#memahamiku
Explore tagged Tumblr posts
kurniawangunadi · 8 months ago
Text
Siapa yang Jatuh Cinta?
Kita terlalu banyak berbeda, tapi kamu sebut itu sebagai pelengkap. Kita terlalu banyak masalah, tapi kamu yakin itu bukan masalah. Kita terlalu banyak mimpi, tapi kamu tegaskan bahwa semua bisa jadi kenyataan. Kita terlalu banyak hambatan, tapi katamu, jangan khawatir. Kita ini terlalu banyak alasan untuk tidak perlu meneruskan obrolan, tapi diammu sanggup memahamiku. Kau pikir aku jatuh cinta padamu? Dan katamu, "aku yang jatuh cinta." Hah?!?!
198 notes · View notes
tuanpoetry · 26 days ago
Text
Tumblr media
05/02/2025 11.01 pm
— paradoks
sebaiknya malam ini aku berterus terang, bahwa aku tidak suka gelap tapi juga tidak suka terlalu terang pada saat aku ingin tenggelam dalam lelap.
aku suka mendengarkan tapi aku tidak memberi tahu orang-orang apa yang ada di dalam diriku atau lebih tepatnya aku tidak suka menceritakan tentang diriku. merasa seakan-akan berbicara sedikit saja sudah oversharing tapi aku juga ingin ada seseorang yang mengetahui dan memahamiku.
aku menginginkan perhatian tapi aku menghindari segala yang menghampiriku. aku ingin seseorang mengingat hal-hal kecil tentangku namun aku juga merasa tidak nyaman jika ada yang menanyakan tentang diriku.
aku menyembuhkan orang-orang tapi aku menghancurkan diriku sendiri sebagai bayaran saat sedang mencoba menyembuhkannya. mereka sembuh lalu aku tidak. aku merasa kecewa namun aku juga tidak ingin mereka terluka. aku tidak ingin mereka meninggalkanku namun aku juga tidak ingin mendekatkan diri.
saat aku mengatakan aku tidak peduli tapi jauh di dalam tulang-belulangku aku peduli. aku tetap memperhatikan dari jarakku, namun jika aku tidak dapat memiliki akses untuk mengetahuinya lagi, aku gusar sekali.
aku sangat ingin bahagia namun aku memikirkan hal-hal sedih di dalam diriku sepanjang waktu.
jika kamu tidak menyukai paradoks dan kamu mencintaiku, maka paradoks yang tidak kamu sukai itu berhasil membuatmu jatuh cinta.
19 notes · View notes
penaalmujahidah · 1 year ago
Text
Ya Rabb, atas segala resah dan segala riuh kepala yang tak bisa aku lisankan, aku yakin Engkau tetap memahamiku melebihi diriku sendiri dan siapapun di dunia ini. Meskipun bahasa yang aku gunakan untuk mengungkapkannya hanya berupa tangisan.
@penaalmujahidah
233 notes · View notes
shenshine · 3 months ago
Text
Pergilah, Jika Memang Harus
Aku menulis untuk diriku, point of view melalui kamu.
Aku tak pernah memintamu untuk tetap tinggal.
Jika hatimu merasa ada tempat lain yang lebih tepat, maka pergilah.
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan bersama seseorang yang tak pernah yakin.
Tahukah kamu?
Kebebasan adalah anugerah yang tak ternilai,
meski terkadang, kebebasan itu berarti melepaskan.
Jika pada akhirnya kakimu membawamu kembali ke sini,
aku akan tahu bahwa itu bukan karena paksaan,
melainkan karena hatimu yang memilih.
Aku tak ingin menjadi persinggahan semata,
atau sekadar pelarian dari sepi.
Aku layak untuk lebih dari itu, begitu juga dirimu.
Aku ingin berada dalam hidup seseorang yang benar-benar memahamiku,
yang melihat nilai diriku tanpa keraguan,
bukan sekadar kenyamanan sesaat.
Pintu ini akan selalu terbuka,
dan aku tak akan pernah menutupnya.
Jika kebahagiaanmu ada di tempat lain,
aku akan merelakan langkahmu menuju ke sana.
Karena aku percaya, kebahagiaan sejati tak pernah lahir dari sebuah paksaan.
Maka pergilah, jika memang harus.
Namun, jika kau memilih untuk tetap di sini, pastikan itu karena hatimu menginginkannya.
Dan andai kau tak pernah kembali,
aku masih memiliki diriku sendiri—
dan itu sudah lebih dari cukup.
18 notes · View notes
annisafitriyah · 16 days ago
Text
Kamu dan mereka mungkin menganggapnya ini bercanda, lucu memang untuk ditertawakan. Aku juga tidak bisa memaksa semua orang memahamiku, setiap orang itu punya bebannya masing-masing. Kalau begitu ya Rabb, ucapku "ya Allah, kalau pun ini jadi rasa sakit yang sedemikian sakit, kan engkau juga yang mengizinkan itu terjadi. Mereka hanya menjalankan sebuah peran. Mungkin ada kisah yang mau Allah bagikan lesson learned nya. Ya Allah, ini juga dari engkau. Maka apalagi yang hanya bisa aku bilang bahwa "Aku ridho"."
13 notes · View notes
iyunniee · 1 year ago
Text
Dulu, kupikir menjelaskan tentang diriku kepada orang itu perlu agar ia tidak salah paham—mengingat diriku adalah perempuan rumit yang sering disalahpahami.
Namun, ternyata menjelaskan diriku pada orang bukanlah pilihan yang tepat. Orang-orang tidak pernah benar-benar menanggapi kecuali disuatu waktu aku penting. Kecuali aku adalah orang yang ingin mereka pahami.
Jadi, sekarang aku hanya akan menjelaskan diriku pada seseorang yang ingin memahamiku. Perihal suatu waktu ia akan abai, aku tidak peduli lagi—itu diluar kuasaku.
—hei Octo!
114 notes · View notes
payungbercerita · 1 year ago
Text
23 Tahun: Seharusnya aku sudah selesai pada luka itu
Orang-orang yang dulu menyakitiku, mungkin sudah lupa bagaimana sedihku, perihku, serta tangisku pada hari itu. Goresan kecil di tangan dengan sedikit darah, perlawananku, serta kata pembelaan angkuh yang bisa aku keluarkan kala itu mungkin sudah hangus dalam pikiran mereka. Mungkin bisa jadi, jika aku ceritakan bagaimana bencinya aku atas kejadian itu membuat mereka bertanya: Apa benar aku pernah melakukannya?
Seharusnya aku bisa memaklumi perilaku anak kecil yang polos lagi sedang bersemangat untuk menunjukkan kekuatannya. Anak laki-laki yang ingin dilihat, didengar, disegani oleh lingkungan sekitar lantaran banyaknya orang yang melihatnya dengan sebelah mata dan merendahkan kemampuannya. Seharusnya aku bisa memahami bahwa anak laki-laki itu hanya meminta perhatian dan penghormatan meski menggunakan cara yang melukai seseorang.
Tapi nyatanya berdamai dengan masa lalu tidaklah mudah. kenang-kenangan yang aku peroleh dari masa kecil itu membuat pandangan hidup serta rasa-rasa yang hadir tetap berkaitan. Aku tetap terhubung pada masa itu, terutama setiap kali aku mulai percaya pada seorang laki-laki.
Banyak pertanyaan yang memenuhi pikiranku dan berkecamuk begitu kuat. Seringnya berbuah keraguan dan kesedihan serta gelombang yang mempertontonkan bagaimana kejadian masa lalu itu begitu menyakitkan.
Mampukah dia menghargaiku dengan sebaik-baiknya penghargaan? Mampukah dia memahamiku dengan segala bentuk kekurangan serta luka yang terkadang membuatku rapuh? Mampukah dia menahan perkataan kasar serta merendahkan tatkala amarahnya sedang berkecamuk? Mampukah dia tidak menghinaku saat kondisi fisikku tidak mampu memanjakan penglihatannya?
Ya, pertanyaan yang memenuhi isi kepala ini bukan lagi seputar harta dan kecukupan ekonomi. Kekhawatiran terbesar letaknya pada perilaku. Meski aku tahu bahwa luka ini berada pada kendaliku, tapi aku juga terkadang tidak mampu jika terus menerus dihadapkan dengan sinyal-sinyal yang mengingatkanku pada masa itu.
Aku tahu bahwa berdamai dengan masa lalu adalah keharusan. Tapi berdamai bukan berarti melupakan semuanya. Ada sisa rasa yang masih menetap dan membesar tatkala diingatkan kembali. Perihnya, derasnya, sedihnya bukan perkara mudah untuk dihilangkan.
43 notes · View notes
milaalkhansah · 2 years ago
Text
Aku selalu ingin bercerita. Tapi respon yang kuterima, membuatku selalu mengurungkan itu semua.
Ketika kelak datang hari di mana kau tak lagi mendengar cerita tentang apa yang terjadi dalam hidupku. Itu bukan berarti hidupku sedang baik-baik saja, atau tidak ada lagi momen-momen di mana aku merasa bahagia.
Aku hanya belajar dari yang sudah-sudah. Bahwa saat aku memutuskan untuk berbagi tentang itu semua padamu. Kau tak pernah benar-benar mengerti bagaimana rasanya menjadi diriku.
Aku lelah untuk selalu menjelaskan.
Dan aku bertambah lelah lagi bahwa ternyata, aku pun juga tetap harus menjelaskan pada seseorang yang kukira bisa memahamiku tanpa perlu kujelaskan terlebih dahulu.
75 notes · View notes
palupiyuliyani · 4 months ago
Text
Setelah menikah, aku justru semakin menyadari bahwa di dunia ini benar-benar tidak ada yang memahamiku dan menemaniku sepanjang waktu kecuali Allah.
Suami karena dia laki-laki yang panjang logikanya, terkadang tidak mengerti rumitnya perasaan perempuan. Kadang tidak mengerti reaksi apa dan harus bagaimana ketika istrinya sedang curhat. Tidak tahu harus apa, ketika istrinya sedang marah.
Dan setelah menikah, tidak mungkin menceritakan hal-hal semacam ini kepada orang tua, saudara, teman atau siapapun. Karena suami/istri haruslah jadi orang yang pertama tahu masalah masing-masing.
Bahkan ketika marahan dengan pasanganpun, tidak mungkin diceritakan kepada orang lain, karena ya tadi konflik dalam pernikahan itu tidak abadi, akhirnya nanti baikan ngapain diceritakan ke orang lain?
Lalu saat tiba di titik, ada masalah di luar rumah, dan ternyata tidak bisa bercerita pula dengan suami entah karena dia sedang lelah, marahan, atau LDR seperti sekarang tidak mungkin juga bercerita ke keluarga atau teman.
Maka akhirnya menepi dalam sujud panjang, menengadahkan tangan sambil mengadu kepada-Nya menjadi satu-satunya pilihan agar hati kembali tenang.
Tiada yang setia menemani kecuali Allah, tiada yang memahami kecuali Allah, tiada yang menguatkan kecuali Allah.
:)
10 notes · View notes
bentangkalanjana · 1 month ago
Text
Aku masih terus dipenuhi pertanyaan. Apa yang membuatku begitu sedih dalam merelakanmu? Tentang melepaskanmu? Tak lagi dapat berbincang seperti dulu? Kehilangan sosok yang memahamiku sedemikian dalam? Tak lagi terdengar bunyi pesan darimu? Atau aku hanya kesepian? Lalu, jika ada orang lain, mungkinkah aku akan merasa lebih baik? Apa dia bisa mengisi ruang yang semula pernah kau tinggali? Bolehkah dia menjadi dirinya sendiri? Atau haruskah dia memainkan peran sebagai 'pengganti'? Aku terlalu banyak menerka. Aku lelah dan ingin beristirahat, tapi pikiranku terus berkelana disekitarmu. Aku letih dan ingin berhenti.
4 notes · View notes
tanyahati · 1 month ago
Text
Hidup membentukku menjadi manusia rumit-seperti kepingan puzzle yang berantakan. Namun dengan cara yang begitu sederhana kamu berhasil membuatku menjadi lebih baik lagi setiap harinya. Kamu melengkapiku
Entah bagaimana awalnya, pada akhirnya kita berdua memutuskan untuk mencoba memperjuangkan apa yang kita rasakan. Tidak mudah, tapi kita sudah berjanji untuk tidak akan pernah menyerah.
Terima kasih karena kamu lebih memilih untuk tetap tinggal. Terima kasih sudah bertahan dari semua rasa tidak percaya yang ku miliki walaupun aku tau sangat berat bagi manusia baik sepertimu untuk memahamiku yang keras kepala ini.
Tumblr media
7 notes · View notes
chocohazel · 2 months ago
Text
Kini Aku Tahu
Ma, aku tidak pernah meragukan hatinya. Kuyakin hingga hari ini namamulah yang bertakhta. Tapi seiring usiaku, aku semakin tahu betapa tak kasat rasanya kekasihmu.
Selepas kepergianmu, aku terus saja berusaha menyampaikan apa yang kurasa juga apa yang menggangguku, sebab aku selalu tahu yang memahamiku tanpa penjelasan sejak dulu memang hanya satu.
Namun sekeras apapun aku berusaha, aku semakin teringat akan pesanmu di siang hari di ruang tunggu itu; bahwa kelak ketika tiba masaku, jatuh cintalah kepada dia yang besar cintanya melebihi aku.
Kini aku tahu.
Ma, sebagai sesama perempuan dewasa, aku membayangkan betapa sepinya hatimu di hari-hari ketika engkau merindu cinta sebagaimana engkau mencintai. Berharap gegap gempita sebagaimana engkau selalu ingin dirayakan. Berharap hangat dari dingin tuturnya, juga berharap diupayakan sekeras kau berupaya.
Maka hari ini, sebagai sesama perempuan dewasa juga sebagai anak dari kekasihmu. Kuharap air mata dan doaku sampai sebagai permohonan maaf yang selalu layak untuk kau terima.
Ma, aku mencintainya, sungguh. Dengan segala lebih dan kurangku, aku selalu mencintai kekasihmu. Hanya saja, sesekali aku harap dia bisa membaca pikiranku sehingga aku tidak perlu berusaha sendirian.
Ma, ketahuilah kupastikan dia selalu mencintaimu — juga pasti mencintaiku; tapi dia memang tidak ahli dalam perkara cinta.
Kelak, di perjumpaan kita yang abadi, ketika kita semua menjadi sebaya, aku akan hadir sebagai sahabat yang terang-terangan menyampaikan apa yang kau rasa sehingga kau tak lagi perlu berusaha. Walau kelak di surga kuyakin hal ini bukan lagi masalah — tapi jika Allah izinkan, aku berjanji sedia.
4 notes · View notes
kelasta · 15 days ago
Text
Jatuh hati denganmu di luar dugaan
Tak aku rencanakan
Kamu seperti seberkas cahaya di gelapnya hidupku
Kamu seperti mentari yang kehadirannya menghangatkan hatiku
Masalah-masalah yang terasa pelik dan berat
Semuanya terasa ringan bersamamu
Terima kasih atas kehadiranmu di hidupku
Terima kasih sudah mau menemani dan mendengarkan cerita-cerita kecilku
Entah kamu akan pergi suatu hari nanti atau tetap beresonansi denganku sampai akhir, aku tak tahu
Aku hanya ingin berterima kasih telah memahamiku sejauh ini dan menerima diriku yang banyak kurangnya ini
20 notes · View notes
noonefinds · 1 month ago
Text
Yang menarik tentang menulis adalah, aku tidak pernah benar-benar tau sepanjang atau sesingkat apa akan aku ketikkan kata-kata di ponselku ini. Aku menulis karena tak bisa mengungkapkan apa yang kurasakan dengan lisan, tapi kadang bagiku juga sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata. Karena itu aku selalu membutuhkan seseorang yang dapat memahamiku hanya dengan melihat binar mataku yang perlahan meredup ini, redupnya menunggu untuk dimengerti, redupnya menunggu untuk bisa dinyalakan kembali kilaunya. Tapi siapa lah aku ini, angan-angan belaka meminta manusia untuk memahami, toh aku pun belum khatam dengan diriku sendiri, bagaimana orang lain bisa? Ah aku pikir aku tak akan terlalu banyak mengetikkan kata-kata, namun nyatanya banyak kalimat yang bisa ke luar lebih dari dugaanku.
Tumblr media
2 notes · View notes
devilsneed · 2 months ago
Text
SEBUAH DONGENG
2.30 pagi.
Malam tiba di usia senja tatkala mentari tengah memanaskan terik sebelum kembali ke bumi.
Kudapati Sang peri bersolek sebelum pergi tidur
menggunakan piyama ungu bersinar
bibirnya ranum
begitu indah
seperti bulan terbelah
kebahagiaan menetes deras seperti awan berwarna lilac
Di sudut kamarnya
sebotol anggur menyuarakan panggilan
menginginkan pertemuan
Tapi, dalam kesendirian
semua hanya sia-sia
luka bakar terasa seperti rahasia yang dibisikkan
Di benakku ada mawar merah muda,
kelopaknya menyenandungkan lagu yang hanya bisa kudenga.
Aku tinggal di hutan peri ungu
di mana putri duyung danau mengepang rambut angin
dan membisikkan impian kepadaku
memutarnya menjadi benang-benang cahaya bulan.
Aku tidak bisa berkonsentrasi
Pikiranku beterbangan seperti Kunang-kunang menuju lentera yang redup.
Mengapa sulit bagimu untuk memahamiku?
Apa aku terlalu tajam,
atau terlalu lembut?
2 notes · View notes
sastrasa · 1 year ago
Text
Selamat kembali, Tuan Pengelana, Lagi.
Sebuah memoar.
Kita 'bertemu' belum genap seminggu. Tapi kamu sudah sukses membuat hatiku tergugu. Gimana enggak? Hari pertama, aku menghabiskan waktu sepuluh jam dua puluh satu menit untuk bertukar cerita denganmu. Seru. Aku banyak tertawa setelah sekian lama. Aku merasa, oh, ternyata ada ya manusia di bumi ini yang bisa mengimbangi langkahku. Oh, ada seseorang yang akhirnya bisa nyambung kuajak bicara. Oh, ada seseorang yang seru. Aku belum buka hati, buatku kamu cuma teman cerita yang memenuhi sisi applikasi. Aku enggak merasa ada kupu-kupu di perutku, atau jantungku yang berdegup ketika menerima pesanmu. Aku merasa biasa saja bertukar cerita denganmu. Perhatian dan pertanyaan kecilmu buatku tersenyum sedikit. Hangat. Enak juga rasanya. Aku berhenti bertukar cerita dengan yang lain. Aku cuma terserap kepadamu. Sibuk membuka ruang obrolan denganmu. Tapi aku masih biasa saja, toh kalaupun deg-degan itu adalah reaksi wajar atas kegembiraan yang terjadi. Bukan rasa suka apalagi jatuh hati. Besoknya, dua jam lima puluh lima menit. Masih membuatku tersenyum. Aku merasa, oh, kayaknya kamu benar-benar bisa memahamiku. Mungkin. Lalu, kita berbincang soal sesuatu yang membuatku kurang nyaman kala itu. Aku belum siap kembali ke sana. Aku masih merasa hina membicarakannya. Lalu besoknya, tiga jam lima puluh satu menit. Aku meminta maaf atas kesalahanku hari kemarin. Aku enggak suka membuat orang lain gak nyaman. Kamu bilang, enggak apa-apa, tapi aku tahu rasa gak nyaman itu masih ada. Kamu mulai lama membalas pesanku. Kamu mulai sibuk. Tapi kamu masih memberi kabar. Kamu masih ramah. Kamu masih perhatian. Hangat. Aku suka rasa hangat itu. Aku juga bingung bagaimana harus menghadapinya, apakah aku boleh merasa hangat hanya karena pesan singkat? Besoknya, kamu sama sekali enggak membalas pesanku. Hatiku campur aduk. Aku tahu kamu enggak mungkin lupa begitu saja. Aku juga tahu alasan sebenar-benarnya kenapa kamu mengabaikanku seharian. Aku juga tahu kamu kemana. Aku tahu apa yang sebenarnya kamu lakukan. Tapi baiklah, mungkin kita memang butuh jarak. Esoknya lagi, kamu membalas pesanku. Lama. Enggak lagi perhatian. Cuek. Berubah serratus delapan puluh derajat. Aku tahu. Ada yang salah. Aku juga tahu, sesuatu yang salah itu enggak bisa aku benahi. Kemarin, dua jam tiga puluh sembilan menit. Aku ingin membuat perbincangan kita kembali seru. Aku suka sensasi hangat yang muncul ketika membaca pesan-pesanmu. Kita bermain game. Berbincang banyak. Berbagi terlalu dalam. Tapi aku senang. Aku enggak merasa bersalah dan kehilangan apa-apa. Mungkin karena aku sudah siap membicarakannya. Aku bahagia. Malam itu menyenangkan, aku menikmati semua yang kita bicarakan. Aku enggak akan melupakan semuanya. Aku masih ingat dengan jelas dengan detil itu semua. Tapi memang dasar manusia, sulit untuk merasa cukup. Dan akupun enggak bisa berbuat lebih banyak, aku punya batasan dan prinsip yang enggak bisa aku langgar. Aku bersyukur kamu menghargainya. Tapi ternyata memang cukup sampai di situ. Cukup sampai kemarin serunya. Prinsip kita beda. Ternyata sebesar itu perbedaan prinsip aku dan kamu. Sebesar itu jarak yang ada. Jarak yang enggak bisa aku paksa.
Awalnya, aku ingin berhenti di kamu saja. Jujur, ini pertama kalinya untukku, merasa seseorang cukup. Setara. Seimbang. Enggak lebih, enggak kurang dariku. Aku ingin berhenti di kamu saja. Tapi enggak, itu cuma berlaku untukku, bukan buatmu. Aku merasa kamu cukup, tapi buatmu aku enggak cukup. Dan mungkin lagi-lagi, aku bertemu seseorang terlalu sama denganku. Sama keras kepalanya, sama egoisnya, sama berprinsipnya, sama. Enggak ada yang mau mengalah karena memang memegang teguh prinsip, enggak bisa ngalah. Masalah prinsip adalah sesuatu yang enggak bisa ditawar, kan?
Akhirnya, kamu jujur, kamu enggak bisa kayak gini. Aku ingin memberikanmu pujian atas kejujuranmu. Terima kasih sudah menjadi seseorang yang cukup dewasa untuk menolak dengan jujur. Hubungan bisa terjalin dengan baik jika ada persetujuan dari keduanya, maka dari itu jika kamu memilih enggak bisa, ya aku gak bisa maksa. Lalu kukatakan padamu bahwa gak ada yang bisa menyakitiku, karena betul adanya. Menjadi gagal, menjadi pilihan ke-sekian, menjadi tereliminasi bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan. Hal itu hanyalah satu dari sekian banyak hal yang terjadi di bumi ini. Dan aku sama sekali enggak merasa tersakiti. Jadi kamu enggak perlu merasa jahat, karena kamu enggak bisa menyakitiku.
Anehnya, dibanding merasa sedih, patah, dan terpuruk. Aku lebih merasa lega, senang dan menang. Aku merasa lega karena enggak perlu berlama-lama bersama seseorang yang ternyata memang enggak mau sama aku. Aku senang karena aku bisa memilih jalanku sendiri, aku enggak perlu memaksakan diri. Aku juga menang karena aku berhasil memegang prinsipku. Aku enggak goyah. Aku enggak gundah. Aku enggak tergoda apapun itu. Aku menang karena berhasil mengatur harapan dan perasaanku dengan baik. Ternyata patah hati bisa se-menyenangkan ini? Mungkin patah hati memang seharusnya dirayakan dan ditertawakan. Ah, ini adalah patah hati yang paling menyenangkan. Besok aku harus tumpengan. Atau mungkin karena aku memang belum sepenuhnya buka hati?
Entahlah, mungkin ini rasanya ketemu orang yang tepat di waktu dan tempat yang enggak tepat. Jadi ya, tetap enggak tepat. Eh, sebenarnya akupun belum seribu persen yakin sih kalau kamu orang yang tepat. Aku enggak berharap banyak, toh sejak awal aku hanya butuh teman bertukar cerita. Tapi ternyata cerita itu mahal sekali. Ceritaku terlalu mahal dan berharga, enggak seharusnya aku ceritakan pada sembarang orang. Dan ternyata cerita sederhana bisa berkembang menjadi sebuah harapan besar yang enggak pernah terbayangkan. (Ah, masalah harapan, harapan kan akan selalu muncul, bahkan jika berharap enggak punya harapan).
Halo, kamu, satu dari sekian tuan pengelana yang datang dan pergi. Setelah dua tahun tidak lagi menerima tuan pengelana singgah. Selamat kembali, tuan pengelana, dalam pengembaraanmu, lagi. Semoga selamat sampai tujuan. Hati-hati di jalan.
Ohiya, kamu tenang saja. Biasanya seseorang yang berhasil membuatku tersenyum akan segera menemukan tujuannya. Atau bahkan kamu, sudah? Selamat ya.
Aku izin menjadikanmu tulisan ya, untuk memanjangkan ingatan dan pelajaran.
- Sastrasa
Untuk Artificial Intelligence.
15 notes · View notes