Tumgik
#kikirics
trisfant · 1 year
Text
Kikir adalah ketamakan (Amsal 28:22)
Amsal 28:22 Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan. Mereka yang pelit dengan waktu dan uangnya tidak akan mau menginvestasikannya untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Namun, peribahasa ini memberi tahu mereka bahwa ada kejutan yang menanti mereka: bukan lebih banyak, tapi lebih sedikit. Orang yang kikir sangat ingin menjadi kaya dan…
View On WordPress
0 notes
kannaexe · 2 years
Text
im crying felix's sing voice, the lyrics, just hes so beautiful oml
0 notes
atifadhilah · 8 months
Text
Tentang berbaik sangka.
Di perjalanan menjemput takdir-takdir baik-Nya, sudahkah kita benar-benar menerima kala rencana-Nya kadang tak sesuai rencana kita, seberupaya apapun kita. Tapi percayalah bahwa Dia adalah sebaik-baik Perencana, yang takdir-Nya selalu berhasil menjelma menjadi hikmah yang menjawab seluruh pertanyaan dan keheranan kita sebelumnya.
Tumblr media
Di perjalanan menjemput takdir, adakah hati selalu terukir, akan kebersyukuran dan ke-berbaik sangkaan kita pada Dia yang selalu memberikan pertolongan kepada hamba-hamba yang fakir hingga kikir. Dia yang selalu memberikan kesempatan agar hamba-Nya kembali berharap hanya kepada Rabbal a'lamiin.
175 notes · View notes
lacikata · 1 year
Text
Saat Merasa Berkorban; Cintamu Mulai Pudar.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
"Cinta tak kenal pengorbanan, Kekasih, saat kau mulai merasa berkorban, saat itu cintamu mulai pudar." - Sujiwo Tejo
Ketimbang merasa berkorban, bagaimana jika pola pikir yang dibangun adalah memberi yang terbaik dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala?
Usahanya sama, pola pikirnya berbeda.
Sebagaimana pesan dari Ust. Khalid Basalamah hafidzahullah yang disampaikan beliau dalam sebuah podcast, di mana beliau bahasakan hal ini kepada istrinya di awal menikah,
“Saya dan kamu adalah seorang pegawai di sebuah perusahaan bernama rumah tangga, pemilik rumah tangga ini adalah Allah Subhanahu Wata’ala. Saya pasti memiliki tugas dan kewajiban yang saya jalankan dan itu adalah hak kamu, begitu pun sebaliknya kamu memiliki kewajiban yang merupakan hak saya. Kita jalankan ini dengan baik karena Allah Subhanahu Wata’ala maka kita akan mendapat balasannya, pahalanya.
Demikian, sebuah pondasi pemahaman dahulu. Di mana sebenarnya kita ini sekarang sama-sama sedang menjalani prosesi mengejar pahala satu sama yang lain. Indah sekali rumah tangga itu apabila suami sibuk mencari pahala dari istri. Istri sibuk mencari pahala dari suami.
Detik per detiknya dari ucapan dan perbuatan, semuanya bagaimana membahagiakan pasangan. Sangat indah karena mereka mengejar pahala. Dalam sebuah hadis Bukhari disebutkan, memasukkan kegembiraan dalam hati seorang Muslim adalah amal yang paling Allah Subhanahu Wata’ala cintai, apalagi terhadap pasangan. Senyum dengan saudara Muslim yang lain adalah sedekah, apalagi terhadap pasangan. Padahal Allah Subhanahu Wata’ala sudah menggambarkan suami dan istri adalah pakaian satu sama yang lain. Pahami jika ini adalah ajang pahala. Jadikan ini kesempatan emas."
Bilamana keduanya sama-sama membangun pola pikir demikian, demi mengejar pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala maka tidak akan ada yang merasa si paling berkorban satu sama lain dan tidak pula saling menuntut melainkan tumbuh kesadaran di antara masing-masing terhadap pasangannya.
Apabila seseorang sudah merasa berkorban maka tanpa sadar dirinya akan menagih empati dari orang lain. Berbeda halnya, apabila dasar yang dibangun adalah dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala maka dirinya meyakini bahwa Allah Subhanahu Wata’ala yang akan membalasnya, dengan begitu sekalipun pasangannya tidak berbuat demikian, dirinya tetap on track memberi yang terbaik.
Dalam pembahasan yang lain bersama Ust. Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah, yaitu membahas QS. An-Nisa': 128 tentang nusyuz dari sisi suami (suami yang zalim) berkebalikan dengan QS. An-Nisa': 34 tentang nusyuz dari sisi istri (istri yang durhaka).
"Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tidak acuh) maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Apabila seorang wanita khawatir ada nusyuz dari pihak suaminya, (nusyuz diartikan sebagai zalim/tidak memenuhi haknya) maka solusinya adalah islah, berdamai itu lebih baik. Tidak perlu mengikuti permainan setan sehingga jadi ribut, dsb. Tentu ini bukan hal yang mudah sebab jiwa manusia itu pada dasarnya kikir (sangat menuntut haknya dan suka lupa atau lalai terhadap hak orang lain). Dirinya bersemangat terhadap haknya namun apabila berkaitan dengan hak orang lain suka lupa atau tidak tertarik untuk totalitas dalam memenuhinya. Gaduh ketika terlambat gajian namun ingin dimengerti ketika terlambat 5 menit masuk kerja, misalnya.
Dengan tabiat manusia yang demikian maka islah seringkali gagal, titik temu dalam mencapai perdamaian, apalagi jika pihak lain sedang tidak ‘sehat’, yang emosinya sedang memuncak (bukan islah dengan pihak lain yang takwanya tinggi vs takwanya tinggi) maka jika dalam kondisi yang demikian yang dituntut bukan sekadar memenuhi hak orang lain namun juga harus rela melepas sebagian hak pribadi bahkan mungkin seluruhnya untuk sementara waktu. Dikatakan ulama ini berat bahkan sangat berat sebab istri harus rida haknya dikurangi atau dilepas.
Apalagi sudah menjadi tabiat manusia itu kikir maka dikatakan ulama seyogianya perlu berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan tabiat tersebut dan diganti dengan mental berusaha untuk menunaikan hak orang lain yang merupakan kewajiban diri sendiri dan siap melepas atau memangkas sebagian hak yang merupakan porsimu.
Itulah mengapa islah pahalanya sangat besar dan tidak semua orang mampu sebab untuk memenuhi hak orang lain sudah susah sekali apalagi sampai pada titik melepas hak pribadi. Dan penutup ayat ini, “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Jika kalian ihsan (beribadah kepada-Nya seakan-akan kamu melihat-Nya dan jika tidak mampu hingga ke level itu maka beribadahlah dengan penuh keyakinan bahwa Dia melihatmu) sehingga ihsan bukan hanya sekadar berbuat baik namun berbuat baik di level tertinggi yaitu berbuat baik dengan keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala sedang melihatmu dan jika ingin lebih maksimal lagi yaitu seakan-akan kamu melihat-Nya. Hanya yang sudah mampu beribadah hingga di level inilah yang juga dimampukan untuk islah dengan tulus sebab bagi seseorang yang hanya mengedepankan dirinya dan dia lupa bahwa Allah Subhanahu Wata’ala melihatnya maka tidak akan mampu.  
Begitu seseorang tahu, “Saya tinggalkan hak saya, saya lepaskan hak saya. Saya penuhi haknya demi tercapainya perdamaian, perbaikan hubungan dan Allah Subhanahu Wata’ala melihat saya dan semoga Dia rida dengan apa yang saya lakukan.” maka islah jauh lebih mudah sebab dirinya yakin Allah Subhanahu Wata’ala melihatnya, yakin Allah Subhanahu Wata’ala rida terhadap perbuatannya dan yakin Allah Subhanahu Wata’ala akan mengganjarnya dengan ganjaran yang lebih baik.
Dan apabila kalian ihsan dan bertakwa, menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala Maha Mengetahui secara detail bukan hanya secara global atau di permukaan saja. Untuk itu, dirinya akan tenang sebab tahu Allah Subhanahu Wata’ala melihat dan mengetahui secara detail zahir dan batinnya. Allah Subhanahu Wata’ala tahu saya melepas ini bukan tersebab saya takut dengannya atau saya lemah melainkan Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman, ”Perdamaian itu lebih baik.”
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53). Nafsu untuk ribut-ribut, ingin pisah ketika hak diambil atau tidak dihargai yang merupakan permainan setan ini memberikan pandangan bahwa inilah yang paling baik. Namun, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman bahwa, ”Perdamaian itu lebih baik.”
Allah Subhanahu Wata’ala tahu motif islahmu itu apa, Dia akan rida dan mengganjar dengan kebaikan yang sangat besar. Jadi, masalah besar tidak terjadi islah bukan tersebab peliknya masalah namun akar penyebabnya adalah tabiat manusia yang kikir. Renungkan bahwa konflik dalam kehidupan, “Apakah tersebab masalahnya?” jawabannya tidak, namun tersebab manusianya entah diri sendiri atau pihak lain. Bukan besar kecilnya masalah melainkan ego, arogansi, nafsu, dsb.
Dan di ayat tersebut jelas, diawali permasalahan (seorang wanita khawatir apabila suaminya zalim), dijelaskan pula akar masalah (tabiat manusia yang kikir), lalu diberi solusi (tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik), ditutup dengan tauhid (Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan) Allah, Al-Kabir yang mengetahui secara global dan detail.
Tidak akan menemukan titik temu atau bersepakat untuk islah dengan konsekuensi melepas sebagian atau seluruhnya hak pribadi apabila tauhid dalam diri seseorang lemah atau hanya sebatas teori. Dan sejatinya inilah ujian kejujuran. Sudahkah melibatkan tauhid kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi lika-liku kehidupan berumah tangga?
158 notes · View notes
ulvafdillah · 1 year
Text
Terbuat dari apakah hati para lelaki?
Yang dengan mudah mempermainkan perasaan perempuan.
Yang dengan mudah menabur benih-benih janji namun berisi kepalsuan.
Terbuat dari apakah hati mereka?
Yang telah menikah, berkeluarga dan memiliki anak namun masih saja bermain mata di luar rumah.
Yang telah menikah dan dengan mudah berkirim chat mesra kepada selain istrinya.
Tidakkah ketakutan menyelimuti dadanya?
Perihal kecewa yang bisa hadir dari sorot mata perempuan yang ia nikahi dengan penuh perjuangan.
Atau perihal tatapan benci dari anak-anaknya yang mengetahui jika pemimpin keluarga mereka justru berlaku keji.
Terbuat dari apa hati mereka, para lelaki itu?
Yang memandang perempuan hanya sebatas pelampiasan nafsu.
Yang menilai perempuan hanya dari segi harta, tahta dan jabatan semu.
Yang menganggap bahwa nafkah seorang suami kepada istri hanya seputar isi perut dan hubungan biologis.
Terbuat dari apa hati para lelaki seperti itu?
Yang hadir di tengah-tengah rumah hanya pada saat perutnya keroncongan.
Atau ketika telah bosan bermain di luar selama seharian.
Yang mendatangi istri hanya saat ada keperluan.
Terbuat dari apakah hati para lelaki?
Yang dengan tega mengkhianati kepercayaan sang istri.
Yang dengan mudah ingkar janji.
Yang tak pernah sadar dan memahami bahwa hakikat pernikahan adalah perihal mengubah dan meninggalkan banyak kebiasaan.
Terbuat dari apakah hati mereka?
Yang telah dibersamai, dihormati, dilayani namun perihal menghargai dan memuliakan istri saja, mereka tak tahu caranya.
Mereka seolah buta, tuli dan mati rasa jika berkaitan dengan istri dan keluarga.
Mereka bekerja hanya untuk memenuhi tanggung jawab perihal nafkah berupa uang dan harta. Tapi pada hakikatnya mereka pelit, kikir dan perhitungan.
Terbuat dari apakah hati mereka? Para lelaki itu.
01.17 a.m || 30 Mei 2023
196 notes · View notes
sensussinyor · 9 days
Text
Kadıköy'e geldiğimde ergenlik turuna girmiş gibi hissediyorum. Az önce tam önümde bir kızla çocuk vedalaştı ve kız British time'a girdi. Otobüs beklerken aklımdan geçenler "Çıkışta yine buluşacaklardir belki, modada takılıp aptal saptal muhabbetler edeceklerdir. Belki aileleri zengindir dünya umurlarinda değildir, belki istedikleri şeyleri satın almak için on kere düşünüyorlardir, gittikleri kafede yediklerine dikkat ediyorlardir. Arkadaşlarıyla buluşup kikir kikir eğlenecekleri saçma bir etkinlikleri de olabilir pek tabi. İlişkiler hakkında bir bok bilmedikleri halde son derece vakur ve özgüven dolu tiratlar havada uçuşacaktir. "
Ben orada sadece işi oldugu için bulunan eski bir ergen olarak eve dönerken hala birileri dibine kadar ergenliginin tadını çıkartıyor.
Baays Kadıköy eşimle buluşmaya gidiyorum✋🏻
18 notes · View notes
bercintalewatkata · 2 months
Text
Manipulation is when they blame you for your reaction to their toxic behavior but never discuss their disrespect that triggered you
Manipulation can be hard to spot, but here’s a sign: if someone constantly blames you for your reaction to their toxic behavior, but never acknowledges the disrespect that triggered you, they’re manipulating you. ✩₊˚.
They twist the situation to make you feel guilty and avoid taking responsibility for their actions. It’s not your fault for reacting to mistreatment. Healthy relationships involve mutual respect and accountability, not shifting the blame. If someone always turns the focus on how you reacted instead of addressing what they did to cause it, that’s a red flag. ⋆☾⋆
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat gelisah (pesimis), sedih, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang, dan keganasan orang lain." 🤲 -Diriwayatkan oleh Anas r.a-
Trust your feelings and recognize when you’re being manipulated. You deserve to be treated with respect and kindness, not made to feel like your reactions are the problem. Always stand up for your worth and don’t let anyone convince you that their bad behavior is your fault.⁺₊✧
4 notes · View notes
dinisuciyanti · 6 months
Text
Lagi-lagi soal zakat
Sore tadi aku kembali menghitung total zakat maal yang harus aku keluarkan tahun ini. Ku otak-atik, oh aku ada pengeluaran XYZDEF di 3 bulan ke depan, seharusnya bisa dikurangi, oh ini oh itu, sangat dihitung agar nilai zakatnya kecil. Padahal, di-kalkulasi segimana pun, berkurangnya hanya ratusan ribu.
Lalu malam ini aku bertanya ke salah satu teman yang mungkin lebih berilmu soal zakat,
Soal zakat, hitungan dana darurat bisa dikeluarkan dari perhitungan zakat ga ya? Atau itu mencerminkan diri yg begitu kikir dalam beribadah di jalan Allah???
Temanku menjawab, include semua. Sambil memberikan link penjelasan dari rumah zakat. Aku baca. Sekrol ke bawah. Lalu menemukan anonim yang berzakat senilai 47.5 juta rupiah. Auto DEG. Semacam ditampar Sang Pencipta, bahwa nilai zakat ku belum sebanding dengan 47.5 juta.
Kenapasih din, kikir banget? Mau mu banyak, ya beasiswa yang nilainya M-an, nikah, umroh, dll, tapi zakat yang wajib aja masih berhitung gimana caranya biar kurang. Allah memberi rezeki yang begitu banyak, tapi menyisihkan 2.5% per tahun saja kamu masih berhitung? Istighfar.
18 Maret 2024
12 notes · View notes
alhasyirhumam · 6 months
Text
Aku heran kepada orang kikir, ia mempercepat kefakiran yang sesungguhnya ia hindari, ia ditinggalkan oleh kekayaan yang sesungguhnya ia cari. Ia hidup di dunia dengan cara hidup orang fakir dan kelak dihisab di akhirat dengan cara hisab orang kaya; Aku heran kepada orang sombong, padahal ia bermula dari air mani dan akan berakhir menjadi bangkai; Aku heran kepada orang yang meragukan Allah, sementara ia melihat ciptaan-ciptaan Allah; Aku heran kepada orang yang melalaikan kematian, sementara ia melihat orang-orang mati.
Ali bin Abi Thalib
Tumblr media
7 notes · View notes
diksibising · 1 month
Text
Ini bukan khutbah Jum'at, sebatas pengingat-ngingat.
Semua orang pasti mempunyai jalan hidupnya masing-masing, dan semua orang dapat menentukan tempat duduknya masing-masing.
Setiap orang akan dimudahkan kepada yang dicipta, baginya baik surga atau neraka.
Dari Ali as ia berkata: ketika Rasulullah Saw berada dalam suatu rombongan pelayat jenazah, lalu beliau mengambil sesuatu dan memukulkannya ke tanah. Kemudian beliau bersabda: Tidak ada seorang pun, kecuali tempat duduknya telah ditulis di neraka dan tempat duduk di surga. Para sahabat bertanya, wahai Rasulullah, kalau begitu, bagaimana bila kita berittikal saja terhadap takdir kita tanpa beramal? Lalu Rasulullah Saw menjawab: beramalah kalian, karena setiap orang akan dimudahkan kepada yang dicipta baginya. Barangsiapa yang diciptakan sebagai Ahlu sa,Adah (penduduk surga), maka ia akan di mudahkan untuk mengamalkan amalan Ahlu sa,Adah. Namun barangsiapa yang diciptakan sebagai Ahlu syaqa' ( penghuni neraka), maka ia akan dimudahkan pula untuk melakukan amalan Ahlu syaqa'. Kemudian beliau membacakan ayat. Fa,ammaa man a'thaa wa taqaa wa shaddaqa bi 'I-husna. Yang artinya, Barangsiapa yang memberi, dan bertakwa serta membenarkan kebaikan. (HR. al-Bukhari 4949)
Rasulullah Saw mengingatkan dalam hadits ini agar manusia senantiasa berikhtiar dan bertawakal hanya kepada Allah. Serta tetap berharap mendapa limpahan Rahmat dan takut mendapatkan konsekuensi buruk di akhir dan jangan berittikal (pasrah tanpa berusaha) dengan meninggalkan amalan.
Allah telah menetapkan bahwa ahli surga akan di mudahkan jalannya untuk menuju surga. Maka ketika seseorang senantiasa melakukan amal Islam dengan baik dan benar dalam hidupnya seperti bertakwa, berkontribusi bagi dakwah Islam dengan amwal dan anfusnya, maka sungguh ia telah dipermudah jalannya oleh Allah untuk menuju surga.
Demikian pula sebaliknya, Allah telah menetapkan bahwa ahli neraka akan di permudah jalannya menuju neraka. Maka ketika seseorang menemukan kesulitan dalam beramal Islam bahkan setiap amalannya cendrung negatif dan destruktif seperti Bakhil, tidak berkontribusi untuk kejayaan Islam merasa cukup dengan amalannya, dan bersikap dusta. Maka berarti ia sedang menempuh jalan kecelakaan, jalannya ahli neraka.
فَاَ مَّا مَنْ اَعْطٰى وَا تَّقٰى 
"Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,"
وَصَدَّقَ بِا لْحُسْنٰى 
"dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga),"
فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْيُسْرٰى 
"maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)."
وَاَ مَّا مَنْۢ بَخِلَ وَا سْتَغْنٰى 
"Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah),"
وَكَذَّبَ بِا لْحُسْنٰى 
"serta mendustakan (pahala) yang terbaik,"
فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْعُسْرٰى 
"maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan)."
(QS. Al-Lail 92: Ayat 5-10)
Semoga bermanfaat, dan semoga tetap bersemangat.
5 notes · View notes
trisfant · 1 year
Text
Jangan makan roti orang kikir (Amsal 23:6-7)
Amsal 23: 6 Jangan makan roti orang yang kikir, jangan ingin akan makanannya yang lezat. (7) Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. “Silakan makan dan minum,” katanya kepadamu, tetapi ia tidak tulus hati terhadapmu. Orang-orang yang kikir mungkin terlihat mendorong saudara untuk ikut serta dalam acara makan-makan, tetapi mereka tidak peduli dengan…
View On WordPress
0 notes
damiilla · 10 months
Text
doa(4) ben uyurken yüzümü karalamış ben de diyorum neden kikir kikir gülüyor sabah sabah
8 notes · View notes
auliasalsabilamp · 10 months
Text
Perusak-Perusak Jiiwa (The Soul Destroyers) dalam Diri Manusia, antara lain:
1. Rasa Kikir yang ditaati.
2. Hawa Nafsu yang diikuti.
3. Seseorang yang merasa ujub dengan dirinya.
4. Memiliki rasa hasad atau sirik pada orang lain.
5. Amarah yang mudah tersulut.
Faedah dari Ustadz Harry Sadikin, Hafızhahullah. (Pembahasan Kajian Rutin Masjid Al Ihsan Darul Hikam. Rabu, 22 November 2023).
15 notes · View notes
ashimadzorif · 2 years
Text
Kita hadir bukan untuk menyindir
Tetapi untuk memperingatkan diri sendiri yang pandir
Yang sering merasa berilmu padahal faqir
Sering berbagi ilmu namun terkait harta kita masih kikir
Sering kita menghukumi yang dhohir
Padahal beberapa fakta tertutup tabir
Kita berjalan mengikuti takdir
Hingga semua di perhitungkan di hari akhir
30 notes · View notes
aydhana · 2 years
Text
Berlindung
Benar cita-citanya mau sukses dunia akhirat?,tapi bawaannya maleees terus pengen santai-santai rebahan?
Mari bangun! Mari semangat!
Semangat belajar, bergerak dan beramal
Mau sukses di dunia saja tidak mungkin diraih dengan malas-malasan. Para ahli dunia saja ada yang bangun jam dua atau jam tiga pagi buat mengembangkan usaha bahkan sampai rela lembur
Lalu, kita masih mau halu meraih surga tanpa capek tanpa lelah?
Kapal tidak berlayar di daratan
Abul Atahiyah berkata:⁠
“Engkau tidak aman dari kematian
Walaupun berlindung di balik hijab⁠
Panah kematian pastilah datang
Kepada semua yang memakai perisai⁠
Akankah engkau ridho mengotori agamamu
Sementara bajumu senantiasa dibersihkan
Kamu berharap keselamatan
Tapi tak mau menempuh jalannya⁠
Sesungguhnya kapal itu tak mungkin berlayar di atas daratan,…⁠”
[Bustanul Wa’idzin 1/282 karya Ibnul Jauzi]⁠
Lalu bagaimana kita dapat selamat tapi tidak mau capek menempuh jalan keselamatan yang penuh ujian, yang mesti memupuk kuat-kuatan kesabaran, dan mesti lelah berjuang?
"Allahumma inni 'audzu bika minal 'ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl."
Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, keburukan di masa tua, dan sifat kikir.
(HR. Bukhori Muslim)
21 notes · View notes
miftakhuljannah63 · 8 months
Text
Memaknai Diijabahnya Doa
Sekian lama baru memulai lagi mendengarkan kajian Ustad Syatori Abdurrauf. Kali ini diingatkan kembali dengan materi yang sebetulnya mungkin sering didengar namun rasanya belum pernah memaknai setingkat ini..
Ya Allah, begitu luasnya ilmu-Mu, mampukan kami mempelajari dan memaknai dengan sebenar-benarnya makna..
Berdoalah kepadaku niscaya aku kabulkan (QS Ghafir:60)
Ini dia materinya gaes, pasti kalian juga sering mendengar atau membaca, mentadabburi, mentilawahi ayat ini.
"Dikabulkannya doa adalah sebuah kepastian. Kalau kita berharap doa kita dikabulkan berarti yakin kita belum penuh", jelas Ustad.
Hmm..Tapi kan nyatanya ada diantara doa kita yang belum dikabulkan ya. Itu bagaimana?
Maka yang seharusnya dievaluasi adalah memaknai 'diijabahnya doa'.
Selama ini kita memaknai diijabahnya doa berarti apa yang kita minta itu dipenuhi. Jadi kalau seandainya kita minta rizki, maka bukti doa kita diijabah adalah kita dimudahkan soal rizki. Rizki melimpah, banyak, mau ini itu terpenuhi, itu yang membuat kita menyimpulkan doa kita diijabah. Pemaknaan diijabahnya doa seperti inilah yang harus dievaluasi/dikoreksi.
Lalu bagaimana yang tepat?
Makna dari diijabahnya doa adalah bukan urusan yang saya minta menjadi baik, tapi saya nya yang menjadi orang baik dalam urusan yang saya minta kepada Allah.
Dalam contoh minta rizki, kapan kita merasa doa kita diijabah oleh Allah? Kalau kita menjadi orang yang lebih baik dalam urusan rizki. Jadi lebih utama 'saya' nya daripada 'rizki' nya. Kalau ada orang yang minta dilapangkan rizkinya, trus rizkinya betul2 dimudahkan tapi orangnya tidak menjadi baik. Rizkinya melimpah, tapi orangnya kikir pelit bakhil sombong dan dia menyombongkan doanya. Berarti kan orangnya tidak menjadi baik dalam urusan rizki.
Hmm..iya juga ya, jadi selama ini berdoa ternyata belum memaknai apa yang diminta, berdoa ternyata belum tepat memaknai diijabahnya doa jadinya seakan berburuk sangka bahwasannya berdoa tapi belum dikabulkan.. astaghfirullah
2 notes · View notes