#PATOKAN
Explore tagged Tumblr posts
Text
Obat Jerawat Herbal

#KLIK https://wa.me/62111115754#Obat Jerawat Ampuh Abaha Derma Samping Madrasah Ibtidaiyah Syamsul Ulum#obat Jerawat Batu Paling Ampuh Abaha Derma Di Sekitar SD Kurnia#obat Jerawat Di Kepala Abaha Derma Di Sebelah SDIT AL-GHOZALI Sukahati#Obat Jerawat Apotik Di Belakang Warkop Toki Rm 2#Obat Jerawat Alami Paling Ampuh Dan Terbukti Abaha Derma Di Sekitar Fortuna Cave#Abaha Derma#Memebantu Melembabkan Kulit Wajahnya#Terbuat Dari 5 Ekstra Bahan Alami:#•Pegagan#•Temulawak#•Temu putih#•Kunyit#•Daun Saga#Khasiat:#Mengurangi radang pada luka jerawat#Anti penuaan dini#Menghaluskan wajah#Mengkal radikal bebas#Melembabkan kulit#Mencerahkan kulit#POM TR 243 014 591#Di Produksi oleh:#CV.TOGA NUSANTARA#Bekasi - Indonesians#Di distribusikan oleh:#CV. Abaha Herbal Ummah#Bogor - Indonesia#PATOKAN#Deket Rel Kereta Arah Pekan Sari
1 note
·
View note
Text

LANGSUNG PRODUSEN HUB.WA : 0895-1005-9310 Grosir Sprei Resleting Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara
HUBUNGI https://wa.me/6289510059310, Sarung Kasur Busa Zipper, Ukuran Sprei Dan Kasur, Sprei Kasur Busa Yang Bagus, Sprei Resleting Model Terbaru
"Melayani Grosir Sprei Busa Resleting, Sprei Set, Sprei Kosongan, Sarung Bantal, Sarung Guling, Sarung Bantal Cinta, Sarung Kasur Busa Berbagai Ukuran Dan Motif Dengan Bahan Katun Disperse Berkualitas.
Head Office :
EJAMAS GROSIR Jl. Nusa Indah RT. 4 RW. 4 Desa Waung, Kecamatan Baron Kab. Nganjuk - Jawa Timur - Patokan : Stasiun Baron ke Utara +- 200 meter Barat Jalan - Tlp. / WA = 0895 - 1005 - 9310 - Link WA : https://wa.me/6289510059310"
Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, Pegangsaan Dua
#spreikasurhomemade, #spreihomemademurah, #sarungkasurbusamurah, #spreiresletingkarakter, #spreikasurbusahalus, #sarungkasurbusaresleting, #sarungkasurresletingmurah, #spreikasuratasbawah, #spreihomemadeadem, #sarungkasurbusahomemade
#Melayani Grosir Sprei Busa Resleting#Sprei Set#Sprei Kosongan#Sarung Bantal#Sarung Guling#Sarung Bantal Cinta#Sarung Kasur Busa Berbagai Ukuran Dan Motif Dengan Bahan Katun Disperse Berkualitas.#Head Office :#EJAMAS GROSIR#Jl. Nusa Indah RT. 4 RW. 4 Desa Waung#Kecamatan Baron#Kab. Nganjuk - Jawa Timur#- Patokan : Stasiun Baron ke Utara +- 200 meter Barat Jalan#- Tlp. / WA = 0895 - 1005 - 9310#- Link WA : https://wa.me/6289510059310#LANGSUNG PRODUSEN HUB.WA : 0895-1005-9310 Grosir Sprei Resleting Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara#HUBUNGI https://wa.me/6289510059310#Sarung Kasur Busa Zipper#Ukuran Sprei Dan Kasur#Sprei Kasur Busa Yang Bagus#Sprei Resleting Model Terbaru#Kelapa Gading Barat#Kelapa Gading Timur#Pegangsaan Dua#spreikasurhomemade#spreihomemademurah#sarungkasurbusamurah#spreiresletingkarakter#spreikasurbusahalus#sarungkasurbusaresleting
0 notes
Text

Hub. WA : 0822-3362-9573, Jasa Sewa Laptop & Rental Proyektor EJAMAS Macanan Loceret Nganjuk
CALL-WA https://wa.me/6282233629573 Tempat Penyewaan Komputer Di Nganjuk, Tempat Rental Komputer Terdekat, Jasa Rental Proyektor Terdekat, Persewaan Lcd Proyektor Di Nganjuk
"EJAMAS DIGITAL ACADEMY - Vendor Rental Jasa Sewa Proyektor & Laptop serta Layar/LCD Proyektor - Vendor/Jasa promosi atau posting iklan di google, youtube, facebook, g.maps dan banyak lagi media lainnya
Head Office : Ejamas Digital Academy - Alamat : Jl. Kandeg RT.4 RW. 4 Dusun Kandeg Desa Waung Kecamatan Baron Kab. Nganjuk
- Patokan : Stasiun Baron ke Utara +- 200 meter Barat Jalan - Telp : 0822-3362-9573 (Ecka Juwita) - Link WA : https://wa.me/6282233629573 - Lokasi Maps ketik : Ejamas Digital Academy atau klik https://maps.app.goo.gl/dJ7QyXXGuBaYquN49"
Bajulan, Candirejo, Gejagan, Genjeng, Godean, Jatirejo, Karangsono, Kenep, Kwagean, Loceret, Macanan, Mungkung, Ngepeh, Nglaban, Patihan, Putukrejo, Sekaran, Sombron, Sukorejo, Tanjungrejo, Teken Glagahan, Tempel Wetan
#ejamasdigitalacademy, #ejamasdigitalmarketing, #rentalproyektorharian, #sewalcdproyektorinfocus, #sewalcdproyektormurahgrand, #sewalaptopterdekat, #penyewaanlaptop, #rentallaptopsatuan, #rentalproyektoruntuknatal, #rentallcdproyektor,
#EJAMAS DIGITAL ACADEMY#- Vendor Rental Jasa Sewa Proyektor & Laptop serta Layar/LCD Proyektor#- Vendor/Jasa promosi atau posting iklan di google#youtube#facebook#g.maps dan banyak lagi media lainnya#Head Office :#Ejamas Digital Academy#- Alamat :#Jl. Kandeg RT.4 RW. 4 Dusun Kandeg#Desa Waung#Kecamatan Baron#Kab. Nganjuk#- Patokan : Stasiun Baron ke Utara +- 200 meter Barat Jalan#- Telp : 0822-3362-9573 (Ecka Juwita)#- Link WA : https://wa.me/6282233629573#- Lokasi Maps ketik : Ejamas Digital Academy#atau klik https://maps.app.goo.gl/dJ7QyXXGuBaYquN49#Hub. WA : 0822-3362-9573#Jasa Sewa Laptop & Rental Proyektor EJAMAS Macanan Loceret Nganjuk#CALL-WA https://wa.me/6282233629573 Tempat Penyewaan Komputer Di Nganjuk#Tempat Rental Komputer Terdekat#Jasa Rental Proyektor Terdekat#Persewaan Lcd Proyektor Di Nganjuk#Bajulan#Candirejo#Gejagan#Genjeng#Godean#Jatirejo
0 notes
Text
If it's the right time, everything will be easy
Kalau sudah waktunya. Jalannya pasti akan dipermudah. Kamu tidak lagi perlu sekeras itu untuk mempertahankan seseorang. Kamu tidak akan lagi mempertanyakan kelayakan dirimu sendiri, karena kelak kamu akan bertemu dengan seseorang yang membuat kalian berdua merasa sangat bersyukur dan beruntung dimiliki oleh satu sama lain. Kamu tidak akan lagi sibuk memikirkan bagian mana dari dirimu yang membuat dia jatuh hati. Kamu tidak lagi perlu memaksa dirimu untuk berubah menjadi orang lain hanya untuk membuatnya bisa menyukaimu. Kamu tidak perlu lagi berandai-andai: "seandainya aku begini, seandainya aku begitu..." Karena kamu dan segala yang ada dirimu sangat cukup dan mudah untuk dicintai.
Kelak kalau sudah waktunya, semuanya pasti akan dipermudah: perasaanmu, restu keluargamu, proses kalian berdua untuk bersama. Kalian tidak perlu lagi bersusah payah. Tidak akan ada lagi sakit hati, apalagi air mata. Hatimu pula diberikan ketenangan dalam mempersiapkan segalanya.
Kamu pasti tahu, bahwa tanda kamu belum siap adalah perasaan tidak tenang, dan juga keraguan yang kamu rasakan. Kamu takut untuk mulai mengenal orang lain. Kamu takut menjalin sebuah hubungan. Kamu takut mencintai orang lain. Dan kamu pasti juga tahu semua perasaan itu datang dari berbagai hal yang perlu kamu persiapkan. Perlu kamu tuntaskan dan selesaikan terlebih dahulu. Sederhananya, semuanya pasti tidak akan serumit itu bila beban yang menahan langkahmu selama ini sudah jauh berkurang. Kalau kamu telah berjanji untuk menuntaskannya satu per satu dulu, sebelum memulai langkah yang lebih besar.
Seseorang pernah bilang,
Selesaikan dirimu sendiri dulu sebelum memulai hubungan dengan orang lain.
Selesaikan apa yang kamu tahu harus kamu selesaikan. Berdamailah dengan apa yang terjadi di masa lalumu. Jangan pernah berharap seseorang akan datang menyembuhkan dan menyelamatkanmu. Karena orang lain bukan tempat rehabilitasi. Setiap orang bertanggung jawab dengan lukanya masing-masing.
Jangan jadikan kehidupan orang lain sebagai segala alasanmu memulai sesuatu. Jangan pula jadikan apa yang ada di kehidupan orang lain sebagai standar atau patokan kamu terhadap sesuatu. Kita mungkin bisa mengambil pelajaran dari kehidupan mereka. Tapi tidak adil rasanya bila mengukur nasib kita akan sama dengan apa yang kita lihat.
Kelak, kalau semuanya telah kamu selesaikan. Kamu akan lebih ringan melangkah. Ketakutan mungkin akan sesekali kamu genggam. Namun tanpa adanya lagi beban yang memberatkan perasaanmu, kamu pasti akan percaya kalau kamu pun juga bisa bahagia seperti mereka.
Ayo mulai benahi segalanya satu per satu. Karena kelak kalau waktunya sudah tepat, tanpa bersusah payah lagi, kalian pasti akan saling menemukan.
199 notes
·
View notes
Text
Resmi mengurangi beban media sosial; menonaktifkan fitur anon, dan mengabaikan akun dengan identitas yang samar-samar
Munculnya problem keilmuan di tengah era informasi adalah bukan hanya terkait jawaban yang salah; tapi juga pertanyaan yang salah, pun ditujukan kepada orang yang salah
Ditambah, mudahnya orang lari dari tanggung jawab, memberi komentar tapi kemudian menghilang saat ada balasan, seakan selesai begitu saja
Maka jangan heran, mungkin banyak ditemukan orang yang sangat lantang di dunia maya, tapi menciut saat bertemu di dunia nyata; karena terbiasa menggunakan topeng palsu
Edit : mari mulai belajar, bahwa kata-kata pendek, kalimat singkat, bahkan kutipan tokoh pun, tidak bisa dijadikan patokan ilmu
perlu dicek ulang, perlu dijelaskan oleh seseorang yang lebih memahami, jangan telan mentah-mentah, parahnya tersugesti dalam diri sebagai kebenaran
57 notes
·
View notes
Text
Cinta yang Lebih Matang
Setelah menjelang 8 tahun usia pernikahan, menjalani naik turunnya. Jadi merasa lebih bisa memahami kenapa pernikahan itu bisa mematangkan rasa cinta, dan kematangan itu menjadi rasa-rasa yang lainnya seperti kepercayaan, ketergantungan, rasa aman, dan berbagai bentuk rasa yang lain.
Mungkin bagi teman-teman yang masih sendiri, kemudian pikiran sudah berpikir sangat jauh : Apakah ini? Apakah itu? Bagaimana jika? dan berbagai pertanyaan yang menciptakan rasa takut yang mendominasi. Tidak mudah bagi teman-teman untuk seketika menerima konsep bahwa pernikahan itu bisa menentramkan jiwa. Bahkan kalimat sebelum ini pun mungkin sudah memiliki sanggahan di kepala : Ya itu kalau ketemu pasangan yang tepat! Kalau nggak, gimana? Nah, apakah jadi takut? Bahkan untuk kita bisa mengimani bahwa pernikahan itu akan membuka pintu rezeki pun, sulit. Karena dari masa sendiri, kita sudah kepikiran dengan harga rumah, biaya pendidikan, dan sebagainya. Serta semua hal itu dijadikan standar umum keberhasilan pernikahan. Tapi, apakah pernah belajar sebenarnya pernikahan yang berhasil itu yang seperti apa? Kalau membaca bagaimana overthinkingnya orang lain terkait pernikahan, sulit untuk memberikan nasihat yang bisa diterima serta-merta. Rasanya sulit sekali menjelaskan bahwa beberapa aspek dalam hidup ini tidak berjalan dengan logika dan cara manusia. Semua itu sepertinya akan tetap menjadi perjalanan spiritual individu hingga seseorang itu benar siap untuk masuk ke fase pernikahan. Fase yang mungkin bagi sebagian besar umat manusia, jika rata-rata usia nya 75 tahun,1/2 atau 2/3 nya akan ada di dalam pernikahan. Usia pun tidak menjadi patokan kematangan dalam kesiapan diri. (c)kurniawangunadi
256 notes
·
View notes
Text
Aku tahu kamu, tapi tidak dengan kita.
Sepanjang aku pernah jatuh cinta, maka menceritakanmu adalah bagian paling sulit yang pernah ada. Kau tak hanya bias dari daftar yang kujadikan patokan, namun kau juga galat dari seseorang yang mampu kuterima.
Jatuh cinta padamu membuatku kehilangan puisi, sedangkan nadiku penuh dengan rasa iri. Terkadang kepada gadis jelita penyuka bangunan tua yang kerap kau sapa, kadang kepada gadis manis pemilik ruang hangat di mana kau suka singgah.
Aku melihat kemunduran dari pemahamanku akan cinta, saat aku melihatmu. Aku selalu mempertanyakan inikah cinta yang kukenal dan kupercaya, atau ini hanya anomali dari kehidupan yang semakin memberikan harapan tentang rumah.
Aku semakin dewasa, namun sepertinya kebijaksanaanku semakin pudar. Aku kerap bertanya, bolehkan aku membiarkan perasaan ini merajalela, atau kesekian kali kupangkas habis sebelum ia bertunas hingga berbuah?
Berulang kali aku memberi jawaban dari jarak dan kesempatan yang kulipat habis hingga tiada, namun berulang kali juga aku berlari mundur tanpa kira-kira.
Aneh, aku bahkan tak punya bayangan apa yang kuinginkan tentang kita. Sebab rasanya, kau adalah nama sedang aku adalah huruf vokal tanpa konsonannya.
81 notes
·
View notes
Text
Standar Manusia.
Cari kerja batas maksimal 25 tahun, 30 tahun.
Cari jodoh batas maksimal 25 tahun, 29 tahun. Bahkan yang laki-laki usia 40 ke atas nyari nya yang 30 ke bawah.
Umur menjadi patokan dalam dunia kerja bahkan dalam hal jodoh. Di dunia kerja menganggapnya usia 30 ke atas tidak produktif lagi, padahal usia-usia tersebut sangat produktif, dewasa, siap mental, semangat kerja tinggi karena mereka sudah terbiasa ditempa oleh berbagai badai. Mereka bekerja untuk bertahan hidup, bukan untuk batu loncatan lagi.
Untuk menikahpun, usia 30 tahun ke atas akan dianggap sulit memiliki anak, lemah dan lain sebagainya. Padahal banyak cerita umur 35 tahun, 40 tahun bisa memiliki anak, dan apakah menikah hanya tujuan nya melahirkan anak saja? Dan apakah menikah hanya untuk hubungan biologis saja? Tidak ada hal selain itu? Katanya paham agama, tapi banyak laki-laki tidak paham sama sekali.
Apakah yang umur 30 ke atas tidak berhak menikah dan bekerja?
Lalu apakah yang berumur 30 ke atas hanya disiapkan untuk meninggal ? Oh iya, itu semua standar manusia, terutama di negeri Konoha ini.
Aahh..., sudahlah.
Tenang, Allah yang akan menerima kita seutuhnya, bukankah itu lebih dari cukup. Lebih baik dari seisi dunia?
Semangat ya, untuk kita yang sudah di usia 30an ke atas. Teruslah hidup dengan ridho-Nya, dan meninggal atas izin-Nya.
8 notes
·
View notes
Text
Pilihlah laki-laki yang mendukungmu dalam bertumbuh dan meraih mimpi
"Nanti kuliahnya gantian setelah aku lulus, ya"
"Tahun depan kuliah, ya!" Berkali-kali kata itu keluar semenjak dua tahun lalu saat kami resmi menikah. Bahkan disaat kemarin aku terluka, pun, kalimat ini masih la lontarkan untuk menyemangatiku.
Semasa SMA, aku memang pernah menggebu pengin melanjutkan pendidikan tinggi sampai orang-orang terdekat mengenalku pada saat itu sebagai seseorang yang ambis. Sebagai orang desa yang minim informasi, aku mempersiapkan dan mengulik seluruh informasi bagaimana caranya supaya bisa kuliah terlebih di PTN. mengingat saat itu sekolahku belum ada yang kuliah di PTN. Dan memang hanya sedikit orang yang minat untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Tapi karena satu dan hal lain, qadarullah aku memutuskan untuk gapyear dan memilih bekerja.
Setelah itu aku memutuskan untuk kembali memperjuangkan mimpi, sudah daftar mengisi berkas juga membayar administrasi untuk tes di salah satu universitas islam negeri, tapi karena satu dan lain hal lagi, aku memutuskan untuk mengurungkan niat itu. Akhirnya aku menyudahi mimpi itu. Menguburnya bersama tumpukkan mimpi lain dan tak mengharapkan semua itu harus terwujud. Lalu membuat prinsip bahwa belajar tak harus di tempat formal.
Hingga tibalah laki-laki itu membersamai perjalanan hidup. Memulainya dengan visi yang sama yang menjadi alasan untuk selalu mendukung satu sama lain.
Kini alasan pengin kuliah bukan lagi soal ambisi anak desa yang pengin mengubah nasib wajahnya. Tapi soal kebermanfaatan diri untuk kepentingan dakwah dan umat. Sudah tidak menjadikan PTN dan PTS sebagai patokan keren atau enggaknya saat kuliah. Karena memang ada hal-hal yang enggak bisa kita dapatkan saat enggak kuliah, yang mungkin salah satunya adalah pengalaman. Walau begitu, ilmu tetap bisa kita dapatkan di mana saja.
Ternyata masih ada yang mau menghidupkan mimpi yang kita pun rasanya lupa akan mimpi yang kita miliki sendiri. Tapi yang paling penting adalah la mendukungku bertumbuh sebagai perempuan dan ibu. la memberi fasilitas supaya sebagai ibu aku bisa belajar dengan tenang dalam meluaskan peran. ia menghadirkan keutuhan dirinya sebagai seseorang yang mendukung. Mengarahkan ku untuk mengikuti berbagai kelas. Kelas menulis, kelas jadi istri, kelas jadi ibu, mengkaji islam, mengikuti komunitas, dll.
Begitu seharusnya pasangan. la tak mengecilkan peran sebagai kepala atau pun ibu rumah tangga. Dan memilih untuk mengapresiasi hal-hal kecil hal yang ada pada pasangan. Mendukungnya untuk terus bertumbuh menjadi istri dan ibu, juga suami dan ayah yang baik, dan sama-sama menyebarkan kebaikan itu. Tiada lain yang disemogakan dari saling mendukung untuk bertumbuh dan menyemogakan seluruh hasilnya bermuara pada ridho Allah saja.
Kota Cilegon, 21.47
104 notes
·
View notes
Note
Pandangan kakak tentang orang yg mengatakan shalat shubuh tidak qunut adalah orang Muhammadiyah, dan apakah NU dan Muhammadiyah adalah aliran agama? Terima kasih.
NU dan Muhammadiyah itu organisasi kemasyarakatan. Bukan aliran agama, fikrah atau bahkan mazhab. Ormas ya kumpulan orang-orang yang punya tujuan sama dan eksis di Indonesia saja. Ormas-ormas ini kadang mengambil fikih yang berbeda menggunakan pendekatan yang berbeda pula. Kemudian karena terbiasa dengan pilihan fikih tertentu, jadilah identik dengan ormas tertentu pula. Padahal aslinya ya karena ada perbedaan metode fikih yang diambil.
Karena mereka adalah ormas tidak ada kewajiban untuk mengikuti mereka sebagaimana kita mengikuti mazhab. Patokan beragama kita bukan dari ormas tapi dari syariat. Jadi, ikuti mereka yang patuh dan menegakkan syariat yang paling dekat.
16 notes
·
View notes
Text
Bersyukur Tanpa Perbandingan
Kita sering denger orang bilang, “Syukuri aja apa yang ada,” tapi realitanya, rasa syukur kita kadang datang dari hal yang salah. Misalnya, kita bilang, “Untung aku gak kayak dia,” atau “Setidaknya aku lebih baik daripada dia.” Awalnya mungkin terdengar kayak bentuk gratitude, tapi kalau kita bedah lebih dalam, itu bukan rasa syukur. Itu cuma perbandingan yang bikin diri kita merasa lebih “cukup” dengan melihat orang lain yang “kurang.”
Tapi, kalau hidup cuma tentang siapa yang lebih baik atau lebih buruk, kapan kita benar-benar merasa cukup? Bayangin gini: kamu lagi di puncak karier, tapi tetep aja ada orang yang lebih sukses. Atau kamu merasa bersyukur karena ada orang lain yang gak seberuntung kamu. Kalau gratitude kita terus-terusan berbasis comparison, berarti kita gak pernah beneran puas sama diri sendiri. Selalu ada patokan lain, selalu ada level baru yang bikin kita insecure atau overthinking.
Padahal, bersyukur tuh mestinya datang dari hati yang beneran tulus, bukan dari ngeliat kekurangan orang lain. Bukan dari kayak, “Oh, dia struggling, untung aku enggak.” Itu shallow banget. Instead, rasa syukur itu harusnya simple: lihat ke diri kita sendiri. Apa yang udah kita punya, yang kita capai, yang dulu pernah kita doain banget.
Coba ingat-ingat, dulu waktu dulu, mungkin kita pernah berdoa buat punya hidup kayak sekarang. Tapi, karena sibuk ngeliat ke kiri-kanan, kita lupa nikmatin apa yang udah ada di depan mata. Kita lupa kalau bersyukur itu soal menghargai hidup kita, bukan hidup orang lain.
Dan yang lebih penting, gratitude itu bukan tentang menang atau kalah. Bukan tentang “aku lebih hebat dari dia,” tapi “aku cukup, karena aku udah ngasih yang terbaik.” Karena pada akhirnya, hidup itu bukan kompetisi. Kita semua punya pace masing-masing, jalan masing-masing.
Jadi, gimana kalau kita mulai redefinisi arti bersyukur? Lihat apa yang kita punya tanpa merasa perlu bandingin dengan orang lain. Appreciate hal-hal kecil: waktu yang cukup buat istirahat, makanan di meja, kesehatan, atau sekadar bisa bangun pagi dengan perasaan lega. Itu hal-hal yang sering kita take for granted, tapi sebenarnya itu fondasi kebahagiaan.
Dan satu lagi, jangan pernah ngejudge orang dari apa yang mereka punya atau gak punya. Mungkin aja mereka lagi berjuang buat sesuatu yang gak kita tahu. Gratitude itu mestinya bikin kita lebih humble, bukan lebih sombong. Karena pada akhirnya, Tuhan ngasih jalan ke tiap orang dengan cara yang beda-beda. Kalau hari ini kita ada di posisi lebih baik, itu bukan alasan buat ngerasa superior. Itu tanda buat kita lebih banyak berbagi, lebih banyak bantu.
Bersyukur tanpa bandingin diri kita sama orang lain itu susah, aku tahu. Tapi itu worth it banget. Kita bakal lebih damai, lebih bahagia, lebih lega. Karena di situ kita belajar bahwa bahagia itu gak datang dari menang atas orang lain, tapi dari menang atas diri sendiri.
So, let’s stop comparing and start appreciating. Kita cukup. Kita berharga. Dan yang paling penting, kita sedang ada di jalan yang tepat—jalan kita sendiri.
17 notes
·
View notes
Text
Teh, kapan lulus? Udah mulai nyusun belum? Masih banyak kegiatan di luar kamus, ya? Gak mau gitu berhenti organisasi dulu? Gak cape harus atur waktu ini itu bahkan bagi skala priotas yang jadi lebih susah dari sebelumnya?
Beberapa pertanyaan yang muncul ditelinga mahasiswa tingkat akhir, rasanya jadi buat diri tertuntut untuk segera mempriotaskan tanggung jawab.
Tapi jadi manusia yang bertambah tingkatannya. Rasanya ajang perlombaan jadi semakin sempit. Kita bukan lagi ditantang oleh orang lain, tapi justru dibuat sadar dan tertantang oleh diri sendiri. Usia kadang jadi patokan yang lebih bisa mendorong diri untuk menciptakan sesuatu, bukan lagi soal kejar-kejaran siapa yang bisa lulus tepat waktu. Masa depan jadi ajang pertaruhan, keputusan mana yang bisa kita ambil untuk meminimalisir resiko. Bukan lagi soal siapa yang punya pasangan lebih dulu.
Bertambahnya tingkat dan tanggung jawab, ternyata membuat kita semakin terjatuh. Terjatuh untuk bisa lebih berserah dan memulangkan diri, mengingat kepada siapa harus mengadu.
10 notes
·
View notes
Text
Tentang nilai dari sebuah jiwa...
Tahukah, bahwa berusaha untuk terus membanggakan itu melelahkan?
Ketika kita sempat berada pada sebuah sudut kehinaan, ada keinginan untuk bisa bangkit dan keluar dari sana. Namun, yang tidak kita sadari adalah kita berusaha terlihat baik hanya demi memperjuangkan harga dan nilai diri.
Hingga tanpa sadar kemilau-kemilau pencapaian membuat rasa syukur kita memiliki kriteria yang semakin rumit.
Jika hasil yang dicapai tidak persis seperti yang kita mau atau yang orang lain harapkan, maka kita merasa telah gagal total. Padahal mungkin hasil yang diperoleh tidak seburuk itu.
Pun, kita jadi terus merasa berambisi dengan pencapaian-pencapaian yang besar, sehingga pencapaian yang kecil dan sederhana tidak lagi bermakna.
Padahal realita itu tidak selalu berbanding lurus dengan harapan dan impian. Sering kali kita merasa kecewa dengan apa yang kita peroleh, ketika membandingkannya dengan besaran usaha yang sudah dilakukan.
Semua itu adalah lingkaran dengan pemahaman yang salah. Ketika kita menjadikan dunia dan validasi sebagai patokan, maka kita tak lagi menjadi pribadi yang mawas diri.
Harus terus dipahami dan disadarkan bahwa ranah hasil adalah ranahnya Allah semata. Seseorang bisa saja berjuang sekeras mungkin, namun hasilnya tidak seperti yang ia harapkan.
Bukan artinya kita lantas tak perlu berusaha atau menjadi pemalas, tapi hendaknya kita memisahkan antara usaha dengan hasil yang didapat.
Hasil yang cemerlang tidak serta-merta didapatkan dari usaha. Selalu harus kita ingat bahwa Allah selalu berperan dalam setiap jengkal kehidupan.
Ketika kita menyandarkan semua hal kepada kemampuan diri sendiri, maka kita akan menjadi hamba yang ujub dan merasa kesempurnaan adalah wilayah kita sebagai makhluk.
Padahal Dialah yang Maha berkehendak dengan apa yang Dia inginkan. Kesempurnaan adalah milik-Nya semata, sedang kefakiran dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk.
Ketika Allah menguji kita dengan kemunduran, kegagalan dan berada pada situasi yang tidak bisa memuaskan ambisi kita, maka kita akan rentan mengalami depresi, kalau kita masih menyandarkan semuanya kepada diri kita sendiri.
Berusaha adalah bagian dari perintah-Nya, namun yang perlu diingat, hasil adalah bagian dari ketetapan-Nya.
Allah yang telah mengatur semuanya. Tugas kita adalah berikhtiar dengan apa yang mampu kita lakukan, tanpa menuntut hasil yang harus sesuai keinginan kita.
Ketika seorang hamba menyadari bahwa ikhtiar itu bernilai ibadah, maka tawakallah mahkotanya. Bukan semata-mata percaya diri akan kemampuan dan potensi pribadi, hingga menjadi hamba yang abai pada kuasa-Nya.
Ketika kita mengalami fase kritis karena tidak lagi merasa produktif dan berprestasi seperti dahulu kala, maka saatnya kita menata diri kita di dalam mengenal dan mentauhidkan-Nya.
Mengenal itu tidak cukup dengan mengimani bahwa Allah itu ada. Melainkan kita harus belajar memahami nama, sifat dan perbuatan-Nya dari apa yang telah Dia kabarkan.
Ketika iman kita baru sekadar beriman akan keberadaan-Nya, maka kita akan terus sulit menerima Maha Kesempurnaan-Nya di dalam menetapkan ukuran dan jalan.
—SNA, Ruang Untukku #139
Senin, 09-09-2024 | 18.22
Venetie Van Java,
Kembali melihat porak porandanya diri yang selalu berada pada titik kejenuhan yang sama. Semoga Allah berikan pertolongan.
8 notes
·
View notes
Text
Akan slalu kurang jika patokan syukurmu adalah nikmat orang lain.
2 notes
·
View notes
Text
Konsep jodoh
dari dulu aku paling bingung dengan konsep jodoh yang tepat itu bagaimana.
apakah orang yang menikah lalu bercerai artinya mereka mendapatkan jodoh yang salah?
apakah orang yang punya pasangan lebih dari satu itu berarti jodoh mereka ada banyak? lalu sebenarnya apa makna berpasang-pasangan itu?
apakah orang yang menjomlo sampai mati itu berarti mereka gak punya jodoh?
apakah orang yang pasangannya meninggal lalu mereka menikah lagi itu berarti jodoh mereka lebih dari satu?
apakah orang yang mengalami kegagalan dalam hubungan lalu akhirnya berjodoh dengan orang tepat itu artinya mereka punya jodoh yang tertukar?
Sampai seorang tamu dalam siniar Raditya Dika bilang gini,
"Menikah dengan seseorang itu tidak lantas menjadikan orang itu jodoh kita. Namun, menikah bisa menjadi salah satu jalan yang kita pilih untuk membuktikan bahwa dia adalah jodoh kita."
dari kalimat itu, aku mengambil kesimpulan bahwa yang namanya jodoh sebenarnya tidak ada konsep yang pasti di dalamnya. karena setiap orang memiliki cerita yang berbeda dan konsep jodohnya sendiri, sehingga nggak bisa kita samaratakan.
menikah pun tidak lantas menjadi sebuah patokan apakah seseorang yang kita nikahi itu telah menjadi jodoh kita yang sesungguhnya, karena masih ada kematian yang menjadi penentu apakah kita akan selamanya tetap bersama orang tersebut.
ada banyak sekali hal di dunia ini yang ternyata akal kita tidak mampu mengerti. bahkan pada sesuatu yang semula kita pikir kita telah memahaminya dengan baik, ternyata masih ada banyak hal lain di dalamnya yang harus kita pelajari lagi.
tapi bukankah itu yang membuat hidup kadang menjadi lebih menarik? di saat satu kesimpulan tak lantas bisa diaplikasikan pada semua kehidupan. ketika setiap orang harus berjuang mencari pemahamannya masing-masing akan suatu hal.
namun, jika boleh kusederhanakan lagi, konsep jodoh yang sesungguhnya buatku adalah saat kita dan pasangan kita bisa bersama sampai di surga nanti. bisa saling mengupayakan kebaikan masing-masing dan mendorong sesama untuk mencari ridho Allah agar kelak kembali disatukan di akhirat nanti di tempat yang lebih baik.
karena langgengnya sebuah hubungan tak serta merta dinilai hanya dari berapa lama waktu kebersamaan selama di dunia, melainkan juga di akhirat. karena di dunia yang sangat sementara ini, bagaimana kita bisa memaksimalkannya agar supaya masih bisa bersama dengan pasangan kita di surganya Allah nanti. karena buat apa punya hubungan yang harmonis di dunia, tetapi di akhirat kelak ternyata jadi berbeda jalan? ketika menikah tidak lantas menjadikan kita mendapatkan nasib baik yang sama di hari penghakiman nanti.
hal ini yang akan aku jadikan patokan dalam memilih pasangan nanti. apakah ia bisa membersamaiku dalam kebaikan tak hanya di dunia tapi juga sampai di akhirat kelak. apakah ia seseorang yang tepat untuk diajak saling bahu membahu mewujudkan cita-cita masing-masing tak hanya di dunia, tetapi cita-cita di akhirat juga.
13 notes
·
View notes
Text
Safar.
Ada salah seorang teman yang tadinya hanya saya ketahui dari akun twitter miliknya yang di-retweet oleh infogunung, qadarullah beberapa bulan kemudian kami tergabung dalam satu komunitas yang sama, salah satu komunitas para pendaki gunung. Pertama kali bertemu ketika acara kopdar komunitas di Margonda 2014 silam dan alhamdulillah Allah Subhanahu Wata’ala masih menjaga hubungan kami meski fase hidup telah berubah dari ia single hingga sekarang sudah menjadi ibu dan memiliki 2 anak. Dari kami masih ‘begitulah’ di awal pertemuan hingga Allah Subhanahu Wata’ala izinkan kami meniti jalan-Nya untuk mengenal sunah di beberapa tahun kemudian.
Banyak hal positif yang saya belajar darinya, salah satunya tentang safar. Ketika beberapa tahun lalu ia akan menikah, ia memberitahu saya, sebagai teman tentu ingin datang, ia pun berharap temannya bisa datang namun ada hal yang dirinya tekankan, “Kamu boleh datang kalau ada mahramnya.” sebagai kaum LDF yang sudah mulai paham tentang fikih safar hanya bisa legawa pada waktu itu sebab qadarullah tidak memungkinkan pergi dengan mahram.
Pertemanan yang hampir memasuki tahun ke-10 namun baru 2 kali bertemu. Terakhir bertemu di bulan April 2015 dan hingga hari ini pertemuan belum juga memihak kepada kami kembali namun beberapa waktu lalu ia sempat membuat saya tersentuh dengan harapannya, “Jika tidak bertemu di dunia semoga surga jadi tempat reuni.”; tempat di mana tidak ada lagi perpisahan. Aamiin Ya Mujibassailin.
Betapa beruntungnya saya dipertemukan olehnya. Jarang bertemu, jarang komunikasi namun tetap terhubung dan Allah Subhanahu Wata’ala izinkan kami meniti jalan yang tidak mudah ini sama-sama; untuk saling mengingatkan ketika futur, saling menasihati untuk tetap on track (istikamah), saling mendoakan untuk kebaikan meski raga tidak selalu bisa bertatap.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan Hari Akhir bersafar sehari semalam tanpa disertai mahramnya.” (HR. Bukhari, no. 1088 dan Muslim, no. 1339)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)
Sehingga begitu jelas, konsekuensi dari beriman adalah taat pada-Nya, Rasul-Nya dan ulil amri. Itulah yang lebih utama dan baik akibatnya.
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu) maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al-Jasiyah: 18)
Ikutilah syariat bukan keinginan atau kehendak pribadi; meski berat. Sejatinya, apa yang diperintahkan oleh-Nya pun pasti mengandung maslahat dan apa yang dilarang oleh-Nya mengandung mudarat, keduanya juga sudah sesuai dengan batas kemampuan manusia.
Tidak ada dari keduanya yang tidak mampu diamalkan/ditinggalkan oleh manusia kecuali mereka yang mengingkari Tuhannya dan menaati hawa nafsunya.
Kapan seseorang dikatakan bersafar? Ada khilaf di kalangan ulama namun secara umum terbagi menjadi 2 yaitu:
Jumhur ulama di mana jarak safar sebagai patokan (-/+ 80 km).
Urf atau tradisi masyarakat sebagai patokan (bukan penilaian pribadi).
Siapa saja mahram bagi seorang wanita?
Ayah, suami, ayah suami, saudara laki-laki dari ibu/ayah (paman, om), kakak/adik laki-laki, keponakan laki-laki dari saudara laki-laki/saudara perempuan (kakak/adik), anak laki-laki; bukan sepupu laki-laki, keponakan laki-laki dari sepupu, kakak/adik ipar laki-laki, kawan laki-laki apalagi pacar.
Sesama wanita pun bukan merupakan mahram sehingga meski ada kawan tetap mengandung mudarat apalagi yang sendirian.
“Kita ngetrip cewek semua juga mandali.”
“Halah, aku ke mana-mana sendiri juga aman kok.”
Jika sudah ditunggangi hawa nafsu akan ada saja pembenaran. Ia akan mengingkari apa yang dilarang Tuhannya. Boleh jadi ketika di dunia kamu merasa aman namun ingat ada pertanggungjawaban setelahnya di akhirat.
Kebenaran tidak akan bergeser. Syariat yang dikandung Alquran dan sunah tidak pernah berubah sejak pertama kali diturunkan melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berlaku hingga akhir zaman. Manusia yang mengikuti syariat bukan syariat yang mengikuti bagaimana kehendak pribadi atau perkembangan zaman.
“Bagi setiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka amalkan maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” ( QS. Al-Hajj: 67)
Taatlah tanpa membantah sebab itulah jalan yang lurus. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan Hari Akhir.
Safar terbagi menjadi 3:
Safar ketaatan (Haji, Umrah).
Safar mubah (Healing ke pantai, gunung, dsb).
Safar maksiat.
Dalam safar ketaatan yaitu kewajiban haji atau melaksanakan umrah pun bisa gugur jika memang mampu secara keuangan namun tidak memenuhi syarat bersama mahram.
Dalam safar mubah pun perlu diperhatikan, tidak hanya dibersamai oleh mahram namun juga apakah ketika berkunjung ke tempat wisata tersebut justru akan menambah rusaknya iman atau tidak? Sebab fitnah di mana-mana, fitnah pandangan (aurat yang terbuka), fitnah pendengaran (musik yang terdengar), dsb.
“Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.” (QS. Ali ‘Imran: 198)
Jika demikian, ya tidaklah mengapa apabila seseorang memilih tidak pergi haji atau umrah untuk beribadah kepada-Nya meski ingin sekali dan dananya cukup namun terbentur tidak ada mahram yang bisa menemani (hanya ada kawan sesama wanita saja) atau ada mahram namun tidak cukup untuk membiayai keduanya.
Pilihan inilah yang diyakini olehnya sesuai dengan perintah-Nya dibanding tetap pergi namun ada larangan-Nya yang diingkari. Keduanya, haji dan umrah untuk beribadah kepada-Nya seyogianya perlu dibarengi pula dengan mempelajari ilmu fikih dalam pelaksanaannya di mana sudah memenuhi definisi safar. Inilah yang paling dasar namun sering diabaikan. Semoga kelak Allah Subhanahu Wata’ala tempatkan di surga, tempat bagi mereka yang bertakwa dengan mengamalkan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Pun, ketika seseorang memilih untuk pensiun dini dari naik gunung atau berupaya menahan diri untuk tidak tergoda ketika ada ajakan dari kawan ke tempat-tempat indah, Labuan Bajo misalnya meski jiwa ini meronta-ronta.
Pilihan inilah yang juga diyakini olehnya sebagai salah satu wujud bertakwa kepada-Nya, ia lakukan karena-Nya. Semoga kelak Allah Subhanahu Wata’ala tempatkan pula di surga, sebuah taman yang indah yang penuh kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga dan terlintas di hati sebab tidak ada bandingannya di dunia.
Jangan pula bersedih hati, mereka yang lebih memilih apa yang ada di sisi-Nya sebab itu adalah sebaik-baiknya bagi orang yang berbakti. Jauh lebih baik dibanding kesenangan yang ditawarkan dunia. Kesabarannya di dunia pun hanya sebentar sedang mereka akan kekal di surga-Nya, semoga. Aamiin Ya Mujibassailin.
“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 119)
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala ampuni sebab kebodohan diri atas kesalahan-kesalahan yang telah lalu. Tidak ada daya dan kekuatan bagiku untuk mempelajari dan terlepas dari godaan hawa nafsu selain atas pertolongan dan petunjuk dari-Mu.
Juga tanpa pertolongan dan petunjuk dari-Mu, sekalipun sudah diterangkan jalan kebenaran tetap akan tersesat dan terkunci mati hatiku. Tidak akan ada seorang pelindung dan pemberi syafaat selain-Mu. Engkaulah sebaik-baik pelindung dan pemelihara; untuk dunia dan akhiratku.
Faedah kajian fikih safar oleh Ust. Firanda hafidzahullah dan Nasihat Singkat: Ketika Wanita Harus Umrah Tanpa Mahram oleh Ust. Ammi Nur Baits hafidzahullah.
53 notes
·
View notes