#Perokok Dewasa
Explore tagged Tumblr posts
Text
Produk Tembakau Alternatif Disebut Lebih Rendah Risiko, Peneliti Beberkan Hasil Kajian
POROSKOTA.COM, JAKARTA – Produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, kantong nikotin, hingga rokok elektrik, berdasarkan kajian ilmiah, memiliki profil risiko hingga 90 persen – 95 persen lebih rendah dibandingkan rokok. Praktisi sekaligus peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Amaliya menjelaskan, produk tembakau alternatif memiliki profil risiko…
View On WordPress
0 notes
Text
Kapan Nikah?
Iya. Entah kenapa pertanyaan ini jadi lebih sering terdengar akhir-akhir ini. Dari orang tua, saudara, nenek, uwak, bibi, tapi untungnya teman-teman nggak ikutan nanya (karena satu pikiran dan senasib juga kali ya ehehe). Mungkin karena sudah pertengahan 25, dan kebanyakan dari mereka sudah menikah di umur segitu. Ibu pernah bilang, "kalau bisa disegerakan, kenapa harus ditunda? ibu juga nikah umur 26, berarti kamu tahun depan". Ya bukannya gak mau, masalahnya emang belum nemu yang cocok aja.
Karena ditanya terus, jadi mulai kepikiran lagi, apa emang udah waktunya ya? Tapi kayaknya belum deh. Kenapa harus buru-buru banget? Mau kemana sih emangnya?
Buat manusia yang overthinking macam aku, jangankan menikah, memutuskan buat memulai hubungan sama seseorang aja perlu pertimbangan panjang. Bukannya gak mau, tapi sepertinya memang ada banyak ketakutan dalam diriku sendiri. Mungkin karena terlalu banyak melihat pengalaman orang-orang terdekat dan kasus-kasus di sosial media (yang tiap hari ada aja cerita aneh nya), sadar atau nggak, membuatku semakin sulit untuk bisa percaya sama seseorang. Apalagi untuk dijadikan teman hidup dalam waktu yang panjang.
Kalau ditanya maunya yang kayak gimana, sebenarnya semakin hari sepertinya aku juga semakin paham aku butuh orang yang kayak gimana, sampai-sampai bikin list kriteria pasangan yang panjang (dan mungkin bakal terus bertambah).
Sepupuku pernah bilang, "wah susah kalau mau nyariin buat faza mah, standarnya tinggi banget". Ucapan itu bikin aku mikir panjang, emang iya ya standarku ketinggian? Perasaan, aku juga gak muluk-muluk deh. Gak menuntut harus yang ganteng banget, kaya raya dan punya speknya kayak nabi juga.
Semua kriteria yang aku tulis juga bukan tanpa alasan. Peduli dengan kesehatan tubuh sendiri. Bukan peminum dan perokok, karena dua hal itu memang merusak tubuh dan berdampak ke orang lain juga. Jauh dari judi dan mental berhutang, karena punya pemahaman finansial yang sehat itu penting banget. Bisa menempatkan diri, bisa serius dan bercanda dalam kondisi tertentu. Bertanggung jawab, sabar dan bijak dalam menyelesaikan masalah, dewasa secara pikiran dan udah selesai dengan dirinya sendiri. Kalau bisa yang seenggaknya 2 tahun lebih tua, walau umur bukan satu-satunya faktor penentu kedewasaan, tapi sepertinya lebih baik begitu. Punya tujuan hidup yang jelas dan sejalan, karena itu yang bisa bikin manusia tetap bertahan di tengah dunia yang ada-ada aja ujiannya. Nyambung, bisa (dan mau) diajak diskusi untuk semua hal, karena komunikasi adalah kunci. Bukan penganut patriarki yang ingin serba dilayani. Yang penting bisa menghargai pasangan sebagai teman hidup dan mau diajak berkembang bersama. Saling percaya dan menghargai kepercayaan. Oh iya satu lagi, gak selingkuh dan gak abusive (secara fisik dan mental) juga. Kalau masalah zodiak, weton, suku atau mbti kayaknya aman, asal cocok aja wkwk.
Kalau dibilang terlalu muluk-muluk, bukankah seharusnya itu bare minimum untuk semua orang yang siap menikah, ya? Sekarang aku belum bisa yakin untuk mencari juga karena aku rasa aku masih belum siap dan pantas untuk orang dengan kriteria itu. Masih harus banyak memperbaiki diri, dan masih belum selesai dengan diri sendiri. Kalau sekadar cari pasangan biar gak kesepian, kayaknya terlalu melelahkan kalau ujungnya cuma main-main aja. Jadi, untuk apa diburu-buru, kalau ujungnya malah gak sesuai dan melahirkan banyak masalah baru? Belum lagi kalau berencana punya anak. Menikah bukan hal yang mudah, dan bukan sebuah keharusan saat sudah mencapai umur tertentu.
Gak sesederhana itu.
Aku juga baru sadar kalau ternyata kenal dan mencoba buat terbuka sama orang baru juga perlu effort yang sangat besar. Coba untuk berkompromi, berani buat memulai, dan membuka obrolan juga ternyata melelahkan. Tapi gak apa-apa, namanya juga usaha.
Jadi sepertinya lebih baik gak usah dipaksakan. Biar mengalir seperti biasa, sambil terus memperbaiki diri sendiri. Aku masih percaya kata orang, "kalau jodoh gak akan kemana".
Yang jelas, gak usah buru-buru, yang penting ketemu sama orang yang tepat di waktu yang tepat juga.
Semoga.
Tambahan: semoga mereka juga paham dan gak nanya-nanya terus, kayak mau nyariin dan biayain aja *eh 😀
3 notes
·
View notes
Text
Mbah kung
Bulan ramadhan telah usai, keluarga kecil ku berkesempatan untuk silaturahmi ke jogja H+1 lebaran. Kami mendapat 5 hari untuk bertemu keluarga.
H -1
Mama bilang kalau mbah kung semalaman tidak bisa tidur karna asmanya kambuh. Mbah uti qodarallah lupa kalau obat mbah kung habis, sehingga mbah kung terlambat minum obat. Siang harinya mbah uti minta popok dewasa karena mbah kung tidak bisa beranjak dari ranjangnya.
Tibalah hari H ketika kami harus kembali ke perantauan, berpamitan dengan mbah kung dan semuanya, ternyata mbah kung tangannya hangat. "Hmm berarti mbah kung masih nggak enak badan" pikirku dalam hati.
H -2
Sebelum benar benar harus kembali ke perantauan, mama mengabarkan kalau mbah kung dibawa ke rumah sakit paru dan harus rawat inap. Mama minta doa supaya mbah kung cepat sembuh dan bisa segera balik ke rumah.
takdir tetaplah takdir.
Allah takdirkan kondisi mbah kung menurun hingga harus double infus. Fungsi paru, hati dan ginjal mbah kung menurun, bisa dikatakan bermasalah. Mungkin salah satunya karena mbah kung sudah konsumsi obat sejak awal mula menderita asma akut. Ditambah mbah kung suka minum teh manis :).
Sejak aku pindah ke jogja, mbah kung yang ku kenal adalah perokok berat hehe :) beliau merokok salah satunya dengan cerutu, tingwe, alias linting dewe.
Lalu aku lupa tahun berapa tepatnya, mbah kung harus dirawat di RS karena asma akut. Sejak saat itu beberapa kali mbah kung harus bolak balik RS karena kambuh lagi kambuh lagi. Hingga akhirnya mbah uti memutuskan untuk rawat jalan bismillah dengan konsumsi obat teratur. Hmm ya mbah kung sejak saat itu sudah jarang bahkan hampir tidak pernah ke RS lagi.
Hingga akhirnya bude mengabarkan kalau mbah kung harus dirujuk ke ICU.
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
Mbah kung kembali kepada Allah, yang menciptakan mbah kung, yang memberi mbah kung nyawa dan rezeki selama mbah kung hidup.
Semoga semua amal, ibadah dan kebaikan mbah kung diterima Allah dan dosa dosa mbah kung dihapus oleh Allah dan mbah kung berada di tempat terindah di sisi Allah, aamiin.
***
Mengenang kembali masa kecilku saat aku harus "dikirim" kembali ke jogja. Hal yang paling aku ingat tentu disuapin mbah kung. Tidak hanya aku, tapi semua cucunya disuapin mbah kung dengan lauk "jangan pedes" dan tempe mendoan. Kami makan dengan lahapnya hingga tambah porsi hehe :)
Rindunya aku saat dulu sering ikut mbah kung ke sawah untuk mengusir burung, mengecek padi, dan saat musim panen tiba, ikut mengangkut padi untuk dibawa ke rumah. Bermain dengan padi yang sedang dijemur, hingga melihat padi yang sedang digiling.
Tak lupa juga mbah kung bilang "dulu kamu sukanya bilang "nggak mau" gitu" sambil tersenyum dan tertawa kecil :) dan sekarang kata kata itu menular ke anak pertamaku...
Tak lupa lagi masa masa SD ketika diantar jemput oleh mbah kung dengan motor pitungnya >.< dan masa SMP kelas 1 dengan motor mio merah dan jaketnya.
Sekarang mbah kung sudah tidak "menggeh menggeh" lagi, Mbah uti sekarang tidur sendiri. Mbah uti yang cengeng mungkin sekarang masih sangat rindu dengan mbah kung.
Semoga mbah kung sudah memaafkan kesalah dan kenakalanku.
Terima Kasih, Mbah Kung 🤍
3 notes
·
View notes
Text
Katanya dunia setelah dewasa adalah bebas
Dulu saat masa sebelum aku memasuki umur legal (disini 17 tahun) aku selalu berandai, enak bukan ya? Menjadi dewasa dan sebebas itu? Pikiran kecilku saat itu sebal dengan segala larangan yang tidak boleh aku lakukan sebelum memasuki umur legal. Menonton film dengan rating 18+ (padahal aku penasaran dengan alur ceritanya), membaca novel dengan rating 18+ juga (dengan alasan sama dengan menonton film), mencoba rokok dan alkohol, atau mungkin hal lainnya. Seingatku sangat banyak sekali hal yang dikekang dari orang yang umurnya belum 'legal'.
Pikiran kecilku mulai merancang masa depan. Aku bilang pada diriku "Oh kalau aku udah dewasa aku akan balas dendam membeli semua buku yang tidak boleh ku eli sebelumnya", "Oh aku akan mencoba alkohol dan berpesta malam, kedengarannya menyenangkan!" "Oh akan ku tonton semua film di layar lebar dengan rate 18+" "Aku akan punya pacar, dan kita bisa menghabiskan banyak waktu dengan berduaan" "Oh aku akan jalan-jalan malam hingga lula waktu" "Oh aku akan bekerja dan menghasilkan banyak uang!". Aku berpikir, betapa menyenangkannya hidupku nanti, melakukan banyak kegiatan sebebas itu.
Ah tapi anak kecil itu memang banyak berandai ya? Tidak, bahkan sampai sekarang saat dewasa, aku masih berandai menjadi orang paling kaya nomor 1 di dunia.
Semua karangan cerita yang kuimpikan itu sedikit lenyap saat aku meginjak 15 tahun. Bahkan masih membutuhkan sekitar 2 tahun sebelum aku menginjak usia legal. Entah karena pengaruh media sosial atau memang aku yang memiliki masalah ini. Padahal sebelumnya, aku telah mengalami yang namanya ditekan oleh ekspektasi, tapi selama ini aku tidak merasa terbebani karena kata orang kecerdasanku termasuk di atas rata-rata. Tetapi, tak pernah rasanya aku mengalami yang namanya dibunuh oleh pikiran sendiri. Aku mulai mengenal yang namanya kecemasan, tidak percaya diri dan overthinking. Tekanan yang awalnya tidak pernah ku anggap ada itu, kini rasanya seperti beban yang berat. Ia menjeratku, menghantuiku. Saat itu aku masih bisa berpikir, "Coba aku orang dewasa, banyak kegiatan yang bisa kulakukan demi melupakan masalah-masalahku". Aku masih bisa berandai betapa menyenangkannya menjadi dewasa.
Saat 15 tahun, itu adalah usia sekolahku menginjak bangku SMA. Sebenarnya jika bisa dikatakan, lingkungan pergaulan untuk anak yang termasuk unggulan, adalah lingkungan pergaulan yang baik. Tidak ada namanya berbuat pelanggaran, bahkan kami sangat takut apabila tidak melakukan yang terbaik dalam mengerjakan tugas. Tapi saat itu entah aku naif atau telah dibutakan cinta monyet, aku jatuh cinta kepada anak yang terkenal pembuat onar di sekolah. Jatuh cinta kusebut begitu karena hubungan yang kukira abal-abal ini ternyata berdampak padaku hingga saat ini. Sebenarnya sederhana dan konyol alasanku bisa jatuh hati padanya, dia tidak suka sirup merah.
Mengenal sang pembuat onar, aku jadi melihat langsung, bahkan berhubungan dengan orang yang suka melanggar norma kehidupan. Ya, maksudku, ia tidak peduli dengan hal legal dan illegal. Ia adalah perokok dan peminum di usianya yang 15 tahun. Bukan berarti aku terikut arus dengannya, aku hanya ingin memberitahu, dari dia lah aku mengetahui secara langsung mengenai dunia orang dewasa. Dari sana juga, aku semakin melihat berbagai macam tipe manusia. Aku mempunyai sisi lain saat melihat gelandangan, orang mabuk, dan sebagainya. Bahkan pacarku sendiri, si pembuat onar. Mereka punya alasan yang berat, sehingga berakhir seperti itu. Seperti kekasihku saat itu, ia punya alasan kenapa ia suka berantam bahkan tawuran, membolos, melanggar peraturan, bahkan aktif dalam merokok dan minum alkohol. Suatu hari saat aku melihat secara langsung ia dipukuli oleh ayahnya yang mabuk berat, saat itu aku sadar betapa kerasnya kehidupan si pembuat onar.
Aku jadi berpikir, apakah masalah orang dewasa seberat itu makanya itu impas dengan kebebasan yang mereka miliki?
Sejak saat aku memergoki si pembuat onar yang dihabisi ayahnya, esoknya juga ia langsung meminta putus dariku. Katanya, ia malu terlihat menyedihkan di mataku.
Dari mengenal si pembuat onar aku jadi memiliki bekal saat aku sudah memasuki usia dewasa. Saat aku berusia 17 Tahun di hari ulangtahun ku, aku tidak merasakan apa-apa. Aku tidak se-gembira itu menginjak umur 17 tahun. Lagi pula aku harus mengurus KTP untuk dapat melakukan semua kegiatan dewasa itu secara legal.
Umur 18 Tahun aku memasuki awal perkuliahan. Mungkin harus aku syukuri, berkat prestasiku sejak SMA, aku tidak perlu bersusah payah untuk dapat masuk ke universitas top di negriku. Kalau mereka yang dengki mengatakan, "Anak jalur undangan menang hoki doang" Ah tapi sudahlah itu tidak penting. Yang terpenting adalah bagaimana kini aku harus bertahan hidup di perantauan dan mengalami orientasi pengenalan mahasiswa baru.
Sejak kuliah, tentunya aku mengenal dunia dan pergaulan yang baru. Jika boleh dibilang saat itu aku seperti bocah norak yang baru dilepas di kota orang. Ya, aku mencoba semua aktivitas yang sedari dulu ingin aku lakukan. Merokok, minum, club malam. Di samping akademik yang tetap harus kupaksa agar tetap dalam nilai baik, aku juga mulai seperti hewan liar. Ya, pada dasarnya kita sebagai homo Sapiens tergolong dalam kelompok hewan (dari ke-5 kingdom). Kusebut hewan liar karena...mereka hidup sebebas itu.
Kebebasan itu menyenangkan, kebebasan itu indah... awalnya. Sampai kudapat kabar Ibu yang selingkuh dan kabur dari rumah, dan ayah yang dalam keadaan kritis di rumah sakit akibat penyakit stroke nya. Kebebasan yang awalnya untuk kebahagiaan, kini aku manfaatkan sebagai pelampiasanku dari masalah. Sebagai alasan pelarianku dari masalah. Kebebasan yang awalnya memiliki makna lepas secara harfiah kini justru kebebasan itu semakin menguburku, mengurungku, mengekangku. Rasanya malah semakin dijerat dan dibelenggu. Kebebasan itu justru seperti sedang menjebakku.
Malam itu, entah berapa botol wiski telah kuteguk. Keadaan sekitarku mulai berputar, samar aku merasa seperti bebas, dilepas di pulau tak berpenghuni yang ombaknya bersuara indah. Aku merasakan angin dan juga cahaya yang nyaman. Aku tidak ingat apa yang terjadi, tapi paginya aku sudah berada di kosanku. Kulihat pesan dari ponsel, ternyata orang yang naksir padaku (aku tidak membalas perasaannya) yang membawaku kemari. Pagi itu aku tidak masuk kelas, karena aku dewasa jadi aku bebas melakukan hal sesukaku. Kunyalakan rokok dan mulai merenung bersandar pada tembok usam kamarku.
Termakan kebebasan membuatku mematikan emosi sehatku. Kuanggap, semua seolah bisa diselesaikan dengan satu bungkus rokok atau meneguk miras. Seolah rasa abu-abu dari rokok atau rasa pahit dan panas dari alkohol dapat menyamarkan semua perasaan gelisah ini. Di saat ini, aku tiba-tiba teringat si pembuat onar. Kasihan sekali dia, semuda itu menggunakan kebebasan sebagai dalih pelarian masalah.
Ternyata terlalu bebas itu justru yang semakin mengikatmu. Semakin kau memiliki kebebasan, semakin kau tidak merasa bebas. Terlalu bebas juga membuatmu sesuka hati bertujuan kemana saja...hingga kau sendiri tidak memiliki tujuan itu.
Aku melihat keluar jendela. Kamarku berada di lantai empat, sehingga dari ketinggian ini dapat kuamati berbagai jenis manusia yang berlalu-lalang, dan kebanyakan dari mereka adalah hewan liar. Aku membuka jendelanya, polusi perkotaan langsung bersahutan dengan asap dari rokokku yang ketiga. Menarik, dari ketinggian ini aku mulai berpikir.
Mungkin dunia setelah dewasa adalah kebebasan yang mereka maksud adalah, kau akan semakin mengejar kematian (kebebasan sesungguhnya).
0 notes
Text
There's an unwritten rules in my writing account that you should have known about. And, It's just How it is.
@ Notrestraat dan AO3 ku adalah js centric. Mohon dibaca bio ku, kalau perlu buka Tumblr yang ada di pinned, pahami rules nya berkali-kali. Salah lapak, minta request yang bukan js centric di zaqa, aku skip ya. Terima kasih.
Revisit my Tumblr if it's necessary.
Both my accounts (X and AO3) are safe spaces for anyone in the LGBTQ+ community.
JIKA kamu adalah BIM, homophobic dan gay fetishizer, this NOT YOUR PLACE. Don't throw a hatred in my space (X and AO3), and please leave the site.
Usia sudah 19 tahun dan di atas 19 tahun. Aku percaya sama yang sudah follow akun ini, baca AO3 ku, baca few tweets ku itu kalian udah di atas 19 tahun. Batas umur follow ini 19 tahun. Kamu belum 19 tahun? Do not follow apalagi interact. Jadi, please, aku mohon banget MDNI. I STRICTLY won't interact with minor. Terima kasih.
Akun dengan keterangan jelas. Please, buat yang follow akun @ Notrestraat harus yang jelas akun kalian buat apa. Untuk baca au saja, fangirl, CA/FA. Keliatan kok mana yang follow aku dari baca end notes AO3 atau link AO3 ku. Jangan kosongan, priv akun yang follow nggak masalah asal bio kalian jelas.
Label MDNI & NSFW. Akunku diberi label MDNI tidak semata-semata memposting cerita dewasa dengan tags 🔞, akun berisi postingan bermuatan dewasa: use local profanity harshwords, penulis adalah perokok (sometimes I tweeted about smoking), sharing about adult things. Jika tidak nyaman dengan hal di atas silahkan memblokir akunku.
0 notes
Text
Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Ini Bahayanya Merokok
TANGERANG – Setiap tanggal 31 Mei, diperingati sebagai Hari tanpa Tembakau Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan tembakau, rokok, khususnya di kalangan anak dan remaja. Merokok adalah kebiasaan berbahaya yang dapat menyebabkan kematian dini dan berbagai penyakit serius. Bahkan, ada riset menyatakan hampir sembilan dari 10 perokok dewasa…
View On WordPress
0 notes
Text
who is Nadia's partner in the future?
bergama islam modern (tida penganut islam kuno)
Menghargai hal kecil yang aku lakukan/katakan
Yang wajahnya menenangkan dan bisa buat betah
Fisiknya lebih tinggi dan lebih besar supaya bisa melindungiku
Yang mau terus belajar untuk jadi lebih baik dari hari ke hari
Kalo ngobrol seru amatt ga krik krik jadi nyambung ngomongin hal sekecil apapun atau sampai memecahkan masalah besarpun
Berasal dari keluarga yang baik baik
Tidak perokok dan lingkungannya juga bukan perokok
Starta ekonominya setara atau lebih, jangan yg kurang karena malah takut jadi dominan dalam urusan ambil keputusan nantinya
Yang menghormati wanita, orang tua, dan anak kecil
Suaranya bikin aku tenang dan tutur katanya yang gak lebayy
Mengizinkanku untuk tetap berkarir di dunia fashion
Yang mau sama sama punya kelompok halaqoh/kajian rutin tiap pekan
Transparansi tentang hal apapun dihidupnya tapi tetap tau batasan privasi
Penampilan rapi dan selalu mempersiapkan diri kalo mau ketemu orang lain
Yang peduli sama diri sendiri dengan merawatnya
Cukup dewasa untuk menghadapi pernikahan dan rumah tangga
Terbiasa dengan anak kecil atau mininal suka anak kecil
Siap berkomitmen dengan berani mengungkapkan mendapat
Fluent english atau kemampuan bahasa inggrisnya diatas aku
Bertanggung jawab
Punya hobi, entah itu olahraga atau apapunn pokonya harus ada hal bermanfaat yg dilakukan ketika me time
Izinin aku tetep punya circle ukhti ukhtii yg continues
Tetep bebasin aku berkegiatan di gk atw komunitas lainn
1 note
·
View note
Text
Penelitian di Inggris Sebut Tembakau Alternatif Dapat Kurangi Kebiasaan Merokok bagi Perokok Dewasa
http://dlvr.it/SvwWwH
0 notes
Text
Grand Opening RELX Flasghip Store Petitenget, Hadirkan Berbagai Inovasi Produk Premium
BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG – Sejak pertama kali berdiri di tahun 2018, RELX berkomitmen untuk melindungi kaum muda dari paparan rokok elektrik dengan menghadirkan Guardian Program. Kini, RELX Flagship Store hadir di kawasan wisata internasional Petitenget tepatnya di Jalan Petitenget 69X Kerobokan Kelod, Badung. Grand Opening RELX Flagship Store, Senin (17/7/2023) ditandai dengan pengguntingan pita dan pemotongan tumpeng oleh General Manager RELX Indonesia, Yudhistira Eka Saputra didampingi Hendry Lie (Hendry) selaku Director PT Plexus Distribusi Modern dan Mitra Bisnis RELX Indonesia, Rivan. Grand opening juga dihadiri sejumlah pejabat dan tokoh setempat. General Manager RELX Indonesia, Yudhistira Eka Saputra mengatakan, RELX senantiasa menghadirkan inovasi produk premium dengan keunggulan desain, teknologi,dan fungsional yang mendukung perokok dewasa untuk mengoptimalkan manfaat dari rokok elektrik sebagai alternatif atau alat bantu berhenti merokok. Dalam menyediakan produk rokok elektrik yang aman, RELX hanya menjual produk yang berkualitas yang didukung oleh sains melibatkan lebih dari 100 ilmuwan khusus dalam R&D melalui proses quality control yang ketat sejak dari pemilihan bahan baku sampai dengan pengawasan di pasaran serta pengujian laboratorium baik internal maupun Laboratorium Independen yang Terakreditasi. “RELX mulai menyasar pasar diluar Cina dengan mendirikan RELX International di tahun 2019 dan masuk ke Indonesia pada akhir 2019. Salah satu alasan RELX masuk ke pasar rokok elektrik Indonesia adalah karena tingkat perokok di Indonesia yang tinggi di mana diperkiraan ada 70 juta jumlah penduduk Indonesia yang merokok. RELX hadir untuk menyediakan alternatif yang lebih rendah risoko bagi perokok dewasa,” ujar Yudhistira. RELX (Responsibility, Empathy, Leadership, and Xperience) merupakan perusahaan produsen rokok elektrik (e-cigarette) asal China yang didirikan pada 2018 oleh Kate Wang, seorang mantan Senior Eksekutif Uber China. RELX membuka toko flagship pertama di Plaza Indonesia. Hingga kini, terdapat lebih dari 570 RELX Store (RS) yang tersebar di lebih dari 70 kota terbentang seluruh Indonesia.RELX telah melakukan ekspansi di beberapa negara Asia Tenggara, antara lain Malaysia dan Filipina. Selain itu, RELX juga melakukan ekspansi bisnisnya di Amerika Utara dan Selatan, Timur Tengah, dan Eropa dalam waktu kurang dari dua tahun. Sekarang RELX telah berada di pasar 40+ negara di seluruh dunia. RELX Indonesia menawarkan desain pod yang modern dan berteknologi tinggi mengingat perkembangan tren gaya hidup masyarakat yang menginginkan produk alternatif nikotin dengan resiko yang lebih rendah. RELX berupaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menghadirkan beragam produk berteknologi tinggi dan varian cita rasa lokal yang berkualitas, sehingga mampu menarik antusiasme masyarakat cerdas untuk menggunakan produk dari RELX yang terjamin dan secara riset lebih sehat dibandingkan rokok konvensional.
Grand Opening RELX Flasghip Store Petitenget, Hadirkan Berbagai Inovasi Produk Premium. Sumber Foto : tis/bpn Konsep toko Flagship terbaru yang terletak di Bali menyediakan tampilan penataan produk yang dibedakan berdasarkan kategori produk, menawarkan layanan pengukiran inisial pada produk dan juga memberikan tampilan penjelasan mengenai perkembangan produk RELX dari waktu ke waktu. Dekorasi toko yang mengadopsi desain khas pulau Bali juga menjadi salah satu konsep terbaru yang hanya tersedia di RELX Flagship Store Bali. RELX menghadirkan inovasi produk premium dengan keunggulan desain, teknologi,dan fungsional yang mendukung perokok dewasa untuk mengoptimalkan manfaat dari rokok elektrik sebagai alternatif dalam menikmati produk nikotin, tagline yang sejalan dengan misi tersebut untuk mengajak semua pemangku kepentingan terbuka terhadap perubahan dan alternative yang lebih baik. Guardian Program Program Guardian melibatkan serangkaian kegiatan guna mencegah anak dibawah umur membeli dan menggunakan produk rokok elektrik dan untuk mendidik perokok dewasa agar tidak menggunakan serangkaian kegiatan guna mencegah anak dibawah umur membeli dan menggunakan rokok elektrik. Inisiatif ini dilakukan serentak di seluruh aktivitas perusahaan yang meliputi pengembangan produk hingga penjualan, mencegah dan meminimalisir penggunaan rokok elektrik oleh anak dibawah umur melalui upaya bersama dengan pengecer dan keagenan untuk meningkatkan identifikasi disetiap lokasi penjualan. Secara konkret, Guardian Program memiliki aturan dasar sebagai berikut: - Produk RELX bukan untuk orang yang tidak merokok atau vaper atau siapapun di bawah umur dan akan dikontrol dengan ketat untuk menghindari penyalahgunaan. - Mendukung undang-undang dan regulasi yang mendukung pencegahan pembelian dan penggunaan produk RELX oleh anak di bawah umur. - Kemasan menyertakan label nikotin yang berbunyi ‘Produk ini mengandung nikotin. Nikotin adalah bahan kimia adiktif’. - RELX memasarkan produk secara bertanggung jawab, mengikuti panduan ketat agar produk hanya menyasar perokok dewasa dan bukan untuk audiens remaja. - Tidak menggunakan kartun, selebritis remaja, atau model yang berusia di bawah 25 tahun dalam memasarkan produk RELX. RELX tidak mempromosikan gaya hidup apapun yang secara khusus menarik kaum muda. Golden Shield Program Program ini adalah inisiatif anti penyelundupan atau perdagangan gelap. RELX International memerangi produksi dan penjualan produk palsu. RELX bekerja sama dengan platform media social online dan otoritas setempat untuk memerangi produk rokok elektrik palsu dari pasar. Produk RELX dilengkapi dengan scan barcode yang dapat dipindai dan dilacak keasliannya. Produksi dan perdagangan barang palsu menimbulkan ancaman kesehatan dan keselamatan yang serius bagi konsumen, termasuk hilangnya pendapatan bagi bisnis, dan berkurangnya pajak bagi masyarakat. Oleh karena itu, RELX memiliki tujuan bersama untuk menghapus produk palsu ini dari pasar. Ini merupakan tekad RELX bahwa konsumen berhak untuk dilindungi atas produk yang ingin mereka beli. Green Shoot Program Startup dan usaha kecil adalah tulang punggung ekonomi masyarakat di seluruh dunia, memberikan solusi dan layanan inovatif kepada pelanggan mereka. Namun di masa perubahan dan globalisasi yang cepat, mereka menghadapi tantangan bisnis yang tidak proporsional. RELX memahami kondisi perjuangan tersebut karena perusahaan rintisan yang masih muda. Program Green Shoot adalah inisiatif Giving Back Program untuk memberikan kembali kepada komunitas tempat beroperasi dengan menggunakan pengalaman untuk membantu calon wirausahawan dan pemilik usaha kecil lainnya agar bisnis mereka berada dijalur yang benar menuju pertumbuhan dan kesuksesan bisnis yang berkelanjutan. RELX Waste Collecting Merupakan bagian dari Green Shoot Program, dalam program ini RELX menyediakan boks khusus untuk pengumpulan cartridge, device, dan produk RELX sekali pakai lainnya untuk didaur ulang. Boks pengumpulan sudah tersedia di Jabodetabek Area di 12 lokasi outlet dan sosialisasi program di 7 outlet di Bali guna memudahkan pengguna RELX untuk turut berkontribusi dalam melestarikan lingkungan. “RELX berkomitmen untuk turut aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan pada tempat operasional RELX. “RELX secara aktif mengajak seluruh pihak yang terlibat di dalam proses supply chain, mulai dari distributor hingga konsumen untuk bersama-sama melaksanakan Program Waste Collecting dan nantinya seiring dengan berkembangnya kesadaran konsumen RELX dan masyarakat umum akan pentingnya lingkungan hijau yang merupakan sumber daya yang berharga dan berkaitan erat dengan keberlanjutan bisnis RELX, program ini akan berkembang diseluruh pelosok Indonesia,” pungka Yudhistira.(tis/bpn) Read the full article
0 notes
Text
17.04.2023 (🙂)
👀: “Karakter anak itu turunan dari orangtua…”
Benarkah?
Mungkin sekian persen benar dan sekian persen lagi enggak benar, sekitar 75% benar sisanya enggak benar. Cuma hasil analisa saja, jadi sejatinya seorang anak secara naluri yang ia miliki jika memiliki pedoman tauhid yang benar, pasti ia ingin menyelisihi perbuatan buruk yang ada pada orangtunya. Misal kata ayahnya seorang perokok, anak yang sudah terbangun tauhid di dalam dirinya pasti akan menasihati sang ayah untuk berhenti, naluri seorang anak ia tidak ingin ayahnya mati sia-sia hanya karena rokok, karena sama saja dengan membunuh dirinya secara sengaja bukan? Tapi apa boleh di kata, jika 2 tahun setelah ia memperingati ayahnya tentang rokok malah ia menjadi pengikut “the smoker”. Kalau ia ditanya mengapa? Maka jawabannya, hanya ingin mencoba saja wal akhir menjadi sebuah candu bukan?
Kemudian sikap kasar orangtua terhadap anaknya, akal yang di bawah alam sadar anak akan berkata, “besar nanti aku gak mau seperti ayah/ibu yang suka bentak bentak aku!”. Jelas siapa yang mau jadi pengikut orang yang seperti itu, tapi apa yang terjadi? Setelah anaknya beranjak dewasa tanpa ia sadari ia melakukan kesalahan yang pernah orangtuanya lakukan di masa lampau, entah itu ia lampiaskan kepada adiknya, atau anaknya atau bahkan pasangan hidupnya.
Betapa miris nya, ayah bunda yang semoga selalu dalam lindungan rahmat Allah. Pikirkan generasi seperti apa yang kelak akan menjadi penerus kita, pikirkan secara matang jika nanti kalian memiliki anak, apa yang akan ayah dan bunda suguhkan untuk anak, apa yang akan ayah dan bunda ajarkan untuk anak. Karakter anak tanpa ayah dan bunda sadari tumbuh dari karakter ayah dan bundanya.
#good parenting#parenting#i’m sad#i am bored#its ok im ok#hurt/comfort#who are you#when?#pls help#confused#i’m waiting#tell me why#come thru#married#quickly#its ok <3
1 note
·
View note
Text
Terpercaya !!!, Wa 0852-3659-3689, Pondok Pesantren Lifeskill Untuk Ikhwan Dewasa
Pendaftaran Santri Baru Pesantren Lifeskill Malang, Pesantren Lifeskill Indonesia, Pesantren Lifeskill Indonesia, Pesantren Lifeskill Islam, Pesantren Lifeskill Jatim, Pesantren Lifeskill Jatim, Pesantren Lifeskill Jawa Timur, Pesantren Lifeskill Kota Malang, Pesantren Lifeskill Nasional, Pesantren Lifeskill yang ada di malang
Persyaratan :
Laki-laki lulusan MA, SMA/SMK atau Pesantren usia 17-22 th
Sehat Jasmani, Ruhani serta bukan perokok atau bersedia berhenti merokok 3 Bersedia Belajar dan Berkhidmah
Output Pesantren Tholabie Santri Lulusannya dipersiapkan Memiliki Kompetensi sbb :
Memiliki Bacaan dan Hafalan Al Qur'an dg Tartil Bersanar Sambung kpd Rosulullah 2 Mampu Menjadi Pengajar Al Qur'an yang Tersertifikasi
Memiliki Kompetensi yang Tersertifikasi
Memiliki Keahlian dan Ketrampilan Bisnis
Mampu menjadi Leader / Manajer
Pendaftaran : Gelombang I : 22 Januari – 22 Maret 2023 Gelombang II : 23 Maret - 23 Mei 2023
📌 Pendaftaran Tertutup Sewaktu-waktu Jika Kuota Terpenuhi
Info lebih lanjut Admin : 0852-3659-3689 atau http://bit.ly/cstholabie Alamat : PESANTREN THOLABIE PUSAT : Jl. KH. Malik Dalam RT.01 RW.07 Baran, Buring, Kedungkadang, Malang Cek Lokasi via G-Maps : bit.ly/tholabie_location
Pesantren Lifeskill Nusantara,
Pesantren Lifeskill SMA Malang,
Pesantren Lifeskill Terbaik Malang,
Pesantren Lifeskill Umum,
Pesantren Lifeskill Kompetensi
Pesantren Lifeskill Kota Malang,
Pesantren Lifeskill Jawa Timur Kota Malang,
Pesantren Lifeskill yang ada di Kota Malang,
Pesantren Lifeskill Kompetensi Kota Malang,
Pesantren Lifeskill dan IT Kota Malang
Pesantren Tahfidz Kota Malang, Pesantren Entrepreneur Kota Malang, Pesantren Wirausaha Kota Malang, Pesantren Lifeskill Kota Malang, Pesantren IT Kota Malang
Kuota Terbatas !!! , Wa 0852-3659-3689 Pondok Pesantren Lifeskill Berbasis Entrepreneur
0 notes
Text
Terpercaya !!!, Wa 0852-3659-3689, Pondok Pesantren Lifeskill Untuk Ikhwan Dewasa
Pendaftaran Santri Baru Pesantren Lifeskill Malang, Pesantren Lifeskill Indonesia, Pesantren Lifeskill Indonesia, Pesantren Lifeskill Islam, Pesantren Lifeskill Jatim, Pesantren Lifeskill Jatim, Pesantren Lifeskill Jawa Timur, Pesantren Lifeskill Kota Malang, Pesantren Lifeskill Nasional, Pesantren Lifeskill yang ada di malang
Persyaratan :
Laki-laki lulusan MA, SMA/SMK atau Pesantren usia 17-22 th
Sehat Jasmani, Ruhani serta bukan perokok atau bersedia berhenti merokok 3 Bersedia Belajar dan Berkhidmah
Output Pesantren Tholabie Santri Lulusannya dipersiapkan Memiliki Kompetensi sbb :
Memiliki Bacaan dan Hafalan Al Qur'an dg Tartil Bersanar Sambung kpd Rosulullah 2 Mampu Menjadi Pengajar Al Qur'an yang Tersertifikasi
Memiliki Kompetensi yang Tersertifikasi
Memiliki Keahlian dan Ketrampilan Bisnis
Mampu menjadi Leader / Manajer
Pendaftaran : Gelombang I : 22 Januari – 22 Maret 2023 Gelombang II : 23 Maret - 23 Mei 2023
📌 Pendaftaran Tertutup Sewaktu-waktu Jika Kuota Terpenuhi
Info lebih lanjut Admin : 0852-3659-3689 atau http://bit.ly/cstholabie Alamat : PESANTREN THOLABIE PUSAT : Jl. KH. Malik Dalam RT.01 RW.07 Baran, Buring, Kedungkadang, Malang Cek Lokasi via G-Maps : bit.ly/tholabie_location
Pesantren Lifeskill Nusantara,
Pesantren Lifeskill SMA Malang,
Pesantren Lifeskill Terbaik Malang,
Pesantren Lifeskill Umum,
Pesantren Lifeskill Kompetensi
Pesantren Lifeskill Kota Malang,
Pesantren Lifeskill Jawa Timur Kota Malang,
Pesantren Lifeskill yang ada di Kota Malang,
Pesantren Lifeskill Kompetensi Kota Malang,
Pesantren Lifeskill dan IT Kota Malang
Pesantren Tahfidz Kota Malang, Pesantren Entrepreneur Kota Malang, Pesantren Wirausaha Kota Malang, Pesantren Lifeskill Kota Malang, Pesantren IT Kota Malang
Kuota Terbatas !!! , Wa 0852-3659-3689 Pondok Pesantren Lifeskill Berbasis Entrepreneur
0 notes
Text
bapak penjual warung di dekat rel kereta itu sedang mendengarkan broery dari radio bututnya waktu aku mampir buat membeli rokok. dia bersenandung kecil sambil melayani pembeli.
sedingin hatimu, sepi sendiri.
aku tersenyum sambil berterimakasih sebelum berjalan ke belakang rel kereta dan duduk di sana. jongkok sambil merokok, memandangi rel kereta di atas salah satu kursi panjang entah milik siapa. aku berdoa diam-diam biar ibuku tidak tahu aku di sini. sebab ia pasti marah karena aku sedang menantang dua hal yang bisa membunuhku dengan mudah: rokok dan kereta api. meski jangkauan waktunya jauh lebih dekat yang kedua.
tapi, tenang saja. aku tidak berada di sini untuk mati.
ada sebuah pertanyaan di curiouscat yang isinya penasaran kapan pertama kali aku merokok. aku berpikir lama sekali sebelum menyadari kalau aku... lupa. tapi aku jadi perokok berat sejak mantan pacarku yang tengik itu selingkuh dengan sahabatku sendiri (yang mana aku yakin sedunia juga sudah bosan dengan cerita ini) dan makin tidak terkendali waktu sesuatu terjadi pada keluargaku, kemudian disusul ditinggal pergi sahabatku—ketika waktu itu aku mengira dia adalah satu-satunya yang aku punya.
kukira, rokok sebetulnya cuma caraku bersepakat dengan duka. hanya kini aku jadi lebih akrab dengan asapnya daripada dengan rasa sakit itu sendiri. tiap kali merasa mau mati, aku tahu ada sesuatu yang bisa meredakan kecemasan di kepalaku. karena aku tahu tidak ada manusia yang bisa melakukannya; meski itu diriku sendiri.
dan, tiap kali aku menghisap satu batang rokok, semakin aku tahu betapa kesepiannya aku selama ini. betapa sudah jauhnya aku dari hal-hal yang dulu begitu aku cintai. betapa aku selama ini sudah begitu lama melarikan diri. dari teman-temanku, dari kehidupanku, dan dari hal-hal yang dulu kuperjuangkan demi mendapatkannya.
perjalanan yang kosong, kesepian yang rasanya begitu mematikan. lebih dari itu, mungkin sebetulnya aku butuh seorang teman. teman yang... teman. bukan orang-orang yang tergabung dalam satu grup obrolan dan berbincang soal gosip terbaru teman-teman seangkatan kami. bukan pula orang-orang yang berkumpul buat push rank lalu pergi. aku rindu masa-masa saat aku bisa bersama teman-temanku, duduk di atap sambil berbincang soal hidup, seolah kami bisa menghadapi segalanya di atas bangku SMA.
mungkin, aku ingat kapan pertama kalinya aku kehilangan gairah buat menjalani hidup yang tadinya begitu aku sukai. selepas lulus SMA, selepas aku menghadapi sahabatku yang memohon maaf sambil menangis, menghadapi seorang pria brengsek yang membawa sahabatku pergi, menghadapi teman-temanku yang lainnya yang bilang aku penjahatnya karena membiarkan temanku bersujud hanya demi menerima ampunanku. menghadapi rasa sakit sendirian, menghadapi rasa mual sendirian, menghadapi betapa menyeramkannya jadi dewasa sendirian.
barangkali itu adalah titik awal aku menyadari kalau hidupku berantakan.
karena setelahnya aku cuma menjalani hidup dengan biasa saja. pergi dari satu kota ke kota lain untuk kabur dari segala yang kupikir bisa menyembuhkanku. cuma untuk menemui kenyataan kalau salah seorang yang kusayangi memilih buat meninggalkanku pergi, menikahi seseorang yang menghamilinya, seseorang yang aku benci setengah mati. lalu sesuatu terjadi pada keluargaku—dan aku tahu, hidupku makin tidak terasa seperti hidup.
ah, tiap kali membahas ini, aku selalu merindukan sahabatku itu. dan betapa aku masih diam-diam berharap dia ada di sini. karena suaminya kemarin mengirimiku pesan permohonan maaf dan aku, dengan sisa nyali yang aku punya, akhirnya berani membalas itu setelah bertahun-tahun:
kukira, mungkin aku menceritakannya dengan sedikit terlalu detail. karena menyadari bahwa dia hidup di belahan dunia yang lain, entah sedang berbuat apa, selalu membuatku makin sadar betapa ternyata aku sudah benar-benar kehilangan dia.
juga kehilangan hidupku, kehilangan masa remajaku, kehilangan keluargaku yang hangat dan menyenangkan.
kini yang tersisa benar-benar hanya asap rokok—dan kisah yang tergantung di lidah. karena semua yang ada di sekitarku, semua yang mengelilingku, hanya perihal hampa yang pada mereka tak mampu aku membagi. aku dikejar oleh masa lalu yang memerangkapku. dan aku tak tahu apakah aku masih bisa disembuhkan.
kapan pertama kalinya aku merokok? mungkin ketika sadar kalau cuma asap ini satu-satunya perasaan yang masih bisa aku rasakan. meski ia mencekik leherku, menahan pernapasanku, dan nyaris membunuhku berkali-kali. meski aku berjuta kali mencoba untuk berhenti, untuk ibuku yang selalu menginginkan kesehatanku, cuma lepas dari rokok artinya kembali pada kenyataan kalau aku sendirian. dan aku tidak sanggup menghadapi kepedihan yang sama itu sekali lagi.
aku juga ingin punya perasaan. aku rindu diriku sendiri yang menyenangkan. aku rindu diriku sendiri yang tidak takut pada apapun, bahkan pada sebuah rasa sepi. aku rindu pada segala yang sudah aku tinggalkan. aku ingin memilikinya lagi.
tapi, bicara soal duka, aku punya seorang teman yang kehilangan ibunya sejak setahun lalu. dan hingga hari ini, ia belum bisa kembali berfungsi. tidak sanggup menghadapi hidup seperti dulu waktu ibundanya masih ada. kami sering mengobrol, terutama aku sering mengajaknya bicara sebagai distraksinya agar tidak melulu berpikir soal mati. cuma, waktu akhirnya dia berkata, "gue bukan nggak sanggup hidup, gue nggak sanggup hidup di dunia yang nggak ada nyokap guenya." aku menyadari kalau semua manusia, yang ada di dunia, terbuat dari susunan duka yang bersamanya kita dipaksa mendewasa.
kukira, kehilangan-kehilangan berikut rasa sakit itu, pada akhirnya adalah sebuah proses yang akan menguatkanku. meski sudah tidak kuingat berapa kali aku memaki kontol di tengah serangan wisata masa lalu ketika aku sedang bekerja atau menulis skripsi. menyadari kalau bahkan setelah didera duka yang maha tai itu, aku juga harus tetap bertanggung jawab atas hidupku sendiri. dan meski aku maunya duduk sambil menangis sambil mendoakan orang-orang yang pernah jahat padaku itu bisa mendapatkan balasannya, tapi toh tidak mungkin dengan mudahnya begitu. hidup tetap berjalan, meski orang-orang berduka, meski orang-orang terluka, meski kita semua mati tiap kali dipaksa menghadapinya.
kita semua sedang berduka dengan cara yang berbeda-beda, alasan yang berbeda-beda, stase yang berbeda-beda.
kuharap, kalau kalian membaca ini untuk mencari sesuatu tentang duka, aku ingin kalian tahu kalau aku pun sama. aku belum bisa buat menghadapinya, berdamai dengannya. tapi kukira, memang, hidup selalu berjalan. entah apakah besok atau minggu depan, pasti akan ada waktunya aku benar-benar bisa memaafkan semuanya. lalu menyusun kembali serpihan hidupku yang berantakan ini, sekali lagi. untuk diriku sendiri kali ini.
doa untuk segala sembuh bagi kita yang sedang berduka. kukira, kita pasti bakal dapat bahagia. meski entah kapan waktunya.
sekarang mungkin kita harus berdamai dulu dengan yang—seperti kata lagu broery—sedingin hatimu, sepi sendiri.
mungkin besok ia akan hangat dan kita tak akan sendirian lagi.
81 notes
·
View notes
Text
Perilaku Merokok Mengancam Pelajar Kabupaten Tangerang
KAB. TANGERANG – Puskesmas Kronjo, Kabupaten Tangerang, menggelar sosialisasi bahaya rokok dan skrining perilaku merokok di sejumlah sekolah. Kegiatan tersebut mengantisipasi serta meminimalisir perilaku merokok di kalangan pelajar. Kepala Puskesmas Kronjo, dr. Udin Suprayogi mengatakan perilaku merokok sangat merugikan kesehatan. Kerugian kesehatan ini tidak saja diderita perokok dewasa saja,…
View On WordPress
0 notes
Text
Mumpung ada waktu, saya mau cerita. Semoga ini bisa jadi jawaban atas segala DM bang kapan nulis. Yang penting nulis ya, gaboleh protes, gaboleh komplen. Kalo gasuka unfollow aja. Kebahagiaanku juga tidak terpaku pada jumlah follower ~
Jadi, sekitar Oktober 2019, pada suatu waktu saya sedang menunggu seorang mitra di depan Hermina Tower, berdiri gajelas nunggu chat dibales, tiba-tiba adalah seorang SPG nyamperin saya.
Tapi entah kenapa kalau saya lihat jalannya seperti lemes gitu kaya kangkung uda sore. Yah, mungkin emang bekerja sebagai SPG tidak mudah, belum lagi kalau punya tanggung jawab besar buat adek-adeknya, ditambah lagi tiap pulang ke rumah selalu denger cibiran dari tetangga yang pengangguran dan hobinya kredit motor.
Orangnya cantik, bersih, dan bibirnya merah banget kaya abis makan kepiting. Gapake awalan atau apapun, dia langsung nodong nanya ..
“Abang, biasanya ngerokoknya apa Bang?”
Iya dia SPG Rokok. Tapi waktu dia bertanya demikian seketika dalam hati saya gile badan gue bagus gini dikira ngerokok. Tapi gapapa, barangkali karena emang saat itu dandanan saya kaya gembel pinggir jalan yang motornya pake knalpot berisik murahan jadinya dikira perokok aktif.
Perokok: heh maksud loe apaan?
“Eh nggak, saya ga ngerokok Mbak.”
Dia sontak langsung mengernyitkan bibir bawahnya, masang ekspresi ga percaya tapi tetep imut-imut minta ditampar pake telenan gitu.
“Hmm, masa?”
“Nggak Mbak, hehe. Emang keliatan kaya perokok, ya?”
Tau apa yang terjadi berikutnya? Tanpa dia jawab pertanyaan saya atau babibu lainnya, dia langsung berbalik arah kembali ke tempat temen-temennya kumpul, melengos begitu saja.
Nggak ada kata terimakasih atau apa gitu, untung saya udah terbiasa terabaikan berkali-kali, jadi yang barusan ya belum ada apa-apanya dibanding kisahku yang pernah menumpahkan hujan seisi langit.
Saya masih berdiri gajelas, nunggu chat saya dibales oleh mitra yang tidak disiplin dan tidak pandai menghargai waktu orang lain. Kira-kira selang 1 menit, si Mbak SPG tadi nyamperin saya lagi. Mungkin dia berubah pikiran.
Dalam hatiku emang semua perempuan gini kali ya, kalo uda bosen pergi aja tanpa pamit, kalau sedang rindu langsung menerobos aja mengacak-acak program move on yang sudah disusun dengan rapih. Kita laki-laki jadi lemah tau kalau diginiin terus. Oke skip!
“Abang, mau ga kita foto? Sebagai bukti aja, mau ya Bang?”
Yah, meski saya orangnya jahat dan sombong, rasanya ga salah juga mempermudah rejeki orang lain. Lagian yang minta juga cantik, laki-laki mana yang mau nolak? Hah hah hah?
Momen yang membuat mata saya terbelalak adalah ketika si Mbak SPG ngasih sampel rokoknya ke tangan saya. Sebagai kolektor bungkus rokok, saya spontan nanya ke dia ..
“Nanti saya dapet bungkusnya nggak?” pada saat yang sama hati kecilku berbisik pertanyaan blunder lu goblog.
“Hmm, tadi katanya nggak ngerokok.”
Sudah kuduga. Padahal saya cuma ingin bungkusnya, rokoknya bisa kasih saja ke orang-orang yang gapunya tujuan hidup.
Perokok: heh maksud loe apaan?
Akhirnya kita foto berdua *ciee. Tu .. wa .. ga .. ckrekk!
“Okee, makasih ya Bang.”
Terus apa esensi ceritanya? Kok muter-muter sih kaya anak cewek pake google maps?
Ya nggak ada, tumblr-tumblr gue, suka-suka gue.
Jadi, sekitar 3 minggu yang lalu akhirnya saya bisa dapet bungkus rokoknya. Lokasinya masih di sekitar kantor. Pas dapet pun otak saya langsung belibet terangsang kembali ke kisah-kisah yang pernah terukir akibat bungkus rokok tersebut. Seperti foto di atas.
Semakin maju zaman, rasanya hobi ini semakin ditinggalkan dewasa ini. Nggak deng, emang hobi saya aja yang murah. Bahkan temen-temen SD yang dulunya menginspirasi saya untuk melakukan hobi ini saja sudah pada berhenti. Saya aja yang awet bocah. Tapi juga awet muda, cquakszz.
Ada yang (masih) punya hobi seperti ini?
***
#staysafe dan #dirumahaja. Jangan jajan sembarangan, banyak minum air putih, dan perbanyak konsumsi buah segar.
Untuk yang belum diberi work from home, coba konsumsi imboost, trus minum nutriboost, lalu berangkat kerjanya pake ultraboost. Mungkin badannya jadi makin ngeboost. Nggak deng bercanda. Pokoknya waspada, kurangi kebiasaan megang-megang wajah sendiri. Iyedah tau loe emang paling ganteng sekantor dahhh. Jangan lupa sering-sering cuci tangan pake sabun.
Termasuk kalau ga sengaja nyentuh temen yang kelakuannya kaya najis, langsung cuci tangan, kalo perlu mandi besar. Kemudian jangan berteman dengan orang seperti itu lagi. Kecuali kalau dia adalah anak orang kaya yang tumbuh besar dari hasil privilege orang tua, yang masuk perusahaan besar pakai orang dalam, tapi bisa dipinjami uang kapan saja tanpa ditagih lagi. Maka bertemanlah.
#staysafe #dirumahaja
Kalau kata Tumblr: Jaga diri. Kunjungi Kemkes.
68 notes
·
View notes
Text
Martha and I (Chapter 5)
Kalau otak orang depresi dibedah, kira-kira bentuknya akan sama dengan orang normal atau tidak ya? Apakah otak mereka akan lebih berminyak, penuh noda, bopeng, kisut? Seperti visualisasi paru-paru perokok. Aku punya sedikit cerita menyedihkan (dan agak menyeramkan). Adik mama depresi karena musabab yang sampai sekarang tidak kuketahui. Semua orang, nampaknya, menyembunyikan cerita itu rapat-rapat. Tante Adelin dalam ingatan diniku, sangat… melar. Dagunya ada dua dan dia selalu kesusahan bernapas sambil dibanjiri keringat yang sampai-sampai membuatku percaya pasti mama bersaudara dengan dispenser. Tepat ketika aku kelas 5 SD—kalau memoriku bisa dipercaya, Tante Adelin ‘menyusut’. Fitur wajahnya mulai menampakkan kemiripan dengan punya mama. Alih-alih termenung terus, dia jadi lebih ceria. Suaranya tambah jernih. Apa mungkin dua orang hidup dalam satu kulit yang sama? Dan pada masa-masa tertentu, kalau sudah lelah dengan tampang yang satu, mereka dengan mudah berganti kulit. Seperti ular? Dunia orang dewasa sungguh aneh, pikirku waktu itu.
Baru setelah aku cukup besar dan pertanyaanku cukup penting untuk dijawab sungguh-sungguh, aku mendapat kesempatan itu. Kutanyakan apa yang terjadi pada Tante Adelin waktu itu. Beruntung, ia mau menanggapi dengan berbesar hati. Katanya sempat ada sesuatu di masa lalu dan Tante Adelin butuh pertolongan. Sayang sekali penolongnya waktu itu malah balik menyerang tubuhnya.
“Tante dulu kecanduan obat, Sayang,” mulainya sambil mengusap rambutku. Ia depresi parah. Dokter yang menanganinya memberi resep untuk membantu menaikkan serotonin di otaknya. Waktu itu ilmu psikiatri belum berkembang seperti sekarang. Semua hal bisa diselesaikan dengan pendekatan medis dan hanya melalui obat-obatan. Aku sempat menggali lebih dalam soal masalah Tante Adelin. Ternyata sebelum riset yang dilakukan seorang dokter Inggris bernama Irving Kirsch dan muridnya Guy Sapirstein, depresi selalu dipahami sebagai malfungsi dalam otak. Kemungkinan seperti depresi juga disebabkan oleh lingkungan sekitar belum masuk hitungan.
“Dengan bantuan SSRI, tante memang sempet baikan. Tapi semakin sering mengonsumsi obat itu, tubuh tante jadi resisten dan butuh dosis yang lebih tinggi. Dari 20 mili, menjadi 30, lalu 40, tahu-tahu sudah 60 mili. Dua pil biru tante minum setiap hari,” kenangnya. Meski sudah rutin mengonsumsi obat, tanda-tanda depresi tidak 100% berhenti. Itu alasan lain mengapa dosisnya terus bertambah. Logikanya, untuk membunuh monster yang besar, diperlukan amunisi yang berat juga. Ketakutan bahwa obat tak lagi dapat membantunya membuat Tante Adelin lebih cemas daripada sebelumnya. “Bukannya sembuh, karena efek samping obat, tante malah tambah depresi.” Tante Adelin melanjutkan sambil tersenyum mafhum.
Aku memeluknya, terlambat sadar bahwa keputusanku untuk meminta Tante Adelin bercerita ternyata sangat tidak bijak. Sambil balas merengkuhku, ia berkata bahwa itu tidak masalah. Sebab sekarang ia sudah lebih kuat dibanding penderitaannya kala itu.
Apakah aku sedang depresi? Itu pertanyaan kedua setelah masalah otak tadi. Kekhawatiran akan menjadi Tante Adelin the Second lebih menuntut banyak perhatian dibanding pertimbangan apakah aku depresi atau tidak. Maka seperti orang dewasa yang tahu caranya membersihkan masalahnya sendiri, aku membuat janji temu dengan psikolog. Ternyata tidak terlalu buruk. Ini yang kemudian aku simpulkan dari beberapa sesi konseling yang kulakukan:
1. Benar, renggangnya hubunganku dengan Martha memicu insomnia akut (ini pertanyaan ketiga, kalau dibedah akan lebih buruk mana, otak orang depresi atau otak orang yang punya gangguan tidur? Aku mulai menandai perubahan yang kurasakan sejak masalah sialan ini ada. lebih gampang hilang konsentrasi (aku lupa menarik kunci mobil setelah menguncinya dan ini tidak terjadi sekali), lemot luar biasa lelah meski hanya untuk memikirkan berapa jumlah kembalian, emosiku lebih kacau dibanding bayi yang sedang tantrum.
2. Satu-satunya yang kubutuhkan adalah resolusi dengan diriku sendiri. Kemudian dengan Martha. Dua hal yang lantas terlalu muluk untuk dilakukan.
3. Sakit mental memang benar-benar bisa berimbas pada sakit fisik.
4. Dengan sadar aku mengakui banyak hal yang kututupi dari psikologku. Masalahku tidak datang hanya karena aku tiba-tiba bermusuhan (oh, benarkah aku sedang bermusuhan?) dengan Martha. Lebih dari itu. Besar kemungkinan aku sedang dalam penyangkalan demi penyangkalan tentang siapa aku sebenarnya. Tentang orientasi seksualku. Aku merasa seperti bawang yang salah dipupuk. Jadi saat dipanen, tubuhku terlalu banyak menyimpan lapisan. Meyimpan rahasia. Poin kelima ini kusimpan rapat-rapat tapi baunya pasti tercium. Bagaimanapun aku seorang bawang. Ada perjanjian tidak tertulis antara aku dengan psikologku. Selagi ia bertanya, ‘apa ada yang lain? yang mau kamu ceritain?’. Rasanya seperti ada yang menempelkan bara api di dekat wajahku. Kebohongan akan semakin sulit disembunyikan saat kau yakin lawan bicaramu tahu kalau kau begitu. ‘Hanya itu,’ jawabku. Lalu aku tersenyum seolah benar-benar hanya itu yang ada dalam otakku.
***
Martha meluruskan rambut keritingnya. Aku merasa patah hati seperti orang bodoh. Dari semua fitur ke-Martha-an, yang paling kusuka darinya adalah rambut. Tidak bisa kuingat berapa kali kukatakan secara langsung bahwa ia bukan Martha tanpa signature look-nya itu. Ia biasanya akan tersenyum sambil menggelengkan kepala. Tidak berkomentar balik yang sangat jarang dilakukan kalau aku sudah menggodanya. Tapi lihat sekarang manusia itu, lurus rambutnya membuatku sukar menerima kalau dia orang yang aku kenal, apalagi dengan potongan super pendek yang semakin dilihat semakin mirip Amy Dunne. Sosiopat dalam Gone Girl. Sepertinya otakku benar-benar bermasalah. Bagaimana mungkin penampilan seseorang membuatku merasa seperti ini? Oh, tunggu dulu, sepertinya hatiku lebih baik dipertanyakan daripada otakku. Kira-kira kalau orang mengalami patah hati, lebih dulu otak atau hati yang yang merespon? Aku penasaran.
Tuhan membagi-bagikan kata rupawan kepada ciptaan-Nya dengan cara yang aneh. Martha cantik, itu sudah pasti. Tapi saat kau melihatnya, wajah kecilnya, dan hidung bangirnya, kau perlu menoleh untuk kembali memastikan. Benarkah yang barusan kau lihat adalah perempuan cantik atau bukan. Martha, dengan segala keraguan yang ia bawa, memancar keluar dari lapisan bajunya. Kehadirannya ambigu. Kalau ia duduk di dekatmu, sulit untuk memastikan apakah orang ini baik atau sebaliknya, apakah ia sopan atau sebaliknya, ataukah ia ramah dan tentu saja sebaliknya.
Barusan ia masuk ke kelas dengan Irna—atau siapalah itu, mereka berbicara seru sekali. Aku yang duduk di baris belakang jadi merasa… aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan. Intinya rambut lurus Martha seolah mengejekku ‘Hei, lihat, aku sudah melupakanmu’.
Saat perkuliahan berakhir kurang dari 15 menit, aku izin ke toilet dan tentu saja tidak punya niatan untuk kembali.
Aku berdiam di atas dudukan kloset dan mulai memikirkan kenapa kloset di Indonesia dan kloset dengan ‘c’ di luar negeri bisa sangat jomplang sekali artinya. Kapan semester baru dimulai? Aku ingin secepatnya mengganti jadwal kuliahku. Oh Tuhan, apakah ini waktunya aku benar-benar akan seperti Tante Adelin? Tapi rasanya sungguh konyol aku bisa seperti ini hanya karena satu orang. Hanya satu orang yang akupun tak benar-benar mengerti permasalahan kami ada di mana. Apakah ini semua dariku? Tapi kenapa Martha juga bersikap seperti itu? Kalau dipikir-pikir lagi perkataanku waktu itu tidak salah-salah amat. Jangan-jangan di sini yang terlalu sensitif malah dia.
Aku memperhatikan tegel toilet yang benar-benar bersih. Aku tiba-tiba merasa sangat berterima kasih kepada tugas kebersihan. Bagaimana cara mereka terus menjaga tempat paling kotor jadi sebersih ini? Bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi ini bukan toilet mahasiswa satu-satunya, apakah yang mengurus semua toilet di gedung barat ini orang-orang yang sama? Aku percaya sebentar lagi akan benar-benar gila karena terlalu lama berkontemplasi di dalam toilet, saat segerombolan perempuan yang menggosipkan sesuatu tiba dan membuyarkan pikiran kacauku. Sepertinya aku terlalu lama duduk di sini. Maka aku pun menarik napas dan menguatkan diri. Seperti mendapat epiphany, aku memutuskan untuk merombak ulang pikiranku. Masalah tentang Martha tidak akan selesai kalau bukan dariku sendiri yang memutuskannya untuk selesai. Kalau kata psikologku, ada dua pe er yang harus kukerjakan, maka aku memutuskan untuk meringkas tugasku jadi satu. Aku tidak perlu membuat closure dengan Martha. Ini masalahku, ini urusanku. Semuanya bisa diatasi kalau aku cukup berani dan percaya diri. Tahan… semester ini saatnya aku memusingkan hal lain. Aku pasti bisa, kesibukanku pasti menolongku.
Kemudian aku keluar dari bilik toilet dengan senyum yang dikulum. Tidak pernah merasa sebugar dan sepositif ini sebelumnya. Aku pasti bisa. Harus.
Coba tebak siapa yang berdiri di depan bilik toiletku, ya, betul Amy Dunne KW super dengan matanya yang tidak terbaca.
Sudah kuduga, merenung di dalam toilet bukan ide yang bagus.
2 notes
·
View notes