#kata mereka ini berlebihan
Explore tagged Tumblr posts
meng-u-las · 5 months ago
Text
Bernadya - Kata Mereka Ini Berlebihan
youtube
Mendengarkan lagu dari Bernadya yang berjudul "Kata Mereka Ini Berlebihan", langsung membuat saya tersentak sendiri, karena liriknya seperti membawa saya ke masa remaja dimana saya baru belajar "pacaran", saking kasmarannya saya waktu itu dengan gebetan atau pacar, saya sampai lupa dengan diri sendiri. Padahal sebetulnya saya waktu itu seperti membohongi diri sendiri, dengan dasar cinta, semuanya seakan bisa dihalalkan, tujuannya supaya kita mendapatkan cinta atau pengorbanan yang sama besarnya dari orang yang kita taksir, padahal seperti halnya diri kita yang tidak nyaman dengan berkorban seperti itunya, orang lain pun jadi melihat kita sebagai orang yang membosankan, karena hanya sekedar mengikuti apa mau mereka, dan jadi tidak ada percikan yang membuat penasaran, ujungnya kita merasa berkorban sendirian dan biasanya hubungan yang seperti itu tidak akan bertahan lama.
Diatas itu sepenggal kisah pribadi yang sempat saya alami sekian tahun lalu, tapi berjalannya waktu saya yang semakin "dipaksa dewasa" oleh kehidupan menyadari, bahwa hidup itu tidak melulu harus diri kita yang berkorban, terutama dalam suatu hubungan, saat hubungan berat sebelah, itu artinya pasangan kita bukan orang yang tepat, karena hubungan itu antara 2 orang dan bukan merupakan tugas 1 orang saja. Saat ada salah satu pihak yang merasa banyak berkorban, sebaiknya sih jangan lanjutkan hubungan tersebut, karena ujungnya hanya melukai kedua belah pihak.
Menjadi diri kita yang terbaik untuk pasangan, pasti merupakan impian semua orang, tapi dengan bertambahnya usia dan dari pengalaman saya pribadi, saya mau menambahkan satu hal lagi, yaitu komunikasikan dahulu keinginan kita atau bahasa cinta yang kita miliki dan yang pasangan kita miliki, sehingga tindakan yang kita lakukan dengan maksud membuat bahagia pasangan tidak menjadi sia sia, karena setiap orang memiliki bahasa cinta nya yang berbeda, jangan sampai kita berbuat sesuatu sepenuh hati tapi pasangan tidak menganggap itu hal yang spesial, karena dia punya keinginan atau bahasa cinta yang berbeda.
Tulisan ini sebagai bentuk permenungan diri saya sendiri dan juga pesan untuk teman teman pembaca yang sedang menghadapi "Kasmaran" dan sebagai bentuk refleksi untuk diri saya yang lebih muda, karena cinta itu tidak boleh melulu kita yang berusaha keras, seharusnya itu tugas dua belah pihak, karena bahagia itu bukan untuk "dia" saja tapi untuk "kita" juga, jangan lupa dengarkan dirimu sendiri.
8 notes · View notes
sorotbalik · 7 months ago
Text
Dapat Amanah? Bawa Happy ajaa :D
Tumblr media
Oiya, disclaimer: saya berlatar belakang HRM, bukan seorang psikolog, tulisan dibawah tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat profesional. Hanya pov dari kacamata praktisi HR. Selamat membaca!
Statement "Dapat amanah? Dibawa happy aja!" rasa-rasanya mulai rutin saya gaungkan saat berkesempatan mengisi di forum-forum upgrading pengurus baru. Lebih khususnya kepengurusan organisasi pasca pandemi.
Gen Z yang seringkali mendapat stereotipe "strawberry" (terlihat indah dari luar tapi lembek dari dalam) menjadi pembenaran generasi lama dalam menyoroti fenomena 'menolak amanah' ketika mencari sosok penerus mereka.
Amanah yang sering kali identik dengan satu momok yang berat; dari menyita tenaga, waktu, bahkan biaya, seringkali menjadi ketakutan tersendiri (bahkan termasuk mereka yang baru saja dilantik). Tidak heran, jika banyak yang akhirnya menolak ketika ditawarkan, meskipun di sisi lain dari dunia ini ada yang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Just another case :D
Memang, amanah pada dasarnya satu hal yang berat, bukan hanya pada saat proses saat menjalankannya yang seringkali menuntut banyak hal, tetapi juga pada saat pertanggungjawaban baik yang dunia maupun akhirat. Akan tetapi, bukan berarti ketika qadarullah 'kehendak' itu sudah sampai pada diri, harus dijalani dengan penuh ketegangan sampai akhir periode, kan? I mean, let's go with the flow and just enjoy the moment :D
Salah satu fenomena yang sering kali saya jumpai ketika pengurus baru telah dilantik biasanya mereka mengalami yang namanya inferiority complex.
101 Inferiority Complex
WHAT - Apa sih Inferiorty Complex itu?
Istilah ini mulai dikenalkan seorang psikolog ternama Alfred Adler asal Austria pada awal abad 20, merujuk pada perasaan 'tidak mampu' atau 'kurang' dibandingkan dengan orang lain. Fenomena ini terjadi di awal masa kepengurusan 1-3 bulan pertama bahkan hampir masuk 1 semester! Fenomena tersebut, salah satunya termanifestasi dalam ucapan "Harusnya dia mbak atau mas, bukan aku". Satu kondisi atau curhatan yang begitu lumrah saya dapati selepas mereka dilantik.
Kata Alfred Adler, "Setiap orang memiliki perasaan inferioritas. Perasaan ini normal dan sehat. Yang menjadi masalah adalah ketika perasaan ini menjadi berlebihan dan mencegah kita untuk mencapai tujuan kita." nah ini yang jadi PR!
WHY - Faktor penyebabnya?
Alfred Adler berpendapat, bahwa perasaan ini muncul karena kurangnya pengalaman menguasai tugas atau mencapai tujuan di masa lalu. Bisa juga karena trauma masa lalu, ekspektasi berlebihan terhadap diri sendiri, gaya asuh yang kurang, dsb. Sehingga menjadikan apapun (teurtama hal baru) menjadi sesuatu yang seolah 'mustahil' untuk diraih dengan sempurna.
Oleh karenanya, meskipun (dalam konteks organisasi) hal ini menjadi satu hal yang wajar atau normal, tetapi harus segera disikapi. Bukan hanya tentang 'nasib organisasi' tetapi juga tentang kamu, tentang dirimu dan masa depan.
HOW - Bagaimana caranya?
Pada beberpa kasus, mungkin hal ini bisa diselesaikan diri sendiri, semisal coba untuk lebih fokus pada eksplorasi kelebihan atau nilai yang kita miliki, mengurangi pikiran-pikiran negatif, membangun relasi positif, dsb.
Atau kenapa tidak bangun mindset bahwa dengan amanah ini justru menjadi sarana eksplorasi diri? Mencari missing dots dalam kehidupan ini lalu connect them each other?
Yah, meskipun sekali lagi saya tekankan, jika ini berlanjut menghubungi profesional semacam psikolog atau psikiater menjadi opsi bijak yahh.
Conlusion - Jadi apa intinya?
Seringkali kita ini terjebak pada asumsi-asumsi diri yang tak bertepi, konotasinya seolah selalu buruk pada setiap capaian diri. Belum mencoba sudah takut duluan. Padahal apa yang salah dengan kegagalan? Bukankah kegagalan adalah sebab terbaik untuk kita ingin berubah lebih baik?
Terkadang kita ini terlalu keras dengan diri sendiri. Pada kesalahan orang lain kita maklumi, sedang pada diri sendiri kita begitu sukarnya memaklumi. Secara tidak langsung kita seolah menihilkan ruang untuk berbuat salah dan evaluasi, padahal itu merupakan serangakain fase belajar dan bertumbuh.
Maka dari itu, ketika amanah sudah 'diberikan', tugas selanjutnya adalah cukup jalankan semampumu. Itu saja. Kita tetap sadar, bahwa kita punya kekurangan, tetapi setidaknya biarkan kita mencobanya dulu, sembari kita berbenah pada hal-hal 'teknis' di tengah jalan.
Pun sebenarnya, tawaran itu diberikan bukan ditunjuk ala kadarnya, tetapi betul-betul dipertimbangkan karena track recordmu, kapabilitasmu, dsb. So kalau mereka saja percaya kamu, kenapa kamu enggak? ~ Jadi semangat!
22 notes · View notes
manusiafajar · 9 months ago
Text
Aku tidak cantik, lalu kenapa?
Aku kesal kenapa masih terjebak dalam judul tangis paling receh ini.
Semenjak beberapa kali membiarkan diri merayakan -rasa tidak aman- ini, kegetiran justru bertambah sering hadir mampir mengusik hati. Dan itu, cukup mencabik - cabik kepercayaan diri yang kubangun dengan cukup susahnya, di hadapan makhluk - makhluk yang -teranggap- lebih rupawan, bangunannya runtuh seketika.
Cukup menyebalkan.
Terakhir.
Tempat temukan lega adalah bertemu dengan mereka yang sepaham senilai, mampu menghargai dengan begitu sempurna akan kemampuan dan kapasitas keilmuan yang kita punya, yang berbinar matanya menatap lekat bicaraku tentang ambisiku.
Atau telinga yang terus penasaran menggali apa yang aku mampu dan aku mau.
Mereka tidak menyanjung berlebihan, dengan porsi sekedarnya secukupnya, tapi tidak membuat kita lemah mendengarnya, sebab sedikit kata dari orang yang bernilai lebih atau setara akan membahagiakan, karena kita tahu ia paham betul prosesnya, untuk sampai di titik yang kita tapaki saat ini, ia pun pernah melewatinya.
Mereka yang dengan senang hati terus bertanya apa yang kita punya, apa yang kita bisa, apa yang mau kita minta.
Mereka yang menumbuhkan cinta akan jalan perjuangan pada bahtera keilmuan, membuat candu pada setiap pembelajaran, membuat cemburu buku - buku pada waktu yang sia - sia terbuang.
Duhai Allah.. bila kegelisahan yang aku rasakan tersebab bahagia - bahagia fana bukan karena cinta-Mu tujuannya.. maka tuntun aku.. tuntun aku untuk kembali temukan jalan menuju cinta-Mu..
Duhai Allah.. bila kerisauan yang aku rasakan betul datangnya dari kurang berkumpul dengan orang - orang yang mencintai-Mu dengan penuh, maka kumpulkanlah aku.. pertemukanlah aku..
Duhai Allah.. bila banyak rasa senang yang aku raih tidak bersama-Mu.. maafkan aku.. sungguh apapun bersama-Mu lebih terang.. lebih tenang..
Duhai Allah.. apabila banyak hal yang ingin aku raih tidak sesuai dengan yang Engkau mau.. tolong pahamkan aku.. ingatkan aku bahwa tidak ada yang lebih penting dari mati - matian menjadi cantik di mata-Mu..
Cairo, 22.45 CLT
21 Maret 2024 - 11 Ramadhan 1445
36 notes · View notes
miroplasi · 1 year ago
Text
Perjalan Bersama Al-Qur’an
Tahun ke-5 masih tertatih-tatih denganmu. Kadang aku merasa tak pantas. Beberapa teman bercerita tentang ujiannya masing-masing bersama quran. Mulai dari keluarga hingga lingkungan. Tapi mereka masih tetap bisa istiqomah hingga saat ini.
Kadang aku malu. Setoran sedikit, tidak lancar. Malahan seringnya blank karna diajak cerita dulu sebelum setoran.
Aku akui berada di jalan ini tanpa kawan karib seperti masa kampus dulu beratnya kuadrat. Sekali setoran langsung di simak ustadz tanpa uji coba dulu bareng temen-temen seperti dulu. Allahu akbar. Belum lain-lain, masih banyak alasan untuk berhenti. Tapi ku ingat-ingat lagi bahwa hatiku tenang bersamanya. Dia benar-benar obat dari segala sakitku. Maka, yok bisa yok. Sembari minta Allah mampukan menjaga yang sudah dititipkan.
Kalau diingat-ingat rencana Allah indah sekali waktu itu. Aku yang awalnya hanya punya backgroud ngaji dari TPA di mushola dekat rumah. Qadarullah diamanahi di bagian quran hingga akhirnya masuk pondok quran (walaupun sebentar) dan ikut belajar lagi (nglaju) di lembaga quran. Barangkali kalau waktu itu aku tak ditempatkan seperti itu mungkin aku tak akan seperti ini. Alhamdulillah ala kulli hal.
Selalu ada hikmah disetiap perjalanan hidup. Jika sekarang kita belum menemukannya mungkin esok, atau esoknya lagi. Semangat yak.
Dan ya, bersamanya memang tak mudah. Tapi bukan berarti tak bisa, kan? Tidak perlu berlomba dengan siapapun untuk cepat khatam yang penting adalah bagaimana kita bisa istiqomah bersamanya sampai kita kembali pada-Nya.
Kalau kata Abah,"Kamu mau cepet-cepet khatam ngejar apa? Terus nek wes khatam arep nyapo? Sithik-sithik diapalne, dimaknai, terus karo diamalne kathi ikhlas istiqomah. Ora usah kesusu."
Tumblr media
Beberapa pesan dari ustadz tadi pagi kira-kira begini,
Belajar duduk lama min awal 15 menit.
Kurangi interaksi yang tidak terlalu penting. Belajar menyepi untuk bisa khalwat sama quran.
Murojaah min. 1 juz diulang min 7x sehari.
Kalau ziyadah hafalin per kata dan diulang min 7x setiap ayatnya.
Ayat quran itu hidup jadi perlakukan selayaknya makhluk hidup. Dia itu sangat halus sekali, tidak bisa dikasari, merawatnya tidak bisa emosi dan grusa-grusu.
Ingat Allah itu suka sama orang yang; sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara karna berlebihan diantara ketiganya menyebabkan lalai.
Coba sholatnya diperlama sekalian murojaah.
Tetaplah setoran murojaah/ziyadah walaupun tidak lancar. Tetep istiqomah walaupun sulit dst.
Semoga bisa istiqomah bersamanya,
22 notes · View notes
manifestasi-rasa · 5 months ago
Text
Day 2
Harusnya kemarin sih ya, tapi semalam aku ketiduran padahal udah menyusun kata dalam kepala. FYI dulu, aku menulis ini di KRL menuju Jogja. Dan, aku meninggalkan tiga temanku bcs mereka terlambat. Sebelum judgement aku tidak setia kawan, perlu diketahui bahwa kita udh sepakat ambil kereta setengah tujuh. Daaan, janjian sama mereka selalu bikin aku menunggu. Let's say, aku memberi sedikit pelajaran hidup, utk menghormati kesepakatan, untuk sedikit saja disiplin sama hidup. Ya itupun klo mereka bisa sadar �� tetap, jangan berekspektasi berlebihan. Agenda kita ke UII, ada seminar ketahanan keluarga yg dimulai jam 8. Aku udah berangkat saat matahari bahkan blm nongol dan nunggu di stasiun sejak 06.08, dan aku gamau telat datang hanya karena nungguin orang terlambat (dan masih menunggu lagi utk kereta selanjutnya), punten.
Recap hari lalu, pagi sampai siang aku beberes, lalu setrika baju sambil nonton young sheldon. Kapan kapan mari kita ulas series slice of life bocah genius ini. Siang aku ke perpusda utk buka laptop dan mengerjakan beberapa tugas yang harusnya udah kapan hari aku kumpulkan. Hfft, ini salah satu hal toxic di semester ini. Self defense mechanism ku semester ini adalah menghindari utk mengerjakan hal-hal yang kupikir berat. Ini seperti kembali pada beberapa tahun silam saat mekanisme jiwa ini juga aktif. Padahal sebenarnya aku mampu, satu jam saja aku udh menyelesaikan satu laporan yang kemudian bikin aku menyesali kenapa tidak segera aku kerjakan. Padahal iz pz.
Aku di perpus hingga ashar, selepas sholat lalu meluncur ke waduk Cengklik utk wada'an alias perpisahan sama kelompok halaqah. Lama ngga ke sini, aku baru tau kalo cafe, warung, dan sejenisnya di sekitar waduk nih banyaakkk sekali. Sama sama menawarkan pemandangan waduk yang cukup epik saat menjelang senja. Asal ngga lupa Maghrib aja ya, wkw.
Ngga banyak dinamika perasaan kemarin. Kecuali pagi ini karena aku jadi agak ngedumel (pdhl masih pagi) dan badmood dikit. Dah, sembari perjalanan aku mau mengembalikan mood utk materi nanti.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
8 notes · View notes
tadikamesra · 2 years ago
Text
WP #54 TADIKA MESRA
Tumblr media
Pict: pinterest
Benarkah ilusi?
~~~~~~~~~~~~
Engkaulah rasi bintang yang menunjukkanku jalan pulang ketika aku terhilang.
Engkaulah matahari yang bercahaya terang ketika langitku diselimuti oleh temaram.
Engkaulah sayap yang membawaku terbang tinggi menuju tempat yang belum pernah kuketahui.
Tetaplah di sini.
Menemaniku menghapus sepi yang tiada bertepi.
Melewati malam yang kelam tanpa ikut tenggelam.
Bangunkan aku dari ilusi, tetapi jangan pernah pergi.
Tunggulah aku.
Yang belum ingin menyerah menemukanmu.
@hardkryptoniteheart
———
Di semesta raya
Biar cintaku mati saja
Namun rinduku tetap ada
Hidup di kepala masing-masing kita
Tak perlu ada temu
Biar waktu-waktu menjemu
Di antara doa-doa yang beradu
Saling menempuh tunggu
Berdampingan mencipta delusi
Terselimuti syair-syair patah hati
Semoga selalu saja begini
Sampai menemukan pelangi baru lagi
@by-u
———
Aku pikir rindu hanyalah bagian ilusi yang mengada-ngada. Namun, pikiran itu terbantahkan saat ku dapati aku rela menempuh jarak yang sangat jauh hanya untuk dapat bertemu denganmu.
Aku pikir, rindu hanyalah tubuh tanpa ruh—bagian dari Ilusi orang-orang yang kesepian. Namun, rindu ini memberi harapan dalam keputusasaan. Memberi waktu untuk menunggu. Memberi warna untuk segala lembaran ingatan yang kelabu.
Aku pikir, rindu hanyalah ilusi yang tersesat di dalam bilik kepalaku. Namun ku dapati karena ketersesatannya itu...hatiku selalu terketuk dan tanganku senantiasa menengadah untuk mendoakan keselamatanmu
Rupanya, rindu melampaui ilusi, ia nyata. Hidup dalam setiap jiwa yang mencintai.
@kkiakia
———
Dalam waktu aku mengenangmu engkau hadir sebagai kisah terindah dalam hidupku.
Saat bayangmu semakin nyata dirimu kian sirna di telan kenyataan.
Peluklah aku walau  hanya sementara , dan biarkan aku merasakan cinta yang sama lagi.
Ceritamu selalu tertulis indah dalam ruang imajiku.
bagai sajak yang tak bisa ku pahami.
Seperti puisi yang tak pernah bisa aku rangkai.
Saat semua tak lagi sama kau hidup dalam anganku sebagai ilusi yang terindah.
Buatlah semu menjadi nyata karna di dalam ilusi dirimu adalah sebuah kenyataan.
@kevinsetyawan
———
Para perempuan itu jadi sering berilusi, karena seorang lelaki.
Ia berbaik hati kepada semua orang, katanya. Karena pendidikan yang baik, karena itu ajaran agama, karena memang begitulah ia sejak masa kanak-kanak, _katanya lagi._
Karena sebab-sebab yang sama, ia mencari pembenaran dengan melakukannya secara terus-menerus kepada semua teman ~perempuan~ nya, ialah yang sebenarnya telah menciptakan berbagai ilusi di kepala semua orang yang menerima kebaikan hatinya. Bagi beberapa yang paham, ia berlebihan, dan memang begitu kenyataannya.
Ia seakan sengaja memberi kesempatan bagi banyak orang untuk menafsirkan bahwa kebaikannya punya maksud yang berbeda-beda. Kawan lamanya membela, "Ia hanya ingin mencari kemana arah kompas perasaannya. Ia mudah terbawa perasaan, (meski ia seorang lelaki) karena hal-hal yang sederhana, karena pertolongan kecil, karena kata-kata yang bijak dan satu lagi, ..."
"Rupa." Sela salah satu perempuan yang mulai paham.
"Ternyata kau sudah tahu jawabannya"
Dan meski sudah tahu bahwa kebaikannya milik semua orang, mereka, para perempuan yang telah berkali-kali kelimpungan dengan perasaan, masih menyimpan benih perasaannya pada tempat yang dikhususkan. Sembari berharap, pengharapan yang buta, semoga perasaan yang dirawatnya itu berhasil menjadi indah.
Padahal pengharapan mereka seperti pengharapan kepada matahari untuk menyinari rumahnya seorang."
Tapi para perempuan itu tidak menyadari, mengapa menjerumuskan diri mereka sendiri dengan mempercayai ilusi yang timbul karena kebaikan seperti ini?
@haloinifaiq
———
Bahwa di jaman baru ini,
Kita diharuskan untuk bertahan....
bertahan hidup dengan seluruh kemampuan yang ada
berusaha dengan segala daya dan sisa percik cahaya
menembus gelap yang entah sampai kapan....
entah ada ujungnya atau tidak....
lantas entah karena aku memang bodoh atau terlalu banyak menelan bualan para filsuf
aku semakin tak peduli dengan semua yang dikatakan "kebiasaan - kebiasaan baru" ini
aku justru merasa takut....
bahwa pada akhirnya, jika-pun aku sanggup bertahan aku akan terjebak dalam ilusi sesat ini....
Bahwa aku bertahan karena aku berusaha! Atas usahaku sendiri! Bukan karena memang masih direstui-NYA....
dengan demikian aku menjadi binatang kufur yang pongah
dan lantas untuk apa lagi aku bertahan lama-lama
@lucifermorningstark
———
"GITA CITA"
Tenang
Biar kutemui bapakmu
Kutanyai mau tidak dia jadi bapakku
Ibumu? Oo sudah tentu dia juga
Pasti mereka mau?
Oo belum tentu
Pokoknya kamu tenang saja.
Meski ini baru sebatas ilusi adanya.
@barakelana
———
Serangkaian takdir yang menyapa, terikat doa hingga mewujud menjadi nyata.
Banyak nyata yang terlewati begitu bermakna.
Meskipun pada akhirnya, menyublim sampai tidak ada lagi yang tersisa.
Harus kemana lagi kubagikan intuisi yang selalu menyala ini?
Terlalu lama disimpan sendiri yang ada malah membuatnya tidak lagi menyala.
Hingga akhirnya—
Intuisi yang menyala ini, menyumblim juga menjadi ruang tanpa suara.
Bagaimana bisa?
Intuisi. Resonansi. Senada-seirama pernah begitu apik menjalankan perannya dengan nyata—
Tetapi, kenapa nyata-nyata yang sudah terlewati menjelma menjadi cerita-cerita yang tidak bisa lagi kuraba?
Ilusi—Delusi.
Padahal sebelumnya Intuisi—Resonansi.
@aksara-rasa
———
Besok, akan ku masuki duniamu yang sepi.
Akan ku jadikan diriku nyala pijar di tengah sunyi.
Akan ku warnai harimu dengan warna-warni.
Masih besok belum hari ini, ketika mencintaiku bagimu sudah bukan ilusi.
@langitawaan
———
Atau memang benar adanya?
~~~~~~~~~~
Ruang Kelas Tadika Mesra, 29 Januari 2023.
66 notes · View notes
azurazie · 1 year ago
Text
*games*
Didiklah anak sesuai dengan zamannya. 
Sedih rasanya ketika ada orang lain yang memuji anak dengan kalimat, "Wah udah pintar main gamenya ya." Ya itu memang bentuk kelonggaran saya sebagai Ayah masih membolehkan bermain game, hanya saat saya ada di rumah. Saya ada alasan tersendiri untuk itu. Walaupun tentu saja ibunya mah cemberut dengan keputusan saya itu.
Saya pun patut bersyukur anak yang sebentar lagi sudah 4 tahun ini masih salah paham, menyebut video iklan games di playstore adalah youtube. Alhamdulillah sejauh ini dalam pengawasan kami sebagai orang tua, Hayyin anak kami tidak menonton Youtube.
Soal games di gadget mungkin saya satu dibanding satu juta anak pada masanya dulu yang memang tidak dikenalkan dengan itu oleh orangtua saya. Terutama Ibu yang super tega dalam artian positif waktu saya masih kecil.
Tidak ada sejarahnya saya pernah pegang stik PS atau main nitendo atau bahkan punya gamebot sendiri. Dalam kurun 30 tahun satu-satunya game yang saya berhasil tamatkan cuma Plant & Zombies, itu pun yang versi 1. Miris ya? Tentu tidak. Karena ternyata memang nggak rugi-rugi amat. Malahan saya bersyukur tidak jadi salah satu dari sekian banyak orang yang kecanduan dengan games di gadget. Yang kadang sampai tidak kenal waktu dan tempat. Di masjid jadi. Di WC pun jadi.
Malahan saya ikutan bangga ketika ibu di suatu waktu berkelakar kalau anak-anaknya saat masuk SD sudah pada lancar baca Al-Qur'annya. Alhamdulillah, semoga amal jariah itu terus-terusan jadi tabungan kebaikan untuk orangtua saya dari pertama kali saya mengenal alif ba ta hingga ya.
Maka, setelah menjadi orangtua ingin rasanya berhasil mendidik anaknya dengan baik dari sedini mungkin. Tanpa menghilangkan hak mereka untuk bermain seperti anak lain. Dalam hal ini bermain hp boleh tapi tidak berlebihan. Main games boleh tapi tetap dibatasi. Karena saya tahu rasanya dulu ketika melihat anak lain bermain tapi saya dilarang ini itu terutama sama ibu. Biasanya waktu itu ayah saya yang lebih toleran, sampai-sampai bela-belain pulang kerja langsung menuju pasar parung karena tidak tega melihat anaknya merajuk minta dibelikan mainan. Waktu itu ingat sekali yang dibawa pulang malah Aquarium seharga seratus ribu.
Saya tidak ingin anak saya pun buta banget dengan yang namanya tehnologi, ketika anak lain sudah lebih pandai mengoperasikan gadget melebihi neneknya sendiri. Karena zaman kami memang jauh berbeda. Maka lahirlah kesepakatan dengan anak saya sekarang, ketika ada Ayah boleh bermain games dengan catatan ketika sudah berlebihan dan mempengaruhi tingkah laku anak. Games di hapus. Atau games hanya dibatasi dua yang boleh di install. Tentu saja efeknya anak nangis sejadi-jadinya. Tapi biarkan. Harus tega. Biar anak mengerti. Kalau kata salah satu bibi saya "jangan mau kalah sama anak."
Tentu saja masa lebih tega kalau melihat anak jadi kecanduan hp. Yang dari bangun tidur sampai mau tidur pun tidak bisa jauh dari hp. Yang nangis menjerit karena hp. Semoga dengan begitu, seiring berjalannya waktu anak-anak kita akan tumbuh dengan pemahaman yang baik. 
Dengan tetap cerita dan tanpa banyak tekanan dari sekitarnya. Semoga. 
@azurazie_
@azurazie
33 notes · View notes
bungajurang · 3 months ago
Text
catatan yang belum punya judul
Kemarin saya dan beberapa kawan ketemu Hendro Sangkoyo, salah satu penggagas School of Democratic Economics di Indonesia. Laki-laki usia 50an yang akrab disapa Om (atau mas) Yoyok ini mengajak kami mendengarkan hasil pemikirannya tentang energetika dan Energi. Ia menunjukkan satu bagan yang mempunyai 4 cabang. Pertanyaan inti yang ia sematkan pada kepala bagan itu adalah: 
ENERGI - menurut siapa? buat apa? kebutuhan siapa? atas pengorbanan siapa?
Dari kepala bagan itu ia menarik garis ke kanan. Tiap garis mewakili satu topik, yang diantaranya adalah “konstruksi epistemologi Ekonomika Energi”, konstruksi mitos Energi dan agenda belajar–yang salah satunya adalah kritik terhadap NGO-NGO yang mendaku diri sebagai agen penggerak transisi energi, ketika sejatinya mereka adalah kontraktor donor yang memperkeruh masalah per-Energi-an. Kini, Energi bukan lagi sekadar alat untuk kapitalisme bergerak dan bereproduksi. Energi telah berubah menjadi kapital itu sendiri. 
Bayangkan, produksi listrik di Pulau Jawa itu sudah berlebihan. Sekali lagi, dikatakan oleh banyak sumber, sudah lebih dari cukup. Meski jika berbicara soal distribusi, itu hal lain lagi. Pada akhir tahun 2023 saya singgah di salah satu kampung di Cilacap. Area kampung ini dulunya adalah lahan perkebunan karet dan pertanian yang diolah secara turun temurun sejak zaman kolonial Belanda, digarap oleh warga, hingga direbut oleh pemerintah melalui PTPN. Listrik di area itu baru masuk pada tahun 2010. Benar kata Ina Slamet, makna terpinggirkan itu tidak hanya secara geografis, tapi juga secara kultural dan sosial. Secara geografis, Cilacap ada di pulau terpadat di Indonesia, tapi listrik belum lama masuk. Bagaimana dengan kampung-kampung lain yang semakin jauh dari ibukota?
Namun, kelistrikan ini mungkin perlu dilihat dari sisi yang berbeda. Bisa jadi, hadirnya listrik juga mengubah sesuatu yang sebelumnya merupakan kebiasaan, bahkan syarat kehidupan, menjadi sesuatu yang dilupakan dan ditinggalkan. Tunggu, tapi saya tidak ingin jadi menyebalkan. Saya tidak ingin bilang listrik ini gak baik, atau perkembangan modernitas ini enggak baik. Pelan-pelan, deh. Anyway, tadi saya mau bilang, produsen listrik banyak tapi yang boleh beli di Indonesia cuma PLN.     
Mas Yoyok membagikan ceritanya berkunjung ke salah satu kampung di Pulau Rote. Orang-orang di sana memakai biji kemiri sebagai bahan membuat lampu penerangan. Tiga butir kemiri digerus sampai halus, lalu dipakai sebagai campuran bahan penerang yang dibakar. Kata Mas Yoyok, satu biji kemiri bisa dipakai untuk menerangi ruangan selama 1 jam. Sejak listrik masuk ke kampung itu, orang-orang mulai meninggalkan penggunaan bahan seperti kemiri dan buah-buahan lokal sebagai bahan bakar. “Kami malu mau pakai itu, karena yang lain sudah pakai listrik.” kata seorang Mama yang ditemui Mas Yoyok.
Kepulauan Mentawai punya kisahnya sendiri. Orang Mentawai punya kedekatan dengan kegelapan. Bagi mereka, kegelapan adalah salah satu syarat keselamatan. Mereka sering mengarungi sungai untuk mencari ikan dan berburu pada malam hari, ditemani cahaya rembulan yang dipantulkan oleh air dan benda-benda di sekitarnya. Bagi seorang teman Mas Yoyok yang sejak kecil tinggal dan tumbuh di Mentawai, bahkan kegelapan adalah waktu untuknya bisa bersinar. Waktu malam datang dan sekitarnya jadi gelap, wajahnya bersinar, matanya berbinar. Ia langsung mengambil dayung dan perahu, lalu menyusuri sungai di kampungnya.
Dua cerita itu mengingatkan saya dengan seorang kawan dari Kuningan, Kang Mentari (bukan nama sebenarnya), yang beberapa waktu lalu berkunjung Bogor. Ia mengikuti kelas pendidikan fasilitator, yang juga mengundang Mas Yoyok. Kang Mentari bilang, “Ah, berarti, air adalah keselamatan ya.” Dalam hal ini, air itu bukan hanya air si benda cair yang sering kita pakai mandi, minum dan mencuci. Namun air dalam artian satu entitas yang memiliki energi dan kekuatan untuk mengubah sesuatu. 
Intinya, syarat kehidupan dan keselamatan orang itu beragam. Apa syarat hidup dan keselamatan saya?
Pada waktu itu Mas Yoyok bercerita soal bagaimana ruang-ruang di kampung itu dipecah oleh batas-batas administrasi yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Batas desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi, mengkotak-kotakkan orang. Padahal semua kampung itu terhubung–oleh tanah, aliran sungai, udara, angin, dan budaya. Contoh gamblang (yang saya petik secara agak ngasal), PLTU yang dibangun di sekitar Kota Jakarta menyumbang hawa panas dan sumuk di kota sibuk itu. Pembangunan sumur produksi dan pemrosesan geothermal di satu desa di Dieng mengalirkan limbah cemaran air dan udara ke desa-desa lain. Semua itu terhubung.
Sebelum kami mengakhiri obrolan santai di ruang kerja Salihara yang mengharuskan kami membayar Rp60.000 per orang hanya untuk mengakses ruang dengan kursi, meja dan internet, Mas Yoyok melempar pertanyaan pada kami: apa rencana belajar invidu kalian setelah ini? Gong. Pertanyaan itu membunyikan gong di kepala saya. Waduh, lha pertanyaan itu memang sudah mengetuk pintu hatiku selama beberapa minggu ini. Minta jawaban. Sekarang malah ada yang nanya. 
Beginilah jawaban saya: rencana terdekatku adalah aku mau merapikan isi kepala dulu, Mas. Dalam 8 bulan terakhir, saya mengerjakan sesuatu secara lompat-lompat. Proyek soal reforma agraria, disusul topik dinamika kelas, diikuti proyek masyarakat adat, disambung tema transisi energi, lalu pergi ke salah satu pusaran geothermal di Jawa Tengah, lalu sekarang berkutat dengan sistem tenurial dan agraria pesisir. Tema-tema besar yang sama sekali tidak mudah itu membentuk jaringan ruwet di kepala saya. Jadi, aku ini mengerjakan apa, untuk siapa, untuk apa, dan…kenapa aku mau mengerjakan itu? 
Mas Yoyok menatap saya dengan simpatik–atau setidaknya itulah yang saya rasakan, yah, agak ge-er memang. Ia menghela napas, lalu bilang, “Saya pernah mengalami apa yang kamu lalui sekarang,” sambungnya, “Waktu itu saya mikir, mau ngapain dan ke mana ya. Kemudian saya membuat rencana, selama 5 tahun, bagaimana saya memanfaatkan hidup saya sebaik mungkin.” Jawaban itu cukup menenangkan hati. Tentu, ada beberapa jawaban yang tidak ingin saya tuliskan di uggahan ini. Terakhir, ia bilang, perempuan itu kerap berada di posisi yang sulit. Perempuan ada di tengah-tengah konflik dan kesemerawutan dunia ini. Yang terpenting, “kamu perlu punya kemerdekaan hati,” Tapi, Mas, bagaimana caranya mencapai kemerdekaan hati.
Bogor, 26 September 2024
2 notes · View notes
perasa · 3 months ago
Text
Rasanya ingin protes kepada Bernadya. Bagaimana tidak kalau semua lagunya itu relate
Di lagunya Satu Bulan, ia sampaikan : Belum ada satu bulan. Ku yakin masih ada sisa wangiku di bajumu. Namun, kau tampak baik saja. Bahkan senyummu lebih lepas. Sedang aku di sini hampir gila. Bohongkah tangismu sore itu di pelukku?
Di lagu berikutnya dengan judul Apa Mungkin, ia kembali curhat seperti ini : Berkaca, bertanya, apa ku buat salah? Kalaupun iya, apa? Apakah sebesar itu hingga Kau pergi tanpa aba-aba? Bahkan tanpa alasan hingga ku harus menerka-nerka salahku di mana. Apa mungkin kamu yang tak lagi cinta?
Saking menggunakan perasaannya dalam Kini Mereka Tahu, bernadya sampai segininya loh : Sifat baikmu yang orang tahu, itu karanganku. Sifat aslimu yang hancurkanku, mereka tak tahu. Dan bahkan setelah semua yang kau lakukan padaku, Ku tetap bela kamu di depan teman-temanku
Ini Nadya bucin atau bodoh sih dalam Kata Mereka Ini Berlebihan : Ku batalkan setiap janji hanya karena takut tiba-tiba kau butuh aku di sisimu. Ingin sempurna di matamu, hanya itu yang aku mau. Namun tampaknya sempurna tak cukup bagimu
Untungnya Hidup Harus Tetap Berjalan : Seberapa pun absurdnya pasti ada makna. Untungnya, bumi masih berputar. Untungnya, ku tak pilih menyerah. Itu memang paling mudah. Untungnya, kupilih yang lebih susah
Terima kasih Bernadya, lagu-lagunya moodboster ku setiap hari. Akh bukan itu, lebih tepatnya lirik yang aku tulis diatas ialah semua yang aku alami karena ulah orang yang sama
-perasa
3 notes · View notes
coklatjingga · 2 years ago
Text
Officially 30
Nggak tahu harus bahagia atau sedih, pas buka mata pagi ini dan menyadari kalau i'm 30 yo right now.
Tumblr media
Banyak hal sudah dilalui. Masa remaja berlalu meninggalkan kenangan-kenangan luka dan tawa. Entah bagian mana yang lebih dominan mengisi hati. Kini aku sudah di sini. Kehidupan kepala tiga yang penuh warna.
Jangan tanya pasangan atau keturunan. Karena sampai detik ini, akupun masih menerka-nerka seperti apa rupa mereka. Pasangan yang akan menemani sisa usia, dan anak-anak lucu yang akan mengisi setiap sudut rumah dengan tingkahnya.
*Tarik napas panjang*
Hidup ternyata berjalan secepat itu dan setiap masa berlaku sesingkat itu.
Tidak pernah kubayangkan akan memasuki gerbang ini sekarang. Ketika usiaku masih belasan atau dua puluhan, bayangan kehidupan tiga puluhan seakan samar dan tidak masuk dalam perencanaan. Seakan yakin usiaku tidak akan meninggalkan angka dua sebagai awalan.
Apa yang sudah kulakukan selama 30 tahun perjalanan hidup? Jejak apa yang sudah kutinggalkan?
Tanya itu kini menjadi bahan renungan lebih panjang. Saat kulihat sekitar dan belum ada satupun hal berarti yang kulakukan.
Semoga masih ada kesempatan.
30
usia-usia rawan, kata orang.
usia dimana kesendirian dianggap kutukan. Orang-orang mulai cemas berlebihan sampai akhirnya turun tangan mencarikan pasangan.
Baik, sih. Mereka peduli. Kata orang.
Sudahlah. Kuputuskan menikmati angka 3 ini dengan penuh syukur dan pengharapan. Agar Allah berikan tambahan usia yang sama untuk kedua malaikatku. Satu-satunya yang ingin kubahagiakan saat ini hanyalah mereka. Malaikatku. Keluargaku.
Tulisan ini memang melantur. Anggap saja curahan kilat dari perempuan yang excited dengan usianya :D
28 notes · View notes
perikecils-world · 4 months ago
Text
setiap kali aku ingin menghapus rasa sakit dan dendam yang menjalar dalam hatiku, diwaktu yang bersamaan justru aku menangis. menangis karna ternyata rasa sakit dan dendam itu jauh lebih besar daripada rasa ikhlasku. berulangkali setiap kali aku hendak mempertanyakan pada sang pencipta "mengapa jalan hidupku selalu penuh batu dan jurang?" berulangkali pula aku meyakinkan diriku bahwa semua manusia yang hidup jalan takdirnya sudah diatur dan seorang hamba tidak berhak bertanya atas apapun jalan yg diberikan sang penciptanya.
sakit sekali tuhan, bantu aku untuk ikhlas dan melupakan semua ini tuhan. bantu aku untuk meyakinkan diriku bahwa setiap jalan hidup yang kau atur adalah yang paling baik untukku. tuhan, maaf jika kali ini rasa sakitku mungkin berlebihan sehingga keluar doa" dan kata" buruk yang tak seharusnya aku lontarkan, ampuni aku jika lukaku terlalu dalam hingga membuat dendam yang tak bisa terbendungkan. bantu aku keluar dari segala perasaan buruk ini tuhan, aku tidak menginginkan rasa itu terus menyelimutiku tp keadaan terus menerus membuat rasa itu semakin tumbuh dan berkembang. hanya engkau yang dapat membantuku, beri balasan yg setimpal untuk mereka yang membuat aku dan seluruh keluargaku terluka dan sakit hati. bantu kami melupakan semua yang terjadi dan mengikhlaskan semuanya. hapus rasa benci dan dendamku tuhan, aku tersiksa dengan rasa ini, sungguh.
3 notes · View notes
rumelihisari · 1 year ago
Text
Semakin dewasa, harusnya pemikiran bisa menjadi lebih sederhana. Tapi ternyata prosesnya kadang lebih rumit dari yang kita kira.
Saat dewasa kita jadi lebih banyak bertemu dan interaksi dengan orang-orang. Entah keluarga, mertua, tetangga, rekan kerja atau rekan bisnis. Kadang hangat bercengkrama hingga menghasilkan tawa, kadang menorehkan luka, menghadirkan bencana, berselisih paham, dan banyak hal lain di luar dugaan kita.
Sehabis interaksi dengan orang lain walau cuma obrolan kecil saat menunggu jemputan atau memang sengaja saat curhat, hal itu kadang menghasilkan overthinking, apakah sikap dan kata-kata ku melukai orang lain? Apakah aku berlebihan? Yang akhirnya setelah itu aku selalu merasa menyesal dan berfikir harusnya nggak perlu banyak bicara. Harusnya sikapku biasa aja.
Sebab, kadang kita pun seperti itu kan? merasa terluka oleh orang lain walau mungkin saja ia tak sengaja menorehkannya.
Kehidupan dewasa dengan seleksi circle pertemanan yang makin sempit, kita mungkin pernah membanggakan seseorang yang kita anggap sebagai satu-satunya sahabat yang dimiliki. Tapi ternyata seseorang itu juga memiliki sahabat lain yang ternyata kita bukanlah satu-satunya. Kita mungkin akan sedih dan kecewa sebelum akhirnya menemukan alasan untuk menerima.
Saat kita mengkritik sebuah pemikiran seseorang yang keliru, ternyata ia menganggap kita ingin menjatuhkannya. Padahal sama sekali nggak menyentuh hal personal yang ada pada dirinya. Kita berusaha membuka komunikasi Ingin mengklarifikasi padanya bahwa nggak seperti itu yang kita maksud, namun ternyata ia nggak memberi jalan. Hal itu membuat kita sedih yang akhirnya membuat kita overthingking. Bagaimana kalau begini? Bagaimana kalo begitu? Pertanyaan-pertanyaan di luar nalar bermunculan memenuhi dan membuat bising isi kepala.
Saat kita berselisih paham dan keluarga mertua, dan tak kunjung mendapatkan solusi sebab salahsatu merasa paling banyak memberi, dan yang lain merasa paling tersakiti. Entah kita nggak tahu siapa sebenarnya yang benar dan yang salah. Dan hal-hal lain yang kadang-kadang nggak bisa kendalikan.
Kehidupan dewasa dengan segala interaksinya memang rumit. Aku merasa ini makin akan rumit kalau aku menggunakan rumus buatan manusia atau isi kepala ku sendiri. Sebab, aku sadar orang lain pun memiliki rumus dan standarnya sendiri. yang kadang nggak semua perbedaan ituindah, beberapa justru menimbulkan selisih paham yang tak kunjung lerai. merasa rumus dan standar kita lah yang paling benar.
Maka untuk hal ini dan seluruh hal yang akan aku hadapi, rasanya aku memang nggak bisa pakai rumus ku sendiri. Khawatir saat interaksi aku merasa menjadi yang paling tersakiti, padahal akulah yang menyakiti. Merasa paling benar, padahal aku yang salah. Merasa terdzolimi padahal aku yang mendzolimi.
Aku harus menggunakan rumus Allah, tetap berkata dan berbuat baik, menyeru kebaikan, dan mencegah kemungkaran.
“Berkata baik atau diam” HR. Bukhari
“Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. –Al-isra:7
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran : 104).
biar Allah saja yang menilai mana dan siapa yang sebenarnya benar. sembari tetap terus belajar, supaya bisa menghadapi kehidupan dewasa dengan tenang. Semoga Allah selalu membersamai.
12 notes · View notes
herricahyadi · 2 years ago
Note
Bang ada pengalaman dekati akhwat yg ternyata menyebalkan dan pengalaman menyebalkan saat mendekati akhwat?
SAYA MALAH YANG MENYEBALKAN
"Menyebalkan" itu adalah hasil dari ekspektasi kita sendiri terhadap orang lain. Orang lain tidak bisa dipersalahkan jika kita menaruh ekspektasi berlebih yang bukan kapasitas mereka. Terkadang, kita terlalu egois untuk menghakimi orang lain begini-begitu, padahal sebenarnya kitalah yang berlebihan berharap kepada mereka. Ini keliru.
Ketimbang saya harus menghakimi mereka dengan kata "menyebalkan", ya lebih baik saya sadar diri bahwa eksektasi saya jangan berlebih. Sehingga saya punya rem untuk tidak menjustifikasi seseorang dengan apa yang tidak saya suka.
Misalnya, saya pernah kok berusaha untuk berkomunikasi dengan seorang dokter. Sebenarnya sudah kenal lama, tapi karena saya orangnya santai, jadi komunikasi yang saya bangun juga santai. Tadinya saya mengira beliau juga santai orangnya, karena selama ini sering berbalas pesan dengan intonasi yang seru. Di sini saya telah berekspektasi lebih. Hingga pada titik "Oke, sepertinya saya mau kenal jauh." Saya coba lebih intens dengan mencari topik pembicaraan. Tapi memang saya selalu memulainya dengan hal-hal remeh seperti komentar soal foto profilnya yang gonta-ganti melulu. Sengaja karena ingin lihat reaksinya.
Kenapa dari hal-hal remeh? Karena kita bisa melihat sikap asli seseorang saat dia harus merespon hal-hal remeh; apakah dia bisa tetap "asik" seperti ekspektasi atau dia merasa saya "tidak jelas". Well, akhirnya dia merasa komentar-komentar saya tidak jelas. Mungkin juga malah saya yang menyebalkan. Oke, sampai sini saya terima komentarnya dan saya akui memang menyebalkan. Dan, ya, saya tidak melanjutkan.
Pada hal-hal yang sederhana saja, yang harmless, bahkan remeh-temeh begitu, saya mendapatinya risih. Jadi, ketimbang saya memperpanjang, ya pamit saja. Masih banyak orang di luar sana yang bisa menerima remeh-temeh kita tanpa perlu menghakimi "menyebalkan". Karena saya sendiri tidak mau dan tidak pernah menghakimi orang lain dengan menyebalkan, begitu pula saya mencari orang yang mau mendekat.
23 notes · View notes
kayyishwr · 1 year ago
Note
Halo kayyis, maaf aku mau komentar soal jawaban dr pertanyaan untuk kamu, perihal solusi untuk perempuan yg jatuh cinta yg menurutmu adl menikah.
Aku nggak tau jawabanmu itu serius atau kamu menulis yg sekelibat ada di pikiranmu aja. Tapi menurutku ngga as simple as that 'menikah' jadi solusi buat perempuan yg jatuh cinta. Padahal menikah kan butuh persiapan banyak hal, mental fisik finansial dsb dsb. Sementara yang aku pahami, jatuh cinta nggak kenal ruang dan waktu, dn perasaan itu hadir dr Allah juga. Bisa jadi cobaan, bahkan. Jadi nggak bisa menyimpulkan kalau jatuh cinta sama orang, yaudah nikah aja solusinya.
Kenapa kamu menjawab demikian, ditambah lagi nggak menyertakan alasan dn hanya mention satu kata aja? Mungkin aku berlebihan menanggapi, tapi aku melihat pengikut dn penggemar kamu banyak, nggak menutup kemungkinan ada sebagian dari mereka yg mengikuti jawabanmu.
Mohon maaf aku anonim, krn nggak nyaman pake identitas asli.
Nggih terima kasih atas responnya, merasa terhura sampe diperhatikan segininya; jujur sebagai laki-laki pengen jawaban yg simple aja biar cepet selesai hehe
Dan ya mungkin sesuai dawuh Nabi, tidak ada obat bagi yg dimabuk cinta selain menikah
Tapi ya bener, ngomongin nikah emang perlu komprehensif (jadi semoga klo dijawab nikah, org-org yg jatuh cinta persiapannya ke pernikahan aja, ga usah kemana-mana, mungkin itu lebih baik ya?) ga tau juga si🙂
Matur nuwun, bener ini nuwun banget buat responnya hue hue, buat yg baca ini ataupun yg lain, percayalah ga semua yg tak tulis harus diikuti🥲
Semoga Allah ampuni kekeliruan, kealpaan, kesalahan, keburukan yg Kayyis lakukan🙏
9 notes · View notes
avrindah · 8 months ago
Text
Sejak Oktober ...
Sebenarnya pantang untuk curhat masalah pribadi di sosial media. Tentang ini, bagiku tidak pernah sederhana. Tapi, mungkin tidak untuk di Tumblr ini. Tidak banyak pembaca, apalagi yang mengomentari. Mungkin satu-dua cerita tidak apa-apa.
Sejak Oktober, tepatnya Oktober 2023 aku diserang rasa panik yang sampai membuatku lemas. Tidak selalu, tapi bisa terjadi begitu. Penyebabnya entah, sudah berapa dokter yang aku datangi dan belum ada diagnosa final. Beberapa dari mereka menyarankanku untuk melakukan beberapa tes yang akhirnya ditemukan kondisi yang mengharuskan meminum obat atau vitamin.
Hari-hari sejak Oktober aku lalui seperti biasa. Kerja, pulang, main sosmed, baca, tulis, tidur, masak. Aktivitas berat tidak terlalu sering, mungkin beberapa kali safar-- dan, ya, cukup memperparah kondisiku.
Kalau melihat catatan medisku, beberapa kali ke dokter tidak dikasih resep. Dokter hanya memintaku untuk bercerita apa adanya. Kalaupun tidak ada kata-kata, gak apa-apa nangis, katanya. Jadi, aku melakulan apa yang diminta. Menangis, terkadang tanpa suara.
Sejak Oktober, itu yang aku rasakan. Cemas dan khawatir berlebihan. Berkepanjangan. Terkungkung dalam kebingungan. Aku menjalani hidup dengan normal, seperti orang kebanyakan. Tapi, ada waktunya di mana yang aku harapkan hanyalah ketenangan.
Ini tidak mudah, meski aku bisa melewatinya. Aku tahu tidak bisa hidup dalam kondisi begini selamanya. Harus ada titik di mana aku tidak merasakan cemas dan khawatir atau perasaan sejenisnya. Aku masih berusaha. Masih mendatangi dokter atau ahli lainnya. Mohon doanya, ya. Aku tidak tahu, bisa jadi ada di antara pembaca yang doanya selalu ditunggu Allah.
2 notes · View notes
kartikawidya · 1 year ago
Text
Beauty Privilege
Mari kita buka opini ini dengan kesepakatan bersama kita sepakat bahwa semua orang terlahir cantik hanya saja kemudian standaritas manusia yang menjadikan orang tidak cantik. Hanya saja proses dalam hidupnya yang mungkin membuat dia menjadi tidak memenuhi standar cantik. Pada opini ini juga hanya akan dibatasi pada “standar cantik dalam fisik’
Menurut jurnal karya Ghela Rakhma Islamey (2020)  yang meneliti sebuah majalah kecantikan dengan judul “Wacana Standar Kecantikan Perempuan Indonesia pada Sampul Majalah Femina” memperoleh kesimpulan bahwa standar kecantikan perempuan Indonesia yang dimunculkan pada majalah Femina adalah muda, berkulit mulus dan putih, bertubuh langsing, menggunakan busana yang sedang tren (high fashion), menggunakan makeup yang tidak berlebihan, dan seksi sekaligus kuat (memiliki power).
Bukan hanya saja berdasarkan penelitian berdasarkan realita yang ada memang konteks cantik yang disandingkan kepada perempuan sekarang memang harus putih dan berbadan langsing. Setidaknya hal ini selaras dengan makin berkembangnya prodak-prodak kecantikan yang menjamur. Semakin banyak pula wanita yang ingin menjadi cantik. Bahkan tidak sedikit pula hal itu terjadi dilingkungan yang aku jalanni. Tidak sedikit yang mengatakan “makanya cantik”.
Menjadi cantik secara fisik memang menjadi hal yang menguntungkan diakui ataupun tidak.  Karena kesan pertama manusia adalah berdasarkan apa yang dipandang. Bahkan ada secuil candaan dari seorang teman yang terlontar “soalnya kalau otak itu tidak bisa diajak foto”, entah bagaimana kemudian otakku secara otomatis menganalisis makna kata-kata tersebut jika dikatakan dalam keadaan serius akan memiliki makna setidaknya dengan fisik yang cantik kamu akan enak untuk dipandang.
Saya sendiri meyakini bahwa semua orang terlahir dengan cantik. Bahkan semua orang bisa memenuhi standar cantik manusia. Setidaknya jika ingin cantik yang katanya adalah kulit putih maka skincare sudah memberikan jalan atau mengandalkan kemampuan mengunakan makeup, Atau bahkan yang lebih ekstrim manusia bisa merubah tampilan fisik dengan oprasi terlepas dari pembahasan agama yang melarang.
Tapi yang perlu digaris bawahi bahwa menjadi standar cantik dimata manusia tentu tidak gratis bahkan tidak sedikit yang menghabiskan puluhan juta hanya untuk perawatan tubuhnya. Sesimpel muka saja jika yang memiliki kulit normal akan menghabiskan uang setidaknya ratusan ribu. Apalagi dengan yang lahir dengan masalah kulit akan memerlukan biaya yang lebih lagi.Selain itu untuk merawat diri tentu perlu ketelatenan dan waktu yang harus di luangkan. Jika simpelnya manusia bisa bersiap-siap pergi tanpa makeup dengan waktu 15 menit ini akan memerlukan waktu yang lebih lama.
Tentu hal tersebut akan menjadi hal yang biasa saja untuk mereka yang punya biaya, untuk memenuhi kebutuhan dalam mempercantik diri. Tapi tidak untuk mereka yang bahkan untuk kebutuhan pokok saja perlu memikir kepala.  Sehingga tidak jarang kemudian insecure akan fisik hadir dari mereka juga yang sudah terpuruk dalam ekonomi. Karena menjadi standar cantik pada manusia nyatanya bukan hal yang cuma-cuma.
3 notes · View notes