#ceritaseru
Explore tagged Tumblr posts
julius-gavin · 6 months ago
Photo
Tumblr media
Phoenix Resurgence (on Wattpad) https://www.wattpad.com/story/363655389-phoenix-resurgence?utm_source=web&utm_medium=tumblr&utm_content=share_myworks&wp_uname=YozoraArifin Di dunia futuristik yang penuh dengan konflik dan kekacauan, seorang pemuda bernama Liam muncul sebagai seorang yang membawa harapan bagi semua orang. Dengan keberanian dan tekadnya yang tak tergoyahkan, Liam memimpin pasukan terkuat yang pernah ada untuk menghadapi tantangan terbesar mereka: membawa kedamaian di seluruh dunia. Namun, di balik keberaniannya, Liam harus menghadapi masa lalu yang menyakitkan dan memutuskan antara tugasnya sebagai pemimpin dan hasratnya untuk mengakhiri penderitaan umat manusia. Dalam perjalanan epik ini, Liam akan menemukan makna sejati dari keberanian, pengorbanan, dan perdamaian yang sejati.
1 note · View note
wintro · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Semeja dengan salah satu orang hebat asli Semarang Banyak kisah dan cerita yang dibagikan Banyak canda dan tawa setelah sekian purnama tidak bertemu dan ngobrol bareng. #ngobrolasyik #ceritaseru #asyikberdua #heboh #berdua #ukmbolodewe #TeamRecshop #eatnshop #ngobrolkuliner (at MG SETOS HOTEL) https://www.instagram.com/p/CmBvtpSy3re/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
airefly-alapasar · 5 months ago
Video
youtube
Hard Carry Supporter (하드 캐리 서포터) #fypシ #manhwa #manhwarekomendasi #shopee
Strong Man Use : https://s.shopee.co.id/7fEgScenoL
Judul: Genius Martial Arts Trainer (천재 사부님)
Penulis: Cho Chae-hyuk
Ilustrator: Kim Se-Hoon
Genre: Aksi, Fantasi, Reinkarnasi, Seni Bela Diri
#HardCarrySupporter, #하드캐리서포터, #Manhwa, #ActionManhwa, #FantasyManhwa, #AdventureManhwa, #KomikAksi, #Webtoon, #RekomendasiManhwa, #KomikFantasi, #Manga, #KomikOnline, #ManhwaSeru, #ManhwaTerbaik, #ManhwaKorea, #KomikPetualangan, #CeritaSeru, #BacaManhwa, #ManhwaFans, #WebtoonSeries,
Status: Sedang Berlangsung
Sinopsis Singkat: "Genius Martial Arts Trainer" mengisahkan tentang Gu Yuan, seorang ahli bela diri dan instruktur yang berbakat, yang mengalami kematian tragis hanya untuk terlahir kembali di dunia lain. Dengan pengetahuan dan keterampilan dari kehidupan sebelumnya, Gu Yuan memutuskan untuk melatih para petarung muda dan membantu mereka mencapai potensi maksimal mereka. Manhwa ini mengeksplorasi perjalanan Gu Yuan sebagai pelatih genius yang membawa para muridnya menuju kejayaan sambil mengungkap rahasia dari dunia barunya.
0 notes
ceritasederhana · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Lihat! Apa yang terjadi dengan cinta seperti itu, Ia menerangi seluruh langit #ceritacinta #ceritamalam #ceritaseru #ceritadewasa #valentineday #gadis #gadisdesa #jandaseksi #jandagatal #jandabolong #jandabaik https://www.instagram.com/p/CZ8Inmwv_8R/?utm_medium=tumblr
1 note · View note
grepe2tetek-blog · 6 years ago
Text
Ngentot Sange Di Toilet
Jangan lupa di Repost ya!! Biar Di update lagi!!
Di forward!!
Ngentot Sange Di Toilet
Pada waktu itu aku masih duduk di SMP kelas II, pernah terjadi kejadian yang sangat mengasyikan dan lebih baik ini jangan ditiru. Pada waktu di SMP, aku termasuk anak yang cukup nakal dan sekolahku itu pun merupakan sekolah yang banyak menampung para anakanak nakal, sehingga tanpa kusadari aku pun bisa dibilang lumayan lebih banyak nakalnya dari pada baiknya.
Saat itu ada seorang teman sekelasku yang bernama Ika. Ika memang cewek yang paling dekat dengan cowok dan terkenal paling bandel juga nakal. Tidak jarang temanteman pun menyimpulkan bahwa dia cewek binal, karena dia berpenampilan agak seronok dibandingkan teman-temannya, yaitu dengan baju sekolah yang tidak dimasukkan ke dalam, melainkan hanya diikat antar ujung kain dan menggunakan rok yang sangat minim dan pendek, yaitu satu telapak tangan dari lutut. Ika seorang gadis yang cukup manis dengan ciri-ciri tinggi yang pada waktu itu sekitar 160 cm, berat badan 45 kg dengan kulit putih serta bentuk wajah yang oval. Ika memiliki rambut sebahu, hitam tebal, pokoknya oke punya tuh doi.
Setelah bel kelas berbunyi yang tandanya masuk belajar, semua muridmurid masuk ke kelas. Tetapi anehnya, empat anak yang terdiri dari 3 cowok dan 1 cewek itu masih mengobrol di luar kelas yang tempatnya tidak jauh dari WC, dan sepertinya terjadi kesepatan diantara mereka. Setelah pelajaran kedua selesai, temanteman cowok yang bertiga itu meminta ijin keluar untuk ke WC kepada guruku yang mengajar di pelajaran ketiga, sehingga membuatku curiga.
Di dalam hatiku aku bertanya, “Apa yang akan mereka perbuat..?”
Tidak lama setelah temanteman cowok meminta ijin ke WC tadi, malah Ika pun meminta ijin kepada guru yang kebetulan guru pelajaran Bahasa Indonesia yang lumayan boring. Rasa penasaranku makin bertambah dan temantemanku juga ada yang bertanyatanya mengenai apa yang akan mereka perbuat di WC. Karena aku tidak dapat menahan rasa penasaranku, akhirnya aku pun meminta ijin untuk ke WC dengan alasan yang pasti. Sebelum sampai di WC kulihat temanteman cowok kelasku yang bertiga itu kelihatannya sedang menunggu seseorang. Tidak lama kemudian terlihat Ika menuju tempat temanteman cowok tersebut dan mereka bersama-sama masuk ke kamar WC secara bersamaan.
Rasa penasaranku mulai bertambah, sehingga aku mendekati kamar WC yang mereka masuki. Terdengar suara keributan seperti perebutan makanan di ruangan tersebut. Akhirnya aku masuk ke kamar WC, secara perlahanlahan kubuka pintu kamar WC yang bersampingan dengan kamar WC yang mereka masuki, sehingga percakapan dan perbuatan mereka dapat terdengar dengan jelas olehku.
“Hai Tun, Sep, siapa yang akan duluan..?” tanya Iwan kepada mereka.
Dijawab dengan serentak dari mulut Ika seorang cewek, dia menjawab dengan nada menantang, “Ayo.., siapa saja yang akan duluan. Aku sanggup kok kalaupun kalian langsung bertiga..!”
Aku bertanya-tanya, apa sih yang mereka perundingkan, sampaisampai saling menunjuk dan menantang seperti itu. Tapi aku tetap terdiam membisu sambil memperhatikan kembali, apa yang akan terjadi.
Setelah itu, tidak lama kemudian Asep menjawab dengan nada ringan, “Yah udah, kalau begitu Kita bertiga barengbareng ajah. Biar rame..!” katanya.
Langsung disambut ucapan Asep tersebut oleh Ika, “Ayo cepetan..! Nanti keburu pulang sekolah.”
Dan akhirnya Utun pun berucap, “Ayo Kita mulai..!”
Setelah itu tidak terdengar suara percakapan mereka lagi, tetapi terdengar suara reslueting yang sepertinya dibuka dan juga suara orang membuka baju.
Tidak lama kemudian terdengar suara riang mereka bertiga dengan ucapan menanyakan pada Ika, “Hey Ka.., Siapa sih yang paling besar alat kelamin Kami bertiga ini..?”
Ika pun menjawab dengan nada malumalu, “Kayanya sih Utun yang paling gede, hitam lagi.” dengan sedikit nada menyindir dan langsung dijawab oleh Utun, “Hey Ka..! Cepetan buka tuh baju Kamu, biar cepet asik si Joni, Kita nih enggak kuat lagi..!”
Setelah terdengar Ika membuka bajunya, tidak lama kemudian terdengar suara temanteman cowok bertiga, Utun, Asep, Iwan dengan nada ganas, “Wauw.., benarbenar body Kamu Ka, kaya putri turun dari langit..!”
Tidak lama kemudian Asep bertanya pada Ika, “Ka.., kalau Aku boleh tidak meraba buah dadamu ini yang bagaikan mangkuk mie ini Ka..?”
Ika pun menjawab dengan nada enteng, “Yah sok aja, yang penting jangan dirusak ajah..!”
Utun pun sepertinya tidak mau kalah dengan Asep, dia pun bertanya, “Ka.., Aku bolehkan memasukkan alat kelaminku ke lubang gua rawamu ini kan Ka..?” sambil meraba-raba alat kelamin Ika.
Ika pun menjawab dengan nada mendesak, karena alat kelaminnya sepertinya sedang diraba-raba oleh Utun, “Aahh.. uhh.. boleh Tun.. asal jangan sangar yah tun..!”
Dan terakhir terdengar suara Iwan yang tak mau kalah juga, “Ka.., Aku boleh kan menciumimu mulai dari bibir hingga lehermu Ka.., boleh kan..?”
Ika menjawab dengan nada seperti kesakitan, “Awww.. Uuuhh.. iyaiya, boleh deh semuanya..!”
Suarasuara tersebut terdengar olehku di samping kamar WC yang mereka isi, yang kebanyakan suarasuara tersebut membuat saya risih mendengarnya, seperti, “Aaahh.. eehh.. aawww.. eheh.. owwoowww.. sedap..!”
Dan tidak lama kemudian terdengar suara Ika, “Kalian jangan terlalu nafsu dong..!” kata Ika kepada temanteman cowok tersebut, “Karena Aku kan sendirian.., sedangkan Kalian bertiga enggak sebanding dong..!”
Tetapi mereka bertiga tidak menjawab ucapan Ika tersebut, dan akhirnya terdengar suara jeritan kesakitan yang lumayan keras dari Ika, “Aaawww.., sakit..!”
Ika kemudian melanjutkan dengan ucapan, “Aduh Tun.., Kamu udah mendapatkan keperawanan Saya..!”
Dijawab dengan cepat oleh Utun, “Gimana Ka..? Hebatkan Saya.”
Setelah itu Utun pun mendesah seperti kesakitan, “Adu.. aduh.., kayanya alat kelaminku lecet deh dan akan mengeluarkan cairan penyubur.” kata-katanya ditujukan kepada temantemannya.
Tidak lama kemudian Iwan bertanya kepada Ika, “Ka aku bosan cuma menyiumi Kamu aja Ka.., Aku kan kepingin juga kaya Utun..!”
Iwan pun langsung bertukar posisi, yang anehnya posisi Iwan tidak sama seperti yang dilakukan Utun, yaitu memasukkan alat kelaminnya ke lubang pembuangan (anus) dari belakang, sehingga Ika tidak lama kemudian menjerit kedua kalinya.
“Aaawww.. Iiihh.. perih tahu Wan..! Kamu sih salah jalur..!” rintih Ika menahan sakit.
Tetapi sepertinya Iwan tidak menghiraukan ucapan Ika, dan terus saja Iwan berusaha ingin seperti Utun, sampai alat kelaminnya mencapai klimaks dan mengeluarkan cairan penyejuk hati. Hanya berlangsung sebentar, Iwan pun menjerit kesakitan dan alat kelaminnya pun dikeluarkan dari lubang pembuangan dengan mengatakan, “Aaahh.., uuhh.., uuhh.., enaak Ka, makasih. Kamu hebat..!”
Asep yang setia hanya meraba-raba payudara Ika dan sekali-kali menggigit payudara Ika. Tetapi ternyata akhirnya Asep bosan dan ingin seperti kedua temannya yang mengeluarkan cairan penyubur tersebut sambil berkata, “Ka.., Aku juga mau kaya mereka dong, ayo Ka..! Kita mainkan..”
==================
Add WA : 089530536004 untuk mendapatkan Cerita Terbaru
Jangan Lupa Follow IG : Artha.DEE
==================
Ika menjawab dengan nada lemas, “Aduh Sep..! Kayanya Aku udah capek Sep, sorry yah Sep..!”
Akhirnya Asep kesal pada Ika dan langsung saja Asep menarik tangan Ika kepada alat kelaminnya dengan menyodorkan alat kelaminnya.
“Ka.., pokoknya Aku enggak mo tahu.., Aku pinggin kaya mereka berdua..!”
Ika menjawab dengan nada lemas, “Aduh Sep.., gimana yah, Aku benar benar lemas Sep..!”
Aku tetap terdiam di kamar WC tersebut.
Ada sekitar 45 menit berlanjut, dan aku pun berpikir apakah mungkin mereka berbuat oral seks karena masih duduk di SMP. Hal ini mendorong rasa penasaran tersebut untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya aku dapat melihat mereka dari atas, karena kamar WC di sekolahku pada waktu itu tembok pembaginya tidak tertutup sampai dengan atas langit, sehingga aku dapat melihat mereka berempat. Karena kesal akibat Asep tidak dipenuhi permintaannya, akhirnya Asep menarik kepala Ika ke depan alat kelaminnya yang sudah menegang tersebut.
Asep berkata dengan nada mengancam kepada Ika, “Ayo Ka..! Kalo gitu kelomohi alat kelaminku hingga Aku merasakan enaknya seperti mereka..!”
Setelah berusaha memanjat untuk melihat adgean secara langsung, aku dapat melihat dengan jelas. Ika seorang cewek langsung saja mengerjakan apa yang disuruh oleh Asep, sedangkan temannya yang berdua lagi, Utun dan Iwan duduk di lantai, tergeletak menahan rasa enak bercampur sakit yang mereka rasakan tersebut.
Tidak berlangsung lama, Asep berkata kepada Ika, “Ka.., Ka.., Ka.., ahh.. aah.. awas Ka..! Aku akan mengirimkan cairan penyuburku yang hebat ini..!”
Kulihat Ika langsung menyopotkan alat kelamin Asep dari mulutnya, dan terlihat raut wajah Ika yang sayu dan sendu bercampur gembira karena dapat uang dan sedih karena keperawanannya sudah hilang oleh mereka bertiga. Dasar Asep sedang kesal, Asep menyemprotkan cairan penyuburnya kepada Ika dan kedua temannya dengan mendesis kesakitan terlebih dahulu.
“Aaahh.., uuhh.., Awas cairan penyuburku ini diterima yah..!” kata Asep sambil tangannya tetap mengocokkan penisnya.
Kulihat Asep menyempotkan cairan penyubur itu dari alat kelaminnya secara kasar.
Setelah ada 15 menit sehabis Asep mengeluarkan cairan penyuburnya, kulihat mereka langsung berpakaian kembali setelah mereka menyopotkan bajubaju mereka sampai tidak tersisa sehelai kain pun. Sebelum mereka keluar, aku langsung cepat keluar dari kamar mandi tersebut secara perlahanlahan agar tidak terdengar oleh mereka. Kemudian aku menuju ke kelas yang telah memulai pelajarannya dari tadi. Hanya berselang beberapa menit, mereka masuk ke kelas seorangseorang agar tidak ketahuan oleh guru kami.
Hari itu tidak terasa lama sampai bel keluar sekolah berbunyi. Kulihat mereka bertiga teman cowokku, Asep, Iwan, Utun sedikit lelah, seperti kehabisan nafas dan anehnya mereka berjalan seperti kehabisan tenaga.
Karena aku suka iseng ke temen, aku langsung bertanya kepada mereka bertiga, “Hey Kalian kayanya pada lemes banget. Habis ngebuat su.., sumur yah..?”
Langsung dijawab dengan enteng oleh perwakilan mereka bertiga, yaitu Asep, “Iya Bie, enak tahu kalo ngegali sumur tersebut dengan ramerame..!”
“Ohh gitu yah..?” jawabku dengan tersenyum karena tahu apa yang mereka perbuat tadi.
Tidak jauh dari tempatku berdiri, kulihat Ika berjalan sendirian dengan memegang tas kantongnya yang sehari-hari tasnya selalu di atas pundaknya. Sekarang hanya dibawa dengan cara dijingjing olehnya.
Langsung saja aku memanggilnya, “Ka.., Ika.. Ka.. tunggu..!”
Ika menjawab dengan nada lemas, “Ada apa Bie..?”
Karena aku juga ingin iseng padanya, kulangsung bertanya, “Ka.., kayanya Kamu kecapean. Habis tertembak peluru nyasar yang menghajarmu, ya Ka..?”
Ika pun menjawab dengan nada kesal, mungkin bahkan tersindir, “Yah.. Bie.., bukan peluru nyasar, tapi burung gagak yang nyasar menyerang sarang tawon dan goa Hiro, tahu..!”
Mendengar nadanya yang tersinggung, aku langsung meminta maaf kepada Ika.
“Ka.., maaf. Kok gitu aja dianggap serius, maaf yah Ka..?” kataku menenangkannya sambil tersenyum bersahabat.
Karena aku penasaran, aku langsung menyerempetmenyerempet agar terpepet.
“Ka.., boleh enggak Ka, Aku coba masuk ke goa Hiro tersebut..? Kayanya sih asik.. bisa terbang kaya burung..!” pintaku sambil tertawa pelan.
Karena Ika sudah kesal dan lelah, Ika menjawab, “Apa sih Kamu Bie..? Kamu mau goa Saya, nanti dong antri.., masih banyak burung yang mau masuk ke goaku, tahu..!”
Dan akhirnya aku tertawa dengan rasa senang.
Ini merupakan pengalaman hidup saya yang dijamin asli.
Tamat
==================
Add WA : 089530536004 untuk mendapatkan Cerita Terbaru
Jangan Lupa Follow IG : Artha.DEE
==================
72 notes · View notes
kicauqq · 4 years ago
Link
0 notes
dellafaa-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Masih Tentang Kamu (di Wattpad) http://my.w.tt/UiNb/i0H5j5SxCG Aku masih disini, dengan sejuta 'kenapa' dihati. Teruntuk engkau, yang memilih pergi. Kuharap. Jika aku jatuh cinta, maka jatuhkanlah aku sejatuh jatuhnya.
1 note · View note
linggahutama-blog · 7 years ago
Text
Iparku
Entah dapat durian runtuh darimana, tiga dari iparku, pernah bermain cinta denganku. Padahal aku bukan termasuk tipe pengejar cinta. Walaupun pengalaman sex-ku cukup lumayan banyak, Tapi aku bukan sex maniak. Ini adalah seri percintaan dengan ipar iparku yang kalau aku punya waktu akan aku tuliskan untuk anda, dan sekedear melepaskan uneg uneg hatiku, karena selama ini cerita ini hanya kupendam untuk diriku sendiri.
Aku biasa memanggilnya Mbak Maya, wajahnya lembut dan tubuhnya putih langsing. Dia adalah istri dari kakaknya istriku. Usianya sekitar 45 tahunan, kedua anaknya kuliah di luar kota, sedangkan suaminya mempunyi pekerjaan yang mengharuskan dia jarang ada di rumah. Dia tinggal di Jakarta, sedangkan aku di kota S, namun demikian aku sering ke rumahnya karena hampir tiap bulan aku dinas ke Jakarta. Atas permintaan istri, aku selalu diminta untuk mampir untuk sekedar memberikan oleh-oleh untuknya.
Hal ini berjalan bertahun tahun, walaupun aku lebih sering ketemu dengan Mbak Maya tanpa di dampingi suaminya, tetapi kami tidak pernah melakukan hal yang tidak sopan. Apalagi perbuatan, berpikir ke arah sana pun aku tidak pernah. Hingga suatu hari, peristiwa itu terjadilah.
Sore itu selesai rapat dinas di Jakarta, aku segera menelpon ke Mbak Maya bahwa aku membawa titipan dari istriku dan kalau Mbak Maya tidak kemana-mana aku akan mampir ke rumahnya. Setelah mendapat konfirmasi, segera aku kembali ke hotel untuk mengambil kerupuk mentah titipan istriku dan tasku untuk check out. Memang aku merencanakan dari rumah Mbak Sri aku mau langsung ke Pulogadung untuk langsung pulang ke kotaku naik Bis malam.
Aku sampai di rumahnya yang asri dan luas jam sekitar 17.00. Tidak seperti biasanya, tampak rumah sedang keadaan setengah dibongkar, dan terlihat beberapa tukang sedang berbenah untuk pulang. Aku disambut dengan gembira dengan ciuman pipi (biasa kami lakukan di antara keluarga).
"Wah Dik Ton, maaf ya rumah masih berantakan, mau direnovasi dan baru tadi Mas Slamet (suaminya) berangkat, sayang nggak ketemu ya." ujarnya.
"Iya Mbak, hampir setengah tahun saya nggak jumpa sama Mas Slamet." balasku.
Kami terlibat pembicaraan yang hangat dan akrab, sampai hari mulai gelap dan Mbak Maya menyuruhku mandi.
"Mandi dulu Dik, di kamar saja, soalnya kamar mandi satunya dibongkar. Disana sudah saya sediakan sarung dan handuk bersih."
"Ya Mbak."
Aku segera ke kamar mandi utama, sungguh luas kamar mandinya. Walaupun aku sering mandi di rumah ini, tetapi baru kali ini aku mandi di kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.Selesai membersihkan diri, masih dalam keadaan telanjang aku gosok gigi menghadap ke cermin. Tanpa sengaja mataku melihat sesuatu yang aneh menyelip di belakang cermin. Dengan penuh rasa penasaran kuambil barang itu, dan aku terkesiap ternyata barang itu adalah penis buatan (dildo), segera barang itu kukembalikan ke tempatnya tanpa merubah posisi.
Aku baru sadar bahwa Mbak Maya di balik wajahnya yang lembut dan polos adalah tetap seorang wanita yang membutuhkan pemenuhan biologis. Aku yakin barang itu adalah pemberian suaminya, sebab sangatlah tidak mungkin kalau Mbak Maya menerima dari orang lain atau membeli sendiri. Aku pun jadi teringat cerita istriku bahwa sudah lama Mas Slamet mengalami gangguan sex, karena penyakit yang dideritanya.
Membayangkan Mbak Maya menggunakan dildo tersebut, aku jadi terangsang dan entah dari mana ide ini datang bahwa aku bermaksud untuk mengajak bercinta Mbak Maya malam ini. Ya. Malam ini aku harus menginap disini. Sempat kuelus-elus penisku, yang sudah terangsang betul, tapi tidak sampai muncrat, karena aku masih punya tujuan yang sangat kurahasiakan. Kupakai sarung dan kaos pinjaman tanpa CD.
Tidak berapa lama Mbak Maya mengajakku makan malam, dia masih belum tahu maksud jahatku. Kulihat pembantunya yang masih muda menyiapkan segalanya. Di meja makan aku mulai melancarkan strategi yang sudah kususun dengan rapih.
"Mbak, saya malam ini sudah nggak dapat jatah di hotel, harusnya malam ini saya pulang, tapi saya capek. Apa boleh nginep di sini..?" tanyaku.
"Lho saya kan sudah bilang dari dulu kalau dinas itu nggak usah nginep di hotel, nginep sini aja. Ya tentu saja boleh. Cuman gimana ya, kamar anak-anak sedang dibongkar." ujarnya.
"Nggak apa-apa Mbak, saya tidur di kursi saja."
Selesai makan malam, kami ngobrol berdua sambil nonton TV, sengaja pembicaraan kuarahkan ke hal-hal yang nyempet-nyrempet. Kadang Mbak Maya tertawa renyah, kadang wajahnya tersipu-sipu malu. Setelah beberapa lama dia mulai akrab berbicara tentang sex, dan aku menduga birahinya juga bangkit. Tetapi aku masih ragu-ragu, bahkan aku tidak berani untuk memulai.
"Kalau Mas Slamet lagi pulang, semalem bisa dua kali tiga kali dong Mbak. Ngrapel kan..?" kataku pura-pura.
"Lho.., Dik Sri (istriku) apa nggak pernah cerita..? Mas Slamet itu sudah agak lama impoten. Jadi gimana lagi. Lagian saya kan udah umur, anak-anak udah gede-gede." katanya.
"Maaf Mbak saya enggak tahu, tapi siapa bilang sudah berumur..? Mbak masih cantik, masih sexy. Terus gimana kalau lagi pengen..?" aku mencoba merayu.
Tanpa terasa penisku mulai mengeras. Karena aku tidak memakai CD, maka burungku mencuat di bawah sarung, dudukku segera kuperbaiki untuk menutupi tonjolan sarungku. Tetapi terlambat, Mbak Maya melirik ke sarungku, wajahnya tampak memerah. Aku tidak tahu apa yang ada di balik batinnya.
"Sudah ah, saya mau tidur, sebentar saya ambilkan bantal ya..?" dia berdiri masuk ke kamar dan mengambil batal serta selimut untukku.
"Selamat tidur ya, besok mau dibangunkan jam berapa..?"
"Jam lima Mbak."
Aku sangat menyesal, usahaku yang tadinya kuyakini dapat berhasil ternyata gagal total. Aku pikir aku terlalu ragu-ragu, terlalu penakut.
Satu jam telah berlalu, tapi aku tidak berhasil memejamkan mataku. Pikiranku masih tertuju pada Mbak Maya. Akhirnya kubulatkan tekad melaksanakan rencana lanjutan. Aku harus berhasil. Sambil meneteng bantal, dengan berdebar-debar kuketok pintu kamarnya. Tidak ada jawaban. Kuketok lagi kamarnya dengan agak keras, kutunggu. Akhirnya terdengar anak kunci yang diputar dan pintu kamar terbuka.
Di depanku berdiri seorang bidadari yang memakai daster tidur yang tipis, tergantung dengan tali kecil di pundaknya yang putih mulus. Hampir aku tidak tahan menahan gejolak birahiku, tetapi kutahan dan aku berusaha bersikap wajar tanpa dosa.
"Sorry Mbak, saya nggak bisa tidur. Banyak nyamuk di luar, boleh saya tidur di dalam..? Di lantai juga nggak apa-apa." kataku.
Dia tidak berkata apa-apa, mungkin dia merasa tidak enak kalau menolak.
Aku segera masuk kamarnya dan meletakkan bantal di bawah tempat tidurnya, dan menggeletakan badan di sana. Mbak Maya terlihat salah tingkah, dia tidak segera tidur tapi masih mondar mandir.
Akhirnya dia berkata, "Dik Ton tidur di atas saja, saya nanti di pinggir sini."
"Terima kasih Mbak."
Aku segera pindah ke tempat tidurnya, dan dia sendiri mengambil tempat di pinggir dan membelakangiku.
Kupandangi pundaknya yang putih mulus, pinggulnya, ingin rasanya aku memeluk dan membelainya, namun aku tidak berani. Lama kami berdiam diri, walaupun aku yakin dia belum tidur. Kuberanikan diriku untuk bergeser mendekat, kumiringkan tubuhku menghadap ke punggungnya, jarak kami hanya beberapa centimeter. Walaupun kami tidak bersentuhan, tapi aku yakin dia tahu kalau aku menggeser mendekati dia. Tidak ada reaksi darinya.
Dengan dada yang berdegup keras aku memberanikan diri berbicara, "Mbak Rin, saya boleh memeluk ya..? Biar anget..!" sambil kupeluk dari belakang tubuhnya tanpa persetujuannya.
"Tapi meluk aja ya Dik Ton..!" jawabannya sungguh membuat hatiku plong.
Birahiku semakin tinggi, kemaluanku sudah tegang penuh tapi aku berusaha untuk tidak ceroboh. Kupeluk Mbak Maya dengan lembut tetapi tetap kujaga jarak agar kemaluanku tidak menyetuh tubuhnya. Kuelus tangannya, pundaknya dan kuremas jari tanganya, dia diam saja.
"Mbak Rin, kulitnya halus sekali ya. Tiap minggu ke salon ya Mbak..?" aku mulai merayu.
"Ah enggak koq, saya enggak pernah ke salon kecuali kalau potong rambut." jawabnya.
Suaranya sedikit bergetar. Dan aku makin yakin bahwa Mbak Maya mulai menikmati dekapanku dan elusan tanganku. Pelan-pelan kusingkapkan kain sarungku. Karena aku tidak memakai CD, maka burungku yang sudah terangsang dan tegang keras keluar dari sarangnya tanpa sepengetahuan Mbak Maya. Dekapanku ke Mbak Maya makin kuperketat, kemaluanku kutempelkan di pantatnya yang masih terbalut dengan dasternya yang tipis. Kurasakan denyut kenikmatan di sepanjang penisku.
"Dik Ton, ini apa koq keras banget di belakang..? Aku nggak mau lho kalau macem-macem..!" nadanya mengancam.
"Nggak apa-apa koq Mbak, aman. Biasa Mbak, Yuniorku ini nggak bisa dekat sama perempuan cantik. Apalagi sudah seminggu lebih isinya nggak dikeluarin, habis Sri lagi palang merah." jawabku berbohong.
Kutelusupkan tanganku ke bawah lengannya sehingga tanganku menempel pada buah dadanya. Di balik dasternya kurasakan dia tidak memakai BH.
"Kalau lagi pengen gituan gimana Mbak..?" tanyaku memancing.
"Biasanya Mas Slamet yang bantu, pakai tangan. Lama-lama terbiasa koq, nggak ada masalah."
"Kalau nggak ada Mas Slamet..?" kejarku.
"Ya udah, ditahan aja, nunggu dia pulang."
Ternyata dia tidak mau berterus terang soal dildonya. Dan aku pun tidak berani menanyakannya. Tanganku mulai mengelus-elus pangkal dadanya yang terbuka, dia diam saja, dan aku pun tambah terangsang. Tetapi berkat pengalaman sex-ku, aku mampu mengendalikan diri untuk tidak terburu. Justru tahapan demi tahapan kunikmati betul.
Kulepas tali daster yang ada di pundaknya sehingga buah dadanya separuh terbuka. Kupindahkan elusanku ke buah dadanya yang berukuran sedang. Ketika telapak tanganku melewati putingnya, kurasakan putingnya sudah mengeras, tapi gerakanku terhenti ketika tangannya menahan tanganku.
"Dik Ton, yang itu nggak boleh, nanti kebablasan, soalnya saya nggak tahan kalau tetek yang dipegang-pegang..!"
Kuhentikan elusanku, tapi tanganku tetap memegang buah dadanya, dan kelihatannya dia tidak keberatan.
"Kan ada aku Mbak. Nanti saya bantu dengan tangan atau lainnya."
"Nggak mau ah, nanti ketagihan jadi berabe. Apalagi kalau sampai ketahuan orang."
Dalam posisi kupeluk dari belakang, dia menggeser tubuhnya merapat kepadaku. Bersamaan dengan itu kusingkapkan dasternya ke atas, sehingga paha yang mulus sudah tebuka penuh dan membuatku kaget, ternyata dia tidak memakai CD. Kusesuaikan posisi ujung penisku agar dapat kuselipkan di belahan paha dekat kemaluannya. Kuelus-elus paha belakangnya sambil sedidikt kudorong kemaluanku ke depan.
Dia diam saja, dan usahaku menyelipkan burung di pangkal paha ternyata berjalan lancar, karena disamping cairan vaginanya sudah membasahi luar kemaluannya sehingga pangkal pahanya licin, juga karena dia sedikit membuka pahanya untuk memberi kesempatan padaku menyelipkan burungku utuh di antara paha atasnya. Penisku berdenyut nikmat sekali, tapi aku tetap terkontrol.
Tanganku mulai beraksi meremas buah dadanya dengan lembut, kali ini dia tidak menolak, bahkan tangan kirinya memegangi tanganku yang sedang meremas-remas. Kugigit-gigit pundaknya dan kujilat-jilat kupingnya. Dia mengelinjang kegelian, sehingga kemaluanku yang kejepit di pahanya yang licin semakin enak.
"Mbak.., saya jadi terangsang Mbak, gimana nih..?"
"Habis.. Dik Ton pake ngelus-ngelus segala sih. Ya sudah kalau mau dikeluarin, dikeluarin aja..!"
"Dimana Mbak..?" kataku menggoda.
"Disitu aja, nggak apa-apa."
"Kalau dimasukin dan dikeluarin di dalem boleh Mbak..?" aku makin terangsang.
"Nggak boleh..!" berkata begitu dia mulai menggesekkan kedua pahanya, sambil memaju-mundurkan pantatnya.
Penisku terasa dipelintir oleh daging kenyal yang licin, sehingga aku merasa lebih enak, tapi tidak cukup untuk membuatku ejakulasi.
"Jangan sekarang Mbak.., aku masih pengen yang lama, lagian saya nggak mau kalau keluar sendirian. Soalnya Mbak Maya sudah basah sekali. Kita sama-sama aja..!"
Kutarik pundaknya ke arahku, sehingga dia telentang miring, punggungnya menempel pada dadaku, lehernya berada di atas lengan kananku yang meremas-remas payudaranya. Sedangkan kaki kirinya melintang menindih di pinggangku yang masih dalam posisi miring menghadapnya, dengan demikian vaginanya terbuka lebar menghadap ke atas.
Batang penisku yang sudah basah oleh cairannya berdiri tegak dari belakang persis di depan vaginanya. Sementara tangan kananku meremas-remas, kuelus-elus bibir vaginanya bagian luar. Rambut kemaluan yang tidak telalu lebat telah basah merata. Mbak Maya memejamkan matanya, tapi napasnya memburu. Cukup lama aku dalam posisi itu, sengaja aku tidak menyentuh klitorisnya.
"Mbak dulu waktu masih sering main, suka posisi gimana..?" tanyaku.
"Nggak tau ah. Udah lupa..!"
"Pernah posisi kayak gini Mbak..? Dimasukin dari belakang..?" kugesek klitorisnya dengan ujung jariku sampai pangkal jari.
Dia mendesah panjang karena nikmat, dibukanya matanya dan menatap tajam kepadaku. Aku tersenyum tapi dia tidak membalasnya, bahkan menutup mata kembali.
"Saya masukin ya Mbak..?" rayuku.
Sebetulnya kalau aku mau, aku dapat dengan mudah memasukkan batang penisku ke dalam liang yang berlendir dan tebuka itu. Tapi tidak, aku cukup sabar dalam permainan sex, tidak hanya kali ini, dengan istriku bahkan dengan pacarku di kantor pun aku melakukannya dengan sabar. Dengan bercumbu lama aku dapat menikmatinya tahap demi tahap.
"Jangan Dik, Mbak nggak mau. Ditempel di luar aja..!"
Kutarik tangan kanannya dan kubimbing ke arah kemaluanku, dia tidak menolak, bahkan tangannya menekan penisku yang sudah maksimal ke arah vagina yang terbentang lebar. Dipilin-pilinnya, digosokkannya burungku di atas klitorisnya. Mbak Maya mendesis-desis sambil membuka matanya, tangannya terus menggosokkan penisku ke klitorisnya, matanya tetap menatapku sayu dan mulutnya mendesis desis.
Bersama dengan itu, penisku kutarik dan kumajukan dengan irama yang rutin, sehingga gesekan di atas klitorisnya makin membuat pinggulnya bergoyang. Dia mendesis dan merintih, lidahnya keluar menjilat bibirnya ke kiri dan ke kanan. Sebenarnya aku ingin mencium bibirnya, tapi posisiku kini sulit untuk melaksanakannya. Akhirnya di tengah rangsangannya itu, kumasukkan jariku di bibirnya. Dia menyedot dan menjilat jariku. Aku tambah terangsang. Dan dalam kenikmatan itu dia tampak terlena.
Kutarik kemaluanku agak ke belakang, kemudian dengan sedikit mengubah posisi pinggul dan pahaku, kuarahkan ujung penisku ke liang sanggamanya. Kudorong kembali burungku pelan-pelan, kali ini kurasakan jalannya licin dan tidak terasa gesekan dengan rambut. Makin dalam kudorong makin hangat dan panas menglilingi batang kemaluanku. Kini aku yakin bahwa burungku sudah masuk ke liang vaginanya. Mbak Maya masih keasyikan mengulum dan menjilat jariku, dan tidak menyadari bahwa batangku yang keras sudah jauh masuk ke dalam vaginanya, bahkan ototnya terasa mencengkeram dengan ketat.
Ketika menyadari hal itu, dia segera melepas jariku dari bibirnya, matanya membelalak ke arahku.
"Koq dimasukin Dik Ton..? Janjinya kan cuma di luar..!" nadanya memprotes, tapi bahasa tubuhnya tidak.
"Maaf Mbak, nggak sengaja, soalnya kepleset masuk. Biar di dalem sebentar ya Mbak..?" aku merayunya, sementara tangan kanannya masih memegang pangkal kemaluanku.
"Tapi jangan dikocok ya..! Aahh.., esst..!" dia memejamkan mata dan mendesis.
"Kenapa Mbak..?"
"Pokoknya jangan dikocok. Aku nggak mau..!"
Kupenuhi permintaannya. Dalam kehangatan liang senggama, kubenamkan penisku dalam-dalam tanpa gerak. Kuelus rambutnya dan juga bibirnya. Dalam kesenyapan tanpa gerak itu, kurasakan kedutan lemah dari dinding vaginanya. Lama-lama kurasakan vaginanya menjepit penisku dan menyedotnya.Dalam kenikmatanku kutatap wajahnya, dia masih memejamkan mata tetapi dahinya agak berkerut.
"Mbak.., jepitannya kuat sekali, nikmat sekali. Saya kocok dikit ya Mbak..?" aku memohon.
Dia tidak menjawab, bahkan jepitannya semakin mengencang.
Tiba-tiba ia merintih tertahan-tahan. Aku segera sadar bahwa Mbak Maya sudah hampir klimaks. Maka tanpa melepas penisku yang masih tertanam dalam vaginanya, kuubah posisiku menumpuk di atas tubuhnya. Kakinya tertekuk ke samping dengan kedua pahanya tebuka lebar, sehingga kemaluanku masuk sampai ke pangkalnya. Wajahnya hanya satu inci dari wajahku, tangannya sudah mendekapku, dia memandangku dengan sayu dan pasrah.
"Dik Ton, baru lima menit dimasukin koq saya sudah mau keluar ya..?
Oh.., ssh.. ssh.., kau masih tahan lama..?"
Aku mengangguk, kuremas buah dadanya, "Dikeluarin aja Mbak, aku belakangan nggak apa-apa koq."
"Tapi aku masih pengen lama."
"Nggak apa-apa Mbak, nanti Mbak bisa dua kali, aku masih kuat koq..!" kataku yakin karena aku masih dalam tahap awal.
Dari pandangan matanya dia kelihatannya pasrah, maka kuatur posisiku. Dengan bertumpu pada lututku dan kemaluanku masih terbenam, aku sudah siap untuk mengantarkannya ke fase puncak kenikmatannya. Tubuhnya menempel ketat dan tangannya memeluk erat punggungku. Kukocok liang vaginanya dengan pelan, kelaminku menggesek bibir dalam vaginanya, terasa nikmat sekali. Makin lama makin kuat aku mengocoknya.
"Oh.. oh.. sschh.., sschh.. aduh.. enak-enak sekali. Burungmu ngocoknya enak banget, memekku senut-senut. Aduh.., Dik Ton, aku sudah nggak kuat..!"
Mulutnya terbuka dan kubiarkan dia bicara sediri, aku pun sedang menikmati hal yang sama. Kutindih tubuhnya yang sudah berkeringat, paha kiriku kutempelkan pada paha kanannya dan paha kananku kutindihkan pada paha kirinya penuh, sehingga kami menempel penuh. Kulakukan ini karena aku yakin bahwa sebentar lagi Mbak Maya akan orgasme. Dengan posisi ini tentu saja aku tidak dapat mengocok tapi itu memang tidak perlu kulakukan lagi.
Vaginanya terbuka lebar, sementara kemaluanku amblas persis di tengahnya. Kuputar pinggulku dua kali, tiga kali.
"Eeghh.., eghh.., Dik aku keluar.. Eeghh.. eghh..!" jarinya mencengkeram keras punggungku, kakinya mengejang dan pinggulnya diangkat tinggi-tinggi.
Ketika dia terkulai lemah, di bawah tindihanku kemaluanku masih tegak tertanam. Denyut orgasme di dinding vaginanya masih terasa nikmat. Kugeser tubuhku ke samping tanpa melepas kemaluanku untuk memberikan waktu kepada Mbak Maya istirahat. Kucium pipinya yang halus seperti sutra.
Kami berdua sudah dalam keadaan bugil bersama. Dan babak kedua kami mulai setelah masa istirahat yang cukup lama, Mbak Maya sudah mulai lagi bangkit nafsunya.
Atas inisiatifku, posisi kami berubah, aku duduk bersandarkan tempat tidur dengan kaki lurus ke depan, sedangkan dia jongkok menghadap ke arahku, dengan buah dadanya persis di depan mulut. Sedangkan kepala penisku sedang digosok-gosokkan di klitorisnya, sementara dari mulutnya tidak henti-hentinya suara desah kenikmatan. Kuremas-remas susunya dang kuhisap-hisap putingnya, sedangkan tangan kirinya berpegangan pada ranjang di belakang kepalaku.
"Mbak.., dimasukin aja Mbak, saya udah nggak tahan gelinya..!"
Dia menurut dan membenamkan kemaluanku ke liang senggamanya yang sudah kemerah-merahan dan basah kuyup. Dikocoknya batangku dengan vaginanya tidak terlalu cepat. Kami saling berpelukan. Kutekuk sedikit kakiku dan kubuka lebar pahaku, sehingga penisku habis masuk ke dalam liang kenikmatannya. Pangkal paha kami sudah basah dan becek, sehingga kocokkannya menimbulkan bunyi, "Ceprok..! Ceprok..! Ceprok..!"
"Dik.., burungmu enak sekali. Ssch.. ssch.., kayaknya udah mentok ya..?
Saya jepit ya..? Enak Dik Ton..? Sssch.., ssch..?" katanya sambil wajahnya menengadah, kadang-kadang dia memagut bibirku.
"Iya Mbak.., nikmat sekali..!"
"Yang kejepit sebelah mana..?"
"Di pangkal Mbak. Aduh.., enak sekali.. dijepit sambil diputer Mbak..!"
Dia menurut, memutar pinggul sambil menjepit. Pada saat itu, ganti aku lah yang mengocok dari bawah.
"Seerr.. seerr..!" kenikmatan di batang kemaluanku semakin menjadi-jadi.
Kuelus pantatnya, dan ternyata lendirnya sudah membasahi dekat anusnya. Kuelus-elus anusnya dan Mbak Maya makin terangsang, dia makin liar. Kubasahi jari tengahku dengan lendirnya, dan kuselipkan sedikit jariku ke lubang anusnya. Ini menimbulkan sensasi lain bagiku, demikian pula dia.
Dalam posisi ini kami melakukannya sudah cukup lama. Kami saling pagut, saling gigit, saling kocok, sampai akhirnya aku sudah hampir tidak kuat lagi, simpul-simpul syaraf penisku hampir meletus karena kenikmatan.
"Mbak sudah mau keluar ya..? Sscch..! Soalnya kedutannya sudah makin kenceng. Kalau mau keluar bilang ya Mbak..! Aku juga sudah tidak tahan lagi..!"
"Sebentar lagi Dik Ton, aku hampirr.. ssch.. ditahan sebentar. Sscchh.. aduh.. nikmat sekali.., Schh..!"
Dia mendekapku erat sekali, pinggulnya maju mundur makin cepat, sementara kakinya sudah melingkari pinggangku. Aku tidak tahan lagi, kugigit lehernya, kutekan kemaluanku dalam-dalam dan, "Crot.., croott.., crot..!" maniku tumpah.
Dan pada saat itu pula Mbak Maya melenguh panjang melepas orgasmenya. Sungguh kenikmatan yang tuntas bersetubuh dengan iparku.
Pagi hari sebelum aku pergi, kami masih sempat melakukannya lagi. Mbak Maya mencoba menahanku untuk tinggal sehari lagi, tapi aku tidak dapat memenuhi permintaannya, walaupun sebetulnya aku pun ingin tinggal lebih lama lagi.
0 notes
ririekhayan · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Ready for flight back to #yogyakarta edisi boyongan yang kedua. Pas bawa barang ke Bandung sepertinya gak banyak. Tapi giliran di packing kok lumayan juga. . . Ini edisi kedua masih 1 travel bag full (akhirnya masuk bagasi saja). Nyangklong tas ransel sudah pegel soale. Plus bawa meja dan cantolan jilbab. Sempat kepikiran tuh cantolan bakalan kena sensor, kalau gak boleh dibawa ya gpp sih. Nothing to lose saja. Eh ternyata dibolehin berikut kabel roll listriknya. . . Alhamdulillah, masih 1 babak lagi drama di diklat. Semangat, selesaikan apa yang sudah dimulai. . . #ceritaseru (at Husein Sastranegara International Airport)
0 notes
eriekamaya · 8 years ago
Video
Melalui CERITA yang SERU, URAIAN SAINS yang MUDAH DICERNA, serta KOMIK yang LUCU dan INFORMATIF, seri Confidence In Science membantu menumbuhkan kreativitas anak-anak. Setiap buku dalam seri Confidence In Science, dipetakan dalam tiga tahap : 1. Anak-anak dapat belajar prinsip dan konsep sains sambil membaca CERITA 2. Mereka Juga dapat belajar lewat INFORMASI SAINS yg mudah dicerna anak-anak 3. Beragam eksperimen yg hadir dalam bentuk KOMIK, membantu mengembangkan kreativitas mereka. CONFIDENCE IN SCIENCE akan membantu memuaskan rasa ingin-tahu anak-anak sehingga mereka memahami sains secara meyakinkan! Harga seri Confidence in Science Rp 2.100.000,- Program Tabungan tanpa Riba' selama 5bulan atau 10bulan Informasi lebih lanjut: Silahkan hubungi 081703224617 #ceritaseru #komikseru #komiklucu #komikbagus #komiksains #komikanak #komikindo #komiklokal #komikin_ajah #komiks #komikseri #informatif #bermanfaat #manfaat (di Citraland)
0 notes
wintro · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Terimakasih teman-teman Bersama kalian Bisa ketawa ngakak Dan bisa ngedan bareng Serta berbagi ilmu Terimakasih untuk Pak @juremi_jo Yang sudsh nraktir kita-kita Dsn jadi motivator reunian ini Terimakasih @arsaconsulting dan @blarmanagement yaang banyak berbagi ilmu. Terimakasih @daknalgae.id Yang sudah memberi tempat untuk kita bisa cekikikan sepanjang siang sampai sore #reunikecil #ceritaseru #ceritalama #ilmubaru #ketawakocak #seruseruan #daknalgae #eatnshop #TeamRecshop #makanbersama #ayamgorengkorea #enak #nikmat #siangbersama (at Dak Nalgae) https://www.instagram.com/p/CYWiI2MpbqO/?utm_medium=tumblr
2 notes · View notes
syifaz-blog1 · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Sontak gua langsung terjun payung dari kasur dan menggeliat kaya ulet keket kebanyakan makan formalin. Ya Allah kalo emang dia cuma maen-maen suruh pulang aja menghadapmu.. Doa macam apa coba ini, gua bingung banget soalnya belom pernah ada cowo yang maen kerumah.. Ga tau reaksi babe kaya apa kalo anaknya yang demplon botoh ini ada yang ngapelin, eh tapi gua harus tahan nih jangan geer apalagi baper.. Kalo ternyata harapan ga sesuai dengan kenyataan bisa-bisa kelojotan gua. Akhirnya tiba dimana si ganteng maen kerumah, dengan rambut klimis, kemeja biru langit dan celana jeans, juga martabak coklat tergantung indah melambai-lambai seakan minta dibelai. Asep ngobrol sama babe dari dia dateng, gua dengerin aja kaya jamaah pengajian yang lagi dengerin debat sambil ngemil martabak sama kopi babe.. Niat si asep kerumah nemuin gua apa babe sih sebenernya, anteng bener ngobrolnya. Setelah kenyang ngobrol sama babe gua sama Asep pun keluar rumah buat cari udara seger, maklum di dalem bau balsem sama minyak kayu putih santer banget. "lu ngapain sih segala kerumah sep?" "emang kenapa sih? Ga boleh aku kerumah kamu?" JEDAAARRRR WTF aku kamu kamu aku, kenapa jadi formal gini bahasanya.. Gua jadi canggung berasa pengen lari kehutan manggil peri mimpi buat bangunin gua dari tidur tak berujung ini. "kok malah bengong sih?" sentilan Asep membuyarkan lamunan gua tentang peri mimpi "aahh ga bengong, lagian lu apaan sih aku kamu segala.. Geli tau" "hahaha, geli apa seneng?" maakkk.. Panggil leha napa maak, jantung leha ga kuat ini. "eeerrr.. Okee, gini ya sep.. Banyak pertanyaan yang nari-nari dikepala gua perihal kedatangan lu.. Motif dibalik semua ini apa?" gua dengan tegas nanyanya dan siap nerima jawaban apapun walaupun kalo ternyata Asep ini nawarin MLM atau asuransi. (lanjut besok) 10.11.2016 #kelasbelajarmenulisonline #kbmo #kbmo3 #nulisyuk #nulisasik #ceritacintaleha #ceritaseru
0 notes
kicauqq · 4 years ago
Link
0 notes
linggahutama-blog · 7 years ago
Text
Kecubung Wulung 01
Menik menuruni tebing menuju sungai tempat para perempuan mandi. Tumi teman sebaya Menik mengikuti dari belakang. Di tangan masing - masing menenteng gayung berisi sabun, dental, sikat gigi dan sampo. Hari menjelang sore. Di atas persawahan burung - burung terbang rendah menuju tempat hinggap untuk tidur. Sekumpulan burung kuntul ramai berceloteh mencari tempat tidur di pucuk - pucuk bambu. Ratusan burung pipit kembali ke sarang. Udara gunung sejuk. Angin bertiup menerpa tubuh Menik dan melambai - lambaikan rambutnya yang tergerai. Tumi mendorong -dorong tubuh Menik agar langkahnya dipercepat. Tumi ingin segera sampai di kedung. Tumi ingin segera ikut bercanda tawa dengan perempuan - perempuan lainnya disana.
Di sungai ramai para perempuan tua muda berkecipak air kedung yang bening, bersih dan dingin. Dengan batu halus sebesar kepal para perempuan telanjang saling bergantian menggosok punggung. Mereka tidak malu - malu duduk di bebatuan pinggir kedung. Ada yang seenak kangkang. Ada yang nungging. Ada juga yang rebahan sambil menggosok - gosok dadanya dengan batu halus. Batu halus adalah alat yang biasa digunakan untuk menggosok tubuh agar dekil keringat di tubuh terlepas. Semua memiliki batu halus. Yang membuat ramai kedung adalah ketika mereka saling menggosok pungung. Mereka membuat lingkaran dan saling menggosok pungung. Di sinilah banyak terjadi canda tawa ria karena omongan mereka tentang tabiat lakinya. Ada juga yang nakal memegang - megang milik orang yang sedang digosoknya. Bahkan tidak jarang mereka saling remas payudara sambil meledakan tawa renyah. Ada juga yang nekat mengelus milik orang yang di depannya dan menyebabkan yang dielus kaget dan segera mengatupkan pahanya sambil menjerit senang.
Tumi berjalan mendahuli Menik. Sesampai di kedung langsung melepasi pakiannya dan segera terjun di kedung menyebabkan air berjibur memercik keluar kedung. "Dasar Tumi. Tuh pakaianku kena cipratan air !" Teriak perempuan setengah baya yang sedang menggosok - gosok pahanya dengan batu halus. Tumi yang dikata - katai hanya tertawa lepas dan segera membawa tubuhnya yang tanpa penutup ke tepi kedung mengambil sambun dan batu halus. Sambil berdiri tanpa malu - malu Tumi segera menyambuni tubuhnya. Tak luput dadanya dan selangkangannya digosoknya dengan sabun. Dari berdiri Tumi kemudian jongkok dan mengambil batu halus dan menggosok tubuhnya sambil sesekali meringis ketika tepat di tengah selangkangannya tersentuh sabun. " Ayo Nik, segera nyebur ke air !" Teriak Tumi sambil terus menggosok tubuhnya. Menik tak menanggapi Tumi. Dengan kalemnya ia melepas baju atasnya. Nampak dadanya ada gunung kembar kencang, menjorok ke depan. Angin yang datang menerpa - nerpa rambutnya dan sesekali rambutnya menutup - nutup dadanya. Tanpa melepas rok bawahnya Menik masuk ke kedung dan menenggelamkan tubuhnya. Muncul lagi dan segera ke tepi kedung untuk menyambuni tubuhnya. " Nik mbok sekali - sekali kamu mandi rok bawahnya dilepas. Kayak aku dan yang lain - lain. Kenapa pa ta kok dak pernah dilepas rok bawahnya ?" Celoteh Tumi kepada teman akrabnya yang memang tak pernah melepas rok bawahnya ketika mandi. Yang dicelotehi begitu tenang saja. Tak menanggapi sedikitpun. " Malu ya Nik ? Malu kalau dilihat rambutnya yang lebat item berintik ya ?" Goda Tumi. Menik tetap tak menghiraukan ocehan Tumi. Tangannya malah asyik mengelus - elus payudaranya dan menggosok - gosoknya dan sesekali membasahinya dengan air dan sabun. Sehingga payudaranya menjadi licin mudah digosok berputar - putar. Dengan sabun Menik membersihkan selangkangannya pula. Dan ketika Menik membuka - buka rok bawahnya yang basah menempel paha ia mencoba membelakangi Tumi. Tumi yang tahu kebiasaan Menik kembali nyelutuk : " Ih .... sama -sama perawan saja kok malu ta Nik ....Nik ... !" Tumi meluncurkan kalimatnya sambil berdiri dan memperlihatkan punyanya kepada Menik yang mebelakanginya. " Ni .... aku tidak malu punyaku kau lihat. Ni..... rambutku juga lebat kan ? Nik ...lihat ni... punyaku mlenuk kan ?" Tumi mengahkiri kalimatnya dengan tertawa menggoda Menik. Menik hanya melirik punya Tumi yang memang berambut lebat, mlenuk dan sedikit tampak belahannya. Diam - Diam Menik mengagumi lekuk - lekuk tubuh milik Tumi. Paydaranya begitu indah menempel di dadanya. Puting kecil memerah ranum. Kencang dan tegak. Tidak beda jauh dengan apa yang dipunyainya. Hanya saja milik Menik payudaranya sedikit lebih kecil. Namum Menik memiliki kelebihan di pantat. Pantat Menik lebih gempal dari pada pantat Tumi.
Tumi gadis bawel. Banyak omong. Suka mengolok - olok, tetapi hatinya lembut. Tak mudah tersinggung. Suka bergurau. Tumi perawan polos yang tidak suka menutup - nutupi perasaannya. Suka bilang suka, tidak bilang tidak. Tidak ada putih dikatakan hitam oleh Tumi. Selain itu Tumi memang gadis yang tidak suka menyembunyikan apa yang ada di pikirannya dan apa yang menempel di tubuhnya. Seperti gadis desa yang lainnya Tumi lugu, polos dan jujur. Cuma saja Tumi punya kelebihan yaitu suka ceplas - ceplos. Kalau sudah ngomong semua bisa terbeber.
Kedung berangsur sepi. Para perempuan yang selesai mandi pada meninggalkan kedung. Tinggal Menik dan Tumi yang masih berada di kedung. Matahari sudah tidak lagi nampak karena terhalang gunung. Udara semakin dingin. Suasana kedung menjadi sepi dan mulai gelap. Bergantian Menik dan Tumi saling menggosok punggung. Seperti biasanya Tumi nakal. Ketika ia sedang memperoleh giliran menggosok punggung Menik, Tumi langsung memeluk Menik dari belakang dan menempelkan dadanya kemudian menggosok - gosokkan di punggung Menik dan menggoyang - goyangkannya. Dengan begitu Tumi memperoleh rasa yang enak di payudaranya. Sebaliknya Menik yang punggungnya terasa disodok - sodok dan digosok - gosok daging kenyal, punggungnya merasakan kehangatan. Kalau sudah begitu Menik biasanya langsung tangannya mencari - cari yang ada di selangkangan Tumi. Dan Tumipun segera memasangkan selangkangannya untuk diraba tangan Menik. Ketika tangan Menik sampai, Tumi mulai meringis dan tawanya yang nyekikik tertahan - tahan karena tangan Menikpun mulai nakal. Ketika tangan Tumi mau membalas meraba punya Menik, dengan cepat Menik pasti menepis tangan Tumi. " Punyaku saja boleh kau raba, kenapa punyamu dak boleh aku penggang ta Nik ? Belum pernah lho Nik aku lihat punyamu. Mbok tak lihat sekali saja Nik !" Tumi merajuk agar Menik mau memperlihatkan punyanya. Kalau sudah begitu Menik pasti segera menyebur ke air. Seperti biasanya yang seperti ini hanya berlangsung sesaat. Kemudian kedua kembali menyeburkan diri di kedung dan menyelesaikan mandinya.
Hari masih belum siang. Menik tidak ke sawah. Keculai pekerjaan memanen kacang sudah selesai, Menik merasakan badannya sangat capai ketika kemarin seharian di sawah memanen kacang. Menik bisa bermalas - malas sebelum tugas rumah untuk menyiapkan hidangan makan siang dikerjakannya. Semua anggota keluarganya pergi ke sawah. Bapaknya, dan kakaknya. Ia mengeluarkan kertas yang terselip di tumpukan bajunya di keranjang di dekat tempat tidurnya. Dibacanya lagi surat dari Gono. Sudah berkali - kali satu -satunya surat dari Gono ini dibacanya. Tetapi Menik selalu mengulangi membacanya ketika ia kangen dengan kekasihnya yang pergi ke kota untuk bekerja. Diahkir suratnya Gono menuliskan Nik aku akan segera pulang kalau uang sudah terkumpul banyak. Aku segera akan melamarmu. Jangan tergoda oleh rayuan lelaki lain, ya ! Jangan mau kalau didekati sama Gudel ya ! Gudel itu suka sama kamu. Tetapi kamu sudah pacarku lho Nik. Sabar ya Nik ... ya .... dari kekasihmu Gono. Dengan membaca surat itu kerinduan Menik terhadap Gono bisa sedikit terobati. Pada saat - saat tidak banyak pekerjaan, Menik sangat merindukan Gono. Gono yang sangat perhatian terhadap dirinya. Gono yang selalu membuat perasaannya gembira. Gono yang ketika mencium pipinya selalu dengan kelembutan dan mulutnya selalu berbisik : Nik .... kamu cantik banget ... " Menik dan Gono sepasang remaja yang saling jatuh cinta. Remaja sedusun yang mula - mula tak ada hati. Tidak ada perasaan saling mencinta. Tidak ada perlakuan saling memperhatikan. Mereka bergaul biasa. Dimana mereka bertemu, hanya canda ria saja yang terjadi. Di sawah ketika Gono merumput dan Menik bekerja di sawahnya mereka hanya saling menyapa. Saling tersenyum, saling menggoda, tetapi tidak ada yang spesial di hati mereka. Sampai pada suatu malam ketika di desa ada keramaian berupa kegiatan tradisi desa. Setiap kali hasil panen berlimpah, desa mengadakan keramaian sebagai ujub ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Malam itu desa menjadi sangat semarak. Lampu penerangan dimana - mana berbinar terang. Orang - orang berjualan aneka jajanan dan aneka barang tumpah ruah di desa. Para penjual barang dan jajanan tahu kalau orang desa lagi banyak duit. Mereka akan membelanjakannya dengan senang hati. Berbagai baju, celana, sandal dan alat - alat bertani dijajakan pada malam itu. Tontonan berupa Jatilan, dan totonan lain semacam digelar. Gono, Menik, Tumi, Gudel, Mindi, Menur, Wuni, Ginem, Waru dan perjaka dan perawan desa lainnya sibuk mengatur keramaian. Mereka para remaja yang gesit menangani kepanityaan. Mereka mengganti para orang tua yang selayaknya sudah harus didudukan sebagai orang - orang yang dimuliakan dan dimanjakan pada saat - saat seperti ini. Keramaian berahkir setelah lewat tengah malam. Suasana menjadi sepi, dingin, dan hanya tinggal lampu - lampu yang sebagian masih berbinar. Rembulan yang menggantung di langit barat mulai tampak pucat. Suasana desa malam itu kembali menjadi tamaram. " Nik ayo aku antar pulang !" Gono menyapa Menik yang lagi sibuk membereskan alat makan. Kebetulan arah jalan Gono memang searah dengan Menik. " Ya ... kang sebenatar ! Lima menit biar alat - alat ini beres dulu !" Menik melihat Gono berdiri di dekatnya. " Ya betul Nik ! Kamu bareng kang Gono saja ! Sudah sana tinggal saja pekerjaannya nanti aku yang bereskan !" Sela Tumi yang memang rumah tinggalnya tidak sejauh rumah Menik dari pusat keramaian. " Kang Waru sudah bersedia mengantar aku pulang kok Nik ! Sudah sana kamu duluan !" Sambung Tumi dengan nada yang sangat iklas. Semakin jauh dari pusat keramain suasana menjadi semakin gelap. Jalan hanya diterangi rembulan pucat dan lampu - lampu kecil panjeran yang dipasang di teras - teras rumah sederhana. Gono dan Menik berjalan beriring. Menik berjalan di depan Gono mengikuti dibelakangnya. Tepat di jalan turunan Menik terpeleset. Jalan yang berupa tanah liat sangat licin. Beberapa hari sebelumnya turun hujan. Dan jalan belum sempat kering. Menik yang ditangannya menenteng berupa bungkusan makanan sisa hidangan di keramaian kehilangan keseimbangan, terhuyung dan jatuh. Kakinya keseleo. Menik benar - benar tidak bisa bangun dari posisi jatuh terduduknya. Pergelangan kakinya terasa sangat sakit. Gono cepat - cepat meraih tangan Menik untuk ditarik agar Menik berdiri. Tetapi Menik tidak mampu berdiri dan hanya mampu merintih kesakitan. " Tolong aku kang, kakiku keseleo. Sakit sekali. Aku tak bisa berdiri ". Ucap Menik sambil meringis kesakitan. Gono lalu memeluk badan Menik dan mencoba mengangkat agar Menik berdiri. Pada saat memeluk dan mencoba mengangkat badan Menik inilah tangan Gono tak urung menyentuh payudara Menik. Begitu mengkal. Kencang dan terasa hangatnya karena Menik mengenakan baju yang tipis. Menik ahkirnya bisa berdiri tetapi tetap harus ditopang. Menik terpincang - pincang. Menik dengan ditopang gono berjalan - terpincang dan sangat lambat. Sesekali berhenti dan meringis kesakitan. " Kalau caranya begini suk pagi nyampe rumah, Nik " Keluh Gono. " Kamu harus aku gendong saja " sambung Gono. " Sini ayo aku gendong saja !" Berkata begitu Gono langsung jongkok di depa Menik berdiri. Tidak ada cara lain untuk bisa segera sampai ke rumah selain harus digendong Gono. Maka tanpa pikir panjang Menik segera menempelkan tubuhnya di punggung Gono. Gono mengangkatnya. Menik yang tubuhnya ramping terasa ringan di gendongan Gono. Apalagi Gono sudah terbiasa mengangkat beban berat ketika membawa hasil merumput. Gono berjalan cepat. Menik terguncang - guncang digendongan Gono. Malam yang dingin tak dirasakan Gono. Karena di punggungnya ada tubuh Menik. Gono begitu merasakan payudara Menik menekan punggungnya. Kedua tangan Gono yang menyangga kedua paha Menik juga merasakan hangatnya tubuh menik. Selain itu Gono juga merasakan halusnya kulit paha gadis yang sedang digendongnya ini. Sebaliknya Menik yang ada di gendongan Gono juga merasakan hangatnya tubuh Gono. Payudaranya yang terjepit antara dadanya dan punggung gono terasa geli karena terguncang dan tergesek - gesek punggung Gono. Belum lagi kedua pahanya yang dicengkeram tangan Gono. Terasa sedikit sakit tetapi geli nikmat. " Kuat kang gendong aku sampai ke rumah ?" Menik berbisik di telingan Gono. " Kuat !" Jawab Gono sambil merasakan hangatnya napas Menik yang terasa di telinganya. Karena jalan yang memang tidak rata dan licin maka sebentar - sebentar Gono membenahi gendongannya karena Menik akan melorot saja dari punggung Gono. Pada saat membenahi gendongan inilah tidak sengaja tangan Gono menyentuh yang ada diselangkang Menik. Gono kaget. Tak Mengira tangannya bakal menyentuh milik Menik. Gono merasakan sesuatu yang menonjol di selangkangan Menik. Empuk - empuk kenyal. Cepat - cepat Gono segera menjauhkan tangannya dari empuk - empuk kenyal ini. Menik tak bereaksi. Ia tahu kalau Gono tidak sengaja menyentuh miliknya. Aneh ada rasa yang sangat tidak diketahui oleh Menik. Rasa yang tiba - tiba muncul ini malah ingin dirasakan lagi. Dalam benaknya ingin tangan Gono tidak senganja menyentuhnhya lagi. Keinginannya untuk miliknya tersentuh lagi membuat Menik melemaskan badan sehingga selalu akan melorot dari punggung Gono. Tak ayal Gono terus berulang - ulang memperbaiki gendongannya. Tetapi tangan Gono tak berubah posisi. Selalu hanya di paha dekat lutut. Menik belum berhasil. Menik mencoba memelorotkan badannya dan gono dengan cekatan memperbaiki gendongannya. Karena Menik ketika melorot agak mengatupkan pahanya makan tangan Gono tak urung jadi mendekati pangkal paha dekat selangkangan Menik. Pada posisi begini mau - tidak mau tangan Gono kembali menyentuh punya Menik. Karena melorotnya Menik cukup kebawah maka Gono menaikkannya tubuh Menik ke punggungnya menjadi susah. Tak urung tangan Gono cukup lama menyentuh milik Menik. Bahkan Gono secara tidak sengaja menjadi menekan - nekan milik Menik sebelum posisi gendongannya kembali ke posisi yang baik. " Ngantuk ya Nik ? Jangan ngatuk lah ! Nanti melorot terus !" Gono mengingatkan Menik. Menik tak menjawab. Ia masih merasakan sensasi ketika miliknya cukup lama tersentuh tangan Gono bahkan secara tidak sengaja merasa ditekan - tekan. Bukan laki - laki kalau Gono juga tidak merasakan apa - apa ketika tangannya cukup lama di selangkangan Menik. Gono menjadi deg - degan. Jantungnya berdegup. dan nafasnya sengal tertahan. Kejantanannya yang tersembunyi di balik celananya menggeliat. Gono membayangkan yang empuk - empuk kenyal di selangkangan Menik. Gono menjadi ingin menyentuhnya. Tetapi ia tidak berani melakukannya. Bukankah tadi hanya tidak sengaja ? Bagaimana kalau disengaja. Pikiran Gono jadi kacau. Tuntutan pikirannya untuk menyentuh lagi milik Menik tak tertahankan. Nekat Gono mendekatkan posisi tangannya ke pangkal paha Menik sambil pura - pura membenahi gendongan. Tangan Gono telah penuh menyentuh milik Menik. Empuk - empuk, kenyal dan hangat dirasakan tangan Gono. Jantungnya semakin berdegup. Nafasnya semakin tersengal. Miliknya yang ada di dalam celana semakin kaku. Sementara itu Menik yang miliknya telah dikuasai tangan Gono malah pura - pura tertidur di punggung Gono. Menik sangat menikmati tangan Gono. Tiba - tiba ada sesuatu yang luar biasa dirasakan di miliknya. Rasanya ingin pipis tapi tidak. Tetapi tiba - tiba terasa ada yang ingin mengalir keluar dari dalam miliknya. Dan rasa itu luar biasa enaknya. Menik tak mungkin membiarkan rasa itu hilang. Semakin lama semakin enak dan rasanya mau pecah. Dan tiba - tiba menik menggelinjang dan seperti berontak. Menik tak kuasa menahan rasa nikmatnya. Ketika menggelinjang inilah tangan Gono Menjadi kuat menekan milik Menik dan menjadikan milik Menik tambah tak karuan rasanya. Tak ayal tangan Gono menjadi basah oleh cairan milik Menik. Menik tersadar. Gono tersadar. Untung saja telah sampai di depan rumah Menik.
Sejak malam itu. Antara Menik dan Gono menjadi saling suka. Saling cinta. Saling sayang dan saling mengasihi. Menik menemukan lelaki yang selalu memberikan kasih sayang. Menik menemukan pria yang bisa membuat hatinya bergetar. Menik menemukan pemuda yang selalu membuat jantungnya berdegup ketika saling menatap mata. Menik menemukan orang yang bisa sebagai tempat berkeluh, bermanja dan bercengkerama. Menik menemukan pejantan yang benar - benar jantan yang bisa membuat keperempuannya berarti. Betapa tidak, hari - hari yang dilaluinya bersama Gono selalu membuatnya senang. Dikala siang matahari seakan bersinar lebih terang dari sebelumnya. Dimalam hari rembulan seakan menjadi lebih bercahaya dari saat sebelum hari - hari dijalani bersama Gono. Angin dingin yang mengalir ke lembah - lembah yang dipenuhi cemara semakin menancapi kulit dan semakin tajam terasa menusuk - nusuk setiap inci kulitnya. Setiap kali malam tiba dan rembulan bulat muncul diantara cemara - cemara Menik menunggu kedatangan Gono yang pasti akan mengajaknya ke lembah cemara. Disana Menik akan merasakan pelukan Gono yang mampu mengusir rasa dingin angin gunung yang kadang membawa kabut. Disaat -saat Gono memeluknya ini, Menik selalu ingin lebih dari sekedar dipeluk. Ia ingin dielus, diraba, dan digerayangi setiap inci lekuk tubuhnya. Menik selalu membantu - bantu dengan geliatan - geliatan atau dengan gerakan - gerakan tubuh lainnya yang membuat tangan Gono menyentuh bagian bagian tubuhnya yang sensitif dan enak ketika tersentuh. Setiap kali sudah begini Gonopun tanggap terhadap keinginan Menik. Tangannya segera menyusup ke balik baju hangat Menik. Tangannya segera menemukan buah dada menik. Dan dengan lembut kemudian diremasnya berganti - ganti. Ketika Menik menggelinjang dan menyediakan mulutnya untuk dicium Gono tidak menyianyiakannya. Ciuman Gono yang begitu melumat membuat Menik semakin menggelinjang. Dan dengan sengaja Menik membuka - buka selangkangannya dengan merenggangkan pahanya. Gerakan - gerakan kakinya disengaja agar rok bawahnya tersingkap ke pangkal paha sehingga miliknya yang sengaja tidak dikenakan celana dalam mudah ditelusuri tangan Gono. Ketika tangan Gono telah sampai disana dan mengelus - elusnya, menekan - nekannya, dan jarinya mulai mengilik, tangan Menikpun telah berada di dalam sarung Gono dan menemukan kejantanan Gono yang begitu kaku dan tidak ditutup celana. Menik menggenggamnya. Dan setiap kali di miliknya ada rasa enak yang berlebih, genggaman tangan Menik menjadi lebih kuat dan membuat Gono berjingkat dan menghentikan cumannya di bibir. Menik tahu Gono agak kesakitan di kejantanannya ketika genggamannya dikuatkan. Maka Menik lalu mengendorkannya dan membuat gerakan tangannya menjadi meremas halus dan memelintir lembut dengan gerakan naik turun. Memperoleh perlakuan demikian kejantanan Gono menjadi semakin kaku saja. Tangan Menik yang lembut dan basah keringat menjadi licin di kejantanan Gono. Kenikmatan yang semakin lama semakin menjadi membuat Gono semakin menyerang milik Menik dengan jarinya. Kalau sudah begitu Menik menjadi tidak tahan. Ia segera merapatkan pahanya dan mengangkat - angkat pantatnya agar jari Gono lebih menancap di miliknya. Mulut Gono yang terus menyedot - nyedot lehernya menyebabkan puncak kenikmatan Menik menjadi - jadi. Sesaat kemudian seperti biasanya Menik kemudian terkulai dan terengah - engah. Gantian Gono Segera berjongkok diantara paha Menik yang telah dikangkangkan. Tangan Kiri mengangkat pantat Menik dan tangan kanan memegangi kejantanannya lalu ujungnya digesek - gesekan di permukan milik Menik yang belahannya terbuka. Tidak lama Gono berbuat begitu seperti biasanya ia langsung melenguh dan memuncratkan cairan kenikmatannya ke permukaan milik Menik. Begitulah hari - hari yang menyenangkan dan membahagiakan serta malam - malam yang menikmatkan dilalui Menik bersama Gono sampai pada satu hari Gono berpamitan untuk bekerja di kota agar bisa segera mengumpulkan uang. Hanya selembar kertas yang berisi tulisan Gonolah yang bisa mengobati rindunya kepada kekasihnya itu. Menik berharap Gono segera bisa mengumpulkan uang dan pulang dusun untuk melamarnya. Sejak satu -satunya surat diterima, berbulan - bulan kemudian tidak lagi ada kabar dari Gono. Menik sempat berpikir Gono sudah melupakannya. Keraguan terhadap janji yang pernah diucapkan Gonopun sering sekali mengganggu pikirannya. Jangan - jangan kekasihnya itu telah tertambat hatinya pada wanita lain di kota. Di kota banyak gadis cantik. Mungkin Gono telah melupakannya, yang hanya gadis gunung yang tidak pandai berdandan. Gadis dusun yang tidak pernah memakai wewangian. Tidak seperti gadis kota yang pandai berhias dan selalu wangi. jika berpikir itu keraguan Menik Gono akan menepati janjinya menjadi semakin pudar. Gudel yang sejak lama menaruh hati terhadap Menik rupanya akan memperoleh kesempatan. Gudel mendengar dari Tumi kalau kepercayaan Menik terhadap janji Gono semakin memudar. Gudel menjadi semakin berani mendekati Menik. Gudel terus mencari tahu tentang Gono lewat Tumi. Kepada Tumilah Gono selalu ingin tahu perkembangan suasana hati Menik. Kemanapun Menik pergi Gudel selalu ingin tahu. Apa yang sedang dikerjakan Menik Gudelpun ingin mengetahuinya. Lewat Tumi Gudel ingin benar - benar tahu kalau Menik sudah bisa melupakan Gono. Gudel sudah selalu membayangkan bisa memeluk Menik. Terutama jika malam sepi dan hanya sendirian, Gudel tak sanggup untuk tidak membayangkan Menik berada di dalam pelukannya. Meraba - raba tubuh Menik. Menggerayangi milik Menik. Meremas - remas payudaranya. Mencium bibirnya. dan mengelus - elus pahanya. Kadang - kadang membayangkannya bercumbu dengan Menik Gudel kebablasan. Dibayangkannya Menik telah ditindihnya. Dan selangkangan Menik telah dibukanya. Dan ia yang sudah berada diantara selangkangannya segera menusukkan kejantanannya di milik Menik. Jika bayangan telah sampai kesitu Gudel langsung memegang kelelakiannya dan segera melenguh - lenguh memanggil nama Menik. Begitulah Gudel. Jika ia melihat Menik yang dirasakannya menjadi sangat bernafsu. Bukan perasaan sayang. Bukan perasaan akan mencintai. Tetapi birahinya yang muncul duluan. Ia melihat Menik sebagai gadis dusun yang cantik. Yang menggemaskan. Yang akan membuat birahinya terlampiaskan. Di dalam pikiran Gudel kalau ia bisa memperistri Menik pasti akan selalu terpuaskan birahinya. Menik yang cantik. Menik yang pantatnya gempal. Menik yang payudaranya membuat rok atasnya membusung di dadanya. Menik yang berkulit bersih dan berkaki panjang, tinggi semampai. Menik yang pasti akan melenguh - lenguh, dan menggelinjang kalau sedang ditindihnya.
Gudel begitu bersemangat untuk bisa segera dekat dengan Menik. Berbagai cara dipikirkan untuk bisa mendekatinya. Tetapi rasanya Gudel belum menemukan cara yang tepat untuk bisa dekat dengan Menik. Walaupun Gudel sangat ingin segera dekat dengan Menik, ia tidak ingin kemauannya yang menggebu ini diketahui Menik. Sekalipun ia sebenarnya laki - laki berangasan, tetapi terhadap Menik ia harus hati - hati. Jangan - jangan nanti Menik sakit hati, selamanya dirinya tidak akan bisa mendekatinya. Cara yang jitu belum ditemukan Gudel. Gudel hanya bisa memikirkan cara. Setiap kali ia sudah memutuskan satu cara, lagi - lagi Gudel berpikir ulang dan ahkirnya cara itu tidak jadi dipraktikan. Ia takut salah di depan Menik. Gudel sangat takut Menik tersinggung yang justru bisa membuat Menik tidak menerimanya. Satu hari Gudel bermaksud meminta tolong Tumi untuk menyampaikan maksudnya, kalau dirinya ingin dekat dengan Menik. Maksud inipun diurungkan. Gudel takut nantinya Menik menganggap dirinya tidak jantan. Gudel menjadi judeg. Rasanya sulit sekali mencari alasan agar bisa berada didekat Menik. Pernah juga terpikirkan di benak Gudel untuk mengirim secarik kertas berisi tulisan pernyataan ingin dekat. Setiap kali surat ditulis rasanya kalimatnya salah. Jangan - jangan nanti malah ditertawakan Menik. Setiap kali sudah selesai menulis dipandanginya tulisannya. Tulisan yang jelek dan tidak rapi. Gudel sangat maklum tidak bisa menulis rapi. Bangku sekolah yang bisa dinikmatinya hanya sampai di kelas lima. Teman - teman sedesa dan sebayanyapun hanya sekolah sampai di kelas enam. Tidak ada yang sampai ke tingkat lanjutan. Kecuali sekolah begitu jauh, juga biaya yang tidak memungkinkan. Hanya anak - anak pak Lurah dan pak bayan saja yang bisa ke sekolah lanjutan. Itupun kadang - kadang putus di tengah jalan. Menik, Tumi, Ginem, Menur, Sarjah dan lain - lainnya malah hanya selesai di kelas empat. Mereka keburu diminta orang - orang tuanya untuk membantu di sawah. Rasanya asal sudah bisa sedikit membaca dan sedikit bisa menulis, cukup. Hasil panen menjadi lebih penting dari pada bisa menulis baik dan rapi. Para orang tua juga pada takut menyekolahkan anak - anaknya di kota. Mereka takut terhadap pengalaman yang sudah. Anak yang sekolah di kota pada umumnya kehilangan jati dirinya sebagai orang desa. Mereka tidak lagi mau menanam sayuran dan palawija. Mereka tidak lagi mau kena lumpur liat. Mereka menjadi sombong. Mereka tidak lagi mau merumput untuk memberi makan sapi - sapinya. Mereka menuntut sapinya dijual dan dibelikan motor. Mereka menuntut sawahnya digadaikan saja untuk biaya mencari pekerjaan di kota. Sawah ladang yang terbentang tidak lagi menjadi harapan. Mereka lebih ingin yang gemerlap di kota. Mereka berpikir ilmunya yang diperoleh di kota tak bisa dimanfaatkan di desanya. Kehidupan yang ayem, tentrem, makmur, sejahtera dan damai di desanya tak lagi menarik. Hingar - bingar dan berbinarnya kota lebih menarik perhatiannya. Gudel, Gono, Waru, Damar, Manggar, Tumi, Ginem, Sarjah, Menik dan lain - lainnya adalah korban pemikiran orang tuannya dan juga korban ulah para pendahulunya yang ketika setelah selesai sekolah di kota kehilangan jati dirinya sebagai orang desa yang lugu, polos, jujur, dan menyukai gotong royong, ketenteraman dan kedamian serta kehidupan yang sederhana. Keinginan Gudel untuk mendekati Menik belum juga kesampaian. Gudel menjadi sering termenung dan melamun. Karena seringnya melamun sampai - sampai tangannya tergores sabit ketika merumput. Bahkan ketika berjalan di pematang sawah Gudel terpeleset jatuh masuk parit. Tidur tidak nyenyak, makan tidak terasa enak. Yang ada di pikirannya hanya Menik dan Menik. Menik yang segera akan diajaknya masuk ke hutan di atas desa yang sepi. Menik yang akan segera digumulinya. Menik yang akan diminta memegangi punyanya yang besar dan panjang. Menik yang akan menerima muntahan birahinya.
Di sisi lain Tumi yang sebenarnya menaruh hati, malah luput dari perhatiannya. Tumi yang ketika ketemu dirinya selalu membusung - busungkan dada agar buah dadanya lebih tampak menggunung dan menaik - naikkan pantatnya agar lebih tampak menarik, tidak pernah terlihat oleh matanya. Gudel tidak tahu kalau Tumi menyukainya. Tumi yang ketika berkesempatan duduk di dekatnya selalu menaik - naikkan roknya agar pahanya nampak dan bisa dilihat, tak dihiraukannya. Bahkan pada suatu saat ketika Gudel sedang merumput di sawah Tumi sengaja mendekatinya dan ia pura - pura jatuh terpeleset agar ditolong dan dijamah - jamah oleh Gudel, malah menjadi bahan tertawaan Gudel.
Sebenarnya Tumi tidak kalah cantik dengan Menik. Malahan Tumi berpostur lebih gempal daripada Menik. Dari cara bergaul Tumi lebih terbuka dan lebih gampang diajak bicara. Menik cenderung banyak diam dan tidak banyak mengumbar senyum. Tumi cerewet, suka tertawa terbahak, dan sangat murah senyum. Tumi kalau berjalan tidak pernah menunduk. Matanya selalu kemana - mana. Apalagi kalau ada sekumpulan pemuda yang lagi nongkrong - nongkrong Tumi tidak segan - segan nimbrung dan dengan sikapnya yang centhil mencoba menggoda. Dimana ada Tumi disitulah terjadi gurauan - gurauan yang membangkitkan birahi.
Tumi menyukai Gudel karena Gudel suka terbuka seperti dirinya. Di mata Tumi Gudel sangat jantan. Sifat laki - lakinya sangat menonjol. Cenderung kasar dan keras. Disamping itu postur tubuh Gudel yang tinggi besar sangat seksi di mata Tumi. Di benak Tumi Gudel akan memperlakukannya dengan sangat agresif ketika sedang berpacaran. Tumi tidak menyukai lelaki yang halus, klemat - klemet dan lelet. Satu saat Tumi membayangkan Gudel yang meremas - remas payudaranya dengan tangannya yang kokoh kuat. Menciumi bibirnya sampai ia gelagapan. Memeluknya kuat - kuat dan menggosok - gosokkan kelakiannya yang besar panjang. Dan mempermainkan miliknya dengan cara yang membabi buta. Tumi suka diperlakukan demikian. Pernah juga terbayangkan indahnya diperkosa oleh Gudel. Tumi tahu Gudel yang berangasan pasti akan bisa sangat menyenangkan dirinya.
Satu hari ketika dirinya pasti akan ketemu Gudel di sawah, karena hari itu Gudel sedang diminta membantu bekerja di sawahnya, Tumi sengaja mengenakan pakaian yang kekecilan. Sehingga payudaranya nampak menonjol dan belahan dadanya bisa dilihat, dan karena roknya pendek pasti pahanya akan selalu nampak. Kalau ia membungkuk nanti di depan Gudel, Gudel pasti akan melihat pantatnya dan melihat celana dalamnya. Harapannya Gudel akan terangsang dan menjadikan Gudel memperhatikannya. Dan satu saat Gudel akan mencarinya, mengajaknya ke hutan dan disana akan terjadi paduan kasih yang diharapkannya. Dan ahkirnya Gudel akan melamarnya. Sayang hari itu kejadian tidak seperti yang diharapkan Tumi. Gudel bekerja tanpa memperhatikan Tumi yang selalu di dekatnya membantu - bantu Gudel. Tingkah polah Tumi tidak menarik perhatian Gudel. Malah ketika Gudel melihat Tumi yang duduk kangkang dihadapannya sambil menyajikan makanan kiriman, Gudel sambil tersenyum menyampaikan kalimat olok - oloknya : " Tum ... tu celana dalammu kelihatan. Dak malu pa saya lihat !" Kemudian Gudel tertawa lepas sambil tetap melototi sesuatu yang mlenuk di selangkang Tumi. " Dasar laki - laki kalau sudah ngeliat tak berkedip ! " Balas Tumi pura - pura memberengut tetapi tetap membiarkan selangkangannya terbebas dari rok yang seharusnya menutupinya. Tumi terus tetap sibuk menuangkan air teh, menciduk nasi, dan menata lauk di pematang sawah dengan tetap membiarkan selangkangan nampak. Tumi nekat berbuat demikian karena sejak tadi polah tingkahnya selalu tak menarik perhatian Gudel. Sementara itu sambil menyulut sebatang rokok Gudel tetap memelototi yang sengaja ditampakkan Tumi. " Kedip kang ... tu nanti mata kang Gudel tribilen lho kalau natap terus !" Kata Tumi sambil menatap mata Gudel. Gudel terbahak. Tumi sempat melirik ke celana kolor Gudel. Disana ada yang membusung. Dalam hati Tumi berjingkrak. " Kena kau kang Gudel ... besuk atau lusa kau pasti akan mengajakku ke hutan !".
Yang ditunggu Tumi tidak pernah hadir. Gudel tidak pernah menghampirinya. Gudel tidak pernah datang ke dirinya untuk mengajak ke hutan. Tumi sangat kecewa. Tetapi rasa sukanya terhadap Gudel tidak padam. Tidak surut. Tumi berpikir mungkin belum saatnya Gudel mengajak dirinya ke hutan. Suatu saat nanti siapa tahu. Tidak pernah terpikirkan oleh Tumi kalau Gudel sebenarnya menyukai Menik. Hatinya telah tertambat di Menik yang sudah dipacari Gono. Tumi tidak menyadari itu.
Tumi merencanakan memasang jerat. Tumi bertekat mendapatkan Gudel. Walaupun harus dengan melaksanakan cara - cara yang tidak umum. Tumi sangat berhasrat dipacari Gudel. Dengan cara yang seperti apapun ia harus mendapatkan Gudel. Pemuda lain sudah tidak terlihat di mata Tumi. Gudel menjadi satu - satunya idamannya. Jangankan melihat, baru mengingat saja jantung sudah berdesir. Kalau sedang berhadapan dengan Gudel Tumi merasakan seluruh kulitnya merinding. Debar jantung menjadi meningkat. Gudel sangat menarik perhatiannya. Sebenarnya sudah sejak lama Tumi menaruh hati. Tetapi baru ahkir - ahkir seiring dengan kedewasaannya bertambah Tumi menjadi semakin menggebu. Di benaknya Gudel adalah pria yang akan mampu memberikan segala - galanya. Bertubuh kekar pasti akan suka bekerja keras. Sawah ladangnya yang berlebih akan ada orang yang bisa membantu menggarapnya. Walaupun tingkah polahnya berangasan sebenarnya Gudel baik hati. Suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Tidak congkak. Hanya saja Gudel memang suka bicara keras, ceplas - ceplos, tidak suka menutup - nutupi. Dan kalau sudah ngomong tidak terkontrol. Tidak jarang bahkan sering sekali jika sedang berkumpul dengan yang lain - lain suka ngomong jorok. Kalau sudah ngomongkan perempuan tidak ada yang ketinggalan milik perempuan diomongkan. Seperti biasanya kalau sudah begitu Gudel terbahak - bahak keras. Kalau sedang bersama perawan - perawan tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Ada saja yang dilakukannya. Menjawil, memegang hidung, tak jarang nekat menyenggol buah dada perawan yang di dekatnya. Kalau sedang kumpul - kumpul, banyak teman perawannya menjerit dan memaki - maki lantaran tangan Gudel yang sering nekat. Gudel yang dimaki - maki biasanya hanya terbahak dan ngeloyor pergi. Aneh justru tingkah polah Gudel yang seperti itulah yang amat disukai Tumi. Tumi menulis surat yang isinya mengajak Gudel pergi ke hutan. Tumi tidak malu - malu lagi. Sebagai perempuan seharusnya dia menunggu. Tetapi justru ia yang agresif. Tumi sudah bosan melakukan godaan - godaan terhadap Gudel. Godaan - godaannya tidak pernah mendapat tanggapan. Tingkah polahnya selalu luput dari perhatian Gudel. Padahal Tumi tahu kalau sifat Gudel yang berangasan pasti mudah digoda. Tetapi terhadap godaan - godaan yang dilakukannya Gudel acuh saja. Tumi menjadi bingung. Padahal rasa sukanya terhadap Gudel rasanya suda tidak terbendung.
Gudel menerima secarik kertas tanpa amplop dari seorang anak kecil. Gudel mengerinyitkan dahinya setelah membaca satu kalimat yang ada di kertas itu. Kang yuk kita hutan ! Anak kecil pengantar surat mau segera lari meninggalkan Gudel. Cepat - cepat Gudel meraih tangannya. " Tunggu !" Gudel segera masuk rumah. Dengan pensil ditulisnya kalimat di bawah kalimat yang di tulis Tumi. Mau, besuk siang ya, Tum ! Gudel memberikan kembali secarik kertas dari Tumi. " Berikan lagi ini kepada mbakyumu !"
Tumi sangat girang menerima jawaban dari Gudel. Rencananya menjerat Gudel bakal terlaksana. Pagi - pagi ia akan mandi air kembang. Agar Gudel terangsang oleh bau badannya yang wangi. Rok terbaik akan dikenakan. Bukan hanya rok yang terbaik tetapi rok yang longgar. Dengan mengenakan rok longgar Tumi berharap Gudel tidak akan sulit merogoh - rogoh apa yang ada di balik roknya. Tumi sengaja tidak akan pakai kutang. Maksud Tumi agar nanti tidak ribet melepaskannya kala tangan Gudel merogoh kesana. Tumi juga tidak akan mengenakan celana dalam. Dengan begitu Gudel tidak akan susah - susah memelorotkannya. Besuk siang Gudel pasti akan seru menggelutinya. Guguran bungan cemara yang mereka pakai alas untuk tiduran di tengah hutan cemara pasti akan berhamburan oleh polah Gudel dalam menggumulinya. Gudel pasti akan sangat gemas dengan tubuhnya. Tumi membayangkan pasti besuk Gudel akan mengejaknya bicara yang jorok - jorok, lalu mencoba merangkulnya. Tumi akan pura - pura menghindar. Dan Gudel akan terus merangsek. Ahkirnya Tumi dalam pelukan Gudel. Mula - mula Gudel pasti akan menciumi bibirnya. Dan tangannya pasti tidak tahan untuk menggerayangi tubuhnya. Serangan birikutnya sambil menciumi bibir dan lehernya tangan Gudel pasti akan sampai di buah dadanya dan meremas - remas dengan gemasnya karena Gudel sudah dipenuhi nafsu birahinya. Saat itu pasti napas Gudel sudah ngos - ngosan dan pikirannya sudah tidak terkendali. Gudel pasti akan segera melepas celananya dan akan segera menindihnya. Dan Gudel pasti akan segera memegangi pahanya dan memelorotkan celana dalamnya. Tetapi ketika tangan Gudel tahu kalau miliknya tidak ditutupi celana dalam pasti tindakan Gudel berikutnya akan mengangkangkan pahannya dan mengarahkan yang telah mencuat kaku ke miliknya. Dengan begitu Gudel pasti terjerat.
Tumi sudah berketetapan kalau besuk siang keperawanannya akan diserahkan ke Gudel. Dan selanjutnya Tumi berharap dirinya akan hamil. Kemudian Gudel dimintanya bertanggung jawab. ahkirnya cita - cita Tumi memiliki Gudel akan kesampaian. Gudel akan menjadi suaminya. Tumi akan selalu mencintainya. Tumi akan selalu melayaninya. Gudel akan menjadi ayah dari anak - anaknya. Gudel akan menjadi teman hidupnya selama - lamanya.
Esuknya siang yang ditunggu tiba. Tumi yang wangi.Tumi yang mengenakan rok terbaiknya dan rok longgarnya serta Tumi yang tidak mengenakan kutang dan celana dalam telah menunggu Gudel di teras rumahnya. Tumi menunggu Gudel datang. Tumi begitu gelisah. Setengah jam telah lewat dari siang yang seharusnya, Gudel belum datang. Sesekali Tumi melihat ke jalan di depan rumahnya dan melongok. Belum juga tampak Gudel berjalan ke arah rumahnya. Tiba - tiba terdengar di telinga Tumi suara gendong. Gendong adalah kentongan sebesar kerbau yang ditempatkan di rumah pak kadus dibunyikan orang sebanyak dua belas kali. Dan dibunyikan berulang - ulang. Tumi tahu kalau gendong yang dipukul demikian adalah tandanya di dusun ada orang meninggal. Tumi bertanya - tanya siapa gerangan yang meninggal dunia ? Sebentar kemudian jalanan menjadi ramai. Banyak orang keluar rumah ingin menyakinkan siapa yang hari itu meninggal. Ada juga orang - orang yang setengah berlari menuju sumber suara gendong. Mereka ingin menanyakan siapa yang siang ini meninggal.
Tumi kecewa. Mengapa ada orang meninggal siang ini. Siang ketika ia sebenarnya akan berkencan dengan Gudel. Siang dimana ia akan menjerat Gudel agar ia bisa memiliki Gudel. Siang dimana ia akan merasakan kenikmatan sebagai perempuan yang dicumbui lelaki. Apalagi dicumbui lelaki berangasan. Pasti akan sangat enak dinikmati. Akan datangkah Gudel ? Pasti tidak. Karena sebagai pemuda pasti akan lebih mementingkan berada di tempat orang yang sedang kesusahan. Kalaupun Gudel datang pantaskah sedang ada kesusahan ia dan Gudel justru malah pergi ke hutan menikmati cumbuan dan gumulan ? Tumi kecewa. Tetapi kekecewaannya ditindihnya dengan nalar warasnya. Toh masih ada waktu lain.
Orang di jalanan ramai berbincang. Ternyata yang meninggal di siang ini adalah Nyi Ramang. Mendengar yang meninggal ternyata Nyi Ramang, Tumi tidak lagi ingat Gudel. Tidak lagi ingat akan rencana menjerat Gudel. Ia harus segera ke rumah Menik. Menik pasti lagi menangis karena ditinggal mati neneknya. Menik pasti sedang bingung. Ia harus membantunya. Maka segera Tumi masuk rumah. Dikenakannya celana dalam dan kutang yang sejak tadi tidak dikenakan agar memudahkan Gudel menjangkau miliknya. Tumi segera meninggalkan rumah menuju rumah Menik.
Ketika Tumi tiba, di rumah Menik telah banyak orang melayat. Para pemuda dusun sibuk. Termasuk Gudel. " Maaf Tum, terpaksa kita urung ke hutan " Kata Gudel setelah ada kesempatan berdekatan dengan Tumi disela - sela kesimbukannya sebagai pemuda yang membantu ini itu demi lancarnya urusan mayat. " Dak apa - apa kang, toh masih ada waktu lain " Jawab Tumi sambil berlalu dari hadapan Gudel karena ia harus meronce kembang yang akan dikalungkan di kerenda mayat.
Semakin siang pelayat semakin banyak. Ratusan bahkan ribuan orang berdatangan. Mereka pada membawa barang bawaan berupa keperluan dapur. Bahkan terlihat beberapa orang datang menuntun sapi, kerbau, dan kambing untuk disumbangkan dan disembelih. Bagi orang - orang yang telah pernah ditolong Nyi Ramang, apalagi kalau orang kaya barang bawaan yang disumbangkan kelewat banyak. Rumah Menik yang berhalaman luas tidak juga bisa menampung banyaknya pelayat. Pelayat meluber ke jalan, ke rumah - rumah tetangga dan ada yang terpaksa duduk sekenanya dimana ada tempat untuk duduk. Nyi Ramang meninggal dalam usia 112 tahun. Hampir sepanjang hidupnya diabdikannya bagi siapa saja yang butuh pertolongan darinya. Dalam memberikan pertolongan Nyi Ramang tidak pernah pilih - pilih. Siapa saja yang butuh pertolongannya sebisa mungkin dilayani. Tidak yang kaya, tidak yang miskin mereka memperoleh pelayanan yang sama. Nyi Ramang dikenal sebagai perempuan sakti.
Nyi Ramang bak dokter di kota. Bahkan lebih dari dokter. Penyakit apapun dapat diobati oleh Nyi Ramang. Orang sedusun, bahkan sedesa, bahkan pula sampai ke tetangga desa, semua berobat ke Nyi Ramang. Tidak pria, tidak wanita, anak - anak sampai orang tua jompopun dibawa ke Nyi Ramang. Nyi Ramang memiliki kelebihan dari orang - orang pada umumnya. Tidak hanya mereka yang sakit, yang mempunyai masalah keluarga, sampai pada masalah - masalah yang ruwet sekalipun bisa diberikan jalan keluar oleh Nyi Ramang. Nyi Ramang kemudian dikenal sebagai dukun sakti.
Telah ratusan, bahkan ribuan orang telah ditolong oleh Nyi Ramang. Nyi Ramang berhenti memberikan pertolongan sejak benar - benar Nyi Ramang sudah tidak bisa bangun dari tempat tidur karena usia. Dua tahun sejak hari meninggalnya ini, Nyi Ramang hanya tergeletak tidak berdaya di tempat tidur. badannya tinggal tulang dan kulit yang membalutnya. Banyak orang kecewa karena tidak bisa lagi berobat, atau minta pertolongan Nyi Ramang. Orang bertanya - tanya mengapa tidak ada yang mewarisi ilmu Nyi Ramang. Pak Pedut satu - satunya anak Nyi Ramang mengaku tidak memperoleh warisan ilmu dari mboknya. Kliwon anak pak Pedut, yang juga cucu Nyi Ramang juga mengaku tidak memperoleh apa - apa dari neneknya. Apalagi menik yang lugu dan baru menginjak dewasa pasti juga tidak mewarisi ilmu neneknya. Orang menduga - duga, mungkin saja nanti kalau Nyi Ramang sudah meninggal dunia pak pedut baru akan menjalankan apa yang dilakukan Nyi Ramang. Pak Pedutlah orang yang patut mewarisi ilmu Nyi Ramang. Nyi Ramang pasti sudah mewariskan ilmunya kepada anaknya. Tidak mungkin jika tidak. Hanya saja pak Pedut belum berani berbuat ketika Nyi Ramang masih ada. Satu hari datang orang meminta pertolongan dan memaksa - maksa agar pak Pedut mau mengobati sakitnya. Pak Pedut hanya kebingungan. Orang tidak percaya kalau pak Pedut tidak bisa melakukan seperti apa yang dilakukan Nyi Ramang. Warga dusun, bahkan seluruh warga desa dan orang - orang yang tahu siapa pak Pedut sangat mengharapkan pak Pedut bisa menggantikan Nyi Ramang. Jika tidak warga akan menemukan kesulitan jika menderita sakit dan menemui berbagai masalah. Sejak Nyi Ramang berhenti mengobati dan menolong orang karena usianya yang sudah sangat lanjut, orang terus meminta dan mendukung agar pak Pedut segera bisa menggantikan Nyi Ramang. Pak pedut hanya terdiam, bingung dan galau. Tidak jarang pula orang menemui Kliwon anak pak Pedut cucu Nyi Ramang. Orang juga menduga - duga Kliwonlah yang mewarisi ilmu neneknya. Banyak orang meminta Kliwon agar mengobati orang sakit yang datang. Seperti ayahnya Kliwon hanya bingung dan takut. Karena memang dirinya tidak bisa melakukan seperti yang dilakukan neneknya. Tidak luput Menikpun banyak ditanya teman - temannya dan para perempuan dusun. Menik hanya bisa diam. Apa yang harus dilakukannya ? Jawaban apa pula yang mesti disampaikan kepada para penanya ? Kalau sudah begitu Menik hanya bisa tertunduk dan menitikan air mata. Setelah melihat itu barulah mereka berhenti bertanya. Tetapi pada kesempatan lain orang lagi - lagi mengganggu Menik dengan pertanyaan - pertanyaan yang sama.
Menjelang matahari tenggelam jasad Nyi Ramang dimakamkan. Ratusan pelayat mengiring jasadnya sampai ke kubur di atas bukit kecil di belakang dusun.
Hari kesepuluh kematian Nyi Ramang, tamu - tamu pelayat mulai sepi. Tinggal satu dua saja yang datang melayat. Hari sibuk yang dialami keluarga Menik sudah sangat berkurang. Di rumah juga sudah tidak lagi banyak orang membantu. Karena memang sudah tidak lagi banyak pekerjaan seperti hari - hari sebelumnya yang harus menyuguhi tamu - tamu yang datang. Menyiapkan hidangan, bahkan juga menyiapkan makanan bawaan untuk si tamu yang datang membawa sumbangan berupa barang atau hewan. Hanya Gudel dan Yu Jumprit yang masih setia membantu di rumah Menik. Yu Jumprit memang masih ada hubungan darah dengan keluarga Menik. Jadi yu Jumprit masih akan terus membantu keluarga Menik, sampai benar - benar nanti keluarga Menik tidak lagi repot. Yu Jumprit sudah lama menjanda dan tidak memiliki anak. Hidup sendiri di rumah bagi yu Jumprit terasa sepi. Setelah kematian Nyi Ramang yu Jumprit kepikiran ingin tinggal saja di rumah Menik daripada di rumah sepi sendiri. Kepikiran juga di benak yu Jumprit, siapa tahu pak Pedut yang telah lama ditinggal mati mboknya Menik akan menyukainya dan mengajaknya hidup sebagai suami isteri.
Lain lagi dengan Gudel. Gudel ingin berjasa di depan Menik. Gudel tak menghitung waktu. Pagi, siang, sore, malam tidak mengenal lelah ada saja yang dikerjakan demi meringankan keluarga Menik. Terutama pekerjaan mengambil air dari sumber. Dari hari pertama meninggalnya Nyi Ramang sampai hari kesepuluh Gudellah yang selalu memikul bumbung - bumbung air dari sumber dibawa ke rumah. Untuk mengambil air dari sumber tidaklah gampang. Harus turun tebing, melewati jalan licin berbatu dan jaraknya cukup jauh dari rumah Menik. Gudel ingin berjasa. Dan jasanya ingin diketahui Menik. Gudel sangat berharap Menik menganggapnya sebagai pemuda yang bertanggung jawab. Pemuda yang tahu akan kerepotan orang lain. Gudel berharap Menik mengaguminya. Dan satu saat nanti Gudel akan bisa mendekati Menik dengan mudah.
0 notes
ririekhayan · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Seseruan tadi sore, selepas UAS di hari ke-4. Alhamdulillah, 9 materi diklat siap di kemas. . . And, I'm gonna miss the moment like this. Jika diklat ini kelar, kebersamaan yang terjalin sekitar 5 bulan pun akan usai. Kebersamaan 5 bulan akan menjadi #ceritaseru yang penuh kesan tak terlupakan. . . #friends #friendship will never end, even we live apart.
0 notes
wintro · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Hayo siapa??? Yuk baca dan urutkan dengan gambar ya. Gambar 1 Banyak pertanyaan yang timbul gara-gara memajang foto ini. Di captions ada lho jika dibaca dengan teliti. Terimakasih yang sudah mendoakan🤔 Gambar 2. Nah ini Erwin. Jadi pasti bukan Erwin yang sakit, karena di ranjang nya, ada yang terlihat tiduran kan ya. Hayooo sudah bisa tebak belum❓🤕 Gambar 3 & 4 Nikmati dulu makanan lezat dan tertata bagus dari @rs.pantiwilasa_dr.cipto ini. Keren nich bagian dapur nya. Rajin banget, dihias-hias dan enak rasanya. Kamu pengen coba kan jadinya?😋 Gambar 5 Sugah bisa ditebak kan? Ini dia yang sedang mencoba jadi pasiennya. Tetapi tetap bisa tersenyum dan berswafoto (selfie istilah kerennya) lho. 🤠 Gambar 6 Di dalam kamar, TV nya ada dua dan bisa di setel sendiri-sendiri lho. Jadi gak ada namanya rebutan remote. Kamar anti KDRT (yang lagi marak nich). Justru jadi mesra karena bisa melihat program nya sendiri-sendiri dengan full 🥰 Gambar 7 Terimakasih RS. Pantiwilasa dr. Cipto. Sudah memberikan pelayanan terbaiknya, sehingga bisa segera pulang nich. Dan di dalam mobil kita happy lho. Tidak ada yang nampak sakit kan?💝💝💝 Jadi sahabat-sahabat ku, terimakasih untuk doa yang tulus buat kami sekeluarga. Terimakasih untuk yang sudah menemani kami bercanda selama ngamar terutama buat Meme yang juga sudah menjalani operasi cari ikan, tapi ketemu nya hanya matanya saja 🤭😂🤣 Jadi intinya adalah "hati yang gembira adalah obat paling manjur dalam mengatasi apa pun yang terjadi selama kita ada di dunia ini" #ceritaseru #ceritaasyik #happy #sehatyuk #sehatitumahal #rspantiwilasadrcipto #ukmbolodewe #TeamRecshop #eatnshop #operasi #ngamar (at RS Pantiwilasa dr Cipto) https://www.instagram.com/p/CjkxQUTB3BG/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes