#apartemen kecil
Explore tagged Tumblr posts
Text
Furniture Multifungsi Untuk Apartemen Kecil
Apartemen kecil seringkali menjadi pilihan bagi banyak orang, terutama di perkotaan. Meskipun ruang yang terbatas bisa menjadi tantangan, dengan pemilihan furniture yang tepat, Anda dapat memaksimalkan fungsionalitas dan kenyamanan ruang tersebut. Salah satu solusi terbaik untuk masalah ini adalah furniture multifungsi. Artikel ini akan membahas berbagai jenis furniture multifungsi yang ideal untuk apartemen kecil.
1. Sofa Bed
Sofa bed adalah salah satu pilihan furniture multifungsi yang paling populer untuk apartemen kecil. Selain berfungsi sebagai tempat duduk yang nyaman di siang hari, sofa bed dapat dengan mudah diubah menjadi tempat tidur saat ada tamu yang menginap. Banyak model sofa bed yang hadir dengan desain yang stylish dan modern, sehingga tidak hanya praktis, tetapi juga dapat menambah estetika ruangan.
2. Meja Lipat
Meja lipat merupakan solusi cerdas untuk ruang makan atau ruang kerja di apartemen kecil. Dengan desain yang kompak, meja ini dapat dilipat dan disimpan saat tidak digunakan. Beberapa model meja lipat juga dilengkapi dengan kursi yang dapat disimpan di dalamnya, sehingga Anda tidak perlu khawatir tentang ruang penyimpanan. Meja lipat dapat digunakan untuk makan, bekerja, atau bahkan sebagai area belajar.
3. Lemari Penyimpanan dengan Bangku
Lemari penyimpanan yang dilengkapi dengan bangku adalah pilihan yang ideal untuk apartemen kecil. Selain menyediakan ruang penyimpanan yang cukup untuk barang-barang Anda, bangku ini juga dapat digunakan sebagai tempat duduk tambahan. Model ini sangat cocok diletakkan di dekat pintu masuk, sehingga Anda dapat duduk sambil mengenakan sepatu atau menyimpan barang-barang sebelum masuk ke dalam rumah.
4. Tempat Tidur dengan Laci
Memiliki tempat tidur dengan laci di bawahnya adalah cara yang efektif untuk memaksimalkan ruang penyimpanan di apartemen kecil. Laci ini dapat digunakan untuk menyimpan pakaian, seprai, atau barang-barang lainnya, sehingga mengurangi kebutuhan akan lemari tambahan. Selain itu, tempat tidur dengan desain yang rendah dapat memberikan kesan ruangan yang lebih luas.
5. Rak Dinding
Rak dinding adalah solusi penyimpanan yang sangat efisien untuk apartemen kecil. Rak ini tidak memakan banyak ruang lantai dan dapat digunakan untuk menyimpan buku, dekorasi, atau barang-barang lainnya. Anda dapat menyesuaikan tinggi rak sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat memaksimalkan ruang vertikal yang ada. Dengan penataan yang baik, rak dinding juga dapat berfungsi sebagai elemen dekoratif yang menarik.
6. Furniture Modular
Furniture modular menawarkan fleksibilitas yang sangat dibutuhkan di apartemen kecil. Anda dapat mengatur dan menggabungkan berbagai komponen sesuai dengan kebutuhan ruang dan gaya hidup Anda. Misalnya, unit modular dapat digunakan sebagai sofa, tempat tidur, atau bahkan ruang penyimpanan. Dengan desain yang dapat disesuaikan, Anda bisa menciptakan konfigurasi yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
7. Meja Kopi yang Dapat Dibuka
Meja kopi yang dapat dibuka adalah pilihan furniture multifungsi lainnya yang sangat berguna. Meja ini dapat digunakan untuk menyimpan barang-barang, seperti majalah, remote, atau bahkan makanan ringan. Dengan desain yang menarik, meja kopi ini juga bisa menjadi titik fokus di ruang tamu Anda.
Kesimpulan
Memiliki apartemen kecil bukan berarti Anda harus mengorbankan kenyamanan dan fungsi. Dengan memilih furniture multifungsi yang tepat, Anda dapat memaksimalkan setiap inci ruang yang ada. Mulai dari sofa bed, meja lipat, hingga rak dinding, ada banyak pilihan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup Anda. Pastikan untuk mempertimbangkan desain dan fungsi saat memilih furniture, agar apartemen kecil Anda tetap nyaman dan estetis.
Apakah Anda ingin membuat apartemen kecil Anda lebih fungsional dan nyaman? Hubungi Pusat Interior Medan untuk solusi desain yang tepat di Lt. 1 KOMP. SETIA BUDI POINT, Jl. Setia Budi No.15 BLOK C, Tj. Sari, Kec. Medan Selayang, Kota Medan Nomor Hp: - 082374570543 (Admin 1) - 082277873412 (Admin 2)
0 notes
Text
Dekorasi Apartemen Studio Fungsional
Apartemen studio merupakan pilihan hunian yang sangat populer, terutama di kota-kota besar, karena ukurannya yang kompak dan lebih terjangkau. Meski memiliki ruang terbatas, apartemen studio dapat diubah menjadi ruang yang nyaman, fungsional, dan bergaya dengan dekorasi yang tepat. Tantangan utama dalam merekam apartemen studio adalah memaksimalkan penggunaan ruang tanpa mengurangi kenyamanan atau gaya. Artikel ini akan membahas berbagai tips dan trik untuk menciptakan dekorasi apartemen studio yang fungsional, tetap terorganisir, dan terlihat luas.
Tips Dekorasi Apartemen Studio yang Fungsional
Mendesain apartemen studio membutuhkan perencanaan yang cermat agar setiap inci ruang bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Berikut adalah beberapa tips dekorasi apartemen studio yang bisa membantu Anda mengoptimalkan ruang tanpa mengorbankan estetika:
1. Pilih Furnitur Multifungsi
Furnitur multifungsi adalah solusi terbaik untuk apartemen studio dengan ruang terbatas. Dengan memilih furnitur yang memiliki lebih dari satu fungsi, Anda dapat menghemat ruang dan meningkatkan fungsionalitas ruangan.
Tempat Tidur Lipat atau Sofa Bed: Tempat tidur lipat atau sofa bed memungkinkan Anda memiliki tempat tidur yang nyaman di malam hari dan sofa untuk bersantai atau menerima tamu di siang hari. Ini sangat efisien dalam menghemat ruang.
Meja Makan Lipat atau Meja Kerja yang Bisa Dilipat: Pilih meja makan atau meja kerja yang bisa dilipat atau disembunyikan. Meja lipat ini bisa diatur sesuai kebutuhan dan tidak memakan banyak ruang ketika tidak digunakan.
Rak Penyimpanan atau Lemari yang Terintegrasi: Lemari dengan banyak laci atau rak yang bisa menyimpan barang-barang penting secara tersembunyi akan membantu menjaga ruang tetap rapi dan terorganisir. Pilih rak terbuka yang juga bisa digunakan sebagai rak pajangan atau rak TV.
2. Gunakan Dinding Sebagai Penyimpanan
Untuk memaksimalkan ruang di apartemen studio, gunakan dinding untuk penyimpanan. Dinding adalah area yang sering terlupakan, namun sebenarnya bisa dimanfaatkan dengan sangat efisien.
Rak Dinding atau Floating Shelves: Rak dinding adalah pilihan penyimpanan yang sangat praktis dan tidak memakan banyak ruang. Anda bisa menggunakan rak gantung atau floating shelves untuk menyimpan buku, tanaman, atau barang dekorasi lainnya.
Penyimpanan Vertikal: Manfaatkan penyimpanan vertikal dengan menggunakan lemari atau rak tinggi untuk memaksimalkan ruang vertikal yang tidak terpakai. Anda juga bisa menambahkan gantungan atau pengait untuk menggantung tas, jaket, atau peralatan lainnya.
Papan Dinding atau Pegboard: Papan dinding atau pegboard yang bisa dipasang di area kosong di dinding sangat berguna untuk menggantung berbagai aksesori atau perlengkapan rumah tangga, seperti kunci, alat makan, atau barang-barang dekoratif.
3. Pilih Warna Netral dan Terang
Warna-warna terang dan netral akan memberikan kesan ruangan yang lebih luas dan terang, yang sangat penting untuk apartemen studio dengan ruang terbatas. Warna-warna seperti putih, abu-abu muda, beige, atau pastel dapat menciptakan suasana yang lapang dan bersih. Anda bisa menambahkan aksen warna lebih bold, seperti biru navy, hijau emerald, atau emas, pada bantal, karpet, atau aksesoris lainnya.
Dinding dan Plafon Putih atau Terang: Gunakan warna putih atau warna terang lainnya pada dinding dan plafon untuk menciptakan kesan ruang yang lebih besar dan lebih terang. Warna cerah juga memantulkan cahaya lebih baik, yang membantu menciptakan atmosfer yang lebih menyenangkan dan terbuka.
Aksen Warna pada Furnitur atau Dekorasi: Agar tidak membosankan, tambahkan aksen warna yang lebih berani pada furnitur atau dekorasi seperti bantal, karpet, atau lampu untuk memberikan karakter pada ruangan.
4. Buat Pembagian Ruang yang Jelas
Meskipun apartemen studio merupakan satu ruangan terbuka, Anda tetap bisa menciptakan batasan atau pembagian ruang yang jelas antara area tidur, area kerja, dan area makan/santai.
Gunakan Partisi atau Tirai: Partisi ruang seperti tirai atau pembatas ruang dapat membedakan area tidur dengan area lainnya. Tirai juga mudah dipasang dan tidak membutuhkan banyak ruang. Anda bisa memilih tirai dengan desain yang ringan dan dapat dengan mudah digeser sesuai kebutuhan.
Pemisah Ruang dengan Furnitur: Letakkan furnitur besar seperti sofa atau meja panjang untuk membatasi area tertentu dalam apartemen. Misalnya, sofa bisa menjadi pemisah antara area tidur dan ruang tamu. Pilih furnitur yang tidak terlalu besar agar ruangan tetap terasa lapang.
5. Ciptakan Pencahayaan yang Optimal
Pencahayaan memainkan peran besar dalam menciptakan suasana dan kenyamanan di apartemen studio. Menggunakan berbagai sumber pencahayaan akan membantu memperjelas perbedaan area, serta menambah dimensi pada ruang.
Pencahayaan Ambient, Task, dan Aksen: Gunakan pencahayaan ambient untuk pencahayaan umum, pencahayaan task untuk area kerja atau memasak, dan pencahayaan aksen untuk menciptakan fokus atau menyoroti elemen dekoratif. Lampu meja kecil, lampu gantung, atau lampu lantai bisa digunakan sesuai kebutuhan.
Lampu Gantung atau Pendant Light: Lampu gantung atau pendant light dengan desain minimalis dapat memberikan pencahayaan yang lembut namun tetap elegan. Pilih desain yang simpel agar tidak mengurangi kesan minimalis pada apartemen studio Anda.
6. Gunakan Cermin untuk Menciptakan Ilusi Ruang Lebih Luas
Cermin dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memberikan ilusi ruang yang lebih besar. Menempatkan cermin besar di dinding akan memantulkan cahaya dan membuat apartemen studio Anda terasa lebih luas.
Cermin Dinding Besar: Pilih cermin dengan bingkai minimalis dan letakkan di salah satu dinding untuk menciptakan ilusi ruang yang lebih besar. Anda juga bisa menggunakan cermin di area koridor atau lorong untuk memperluas pandangan.
7. Tanaman Hias untuk Menambah Kehidupan
Tanaman hias adalah elemen dekoratif yang murah dan memberikan sentuhan alami pada apartemen studio. Tanaman juga membantu menciptakan suasana yang segar dan nyaman, serta meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan.
Tanaman Gantung atau Tanaman Kecil: Gunakan tanaman gantung atau tanaman kecil dalam pot cantik di rak dinding atau meja. Tanaman seperti sukulen, monstera, atau kaktus sangat cocok untuk ruang studio karena perawatannya yang mudah dan ukurannya yang tidak terlalu besar.
Estimasi Biaya Dekorasi Apartemen Studio
Berikut adalah perkiraan biaya untuk mendekorasi apartemen studio dengan berbagai elemen:
Furnitur Multifungsi (Sofa bed, Meja lipat): Rp1.500.000 – Rp6.000.000, tergantung pada jenis dan bahan.
Penyimpanan Dinding (Rak, Floating Shelves): Rp500.000 – Rp2.000.000.
Cat Dinding dan Dekorasi (Wallpaper, Aksen warna): Rp500.000 – Rp1.500.000.
Tanaman Hias: Rp100.000 – Rp500.000, tergantung jenis dan ukuran.
Pencahayaan (Lampu meja, Pendant light): Rp300.000 – Rp1.500.000.
Kesimpulan
Dekorasi apartemen studio dengan fungsionalitas yang tinggi membutuhkan pemilihan furnitur yang tepat, penyimpanan vertikal, serta penggunaan pencahayaan yang cerdas untuk menciptakan atmosfer yang nyaman dan luas. Dengan mengoptimalkan ruang dan memilih elemen dekorasi yang multifungsi, Anda bisa membuat apartemen studio Anda terlihat lebih luas, rapi, dan stylish, meskipun ukurannya terbatas. Perencanaan yang baik dan kreativitas akan menghasilkan ruang hunian yang nyaman dan estetis, tanpa perlu mengeluarkan biaya yang besar.
#interior apartemen#interior apartemen minimalis#desain interior apartemen#apartemen studio#desain interior#interior apartemen nyaman#interior apartemen tipe studio#interior apartemen type studio#design interior apartemen kecil 2 kamar#apartemen minimalis#desain apartemen studio#design interior#apartemen#interior apartemen 1 kamar#interior apartemen kecil#paket interior apartemen
0 notes
Text
TERBAIK! WA 0822-6066-6630 Kontraktor Jasa Desain Interior Apartemen Kecil Surabaya Bubutan Siwalan Kerto
WA 0822-6066-6630 Kontraktor Jasa Desain Interior Apartemen Kecil Surabaya Bubutan Siwalan Kerto,Arsitek Jasa Interior Cafe Surabaya Manukan Wetan Kertajaya,Biaya Jasa Interior Dan Eksterior Surabaya Manyar Sabrangan Keputran,Borongan Jasa Interior Dapur Surabaya Margorejo Keputih,Custom Jasa Interior Desain Surabaya Medokan Ayu Kenjeran,Estimasi Jasa Interior Desain Kantor Surabaya Medokan…
View On WordPress
0 notes
Text
Littles
Suara bell tiba-tiba berbunyi di apartemen yang masih sepi suara itu, jam 6 pagi di hari Minggu, belum ada orang yang beraktifitas.
DUG DUG DUG
Mendengar suara itu, si gadis tidak lagi bisa berpura-pura tertidur. Lagipula siapa yang akan tidak sopan menggedor pintu orang lain di pagi hari, khususnya di hari Minggu?!!
Dengan masih mengernyit, mata yang menyipit, perempuan itu meninggalkan hangat dari pelukan kekasihnya, juga selimut tebalnya untuk melihat siapa yang ada di depan.
Perempuan itu justru semakin mengernyit, dari lubang pengintipnya ia melihat kakak perempuannya ada di depan pintu bersama kedua balita kembarnya.
Click
“AUNTIEEEEEE!!!”
Teriakan dari kedua bocah itu seketika memenuhi unit apartement beserta seisi lorongnya, membuat sang ibu buru-buru melangkah masuk, takut-takut mengganggu yang lain.
Keduanya menyerbu paha perempuan itu, karena tingginya yang belum seberapa, tetap semangat menyambut tantenya yang baru bangun tidur.
“Sorry, really need your help. i have to go to the hospital”
Seakan kakaknya bisa menebak apa yang dipikirkannya, anak kembar yang belum mengerti percakapan orang dewasa itu masih asyik bermain dan bercakap dengan mainan yang dibawanya masing-masing.
“Here I already prepared their meals, this-is what you should cook for them, and these are the list they couldn’t eat— you can bill me for the expenses okay? I really need your help sissy, -must go now!”
Bicaranya dengan kecepatan yang membuat adiknya sendiri termenung diam, berusaha mencerna semuanya. Kakak perempuannya menghampiri kedua balitanya dan mengecup pipi mereka masing-masing.
“You both are happy right? I granted your wish to go to Aunt’s house, now mommy gonna go for a while and you guys— don’t be naughty and give your auntie a hard time, alright? Bu-bye”
Lagi-lagi keduanya masih terlihat senang, mengecup balik pipi ibunya sebelum sang ibu meninggalkan mereka di tempat yang masih sedikit asing untuknya.
Click
Perempuan itu mengerjapkan matanya, apa.. yang baru saja terjadi.. tiba-tiba keponakannya berkunjung- atau lebih tepatnya terpaksa berkunjung?
Ia masih terduduk diam di kursi meja makan, menatap ke arah ruang tamu di mana keduanya sedang bercanda dan bermain, sampai tiba-tiba ia lengah dengan pengawasannya.
Salah satu dari gadis kecil itu membuka kamarnya, dan berteriak memanggil saudara kembarnya.
“PLAY HERE!! IT’S COOL IN HERE!!”
Dilanjut dengan tawanya dan kaki kecil itu mendepak lantai berlari dengan semangat, belum sempat dihentikan.
Oh tidak, Chan sedang tertidur di dalam. Hari ini seharusnya jadi hari istirahat Chan, setelah berminggu-minggu tidur di subuh hari dan kembali bekerja di pagi hari.
Bahkan, ia juga tidak tahu kekasihnya suka anak kecil atau tidak. Tidak pernah melihatnya bersinggungan atau berinteraksi dengan anak kecil sebelumnya, membuatnya sedikit tak enak hati kalau kedua keponakannya akan mengganggu.
“Wait guys! You can’t-“
“AUNTIE THERE’S SOMEONE SLEEPING!!”
Gadis itu tambah terbelalak dengan teriakan salah satu dari mereka, buru-buru ia masuk ke dalam kamar melihat pemandangan horror, keponakannya berloncat-loncat di ranjangnya. Bahkan tubuh Chan terlihat ikut sedikit terguncang karena ulah mereka.
“AUNTIEE LOOK WHO IS THIS!!!”
Anak kecil itu menunjuk pria yang perlahan terbangun, menyipitkan matanya berkat gorden yang sudah dibuka lebar oleh salah satu dari mereka. Laki-laki itu mengusap matanya, tubuhnya ikut berguncang dengan dua orang anak kecil terus berlomba-lomba meloncat lebih tinggi di atas kasur.
“Oh my God.. guys guys, come on come here”
Perempuan itu berbisik, yang tentu saja tidak mempengaruhi keduanya. Justru Chan yang memunggunginya tadi berbalik menghadapnya yang ada di pintu, berusaha memanggil kedua gadis kecil itu.
Oh she feels sorry for him
Kamar itu dipenuhi dengan berisik teriakan seru anak kecil, dan tak lama kekasihnya sepenuhnya terbangun. Tampaknya anak kembar itu juga tidak takut dengan pria asing yang sama sekali tidak pernah dikenal mereka.
Malahan keduanya tertawa tergelitik melihat, dengan berani menyentuh rambut keriting Chan, tapi justru malah membuat care takernya panik.
“Why your hair look like this mister?” One of them grab a small part of his curly hair and giggles.
“No baby.. no-no-no.. you can’t touch anyone without their permission okay? What do you say now?”
Tawa kecilnya diinterupsi karena tidak sopan pada pria asing di depannya, matanya membulat merasa bersalah.
“Awe it’s okay hahaha, who are you guys little girls hmm?”
Chan merespon dengan senyum lesung pipinya, tangannya menadah dan ditepuk dengan gadis kecil satunya, menjawab dengan riang.
“I’m Anne! That’s my sister Anna” Also answering on her behalf of her sister.
“I’m Chan”
“They are my nieces, twins. My sister just dropped by, she said she had an urgent, so.. yea”
Kekasihnya sedikit menjelaskan, sementara pria itu menggenggam tangan kecil yang menepuk tangannya tadi.
“Now.. girls come on, don’t bother uncle Chan because he needs to sleep, yea? Let’s go out”
Ajaknya berharap keduanya mengikuti, tapi tidak.
“Why? the sun is up already”
Chan yang mendengar itu malah tertawa kecil, pikiran anak kecil memang terlalu polos.
“It’s okay babe- I’m awake already”
“I’m really..sorry about this. You can just go back to sleep okay?”
“What do you mean? The sun is already up Anne said”
Ketiganya termasuk Chan tertawa serempak, bahkan sempat-sempatnya pria itu memberikan tangannya untuk ditos kedua anak kembar itu.
“Are you guys like mommy and daddy? Mommy and daddy says babe at home too”
Pertanyaan Anna membuat keduanya saling melirik.
“Yeah we are”
Jawab Chan mendahului kekasihnya yang berpikir menyiapkan jawaban.
“Now, what’s for breakfast? Did you guys aready have breakfast? Come on let’s go out”
Entah ia kurang mengenal kekasihnya sendiri, atau situasi yang menurutnya aneh ini sedikit menenangkannya. Bahkan Chan berhasil membawa kedua bocah kecil itu keluar dari kamar, tanpa paksaan atau teriakan.
33 notes
·
View notes
Text
Tanpa Tangan #1
Lampu kota masih tetap sama. Tidak ada yang berubah darinya, walau sudah lama aku tak keluar untuk sekedar berdiri diam menatapnya.
Apa rasa ini namanya penyesalan?. Pertanyaan kenapa baru sekarang?, Kenapa baru ketika kehilangan kamu sadar?. Pertanyaan yang sampai kapanpun jawabannya tidak akan memuaskan dahaga akan masalah yang sebenarnya bukan masalah.
Hah... Helaan nafasku terlihat seperti asap yang keluar dari mulut naga. Dinginnya malam kota memang luar biasa. Namun, melihat lampu itu menyegarkan pikiran ku. Membuatku lupa akan rasa sakit yang sedang ku tahan.
Wah.. penyesalan memang datang terlambat, ya?
***
Bunyi klakson yang saling bersahutan dan adu mulut terdengar hingga balkon apartemenku. Hah.. apa lagi kali ini?. Mataku menyusuri jalanan mencari asal keributan. Oh. Kecelakaan?
Aku kembali ke kamarku memutar kursiku untuk kembali menatap layar laptop. Pagi-pagi saja sudah ada hal buruk. Kapan dunia akan tenang?
Namun, bukannya hidupku tidak tenang, hidupku biasa-biasa saja kecuali detik-detik mendekati deadline. Masa-masa itu adalah waktu paling menyeramkan di hidupku. Bahkan aku pernah mematikan jam dinding hanya karena dentingnya terasa seperti hitung mundur sebelum hukuman pancung.
Namun, aku tidak membenci pekerjaan ku. Aku mencintai nya lebih dari apapun, dan karena pekerjaan ini aku masih hidup. Hidup dalam konteks yang luas.
Entah berapa lama waktu berlalu, rasanya bila sudah melakukannya aku tidak bisa berhenti. Hingga suara dering ponselku yang sengaja ku besarkan membuatku kaget.
Nama itu muncul lagi, satu-satunya orang yang menghubungi ku disaat semua orang mengabaikan ku karena sifatku yang kelewat individual. Aku mengangkat panggilan itu dan menyalakan speaker.
"Halo, Jae!" "Hmm, kenapa Nor?" "Mr. Saito ingin bertemu denganmu." "Sudah ku katakan bahwa aku tidak menerima tamu, kan? " "Aku tau, tapi dia bukan orang yang bisa dilarang sembarang orang." "Aku tidak pernah mengikuti aturan, Nora."
Ku dengar helaan nafas frustasi dari ujung sana. Apakah memang ia sepenting itu hingga membuat nora menhianatiku? Mungkin ia memang benar-benar memiliki kuasa itu. Ah, sudahlah apa peduliku?
"Sudah aku tutup."
Aku mematikan ponselku agar tak seorangpun akan mengganguku. Aku menatap layar kotak itu lantas menghela nafas. Ku putuskan untuk rehat sejenak, lagipula bila sudah diganggu aku tidak akan bisa melanjutkannya.
Ya, para polisi itu masih berlalu lalang. Aku beralih menatap pejalan kaki yang melirik-lirik ketempat kejadian namun tetap berjalan. Ada juga pengendara sepeda motor yang sengaja berhenti untuk memuaskan dahaga rasa penasarannya. Ada juga orang yang sama sekali tidak perduli. Anak kecil yang bermain dengan ponselnya. Seseorang yang tampak modis seakan melakukan fashion show di jalanan itu. Manusia itu memang bermacam-macam, terlalu beragam untuk dituliskan.
Aku diam untuk beberapa saat. Rasanya menyegarkan untuk meneliti apa yang orang-orang itu pikirkan tentang kecelakaan yang terjadi. Walau aku tidak sepenuhnya bisa mengerti karena aku bukan mereka. Karena sedalam apapun hubungan kita, tidak mungkin untuk sepenuhnya memahami pikiran orang lain. Itu yang aku tau.
Kini bukan ponsel yang mengangetkan ku, melainkan bel apartemen. Ku biarkan hingga berbunyi tiga kali, dan suara itu berhenti. Mungkin ia menyadari bahwa tidak ada orang di rumah.
Aku kembali menatap keluar, mengabaikan tamu tak diundang itu. Hingga bel ku kembali berbunyi tanpa henti. Dia gila?!. Aku mengambil langkah besar membuka pintu dengan amarah. "Kalau tidak di bukakan pintu itu artinya tidak terima ta—,"
Seakan amarahku menguap ke udara. Tubuhku lemas hampir tak berdaya. Wajah lama itu membuatku sekujur tubuhku kehilangan tenaganya. Wajah yang kini tersenyum menatapku. Senyum yang masih sama. Tatapan mata yang tak berubah. Sialan! Kenapa dia harus kembali sekarang.
"Hai, Je, atau lebih baik ku panggil Jae, penulis novel romansa terkenal, Jae."
Aku refleks menutup pintu. Menimbulkan dentuman keras yang menyadarkan ku dari terkejutan. Nafasku menderu tak beraturan, seakan habis lari maraton. Suara jantungku pun tak kalah memekikkan telinga. Tubuhku gemetar seakan baru saja menghadapi hal paling menakutkan di dunia. Atau memang dia adalah hal yang paling aku takutkan di dunia?.
Dan bagaimana dia tau 'Jae' sedangkan tidak seorangpun yang tau siapa itu Jae, kecuali manajer dan kepala penerbit. Bahkan saat tanda tangan kontrak aku tidak pernah menggunakan nama asliku.
Bunyi bel kembali terdengar. Kali ini terasa menakutkan. Aku menarik nafas dalam. Melangkah menuju layar cctv yang menampilkan pemandangan di depan apartemen ku. Ia terlihat berdiri dengan senyum kekecewaan. Senyum yang membuatku gila. Padahal aku yang seharusnya kecewa, mengapa ia bertingkah seolah-olah dirinya lah yang paling tersakiti.
Aku menekan tombol yang menghubungkan dengan speaker di bel pintu ku. "Pergi, kehadiranmu tidak diterima disini!" ucapku mencoba setegar mungkin walaupun aku sadar suaraku bergetar.
Senyum itu semakin menunjukkan kesedihan. Senyum yang menyakitkan. Namun bukannya pergi ia tampak mencari sesuatu dari tas nya. Dan sebuah pena. Pria itu menuliskan sesuatu lantas menunjukkan nya pada kamera. Tak lupa membunyikan bel yang terdengar sama mengganggunya dengan tinta merah pada secarik kerts kuning itu.
Ding...
"Je, aku hanya ingin bertemu sebentar." tulisnya di notes kecil itu.
Ia lantas kembali menulis dan menunjukkan nya pada kamera. Tak juga meninggalkan denting bel itu.
Ding...
"Aku janji tidak akan mengganggumu."
Ding...
"Aku tau kamu marah atas apa yang terjadi di masa lalu, tapi karena itu aku ada disini. Aku ingin menjelaskannya padamu."
Cih menjelaskan apanya, semuanya sudah jelas bahwa kau bajingan brengsek.
Ia kembali menulis. Dia bodoh kah, padahal ada teknologi yang membuat suaranya akan terdengar pada bel itu. Kenapa melakukan cara kuno tak berguna.
Ding...
"Je, aku tidak akan pergi sampai kau membukakan pintu."
Kenapa ia begitu kekanakan? Kenapa setelah sekian lama kekeras kepalaannya itu tidak pernah hilang. Menunggu? Sedangkan dari dulu dia yang paling benci kalau disuruh menunggu. Padahal dari dulu, ia yang tidak memiliki kesabaran untuk itu.
Ia tiba-tiba mendekatkan diri pada kamera. Entah kenapa aku mendapatkan firasat buruk. Dan ternyata ia tidak sebodoh itu.
"Jeha, maaf"
Suara lembut yang masih sama itu terdengar dari speaker. Tatapan mata yang begitu tulus itu hampir membuatku lupa. Aku menampar diriku keras-keras. Mematikan layar cctv itu.
Ini apasih? Dia kenapa sih? Aku.. apa yang kulakukan...?!
Tubuhku jatuh merosot di dinding. Pandanganku memburam. Rasa panas menguasai pelipis mataku, sensasi yang benar-benar ku benci.
Kenapa aku menangis karena bajingan itu. Kenapa dia harus meminta maaf. Kenapa dia harus kembali. Sial, kenapa aku harus menangis karena mendengar pria itu memanggil nama yang sudah lama tak ku gunakan.
Kenapa...? Kenapa dia kembali sekarang?.
3 notes
·
View notes
Text
5 Pos Keuangan
oleh: Bp. Tonny Hermawan Adikarjo Perbedaan antara orang kaya dan orang miskin, bukan saja tergantung dari uang yang mereka peroleh. Banyak orang yang punya penghasilan besar dan jatuh miskin karena mereka tidak bisa menata uang yang mereka miliki/ memiliki gaya hidup yang berlebihan. Biaya hidup itu murah, tetapi gaya hidup itu mahal dan tidak terbatas. Bagaimana cara menata uang? Ada 5 pos keuangan: 1. Pos needs/ kebutuhan Biaya yang harus kita keluarkan untuk kebutuhan sehari-hari. - biaya belanja untuk makan sehari2, biaya pakaian, biaya kebutuhan rumah tangga (keperluan kamar mandi, dapur), biaya kosmetik, listrik, air, transportasi, biaya jajan anak, iuran kebersihan, perbaikan kendaraan, dan biaya-biaya rutin lain 2. Pos wants / keinginan Biaya untuk memenuhi keinginan kecil kita. Kalau pun tidak terpenuhi, tidak masalah. Kita bisa menunda keinginan kecil itu. contoh: ingin beli barang elektronik yang tidak terlalu dibutuhkan: handphone keluaran terbaru; makan diluar, beli barang bermerk (tas, sepatu, pakaian), mempercantik rumah, rekreasi, perhiasan, hobi, berlanggnan tv kabel, memberi hutang (note: jika kita ingin meminjamkan uang, maka gunakan uang dari post want, bukan pos need kita). 3. Post debts / bayar utang (kalo punya) Ada 2 jenis utang: - utang baik: utang digunakan untuk keperluan usaha. - utang buruk: utang yang sifatnya konsumtif Utang adalah habit. Jangan biasakan. Yang tidak biasa, tidak akan nyaman jika punya utang, walau jumlahnya sedikit. 4. Pos savings/ tabungan Pos dana berjaga-jaga. Pos tabungan masa depan, dana berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tidak kita inginkan. Dana pendidikan anak. Dana pensiun. 5. Pos investments / investasi Contoh instrumen investasi: deposito, obligasi, properti, emas batangan, valuta asing. Investasi ada 2 jenis, - Aset nyata: tanah, rumah, ruko, apartemen, logam mulia, barang koleksi - Aset keuangan (berupa bukti kepemilikan), biasanya dalam bentuk kertas. 1) Money market/ pasar uang: instrumen investasi yang punya jangka waktu maksimal kurang dr 1 tahun (wesel, sertifikat deposito, SBI, dll). 2) Capital market/ pasar modal: instrumen investasi yang punya jangka waktu lebih dr 1 tahun. contoh: obligasi, saham, reksadana Konsep ideal dalam penggunaan income. Persenan dari income masuk. Pos need: 50% Pos want: 10% Pos debt: 30% Pos saving: 10% Pos invest: - *misal masih butuh post debt, maka tidak perlu dana untuk investasi Jika tidak ada post debt Pos need: 50% Pos want: 15% Pos debt: - Pos saving: 15% Post Invest: 20% Catatan: Banyak orang tidak kaya karena ingin terlihat kaya. Menjadi kaya itu penting, terlihat kaya itu tidak penting. Ref: https://www.youtube.com/watch?v=jVt3WJdBxQg
8 notes
·
View notes
Text
Berbelanja di Aalborg, Denmark
Membeli kebutuhan sehari-hari adalah hal yang paling utama untuk bertahan hidup, seperti makanan pokok, cemilan, sabun untuk mandi, untuk bersih-bersih rumah dan lain-lain.
Alhamdulillah, berbelanja di Aalborg Denmark tidak terlalu sulit walau kita perlu teliti ketika membeli daging atau makanan yang bisa mengandung bahan-bahan non halal. Tidak jauh dari apartemen tempat kami tinggal, ada 3 toko yaitu Netto, Coop365, dan 7 eleven.
Di 7 eleven kami bisa membeli kartu perdana, pembayarannya cashless. Kemudian suami pergi ke Netto untuk membeli daging dan pisang karena kami belum makan sejak siang, tapi ternyata kartu debit yang biasa suami gunakan ternyata tidak dapat terdeteksi di mesin EDC. Kami juga tidak menukar uang cash di bandara saat itu.
Suami kebingungan, akhirnya ada seseorang yang bertanya, "apakah kamu tidak punya uang?" lalu suami menjawab, "bukan, aku tidak dapat menggunakan kartu visa debitku." Akhirnya mas mas ini membayarkan makanan yang kami beli, huhuhu terima kasih orang baik. :)
Keesokan harinya kami pergi berbelanja lagi, kali ini ke Coop365 karena di Netto khawatir tidak bisa lagi membayar karena tidak terdeteksi. Saat di Coop kami mencoba membeli satu barang dan bertanya ke kasir "apakah bisa membeli dengan kartu visa debit ini?" kemudian dia menjawab "Aneh sih kalau ga bisa, coba di cek saja dulu." dan alhamdulillah... bisa.
Akhirnya kami berbelanja bahan pokok seperti beras (~14kr), ayam (~30kr), sayur mayur, susu (~10kr) dan buah-buahan (~20kr). Beberapa buah-buahan tropis seperti pisang, mangga dan semangka memang agak mahal, seperti pisang yang harga nya 2.5kr untuk 1 buah, dan mangga dengan harga 13kr per buah.
Selain toko-toko itu, ada juga Fotex, Superbrugsen, Bilka dan Meny. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan tersendiri sebagai supermarket yang menyediakan berbagai macam kebutuhan rumah tangga.
Apa ada toko halal dan toko khas Asia/Indonesia?
Di Aalborg, ada satu toko halal yang bisa ditemui yaitu Toko QB. Toko ini menyediakan berbagai makanan halal seperti sosis, daging kebab, sayur mayur, snack halal dan beras. Kebanyakan mereka import dari Turki atau daerah timur tengah lain. Harga disini cukup mahal, mungkin karena import sehingga ada biaya transport yang cukup tinggi.
Bahan makanan Asia/Indonesia seperti Indomie, Samyang, sereh, rempah-rempah khas Asia, kangkung, tahu dan tempe bisa kita peroleh di Mekong. Harga nya relatif bersahabat, pemilik toko nya pun sangat baik dan ramah.
Bagaimana melihat kehalalan produk di Denmark?
Beberapa produk daging terutama ayam sudah banyak mencantumkan logo halal, namun untuk daging sapi hampir tidak pernah ditemui logo halal pada kemasannya. Kemudian, makanan lain seperti es krim, susu atau biskuit kami melihat kode-kode di belakang kemasan kemudian diinput ke dalam apps Halal Verifier Code. Jadi, kalau ada 1 bahan yang terdeteksi haram, bisa langsung diketahui. Terima kasih orang-orang yang sudah membuat apps ini.
Toko-toko disini secara kualitas sangat bagus dan nyaman, semua transaksi bisa dilakukan secara non-tunai (cashless). Transaksi di Indonesia juga sudah hampir menggunakan QRis semua ya, kecuali mungkin bayar parkir, toilet atau pedagang kecil yang masih memerlukan uang tunai ya.. hehehe.
Bagaimana pendapatmu tentang transaksi cashless? Apa memudahkan? atau lebih baik transaksi tunai saja ya?
2 notes
·
View notes
Text
30 Agustus 2024
Setelah nangis heboh, pikiran gue jauh lebih clear harus melangkah ke arah mana. Meskipun Bujang ngechat minta maaf berkali-kali karena udah ngajak balikan dan gajadi karena itu ternyata tindakan impulsivenya aja, tapi gue gak terpengaruh sama sekali. Gak ada pikiran pengen maksa masuk ke pelukannya, atau ngemis mohon-mohon dia buat stay dan menjamin dengan dia sama gue akan gue bawa sukses nantinya.
Enggak.
Dia udah rugi dengan tidak bersama gue. Siapapun yang jadi pasangan gue bisa gue pastikan akan mendapatkan keinginan dan motivasi yang tinggi untuk jadi lebih baik lagi dalam hidupnya. Siapapun yang bersama gue akan bangga dengan memiliki gue. Siapapun yang bersama gue akan dilancarkan rezekinya dan dilimpahkan segala hal-hal baik dalam hidupnya. Gue percaya sama hal itu.
Gue tidak mengatakan bahwa gue ini adalah sosok terbaik yang dijadikan pasangan di dunia, enggak. Gue cuma bilang bahwa siapapun yang nantinya akan sama gue bisa gue pastikan dia mendapatkan sesuatu yang berharga yang menjadikan kehidupannya jauh lebih baik daripada sebelum dia sama gue. Gue bisa jamin akan perluasan pandangan dia setelah sama gue. Gue sangat vibrant dan hal itu menjadikan segala hal yang gue sentuh atau ada di dekat gue akan mendapatkan satu hal baik meskipun itu hal kecil daripada sebelum mereka tau gue.
Gue kembali memfokuskan diri ke mimpi-mimpi gue. Fokus ke wall climbing dan extream sport, self care, skin care, makan makanan yang sehat, impian bisa tinggal di apartemen studio mewah, jadi konsultan marketing, ambil sertifikasi, dan berangkatin mamah papap umroh haji. Mungkin dua tiga tahun yang akan datang gue memutuskan untuk pindah kerja di Jepang atau Aussie.
Gue gak mau lagi kembali ke masa-masa gelap itu.
3 notes
·
View notes
Text
Hari Pertama
Tidak terasa sudah 8 bulan saya bekerja sebagai peneliti di industri. Masih hijau, namun saya sudah merasakan bahwa kehidupan baru ini relatif berbeda dengan kehidupan saat menjadi peneliti PhD. Jujur pekerjaan ini jarang terpikirkan saat dulu masih SMA, namun beginilah uniknya Allah SWT menuntun langkah manusia. Berhubung sedang liburan akhir tahun, saya ingin menuliskan beberapa seri tulisan mengenai kejadian-kejadian yang masih membekas di ingatan.
Hari pertama kerja
Hari pertama selalu berkesan. Bagi saya, hari pertama rasanya campur aduk antara antusias dan was-was. Antusias karena ini merupakan tantangan baru, was-was karena kota Dresden, apalagi tempat kerja saya di bagian timur terkenal masih tertutup terhadap orang luar. Dulu pun ketika menerima tawaran kerja ini tidak langsung saya iya-kan. Saya diskusi panjang dengan istri serta bertanya ke tetangga kami yang sudah lama menetap di Jerman mengenai kota ini. Tambah ngeri ketika mencari berita lewat google mengenai bagaimana sikap penduduk kota ini terhadap para muslim.
Hari pertama ke kota ini untuk melihat apartemen sudah terasa aura perbedaannya. Di Münster, tidak jarang penduduk lokal menyapa ketika berpapasan di jalan meskipun tidak saling mengenal. Di hari pertama di Dresden, yang kami dapat adalah tatapan tajam ke istri yang berjilbab. Karena itu, saya dan istri sempat menanyakan ke diri kami apakah keputusan ini adalah keputusan yang tepat.
Singkat cerita, alhamdulillah ternyata semua lancar pun sampai hari ini tidak pernah mengalami kejadian rasis. Di hari pertama sepulang kerja, istri menjemput di pintu dan kami berdua merasa sangat terharu. Lantas pikiran saya melayang melintasi beberapa periode waktu. Dulu saat melamar istri, saya masih kuliah S2 dan belum memiliki kepastian kerja. Alhamdulillah sekarang Allah SWT cukupkan rezeki untuk keluarga kecil kami.
Dari segi tempat tinggal pun mengalami peningkatan. Dulu saat masih di Solo kamar yang saya tempati 2.5 m x 3 m. Saat di Hsinchu, Taiwan saya menempati kamar dengan luas 3 m x 8 m dan diisi 4 orang. Selepas menikah, saya dan istri menyewa kamar kos ukuran 10m2. Kemudian di Münster bersama istri di apartemen dengan ukuran 33m2. Dan sekarang di Dresden dengan ukuran 80m2, setidaknya anak bisa berlarian di rumah.
Bukan sebab ‘tak sengaja’, atau ‘keberuntungan’ semata, tapi memang sebab demikian Allah hendak memberikannya. Nyatanya, memang banyak sekali hal baik yang Allah hadirkan dalam hidup, yang boleh jadi tanpa sekalipun kita memintanya. Alhamdulillah.
Dresden, 25 Desember 2023
13 notes
·
View notes
Text
Aether x lumine | woman 🔞
NSFW. Some use of english. Don't like don't read.
cw// rough sex, local profanities, incest.
-
Seluruh mahasiswa Akademiya tahu Lumine dan Aether merupakan kembar yang tak pernah akur. Seringkali Lumine membantah sang kakak, atau Aether mengejek adiknya. Ditambah sore ini, Aether baru saja terlibat perdebatan kecil karena si adik diperebutkan oleh ketua BEM, Childe, juga ketua senat, Ayato, untuk jalan malam ini.
Kala itu, Aether berteriak, "Sekarang jatah Lumine bersihin apartemen. Jadi gue yang bawa dia pulang."
Tentu saja Lumine protes. Selama perjalanan pulang, dia merutuki Aether sampai telinga cowok itu mungkin bakal lepas di tempat. Ocehan itu pun berlanjut hingga di rumah.
"Lo kenapa sih? Nggak seneng banget lihat gue nikmatin hidup. Iri tanda tak mampu," gerutu Lumine. Alisnya meninggi sebelah. "Oh, lupa. Emang nggak mampu. No one want you. You can't fuck anyone, Mr. Small Dick."
Apa Aether marah? Agaknya hal tersebut sudah tak perlu dijelaskan. Lumine dipastikan bermain dengan titik yang salah, dan ejekan tersebut melepas rem kesabaran Aether.
"You talk too much, Little Sister."
Ada dua kesalahan Lumine: mengejek Aether, atau mengira kontol cowok itu kecil.
Justru kebalikannya. Dan entah ini berkah atau kesialan, Lumine bisa langsung merasakannya sendiri.
He shows her how to fuck, by fucking her immediately.
Lupakan soal bersih-bersih apartemen. Yang ada kamar Lumine makin berantakan, kakinya menendang acak seprei dan selimut, diikuti cairan dari vaginanya yang membasahi kasur akibat penyatuan mereka.
Lebih mengejutkan lagi, Lumine menemukan dirinya tak ingin berhenti. Her brother really knows how to fuck for sure, to make her pussy begging for more.
"Aether—anjing! Lagi ...." Lumine kembali melenguh, membuat kembarannya itu bergerak makin cepat, menusuk lubang kewanitaannya itu kasar dan dalam.
She likes it that way, how his cock moving inside her pussy hard.
"Masih mau jual mahal? Ngeledekin punya gue kecil?" ledek Aether, walaupun dia sendiri kesulitan bicara akibat kenikmatan cengkeraman vagina Lumine. "Padahal memek lo ini sebegini pengen dikontolin."
"Iya, mau."
"Mau apa?" Sengaja Aether berhenti bergerak, senyum pongah terpatri di wajahnya tatkala Lumine mengangkat sedikit pinggangnya seolah angin bisa menumpunya, kemudian berusaha mendorong tubuhnya agar batang perkasa Aether bisa masuk lebih dalam.
"Mau dientot sama kontol Aether! Please, please, please. Fuck me so hard I can barely even walk after this."
"Request accepted."
Hanya dengan itu, Aether pun kembali bergerak memompa Lumine, gerakannya jauh lebih cepat dan kasar ketimbang sebelumnya.
"Nghh ... Enak."
"Enak?"
Lumine mengangguk seraya menengadah dalam posisinya yang tengah berbaring, matanya nyaris berputar ke belakang akibat hujaman di selangkangannya.
"Bilang siapa yang bikin lo enak," perintah Aether.
Tak ingin sang kakak menarik diri dan menghentikan sesi panas ini, Lumine langsung menjawab, "Lo, Aether. Lo dan kontol gede lo ini bikin gue keenakan. Nghh ... bangsat. Enak banget!"
"Dasar lonte. Dientot kakak sendiri malah seneng."
Semua kata-kata hinaan itu justru menjelma bagaikan minyak bagi api hasrat Lumine. Racauannya makin berisik dan liar. Entah apartemen Aether kedap suara atau tidak. Lumine sudah masa bodoh. Dia ingin berfokus pada satu titik saja.
"Ahh, Lumine. Memek lo jepit banget." Aether menggeram rendah, menggunakan telunjuk untuk menekan klitoris Lumine, membuat sang empunya melengking keenakan.
"Fuck! Fuck! Nggghhh ... mau muncrat." Lumine menggeleng cepat. Pengakuan itu menjadikan Aether makin berani. Sodokannya makin kuat, dan tangannya kini mencubit titik sensitif Lumine. Sentuhan ini sukses mengantarnya sampai ke ujung tanduk nafsu, tapi jelas dia terlalu meremehkan Aether jika berharap ini sudah puncak dari sesi senggama mereka.
"Aether ... Ahhh! Bangsat! Enakhhh ...." Bisa dia rasakan bagaimana kontol Aether membesar, membuatnya merasa penuh di bawah sana. Aether bisa merasakan bagaimana dinding kewanitaan Lumine berkedut di sekitar miliknya.
"Udah mau keluar?" sindir Aether. "Betulan lonte, ya, lo. Harusnya Ayato sama Childe nggak perlu rebutin lo. You'll take them both."
Membayangkan dua seniornya ikut menyetubuhinya membuat Lumine kepalang mabuk.
Aether pun tertawa. "Suka? Mau mereka lihatin gue ngentotin lo di sini, Adik Manis? Atau lo mau mereka gabung?"
Gangbang? Sial, berahi Lumine berganda seketika.
"Langsung lo bayangin?" Aether menampar selangkangan Lumine, lantas merasakan bagaimana kejantanannya makin dicengkeram. "What a bitch in heat. Should I make it come true?"
Lumine tidak bisa menjawab, kecuali jika desahan serta jeritan ekstasi itu bisa dikategorikan sebagai jawaban. Cewek itu meremas sprei sementara kakinya melebar, memberi akses bagi pria yang tengah menghujam kontolnya itu ke dalam dirinya.
"Mau keluar ...."
"Mau keluar?"
"Let me cum, Ther. Please," bujuk Lumine. Lupakan soal bagaimana judes dan cueknya dia sebelumnya. Kali ini dia melingkarkan lengan di leher kakaknya, menariknya mendekat hingga memungkinkan bibir mereka bertemu.
Sungguh, Lumine sudah tidak tahan. Dia sedikit waswas kalau Aether akan iseng menarik diri dan membuat pelepasannya gagal. Tapi, mana bisa Aether menolak ketika Lumine sudah terlihat sebegini pasrah dan memohon. Pun dia sendiri sudah dekat menuju puncak gairahnya.
"Tapi gue keluar di dalam," ujar Aether final.
Mata Lumine langsung berbinar. "Pejuin gue, Aether. Let me feel your warmth inside."
Adek gue ini lonte banget. Aether bergumam dalam hati. Meski begitu, bibirnya tersenyum puas.
"Lo bakal jadi cum dump gue, Lum. You'll be addicted with my cock, my cum, my way of fucking you inside out."
Seluruh kata-kata kotor itu diikuti entakan kuat, membuat Lumine bergelinjang nikmat.
"Iya ... iyahhh. Lo mau entotin gue juga ... bebas. Pake gue kapan aja, di man juga, sama siapa juga—ahhh, fuck! Aether! Keluarrrhhh."
Lewat nama itu, tubuh Lumine pun bergetar. Aether masih memberikan beberapa sodokan lagi hingga dia keluar di sana, memenuhi rahim Lumine dengan spermanya.
Keduanya sama-sama mengatur napas, dan Aether pun menyingkir dari atas Lumine, kemudian memeluknya.
"That feels good," katanya. "Gue nggak tahu lo bisa seliar ini, Lum."
"Lo juga yang bikin orang blingsatan." Lumine boleh saka protes. Meski begitu, dia tidak bisa berbohong. Dia suka diperlakukan begitu. It made their sex hotter, even sexier.
And by this, they will never be the same.
Lumine terpejam hingga kesadarannya tenggelam dalam lelap, membiarkan diri nyaman dalam rengkugan Aether. Namun, dia tahu semua ini masih jauh dari berakhir, dan dia sama sekali tidak keberatan. Aether has made her a woman—his woman, and so her body is his to control or to fuck.
Either way, Lumine tahu dia akan menikmatinya.
[]
14 notes
·
View notes
Text
Alex Marini
Menghabiskan waktu enam puluh sampai sembilan puluh jam dalam sepekan sebagai residen pediatri, kadang kala membuat seorang Regina Alyskia Bahrain kelelahan. Sebagai calon dokter spesialis anak, Regina nampaknya harus sering berlatih untuk tetap mengedepankan profesionalitas ditengah rasa kantuk yang sering kali datang sebab kurangnya waktu istirahat.
Weekend, hari yang seharusnya menjadi waktunya beristirahat kali ini nampaknya tidak sesuai dengan perkiraan, sebab ia baru ingat jika orang tuanya memiliki agenda yang harus dihadiri olehnya.
"Shit..." Sambil menggosok-gosok matanya yang setengah terbuka, Regina pun bangkit dari kasurnya. Ia menghela nafas panjang ketika suara sang Ibunda yang menggelegar terdengar dari luar kamarnya.
"Iya, Mi! Udah bangun!" Seru Regina yang tak lama setelah itu suara yang mengganggu tidurnya berangsur menghilang bersamaan dengan suara tapak kaki yang juga ikut menjauh.
Rutinitas pagi Regina sangatlah sempurna. Teriakan sang Ibunda yang tak pernah absen setiap pagi sudahlah cukup membuatnya kenyang tanpa harus sarapan. Mungkin saja jika ia memutuskan untuk tetap tinggal di apartemen, paginya akan terasa damai. Dan justru hal itulah yang malah membuatnya merasa tidak betah tinggal sendirian, sebab suara teriakan sang Ibunda jauh lebih membuatnya merasa seperti di rumah.
Regina beranjak dari kasur miliknya untuk kemudian merapikan bantal dan juga selimut miliknya yang kusut sambil melamun memikirkan agenda hari ini.
Ia tahu mereka akan pergi untuk bermain golf, hanya saja perkataan sang Ayahanda tentang seseorang yang ingin sekali bertemu dengannya membuat gadis itu sedikit khawatir. Ia khawatir jika asumsinya sejak kemarin menjadi kenyataan. Meskipun sebetulnya kedua orang tuanya tidaklah menyinggung apapun terkait perjodohan. Namun tetap saja ia tidak bisa menghilangkan rasa was-was itu saat kedua orang tuanya terlihat mencurigakan ketika ditanyai siapa yang ingin bertemu dengannya.
Regina
Selalu ada banyak hal yang bikin hari Sabtu gue terganggu. Entah itu karena Mami yang tiba-tiba minta diantar ke pasar traditional pagi-pagi buta, Refal yang kadang nyuruh gue ini itu, atau kalau nggak Papi minta ditemani pergi ketemu temannya.
Gue nggak pernah ngerti olahraga golf, pun ini juga pertama kalinya gue datang langsung buat lihat gimana bentukan lapangan golf. Ternyata sama aja, ya? Iya, sama aja kayak lapangan-lapangan pada umumnya — hijau. Gue pikir bakalan beda karena katanya olahraga ini punya budget yang lumayan fantastis. Mungkin kalau dilihat baik-baik, yang bikin beda dari lapangan pada umumnya adalah lapangan golf cenderung nggak landai. Ada bagian sisi lapangan yang kelihatan bergelombang dibandingkan dengan lapangan bola yang semua orang tahu dari berbagai sisi kelihatan rata.
"Kamu tahu ndak kenapa olahraga golf itu mahal?" Gue menoleh kearah Papi begitu selesai meneliti apa Istimewanya tongkat golf yang ada di tangan gue sekarang.
"Tongkatnya mahal?" ujar gue dengan asal yang bikin Papi terkikik kecil. Kayaknya orang juga bakalan berpikir sama kayak gue waktu ngeliat baja mengkilap satu ini deh?
"Bukan tongkat aja yang mahal, tapi semua peralatan yang dipakai juga sama mahalnya. Ada juga lapangan." Gue lumayan agak ternganga ketika lapangan masuk dalam list yang bikin golf jadi malah. Ini lapangan loh? Cuma hamparan tanah kosong sama rumput?
"Jangan salah kamu. Sewa lapangan golf itu juga mahal, pemeliharaan sama air untuk bikin lapangannya tetap bagus juga butuh uang yang banyak."
Nggak salah. Iya, nggak salah. Perspektif orang soal golf itu olahraga mahal emang nggak salah kalau lapangan aja jadi alasan kenapa olahraga satu ini punya orang-orang berduit.
"Ngomong-ngomong ini teman Papi kok nggak datang-datang, ya?" celetuk gue karena udah hampir dua puluh menit kita berdua nunggu.
Mami hari ini nggak jadi ikut karena Refal nggak jadi pergi dan malah pacarnya yang mau datang ke rumah. Mungkin pikir Mami nggak bakal enak kalau tuan rumah semuanya pergi dan biarin tamu yang jauh-jauh datang dari Surabaya nggak disambut langsung.
"Sabar, pasti udah dijalan."
Yang nyebelin disini adalah Refal selalu lepas tanggung jawab kalau udah berkaitan sama orang-orang yang ada di bisnis Papi. Kalau ditanya kenapa alasannya, dia bilang jokes mereka nggak masuk di telinganya. Ya... Nggak salah juga, namanya bapak-bapak? Maksud gue adalah, Isn't is good opportunity for him, buat belajar hal baru? Kalau gue yang pergi kan makin nggak ngerti, karena ranah gue bukan di bisnis?
"Emang Papi kenal sama orangnya dimana?" tanya gue penasaran, karena kayaknya sejak kemarin kelihatan excited banget dibandingkan ketemu teman-temannya yang lain.
"Di Bali. Papi dikenalin sama Pandu waktu itu. Terus Papi ngobrol-ngobrol banyak sama beliau soal properti." Skill bapak-bapak tuh gitu, ya? Paling gampang nyari teman, asalkan nyambung aja.
"Mas Haris, gimana kabarnya..." Gue dan Papi spontan menoleh kearah sumber suara.
Deg.
Gue terdiam seribu bahasa ketika sadar siapa orang yang ada didepan gue saat ini. Oke, katakanlah gue bodoh atau lupa, did my father mentioned his name before or I'm just being deaf at the moment?
Sial, jadi yang dimaksud Papi itu Regis Marini...
"Mas Regis... Gimana tadi perjalanannya?"
"Puji Tuhan bisa keluar dari macet." Otak gue tiba-tiba ngeblank begitu pandangan gue dengan beliau bertemu.
"Ini anakku, namanya Regina." Dengan senyum kikuk gue menjabat tangan beliau. Agaknya beliau juga sadar kalau gue sedikit tremor.
"Dia jadi residen di rumah sakitmu." Ujar Papi yang bikin Om Regis kelihatan makin penasaran.
"Departemen apa kalau saya boleh tahu?"
"Saya di bagian Pediatric, Pak." Jawab gue yang membuat Pak Regis langsung mengangguk-angguk kecil.
Dalam hati gue cuma bisa senyum karena gue yakin beliau nggak kenal gue. "Mungkin Pak Regis belum lihat saya karena tidak lama setelah itu Pak Theodore yang jadi direktur." Gue ingat pernah bertatap muka dengan Pak Regis itu cuma tiga kali, itupun bukan cuma gue sama beliau, tapi seluruh residen yang ada di rumah sakit. Jadi kemungkinan buat beliau tahu Regina yang mana udah kelihatan susahnya kayak gimana.
"Benar juga. Gimana rasanya punya atasan seperti Theodore?" Jebakan. Benar-benar salah gue ikut Papi kesini hari ini...
"Sejauh ini menurut saya Pak Theodore sangat bertanggung jawab. Beliau juga bukan tipe orang sungkan dengan bawahannya." Jawab gue nyari aman karena gue tahu kalau gue ngomong banyak karir gue udah pasti berakhir.
"Santai saja dengan saya. Theodore hari ini tidak ikut saya karena ada urusan lain, jadi kamu tetap aman hahaha." Mau nggak mau gue ikutan ketawa kaku dengan perasaan bingung. Bingung kalau tiba-tiba gue cuma di prank terus Pak Theodore beneran datang.
"Datang sendirian Mas berarti?" tanya Papi ingin memastikan.
"Nanti anakku Alex nyusul. Kamu kenal Alex, kan?" Senyum gue seketika memudar saat itu juga, berbarengan dengan sosok tinggi berpakaian serba hitam tak lupa leather jacket miliknya yang tertangkap oleh indra penglihatan gue berjalan mendekat.
Astaga, kenapa gue nggak kepikiran kalau dia juga kemungkinan ada disini...
"Ini dia anaknya..." Alex sempat beradu tatapan dengan gue untuk sesaat lalu kemudian menyunggingkan senyum ke arah Papi.
"Alex, ini Om Haris. Ini orang yang Papa ceritain kenal di acara Pandu." Mereka berjabat tangan dan saling menyapa satu sama lain.
"Terus ini ada Regina, dia juga residen di rumah sakit kita kayak kamu." Gue sempat diam lumayan lama waktu Alex menyodorkan tangannya didepan gue untuk mengajak jabatan tangan.
"Alex." Katanya yang gue balas dengan senyum kaku, "Regina."
Alex Marini...
Nggak banyak yang bisa gue ungkapkan soal cowok satu ini. Berawal dari hilangnya kunci apartemen gue waktu itu, gue akhirnya tahu kita bertetangga. Pun setelah itu kita nggak benar-benar mengenal satu sama lain karena nggak ada hal yang mendasari, gue tetap senang dia bukan tipe orang yang dingin.
Setahun menjadi tetangga seorang Alex Marini nggak membuat gue akhirnya bisa berteman baik dengan dia. Kita cuma akan bertegur sapa singkat ketika bertemu, lalu kembali dengan urusan masing-masing.
"Lo suka golf?" Gue sedikit terperanjat ketika suara miliknya itu berada di sekitar gue.
"Menurut lo?" tanya gue balik yang bikin dia terkikik geli setelah melihat gimana cara gue memegang baja mahal satu ini.
Senyumnya...
Alex punya sesuatu didalam senyumnya itu. Tapi gue nggak tahu itu apa.
"Lo tahu bokap kita temenan?" tanya gue sambil memperhatikan dua orang insan di ujung yang sedang asik bercanda tawa, sebelum akhirnya menoleh menatap Alex yang sedang mengambil ancang-ancang bak seorang pro dengan mata yang fokus pada bola putih sebagai sasaran pukulannya.
"Mungkin?" ujarnya sebelum akhirnya mengayunkan tongkat miliknya itu yang mengenai tepat sasaran.
Begitu memutuskan untuk nggak lagi tinggal di apartemen dan kembali tinggal ke rumah, interaksi antara gue dan juga Alex pun juga ikut berhenti. Gue ingat kita kembali bertegur sapa setelah Damian dan Alessia pacaran. Pun memang ketika ada kesempatan.
"Kenapa pindah?"
"Pardon?" Dia kembali tertawa kecil yang bikin gue pun seketika terdiam.
"Lo kenapa pindah apartemen?" Ini nggak salah kan? Dia nanya kayak gini setelah setahun berlalu?
"Pengen balik ke rumah aja. Suka kangen masakan Mami." jawab gue klise yang dia respon dengan anggukan kecil.
One of the worse thing about homesick itu ya ini. Sekalipun gue bisa aja bolak-balik ke rumah, tapi feelsnya beda banget waktu gue mampir cuma buat minta makan, dibandingkan pulang yang benar-benar pulang terus langsung disuguhi masakan Mami.
"Kenapa?" tanya gue bingung. "Kenapa apa?" respon dia balik.
"Kenapa baru nanya sekarang?" Karena harusnya dia nanya hal ini begitu tahu gue nggak lagi tinggal di lingkungan apartemen yang sama kayak dia lagi.
"What's stopping you?"
What's stopping him to ask me those questions at the first place?
"You."
8 notes
·
View notes
Text
Dekorasi Apartemen dengan Budget Terbatas
Mendekorasi apartemen dengan anggaran terbatas bukan berarti Anda harus mengorbankan gaya dan kenyamanan. Dengan sedikit kreativitas dan perencanaan yang matang, Anda dapat menciptakan ruang yang cantik dan fungsional tanpa menghabiskan banyak uang. Berikut ini adalah beberapa tips dekorasi apartemen dengan budget terbatas yang tetap dapat memberikan tampilan yang stylish dan nyaman.
1. Pilih Furnitur Multifungsi
Furnitur multifungsi adalah solusi cerdas untuk apartemen dengan ruang terbatas dan anggaran terbatas. Pilih furnitur yang dapat melayani lebih dari satu tujuan, seperti sofa yang juga bisa menjadi tempat tidur tambahan atau meja makan yang memiliki ruang penyimpanan di bawahnya. Lemari atau rak dinding yang bisa menyimpan barang sekaligus menjadi elemen dekorasi juga bisa menghemat ruang sekaligus uang.
Dengan memilih furnitur multifungsi, Anda tidak hanya menghemat uang, tetapi juga menjaga ruangan tetap rapi dan terorganisir.
2. Manfaatkan Barang Bekas atau Second Hand
Tidak ada salahnya membeli furnitur atau aksesoris bekas jika anggaran terbatas. Barang bekas seringkali memiliki kualitas yang baik dan harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan barang baru. Anda bisa mencari furnitur bekas di toko barang antik, pasar loak, atau platform online seperti marketplace. Jangan takut untuk menawar harga dan mencari potongan harga yang lebih murah.
Selain itu, furnitur bekas juga sering kali memiliki karakter dan keunikan tersendiri yang bisa memberikan nuansa vintage dan menarik dalam apartemen Anda.
3. Pilih Warna Netral untuk Dinding
Mengecat ulang dinding apartemen bisa menjadi cara termudah dan termurah untuk memberikan nuansa baru pada ruangan. Pilih warna netral seperti putih, krem, abu-abu, atau beige untuk dinding apartemen Anda. Warna-warna ini memberi kesan ruang yang lebih luas dan terang, serta mudah dipadukan dengan berbagai warna furnitur dan dekorasi.
Jika Anda ingin menambahkan sedikit warna, Anda bisa menggunakan teknik aksen dinding, seperti mengecat satu dinding dengan warna lebih berani atau menggunakan wallpaper dengan motif sederhana untuk memberikan sentuhan personal pada ruangan.
4. Gunakan Tanaman Hias untuk Menyegarkan Ruangan
Tanaman hias adalah cara murah dan efektif untuk menambah kehidupan dan kesegaran pada apartemen Anda. Selain itu, tanaman juga memberikan nuansa alami yang menenangkan dan menyegarkan udara di dalam ruangan. Pilih tanaman yang mudah dirawat seperti kaktus, sukulen, atau tanaman hias seperti monstera atau snake plant yang bisa ditempatkan di sudut ruangan atau di rak dinding.
Tanaman dalam pot dekoratif juga bisa menjadi aksen menarik yang meningkatkan estetika ruangan tanpa perlu mengeluarkan biaya besar.
5. Perbarui Dekorasi dengan Aksesori Sederhana
Aksesori sederhana seperti bantal, selimut, dan tirai bisa mengubah tampilan ruangan tanpa memerlukan pengeluaran besar. Cobalah untuk mengganti sarung bantal dengan desain atau warna yang lebih cerah dan kontras untuk menciptakan kesan segar dan stylish. Pilih tirai yang ringan dan transparan agar cahaya alami masuk lebih banyak, menciptakan suasana terang dan lapang.
Selain itu, Anda juga bisa menambahkan karpet dengan warna atau motif yang menarik untuk memberikan sentuhan baru pada ruang tamu atau kamar tidur. Karpet murah namun berkualitas bisa ditemukan di berbagai toko dengan harga terjangkau.
6. DIY (Do It Yourself) untuk Hiasan Dinding dan Dekorasi
Jika Anda kreatif, Anda bisa membuat sendiri dekorasi atau hiasan dinding untuk apartemen Anda. Banyak proyek DIY yang murah meriah yang bisa mempercantik dinding apartemen, seperti membuat bingkai foto dari kayu bekas, menggantungkan lukisan atau foto pribadi dalam bingkai yang murah, atau membuat rak dinding dari kayu palet yang sudah tidak terpakai.
Selain itu, Anda bisa membuat karya seni sendiri menggunakan bahan-bahan sederhana seperti kain bekas, kertas, atau bahkan botol bekas yang bisa diubah menjadi lampu hias. Proyek DIY ini tidak hanya hemat, tetapi juga memberikan sentuhan personal pada ruang Anda.
7. Pencahayaan yang Tepat
Pencahayaan adalah elemen yang sangat penting dalam dekorasi apartemen. Pencahayaan yang baik bisa membuat ruangan terasa lebih luas dan nyaman. Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk lampu mahal, cukup pilih lampu dengan desain yang menarik namun tetap terjangkau, seperti lampu gantung minimalis atau lampu meja dengan desain sederhana.
Cobalah untuk mengkombinasikan beberapa sumber pencahayaan, seperti lampu utama di langit-langit, lampu meja, dan lampu lantai, untuk menciptakan suasana yang lebih dinamis dan berlapis. Lampu dengan intensitas yang dapat disesuaikan juga dapat menciptakan nuansa yang lebih nyaman dan intim.
8. Gunakan Cermin untuk Menciptakan Kesan Ruang Lebih Luas
Cermin adalah salah satu trik dekorasi yang efektif dan murah untuk membuat apartemen kecil terasa lebih luas dan terang. Tempatkan cermin besar di dinding untuk memantulkan cahaya alami dan memberikan ilusi ruang yang lebih besar. Anda bisa memilih bingkai cermin dengan desain simpel namun elegan agar tidak hanya berfungsi sebagai elemen praktis, tetapi juga sebagai dekorasi yang menarik.
Cermin di dekat pintu atau jendela juga bisa meningkatkan kualitas cahaya alami yang masuk ke dalam ruangan.
9. Buat Rak Dinding atau Penyimpanan Vertikal
Jika ruang terbatas, penyimpanan vertikal adalah solusi yang tepat untuk menghemat tempat. Rak dinding atau rak gantung dapat membantu menyimpan barang-barang Anda dengan rapi tanpa memakan banyak ruang. Selain itu, rak-rak ini juga bisa berfungsi sebagai elemen dekoratif dengan menampilkan buku, tanaman kecil, atau koleksi barang favorit.
Membuat rak dinding sendiri dari bahan sederhana seperti kayu atau logam bekas bisa menjadi proyek yang menyenangkan dan ekonomis, sementara tetap memberikan sentuhan personal pada apartemen Anda.
10. Manfaatkan Barang yang Sudah Ada
Cobalah untuk memanfaatkan barang-barang yang sudah Anda miliki untuk diubah atau didaur ulang agar tampak baru. Misalnya, Anda bisa mengecat ulang meja atau kursi yang sudah lama, mengganti pegangan lemari dengan yang baru dan lebih modern, atau menambahkan wallpaper untuk memberikan sentuhan baru pada furnitur lama.
Kadang-kadang, dengan sedikit kreativitas, barang-barang lama bisa terlihat segar dan bergaya.
Kesimpulan
Dekorasi apartemen dengan budget terbatas bukanlah hal yang mustahil. Dengan sedikit perencanaan dan kreativitas, Anda bisa menciptakan ruang yang indah dan fungsional tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Memilih furnitur multifungsi, memanfaatkan barang bekas, menggunakan tanaman hias, serta memanfaatkan DIY adalah beberapa cara untuk menghemat biaya sambil tetap menjaga gaya dan kenyamanan apartemen Anda. Ingat, dekorasi yang baik tidak selalu harus mahal; yang terpenting adalah bagaimana menciptakan suasana yang membuat Anda merasa betah dan nyaman di dalamnya.
#interior apartemen#desain interior apartemen#interior apartemen type studio#interior apartemen minimalis#apartemen studio#interior apartemen kecil#interior apartemen 2 kamar#interior apartemen 2 bedroom#interior apartemen studio#interior apartemen 1 bedroom#interior desain apartemen#interior apartemen tipe studio#design interior apartemen kecil 2 kamar#apartemen#interior apartemen mewah#interior apartemen 1 kamar#interior apartemen bintaro#desain apartemen
0 notes
Text
: Kelemahan
Ini sudah jam pulang sekolah. Karena tadi berjanji untuk pulang bersama, sekarang Yofie berjalan niat menuju ruang kelas milik Jurael. Mereka sama berada di kelas 2 SMA, hanya saja berbeda ruangan kelasnya.
“Yofie!” panggil seseorang yang kini berjalan cepat ke arah Yofie.
“Joel? Kenapa?” tanya Yofie heran.
“Mau nyamperin Jurael?”
Yofie mengangguk.
“Yofie, Jurael tuh bahaya, mending mulai sekarang kamu jaga jarak dari dia” sembari menggenggam tangan Yofie, Joel berusaha meyakinkannya.
“Bahaya?” Yofie memiringkan kepalanya, ia sungguh tidak paham dengan apa yang di maksud oleh Joel.
“Karena dia itu-
Ucapan Joel terhenti, lidahnya seketika kalu, genggaman tangannya kepada tangan Yofie pun sudah terlepas, lalu pelan-pelan ia memundurkan langkahnya. Karena menyadari Jurael yang saat ini sudah berdiri tepat di belakang Yofie.
Tubuh Yofie pun sama ketakutannya, karena seperti Joel, dirinya juga adalah seorang Alpha.
Jurael mengeluarkan aroma feromon tanda kemarahan, ia tidak suka melihat Joel yang tadinya dengan sangat lancang menggenggam tangan Yofie.
Kembali rra ingatkan. Feromon itu adalah aroma tubuh alami, yang bisa di gunakan untuk memikat, tapi bisa juga di gunakan untuk membunuh.
Kini sudah Jurael genggam erat tangan Yofie. “Ayo pulang kak, aku udah lapar, nanti kakak mau masak makan malam buat kita kan?”
Walau tubuhnya gemetar, Yofie tetap mengangguk menuruti Jurael. Mereka pun pergi, meninggalkan Joel yang masih mematung.
Tidak perlu waktu lama untuk mereka sampai di apartemen milik Yofie. Sejak awal SMA Yofie memang tinggal sendiri. Tak ada alasan khusus, ia hanya ingin mandiri.
Dan apa hubungan Yofie dengan Jurael? Sejak kecil mereka sudah selalu bersama, lahir dan di besarkan bersama. Sebab orang tua mereka yang berteman dekat.
Meski umur mereka hanya berjarak beberapa bulan, Jurael punya kebiasaan memanggil Yofie dengan embel embel ‘Kakak’. Namun sebenarnya ia tidak pernah benar-benar menganggap Yofie sebagai seorang kakak. Karena faktanya ia menyukai Yofie, bahkan Jurael sudah sering mengungkapkan perasaannya kepada Yofie. Anehnya Yofie selalu menganggap hal itu sebagai candaan, padahal nyatanya Jurael sangat serius.
Entah Jurael menggenggam tangannya, memeluknya, atau selalu manja kepadanya, Yofie tidak pernah merasa risih bahkan sampai mengeluh. Mungkin karena Yofie lah yang serius menganggap Jurael sebagai seorang adik.
Tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Setelah gender mereka di tentukan, mungkinkah Yofie masih bisa tahan dengan setiap kontak fisik yang biasa Jurael lakukan padanya?
~🐮🐯~
Seperti permintaan Jurael ketika tadi di sekolah, saat ini Yofie sedang memasak untuk makan malam mereka.
Sedang mengaduk bumbu, tiba-tiba Yofie rasakan tubuh hangat seseorang yang sedikit lebih besar darinya, kini memeluknya dari belakang. Memeluk pinggang rampingnya dengan dagu yang sudah bertumpu nyaman di atas bahu sempit miliknya. Yang tidak lain orang itu adalah Jurael.
“Aku suka bau feromon kakak, enak.. you’re an attractive Alpha” ucap Jurael sambil mulai meletakan wajahnya pada tengkuk leher Yofie, lalu di hirupnya aroma tubuh alami Yofie dengan nikmat.
Jantung Yofie berdetak tidak karuan. Tidak seperti saat bersama Joel tadi, kali ini aroma feromon yang Jurael keluarkan sangat lembut. Hingga membuat tubuh Yofie terasa lemas karenanya.
Merasa ada yang aneh dengan dirinya sendiri, cepat Yofie dorong tubuh Jurael untuk sedikit menjauh darinya.
“A-aku lagi masak! Jangan ganggu dulu biar cepat siapnya” bentak Yofie.
“Kak? Wajah kakak kenapa merah banget? Lagi gak enak badan?” tanya Jurael dan tangannya mulai menyentuh pipi Yofie.
“Gak kok! Udah, mending kamu duduk diam aja” Yofie tarik Jurael untuk duduk di bangku meja makan.
~🐮🐯~
Yofie mulai menata makanan yang selesai ia masak ke atas meja.
“Kakak, i’m Enigma” ucap Jurael memecahkan keheningan.
Yofie tersenyum. “Iya, aku tahu kok”
“Sama kaya Alpha lainnya, kakak juga takut sama aku?”
Yofie ingin menjawab ‘Iya’ namun ia urungkan. Karena takut jawabannya bisa membuat suasana hati Jurael buruk, dan ia akan membuat keributan setelahnya.
Yofie menggeleng. “Gak mungkin aku takut sama kamu” bohongnya.
Sebuah senyuman terukir pada wajah tampan Jurael. Kemudian ia berdiri dari duduknya. “Kalo gitu peluk aku”
Padahal ini adalah hal biasa yang sering Jurael minta padanya. Anehnya Yofie merasa kaget, namun ingin terlihat normal, tentu ia menuruti Jurael.
“Aku sayang sama kakak” gumam Jurael yang sudah memeluk Yofie erat.
Setelah 10 menit pelukan mereka pun terlepas.
“Ayo makan kak-
Betapa kagetnya Jurael ketika melihat wajah Yofie yang semakin memerah. Bukan merah merona, tapi merah padam seperti orang demam. “Kak, are you okay?” Paniknya.
Yofie hanya menunduk, tangannya mencengkeram baju Jurael. “I’m okay, but.. bisa gak kamu stop buat ngeluarin feromon kamu?”
“Ahh.. aku gak sadar kak, feromon aku bikin kakak pusing ya?”
Bukan hanya pusing, tetapi membuat Yofie tidak waras. Karena aroma feromon yang Jurael keluarkan adalah feromon untuk memikat. Membuat Yofie terangsang hebat karenanya.
Jurael sedikit menunduk untuk menatap jelas wajah Yofie. Wajahnya masih merah dan tampak tersiksa.
Seolah paham dengan apa yang terjadi. “Kakak.. lagi di fase rut?” tanya Jurael ragu-ragu.
Yofie yang di tanya hanya diam.
“How can i help you?”
Spontan Yofie mundur sambil menutupi wajahnya. “Gak! Aku gak papa kok!”
Jurael diam sesaat, sebelum mulai menarik Yofie masuk kembali ke dalam pelukannya. “Kalo di tahan, itu bakal nyiksa kakak, biarin aku bantu kakak ya? Aku gak keberatan kok” tutur Jurael.
Mulai Jurael longgarkan pelukannya. Di singkirkannya makanan yang tadi masih tersusun rapi di atas meja, berganti dengan tubuh Yofie yang Jurael angkat dengan mudah untuk duduk di atas meja makan itu.
Tidak tega melihat kesayangannya semakin tersiksa. Tanpa pikir panjang Jurael tarik tengkuk leher Yofie, lalu mulai mencumbu bibir tipisnya lembut. Membuat tubuh panas Yofie semakin tidak tertahankan.
Jurael memperdalam ciumannya, hingga Yofie melenguh pelan dari dalam sela-sela ciuman yang Jurael pimpin.
Walau sudah tidak tahan, namun Yofie masih cukup sadar dengan keadaan yang berbahaya saat ini. Yofie dorong kuat tubuh Jurael.
“Pulang”
“Tapi kak-
“Pulang Jurael..” mohon Yofie.
Merasa sedikit bersalah dengan apa yang barusan ia lakukan. “Maaf.. habis ini kakak jangan lupa makan, ya”
Jurael mengusap kepala Yofie, sebelum dirinya benar-benar pergi.
Suara pintu apartemen tertutup, menandakan Jurael sudah pulang.
Setelahnya Yofie masuk ke dalam kamar. ia terduduk lemas sambil menatap dirinya sendiri dari balik kaca. Menyadari bagian bawahnya yang telah menonjol minta untuk di puaskan, Yofie berlari masuk ke dalam kamar mandi. Lalu memuaskan dirinya sendiri di sana. Menyedihkan? Tapi beginilah adanya.
Yofie adalah Alpha, sedangkan Jurael adalah Enigma. Jika Yofie menyerahkan dirinya kepada Jurael maka jati dirinya sebagai seorang Alpha akan hilang. Dirinya akan menjadi setara dengan seorang Omega, dan Yofie tidak menginginkan hal seperti itu.
Enigma terlalu berbahaya, seorang Alpha manapun pasti akan menjadi sangat tidak berdaya jika bersamanya.
Karena Jurael adalah kelemahannya, Yofie harus menjauhinya.
7 notes
·
View notes
Text
CW/NSFW/ONESHOOT/BLOWJOB/HARSWORD
ㅤㅤㅤ⠀ㅤㅤㅤ⠀𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑠𝑡 𝑛𝑖𝑔ℎ𝑡.
"Yang di belakang, apa yang terjadi? Terjadi sesuatu?" tanya kepala Seminar melalui microfon nya.
"T-tidak, tidak terjadi apa-apa." jawab Yasfa sambil membenahi duduk nya, sedangkan tangan Zulfan masih berada di area kewanitaan Yasfa, beruntung paha Yasfa tertupi oleh tas miliknya.
"Hei, kamu gapapa? Wajah kamu memerah, sakit?" tanya seorang Mahasiswi pada Yasfa yang duduk di samping nya.
Tidak tau saja wajah Yasfa memerah karena baru saja mencapai puncak klimaks nya.
"Gapapa, terimakasih." Yasfa membalas dan tersenyum untuk meyakinkan bahwa ia baik baik saja.
Detik berikutnya, mata Yasfa memincing dan menatap tajam pada Zulfan dengan umpatan yang ia tunjukan untuk orang yang telah membuatnya kacau.
"Zulfan Bajingan."
Yang di umpati malah menyeringai puas dengan tindakan yang baru saja dia lakukan kepada gadisnya.
Setelah insiden siang tadi di acara seminar Yasfa dan Zulfan pulang bersama, Zulfan menemani gadis itu yang mempunyai acara bersama teman satu fakultasnya. Akhir - akhir ini Zulfan tidak mau melepaskan Yasfa seorang diri. Dia selalu membuntuti atau ikut bersama gadis itu ke manapun.
Setelah acara itu selsai, entah mengapa Yasfa berpikiran untuk membalas perbuatan Zulfan tadi siang di aula. Dia menyeringai kecil saat lihat Zulfan yang masih sibuk dengan ponselnya.
" Ayo balik, gue mau nginep di apart lo "
" Tumben banget Yas "
" Apart gue lagi ada perbaikan, keberatan lo? "
" Gak gitu gue seneng cantik, lo bisa tidur di kasur gue. Gue bisa di sofa "
" Bagus "
Sesampainya di Apartemen Zulfan, Yasfa langsung melepaskan pakaian nya dan hanya menyisakan celana dalam dan bra nya saja, membuat Zulfan langsung menelan ludah. Melihat tubuh Yasfa dengan sempurna itu membuat bagian selatan nya mulai mengeras kembali, dia sudah mati - matian untuk menahan nya sedari tadi. Tapi apa ini? Yasfa dengan seenaknya membuka itu dengan suka hati memang kurang ajar.
" Gak ada adab banget langsung buka , bukan nya di kamar mandi "
" Ya gue kan gerah nya disini "
" Terserah, gue mau ke kamar deh pegel ni badan. Kalau lo mau tidur bilang aja biar gue pindah "
" Iya "
Yasfa yang menatap kepergian Zulfan jelas sudah hafal bahwa dia adalah pria yang kelebihan hormon, perlahan dia mengikuti Zulfan yang sedang berbaring di kasur dengan terlentang. Sepertinya kelelah, namun Yasfa tidak mengurungkan niatnya untuk membalas dendam kepada Zulfan.
Yasfa menghampiri nya, Zulfan sepertinya sudah mulai memejamkan matanya karena kelelahan. Dengan perlahan Yasfa duduk diatas pangkuan Zulfan yang sedang terlelap, mencium seluruh wajahnya dan turun mencium bibirnya lembut.
Zulfan belum terlelap sepenuhnya, sungguh sebenarnya dia menahan nafsu dari siang untuk tidak melampiaskan nya kepada Yasfa, namun jika sudah begini apa boleh buat, di sudah tidak kuat lagi.
Yasfa memperdalam ciuman nya, menghisap bibir Zulfan dengan begitu lembut dan teratur. Zulfan dibuat mabuk kepayang dengan ciuman nya, tangannya mulai menyentuh gundukan yang sekarang tepat di atas penisnya yang mulai mengeras. Yasfa dengan sengaja menggerakan pinggulnya untuk menyentuh penis milik pria itu.
Gadis itu melepaskan ciuman nya, mengusap bibir pria itu yang basah karenanya. Menyeringai perlahan dan menatap pria itu dengan senyuman nya.
" Sekarang lo yang harus rasain hukuman gua "
" Jangan aneh aneh lo, Yas "
" ssssttttt- anak baik gaboleh nakal sayang"
Dengan perlahan Yasfa membuka seluruh pakaian yang di kenakan oleh Zulfan, dan terakhir menurunkan celana dalam milik pria itu yang langsung disambut oleh kejantanan Zulfan.
Yasfa terkejut, tidak menyangka bahwa milik Zulfan sebesar ini. Apakah akan cukup di dalam mulutnya?
"Kenapa? Kaget lo punya gua segede gini?" tanya Zulfan dengan pongahnya.
Enggan membalas pertanyaan Zulfan, Yasfa menunduk dan langsung menggenggam kejantanan Zulfan. Mengulum kepala kejantanannya dengan pelan, hal itu sukses membuat desahan pertama Zulfan lolos.
"Ahh—" desah Zulfan memejamkan matanya menikmati miliknya berada di mulut Yasfa.
Tak lama Yasfa melahap kejantanan Zulfan sekaligus, memasukinnya semaksimal mungkin dan menghisapnya di dalam tenggorokan, kepalanya mulai bergerak pelan dan sesekali keluar masuk kan Kejantanan Zulfan di mulut.
"Eughh— humhh—" desah Yasfa tertahan, tangan Yasfa tidak tinggal diam ; ia memainkan kedua bola kembar Zulfan kemudian meremasnya pelan.
"Ahh— shh. . ." desis Zulfan saat di rasa miliknya sedangkan di manjakan oleh Yasfa, kepalanya ia gerakan karena nikmat dan tangannya memegang kepala Yasfa yang sesekali meremas rambutnya menyalurkan rasa nikmat yang di rasa.
"Umhh— flop. ." desahan dan bunyi hisapan di lepas, lidah nya Yasfa julurkan dan tangannya mengurut Kejantanan Zulfan narik turun.
Ujung Lidah Yasfa mendekat ke area kepala Kejantanan Zulfan, dengan kurang ajar ia menjilat dan menggelitiki lubang kencing Zulfan, gerakannya memutar sengaja menggoda Zulfan.
"Arghh— shh umh. . . " mata Yasfa teralih, ia menatap ekspresi Zulfan tanpa menghentikan kegiatan menggoda lubang kencing nya.
"Umhh— cuph— heuh. ." di sela kegiatannya Yasfa mengecup pucuk kejantanan Zulfan berkali-kali. Kemudian meremas kembali dengan sensual, sesekali mengurutnya lagi.
Kali ini mulut Yasfa menyambar dua bola kembar milik Zulfan, mengemut keduanya dan menghisapnya.
"Arngh— mulut lo anjing banget Yasfa angh. ." umpat Zulfan, Dia langsung mengubah posisi nya menjadi duduk. Kepalanya ia tundukan untuk melihat aksi Yasfa.
Dari atas sini bisa Zulfan lihat betapa sexy dan panasnya Yasfa yang hanya mengenakan celana dalam saja. Tangannya terulur kembali untuk mengusap kepala Yasfa, sesekali meremasnya saat kenikmatan berlebihan menyerangnya.
Kepala Yasfa mendongkak dan pandangan kedua matanya bertemu. Di sela-sela kegiatan nya Yasfa dapat melihat wajah Zulfan memerah menahan nafsu.
Tangan Zulfan memegang kepala Yasfa, diangkatnya pelan kepala Yasfa yang otomatis hisapan pada kejantanan nya terlepas.
"Ssh— cukup sayang, gua ingin setubuhi lo, gua udah ga—"
"No, gak semudah itu, sayang. ." ucap Yasfa memotong perkataan Zulfan. Yasfa mendorong kembali Zulfan untuk Terlentang.
Sedangkan ia sendiri kembali berhadapan dengan milik Zulfan. Tanpa aba-aba langsung melahap lagi milik Zulfan sampai ujung tenggorokan nya.
"Ashh— berhenti yasss ahh.."
Tidak dapat Zulfan pungkiri, nyatanya ia tidak bisa menolak apa yang di berikan Yasfa pada Kejantanan milik nya meskipun mulut berkata dan menyuruhnya berhenti, namun tidak dengan reaksi tubuhnya.
Mendengar desahan suara Husky nya. Yasfa semakin bersemangat dan langsung mengurut Kejantanan Zulfan menggunakan mulut dengan cepat, sesekali mengerit gemas batang coklat kejantanan nya menggunakan kedua gigi.
Mengemut, menghisapi, mengerit dengan gigi itu yang Yasfa lakukan. Tak lama kemudian, Yasfa menggerakan kepalanya dengan cepat, mengocok milik Zulfan di dalam mulut.
"Aahh— f-fuckhh hah. . ." umpat Zulfan, tangannya memegang kepala Yasfa dan ikut menggerakan kepala Yasfa agar makin cepat.
Menekan kepala Yasfa untuk memasukinya lebih dalam yang sukses membuat Yasfa tersedak.
"Ughh— hukh— eungh. . ." lenguh Yasfa dan tersedak di sela kuluman milik Zulfan.
Saat merasakan Kejantanan Zulfan yang berkedut di dalam mulut menandakan Orgasme akan datang sebentar lagi, maka dari itu, Yasfa segera menghisap kuat Kejantanan Zulfan di dalam mulut sembari meremas nya kuat, dan tak lama. . .
"A-ssh- fuckh baby yeah— argh. . .-"
Lenguhan serta desisan panjang Zulfan terdengar indah dan merdu di telinga Yasfa sendiri saat ledakan Klimaks memenuhi mulut Yasfa.
Saking banyakan Sperma dan tidak muat di tampung semua pada mulut Yasfa, akhirnya Yasfa mengeluarkan sebagian spermanya dari mulut dan itu melumuri area leher Yasfa akibat sperma yang di keluarkan.
Tanpa rasa jijik sama sekali, Yasfa langsung menelan habis sisa cairan sperma yang berada di dalam mulutnya dengan habis tanpa tersisa.
Tangan Yasfa belum berhenti mengurut kejantanan Zulfan, kemudia ia mendongkakan wajahnya untuk ia sejajarkan dengan kejantanan Zulfan.
Yasfa mengurut kembali milik Zulfan untuk mengosongkan semua sisa sperma yang masih di dalam lubang kejantanan Zulfan, sengaja Yasfa sejajarkan dengan wajahnya agar sperma tersebut mengenai wajah Yasfa.
"Hah— ssh. . . " desis Zulfan saat ia mengeluarkan sisa sperma pada wajah Yasfa.
Saat dirasa sperma Zulfan kosong, Yasfa menampar-nampar kejantanan Zulfan pada wajah nya, melumuri wajahnya dengan sisa sperma, kemudian ia tersenyum puas.
"Your punishment have done babe."
" Ah anjing gua kan pengen lobang lu Yasfa "
" in your dream bajingan "
" fuck u "
Yasfa meninggalkan Zulfan yang terkapar lemas setelah aksinya tadi. Dia tau Zulfan akan tersiksa jika belum tuntas keinginan nya di penuhi, tapi bukan Yasfa namanya jika perlakuan yang mengganggu nya tadi siang tidak ia balaskan.
9 notes
·
View notes
Text
#3 - Tentang Jalan yang Kerap Saya Lalui
Baru hari ketiga saya sudah bingung mau menulis soal apa. Dari awal muncul keinginan untuk menulis selama 30 hari ini, saya tidak berniat membuat daftar topik atau tema tertentu. Tujuan saya cuma satu, saya ingin rutin menulis. Saya juga tidak menarget tulisan itu harus yang presentable, serius, atau melulu soal hal personal. Bahkan kalau bisa saya ingin mengurangi nulis hal personal seperti ini. Saya mau sedikit lebih serius. Platform daring saya pilih karena ada kepuasan tersendiri saat bisa mengklik tombol “Post”, dan tahu bahwa setidaknya akan ada satu orang yang membaca unggahan saya. Terkadang saya menulis di buku, terutama untuk topik yang masih mentah dan/atau terlalu personal. In hindsight, saya suka mendokumentasikan hari-hari yang telah berlalu lewat tulisan.
Jika membicarakan soal keseharian, ada beberapa tempat atau landmark yang saya lewati setiap hari. Selama enam tahun terakhir, sebagian aktivitas saya berlokasi di kampus dan kantor yang berada di area kampus. Sewaktu bekerja paruh waktu pun, lokasinya tidak jauh dari kampus saya. Makanya, saya melewati jalan yang sama, yaitu Jalan Magelang. Kata seorang teman SMA saya yang rumahnya di Ngaglik, “Jalan Magelang itu membosankan karena cuma lurus saja.” Kebetulan teman saya satu ini memang tipe orang eksperimental. Ia suka mencoba jalan alternatif menuju sekolah dan kampus untuk menghindari Jln. Magelang. “Aku lebih suka lewat jalan kecil yang berkelok-kelok dibanding jalan raya yang cuma lurus aja dan ramai.” Good point.
Kalau tidak sedang buru-buru, saya mengendarai motor dengan laju yang lambat. Saya senang melihat-lihat jalan. Dari amatan saya yang tiap hari lewat Jln. Magelang, saya menyadari beberapa hal menarik dan beberapa perubahan di sepanjang jalan ini. Namun perlu saya beri keterangan sedikit bahwa rentang kilometer jalan yang saya lalui tiap hari adalah kilometer 14 hingga kilometer 5 saja. Pertama, banyak terdapat toko otomotif dan bengkel di sepanjang jalan ini. Suatu kali saya berangkat ke kantor pukul 9 pagi dan area jalan yang di pinggirnya ada toko otomotif dan bengkel pasti ramai. Sampai saya kira hari itu adalah hari otomotif sedunia, saat semua pemilik mobil dan motor membawa kendaraan mereka ke bengkel untuk diservis. Dosen saya juga mengakui bahwa Jln. Magelang kilometer tertentu telah berkembang menjadi pusat-pusat otomotif. Tidak heran jika seiring waktu, bertambah pula dealer toko otomotif yang menjual kendaraan bermotor baru dan bengkel-bengkel di sepanjang Jln. Magelang.
Saya coba mencari sejarah perkembangan toko otomotif dan bengkel di Jln. Magelang, tapi tidak ketemu. Tulisan paling mendekati yang saya temukan adalah bab pendahuluan sebuah tugas akhir. Dalam tulisan itu, disebutkan bahwa perkembangan industri otomotif didorong oleh semakin tingginya pengguna kendaraan bermotor. Hal tersebut mendukung munculnya toko otomotif dan bengkel yang menjual bagian tertentu dari kendaraan bermotor, atau spare parts, sekaligus melayani perbaikan dan servis rutin. Si penulis tugas akhir ini melakukan observasi mengenai manajemen bengkel di salah satu bengkel di Jln. Magelang. Melalui potongan-potongan informasi itu, saya berusaha menghubungkan perkembangan industri otomotif yang didorong oleh peningkatan permintaan kendaraan bermotor, dengan perkembangan toko otomotif dan bengkel. Tentu saja ide ini berhenti di situ saja, saya tidak punya data untuk membuktikannya.
Hal kedua yang saya perhatikan dari Jln. Magelang adalah perkembangan restoran. Dalam satu-dua tahun terakhir semakin banyak restoran baru di sepanjang jalan ini. Selain restoran, ada pula bar-bar baru yang menyusul di sebelahnya. Mungkin, di masa depan jalan ini akan mirip seperti Jln. Kaliurang yang didominasi warung makan dan apartemen. Hal ketiga yaitu sering terjadi kecelakan di sepanjang jalan ini. Saya sudah berkali-kali menyaksikan kecelakaan dan melewati lokasi kejadian yang masih ramai. Menurut hemat saya, ada beberapa titik di jalan ini yang memang rawan kecelakaan. Salah satu penyebabnya, mungkin, karena jalan ini lurus, halus, dan pada kilometer tertentu jarak lampu lalu lintas cukup jauh. Ketiga hal itu bikin para pengendara mengebut. Saya sering perlu menunggu lama untuk bisa menyeberang, sebab kendaraan dari arah berlawanan tidak mau berhenti. Rasanya, menyeberang di Jln. Magelang seperti itu seperti uji nyali.
Kadang saya merasa seperti turis di kota yang telah saya diami selama belasan tahun ini. Tempo hari saya melihat cuitan berupa tangkapan layar pembicaraan dua orang. Salah seorang diantaranya bilang begini: kalau soal udara jogja aman, tapi kalau soal gaji memang bikin ispa. Saya tertawa menangis membaca itu. Yah, daerah dengan ketimpangan paling parah ini memang separah itu. Sialnya, daerah ini terlanjur membangun citranya sebagai kota pendidikanlah, kota wisatalah, kota budayalah. Ada yang lupa bahwa daerah ini juga merupakan kota ketimpangan, kota kemiskinan, kota amburadul, dan kota polusi (meski jika dibandingkan dengan kota besar lain, yah, bolehlah daerah ini berada di peringkat bawah). Jalan Magelang yang semrawut saat rush hour menandakan kurangnya perhatian pemerintah pada transportasi publik. Saya pikir, kalau transportasi publiknya bagus dan dapat mengakomodasi kebutuhan mobilitas penduduknya, pasti banyak yang meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah.
Sepertinya saya akan terus memiliki perasaan benci dan cinta pada kota ini. Saya benci pada Jln. Magelang yang saya lewati setiap hari karena ramai, penuh kendaraan yang ngawur, membosankan, dan semrawut. Namun saya juga menyukai jalan ini, for the sake of good memories.
2 notes
·
View notes
Text
Kasar
____________
tw // nsfw
"Man, dimana?"
Suara Azuya yang berasal dari ponsel Roman segera membuyarkan lamunannya, "Kantin, kenapa?"
Roman sadar bahwa ada yang aneh dari suara Azuya. Nafasnya berderu kencang, seperti habis dikejar sesuatu, anjing mungkin? Entahlah. Hal yang terjadi selanjutnya adalah Azuya mulai mengerang lemah seperti kesakitan, membuat wajah Roman sedikit memerah.
"Apartemen gua, sekarang." Celetuk Azuya setelah 5 menit dengan keheningan, "T-tumben..?" Tanya Roman sembari memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, "N-nanti.. gua jelasin. Dateng aja dulu sekarang, gua.. udah nggak kuat lagi, Rom. Sumpah."
Dan telefon pun diakhiri.
.. .. .. .. .. .. ..
"Ngh.. akh! Azhh..!" Roman mendesah nyaring ketika Azuya menjilat nipplenya tanpa henti, seakan berharap akan ada susu yang keluar dari sana.
"L-lu.. udah prep?" Tanya Azuya, akhirnya berhenti menjilat nipplenya dan duduk tegak dengan kancing kemeja bagian atas yang sudah lepas. Ah, Roman bisa mati kalau menatap Azuya dengan keadaan seperti ini.
Pemuda bersurai karamel itu menggeleng, "Belum.. lagian gua dari kampus langsung kesini, mana bisa prep dulu?" Mendengar balasan dari Roman, Azuya menyeringai, "Kalo gitu, selamat menikmati kesakitan ya, Romansyah."
Tunggu, apa? Menikmati kesakitan katanya..?
Belum sempat mencerna kata-kata Azuya, celana dan boxernya sudah dilepas duluan oleh Azuya. Semenit pun sepertinya tidak ada, kejantanan pria yang ada di atasnya sudah siap memasuki lubangnya.
"W-whoa! B-bentar dulu! G-gua belum prep sam- AH! AZUYA!" Kata-kata dari Roman terpotong karena kejantanan Azuya yang langsung masuk sepenunnya tanpa aba-aba, membuat Roman berteriak kesakitan. Tangannya mencakar punggung pria yang berada di atasnya, menunjukkan rasa sakit.
"Lo sempit banget, anjir.."
Roman masih fokus untuk meminimalisir rasa sakit yang ia rasakan sekarang. Azuya tersenyum kecil, lalu mencium bibir Roman dengan sangat lembut. Dalam hitungan detik, pemuda bersurai karamel itu sedikit tenang dan terkejut dalam satu waktu.
Maksudnya, ini kali pertama Azuya menciumnya di bibir. Tidak, Roman tidak mempermasalahkan hal ini, malah ia sedikit senang. Hubungan antara mereka berdua bukanlah hubungan romantis seperti yang dijalani Eben dan Huda atau Blane dan Rangga, mereka hanya ingin melampiaskan nafsunya masing-masing.
Yup, Friends With Benefits. Itulah status hubungan mereka.
Sayangnya, ciuman itu berakhir saat Roman sudah bisa mengatasi sebagian dari rasa sakitnya. Nafas Roman kembali teratur, mata sayunya menatap Azuya dengan setengah kesal.
Azuya kembali tertawa, "Maaf, oke? Gua udah nggak tahan." Ujarnya, Roman mendengus pelan sembari mendengus kecil, "Hal apa yang bisa bikin lo jadi rough gini?" Tanya Roman, to the point.
"Yah.. tadi Huda sempet mampir kesini dan bawa coklat. Yang gua nggak tau, ternyata itu sex choco yang dia bawa buat Eben.. dan, ya sisanya lo udah tau lah." Jelas Azuya, sembari tertawa sedikit.
Tak butuh waktu lama sebenarnya untuk memulai kembali permainan, tetapi sepertinya kedua insan ini sedang menikmati bagaimana satu sama lain terlihat.
Azuya terlihat lebih tampan dengan kemeja kusut dam kancing bagian atas yang terbuka. Dan Roman terlihat lebih menarik dengan wajah yang memerah, mata sayu yang meneteskan air mata, dan tubuh yang sedikit bergetar. Tidak lupa dengan tubuhnya yang sudah penuh dengan tanda.. mungkin tanda kepemilikan yang dibuat oleh Azuya.
Secara tiba-tiba, pria bermata merah terang itu menggerakkan pinggulnya dengan tempo cepat. Tangan kanannya mulai memainkan putingnya lagi, sementara tangan kirinya memegang pinggang Roman agar bisa menstabilkan dirinya.
"AH! Azhh..!~ Akh! P-pelanhh..!" Roman kembali mendesah nyaring saat itu juga, membuat Azuya semakin cepat dan bersemangat melakukannya, "Mana bisa gua pelan kalo udah kayak gini, hm?"
Semakin lama, semakin cepat dan dalam. Berkali-kali lubangnya ditusuk oleh kejantanan yang sama, tetapi tidak pernah ada rasa bosan muncul diantara mereka. Yang muncul hanyalah hasrat dan nafsu yang semakin memuncak, membuat mereka semakin senang melakukannya.
"M-more..! Please! Agh! Azhh..!~" Desah Roman, mencakar punggung Azuya lebih dalam. Yang dicakar hanya bisa tersenyum dan menuruti permintaan dari adik tingkatnya.
Setelah beberapa saat, mereka pun akhirnya keluar bersamaan. Dengan tubuh yang sedikit bergetar, Azuya segera jatuh ambruk disebelah Roman. Membuat pemuda bersurai karamel itu terkekeh pelan, "Tumben langsung ambruk?"
"Efek.. coklat nya udah abis, sama kayak tenaga gua." Balas Azuya dengan sedikit semburat merah di wajahnya, mungkin malu karena selama ini dia yang selalu ambruk terakhir kali.
"Bukan alasan, kan?" Tanya Roman, segera berada di atas Azuya, "Kali ini gua yang gerak, lo diem aja."
______________
AzuSyah wleowleo ges, awkawk. Kalo ada ide jgn sungkan untuk pc. Anw, enjoy yak!
dvstw, 2/07/23, 22.15
3 notes
·
View notes