekejian tidak berhenti disitu, pemukiman dan masjid-masjid Muslim Rohingya dibumihanguskan oleh pasukan militer dan Budha Radikal yang dipimpin oleh Biksu Ashin Wiratu.
Pada tahun 2017 cleaning etnis terjadi, dalam waktu sebulan 6700 jiwa Muslim Rohingya terbunuh. Sedangkan yang selamat terpaksa menyeret diri mencari suaka ke Bangladesh, namun malang keadaan mereka juga tidak pulih.
Solusi Tuntas Muslim Rohingya
Ujian keimanan terhadap konflik Muslim Rohingya benar-benar menggoncang iman banyak kaum Muslim Indonesia terutama Muslim Aceh, disusul dengan berita yang terus menggiring seruan memboikot Muslim Rohingya sehingga mengalihkan fokus kita pada seruan mandat kaum Muslim yaitu “Tetaplah bersatu!”.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
“Saudara Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Tidak boleh ia mendzalimi saudaranya itu.” (HR. Muslim)
Haram hukumnya seruan boikot, menebar kebencian, pengusiran apalagi melakukan serangan fisik secara brutal kepada Muslim Rohingya.
Fokus kepada akar persoalan terusirnya Muslim Rohingya bukan fokus kepada masalah turunan berupa minimnya pengetahuan mereka terhadap agama dan keterbatasan mereka dari sisi adab.
Dua Solusi Tuntas Persoalan Muslim Rohingya
Pertama, menghapus sekat-sekat nasionalisme yang membelenggu kaum Muslim memberikan pertolongan kepada sesama Muslim lainnya. Paham nasionalisme atau Negara-Bangsa pemicu utama munculnya fobia pada bangsa asing seperti halnya ketakutan kepada para pengungsi Muslim Rohingya.
Kedua, menciptakan perlindungan sejati bagi umat secara internasional. Terbukti bahwa tidak ada satu pun kekuasaan saat ini yang mampu mencegah dan menghentikan genosida yang dialami kaum Muslimin baik itu kaum Muslim Rohingya, Muslim Suriah, Muslim Afganistan, Muslim Sudan, Muslim Kashmir, Muslim Palestina bahkan Muslim Uyghur.
Kaum Muslim ibarat anak ayam yang kehilangan induknya, tercecer dan terancam. Tidak ada yang bisa melindungi kaum Muslim kecuali induknya yaitu Khilafah.
Dengan tegas Rasulullah SAW bersabda,
“Sungguh imam (Khilafah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikan dia sebagai pelindung.” (HR. Muslim)
Khilafah yang akan menyatukan serta menjaga kehormatan, jiwa, harta dan darah kaum Muslim. Bukan hanya kaum Muslim bahkan Khilafah juga turut menjaga dan melindungi umat beragama lain. Sebagaimana tinta emas yang tertoreh pada sejarah gemilang Khilafah Utsmaniyah, Sultan Beyazid II memberikan suaka untuk kaum Yahudi yang terusir dari Spanyol oleh penguasa Kristen.
Muslim Rohingya bukan musuh dan bukan pula orang kafir, mereka tidak sedang membuat makar busuk seperti para pemimpin Muslim yang hidup melanggengkan sistem dzalim.
Kaum Muslim Rohingya tidak sedang mengacungkan moncong senjata pada kepala kita seperti Junta Militer Laknatullah dan mereka tidak terbukti merampas tanah milik warga Aceh.
Kaum Muslim Rohingya hanya meminta perlindungan dan pertolongan, tidakkah membuat hati kita bergetar merasa takut akan gelar yang Allah berikan kepada umat Islam yaitu,
“Ummatan Wasathan, umat yang menjadi saksi bagi manusia. Bagaimana bisa kita bersaksi jika kita bagian dari pelaku kedzaliman yang keji!”
3 notes · View notes
yonarida · 2 months ago
Text
Sakinah Mawaddah Warohmah
Beberapa nasihat untuk seorang istri agar rumah tangga harmonis dan diridhai Allah:
1. Niatkan Pernikahan untuk Ibadah
Jadikan pernikahan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ingatlah bahwa pernikahan adalah amanah dan bentuk penyempurnaan separuh agama.
2. Taat kepada Suami dalam Kebaikan
Dalam Islam, ketaatan kepada suami adalah salah satu bentuk ibadah, selama suami tidak memerintahkan kepada hal yang bertentangan dengan syariat. Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi). Namun, ini bukan berarti istri kehilangan haknya, melainkan bentuk saling menghormati dan mendukung.
3. Berkomunikasi dengan Lemah Lembut
Jaga komunikasi yang baik dengan suami. Berbicara dengan lemah lembut dapat mempererat hubungan dan menunjukkan rasa hormat. Rasulullah ﷺ dikenal sangat lembut dalam menyampaikan sesuatu, terutama kepada keluarganya.
4. Berusaha Menjadi Sahabat bagi Suami
Jadilah pendengar yang baik, penyemangat, dan teman terbaik bagi suami. Rasulullah ﷺ memuji Khadijah r.a. karena selalu menjadi pendukung beliau dalam suka dan duka.
5. Hiasi Diri untuk Suami
Islam menganjurkan istri untuk berhias dan tampil menarik di hadapan suaminya. Ini adalah bentuk penghormatan dan rasa cinta kepada pasangan.
6. Jaga Kehormatan dan Privasi Rumah Tangga
Jangan menyebarkan aib suami atau urusan rumah tangga kepada orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda: “Seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang bersama istrinya, lalu dia menyebarkan rahasia rumah tangganya.” (HR. Muslim).
7. Bersabar dan Saling Memaafkan
Dalam rumah tangga, pasti akan ada ujian dan perbedaan. Jadilah istri yang sabar, lapang dada, dan selalu siap memaafkan.
8. Jaga Hubungan Baik dengan Keluarga Suami
Hormati mertua dan keluarga suami seperti keluarga sendiri. Menjaga hubungan baik dengan mereka dapat menciptakan kedamaian dalam rumah tangga.
9. Perbanyak Doa untuk Suami dan Rumah Tangga
Mohon kepada Allah agar diberikan keberkahan dalam rumah tangga, serta diberikan kekuatan untuk menjadi istri yang sholihah.
10. Berusaha Menjadi Pengingat dalam Kebaikan
Ingatkan suami jika ia lalai, tapi dengan cara yang bijak. Saling mengingatkan dalam kebaikan adalah tanda cinta sejati.
Semoga rumah tangga kita menjadi sakinah, mawaddah, warahmah, serta senantiasa dalam perlindungan Allah. Aamiin.
5 notes · View notes
bayuvedha · 2 months ago
Text
1000 Jam.
Siapa Dirimu Ditentukan oleh Apa yang Kamu Lakukan.
Sebanyak apa pun kebaikan yang bisa kamu lakukan, lakukanlah! Jam terbang dalam memberikan manfaat adalah cerminan sejati dari siapa dirimu. Semakin banyak kebermanfaatan yang kamu tebarkan, semakin jelas pula identitas dirimu sebagai pribadi yang berkontribusi bagi dunia.
Dalam Islam, kebermanfaatan adalah salah satu indikator tertinggi kemuliaan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad, Thabrani)
Disinilah penegasan bahwa nilai sejati seorang Muslim tidak hanya diukur dari Amal Pribadi, tetapi juga dari kontribusinya bagi orang lain. Ia juga harus Berakhlak. berarti menjadikan setiap tindakan sebagai ibadah, termasuk menebar manfaat kepada sesama.
Namun, semua itu bermula dari satu hal: kesadaran dan keyakinan diri. Pada dasarnya, setiap orang memiliki potensi untuk berubah. Bahkan, perubahan itu tidak hanya terlihat dalam kehidupan batinnya, tetapi juga dalam kehidupan materi dan sosialnya. Perubahan akan terjadi ketika seseorang benar-benar percaya pada dirinya sendiri—bahwa apa yang ia lakukan memiliki makna dan nilai.
Sebagaimana pepatah mengajarkan,
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ عَرَفَ رَبَّهُ "Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."
Maka, mengenal diri sendiri adalah langkah awal untuk memahami posisi kita sebagai hamba Allah yang bertugas memakmurkan bumi. Dengan mengenal diri, seseorang akan sadar akan keberadaannya sebagai khalifah Allah yang memiliki tanggung jawab besar untuk berbuat kebaikan. Keyakinan inilah yang menjadi bahan bakar utama untuk terus melangkah, meskipun rintangan dan keraguan datang menghampiri.
Allah ﷻ pun berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ "Sungguh, Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Hud: 115)
Ayat ini menjadi penguat bahwa setiap usaha kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas tidak akan pernah sia-sia. Bahkan, sekalipun hasilnya belum terlihat saat ini, Allah telah menjaminnya dengan pahala yang tak terhingga.
Di sisi lain, banyak yang memilih untuk tidak percaya pada dirinya sendiri. Mereka ragu akan potensi dan nilai dari tindakan mereka. Dan, kita bisa melihat hasil dari keraguan ini—mayoritas hanya bertahan dalam zona nyaman tanpa ada perubahan berarti. Maka, jadilah berbeda! Mulailah bergerak, kenali dirimu, yakini potensimu, dan sebarkan manfaat sebanyak mungkin. Itulah wujud nyata dari seorang muslim yang berakhlak baik.
3 notes · View notes