#Sepasang Mayat
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sepasang Mayat Ditemukan Meninggal Di Sebuah Apartement
Sepasang Mayat Ditemukan Meninggal Di Sebuah Apartement
Ciputat, bidiktangsel.com – Sepasang jenazah ditemukan tewas di Apartement Balleys City Hotel Oyo, Ciputat, Tangerang Selatan pada Selasa (3/1). Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan mengatakan pihaknya mendapat kabar penemuan dua mayat tersebut pada dinihari tadi. “Selasa Tanggal 03 Januari 2023 Pukul 16.16 WIB Telah Terjadi Penemuan Mayat, Dilaporkan Ke Polda Metro Jaya Hari rabu…
View On WordPress
0 notes
Text
"Brandon Haedoni Membunuh Tiga Orang Perempuan"
Fiksi
Hantu itu memberiku sebilah pisau untuk membunuh tiga perempuan pertama.
Dia bilang akan memberiku pistol untuk membunuh tiga perempuan yang kedua.
Dan dia akan menambah lagi alat-alatku jikalau aku berhasil membunuh setiap tiga perempuan.
Aku tidak benci perempuan. Aku hanya ingin mereka mati. Kau tidak perlu berlarut-larut mempertanyakan mengapa aku melakukan apa yang aku lakukan. Membunuh perempuan demi perempuan yang ada di dalam pikiranku. Kau hanya perlu menerima fakta bahwa mereka pantas mati.
"Kau tahu, membunuh tanpa alasan yang bermakna itu adalah sebuah perbuatan yang sia-sia."
"Aku yakin, memang aku tidak perlu melakukan hal yang bermakna. Semua orang juga begitu. Kalau kau tidak dapat melihatnya, maka kau sama saja dengan mereka, bodoh."
Di cermin, pantulan Brandon Haedoni terdiam.
"Otakmu sudah rusak. " Akhirnya ia bicara.
Brandon membalas. "Kau yang sekolah, tapi omonganmu yang tidak berpendidikan. Sekarang kau menginterogasiku seolah-olah di dalam hidup ini kau lebih berkuasa dari aku. Ya, silakan saja kau merasa seperti itu, tapi kau juga tahu tidak ada pengaruhnya dengan mereka yang sudah aku habisi hidupnya. " Ia tertawa.
Pantulan Brandon di cermin tertawa juga. "Jangan terlalu senang dulu. Kau tidak tahu ya? Mereka masih hidup."
Brandon terlihat siyok. Mulutnya ternganga. Matanya tidak berkedip untuk beberapa detik. Menunjukkan raut yang sangat terkejut mendengar omongan pantulannya sendiri di cermin.
Ia lalu melihat ke belakang, ke tumpukan mayat tiga orang perempuan, yang kini pelan-pelan bergerak, sedikit keletihan untuk berdiri, tapi akhirnya mereka semua berhasil tegap memandangi Brandon Haedoni.
"Pembunuh kacangan." Ketiganya bicara secara bersamaan, namun karena suara mereka masing-masing berbeda, maka suara yang terdengar bersamaan itu pun tidak dapat dipungkiri oleh sepasang telinga Brandon bahwa terdapat tiga orang perempuan yang berbeda-beda yang mengeluarkan suara. Bagaikan sebuah harmoni yang mengerikan, meneror Brandon Haedoni selayaknya malaikat pencabut nyawa yang sudah bergerak untuk mengambil dan mencabut jantungnya dari dalam badannya, dari balik tulang-belulang rusuknya yang putih dan keras.
"Apalah arti sebuah nama, Brandon Haedoni tetap lah dirinya meskipun kita bertiga memutilasinya. " Kata perempuan bernama Xede.
4 notes
·
View notes
Text
Becak 'Berpenumpang' Mayat Pria Gegerkan Warga Madiun
Madiun – Malam-malam, warga Kota Madiun, Jawa Timur, digegerkan adanya penemuan sesosok mayat yang tergeletak di atas becak sedang parkir, Sabtu (27/7/2024). Mayat itu seorang pria mengenakan celana jeans dengan tshirt coklat berbalut kain sarung, dalam posisi tubuh melorot hingga kedua telapak kakinya menyentuh tanah. Di antara dua telapak kaki, terdapat sepasang sandal jepit warna merah dalam…
0 notes
Text
Kumpulan Puisi Terakhir untuk Seseorang yang kutemukan di Jurnal Lamaku (catatan 2018)
/1/
tentang ketakutan-ketakutan
engkau ingat aku sangat penakut, bukan? mungkin itu satu sebabnya engkau pergi agar aku bisa belajar untuk tidak takut lagi.
lihatlah, telah aku kalahkan beberapa bentuk ketakutan (pada tinggi langit dan cuaca buruk) dengan menumpang pesawat menemui engkau.
namun engkau tidak pernah tahu alangkah banyak ketakutan menjajah hidupku setelah engkau pergi, bukan?
maka sekarang di sinilah aku, di kotamu, beberapa hari saja ingin memberitahu itu— juga hendak meminta pelukan dan nafasmu.
aku sungguh-sungguh butuh banyak pelukan untuk tubuhku yang sering diserang ketakutan menghadapi diri yang setiap saat hanya sendiri.
mohon peluklah tubuhku! peluklah! peluklah dengan seluruh pelukan yang dimiliki lenganmu!
tubuhku akan membawa pelukanmu pulang sebagai buah tangan dan penangkal ketakutan pada kesendirian yang semakin serupa setan.
sementara nafasmu, biarkan aku hirup! biarkan aku penuhi rongga-rongga hidup aku dengan sebagian nafasmu!
sebab juga aku takut pelukan-pelukanmu kelak akan amat erat mencekik tubuhku, mencekik tubuhku hingga menjadi mayat.
dengan nafasmu aku masih punya kesempatan hidup demi mengalahkan ketakutan-ketakutan lain yang mungkin akan tumbuh tambah banyak dan kuat.
pelukkan, lingkarkanlah sepasang lenganmu ke tubuhku! hembuskan, infuskanlah selang nafasmu ke pembuluhku!
hei, mengapa engkau semata menangis? adakah juga yang engkau takutkan, sayang?
/2/
tentang sejumlah tempat
dengan menyewa taksi yang telah dihitamkan kaca-kaca jendelanya, engkau mengenalkan aku lekuk liku kotamu yang ternyata pula tak sungguh engkau kenal sejak waktu memisahkan tubuh kita.
“apakah kota ini atau tubuh ini yang telah berubah?” tanyaku sambil memeluk tubuhmu yang tak berubah.
engkau tersenyum (senyummu juga tak berubah) dan mengatakan aku sesungguhnya sudah tahu jawabannya bahkan sebelum kata-kataku menyusun diri mereka menjadi pertanyaan.
taksi yang sudah berusia tua dengan sopir berusia muda tapi sudah menikah dua kali sabar mengantar kita ke sejumlah tempat
ke studio tempat engkau dua kali seminggu berlatih menari. kantor pemerintah tempat engkau bekerja. warnet tempat engkau menjemput kiriman pesan dan rinduku. semua sekolah yang menghabiskan waktumu sebelum bertemu aku. ruko tempat ayahmu membuka salon. pesantren tempat ibumu mengajar mengaji. pantai yang ombaknya senang memainkan kedua tungkai kakimu. dan lapangan di mana engkau sering mengajak dua adikmu tertawa mengiburmu hingga magrib menyala, membakar selembar hari lagi.
“di warung itu,” katamu sambil menunjuk dengan dagu sebab tanganmu membelit tubuhku, “aku selalu duduk menghitung tanggal-tanggal yang tanggal tanpa kau.”
aku mengajak engkau istirahat dan makan siang di situ tetapi engkau bilang pelayannya tak gesit dan makanan selalu memerlukan waktu terlalu lama untuk tiba di meja.
“kita pesan makanan di hotel dan makan di kamar saja. aku tak suka menunggu,” katamu dengan amat manja.
“kembali ke hotel, pak!” mintaku kepada sopir taksi yang senyumnya mungkin sudah dua hari tak gosok gigi.
/3/
tentang sepasang malam
di tempat tidur, di pelukan lembut selimut putih berhias gambar buah-buah stroberi besar, di kamar hotel yang tak terlalu jauh dari rumahmu, kamar hotel paling tinggi yang mampu dijangkau lengan dompetku, engkau membisikkan kalimat ini kepadaku:
“kita memerlukan tiga hari, sayang, untuk menciptakan malam sepasang.”
namun menjadi juga sepasang malam kita itu, sepasang malam yang lahir selamat tapi cacat dan amat kurang ajar mengatakan kepada kita sesuatu yang terdengar sungguh menyakitkan:
supaya bisa penuh mencintai seseorang kalian mesti memasukkan separuh diri ke dalam kolam dalam ketidakpercayaan, agar kalian bisa belajar menahan bencana kesementaraan yang membawa dua akibat: kalian sepasang yang menjadi semakin kuat atau kalian sepasang yang tidak lagi terikat. maka di pintu bandara dengan sepasang matamu yang sembab dan sepasang mataku yang lembap, kita terpaksa melepas sepasang malam itu ke langit april yang entah mengapa masih saja selalu basah.
sebelum aku menyerahkan diri ke perut pesawat engkau memelukku dan membisikkan satu kalimat yang oleh sepasang telingaku terbaca sebagai doa.
“semoga sepasang malam yang telah kita lepaskan akan rindu dan mau kembali menemui aku dan kau.”
dengan menyeret langkah-langkah yang tertunduk dan suara yang sepenuhnya telah dicemari kesedihan tanpa putus aku melafalkan kata amin dan aman
juga namamu
/4/
tentang kalimat-kalimat di pesawat
pesawat telah mengambang di antara kotamu dan kotaku, di antara udara dan cuaca jahat yang menjatuhkan hujan dan aku duga sebentar menjatuhkan juga tubuh pesawat yang tak henti berguncang seperti melewati jalan berbatu, yang menampung tubuh aku dan tubuh penumpang lain.
lampu-lampu dipadamkan kecuali lampu tanda perintah memasang sabuk pengaman, para pramugari yang semula tampak cantik kini tak menarik perhatian lelaki manapun.
sejumlah anak kecil menangis, orang-orang tua panik dan berpegangan pada doa, pada lengan-lengan tuhan.
aku ketakutan dan menghabiskan semua sisa airmata sebab sungguh tidak tahu harus berpegangan di mana.
di mana lenganmu? ulurkan kedua lenganmu, sayang! tetapi sekarang engkau berada jauh di bawah sana menjaga keseimbangan tubuh yang juga mungkin tiba-tiba limbung sedang mencari lenganku untuk berpegang agar tidak jatuh.
maka aku menyembunyikan kedua tangan dan ketakutanku ke dalam saku jaket yang dangkal entah mencari apa di situ.
aku menemukan kertas kecil yang berisi catatan tanganmu:
tidak ada alasan untuk takut lagi, kau pasti akan tiba dengan selamat, sebab utuh tubuhmu tertinggal di sini, di tubuhku yang tabah menunggu selapang bandara. selepas membaca catatanmu tiba-tiba terdengar satu kalimat pemberitahuan dari pengeras suara beberapa saat lagi pesawat akan mendarat.
1 note
·
View note
Text
SEORANG KENYA BERSUKAT DARAH.
TAGAR YANG WAJIB DIPERHATIKAN : KEMATIAN, BUNUH DIRI, DARAH DAN MAYAT.
“Kita harus kuliah bareng!”
“Kita harus bersama terus pokoknya. Janji?”
“Janji!”
Kelingking dua teruni saling bertautan selepas mengucap janji dan berakhir saling tatap, lalu gelakak bersama.
Dua teruni—Menik dan Rasuni sudah selapik seketiduran. Berjumpa sedari masa Sekolah Menengah Atas yang kebetulan kala itu bangku yang tersisa disisi Rasuni. Mereka selalu bersama laiknya permen karet yang melekat pada sepatu; tidak terpisahkan. Di mana ada Menik, di sana ada Rasuni.
Saking nempelnya mereka, desas-desus buruk pun mengudara bahwa dia dan Rasuni adalah sepasang kekasih. Tanggapan dua teruni ini memilih ‘tuk acuh tak acuh. Bagi mereka, ikatan persahabatan ini tidak runtuh meski diterjang desas-desus rusuh.
Setelah lulus, mereka memilih merantau ke Jatinangor. Hanya jarak yang berhasil memisahkan kebersamaan mereka. Sejatinya dia senang pergi merantau, kausa tidak lagi dengar adu mulut yang buat pening jemala.
Kendatipun satu hunian, intensitas interlokusi mereka perlahan berkurang karena kesibukan masing-masing terutama dia yang mengambil jurusan Kedokteran Hewan. Ah, Rasuni juga tidak kalah sibuknya berkutat dengan tugas dan organisasi.
BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN...
Mereka sudah dewasa. Sudah mempunyai pekerjaan tetap masing-masing dengan jarak yang lagi-lagi memisahkan mereka. Kadangkala dia menyisihkan waktu demi kekasih ataupun Rasuni. Dia bahkan tidak ketahui perjalanan kisah cinta handainya saking sibuk mengurus klinik dan hewan-hewan yang sakit.
Sampai suatu ketika.. Hari dia sibuk, benar-benar sibuk sebab ada kegaduhan di petcare. Belum lagi harus menjalani operasi yang semakin menyita atensi.
Pekerjaan usai, dia terlalu terkejut banyaknya pesan dan panggilan masuk. Tentu saja dari Rasuni.
90 panggilan tidak terjawab..
123 pesan dari Rasuni..
Cergas dia melakukan panggilan ke handai, namun tidak kunjung dijawab. Rasa cemas menjalar ke seluruh jisim. Tidak berpikir panjang, dia lekas berangkat ke kediaman Rasuni saat itu juga.
Dari klinik ke kediaman Rasuni memakan waktu setengah jam. Turun dari taksi online, dia langsung tunggang-langgang ke kontrakan handai. Lampu kediaman padam, apa mungkin tidur?
Tatkala memegang gagang pintu, anehnya tidak dikunci. Baru membuka pintu, dia dikejutkan dengan sosok Rasuni yang gantung diri. Tubuh penuh sayatan dengan darah merah menetes ke lantai. Lidah menjulur dan netra yang terbelalak.
Menik terjatuh dan tidak percaya bahwa pemandangan di hadirat dia benar-benar handai. Di tengah keheningan malam, dia menangis sejadi-jadinya. Dadanya sesak, teramat. Seharusnya dia sempatkan lihat gawai. Andai dia lihat gawai, ini nggak akan terjadi. Andai dia tidak menyalakan mode hening, Rasuni tidak akan mati.
Semua pengandaian itu sudah tidak bisa terjadi lagi..
Pekikan histeria dan tangisan pilu bagai diiris sembilu dalam keheningan mengundang atensi warga sekitar. Berbondong-bondong keluar dari kediaman, lalu mengerubungi dia. Salah seorang memanggil polisi, sedang dia meratapi nasib bersalah yang menggunung tinggi.
Malam itu menjadi bibit malapetaka yang akan dia lalui dikemudian hari.
Rasuni Larahiyang, sudah berpulang pada tahun 2020. Selamat tinggal, sahabatku. Dirimu akan aku kenang selalu, tapi jangan ajak aku mati lebih dulu. Karena aku bukan seorang pembunuh.
0 notes
Text
ARAL MELINTANG BUAT BERURAI AIR MATA.
️️ ️️
⚠ PERINGATAN : KECELAKAAN MOTOR, MAYAT & KEMATIAN. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA YA.
️️ ️️
Selesai sholat ied, dia kembali ke kostan Naima. Entah apa yang dia laku, sekonyong-konyong menyalakan televisi untuk melihat berita. Dari sekian berita mengenai hari raya Idul Fitri ini, ada selipan berita terkini. Berita kecelakaan dini hari.
Firasat tidak nyaman menjadi momok dari semalam hingga kini. Bersamai dengan Kamari tidak membalas satupun pesan. Bahkan, dia sendiri muskil terpejam dan tidurpun tidak pulas. Kelesah sudah gerogoti dia tanpa ampun.
Inisial korban buat dia kian kelesah. Kirim pesan berturut-turut di aplikasi berwarna hijau. Mencoba lakukan panggilan, namun tidak kunjung diangkat.
Sekali.. dua kali.. hingga empat kali tidak ada yang terangkat. Kemana perginya Kamari? Pertanyaan seputar itu kerap menggerayangi minda yang karut-marut hingga tidak sadar bibir ranumnya berdarah. Hirapnya Kamari buat dia semakin kelesah.
Sekonyong-konyong ada telepon balik dari Kamari, dan tanpa menaruh syak, dia mengangkat panggilan tersebut.
“Halo Kama.”
“Maaf lancang telepon Mbaknya karena tadi saya lihat ada banyak pesan dan panggilan masuk. Jadi memutuskan untuk telepon dan mengabari pihak keluarga atau kerabat korban.”
“Korban? Maksudnya pak?”
“Mas ini korban tabrak lari semalam dan meninggal pagi tadi.”
Meninggal? Dia beneran tidak saliwang dari panggilan ini ‘kan? Akal sehatnya seakan-akan tumpas hanya sekali indahkan ucapan pria di seberang sana. Jisimnya lunglai, hening mengoyak hunian dan air mata sudah bergumul untuk lekas merabas.
“Mbak?”
“Iya pak. Kirimi saya alamat rumah sakitnya ya.”
Panggilan berakhir bertepatan dengan Rusita mendekati dia seraya bertanya, “Ada apa?” namun, dia tidak menjawab dan memilih berurai air mata untuk meluruhkan kesedihan yang tidak dapat dibendung lagi. Padahal baru semalam mereka menjadi sepasang kekasih.
Baru semalam mereka merajut kasih dengan dipenuhi bunga-bunga dan kelakar. Langsung sirna ketika mendengar berita serta panggilan. Dunia dan rencana yang dia damba telah hancur tak terbentuk. Entah dia harus mengabarkan seperti apa kepada keluarga Kamari atas kepergian ini. Di hari yang suci, dia tidak merasakan lagi gegap gempita hari raya.
Dua nona pergi ke rumah sakit guna melihat jisim kaku Kamari untuk kali terakhir, sebelum akhirnya memilih disemayamkan sore nanti. Penampilannya berarakan dengan netra yang sembab. Tiba di ruang mayat, dia kembali berurai air mata seraya memeluk daksa terbaring kaku itu.
“Mana katanya lo mau buat gue nggak sakit dan bebas? Mana Kama? Lo begini buat gue sakit banget. Hancur banget.”
“Jangan begini, Ma. Jangan tinggalin gue.”
“Ayo bangun. Bangun tidurnya terus kita pergi bandara sekarang.”
“Kama.. bangun..”
“Udah Wa, udah. Ikhlasin Kamari pergi ya. Kita juga nggak tahu kalau takdirnya begini.”
Rusita mengelus pundak Kahwa untuk menenangkan barang sedikit, meski itu tidak ampuh bagi dia yang tengah berduka cita di hari raya. Namun, tanpa mereka sadari, ada seorang berpakaian serba hitam berdiri di depan ruang mayat sembari menyeringai.
— BERSAMBUNG. —
0 notes
Text
Polisi Tanggamus Identifikasi Penemuan Mayat di Pekon Sukabanjar
Warga digegerkan temuan mayat diduga korban pembunuhan dan atau penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia di aliran air siring perkebunan yang terletak di Pekon Sukabanjar Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus, Rabu 13 September 2023, malam. Atas hal itu, Polsek Talang Padang dan Sat Reskrim Polres Tanggamus melakukan identifikasi juga mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Batin Manungan (RSUD-BM) Kota Agung guna proses identifikasi lanjutan oleh pihak medis. Identifikasi dipimpin Kasat Reskrim Iptu Hendra Safuan, S.H., M.H dan Kapolsek Talang Padang Iptu Bambang Sugiono, S.H bersama personelnya sehingga ditemukan sejumlah barang bukti dari TKP yang saat ini telah diamankan. Tim juga berhasil mengidentifikasi korban yakni bernama Fadli Bin Arsyad Nasir (52) dengan alamat Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Dusun Kampung Sawah RT 002 Pekon Banjar Agung Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus. Kapolsek Talang Padang, Iptu Bambang Sugiono mengatakan, bahwa pihaknya mendapatkan informasi masyarakat sekitar pukul 22.00 WIB, ada warga yang menemukan mayat korban. "Berdasarkan informasi tersebut, selanjutnya kami mendatangi TKP bersama Kasat Reskrim dan benar ada sosok mayat berada di aliran siring dekat jalan dan perkebunan warga," kata Iptu Bambang Sugiono mewakili Kapolres Tanggamus AKBP Siswara Hadi Chandra, S.I.K., Kamis 14 September 2023. Iptu Bambang Sugiono mengungkapkan, dalam proses identifikasi TKP, pihaknya juga mengamankan sepasang sandal japit warna ungu, sepasang sandal kulit warn coklat, handphone xiomi warna silver gold, topi dan senjata tajam jenis celurit. Selain itu, juga ditemukan dompet warna hitam berisikan KTP, Kartu KIS atas nama Padli, uang tunai terpisah penempatan Rp259.000,- dan Rp86.000,-. "Semua barang bukti telah diamankan di Polsek Talang Padang," ungkapnya. Kapolsek menyebut, tindak lanjut atas temuan mayat tersebut, pihaknya telah memasang garis polisi di TKP, mendatangkan pihak medis Puskesmas Kedaloman dan memeriksa saksi-saksi. "Jenazah selanjutnya dievakuasi korban ke RSUD Batin Mangunang Kota Agung menggunakan ambulance pekon sukabanjar," ujarnya. Dijelaskan Iptu Bambang Sugiono, penemuan mayat diketahui pertama kali oleh Supriyono dan Bayu yang melihat sepeda motor honda beat warna putih lis hijau tergeletak di pinggir jalan raya saat mereka mengendarai kendaraan mobil sekitar pukul 22.00 WIB. Kedua saksi membunyikan klaksonnya karena mencurigai telah terjadi peristiwa begal, setelah itu dari arah perkebunan tiba seorang laki-laki langsung muncul kemudian membangunkan posisi sepeda motor yang posisinya terjatuh. Laki-laki yang belum diketahui identitasnya itu, kemudian membawa sepeda motor tersebut pergi, sehingga kedua saksi merasa curiga, selanjutnya memberitahukan kepada saksi Arnold. Setelah mendapakan informasi itu, saksi Arnol bersama masyarakat mendatangi tempat yang diceritakan oleh kedua warga tersebut dan mereka Arnold mendapati sesosok mayat laki-laki sudah tidak bernyawa dengn luka pada leher dan bibir di aliran air perkebunan. "Setelah identifikasi dan pengecekan jenazah tersebut diketahui ia beridentitas Padli, dengan KTP alamat Dusun Kampung Sawah RT 002 Pekon Banjar Agung, Limau, Tanggamus," jelasnya. Kapolsek melanjutkan, selain mengidentifikasi korban, pihak Polsek Talang Padang juga telah bertemu dengan keluarga korban yang merupakan Pekon Banding Agung Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus. "Dari keterangan keluarganya bahwa korban selama ini juga berdomisili di Talang Padang setelah bercerai dengan istrinya," ujarnya. Ditambahkannya, Polsek Talang Padang bersama Satreskrim Polres Tanggamus bergerak cepat melakukan penyelidikan dugaan pelaku yang menyebabkan korban meninggal dunia. "Sejak tadi malam, Kasat Reskrim juga telah membentuk tim guna melakukan proses penyelidikan. Kami mohon doa masyarakat agar kasus ini segera terungkap," tutupnya. (*) Read the full article
0 notes
Text
Chapter 82
***
Di saluran komunikasi, suara Polly Joan terdengar.
"Frekuensi stabil telah melingkupi seluruh dunia. Tolong jangan khawatir lagi dengan distorsi material."
"Diterima," kata operator Pangkalan Kota Bawah Tanah dengan penuh kegembiraan. "Meskipun saya tidak tahu apa yang anda lakukan, — terima kasih Tuhan, terima kasih."
Kabar terus berdatangan.
"Pangkalan Utara masih bertahan." Sebuah suara muda terdengar. Tampaknya seseorang telah mengambil alih panggilan Dr. Ji.
Kemudian muncul kabar dari Pangkalan Kota Bawah Tanah.
"Formasi pesawat angkut telah mendarat."
"Tolong tandai lokasi para manusia yang selamat di Pangkalan Utara."
"Mulai menerobos."
— Mereka masih memungut bulan purnama di dalam air.
Matahari berangsur-angsur naik. Dalam angin dingin yang melolong, matahari musim dingin menyilaukan, tidak menunjukkan jejak suhu. Dalam rak tabung reaksi, kaca berkilauan. Disana, tampak seperti ada detak jantung memecah udara yang sunyi.
Penduduk asli, pendatang baru, heterogen, tentara militer — mereka hanya berdiri di depan saluran komunikasi, menunggu. Menunggu kabar misi penyelamatan Pangkalan Kota Bawah Tanah, menunggu situasi di Pangkalan Utara. Bahkan tanaman merambat yang telah menjaga Institut masuk dari jendela, mengulurkan cabang-cabangnya.
Mereka juga berbisik sesekali.
"Berapa banyak dari kita yang meninggal?"
"Paman Shu sudah mati, dan mayatnya ada di bawah."
"Dimana Tang Lan?"
"... Aku tidak melihatnya."
Saat mulai menerobos dan serangan balik dimulai, tidak ada seorangpun yang melaporkan situasi di saluran komunikasi, dan semua orang menahan napas.
Menunggu.
Dalam ketegangan yang sunyi ini, Polly Joan bangkit dari komputer.
Langkah kakinya sedikit terhuyung-hyung, entah karena usianya atau emosinya. Dengan suara derit, dia membuka pintu. Hal pertama yang dia lihat adalah Kandang Simpson yang padam — bagian luarnya penuh darah dan mayat, tetapi area Kandang Simpson bersih. Segera, dia mengalihkan pandangannya ke depan.
Di luar pintu laboratorium, sosok hitam yang telah bersandar di dinding perlahan mengangkat kepalanya.
— Sepasang mata tampak kosong. Seperti laut hijau yang ditutupi oleh es selama puluhan ribu tahun.
Mereka baru bertemu dan mereka tahu identitas masing-masing.
Mata biru keabu-abuan Polly Joan penuh dengan kesedihan.
"Nak," katanya lembut.
Lu Feng tidak menjawabnya. Dia melihat ke bawah dan melihat selembar kertas putih yang dipegang Polly Joan di tangannya.
Jari-jari Polly sedikit gemetar. Dia menyerahkan kertas itu ke depan. Di atasnya ada beberapa baris tulisan tangan yang terburu-buru. Tulisan tangan An Zhe tidak indah. Sederhana dan jelas, seperti danau musim semi.
'Polly, terima kasih atas perhatianmu. Aku adalah sampel kebal dari Pangkalan Utara. Frekuensiku mungkin bisa membantumu. Jika masih tidak, aku minta maaf. PS: tolong ingat perjanjian kita.'
"Dia benar-benar sampel yang kebal?" Tanya Polly Joan.
"Sampel itu adalah bagian dari dirinya." Lu Feng mengambil kertas seputih salju dengan jari-jarinya. Suaranya sedikit serak, "Apa yang kau janjikan?"
"Jika suatu hari, Hakim dari Pangkalan Utara datang ke sini," kata Polly "... Katakan saja An Zhe sudah pergi dengan bebas."
Mata Lu Feng tampak memerah.
Suara langkah kaki berat terdengar di belakangnya, seorang pria India berkulit gelap muncul. Rum, yang memegang ransel Anzhe di tangannya, dalam diam menyerahkannya kepada Lu Feng.
Di ransel, ada beberapa benda yang tertata rapi. 'Base Monthly', lencana perak, dan pistol hitam.
Lu Feng meraih tepi ransel dengan jarinya. Dia menunduk dan menatap isinya, tetapi tidak bisa melihatnya dengan jelas.
"Dia dibawa dari Abyss oleh orang-orang kita ... Dia anak yang baik dan dia bersenang-senang di sini." Sambil memandangnya, Polly berbisik, "Aku tahu Pangkalan tidak bisa menampungnya. Apakah kamu tahu dia selama ini ada di sini?"
Mata Lu Feng akhirnya pindah dari ransel ke Polly Joan.
"Aku tidak tahu."
Pupil Polly Joan bergetar. Dia menutup matanya karena kesakitan. "Maaf."
Pertemuan yang tak terduga adalah perpisahan terakhir. Dunia masih memiliki siksaan yang dingin.
Angin dingin bertiup melintasi gunung. Setelah keheningan yang lama, Lu Feng berkata, "Dimana dia?"
"Kandang Simpson adalah medan berkekuatan tinggi dan akselerator partikel. Apapun yang masuk akan dihancurkan oleh aliran partikel berenergi tinggi dan menghilang menjadi fragmen." Polly bergumam, "Kurasa kamu melihatnya."
Terdengar suara ransel jatuh ke tanah dan laras pistol menempel di pelipis Polly.
Lu Feng menatap Polly dengan mata dingin.
"Dimana dia?" Dia mengulangi pertanyaan ini kata demi kata. Semua emosi meledak pada saat itu. Samar-samar, ada kegilaan di matanya yang dingin. Dia seperti seorang tahanan yang dijatuhi hukuman mati, tetapi dia terus mengkonfirmasi hukumannya berulang kali.
Senyum sedih muncul di bibir Polly Joan. Mata penuh kasih sayangnya memandangi langit yang sangat tinggi di luar jendela. Dia tahu bahwa yang dibutuhkan pria di depannya adalah *white-lies, meskipun dia tahu segalanya dengan baik.
*(White lies;kebohongan untuk kebaikan. Lol aku gatau bahasa indonesiannya gimana, jadi aku kasih bahasa inggrisnya aja.)
"Frekuensinya dikirim ke seluruh dunia. Dia akan menyelamatkan seluruh dunia untuk mencegah distorsi." Polly Joan berkata, "Dia tepat di sisimu ... Dia ada di mana-mana."
Lu Feng hanya menatapnya seperti menemui jalan buntu. Jari-jari Lu Feng gemetar dan meregang. Pistolnya jatuh ke tanah, menghantam pagar besi koridor dengan 'tuk', membangkitkan suara dengungan logam yang tak ada habisnya.
"Maaf." Suara Lu Feng serak, "Aku ..."
Dia menutup matanya, mengepalkan tangannya. Tidak mengatakan apa-apa lagi.
"Tidak perlu." Polly memandangnya dengan kasihan. "Kamu bisa menembakku, kamu bisa melampiaskan emosimu sesuka hati, Nak."
"Terima kasih," Lu Feng berkata dengan bodoh, "Jika dia masih di sana. Aku mungkin akan melakukannya."
Ini adalah kalimat paling tenang dan paling putus asa yang pernah didengar Polly Joan.
Mereka berdiri berdampingan di koridor di tengah musim dingin yang dalam keadaan seperti ini. Sampai matahari terbenam yang berdarah menutupi pegunungan dan Abyss, sampai sorak-sorai kemenangan terdengar di laboratorium.
"Monster mundur!"
"Serangan monster menghilang."
"Menerobos masuk Pusat Medan Magnet berhasil."
Kata-kata untuk merayakan kemenangan bercampur dengan pesan siaran. Misalnya, pasukan udara di Pangkalan Bawah Tanah mengorbankan lebih dari 600 orang. Dan jumlah sebenarnya yang selamat di Pangkalan Utara lebih dari 100 orang. Orang juga ingin bertanya mengapa distorsi tidak lagi terjadi. Apa yang ditemukan Intitut?
Kesedihan dan kegembiraan perlahan saling tumpang tindih. Putus asa dan harapan berjalan beriringan. Semuanya beruntung, semuanya ada harganya. Pengorbanan orang yang tak terhitung jumlahnya, pengorbanan satu orang.
Garis air mata mengalir perlahan dari sudut mata Polly Joan.
Tiba-tiba, benda putih merayap dari bahu Lu Feng, dan jatuh di pakaian Polly karena angin. Miselium lembut membentang untuk menyentuhnya.
"Apa ini?" Polly mengambilnya dan bertanya.
"Sampel kebal." Lu Feng berkata, "Benda paling berharga miliknya."
Polly Joan secara alami tahu siapa yang dimaksud Lu Feng. Hanya ada satu 'dia' di antara mereka.
Dia menatap miselium.
"Ini adalah spora aseksual, tubuh perkembangbiakan jamur," dia menyipit.
"Dia tidak pernah memberi tahu kita apa spesiesnya, jadi dia —"
Melihat spora, Lu Feng berkata dengan lembut, "Dia jamur."
Suaranya serak, tetapi seperti memiliki belas kasihan dan kelembutan yang tak ada habisnya. "Dia hanya ... jamur kecil."
***
15 notes
·
View notes
Text
Sinjai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang kaya dengan sejarah, budaya, dan keindahan alamnya. Selain dikenal memiliki wisata hutan Mangrove juga terdapat salah satu destinasi yang tak kalah menarik dan besejarah yakni Taman Purbakala Batu Pake Gojeng. Batu Pake sendiri berasal dari bahasa Bugis yang artinya batu yang dipahat atau sarcophagus. Sementara Gojeng adalah nama lokasi taman ini yaitu Bukit Gojeng. Puncak Bukit Gojeng berada di ketinggian 125 di atas permukaan laut. Dari sini, hamparan rumah-rumah penduduk, kantor pemerintah, sekolah dan pasar sentral di Kota Sinjai terlihat jelas. Sejauh mata memandang, tampak juga deretan Pulau Sembilan di tengah laut. Bukan hanya itu, berdiri di bukit ini, pohon bakau dan tumbuh-tumbuhan lainnya di wilayah Kecamatan Sinjai Timur tampak begitu subur dan sejuk di mata. Bila melihat catatan sejarah, pada zaman pendudukan Jepang di Sinjai, Gojeng sempat dijadikan lokasi pengintaian. Itu tentu bukan tanpa alasan. Karena bukit ini dianggap sebagai titik paling strategis untuk memantau tentara Belanda dan pasukan musuh lain-nya yang merapat ke Sinjai melalui Teluk Bone. Di puncak Bukit Gojeng tepatnya di bawah batu pake’ terdapat kuburan batu. Konon, kuburan ini pernah digali tahun 1982 silam. Saat itu, tim penggali menemukan benda cagar budaya yang diperkirakan berasal dari zaman Dinasti Ming seperti keramik, fosil kayu dan peti mayat. Batu berpahat atau sarcophagus yang terdapat di Gojeng konon dibuat oleh Andi Baso Batu Pake. Lokasi ini merupakan lokasi pemakaman Raja Batu Pake Gojeng dan keluarganya. Situs Batu Pake Gojeng berdasarkan ciri-ciri arkeologisnya, situs pemakaman tersebut bercorak tradisi megalitik. Hal ini dapat diamati pada sistem pembuatan Batu Pake yang dibuat dari batuan dasar (Bed Rock) jenis sedimen lunak. Pahatan tersebut membentuk segi empat. Batu Pake ini umumnya memperlihatkan arah ahadap Timur-Barat dengan ukuran yang bervariasi. Beberapa temuan lainnya yang terdapat pada situs ini berupa alat batu dan manik-manik. Temuan pendukung lainnya berupa sumur batu dan lumpang batu yang ditemukan cukup banyak. Lumpang Batu memiliki ukuran yang bervariasi antara 10 sampai 50 cm sedangkan sumur batu yang ditemukan memiliki diameter antara 50 hingga 200 cm setiap lubangnya. Temuan lainnya berupa altar batu yang ditemukan pada sisi utara yang terbuat dari batu dasar. yang dipahat. Peninggalan kebudayaan megalitik Batu Pake gojeng belum diketahui pertanggalannya. Namun, dengan ditemukannya keramik asing telah memberikan petunjuk bahwa situs Batu Pake Gojeng memiliki hubungan dengan dunia luar sejak periode Dinasti Ming. Di sekitar sarcophagus, beberapa batu berlesung masih terlihat apik. Dulu, batu ini berfungsi untuk menumbuk biji-bijian. Keunikan dari ketinggian arkeologi dan bentukan alam ini adalah sebuah misteri yang belum terpecahkan. Ketika dilakukan penggalian penyelamatan (Rescue Excavation) pada tahun 1982, dikawasan ini ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) bergerak seperti keramik dan pecahan-pecahannya, tembikar sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae, yang diperkirakan dari zaman Dinasty Ming, fosil kayu dan peti mayat. Taman Purbakala memiliki nilai historis tersendiri dimana memiliki tiga tinggalan seperti tinggalan megalitik, artifak, dan ekofak. Tinggalan megalitik terbukti dengan adanya batu berlubang yang berdiameter sangat variatif yaitu antara 15 cm hingga 70 cm. Meskipun demikian secara umum ukuran diameter lubang berkisar 25 cm, 40 cm, dan 50 cm dengan kedalaman 35-60 cm yang merupakan ukuran dominan secara acak dan tersusun, seperti satu lubang besar yang dikelilingi oleh sejumlah lubang kecil atau sederet lubang kecil diapit oleh dua buah lubang besar, sepasang lubang sejajar dengan ukuran yang sama atau berbeda, dan sebagainya. Tinggalan arkeologi lainnya dengan adanya Menhir-menhir kecil yang berukuran tinggi 12-47 cm, lebar antara 20-23 cm. sedangkan peninggalan megalitik yang paling utama dengan terdapatnya bongkahan alami yang memiliki ukuran yang bervariasi. Dan tinggalan batu berpahat persegi yang merupakan titik pusat dari variasi batu berpahat lainnya. Salah satu dari batu berlubang persegi (yang terbesar) hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar situs Batu Pake Gojeng sebagai bekas makam Raja-raja keturunan Raja Batu Pake Gojeng yang pertama. Bukti peninggalan arkeologisnya telah dirapikan dibuat dengan jalan setapak sebanyak 120 buah anak tangga menuju bukit dan dijadikan lokasi obyek daya tarik wisata baik alam maupun budaya. Di dalam areal situs berbagai pohon dapat kita jumpai seperti cemara (casuarinas sp), pohon cenrana yang sudah cukup tua, kalumpang (Stercuilla), kelapa (Cocos Nucivera), Kamboja (Plumera accuminata), Akasia (Casia sp), serta Bougenville (Bougenvillea spectabilis). Dalam mendukung kepariwisataan dilokasi taman ini pemerintah Kabupaten Sinjai dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melengkapi sarana pendukung (Caravanning Sites) seperti renovasi rumah adat Taman Purbakala serta fasilitas lainnya seperti tempat permandian yang telah tua yang diyakini tempat permandian para raja-raja, refreshing kid dengan taman bermain anak-anak seperti ayunan dan luncuran, berbagai species burung yang dikarantinakan dengan variasi kandang seperti burung Rajawali Sumatera dengan kandang besar seluas 6 x 6 m dan tinggi hampir 4 mtr. Sedangkan burung Beo, Nuri Kalimantan, sepasang burung Kutilang, Serta species burung lainnya menempati kandang seukuran 1 x 1,5 mtr dengan tinggi hampir 2 mtr. Jejak-jejak pendahulu tentu saja memperkaya keanekaragaman budaya di daerah bermotto bersatu ini. Tak ayal, sampai sekarang pun, sebagian masyakarat-nya biasa datang ke sini khusus mempelajari budaya daerahnya.
Yogyakarta, Januri 14 th 2021
2 notes
·
View notes
Text
Fans realistis🎬🎬🎬🎬
Aslinya pgn nulis yang "fans realistis" ntar usai daring ya ini dulu deh😚😚😚😚 aku ga bisa lupa cukong ini "ndableg" tetapi hatinya sangat kuat menuju Tuhan🕋🕌🕋 benci iya suka iya jujur keinget notif di Jember kpn ya ini naik bis mudik si evercoss 1 persen awet bingit itu inget aku😭😭😭😭 aku terharu emg dibikin sebel susah benci udah aku maki2 kmrn sebel tingkat dewa marahnya memuncak ga bisa selalu kembali😆🤣😂
Besok ini gaes cukong njaluk dicakot dikulum diemut kpn iki mlebue kong😆🤣🤗🤔
Hallo aku kembali anggep intermezzo gaes oke cupu usai buyar2🤣🤣🤣🤣 saatnya topik berikutnya, tahu khan ya yg namanya kita hidup di jmn now yg penuh dengan ini semua "pendewaan, pencitraan dan tentunya kemunafikan" kita tuh ga jd diri kita sendiri sibuk ngurusin netizen eh ngurusin org ngurusin tetangganya ngurusin org lain nomer 1 bikin eneg🤢🤢🤢🤢🤢 trus yg terparah dr semua itu adl ngekor ngikutin abis yg namanya idola kita dr ujung rambut sampe ujung kaki eneg ga sih, pgn muntah jijik sumpah aku ngerasa ini udah diluar batas kewajaran 🤔🤔🤔🤔
Kenapa aku bilang gitu *lifestyle* akhirnya ngikutin pula iya kalo kita kaya cmn miskin (lgsg jleb) jelas2 lu miskin numpang hidup ortu ye khan ga byr listrik tidur makan gratis gayanya borju😌😌😌😌 lu tahu yg plg ga bnr jmn now adl perempuan tahu bahkan di depan mata kepalaku sendiri aku tahu ngerti ini 2x aku tulis diary inget deh kita flashback pertama pas jmn pertama nikah naik sepur didepan 2 pas itu cewek anak UNEJ yg dibicarain apa?? Shopping sgl macem fashion pdhal ortunya cmn kerja serabutan yg satu petani dan tahu ada org dipikir aku ga mengamati kali ya, dgr jelas uang pangkal admin kos di naikin ma dia😣😣😣 mereka 2cewek sohiban ini gila ortu dikorbanin demi gaya hidup yg begini byk makanya cewek skrg murahan drpd cowok aku tahu sendirilah😏😏😏 pap gampang ga di nikahin asal buat biaya gaya hidup bullshit jilbabhijab jmn now 😏😏😏😏 bnr2 bisanya ga bantu ortu malah memanfaatkan ortunya sendiri😭😭😭😭 dan peristiwa kedua terjadi saat Februari 2018 apa 2019 ya aku ke Sunan Ampel naik KA Penataran pas berangkat enak anak perjaka ngegames sempet ngobrol kasih rama chitato ganteng baik tp keliatan cupu anak baik2 gitu bingung slg curhat cewek jmn skrg koq mahal dikit2 duit gitu😔😔😔😔😔 pdhal jual murah ma om2 dan...tahu ga sih gaes aku ktm hijaber 2 anak kuliahan dr Malang ke sby ngapain?? Cari mall jual perhiasan merk apa gitu harganya sepasang 3juta🙄🙄🙄 ngaku sendiri arisan sebln 7jt blum porotin ortunya buat biaya ini itu, rasan2 kita harus dpt cowok kaya buat biaya hidup oh GOD aku sempet poto burem di smart fren lupa save dmn inget banget wajahnya😥😥😥😥😥 disini udah eneg bingit sumpah hoe...hidup ga cmn begitu doang😌😌😌😌
Lihat sendiri bnr2 sgt bahaya kembaran sumbigwati, basin, budok pecun sampe kimcil ah banyak bagai buih didlm deterjen ngumpul jd satu gitu bilang mandiri ada bantuan pemerintah ikutan ngemis kerja di pemerintah ngemis pacaran jg dibandingin kurang gede ga tahan lama kurang duit kurang ah...cmn suprafit knp suprafit kalo ada avanza😕😕😕😕😕 manis emg bibirnya tp sungguh iblis kelakuannya sok lemah lembut aslinya ular berbisa, koq bisa sesama perempuan menghakimi, eh bego tingkat kebejatan dan kejahatan seseorg bukan dr gender ga semua cowok brengsek cewek blangsak pun banyak bejibun shit😰😰😰
Itu baru gaya hidup, termasuk fashion belum cuci otaknya dianggep idolanya keren plg suci plg kece plg cantik eh...ada idolanya dibilang jelek ga trima, woe...buka mata lu, idolamu jg manusia dr tanah kembali ke tanah, idolamu ga ada nafas jg mati jd mayat, realistis dikit napa, dia jg boker mengeluarkan kotoran bukan bidadari atau malaikat ngerti ga sih lu😌😌😌😌 sdh ditahap *berhalaisme* menyembah thdp manusia kasus ssr bunuh diri slg hantam abcd 🙄🙄🙄🙄 apaan jg org udah bunuh diri yaudah org kita ga ditkp diem aja mengamati aja, eh ada ikutan bunuh diri, selain Jepang dan Korea ada India di Amrik jg banyak negara kita jrg kalo disini aib terbuka makin viral🤣🤣🤣 ngapain hidup itu sama aja yg bunuh diri seolah2 bahagia kebanyakan pny pasangan toxic berada di lingkungan beracun dan idolamu jgn sampe jd racunmu, hrs sama pny jaket exo, sgl macem korea aku pny sepupu emg gitu ajeng sok2an korea narget mnt sejuta seminggu ke bokap nya😣😣😣 katanya kalo cari cowok suami ya kaya udah hedon mereka semua ke pengaruh sok Korea pdhal kalian berpijak di nusantara gaes💚💚💚💚
Aku normal aku pernah di titik ada aku ngefans gila hujan panas cari artikel idola di majalah tp jadinya positif banyak baca jg makin cinta buku, ke perpus, aku lihat hal positif idolaku sempet kecewa iya koq idolaku gini akhirnya tahu sadar diri tahu diri mereka jd manusia belajar dr kesalahan segala macem, didunia ini ga ada yg sempurna, sakit itu perlu kecewa, luka ya hidup harus gitu, jd bijak khan😚😚😚 bukan ngikutin gaya hidupnya ikut beli jaket exo kembaran segank nonton konser pdhal nyusahin ortu mikir🤔🤔🤔🤔
Astaga byk bingit aku kembali ntar dgn season terakhir ya gaes stlh daring, karena bagiku hidup ya sesuai dgn kemampuan mo gaya ya sesuaikan dgn isi kantong, jgn maksa hutang dmn2, tipu sana sini, itu bukan gaya ku, apalagi memanfaatkan org lain bnr2 bukan aku deh itu semua yg kalian pikir kesenangan semu😚😚😚 karena saat tahu apa yang paling membahagiakan dari dirimu sendiri itulah puncak kebahagiaan sejati, kembali ke dalam dirimu, bahagia ada di tanganmu😘😘😘😘 c u again🎬🎬🎬🎬
Yippi saatnya season terakhir gaes😆😆😆 lega nonton film supercute itu berasa sampe ke hati makin love ma om john💋💋💋 ganteng tinggi besar gede teko kene mblarah aduh hot sumpah menggairahkan hot guy Tuhan💚💚💚 suka aku yg gitu ga cmn putih trus gamping lu nyindir sapa hoe ntar anak kpop kejang, sumpah kalo China ma Jepang msh macho kalo Lee Min Ho oke sih yg lain tnd tanya aku tuh jgn2 hobi bedakan jg oh tidak🤣🤣🤣🤣🤣 karena bagiku cowok tuh gitu yg pas gitu macho💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻 kalo cowok cmn nari2 trus bedakan apalagi putihnya haduh...kayak tinggal pakein Wig gitu😆😆😆😆 emg tipeku gitu yg sdkt berkeringat apalagi, mari lapo mari genjot ga yang rapi bingit gitu yg gagah jago berantem tp ga tawuran pokoknya macho adrenalin gitu deh, masak cowok main boneka yg maskulin nah itu maksud akuh😁😁😁😁😁
Jd kmn2 ini ya karena apa yo anak kpop itu lebay seolah twitter pny dia sendiri aku pemakai pengguna twitter udah dr 2009 kdg ngikut trending ga pernah masalah skrg ikutan diolok2 hallo penting ga se ngikutin kpop pada waktunya katanya gitu ga jg keles mungkin dulu suka smkn kesini ceritanya koq mendekati vulgar org korea itu ya, jijik lah aku belum lihat yg skrg sih tp ya tetep hedon gitu deh gayanya, hallo....org di negara kita aja byk yg dibawah garis kemiskinan utang dmn2 gayanya udah borju sok kaya apalagi nonton gituan ditiru mirip deh ntar otaknya jd teracuni hal2 hedon ga cmn berhalaisme, hedonisme, sgl sesuatu diukur uang materi, oh tidak itu khan bahaya kecuali yg nonton org dewasa remaja yg berpikiran dewasa khan ga ada😣😣😣😣😣 demi mirip idola sgl ditiru jaket topi sgl macem ditrendingin apaan ga penting sumpah 😏😏😏 itu benih kadrun garis keras radikal, dr yg model kpop2 gila yg racun selain kpop ga keren lu siapa?? Selera org beda2lah ya hargai cukup knp songong amat jd org heran sumpah😌😌😌😌
Intinya pesennya satu "jadilah fans yg realistis" lihat kedepan hidupmu ada di tanganmu bukan cmn nangkring nonton Drakor dikissing oppa lalu ktm exo hadeh...impian terlalu tinggi hyung 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 lihat idolamu sbg manusia tahu kemampuanmu ukur kemampuan mu jgn cmn nuruti gaya doang ga ada habisnya😚😚😚😚 hidup bukan soal gaya byk harta sgl rupa ttg bgmn "urip iku urip" hidup itu yg memberi kehidupan, bercahaya, bermanfaat bagi manusia yg lainnya😚😚😚
Aku berusaha gitu semampuku kasih pengamen ga ngusir ga nutup pintu macem tetangga sblh dpn yg sok suci😣😣😣 menghargai org ga nyindir nyinyir sblm diganggu, enak simpel hidupku, aku jg ga melukai kalo ga dilukai, aku berbagi resep walo msh standar aja tp ada yg recook itu bahagia, hal2 kecil sederhana yg berarti buat sekitar kita😘😘😘😘 berbagi byk hal tenaga, waktu byk yg tak harus semua diceritakan difoto diupload di story ga penting buat apa biar dikira bidadari sumbing ups😂😂😂 aku tuh gitu suka keceplosan gaes🤣🤣🤣 ga perlu cukup kita dan Tuhan yg tahu, mo jadi idola ya jd diri sendiri aja dulu, kebahagiaan yg berasal dari diri kita itu terpancar koq ga perlu bertopeng, ga perlu sok jd blackpink muslimah aduh gajah badan sumbing ngenes aku tuh ma km😌😌😌😌
Jadi intinya adl gpp kita mengidolakan seseorang byk org asal buang negatif dan save positif yg tak kalah penting adl pikirkan dirimu sendiri sblm org lain dan pastinya hidup normal waras gaya boleh sesuai dgn kemampuan, terus raih masa depanmu yg cemerlang be wise guys😚😚😚 now kutulis di hari Jumat, 27 November 2020 sore mo mandi ah👙👙👙👙
1 note
·
View note
Text
Jawaban Alina (Bagian 2)
Pembacaan cerpen “Jawaban Alina karya Seno Gumira Ajidarma” Oleh; Dian Sastrowardoyo.
youtube
Ini semua gara-gara kamu Sukab.
Sukab yang malang, bodoh dan tidak pakai otak,
Sepuluh tahun lamanya tukang pos itu mengembara didalam amplop, kita tidak pernah tahu apa yang diklakukanya disana. Apakah dia kawin, beranak pinak, dan berbahagia? Atau selama itu dia hanya duduk saja memandang matahari terbenam dengan perasaan kehilangan, sementara langit yang tadinya merah keemas-emasan perlahan-lahan menggelap kebiru-biruan – aku juga tidak tahu bagaimana caranya menikmati senja di dalam amplop Sukab, sebuah ruang yang sungguh-sungguh terdiri dari waktu. Apakah waktu bisa diulang atau bagaimana, aku belum pernah memasuki senja di dalam amplop. Atau, apakah didunia ini sebetulnya seperti didalam amplop ya Sukab, dimana kita tidak tahu apa yang berada di luar diri kita, dimana kita merasa hidup penuh dengan makna padahal yang menonton kita tertawa-tawa sambil berkata, “Ah, kasihan betul manusia.” Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu. Tapi aku tidak mau khayalan, aku tidak mau kira-kira, meskipun usaha kira-kira itu begitu canggihnya sehingga disebut ilmiah, aku mau tahu yang sebenarnya. Apakah ada yang menyaksikan kita sambil tertawa-tawa? Kalau iya, apalah artinya hidup kita ini sukab? Tidakkkah nasib manusia memang seperti ikan, yang diternakkan hanya unutk mengisi akuarium diruang tamu seseorang yang barangkali juga tidak teralalu peduli kepada makna kehidupan ikan-ikan itu?
Aku tidak pernah tahu, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang dialami tukang pos itu didalam amplop, sampai ia keluar sepuluh tahun kemudian dengan wajah bahagia. Ia sudah sepuluh tahun menghilang didalam amplop, tapi ia tidak tampak betambah tua. Apakah waktu di dalam amplop tidak bergerak? Tepatnya apakah senja didalam amplop tidak berhubungan dengan waktu? Apakah tidak ada waktu di dalam amplop Federal Express itu? Hmm. Apakah aku harus peduli dengan semua ini sukab, apakah aku harus peduli? Kamu betul betul merepotkan aku Sukab, dasar lelaki tidak tahu diri.
Sukab yang malang, goblok dan menyebalkan,
Kamu tahu apa yang terjadi sepuluh tahun kemudian? Tukang pos itu tiba di depan rumah kami. Ya, rumah kami. Setelah sepuluh tahun banyak yang terjadi dong Sukab, misalnya bahwa kemudian aku kawin, beranak pinak dan berbahagia. Jangan kaget. Dari dulu aku juga tidak mencintai kamu Sukab. Dasar bego dikasih isyarat tidak mau mendengarkan. Sekali lagi, aku tidak mencintai kamu. Kalau toh aku kelihatan baik selama ini padamu, terus terang harus ku katakana sekarang, sebetulnya aku cuma kasihan. Terus terang aku kasihan sama kamu Sukab, mencintai begitu rupa tapi tidak tahu yang kamu cintai sebetulnya tidak mencintai kamu. Makanya jangan terlalu banyak berkhayal Sukab, pakai otak dong sedikit, hanya dengan begitu kamu akan selamat dari perasaan cintamu yang tolol itu. Tapi bukan cinta taik kucing ini yang sebetulnya ingin ku ceritakan padamu Sukab. Soal cinta ini sama sekali tidak penting.
Kamu harus tahu apa akibat perbuatanmu ini Sukab, mengirim sepotong senja untuk orang yang sama sekali tidak mencintai kamu. Tahu apa akibatnya? Begitu tukang pos itu pulang, setelah menceritakan kenapa kiriman Federal Express bisa terlambat sepuluh tahun, kubuka amplop berisi senja itu, dan terjadilah semua ini. Apa kamu tidak tahu Sukab, senja itu meski cuma sepotong, sebetulnya juga semesta yang utuh? Kamu kira matahari terbenam itu besarnya seperti apa? Seperti apem? Kalau sepotong senja itu di dalam amplop terus sih tidak apa-apa, tapi ini keluar dan lautnya membludag tak tertahankan lagi. Bagaimana aku tahu amplop itu berisi senja Sukab? Aku bukan pengkhayal seperti kamu. Hidupku penuh dengan perhitungan yang matang. Aku tahu betul untung rugi setiap perbuatan, terutama apa untung ruginya untuk diriku sendiri. Betapa pentingnya hidupku selamat, demi suamiku dan anak-anakku. Pura-puranya aku ini juga perempuan yang setia. Itu pula sebabnya, sebelum maupun sesudah kawin aku tidak sudi berhubungan dengan kamu Sukab. Lagi pula aku tidak mencintai kamu. Mau apa? Tapi kamulah yang tidak tahu diri, mengirim senja tanpa kira-kira. Dunia ini jadi berantakan tahu? Berantakan dan hancur lebur tiada terkira.
Setelah amplop itu kubuka dan senja itu keluar, matahari yang terbenam dari senja dalam amplop itu berbenturan dengan matahari yang sudah ada(2). Langit yang biru bercampur aduk dengan langit yang kemerah-merahan yang terus menerus berkeredap menyilaukan karena cahaya keemas-emasan yang menjadi semburat tak beraturan. Senja yang seperti potongan kue menggelegak, pantai terhampar seperti permadani di atas bukit kapur, lautnya terhempas langsung membanjiri bumi dan menghancurkan segala-galanya. Bisalah kau bayangkan Sukab, bagaimana orang tidak panik dengan gelombang raksasa yang tidak datang dari pantai tapi dari atas bukit?
Air bah membanjiri bumi seperti jaman Nabi Nuh. Dunia menjadi gempar, tidak semua perahu yang ada cukup untuk seluruh umat manusia kan? Lagipula sampai kapan kapal dan perahu itu bisa bertahan? Tiada satu kota pun yang selamat, lautan dari senjamu yang membuat langit merah membara itu menghempas dan membanjiri bumi dengan cepat sekali. Gedung-gedung pencakar langit di setiap kota besar di seluruh dunia, gunung-gunung tertinggi di muka bumi, semuanya terendam air. Sukab, bumi ini sekarang sudah terendam air. Dimana-mana air dan langit senja tak kunjung berubah menjadi malam. Segalanya kacau Sukab, gara-gara cintamu yang tak tahu diri.
Sukab yang malang, paling malang, dan akan selalu malang,
Aku menulis surat ini dengan kertas dan pena terakhir di dunia, di atas puncak himalaya. Di depanku ada senuah sampan kecil dengan sepasang dayung dan sebungkus supermi. Itulah makanan terakhir di muka bumi. Sisa manusia yang menjadi pengembara lautan di atas kapal dan perahu telah mati semua, karena kehabisan bahan makanan maupun mayat teman-temannya sendiri. Manusia memang banyak akal, tapi menghadapi senja dari dalam amplop itu tidak ada jalan keluar. Banyak orang mempertanyakan diriku, kenapa aku membuat dirimu begitu cinta menggebu-gebu, padahal cinta secuil pun juga tidak, sehingga kamu mengirimkan sepotong senja itu kepadaku, dan tumpah ruah membanjiri bumi. Tapi coba katakan, tapi itu bukan salahku toh Sukab? Aku tidak mau disalahkan atas bencana yang menimpa umat manusia. Mengapa cinta harus menjadi begitu penting sehingga kehidupan terganggu? Ini bukan salahku.
Air laut kulihat makin dekat, setidaknya setengah jam lagi tempat aku menulis surat ini sudah akan terendam seluruhnya. Aku akan naik perahu, mendayung sampai teler, makan supermi mentah, lantas menanti maut. Akan ku kirim kemana surat ini? Barangkali kamu pun sudah mati Sukab. Semua pengembara di lautan sudah mati. Sedangkan di puncak tertinggi di dunia ini tinggal aku sendiri, dari hari kehari memandang senja yang selesai, dimana matahari tidak pernah terbenam lebih dalam lagi. Semesta dalam amplop itu telah menjadi pemenang dalam benturan dua semesta, namun semesta dalam amplop itu cuma sepotong senja, sehingga dunia memang tidak akan pernah sama lagi. Kalu aku mati nanti, bumi ini akan tetap tinggal senja selama-lamanya. Dengan matahari terbenam separuh yang tidak pernah turun lagi. Langit merah selama-lamanya, lautan jingga selama-lamanya, tetapi tiada seorang manusia pun memandangnya. Segenap burung sudah punah karena kelelahan terbang tanpa henti. Tinggal ikan-ikan menjadi penguasa bumi. Di kejauhan, kulihat Ikan Paus Merah yang menjerit dengan sedih.
Sukab,
Aku akan mengakhiri surat ini, akan ku lipat menjadi perahu kertas, dan ku layarkan ke laut lepas. Bukan tidak mungkin surat ini akan terbaca juga, entah bagaimana caranya, namun siapa pun yang menemukannya akan membaca kesaksianku. Jika tidak, aku pun tidak tahu apa nasib waktu(3). kupandang senja yang abadi sebelum melipat surat ini. Betapapun semua ini terjadi karena cinta, dan hanya karena cinta – betapa besar bencana telah ditimbulkannya ketika kata-kata tak cukup menampungnya. Kutatap senja itu, masih selalu begitu, seperti menjanjikan suatu perpisahan yang sendu.
Selamat berpisah semuanya. Selamat tinggal.
Alina
Pondok Aren, Sabtu 10 Februari 2001
6 notes
·
View notes
Text
memilin benang untuk kemudian tertusuk.
Kau mengutuk aku saat rokokku tersulut katamu, “aku benci melihatmu kesetanan” tapi sayang.. pelukanmu terasa hambar meski bibirmu manis strawberry
Kau memergoki aku di sudut ruangan itu ada banyak asap, ada banyak abu, ada banyak.. mayat-mayat terbakar sisa melacur dengan takdir dan tragedi juga penderitaan yang meronta marah
Dengan sepasang butir matamu kau berhasil menahanku di antara bulir-bulir airmata jatuh terjerembab ke lembah jadi mata air tapi kau tak berhasil menangkapnya di bibirku
Aku.. marah, menangis, meraung, merintih, tertawa sejadi-jadinya segila-gilanya dan kau mendorongku ke dasar palung pertanyaan
Dan aku berhenti di sana,
Sebab, aku tak tahu caranya berenang.
0 notes
Text
Tak tahan mak & ayah selalu bertengkar, budak 11 tahun maut selepas terjun dari tingkat 39
Seorang kanak-kanak perempuan berusia 11 tahun terjun dari tingkat 39 bangunan kediamannya pada 26 November lalu kerana tidak tahan dengan ibu bapanya yang selalu bertengkar.
Keluarga berkenaan tinggal di sebuah pangsapuri di barat Hanoi. Pasangan itu mempunyai pekerjaan yang bagus dengan pendapatan tinggi. Namun kebelakangan ini mereka kerap bergaduh membuatkan kanak-kanak itu berasa sedih.
Pada malam 25 November 2019, ibu bapanya bertengkar sehingga menjerit dan menghempas pintu. Keadaan itu membuatkan mangsa menangis sepanjang malam.
Pagi keesokkan harinya, si ibu terdengar bunyi dentuman yang kuat, tetapi kemarahannya terhadap suami masih membara. Ditambah pula dengan rasa pening kepala, lalu dia terlelap semula selepas memeriksa waktu pada ketika itu.
Tidak beberapa lama kemudian, si ibu bangun dan memanggil anaknya untuk bersarapan. Namun panggilan itu tidak berjawab. Dia pergi menjenguk anaknya di bilik, tetapi tiada kelibat anaknya kelihatan dan hanya tingkap bilik yang terbuka.
Dalam masa yang sama wanita itu terdengar bunyi riuh di tingkat bawah dan ternampak anaknya terbaring berlumuran darah.
Mangsa yang memakai pakaian sekolah ditemui sudah tidak bernyawa dengan percikan darahnya di sekitar kawasan kejadian. Sepasang selipar dan gambar keluarganya turut ditemui di tepi tingkap bilik.
Selepas ternampak anaknya berada di bawah, si ibu terus segera berlari ke tingkat bawah menggunakan tangga kerana tidak mahu menunggu lif. Sebaik tiba di tempat kejadian, dia memeluk anaknya dan menangis pilu.
Bapa mangsa tiba di lokasi kejadian setengah jam kemudian selepas dimaklumkan mengenainya. Pasangan itu menangis meratapi kematian mangsa.
Mayat mangsa dibawa ke hospital untuk tindakan lanjut.
Sumber: China Press, World of Buzz
from The Reporter https://ift.tt/2slMjU0 via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat https://ift.tt/2qFylfm via IFTTT
2 notes
·
View notes
Text
Bab 8: Hantu Mengadakan Pernikahan, Putra Mahkota Menaiki Tandu Pernikahan
Apakah dia harus meraihnya atau tidak?
Xie Lian tetap tenang. Lagipula, dia belum selesai memikirkan semuanya. Apakah dia harus terus bertingkah kuat dan tidak tergoyahkan meski menghadapi kesulitan? Atau apakah dia harus berpura-pura menjadi pengantin baru yang saat ini benar-benar merasa takut, seorang pengecut yang akan mundur dan berusaha untuk bersembunyi?
Pemilik tangan itu cukup sabar dan elegan. Xie Lian tidak bergerak, jadi tangan itu juga tidak bergerak, seolah-olah pemilik tangan itu sedang menunggu jawabannya.
Setelah beberapa saat, seolah dia telah dirasuki setan, Xie Lian benar-benar mengulurkan tangannya.
Dia berdiri dan hendak menyingkirkan tirai yang menghalangi pintu sehingga dia bisa turun dari tandu. Namun, orang yang berada di luar sudah selangkah lebih dulu darinya dan sudah mengangkat tirai merah itu. Orang yang datang itu memegang tangan Xie Lian, meskipun dia tidak memegangnya terlalu erat, seolah takut bahwa dia akan menyakitinya tanpa sengaja. Menghasilkan ilusi bahwa orang tersebut sangat berhati-hati.
Kepala Xie Lian sedikit menunduk. Dia membiarkan orang itu untuk membimbingnya sebelum perlahan meninggalkan tandu. Ketika dia melihat ke bawah, dia melihat tumpukan mayat serigala dan budak basis di kakinya. Mereka tampak seperti telah dicekik sampai mati oleh kain sutra Ruoye. Pikiran Xie Lian sedikit berubah sebelum dia tersandung pelan. Dengan terkesiap kaget, tubuhnya pun mulai terhuyung ke depan.
Orang yang datang padanya itu segera meletakkan tangannya di punggung Xie Lian untuk membantunya. Jadi, dia berhasil menangkap tubuh Xie Lian sebelum jatuh.
Karena dia membantunya, Xie Lian mengambil kesempatan itu untuk meraih pergelangan tangan orang itu dengan mudah. Namun, dia hanya merasakan sesuatu yang dingin dan keras. Ternyata orang yang datang itu mengenakan sepasang vambraces perak.
Vambraces ini sangat indah dan cantik. Terdapat corak kuno yang menghiasi keduanya. Daun maple, kupu-kupu, dan binatang buas yang menyeramkan pun diukir di atasnya. Kedua vembraces itu benar-benar tampak misterius, tidak seperti sesuatu yang berasal dari Central Plains. Sebaliknya, itu justru tampak seperti barang antik dari suku eksotis kecil. Vambraces tersebut melingkar di pergelangan tangan orang ini dengan sempurna, membuatnya tampak halus dan gesit.
Perak sedingin es, tangan pucat pasi. Tampak tak bernyawa, namun, juga tampak mengandung niat jahat dan gairah membunuh.
Xie Lian sebenarnya berpura-pura jatuh, bermaksud untuk mengetes orang itu. Sampai sekarang, Ruoye masih bersembunyi di lengan bajunya yang lebar sambil perlahan memutar dirinya di pergelangan tangan Xie Lian, menunggu saat untuk menerkam. Namun, orang yang datang padanya itu hanya memegang tangannya sekali lagi sebelum kembali membimbing jalannya.
Di satu sisi, kepala Xie Lian masih tertutup kerudung, jadi dia tidak bisa melihat dengan jelas. Di sisi lain, dia juga ingin mengulur waktu. Itulah sebabnya Xie Lian sengaja berjalan dengan sangat lambat. Namun, tanpa diduga, orang itu benar-benar menyamakan langkahnya dengan Xie Lian dan berjalan dengan sangat lambat juga. Sesekali, tangan orang itu akan menopang dan menariknya, seolah dia takut Xie Lian akan kembali jatuh.
Meskipun Xie Lian sangat waspada dan berjaga-jaga, ketika dia melihat bagaimana orang ini memperlakukannya, dia tidak bisa tidak berpikir, "Jika orang ini benar-benar hantu pengantin pria, dia benar-benar bersikap sangat lembut dan sangat perhatian."
Pada saat itu, Xie Lian tiba-tiba mendengar suara gemerincing yang sangat jelas. Setiap kali mereka berdua mengambil langkah, suara yang sangat jelas itu akan terdengar sekali. Tepat ketika dia sedang berpikir suara apakah itu, raungan binatang buas yang tertahan tiba-tiba terdengar dari segala arah.
Serigala liar!
Tubuh Xie Lian sedikit bergerak ketika Ruoye di pergelangan tangannya tiba-tiba mengencang.
Siapa yang tahu, sebelum dia bisa melakukan apa-apa, orang yang memegang tangannya itu dengan ringan menepuk tangannya dua kali seolah dia sedang menghiburnya dan memberitahunya untuk tidak khawatir. Kedua tepukan itu cukup ringan untuk bisa dianggap sebagai langkah yang sangat lembut. Xie Lian sedikit terkejut sebelum dia menyadari bahwa raungan pelan itu telah menghilang. Ketika dia mencoba untuk mendengarkannya lagi dengan cermat, Xie Lian tiba-tiba menyadari bahwa serigala itu tidak meraung atau menggeram. Sebaliknya, mereka merintih.
Suara-suara itu jelas adalah suara yang dikeluarkan oleh binatang buas ketika mereka merasa begitu ketakutan. Rintihan yang dikeluarkan oleh binatang buas ketika mereka tidak bisa lagi melangkah, tangisan di saat-saat terakhir mereka sebelum mereka mati.
Rasa ingin tahu Xie Lian tentang orang ini menjadi lebih kuat. Saat ini, dia hanya ingin melepas kerudungnya dan melihat orang itu sebelum dia melakukan hal lain. Namun, dia tahu bahwa tindakan itu bukanlah sesuatu yang pantas. Oleh karena itu, Xie Lian hanya bisa mengintip melalui celah kecil di kerudungnya sebelum dia mencoba untuk mengumpulkan gambaran-gambaran kecil, meskipun dia gagal untuk mendapatkan gambaran besar.
Dengan pandangan sekilas itu, Xie Lian melihat ujung jubah merah. Dan di bawah jubah merah itu ada sepasang sepatu bot kulit hitam. Mereka saat ini berjalan dengan langkah santai.
Langkah orang ini agak ceroboh, dicampur dengan tolakkan yang ringan dan cepat di setiap langkah. Membuatnya tampak seperti remaja yang bersemangat. Namun, dia berjalan seolah-olah telah memiliki tujuan yang kuat di dalam benaknya, membuatnya tampak tidak bisa dihentikan. Siapa pun yang berani menghalangi jalannya hanya akan hancur menjadi debu. Hal ini membuat Xie Lian tidak bisa menentukan dengan tepat orang seperti apa pemuda ini sebenarnya.
Sementara dia masih menebakan-nebak di dalam benaknya, sesuatu yang putih dan mengerikan tiba-tiba muncul dalam penglihatannya.
Itu adalah tengkorak.
Langkah Xie Lian berhenti sejenak.
Dengan hanya memandangnya sekilas, Xie Lian bisa mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan posisi tengkorak itu. Jelas tengkorak itu berada di bagian sudut semacam array spiritual. Jika seseorang menyentuhnya, Xie Lian takut bahwa seluruh array akan meluncurkan serangan. Namun, dengan langkah orang di sampingnya ini, sepertinya dia tidak menyadari ada sesuatu di sana. Xie Lian baru saja sedang memikirkan apakah dia harus memberitahu remaja ini atau tidak ketika dia mendengar suara 'ka-cha'. Disertai suara remuk yang begitu tragis, Xie Lian menyaksikan dengan tatapan kosong saat kaki orang di sebelahnya ini menginjak tengkorak itu dan menghancurkannya menjadi debu.
Kemudian, seolah dia tidak melihat atau merasakan apa-apa, orang itu dengan acuh tak acuh menginjak debu tengkorak tersebut dan terus berjalan.
Xie Lian: "..."
Orang ini benar-benar... hanya dengan satu langkah... menghancurkan seluruh array ini... menjadi debu tak berguna...
Pada saat itu, langkah orang di sampingnya ini tiba-tiba berhenti. Jantung Xie Lian bergerak cepat, berpikir bahwa bocah itu akan melakukan sesuatu yang lain. Namun, remaja itu hanya berhenti sejenak sebelum dia kembali membimbingnya berjalan. Setelah dua langkah kemudian, suara-suara benda jatuh menggema lembut dari atas kepala mereka, seperti suara hujan yang menghantam payung. Ternyata beberapa saat yang lalu, remaja itu membuka payung sebelum memegangnya di atas kepala mereka berdua.
Meskipun sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal ini, tapi Xie Lian tidak bisa tidak memuji remaja ini karena telah begitu bijaksana. Akan tetapi, dia merasa agak aneh. Apakah sedang hujan?
Di dalam pegunungan yang sunyi dan gelap, di dalam hutan yang dipenuhi dengan rumput liar―jauh di kedalaman pegunungan, sekelompok serigala liar menghadap bulan dan melolong. Xie Lian tidak tahu apakah itu karena pesta pembantaian baru saja terjadi, tetapi di udara yang dingin, aroma darah perlahan-lahan mulai tercium.
Situasi dan pemandangan tersebut keduanya memikat iblis. Namun, remaja ini menggenggam tangannya dengan satu tangan dan mengangkat payung dengan tangannya yang lain sambil perlahan-lahan membimbingnya ke depan. Tanpa alasan sama sekali, hal itu membuat perjalanan mereka tampak romantis dan mesra, seperti mereka jatuh cinta dengan tulus dan tak terpisahkan.
Hujan aneh itu datang dengan cara yang aneh dan pergi dengan cara yang aneh juga. Tidak butuh waktu lama sebelum suara tetesan air hujan yang mengenai payung itu menghilang. Dan remaja itu juga berhenti. Sepertinya dia telah menyingkirkan payungnya. Di saat yang sama, dia akhirnya melepaskan tangan Xie Lian sebelum berjalan selangkah mendekat kepadanya.
Tangan yang menggenggamnya dan membawanya ke sini itu dengan ringan menyentuh kerudungnya sebelum mengangkatnya dengan perlahan.
Xie Lian telah menunggu saat-saat ini selama perjalanan mereka ke sini. Dia sama sekali tidak bergerak saat dia melihat kerudung merah yang menempel di depan matanya perlahan menghilang—
Kain sutra Ruoye bergerak!
Bukan karena remaja itu telah mengungkapkan niat membunuh. Sebaliknya, Xie Lian berniat untuk mengambil inisiatif dan menyerang terlebih dahulu. Mereka bisa mengobrol baik-baik setelah orang itu tidak bisa bergerak.
Siapa yang mengira bahwa setelah kain sutra Ruoye terbang, ia membawa hembusan angin yang kencang. Kerudung merah tua terlepas dari tangan sang remaja, terbang ke atas sebelum jatuh sekali lagi. Xie Lian hanya punya waktu melihat bayangan seorang remaja berpakaian merah sebelum Ruoye bergerak menyerang.
Tanpa diduga, remaja itu tiba-tiba hancur menjadi ribuan kupu-kupu perak. Mereka menyebar menjadi pecahan cahaya keperakan, tampak seperti angin bintang yang berkilau dan mempesona.
Meskipun ini benar-benar bukan tempat dan waktu yang tepat, Xie Lian tidak bisa tidak mengagumi pemandangan itu setelah dia mundur dua langkah. Pemandangan itu benar-benar terlalu indah, seolah-olah itu adalah adegan fantasi yang hanya bisa dilihat dalam mimpi seseorang.
Pada saat itu, seekor kupu-kupu perak terbang dengan santai di depannya. Xie Lian tidak berhasil memeriksanya dengan cermat sebelum kupu-kupu itu terbang mengitarinya dua kali. Setelah itu, kupu-kupu itu pun menyatukan dirinya kembali ke dalam angin bintang yang berkilauan, berubah menjadi bagian dari cahaya keperakan yang memenuhi langit. Dengan kepakan sayap mereka, ribuan kupu-kupu itu terbang ke atas.
Setelah beberapa saat, Xie Lian akhirnya menyadarkan dirinya dari tertegun. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya, "Jadi pada akhirnya, apakah remaja itu adalah hantu pengantin pria atau bukan?"
Menurut pendapatnya, dia terus merasa bahwa remaja ini bukanlah hantu pengantin pria. Jika dia adalah hantu pengantin pria, maka serigala liar di Gunung Yu Jun seharusnya adalah bawahannya. Tetapi jika memang begitu, mengapa serigala-serigala itu menjadi takut ketika mereka melihatnya? Selain itu, array spiritual yang mereka lihat di jalan saat mereka ke sini seharusnya adalah array yang dibuat oleh hantu pengantin pria. Namun, remaja itu baru saja dengan santai... menghancurkan array itu menjadi sampah.
Di sisi lain, jika remaja itu bukan hantu pengantin pria, mengapa dia datang untuk merampok tandu pengantinnya?
Semakin Xie Lian berpikir, semakin aneh pula situasi ini dalam pikirannya. Xie Lian melemparkan kain sutra Ruoye ke pundaknya saat dia berpikir, "Lupakan saja. Ada juga kemungkinan bahwa dia adalah seseorang yang kebetulan lewat. Untuk saat ini, kesampingkan dulu soal remaja itu. Alasan mengapa aku berada di sini lebih penting."
Xie Lian melihat ke sekeliling sebelum mengeluarkan suara terkejut. Ternyata di kejauhan, benar-benar ada sebuah bangunan. Berdiri di sana, tampak tidak menarik dan terlarang.
Sejak remaja itu membawanya ke sini, dan karena bangunan itu telah terkunci dengan hati-hati dalam sebuah array yang membingungkan ini, maka sudah menjadi keharusan bagi Xie Lian untuk masuk dan melihatnya.
Xie Lian mengambil beberapa langkah ke depan sebelum dia tiba-tiba berhenti. Dia berpikir sejenak, sebelum berbalik dan mengambil kerudung pernikahan yang tergeletak di tanah. Sambil menepuk debu yang ada di sana, dia memegang kerudung itu di tangannya sebelum berjalan kambali menuju gedung.
Dinding merah bangunan itu terlihat cukup tinggi, dengan batu bata yang tampak berbintik-bintik. Sebenarnya, bangunan itu tampak mirip dengan kuil tua untuk dewa di sebuah kota. Selain itu, berdasarkan pengalaman Xie Lian, struktur bangunan tersebut memungkinkan bahwa itu adalah kuil dewa bela diri. Benar saja, Xie Lian mengangkat kepalanya dan melihat tiga kata besar terukir pada logam di bagian atas pintu depannya. Kata-kata disana tertulis:
"Kuil Ming Guang!"
Dewa bela diri wilayah Utara, Jenderal Ming Guang. Dewa yang disebutkan Ling Wen saat terakhir kali mereka berkomunikasi melalui array komunikasi spiritual; Jendral Pei yang dupa-dupanya dibakar dengan makmur di Utara. Tidak heran jika mereka tidak menemukan Kuil Ming Guang di sekitar dan malah menemukan Kuil Nan Yang sebagai gantinya. Ternyata Kuil Ming Guang di daerah ini berada di dalam Gunung Yu Jun. Namun, kuil ini telah lama terkunci oleh array yang membingungkan. Mungkinkah... ada hubungannya antara hantu pengantin pria dan Jenderal Ming Guang?
Namun, Jenderal Ming Guang ini, bisa dikatakan bahwa dia adalah seseorang yang sombong akan kesuksesannya dan angkuh karena kekuasaannya. Selain itu, posisinya di Utara juga sangat stabil. Xie Lian secara pribadi tidak percaya bahwa dewa bela diri semacam itu akan mau terlibat dengan makhluk jahat seperti hantu pengantin pria. Di sisi lain, sesuatu seperti dengan malang membiarkan makhluk jahat menempati tempat mereka ketika mereka tidak menyadari apa pun, bukanlah sesuatu yang aneh. Sementara mengenai kebenaran di balik semua itu adalah, lebih baik membuat kesimpulan setelah menyelidiki lebih banyak hal lagi.
Xie Lian berjalan mendekat. Pintu kuil itu tertutup tetapi tidak terkunci. Jadi, langsung terbuka setelah hanya dengan satu kali dorongan. Setelah dia membuka pintu, bau aneh menusuk indra penciumannya.
Bukan seperti bau debu yang ditemukan di tempat yang sudah lama tidak berpenghuni. Bukan, bau ini seperti bau busuk yang samar.
Xie Lian berjalan masuk dan menutup pintu depan, membuatnya seolah-olah tidak ada yang memasuki kuil. Di tengah aula utama, sebuah patung Ilahi terletak di altar persembahan. Tentu, patung Ilahi ini menggambarkan sang dewa bela diri dari Utara, Jenderal Ming Guang.
Banyak objek humanoid, seperti, patung, boneka, dan lukisan, yang semuanya adalah sesuatu yang mudah terjangkit oleh pengaruh jahat. Oleh karena itu, hal pertama yang dilakukan Xie Lian adalah berjalan maju dan memeriksa dengan teliti patung Ilahi itu.
Setelah lama memperhatikan, kesimpulan Xie Lian adalah: patung Ilahi ini dimodelkan dengan sangat luar biasa. Patung itu tampak memegang pedang bermata dua serta mengenakan sabuk yang terbuat dari batu giok di pinggangnya. Selain itu, patung tersebut pun memiliki wajah yang tampan dan tampak mengesankan. Tidak ada masalah sama sekali dengan patung Ilahi ini. Apalagi bau busuk itu juga tidak berasal dari patung ini. Dengan demikian, Xie Lian berhenti memperhatikannya dan berbalik. Dia memutuskan untuk menuju ke belakang aula utama untuk melihatnya.
Namun, saat Xie Lian berbalik, dia membeku di tempat saat pupilnya menyusut.
Sekelompok wanita mengenakan gaun pengantin merah tua dan tertutup kerudung berdiri kaku di hadapannya.
Selain itu, bau busuk yang tercium samar-samar itu berasal dari tubuh para wanita ini.
Xie Lian dengan cepat menenangkan dirinya, sebelum mulai menghitung wanita-wanita itu dengan cermat. Satu, dua, tiga, empat... dia menghitung sampai hitungan ke-tujuh belas.
Mereka benar-benar tujuh belas pengantin yang hilang di wilayah Gunung Yu Jun!
Warna merah pada beberapa gaun pengantin yang dikenakan oleh beberapa pengantin wanita itu tampak agak pudar, dan pakaian itu sendiri tampak usang dan tua. Pengantin-pengantin itu seharusnya adalah orang-orang yang hilang lebih dulu. Di sisi lain, beberapa gaun pengantin yang dikenakan oleh pengantin wanita lainnya tampak baru. Gaya gaun itu juga populer pada saat ini. Selain itu, bau mayat membusuk yang berasal dari mereka pun cukup ringan. Pengantin-pengantin itu seharusnya adalah orang-orang yang hilang baru-baru ini. Xie Lian berpikir sejenak sebelum membuka kerudung salah satu pengantin wanita.
Wajah di bawah kerudung merah itu tampak sangat pucat. Warna kulitnya benar-benar putih, sebenarnya, terlihat agak hijau. Diterangi cahaya bulan yang redup, dia tampak sangat menakutkan. Namun, hal yang paling menakutkan adalah, meskipun otot-otot wanita itu telah kaku setelah kematiannya, pada wajah yang kaku dan bengkok itu, dia masih tersenyum kaku.
Xie Lian melepas kerudung wanita di sebelahnya. Sekali lagi, mulut wanita itu melengkungkan senyuman yang sama.
Faktanya, semua orang yang meninggal di ruangan ini mengenakan gaun pengantin sambil tersenyum bahkan dalam kematian mereka.
Di samping telinganya, Xie Lian tampak mulai mendengar suara anak yang sebelumnya tengah menyanyikan lagu aneh yang sama seperti sebelumnya. "Pengantin baru, pengantin baru, pengantin baru di tandu pernikahan merah... mata dipenuhi air mata, melewati gundukan gunung, di bawah kerudung tidak menahan senyum yang naik..."
Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh yang sepertinya berasal dari luar kuil.
Suara yang benar-benar aneh. Sangat aneh, sulit untuk menggambarkan suara itu terdengar seperti apa. Sebenarnya, itu terdengar seperti dua tongkat yang mengetuk lantai saat digulung dengan kain tebal. Juga terdengar seperti ada sesuatu yang berat melekat pada benda bergerak tersebut, sehingga membuatnya menyeret sesuatu yang berat itu di lantai dengan susah payah. Suara itu mulai terdengar dari kejauhan tetapi bergerak dengan sangat cepat. Dalam sekejap, suara itu sudah terdengar seperti berada di luar pintu depan kuil. Dengan suara 'krieet' panjang, pintu kuil didorong terbuka.
Terlepas dari apakah itu seseorang yang datang atau semacamnya, kemungkinan besar dia adalah hantu pengantin pria. Dan sekarang, makhluk itu sudah kembali!
Tidak ada jalan keluar di ujung aula utama, dan tidak ada tempat baginya untuk bersembunyi. Xie Lian hanya berpikir sejenak sebelum dia melihat para pengantin wanita berdiri di sampingnya. Segera, dia menutupi kepalanya dengan kerudung pengantinnya lagi sebelum berdiri di dalam kelompok pengantin wanita itu, menjadi diam dan tidak bergerak.
Jika hanya ada tiga hingga enam mayat di sini, maka tentu saja akan mudah bagi orang lain untuk melihat sesuatu yang salah hanya dengan sekali lihat. Namun, saat ini ada tujuh belas mayat di sini. Kecuali seseorang menghitungnya satu per satu seperti yang Xie Lian lakukan, akan sangat sulit bagi orang itu untuk segera menyadari bahwa seseorang tengah bersembunyi di sana.
Dia baru saja menempatkan dirinya di tengah kumpulan pengantin itu ketika dia mendengar derap langkah sesuatu masuk ke dalam ruangan.
Ketika Xie Lian berdiri di sana tanpa bergerak, dia mulai berpikir suara apakah itu. Pada akhirnya, apa itu? Dengan jeda di antara setiap suara, itu terdengar seperti langkah kaki seseorang. Namun, makhluk seperti apa yang memiliki langkah seperti itu? Jelas itu bukan remaja yang membawaku ke sini. Remaja itu berjalan dengan cara yang sangat tidak tergesa-gesa dan menyenangkan, dan suara gemerincing lonceng mengiringi langkahnya.
Tiba-tiba, Xie Lian memikirkan sesuatu. Hatinya langsung menegang. Ini buruk! Tingginya berbeda!
Bagaimanapun, semua mayat ini adalah tubuh wanita. Sedangkan dia adalah pria sejati! Dia secara alami jauh lebih tinggi daripada mayat-mayat ini. Meskipun tidak ada yang tahu bahwa ada orang tambahan di kumpulan ini pada pandangan pertama, tapi akan mudah bagi mereka untuk memperhatikan bahwa ada seseorang yang terlihat sangat tinggi.
Namun setelah memikirkan beberapa hal yang lain, Xie Lian kembali tenang. Dia memang cukup tinggi. Tetapi, gadis muda itu, Little Ying, hanya menyisir rambutnya menjadi gaya rambut sederhana. Dia tidak berbuat banyak pada rambutnya.
Di sisi lain, para pengantin wanita ini semua berdandan. Rambut mereka disisir begitu tinggi sehingga untaian itu praktis menjulang ke atas. Selain itu, berkat mahkota phoenix yang mereka kenakan, bagian atas kepala mereka menjadi potongan besar yang lebih tinggi. Jika semua itu ditambahkan, beberapa pengantin wanita ini mungkin tidak akan lebih pendek darinya. Bahkan jika dia tinggi, hal itu tidak akan terlalu mencolok.
Saat dia memikirkan itu, Xie Lian sekali lagi mendengar derap langkah yang ia dengar sebelumnya. Kali ini, sepertinya hanya berjarak dua zhang[1] dari lokasinya.
[1] Masing-masing sepuluh kaki dalam ukuran Cina, masing-masing sekitar 3,3 m.
Setelah beberapa saat, dia kembali mendengar derap langkah itu. Kedengarannya seperti suara itu bahkan lebih dekat dengannya sekarang.
Xie Lian akhirnya menyadari apa yang dilakukan hantu pengantin pria itu.
Dia sedang mengangkat kerudung setiap pengantin wanita untuk memeriksa wajah mayat pengantin disana satu per satu!
"Bang!"
Jika dia tidak bergerak sekarang, kapan waktu yang tepat? Kain sutra Ruoye terbang sebelum mengempas ke hantu pengantin pria.
Kemudian, Xie Lian mendengar suara keras sebelum kabut hitam mulai memenuhi ruangan. Dia tidak tahu apakah kabut itu beracun atau tidak. Karena dia tidak memiliki kekuatan spiritual yang melindungi tubuhnya, dia segera berhenti bernapas ketika dia menutupi hidung dan mulutnya dengan tangan. Di saat yang sama, dia mendesak kain sutra Ruoye untuk menari dan membuat angin, sebagai upaya untuk menghilangkan kabut di sana dengan cepat.
Tiba-tiba, dia kembali mendengar suara derap langkah. Xie Lian menyipitkan kedua matanya sebelum dia melihat bayangan pendek dan kecil melewati pintu depan kuil. Dengan pintu kuil yang terbuka lebar, segumpal kabut hitam mulai bergerak keluar menuju hutan.
Xie Lian membuat keputusan cepat sebelum dia segera mengejar makhluk itu. Tanpa diduga, dia belum melangkah jauh ke luar kuil ketika, di dalam hutan, nyala api membumbung ke langit. Dari kejauhan, sekelompok teriakan yang dipenuhi dengan niat membunuh melayang di udara. "Ayo pergi!"
Suara seorang anak muda terdengar menggaung. "Tangkap makhluk jelek itu dan bantu orang-orang kita menyingkirkan kejahatan! Tangkap makhluk jelek dan bantu orang-orang kita menyingkirkan kejahatan! Untuk urusan hadiah, kita bisa membaginya secara merata di antara kita!"
Dia adalah pemimpin muda yang ditemuinya di depan kedai teh. Xie Lian mulai mengeluh di dalam hatinya. Kelompok orang ini sebelumnya telah mengatakan bahwa mereka akan melakukan pencarian di gunung. Tanpa disangka-sangka, mereka benar-benar datang! Awalnya, kedatangan mereka akan baik-baik saja karena ada array membingungkan yang menutupi seluruh pegunungan. Namun, array itu sudah dihancurkan oleh remaja itu! Para kucing buta ini benar-benar menemukan tikus mati; dengan demikian, mereka benar-benar menemukan hantu pengantin pria!
Xie Lian melihat lagi. Arah di mana orang-orang itu berada... sepertinya kebetulan adalah arah yang sama dengan arah yang dilewati oleh hantu pengantin pria!
Xie Lian mengambil kain sutra Ruoye dan bergegas ke sana. Dia mulai berteriak, "Berdiri di sana dan jangan bergerak!"
Semua orang di sana berhenti sejenak karena terkejut. Xie Lian ingin terus berbicara ketika anak muda itu dengan sungguh-sungguh mulai bertanya, "Nona muda, kamu telah ditangkap oleh hantu pengantin pria dan dipaksa ke Gunung Yu Jun, bukan? Siapa namamu? Kami datang ke sini untuk menyelamatkanmu, kamu bisa tenang sekarang!"
Xie Lian terkejut sesaat oleh kata-kata konyol itu. Kemudian, dia akhirnya ingat bahwa dirinya mengenakan gaun pengantin wanita. Belum ada cermin di kuil Nan Yang, jadi dia tidak tahu bagaimana penampilannya sekarang ini. Namun, berdasarkan reaksi tersebut, gadis muda, Little Ying rupanya cukup bagus dengan apa yang dia kerjakan. Hal itu karena, setelah orang-orang itu terkejut, mereka mulai memperlakukannya sebagai pengantin asli. Selain itu, anak muda itu mungkin berharap bahwa dia adalah pengantin ke-tujuh belas, jadi akan lebih mudah baginya untuk mengambil hadiah.
Tapi, biar bagaimanapun, dia tidak bisa membiarkan penduduk desa ini berkeliaran ke semua tempat dalam kondisi ini. Tetapi dia juga tidak bisa menjamin bahwa hantu pengantin hantu pria itu masih belum melarikan diri. Untungnya, pada saat ini, dua remaja berpakaian hitam akhirnya berhasil menyusul. Melihat mereka, Xie Lian segera berteriak. "Nan Feng, Fu Yao, cepat kemari dan bantu aku!"
Tanpa diduga, setelah dua dewa bela diri kecil itu menoleh mengikuti suara Xie Lian, mereka berdua mulai menatap kosong ke arahnya. kemudian, secara bersamaan mereka mundur dua langkah. Xie Lian harus memanggil mereka beberapa kali sebelum mereka akhirnya bereaksi.
Melihat itu, Xie Lian bertanya, "Kalian datang dari sana, kan? Apakah kalian menemui sesuatu dalam perjalanan ke sini?"
Nan Feng menjawab, "Kami tidak!"
Mendengar hal itu, Xie Lian berkata, "Itu bagus. Fu Yao, cepat ikuti jalan ini dan lakukan pencarian. Lihatlah ke segala penjuru dan pastikan hantu pengantin pria itu belum kabur."
Setelah Fu Yao mendengar ini, dia segera berbalik dan pergi. Xie Lian melanjutkan, "Nan Feng, jaga tempat ini dan pastikan tidak ada satu orang pun yang boleh pergi. Jika Fu Yao tidak berhasil menemukan hantu pengantin pria itu di pegunungan, maka hantu pengantin pria itu pasti sedang bersembunyi di antara kelompok orang-orang ini!"
Ketika mereka mendengar kalimat Xie Lian, semua pria kekar itu tertegun. Si anak muda sudah menyadari bahwa dia bukan seorang wanita, sehingga dia adalah orang pertama yang berbicara. "Tidak ada yang boleh pergi? Kenapa kami harus mendengarkanmu?! Apakah tidak ada hukum di negeri ini! Semuanya, jangan dengarkan mereka..."
Anak muda itu bahkan belum berdiri dengan benar ketika Nan Feng mengulurkan telapak tangannya. Tiba-tiba, sebuah pohon tinggi dengan batang tebal patah menjadi dua bagian dan jatuh ke tanah. Semua orang di sana segera mengingat bahwa remaja itu akan menyerang sebelum kalimatnya selesai. Jika mereka dipotong menjadi dua seperti pilar yang telah dia hancurkan sebelumnya, maka membayar mereka dengan uang bahkan tidak ada artinya. Jadi, semua orang pun diam.
Anak muda itu berbicara lagi. "Kamu bilang hantu pengantin pria ada di dalam kelompok ini, jadi dia harus ada di kelompok ini? Semua orang di sini memiliki nama depan dan nama belakang! Jika kamu tidak percaya padaku, datang ke sini dan gunakan api untuk menerangi wajah kami! Periksa kami satu per satu!"
Xie Lian berkata, "Nan Feng."
Nan Feng mengambil obor yang dipegang oleh pemuda itu dan mulai memeriksa mereka satu per satu. Alis setiap orang dipenuhi keringat. Beberapa orang tampak tegang, beberapa orang merasa bingung. Beberapa terlihat bersemangat, beberapa terlihat sangat hidup. Xie Lian tidak bisa melihat penyebabnya. Maka, dia berjalan ke depan kelompok itu dan berkata, "Semuanya. Maafkan ketidaksopananku sebelumnya. Tetapi, aku telah melukai hantu pengantin pria itu, dan dia berhasil lolos. Tapi dia pasti belum pergi jauh. Dua teman kecilku ini tidak menjumpainya di jalan ketika mereka datang kemari, jadi aku khawatir dia mungkin bersembunyi di antara kelompok kalian. Aku harus menyusahkan semua orang untuk saling memperhatikan satu sama lain. Periksa dengan jelas wajah semua orang, dan pastikan tidak ada orang yang tidak kalian kenal di sini."
Ketika mereka mendengar bahwa hantu pengantin pria mungkin ada di dalam kelompok mereka, semua orang segera merasakan darah mereka mendingin. Mereka tidak berani berbuat ceroboh ketika mereka mulai menatap satu sama lain dengan cemas. Selanjutnya, mereka mulai memainkan game 'kamu lihat aku, aku akan lihat kamu'. Setelah mereka saling menatap selama beberapa saat, tiba-tiba, seseorang berteriak dengan nada yang aneh. "Kenapa kamu ada di sini?"
Jantung Xie Lian berdetak kencang saat dia bergegas dan bertanya, "Siapa itu?"
Anak muda itu menyambar obor yang dipegang orang lain sebelum menerangi bagian sudut. Dia berteriak, "Gadis jelek ini!"
Orang yang dia tunjuk benar-benar... Little Ying. Di bawah cahaya, wajah Little Ying dengan hidung bengkok dan mata sipitnya tampak agak bengkok dan kaku. Seolah-olah dia tidak tahan ketahuan dengan begitu mencolok, dia mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya dari tatapan semua orang. Kemudian, dia mulai berbicara, "Aku... aku hanya tidak bisa merasa tenang, jadi aku memutuskan untuk datang dan melihat..."
Melihat bagaimana dia bergetar karena ketakutan, Xie Lian mengambil obor di tangan pemuda itu sebelum bertanya kepada semua orang. "Bagaimana?"
Semua orang mulai menggelengkan kepala. "Tidak ada orang yang tidak kita kenali."
"Kami telah melihat semua orang di sini sebelumnya."
Nan Feng bertanya, "Mungkinkah makhluk itu menempel pada tubuh seseorang?"
Xie Lian berpikir sejenak sebelum menjawab. "Itu tidak mungkin. Makhluk itu solid."
Nan Feng mengingatkannya. "Tetapi, makhluk itu sudah berada di peringkat 'Kemurkaan'. Sulit untuk mengatakan apakah makhluk itu bisa mengubah bentuknya atau tidak."
Saat mereka berdua merasa ragu di sini, anak muda itu adalah orang pertama yang mulai berteriak. "Hantu pengantin pria bukan salah satu dari kami! Kamu juga melihatnya dengan jelas, bukan?! Jika kamu melihatnya dengan jelas, maka biarkan kami pergi!"
Suara-suara yang tersebar mulai menggemakan kata-katanya. Xie Lian mengalihkan pandangannya ke arah orang-orang itu sebelum berkata, "Semua orang, tolong tetap di depan kuil Ming Guang, jangan pergi."
Semua orang ingin mengeluh, namun, ketika mereka melihat ekspresi keras dan serius Nan Feng, tidak ada yang berani. Pada saat itu, Fu Yao kembali dan melaporkan, "Makhluk itu tidak ada di sekitar kuil."
Mendengar itu, Xie Lian menatap kerumunan orang di depan kuil Ming Guang. Kemudian, dia pun menyatakan, "Kalau begitu, hantu pengantin pria itu pasti ada di antara kerumunan ini."
0 notes
Text
Chapter 38
***
Di dalam mobil Lu Feng, An Zhe tertidur.
Dia bangun karena perasaan bahaya dalam instingnya. Dia membuka matanya dan menemukan bahwa mobil telah berhenti di pintu Mercusuar. Kolonel itu membuka pintu di sampingnya dan menatapnya dari posisi itu.
"Apakah kamu tidak tidur tadi malam?" Suara kolonel cukup dingin untuk membuatnya membeku.
An Zhe masih linglung. Dia menggosok matanya dan menenangkan diri sebelum keluar dari mobil.
Akibatnya, karena dia begitu mengantuk, dia tidak berdiri dengan kokoh dan dia jatuh ke depan ke arah Lu Feng. Sepasang lengan kuat memegangnya. An Zhe akhirnya berdiri dengan kuat dan tidak jatuh, dia benar-benar terbangun.
Interior Mercusuar hening dan sibuk seperti biasa. Ketika mereka berjalan menyusuri koridor di lantai pertama, empat tentara membawa dua mayat ditutupi kain putih, lewat. Se Lan mengikuti mereka dengan wajah yang sedikit pucat. Begitu dia melihat Lu Feng, dia menjelaskan dengan singkat, "Ada kecelakaan eksperimental dan mereka terinfeksi."
Lu Feng sedikit mengangguk dan membawa An Zhe ke lift untuk pergi ke lantai 10.
Dr. Ji berdiri di tengah koridor lantai 10. "Kamu disini."
Lu Feng bertanya, "Ada apa?"
"Aku ingin meminjam anak imutmu untuk sesuatu." Dokter menoleh ke An Zhe. "Ikut denganku."
An Zhe tidak tahu bagaimana dia menjadi milik Lu Feng tetapi dia mengikuti. Dokter membawanya ke laboratorium tempat Sinan dikunci.
Melalui dinding kaca transparan, An Zhe bisa melihat Sinan.
Namun, itu bukan Sinan. An Zhe mendekatkan dirinya ke dinding kaca. Di dalamnya ada serangga hitam.
Sedikit lebih besar dari ukuran asli Sinan dan setengah dari ukuran orang dewasa. Ada dua mata majemuk hitam di kepalanya, warna perak gelap mengalir di dalamnya. Di antara kedua mata majemuk itu terbentang sepasang antena, sementara sayap-sayap tembus pandang panjang membawanya terbang. Perutnya ramping dan ditutupi dengan rambut abu-abu gelap. Rambut yang sama juga menutupi seluruh badan.
Seperti seekor lebah.
Pada saat ini, ia terbang di sekitar kandang transparan ini, tubuhnya terus-menerus mengenai dinding kaca. Tampaknya ingin melarikan diri tetapi dadanya, perut dan anggota tubuhnya terus bergetar seperti sedang menanggung rasa sakit yang hebat.
"Kondisinya abnormal. Gelombang otak sangat berbeda dari catatan sebelumnya dalam database. Aku menduga dia masih mempertahankan kesadaran manusia dan dia berjuang melawan naluri spesies heterogen. Aku tidak bisa berkomunikasi dengannya secara efektif sehingga aku mengundangmu untuk mencoba."
Dengan cara ini, An Zhe berdiri di depan komunikator.
"Sinan," serunya. Sayap Sinan berkibar tetapi dia sepertinya tidak mendengar apa-apa dan terus terbang di sekitar ruang kaca.
Namun, An Zhe yakin bahwa untuk sesaat, mata majemuk itu meliriknya.
"Sinan," dia bertanya. "Apakah kamu ingat Lily?"
Terdengar bunyi gemerisik pendek, dan setelah beberapa saat kemudian, lebah abu-abu menabrak dinding kaca bahkan lebih keras. Dia menatap Sinan dan dengan lembut bertanya-tanya, "Apakah kamu punya sesuatu untuk dikatakan padanya."
Sayap Sinan bergetar dengan liar, tetapi ia telah kehilangan organ manusia untuk bisa berbicara, dan dia hanya bisa memberi gelombang pada radiograf.
Dr. Ji berkata, "Gelombang radio telah berubah. Dia mengerti. Siapa Lily?"
Mata An Zhe kosong.
Percakapan antara dia dan Lily adalah sebuah rahasia yang tidak boleh diketahui, tetapi sekarang tidak ada cara lain.
Satu jam kemudian, pintu lab terbuka. An Zhe berbalik. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah gaun putih.
"Nyonya Lu?" Suara Dr. Ji sedikit terkejut. "Mengapa kamu di sini?"
An Zhe mengangkat kepalanya, di pintu ada seorang wanita dengan sikap elegan dan lembut. Dia memiliki rambut hitam panjang, diikat ke belakang kepalanya. Dia mengenakan masker biru muda dan hanya sepasang mata hitam lembut yang bisa dilihat.
Tubuhnya agak montok dan ini membuatnya terlihat lebih baik. Gadis yang dia pegang dengan tangan kanannya adalah Lily. Ada juga dua anggota staf Eden di kiri dan kanan.
"Tingkat distorsi di Taman Eden telah meningkat dalam tiga bulan terakhir. Aku harus menyerahkan laporan ke Mercusuar dan meminta mereka untuk membuat keputusan akhir."
Dia juga berkata, "Aku baru menerima permintaan aplikasi Mercusuar untuk Lily, untuk dia membantu dalam pekerjaan tertentu dan datang ke sini."
Dr Ji berkata, "Terima kasih."
"Ini tidak biasa." Nyonya Lu menyerahkan Lily kepada Dr Ji. "Tolong perlakukan dia dengan baik."
"Tolong yakinlah."
Setelah mereka menyerahkan Lily, Nyonya Lu perlahan memutar kepalanya. Di sisi lain ruangan itu ada Lu Feng. Dia telah mengawasinya sejak pintu laboratorium dibuka.
"Kamu di sini juga," katanya.
Mata Lu Feng menunduk sedikit dan dia berkata, "Ibu."
"Sepertinya ini penelitian yang penting." Nyonya Lu menatapnya.
Pada saat ini, salah satu dari mereka berada di depan pintu kamar dan yang satunya di sudut diagonal ruangan. Mata mereka bertatapan. Nyonya Lu terlihat lembut dan mata Lu Feng tenang.
An Zhe menyaksikan adegan ini dan intuisinya mengatakan kepadanya bahwa ada aura tersembunyi yang tidak diketahui dalam tatapan ini, tetapi dia tidak bisa mengerti.
10 detik kemudian, Nyonya Lu berkata, "Aku harus pergi."
Dua anggota staf yang bersamanya berbalik dan mereka melindunginya. Langkah kaki itu hilang dan Dr. Ji menutup pintu.
"Tahun ini adalah tahun ke-35 Nyonya Lu bekerja untuk Taman Eden." Matanya tampak tertegun. "Dia benar-benar wanita hebat. Mengapa kamu tidak mengatakan beberapa kata lagi padanya?"
Lu Feng menatap pintu perak yang tertutup. "Kami belum bertemu untuk waktu yang lama."
"Itulah sebabnya kamu harus berbicara dengannya lebih banyak lagi. Apakah pekerjaanmu di Pengadilan membuatmu berdarah dingin dan kejam? " Dr Ji bertanya-tanya. "Ingat ketika aku membantumu merusak kamera pemantauan di lantai 20 ketika kau masih kecil sehingga kau bisa lari menemuinya. Permen yang diberikan Nyonya Lu sangat lezat."
"Dr. Ji, kurangi berbicara hal buruk."
Dr. Ji mengangkat bahu. Tiga detik kemudian, dia tiba-tiba berkata, "Aku melakukannya dengan mulus saat itu. Apakah kamu berpikir kamera pemantauan telah diperbaiki setelah bertahun-tahun?"
Lu Feng melirik Lily kemudian An Zhe. "Sepertinya tidak."
Lily sudah menempel di dinding kaca. Matanya menatap spesies heterogen berbentuk lebah di balik kaca. Ada kegembiraan karena melihat sesuatu yang baru di matanya yang selalu kosong. "Apakah ini seekor lebah?"
Lebah abu-abu bersandar di dinding kaca seberangnya. Gerakannya menjadi macet, kemudian lebah itu jatuh, dan setelah beberapa saat ia mengejang kesakitan.
"Sepertinya kesakitan." Lily melirik An Zhe, dia tampaknya menyadari dan bertanya, "Apakah kamu ingin aku datang dan melihat lebah?"
An Zhe berbisik. "Itu Sinan."
Lily tertegun. Tepat ketika An Zhe berpikir dia akan menunjukkan kesedihan, dia tiba-tiba tertawa.
"Sinan." Dia berkata kepada lebah abu-abu di seberang dinding kaca, "Kamu terbang."
Dia tidak memiliki rasa takut di matanya. Dia belum pernah melihat monster membunuh, juga tidak pernah diperingatkan untuk menjauh dari spesies heterogen. Seekor lebah tidak berbeda dari manusia di mata anak itu. Dia bahkan tidak terkejut bahwa Sinan telah menjadi lebah.
Mungkin karena di mata anak kecil, dunia selalu begitu tak terduga.
"Radiografnya berantakan lagi." Dr Ji memperhatikan alat itu. "Hanya tiga detik yang lalu, gelombang otaknya sangat mirip dengan manusia."
Dr. Ji menepuk bahu Lily. "Lily, bantu kami."
"Ada apa?'
"Kesadaran Sinan sedang berjuang melawan kesadaran lebah. Mungkin kamu bisa membantunya bangun. Bisakah kamu terus berbicara dengannya? "
"Ya," Lily mengangguk. "Bisakah kamu mengubahku menjadi lebah?"
"Jika kamu juga menjadi lebah maka Eden akan menembakku. Akan lebih baik jika kamu bisa berkomunikasi dengannya. Kita perlu tahu bagaimana dia terinfeksi. Sumber infeksi pasti dari Eden tetapi tidak ada yang ditemukan sejauh ini. Hanya dengan menemukannya sesegera mungkin kami dapat memastikan keamanan Kota Utama. "
"Baik." Lily meletakkan tangannya di dinding kaca. "Bisakah kamu membayarku?"
Dr Ji bertanya, "Apa yang kamu inginkan?"
"Aku tidak ingin berada di lantai 20." Lily meletakkan pipinya di kaca.
"Maaf, itu di luar kemampuanku."
"Yah, kurasa." Lily melihat kembali ke lebah abu-abu. "Aku akan bekerja keras."
Dia memang bekerja keras sepanjang sore tetapi kondisi Sinan terkadang-kadang baik dan buruk. Dia hanya memberikan umpan balik normal beberapa kali, tetapi menurut Dr. Ji, situasi ini jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dia memutuskan untuk terus mengundang Lily besok.
Dokter sedang sibuk dengan tugas penelitian lain dan Lily tidak suka berkomunikasi dengan orang lain sehingga dalam beberapa hari ke depan, An Zhe juga akan menemani Lily dan Sinan di Mercusuar.
Pada pukul tujuh malam, kekuatan fisik dan energi Lily sebagai seorang anak telah habis dan dia dikirim kembali ke Eden. An Zhe juga bisa pulang kerja. Dia tertidur di mobil pada siang hari dan hampir terbunuh oleh Lu Feng. Kali ini, dia telah mempelajari kesalahannya dan selama perjalanan dia terjaga.
Demikian juga, dia dengan tenang menghadap pintu kamarnya.
Pintunya tertutup.
Satu detik, dua detik, tiga detik.
Sampai suara Lu Feng yang sedikit usil terdengar di belakangnya. "Kenapa kamu tidak masuk?"
An Zhe menarik napas dalam-dalam. Pergi ke pipa tadi malam adalah salah satu dari dua keputusan paling salah yang pernah dibuatnya dalam hidupnya. Keputusan lainnya adalah ketika ia pergi dari Abyss pada malam tanggal 14 Februari.
Dia menyesalinya.
Kolonel secara alami memahami kesulitannya dan mengatakan kepadanya, "Kantor Kota Utama membutuhkan tiga hari untuk menerbitkan kartu identitas baru. Kamu harus menemukan tempat tinggal sampai saat itu."
Setelah berbicara, dia dengan tenang membuka pintu rumahnya dan berjalan masuk. Menutup pintu dengan perlahan-lahan.
Di sisi lain pintu, An Zhe menatapnya, sedikit mengernyit sambil menggigit bibir bawahnya dengan lembut, dia tampak sedang memikirkan sesuatu.
Lu Feng tidak berbicara dan hanya mengawasinya. Waktu berlalu dengan tenang.
Kemudian An Zhe berbalik dan menekan tombol lift. "Kalau begitu aku pergi ke Se Lan."
***
14 notes
·
View notes
Text
0 notes