#ash&mase
Explore tagged Tumblr posts
Note
Poch wants to keep Mason, and apparently there were positive contract talks, I hope he does stay 🥹
I saw that and same mason is staying there is no way I will have any other way. He's not allowed to leave. I'm gonna superglue his hands to Stamford bridge if he tries to go. No way but istg poch makes mason stay them he'll be totally redeemed in my eyes, no more jokes on his expense
1 note
·
View note
Text
Selain surga dan neraka, ada satu tempat di antara keduanya, yaitu Al-A’raaf. Tempat untuk orang-orang yang belum cukup bekalnya buat masuk surga, tapi juga gak banyak dosanya buat masuk neraka. Mereka bisa lihat surga, tapi gak sanggup mendengar jeritan dari neraka. Dan, dengan rahmat Allah, setelah hisab yang panjang di mana satu harinya setara dengan 1000 tahun di dunia, mereka akhirnya akan dipindahkan ke surga. Tapi, kalau udah masuk neraka Jahannam sih udah gak ada jalan keluar. Naudzubillah.
"Di antara keduanya (para penghuni surga dan neraka) ada batas pemisah dan di atas tempat yang tertinggi (al-a‘rāf) ada orang-orang yang saling mengenal dengan tandanya masing-masing. Mereka menyeru para penghuni surga, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu).” Mereka belum dapat memasukinya, padahal mereka sangat ingin (memasukinya)." (Al-A'raf: 46)
Jadi, reminder banget buat gak anggap remeh kebaikan sekecil apa pun itu, karena semuanya akan dihitung. Siapa tau hal kecil yang kita anggap gak penting justru jadi penyelamat di akhirat nanti. Hidup ini kan bukan cuma mencari kenyamanan di dunia, tapi juga investasi buat kebahagiaan di akhirat. Semoga hal kecil maupun hal besar yang kita lakukan bisa mengantarkan kita menjadi ash-habul jannah. Aamiin. Maha Nyata Allah dengan segala kuasa-Nya.
4 notes
·
View notes
Text
Ash-Shiddiq : Side Story of Isra Miraj
Sebuah peristiwa bersejarah terjadi, belum pernah terlihat sebelumnya dua pembesar Mekah berjalan beriringan diikuti oleh masing-masing pengikutnya menuju Bukit Abi Qubais — sebuah bukit tempat budak-budak menyebarkan berita kepada penjuru Mekah secara bergantian.
Abu Jahal memberikan panggung kepada Rasulullaahﷺ untuk mengisahkan kembali apa-apa yang tadi telah beliauﷺ sabdakan dengan niat mempermalukan nabiﷺ dan menggoyahkan keimanan muslimin.
Mekah menjadi gaduh dan ramai. Sebagian bertepuk tangan, sebagian sisanya meletakkan tangan di kepala sembari terheran-heran.
“agama Muhammad telah mati. Tinggal satu orang ini, apabila satu orang ini goyah, maka habis sudah seluruh ajaran Muhammad”, tutur Abu Jahal dengan penuh keyakinan.
Seseorang ini, dikisahkan sedang mengurusi kebunnya di luar Mekah. Orang-orang yang penasaran dipimpin langsung oleh Abu Jahal dari kalangan Quraisy beserta sebagian Muslimin mendatanginya dan menceritakan semua yang telah mereka dengar.
Beliau radhiyallahu anhu berkata, "Wahai Quraisy, ketauhilah, aku telah beriman atas apa yang diucapkan Muhammad dan dia mengatakan bahwa wahyu itu turun dari langit. Lalu, apa bedanya aku beriman jika dia dari bumi pergi ke langit? Sama saja. Ketahuilah, Quraisy, bila di depan mata saya ada tembok berwarna putih dan Muhammad mengatakan, 'Tidak, tembok itu berwarna hitam,' maka saya akan dustakan mata saya dan saya akan katakan iya, tembok itu berwarna hitam."
Setelah pernyataan penuh keimanan itu beliau kemukakan di hadapan Quraisy dan Muslimin yang meragu, ia radhiyallahu anhu bergegas mencari Rasulullahﷺ. Sesampainya di sekitar bukit, dengan penuh retorika ia radhiyallahu anhu berteriak lantang agar kerumunan manusia turut mendengar apa-apa yang beliau sampaikan, "Ya Rasulullah, Ya Rasulullah, benarkah engkau telah bercerita kepada manusia, bahwa pada malam ini engkau pergi ke Baitul Maqdis?” Rasulullahﷺ menjawab, “Ya, benar."
Beliau radhiyallahu anhu berkata, "Kalau begitu, tolong, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, Karena sebelumnya aku pernah pergi kesana!"
Al-Hasan berkata, "Rasulullahﷺ bersabda, "Kemudian Baitul Maqdis diangkat kepadaku hingga aku bisa melihatnya." Lalu Rasulullahﷺ menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis. Setelah mendapatkan penjelasan Rasulullahﷺ beliau radhiyallahu anhu berkata, "Engkau berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah". Setiap kali Rasulullaahﷺ menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis, beliau radhiyallahu anhu berkata, "Engkau berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah." Begitulah, hingga Rasulullahﷺ selesai menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis.
Muth'am ibn Adi berkata kepada Rasulullah ﷺ, "wahai anak saudaraku, kami dapat memercayai semua hal yang kausampaikan sebelum hari ini. Namun pada hari ini aku bersaksi bahwa kau benar-benar berdusta. Bahkan kami, membutuhkan waktu dua bulan untuk menempuh perjalan-an dari sini ke Baitul Maqdis dengan menunggang unta. Sementara kau mengatakan telah menempuh perjalanan pulang pergi dari sini ke sana dalam waktu yang kurang dari satu malam? Demi Lata dan Uzza, aku tidak membenarkan ceritamu. Seluruh yang kaukatakan saat ini tidak terjadi sama sekali!"
Lalu beliau radhiyallahu anhu yang tengah hadir pada saat itu berteriak kepada Muth'am, "Hai Muth'am, betapa buruk ucapanmu kepada keponakanmu! Engkau menolak dan mendustakannya! Aku bersaksi bahwa ia mengatakan kebenaran.”
Tentu pada bahasan lain tentang kisah Isra Miraj, sirah mengabadikan bagi kita bahwa selanjutnya Rasulullaahﷺ melalukan pembuktian-pembuktian yang tidak terelakkan bagi Quraisy.
Maka sejak hari itu, sebuah sisi lain peristiwa Isra Miraj turut sampai untuk menjadi inspirasi dan penguat keimanan bagi kita semua. Rasulullahﷺ dan segala apa yang beliauﷺ bawa pasti benar, terlepas dari segala keterbatasan akal kita sebagai manusia.
Rasulullah memberi julukan baru kepada sahabat sang pemeran utama dari sisi lain peristiwa Isra Miraj; Abu Bakar — Ash-Shiddiq; orang yang jujur dan membenarkan.
12 notes
·
View notes
Text
Assalamualaikum wr wb.
*CIRI-CIRI RUMAH YANG TERKENA GANGGUAN JIN/SYAITHAN*
Sering sekali rumah menjadi sasaran dari gangguan jin dan sihir sehingga menimbulkan ketidak yamanan bagi penghuninya . Kadang di rumah sering terjadi hal hal yang tudak dapat dilogikakan tetapi nyata dan faktual. Diantara hal yang sering di rasakan sebagai gangguan di rumahnya adalah :
1. Terdengar suara aneh seperti memanggil nama salah seorang penghuni rumah , menangis ,membentak , menjerit , bahkan suara menyanyi, Kadang ada pula suara binatang seperti gonggongan, kicauan burung , auman harimau dan sebagainya .Pernah ada juga yang mendengar suara air gemericik di kamar mandi ,suara musik dan gendang, suara langkah kaki dan tepukan tangan, atau suara suara lain yang tidak ada sumbernya setelah di periksa.
2. Terjadi pertengkaran suami istri atsu orang tua dan anak. Dan itu hanya terjadi jika mereka ada di rumah, sementara jika mereka ada di luar rumah atsu di tempat lain tidak terjadi pertengkaran di antara mereka . Bahkan yang terjadi adalah tanda tanya besar di kepala mereka masing masing , mengapa hal itu bisa terjadi ?
3. Rumah terasa panas dan gerah . Terasa panas dan gerah , bukan karena tidak ada pendingin udara ( AC atau kipas angin ). Dirumah orang orang kaya tidak mungkin udaranya panas karena fasilitas pendingin sangat lengkap, tetapi banyak di antara mereka yang sering kepanasan dan tidak betah di rumah.
4. Rumah terlihat gelap ( Samun Bhs Jawa ) dan tidak memiliki cahaya jika dilihat orang , Padahal pencahayaan sangat cukup, mulai dari halaman depan ,taman, sampai halaman belakang atau kebun, Tetapi orang lain merasa rumah itu seperti tidak berpenghuni atw ( samun ) .Sepi senyap dan kata orang tidak ada auranya ( Baeroh Bhs Jawa ).
5. Jika rumah itu di gunakan sebagai tempat usaha , orang tidak melihat adanya kegiatan bisnis , usaha dan sebagainya di dalam rumah itu. Seakan akan rumah itu tertutup tembok yang tinggi atau yang terlihat hanya bangunan tua dengan rumput dan pepohonan yang sudah tinggi dengan akar akarnya yang menjalar ke seluruh bagian rumah tersebut.
6. Sering ada bau yang tidak sedap seperti , bau kemenyan , bau busuk ,bau bangkai ,bau mayat , bau minyak wangi, dan lainya . Sering melihat bayangan yang menyeramkan ,berkelebat ,hitam ,putih , melihat sinar ,melihat pola api , cahaya serta lainnya , semua itu apabila di cari sumbernya tidak apa apa ,
Cara dan solusi apabila rumah seperti di atas
1. Memberi peringatan pada jin- jin fasik serta dholim keluar dari rumah tersebut.
Rasulullah Bersabda ;
Jika kamu melihat ular-ular di tempat tinggalmu maka katakanlah,
" Kalian kuhimbau dengan janji yang di ambil Nuh terhadapa kalian, kalian kuhimbau dengan janji yang diambil Sulaiman terhadap kalian, agar kalian tidak menyakiti kami" Jika ular - ular itu kembali maka bunuhlah mereka ( HR Abu Dawud )
2. Membaca Surah Al-Baqarah
Fadilah dan keutamaan surah Al-Baqarah telah disajikan berdasarkan dalil dalil yang valid.
Rasulullah bersabda :
Jangan jadikan rumahmu kuburan . Sesungguhnya rumah yang ( selalu ) di bacakan di dalamnya Surah Al-Baqarah tidak akan di masuki setan ( HR Muslim )
3. Meruqyah Rumah Secara Syar'i
Jika upaya kedua belum menunjukan hasil. Setan atau jin masih mengganggu, maka lakukan ruqyah rumah dengan cara yang islami, bukan seperti memburu hantu yang di tayangkan di salah satu TV tersebut.
4. Membaca ayat ayat ruqyah pada air
Ushakan membaca ayat ruqyah seperti Al-Fatihah , awal surat Al-Baqarah, ayat Kursi , akhir surat Al-Baqarah , ayat ayat yang berhubungan dengan sihir 10 ayat pertama surah Ash-Shafaat, Al-Iklas, Al-Mu'awwidzatain, dekatkan ke mulut air tersebut, setiap selesai surah tiaupkan kedalam air tersebut. Air tersebut bisa di percikkan, di semprotkan ke tempat yang di anggap ada kelainan, bisa juga air tersebut buat ngepel serta mandi penghuni rumah tersebut.
5. Memperbanyak membaca Al-Qur'an ,shalat sunnah, buat kajian, menyatunni fakir- miskin , yatim -piatu , hilangkan zimat ,zimat yang di percayai ada kekuatannya selain Allah ,seperti keris ,raja, wafaq, gembolan ,kain mori yang ada di rumah tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya sehingga Allah melindunginya dari gangguan setan dan jin- jin fasiq serta dholim.
Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.
Semoga bermanfaat💡
Wassalamualaikum wr wb
3 notes
·
View notes
Photo

▶️ Sudah sholat 60 tahun, tapi tidak ada sholat yang diterima sama sekali ◀️ ㅤㅤ ✨ Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah menyabdakan (yang artinya): ㅤㅤ ۞ “Sungguh ada orang yang telah sholat 60 tahun, tapi tidak ada satupun sholatnya yang diterima, (karena) kadang dia menyempurnakan ruku’nya tapi tidak menyempurnakan sujudnya, kadang pula dia menyempurnakan sujudnya tapi tidak menyempurkan ruku’nya..” [Dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Assilsilah Ash-shohihah 6/81]. ㅤㅤ _______________ ㅤㅤ Sungguh kita perlu melihat diri kita masing-masing, sudahkah sholat kita sesuai dengan tuntunan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam..? Sudahkah sholat kita memenuhi syarat dan rukunnya..? ㅤㅤ Mungkin juga kita perlu bertanya kepada orang lain yang mumpuni agamanya, sudahkan sholat kita baik menurut pandangan dia… karena bisa jadi kita merasa sholat kita sudah baik dan benar, tapi ternyata masih belum lurus sesuai aturannya. ㅤㅤ Ingatlah bahwa sholat adalah amalan ibadah yang sangat urgen dalam hisab di hari kiamat nanti, hal ini telah ditegaskan oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau (yang artinya): ㅤㅤ ۞ “Amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat nanti adalah shalat; apabila baik shalatnya, akan baik pula amal-amal dia yang lainnya, tapi apabila rusak shalatnya, akan rusak pula amal-amal dia yang lainnya..” [Assilsilah Ash-Shahihah 3/343]. ㅤㅤ ㅤㅤ ⚘ Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى https://instagr.am/p/CqzGSevMdQr/
12 notes
·
View notes
Text
Besarnya Bobot Keimanan Abu Bakar Seandainya Ditimbang
Rasulullah Muhammad SAW memiliki banyak sahabat yang setia mendampingi dakwah Islam hingga akhir hayat mereka masing-masing. Di antaranya adalah satu sosok yang tampak begitu menonjol. Dialah Abu Bakar ash-Shiddiq. Antara keluarga Abu Bakar dan Nabi SAW sesungguhnya tidak terpaut jauh. Abu Bakar bernama asli Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin…
0 notes
Text
Burn to Ash (Masema Dagar x Goddess!Reader)
Summary: Masema had become a devoted follower the moment he saw you, but he had never anticipated how far he would go to prove his devotion. (Part Five in the Burn to Ash Series)
Part One Part Two Part Three Part Four
TW: MINORS DNI, She/Her pronouns, afab reader, mentions of violence, soft Masema, hints at smut, mentions of death, references to wider fanon lore.
Thank you to @foxyanon for this milestone request, I absolutely adore this world you helped me create.
AN For a little plot twist, the reader is turning into an oc I created with the help of some very special friends to fit into the world we created within Wheel of Time. I will do a separate post detailing much more about her as soon as I can.
Words: 2260
Amadicia was yours. The Children of Light, by the hands of your followers, had been eradicated. So many of your people had fled oppression from them, you felt wrong taking the decision on their fate into your own hands. The capital, Amador, had become your new home.
More channelers had come to you, hearing of your acceptance of their kind. But you simply appreciated more willing followers. You knew something was coming, it had been coming since before Rand had joined your side. Whispers of The Dark One’s resurgence, a being of your own creation. A lower tier god who you could not control, but you had the power to at least fight against him.
Masema had noticed something was wrong. Though you tried to hide it as best you could, it was as though you had become paranoid. Demanding that any newcomers to Amadicia be brought to you immediately, as though they needed to be inspected for you to trust them.
But you kept the reasons hidden from everyone, including him. Which made him sure that whatever bothered you was truly a cause of concern.
He just had to find a way to ask you.
You hadn’t asked for it, but your followers had taken it upon themselves to rebuild your temple in Amador. Almost exactly as your original one had been, from the stone walls to the pool. Your altar pride of place at the centre.
You had begun to withdraw, from your people, from Masema. He didn’t know it yet, but you thought you were protecting him.
But Masema wasn’t about to let you slip away.
It wasn’t hard to guess where you would be if you were not inside your temple or the throne room. The rooms he now shared with you were probably the most extravagant he had ever been in. Somehow, they suited you perfectly.
“Masema? Is everything alright?” you called out, immediately seeing the concern that furrowed his brow.
You were settled in the window, simply gazing out over Amador. He could tell immediately you hadn’t left the room, simply because you were not dressed to. Layers of fabric draped over your lower body, jewels and chains draped over the upper. Nothing you would ever let anyone but him see.
“My goddess,” he said softly, closing the distance between the door and you.
The worry seeped into his words too. You let his hand toy with your hair, as if touching some part of you was his means of comfort.
“Something bothers you. I can feel it, but I won’t demand that you tell me,” he continued, your own hand coming to rest on his forearm as you turned to face him.
You looked at him for a while, head tilted as your eyes locked on to his. You could find nothing but concern within them. Masema wasn’t an emotional being, so to see him like this…
He truly was worried.
“Ever so perceptive, my love,” you replied, tracing gentle circles on his skin.
You stood, linking your hands and bringing him over to the corner of the room. Your corner of the room. The only thing that sat in it, was a medium sized locked box. Non-descript, for the most part. Nothing to suggest its importance.
“I know you and so many others have heard of the Dark One, yes?”
Your hand rested on the box, looking at Masema for confirmation. Which came in a simple nod.
“But so many do not know who he is. Who he was, where he came from. Why he is…”
Masema had never seen you like this. You were usually, for want of a better description, detached from human emotion. Only showing such vulnerabilities around him, and a select few others.
But now, you were on edge. A mix of anger and fear, it seemed.
He heard a lock click and looked down to see a book in your hands. It looked old, worn and well read. But when he flicked through the pages, and it was all in a language he couldn’t understand.
“But you know?” Masema asked, watching your face for any switches in emotion.
You set the book down, flipping to an intricately painted image of someone who could only be the Dark One.
“I know more than any, I made him.”
Your fingers trailed over the image. A tall being shrouded in a cloak of black, his face obscured. It was like you were torn between hatred and love.
Masema was right behind you, hovered over your shoulder. Leaning down to press his cheek to yours. He was shocked, yes, but he needed you to keep opening up to him.
“You made him?” Masema felt foolish repeating your last words, but he had to process all the new information.
“Yes in a way, so long ago it is all but lost to history. My entire being is connected to his, he and the Creator existed to balance myself and my sister goddess.”
This was the first time Masema had ever heard any of your history. He had seen snippets through your connection, but nothing like this. So, he stayed silent in the hopes you would explain more.
“The Creator and the Dark One were made to be lesser to myself and my kin. To take our darkness of who we are and balance us out. The Creator has my essence, but The Dark One is tied to me.”
Masema simply nodded along. The more you explained, the more you understood. You and your kin held more power and age than the Creator and the Dark One, but they thirsted for that power. It was that thirst that led to the Breaking of the Wheel. Turning on each other and the goddesses that created them, both beings almost destroyed the world and tainted the One Power.
But the Dark One had been imprisoned, the Creator blaming his opposer for everything that had happened. And you and your kin had faded into history as well.
“But I can feel him. Not like I feel you, but I just know.”
Now Masema could hear the fear. As though you were afraid of what would happen if the Dark One returned, or what would happen if you couldn’t stop him.
Masema wrapped his arms around your waist, anchoring you back to his chest.
“He’s coming back?” he asked, resting his chin on your shoulder.
“I fear he may already have returned. And if he has, he will want me gone.”
You spent the rest of that evening explaining everything. How dangerous the Dark One’s return would be, for you, for your people, for the world.
But the worst part is what you feared the most.
“I cannot control him. He is bound to me, but I cannot stop him.”
Masema had never heard such a level of fear in your voice than when you had spoken those words.
And if you were afraid, the Dark One truly was something to fear.
Masema had brought you back over to the bed. It wasn’t often you sought gentleness and comfort, but he could feel the need for it deep from your soul. Your head rested on his chest, his shirt long discarded so you could feel him with nothing in between.
“He will come for us then?” Masema asked, feeling the jewels over your back jangle as he moved his hand up and down your body.
Your chest tightened as he said ‘us’. As though he was already committed to remaining at your side no matter what. But he had already fought so much in your name.
“For us…he will come for me without a doubt. I have made myself known.”
Masema held you tighter, his lips buried in your hair.
“He will come for us. I will not abandon you now.” He said, bordering on frustrated.
You smiled, pressing your lips to where his heart beat beneath his chest.
“You have done so much for me already. You have given your life to me, Masema…”
All of this wasn’t like you. But you could feel it, being with Masema had brought out your humanity.
You sat up, a hand on his jaw to force him to look at you.
“You have given me so much. But the Dark One is not a town to pillage, followers to herd to my cause…”
Masema silenced you with a kiss.
“I will never have given enough. You gave me purpose, a path to follow.” Masema spoke against your lips, kissing you again.
He had you pinned against his chest, arms wrapped around your back and lifting you on top of him. His lips continued to mesh to yours, hungrier and hungrier with every kiss.
“And you gave me a heart…you gave me love, Masema.”
Without a word, Masema deepened the kiss. Hand tangled into your hair as he sat up to meet you. It was like he was trying to pour everything he felt into one kiss.
The jewels hung from your body scratched at his chest, leaving indents in his skin as he pressed you harder against his body. His fingers digging into your hips as you began to roll against him.
“You are my everything,” Masema whispered against your lips, kiss trailing down your jaw and neck.
The connection you both shared was beyond even your comprehension. Once mistress and servant, but now you were much, much more. Two beings completely intertwined as one, not sure where you ended and Masema began.
It was love, and so much more.
Neither you nor Masema left your rooms for the rest of the night. Your followers knew better than to come anywhere near your rooms if Masema was in there as well.
The both of you simply enjoyed the presence of the other. You felt almost relieved, having revealed your history to Masema. It was like having him know meant he saw the very essence of you, the real you.
And it made you feel both powerful and weak in equal measure.
But there was something else you both now needed to do.
The room was heavy with the scent of your ever-burning incense and the sweat that clung to your and Masema’s bodies. He kept you caged against his body, and his mere presence made your whole body relax.
“Is there anything we can do, to prepare?” Masema asked, smiling as your finger made patterns on his stomach.
You stiffened, there was something you could do. But it filled you with almost as much dread as facing the Dark One. And Masema noticed immediately.
“There is, isn’t there?”
You rolled from the bed, finding the book again and showing him another image. Another goddess, surrounded by galaxies he could never fathom.
“My sister. I need her.” Was all you said, your hand on the book gentler than it had been over the Dark One’s image.
“She made me this. The stars remember, but fire leaves nothing but ash behind. She never wanted me to forget.”
Your sister had been forgotten, just like you. Passed over in favour of the Creator and the Dark One.
“I need her, we need her. She can fight the Dark One…if she has her vessel…”
You spoke now as if you were far off somewhere. Like everything was locking into place. Rand was not made to be your vessel, because he belonged to your sister. He just didn’t know it yet.
You needed to find Rand.
And Masema could see the cogs click into place. The look on your face could only mean one person.
“Rand is her vessel. He couldn’t function as mine, he wasn’t suited. Chaos needs order, and you,” you smiled, turning to Masema and cupping his jaw,
“You gave me order…you were meant for me…”
Giving Masema your blessing finally made sense. Rand wasn’t focused enough for you to give your power to. But Masema was the epitome of control. Forceful in nature, just enough to withstand what you gave.
“You need Rand?” he asked and your answer was a simple nod.
But Masema had another question. He gestured back at the book, to the picture of your sister.
“Who is she? You said you do not have names…”
The look on your face told Masema he had understood wrong. You had a name, he just had to prove himself worthy enough to use it.
Your hand rested on his chest, circling his heart.
“We have names. But names hold power.”
Masema let his hand settle over yours. If his life had made more sense when he met you, he could hardly explain what he felt now.
“My sister is Melania, the goddess of the cosmos. When you look at the stars, she is who you see.”
Your eyes closed for a moment, giving your own name to your vessel was a huge step. You were giving Masema power over you in a way you had never thought you would.
“Before you hear my name, understand how much power this gives you, my love.”
The tone of your voice told him it was a step you had never taken before. But you wanted to.
“Aithne. That is who I am. Goddess of chaos, fire and destruction.”
Masema felt the weight of it. His heart pounding in his chest and his skin burning under your touch.
You had given him the same power over you as you held over him. Your name on his tongue like ash after a fire.
You were his goddess, his dragon…
His Aithne.
@legitalicat @foxyanon @thenameswinter99 @multyfangirl
@alexagirlie @gemini-mama
If you want to be added/deleted, please let me know!
#masema dagar#masema x reader#wheel of time#masema x you#masema dagar x you#reader insert#x reader#reader fanfiction
28 notes
·
View notes
Text

Ringkasan dari kajian:
🖊️ 18 Tingkatan Manusia.
👤 Ustadz Armen Halim Naro رَحِمَهُ اللهُ
📻 Kajian.net
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam QS. Al-Fathir disebutkan:
ُثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Fathir: 32).
Dalam Tafsir Al-Baghawi disebutkan, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah menjelaskan:
1. Zhalimun linafsihi (orang yang mendzalimi diri sendiri) adalah ash-habul masy’amah (golongan kiri).
2. Muqtashid (pertengahan) adalah ash-habul maimanah (golongan kanan).
3. Sabiqun bilkhairat (lebih dahulu berbuat kebaikan) adalah al-muqarrabun.
Sedangkan dalam surat Al-Fatihah dijelaskan bahwa terbaginya manusia menjadi tiga golongan, ada manusia yang dimurkai, ada manusia yang sesat, dan ada pula golongan manusia yang diberi nikmat.
Berikut 18 Tingkatan Manusia di Akhirat menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziah,
[1] Derajat Kerasulan: Ulul 'Azmi.
Rasul adalah orang-orang dimuliakan oleh manusia, orang yang terpilih diantara orang-orang yang sholeh, orang yang terpelihara dari aib dan cela. Yang tertinggi dari mereka adalah nabi dan rasul ulul ‘azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Allah Berfirman dalam surat Asy-Syura ayat 13,
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
[2] Nabi dan Rasul yang berjumlah 25 yang disebutkan dalam Al Qur’an selain para ulul ‘azmi.
[3] Para Nabi yang tidak diutus kepada umat tertentu, memiliki rubuwwah (kenabian) dan tidak memiliki risalah.
[4] Derajat Shiddiq; pewaris para rasul dan pengganti mereka di masing-masing umatnya setelah mereka wafat. Orang yang menggabungkan ilmu dan amal dalam kehidupannya. Contoh: Abu Bakar As-Shiddiq.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad)
Oleh sahabat Jarir bin Abdillah al-Bajali radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:
مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim no 1016)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
[5] Para pemimpin yang adil; Para penguasa yang bijaksana yang dengannya mendatangkan ketenangan dijalan, meluruskan perkara-perkara umat, yang dapat menegakkan hukum-hukum Allah sehingga dunia menjadi tentram, orang lemah mendapatkan pertolongan, orang dzalim akan terhina, orang takut merasa aman, mereka menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, sunnah ditegakkan dan bid’ah dihancurkan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang adil berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya pada hari kiamat di sebelah kanan Ar Rahman, dan kedua tangan-Nya adalah kanan. Yaitu mereka yang adil dalam pemerintahannya, keluarganya dan jabatan yang diamanahkan kepada mereka.” (HR. Muslim)
Mereka adalah salah satu dari 7 golongan yang akan mendapatkan naungan pada hari kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ [1] وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ [2] وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ [3] وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ [4] وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ [5] وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ [6] وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ [7]
1. imam yang adil,
2. seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,
3. seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
4. dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,
5. seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah.’
6. seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta,
7. seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)
[6] Mujahidin yang berjihad di jalan Allah.
Mereka adalah bala tentara Allah, yang menegakkan agama-Nya, menghancurkan musuh-musuh-Nya dan menjaga kehormatan Islam, menjaga batas-batas tanah yang dimiliki oleh kaum muslimin. Mereka yang menjual harta dan jiwa demi melindungi agama Allah. Mereka akan mendapat limpahan pahala dari setiap orang yang dilindunginya, dengan jihadnya maka orang-orang dapat beribadah dengan tenang.
Didalam Al-Quran dijelaskan didalam Surat Shaf ayat 10-12.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَ�� تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ [10] تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ[11] يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ [12]
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik dari bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ketempat tinggal yang baik disurga ‘adn. Itulah keberuntungan yang sangat besar” .
[7] Ahlul Itsar: orang-orang yang bersedekah dan berbuat baik dengan harta mereka sesuai dengan kebutuhan manusia. Orang-orang yang selalu mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Contoh: Abdurrachman bin Auf, Utsman bin Affan.
Surat Al-Baqarah Ayat 274,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
[8] Orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta'ala bukakan untuknya pintu-pintu kebaikan yang banyak. Allah mudahkan kepadanya berdzikir, puasa, umrah, haji, ittikaf di mesjid, membaca/menghafal Al-Quran. Dia melakukan ibadah-ibadah sunnah setelah terpenuhinya ibadah-ibadah wajib.
[9] Ahlul Najat: Orang-orang yang diselamatkan oleh Allah karena menunaikan yang wajib dan meninggalkan yang haram tanpa menambah dan menguranginya.
[10] Orang-orang yang seringkali melakukan dosa besar, bermaksiat kepada Allah akan tetapi ia mendapatkan karunia taubat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sebelum kematiannya.
[11] Orang yang sekali waktu berbuat kebaikan, tapi di waktu yang lain berbuat kejahatan.
Mereka adalah orang-orang yang belum sempat bertaubat dari dosa dan kemaksiatan yang diperbuatnya, akan tetapi setelah ditimbang amal kebaikannya lebih berat dari dosanya sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memasukkannya ke surga.
[12] Orang yang amal kebaikannya berimbang dengan keburukannya. Orang-orang yang akan berada diantara Surga dan Neraka.
[13] Kelompok yang penuh dengan kemaksiatan dan sangat ringan timbangan amal kebaikannya.
[14] Kelompok manusia yang tidak memiliki keimanan, tidak juga ketaatan, tidak memiliki kemaksiatan dan tidak pula amal shalih. Contoh: Mereka adalah orang gila, yang tidak sampai dakwah kepada mereka, orang tuli dan anak seorang muslim & muslimah yang meninggal sebelum baligh.
Sedang kedudukan bayi orang kafir, mereka berbeda pendapat hingga ada delapan pendapat. Namun, menurut pendapat yang paling shahih yang mewakili dan dapat mengakomodir seluruh dalil-dalil yang ada adalah pendapat terakhir yang menyatakan bahwa mereka nanti akan diuji lagi pada hari kiamat. Jika orang tersebut sukses dalam ujian, maka mereka akan masuk surga, dan jika gagal akan masuk neraka.
[15] Orang munafik zindik yang menampakkan Islam, mengaku mengikuti Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam tapi menyembunyikan kekufuran kepada Allah. Mereka selalu membela orang kafir tapi mendzalimi orang muslim.
[16] Pemimpin kafir.
[17] Para pengikut kekafiran.
[18] Golongan jin yang kafir.
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
***
📝 Ima Bintu Ali
#aqidah#islam#islamdaily#islamic#islampost#islamquotes#manhajsalaf#salaf#salafi#sunnah#kajiansunnah#tauhid#syirik
0 notes
Text
animation characters
Ada banyak pembuat animasi karakter dari berbagai film, acara TV, dan serial. Bisakah Anda menentukan animasi atau waralaba tertentu yang Anda minati? Dengan begitu, saya dapat memberikan informasi yang lebih relevan tentang karakternya.
Tentu saja! pembuat Video Karakter animasi berasal dari berbagai sumber, termasuk film animasi, acara TV, dan serial web. Beberapa karakter animasi populer antara lain Mickey Mouse dari Disney, Homer Simpson dari The Simpsons, Pikachu dari Pokémon, SpongeBob SquarePants dari SpongeBob SquarePants, dan Elsa dari Frozen. Jika Anda memiliki animasi tertentu atau ingin tahu lebih banyak tentang karakter tertentu
Karakter animasi mencakup beragam tokoh yang dicintai dan ikonik. Berikut beberapa contoh lainnya:
Bugs Bunny dari Looney Tunes
Woody dari Toy Story
Doraemon dari Doraemon
Goku dari bola naga
Scooby-Doo dari Scooby-Doo, Di Mana Anda!
Spider-Man dari berbagai adaptasi animasi
Elsa dari Beku
Ash Ketchum dari Pokemon
Bart Simpson dari The Simpsons
Simba dari The Lion King
Masing-masing karakter ini telah memberikan pengaruh yang signifikan pada animasi dan memiliki tempat khusus di hati para penggemar di seluruh dunia. Jika Anda memiliki karakter animasi tertentu atau ingin mempelajari lebih lanjut tentang mereka, jangan ragu untuk bertanya
https://www.videoanimasi.my.id/

0 notes
Text
D17 Ramadhan : Urwah bin Zubair
Pagi itu, matahari memancarkan benang-benang cahaya keemasan di atas Baitul Haram, menyapa ramah pelatarannya yang suci. Di Baitullah, sekelompok sisa-sisa shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tokoh-tokoh tabi’in tengah mengharumkan suasana dengan lantunan tahlil dan takbir, menyejukkan sudut-sudutnya dengan doa-doa yang shalih. Mereka membentuk halaqah-halaqah, berkelompok-kelompok di sekeliling Ka’bah agung yang tegak berdiri di tengah Baitul Haram dengan kemegahan dan keagungannya. Mereka memanjakan pandangan matanya dengan keindahannya yang menakjubkan dan berbagi cerita di antara mereka, tanpa senda gurau yang mengandung dosa.
Di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja yang tampan rupawan, berasal dari keluarga yang mulia. Seakan-akan mereka adalah bagian dari perhiasan masjid, bersih pakaiannya dan menyatu hatinya. Di dekat rukun Yamani, duduknya empat remaja yang tampan rupawan, berasal dari keluarga yang mulia. Seakan-akan meraka adalah bagian dari perhiasan masjid, bersih pakaiannya dan menyatu hatinya. Keempat remaja itu adalah Abdullah bin Zubair dan saudaranya yang bernama Mush’ab bin Zubair, saudaranya lagi bernama Urwah bin Zubair dan satu lagi Abdul Malik bin Marwan. Pembiacaraan mereka semakin serius. Kemudian seorang di antara mereka mengusulkan agar masing-masing mengemukakan cita-cita yang didambakannya. Maka khayalan mereka melambung tinggi ke alam luas dan cita-cita mereka berputar mengitari taman hasrat mereka yang subur.
Mulailah Abdullah bin Zubair angkat bicara: “Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya.” Saudaranya, Mus’ab menyusulnya: “Keinginanku adalah dapat menguasai dua wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku.”
Giliran Abdul Malik bin Marwan berkata, “Bila kalian berdua sudah merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.” Sementara itu Urwah diam seribu bahasa, tak berkata sepatah pun. Semua mendekati dan bertanya,
“Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?” Beliau berkata, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi semua cita-cita dari urusan dunia kalian, aku ingin menjadi alim [orang berilmu yang mau beramal], sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang kitab Rabb-nya, sunah Nabi-Nya dan hukum-hukum agamanya dariku, lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki surga dengan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Hari-hari berganti serasa cepat. Kini Abdullah bin Zubair dibai’at menjadi khalifah menggantikan Yazid bin Mu’awiyah yang telah meninggal. Dia menjadi hakim atas Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan, dan Irak yang pada akhirnya terbunuh di Ka’bah, tak jauh dari tempatnya mengungkapkan cita-cita dahulu. *Cerita sebelumnya*
Sedangkan Mus’ab bin Zubair telah mengauasai Irak sepeninggal saudaranya Abdullah dan akhirnya juga terbunuh ketika mempertahankan wilayah kekuasaannya. Mushab berhasil menikahi dua wanita cantik Aisyah binti Abu Thalhah dan Suqaenah binti Husein bin Ali
Adapun Abdul Malik bin Marwan, kini menjadi khalifah setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair dan saudaranya Mus’ab, setelah keduanya gugur di tangan pasukannya. Akhirnya, dia berhasil menjadi raja dunia terbesar pada masanya. Bagaimana halnya dengan Urwah bin Zubair? Mari kita ikuti kisahnya dari awal.
Beliau lahir satu tahun sebelum berakhirnya masa khilafah al-Faruq Radhiyallahu ‘Anhu. Dalam sebuah rumah yang paling mulia di kalangan kaum muslimin dan paling luhur martabatnya.
Adapun ayahnya bernama Zubair bin Awwam, “al-Hawari” (pembela) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang pertama yang menghunus pedangnya dalam Islam serta termasuk salah satu di antara sepuluh orang yang dijamin masuk surga.
Sedangkan ibunya bernama Asma binti Abu Bakar ash-Shidiq yang dijuluki dzatun nithaqain [pemilik dua ikat pinggang].
Kakek beliau dari jalur ibu adalah Abu Bakar ash-Shidiq, khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menemani beliau di sebuah goa.
Sedangkan nenek dari jalur ayahnya adalah Shafiyah binti Abdul Muthalib yang juga bibi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bibinya adalah Ummul Mukminin, bahkan dengan tangan Urwah bin Zubair sendirilah yang turun ke liang lahat untuk meletakkan jenazah ummul Mukminin.
Maka siapa lagi kiranya yang lebih unggul nasabnya dari beliau? Adakah kemuliaan di atasnya selain kemuliaan iman dan kewibawaan Islam?
Demi merealisasikan cita-cita yang didambakan dan harapan kepada Allah yang diutarakan di sisi Ka’bah yang agung tersebut, beliau amat gigih dalam usahanya mencari ilmu. Maka beliau mendatangi dan menimbanya dari sisa-sisa para shahabat Rasulullah yang masih hidup.
Beliau mendatangi rumah demi rumah mereka, shalat di belakang mereka, menghadiri majelis-majelis mereka. Beliau meriyawatkan hadis dari Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Tsabit, Abu Ayyub al-Anshari, Usamah bin Zaid, Sa’id bin Zaid, Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, Nu’man bin Basyir dan banyak pula mengambil dari bibinya, Aisyah Ummjul Mukminin. Pada gilirannya nanti, beliau berhasil menjadi satu di antara fuqaha sab’ah (tujuh ahli fikih) Madinah yang menjadi sandaran kaum muslimin dalam urusan agama.
Para pemimpin yang shalih banyak meminta pertimbangan kepada beliau baik tentang urusan ibadah maupun negara karena kelebihan yang Allah berikan kepada beliau. Sebagai contohnya adalah Umar bin Abdul Aziz. Ketika beliau diangkat sebagai gubernur di Madinah pada masa al-Walid bin Abdul Malik, orang-orang pun berdatangan untuk memberikan ucapan selamat kepada beliau.
Usai shalat zuhur, Umar bin Abdul Aziz memanggil sepuluh fuqaha Madinah yang dipimpin oleh Urwah bin Zubair. Ketika sepuluh ulama tersebut telah berada di sisinya, maka beliau melapangkan majlis bagi mereka serta memuliakannya. Setelah bertahmid kepada yang berhak dipuji beliau berkata, “Saya mengundang Anda semua untuk suatu amal yang banyak pahalanya, yang mana saya mengharapkan Anda semua agar sudi membantu dalam kebenaran, saya tidak ingin memutuskan suatu masalah kecuali setelah mendengarkan pendapat Anda semua atau seorang yang hadir di antara kalian. Bila kalian melihat seseorang mengganggu orang lain atau pejabat yang melakukan kezhaliman, maka saya mohon dengan tulus agar Anda sudi melaporkannya kepada saya.” Kemudian Urwah mendoakan baginya keberuntungan dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, senantiasa bersanding dengan Kitabullah dan tekun membacanya. Beliau mengkhatamkan seperempat Alquran setiap siang dengan membuka mushhaf, lalu shalat malam membaca ayat-ayat Alquran dengan hafalan. Tak pernah beliau meninggalkan hal itu sejak menginjak remaja hingga wafatnya melainkan sekali saja. Yakni ketika peristiwa mengharukan yang sebentar lagi akan kami beritakan kepada Anda.
Dengan menunaikan shalat, Urwah memperolah ketenangan jiwa, kesejukan pandangan dan surga di dunia. Beliau tunaikan sebagus mungkin, beliau tekuni rukun-rukunnya secara sempurna dan beliau panjangkan shalatnya sedapat mungkin.
Telah diriwayatkan bahwa beliau pernah melihat seseorang menunaikan shalat secepat kilat. Setelah selesai, dipanggilnya orang tersebut dan ditanya, “Wahai anak saudaraku, apakah engkau tidak memerlukan apa-apa dari Rabb-mu Yang Maha Suci? Demi Allah, aku memohon kepada Rabb-ku segala sesuatu sampai dalam urusan garam.”
Urwah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang ringan tangan, longgar dan dermawan. Di antara bukti kedermawanannya itu adalah manakala beliau memiliki sebidang kebun yang luas di Madinah dengan air sumurnya yang tawar, pepohonan yang rindang serta buahnya yang lebat. Beliau pasang pagar yang mengelilinginya untuk menjaga kerusakannya dari binatang-binatang dan anak-anak yang usil. Hingga tatkala buah telah masak dan membangkitkan selera bagi yang memandangnya, dibukalah beberapa pintu sebagai jalan masuk bagi siapapun yang menghendakinya.
Begitulah, orang-orang keluar masuk kebun Urwah sambil merasakan lezatnya buah-buahan yang masak sepuas-puasnya dan membawa sesuai dengan keinginannya. Setiap memasuki kebun, beliau mengulang-ulang firman Allah:
وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاء اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
��Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaa allah, laa quwwata illaa billah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. Al-Kahfi: 39)
Suatu masa di zaman khilafah al-Walid bin Abdul Malik, Allah berkehendak menguji Urwah dengan suatu cobaan yang tak seorang pun mampu bertahan dan tegar selain orang yang hatinya subur dengan keimanan dan penuh dengan keyakinan.
Tatkala amirul mukminin mengundang Urwah untuk berziarah ke Damaskus. Beliau mengabulkan undangan tersebut dan mengajak putra sulungnya. Amirul Mukminin menyambutnya dengan gembira, memperlakukannya dengan penuh hormat dan melayaninya dengan ramah.
Kemudian datanglah ketetapan dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, laksana angin kencang yang tak dikehendaki penumpang perahu. Putra Urwah masuk ke kandang kuda untuk melihat kuda-kuda piaraan pilihan. Tiba-tiba saja seekor kuda menyepaknya dengan keras hingga menyebabkan kematiannya.
Belum lagi tangan seorang ayah ini bersih dari tanah penguburan putranya, salah satu telapak kakinya terluka. Betisnya tiba-tiba membengkak, penyakit semakin menjalar dengan cepatnya.
Kemudian bergegaslah Amirul Mukminin mendatangkan para tabib dari seluruh negeri untuk mengobati tamunya dan memerintahkan mereka untuk mengobati Urwah dengan cara apapun.
Namun para tabib itu sepakat untuk mengamputasi kaki Urwah sampai betis sebelum penyakit menjalar ke seluruh tubuh yang dapat merenggut nyawanya.
Jalan itu harus ditempuh. Tatkala ahli bedah telah datang dengan membawa pisau untuk menyayat daging dan gergaji untuk memotong tulangnya, tabib berkata kepada Urwah: “Sebaiknya kami memberikan minuman yang memabukkan agar Anda tidak merasakan sakitnya diamputasi.” Akan tetapi Urwah menolak, “Tidak perlu, aku tidak akan menggunakan yang haram demi mendapat afiat (kesehatan). Tabib berkata, “Kalau begitu kami akan membius Anda!” Beliau menjawab, “Aku tidak mau diambil sebagian dari tubuhku tanpa kurasakan sakitnya agar tidak hilang pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ketika operasi hendak dimulai, beberapa orang mendekati Urwah, lalu beliau bertanya, “Apa yang hendak mereka lakukan?” Lalu dijawab, “Mereka akan memegangi Anda, sebab bisa jadi Anda nanti merasa kesakitan lalu menggerakan kaki dan itu bisa membahayakan Anda.” Beliau berkata, “Cegahlah mereka, aku tidak membutuhkannya. Akan kubekali diriku dengan dzikir dan tasbih.”
Mulailah tabib menyayat dagingnya dengan pisau dan tatkala mencapai tulang, diambillah gergaji untuk memotongnya. Sementara itu Urwah tak henti-hentinya mengucapkan, “Laa ilaaha Illallah Allahu Akbar,” sang tabib terus melakukan tugasnya dan Urwah juga terus bertakbir hingga selesai proses amputasi itu.
Setelah itu dituangkanlah minyak yang telah dipanaskan mendidih dan dioleskan di betis Urwah bin Zubair untuk menghentikan perdarahan dan menutup lukanya. Urwah pingsan untuk beberapa lama dant terhenti membaca ayat-ayat Alquran di hari itu. Inilah satu-satunya hari di mana beliau tidak bisa melakukan kebiasaan yang beliau jaga semenjak remajanya.
Ketika Urwah tersadar dari pingsannya, beliau meminta potongan kakinya. Dibolak-baliknya sambil berkata, “Dia (Allah) yang membimbing aku untuk membawamu di tengah malam ke masjid, Maha Mengetahui bahwa aku tak pernah menggunakannya untuk hal-hal yang haram.”
Kemudian dibacanya syair Ma’an bin Aus:
Tak pernah kuingin tanganku menyentuh yang meragukan Tidak juga kakiku membawaku kepada kejahatan Telinga dan pandangan mataku pun demikian Tidak pula menuntun ke arahnya pandangan dan pikiran Aku tahu, tiadalah aku ditimpa musibah dalam kehidupan Melainkan telah menimpa orang sebelumku
Kejadian tersebut membuat Amirul Mukminin, al-Walid bin Abdul Malik sangat terharu. Urwah telah kehilangan putranya, lalu sebelah kakinya. Maka dia berusaha menghibur dan menyabarkan hati tamunya atas musibah yang menimpanya tersebut.
Bersamaan dengan itu, di rumah khalifah datang satu rombongan Bani Abbas yang salah seorang di antaranya buta matanya. Kemudian al-Walid menanyakan sebab musabab kebutaannya. Dia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, dulu tidak ada seorang pun di kalangan Bani Abbas yang lebih kaya dalam harta dan anak dibanding saya. Saya tinggal bersama keluarga di suatu lembah di tengah kaum saya. Mendadak muncullah air bah yang langsung menelan habis seluruh harta dan keluarga saya. Yang tersisa bagi saya hanyalah seekor onta yang lari dari saya. Maka saya taruh bayi yang saya bawa di atas tanah lalu saya kejar onta tadi. Belum seberapa juh, saya mendengar jerit tangis bayi itu. Saya menoleh dan ternyata kepalanya telah berada di mulut serigala, dia telah memangsanya. Saya kembali, tapi tak bisa berbuat apa-apa lagi karena bayi itu sudah habis dilalapnya. Lalu serigala tersebut lari dengan kencangnya. Akhirnya saya kembali mengejar onta liar tadi sampai dapat. Tapi begitu saya mendakat dia menyepak dengan keras hingga hancur wajah saya dan buta kedua mata saya. Demikianlah, saya dapati diri saya kehilangan semua harta dan keluarga dalam sehari semalam saja dan hidup tanpa memiliki penglihatan.
Kemudian al-Walid berkata kepada pengawalnya, “Ajaklah orang ini menemui tamu kita Urwah, lalu mintalah agar dia mengisahkan nasibnya agar beliau tahu bahwa ternyata masih ada orang yang ditimpa musibah lebih berat darinya.”
Tatkala beliau diantarkan pulang ke Madinah dan menjumpai keluarganya, Urwah berkata sebelum ditanya, “Janganlah kalian risaukan apa yang kalian lihat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberiku empat orang anak dan Dia berkehendak mengambil satu. Maka masih tersisa tiga. Puji syukur bagi-Nya. Aku dikaruniai empat kekuatan lalu hanya diambil satu, maka masih tersisa tiga. Puji syukur bagi-Nya. Dia mengambil sedikit dariku dan masih banyak yang ditinggalkan-Nya untukku. Bila Dia menguji sekali, kesehatan yang Dia karuniakan masih lebih banyak dan lebih darinya.”
Demi melihat kedatangan dan keadaan imam dan gurunya, maka penduduk Madinah segera datang berbondong-bondong ke rumahnya untuk menghibur.
Yang paling baik di antara ungkapan teman-teman Urwah adalah dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah: “Bergembiralah wahai Abu Abdillah, sebagian dari tubuhmu dan putramu telah mendahuluimu ke surga. Insya Allah yang lain akan segera menyusul kemudian. Karena rahmat-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala meninggalkan engkau untuk kami, sebab kami ini fakir dan memerlukan ilmu fiqih dan pengetahuanmu. Semoga Allah memberikan manfaat bagimu dan juga kami. Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wali bagi pahala untukmu dan Dia pula yang menjadim kebagusan hisab untukmu.”
Urwah bin Zubair menjadi menara hidayah bagi kaum muslimin. Menjadi penunjuk jalan kemenangan dan menjadi da’i selama hidupnya. Perhatian beliau yang paling besar adalah mendidik anak-anaknya secara khusus dan generasi Islam secara umum. Beliau tidak suka menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk memberikan petunjuk dan selalu mencurahkan nasihat demi kebaikan mereka.
Tak bosan-bosannya beliau memberikan motivasi kepada para putranya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Beliau berakata, “Wahai putra-putriku, tuntutlah ilmu dan curahkan seluruh tenagamu untuknya. Karena, kalaupun hari ini kalian menjadi kaum yang kerdil, kelak dengan ilmu tersebut Allah menjadikan kalian sebagai pembesar kaum.” Lalu beliau melanjutkan: “Sungguh menyedihkan, adakah di dunia ini yang lebih buruk daripada seorang tua yang bodoh?”
Beliau anjurkan pula kepada mereka untuk memperbanyak sedekah, sedangkan sedekah adalah hadiah yang ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau berkata, “Wahai anak-anakku, janganlah kalian menghadiahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan apa yang kalian merasa malu menghadiahkannya kepada para pemimpin kalian, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mulia, Maha Pemurah dan lebih berhak didahulukan dan diutamakan.”
Beliau senantiasa mengajak orang-orang untuk memandang suatu masalah dari sisi hakikatnya. Beliau berkata, “Wahai putra-putriku, jika engkau melihat kebaikan pada seseorang maka akuilah itu baik, walaupun dalam pandangan banyak orang dia adalah orang jahat. Sebab setiap perbuatan baik itu pastilah ada kelanjutannya. Dan jika melihat pada seseorang perbuatan jahat, maka hati-hatilah dalam bersikap walaupun dalam pandangan orang-orang dia adalah orang yang baik. Sebab setiap perbuatan ada kesinambungannya. Jadi camkanlah, kebaikan akan melahirkan kebaikan setelahnya dan kejahatan menyebabkan timbulnya kejahatan berikutnya.”
Beliau juga mewasiatkan agar berlemah lembut, bertutur kata yang baik dan berwajah ramah. Beliau berkata, “Wahai putra-putriku, tertulis di dalam hikmah, “Jadikanlah tutur katamu indah dan wajahmu penuh senyum, sebab hal itu lebih disukai orang daripada suatu pemberian.”
Jika beliau melihat seseorang condong pada kemewahan dan mengutamakan kenikmatan, diingatkannya betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membiasakan diri untuk hidup sederhana.
Sebagai contoh adalah kisah yang diceritakan oleh Muhammad bin al-Munkadir, “Aku bertemu dengan Urwah bin Zubair. Dia menggandeng tanganku sambil berkata, “Wahai Abu Abdillah.” Aku jawab, “Labbaik.”
Urwah berkata, “Aku pernah menjumpai ibuku Aisyah, lalu beliau berkata, ‘Wahai anakku, demi Allah, ada kalanya selama 40 hari tak ada api menyala di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk lampu ataupun memasak.” Maka aku bertanya, “Bagaimana Anda berdua hidup pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Dengan korma dan air.”
Urwah hidup hingga usia 71 tahun. Hidupnya penuh dengan kebajikan, kebaktian, dan diliputi ketaqwaan. Ketika dirasa ajalnya sudah dekat dan dia dalam keadaan berpuasa, keluarganya mendesak agar beliau mau makan, tetapi beliau menolak keras karena ingin berbuka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan minuman dari telaga al-Kautsar yang dituangkan dalam gelas-gelas perak oleh para bidadari cantik di surga.
link : https://kisahmuslim.com/2792-urwah-bin-zubair.html
1 note
·
View note
Text
Mason scoffs at the mention of the murder house, brow raised. "Shit, well, I guess that tells me all I need to know," he chuckles, taking another sip before glancing towards the door. "So you and Wolf must really like being dads, huh?" It's an inference but he assumes they'd have less kids if they hated it. Mason watches his uncle scoop up the small boy and give a small wave. "Ash, and who else again?” He smiles at the boy, “I'm Mase," he offers the little kid, his cousin, before hearing a Nash squeaked out in return. "Nash and Ash?" He lifts an amused brow and chuckles slightly at the warning. "Got it, a shit ton of cousins and trouble. Sounds like I made the right choice." He's not sure but if his uncle is anything to go by, it seems the Cross family is welcoming enough.
"Cross Hill." Hunter laughed and waved his hand around again in a gesture around them both. "There's Cross Street 'round here somewhere. Got a murder house on it so, maybe that was a damn tribute." he cackled, sipping his beer and hearing a small rummage on the outside steps. He was to his feet, nodding at Mason. "Eight for me, seven for Wolf. El's got two little ones, Cory and Parker but they're young'uns still. And er yeah just you and lil Faith for Ryan. He's gonna be made up that he got a son. Think him and Tammie said a few times they were better suited for boys. You'll like Tammie too, she's one hell of a woman." he opened the trailer door, just in time to see Nash climbing up the last step and he nodded over to Lia as he scooped him up. "Look who it is, when you call the devil huh?" he laughed, bringing him in and setting him down with a point towards Mason. "Got another cousin, boy." Hunter grinned and then offered a shrug about Rory. "Ashville? I think. Which is kinda funny, I got a boy called Ash." he started laughing again before he sighed out. "Oh yeah, you're gonna have to get use to some damn trouble if you're staying."
16 notes
·
View notes
Text
Ditinggalkan Kekasih
Akhirnya aku pulang ke tanah air. Pulang kepangkuan orang yang aku sayang. Perkara pertama yang aku lakukan sebaik sahaja kakiku menjejak bumi bertuah ini, aku menghubungi Suria. Tiada jawapan. Kemana agaknya dia pergi?
Aku lihat jam ditangan, baru pukul 4.15 petang. Patutlah, mungkin dia masih lagi dipejabat. Ahh.. Takpe, aku nak buat supprise kat dia, fikirku lagi.
Selepas 3 bulan berlayar dilautan, anak-anak kapal ini dahagakan hiburan. Masing-masing mahu mencari tempat untuk melepaskan nafsu serakah. Nafsu yang telah dikekang untuk tempoh waktu yang agak lama. Ada juga pelacur-pelacur jalanan yang sudah sedia menunggu, tapi itu semua tidak perlu. Aku cuma mahukan Suria, hanya dia yang aku rindu.
Dalam pada itu, banyak mata-mata yang memandang ke arahku. Mungkin kerana aku segak, dengan pakaian seragam atau mungkin kerana aku yang berkulit sawo matang yang sah keturunan melayu. Dalam aku mengelamun, sebuah teksi lalu dihadapanku. Aku terus menahannya dan sebentar kemudian aku sudah berada dalam perut teksi, Pelabuhan Klang aku tinggalkan dan menuju pulang.
Tiada apa yang berubah, fikirku, sebaik sahaja aku melangkah masuk ke dalam apartmen itu. Apartmen yang aku tinggalkan selama 3 bulan kerana pergi bertugas. Kerusi kayu jati beralas kusyen bersarung putih itu juga masih berada ditempat yang sama, kerusi dimana aku menghabiskan saat-saat indah bersama Suria, sebelum aku berangkat. Sunyi sepi.
Suria masih enggan mengubah suai letak perabut diapartmennya, mungkin dia mahu semangat aku tetap bersama dia sepanjang ketiadaan aku. Maklumlah, kami yang sama-sama menghias apartmen ini.
Katil besar dari kayu jati ditutupi cadar putih terhampar kemas. Tingkapku buka, membiarkan udara segar dari hutan berhampiran masuk ke dalam bilik itu. Jam sudah pukul 5.30. Kejap lagi Ash akan pulang dari kerja. Aku akan tunggu dia diruang tamu, di atas kerusi jati itu. Dan aku tidak bercadang pun untuk menukar pakaianku.
Aku duduk bersendirian di situ, menunggu dan terus menunggu. Sebentar kemudian aku terdengar bunyi di luar pintu. Dari bayang-bayang celahan bawah pintu, aku dapat melihat ada seseorang di luar sana. Kedengaran kunci pintu dibuka. Suria melangkah masuk ke dalam tanpa menyedari aku yang sedang duduk menunggunya..
“Hi..” Sapaku perlahan sambil tersenyum.
Suria terperanjat, segera dia menoleh. Mata kami bertentang. Dari mukanya, aku tahu dia sedikit terkejut. Dia cuma diam, tidak bersuara. Dia terus melangkah ke pintu kaca untuk membukanya, lantas melangkah keluar ke balkoni dan membuang pandangannya jauh ke banjaran Titiwangsa.
Hmm.. Dia marah pada aku lagi agaknya, bisik hatiku. Aku akui, malam terakhir sebelum kami berpisah, memang ada sedikit pertengkaran. Aku tahu, tapi apa lagi yang boleh aku buat, sudah kehendak tugasku begitu. Dia melangkah masuk kembali, menuju kedapur untuk mengambil air.
Aku perhatikan setiap langkahnya. Inilah yang aku suka. Setiap kali selepas aku pulang dari luar negara, aku rasa sedikit asing dengannya. Seolah-olah baru kali pertama berjumpa. Seolah-olah aku jatuh cinta sekali lagi dengan dia.
Semuanya jadi seperti baru. Walaupun kami lover, jarang sekali kami beromantik-romantik. Kami lebih senang berlagak seperti dua orang sahabat karib. Dia keluar dari dapur dengan segelas minuman ditangannya. Terus dia duduk di atas sofa bertentangan. Dia melihat aku. Aku tahu, dia sebenarnya gembira, tapi cuma dia tidak tahu bagaimana hendak menunjukkan kegembiraannya itu.
Mungkin jangka waktu 3 bulan membuatkan kami menjadi segan. Sebab tiba-tiba, kami rasa malu, rasa macam baru berkenalan dan bersua mata. Ahh.. Aku mesti mulakan sesuatu, fikirku.
Aku takkan habiskan petang indah ini dengan merenung dia, aku mahukan dia, aku rindukan belaian dia, dan aku rindukan bau tubuhnya. Perlahan aku merangkak merapati dia. Pinggangnya kurangkul. Dia masih senyap.
“Kenapa dengan awak ni? Senyap aje, tak rindukan saya ke..?” Soalku pada dia.
“Rindu..” Jawabnya ringkas.
Ahh.. Aku tahu. Perlahan aku ambil gelas ditangannya dan aku letakkan di atas meja. Sebelah lagi tanganku mengelus-elus telinga dan rambut belakangnya. Aku menarik dia agar rapat denganku. Sebentar kemudian, bibir kami bertaut. Hangat. Hebat. Seperti ciuman pertama. Bibirnya manis, mungkin kerana air yang diminumnya tadi. Lidahku mula meneroka kawasan-kawasan yang lama telah aku tinggalkan. Dia juga tidak kurang hebat, melawan. Enggan mengalah. Lama juga kami berkucupan, hampir-hampir lemas tidak boleh bernafas.
Kami berhenti seketika. Mengambil masa untuk merenung ke dalam mata masing-masing. Aku perlu tahu, sekiranya kasih yang aku tinggalkan 3 bulan lalu masih lagi ada di situ. Dari renungan matanya, aku dapat melihat ia masih lagi menyala. Terima kasih.. Bisikku dalam hati.
Lantas aku mencium kedua kelopak matanya. Sebagai tanda terima kasih, kerana matanya yang tidak pandai menipu. Terus aku kucupi seluruh wajahnya. Dahinya, pipinya, dagunya, dan bibirnya. Tanganku mula memainkan peranan. Membuka satu persatu kurung Suria. Segera aku lucutkan. Aku campakkan jauh kebawah meja sisi. Seluar dalamnya warna merah itu juga sudah bertompok dengan basahan.
Arghh.. Stim gila aku dibuatnya. Puting teteknya kugigit lembut. Dan aku mainkan lidahku disekelilingnya. Sambil tanganku meramas-ramas payu daranya yang keras dan padat. Suria mengeluh kesedapan. Sudah lama aku tidak dengar suara mengerang begitu. Perlahan aku turun kebawah, menyembamkan wajah ku ke cipapnya. Panas. Dia mendengus kasar, menahan nikmat. Lidahku ganas bermain di situ.
Kemudian, kakinya kuangkat. Aku menjilat-jilat disekitar lubang farajnya. Terkemut-kemut aku lihat dia menahan kesedapan. Sambil itu lidah ku menguis kelentitnya, menjilat dan menghisapnya. Suria terkinjal-kinjal. Punggungnya terangkat-angkat.
Diusap-usapnya lembut. Aku mengerang kesedapan, kerana geselan. Suria menggigit manja. Stim giler. Aku rindukan belaiannya. Selalunya Suria yang aku fikirkan bila aku melancap. Kadangkala, pelacur-pelacur dibekalkan di atas kapal itu. Mereka berparti, melihat tarian bogel, menonton wayang lucah dan akhirnya mabuk dan berpesta seks. Aku pula lebih selesa berkurung dalam kuartersku, bersendirian dan memikirkan Suria.
“Sambung balik..” arah Suria semula sambil tangannya memberi isyarat menyuruhku berundur.
Aku tersenyum pada Suria. Begitu juga dia. Perlahan aku hampiri dia. Aku menarik tangannya. Dia berdiri dan terus merapatkan tubuhnya ke tubuhku.
“Game’s over.. Now, you are all mine..” Bisikku kepadanya.
Aku pimpin tangannya menuju ke piano yang terletak di hujung ruang tamu, ditepi pintu sliding. Aku terus mendukung Suria, membaringkan dia di atas piano. Perlahan badannya kuraba.
Cahaya matahari petang yang menembus masuk melalui langsir kain rayon berwarna putih yang nipis dan lembut itu tersimbah ke atas badan Suria. Suria mengerang kenikmatan. Dadanya turun naik. Nafasnya kencang.
Aku memanjat naik ke atas piano. Sekarang, aku berada di atas badannya. Aku renung wajahnya. Taste aku. Berkulit cerah, berambut lurus. Matanya yang sedikit besar ditambah dengan keningnya yang tebal betul-betul seksi pada pandanganku. Matanya sudah kuyu. Mungkin menunggu aku untuk terus mengemudi bahtera kami.
“Kenapa awak senyum?” tanya Suria sengih kerang.
“Takde apa-apa.. Saya sayang awak..” balasku.
Lubang farajnya becak. Jariku perlahan bermain-main dikawasan itu. Kemudian disusuli dengan lidah dan mulutku. Suria mengeluh kesedapan. Aku rapatkan kontolku ke dalam lubang cipapnya. Terkemut-kemut aku rasa.
“Gently ok..” pintanya sambil mengigit dadaku.
Aku angguk. Aku tahu, dia mahukan koteku, seperti juga aku setia dengan mahukan cipapnya. Aku menolak kejantananku perlahan dan cepat keluar dan masuk. Berkerut wajah Suria menahan kesedapan. Aku berhenti seketika. Sebentar kemudian, aku cuba lagi. Kali ini berjaya. Perlahan-lahan aku menolak seluruh kejantananku masuk ke dalam lubang nikmatnya. Sedap. Hampir-hampir aku terpancut. Tapi aku tahan.
Aku meneruskan gerakan. Keluar masuk. Bergegar juga piano itu dibuatnya. Kami berdua mengerang kesedapan. Kaki Ash yang kadangkala tertekan kekunci piano secara tidak sengaja, menghasilkan bunyi yang menghairahkan. Seolah-olah bunyi piano yang dimain secara rawak bersatu dengan bunyi desahan dan erangan kami. Seperti aku dan dia, bersatu, in rhythm.
Aku menciumnya bertubi-tubi. Aku gigit lehernya. Aku suka membuat begitu. Kerana lehernya yang cerah, bila digigit begitu, ia akan meninggalkan kesan merah/lebam. Pada aku, aku telah tinggalkan ‘tanda’ pada dia, menandakan dia adalah milikku, selamanya.
Aku meneruskan gerakan. Badan kami dibasahi peluh. Licin rasanya. Aku mahu lihat wajah suria yang ayu itu puas-puas. Rindu. Mungkin malam karang atau esok pagi atau mungkin sekejap lagi kami akan buat lagi dalam posisi lain.
“Ahh.. Sedap.. Laju lagi..” rayunya.
Aku lajukan gerakan. Kulihat, Suria sedikit menggigil kerana menahan nikmat yang amat sangat. Mulutnya meracau-racau kesedapan..
“I’m cumming..”
Aku hentak sedikit kasar. Sengaja mahu menambahkan nikmat. Akhirnya aku menghentak kejantananku dalam-dalam ke dalam lubang cipap Suria. Suaranya menjerit kuat. Suria mengerang keras menerima jantanku yang keras dan tegang.
“Ahh.. Ahh” Serentak kami berdua mengerang.
Aku pula dapat merasa liang nikmatnya dan mengeluarkan air benihku hingga ke titisan yang terakhir.
Kami tersenyum kepuasan. Keletihan. Terdampar di atas piano. Aku berbaring disebelahnya. Sebelah tanganku meramas buah dadanya. Aku kucup pipinya. Aku ucapkan kata sayang pada telinganya. Bila kami sudah boleh bernafas seperti sedia kala..
“Apa jadi sepanjang 3 bulan nih..?” soalku padanya..
“Hmm.. Let see..” Katanya terhenti seketika sebelum menyambung cerita. “I nak split dari you. This is our last episode of making love.. I have met my new love selama you takde..”
Bagaikan nak pecah anak telinga bila mendengar kata-kata Suria. Mulutku melopong memandang ke wajahnya. Tidak percaya walaupun aku baru sahaja bersetubuh dengannya. Tidak percaya yang Suria mahu meninggalkan aku dan mendapatkan pakwenya.. lebur..
215 notes
·
View notes
Text
Masing-Masing Kalian adalah Pemimpin
Resume Kajian Riyaadush Shaalihiin oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
youtube
Hadits ke-289 | Hadits Ibnu Umar Radhiallahu 'anhuma. Dari Ibnu Umar Radhiallahu 'anhuma dari Nabi beliau bersabda,
وعن ابن عمرَ رضي اللَّهُ عنهما عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « كُلُّكُمْ راعٍ، وكُلُّكُمْ مسئولٌ عنْ رعِيَّتِهِ ، والأَمِيرُ رَاعٍ ، والرَّجُلُ راعٍ علَى أَهْلِ بَيْتِهِ ، والمرْأَةُ راعِيةٌ على بيْتِ زَوْجِها وولَدِهِ ، فَكُلُّكُمْ راعٍ ، وكُلُّكُمْ مسئولٌ عنْ رعِيَّتِهِ » متفقٌ عليه
"Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, dan seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Jadi masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya." (Muttafaq ‘alaih)
Hadist yang simple tapi sangat dalam maknanya, mencakup semua aspek kehidupan. Namun Imam Nawawi memasukkan kedalam bab rumah tangga atau bab suami istri, itu akan di fokuskan pada kajian kali ini.
Apa yang di maksud dengan pemimpin (راعٍ) ?
Pemimpin adalah sosok yang mengurus urusan sebuah komunitas atau sebuah kelompok atau sebuah kaum. Dia adalah penjaga, dia adalah yang diberikan amanat, dia yang diberikan tanggung jawab untuk menjaga atau memberikan kebaikan kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya. Maka dia dituntut untuk selalu bersikap adil dan fokus memberikan kebaikan kepada yang di amanati ke dia. Jadi itu pemimpin, penjaga yang diberikan amanat dan yang di tuntut untuk selalu memberikan yang terbaik atau yang terbaik kepada orang-orang yang dia pimpin, dan dia harus adil, dan dia harus menjalankan amanat tersebut sesuai dengan scope masing-masing.
Dan kalian akan di tanya dan akan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya atau atas orang-orang yang di pimpin, dan kebijakan yang di buat dan bagaimana menjalankan kepemimpinan tersebut. Ini adalah dua sisi mata uang yang ngga bisa di pisahkan. Islam mengajak kita untuk berfikir utuh, tidak mengajak perfikir parsial hanya melihat dari satu sisi. Kehidupan itu selalu berisi tentang nikmat dan konsekuensi, peran dan konsekuensi. Kehidupan itu tentang posisi dan konsekuensi. Dan kon sekuensi yang di maksud konsekuensi dunia dan konsekuensi akhirat. Ini pesan besar dalam hadist ini.
Kepemimpinan adalah kenikmatan bagi banyak orang. Kepemimpinan itu adalah peran dalam kehidupan, posisi yang strategis. Sehingga tidak heran diminati oleh banyak orang, diinginkan, dimimpikan sesuai dengan scope masing-masing. Dalam pertemanan, komunitas, bisnis, perusahaan, dalam umkm, karena itu adalah kenikmatan. Tapi yang perlu kita ingat setiap kenikmatan ada konsekuensi. Konsekuensinya anda akan di tanya di hari kiamat. Allah berfirman dalam QS. Al-Hijr: 92.
فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
"Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua."
Allah juga berfirman dalam QS. Ash-Shaffat: 24.
وَقِفُوهُمْ ۖ إِنَّهُم مَّسْـُٔولُونَ
"Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya."
Mereka akan di tanya, di dunia itu ngapain aja, tanggung jawabnya di tunaikan apa tidak, beribadah ngga sama Allah, gimana menjalankan tanggung jawab kewajiban, anda mimpin apa ketika di dunia, bagaimana cara anda menjalankan kepemimpinan anda, semua di tanya. Ngga ada yang bisa menghindar di stop sama Allah.
Kepemimpinan adalah sebuah kebutuhan darurat dalam kehidupan sosial. Ngga mungkin ngga ada pemimpin, harus ada. Masalah kepemimpinan di scope manapun atau di level yang berbeda-beda itu salah satu kebutuhan pokok di sebuah lingkungan.
Kapan kita ngga butuh pemimpin? Ketika kita hidup sendirian dalam lingkungan sosial. Tapi kita hidup sendirian pun Allah akan tanya, gimana kita mimpin diri kita sendiri.
Makannya harus ada yang masuk menjadi pemimpin, tapi setiap kita harus berfikir tentang kenikmatan dan konsekuensi.
Kita tekankan kembali Imam Nawawi membahas tentang masalah rumah tangga.
"Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya."
Maka ketika laki-laki atau kita memutuskan untuk menikah maka salah satu gambaran yang harus ada di benak kita, bahwa kita akan di tanya tentang istri kita dan anak-anak kita.
Jangan hanya memikirkan yang enak-enaknya saja, tentang honeymoon, traveling bareng, healing bareng, makan bareng, itu salah satu kotak aja dalam pernikahan, bahkan ada kotak yang lebih besar anda akan di tanya, nah siapkah anda di tanya.
Ketika anda menikah bersikaplah di hadapan istri anda dan anak-anak anda sebagai orang yang yakin bahwa dia akan di tanya atas semua sikapnya tersebut.
Ketika laki-laki siap nikah, maka dia siap untuk ditanya di hadapan Allah tentang keluarganya. Siap di tanya tentang istrinya dan anak-anaknya.
Sebaliknya, untuk wanita jika mengatakan siap menikah:
"Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya."
Ketika wanita siap menikah maka dia siap di tanya masalah rumahnya dan anak-anaknya. Bagaimana kebersihan rumah, kerapihan rumah dan suasana rumah. Mampukah istri membangun suasana nyaman dengan taufik Allah.
Hakikat dari suami dan istri adalah pertanyaan, solusinya bukan di hindari, bukan takut menikah, tapi solusinya adalah persiapkan diri kita saat nanti di tanya oleh Allah pada saat tidak ada ujian ulang atau remidial, yang ada hanya dua opsi, Surga atau Neraka.
"Setiap kedudukan, setiap posisi dan setiap kursi itu mengandung pertanyaan pada hari kiamat." Ustadz Nuzul Dzikri
11 notes
·
View notes
Text
Elliot listens, feeling a familiar pit of regret forming in his stomach. He can hear all about his brother’s problems but isn’t able to tangibly help, or fix them. Not like they’ve done for him. His jaw tightens at Ryan’s words, his sigh making him want to shake his brother and say who the fuck cares? But he’s got kids too…it’s not just about what you want to do anymore when they’re that young either. “I can’t tell you want to do, Ry…but you can’t keep it to yourself. It’ll eat you up.” He knows all about keeping things inside. “Can you? Forget about it?” Elliot asks plainly because Crosses aren’t exactly known for letting things go. “If it was one of us, would you tell us to forget about it?” He follows up before leaning back in his seat, arms crossed as he considers the situation before Ryan pivots back to his son. “I thought he was Ash the other day so yeah I can see it.”
He chuckles slightly and raises a brow. “You think he had a different reason for coming besides finding you?” He’s happy for his brother and sad all at once. He can’t imagine not knowing Parker existed and then he just showed up one day, all grown up. He already feels like he’s missing everything, and can’t imagine how Ryan feels knowing that he did miss it all with Mase. Elliot shrugs, rubbing the back of his neck. “Maybe you’re right…I just can’t help but wonder, I guess.” Kids don’t stay kids for long, and whatever their grandparents are telling them might stick after a while. The thought makes his stomach twist, but waves off his brother’s slap and shakes his head, snickering. “Nah, I told CC I’d take her to her soccer game in the morning. Didn’t even know there was a soccer team for kids,” he admits a bit sadly. What else didn’t he know? Sighing, Elliot nods. “Rory’s one of us…he’ll see it sooner or later.”
★・・・・・・★
Ryan couldn't even look at Elliot's reaction, instead he focused on the label of his beer but could see the expression on his little brother's face. It made his chest tighten with embarrassment, like he was walking around with the word idiot on his forehead. "I can't." he sighed, shaking his head about talking to Beau. "I won't just talk, and I gotta think about Faith." he added quickly. "If I say anything to Hunter, he'll jump him with me and if I say anything to Wolf, he'll try and get me to talk to Tammie and I can't do that either." He had to just pretend. "Plus, every time it feels like there'd be a good moment to talk about it, something kinda happens? I don't know. Like I was gettin' ready to say something to her but then Mase shows up, it's like life just wants me to forget about it. Probably easier." he shrugged and had accepted he needed to move on from it. Mostly. "Yeah, he's a good kid. I can see how he's one of us sometimes, y'know? And I guess he needs to learn that I won't care what made him come here or need to find me, he's still my kid."
Ryan laughed slightly at Elliot's words, immediately shaking his head. "You're nothin' like that old piece of shit, El. They love you, and all the moments they have with you they'll know you care about 'em. They'll understand when they get older, too. Won't hold it against you." he could say that with absolute certainty because he knew Elliot as more than just a good man. He was a good brother, and a good father. "Everyone 'round here says it too, the young one- that's the best Cross." he added, leaning over to slap his brother on the arm with a laugh. His head cocked to eye the attention they'd both caught, smirking as he looked back to Elliot. "You gonna?" he asked, more with encouragement than anything else. "Those days are kinda gone for me." Ryan chuckled but then was nodding as he leaned back in his seat and finally set the beer bottle down to push away from him, stopping from spinning it mindlessly in his grip. "You got this with Hunt, for sure. Better than me and Wolf can but if it...if it feels hard just holler alright?"
12 notes
·
View notes
Text
↠ 𝐍𝐢𝐜𝐤𝐧𝐚𝐦𝐞𝐬 𝐅𝐨𝐫 𝐄𝐚𝐜𝐡 𝐎𝐭𝐡𝐞𝐫 ↞
Note: I have removed CC! Ranboo from these due to reasons! I shall be removing them later from the last preferences until further notice on his boundaries!
In case you guys missed! ↠ How You Two Meet ↞ ↠ Age Difference Between You Two ↞ ↠ What They Like/Love About You ↞ ↠ When Did They Realize Their Feelings For You ↞ ↠ Height Difference Between You Two ↞ ↠ Who Your Sibling Is ↞ ↠ How And When Did They Confess To You Pt.1 ↞ ↠ How And When Did They Confess To You Pt.2 ↞
MCYT/Dream SMP:-
C! Ranboo:
His: Ran, Boo, Enderboi Yours: My Flower, Y/N/N, Shortie
CC! Foolish:
His: Shark Boy, Noah, Handsome Yours: Baby Shark, Beautiful, Y/N
C! Foolish:
His: Totem Boy, Foolish, Himbo Yours: My Goddess, Y/N/N, My Lovely
The Village That Went Mad:-
Catboy! Corpse:
His: Cat, Corpse Yours: Kitten, Y/N/N (Your Nickname)
Cornelius:
His: Cor, Handsome Yours: Y/N/N, Beautiful
The Lost City Of Mizu:-
Ranbob:
His: Ran, Memory Boy, Prince Yours: Y/N, Sweetheart, Princess
Charles:
His: Char, Caramel Boy, Love Yours: Y/N/N, Darling, Love
Isaac:
His: Isy, Dork, Babe Yours: Y/N/N, Bunny, Baby
The Masquerade:-
Ranbutler:
His: R/N/N (Random Nickname), Prince, Love Yours: Y/N/N, Princess, My Lovely
James:
His: James, Babe Yours: Y/N, Baby
The Wild West:-
John John:
His: John, Love Yours: Y/N/N, Angel
Mason:
His: Mase, Dirty Crime Boy Yours: Y/N/N, Princess
The Haunted Mansion:-
Ash:
His: Ash, Lover Boy Yours: Y/N/N, Cutie
Zachary:
His: Zach, Giant, Love Yours: Y/N/N, Smol, My Lovely
The Pit:-
Ran:
His: Ran, Ender Boy Yours: Y/N, Angel
Jackie:
His: Jackie, Soldier, Knight in Shining Armor Yours: Y/N, Cutie, Bunny
#foolish x reader#foolishgamers x reader#ranboo x reader#cornelius x reader#catboy! corpse x reader#ranbob x reader#isaac x reader#charles x reader#ranbutler x reader#james x reader#john john x reader#mason x reader#ash x reader#zachary x reader#ran x reader#jackie x reader#tales from the smp#dream smp#preferences#scenarios
101 notes
·
View notes
Note
Why does Ash have Shadow for a Twitter avatar?
I mase the avatars be what they would probably make their avatar. Clay Calloway is himself because old people make their avatars themselves usually
Ash is Shadow because I looked up #emo on tumblr and tried to find tbe best fitting one before I had to leave for work 😅
2 notes
·
View notes