#Perempuan bunuh diri
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ibu Muda yang Diduga Bunuh Diri Disebut-sebut Alami Baby Blues Syndrome, Ini Kata Psikolog
Ibu Muda yang Diduga Bunuh Diri Disebut-sebut Alami Baby Blues Syndrome, Ini Kata Psikolo CILEGON – Seorang ibu muda bernama Latifah Ismul Fauziyah (24) warga Lingkungan Jombang Kali, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang tewas tertabrak kereta api barang. Korban meninggal dunia diduga bunuh diri. Korban meninggal dunia setelah tertabrak kereta api barang Nomor KAI 2656 di Lingkungan Ketileng,…
View On WordPress
#Baby Blues syndrome#Evi Afiati#gejala baby blues#Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Sultan Ageng Tirtayasa#kota cilegon#Perempuan bunuh diri#perempuan di Cilegon tertabrak kereta#Untirta#wanita tertabrak kereta
0 notes
Text
"i don't want kids."
"huh?"
di balkon itu, kita baru saja selesai bercinta. beberapa menit setelah menyerah karena orgasme yang nggak kunjung tiba, kita akhirnya memutuskan untuk bicara saja. kamu suka yang demikian—bicara, di apartemen tamansari semanggi, di tengah kota, di tempat aku sering menggigil karena takut jatuh cinta.
"iya, makanya gue mengapresiasi kondom," aku tersenyum. menatapmu. begitu bersedih. "gue nggak ingin punya anak."
kamu menatapku. heran barangkali, ada perempuan sesedih aku, dengan begitu banyak rasa bersalah untuk ukuran manusia normal.
"lama-lama, dunia lagi global warming juga lo nyalahin diri sendiri."
"gimana kalau emang salah gue?"
tuan, aku juga ingin bilang padamu, banyak hal yang adalah salahku—yang mungkin kamu akan menolak membicarakannya. mungkin suatu saat kamu akan menyakitiku dan itu adalah salahku. kamu juga kelak akan menyerah soal aku dan tentu itu karena salahku. semua salahku, bahkan sekalipun kamu tak mau mengakuinya, kamu pasti ingin menyalahkanku karena begitu takut bahkan ketika kamu hanya menawarkan satu; membahagikanku.
"tidur aja yuk?"
aku menatapmu dan menerima genggaman tanganmu. pedih. malam semakin tua, tapi aku tetap tak bisa berhenti sedih.
"boleh gue datang lagi besok malam?"
di ranjang, kamu mengusap jemariku.
tapi pertanyaan itu kamu biarkan menggantung di udara; menungguku bunuh diri kalau mau tahu jawabannya. bunuh diri dengan cara sederhana yang selalu kutolak untuk melakukannya karena aku pasti tak akan kuat menahan sakitnya.
bunuh diri paling picisan yang bernama jatuh cinta.
7 notes
·
View notes
Text
Bagi orang yang babak belur oleh luka pengasuhan, rasanya berat sekali tumbuh dengan innerchild yang terluka. Sebagian lain mungkin bersyukur terlahir dari keluarga cemara, sebagian lainnya pula meronta membenci keluarga dan lingkungannya. Jiwa nya mudah sekali rapuh, sering kedinginan saat bertumbuh dan harus memeluk diri sendiri supaya tetap hangat.
Lalu tumbuhlah kita sebagai manusia baligh tanpa aqil. Merayakan masa remaja dengan hura-hura tanpa memahami tujuan hidup, dan berjalan dengan jiwa yang rapuh. menjadi seorang yang paling pandai berbicara cinta, namun ternyata, hampa dalam menunaikan peran sebagai hamba.
Kita menyaksikan bagaimana kita sendiri ketar-ketir mencari kehangatan dari luar, sebab kewalahan memeluk diri sendiri karena kondisi rumah yang taklayak dihuni. Butuh penopang lain supaya kuat, tapi sialnya, kehangatan itu kita dapatkan dari tempat yang bukan seharusnya.
Beberapa teman perempuan memutuskan untuk kabur dari rumah bersama teman lelakinya. Sebab, laki-lakinya telah menjadi rumah yang mengerti akan segala kondisi serta perasaanya. sedangkan rumah yang sebenarnya, hanya memilki udara panas sebab isinya hanya bentakan, kekerasan, dan penghakiman tanpa pernah mengajak diskusi dan bertanya soal perasaan. Beberapa yang lain, memutuskan bahwa bunuh diri adalah solusi dari segala masalah dalam hidupnya. Sebab tak ada rumah yang mengerti dan mendukungnya. Dan sisanya memilih menjadi manusia-manusia liar, sebab rumah tak peduli dengannya. Rumah baginya hanya tempat berteduh secara fisik, bukan jiwa.
Kita mungkin pernah sebabak belur itu. Menjadi yang paling sakit seolah tidak ada yang lebih sakit hidupnya dari pada kita. Tapi mau bagaimanapun, kita bertanggungjawab atas diri sendiri sebagai hamba Allah. Kabar baiknya, Dia memberi bekal berupa akal. Menyediakan lautan ilmu untuk kita selami agar menemukan cahaya untuk menyembuhkan jiwa yang rapuh dan sakit.
dengan menyelami lautan ilmu itu, kita belajar untuk menjadi kuat dan akan menguatkan. Lalu mencari kehangatan dari jalan yang tepat. Memutus luka pengasuhan yang selama ini merantai kita. Bertekad menjadi manusia yang lebih baik. Walau prosesnya tergopoh, kita tetap bertekad menuntaskan semua itu.
Entah Membuat rumah baru atau merenovasi rumah lama, kita perlu menaburkan ilmu supaya pondasi rumahnya kuat dan takada lagi jiwa yang rapuh seperti kita di masa lalu. Walapun dalam prosesnya, Kita kelabakan harus membasuh luka pengasuhan sebelum mengasuh—supaya kita tak mengasuh dengan luka pengasuhan—melainkan dengan ilmu dan keimanan.
Kita tetap bertumbuh walau progresnya hanya baru mulai bisa merangkak. tak apa-apa. tetap apresiasi diri dan berterimakasih pada Allah. Supaya manusia-manusia kuat hebat dan memahami peran dirinya sebagai khalifah di muka bumi hadir dan tumbuh dari rumah kita.
-Rum
45 notes
·
View notes
Text
Malam Tahun Baru
Kemarin, saat gemuruh kembang api itu berbunyi dengan riuhnya, aku sedang menonton sebuah drama Korea berjudul "Light Shop". Drama ini bercerita soal toko lampu yang jadi tempat untuk orang yang berada di ambang kematian untuk menemukan cahayanya. Orang-orang yang butuh cahaya itu sebenernya adalah orang-orang yang sedang koma akibat kecelakaan bis di ICU Rumah Sakit. Para nakes yang bertugas di ICU, rasanya sangat realistis hingga mengatakan bahwa hal yang mampu membuat pasien bertahan adalah "will"-nya sendiri untuk hidup. Tapi dari scene-nya kita akan melihat bahwa will itu ternyata bisa juga dari orang-orang terkasih yang masih mengharapkan dirinya untuk hidup. Hal ini aku coba kaitkan dengan pengalaman yang terjadi di tahun 2024. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah pengalamannya begitu beragam hingga butuh waktu tersendiri untuk memprosesnya. Beberapa hari menjelang akhir tahun 2024, tiada kulewati hari tanpa menangis kita teringat kilasan-kilasan hal yang dilakukan di tahun 2024. Dari mulai perjuangan lulus di awal tahun, mencoba membangun kembali "kepercayaan diri" untuk praktik sebagai psikolog, setelah menghadapi griefing akibat klien yang meninggal dengan dugaan kuat bunuh diri, berusaha moving on dari seseorang yang terasa seperti "twinflame" dan berusaha membuka hati untuk orang baru (hal ini ternyata masih sulit buatku), juga berusaha memulai hidup dengan mencari jalan nafkah diri sendiri untuk melunasi hutang pendidikan maupun menyokong pendidikan adik. Nano-nano begitu kurasakan untuk mengeksplor berbagai hal yang dapat dilakukan dengan "tools" psikologi. Dari mulai menjadi asesor seleksi untuk para penggiat literasi yang "aman dan ramah" anak, "keluar-masuk penjara" untuk terapi kelompok dan konseling rehabilitasi medis mantan pengguna dan pengedar narkoba, asesor dengan pendekatan "evidence behavioral" untuk seleksi beasiswa, psikolog untuk klien mahasiswa atau rujukan kasus kekerasan seksual, konsultan untuk layanan konseling di instansi pemerintahan/perusahaan, serta peneliti untuk kekerasan seksual di transportasi online. Semuanya begitu menarik sampai aku kewalahan sendiri untuk memproses semuanya dan bagaimana pertanggung jawaban semua ini ya Allah... Aku bertanya-tanya apa benang merah dari semua ini, terutama beberapa hal yang sebelumnya tidak pernah aku duga akan ada di "piringku". Aku teringat bahwa ketika di RK, pernah menuliskan mimpi untuk bergerak di bidang "pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak". Hal yang sebetulnya saat ini aku begitu dekat dengan orang-orang yang bergerak di bidang itu meskipun tidak secara langsung bekerja di dinas atau kementerian PPPA. Aku berpikir tentang akan dibawa kemana semua pengalaman atau resources ini, bagaimana kelanjutannya? Aku menemukan sebuah tulisan tentang makna kesuksesan yang dilihat dari 4 hal, yaitu finansial, emosional, relasional, dan spiritual. Kesemua itu akan sulit untuk bisa dicapai dalam waktu yang bersamaan. Ketika memutuskan menerima pekerjaan full-timer, Alhamdulillah terbantu dengan insentif rutin bulanan sampai akhirnya bisa melunasi hutang pendidikan. Namun ada harga yang juga besar untuk dibayar, seakan kehilangan ketiga hal lainnya. Kondisi emosional yang terasa begitu exhausted dan kelelahan untuk berinteraksi dengan manusia hingga hanya menghabiskan waktu di akhir pekan dengan tidur, maupun kondisi spiritual yang terasa "compang-camping". Astagfirullah al'aziim. Salah satu harapan yang ingin sekali ingin aku upayakan adalah menambal carut-marut untuk tiga hal lainnya di tahun ini (semoga Allah berikan jalan dan ridhoi).
3 notes
·
View notes
Text
Sedang viral kasus mahasiswi bunuh diri. Melihat beritanya, aku bisa merasakan seberapa campur aduk perasaannya sampai terlintas pikiran untuk mengakhiri hidup hingga berhasil direalisasikan. Sebab akupun pernah diposisi tersebut. Ketika sedang ditimpa masalah yang bertumpuk, seringnya muncul keinginan untuk mati aja. Serius. Kadang juga bertanya dalam hati seakan nanya ke mamah, "Mah.. di barzakh enak ya? Aku rasanya pengen ikut mamah aja kesana.."
Tapi setelah itu langsung sadar lagi kalau pikiran aku saat itu adalah pikiran yang dibenci Allah. Yang gak boleh dipikirkan lebih jauh lagi apalagi dicoba dilakukan. Sebab Allah benci dan itu cukup menjadi alasan yang kuat untuk jangan sekalipun coba-coba.
Dan jangankan aku yang imannya masih ecek-ecek. Perempuan super shalihah seperti bunda Maryam aja pas depresi yang terucap dari lisannya, "Andai aku mati saja."
Jadi perasaan ingin mati ketika punya masalah itu valid, wajar. Merealisasikannya yang gak wajar dan gak boleh.
Mungkin ini juga hikmahnya Allah haramkan bunuh diri. Karena kalau enggak, ketika punya masalah pasti manusia akan memilih untuk membunuh dirinya saja.
Pikiran lain yang membuat aku menampikkan pikiran untuk bunuh diri saat sedang bermasalah adalah karena aku udah sering dilanda masalah. Tapi selalu berakhir dengan aku yang mampu melewatinya. Lantas kenapa aku harus bunuh diri, kalau aku tahu masalah itu pada akhirnya akan mampu aku lewati. Lalu muncul masalah baru dan lalu mampu juga aku lewati. Tentunya dengan bantuan Allah. Sebab begitulah hakikat hidup di dunia. Kita melangkah dari satu masalah ke masalah lainnya.
Dan lagi, bunuh diri itu tak akan menyelesaikan masalah. Justru akan memperpanjang masalah sampai Yaumul Hisab. Maka siapapun kamu yang lagi depresi, tolong bertahanlah. Bergantunglah pada Allah. Karena mustahil Allah tidak menolong. Kamu punya Allah dan itu lebih dari sekedar cukup untuk menyelesaikan masalah-masalahmu. Asal kamu mau sabar, asal kamu mau ikhtiar, asal kamu mau tawakal, jalan keluar pasti akan muncul, terbuka dengan lebar.
12 notes
·
View notes
Text
REFLEKSI OKTOBER 2023: BULAN PALING PENUH AIR MATA
Tak terasa, hari ini kita sudah berada di penghujung bulan Oktober 2023. Tahun 2023 tinggal 2 bulan lagi. Bagiku sendiri, bulan ini merupakan bulan yang menguras energi, emosi dan bulan yang paling penuh air mata. Rasanya, terakhir kali menangis yang seintens ini adalah tahun 2021. Namun, jika dibandingkan, tetap saja Oktober 2023 adalah bulan paling penuh air mata. Kesamaannya antara 2021 dan 2023 adalah menangisnya sama-sama diam-diam, di tengah kesendirian, wkwk. Kalau di depan orang lain bisa jadi semacam orang yang kuat dan seolah-olah semuanya baik-baik saja. Perbedaannya, tahun 2021 aku belum belajar meregulasi emosi dengan baik. Kini, baru kusadari bahwa efeknya sungguh tidak baik. Semuanya qadarullah, tetapi mungkin itu juga berefek sampai ke kesehatan fisik, di mana waktu itu aku jadi tidak merasa lapar, sehingga menunda-nunda makan. Efeknya baru berasa sekarang, menjadi GERDian of the galaxy. Perbedaan lainnya, dan ini yang paling utama, tentu saja, penyebabnya, dan pelajaran yang bisa kuambil dari refleksi bulan ini. Oktober 2023 telah melalui perjalanan panjang mengenal diri sendiri, sehingga meskipun rasa sedihnya lebih besar, alhamdulillah regulasi emosinya sudah jauh lebih baik.
Sejak tanggal 7 Oktober 2023 hingga hari ini, linimasa media sosial kita dipenuhi oleh kabar yang membuat hati miris. Tidak, ini bukan konflik. Ini adalah penjajahan di era modern dan perjuangan bangsa yang mempertahankan tanah airnya agar si penjajah bisa hengkang. Ya, ini tentang Israel dan Palestina. Perkara inilah yang membuat entah sudah berapa volume air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal ini keluar. Ada rasa sedih, rasa marah, kecewa, tetapi juga ada rasa haru, bangga, rindu dan perasaan lainnya campur aduk selama sebulan ini.
Sedih rasanya melihat anak-anak, perempuan dan masyarakat sipil menjadi korban kezaliman zionis. Fasilitas publik seperti masjid, rumah sakit, gereja, toko roti, tak luput dari serbuan bom mereka. Bahkan, bom fosfor putih yang jelas-jelas sudah dilarang oleh hukum internasional. Anak-anak tak berdosa itu berlumuran debu dan darah. Anak-anak yang seharusnya memiliki masa depan. Namun, ternyata Allah lebih sayang mereka.
Ada rasa marah dan tak berdaya juga, ini si zionis sudah melakukan berapa kejahatan perang, ya? Begitulah ternyata dunia. Kalau di belakangnya ada negara adidaya yang mendukung, zionis tenang-tenang saja. Ke mana perginya PBB? Oh, ternyata, selama hak veto di Dewan Keamanannya masih ada, tak akan ada keadilan kecuali untuk negara-negara yang mereka dukung. Life is unfair. Get used to it. Itulah makanya Allah, hakim yang Maha Adil, menyediakan hari akhir dengan peradilan yang seadil-adilnya nanti. Karena memang sulit mencari keadilan yang seutuhnya di dunia ini. Awas, ya, zionis, nanti kalian tidak akan bisa lari sedikit pun dari hisab dan mizannya Allah. Semuanya akan dihitung, diadili dan dibalas. Seadil-adilnya. Anak-anak yang kalian bunuh itu akan bersaksi. Tangan dan kaki kalian juga akan bersaksi. Sudah tidak bisa membayar influencer untuk memutarbalikkan fakta.
Selain itu, ada juga rasa kecewa. Kecewa kenapa negara-negara Islam, terlebih lagi negara-negara Arab, tidak bisa bersatu. Padahal, dalam pemikiran sederhanaku dari dulu, Israel itu kan negara (kalau bisa disebut negara, padahal sih nggak ya) kecil. Kalau pada bersatu, tidak begitu sulit, bukan? Belum lagi negara-negara Arab itu menguasai sumber daya energi berupa minyak bumi yang tersimpan di bawah buminya itu. Sekali embargo, ketar-ketir juga negara-negara pro-zionis itu. Namun, ternyata perputaran dunia memang tidak sesederhana itu. Berbagai kepentingan, kondisi geopolitik, geoekonomi dan lain-lain, semuanya saling berkelindan. Huft, dunia memang tidak sesederhana pemikiran seorang anak kecil yang ingin dunia ini aman. Bahkan Resolusi Khartoum 1967 pun dilanggar sama mereka sendiri. Aku juga jadi ingat sabda Rasulullah.
Dari Tsauban, dia berkata bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, ”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, sahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud). Sumber https://rumaysho.com/3388-cinta-dunia-dan-takut-mati.html
Look, saat ini jadi semakin mengerti makna hadis ini. Namun, sudahlah sedih-sedihnya. Ada begitu banyak hikmah yang terserak dari peristiwa ini, jika kita mau memungutnya.
Guruku pernah mengatakan bahwa, jika kita masih memiliki rasa sedih ketika melihat saudara-saudara kita di Palestina sana dibantai, maka bersyukurlah, karena semoga saja itu merupakan tanda iman yang masih ada di dalam hati kita. Bukankah tidak sempurna iman seseorang hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri? Bukankah seorang mukmin dengan mukmin lainnya itu bagaikan satu tubuh, di mana jika yang satu sakit, maka yang lain pun merasakan hal yang sama? Dan mereka di Palestina sana adalah saudara-saudara kita. Saudara seiman yang menjaga tanah wakaf Baitul Maqdis, menjaga Masjidil Aqsa sebagai kiblat pertama kaum muslimin. Jika ada yang mengatakan “Ngapain ngurusin masalah Palestina yang jauh, sedangkan masalah di negeri sendiri saja masih begitu banyak?” Ingatlah, baca lagi sejarah Indonesia. Palestina merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Maka, sebagai bangsa Indonesia, kita merupakan saudara dengan bangsa Palestina. Ingat juga pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan, jika mengaku sebagai manusia, tidakkah sisi kemanusiaan kita tersentuh saat melihat manusia lain dibantai? Maka bersyukurlah jika kita masih merasa sedih. Semoga air mata yang keluar atas dasar rasa cinta itu merupakan salah satu tanda keimanan. Semoga air mata itu nanti menjadi saksi di hadapan Allah, bahwa kita mencintai saudara-saudara kita di sana, atas dasar keimanan kepada-Nya. Justru, berhati-hatilah ketika kita mulai mati rasa. Jangan-jangan, perlahan nikmat iman itu tercerabut dari dalam hati kita.
Namun, jangan sampai rasa sedih itu paralyzing, melumpuhkan kita. Kita seharusnya menjadi lebih bersemangat dalam belajar, bekerja dan beribadah. Semangat mereka dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajah, seharusnya menular ke kita. Semangat mereka dalam bertahan di tengah keterbatasan, seharusnya menjadi cambukan bagi kita yang suka rebahan dan bermalas-malasan. Kita punya PR besar. Masalah Palestina tidak hanya akan selesai sampai di sini saja. Kita perlu belajar lebih banyak, tadabur Al-Qur’an lebih banyak, terutama Surah Al-Isra’ dan mengajarkannya kepada anak-anak kelak.
Berbicara tentang Al-Qur’an, aku juga menjadi teringat sebuah peristiwa saat di asrama Qur’an dulu. Ketika mempelajari sebuah hadis dari kitab At-Tibyan karya Imam Nawawi rahimahullah, sebuah kisah begitu menancap dalam ingatan.
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan, karena nanti tidak akan ada mushaf lagi) Al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalam sunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790 dari jalan ‘Âshim bin Abi Najûd dari Zurrin dari Abdullah bin ‘Amru secara marfu’.
Referensi : https://almanhaj.or.id/4540-derajat-hadits-keutamaan-menghafal-alqurn.html
Dulu, waktu ngebahas hadis ini, Ustazah bilang "Anak-anak Palestina itu becandaannya next level. Mereka becandanya, 'Aku udah lebih banyak nih hafalannya. Ayo, kamu juga semangat, dong. Biar nanti kita sama tingkatannya di surga'."
Terheran-heran, kok bisa sih anak-anak itu memaknai hadis ini di usia belianya. Makin takjub saat tahu bahwa di tengah kondisi mereka yang jauh dari rasa aman & penuh keterbatasan, hafiz Qur'an terus tumbuh seperti jamur di musim hujan. Kamu boleh kehilangan segalanya, tapi saat masih ada harapan akan pertolongan Allah & Al-Qur'an di hati, kamu punya segalanya. Al-Qur'an sebagai ruh, benar-benar nyata dalam perjuangan Palestina. Tidakkah kita mengambil pelajaran? Saat ini, kita juga dapat melihat gambar-gambar dan video-video dari para jurnalis independen yang tersebar di dunia maya. Rumah diledakkan, tetapi yang pertama diselamatkan dan digenggam adalah Al-Qur’an. Di tengah reruntuhan, anak-anak tetap membaca dan murajaah Al-Qur’an. Ketika lelah, para dokter murajaah hafalan. Lebih dari itu, Al-Qur’an tidak hanya dibaca dan dihafalkan, tetapi diejawantahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Betapa hati ini penuh keharuan dan kebanggaan ketika melihat wawancara seorang ayah yang kehilangan anak-anaknya dan beliau berkata “Alhamdulillah, mereka syahid di jalan-Nya.” Ucapan yang paling sering keluar dari mulut mereka juga “Hasbunallah wa ni’mal wakil”. Ya, cukuplah Allah sebagai penolong, sebagai pelindung. Cukuplah Allah. Kalian tidak akan bisa mengalahkan manusia yang bergantung sepenuhnya kepada Allah, karena Dialah yang Maha Kuat, sementara kalian adalah makhluk yang begitu lemah. Tidak hanya orang dewasa. Anak-anak Palestina juga memiliki keberanian yang luar biasa.
Maka, terbit pula kerinduan untuk melihat tanah yang diberkati itu. Tanah Baitul Maqdis. Semoga suatu saat kita bisa melihat Palestina merdeka, dengan kemerdekaan yang seutuhnya. Semoga kita bisa salat dengan penuh kedamaian dan kekhusyukan di Masjidil Aqsa. Semoga nanti kita bisa bercengkerama dengan para syuhada Palestina di surga, menghadiri halakah Qur’an yang sama di taman-taman surga, mendengarkan kisah mereka secara langsung, menyimak apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya mereka alami, dari mulut harum mereka langsung, bukan dari media yang sudah dipelintir oleh negara-negara pro-zionis.
Oktober 2023 memang bulan penuh air mata. Namun, bulan ini juga penuh pelajaran berharga. Pelajaran yang membuat semakin bersyukur akan nikmat rasa aman. Pelajaran yang menampol bahwa ke mana itu semangat untuk menyelesaikan hafalan dan murajaah hafalan Qur’an? Pelajaran yang menyadarkan bahwa masalah kita ternyata belum ada apa-apanya. Masalah mereka di Palestina sana jauh kebih besar, tetapi masyaAllah keimanan mereka luar biasa. Terima kasih ya Allah, di tengah hadah hadeh perduniawian, Engkau bukakan mata kami bahwa ada masalah penting. Ada tugas besar yang perlu dijalankan. Semoga Allah berikan kita kekuatan, kesehatan dan sumber daya untuk menjalankan tugas kita dari sini, sesuai dengan posisi, fungsi dan profesi kita masing-masing. Sebelum jamaah salat subuh belum sama dengan salat Jumat, tugas kita masih jauh dari selesai. Sebelum Al-Qur’an dijadikan last seen paling sering, tugas kita masih jauh dari kata selesai. Kita perlu menjadi bagian dari generasi yang kuat fisik, jiwa dan keimanannya; bukan sibuk rebahan, bergalau ria dan merasa paling malang sedunia. Terima kasih Palestina. Semoga tulisan ini suatu saat menjadi pengingat, dan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa ada orang-orang dari jauh, yang meskipun terpisah batas-batas geografis, terpaut karena cinta kepada-Nya. Semoga nanti kita bisa reuni di surga-Nya.
Simpang Empat, penghujung Oktober 2023
6 notes
·
View notes
Text
Bertahan
Beberapa tahun lalu, aku menerima sebuah pesan berbunyi:
"Pril, bunuh diri itu dosa ya?"
Seketika aku langsung berpikir, ada apa dengan temanku? Seberat itukah permasalahan yang sedang dihadapi temanku ini hingga ia bertanya demikian? Kenapa sampai tebersit dalam pikirannya untuk mengakhiri hidup?
Setelah mendengar ceritanya, aku merasa tidak berdaya untuk menolongnya sama sekali. Sebab, aku tidak pernah mengalami apa yang ia alami, dan aku juga tidak berada di dekatnya. Kalau saja jarak lokasi rumah kami terhitung dekat, ingin sekali aku datang padanya dan menenangkannya meski hanya dengan memberinya pelukan. Sayangnya, kami jauh. Aku juga bingung mau memberi saran apa.
Aku membayangkan kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. Mungkin, pada saat menghubungiku, ia sedang berurai air mata. Mungkin saat itu dia juga sedang kalut tak keruan. Atau, mungkin juga saat itu dia ingin menumpahkan segalanya, tapi tak ada seorang pun yang memihaknya. Tak ada seorang pun yang mendengarnya.
Sebagai temannya, tentu aku pun turut merasa sedih. Terlebih lagi, ketika aku tidak bisa menolongnya, kecuali hanya memberinya saran. Itu pun jika saranku dirasa membantu.
Singkat cerita, entah bagaimana temanku itu berhasil melewati masa-masa terberatnya. Ia mampu bertahan melawan badainya. Temanku telah membuktikan bahwa dia adalah satu di antara perempuan-perempuan kuat yang pernah kukenal.
Jujur, judul buku antologi keduaku ini mengingatkanku padanya. Sekarang, dia telah menjalani kehidupan baru. Aku senang melihat dirinya yang sekarang, terlihat lebih ceria dan bahagia.
Di dunia ini, setiap kita pasti punya ujian masing-masing. Pernah mendengar pepatah,"Every cloud has a silver lining"? Pepatah tersebut bermakna bahwa setiap permasalahan pasti ada solusinya. Yang pasti, solusinya bukanlah putus asa, apalagi memutuskan untuk mengakhiri hidup. Yakinkan diri bahwa akan tetap ada harapan bagi mereka yang tidak menyerah.
Kalau kamu sedang ada di masa-masa sulit, temukanlah alasan untuk bertahan. Kamu bisa menemukannya dari mana saja. Entah itu dari dirimu sendiri, dari lingkungan sekitar, atau bahkan dari cerita pengalaman orang lain.
Barangkali, buku ini bisa membantumu menemukan alasan untuk bertahan. Sebab, dalam buku ini tertulis cerita yang menginspirasi dan pengalaman hidup para penulisnya. Salah satu penulisnya adalah aku.
Dalam buku ini, aku menceritakan perjalanan hidupku yang juga tak mudah. Aku telah banyak menemui kegagalan. Namun, seberat apa pun lika-liku hidupku, aku tetap memilih untuk bertahan. Dan ternyata, kegagalan telah membantuku menemukan hal baru yang ingin kulakukan sepanjang hidupku.
Mohon doanya, semoga tulisanku dalam buku antologi ini membawa manfaat dan bisa menjadi penyemangat bagi siapa pun yang membacanya—entah itu mereka, atau mungkin kamu juga. 😊🙏
(21 April 2024| 12:48 WIB)
#life#tulisan#selfreminder#motivasidiri#daily reminder#life qoute#motivasi#nasehatdiri#cerita#writers on tumblr#penulisbuku#penulis#bukuantologi#buku#pecintabuku#nonfiksi
6 notes
·
View notes
Text
10) Asing (dalam Tiga Puluh Hari Bercerita)
Butuh dua kali pekik minta tolong sampai suara histeris yang memecah malam itu terdengar dari dalam kamar kami.
"Ummi? Dengar?" tanyaku pada istriku. Kami yang sudah hendak istirahat kembali bangkit dan menyalakan lampu.
"Ummi mana parang?" tanyaku waspada.
Seorang perempuan paruh baya berlari melintasi jalan, "Tolong, bunuh diri!"
Malam itu sepi, 1 Januari 2024, masih hangat suasana tahun baru, olehnya itu kompleks sangat lengang sebab sebagian besar penghuninya berlibur. Berjarak lima rumah dari rumah kami, dia laki-laki pendiam, bertegur sapa pun kami tidak pernah. Saya mematung tepat di depan jasadnya yang masih tergantung.
Saya adalah laki-laki kedua yang tiba secepat mungkin. Seorang tetangga yang kebetulan seorang polisi datang lebih dulu. Ia melarang menyentuh jasadnya. Ia lebih paham protokolnya. Kemudian yang ada hanya pilu tangis dari istri dan anaknya meraung-raung. Menceritakan bagaimana keadaan malam itu pun, sampai saat ini saya belum sepenuhnya mampu.
Tetiba kompleks menjadi ramai. Saya bukan siapa-siapa. Kami hanya dua orang asing. Semenit dua menit, garis polisi sudah terbentang membatasi. Saya yang awalnya berjarak sejengkal saja dari tali yang ia pakai mengakhiri hidupnya, lambat laun telah berada di luar pintu, kemudian berakhir di jalanan, lalu menjadi penonton bersama yang lain.
Perasaan saya terpukul. Kematian demikian begitu asing di depan mata saya. Padahal ia tetangga. Kami tidak pernah bertukar sapa. Kami mungkin banyak melewatkan kesempatan untuk saling mengenal. Namun, malam itu ia memberikan perasaan sunyi dan kehilangan.
Kematian selalu menjadi entitas asing yang mengendus punuk setiap manusia. Malam itu saya terhenyak dengan tanya yang bergema-gema bak suara sirine, sebagai orang asing di tanah yang asing, bagaimana kematian akan memperlakukanku?
– al ayubi
2 notes
·
View notes
Text
Annyeong, CHINGU
Sudah lama sekali rasanya tidak mencatatkan beragam pengalaman dalam buku harian daring ini. Jujur saja aku rindu masa-masa ketika kerap menuliskan apapun yang ada dalam kepala tanpa perlu menyeleksinya terlebih dulu. Namun seiring bertambahnya tahun pikiranku seakan 'terkunci' ditambah lagi kurangnya motivasi dalam diri, hikss.
Jadi biar buku harian ini gak makin kosong, maka aku akan men-submit pengalamanku menonton bioskop kembali.
(Lupa banget kapan tahun dah aku terakhir kali pergi ke bioskop untuk menonton sebuah fim, antara tahun 2018 atau 2019 gitu. It's so long ago).
Begini ceritanya :
Sebagai seorang perempuan yang tidak suka-suka amat untuk pergi ke bioskop, kedatanganku ke CGV Rabu sore itu disebabkan oleh seorang pemuda berzodiak Taurus. Rasa kagum dan sukaku padanyalah yang membawa langkah kaki ini hingga tiba di lantai 7 di FX Sudirman.
Pemuda itu bernama Kim Seon Ho. Aku telah menyukainya selama kurang lebih tiga tahun, dan entah sampai kapan. Padahal jika kurunut ulang ke belakang, aku sudah mengetahui sosoknya tiga tahun sebelum akhirnya aku menyukainya. Kurasa itu hanya perkara timing saja.
The Childe adalah film debut Kim Seon Ho, dia aktif bermain di banyak teater lalu mulai merambah drama dan kini gilirannya menjamah layar lebar. To be honest, genre film seperti ini bukanlah cup of my coffee, cuma sebagai SHHD yah kudu wajib support si Bapak seonho__kim, karena selain film debutnya, ini juga moment comeback-nya after the storm dua tahun lalu. Duh kalau diinget-inget masih amaze aja bisa ngelalui masa kelam itu dan sekarang malah makin bersinar. Proud of you Pak Kim.
(( Seumur-umur menjadi seorang fangirl, baru sama Seon Ho doank yang namanya aku bawa dalam doa. Bukan sejenis doa yang "Tuhan, jodohkanlah saya dengannya" tapi doa agar dia diberikan yang terbaik dalam hidupnya. Gak rela gitu kalau liat dia disakiti. ))
Nah balik lagi ke film, genre film ini tuh sebenarnya noir, action, thriller dengan adegan kejar-kejaran yang intens tapi ada juga selipan comedy yang buat penonton ketawa karena gak nyangka aja di adegan yang harusnya tegang dan sedih kenapa malah diselipin humor macam itu. Sebut saja perkara Mercedez Benz, $10 juta sampai adegan luka tembak dan uhuk-uhuk. Bisaan aja lagi jokenya.
Sebelum film ini resmi rilis 21 Juni 2023 yang lalu, beberapa hari sebelumnya telah ada fans screening dan pemutaran awal kepada media, sehingga beberan dan ulasan tipis-tipis sudah berseliweran di linimasa. Aku sepakat dengan salah satu ulasan yang menyatakan bahwa The Childe ini sungguhnya adalah 'film keluarga'. Film keluarga yang dibalut sama adegan tembak-tembakan, lari-larian sama umpatan-umpatan, banyak pulak itu.
Tersebutlah seorang pemuda keturunan Korean - Filipina (Kopino) bernama Marco (diperankan oleh Tae Joo) yang pergi mencari ayahnya (kalau pergi mencari ibunya, nanti jadi kayak hatchi, halah). Eh ujug-ujug ada tuh informasi mengenai keberadaan ayahnya, tapi si Marco ini disuruh terbang ke Korea untuk ketemu langsung sama ayahnya. Maka pergilah dia dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Belum juga sampai di tempat tujuan, si Marco ini disamperin sama pemuda imut, tampan dan sexy yang mengaku Chingu (teman). Marco heran donk siapa pulak ini mengaku-ngaku temannya, mana tampilannya mencurigakan walaupun tetap menawan. Gak sampai di situ aja, ada pula seorang perempuan (diperankan oleh Go Ara) yang juga mengincar Marco demi tujuan tertentu dan tentu saja abang tiri si Marco (Kang Woo) yang juga harus memastikan membawa Marco hidup-hidup untuk bertemu dengan ayahnya.
Maka pengejaran pun dimulai.
Akting Seon Ho di film ini GILAK.
PSIKOPAT TENGIL YANG GILAK YANG NGAKU-NGAKU TEMAN.
Meski dalam beberapa adegan menampilkan wajah bengis dan kejamnya Seon ho bunuh-bunuhin orang, aku tidak merasa ngeri melihat ekspresinya, malahan berujar dalam hati 'dih nih anak mah aslinyaa lawak'. Mungkin karena template di memoriku sebab tingkahnya di 2day1night dulu kali ya.
. Aku masih ngah-ngoh ngah-ngoh di 30 menit pertama film diputar, alurnya terasa lambat. Namun selanjutnya kayak gak dikasih jeda, cepet banget euy. Aku masih cerna satu adegan ini maksudnya gimana dah, eh udah disuguhin lagi adegan selanjutnya yang buat gue melongo dan WHAT ?? Ini apaan kenapa jadi gini?? Yep. Plot twist nya di luar jangkauan pikirku. Cuma memang penyelesaian atas pertanyaan kenapa Marco dikejar-kejar dan jadi masalah di film ini tuh dijelasinnya padat dan singkat bener jadi kesannya kayak diburu-buru dan agak sedikit maksa. Part yang paling kusuka sih plot twist kedua yang muncul setelah credit title, muka cengok dan polosnya Seon Ho setelah 'dikelabui' itu memancing tawa penonton..
Akhirul kalam, tiga bintang setengah dari aku yang notabene SHHD cukup subjektiflah untuk film ini.
Jadi, sudahkah anda minum multivitamin hari ini?
PS :
Makasih untuk Hamba Allah dan Kak Adit yang sudah memfasilitasiku tiket gratis saat pemutaran perdana The Childe. Gomawo.
5 notes
·
View notes
Text
pernah ga liat orang yang dulunya waktu belum menikah hidupnya hedon,stylis dan teratur apalagi good looking. tapi pas sudah menikah hidupnya sudah tidak terurus sudah tidak peduli dengan penampilan. jangankan orang lain teman sekolah mungkin dulunya atau teman yang paling dekat sama kamu.
sewaktu belum nikah kita dirawat dengan baik oleh orang tua, hidup serba ada dan apa yang diinginkan orang tua berikan tidak kekurangan apapun, keinginan terpenuhi.
jadi tak heran jika semua orang tua sangat selektif memilih pasangan untuk anaknya, apalagi anaknya perempuan, bukan orang tua matrealistis tapi sebenarnya untuk anaknya hidup realistis tetap terjamin kebutuhannya, makanya tidak sedikit orang tua menanyakan pekerjaan seorang laki-laki yang ingin meminang anaknya.
karena memang menikah harus siap lahir batin, siap secara finansial, baik kebutuhan primer maupun sekunder, kebutuhan jasmani dan rohani itu semua harus terpenuhi, orang tua mana yang rela melepaskan anaknya hidup dengan pasangan yang membuat anaknya susah payah, karena orang tua merasa mereka sudah membesarkan anaknya dengan baik dan terjamin hidupnya tapi setelah tanggung jawab orang tua lepas hidupnya sulit.
menikah bukan sekedar soal cinta, perasaan dan kasih sayang tapi cinta juga perlu cara bagaimana bisa melanjutkan hidup, menikah bukan hanya menyatukan dua insan yang sedang jatuh cinta, dua insan yang bucin,memang diawal itu akan terasa indah, namun setelahnya harus memikirkan bagaimana bisa melanjutkan kehidupan itu untuk cinta.
mengapa lelaki harus bekerja keras dimasa mudanya agar bisa hidup layak nantinya, tidak membebani orang tua dan menyusahkan pasangannya nantinya, jangan cuman memikirkan cinta dan perasaan tapi harus mapan. sebelum mewujudkan cinta itu.
karena fitra seorang laki-laki itu tuiang punggung dan perempuan tulang rusuk yang dilindungi. banyaknya kasus perceraian karena masalah ekonomi yang tidak cukup sehingga terjadi perselingukan, kdrt dan broken home, depresi bahkan ada yang bunuh diri.
ekspektasi menikah terlalu indah tapi tidak memikirkan keberlangsungan hidup, apalagi belum memiliki ilmu tentang berumah tangga dan parenting. sebagian besar orang ingin menikah karena bucin, lebih mengutamakan perasaan memulu tanpa berpikir bagaimana kedepannya setelah menikah, sehingga setelah menikah kalangkabut memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan setiap harinya mau tidak mahu suami istri bekerja, belum lagi kalau sudah punya anak, lebih kerja ekstra lagi.
setelah menikah harus mandiri dan tanggung jawab bersama, baiknya berpisah tinggal dengan orang tua dan mertua karena itu juga salah satu faktor yang akan merusak rumah tangga, makanya sebelum nikah minimal sudah memiliki tempat tinggal sendiri,kendaraan sendiri intinya sudah mapan.
namun pernikahan juga penuh ujian, Allah selalu menguji hambanya dalam situasi apapun dalam keadaan kekurangan atau berkecukupan, heningga pentingnya ilmu agama dan ilmu sabar serta ikhlas untuk menjalani kehidupan dalam berumah tangga.
masih ingat kata-kata mama beliau pernah bilang [setelah menikah bukan lagi tampilan dan cinta yang di utamakan tapi harus difikirkan bagaimana hidup layak seperti orang, yang berkecukupan dan semua kebutuhan terpenuhi]
so yang belum menikah sekarang waktunya berusaha mencapai impan dan cita-cita nya, pinggirkanlah dulu masalah perasaan dan cinta-cintaan kalau belum siap menafkahi lahir batin, agar nantinya tidak menyesal dan bekerja keras.
bual laki-laki wajib berilmu untuk menjadi calon suami shalih untuk jd ayah serta imam dalam keluarganya dan bekerja keras sampai mapan, dan bagi perempuan perbanyak menuntut ilmu dan perbaiki menjadi muslimah calon ummi shaliah diri karena cantik saja tidak cukup bangun rumah tangga dan bukan jaminan rumah tangga sakinah mawaddah warahma.
14 january 2023 turkey
6 notes
·
View notes
Text
Polisi Evakuasi Wanita Muda yang Tertabrak Kereta, Diduga Bunuh Diri
Polisi Evakuasi Wanita Muda yang Tertabrak Kereta, Diduga Bunuh Diri
CILEGON – Satlantas Polres Cilegon mendatangi lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) tewasnya seorang wanita muda yang tertabrak kereta di Lingkungan Ketileng, Kecamatan Cilegon. Peristiwa nahas tersebut terjadi sekira pukul 09.50 WIB, Rabu (3/1/2024). Korban atas nama Latifah Ismul Fauziyah (24) itu merupakan warga Lingkungan Jombang Kali, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang. Wanita muda yang…
View On WordPress
#AKP Riska Tri Arditia#bunuh diri tertabrak kereta#Kasat Lantas Polres Cilegon#Perempuan di Cielgon tertabrak kereta#perempuan tertabrak kereta#wanita tertabrak kereta
0 notes
Text
Di stase bulan lalu, di perawatan jiwa, di rawat seorang pasien perempuan usia 24 tahun, masuk dengan depresi berat karena memiliki ide bunuh diri yang beberapa kali bahkan sudah ia lakukan.
Dengan rentang umur yang tidak jauh denganku, sedikit banyak aku bisa memahami stressor yang Ia miliki.
Perasaan sedih dan tak berdaya karena tidak memiliki pekerjaan setelah sebelumnya bermasalah di tempat kerja yang lama, merasa merepotkan kedua orang tua di umur yang tak lagi kecil.
ini memang tampak sebagai stressor sederhana bagi sebagian orang, tapi bagi orang dengan gangguan neurotransmitter di kepalanya, ini bisa jadi 'api besar'.
Saat itu ku coba sampaikan padanya dari sudut pandangku, bahwa:
'Anggap saja sekarang Tuhan sedang kasih waktu kamu untuk beristirahat, waktu untuk fokus pada diri mu sendiri, kamu bisa lakukan hal-hal yang kamu sukai, bisa punya banyak waktu bersama keluarga dan orang yang kamu cintai. Semua ada waktunya masing-masing kok. Banyak juga orang yang sudah berkerja, kangen momen 'istirahat'nya tapi ngga bisa, sekarang kamu lagi di kasih momen itu sama Tuhan. Jadi fokus saja sama kesembuhanmu dulu, nanti ada waktunya lagi Tuhan kasih kamu waktu berkerja, saat kamu sudah siap.'
Secara tak sadar, seakan sedang 'menceramahi diri sendiri.'
Lalu berselang waktu, tak lama DPJP utama visite pasien yang sama, Ia sampaikan juga nasihat, tentu dari sudut pandangnya.
'Bagi orangtua mu, dengan kamu ada di sisinya, membantu di rumah dan baik-baik saja sudah sangat membahagiakan. Bersyukur dirimu tidak perlu dibiyayain lagi, sekolah sudah selesai. Anak saya bahkan umurnya jauh di atasmu, sedang lanjut sekolah spesialis, jangankan berkerja dan menghasilkan uang, untuk kebutuhannya sehari-hari saja masih harus saya yang cukupi. Coba tanya itu (menunjuk kami para residen dan koas yang menemani), sudah sebesar-besar mereka ini, jajannya pasti masih minta sama orang tua.'
Yang ditunjuk hanya cengengesan sambil garuk-garuk kepala. 😅
Tersadar. Dari satu masalah yang sama, ada banyak sekali sisi positif yang bisa kita ambil hikmahnya.
Hidup memang tentang proses dan perjalanan, dan setiap momen memiliki tujuannya masing-masing.
Manusia sebagai hamba, tak patut untuk berputus asa pada rencanaNya. Tak layak untuk berprasangka buruk pada ketetapanNya.
Pernah dengar sebuah ceramah ustadz, yang kurang lebih mengatakan:
'Kita bisa mempercayakan pada pilot yang mengemudikan pesawat, bahwa pilot tersebut apapun hambatannya akan membawa kita ke tempat tujuan, padahal kita tak mengenal siapa pilot itu. Tapi kenapa kita tidak bisa mempercayakan hidup kita kepada Allah yang kita kenal."
Apapun yang kita lalui tiap detiknya, jalan-jalan yang kita tapaki, orang-orang yang kita temui, semua berada di bawah ketetapan Allah.
Mungkin kita tidak tahu "kenapa" atau "kapan," tetapi keyakinan bahwa setiap ketetapan-Nya membawa kebaikan adalah sumber kekuatan untuk terus melangkah.
Kindly reminder,
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (Qs. Ali-Imran:139)
0 notes
Text
Joseph Stalin dan Kontroversinya
118TOTO Joseph Stalin adalah nama yang sering memicu perdebatan panas dalam sejarah dunia, Stalin merupakan tokoh yang nggak bisa diabaikan. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya (Wajar boy, manusia bukan nabi) Stalin membentuk Uni Soviet menjadi negara adidaya di abad ke-20. Tapi, siapa sebenarnya Stalin? Apa yang dia capai, dan bagaimana kontroversi terus membayangi namanya bahkan setelah kematiannya? Hari ini, gue akan coba mengupas kehidupan untuk kalian semua, sudah siap?
Anak Desa yang menjadi Diktator Mengerikan
Joseph Stalin lahir dengan nama Ioseb Besarionis dze Jughashvili pada 18 Desember, tahun 1878 di Gori, Georgia, yang saat itu masih bagian dari Kekaisaran Rusia. Masa kecil Stalin jauh dari kata bahagia. Ayahnya, seorang tukang sepatu, dikenal suka mabuk dan melakukan kekerasan. Ibu Stalin, Ketevan Geladze, berharap anaknya bisa menjadi pendeta. Namun, takdir berkata lain.
Stalin muda sempat masuk seminari untuk belajar menjadi pendeta, tapi dia malah terlibat dalam aktivitas revolusioner. Pengaruh ide-ide Marxisme membuatnya meninggalkan pendidikan agamanya dan bergabung dengan gerakan Bolshevik. Ini awal dari perjalanan panjangnya ke dalam dunia politik.
Dari seorang Aktivis ke Pemimpin Uni Soviet
Setelah Revolusi Oktober 1917, Lenin dan Bolshevik berhasil merebut kekuasaan di Rusia. Stalin, yang saat itu dikenal sebagai orang yang pekerja keras dan loyal, mulai mendapat posisi penting. Pada 1922, dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis. Posisi ini tampaknya administratif, tapi Stalin cerdik memanfaatkannya untuk memperkuat pengaruhnya.
Ketika Lenin meninggal pada 1924, terjadi perebutan kekuasaan di dalam partai. Stalin berhasil mengalahkan rival-rivalnya, termasuk Leon Trotsky, dan menjadi pemimpin de facto Uni Soviet. Dari sini, pengaruh Stalin semakin tak terbendung.
Antara Modernisasi dan Teror
Salah satu "prestasi" terbesar Stalin adalah industrialisasi besar-besaran melalui rencana lima tahun (Five-Year Plans). Di bawah kepemimpinannya, Uni Soviet berubah dari negara agraris menjadi kekuatan industri. Proyek-proyek besar seperti bendungan, pabrik baja, dan jaringan kereta api dibangun dalam waktu singkat.
Namun, modernisasi ini punya harga yang mahal. Kebijakan kolektivisasi pertanian menyebabkan kelaparan massal, termasuk di Ukraina (Holodomor), yang menewaskan jutaan orang. Selain itu, "Pembersihan Besar" (Great Purge) di tahun 1930-an menjadi salah satu periode paling gelap dalam sejarah Soviet. Ribuan orang dieksekusi, dipenjara, atau diasingkan hanya karena dianggap sebagai ancaman bagi Stalin, ngeri banget ya..
Pemimpin yang Kontroversial
Peran Stalin dalam Perang Dunia II nggak bisa diabaikan. Di bawah kepemimpinannya, Uni Soviet berhasil mengalahkan Jerman Nazi dalam Pertempuran Stalingrad, yang dianggap sebagai titik balik perang. Namun, strategi awal Stalin, seperti pakta non-agresi dengan Hitler, sempat membuatnya dikritik.
Setelah perang, Stalin memanfaatkan kemenangan Uni Soviet untuk memperluas pengaruhnya ke Eropa Timur. Negara-negara seperti Polandia, Rumania, dan Jerman Timur menjadi bagian dari blok Soviet, memulai era Perang Dingin dengan Amerika Serikat.
Stalin dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan jarang menunjukkan emosi. Dua kali menikah, kehidupan rumah tangganya juga penuh tragedi. Istri pertamanya, Kato Svanidze, meninggal muda, dan istrinya yang kedua, Nadezhda Alliluyeva, meninggal dengan cara bunuh diri.
Stalin punya dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Namun, hubungan dengan anak-anaknya juga nggak mulus. Salah satu anaknya, Yakov, meninggal sebagai tawanan perang Jerman, sementara hubungan Stalin dengan anak-anak lainnya juga ga baik baik aja.
Stalin meninggal pada 5 Maret 1953 setelah mengalami stroke. Kematian Stalin menandai akhir dari salah satu era paling kontroversial dalam sejarah dunia. Beberapa orang merayakannya, sementara yang lain berduka. Setelah kematiannya, penerusnya, Nikita Khrushchev, mengungkap berbagai keburukan Stalin dalam pidato terkenal yang disebut "Khrushchev Thaw."
Hingga hari ini, Stalin tetap menjadi figur yang memecah belah diskusi. Di satu sisi, dia dianggap sebagai pemimpin yang berhasil membawa Uni Soviet menjadi kekuatan global. Di sisi lain, kebijakan-kebijakan brutalnya menimbulkan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya, ya gimana tidak, seharusnya seorang pemimpin yang ingin negaranya maju, tujuannya adalah untuk membahagiakan masyarakat, mengurangi kemiskinan dan membawa rakyat menuju masa depan yang lebih baik, namun Stalin, dengan segala ambisinya, sepertinya dia hanya ingin terlihat bergengsi di mata dunia, tanpa memperdulikan kesengsaraan rakyatnya.
Gue sendiri merasa kisah Stalin adalah pengingat bahwa kekuasaan besar yang dipegang orang yang salah sangatlah berbahaya. Stalin adalah contoh bagaimana ambisi besar bisa membawa perubahan besar, tapi juga kehancuran yang tak kalah besar. Belajar dari sejarah, kita harus selalu kritis terhadap pemimpin kita, apa pun ideologi mereka.
Joseph Stalin adalah tokoh yang nggak akan pernah hilang dari buku sejarah. Tapi, seperti yang selalu gue bilang, sejarah itu rumit. Nggak ada tokoh yang sepenuhnya baik atau sepenuhnya jahat. Semua tergantung dari sudut mana lo melihatnya. Jadi ambil aja baiknya dan buang buruknya.
#118toto#118 toto#daftar 118toto#login 118toto#rtp 118toto#joseph stalin#uni soviet#diktator#sejarah#belajar
1 note
·
View note
Text
Review Film Detachment (2011): Melawan Absurditas Kehidupan
Film Detachment karya Tony Kaye adalah sebuah karya sinematik yang menggambarkan absurditas kehidupan melalui lensa seorang guru sementara bernama Henry Barthes (Adrien Brody). Dengan latar sebuah sekolah menengah Amerika, film ini bukan hanya menyuguhkan kisah perjuangan seorang guru menjinakkan murid-murid bengal, tetapi juga menggali lebih dalam ke dalam konflik batin, realitas yang kejam, dan pertanyaan besar tentang makna kehidupan.
Narasi Absurditas dan Kehidupan
Detachment mengajak penonton untuk menyaksikan bagaimana setiap karakter terjebak dalam masalah mereka masing-masing, tanpa ada satu konflik yang benar-benar dominan. Denting piano datar yang mengiringi sepanjang film memberikan kesan bahwa konflik adalah sesuatu yang biasa dan tak terelakkan dalam kehidupan. Henry, sang protagonis, digambarkan sebagai sosok yang terpisah secara emosional dari dunia di sekitarnya, mencerminkan filosofi absurditas Albert Camus. Dia menjalani hidup tanpa harapan, bertindak hanya demi tindakan itu sendiri, tanpa terjebak dalam ekspektasi.
Namun, sikap ini tidak hanya memengaruhi Henry. Dua karakter perempuan, Meredith dan Erica, juga memainkan peran penting dalam menggambarkan respons manusia terhadap absurditas. Meredith memilih "bunuh diri filosofis," keluar dari kehidupan yang ia anggap tidak bermakna. Sebaliknya, Erica, seorang gadis remaja yang menemukan tempat tinggal sementara bersama Henry, memilih untuk terus menjalani hidup meskipun penuh kesulitan.
Kelebihan Film
1. Penyajian Konflik yang Setara: Film ini tidak memberi prioritas pada satu konflik tertentu. Semua masalah disuguhkan secara setara, memberikan kesan bahwa kehidupan setiap orang penuh dengan tantangan yang setara beratnya.
2. Musik Pengiring yang Mendukung: Denting piano datar yang konstan membantu menciptakan suasana muram yang konsisten, menegaskan absurditas kehidupan.
3. Penampilan Adrien Brody: Akting Brody sebagai Henry begitu mendalam, menggambarkan sosok yang hancur di dalam tetapi tetap mencoba menjalani hidupnya.
Kekurangan Film
1. Minimnya Sisi Positif pada Karakter: Hampir semua karakter dalam film ini terlihat seperti tidak memiliki sisi baik. Hal ini membuat narasi terasa terlalu pesimistis dan kehilangan keseimbangan yang realistis, mengingat manusia memiliki sisi baik dan buruk.
2. Kurangnya Pemberontakan Henry: Jika Henry benar-benar menjadi representasi dari filsafat Camus, seharusnya film ini lebih menonjolkan pemberontakan Henry terhadap absurditas di epilog, bukan hanya menggambarkan hidupnya yang muram dan pasrah. Ini membuat film cenderung nihilistik.
3. Potensi Salah Tafsir: Kematian Meredith yang digambarkan sebagai "bunuh diri filosofis" mungkin memberikan gambaran yang kurang jelas tentang pemberontakan terhadap absurditas. Jika tidak ditangkap dengan benar, film ini bisa mendorong penonton untuk menyerah, alih-alih memberontak terhadap ketidakpastian hidup.
Refleksi Filosofis
Film ini menggambarkan absurditas seperti yang dijelaskan oleh Camus dalam Mite Sisifus: perbedaan antara nalar manusia yang menginginkan kepastian dan realitas yang penuh ketidakpastian. Namun, pendekatan Detachment terhadap absurditas tidak sepenuhnya sejalan dengan ajaran Camus tentang pemberontakan. Alih-alih melawan absurditas dengan kesadaran dan solidaritas, film ini lebih menonjolkan kemuraman dan penyerahan. Hal ini bertentangan dengan pandangan bahwa harapan adalah sumber kekuatan, bukan sekadar sumber kekecewaan. Dari perspektif spiritual, film ini juga kurang menggambarkan nilai sabar dan syukur yang bisa menjadi respons terhadap absurditas.
Kesimpulan
Detachment adalah film yang berani mengangkat tema berat tentang absurditas kehidupan. Meski sukses menciptakan suasana yang menggambarkan kompleksitas hidup, film ini kurang memberikan resolusi yang kuat. Pesannya cenderung nihilistik dan bisa disalahartikan oleh penonton. Sebagai refleksi, film ini cocok bagi mereka yang mencari pemahaman filosofis tentang absurditas, tetapi kurang ideal jika diharapkan sebagai panduan menghadapi hidup.
Rekomendasi: Tonton film ini dengan kesadaran kritis dan refleksi mendalam, sambil tetap berpegang pada prinsip harapan, kesabaran, dan syukur untuk menjalani hidup yang penuh makna.
0 notes
Text
Memohon lagi dengan tangis pada kota baru, bertemu wajah-wajah asing yang terasing, memulai dari qidam tempat berteduh dan lain hal, membaur diri.
Harus kah ia menggantinya lagi, untuk ke sekian kalinya? bersembunyi dilaman media mengenakan akun palsu. Dalam kolom pencarian, yang tidak ditemukan nama panjang atau memori lain yang telah memudar, akan hilang, selamanya. Kepalang ia dirapal oleh mantra, agar setiap malam dadanya penuh sesak, menikamnya berkali-kali dan ingin mati namun enggan bunuh diri.
Menerka-nerka seperti apa mereka ini? berapa lama bisa bertahan? Sumpah, ia menyelamatkan diri dari orang-orang kejam beserta pikiran-pikiran menyeramkan. Membayar atap raga jiwa dengan hal-hal kebaikan yang dibayar dengan membiru.
Dilorong sana, dilorong sini, jiwanya penuh ganggu. Kembali pulang hanya pada Maha atau akan bersamanya pada waktu singkat dan tak perlu kebingungan akan tempat pulang.
Terbelenggu dalam kebebasan berpasrah, ia terus bebas dan bersinar, sementara dibelakangnya seorang anak perempuan mati-matian menyelamatkan hidupnya dari perbuatannya. Ia berlarian menyusuri setiap sudut untuk mendapatkan kata maaf yang harus sempurna menjadi ikhlas.
0 notes
Text
Nothing To Fear, eh?
Akhir-akhir ini, kehidupan, akhirat, kapankah akan berakhir?
Sudah lama sekali rasanya tidak menumpah ruahkan segala yang dirasakan dalam tulisan. Padahal ku yakini sekali, sudah itu mati, bahwa menulis seperti yang dikatakan Pram adalah bekerja untuk keabadian. Toh, akhirnya, yang fana itu waktu, 'kan? Kata Sapardi, kita, abadi.
Didengungkan Mumford and Sons yang aku tahu dari series Ted Lasso, series terbaik sepanjang masa versiku. Lalu, Ezra Furman yang juga ku tahu dari series yaitu Sex Education. Ataupun tetap dengan Efek Rumah Kaca di album lama dan maupun Silampukau, yang tetap membuatku berharap jadi kaya. Osaka Journals nya Sajama Cut juga tidak bisa dilewatkan berikut dengan Godsigma. Semua itu menggambarkan betapa ora karu-karuannya kehidupan dalam rentang waktu setahun belakangan.
Tidak bisa jauh dari kopi hitam minimal sekali sehari dan berbatang-batang rokok Djarum Coklat Extra yang harus ku sembunyikan dari mba-mba itu...
Kita mulai ya, pertama,
"Lit me a light of fire that light up and circle round my heart.." (WSATCC, 2005)
Nothing to fear. Judul lagu dari album pertama White Shoes and The Couples Company. Selalu masuk dalam daftar putar yang menemani revisi tesis yang tidak selesai-selesai. Sebagai pengingat bahwa memang hari sedang gelap, jadi tolong kehadiranmu nyalakan cahaya karena biarpun aku hanya bisa tidur dalam keadaan gelap, kali ini aku ingin terjaga. Takutku pada gelap, takutku pada masa depan, dan juga kesalahan di masa lalu, padahal... nothing to fear for now, harusnya.
Aku percaya keadaan akan membaik, sama halnya ketika Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore yang tetap tenang dan mengingatkan agar menyalakan lampu ketika Hogwarts dikelilingi Dementor yang membuat semuanya begitu suram. Tapi, yah, jadi dilema ketika pada akhirnya toh Pak Tua itu mati. Apanya yang bahagia?
Kedua,
Bulan berakhiran Ber sudah dimulai. September, Oktober, dan November. Hujan menjadi kepastian dan kau datang saat diriku tak mampu berpikir. Perempuan tiba-tiba datang.
Salam kenal dan salam-salam selanjutnya menjadi sebuah harapan akan pertemuan. Tidak terasa sudah jadi pertemuan ketiga yang kita habiskan dalam kesengajaan, atau beberapa pertemuan yang tidak disengaja.
"And I've known pious women Who have lead such secret lives Shameless in the dark, so shameful in the light And you may not be pious and I may not be saved But we could live quite happily and quietly unfazed"
(Mumford and Sons, 2018)
Perempuan penuh misteri, yang tidak tahu apa yang diinginkannya. Tapi, jadi perempuan yang menjadi apa yang aku pun tidak tahu keinginanku sebenarnya. Dalam segala batas yang curam, barangkali, memang perempuan hadir untuk sekadar ada. Tanpa dengan bijak perlu diketahui segala alasan dalam kehadirannya, tapi sekadar ada, itu sudah tidak lagi sekadar cukup,
Trotoar di Kota Lama Banyumas, sapi dan kabut di Baturraden, atau ketoprak yang pesannya sedang tapi ternyata sangat pedas di depan Graha Unsoed.
Hanya terima kasih dan terima kasih.
Ketiga, Tuhan, lagi-lagi, Tuhan.
Menilik Nick Cave yang bercerita dalam lagunya bahwa beliau tidak percaya dengan campur tangan Tuhan. Sama denganku?
Tapi, ketika semua dirasa mustahil, akhirnya kembali lagi ke haribaan-Nya. Tak terbantahkan. Karena, bagaimanapun, tolong Ya Tuhan, arahkanku, arahkannya. Into my arms, Oh Lord.....
"I don't believe in an interventionist God But I know, darling, that you do But if I did, I would kneel down and ask him Not to intervene when it came to you Will not to touch a hair on your head Leave you as you are If he felt he had to direct you Then direct you into my arms"
(Nick Cave and The Bad Seeds, 1997)
Penutup. Rasa-rasanya ingin membenturkan segala isi kepala beserta badan-badannya. Atau seruan Mari Bunuh Diri, tapi kemudian ingat betapa Hidup Itu Indah, lalu semuanya kembali lagi ke kegelapan. Efek Rumah Kaca dalam segmen II di lagu Putih, Ada, mempersembahkan semuanya untuk Angan Senja, Rintik Rindu, dan Semua Harapan di Masa Depan!
Memang sedang gelap, memang sedang curam, semuanya memang sedang tidak baik-baik saja. Besar harapan ini tidak menjadi tulisan terakhir, bukan sebuah eulogi, melainkan berurutan yang lebih dari trilogi.
Semangat menulis lagi. Menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Kalau memang harus mati...... this is where the light cues fin.
1 note
·
View note