#jalanan padat
Explore tagged Tumblr posts
Text
Hotel Bandung Agoda Stasiun Bandung, WA 0895-3610-70670, AMAN
KLIK https:wa.me/62895361070670, hotel lembang bandung murah bagus, hotel bandung cihampelas, novena hotel bandung lembang, hotel bandung dekat lembang, hotel di bandung lembang, hotel lembang bandung pemandangan bagus Anda ingin sewa kamar atau penginapan hotel di bandung dengan kamar lengkap,pemandangan yang indah,fasilitas yang bagus dan pelayanan selama 24jam dijamin murah Hotel Bandung yang hanya menerima pasangan sudah menikah, ketika check in memberikan bukti nikah berupa buku nikah, atau ktp alamat yg sama, atau foto nikah. Ada dapur juga bisa masak dr jam 6 pagi sampai 9 malam aja, dispenser free kopi,teh 24 jam. Masuk hostel lepas alas kaki, didalam kita pake sendal khusus hostel, jd bersih. feels like home banget. Parkir mobil kalau siang agak susah karna di daerah pasar bersih. eels like home banget. Parkir mobil kalau siang agak susah krn di daerah pasar bersih, jalanan padat, klo malem lowong, parkiran banyak. Keunggulan fasilitas yang di dapat: - AC - Kasur - Kamar mandi di dalam dan di luar - Free Wifi - TV - Dapur - Parkiran GOGLE MAPS: https://goo.gl/maps/cQyyQxucGPmuhAji9 INSTAGRAM: https://instagram.com/hotelmurah.bdg?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ== FACEBOOK: https://www.facebook.com/hotelmurah.bdg?mibextid=LQQJ4d Kami Melayani Penginapan Atau Sewa Kamar Hotel Syariah Murah dengan Kualitas Terbaik DI Bandung: WA: 0895-3610-70670 (ADMIN) WA: 0895-3610-70670 (ADMIN) hotelbandungreview, hotelbandungrecommended, hotelbandungselatan, hotelbandungs, hotelbandungstrategis, hotelbandungsyariah, hotelbandungsoekarnohatta, shotelbandung, shotelbandungmurah, hotelbandungtengah #hotelbandungreview #hotelbandungrecommended #hotelbandungselatan #hotelbandungs #hotelbandungstrategis #hotelbandungsyariah #hotelbandungsoekarnohatta #shotelbandung #shotelbandungmurah #hotelbandungtengah
#KLIK https:wa.me/62895361070670#hotel lembang bandung murah bagus#hotel bandung cihampelas#novena hotel bandung lembang#hotel bandung dekat lembang#hotel di bandung lembang#hotel lembang bandung pemandangan bagus#Anda ingin sewa kamar atau penginapan hotel di bandung dengan kamar lengkap#pemandangan yang indah#fasilitas yang bagus dan pelayanan selama 24jam dijamin murah#Hotel Bandung yang hanya menerima pasangan sudah menikah#ketika check in memberikan bukti nikah berupa buku nikah#atau ktp alamat yg sama#atau foto nikah. Ada dapur juga bisa masak dr jam 6 pagi sampai 9 malam aja#dispenser free kopi#teh 24 jam. Masuk hostel lepas alas kaki#didalam kita pake sendal khusus hostel#jd bersih. feels like home banget. Parkir mobil kalau siang agak susah karna di daerah pasar bersih. eels like home banget. Parkir mobil ka#jalanan padat#klo malem lowong#parkiran banyak.#Keunggulan fasilitas yang di dapat:#- AC#- Kasur#- Kamar mandi di dalam dan di luar#- Free Wifi#- TV#- Dapur#- Parkiran#GOGLE MAPS: https://goo.gl/maps/cQyyQxucGPmuhAji9
0 notes
Text
18 ke 18
18 Mei menjadi tanggal baru yang masuk ke dalam daftar pengingat. Konon katanya angka 1 dan 8 pada angka 18 memiliki makna menjadi satu selamanya, sehingga dipilih sebagai tanggal sakral dimana ijab dan kabul diucapkan dalam hari pernikahan. Sebut saja pemaknaan barusan berasal dari si ahli cocoklogi, tiga detik yang lalu sambil membuat tulisan ini.
Dalam waktu 31 hari, 18 Mei ke 18 Juni tahun ini berjalan dengan mode ultra cepat. Saking cepatnya, cukup sulit untuk menjalani setiap momen dengan penuh kesadaran hingga menyelami rasa dan emosi yang muncul. Sampai ke tanggal 18 Mei saja rasanya surreal, apalagi sampai ke 18 Juni yang tiba-tiba sudah berbeda 11 jam lamanya dengan rumah sehari-hari.
Kalau ditanya apa rasanya, cuma bisa bilang alhamdulillah kayak mimpi. Nggak pernah terbayang ternyata pengalaman merantau pertamaku langsung mode ekstrem ke belahan dunia yang jarang sekali tersebut dalam daftar melancong impianku, apalagi menetap walau sementara.

Rasanya kemarin masih duduk bernafas sejenak sambil memandang lapangan timur Masjid Salman, jajan baso tahu bersama teman-teman di seberang kantor, mencoba gerakan pose pilates ala-ala bersama guru pilates yang empat tahun lebih muda, jalan kaki bersama ibu di kompleks sebelah, ketiduran di mobil ketika dijemput bapak malam-malam, membantu enin troubleshooting HP yang katanya error padahal kepencet, menyapa kucing kuning (menolak memanggil dengan kucing oren) di jalanan rumah yang awalnya dikira hanya satu ternyata ada empat, dan momen tak terhingga lainnya bersama familiar faces yang sekarang sedang berjauhan.
Kota tempat aku tinggal saat ini terbilang sepi, katanya karena penduduknya banyak mahasiswa dan sekarang sedang libur musim panas. Menurut suami, kota ini less entertaining jika dibandingkan Bandung atau Jakarta, domisili asal kami. Menurut temannya yang dulu berkuliah di ITB Jatinangor, kota ini seperti Jatinangor, tapi masih lebih ramai Jatinangor. Tentu saja lebih ramai Jatinangor, di area yang sangat padat terdapat tiga (atau lebih?) perguruan tinggi. Pusat perbelanjaan dulu hanya ada satu (Jatos), sekarang sudah ada waralaba-waralaba ibukota yang jumlahnya satu-satu, kebayang kan kemana-mana sepertinya ketemu orang yang kenal. Ini semi-semi hiperbola, sebenarnya kotanya ramai-ramai saja lho.
Dibekali dengan diri yang masih minim riset namun bermental letsgo dulu weh, ternyata Ann Arbor (yak ini dia namanya) memiliki daya tarik tersendiri untuk orang yang tidak suka ramai-ramai sepertiku. Meskipun datang bukan sebagai mahasiswa, setiap kali diajak eksplor kampus rasanya ingin ikut membaca, menulis, belajar hal-hal yang sudah lama tertunda, laptopan, drafting ide-ide yang muncul di kepala.
Perpustakaan kampus ada berbagai macam dengan arsitekturnya yang menarik mata dan boleh dimasuki oleh siapa saja, belum lagi district library yang jumlahnya ada lima dalam satu kota. Di area downtown, terdapat toko buku bernama Literati yang sangat bikin betah dan berbagai toko buku bekas yang belum aku jelajahi semuanya. Dulu sering ngebatin pengen deh di kota tempat tinggal ada lebih banyak tempat umum buat baca atau ber-produktif-ria, dengan fasilitas yang nyaman dan bisa diakses seluruh warga kota. Alhamdulillah di sini diberikan rezeki itu, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ayo gunakan kesempatannya buat banyak baca dan dalami ilmu-ilmu yang ingin dipelajari, Shab!
Masih banyak aspek kota yang belum dieksplor, tapi insya Allah akan menyenangkan untuk disinggahi satu per satu. Sekilas cari-cari di Instagram dan juga pamflet yang ditempel di sudut-sudut kota, ada banyak komunitas dan kegiatan kerelawanan yang bisa diikuti, salah satu yang menarik adalah relawan taman kota. Bagi yang suka blusukan, banyak sudut kecil di jalanan tempat para seniman mural berkarya. Selain itu banyak sekali event lokal yang dibangun dengan semangat komunal, yang tidak harus ramai-ramai dan tetap disyukuri berapapun peserta yang akan hadir.
Jalan dua minggu di sini aku masih harus bekerja ngalong, alias bekerja dengan jam kebalik karena mengikuti WIB. Alhasil jalan-jalan di waktu "normal" dengan tenang baru bisa dilakukan Mulai dari Jumat sampai Minggu. Berhubung judul tulisan ini adalah review perubahan secepat kilat dari tanggal 18 ke 18 lainnya, adaptasi adalah hal yang sedang diupayakan sebaik-baiknya. Bukan hanya pindah domisili, tapi juga pindah kartu keluarga yang mana sekarang ada peran baru sebagai istri dalam rumah tangga.
Buat seseorang yang selama 28 tahun hidupnya tinggal bersama keluarga di rumah, mengurus rumah tangga sendiri rasanya seruuu sekali (dalam arti yang sebenar-benarnya). Rasanya tiap hal kecil, tiap aktivitas, tiap hari ada aja hal baru yang perlu dipelajari dan dievaluasi. Sangat rawan jadi overwhelming, tapi bismillah tarik napas ayo ingat jalani semuanya satu per satu. Gapapa kalau masih melakukan kecerobohan-kecerobohan lucu, yang penting tahu berikutnya agar lebih hati-hati lagi.
---
Dengan ini mari kita akhiri dulu tulisan pertama dari Ann Arbor! Satu bulan lebih sembilan hari sudah dilewati, semoga hari-hari yang akan datang bisa dijalani dengan lebih berkesadaran, juga diisi dengan mencari berkah dan menemukan makna.
Have a good day!

8 notes
·
View notes
Text
Tentang Hujan & Kenangan Masa Kecil

Kemarin saat melakukan perjalanan di Ciwidey disambut dengan cuaca Ciwidey yang syahdu; dengan udaranya yang dingin, angin kencang, hujan, dan kabut yang tebal...
...menciptakan titik-titik embun pada kaca mobil, menarik jariku untuk membentuk suatu huruf dan bentuk.
Pikiranku lalu kembali pada suatu masa ketika aku masih di jenjang sekolah dasar. Waktu itu, aku dan teman-temanku sangat senang kalau sudah masuk waktu musim hujan. Kita bisa pakai jas hujan yang lucu dan berwarna-warni dari kelas menuju mobil jemputan sekolah. Kalau hujan biasanya jalanan akan lebih padat dari sebelumnya, kemacetan menjadi hal yang paling aku dan teman-temanku sukai karena kita bisa mengobrol dan bermain lebih lama di dalam mobil jemputan. Selain itu, saat hujan turun, kaca mobil jemputan juga dipenuhi titik-titik embun yang aesthetic, aku dan teman-temanku berlomba-lomba menulis dan menggambar bentuk yang kita sukai pada kaca mobil jemputan tersebut.
Kenangan masa kecil yang kadang masih aku rindukan. Ya Allah terima kasih atas kenangan yang masih bisa kuingat ini.
Bandung, 17/365
@monicasyarah
6 notes
·
View notes
Text
Mesin Paving Surabaya Hidrolik: Solusi Efektif untuk Produksi Paving Berkualitas
Mesin paving hidrolik merupakan salah satu teknologi unggulan yang digunakan dalam produksi paving block berkualitas tinggi. Di Surabaya, mesin ini semakin diminati karena kemampuannya untuk menghasilkan paving dengan presisi tinggi dan daya tahan yang luar biasa. Bagi para pelaku industri konstruksi, mesin paving Surabaya hidrolik adalah pilihan yang sangat efisien dalam memenuhi permintaan proyek pembangunan infrastruktur yang terus meningkat.
Mesin paving hidrolik bekerja dengan menggunakan sistem tekanan hidrolik untuk memadatkan campuran beton hingga menghasilkan paving block yang kuat dan tahan lama. Teknologi ini berbeda dengan mesin paving manual atau mekanik biasa karena mampu menghasilkan tekanan yang lebih stabil dan seragam, sehingga kualitas paving block yang dihasilkan lebih konsisten. Hasil paving yang dihasilkan tidak hanya lebih padat, tetapi juga lebih tahan terhadap beban berat dan cuaca ekstrem, menjadikannya ideal untuk jalanan, trotoar, hingga area parkir.
Di Surabaya, berbagai produsen menawarkan mesin paving hidrolik dengan kapasitas dan spesifikasi yang beragam, mulai dari mesin skala kecil hingga besar, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Keunggulan lainnya adalah efisiensi energi dan biaya operasional yang relatif rendah dibandingkan dengan metode tradisional.
Selain itu, mesin paving hidrolik juga menawarkan kemudahan dalam pengoperasian. Desainnya yang ergonomis membuat proses produksi paving lebih cepat dan aman. Proses pencetakan yang cepat ini tentunya sangat menguntungkan bagi perusahaan konstruksi yang memiliki target produksi dalam jumlah besar.
Jika Anda sedang mencari mesin paving berkualitas di Surabaya, mesin paving hidrolik adalah solusi terbaik untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi paving block Anda. Dengan teknologi ini, proyek pembangunan Anda akan berjalan lebih lancar dan hasil yang lebih memuaskan.
Temukan dan cari kami di: WEBSITE : https://jauramesin.com/ Youtube : https://www.youtube.com/@juaramesin/ IG : https://www.instagram.com/juaramesin/ Twitter : https://twitter.com/JuaraMesin/ FB : https://web.facebook.com/juaramesin
Call/Whatapp : 085 707 300 536 (admin Muhyi)
Terima kasih atas kunjungan anda di situs Juara Mesin produsen Mesin cetak batako dan paving, mesin bata ringan, mixer dan mesin stone clusher pemecah batu serta mesin pelengkap lainnya.
#mesincetakbatakohydrolik#mesincetakbatakosemiotomatis#mesincetakbatakootomatis#mesinpavingblockhidrolik#mesincetakpavingblocksemiotomatis#mesincetakpavinghydrolik#mesinpavingblock#mesinpavingotomatis#juaramesin#mesinpavingsurabayahidrolik#mesinpavingsurabaya
2 notes
·
View notes
Text
Hari Raya, Ramadhan Pergi.
Melihat indahnya langit sore pada tanggal 9 April 2024, membuat diri merenungi apa apa yang sudah terlewati dibulan paling baik ini. Rasanya 1 Ramadhan baru terjadi dua hari yang lalu, rasanya sahur 7 Ramadhan baru terjadi kemarin, rasanya berbuka 17 Ramadhan baru terjadi Maghrib kemarin. Tibatiba jalanan sudah dipenuhi oleh hiruk pikuk sanak saudara rantauan yang hendak pulang menuju rumah ternyaman masing masing.
Singkat. Padat. Jelas.
Itulah, waktu Ramadhan tahun ini.
Sudahkah berpuas diri menikmati ramadhan?
Sudahkah mencapai target yang diinginkan pada Ramadhan tahun ini? Atau semua hanya terbengkalai sia sia.
Sudahkah memberi maaf kepada siapa siapa yang menyakiti? Menyadari bahwa diri sendiri tentu menyakiti hati orang lain.
Sudahkah merasa kehilangan untuk kepergian bulan suci ini? Menyadari bahwa waktu yang kita miliki hanya Allah yang mengetahui.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Shiyamana Wa Shiyamakum
Semoga kita berjumpa kembali dibulan suci Ramadhan berikutnya.. Salam Rindu.
-9April2024-
2 notes
·
View notes
Text
Kehabisan Akal
122 hari sudah. Banyak yang sudah lelah sekadar mengikuti berita saudara-saudaranya di negeri jihad Palestina khususnya Gaza. Tapi para mujahid tidak lelah. Mereka masih seperti hari pertama perang. Terus memberikan perlawanan yang membuat Israel pulang membungkus mayat tentara mereka dan meninggalkan persenjataan militer mereka menjadi rongsokan di Gaza. Masyarakat Gaza dengan semua kesulitan hidup masih mampu mengeluarkan kalimat indah tentang kekuatan, harapan dan kebanggaan. Anak-anak selalu mampu mencari celah bahagia dan senyum dengan permainan mereka.
Sementara di kota-kota yang dikuasai Israel yang sebenarnya tidak mengalami kehancuran seperti Gaza mengalami stres tinggi, runtuh mental, pertikaian berujung adu fisik di lapangan dan kekacauan politik di pemerintahan.
Seperti laporan media Israel Haaretz yang memberitakan bahwa kesehatan mental sebagian masyarakat Israel memburuk. Tidak kurang dari 625 ribu orang di Israel mengalami gangguan jiwa alias stres atau gila efek Badai Al Aqsha. Sementara sudah puluhan dokter ahli kejiwaan memilih untuk kabur meninggalkan Israel dan pergi ke Inggris mencari tempat yang lebih nyaman. Dan sudah bisa diduga jumlah penderita orang stres dan gila di Israel terus bertambah.
Efek stres dan ketegangan tersebut membawa dampak berikutnya. Sebagaimana yang ditayangkan oleh media Israel lainnya; Walla, hasil kajian lembaga penelitian The Brain Pool yang merilis bahwa 40% tentara yang pulang perang memerlukan pengobatan. Hal ini menyebabkan kehancuran di sisi baru dan ini lebih bahaya. Yaitu 31% para istri dari tentara cadangan menggugat cerai suami-suami mereka. Ini adalah hasil survey terhadap 1070 orang di grup para istri tentara.
youtu.be/-fxNBuEqwmM?si…
Pemandangan Hari Minggu (4/2), sebagaimana yang diberitakan oleh Televisi Israel Channel 12 adalah merupakan hari yang paling padat penerbangan Israel, di mana satu hari saja 30.000 orang meninggalkan Israel. Angka ini sangat besar di Israel. Jika dikatakan kepergian mereka meninggalkan Israel karena peperangan yang tidak kunjung berhenti, itu hubungan yang sangat jelas. Tapi lebih dari itu, ketidakjelasan di Israel semakin memburuk. Pertikaian terjadi di internal Israel di semua kalangan; dari level sesama pimpinan pemerintah, hingga masyarakat yang demo besar-besar setiap saat di jalanan Israel karena marah terhadap sikap pemerintah mereka, hingga mulai terjadi adu fisik di lapangan demo.
youtu.be/wpQxNmJ1Ne0?si…
Tentu saja keadaan sesungguhnya yang dengan sangat mudah dipotret oleh kamera berita mereka sendiri tersebut, tetap tidak sama dengan bualan para pemimpin mereka. Yoav Galant, menteri pertahanan baru saja menyampaikan resmi bualan barunya. Klaim bahwa mereka berhasil melumpuhkan setengah kekuatan Hamas sama sekali tidak sejalan dengan keadaan di lapangan yang memperlihatkan keadaan yang masih sama; di mana para pejuang masih menyebarkan video penghancuran kendaraan-kendaraan tempur Israel dan melaporkan korban dari pihak Israel yang terus bertumbangan. Bualan Galant berikutnya tentang Yahya Sinwar yang diberitakan telah berhasil diketahui keadaannya oleh tentara Israel dan terus lari dari satu tempat ke tempat lain, bukan berita baru yang diberitakan oleh Israel. Justru ini menjadi tertawaan media dan cibiran masyarakat Israel sendiri. Sebelumnya di hari ke-80 perang, televisi mereka memberitakan telah sampai di rumah Sinwar dan menemukan sandalnya tanpa bisa diverifikasi kebenaran datanya
youtu.be/pNFzPS3qpos?si…,
kini bualan itu disampaikan oleh menteri pertahanan mereka langsung.
Selain Sinwar, berita tentang para panglima Al Qassam yang lainnya tidak kalah serunya. Berita-berita Israel memberitakan bermacam-macam isu tanpa kejelasan data. Di Bulan Desember lalu, ketika Abu Ubaidah menghilang sekitar 2 pekan, mereka menyebarkan isu bahwa Abu Ubaidah telah mati. Dan tiba-tiba Abu Ubaidah muncul dengan berita terbaru perang. Sungguh menggelikan. Kita mau heran, ini Israel...
Kini Abu Ubaidah kembali menghilang beberapa waktu apalagi Muhammad Dheif yang sejak memukul gong pembuka perang 7 Oktober, tidak terdengar sama sekali beritanya.
Sekarang, dengarkan baik-baik penjelasan langsung dari internal para mujahid berikut ini beberapa hari lalu. Disampaikan oleh Usamah Hamdan, pimpinan Hamas.
"Para pejuang lintas kelompok bukan saja saling berkoordinasi tapi mereka bersatu dalam satu kesatuan. Mereka beroperasi bersama bukan dalam dimensi kelompok, tetapi sebagai kesatuan perjuangan Palestina.
Adapun Abu Ubaidah sebentar lagi dia akan muncul, sebagaimana yang saya pahami dari teman-teman.
Yahya Sinwar dan Muhammad Dheif mereka dalam tugasnya tengah mengatur pertempuran di berbagai dimensinya. Mereka dalam keadaan baik dan berada di tengah-tengah masyarakatnya. Alhamdulillah mereka dalam keadaan baik, walau mereka berharap syahid lebih besar dari harapan kami tentang mereka."
Israel benar-benar kehabisan akal. Dan memang mereka tidak punya akal. Dan kini stres dan gila menjadi momok dan bom waktu bagi sosial masyarakat dungu itu.
Sumber : Budi Ashari Official
3 notes
·
View notes
Text
Ceritanya hari ini saya mudik, tapi ini bisa dibilang gak mudik juga. Ya, karna perjalanannya hanya sekitar 26km ((:.
Sebenarnya poinnya bukan disitu. Hanya saja akhir² ini saya slalu merasakan momen awkward setiap memasuki kota kelahiranku. Dulunya tidak pernah kusebut kota, bahkan kadang kata macet slalu jadi candaan (mana ada macet). Tapi sekarang berbeda, memasuki kota, jalanan sesak dipenuhi mobil dan motor. 2012-2013 sepanjang ingatanku, memanglah rame, tapii ya setidaknya hanya padat di jam2 dan titik tertentu seperti sekolah/kantor.
Apakah memang selama itu saya tak kembali ke kota kelahiranku. Tolah toleh jalan pinggiran kota sudah dipenuhi entah kafe atau swalayan.
Dan....lagi lagi saya takjub... waww... ramai ya. Sepertinya kota kelahiran yg kurindukan tidak sama lagi. Begitulah siklus kehidupan memang seperti itu.
9 notes
·
View notes
Text
Variasi-variasi kecil
Pengambilan keputusan itu kadang menciptakan beban yang gak penting tapi bisa bikin stress juga. Terutama kalau lagi mau berpindah dari satu titik ke titik lainnya dengan kendaraan sendiri. Belum pergi aja udah repot sendiri ngecek maps, mau ambil jalan yang mana, lalu menyusun itinerary kalau mau mampir ke beberapa tempat dan menjalankan beberapa urusan sekaligus.
Mesen ojol meringankan beban itu. Tiap hari, minimal aku pesan ojol dua kali - sekali di pagi hari ketika mau jalan dari rumah ke Stasiun Rawa Buntu, dan sekali di sore hari ketika mau jalan dari kantor ke Stasiun Kebayoran. Rasanya ada excitement kecil aja setiap kali naik ke jok - dia bakal lewat mana ya? Dan rasanya amazed juga ketika dibawa ojol lewat rute-rute tidak biasanya - bahwa ya, memang ada banyak jalan menuju Roma (atau ya, Stasiun Rawa Buntu). Padahal jaraknya gak sampai 3km, tapi kayaknya udah ada 5-6 pilihan kombinasi belokan dan juga tempat berhenti.
Kadang kesel juga sih kalau ojolnya milih jalan yang muter jauh - padahal kalau belok kanan itu ada jalan motong yang kecil tapi bebas macet, tapi malah pilih belok kiri ke jalan raya dan berakhir perjalanan molor beberapa lama karena macet. Tapi tetep lebih banyak serunya, sih, terutama dengan rute monoton harian yang itu-itu aja, aku juga jadi suka memperhatikan kiri-kanan jalanan padat penduduk yang penuh dengan orang berjualan. Sekalian observasi, ada bisnis-bisnis baru apalagi sih yang bermunculan? Ada berapa Mixue baru di rute ini? Kok makin banyak ya klinik gigi? Si tukang peuyeum di belokan itu hari ini jualan gak ya?
Variasi-variasi kecil di tengah kemonotonan hari-hari pekerja ini ternyata esensial juga.
4 notes
·
View notes
Text
Persimpangan Jalan
Aku berada di persimpangan jalan
Terpaku terdiam memikirkan kemana kah kaki harus melangkah
Dalam ku berpikir
Ku toleh kanan ku toleh kiri
Semakin bingung aku dibuatnya
Skenario berputar di kepalaku
Apakah jika aku ke kanan aku akan menjadi orang suci
Yang dapat menyelamatkan dunia dengan dalih dan seruan yang memotivasi seluruh manusia di muka bumi
Dan apakah jika aku ke kiri aku akan menjadi power ranger dengan kekuatan yang tidak terkira
Menyelamatkan dunia dengan bertarung, berjuang, gunakan seluruh tangan dan kakiku
Tapi aku
Aku tidak sebijak itu untuk memimpin umat manusia dengan lidahku
Aku juga tidak sekuat itu untuk melawan kejahatan, disentil saja aku layu
Aku juga tidak punya kekuatan hati untuk menjadi tersohor
Aku terlalu penakut dan ingin lari menyembunyikan diri ini dari keramaian
Maka aku semakin terdiam
Berkontempelasi di antara jalan yang bercabang
Melamun panjang sambil menimbang bimbang
Kemana aku harus melangkah
Di persimpangan jalan ini
Semua norma dan tuntutan berbaris di belakangku
Siap mengikuti kemanapun jalan yang aku tempuh
Ku tengok barisan kacau mereka
Mengernyit aku menerka-nerka
Bisakah aku lepaskan rantai pengikat antara kita
Sambil kucoba goyang sedikit hingga lengah
Maka kembali aku menatap kedua cabang di depanku
Kemanakah aku harus melangkah
Kutarik napasku dalam-dalam
Kuhitung sampai tiga
Kuangkat kaki melangkah
Cepat-cepat-cepat
Berharap barisan di belakangku akan tertinggal
Kanan-kiri bukan masalah
Karena aku memilih untuk menerobos rerumputan pembatas tengah
Sambil berharap jiwa ragaku kuat menahan segala beton penghalang
Sambil berharap aku dapat merangkai mimpi dan harapan tanpa adanya ekspektasi dari dunia luar
Maka berlari aku sekencang-kencangnya
Lurus terus lancang lewati marka
Karena kanan dan kiri bukan satu-satunya arah
Selalu ada arah jika ada kemauan
Selalu ada jalan jika ada impian
Keraguan bukan dinding padat penghalan
Hanya sebatas kabut tebal yang selalu bisa dikalahkan
Dengan sinar matahari pengharapan dan hembusan angin penuh kegigihan
Aku berada di persimpangan jalan
Dan aku memilih maju tanpa mengindahkan jalanan yang sudah ditetapkan
Aku berada di persimpangan jalan
Dan aku akan membangun sendiri jalan yang telah aku impikan
Aku berada di persimpangan jalan
Dan aku menentukan arah yang aku inginkan
Aku berada di sebuah perjalanan
-mad
Sept 3
After a long day of cleaning up my place, this spontaneous poem feels so right while I’m wide awake gazing at my ceiling.
2 notes
·
View notes
Text
Sidareja dan Kawan yang Berbahagia
Bermula dari berita baik dipertemukan dan menemukannya salah satu kawan dengan partner hidupnya. Kami akhirnya juga bersua kembali dalam keadaan sehat, tiada kurang suatu apapun. Pop Mie menjadi menjadi makanan pertama kali yang kami makan saat tiba di Sidareja. Disambut dengan langit oren di pagi hari, kami juga sempat menelusuri Pasar Sidareja. Kami membeli beberapa jajanan untuk mengganjal perut agar asam lambung tidak naik hahaha.




Meski gagal ke destinasi yang sudah kami tulis di itinerary karena pawai 17-an yang membuat jalanan padat dan macet, kami jadi bisa istirahat dan tidak terlalu lelah. Tidak lupa foto-foto cekrek untuk mengisi galeri.



Malamnya, kami pergi ke salah satu cafe terdekat dengan berjalan kaki dari hotel biar jadi AGS 'Anak Gaul Sidareja'. Singkat cerita, esoknya kami satu persatu memesan grab bike karena go ride belum ada menuju lokasi acara. Disambut dengan sangat hangat oleh keluarga mempelai pria serta dibawakan beberapa buah tangan. Aura pengantin memang berbeda, akhirnya salah satu kawan kami menggenapkan separuh agama.

Seperti sepasang pohon yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu, melewati ketidakpastian satu per satu. Semoga kalian tumbuh kuat, saling melindungi, menentramkan, dan berbahagia selalu.
4 notes
·
View notes
Text
Dimulai dengan dua lembar roti bakar ceres dan tiga teguk air. Lalu menyusuri jalanan yang agak padat lancar menuju ke barat Balikpapan. Langit cerah, debu-debu jalanan beterbangan. Lalu berbagi tentang penguatan pengasuhan kepada lima puluhan orang tua yang semangat dan antusiasnya menular.
Matahari terik, panas membahana, lalu melipir menikmati jajanan yang dirindu; es teler paket komplit. Lalu bertemu bapak baik hati yang menawarkan untuk membayarkan serta menu yang dipesan. Lalu kembali menyusuri aspal menuju rumah. Saat hendak masuk ke pagar, lalu dihampiri oleh tetangga yang mengajak ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan RT dalam rangka hari kemerdekaan.
Lalu memanaskan makanan di kulkas sebagai menu makan siang. Lalu membalas satu demi satu pesan WA yang masuk. Lalu menyalakan komputer yang difasilitasi suami agar istrinya tidak menggunakan notebook yang berlayar kecil. Lalu memindahkan beberapa data penting ke komputer yang layarnya tiga kali lebih lebar dari notebook yang dimiliki. Sembari data berpindah, lalu memutar rekaman kajian yang tak sepenuhnya disimak dengan baik karena sibuk mencari berkas psikotes yang akan dibuatkan laporan.
Lalu suami menginfokan bahwa ia telah selesai bekerja dan siap untuk agenda nonton bioskop. Lalu memesan dua tiket film mission impossible yang terbaru. Jadwal menonton masih 1,5jam lagi, lalu melipir di cafe bioskop menikmati secangkir es kopi hazelnut dan senja, sambil melanjutkan pekerjaan masing-masing. Lama tak menonton di bioskop, sempat terkaget-kaget dengan efek suara yang menggelegar, apalagi film yang ditonton rasa-rasanya semua adegannya memicu adrenalin, klimaks. Film selesai jam 10.30 malam, lalu para penonton bergegas mencari jalan keluar mall yang hampir sepenuhnya tutup. Lalu berjalan cukup jauh ke area parkir hingga kaki terasa sakit karena mengenaka sepatu berhak 5cm.
Lalu berkendara pulang, menyusuri suasana Balikpapan di malam hari yang ternyata masih ramai. Lalu sampai rumah dan menemukan paket buku karya mas Rifai sudah sampai, “Merahasiakan Kebaikan”. Lalu bersih-bersih badan, memakai skincare, menulis ini, lalu istirahat.
Terima kasih untuk hari ini. Alhamdulillah. Today is wrapped 🌼
Bpn, 030823
2 notes
·
View notes
Text
suamiku
Hari ini memang jadwalnya untuk keluar berdua. Sepertinya ia ingin menepati janjinya untuk mengiyakan keinginanku. Sesederhana ingin sepotong tart ulang tahun dan makan di luar. Dengan cemberut dan ogah-ogahan ia menuruti mauku. Di jalan ia marah-marah karena jalanan padat sekali. aku mencoba tak menggubrisnya, aku tak ingin melanjutkan drama. aku diamkan saja omelan dan bibirnya yang misuh-misuh. Ia belikan aku tart ultah, tapi tak ada gandengan tangan, tak ada jalan berduaan. Aku tak memahami mengapa ia tak bisa menunjukkan ekspresi sayangnya selain di dalam kamar. Di dalam kamar ia akan menjelma pria manja yang harus menempel tapi jika keluar kamar ia akan menjauh hingga radius beberapa meter. Ia tak peduli meskipun ada sisi clingy yang aku punya. Di usia pernikahan bertahun-tahun ini, aku sudah berdamai dengan hal itu. Aku tak butuh validasi atas ke-clingy-an ku. Aku sudah memenuhinya dengan cerita masa laluku. Terobati juga clingy itu ada di dalam kamar. Untuk pernikahan yang sudah bertahun-tahun ini, aku meredam ego dan keras kepalaku. Jika ia keras maka aku yang mengalah (terpaksa menelan amarahku dengan diam). Ia pernah berkata jika ia tahu sesungguhnya aku type perempuan keras tapi aku tak berani padanya. aku menjawabnya jika kita sama sama keras gak akan berjalan pernikahan ini. Sehingga aku yang mengalah dari banyak aspek atas nama ketentraman pernikahan.
Melanjutkan cerita hari ini, di jalanan ia cemberut. Ia tak peduli jika aku pergi dengannya beberapa kali aku harus menunggu tak nyaman. Berbeda jika ia pergi denganku dan harus menunggu maka yang ada prahara rumah tangga karena ia bosan dan marah-marah. Aku pergi meninggalkannya di barbershopp. Aku jalan di sepanjang terik matahari itupun ia tak bertanya. Dan itu bukan menjadi masalah besar buatku.
Ketika aku makan menunggunya selesai potong rambut, aku berpikir ternyata orang-orang di masa laluku itu effortnya luar biasa. Tak ada cemberut mengantarkanku ke sana kemari, yang ada mereka tak ingin cepat berpisah. karmaku sudah dibayar kontan dalam pernikahan ini, mendapatkan suami yang jauh berbalik dengan pria-pria yang mengisi hatiku. pernikahan ini memang tak menyatukan aku dengan lelaki sempurna tapi jelas Tuhan menyatukan aku dengan lelaki yang paling tepat untukku. Jadi apa kesimpulannya? Lelaki sempurna tak ada.
0 notes
Text
peluang kebaikan
dipikir-pikir, kebaikan itu ada di mana-mana, dan beragam caranya bekerja. bisa dengan jalan yang tidak terduga. tinggal orangnya mau berbuat atau tidak saat bertemu peluang kebaikan.
peluang kebaikan mungkin bisa diprediksi. tapi otot kebaikan juga perlu dilatih. maksud bisa diprediksi adalah, misalkan 'oh nanti aku mau beres-beres barang, oh nanti aku yang cuci piring, ya, Bu.'
hal yang paling penting dan utama untuk berbuat kebaikan adalah menciptakan dan melatih otot kebaikan. pertama tahu istilah otot kebaikan itu dari mbak Uti @prawitamutia .
dipikir-pikir lagi, iya juga ya. otot kebaikan yang sudah terlatih, saat bertemu peluang kebaikan, akan langsung otomatis tergerak melakukan. bisa jadi malah membuat ladang kebaikan yang diperuntukkan tidak hanya diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. sehingga jadi lebih bermanfaat untuk khalayak. dan lebih jauh kemungkinan bisa jadi ladang keberkahan.
peluang-peluang kebaikan kecil itu seperti senantiasa mengingat Allah di setiap nafas, sumeh terhadap orang (dikenal atau tidak), menyingkirkan batu di tengah jalan, meletakkan sesuatu di tempat semestinya, membersihkan ruang/barang kotor, membantu menyeberangkan orang di jalan raya, menghabiskan makanan dan lain sebagainya, yang kesemua itu tanpa diminta (apalagi diminta).
suatu ketika, di hari jumat pagi yang mulia dan bertepatan dengan hari istimewa bulan rajab atau sya'ban lalu, diri ini menemukan peluang kebaikan. saat jalan pagi kisaran 20 meter di depan saya, ada ibu-ibu yang tampaknya akan menyeberang jalan dengan tabung gas elpiji melon di sampingnya. kebetulan waktu itu di jam-jam sibuk jadi volume kendaraan meningkat. jalanan padat merayap.
bukan qifti, kalau tidak ceroboh atau kesal terhadap dirinya sendiri. saat makin dekat dengan ibu tersebut (mungkin karena otot kebaikan diri sendiri belum terlatih), yaudah saya lewatin melaju begitu saja sambil lihatin tabung gas yang di atas tanah. setelah kira-kira 10 meter melewati ibu-ibu tadi, hati ini kok tidak pas 😭. saya putar badan menengok ibu tadi. beliau masih stuck di posisi pinggir bibir jalan raya. huhu
akhirnya saya putuskan tetap melaju berjalan dengan perasaan hati yang kacau membawa penyesalan. 'harusnya bisa sih, aku tadi bantuin nyebrang jalan. tega banget kamu, qif!' 😭😭
peluang kebaikan yang ada di depan mata jadi sia-sia karena otot-otot kebaikan dalam diri tidak otomatis bekerja. di jalan pulang itu, sambil membatin—memaafkan rasa penyesalan, "peluang kebaikan akan selalu ada. lain kali, coba lagi, ya!"
0 notes
Text
Sedan vs SUV: Mana yang Lebih Baik untuk Jalanan di Indonesia?

Di Indonesia, memilih antara sedan dan SUV tergantung pada kebutuhan dan kebiasaan berkendara Anda. Berikut ini adalah uraian singkat keduanya:
1. Kenyamanan dan Kualitas Berkendara
Sedan menawarkan pengendaraan yang lebih mulus di jalan beraspal dan sangat cocok untuk berkendara di kota.
SUV memberikan kenyamanan lebih di jalan yang kasar atau tidak rata dengan ground clearance yang lebih baik.
2. Hemat Bahan Bakar
Sedan lebih hemat bahan bakar dan lebih baik untuk perjalanan sehari-hari dan perjalanan jauh.
SUV mengonsumsi lebih banyak bahan bakar karena mesinnya yang lebih besar dan bobotnya yang lebih berat.
3. Ruang dan Penyimpanan
Sedan memiliki ruang bagasi yang terbatas, cocok untuk kebutuhan sehari-hari.
SUV menawarkan lebih banyak ruang untuk penumpang dan kargo, ideal untuk keluarga atau perjalanan jauh.
4. Penanganan di Lalu Lintas
Sedan lebih mudah untuk bermanuver dan parkir, cocok untuk jalanan kota yang padat.
SUV memiliki posisi mengemudi yang lebih tinggi, menawarkan visibilitas yang lebih baik tetapi lebih sulit untuk parkir.
5. Keamanan
Sedan lebih kecil kemungkinannya untuk terguling dan dapat dikendalikan dengan baik di jalan biasa.
SUV lebih cocok untuk medan yang tidak rata dan memberikan pilihan yang lebih aman di jalan yang buruk.
Kesimpulan: Mana yang Harus Dipilih? Jika Anda mencari mobil yang hemat bahan bakar, mudah dikendarai, dan terjangkau, sedan adalah pilihan yang tepat. Namun, jika Anda membutuhkan lebih banyak ruang, visibilitas yang lebih baik, dan dapat melewati jalan yang kasar, SUV adalah pilihan yang tepat.
Baca artikel selengkapnya di sini: Sedan vs SUV: Mana yang Lebih Baik untuk Jalanan di Indonesia?
#Berita Otomotif Hari Ini#autoini#mobil#Industri otomotif#Inovasi Otomotif#Berita Otomotif#perbandingan mobil#Mobil di Indonesia#Indonesia#Pasar Otomotif Indonesia#pasar Indonesia#inovasi#Jakarta#Berita Otomotif Terbaru#Sedan#Mobil Sedan#Sedan vs SUV#SUV#mobil SUV#SUV indonesia#Pasar SUV
0 notes
Text
pagi tadi, di tengah padatnya kendaraan. Aku sedikit terburu buru mengendarai motor. Hari ini, hari pertama aku kelas pra pasca psikologi. Jalanan sangat padat, mungkin karena hari senin juga ya.
Sampai depan bundaran UGM yang sudah aku lewati berkali kali. Hatiku tiba tiba merinding, aku menangis. Biasanya lewat sini tanpa rasa memiliki. Tapi ternyata pagi itu, aku melewati dengan rasa yang berbeda. "Ini sekarang kampusku" "Aku sedang mengejar kelas diruangan fakultas psikologi"
Aah, jadi melow. Padahal aku harus buru buru sampai karena ternyata jam sudah menunjukkan pukul 07.29. Yaudah aku langsung gas parkir motor berlari kecil, dan sampailah di kelas dengan keadaan sudah ada dosen😁 syukur tidak ada kejadian buruk apa apa.
Semoga, hari hari kedepannya akan menjadi hari hari yang menantang dan menyenangkan
1 note
·
View note
Text
Tentang Perjalanan
Semalam aku tidak sengaja membuka arsip di akun kedua Instagram-ku. Melihat dan memutar satu per satu foto dan video yang pernah kuunggah dulu, membuatku ingin sedikit saja mengenang masa lalu. Perjalanan merupakan salah satunya. Banyak cerita yang kualami dalam perjalanan jauh, terutama ketika menaiki transportasi umum. Di sini, aku akan menceritakan beberapanya.
Ketika sering bolak-balik ke Jakarta dulu dan setelah aku mengenali bagaimana cara menggunakan kereta api sebagai moda transportasi jarak jauh, aku selalu menaiki kereta ekonomi jarak jauh termurah yang ada di rangkaian jalur kereta di Pulau Jawa. Pasti sudah tertebak, ya? Perjalanan selama kurang-lebih 9–10 jam dengan kursi tegak itu aku anggap biasa saja dan tidak begitu menyiksa—oh, kecuali kalau bertemu orang menyebalkan yang sialnya menganggapku pantas untuk dilecehkan. Aku menyebutkan cerita ini karena pernah mencuri dengar percakapan teman-temanku yang merasa tersiksa ketika harus menaiki kereta ekonomi dengan kursi tegak dan berhadap-hadapan. Biasanya, aku akan pulang dari Jakarta bersama satu-satunya temanku yang juga menaiki kereta ekonomi tersebut, karena hanya kereta itu yang berhenti di stasiun terdekat dari rumahnya. Kami pernah berlari-larian mengejar kereta saat sampai di Stasiun Senen mepet dengan jam keberangkatan kereta, dikarenakan hari itu hujan dan jalanan menjadi lebih padat. Kalau kalian ingat layout Stasiun Senen sebelum mengalami beautifikasi seperti saat ini, mungkin kalian tahu jarak dari lobi penurunan penumpang ke counter check-in cukup jauh. Setelah itu pun kami harus kembali ke lobi karena di situlah gerbang pengecekan tiket berada. Saat pengecekan tiket itu, nafas kami cukup terengah-engah, dan baru lega ketika akhirnya berhasil duduk di kursi kami menuju kampung halaman. Di waktu lain, saat mendapati waktu keberangkatan yang masih cukup lama, kami memutuskan untuk membeli bekal makan siang di gerai ayam goreng yang ada di stasiun. Berpikir kami berhasil menerapkan ilmu ekonomi kami di dunia nyata karena harga makan siang kami yang lebih murah dibandingkan harga makan siang di kereta. Saat waktu makan siang, kami membuka kotak makan kami dengan semangat membayangkan rasa kenyang setelahnya. Namun, saat menggigit ayam goreng yang sudah dingin itu, kami mulai bertatapan dan tertawa bersama. Tepung ayam gorengnya keras sekali! Hahaha.
Di luar pengalaman tersebut, ada pengalaman yang tidak kalah berkesan. Waktu itu aku terpaksa kembali ke Jakarta dengan bus karena tiket kereta dari stasiun terdekat sudah ludes tak bersisa. Aku ingat yang memesan tiket bus adalah pamanku yang kebetulan pergi melewati terminal. Pada waktu keberangkatan, aku menunggu bus di terminal tersebut. Siapa sangka, ternyata terminal itu bukanlah titik awal keberangkatan bus tadi dan di tiket yang sudah dipesan pamanku tidak tertera nomor kursi. Kebetulan waktu itu hari Minggu dan banyak orang yang akan kembali ke perantauan, termasuk aku. Saat memasuki bus, semua kursi sudah diduduki penumpang. Jadilah, kondektur bus memasang kursi cadangan yang bergoyang seperti pajangan dengan per yang biasanya ada di dashboard mobil. Tuing-tuing. Belum sampai di situ, kursi cadangan itu dipasang persis di samping pintu toilet bus. Air mataku pun terjun bebas tak terbendung, membayangkan bagaimana malamku akan berjalan saat itu. Benar saja, beberapa kali aku terbangun karena kursi yang bergoyang ke kiri dan ke kanan ketika supir membawa bus melaju kencang sembari menyalip kendaraan lain. Kemudian, aroma-aroma kurang sedap yang menguar dari toilet di samping kananku persis membuat aku semakin tersiksa. Ugh bau pesing dan rokok, dua jenis bau yang paling tidak aku sukai di dunia ini—selain aroma pete, jengkol, dan terasi. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan selain ikhlas dengan perjalananku saat itu, karena besok paginya ada kelas yang harus kuhadiri.
Ngomong-ngomong tentang bus, aku juga pernah menaiki bus dari Jakarta ke Cileunyi, untuk melanjutkan perjalanan dengan angkot menuju rumah saudaraku di Sumedang. Saat itu belum ada tol Cisumdawu. Aku berangkat bersama teman sekelasku dari Jakarta, mendapati bus penuh sesak sejak kami naik di Lebak Bulus. Hanya tersisa kursi duduk bertiga, jadi mau tidak mau kami harus berbagi kursi dengan penumpang lain nantinya. Setelah kami duduk, ternyata AC bus yang ada di atas kami bolong tanpa penutup. Padahal, aku yang ringkih ini sangat tidak tahan dengan dinginnya AC. Untungnya aku pergi bersama temanku yang sangat baik hati, ia rela menukar kursi kami meski awalnya aku yang meminta untuk duduk di samping jendela. Belum sampai di situ, ia juga rela menggunakan buff mask yang ia bawa untuk menutup AC tersebut dan memangku tas ranselku karena tidak ada lagi ruang untuk barang bawaan kami di bagasi bus. Sekarang aku bersyukur karena waktu itu aku hanya membawa satu tas ransel kuliah ukuran normal dan bukan tas carrier 35l yang biasa ku pakai bepergian. Sampai di Cileunyi, kami memilih menepi sebentar di masjid terdekat karena sudah lewat tengah hari. Setelah aku selesai salat, ia mengingatkanku akan satu hal yang kami lupakan. Buff mask-nya tertinggal di bus! Maaf ya, temanmu yang satu ini memang pelupa ulung.
Melanjutkan perjalanan, kami menaiki angkot menuju Sumedang. Aku sudah lupa warna angkot yang kami naiki. Kami sempat turun satu kali di Jatinangor untuk makan siang, yang tanpa persetujuanku dibayarinya makan siangku. Katanya, “kan ini sudah sampai Sumedang, aku tuan rumah di sini.” Padahal.. kan aku mau berkunjung ke rumah saudaraku dan bukan rumahnya? Karena itu, aku gantian membayar ongkos angkotnya menuju Sumedang. Di kota asalku, angkot bukanlah moda transportasi umum yang diandalkan masyarakat. Kebanyakan anak sekolah berangkat menggunakan sepeda kalau tidak diantar orang tuanya. Untuk itu, perjalanan menaiki angkot dari Jatinangor ke Sumedang, melewati Cadas Pangeran yang berkelak-kelok, dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang lambat dan sukses membuatku limbung beberapa kali bisa dibilang salah satu pengalaman berkesan. Core memory, kata sebagian orang. Terlebih, pintu angkot terbuka lebar-lebar sehingga angin bebas menyapaku. Alamak! Masuk angin diriku dibuatnya.
Beralih dari perjalanan dari dan/atau ke Jakarta, sekarang aku akan menceritakan sedikit bagian yang paling ku ingat dari perjalananku dari Malang ke rumah. Waktu itu aku pulang dari berlibur di rumah teman karibku. Karena masih mahasiswa, lagi-lagi aku memesan tiket kereta ekonomi tegak untuk pulang. Tentunya untuk menghemat budget. Berangkat dari Stasiun Malang pukul 4 sore, kereta diperkirakan sampai di stasiun tujuan sekitar pukul 2 dini hari. Seperti biasa, aku memesan kursi di samping jendela, tempat favoritku. Aku terbangun kurang-lebih 1 jam sebelum sampai destinasi dan mendapati hampir semua orang sedang lelap-lelapnya tertidur, termasuk orang di sampingku. Maka dari itu, ketika ia terbangun beberapa saat kemudian, aku minta untuk bertukar tempat duduk agar aku tidak perlu membangunkannya dari tidur ketika harus turun kereta nantinya. Dari situ salah satu pengalaman terburukku menggunakan transportasi umum dimulai.
Di seberang kursiku ada sekitar 5–6 penumpang lain. Beberapa dari mereka tertidur dan sisanya masih terbangun. Om-om di sampingku mulai mengajakku bicara, yang aku jawab dengan alasan mencoba menjadi pribadi yang ramah. Aku mulai tidak nyaman ketika ia menanyakan pertanyaan-pertanyaan pribadi, terlebih ketika mencium bau rokok yang tajam dari mulutnya itu, hingga puncaknya ia meminta nomor WhatsApp-ku. Tentunya aku menolak memberikan nomorku kepada orang asing. Namun, ketika ia semakin menggodaku, orang lain yang duduk bersamanya malah tertawa, tak terkecuali satu perempuan dewasa yang duduk di hadapan om-om tadi. Huh, mana bentuk woman support woman itu?! Padahal aku yakin betul raut wajahku menunjukkan rasa tidak nyaman dan terancam, karena aku tidak pandai menyembunyikan emosiku. Setelah itu, aku berusaha sibuk sendiri dan buru-buru berdiri saat pengumuman menyebutkan kereta tersebut hampir sampai di stasiun tujuanku. Saat aku mengambil tas carrier-ku pun, om tadi masih menggoda, sambil berkata, “mau pulang atau mau piknik pake tas begitu?” Padahal alasanku memilih tas itu adalah kemudahan bergerak ketika membawa barang banyak. Hal itu terbukti saat kejadian itu, aku jadi lebih lihai menghindari om tadi. Yap, ku sebut demikian karena ia mengikutiku menunggu kereta berhenti di bordes! Saat melihat ada petugas di bordes kereta sebelah, aku langsung menghampirinya dan mencubit sedikit pakaian dinasnya menunjukkan perasaan tidak aman yang kurasakan. Tanpa berkata apapun, beliau sepertinya menyadari bahasa tubuhku yang abnormal itu. Jadi, dalam beberapa menit terakhirku di kereta itu, sang petugas berdiri diam di sampingku sambil memandang tajam ke om-om yang tidak berani berpindah bordes itu. Saat kereta berhenti, aku langsung melesat menuju pintu untuk turun dari kereta. Sial oh sial, karena kereta saat ini adalah kereta kelas bisnis yang pintunya lebih tinggi dari kereta kelas ekonomi, aku harus melompat saat turun dari kereta sebelum petugas membawa tangga turun kereta. Bayangkan jika saat itu aku membawa koper? Hiiih, memikirkan om-om tadi sempat-sempatnya mengulurkan tangannya untuk membantuku turun kereta saja aku sudah ngeri, apalagi jika aku membawa koper dan kesusahan turun dari kereta. Setelah itu, aku langsung berlari menuju pintu keluar stasiun dengan jantung berdetak kencang. Kalau waktu itu aku sudah pakai smartband di pergelangan tanganku, mungkin detak jantungku ada di angka 140 bpm. Kacau!
Sebenarnya, masih banyak cerita lainnya yang kualami dalam perjalanan jauh dengan transportasi umum. Tapi, cerita-cerita di atas merupakan yang paling aku ingat kalau harus aku hubungkan dengan rentang waktu yang berdekatan saat itu, saat di mana aku sering sekali membagikan keseharianku di Instagram. Lain kali, aku akan kembali untuk menceritakan kisah-kisah perjalananku lainnya. Sampai jumpa!
#indonesia#catatan perjalanan#kereta api#bus patas#transportasi umum#stasiun#terminal#core memory#cerita#masa lalu#tol cisumdawu#jakarta#malang#sumedang#cileunyi#jatinangor#lebak bulus#angkot#cadas pangeran
0 notes