Tumgik
#Penentu
kbanews · 1 year
Text
Dengar Keluhan Milenial, Anies:Anak Muda Penentu Arah Indonesia ke Depan
JAKARTA | KBA – Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan mengatakan anak muda adalah penentu arah Indonesia ke depan. Hal itu disampaikan Anies Baswedan saat bertemu dan menyerap aspirasi kaum milenial di acara Titip Harapan ‘Milenial Menyampaikan, Anies Baswedan Mengerjakan’. “Mereka (anak muda) pemilik masa depan dan kita berbicara tentang Pemilihan Presiden…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
synanymore · 2 months
Text
Tuhan menciptakan penyesalan agar kita tahu bahwa tidak semua hal boleh diulang kembali, dan. Tuhan juga menciptakan kesempatan bukan untuk memenangkanmu, melainkan untuk membuatmu berkaca pada masa lalu.
Antara rasa dan pilihan, salah satunya menjadi penentu masa depanmu.
191 notes · View notes
glimpsewords · 17 days
Text
dari hari ke hari, semoga kita tak pernah lupa bahwa peran kita hanya sebatas perencana, bukan penentu segalanya.
76 notes · View notes
edgarhamas · 1 year
Text
Di Balik Keshalihan Pemuda Ismail, ada Ayah dan Bunda yang Tangguh
(Poin-poin Khutbah Idul Adha yang disampaikan @edgarhamas di Masjid Al Jihad Kranggan, Kota Bekasi 10 Dzulhijjah 1444 H)
Ibrahim, nama mulia itu terulang 69 kali dalam lembar suci Al Qur'an. Beliau, kisahnya menjadi inspirasi bagi milyaran umat manusia. Namun kali ini aku akan mengajakmu lebih dekat dengan sosok istimewa yang tak kalah hebatnya: sang putra, Ismail alaihissalam. Tadabbur tentang beliau akan ku mulai dengan sebuah pertanyaan: di usia berapakah Ismail kecil saat beliau ditinggal di lembah Bakkah bersama ibunya?
Tumblr media
Dalam Kitab Umdatul Qari karya Al Ainiy, kala itu usia Nabi Ismail baru 2 tahun; sedang banyak butuh bonding dengan ayah dan ibunya, sedang saat itu sang ayah pergi ke medan juang di Palestina. Namun lihatlah; sang Ismail bertumbuh menjadi manusia hebat yang lurus pembawaannya, santun akhlaqnya dan lembut budi pakertinya. "Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar..." (QS Ash Shaffat 101)
Betapa takjubnya kalau kita peka, ada fakta penting ketika Ismail mendengarkan perintah Allah lewat lisan ayahnya untuk menyembelihnya. Ayat 102 surat Ash Shaffat mengabadikan momen itu, ketika Nabi Ibrahim berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Apa jawaban Ismail? Apakah beliau berkilah? Kabur? Lari tunggang-langgang? Menganggap orangtuanya sebagai toxic?
Ternyata jawaban Ismail begitu tulus sekaligus berhati besar menyambut perintah Allah itu, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Jawaban yang hanya datang dari lisan manusia yang keyakinannya utuh dan murni, akidahnya kokoh tanpa banyak basa-basi. Aku semakin bergetar ketika membaca tafsiran ulama, berapa usia nabi Ismail saat ada di momen berat itu?
Ya, para mufassir mengatakan bahwa kala itu usia nabi Ismail sekitar 13-16 tahun!
Muda, tapi cara pandangnya bijaksana, bahkan melebihi orang-orang yang lebih tua dari beliau. Itulah yang membuatku ingin mengajakmu untuk mentadabburi: apa faktor-faktor yang mampu menciptakan mentalitas seperti yang dimiliki oleh Nabi Ismail muda?
1. Kemurnian Akidah jadi faktor penentu lingkungan sebelum yang lain.
Simak apa yang didoakan oleh Nabi Ibrahim ketika pertama kali menempatkan istri dan anaknya di lembah Makkah, "Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat..." (QS Ibrahim 37)
Tumblr media
Yang jadi faktor utama yang membuat Nabi Ibrahim tenang menempatkan keluarga di lembah Makkah, bukan karena fasilitas, bukan karena resource melimpah; tapi karena di situ ada Baitullah! Dan visi Nabi Ibrahim begitu murni: agar anak keturunannya melaksanakan shalat. Barulah kemudian Nabi Ibrahim melanjutkan doanya sebagai pelengkap, "maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur..." (QS Ibrahim 37)
2. Ayah dan Ibu yang Shalih Shalihah
Ismail muda mendapat contoh terbaik tentang keyakinan total pada Allah sekaligus mentalitas ikhtiar yang terbaik dari ibunya: Ibunda Hajar. Kala Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya di lembah Makkah yang tandus tak bertanaman itu, Ibunda Hajar bertanya pada suaminya, "apakah yang engkau lakukan ini adalah perintah Allah?"
Ketika Nabi Ibrahim menjawab, "ya", respon Ibunda Hajar begitu dahsyat, "jika memang begitu, maka Allah sekali-kali tak akan meninggalkan kami!"
3. Kedekatan emosional antara orangtua dan sang anak.
Jika kita memerhatikan, saat Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih Ismail, beliau tidak langsung melakukannya dengan tergesa dan kasar. Tidak. Justru, Nabi Ibrahim dengan bijaknya mengabarkan lebih dulu pada anaknya dengan panggilan yang sangat baik, "yaa bunayya!" Wahai anakku sayang. Dan setelah Nabi Ibrahim selesai menyampaikan perintah Allah itu, beliau mengakhirinya dengan sebuah kalimat dialogis, "Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu..." (QS Ash Shaffat 102)
Seorang anak akan tumbuh mencintai model hidup orangtuanya jika memang terjadi dialog yang hangat dan kedekatan yang baik. Moga kita bisa mengambil inspirasinya!
306 notes · View notes
gadiskaktus · 10 days
Text
Apa yang kamu tunggu? Apa yang kamu cari?
Sedang tidak menunggu siapa-siapa, sedang tidak mengharapkan apa-apa.
Semua kini aku serahkan kepada Pemilik dan Penentu takdir, Dia-lah sebaik-baiknya penjaga, pelindung, penolong. Jika sudah Allah izinkan, jika sudah waktunya, Allah sendirilah yang akan memberikan apa yang aku butuhkan.
Setenang dan semelegakan itu rasanya.
50 notes · View notes
milaalkhansah · 4 months
Text
It's okay if it takes a long time and a long journey for us to find the right one.
Tumblr media
Kadang ya, kita gak pernah meniatkan untuk mencari tahu suatu hal, tetapi hal-hal tersebut selalu saja punya cara untuk ditemukan oleh kita bahkan secara tak sengaja.
Contohnya membaca berita.
Kita bisa saja memilih untuk tidak mencari tahu apa yang sedang atau marak terjadi. Tetapi selama kita masih bermain media sosial, algoritma kita setidaknya sekali—pasti akan memunculkan berita-berita tersebut dan membuat kita tidak sengaja membacanya.
Berita-berita tentang perselingkuhan, perceraian, KDRT, dan kegagalan dalam rumah tangga lainnya seakan memenuhi lini masa kita saat ini. Kita yang bisa jadi semula menganggap hal-hal tersebut adalah suatu hal yang biasa saja untuk diberitakan. Namun, saat berita tentang tersebut seakan menjelma menjadi banjir yang tidak ada surutnya, lambat laun membuat pemikiran kita juga pasti akan berubah.
Tidak ada hal di dunia ini yang kita alami bahkan hal-hal yang sering kita pikir tidak disengaja tadi terlepas dari campur tangan takdir. Aku percaya, bahkan di sehelai rambut yang jatuh pun itu semua telah ada dalam ketetapan-Nya. Meskipun kebanyakan dari takdir-takdir tersebut gak pernah kita ketahui maknanya apa. Sebab lagi-lagi karena ilmu kita yang terbatas.
Begitupun tentang berita-berita tersebut.
Kalau ingin menggunakan sikap sok tahuku ini. Berita-berita tersebut bertujuan untuk mengingatkan akan betapa pentingnya untuk tidak menjadikan pernikahan sebagai suatu tujuan yang harus dipenuhi dalam hidup. Bahwa pernikahan bukanlah akhir dalam proses seseorang. Bahwa cepat atau lambatnya seseorang menikah bukanlah sebuah penentu kesuksesan dan kegagalannya dalam hidup. Bahwa pernikahan tidak menjamin seseorang akan bahagia selamanya. Bahwa pernikahan seharusnya tidak dijadikan sebagai garis finish kita sebagai seorang manusia.
Dulu, aku pernah bercita-cita untuk menikah paling lambat di umur 25 tahun. Namun, setelah melihat apa yang terjadi, kualami sendiri, dan orang-orang terdekatku lalui. Cita-cita tersebut akhirnya menjadi semakin kabur dan terlupakan. Sedikit banyak pengalaman-pengalaman tentang pernikahan orang-orang di sekelilingku mengubah sudut pandangku dalam memahami cinta dan pernikahan itu sendiri. Aku yang saat ini menuju 23 tahun, perlahan mulai melemaskan ego. Berpikir, bahwa nggak papa if it takes a long time and long journey for me to find the right one.
Karena emang nggak papa. Sebab masih banyak hal yang penting untuk dipikirkan sekedar dengan memikirkan siapa kelak yang akan menjadi jodoh kita. Aku tidak mau mendahului takdir dalam membuat keputusan. Oleh karena itu, aku membiarkan waktu menuntunku akan ke mana nantinya semua ini. Entah berakhir di pelaminan atau kematian. Lihat saja nanti.
30 notes · View notes
dreamahsekai-blog · 4 months
Text
Sehebat apapun impian kita, tetap sebaik-baik penentu hanya Allah.
Langitkan rencana-rencana dan impian hebatmu itu. Semoga selalu dimampukan.
Bumi, huruf ke 2 di 5.
09-06-2024
14 notes · View notes
lacikata · 7 months
Text
Urgensi ilmu sebelum amal itu memang perlu ditekankan, seperti yang disampaikan Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah, “Siapa yang beribadah kepada Allah ﷻ tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2: 282)
Barangkali, tentang wajah juga telapak tangan sebagai bagian yang diperbolehkan terlihat ketika salat sudah akrab didengar di telinga, namun bagi sebagian muslimah terdapat bagian lain yang kurang mendapat perhatian, yang ternyata justru menjadi bagian yang tidak boleh terlihat ketika salat, karena bagian tersebut merupakan aurat yaitu bagian bawah dagu.
Seringkali, ketika memilih mukena yang menjadi perhatian adalah bahannya, warnanya, modelnya, namun kurang diperhatikan apakah bagian bawah dagunya tertutupi dengan sempurna atau tidak.
Padahal, bagian tersebut juga menjadi salah satu penentu sah atau tidaknya salat, sebab salah satu syarat sahnya salat adalah menutup aurat. Wallahu a'lam bish-shawabi.
Biidznillah, sekarang ini juga banyak penjual mukena yang mulai memperhatikan tentang hal ini, dan apabila mukena teman-teman di rumah dalam kondisi masih bagus, namun bagian bawah dagunya kurang menutupi, di marketplace juga sudah banyak yang menjual inner dagunya saja.
Tumblr media
Wallahu waliyyut taufiq.
24 notes · View notes
diksibising · 3 days
Text
Fisik penentu awal rasa suka, harta awal penentu restu orang tua. Keturunan penentu regenerasi setelah tutup usia, sedangkan agama penentu jalannya masuk kedalam surga.
Wahai keturunan anak cucu Adam dan Siti Hawa, selamat bertempur melawan dunia yang fana. Kau tidak akan tersesat dan celaka, jika mengikuti petunjuk yang sudah diturunkan oleh Allah SWT.
"Dia (Allah) berfirman, "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 123)
7 notes · View notes
arinailma · 3 months
Text
Jadi akhwat tuh challenging bet bet bett. Sebelum nikah dituntut buat ngejaga diri sebaik mungkin. Berusaha nutup aurat seideal mungkin sesuai sama syariat. Keinginan berhias dikikis sedikit demi sedikit. Abi bilang jangan sampai narik perhatian orang. Tapi emang semuanya ga semudah itu, tergantung.. latar belakang ga si. Aku jadi bersyukur banget.
Katakan ada satu orang akhwat nih, di masa single nya dia udah berusaha menjaga semenjaga itu. Mungkin sejak masih single nya dia punya standar a, b, c dalam berpakaian terus kalo ntar aku nikah maunya kayak gini gini nanana. Yaa kalo dalam sehari-harinya dia udah terbiasa dengan tampilan yang syar'i, dia cenderung juga akan menerapkan itu di hari terbaiknya (pernikahan), menurutku sih ya. Tapiii, kayaknya ga semua akhwat berkesempatan buat dapetin dream wedding nya. (Apasi rin, sumpah aku cm sok tau:)
Beberapa di antara kita, iya para akhwat, punya orang tua yang bahkan di masa mudanya belum sedekat itu sama Islam dan syariat-syariatnya. Sampai di hari terbaik mereka, ibu sebagai orang pertama yang kita pengen banget jadi pendukung semua konsep yang bakal kita rancang, sekaligus ngarahin mana yang lebih banyak manfaatnya atau mudhorotnya, jadi penentu gimana hari H itu akan berjalan.
Mungkin ketidaktahuan ibu kita jadi penghalang atau mungkin berubah jadi bentuk keraguan kita.
Misal, kita tau kalau idealnya gaun yang nanti kita pakai itu gabole ngebentuk badan, tapi karena ibu gatau hal itu dan pasti pas nentuin kayak gitu kita bakal lebih banyak minta validasi ibu kan? Jadi ibu bilang, "gausah kak bagusan yang ini bikin kamu keliatan tambah tinggi." Akhirnya kita manut juga sama ibu.
Misal lainnya, akhwat biasanya gapernah dandan. Plis mohon dimaklumi para akhwat yang gapernah dandan ini. Pas hari H kita ditanya sama MUA nya, "make up nya mau kayak gimana mbak?", "kerudungannya mau kayak gimana mbak?" Kita cuma bisa nanya balik ke ibuk ga si. Kek, "Mahh ini bagusnya gimana", terus nanti ibu bilang "Yang menurut mbak MUA nya paling bagus aja". Oke akhirnya kita manut lagi. Sampai pas udah didandanin kita baru sadar kalo MUA nya masangin bulu mata palsu sama pas mau di kerudungin harus dipakein konde dulu biar bagus, menurut mbaknya. "Loh kan kalo kayak gini gabole ga sih" Akhirnya perasaan kita yang campur aduk, tanpa berani bilang apa-apa ke ibu.
Huaa takut. Sumpah ini bukan ceritaku atau cerita orang lain, aku cuma sok tau tapi tapi kepikiran aja huehwhehwh. Gara-gara ngehadirin banyak undangan nikah orang. Maapin manusia INFP yang sangat suka mengamati dan sangat cocoklogi ini:')
Random thought || Ahad, 7 Juli 2024
10 notes · View notes
bayuvedha · 1 month
Text
The One
Orang-orang yang sedang jatuh cinta memiliki militansi dan cinta mati yang luar biasa. Mereka tak kenal lelah mendukung dan berharap agar "The One"-nya dapat bersama mereka.
Dalam pandangan mereka, hanya ada satu faktor penentu, yaitu "The One" itu sendiri. Mereka berargumen bahwa semua yang dilakukan adalah karena cinta yang tulus.
Namun, mereka lupa bahwa kehidupan ini bukanlah seperti kisah cinta yang romantis. Hubungan antar manusia bukan sekadar tentang siapa bersama siapa, tetapi lebih tentang bagaimana kita bisa mencapai kebahagiaan dan kemaslahatan yang lebih besar. Ini bukan soal terobsesi pada satu orang, seolah-olah hanya "The One" yang bisa memberikan kebahagiaan sejati, dan lainnya tidak.
Saya salut dengan orang-orang yang jatuh cinta seperti mereka yang memiliki idealisme tinggi, kecerdasan, dan komitmen yang kuat. Namun, saran saya adalah memahami dinamika kehidupan lebih dalam lagi.
Sejarah mengajarkan kita bahwa kesetiaan dan cinta buta pada satu individu atau entitas bisa berujung pada kesalahan. Kehidupan bukanlah hitam putih, melainkan penuh dengan berbagai nuansa yang membutuhkan pemahaman yang mendalam.
Dalam kasus ini, pemujaan berlebihan pada "The One"-nya membuat mereka kehilangan objektivitas. Mereka terus-menerus mendorong orang-orang untuk mendekatkan "The One" dengan mereka, sementara mereka membiarkan "The One" tersebut terlihat berkompromi dengan kesalahan nya.
Mungkin mereka akan mengatakan bahwa semua itu karena cinta yang besar.
Namun, cinta yang sejati dimulai dari mengenal dan memahami. Di sinilah mereka tampaknya gagal. Mereka gagal memahami bagaimana orang-orang yang mencintainya telah berjuang selama bertahun-tahun dengan kesetiaan dan pengorbanan yang besar. Mereka juga gagal memahami bahwa dalam hidup, ada prinsip-prinsip yang tetap dan ada yang berubah. Perubahan strategi dan pendekatan dalam hubungan tidak selalu berarti pengkhianatan.
Cinta yang berlebihan pada satu sosok telah membuat mereka kehilangan keadilannya. Mereka tidak adil dalam menilai situasi dan bahkan mungkin menutup mata pada kenyataan yang lebih luas. Inilah tantangan bagi mereka yang jatuh cinta: untuk tetap jujur dan adil, bahkan ketika hati mereka dipenuhi cinta.
9 notes · View notes
kbanews · 1 year
Text
Kornas FK- GMNU: Khofifah Kunci Penentu Kemenangan Anies Baswedan
JAKARTA | KBA – Bursa Bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) terus bergulir. Banyak nama yang muncul ikut bertarung memperebutkan orang nomor dua di Republik ini. Mulai dari politisi, orang partai, pejabat negara, pengusaha, menteri hingga dari kalangan TNI dan Polri. Tak terkecuali tokoh Nahdlatul Ulama yang saat ini sedang naik daun bakal masuk dan ambil peran pada Pemilu 2024. Koordinator…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
carlcoulate · 9 months
Text
I fell in love with you before i even realized that i did.
25 januari 2020
Dalam dunia penerbangan terdapat istilah yang namanya Critical Eleven, sebelas menit paling krusial dimana kecelakaan pesawat kerap kali terjadi yakni, tiga menit pertama setelah pesawat take-off atau lepas landas dan delapan menit sebelum pesawat landing atau mendarat.
Critical Eleven sejatinya tidak hanya mendeskripsikan mengenai pesawat terbang saja, namun juga bisa digunakan untuk menggambarkan pertemuan pertama dengan seseorang. Tiga menit pertama saat kesan pertama tercipta dan delapan menit terakhir ketika segala perangai juga raut wajahnya, menjadi penentu apakah akhir pertemuan itu akan menjadi sesuatu yang lebih atau justru berakhir sebagai perpisahan.
Awalnya Maya menyangka pertemuan pertamanya dengan Hannah kemarin akan berakhir sebagai perpisahan juga dan di penerbangan berikutnya ia tidak akan bersua lagi dengan Hannah, akan tetapi takdir berkata lain kejadian kemarin malah membawa mereka pada pertemuan lainnya entah secara kebetulan atau memang sudah garis takdir Tuhan.
Di malam ini Maya ingin memenuhi janjinya dengan Hannah untuk fine dining yang sudah mereka rencanakan tempo hari, meskipun sempat di buat hopeless karena Hannah tak kunjung mengabarinya selama dua minggu namun semangatnya seketika kembali manakala perempuan itu mengiriminya pesan dan sudah menyiapkan segalanya untuk fine dining mereka.
Penampilan Maya nampak sangat elok malam ini dengan dress hitam membalut tubuhnya, tidak banyak aksesoris yang melengkapi ia hanya mengenakan kalung berliontin kupu kupu pemberian sang ibu, yang memang selalu ia kenakan kemanapun ia pergi, terlihat sederhana namun bisa memikat semua mata yang memandang. Begitu ayu penampilannya untuk di pandang.
Kedua tungkainya melangkah masuk ke dalam hotel bintang lima dan menuju restoran mewah yang berada di lantai paling atas tempat janjiannya dengan Hannah, sesampainya disana seorang pelayan menghampiri Maya dan dengan ramah bertanya,
"Selamat malam kak, meja untuk berapa orang?"
Perhatian Maya teralihkan kepada sang pelayan, "Eh kemarin temen saya udah reservasi deh kayanya." Jawabnya
"Oh, kalau begitu boleh tau atas nama siapa kak?"
"Hannah Katherine."
Pelayan tersebut untuk sementara beralih ke kasir, melihat ke monitor komputer dan kembali lagi ke hadapan Maya segera mengantarkan perempuan kelahiran januari itu menuju ke meja yang telah di reservasi atas nama Hannah, berada tepat di sebelah jendela yang mengarah langsung pada pemandangan lampu lampu kota.
Sang pelayan pergi dan Maya duduk di salah satu kursi di meja itu, kepalanya menoleh memandangi view kota yang berada dibawah sebelum ia di distraksi oleh notifikasi ponselnya.
Dari Hannah.
hannah : Saya sudah sampai, kamu?
Lantas Maya segera mengetikkan balasan untuknya.
maya : aku udah di dalem restonya hannah
Tak ada balasan lagi dari sang pilot, mungkin saja ia juga sudah naik ke lantai atas. Maya kembali meletakkan ponselnya di atas meja, dan balik memandangi pemandangan diluar jendela sembari menopang dagunya menunggu kedatangan Hannah.
"Maya?"
Kepalanya menoleh ke arah sumber suara, mendapati presensi Hannah di hadapannya dalam balutan blazer berwarna gelap dan juga celana hitam, rambut panjangnya di kuncir rapi penampilannya nampak elegan juga berkelas, kecantikannya bertambah. Ia mengumbar senyuman manis yang bisa membuat siapapun terpana termasuk Maya sendiri.
"Udah lama ya nunggunya? Maaf saya agak terlambat." Hannah mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di hadapan Maya, sementara Maya masih diam termangu memandanginya sebelum akhirnya tersadar dari lamunan.
"O–ohh belum lama kok han..."
Hannah masih mempertahankan senyumannya sembari menganggukkan kepala, ia memandangi wanita di hadapannya sejenak memusatkan seluruh atensinya hanya pada Maya seorang.
"You look beautiful tonight."
Maya setengah mati menahan senyum, ungkapan itu berhasil membuatnya tersipu malu, untung saja keadaan restoran yang agak remang remang ini mampu menyamarkan semburat merah di pipinya.
"Thank you, kamu juga han. You look so gorgeous." Ia balik memuji Hannah, benar benar tabiat wanita sekali yang kalau di puji mesti akan balas memuji.
"Haha terimakasih, anyway kamu sudah pesan?"
Maya menggelengkan kepala sebagai jawaban, dan Hannah pun segera memanggil pelayan ke meja mereka, sambil membawa buku menu dan menyerahkannya kepada dua puan itu.
Mata Maya menelisik setiap makanan yang tertera pada buku menu tersebut, harganya yang lumayan tinggi membuat Maya agak memelotot, untuk appetizer saja bisa meraup hampir 200 ribu? Itu bisa Maya gunakan untuk makan selama 2 bulan jika sedang di mess.
"Kamu mau apa?"
Aduh, ditanya begini Maya jadi kelimpungan sendiri.
Menyadari tak ada respon dari lawan bicaranya membuat Hannah segera mengalihkan pandangannya ke Maya, "Kenapa Maya?" Tanyanya lembut.
Maya agak tergemap bingung mau menjawab bagaimana, beruntung Hannah merupakan wanita dengan tingkat kepekaan yang tinggi. Seolah tau apa yang Maya khawatirkan ia berujar,
"Pesan apapun yang kamu mau, gausah mikirin soal harga. Bills on me kok."
Jujur Maya jadi tidak enak, sebenarnya dia mampu mampu saja membayar makanan yang harganya tak masuk akal itu dengan gajinya yang di atas rata rata, tapi karena ia merupakan tipe orang yang agak perhitungan segalanya harus ia pikirkan matang matang sebelum mengeluarkan uang.
"Mmm gausah deh han, aku aja yang bayar gapapa."
Hannah tersenyum simpul, "Saya yang ngajak kamu dinner Maya, udah seharusnya saya yang nanggung semua. Lagian juga saya mau menebus rasa bersalah saya karena udah marahin kamu kemarin. Pesan aja yang kamu mau jangan mikirin soal harganya, okay?" Ucapnya berusaha meyakinkan Maya, membuat perempuan di hadapannya itu termangu sejenak sebelum menganggukkan kepala disertai senyuman hangat diwajah.
"Okay...once again thank you so much Hannah. Aku berutang budi banget sama kamu, lain kali aku bakalan bales ya?"
Figur pilot itu menggelengkan kepala, "Don't think about it. Nikmatin aja malam ini."
Beres dengan urusan memesan makanan, dua puan itu akhirnya saling bercengkrama mengenal satu sama lain lebih dekat, menceritakan perjalanan karir mereka dan bagaimana rasanya bekerja di dunia penerbangan sambil di selingi dengan candaan, kalau di lihat lihat keduanya nampak seperti sudah kenal lama padahal baru bertemu dua minggu yang lalu. Obrolan itu terus berlanjut, sampai hidangan utama telah tiba.
"So... kamu termotivasi jadi pramugari because your mom is also a flight attendant?" Hannah bertanya sembari memasukkan irisan daging ke dalam mulutnya.
"Mhm, sebenarnya aku gak pernah kepikiran pengen jadi pramugari sih dari sma tuh aku pengen banget jadi...jaksa?" Maya selingi dengan kekehan sebelum melanjutkan,
"Tapi mengingat jurusan aku yang gak ada hubungannya dengan hukum lebih tepatnya bukan hukum, jadinya aku milih untuk meneruskan perjalanan karirnya bunda menjadi pramugari."
Hannah fokus mendengarkan sembari memperhatikan wajah cantik nan lucu wanita di hadapannya, ingatkan Hannah untuk berkedip bola matanya bisa saja keluar gara gara terlalu asik memperhatikan Maya.
"Bunda masih jadi pramugari atau sudah berhenti?"
Maya hentikan kegiatan makannya sejenak ketika mendengarkan pertanyaan itu terlontar dari mulut Hannah.
"Udah berhenti han."
"Kenapa?"
"Beliau udah meninggal beberapa tahun yang lalu."
Dan rasa bersalah seketika menggerogoti hati sang pilot merasa lancang telah menanyakan hal yang tidak sepatutnya ia tanyakan, segera ia bersihkan tenggorokannya sebelum menyampaikan maaf.
"Maaf maya, saya turut berduka cita."
Maya menganggukkan kepala dan menjawab dengan senyuman manis menyertai wajah moleknya,
"It's okay, udah biasa kok."
Hannah memutar otak mencari topik obrolan lain agar sekiranya mereka tidak canggung setelah obrolan sebelumnya, "Kamu masih single atau sudah punya pasangan?"
To the point sekali ibu pilot ini.
"Aku masih single, what about you?"
"Same, saya juga masih single."
"Really? Aku kirain udah punya."
Hannah mendengus penuh humor, "Saya gak mungkin ngajak kamu dinner kalau saya sudah punya pasangan maya."
Ya ada benarnya juga, Maya merutuki dirinya sendiri akan pertanyaan bodoh itu.
"Tapi pernah pacaran?"
Hannah menatap lawan bicaranya ia nampak berfikir sejenak sebelum menggelengkan kepala, sontak membuat figur pramugari yang melontarkan pertanyaan tadi terheran-heran.
"Demi apa? Kamu gak pernah pacaran?" Kedua manik karamel yang membola, jujur Maya sedikit terkejut mengetahui fakta baru mengenai Hannah, perempuan berumur 28 tahun itu belum pernah berpacaran? Yang benar saja.
"Iya....?" Hannah menjawab, bingung dengan reaksi terkejut Maya.
Di umurnya yang hampir mendekati kepala tiga ini sudah seharusnya Hannah mencari pasangan juga, karena kalau kata keluarganya usia produktif menikah itu sebelum menginjak 30 tahun. Pertanyaan 'Kapan menikah?' Entah dari keluarga atau kerabat dekat selalu menghantui Hannah di setiap acara kumpul keluarga, namun Hannah selalu punya jawaban setiap pertanyaan tersebut di lontarkan.
"Jodoh, maut semuanya sudah ada yang atur. Kalau saya tau siapa jodoh saya sudah saya samperin dari lulus kuliah, saya ajak nikah saat itu juga. Saya yakin kok, kalau sudah waktunya pasti akan diberikan saya tinggal nunggu aja kaya yang saya bilang sebelumnya. Semuanya sudah ada yang atur."
Itu katanya.
"Kamu kenapa kaget banget?" Hannah bertanya sembari memperhatikan Maya yang keliatannya masih agak shock.
"Nggak gitu... soalnya aku liat, kamu tuh kaya tipe yang mungkin pernah lah satu dua kali punya pacar bahkan aku sempet ngira maaf ya, kamu suka gonta ganti pasangan..." Jangan heran, Maya memang agak blak blakan orangnya untungnya Hannah tidak gampang tersinggung, perempuan itu malah terkekeh gemas melihat wajah polos nan lucu yang ditampilkan Maya.
"Saya gak ada waktu buat pacaran, sibuk sama kerjaan."
Hannah menempatkan garpu dan pisaunya di tengah piring, mengarah ke angka 12 jarum jam tanda ia sudah selesai dengan kegiatan makannya, ia melipat kedua tangannya di atas meja mata teduh itu memperhatikan presensi Maya yang berada di hadapannya.
"Saya juga belum nemu orang yang tepat."
"Oh ya?" Si pramugari meletakkan garpu beserta sendoknya di atas piring membentuk huruf V terbalik, ia tertarik dengan topik obrolan ini.
"Kamu udah pernah coba ikut blind date atau download app dating gitu?" Pertanyaannya di jawab gelengan oleh Hannah.
"Saya gak suka pakai gituan."
Maya mengernyit, "Kenapa?"
"Gak suka aja, pernah coba dating app satu kali tapi baru sehari udah saya hapus. Isinya orang aneh semua."
"Kok aneh?"
"Banyak yang horny."
Ungkapan tersebut mengundang tawa dari Maya, si pemilik pipi tembam itu menutup mulutnya menggunakan punggung tangan sembari tertawa kecil dengan begitu anggunnya, merdu suara tawa si cantik berhasil membuat figur pilot di hadapannya terlena.
Iris sabit terbentuk manakala ia tersenyum dan malam itu untuk pertama kalinya, Hannah temukan wanita dengan senyuman paling menawan pemilik rambut panjang berwarna coklat, yang membuatnya tertawan akan sejuta pesonanya...
Maya Delilah.
29 notes · View notes
kata-renjana · 1 year
Text
Memutuskann untuk membuka diri kita seluruhnya ke seseorang adalah tindakan yang sangat berbahaya, kita tidak menyadari awalnya, tapi kapan waktu itu tiba, kita tidak menyangka bahwa orang yang begitu mengenal kita bahkan mungkin lebih dari kita sendiri akan berubah menjadi orang asing.
Membayangkannya saja membuat takut dan sakit, bagaimana bisa orang yang menjadi pendengarmu dan kau dengarkan setiap hari, orang yang tanpa henti menjadi bagian dari hidupmu, kadang dia juga bisa menjadi penentu senang atau sedihmu, tapi tiba-tiba semua itu berubah menjadi seperti sebelum kamu bertemu dengannya; orang asing.
Itu kenapa ada orang-orang yang menyesal karena telah mengenal dan membiarkan seseorang masuk terlalu jauh didalam hidupnya, memberi ruang terlalu dalam didalam hatinya, karena pada akhirnya semuanya akan selesai, kapanpun, dimanapun, dan oleh apapun.
37 notes · View notes
azurazie · 5 months
Text
PANGGlLAN DALAM HIDUP
Setidaknya ada 3 jenis panggilan yang menyapa dalam hidup kita.
*Pertama*, panggilan yang telah ditentukan waktu-waktunya. Sifatnya *WAJIB*. Mengikat kepada tiap-tiap muslim yang tunduk pada aturannya. Sudah kodrat sebagai seorang hamba. Untuk panggilan ini, seharusnya kita selalu *SIAP*, karena tidak ada alasan untuk meninggalkannya. Di manapun dan dalam keadaan apapun. Selagi masih diberi kesempatan untuk hidup. Akan tetapi terkadang justru kitanya yang tidak selalu *SIGAP* untuk memenuhi panggilan itu. Panggilan pertama adalah panggilan adzan untuk menunaikan shalat yang 5 waktu. Saking wajibnya tidak boleh ditinggal, apabila tidak mampu berdiri, maka lakukan dengan duduk, tidak mampu duduk, maka lakukan dengan berbaring, tidak mampu dengan berbaring, maka lakukan dengan isyarat mata, tidak mampu dengan yang terakhir itu, maka tinggal di shalatkan.
*Kedua*, panggilan yang sama sekali kita tidak mengetahui akan ketepatan waktunya. Rahasia. *WAJIB* juga sifatnya, karena tidak ada satupun makhluk yang bernyawa yang tidak luput dari panggilan itu. Semua ada jatahnya masing-masing. Ironisnya untuk panggilan yang ini, sepertinya kita tidak akan selalu *SIAP*. Dan untuk menyambutnya pun *SIKAP* kita lebih banyak *KHILAF*. Panggilan kedua adalah panggilan azal yang bisa datang sewaktu-waktu. Tidak melulu ketika sakit, boleh jadi ketika sedang sehat-sehatnya. Tidak melulu ketika sempit, boleh jadi saat sedang lapang-lapangnya.
*Ketiga*, panggilan yang prioritasnya ada pada hak Allah, sebagai penentu waktu terbaiknya. Sifatnya juga *WAJIB* karena termasuk dalam rukun yang lima. Dengan syarat khusus : *Jika Mampu*. Akan tetapi mampu di sini perlu *_digaris bawahi_* Mampu bukan dalam ukuran atau hitungan matematika manusia. Karena prioritas panggilan itu, tidak selalu didasari dari kacamata *MAMPU* dalam pandangan manusia. Akan tetapi sering terjadi didasari dengan sejauh mana ia *MAU* pada pandangan Allah. Panggilan ketiga itu adalah ke Baitullah. Berapa banyak yang menurut pandangan manusia sudah *MAMPU* dalam segi materi, segi kesehatan dan lain-lain akan tetapi kesempatan itu belum juga datang. Panggilan itu belum juga ada. Sedangkan yang sekadar bermodalkan *KEMAUAN* mau dalam kerinduannya, mau dalam keinginannya untuk menyempurnakan rukun dalam ibadahnya. Justru menjadi prioritas panggilan Allah. Allah *MAMPUKAN* dengan kehendak-Nya.
Maka, kira-kira mana dari ketiga panggilan itu yang kedepannya menjadi prioritas diri kita masing-masing.
Mari berharap, panggilan pertama akan selalu mampu kita tunaikan dengan *SESIGAP* mungkin. Panggilan kedua kita nanti sedang *SESIAP-SIAPNYA*. Setelah tuntas atau sedang memenuhi panggilan yang ketiga. Aamiin ya Rabb.
@azurazie
7 notes · View notes
kafabillahisyahida · 2 years
Text
Nano - nano Hijrah
Katanya "yang membuat diri kita sekarang berbeda dgn kita di masa lalu adalah orang yg kita temui, buku yg qt baca" dan kalau aku ditambah kajian yg aku ikuti.
Pernah ngobrol sm orang sefrekuensi, ternyata ada kesamaan, ada efek hijrah yang ngebuat orang seperti kita jd lebih membatasi diri, bukan introvert maksudnya.. toh kita ga minder dan anti sosial. Tp lebih menyadari bahwa rasanya mengurangi pergaulan yang tidak berfaedah membuat kita lebih tenang tidak bising dengan kabar miring/ silau dengan pencapaian orang lain dan justru memicu diri untuk semakin produktif.
Seperti menyederhanakan hidup membuat kita lebih fokus pada apa yang penting dalam hidup itu sendiri. Karena ternyata banyak peran yang Allah amanahkan namun belum maksimal dijalankan sementara menyempurnakan yang wajib lebih utama daripada memperbanyak yang sunnah.
Kadang sekarang jadi agak susah masuk kedalam circle obrolan orang kebanyakan. Berusaha nyambung untuk menghormati. Tapi di satu sisi kita seperti memiliki dunia sendiri, sering memikirkan apa yang tidak orang lain pikirkan , menyukai apa yang tidak disukai orang kebanyakan dan itu membuat kita sedikit kesepian. Tapi rasa sepi itu jadi sebuah kenikmatan karena satu2nya tempat yang nyaman untuk berbagi hanya Dia dan kepadaNyalah kita kembali. Pada akhirnya Iman dan Keyakinan yang membuat kita bertahan meski berbeda sendirian.
Kata Ust. Nuzul Zikri Hafidzahullah "orang hijrah itu akan lebih semangat hidupnya karena ada yg dituju sebuah misi yg mulia" Dan outputnya orang2 lihat kita lebih cerah, optimis, banyak tersenyum. Memang betul tapi selain sering bahagia kita juga sebenarnya banyak bersedih, ketika menginsyafi diri yang sering alfa, lupa dan masih saja berbuat dosa. Untungnya kata Ustadzah. Yunda Faizah "Allah jadikan penentu hidup seseorang di akhir hidupnya. Agar diantara kita tidak ada yang tertipu dengan amalnya. Allah rahasiakan diterimanya sebuah amal agar kita merasa cemas dengan status kita yang belum jelas, belum bisa bernafas lega sebelum benar2 menapak kaki di surga, tapi Allah juga selalu buka pintu taubat agar kita selalu punya harapan" semoga kita semua jadi orang sukses dan berhasil mati dalam keadaam Husnul Khotimah.
65 notes · View notes