#heboh
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Semangat teman-teman Nana selalu bersemangat apalagi kamu.... Yeahhhh 💪 #semangat #seru #asyik #heboh #nanasuka #ukmbolodewe #eatnshop #teamrecshop #yeah #yes (at Pringgading) https://www.instagram.com/p/CpKjnm1ywYZ/?igshid=NGJjMDIxMWI=
4 notes
·
View notes
Text
Jutaan Ekor Udang Naik Ke Daratan Hebohkan Warga Gorontalo
Jutaan Ekor Udang Naik Ke Daratan Hebohkan Warga Gorontalo #video_viral #heboh #warga_gorontalo
Hargo.co.id GORONTALO – Sebuah video amatir yang menampilkan jutaan ekor udang air tawar naik ke daratan, viral di media sosial dan menghebohkan warga Gorontalo, Rabu (24/05/2023). Belakangan diketahui, fenomena langka tersebut terjadi di salah satu pemukiman warga yang ada di Desa Buladu, Kecamatan Sumalata, Timur, Kabupaten Gorontalo Utara pada Selasa (23/05/2023). Salah satu warga yang sempat…
View On WordPress
0 notes
Text
Heboh 300 T
SRI MULYANI bisa mengakhiri kisruh medsos laporan PPATK senilai Rp 349 triliun dengan elegan. Lihatlah caranya. Bisa dijadikan pelajaran bagi siapa saja yang ingin mengakhiri kehebohan di media massa. Sri Mulyani mengakhiri heboh itu dengan cara yang tidak asal bantah. Tidak juga ada kesan cuci tangan. Sebagai orang yang begitu sering digebuki medsos di seumur hidupnyi, heboh 349 T sekarang ini…
View On WordPress
0 notes
Text
Jadi Tersangka, Pihak Jessica Iskandar Minta Steven Ditangkap-BlogIcakIcak.com
BlogIcakIcak.com – Dilansir dari berita JawaPos.com,Laporan polisi Jessica Iskandar terhadap mantan rekan bisnisnya merupakan Christoper Steffanus Budianto alias Steven terkait kasus dugaan penipuan dan penggelapan kini memasuki babak baru. Pihak terlapor resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Kepastian peningkatan status Steven dari saksi menjadi tersangka diketahui pihak Jessica Iskandar Berhubungan dengan adanya Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang diterimanya.
#blogicakicak#viral#sehat#artis#berita#artistic#viralreels#viralpost#instaartist#artistsupport#heboh#artist_sharing#artistoftheday#artistsofinstagram#artistprocess#artistphoto
0 notes
Text
CLICK HERE FREE DOWNLOAD AVATAR 2022
CLICK HERE FREE DOWNLOAD AVATAR 2022
0 notes
Text
Heboh Tudingan Aktor Lee Byung Hun Melakukan Penggelapan Pajak?
INFOBELITUNG - Aktualitas tentang aktor ternama Korea Selatan, Lee Byung Hun, belakangan ini menjadi topik hangat. Pasalnya, ia di duga terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang tengah di proses oleh pihak layanan pajak. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang fakta-fakta terkait kasus tersebut dan juga tanggapan dari pihak terkait.
Fakta-fakta Kasus Penggelapan Pajak Lee Byung Hun
Menurut laporan media Korea Selatan, pihak layanan pajak melakukan pemeriksaan khusus terhadap Lee Byung Hun dan agensi BH Entertainment pada September 2022. Setelah di periksa, keduanya di minta untuk membayar denda hingga ratusan juta Won karena di duga telah melakukan penggelapan pajak. Baca Juga : Dituntut Cerai, Indra Bekti Curhat Soal Kebiasaan Buruk Aldila yang Jadi Sorotan Dalam laporan yang sama, Lee Byung Hun di sebut-sebut membeli gedung 10 lantai di Yangpyeong, Seoul, dan menjualnya pada 2021 dengan keuntungan sekitar 10 miliar Won (Rp 11,5 miliar). Kabar tersebut menambah dugaan bahwa ia terlibat dalam penggelapan pajak.
Tanggapan BH Entertainment
Pihak BH Entertainment yang merupakan agensi Lee Byung memberikan tanggapan terkait tuduhan tersebut. Mereka menegaskan bahwa sang aktor tidak pernah terlibat dalam insiden memalukan terkait pajak selama 30 tahun terakhir. Mengenai kabar soal denda pajak yang harus dibayarkan oleh Lee Byung Hun, BH Entertainment menegaskan bahwa uang yang di keluarkan bukan sebagai denda. Mereka menjelaskan bahwa biaya tambahan pajak yang di kumpulkan adalah karena adanya perbedaan waktu deposit untuk jaminan iklan. BH Entertainment juga menjelaskan bahwa mereka dalam proses normalisasi akuntansi untuk bonus yang di bayarkan kepada semua karyawan dengan pengeluaran pribadi sang aktor yang di proses sebagai beban perusahaan. Saat ini, kasus penggelapan pajak yang di duga di lakukan oleh Lee Byung masih dalam proses penyelidikan oleh pihak berwenang. Meskipun ada beberapa fakta yang menunjukkan kemungkinan keterlibatannya dalam kasus ini, namun kita harus menunggu keputusan resmi dari pihak berwenang. Hal yang bisa kita lakukan adalah tidak menyebarluaskan spekulasi dan tetap menghormati proses hukum yang sedang berjalan. Semoga kasus ini dapat terselesaikan dengan adil dan transparan. Jangan Lewatkan : Peluang Balikan Wijaya Saputra dan Gisella Anastasia, Benarkah? Jangan Lupa. Dengan. Perkembangan. Berita Terbaru , Berita Terkini , Berita Hari ini , Berita Teknologi , dan Berita Viral lainnya di Info Belitung Dapat Mengklick Link. Di. Bawah. Ini : Facebook. (Dengan Kamu Mengklick. Link. ini. Kamu. Akan. Masuk. ke Facebooknya Info Belitung) Ayo Klik Sekarang Juga. Atau Kamu Juga Dapat Melihat Instagram Kami atau bisa mengunjungi Google News Kami. Kami Juga Ada. Channel. Youtube. Untuk. Melihat. Berita. kami Secara Visual Ayo Sekarang Juga Bergabung Bersama Kami. Read the full article
#aktor#aktorLeeByungHun#artisLeeByungHun#berita#byung#heboh#hiburan#melakukan#pajak?#penggelapan#penggelapanpajak#pihaklayananpajak#selebriti#terbaru#terkini#tudingan
0 notes
Text
KLIK LINK DI BAWAH Link Daftar: https://t.ly/longing Link Login: https://t.ly/longing Link Alternatif: https://t.ly/longing
HEBOH88 : Link Daftar Situs Slot Heboh 88 Terbaik Pasti Menangnya
Buruan Gabung , Nikmati Promo Event Menarik Dari HEBOH88 Buktikan Sendiri Gacor Nya Dan Nikmat Pengalaman Bermain Slot Yang Tak Tertandingi Dan Peluang Menang Yang Pasti Memuaskan
0 notes
Text
TFW udh punya OSDD-1, para alter gelar demo didepan frontroom, cheernya "KEPALA, PUNDAK, LUHUT LAGI LUHUT LAGI", si Polaroid pake almet lagi
They're gonna recreating demo mahasiswa 98 istg
0 notes
Text
youtube
Heboh !
1 note
·
View note
Text
Heboh Berita Hibah, Begini Kata Presedium FSPP
Serang, bidiktangsel.com – Kasus hibah program pemberdayaan Pontren tahun 2018 yang disalurkan melalui FSPP Provinsi Banten kembali digoreng menjadi isu kontroversial jelang Ramadhan. Kali ini fokus terkait pengembalian Rp 14.1 M. Berita ini menimbulkan kegaduhan dan mengganggu konsentrasi Kiyai dalam mengurus pondok. Resonansi beritanya membuat ribuan Kiyai Pimpinan Pondok Pesantren yang…
View On WordPress
0 notes
Text
Nimatnya Sekolah part2
"hahhh, buat apa tu?" Terkejut aku.. rupanya aku disergah akak senior... "Akak jangan tengok" sambil aku mendepa tanganku melindungi pandangannya "lah apa nak kisah, sekolah ni dah biasa dah kes sex open ni... Ada yg buat dalam class time cikgu mengajar pon ada... Awak ni mesti pelajar baru yang heboh orang ramai cakap tukan". " Haah ye, nama saya zul kelas 4 influence". "Owh, saya bella dowanna, tapi orang panggil bella atau kak bella, 5 influence". "Jom saya bawa awak jalan port orang selalu buat sex kat sekolah ni" aku termenung kejap melihat body bella ni... Sunggu anggun dan mantap biarpun dia chubby sikit, dapat henjut mesti kuat jerit... Tetiba batangku naik... Bella perasan batangku timbul di seluar. "Aik, stim ke tengok saya?". Aku pandang seluar aku dan terkejut batangku jelas timbul... "Nak tengok ke? Kalau nak jom kita gi tempat yang private sikit" aku pon ikut belakang bella...
-belakang blok makmal-
tanpa fikir panjang bella menyelak rambutnya sehingga nampak lehernya yang putih dan gebu... Bella membuka butang bajunya satu per satu sehingga nampak branya... Besar betul tetek bella, bertambah stim aku.. bella berbogel hingga tinggal bra dan seluar dalamnya... Bella minta aku keluarkan batangku tapi aku malu sebab tak pernah buat... Bella datang dekat padaku dan berbisik "can i suck your dick?" Sambil buka seluar aku dan keluarkan batangku... Terkejut bella lihat batangku yang berukuran 7 inci di usia muda... Tanpa melengahkan masa bella membuat jilatan pertama di kepala batangku, sungguh aku merasa ngilu... Inilah kali pertama batangku disentuh dan dijilat wanita ... Bella mengolom batangku dengan rakus seolah dia banyak pengalaman mengolom batang lelaki, aku tetiba merasakan aura baharu seolah-olah aku rasa nak fuck bella tapi aku tak reti... "Pernah having sex tak?" Aku terkedu dengar soalan tu dan gagap jawapanku "err ta...tak". "Nak try tak sebab saya jadi horny pulak tengok batang awak dengan saiz gini. Takpe saya akan ajar awak. Sekarang buka seluar and baring". Aku akur dan baring. Bella membuka bra dan pantiesnya, terus duduk atas aku dan masukkan batangku kedalam lubang pussynya, aku merasakan nikmat yang aku tak pernah rasa... Inilah kali pertama aku fuck anak dara orang... "Arghh...arghh sedapnya arghhh... Senak perut saya sebab batang awak panjang sangat" kami hanya bermain satu position sebab aku masih tak tahu sex.. bnyak kali aku dengar bella menjerit tersangkut-sangkut rupanya dia dah klimaks dua tiga kali, penuh juga pussy dia dengan air nikmatnya... Hampir 40 minit bertarung aku dah nak capai klimaks "awak saya rasa mcm nak kencing"."awak nak pancut ke? Jap, pancut kat muka saya" aku bangun and berdiri di depan muka bella sambil batangku digosok olehnya... "Arghhhhhh" aku memancutkan air nikmatku buat kali pertama... Agak banyak air yang aku keluarkan... "Tq tau puaskan saya. Bolahlah saya recommend kat kawan-kawan saya yang nak rasa batang panjang kat awak" aku hanya senyum kepenatan. "Oklah, saya dah lambat kena masuk kelas ni. Nanti kita jumpa lagi. This is my number. Anything just WhatsApp ok" kami sempat bercium sebelum masuk kelas masing-masing
-kelas-
"awak pergi mana zul, class dah start 30 minit lepas"." Maaf cikgu, tadi saya pergi tandas sakit perut"." Harini semua tak boleh ke padang bersukan sebab awak sorang. Sekarang saya denda awak ketuk ketampi 10 kali" aku kena denda dengan cikgu pj cikgu azira shafinaz sebab lambat masuk kelas...
Dalam masa yang sama, aku sempat melihat bentuk badan cikgu azira yang melentik dari luar pakaiannya yang serba ketat maklumlah namapon cikgu pj... Tetiba aku rasa stim, aku ketuk ketampi sambil menutup mata sambil membayangkan aku melakukan sex dengan cikgu azira... Habis je aku ketuk ketampi aku pelik tngok semua pelajar tekaku melihat padaku termasuklah cikgu azira..." Kenapa semua pandang aku, aku salah buat ke?"." Awak cuba tengok bawah tu" qis yang duduk di meja hadapan di depanku menegurku sambil kenyitkan matanya... Aku terkejut dan baru perasan aku tidak zip seluar dan nampak batangku keluar menegak yang dialasi dengan seluar dalamku... "Nak bagi siapa tengok burung awak tu?" Merah mukaku dengar teguran cikgu azira... Aku cepat-cepat membetulkan seluarku dan terus duduk di tempat belajarku... "Dah pukul berapa dah ni takkan morning wood lagi?" Satu kelas menggelakkan aku... Qis memandang ke arahku sambil mengenyitkan mata sambil menggigit bibir bawahnya kepadaku... Aku hanya membalas dengan senyuman... Namun pandanganku terpaku kepada mia... Dia seolah tiada reaksi seperti takde apa yang berlaku
Comment for part 3
2K notes
·
View notes
Photo
Semeja dengan salah satu orang hebat asli Semarang Banyak kisah dan cerita yang dibagikan Banyak canda dan tawa setelah sekian purnama tidak bertemu dan ngobrol bareng. #ngobrolasyik #ceritaseru #asyikberdua #heboh #berdua #ukmbolodewe #TeamRecshop #eatnshop #ngobrolkuliner (at MG SETOS HOTEL) https://www.instagram.com/p/CmBvtpSy3re/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
Ternyata kasus-kasus yang dihadapi TADIKA MESRA pada waktu itu belum seberapa dibandingkan kasus yang lagi heboh sekarang di jagat laman biru😂🤣
40 notes
·
View notes
Text
Kita lupa atau pura-pura tidak tahu bahwa diluar sana ribuan anak-anak hidup tidak sedang baik-baik saja. Dibawah deru peluru dan gemuruh mortir mereka hidup penuh bayang-bayang ketakutan. Dihimpit kelaparan dan kekerasan yang bisa merenggut nyawanya kapan saja. Ini adalah cerita yang benar-benar nyata terjadi bukan fiksi atau bualan belaka.
Faris Audah namanya, ia baru berumur 11 tahun, akhirnya wafat terkena tembakan peluru tentara penjajah. Saat anak-anak seusianya kalau di Indonesia makan saja masih disuapin, baju saja masih dicuciin atau bahkan tidur saja masih dikelonin. Dengan hanya bermodal batu ia dan rekan-rekannya maju paling depan melawan tank-tank gagah itu. Hanya dengan sebuah batu anak-anak itu tidak akan benar-benar mampu mengalahkannya, hanya saja itulah cara mereka menegur bahwa, biarpun dunia tidak lagi peduli mereka akan melawan meskipun seorang diri. Akhirnya dengan kematiannya dunia menjadi heboh. Ya benar-benar heboh, Tapi heboh tidak merubah apa-apa, tetap saja akhirnya disana ribuan anak-anak meregang nyawa.
Cukup sampai disitu? tentu tidak. Adalagi seorang bocah bernama Jouna. Anak Suriah satu ini akhirnya harus mengalami buta permanen dan beberapa bagian tubuh yang rusak akibat terkena ledakan bom kimia yang meluluhlantakkan pemukimannya. Disaat anak-anak seusianya sedang asik menggambar diberi banyak warna, dia hidup tanpa tiada lagi warna.
Ini hanya beberapa potong cerita dari anak-anak yang hidup tidak sedang baik-baik saja. Di Somalia anak-anak menghadapi musibah kelaparan, di Meksiko anak-anak menjadi korban perdagangan manusia atau di Afganistan anak-anak yang harus kehilangan rumah, harapan dan orang tuanya.
Dunia bisa apa, tidak bisa apa-apa. Kita bisa apa? mungkin cuma bisa berdoa. Lalu kalau berdoa saja kita enggan, bagaimana jika kita di akhirat nanti diminta pertanggung jawaban sebagai sesama manusia? Atau memang naluri kemanusiaan kita yang sudah terenggut. Lalu mengapa saya menulis panjang-panjang. Toh apa peduli kita pada mereka, Bukan pula urusan saya.
✍🏻 : @yurikoprastiyo 📸 : @penaalmujahidah
85 notes
·
View notes
Text
6 Tahun Berjuang Melawan Stroke, Begini Kondisi MatSolar-BlogIcakIcak.com
BlogIcakIcak.com – Dikutip dari JawaPos.com,Nasrullah alias Mat Solar, pemeran Haji Sulam dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji the Series telah lama meninggalkan dunia hiburan yang telah membesarkan namanya. Penyebabnya, dia mengidap penyakit stroke sejak kurang lebih 6 tahun silam.
Mat Solar terkena stroke pada 2017 dan sampai sekarang belum ada perkembangan signifkan. Komedian yang namanya melambung lewat serial Bajaj Bajuri itu menambah dapat beraktivitas normal hanya berada di atas kursi roda dan tempat tidur.
#blogicakicak#viral#sehat#artis#berita#artistic#viralreels#viralpost#instaartist#artistsupport#heboh#artist_sharing#artistoftheday#artistsofinstagram#artistprocess#artistphoto
1 note
·
View note
Text
Oh, Teman Baru.
Satu jam sebelum pukul tujuh belas tiga puluh sore, hari Jumat.
Aku sengaja datang sejam lebih awal dari jadwal ketibaannya di bandara. Tidak apa kok, aku tidak keberatan harus menunggu sedikit lebih lama dari balik pagar pembatas itu sembari memperhatikan orang-orang di sekeliling.
Mereka semua terlihat begitu biasa.
Ada segerombolan bule yang menggendong tas backpack segera menuju konter selular. Ada sepasang orang Korea yang bergandengan tangan buru-buru mengarah ke pemberhentian taksi. Ada ibu-ibu sosialita yang sedikit heboh berfoto-foto untuk mengabadikan momen tiba mereka. Dan orang-orang lainnya yang melenggang keluar dari terminal kedatangan internasional menuju tujuannya masing-masing.
Dan aku juga pasti terlihat biasa bagi mereka semua.
Tapi, hari ini aku akan bertemu seseorang—yang tidak biasa bagiku.
Aku mencoba menghilangkan rasa gugupku dengan mondar-mandir. Jujur, jantungku berdegup tak menentu. Setiap ada orang yang muncul, aku selalu menerka-nerka, apa itu dia? Lalu pikiranku maju jauh, membayangkan dia datang melalui pintu itu, keren dan atraktif.
“Sebentar ya, masih nungguin koper,” katanya di DM Instagram. “Okay. Take your time,” balasku.
Semakin deg-degan, hingga aku memutuskan untuk mencari tempat duduk yang kosong demi menurunkan rasa gelisahku. Lalu tiba-tiba, “Haaai Cindy!” terdengar. Aku mendongakkan kepala dan menemukan dia berjalan dengan riang ke arahku.
And, he planted roses on my cheeks. Suddenly, shyly, nervously.
Aku segera menyodorkan Matcha Latte yang kubelikan untuknya. Dia pasti cukup haus setelah penerbangan yang memakan waktu lebih dari 7 jam itu. Tapi, dia tidak mengeluh. Kami mencari taksi untuk segera menuju pemberhetian selanjutnya. Dan di dalam mobil itu, aku, baru tahu, bahwa satu obrolan santai dari dua orang asing yang baru bertemu itu bisa membuat senyum tak berhenti mekar seharian.
Sebelumnya, kami sudah janjian untuk sebuah meet up yang proper. Dia selalu tahu, aku ingin makan di salah satu restoran bintang 5. Jadi, kami random saja memilih di daerah terdekat. Restorannya cukup romantis dengan konsep taman eksotis yang menawarkan menu Asian-fusion yang nikmat. Perhatianku tertuju pada menu dessert-nya yang berbentuk seperti jamur. Dia yang menyadari aku menyukai segala hal yang berbau coklat segera memesannya.
Sambil menunggu makanannya disajikan, kami memulai pembicaraan dengan basa-basi singkat. Dan, kalian tahu, cara paling mudah untuk tahu apakah kita cocok dengan seseorang atau tidak adalah ketika kita lupa waktu. Di sanalah, aku tidak sadar telah mendamparkan diri pada caranya bercerita. Untuk kesekian detik, aku berusaha untuk menggenggam erat kewarasanku agar tidak gila bayang pada orang asing di hadapanku.
Ayolah, Cindy, dia hanya orang asing, kok.
Tapi, seberapa keras pun aku berusaha untuk mengenyahkan perasaan itu, aku tahu aku akan tetap memilih satu momen bersamanya untuk diabadikan. Cukup satu. Betapa aku rela menukarkan apa pun untuk kembali dipertemukan dengan dia dengan cara yang sama.
Tidak terasa 2,5 jam berlalu begitu saja, dan hanya dalam sejauh spasi pendek itu, aku tidak tahu apa yang membuatku ingin terus berbicara. Aku sudah terbiasa dengan stereotype introvert yang kagok ketika berkomunikasi. Tapi, waktu dengannya, aku menemukan diriku bebas berdiskusi, berargumen, berkisah, tentang apa saja. Dan ternyata untuk dia yang bisa menerima celotehanku dan tidak berekspektasi aku untuk menjadi seseorang yang agung, itu sudah cukup…bagiku.
Sebelum bertemu dengannya, aku telah bertemu banyak orang. Beberapa melewatkanku, beberapa kulewatkan. Beberapa menarik perhatianku, beberapa kutarik perhatiannya. Beberapa tiada, beberapa masih ada dalam hidupku. Beberapa nama masih tersimpan dalam kontak, beberapa terhapus tanpa pikir panjang. Dan, dia, seseorang yang siluetnya langsung membentuk mimpi di saat jumpa pertama, membangkitkan kembali perasaan yang sudah lama terkubur dalam hatiku, membuatku sadar bahwa selama ini aku hanya sedang menunggu.
Malam itu, aku ingin kembali mengalami…perasaan jatuh hati di antara begitu banyak omong kosong tentang cinta pada pertemuan pertama.
Setelah menyadari gerak-gerik pelayan yang mulai beberes piring-piring yang sudah tidak menyisakan makanan, dia bertanya, “Jadi, kita mau ke mana lagi?”
“Kita jalan ke mall seberang, mau?” pintaku.
Dia mengangguk, dan bilang, “Let’s go!”
Tadinya, kukira pertemuan ini hanya akan sesingkat makan malam lalu pulang ke tempat masing-masing lalu melupakan nama satu sama lain, tapi tampaknya, semesta telah mengabulkan desakan doaku kalau: I want more time with him.
Ternyata menyebrang di jalanan yang padat kendaraan tidak semudah yang dibayangkan. Tidak ada mobil yang mau mengalah untuk kedua pejalan kaki yang terlihat takut ini. Tapi, cara dia berdiri di arah kendaraan melaju kembali membuat hatiku berdetak dua kali lebih cepat. “Kamu di sebelah sini aja, kita pelan-pelan saja." Sesaat ada kesempatan untuk menyebrang, dia memegang canggung pergelangan tanganku lalu mengarahkanku untuk berjalan dengan cepat. Tanpa kata-kata, aku sejujurnya ingin mengisyaratkan bahwa detik itu juga, aku sudah jatuh kepada dia.
��Wanna have some ice cream again?” tanya dia, sejujurnya, malam itu aku sudah kenyang dari makan di restoran sebelumnya. But, we all broke our rules for someone, right?—hanya demi agar aku punya alasan untuk memiliki kegiatan lain dengannya. So, yes was an answer.
Jam menunjukkan hampir pukul 10.30 malam. Toko-toko di mall itu sudah banyak yang tutup. Sinar lampu perlahan-lahan meredup, tapi matanya memercikkan kilatan kesima di sana. Lucu ya, bagaimana kita bisa bertemu dengan seseorang. Satu hari, kita hanya saling mengagumi dari balik gaduhnya dunia maya, kemudian di hari lainnya lagi, kita bisa berdiri di sampingnya, merasakan kehadirannya nyata.
Aku percaya, itu bukan kebetulan. Masing-masing dari kita, jika diizinkan semesta, pasti akan saling bersinggungan, entah dengan cara apa pun, di mana pun, dan kapan pun.
And that’s how I met him.
Malam itu, aku pulang lebih larut dari biasanya. Aku menimbang-nimbang, apakah setelah malam ini dia akan menghubungiku lagi? Karena, jujur, aku ingin dia datang lagi.
Aku punya berbagai jenis ketakutan, seperti film horor, reptil, barongsai…; dan kehilangan seseorang yang baru kutemui semalam.
Pagi setelah pertemuan malam itu, kembali seperti pagi-pagi biasanya. Tidak ada satu pun pesan darinya. Sesingkat apa pun itu. Aku hanya bisa memandangi layar ponsel yang tidak memunculkan notifikasi apa-apa.
9 jam. Aku tidak bisa berhenti menghitung waktu yang bergulir tanpa kabar apa-apa darinya. Entah kenapa, aku merasakan hatiku pelan-pelan tergerus. Tidak, aku tidak bermaksud untuk melekat padanya. Alasan utamanya; siapa lah aku untuk boleh mendapat kabar darinya? Tapi, ketika melihat dia aktif di media sosialnya tanpa meninggalkan sepotong pesan untukku, membuatku sedikit merasa jauh darinya dan…terabaikan. Sungguh, aku ingin mengonfirmasi bahwa tidak ada yang istimewa dari dia.
Tapi, untuk kali pertama, dalam waktu sesingkat itu, aku mau tak mau harus mengakui perasaan itu. Cemburu.
Beberapa waktu berlalu, mungkin dia tidak menyadarinya bahwa aku tidak suka terlihat rapuh. Aku bukan siapa-siapa baginya. Aku tidak ingin mengambilnya dari keluarganya, dunianya, hobinya, pekerjaannya, sirkel-sirkelnya… Tapi, bolehkah dia sisihkan saja sedikit ruang untukku yang tidak terjamah siapa-siapa untuk letakkan aku di situ? Aku tahu, aku mulai egois ingin memilikinya.
Apakah dia mengerti perasaan semacam itu?
Namun, sebelum malam jatuh seluruhnya, aku mempertaruhkan diri untuk menyapanya di kesepian itu. Dan beruntunglah aku ketika… “Aku boleh ke rumahmu, sekarang? Kita makan nasi goreng kalau kamu belum makan,” muncul pada kotak notifikasi. Dia menjelaskan kalau dia kesusahan mencari jaringan wifi hingga tidak bisa mengabariku.
Secepat kilat, tanpa pertimbangan, hanya 3 kata yang tertulis sebagai balasan: “Oke, aku tunggu.”
“Menurutmu, aneh nggak, ngobrol apa aja dengan orang yang baru kamu temui 2 hari lalu?” tanyaku setelah diam menggigit sejenak. “Enggak, malahan kita jadi lebih banyak tahu tentang satu sama lain dibanding orang lain. Hubungan kita jadi eksklusif karena itu,” jawabnya ringan sambil menatap mataku.
Tidak pernah terbesit dalam pikiranku untuk merasakan lebih daripada itu. Ketika berhadapan dengan dia, aku tidak yakin apa yang harus kulakukan. Mungkin, dia hanya butuh seseorang untuk menghangatkan bayang kosong di sampingnya. Mungkin, aku juga hanya sedang butuh ditemani saja. Tapi, why not? Mungkin, yang kami butuhkan hanyalah; suasana, teman bicara, selera makan yang sama.
And, maybe, we should try.
Biasanya, aku tidak pernah membiarkan orang lain membaca buku bucket list-ku secara langsung. Namun, dia yang begitu penasaran terus meminta untuk membacanya. “Aku ingin tahu semua keinginanmu,” mintanya. Tidak pernah ada orang yang se-excited itu untuk bertanya tentang keinginanku. Aku melihatnya menggenggam buku kecil itu lalu membacanya kalimat demi kalimat, dan dia… benar-benar ingin tahu dan terlibat. Sungguh, aku sangat menyukai binar di matanya malam itu.
Begitu saja—ya, begitu saja, se-simple itu bahagia tercipta. And I miss the comfort of being loved…
Saat sedang sama-sama membaca, tak sadar poni rambutku terjatuh menyapu dahi dan menghalangi mataku. Reflek, dia mengulurkan jari-jarinya untuk menyelipkan rambut yang terjatuh itu di balik telingaku. Dan pada saat kulit kami bersentuhan, aku merasakan hatiku berdesir. Ini kontak fisik pertama kami. Tapi, sentuhan ringan itu terasa jauh lebih privat dari semua yang telah kami bagi selama ini. Aku telah merasakan berbagai jenis sentuhan. tapi kenapa ya, kali ini, aku tidak mampu menguraikan makna dari sentuhannya?
Dia tidak segera menarik tangannya, tetapi membiarkan jari-jarinya sedikit lebih lama mengelus lembut rambutku. Dia tidak gugup, tidak juga melakukan lebih dari itu. Dia terlihat sedikit menginterpretasi. Sampai pada dia kembali ke posisi semula, aku baru sadar, selama itu aku menahan nafas dan dentuman jantung yang tak karuan. Entah tersipu atau gelisah.
"Why don't you kiss me?" Aku sedikit gemetaran mengirimkan pertanyaan ini. Sejujurnya, aku tidak ingin menanyakannya, karena aku tidak berhak merasakan memiliki dia; aku hanya boleh merasa ragu.
Setelah drama mengelus rambut itu, kukira akan terjadi skenario seperti di film-film roman yang kutonton. Mungkin akan ada sebuah kecupan kecil mendarat di pipiku, tapi dia tidak. Hingga dia berlalu pulang, hatiku tetap mengganjal sesuatu.
Dan, di batas malam itu, sungguh aku menunggu jawabannya.
Lama dia mengetik—menghapus; mengetik lagi—menghapus lagi. Entah narasi apa yang sedang dia siapkan untuk menjawab pertanyaan tidak berdasarku itu. Atau, ucapan itu terlalu blak-blakan untuk dipertanyakan?
"Actually, I want to kiss you so badly—it's killing me, but I'm just afraid to make the first move (?). Aku mau sayang kamu dan kiss you at the right time."
Semburat merah jambu muncul pada pipiku setelah membaca jawabannya. Baiklah, aku mengakui aku kalah, pada dia. Aku merindukan aroma woody blend pada tubuhnya. Aku mencari-cari pertanda demam pada tubuhku sendiri, sebab mendadak tubuhku menghangat di hari berhujan ini. Tapi, justru di saat itulah, aku merasa lebih sadar dan sehat dari sebelumnya.
"I have a bad news," tulisnya via DM Instagram pagi berikutnya. "Ada apa?" tanyaku panik.
Kepulangannya ke negaranya ternyata harus dipercepat dari yang sebelumnya bisa sebulan menjadi 2 minggu saja di sini. Aku terdiam, tidak dapat mendefinisikan gemuruh di dadaku yang kini bercampur dengan emosi dan kesedihan yang tidak mampu aku utarakan. Ada jeda yang menggigit hingga aku sadar aku harus memberikan respons.
"Wah, terpaksa mesti balik ya?" Hanya itu respons paling biasa yang bisa aku berikan—meski sejujurnya, dalam hatiku betapa aku tidak ingin dia kembali lagi ke sana; ke tempat di mana seharusnya dia berada. Betapa jika aku punya tombol tunda, lorong waktu, atau apa pun itu lah alatnya untuk menahannya pergi, maka akan aku bayar mahal deminya.
Mendadak, ini menjadi perpisahan paling sepi yang pernah kualami seumur hidupku. Dan waktu tiba-tiba terasa lebih cepat larut dari sebelumnya.
Kenapa, waktu kami, tidak pernah tepat, ya?
Oh ya, aku belum menceritakan dengan jelas sosok dia yang sedari tadi aku sebut-sebut, ya. Kenalkan, seorang laki-laki kelahiran bulan Maret, berzodiak Pisces, pecinta warna oranye, penyuka makanan Korea, smart, terpelajar, mampu membawa diri, komunikatif, percaya diri, tipe kesukaan mertua, loyal, senang mengobservasi, sweet, loveable, caranya bercerita, caranya meraih respek sungguh tidak ada tandingannya.
Dia menyapaku dari balik Instagram pada suatu malam yang sudah telat. Hey Cindy, nice to know you—begitu isi pesannya. Waktu itu, aku terdiam sejenak, menimbang-nimbang apakah perlu aku membalasnya atau tidak. Pikiranku terbelah antara mengabaikan saja atau murni memulai pertemanan. Dan aku memilih yang kedua.
Atau, sesungguhnya, sempat aku merasa, kalau hari itu aku melepaskannya, mungkin aku akan menyesal…
Dia bilang dia akan pulang ke Indonesia bulan depan. Perkenalan kami memang baru sebulan lewat media sosial, tapi mengapa kehadirannya memberikan isyarat optimisme, aku juga tidak paham. Aku menganggapnya sebagai tawaran untuk menginterupsi waktu. Dan, tanpa sadar, aku mulai menghitung hari.
"Kamu itu unik, gimana jelasinnya, ya? Aku hanya perlu lihat sekilas dari profilmu, lalu ya muncul aja koneksi emosional itu. Aku mau ketemu kamu. Aku mau tau apa makanan favoritmu. Aku mau kenal kamu lebih dekat, lebih jauh, lebih akrab. Aku suka caramu menulis jurnal, caramu merencanakan segala hal, caramu meromantisasi hidupmu. Aku…belum pernah ketemu orang seperti itu dalam hidupku."
Berikut jawabannya ketika aku bertanya kenapa aku yang dia pilih, di saat ada banyak perempuan lainnya yang lebih baik untuk dikenalinya—pertanyaan semacam itu membuatku sedikit resah. Tapi, sering kali aku merasa skeptis, mungkinkah perasaan semacam ini hanya ilusi yang akan luntur suatu saat nanti, hanya seperti dopping yang memabukkan sesaat. Seperti memesan kue cantik dari balik etalase, lalu menemukan rasanya tidak seenak yang dipikirkan. Dan, dia akan kecewa. Bukankah, pada satu titik, rasa penasaran itu akan berhenti dan menghilang, menyatu kembali dengan oksigen, dan membuatnya merasa utang moral, investasi tenaga, waktu, dan perasaannya selama ini jadi sia-sia?
Aku takut.
Tidak ada yang istimewa dari dia, pada awalnya, sekali lagi aku ingin mengonfirmasi. Tapi, setelah sedikit mengenalnya, ada sebagian hati kecilku yang ingin menyusulnya ke alam abstrak tempat di mana hanya nafas kami yang bisa bertemu. Mari kita piknik, melihat bintang, pergi ke aquarium, main ski, melipat origami, naik kuda… Namun, jika boleh aku memilih satu: aku ingin menyentuh spasi di antara kedua alis tebalnya, atau mencuri waktunya, atau menyita perhatiannya, atau memilinnya masuk ke sel-sel tubuhku agar terjamin keberadaannya selalu.
Dan, satu balasan "Hey, nice to know you as well!" dariku itu kemudian menjadi gerbang untuk sebuah perjalanan baru yang panjang.
"Menurutmu, kita bisa berteman saja, nggak?" tanyanya sedikit ragu. "Kurasa, kita nggak bisa cuma berteman. Kita sudah berpandangan penuh makna. Kita telah meyakini adanya potensi untuk bersama. Lalu, kalau kita cuma temenan, kita pasti akan berhenti ketemu sering-sering dan aku nggak akan bisa tau kabarmu lagi, aku nggak bisa melihatmu seperti dulu lagi," selagi menjawab ini, aku tiba-tiba merasa sedih. "Aku pasti sedih kalau kita pada akhirnya nggak jadi," gumamnya pelan. Mataku bersaput air. "Ya, aku juga."
Kami menghabiskan sisa malam berpelukan. Saling mendekatkan kepala masing-masing seolah ingin mentransfer segala yang tengah dipikirkan. Deru napasnya bergerak lembut dan terasa hangat. Aku tidak ingin menyia-nyiakan hari ini, biarkan aku memeluknya lebih erat, karena setelah ini, sebentar lagi, semua tidak akan lagi bersisa.
Berapa jam lagi, hari akan berganti? Aku tidak ingin menghitungnya.
Aku tidak pernah merasa memilikinya.
Aku sudah memiliki kenangan mengenai pertemuan pertama di bandara, sebuah malam di tepi sungai sambil menyantap jajanan hangat, dua tiket film horor yang membuatku bergidik namun di dekapannya aku merasa lebih aman dari kepompong mana pun, atau percakapan dan hening yang terbagi pada setiap kedai kopi yang kami kunjungi. Itu saja telah cukup—
aku belajar untuk tidak mengharapkan lebih.
I will miss you. See you there. Let's meet again for the first time. I'll be waiting for you—kalimat pendek itu terdengar samar namun tertangkap jelas di pendengaranku, bagaimana satu laki-laki akan meninggalkanku lagi, seperti yang sudah-sudah.
Hanya saja, kali ini, tolong Tuhan, dia berbeda.
Jangan pergi—dua kata itu tertahan di lidahku. Dan, aku hanya sanggup menangis, hingga dia kebingungan, namun dia tetap memberiku ruang untuk mengumbar semua kesedihan.
Besok, dia akan kembali, menjalani perannya seperti sedia kala, karena itu adalah hal yang paling tepat. "Andai saja, aku ketemu kamu dari lama," gumamnya sambil menenangkanku. Maka semakin menjadi-jadilah tangisanku, sebab bentuk cinta yang boleh kumiliki saat ini hanyalah melepaskan dia.
"Kalau…kamu pergi…itu tandanya…aku kehilangan…kamu…iya kan? Terus…kenapa kamu harus…datang…kalau pada akhirnya…kamu pergi…juga?" Dengan sekuat tenaga, aku mengatakan kalimat ini meski harus sesunggukan. Pelukannya yang sedari tadi melingkupi sekujur tubuhku mengendur seketika. Maka bangkitlah ia, meraih wajahku yang kusut dengan air mata dan keringat, menatapku lama, menghapus sedikit demi sedikit air terjun dari mataku.
Pikiranku kembali ke perkataannya waktu itu—aku mau sayang kamu dan aku akan melakukannya di waktu yang tepat. Then, the "right time" was right now.
Dan, di bawah hujan malam itu, di balik tirai yang menyemburatkan lampu jalanan itu, dengan lagu Hati-hati di Jalan yang diputar di belakang itu,
…we kissed.
Semua berlalu seperti biasa.
Dia sudah kembali ke negaranya. Sementara, aku, kembali melanjutkan hidup seperti sebelum ada dia. Ah, aku pasti hanya butuh sedikit lebih banyak waktu untuk terbiasa saja.
Namun, seandainya, dia tahu—dia berutang padaku satu hal; satu kepastian bahwa dia akan tetap baik-baik saja di sana. Dan, aku—meskipun dia ragu untuk memintaku menunggunya—berani menjamin akan tetap ada di sini, menunggunya kembali dengan perasaan yang sama dan sebuah senyuman.
Begitu saja.
Malam itu, malam dimana aku menangis untuk pertama kalinya di hadapan dia, sesungguhnya aku ingin bertanya—yang mana yang lebih baik baginya; pernah bertemu lalu berpisah atau tidak pernah bertemu sama sekali? Karena, aku, tak pernah tahu apa jawabannya.
28 notes
·
View notes