#kelewatan
Explore tagged Tumblr posts
ghyyts · 1 year ago
Text
Jangan semaunya, karena kita ga bisa dapetin semuanya.
Pengennya seneng trus, pengennya bahagia trus, pengennya semua keinginannya dipenuhi. Ga bisa gaes, berbahaya.
Hidup naik turun, gaakan selamanya menderita, gaakan selamanya juga bahagia.
Jaga pandangannya, kapan liat ke atas agar semangat terpantik, kapan nengok ke bawah agar syukur bertumbuh.
Kebanyakan liat atas itu ga baik, bisa iri, dengki, munculin banyak ekspektasi. Jadi banyak mau, pengennya ini-itu.
Terlalu lama nengok bawah juga ga bagus, bisa jumawa, pongah, sombong. Ego jadi tinggi, jadi mandang rendah org lain.
Trus kudu gimana?
Ya biasa aja.
Kita ummatan washatan, ga kanan banget, ga kiri banget, cukup stay ditengah. Biasa aja, ga ush berlebihan, ga ush kelewatan, semua udh ada ketetapannya.
Trus kudu gimana?
Syukuri.
Apa yang dateng kepada kita itu baik. Yakin pasti baik.
Karena kadang baik buruk itu relatif kawan. Beda cara pandangnya, beda juga interpretasinya.
Kalau ga baik buat kita? Mungkin untuk keluarga kita. Kalau ngga buat keluarga? Mungkin masyarakat sekitar. Kalau ngga baik buat siapa-siapa? Mungkin memang bukan sekarang. Nanti, akan ada waktu dimana semua orang akan menuai kebaikannya.
Apa yg kamu dapetin saat ini(yg mungkin kau kesali), bisa jadi adalah hal yang sudah orang lain impikan dari jauh hari.
One man stone is another man gem, ceunah.
Sekali lagi. Syukuri, kendalikan hati, kontrol ekspektasi.
Jangan semaunya, karena kita ga bisa dapetin semuanya~
Wallahu a'lam bishawab.
73 notes · View notes
aimanhilm · 11 months ago
Text
*RESET* -Memulai kembali-
Sebuah kejadian, baik ataupun buruk, menimpa kita semua atas Kehendak Allah. Pun apa yg akan terjadi, semua sudah Allah tetapkan di Lauhul Mahfudz. Namun, pasrahkah kita tanpa berbuat apa2?
Lets re-call kisah Siti Hajar, ketika bayi Ismail A.S. menangis kehausan sekali. Ikhtiar yg beliau lakukan adalah berlari mencari sumber air/bantuan yg kemungkinan dapat tetlihat dan dijangkau. Menaiki bukit Shafa dan Marwah.
Kalau manusia biasa mungkin cuma ngecek 1-2 kali, lalu 3 untuk last confirmation. Klo ga ada ya mungkin akan menyerah begitu saja.
Namun, beliau melakukan itu 7x bolak-balik kedua bukit tersebut. Dan Allah bukannya memberikan solusi tampak/berasal dari usaha yg beliau. Tapi Allah memberikan rezeki dari arah yg tidak disangka2, dari hal terdekat dari anaknya, mata air zamzam mengalir di bawah kakinya. Apakah beliau menyalahkan ikhtiarnya? Tentu tidak. Beliau bersyukur atas ketetapan yg telah diberikan oleh-Nya. Pun kemudian, yg jadi syariat dalam haji & umroh itu Sa'i, bukan minum air zamzam. Coba pahami & maknai.
Kadang hidup emang suka bercanda, mungkin bagi kita juga bercandanya kelewatan. Berbagai upaya kita lakukan, eh rezekinya dari yg lain. Kadang ada yg berbelit2, dikasih solusi kenyataan yg sangat simpel. Kita berkehendak ini, tapi Allah berkehendak lain. (NB: kehendak yg kita miliki pun juga atas izin Allah kita punya itu)
Quotes "Apa yg kita inginkan yg terbaik buat kita, belum tentu baik untuk kita. Tapi apa yg Allah kehendaki untuk kita, percayalah itu pasti yg terbaik"... Awalnya sekadar kata2 yg kupahami dg akal, tanpa pemaknaan lebih dalam dari hati. Mungkin tak semudah itu untuk menerima, maka mintalah kepada Allah untuk menguatkan diri kita supaya dapat lebih ikhlas dan jujur pada diri kita sendiri.
Sedikit hikmah yg bisa dipetik dari kajian + stand up malam tadi.
Alhamdulillah, Allah gerakkan hati dan badan ini untuk hadir & kembali menuliskannya.
Barakallahu fiikum Ust. Salim A. Fillah & Bang Abdur. Bonus foto dg ust. Hammad 😁
Semoga Allah kuatkan dan mudahkan jalan kita untuk terus berikhtiar dan selalu kembali ikhlas atas segala ketetapan-Nya #NTMS
Tumblr media Tumblr media
34 notes · View notes
penaimaji · 2 years ago
Text
Batas Toleransi
Tidak semua orang memiliki batas toleransi yang sama. Manusia dengan preferensi karakter T (Thinking) seperti ISTP, ESTP, INTP, ENTP, ISTJ, ESTJ, INTJ, ENTJ tentu akan cenderung lebih tolerir pada sesama preferensi T nya
Begitu pula manusia dengan preferensi karakter F (Feeling) seperti ISFP, ESFP, INFP, ENFP, ISFJ, ESFJ, INFJ, ENFJ tentu mereka juga cenderung tolerir dengan sesamanya
Kalau kita memiliki sebuah tim belajar/kerja, hubungan teman, pasangan, dsb yang berbeda preferensi, tentu akan selalu berbeda cara pandang. Satunya cenderung lebih banyak pakai think, satu lagi cenderung pakai feel
Kuncinya adalah saling memahami dan memaafkan satu sama lain. Menurunkan egonya masing-masing. Yaa memang tidak mudah, biasanya manusia dengan preferensi T cenderung tidak mau ambil pusing, yauda bodo amat, eh tapi yang F kepikiran terus :')
Dulu awal menikah, suka sebel sama suami karena gampang bawa perasaan dan selalu ingin diperhatikan. Suami juga kesel karena aku orangnya cuek dan ceplas ceplos. Kalau habis berantem, aku bisa makan dan melakukan aktifitas seperti biasa. Sedangkan suamiku ngambek ga mau makan, sampe pernah bolos kerja ambil cuti gara-gara bete sama aku wkwk
Namun saat sudah dua tahun berjalan, kami mulai memahami karakter masing-masing. Saat aku mulai ngomel, ia memberi ruang sejenak untuk aku meluapkannya. 10 menit kemudian ya udah biasa aja. Baru kami membicarakan hal pemicu pertengkaran tadi
Kalau suamiku marah, aku diam, diamnya karena memang malas menanggapi. Takutnya malah meledak-ledak. Nanti juga reda sendiri. Sekarang dia mulai mengikuti ritmeku, hingga hari dimana ada percakapan yang membagongkan..
"Kamu kok beberapa hari ini nggak pernah ngomelin aku sih?", katanya beberapa waktu lalu
"Seneng ya? Wkwk"
"Aku malah takut. Gapapa diomelin aja. Kan berarti aku diperhatiin"
"Emangg.. aneh. Katanya gak suka kalo aku ngomel-ngomel", jawabku
"Gapapa, kan bentar aja kalo ngomel"
Aku cuma ketawa, memang suamiku ini aneh. Namun kupikir-pikir, berjalan tahun kedua ini aku sudah mulai banyak menerima perbedaan kami yanggggg sangaaaattt berbeda. Lama-lama ketularan suamiku yang tidak over-react dan lebih sabar (sedikit) wkwk
"Kamu itu care tapi kekurangannya cuma satu, reaktif", katanya
Wkwkkwk aku semakin tertawa. Iyaaaa aku sangat reaktif, karena semua keluargaku reaktif, ya biasa suroboyoan emang kayak gitu. Dibalik galaknya, orang-orangnya sangat friendly wkwk. Di tahun kedua ini aku lebih banyak ngerem nya, karena merasa durhaka kalo marah2 ke suami. Nggak tega marahin dia :')
Dari latarbelakang keluarga aja udah beda. Suami aja sampe kaget liat adekku kalo lagi ngomong sama mama, atau cara mama ayah ngilokno anaknya wkwk. Bercandanya seringkali blak-blakan dan kelewatan. Beda dengan keluarga suamiku, yang mirip2 lah sama keluarga ala keraton, karena ada batas-batas yang harus dijaga dengan sopan🤣 jadi mana pernahhh aku ngakak-ngakak di keluarga suamiku wkwk monmaap jaim lah
Balik lagi ke batas toleransi. Kita sebagai manusia seharusnya lebih pemaaf, luwes, lebih mentolerir hal-hal yang bersifat duniawi. Namun seringkali kita denial dengan individu yang berbeda dengan kita. Kita tidak mau mentolerir hal-hal yang sebenarnya tidak mempengaruhi iman dan agama kita
Jangan mudah menjudge orang lain yang 'berbeda' preferensi sifatnya. Apalagi merasa hidupnya sudah paling sempurna, lalu denial dengan kekurangan. Kita cukup perlu mengakui, setiap sisi dari individu pasti punya kekurangan, termasuk diri sendiri
Berusahalah memahami orang lain, sebagaimana kita juga ingin dipahami. Namun jika orang lain memiliki batas toleransi yang sempit terhadap kita, ya itu bukan urusan kita
Semoga Allah memberikan kita hati yang luas; yang mudah lapang; yang mudah memaafkan; yang mau memahami orang lain; yang mau belajar melihat kesalahan diri; yang mudah berbaiksangka; yang melihat setiap masalah dari kacamata agama
Setiap manusia pernah berbuat salah, dan sebaik-baik dari hamba yang berbuat salah ialah bertaubat
Jakarta, 6 Juni 2023 | Pena Imaji
98 notes · View notes
mamadkhalik · 1 month ago
Text
Mengurangi Dengki
Lalu lintas kehidupan yang serba terbuka di dunia maya akan sangat mudah menjadikan manusia memiliki perasaan dengki.
Di tulisan sebelumnya, aku mengibaratkan orang yang baru hijrah atau puber intelektual selayaknya orang yang baru ikut eskul bela diri, rasanya ingin berkelahi dengan semua orang berbekal ilmu yang ia dapat.
Level selanjutnya, dari merasa yang lebih tahu, saat orang lain tidak sependapat dengan dirinya, secara alamiah akan muncul perasaan dengki dalam hati.
Aktivis dakwah kok menye-menye. Isinya romantisasi dakwah aja.
Ini narsis banget jadi orang, mau dakwah atau branding diri? NPD ya?
Aktivis kok minim literasi. Dakwah itu harus dibangun dari pemahaman yang dalam. Jangan hanya ikut tren.
Aktivis sekarang tidak seperti dulu. Banyak ngeluhnya.
Namanya juga manusia. Akupun pernah merasa seperti itu.
Memang benar, semakin lama kita berkecimpung dalam dakwah, sudah sepantasnya kita dewasa dalam menghadapi dinamika di dalamnya.
Ada sebuah nasihat yang begitu dalam yang dulu pernah kudapatkan :
Boleh jadi perasaan dengki yang kita rasakan, itu muncul karena kurangnya kita mengenal saudara sendiri, kurangnya ilmu dalam menyikapi, yang selalu mengedepankan suuzon di atas husnudzhon. Kita sebagai seorang muslim harus menyadari setiap orang memiliki fase-fasenya dalam bertumbuh. Boleh jadi ia baru mengenal dakwah, membagikan cerita-cerita yang dijalani. Itu lebih mending daripada berbagi kemaksiatan. Soal ilmu, kita ajak orang itu untuk mendalami tanpa perlu merasa lebih tahu. Bukankah adab lebih penting dari ilmu? Soal eksis atau narsis, kita tak pernah tahu isi niat orang. Melabeli NPD itu kelewatan, kita tak punya kapasitas itu memberikan penilaian. Memang menjadi terkenal itu ujian. Kita cukup doakan saja agar ia terhindar dari fitnah. Soal iri dengki, kita perbanyak istigfar terlebih dahulu. Selanjutnya perlu untuk menyediakan ruang-ruang hudznuzon kepada saudara kita. Memang berat tapi bukan berarti tidak bisa.
Dalam proses hijrah, wajar kalau kita masih dihinggapi perasaan atau perilaku buruk di masa lalu. Kuncinya kembali ke kita untuk mau berbenah atau tidak, seminimalnya dengan mengurangi kebiasaan buruk dan menambahnya dengan satu amalan baik yang istiqomah.
Selamat berproses. Jangan malu jadi baik!
Ngawi, 28 Januari 2025 Sedang menasihati diri sendiri
3 notes · View notes
lovesailing · 1 month ago
Text
Punya teman usil nya kelewatan ♡ ㅤ ❍ㅤ ⎙ㅤ ⌲ Follow for more videos Video source @selebgram_pelaut Tag a friend who needs to see this🙌🏻
#lifein_sea#merchantnavy#dollar#travel#tugboats#ship#shiplife#shipstagram#shipyards#boatcrash#shipaccident#boataccident#barge#boating#boatlife#aluminumboats#maritime_family#merchantnavy#coolmariners#marinesight#instaship#marineengineer#sea#boat
2 notes · View notes
tulisanmimi · 2 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
Jadi gini ceritanya,
Ada aja gebrakan mbak ku biar aku ngga di dalam kamar, scroll komentar juga komentar di ig bu nunuk. Hahaha. Kemarin malam udah ku traktir es krim. Siang ini ngide banget pengen kue putu versi gede (kebetulan bude ku jualan dan yaaa emang mode seminggu sebelum haid dan craving manis manis). Ngga kehabisan cara, setelah adzan ashar ngetuk pintu dan bilang, "mik ayok bikin pempek".
Kek tahu aja gitu adeknya laper, kue putu belum nyampe, kelewatan makan siang. Adaa aja gebrakannya. Masya Allah. Jadilah sore ini melampiaskan kepusingan perkara sscasn dan mapping ini dengan buat pempek. Jangan di tanya dokumentasi pempeknya. Bawaannya juga mau tantrum karena abis nggoreng abis juga pempeknya. Antara enak, laper, apa gimana ngga tahu, banyak kali pasukan hari ini yang mampir ke rumah.
Kalau mood nanti mau nulis pov ku sebagai yg udah 3 tahun ini terjun di bidang pendidikan dan yapp 7 tahun di perguruan tinggi. Wkwkwk. Maklum orang orang bilang telat lulus, tapi buatku ngga (butuh waktu karena selama ini denial). Karena bertahan sampai detik ini aja sudah Alhamdulillah.
Tapi terimakasih mbak sayang, setidaknya kalau di rumah. Aku ngga punya waktu marah-marah ke diri sendiri, sambat kaya yg biasa aku lakuin di perantauan. Hahaha. Kalau kepikiran ya Allah, gini amat jalannya?
Inget mereka udah cukup, lihat dan membersamai mereka cukup, cukup membuat ku di mode survival, menjadi perempuan independen katanya😂 padahal juga ya Allah, ya Allah, tunjukin ini gimana caranya😭
Dah, sekian dulu tulisan random, nano nano, dll ini.
2 notes · View notes
herricahyadi · 2 months ago
Note
Mas, balas dendam terbaik untuk orang-orang yang telah menindas, menyakiti, menghina, meremehkan dan merendahkan diri kita gimana? Emang kalo disuruh sabar ya sabar sih mas, tapi ini levelnya udah kelewatan. Apalagi kita berurusan sama dia/ mereka sampai saat ini. Makasih jawabannya mas
Pertama, kalau dilakukan di publik entah di forum, ruang terbuka yang ada orang banyak, atau grup Whatsapp, dan terekam dengan jelas apa yang dilakukannya ditambah ada saksi-saksi, laporkan saja dengan pasal pidana pencemaran nama baik. Bisa di KUHP atau UU ITE. Sebelumnya minta pendapat teman yang paham hukum apakah bukti-buktinya cukup dan jelas melanggar pasal-pasal pidana. Jika jelas, ya, gas. Kalau minta damai, minta ganti rugi materi dan imaterial karena selama ini kamu tertekan, depresi, atau sejenisnya. Ya, setidaknya uang damai 250 juta. Nanti kalau berhasil, saya 50 juta, ya. Fee kasih masukan ini haha.
Kedua, opsi lain ya konfrontasi. Deklarasi kalau kamu tidak suka diperlakukan begitu. Ini tidak memandang dia atasan teman kerja, atau siapa saja. Daripada dipendam hingga terpengaruh ke kesehatan mental kita, lebih baik tuntaskan. Sampaikan bahwa kita tidak terima diperlakukan begitu. Bagus-bagus dia paham dan itu semua berhenti. Dampaknya mungkin suasana jadi canggung. Who cares? Kesehatan mental kita itu lebih penting. Dampak paling buruk ya berantem. Kalau saya pribadi, lebih baik saya berantem ketimbang memendam masalah.
Ketiga, kalau tidak mau atau berani melakukan itu semua, ya sudah cut off dari situasi ini. Entah dengan resign, menjauh, memutus hubungan, atau apapun sejenisnya. Karena bagaimanapun ketimbang kita menggerutui kegelapan, lebih baik kita angkat kaki.
6 notes · View notes
matapelangi · 3 months ago
Text
Tadi pagi ada yang WA, pengen di bekam dan mumpung agak longgar langsung cus ajaa.
——
Seperti biasa ngobrol sama klien itu gaada habisnya, beberapa kali aku hampir terpancing ghibah tapi tetap ku tahan. Beberapa juga hampir kelolosan tapi lagi-lagi ku tarik jadi “Ngapunten bu saya tidak tahu”
Berujung aku yang kena imbas pertanyaan-pertanyaan dan statment yang bikin kesel. Seperti “Mbak cari uang buat nabung yaa?”
“Kamu harus nabung, sekarang uang lamaran-pernikahan itu banyak banget”
“Si A MUA kemarin loh 4,5 jutaa, dekor sama tenda 14 juta dll”
“Mbak mau nikah sama orang mana? Jangan-jangan orang jauh? Terus nikahnya kapan? Udah punya calon belum? Dan banyak banget”
Pertanyaan ini gak sekali dua kali, tapi hampir tiap aku bekam orang pasti ditanyain kapan nikah. Tapi tetap ku jawab “Alhamdulillah bu udah punya” (meski dalam hati pasti udah disipain Allah yang nggak tahu kapan dipertemukannya).
Ibu tadi menceritakan pernikahan tetanggaku, untuk menghormatinya sesekali ku balas “Oh masak segitu bu? bener ya emang sekarang mahal semua”. Meskipun demikian, perihal MUA, dekor, tenda dll aku nggak pernah berfikir untuk pakai jasa yang mahal. Bahkan ijab qobul cukup di masjid atau KUA aku bersedia, bukan karena orang tua ga mampu. Tapi yang dicari khusyuknya, tanpa hutang, kalau sekarang viralnya intimate weeding. Aku juga tipe orang yang gak mau ribet.
Selain itu juga banyak kasus, contohnya bapak dari cewe yang di omongin ibu tadi. Belum ada sebulan pasca menikahkan anaknya, sudah merantau ke Bali. Nggak cuman itu, ada lagi tetanggaku yang sampai bangkrut dan pergi ke Kalimantan buat mencukupi hutang di pernikahan anaknya.
Jadi buat apa aku iri sama pernikahan mewah yang pada akhirnya mempersulit di belakang?
———
Awal aku pulang dan ketemu teman, dia bilang gini “Banyak orang sini yang pinter dan aktif pas kuliah, tapi mereka memilih gak pulang, dan kalau pulang udah melempem alias tidak jadi apa-apa. Jangankan berkontribusi, keluar aja malas” begitu aku mengiyakannya. Dan benar bisa di hitung yang dulunya aktif di luar kota dan sekarang aktif di daerahnya.
Begitupun aku sempat mengalaminya sendiri, kendalanya bukan karena nggak mau, karena seringnya silaturahmi itu di bumbui pertanyaan yang nggak mengenakan. Apalagi yang pemikirannya masih standar desa dan patokannya perempuan “umumnya” di desa. Bukan berarti aku baperan, kadang pertanyaannya kelewatan batas.
Di luar itu aku tidak pernah membenci mereka, aku masih tetap ikut acara-acara, ikut bantu-bantu kalau ada hajat di rumah tetangga. Itulah PRku harus terus berterimakasih pada diriku sendiri. Di tengah berbagai keterbatasan dan traumatis, diriku ini tetap bertahan hidup untuk diri sendiri dan orang lain :)
Terimakasih
3 notes · View notes
uuoia · 6 months ago
Text
281
Tentang Kamu
Jika ada yang bertanya siapa orang lain yang paling dekat denganku, maka itu kamu—pada saat itu. Dari hari lahir sampai sedewasa ini salah satu hal yang benar-benar aku syukuri adalah pernah ada kamu di hidupku. Sosok hangat dan begitu bersinar di manapun berada.
Selain keluargaku, maka kamu. Sosok yang sepeduli itu padaku kala itu, yang selalu ingat padaku saat sekejap saja tak bertemu. Aku, orang sedingin itu yang sulit didekati dan yang pandai membangun tembok tebal dengan dunia luar.
Saat bertemu pun dari banyaknya orang, kau selalu mengarah padaku. Walau senyum manismu tak semuanya mampu ku balas satu persatu. Agaknya kamu tahu ya kalau aku kelewatan kaku? Maka kamu selalu mencari cara agar bisa selalu ada membersamai. Mulai dari percakapan masa lalu, organisasi, bahkan kehidupan kita, dan hingga berbagai keisengan yang berakhir menemaniku berjalan hingga ke tujuan. Sebaik itu kamu kepadaku.
Andaikan kamu tahu, bahwa setiap tiba di rumah salah satu hal yang masih ku rindukan dan membuatku merasa hidup di tengah banyaknya kegundahan adalah notif darimu. "Khot," dilanjut berbagai perihal yang entah kenapa asyik saja. Sebesar itu arti dirimu bagiku.
Terima kasih kepadamu, teman terbaikku. Kamu adalah titik mula yang membuatku ingin menjadi orang yang berbeda, lebih baik dari semula. Dan hingga sekarang aku masih berusaha.
Maaf ya aku belum bisa melakukan hal yang setara. Bahkan masih ku ingat dengan jelas, saat kamu melewati puluhan orang kemudian memilih duduk menangis di hadapanku seorang. Pada saat itu aku bingung bagaimana memelukmu dengan hangat, melainkan membersamaimu dan ikut menangis juga.
Kita, yang masih dalam usaha untuk mewujudkan 'bersama' yang entah bagaimana takdir kan menghantarkannya.
5 notes · View notes
suniyahdewi · 2 years ago
Text
Ruangan itu tidak cukup besar untuk menampung banyak orang. Jadi, jika memang telah selesai urusannya dan sudah tidak ada kepentingan, silahkan angkat kaki agar bisa bergantian dengan yang sudah mengantre di luar.
Dan bila sekiranya menghalang-halangi jalan pintu masuk, menyingkirlah. Sebab kamu hanya akan menjadi hambatan bagi mereka yang sedang berlalu-lalang untuk menyelesaikan urusannya.
Lalu, silahkan lanjutkan perjalananmu menuju tempat selanjutnya. Bila ternyata tujuanmu kelewatan, silahkan putar balik mumpung belum terlalu jauh jaraknya. Karena kalau sudah cukup jauh, agak sulit untuk mencari rambu agar bisa memutar arah.
Bila tak bertemu jua, silahkan curi kesempatan untuk mencari celah agar bisa kembali memutar arus langkah. Dengan catatan, kamu punya cukup nyali untuk melakukanya. Dan pastikan apa yang kamu lakukan itu aman dari pantauan mata-mata.
@suniyahdewi
24 notes · View notes
rarawoo0rlds · 8 months ago
Text
aku kayaknya pernah deh ngerasain euforia semacam ini. kayaknya pernah datang satu waktu dalam hidupnya rara dia super bersemangat dan banyak ngecak ngecek tanggalan takut jadwalnya yang super padat itu kelewatan. ada. iya pernah datang masanya.
belakangan ini selain semester 6 yang rada ngegas dan hectic, kegiatan ku yang lain juga lagi berjalan. lagi ku cari cari dan ku atur atur sendiri. rasa rasanya ada sebagian dari dalam otakku yang gak mau istirahat dan minta di salurkan kemana mana. ada bagian dari hatiku yang menolak istirahat tenang-tenang aja diatas kasur kos.
aku sibuk lagi, aku lagi sibuk. banget banget banget
rasanya kayak reuni sama hal-hal yang akrab dulu kala, super lega dan senang.
aku banyak bersyukur tauu, makin besar ini aku kayaknya makin chill ngadepin huru hara kehidupan itu.
aku makin yakin kalau semua cuma masa yang akan lewat, gak tau gimana jelasinnya tapi akhirnya sampai juga di tahap
"rara yang kayak gitu". tetep pake nangis juga, tapi kurasa itu cuma jadi bagian mekanisme membuktikan kalau aku tetep cuma manusia, beres nangis yaudah kayak ga ada yang tersisa atau sengaja dipelihara dan di endapkan.
selamat aku.
2 notes · View notes
queenshittt · 2 years ago
Note
OMG AKU MAU IKUTAN SHARING BRAINROTKU KITTY INO CAMPING SEX (smutnya gak ada sih fjrjrkjfjdks, plotnya aja, kalo mau ngelanjutin Ci)
Nah Kitty Ino lag liburan bareng, camping, masak buat makan malam, mereka bagi-bagi tugas tuh, Kitty emang gak seterampil Ino but she insists to help and try her best on her task.
Hari itu Kitty frustated banget sama tugas dia, Kitty gak bisa-bisa. Jadi ino nawarin bantu, tapi biasalah ino kan, jahil trus rada nyelekit kalo ngomong. Gak tau kenapa, hari itu Kitty lagi baper banget, dia ngerasa ino kaya nyalahin-nyalahin dia, seolah ngomong dia gak bisa apa-apa, ditambah lagi Ino yang bantu malah Ino yang selesai duluan, Kitty masih belum bisa-bisa.
"Gitu aja gak bisa."
Kitty denger Ino ngomong gitu langsung cemberut. Liat Kiitty cemberut makin digodainlah sama Lino kan.
"Idih ngambekan"
Eh denger itu Kittynya baper mampus, ngambek beneran, hampir nangis, matanya udah berkaca-kaca, ngomongnya aja udah geter
"kamu tuh jangan gitu, kamu kok kaya nganggep seolah aku gak bisa apa-apa aja, aku juga gak mau gak bisa apa-apa, aku udah usaha No"
Begitu Kitty balik badan masuk ke tenda nangisnya pecah. Ino bingung banget, padahal maksudnya dibantuan biar cepet, biar bisa makan malam bareng, dia juga ngerasa dia godainnya biasa aja, kaya biasanya.
Tapi ya udahlah ya, Ino gak pinter ngomong juga, jadi Kitty dibiarin sendiri dulu, Ino lanjut masak.
Jam makan malam, Ino nyoba bujuk Kitty.
"Kitty makan tuh"
"Nanti ambil sendiri."
ouch ternyata masih ngambek :(
"Keburu dingin"
"Nanti dipanasin"
Ya udah, ditinggal lagi sama Ino.
Sekarang udah agak malaman, udah jam tidur, Ino masih duduk depan api, mau masuk tenda gak berani, makan malamnya samsek gak kesentuh. Tiba-tiba Kitty datang duduk lesehan depan Ino ngasih sisir
"Sisirin"
"Rambutnya mau di-gimanain?" Tanya ino lembut, sedikit ngerasa bersalah, jarang dia selembut ini
"No"
"Hm? mau rambutnya di-gimanain Kitty sayang?" Makin lembut tuh dia ngomong, dengernya Kitty pengen nangis lagi.
Terus Kitty minta maaf deh udah baper
"...harusnya aku paham kamu cuma bercanda, bukannya malah ngambek bikin suasana gak enak gini, aku gak maksud, harus kita seneng seneng kan"
Ino diem aja
"No?" She asking for an answer
Ino masih diem, tapi tangannya gak berhenti nyisir
"INO." She insist
Sisirnya Ino berhenti "Kitty sini liat aku"
Kitty dongak ke atas, jawab panggilan, matanya ketemu Ino, terus detik berikutnya keningnya dikecup
Cup.
"Iya aku minta maaf juga ya"
Cup.
Terus ciumnya turun ke hidung
"Maaf bercandanya kadang kelewatan"
Cup.
"I love you"
Terakhir dicium di bibir, lumayan lama, awalnya biasa aja, terus lumat lumat, terus lidahnya mulai masuk-masuk, tangannya mulai pegang pegang
"Ino lanjut aja di dalam ya, malu diliatin tenda sebelah"
"Tenda sebelah udah tidur dari tadi"
Ino siap mau ngelanjutin ciumnya tapi Kitty gak berhenti ngomong
"Kalo ada yang tiba-tiba pipis gimana?"
"Ya udah deh. Kita masuk aja, udah malam"
"Sisirnya udah?"
"Di dalam bisa"
"Apinya?"
"Iya aku matiin"
"Belom makan No"
"Astaga berisik"
Ino gemesh banget sama pacarnya, gak pake babibu Kitty langsung dicarry over shoulder ke dalam tenda, pantatnya ditepok
"Ku bikin nangis lagi kamu ya"
😝😝
8 notes · View notes
chidasaurus · 2 years ago
Text
Jadilah, Maka Terjadilah!
Pernah ngerasa ga kok aku ga punya kesempatan yang sama dengan dia ya? Kok aku gatau kalau ada info a b c ya? Kok dia bisa dapet kesempatan x y z sih? Kok dia bisa ketemu d e f dan segla bentuk pertanyaan atas ketidakpuasaan hati kita. 
Pernah ga sih temen-temen tuh kayak gapernah kepikiran sesuatu, tapi di hari itu, di detik itu, tiba-tiba kepikiran melakukan sesuatu yang membuat banyak kebaikan dalam hidup kita? Aku pernah. Dulu, awal Februari 2022 pas lagi tidur siang yang cuma 10 menit itu, dengan sangat random aku tiba-tiba kebesit dikepala untuk mikir “wait, kenapa aku ga coba liat Instagramnya UPT Bahasa ITB atau UPI ya?” Lalu, yak, seperti yang sudah sudah, randomly aku daftar aja Balai Bahasa UPI and here I am now. 
Pertanyaannya adalah, sebelum momen itu pernah kepikiran buat ngajar di UPI? Otidak, tentu saja. AKu bahkan gatau UPI nih sebelah mana awalnya. Lalu, kenapa bisa random melakukan hal itu? Gatau. Lagi tidur, tiba-tiba kepikiran gitu aja. Bukankah itu Allah yang menggerakkan hati? 
Atau nih sesederhana tiba-tiba tangan kita tergerak buat ngechat duluan seseorang, lalu sampai detik ini orang ini jadi sahabat yang sangat kita syukuri keberadaannya. Again. Itu apa namanya kalau bukan Allah yang menggerakkan hati kita?
Mudahhhhhh sekali bagi Allah itu untuk menggerakkan hati kita untuk melakukan sesuatu kalau memang itu adalah takdirnya. Mudah sekali. Wallahi. Jadi, sebenernya ga ada tuh yang namanya wah timingnya ga pas, aku kelewatan a b c. Kalau Allah mau kita melakukannya, Allah gerakkan saat itu juga hati kita untuk melakukannya. 
Ga perlu khawatir pada apa-apa yang terlewat dari kita, atau apa-apa yang belum menghampiri. Belum waktunya dan Allah belum mengijinkan itu terjadi. 
Semua hal di dunia inituh, berjalan atas izin Allah kok :))
Tenang, semuanya punya waktunya masing-masing. Kalau kata Ust Salim sesuatu ditunda untuk disempurnakan pengkabulannya. *Sebentar, kok jadi kemana-mana. 
Bandung, 19 Juli 2023
10 notes · View notes
wser · 1 year ago
Text
Detach from the Result, You Only Can Do "Ikhtiar"
Beberapa pekan terakhir rasanya sangat melelahkan, bukan hanya soal fisik namun juga mental. Ketika aku membaca tentang artikel burnout, semuanya tampak terceklis dari pengalamanku. Weekend pekan lalu, berdinamika dengan teman-teman Bipolar. Ternyata menjadi fasilitator untuk masalah psikologis dengan gangguan mood yang di dalamnya terdapat individu saat fase depresi juga saat fase mania menjadi tantangan tersendiri untuk bisa menyamakan "energi" sehingga proses belajar bisa terjadi. Dinamikanya sangat emosional, dari perasaan sedih, cemas, marah, takut, bahkan sampai mati rasa semuanya ada. Setelah selesai acara aku memutuskan membeli ice cream yang kata salah satu temanku bentuk untuk mencari "sensasi" agar bisa kembali ke "masa kini". Beberapa hari terakhir rasanya "ngawang" sekali buatku. Banyak hal yang perlu kucerna, tapi energiku sepertinya sudah sangat sangat low bat. Tanpa sadar aku menangis dan tertidur di kereta saat perjalanan pulang. Tak biasanya aku bisa tertidur di kereta malam dan untungnya tidak kelewatan. Aku juga tidak bisa membendung air mata dan merasa tidak enak pada penumpang di hadapanku. Menangis sambil menutup mata rasanya begitu campur aduk. Lelah, lelah secara fisik juga emosional. Menjalankan terapi ini di tengah-tengah aku sendiri yang sedang berusaha memproses traumaku karena tertrigger akibat tesis dg salah satu variabel di dalamnya adalah childhood trauma. Aku sedang membereskan semua barang-barangku yang berserakan, sementara di waktu yang bersamaan perlu membantu orang lain membereskan barangnya yang berantakan. Butuh tiga hari day-off hingga akhirnya aku bisa mindful kembali di depan laptop. Aku bahkan berusaha numbing my emotions, entah karena adikku sedang pulang sampai rasanya tidak ingin memengaruhi emosinya. Berusaha tampak baik-baik saja, padahal tidak. Pekan depan adalah jadwal janji dengan psikologku. Pertama kalinya aku melakukan konseling secara formal, meksipun sebelumnya sudah sering kepada dosen yang juga psikolog atau teman angkatan. Tapi kali ini, aku merasa butuh dibantu secara objektif. Ya Allah, yang bisa ku lakukan saat ini hanyalah ikhtiar. Ikhtiar menyelesaikan proses studi yang bukan hanya soal gelar akademik ini, tapi perjalanan spiritual untuk benar-benar mengenal diri dan mengintegrasikan semua pengalaman yang pernah dilewati, terlepas baik buruk, nyaman tidak nyaman, namun bukankah yang terpenting apakah itu mendekatkan ku pada-Mu atau justru menjauhkanku? Semoga perjalanan ini senantiasa dalam arahan petunjuk-Mu; agar ilmu ini bukan menghasilkan sombong, bukan pula menghasilkan marah. Entahlah dengan sisa-sisa energi yang ada, 3 bulan ke depan semoga Allah anugerahkan gelar itu, M.Psi., Psikolog. Kalau dari ukuran manusia, rasanya sumber daya itu sudah tidak bersisa. Hanya ikhtiar yang diusahakan bisa, sementara hasil di luar kuasa...
5 notes · View notes
jemarimenari93 · 1 year ago
Text
aku memang seseorang yang mudah tersinggung, kenapa harus membersamai seseorang yang suka bercandanya kelewatan
3 notes · View notes
asrisgratitudejournal · 1 year ago
Text
Komunikasi Sains
Ini adalah lanjutan (bagian ke-3) dari serial pemikiran yang ku-plot/rencanakan buat kutulis hasil dari 2 tweet-ku (YANG TIDAK BERHUBUNGAN SAMA SEKALI) yang viral.
Untuk refreshing, sekalian kalau teman-teman kelewatan, 2 postingan sebelumnya adalah:
Tentang belajar dan teaching https://www.tumblr.com/asrisgratitudejournal/740330494668029952/halo-teman-teman-tumblr-kayanya-tinggal-sisa-di?source=share – dan very interestingly, dari sini ku dapat respon dan rikues untuk bikin postingan on “how to google” dari @purplishgraypeony ! – nanti yah, ini ku-pikirin dulu mau mulai dari mana ngejelasinnya, but thank you very much for the questions HUHU (tujuan tumblr ini padahal kalau dilihat dari namanya adalah untuk ku nyampah dan journaling ngelist what I am mostly grateful for, tapi malah udah lama banget nggak bikin gratitude list??? Malah jadi opinionated gini postingannya huff. Tapi gapapa, Alhamdulillah dibaca (emoji nangis), makasih everyone for being here and reading my rubbish)
Tentang facets and dimensions https://www.tumblr.com/asrisgratitudejournal/740598756281597953/dimensions?source=share
Nah yang ketiga ini, spesifik sekali ku mau komplain tentang komunikasi sains, terutama di Indonesia.
Karena kalau masih ingat (atau baca dari tulisan di atas), hasil obrolan antara ku dan salah satu temanku adalah: kami sepakat bahwa I AM SHIT in explaining stuff in social media, especially geology-related things, to wider audience, to laypeople. Kalau di kelas dan ngejelasin ke mahasiswa s1 geologi InsyaALLAH masih ok lah ya (I got a lot of comments that I speak REALLY fast in class, though. But in my defense, that’s me being excited). Nah, dari situ ku jadi bertanya-tanya kan… “why am I shit in communicating science to people?”. Ternyata jawabannya adalah: because I was not educated in that, Duh.
Beneran sesederhana: aku gak tahu (in theory) basic communication to public itu gimana caranya. Ditambah lagi, ku gak cuma menyampaikan pesan “hari ini hari Senin loh” ke warga, tapi SAINS: “isotope, umur air tanah, siklus iklim” yang nggak dibahas di kehidupan sehari-hari dan kalau orang nggak pernah baca/dengar istilah ini sebelumnya, mereka bakal “???” (literally).
Dari situ lah muncul kesimpulan juga: “OH ya memang bukan pekerjaanku untuk cerita ke orang-orang, telling science to people. I’m not equipped with any skill to do that. Ku bahkan gapernah formally belajar psychology of people.” Aku belajar dikit-dikit sih psikologi STUDENT karena sebagai dosen juga mau nggak mau aku harus tahu aku berhadapan dengan siapa, tapi power-relation yang bermain di kelas universitas antara dosen dan mahasiswa sangat berbeda sekali dengan forum di sosial media (di mana orang gak tahu aku ini siapa, aku gak tahu mereka siapa, tujuan dari interaksi kita juga gak jelas apa).
Kalau di dunia barat, antara aku (saintis) dan publik, akan ada middleman-nya lagi, yaitu: science communicator. Orang inilah yang kerjaan utamanya men-dilute, menurunkan bahasa di konten sains yang level kesulitannya setinggi-tinggi menara Eiffel itu menjadi bahasa yang lebih familiar di skena warga kebanyakan. Sehingga konten sainsnya jadi lebih mudah dipahami. Mereka jauh lebih trained di linguistics, di psikologi publik, dan di MENULIS (Part of the reason why I suck at doing science communication in social media is also because I suck at writing). Biasanya, orang-orang science comm yang udah-udah ini datangnya dari jurnalism, walaupun ada juga yang emang saintis tapi jadi science communicator, contohnya kaya Carl Sagan dan Neil deGrasse Tyson.
My two fav pop-science writers yang backgroundnya bukan saintis itu ada Elizabeth Kolbert dan Bill Bryson. Menurutku, mereka berhasil men-translate science (yang a bit dull, very factual) menjadi sesuatu yang exciting, menarik buat dibaca. Karena, terutama buat Bryson, he put A LOT OF jokes in his writing.
Science communicator ini kalau di dunia barat akan dipekerjakan oleh
Uni, jelas, karena uni butuh orang yang bisa bikin artikel tentang publikasi apa yang baru keluar dari uni itu. Kalau bisa se-bombastis mungkin artikelnya supaya orang jadi aware dan mungkin parents juga jadi makin tertarik buat nyekolahin anaknya di situ, investor juga makin tertarik buat bikin kerja sama riset dengan uni itu, dan government juga bisa ngasih uang lebih ke uni itu karena udah nunjukkin kerja yang bagus.
Research institute, baik private atau government-affiliated: contohnya NASA kalau di US. Kebanyakan dengan tujuan yang sama seperti uni: mencari uang, dan juga semacam ngasih “LPJ (Laporang Pertanggung Jawaban)” ke warga nunjukkin “nih tax lo kita gunakan dengan baik loh”
Kadang industri juga butuh, terutama yang fokusnya di R&D. Kalau Aramco nemuin cadangan minyak/gas baru, Tesla sekarang ganti baterai, Space-X mau nerbangin roket baru. Mostly kerjaannya PR sih itu, tapi akan useful sekali kalau PR-nya juga bisa mengomunikasikan sainsnya dengan baik ke publik.
Nulis buku sendiri atau bikin program podcast/tvshow sciencepop (atau involved in a team yang kerjaannya producing science content). Biasanya nanti fundingnya cari dari mainstream media outlets semacam National Geographic, New York Times, Netflix, BBC. Akan harus pitching dulu segala macem sih, tapi pasti akan tetap butuh orang science comm di situ, terutama buat script writingnya dsb.
Kalau mau cek lebih banyak lagi bisa digoogling sendiri, contoh ini aku masukkin “science communication uk” di Linkedin:
Tumblr media
Terus kalau googling course juga ada beberapa MSc Science Comm yang bisa dicari di UK:
Imperial https://www.imperial.ac.uk/study/courses/postgraduate-taught/science-communication/
UCL https://www.ucl.ac.uk/prospective-students/graduate/taught-degrees/science-communication-msc
Sheffield https://www.sheffield.ac.uk/postgraduate/taught/courses/2024/science-communication-msc
Cambridge (tapi somehow dia bilang dicancel sih yang ini) https://www.ice.cam.ac.uk/course/postgraduate-diploma-science-communication-0
Dan entah kenapa juga pas aku googling “science communication study” gaada uni US yang keluar? Apa karena geographical location-ku di UK ya? Entahlah. Tapi barusan googling dan nemu artikel ini (basically dia cerita what’s good a MSc in ScienceComm is):
Jadi, tujuan postingan ini apa Non??
Gaada. Cuma mau bilang aja seperti yang sudah kutulis di note sebelumnya: bahwa there is a crucial need for science communicator/science journalist yang bisa bridging antara scientist yang komunikasinya jongkok ini dengan khalayak banyak (terutama netizen). Can’t academics be their very own communicators? Bisa aja, ada success story-nya, tapi tidak mainstream. Makanya juga keberadaan podcast-podcast kaya Endgame-nya Pak Gita atau pop-science books itu sangat helpful untuk membuat netizen familiar dengan sains/apapun yang rakyat kebanyakan nggak familiar with.
Ku di catetan nulis: “compare Clive O. dengan Elizabeth K. for example”. Tapi jujur malas banget HUHU. Tapi mungkin kumasukkin reference for example aja yah. Selebihnya kalian rasakan sendiri bedanya. Jadi ku kemarin habis nyelesai-in The Sixth Extinction-nya Elizabeth Kolbert and it WAS FANTASTIC (tapi tentu saja aku biased karena aku educated in geology). Kolbert ini journalistnya The New Yorker, this is her latest piece of writing yang keluar HARI INI (29 Januari 2024) on wildfires on earth: https://www.newyorker.com/magazine/2024/02/05/the-perverse-policies-that-fuel-wildfires (harusnya sih masih pada bisa free article).
Versus
Ku lagi baca Clive Oppenheimer’s Mountains of Fire (lagi-lagi biased karena science-pop pilihanku akan masih tetap berhubungan dengan geology). Oppenheimer ini saintis totok, volcanologist-nya Cambridge, temannya supervisor-ku. Ku pertama kali ngeliat dia di Into the Inferno di Netflix. And if I tell you how hard it is reading his book?? Even for people trained in geology???
Ku mencoba mencari tulisan populer dia tapi ternyata tidak ada, jadi bisa lihat preview buku dia di googlebooks aja yah.
Dari dua example di atas semoga nangkap maksud aku. Kelihatan mana yang terbiasa nulis populer vs nulis journal paper. Ku gabilang yang satu lebih baik dari yang lain ya tapi btw.
Terusss dari menulis postingan ini ku menemukan banyak sekali new information and new cool website! (The beauty of doing “research” in writing a post). Ku menemukan website https://sciencebites.org/ yang mana tujuannya adalah menulis kembali (rewrite) academic paper in a more “pop” way. Ku tadi nemu ini gara-gara kebawa ke https://www.scicommbites.org/ , mereka juga punya versi geosciencesnya: https://geobites.org/ -- ku cukup yakin keilmuan kalian-pun akan ada di situ!
Dah deh itu dulu aja. Habis ini mau bikin postingan gratitude list dulu sepertinya. Setelah sekian lama. Byea.
Ps. Kontemplasi-ku sebelum tidur semalam ternyata banyak yang nge-like HUHU. Baru aja si akun X JATAM (Jaringan Advokasi Tambang) https://twitter.com/jatamnas ngepost orang-orang tambang yang afiliasi ke 01. Yang 02 udah dibahas abis-abisan kemarin kayanya. Tapi 03 juga ada. Intinya udah se-kotor se…intricate itu ke-kompleks-an conflict of interest antara pembuat peraturan dan pengusaha kita… Yasudah… Mau gimana lagi…
Flat 39, 29/01/2024 19:11
4 notes · View notes