#Nama Sahabat Nabi Dalam Al- Quran
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kerja Keras Manusia adalah Omong Kosong
Kalau ditanya apa sebab dirimu berhasil, jawablah, itu taufiq dan nikmat dari Allah. Kalau ingin menceritakan perjuangan dirimu di baliknya, tahan dulu, pastikan ada salah satu perjuanganmu di sana yang bernama ikhlas.
Jika saja manusia sadar prestasi adalah sepenuhnya takdir mungkin dia tidak akan sombong. Tapi prestasi itu selalu bias, seolah terbangun oleh kerja keras dan usaha, tersusun dari sebab-sebab dan kumpulan rencana. Manusia jadi sulit jernih menyadari bahwa keberhasilan adalah sama seperti menang undian: sepenuhnya taufiq dari Allah dalam suratan takdir.
Bedanya di sana ada unit takdir bernama usaha yang karenanya manusia diganjar pahala. Tapi usaha sendiri adalah taufiq dari Allah juga. Lalu apa yang tersisa dari manusia?
Hanya omong kosongnya.
Bayangkan suatu kondisi dimana umat Islam pernah mencapai prestasi paling out of mind dalam sejarah perang kabilah Arab. Tepatnya di tahun 5 Hijriyah. Nabi berhasil membawa pasukan satu resimen memukul mundur koalisi lima kabilah dengan jumlah lebih dari tiga kali lipatnya. Perang Khandaq namanya.
Keberhasilan itu secara literal dihasilkan dari ide cemerlang Salman untuk menggali parit, ditambah dengan kerja keras mengeksekusi proyek di sepinggiran kota Madinah yang tidak masuk akal itu. Deadline sempit, logistik sekubit.
Nabi dan para sahabat sampai-sampai tertinggal waktu shalat demi kejar target, perut-perut diganjal batu demi menekan tenaga tanpa suplai pangan yang cukup.
Kisah berhasilnya, sepuluh ribu personel koalisi mandek di depan parit. Tak sampai tiga pekan setelah itu mereka buyar. Masing-masing kompi mundur teratur dari palagan.
Tapi bayangkan, bukan strategi gemilang dan kerja keras itu yang diklaim Al-Quran sebagai faktor utama kemenangan, melainkan ini: “Ingatlah nikmat Allah kepada kalian saat pasukan datang lalu kami kirimkan angin dan pasukan yang tak terlihat.”
Lalu ini, “Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh keuntungan apa pun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”
Tidak ada secuil pun Allah menyinggung strategi parit dan kerja keras proyek itu dalam surat manapun di dalam Al-Quran. Semua adalah pertolongan Allah.
Bahkan surah tentang perang itu dinamai surah Al-Ahzab yang bermakna pasukan koalisi. Bukan Surah Al-Khandaq atau parit yang menunjukkan kerja keras membangun strategi. Nama lain surah Al-Ahzab juga Al-Fadhihah, yang bermakna perang yang mempermalukan, bukan Al-Mujahadah yang bermakna perjuangan dan kesungguhan.
Kalau ada satu perjuangan yang disinggung di dalam perang ini maka itu adalah perjuangan keikhlasan.
“Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat.”
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.”
Allah tidak sedang menafikan usaha, atau menginginkan manusia uji nasib berperang tanpa perjuangan apa-apa. Allah justru ingin menekankan bahwa tanpa Allah semua usaha itu tidak ada gunanya.
Tidak heran Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi menyimpulkan satu pemahaman dari peristiwa ini, bahwa bagi muslim, pokok utama dari sekian banyak faktor keberhasilan adalah keikhlasan beribadah dan kebergantungan penuh pada Allah.
Kalau sumber kekuatan satu ini sudah dilalui, maka tak mengapa ceritakanlah tentang kerja keras dan faktor keberhasilan lainnya. Tapi kalau tidak ada? Omong kosong.
Sebab yang memberikan manusia kekuatan untuk berjuang adalah Allah, yang memberikan keteguhan, ketepatan momentum, dan alam semesta yang mendukung adalah Allah. Manusia hanya pengundi nasib yang bahkan tak cukup mampu melempar sendiri dadunya yang bernama usaha.
Kalau berhasil hanya karena kerja keras maka contohnya adalah Qarun, “Dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”
Tapi Allah segera membantahnya, “Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?”
Lagi-lagi, kerja keras manusia adalah omong kosong semata.
@audadzaki
Compound Gannah, 6 Agustus 2024.
35 notes
·
View notes
Text
S : Berapa jumlah Surah dlm al-Quran?
J : 114 Surah
S : Berapa jumlah Juz dlm al-Quran?
J : 30 Juz
S : Berapa jumlah Hizb dlm al-Quran?
J : 60 Hizb
S : Berapa jumlah Ayat dlm al-Quran?
J : 6236 Ayat
S : Berapa jumlah Kata dlm al-Quran?, dan Berapa Jumlah Hurufnya?
J : 77437 Kata, atau 77439 Kata dan 320670 Huruf
S : Siapa Malaikat yang disebut dlm al-Quran?,
J : Jibril, Mikail, Malik, Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al-Kiromulkatibun HamalatulArsy, dll.
S : Berapa Jumlah Sajdah (ayat Sujud) dlm al-Quran?
J : 14 Sajdah
S : Berapa Jumlah para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : 25 Nabi
S : Berapa Jumlah Surah Madaniyah dlm al-Quran?, sebutkan.
J : 28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra’d, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr.
S : Berapa Jumlah Surah Makiyah dlm al-Quran? sebutkan.
J : 86 Surat, selain surah tersebut di atas.
S : Berapa Jumlah Surah yg dimulai dgn huruf dlm al-Quran?
J : 29 Surah.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Makiyyah?, sebutkan 10 saja.
J : Surah Makiyyah adalah Surah yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra’, al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Madaniyyah? sebutkan lima saja?
J : Surah Madaniyah adalah Surah yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.
S : Siapakah nama para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa’, Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Saw.
S : Siapakah satu-satunya nama wanita yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Maryam binti Imran.
S : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surah Al Ahzab ayat 37.
S : Apakah nama Surah yg tanpa Basmalah?
J : Surah at-Tawbah.
S : Apakah nama Surah yg memiliki dua Basmalah?
J : Surah al-Naml.
S : Apakah nama Surah yg bernilai seperempat al-Quran?
J : Surah al-Kafirun.
S : Apakah nama Surah yg bernilai sepertiga al-Quran?
J : Surah al-Ikhlas
S : Apakah nama Surah yg menyelamatkan dari siksa Qubur?
J : Surah al-Mulk
S : Apakah nama Surah yg apabila dibaca pada hari Jum'at akan menerangi sepanjang pekan?
J : Surah al-Khafi
S : Apakah ayat yg paling Agung dan dlm Surah apa?
J : Ayat Kursi, dlm Surah al-Baqarah ayat No.255
S : Apakah nama Surah yg paling Agung dan berapa jumlah ayatnya?
J : Surah al-Fatihah, tujuh ayat.
S : Apakah ayat yg paling bijak dan dlm surah apa?
J : Firman Allah Swt :“ Barang siapa yg melakukan kebaikan sebesar biji sawi ia akan lihat, Barang siapa melakukan kejahatan sebesar biji sawi ia akan lihat.. (Surah al-Zalzalah ayat 7-8)
S : Apakah nama Surah yg ada dua sajdahnya?
J : Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77.
S : Pada Kata apakah pertengahan al-Quran itu di Surah apa? ayat no Berapa?
J : وليتلطف Surah al-Kahfi ayat No. 19.
S : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dpt mengantarkannya masuk ke dalam surga?
J : Ayat Kursi.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 31 kali dlm satu Surah dan di Surah apa?
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surah al-Rahman.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 10 kali dlm satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dlm surah lainnya? Di Surah apa?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dlm Surah al-Muthaffifiin ayat No. 10.
S : Apakah Ayat terpanjang dlm al-Quran? pada Surah apa? Ayat berapa?
J : Ayat No 282 hSurah al-Baqarah…
7 notes
·
View notes
Text
MERAWAT HATI
Selalu orang bertanya pada aku, “Apakah tips nak rawat hati?”
Yang bertanya itu seolah olah tak tahu bahawa yang di tanya itu lebih teruk hatinya kerana sering meninggalkan arahan Allah dan berbuat maksiat.
Bagi aku, perkara merawat hati adalah perkara yang subjektif. Lain orang lain caranya. Even orang sufi yang bertarikat pun tidak semua amalnya sama.
Ada guru sufi yang hanya memberikan zikir lailahalalah saja pada murid nya. Ada guru yang hanya memberi selawat saja pada muridnya untuk di amalkan. Begitulah seterusnya.
Bagi kita orang awam yang tiada guru sufi ini ikutlah pesan pesan guru dan alim ulama’ untuk beramal. Inshaa Allah mudah mudahan kita akan bertemu juga dengan guru yang dapat mendidik ruhani kita
Apa pun, untuk merawat dan memperindah hati agar bercahaya, seseorang itu perlu terus menerus mempertahankan dan mengamalkan kebaikan. Buatlah sebanyak banyaknya kebaikan dulu yang kita mampu.
Bila banyak buat kebaikan, hati akan bersih, bening dan bercahaya. Lantas kejahatan pun akan dapat kita hindari seperti dengki, irihati, takabbur dan lainnya.
Kita bukan kanak kanak tadika lagi, untuk disuruh dan dipaksa. Sepatutnya bila dewasa jasadnya akan jadilah kita juga orang yang dewasa rohaninya.
Sebenarnya sahabat, memelihara hati bukanlah tugas yang mudah kerana kita memerlukan kesungguhan dan himmah yang kuat disertai dengan mujahadah yang berterusan dan bukan ikut semangat kerana semangat beramal tidak boleh bertahan tanpa mujahadah.
Hati adalah wajahnya jiwa.
Sebab itu wajib bagi kita merawatnya. Rosak hati hodohlah jiwanya. Orang yang jiwanya baik, hatinya pasti akan baik.
Bila hati tidak ada penyakit, kita tak mungkin dapat melihat keburukan pada sesiapapun hatta pada yang namanya maksiat sekali pun. Kita akan pandangnya penuh hikmah sebagai nasihat dari Rabbnya.
Namun bila hati berpenyakit, yang namanya kebaikan pun kita akan lihat penuh keburukan. Terkadanag orang yang berbuat baik pun kita bersangka dia buat dengan penuh riya', bangga diri, nak menunjuk nunjuk dan sebagainya. Sedangkan saat kita memandang buruk orang itu saat itu penyakit hati menghinggapi batin kita.
Salah satu cara biasa untuk memperbaiki jiwa adalah dengan memperbaiki hati dengan membersih hati dengan nama-nama Allah Yang Agung (Adhzim).
Hati ini seperti sabun yang jika diseru dengan Tauhid yang jitu, akan mengeluarkan karat karat dosa dan penyakit hati yang kronik.
Kalau kita baca didalam buku Imam Abdullah Bin alawi al haddad beliau berkata hati adalah tempat penglihatan Allah swt. Sebelum yang lain, Allah akan melihat hati seseorang terlebih dahulu. Disisi kita pula berbeza. Manusia akan melihat anggota lahir badan dulu sebagai tempat perhatian menentukan kemuliaan.
Dalam sebuah doanya ,
Rasulullah Saw mengatakan:
( اللهم اجعل سريرتي خيرا من علا نيتي واجعل
على نيتي صالحة )
“Ya Allah , jadikanlah keadaan batinku lebih baik dari keadaan lahirku dan jadikanlah keadaan lahirku baik."
Inilah salah satu doa yang sering di panjatkan oleh Baginda Nabi Saw kepada Allah swt.
Amalkan ok. Kerana didalamnya terkandung permintaan agar menjadi kan suasana hati lebih bagus daripada keadaan lahir.
Pertanyaannya, mengapa Nabi saw menitik beratkan pada batin atau hati ?
Imam Abdullah Al Haddad menjawab: “ Ketika hati baik maka keadaan lahir akan mengikuti kebaikan itu pula. Ini merupakan sebuah kepastian.”
Namun, jika usaha membaiki hati telah kita buat dan kita tidak temui apa yang kita cari, Imam al Ghazali kata carilah hati di tiga tempat.
“Temui hatimu sewaktu bangun membaca al-Quran. Tetapi jika tidak kau temui, carilah hatimu ketika mengerjakan solat. Jika tidak kau tidak temui juga, carilah hatimu ketika duduk tafakur mengingati mati. Jika kau tidak temui juga, maka berdoalah kepada Allah, pinta hati yang baru kerana hakikatnya pada ketika itu kau tidak mempunyai hati!"
Barakalllahu feekum
#muharrikdaie
0 notes
Text
Asmaul Husna: the Series
Belajar dari kisah Yusuf AS yang ketika kecil menceritakan mimpinya kepada Nabi Yakub AS. Disana, Nabi Yakub AS berpesan kepada Yusuf.
"Dia (ayahnya) berkata, "Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu ... Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Mahabijak-sana."
Yang ingin Saya garis bawahi adalah bagian dimana di akhir pesan tersebut, disampaikan jika Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui.
Sebagaimana kita ketahui, setelah kejadian tersebut kehidupan Nabi Yusuf penuh dengan ujian. Seolah-olah Ia semakin jauh dari mimpinya. Semakin tidak mungkin jika seorang anak yang dibuang, yang menjadi budak, yang terfitnah, yang dipenjara pada akhirnya akan menjadi seorang yang dihormati oleh orang lain, atau keluarganya sendiri.
Tapi Nabi Yusuf AS berpegang teguh tidak hanya kepada mimpinya, tapi juga kepada ucapan ayahnya yang mengatakan jika Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui. Kedua hal tersebut menjadi dasar kekuatan dan kesabaran Nabi Yusuf AS hingga diucapkan kembali di akhir surat ketika mimpi tersebut menjadi kenyataan.
"Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf) ... Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana."
hal tersebut menunjukan pentingya mengenal nama Allah SWT untuk kemudian menjadi pegangan hidup seseorang. Apalagi kalau mengenal semua nama Allah!? Luar biasa bukan!?
Metode yang digunakan adalah metode relfeksi supaya lebih kuat dan nempel. Pertanyaan yang akan direfleksikan adalah:
Pemahaman Dasar
Pengalaman Pribadi
Kritisisasi Terhadap Konsep
Dampak dan Implikasi
Tindakan dan Penerapan
Nah, di episode pertama ini kita akan bahas nama Allah yang gak umum, yaitu:
ٱلْرَّؤُفُ - Ar Rauf - The Most Kind.
Pemahaman Dasar berdasarkan Lane Lexicon, Rauf itu adalah pitied (merasa kasihan) atau compassionated (merasakan sympathy) at utmost degree (dengan derajat tertinggi) -- synonym dengan kata rahiim. Bahkan, menunjukan kasih sayang yang lebih spesial, lebih spesifik, dan lebih lembut dibandingkan kasih sayang yang umum yaitu Ar Rahiim. Kata Rauf digunakan Allah sebanyak 13 kali dalam Al-Quran. Terkadang menceritakan sifat manusia juga dapat memiliki sifat Rauf. Tapi Rauf yang disebutkan untuk manusia dapat menghalangi seseorang dari menegakan keadilan. Berbeda halnya dengan Rauf yang disifatkan kepada Allah, Rauf digunakan pada saat: Kelompok Perbuatan yang Luar Biasa: a. ketika Allah meminta Rasulullah SAW merubah arah kiblat. b. ketika ada hamba yang mengorbkan dirinya untuk Allah (kisah Ali bin Abi Thalib mengganti posisi Rasulullah di kasurnya. d. ketika 3 sahabat (Ka'ab bin Malik, Murarah bin Rabi', dan Hilal bin Umayyah) diterima taubatnya oleh Allah setelah tidak ikut perang tabuk. Kenapa Allah memaafkan? Para 3 sahabat bersabar dalam menjalani pengasingan 50 hari. Kelompok Peringatan Allah adalah kasih sayang: c. ketika Allah memberikan peringatan tentang siksa akhirat--yang menunjukan jika peringatan adalah bentuk kasih sayang Allah--spesifik bagi orang-orang yang berfikir. f. Ketika Allah memberikan rasa takut dengan adzab agar manusia bertaubat. Kelompok ketika Allah menundukan bumi dan seisinya untuk manusia: e. ketika Allah menciptakan binatang-binatang sebagai bentuk kasih sayang Allah. g. Ketika Allah menjelaskan jika Allah menundukan alam semesta dan seisinya untuk manusia. Kelompok Hubungan Orang Muslim: j. masuk kedalam doa untuk mengampuni orang terdahulu dan tidak iri dengan orang beriman. k. ketika Allah menjelaskan bahwa Rasulullah menyayangi orang-orang mumin. l. ketika Allah berikan kasih sayang kepada rahabiyah Nabi Isa AS. h. ketika Allah membebaskan Aisha dari fitnah yang ditunjukan kepadanya. Kelompok Hidayah/Intervensi Allah: i. ketika Allah mengeluarkan dari kegelapan ke cahaya atau dengan kata lain hidayah.
Pengalaman Pribadi. Maha Suci Allah dan Maha Rauf. Pengalaman pribadi tentang Ar Rauf ini adalah pembahasan ini sendiri! Tidak ada yang kebetulan. Allah menentukan jika nama ini menjadi yang pertama dibahas. Jika dilihat, sejalan dengan kata Rauf itu sendiri yang merupakan kasih sayang spesifik dan lebih tinggi, Allah menggunakan kata Rauf kepada hambanya di kasus-kasus tertentu seperti kepada Rasulullah SAW, kepada Ali bin Abi Thalib, karena perbuatan-perbuatannya yang menyenangkan Allah. semoga Allah memilih kata ini menjadi yang pertama dibahas menunjukan jika Allah menyukai perbuatan pembahsan nama-namannya sehingga Allah memberikan Raufnya kepada Saya dan keluarga.
Kritisasi kepada konsep. Ar Rauf digunakan Allah dalam Al-Quran ketika menjelaskan kasih sayang yang luar biasa kepada hamba-Nya karena perbuatan-perbuatan yang luar biasa. Seperti contohnya ketika momen Rasulullah SAW bersedih dari hal 'sederhana', atau bagaimana Ali bin Abi Thalib berkorban jiwanya untuk Allah, atau kepada ketiga sahabat, atau kepada Aisha. Hal tersebut menunjukan sebagian perbuatan sangat Allah sayangi hingga pantas Allah memberikan kasih sayang yang luar biasa terhadap hal tersebut. Di momen lain, Ar Rauf juga Allah gunakan ketika memberikan peringatan dan ketakutan yang sering salah kaprah padahal bentuk kasih sayang tertinggi yang Allah berikan. Kemudian Allah juga mengatakan bahwa dunia dan seisinya, para binatang dan hewan yang disediakan untuk manusia manfaatkan merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Ketika Allah menjelaskan bahwa hidayah adalah salah satu bentuk Rauf yang Allah tidak berikan kesetiap orang tapi merupakan kasih sayang spesial. Ketika Allah menjelaskan kasih sayang antara umat beriman haruslah spesial, bagaimana kasih sayang antara Rasulullah dengan para sahabat, Nabi Isa dan para pengikutnya, kaum mumin antar satu sama lain.
Dampak dan Implikasi Setelah memahami sifat Ar-Rauf, saya menyadari jika untuk mendapatkan kasih sayang Allah yang spesial kita juga mesti melakukan sesuatu yang spesial seperti menghargai apa yang Allah perintahkan (seperti Rasulullah), berkorban jiwa di jalannya (seperti Ali bin Abi Thalib), dan bertaubat sungguh-sungguh (speerti 3 sahabat). Kita juga harus menyadari jika peringatan dan rasa gelisah adalah kasih sayang Allah yang spesial untuk manusia. Kita dapat mengimplementasikannya ketika menyampaikan kepada anak kita bahwa larangan dan ancaman Allah adalah bentuk kasih sayang. Kita juga mesti mensyukuri dan melihat bahwa dunia dan seisinya, termasuk mahluknya, adalah Allah ciptakan khusus untuk mahluk manusia memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Kemudian, kita juga harus menyayangi sahabat muslim kita dengan sayang yang spesial, respect terhadap para sahabat terdahulu, jangan berfitnah (seperti kisah Aisyah) atau iri dan menyadari sebegitu sayangnya Rasulullah kepada umatnya. Terakhir, kita harus sadar jika hidayah, termasuk apa yang saat ini saya tulis adalah kasih sayang Allah yang luar biasa karena tidak semua orang diberikan hidayah.
Tindakan dan penerapan. a. Melakukan hal-hal khusus untuk Allah yang tidak dilakukan muslim lainnya. b. Meningkatkan rasa takut dan gelisah atas adzab Allah dengan cara mempelajari ayat-ayat Al-Quran dan mawas diri. c. Melihat alam dengan penuh syukur dan terhubung kepada Allah SWT. d. Memberikan perhatian khusus kepada sahabat muslim seperjuangan dari tutur kata dan bantuan. e. Selalu bersyukur atas hidayah yang Allah berikan.
0 notes
Text
Mengguna pakai Ciri-Ciri Positif Membawa Kepada Ketenangan Fikiran Buku Audio Percuma tentang Perwatakan Baik Termasuk: https://www.youtube.com/playlist?list=PLt1Vizm7rRKZ0jvlFVL8FrvYB4Bxl49cv Ketenangan Fikiran & Kepuasan Sabar & Syukur Memahami Bahasa Arab Al-Quran & Selainnya Nasihat Nabi tentang Akhlak Mulia- Hadis Faedah Ujian & Percubaan Membesarkan Anak-anak Soleh Persahabatan yang Baik dalam Perkahwinan Mengukuhkan Iman, Kemerdekaan & Agama Mudah Pergaulan, Keadilan & Ikatan Persaudaraan Niat, Ikhlas & Sejujurnya Mengajar Watak Baik kepada Kanak-kanak Merendah diri & Bertaubat Kehilangan Orang Tersayang Ikatan yang Mengikat Harapan, Amanah & Rezeki Watak Nabi Urus Niaga Amal & Kewangan Dunia Material & Akhirat Pengetahuan Kesederhanaan & Kesucian Faedah Iman Sokongan Ilahi Hati yang Bunyi Kunci Syurga Peristiwa Hebat tentang Perwatakan Mulia Hamba Tuhan Yang Maha Penyayang Nasihat Perwatakan Baik untuk Wanita Halangan ketaatan kepada Allah SWT Tanda-tanda Cinta Allah SWT Aspek Kebenaran Ucapan Melindungi Al Fatihah - The Quran Summarized Nama-nama indah Allah SWT Pengukuhan Iman Padam Dosa & Naikkan Darjat Sifat Jiwa Apa itu Takwa Doa Besar Sepertiga Iman Menghindari Munafik Menyebarkan Islam Kehidupan Nabi Muhammad SAW Kehidupan Abu Bakkar Siddique (RA) Kehidupan Umar Ibn Khattab (RA) Kehidupan Uthman Ibn Affan (RA) Kehidupan Ali Ibn Abu Talib (RA) Kehidupan para Sahabat Nabi Muhammad SAW Over 400 Free eBooks: https://shaykhpod.com/books/ Backup Sites for eBooks: https://shaykhpodbooks.wordpress.com/books/ https://shaykhpodbooks.wixsite.com/books https://archive.org/details/@shaykhpod PDFs of All English Books & Backup Links/ تمام کتابیں / সব বই / جميع الكتب/ Semua Buku / Todos Los Libros: https://shaykhpod.com/wp-content/uploads/2024/08/all-master-link.pdf https://spurdu.wordpress.com/wp-content/uploads/2024/08/all-master-link.pdf https://c6f97428-aa9d-46f8-8352-c67abd2419bf.usrfiles.com/ugd/c6f974_a42ab24eb8c7405286bff57a0a670049.pdf https://archive.org/download/ShaykhPod-books/all-master-link.pdf AudioBooks, Blogs, Infographics, English & Urdu Podcasts: https://shaykhpod.com/ Anonymously Follow WhatsApp Channel for Daily Blogs, eBooks, Pics and Podcasts: https://whatsapp.com/channel/0029VaDDhdwJ93wYa8dgJY1t Subscribe to Receive Daily Blogs & Updates Via Email: http://shaykhpod.com/subscribe
0 notes
Text
Apakah seorang muslim dapat terbebas dari kewajiban beribadah dengan mencintai Ali (ra) dan keluarga Nabi (saw)?
Untuk memahami masalah ini secara menyeluruh, 3 hal berikut harus dijelaskan:
1) Apakah ibadah itu? Mengapa manusia bertanggung jawab atas ibadah?
2) Apakah cinta itu? Siapakah yang harus dicintai manusia dan sejauh mana?
3) Dalam agama kita, di manakah tempat cinta kepada keluarga Nabi?
- Hal pertama: Apakah ibadah itu?
Ibadah adalah orang yang beriman yang melakukan tugas-tugas seperti menyatakan Allah SWT sebagai yang terbesar dan bersyukur kepada-Nya dengan cara yang Dia perintahkan. Manusia bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban bersyukur kepada-Nya dengan penuh kerendahan hati, berpikir bahwa dirinya diberi makan dengan nikmat, hadiah, dan berkah Allah SWT yang tak ada habisnya. Dan ini hanya dapat dilakukan melalui ibadah. Seorang yang beribadah melakukan semua tindakannya dalam lingkaran perintah ilahi. Dia hidup sebagai hamba, tidak ada seorang pun kecuali Allah. Perbudakan ini meningkatkan kemanusiaannya, kehormatannya, dan penghindarannya dari dosa. Sebenarnya, tujuan diciptakannya manusia adalah untuk menggapai kemuliaan ini dengan ibadah.
Jelaslah bahwa tugas suci ini tidak akan terpenuhi dengan mencintai Ali (radhiyallahu anhu). Jika demikian halnya, maka tidak akan ada lagi perintah ibadah dalam Al-Quran dan kita hanya akan diperintahkan untuk mencintai Nabi kita.
- Poin kedua: Apakah cinta itu? Kepada siapa seharusnya manusia mencintai dan sejauh mana?
Cinta kepada Allah adalah cahaya yang terbentuk di dalam hati seiring dengan merenungkan dan memuji kesempurnaan dan keindahan Allah SWT. Melalui kasih sayang ini, jiwa manusia terbebas dari kesulitan dan penderitaan. Ia meraih kebahagiaan dan kedamaian sejati. Salah satu sebab terkuat yang menuntun jiwa manusia kepada kebaikan-kebaikan yang luhur adalah cinta kepada Allah.
Allah telah menanamkan dalam hati manusia kapasitas kasih sayang yang tak terbatas. Kasih sayang yang tak terbatas ini semata-mata untuk Allah, yang memiliki kesempurnaan yang tak terbatas dengan Diri-Nya dan nama-nama-Nya. Dengan kata lain, kapasitas kasih sayang yang dianugerahkan kepada manusia ini adalah untuk cinta kepada Allah.
Manusia mencintai sesuatu, baik karena kesempurnaannya maupun karena manfaat dan kenikmatan yang diambilnya. Misalnya, seorang Muslim mencintai para nabi, orang-orang yang dekat dengan Tuhan, berilmu, dan berbudi luhur karena kesempurnaan, kedewasaan, dan keutamaan mereka. Ia mencintai orang-orang yang memberikan berkat dan kebaikan kepada dirinya. Ia mencintai makanan dan buah-buahan yang dimakannya karena rasanya. Manusia tahu secara mental dan sadar bahwa semua makhluk yang kesempurnaannya ia puji, yang kebaikannya ia senangi dan nikmati adalah milik Tuhan. Ia menciptakan semuanya. Semua kesempurnaan, keindahan, dan kebaikan yang terpantul pada mereka hanya berasal dari-Nya.
Oleh karena itu, manusia harus mengarahkan kapasitas kasih sayang yang tak terbatas ini terlebih dahulu kepada Tuhan, baru kemudian kepada orang lain yang layak mendapatkan kasih sayang, kebaikan, dan keutamaan karena Tuhan.
Oleh karena alasan ini; kita umat Islam pertama-tama mencintai Nabi Muhammad (saw), Empat Khalifah, Keluarga Nabi, semua Sahabat karena Tuhan dan karena Tuhan mencintai mereka dan ingin kita mencintai mereka juga. Jika kita mencintai orang-orang ini bukan karena Tuhan, tetapi hanya karena kepribadian mereka, maka kita juga akan jatuh ke dalam bahaya seperti yang dialami orang-orang Kristen. Karena mereka mencintai Isa Al-Masih (as) bukan karena Allah sebagai salah seorang nabi-Nya, tetapi -naudzubillah- seperti Allah. Mereka menyimpang dari jalan yang benar dengan menyekutukan-Nya dengan Allah.
Adapun bagaimana seharusnya cinta kepada Allah, Al-Qur'an telah memberikan ukuran sebagai berikut:
Katakanlah (kepada mereka, wahai Rasul): "Jika kamu memang mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran, 3:31)
0 notes
Photo
🤔DR MAZA - Perdebatan Tentang Syeikh Nazim Di Mesyuarat Jakim🤔#2020 #S_DR._MAZA "Berikut adalah teks yang telah diperbaiki dengan penambahan perenggan, noktah, dan koma: Saya ada mesyuarat dengan JAKIM. Ada cadangan nak menghidupkan tarekat Naqshbandi. Syeikh Nazim adalah tarekat yang diharamkan di Malaysia. Fatwa yang dikeluarkan mengatakan ia haram, dan JAKIM juga mengeluarkan fatwa tersebut. Zaman dahulu, ada jawatankuasa fatwa JAKIM yang menguruskan perkara ini, tetapi kini ia telah diharamkan. Syarikat yang terlibat telah ditukar nama kepada muzaqarah. Mereka tidak lagi menggunakan istilah fatwa, tetapi membincangkan isu yang sama dengan cadangan untuk membenarkan tarekat Syeikh Nazim. Syeikh Nazim, tuan-tuan, adalah seorang tokoh tarekat yang terkenal. Dulu, beliau banyak melawat Perak, namun kini telah meninggal dunia. Geng-geng tarekat berhujah dengan alasan dan mufti-mufti juga terlibat dalam perbincangan ini. Walau bagaimanapun, saya tidak bersetuju dengan cadangan tersebut. Saya menunggu giliran saya untuk bersuara. Namun, apabila ada peluang, saya terus bercakap. Antara hujah yang saya kemukakan ialah mengenai siapa yang melantik Syeikh Nazim sebagai pemimpin. Dia mula-mula tidak mahu menjawab soalan tersebut. Saya bertanya, "Siapa yang melantik Syeikh Nazim?" Jawapannya tidak memuaskan. Saya menyatakan bahawa para sahabat Nabi sendiri telah berperang dalam kes Saidina Osman dan peperangan antara Muawiyah dan Ali. Aisyah, yang merupakan isteri Nabi, juga terlibat dalam pertempuran tersebut. Aisyah bukan sekadar membaca wirid; beliau adalah isteri Nabi, dan Ali adalah sepupu Nabi. Walaupun mereka terlibat dalam peperangan, mereka tidak tahu apa yang benar atau salah. Aisyah dan Ali sama-sama menyesali penglibatan mereka dalam peperangan tersebut. Ini menunjukkan bahaya apabila agama tidak berpegang kepada sumbernya, iaitu al-Quran dan Sunnah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam...." https://penuntutilmu.net/soal-jawab-pt/dr-maza-perdebatan-tentang-syeikh-nazim-di-mesyuarat-jakim/?feed_id=1033&_unique_id=66e96ce0e79a9 Facebook Page: https://www.facebook.com/penuntutilmu.net/ Telegram Channel: https://t.me/PenuntutIlmuDotNet Thread: https://www.threads.net/@penuntutilmudotnet
0 notes
Text
Hudzaifah Ibnu Yaman: Biodata & Kisah Hidupnya
Siapakah Hudzaifah Ibnu Yaman? Artikel ini akan membincangkan salah seorang sahabat nabi SAW yang anda perlu ketahui.
Siapakah Hufzaifah Ibnu Yaman?
Hudzaifah bin Yaman lahir dari sebuah keluarga muslim pada awal datangnya agama Islam yang dibawakan oleh baginda Rasulullah SAW dan ini bermaksud bahwa beliau sudah terlebih dahulu memeluk agama Islam sebelum bertemu secara fisik dengan Rasulullah SAW. Hudzaifah bin Yaman sangat dikenal dikalangan para sahabat sebagai orang yang dipercaya oleh Rasulullah SAW dalam menyimpan suatu rahasia dan sebagai seorang penyelidik jika terjadinya suatu permasalahan.
Rasulullah SAW memerhatikan serta menilai pribadi yang dimiliki oleh Hudzaifah Ibnul Yaman. Baginda mendapatkan tiga keistimewaan yang sangat terlihat dari pribadi beliau. Pertama, Hudzaifah adalah seorang yang cerdas kerana beliau selalu dapat selesaikan segala suatu perkara yang rumit. Kedua, Hudzaifah cepat dalam mempelajari sesuatu perkara, beliau berfikir cepat dan selalu tepat dalam mempelajari suatu hal yang baru. Ketiga, Hudzaifah adalah orang yang amanah dan selalu berhati-hati dalam memegang rahasia serta sangat disiplin, tidak ada seorang pun dapat menggali apa yang dirahasiakan oleh beliau.
Hudzaifah Ibnu Yaman adalah pahlawan yang berjaya menakluk Nahawand, Dainawar, Hamadzan, dan Rai. Beliau memerdekakan kota-kota tersebut bagi kaum Muslimin dari kekuasaan Persia yang zalim. Beliau juga termasuk tokoh yang mempunyai sumbangan terhadap menyeragamkan mushaf Al-Quran yang pada saat itu berbagai ragam coraknya di tangan kaum Muslimin.
Nama dan Salasilah Keturunan Hudzaifah Ibnu Yaman
Nama lengkap beliau adalah Hudzaifah bin Husail bin Jabir bin Amr bin Rabi’ah bin Jarwah. Nama bapa beliau adalah Husail yang selalunya dipanggil dengan nama al-Yaman dikeranakan beliau adalah penduduk asli Mekah yang berasal dari Bani ‘Abbas. Ibunya bernama Rabab binti Ka’ab yang nasabnya sambung ke nasabnya Rasulullah SAW.
Kisah Hudzaifah Ibnu Yaman Seorang Pemegang Rahsia Besar Madinah dan Pemberani
Sebuah ujian besar yang dihadapi oleh kaum Muslimin di Madinah pada saat itu adalah kaum Yahudi munafik dan sekutu mereka. Mereka selalu membuat konflik dan banyak akan muslihat jahat. Untuk menghadapi mereka ini, Rasulullah SAW mengamanahkan sebuah rahasia besar kepada Hudzaifah Ibnul Yaman. Rahsia tersebut adalah sebuah buku yang berisi daftar nama-nama orang munafik yang berada di Madinah. Rahsia ini merupakan rahasia yang tidak pernah diketahui oleh siapa pun hingga sekarang. Rasulullah SAW juga mengamanahkan beliau untuk memerhatikan segala tingkah dan perbuatan mereka yang berada di dalam daftar tersebut. Oleh sebab ini, Hudzaifah Ibnu Yaman pun diberi gelar oleh para sahabat dengan “Shahibu Sirri Rasulullah” iaitu “pemegang rahasia Rasulullah”.
Pada saat kemuncak di Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah dengan sebuah tugas yang sangat beresiko. Baginda mengutus Hudzaifah untuk menyusup ke jantung pertahanan musuh dalam kondisi gelap gelita di malam hari lalu beliau disuruh untuk mencuri informasi tentang strategi-strategi perang pihak musuh. Lalu dengan tingginya ketaatan beliau kepada Rasulullah SAW, Hudzaifah pun bangun dan bergegas dengan perasaan takut serta menggigil menahan sejuknya udara di malam hari. Rasulullah SAW pun berdoa, “Ya Allah, lindungilah dia, dari depan, dari belakang, kanan, kiri, atas, dan dari bawah.” Setelah itu Hudzaifah pun berkata, “Demi Allah, selepas Rasulullah SAW berdoa, ketakutan yang menyelimuti diriku dan kesejukan yang menghantam tubuhku hilang seketika, sehingga aku merasa segar dan berani.”
Ketika beliau hendak beranjak pergi, Rasulullah pun memanggil namanya, “Wahai Hudzaifah, jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang membuatkan mereka merasa curiga sehingga berakhirnya tugasmu, dan kembalilah dengan selamat kepadaku!”
Hudzaifah pun memulakan tugasnya dengan pergi ke pasukan musuh secara sembunyi-sembunyi dan sangat berhati-hati. Beliau berhasil menyusup ke dalam pertahanan musuh dengan berpura-pura sebagai anggota pasukan mereka. Tidak lama selepas itu, tiba-tiba terdengar suara Abu Sufyan yang sedang memberi arahan.
“Wahai pasukan Quraisy, dengarkan aku. Aku sangat risau dengan keadaan saat ini, arahan aku ini tidak boleh didenga oleh Muhammad dana pasukannya. Oleh kerana itu, periksalah setiap orang yang berada di sebelah kalian masing-masing!”
Mendengar arahan Abu Sufyan itu, Hudzaifah dengan cepat bertindak menepuk orang yang di sampingnya serta bertanya, “Siapa kamu?” dan jawabnya, “Aku si Fulan, anak si Fulan.”
Ketika sudah merasa aman, Abu Sufyan pun berkata, “Wahai pasukan Quraisy. Demi Tuhan, kita tidak dapat bertahan lebih lama lagi di sini. Binatang-binatang yang menjadi kenderaan kita telah banyak yang mati. Selain itu, Bani Quraizhah juga telah berkhianat lalu meninggalkan kita dan ribut taufan telah menyerang kita dengan ganas sehingga merusakkan perlengkapan-perlengkapan kita. Disebabkan itu semua, bersiap-siaplah kalian dan segera tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan pergi dari sini.”
Selesai memberi arahan tersebut, Abu Sufyan kemudian mendekati untanya dan melepaskan tali penambat, lalu menaikinya dan berganjak dari situ. Seandainya Rasulullah SAW tidak melarangnya melakukan suatu tindakan di luar perintahnya, tentu beliau akan membunuh Abu Sufyan dengan pedangnya pada detik itu juga.
Kewafatan Hudzaifah Ibnu Yaman
Hudzaifah Ibnu Yaman wafat di Kota Madain pada tahun 35 H yang berselisih sekitar 40 hari selepas wafatnya khalifah ke-3 iaitu Utsman bin Affan.
Ketika Hudzaifah sedang sakit keras yang menandakan ajalnya akan tiba, beberapa orang sahabat datang menziarahinya di pertengahan malam. Lalu Hudzaifah pun bertanya kepada mereka,”Pukul berapa sekarang?” Mereka menjawab, “Sudah dekat Subuh.” Hudzaifah berkata, “Aku berlindung kepada Allah SWT dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka.”
Lalu beliau bertanya lagi, “Adakah diantara kalian yang membawa kain kafan?” Mereka pun menjawab, “Ada.”
Hudzaifah berkata, “Tidak perlu kain yang mahal. Jika Allah SWT menilai diri aku sebagai hamba yang baik, Dia akan menggantikannya untukku dengan kain yang lebih baik. Dan jika pandangan Allah terhadapku tidak baik, Dia akan menanggalkan kain itu dari tubuhku.”
Selepas itu dia berdoa kepada Allah, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui, aku lebih memilih fakir daripada kaya, aku lebih memilih sederhana daripada mewah, aku lebih memilih mati daripada hidup.” Setelah membaca doa tersebut, beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya.
0 notes
Text
هَكَذَا كَانُوْا
(Seperti Ini Mereka Dahulu)
Oleh: Arfat Ardi Setiawan
Pengantar
Merupakan sebuah sunnatullah bahwa Allah senantiasa menjaga agama-Nya di dunia ini untuk menjadi agama yang akan senantiasa menang di atas semua agama melalui para Nabi dan Rasul yang diutus-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ࣖ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya”. (As Saff:9)
Sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amanah tongkat estapet dakwah tersebut diemban oleh para sahabat beliau, kemudian dilanjutkan oleh para tabi’in, atba’ tabi’in dan ulama rabaniyin yang mana mereka semua telah mengorbankan banyak tenaga, pikiran, serta waktu mereka untuk terus mempelajari warisan para nabi kemudian mengajarkannya kepada umat, sehingga nama mereka senantiasa harum sepanjang masa digaungkan sebagai pahlawan agama yang mulia ini.
Tentu bagi siapa saja yang ingin mencapai apa yang telah mereka capai hendaknya meniti jalan yang telah mereka ukir dengan sangat jelas untuk dapat ditempuh bagi siapa saja yang menginginkan meniti jalan mereka dikemudian hari. Namun satu hal yang pasti bahwa jalan mereka penuh dengan duri pengorbanan, cucuran peluh dan air mata, serta keterasingan.
Namun, tidak jarang mereka yang dahulu telah memutuskan untuk ikut serta dalam mendulang ilmu agama yang mulia ini, jalan mereka kembali terlihat samar, langkah dihinggapi keraguan, atau bahkan berpikir untuk merubah haluan. Entah karena cobaan yang tak kunjung hilang, atau godaan yang semakin memabukan.
Semoga tulisan sederhana ini dapat kembali membisikan semangat kepada diri sendiri sebelum orang lain, dapat menggandeng tangan yang mulai meraba ke segala arah kemudian mengarahkannya kembali ke atas jalan kemuliaan. Amin.
Keutamaan Ilmu
Jika ingin membuka lembaran-lembaran suci Al-Quran dan kitab-kitab hadits nabawi maka tidak sulit untuk menemukan ayat maupun hadits yang menceritakan kemuliaan sebuah ilmu, berikut beberapa di antaranya:
1. Firman Allah ﷻ:
{ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ}(المجادلة: 11)
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Al-Mujadalah:11).
2. Firman Allah ﷻ:
{ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ }(الزمر:9)
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az Zumar: 9).
3. Sabda Nabi Muhammad ﷺ:
"مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ تَعَالَى بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِمِ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيْتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ".
“Barangsiapa yang meniti suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah akan mempermudah jalannya menuju Surga, dan sesungguhnya malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridho terhadap penuntut ilmu, sesungguhnya apa yang ada di langit dan bumi akan senantiasa memohonkan ampun untuk seorang yang berilmu, hingga ikan di dalam lautan, dan keutamaan seorang alim di atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaan rembulan di atas semua bintang gemintang, sesungguhnya ulama merupakan pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, melainkan mereka mewariskan ilmu, barangsiapa yang mengambil bagian dari warisan tersebut maka ia telah mengambil bagian yang banyak (beruntung)” (HR. Imam Tirmidzi no.2628).
Mungkin untaian ayat dan hadits di atas sudah sangat sering kita dengar bahkan sampaikan kepada orang lain, namun sudahkah diri kita meresapinya sampai menggurat bekas berupa tekad untuk mendapatkan semua keutamaan yang telah dijanjikan tersebut? Ataukah ayat dan hadits tersebut hanya sebatas koleksi hafalan kita saja?
Nilai Sebuah Ilmu dalam Pandangan Para Ulama
Bagi seorang yang bijak yang mampu melihat segala sesuatu dengan jernih, maka sudah pasti akan terlihat hakikat kemuliaan sebuah ilmu padanya. Kejernihan hati dan ketajaman pikiran membuat orang-orang hebat itu mampu melihat kemuliaan dan keagungan ilmu agama sehingga membuat mereka tidak menunda untuk menenggelamkan diri di lautan ilmu tersebut, sehingga jadilah mereka orang-orang yang nama mereka menghiasi lembaran sejarah yang mengisahkan tentang sebuah kemuliaan, tekad, dan perjuangan. Dari kisah mereka orang-orang menimba semangat, dari karya mereka orang-orang menggali hakikat diri, dan dari petuah meraka orang-orang mendapatkan siraman rohani.
Mari kita dengarkan sebagian dari mereka saat berkisah tentang pandangan mereka terhadap ilmu:
1. Imam Abu Bakr ibnu Sunni menuliskan dalam kitab beliau “Al-Qona’ah”:
رَضِيْتُ مِنَ الدُّنْيَا بِقُوْتٍ يُقِيْمُنِيْ
فَلَا أَبْتَغِيْ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا فَضْلَا
وَلَسْتُ أَرُوْمُ الْقُوْتَ إِلَّا لِأَنَّهُ
يُعِيْنُ عَلَى عِلْمٍ أَرُدُّ بِهِ جَهْلًا
فَمَا هَذِهِ الدُّنْيَا بِطِيْبِ نَعِيْمِهَا
لِأَيْسَرِ مَا فِي الْعِلْمِ مِنْ نُكْتَةٍ عِدْلَا
“Aku ridho dari duniaku sebatas makanan yang menguatkan tubuhku
Maka aku tidak ingin lebih dari itu
Dan tidaklah aku menginginkan sebuah makanan
Melainkan karena ia dapat menguatkanku menuntut ilmu
Dan bagiku dunia ini serta semua kelezatan di atasnya
Tidak dapat menandingi nilai dari secercah ilmu
2. Ibnu Al-Jauzi bercerita: “Dahulu di masa aku menuntut ilmu hadits, aku hanya berbekal dengan roti kering yang hanya dapat dimakan setelah dibasahkan. Setiap potong yang aku makan harus diikuti dengan setenggak air agar dapat ditelan. Namun tidaklah yang kurasakan waktu itu melainkan kenikmatan dari menuntut ilmu. Beliau kemudian berkata:
وَمَنْ تَكُنِ الْعَلْيَاءُ هِمَّةَ نَفْسِهِ
فَكُلُّ الَّذِيْ يَلْقَاهُ فِيْهَا مُحَبَّبُ
“Barangsiapa yang kemuliaan menjadi tujuannya
Maka ia akan mencintai setiap yang ia jumpai dalam perjalanan mencapainya”
3. Al-Qodi Al-Jurjani (Abu Al-Hasan Ali bin Abdul Aziz) berkata:
مَا تَطَعَّمْتُ لَذَّةَ الْعَيْشِ حَتَّى
صِرْتُ لِلْبَيْتِ وَالْكِتَابِ جَلِ��ْسَا
لَيْسَ شَيْءٌ عِنْدِيْ أَعَزُّ مِنَ
الْعِلْمِ فَمَا أَبْتَغِيْ سِوَاهُ أَنِيْسًا
“Tidaklah Aku merasakan kenikmatan hidup
Melainkan saat aku menyendiri bersama buku
Bagiku tidak ada sesuatu yang lebih mulia dari sebuah ilmu
Maka aku tidak ingin seorang sahabat selainnya di sampingku”
Cerminan Ulama dalam Menuntut Ilmu
Sesungguhnya dalam kisah seorang yang telah sampai pada suatu tujuan, terdapat banyak pelajaran bagi mereka yang mendambakan tujuan yang sama, layaknya sebuah peta yang dapat mununtun, atau buku panduan yang dapat mengarahkan. Berikut beberapa kisah pahlawan kita:
1. Ibnu Solah menyebutkan bahwa Alqomah bin Qois Al-Nakho’I dan Al-Aswad bin Yazid Al-Nakho’i keluar dari Iraq menuju kota Madinah dalam perjalanan selama sebulan hanya untuk mendengar satu hadits dari Umar bin Khotob.
2. Abul ‘Aliyah mengatakan: Dahulu saat di Basroh kami sering mendengar hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah, namun kami tidak merasa puas sampai kami berangkat ke Madinah untuk mendengar langsung dari para sahabat Rasulullah”
3. Sa’id bin Musayab berkata: “Aku pernah menempuh perjalanan beberapa malam dalam rangka mendengar sebuah hadits”
4. Seorang tabi’in yang bernama Abu Qilabah bercerita: “Aku pernah datang dari Basroh menuju Madinah dan tinggal di dalamnya selama tiga bulan, dan aku tidak memiliki keperluan di Madinah melainkan aku mendapat kabar bahwa ada seseorang yang meriwayatkan sebuah hadits yang belum pernah kudengar akan datang ke Madinah, maka aku menunggunya selama tiga bulan sampai ia datang”.
5. Diriwayatkan bahwa imam Baqiy bin Makhlad al-andalusi, berjalan kaki dari Andalusia menuju Bagdad dalam rangka berjumpa dan berguru kepada Imam Ahmad.
6. Ibnu Abi Hatim bercerita: Pernah suatu masa di Mesir kami tidak pernah makan nikmat selama tujuh bulan, waktu siang kami habiskan untuk menghadiri majelis ilmu, dan malam hari kami habiskan dengan menyalin catatan dan mudzakaroh bersama. Sampai pada suatu hari kami melihat ikan yang tampak sangat lezat di pasar dan kami membelinya. Belum sempat kami menyantap ikan tersebut, waktu sebuah majelis ilmu terlebih dahulu dimulai, kami pun bergegas pergi meninggalkan ikan tersebut, sampai berlalu tiga hari kami belum sempat makan ikan tersebut, sampai ia hampir busuk, namun kami tetap memakannya dengan keadaan seperti itu. Ibnu Abi Hatim kemudian berkata: “Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan”.
7. Imam Abu Hatim Ar Razi berkata: “Aku pernah tinggal di Basroh selama delapan bulan, dan waktu itu aku berniat untuk menggenapkannya satu tahun, bekalku pun habis. Kemudian aku mulai menjual pakaianku satu per satu. Dan suatu hari aku pergi ke majelis para ulama bersama temanku hingga sore hari, saat ia pulang aku pun singgah untuk istirahat di sebuah rumah kosong dan hanya dapat meminum sedikit air untuk mengganjal rasa laparku”
8. Imam Bukhori berkata: Aku pergi untuk menjumpai Adam bin Abi Iyas di Asqolan (sebuah kota di Palestina saat ini), bekalku pun habis, sehingga aku terpaksa memakan rerumputan. Tidak ada satu orangpun yang tahu akan hal itu. Hingga pada hari ketiga datanglah kepadaku seseorang yang tak kukenal memberikanku sekantong uang seraya berkata: infakan uang ini kepada dirimu.
Cerminan Ulama dalam Menjaga Waktu
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَٱلۡعَصۡرِ (1) إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ (2) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ (3)
Imam Fakhruddin Ar Razi ketika menafsirkan surat Al-Asr dalam kitab beliau “Mafatihul Goib” berkata:
“Allah bersumpah dengan waktu, disebabkan keajaiban-keajaiban yang dikandung oleh waktu, di dalam waktulah kesenangan dan kesedihan terjadi, kesehatan dan rasa sakit, begitu juga keberlimpahan harta dan kefakiran, dan disebabkan nilai dari usia tidak akan dapat ditandingi oleh apapun.
Seandainya engkau menyia-nyiakan seribu tahun dari usiamu dalam hal yang tak berguna, kemudian engkau bertaubat dan memperbaiki hidupmu di detik-detik akhir, maka engkau akan masuk surga yang kekal, dan di saat itulah engkau akan sadar bahwa sesuatu yang paling berharga adalah hidupmu di detik-detik akhir tersebut.
Waktu juga merupakan salah satu nikmat yang paling utama, karena itulah Allah bersumpah dengannya, dan Allah memperingati bahwa siang dan malam merupakan kesempatan yang banyak disia-siakan oleh manusia”.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang mana kebanyakan manusia tertipu di dalamnya: nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang”. (HR. Bukhori, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Barzah Al-Aslami, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَزُوْل�� قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَاهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat kelak sampai dia ditanya tentang usianya dalam hal apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang ia perbuat dengannya, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan dalam hal apa ia habiskan, dan tubuhnya dalam hal apa ia gunakan”.
Lalu bagaimana jadinya apabila kesadaran akan nilai sebuah waktu telah terpatri dalam jiwa seseorang? Mari kita simak beberapa penuturan berikut:
1. Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidak ada penyesalan yang aku rasakan melebihi rasa sesalku terhadap suatu hari yang berlalu, usiaku berkurang, akan tetapi amalku tidak bertambah di dalamnya”.
2. Hasan Al-Basri berkata: “Wahai anak Adam, sesungguhnya dirimu hanyalah kumpulan dari hari-hari, apabila berlalu suatu hari maka berkuranglah sebagian dari dirimu”.
3. Rabi’ bin Sulaiman Al-Murodi, salah satu murid dari Imam Syafi’i berkata: “Imam Syafi’i membagi malamnya menjadi tiga, sepertiga pertama untuk menulis, sepertiga kedua untuk shalat malam, dan sepertiga terakhir untuk tidur”.
4. Imam Ibnu Rajab dalam kitabnya “ Dzail Thabaqot Al-Hanabilah” menukilkan perkataan Imam Abul Wafa Ibnu Aqil Al-hanbali:
“Dan aku sebisa mungkin mempersingkat waktu makanku, sampai aku lebih memilih kue yang aku rendam dengan air dari pada roti, karena perbedaan waktu dalam menghabiskannya, sehingga memberikanku waktu untuk membaca, atau menulis sebuah faedah baru. Sesungguhnya hal paling berharga untuk didapatkan bagi orang yang berakal, dan disepakati oleh ulama, adalah waktu. Hakikatnya dia adalah sebuah harta yang di dalamnya kesempatan-kesempatan didapatkan. Sesungguhnya pekerjaan dan tanggungan begitu banyak, dan waktu sangat cepat berlalu”.
5. Diceritakan bahwa Daud Al-Thoi memilih untuk memakan remahan roti dari pada roti utuh, beliau berkata: “Selisih waktu antara makan roti utuh dan remahannya cukup untuk membaca lima puluh ayat”.
6. Imam Ibnul Jauzi menuliskan nasihat untuk anaknya dalam sebuah risalah yang berjudul “Laftatul Kabid Fi Nasihatil walad”. : “Ketahuilah wahai anakku, sesungguhnya hari terdiri dari beberapa jam, dan jam terdiri dari beberapa nafas, setiap hembusan nafas adalah wadah untuk menyimpan amal. Berhati-hatilah jangan sampai nafasmu pergi begitu saja, kemudian pada hari kiamat engkau menjumpai wadahmu kosong sehingga engkau pasti akan menyesalinya”.
7. Al-Maqori dalam kitabnya “Nafhu At Thib” menyebutkan tentang Imam Ibnu Malik (pengarang Al fiyah) : “Tidaklah ia dijumpai melainkan dalam keadaan sedang shalat, membaca al-quran, menulis, atau membaca kitab”.
8. Imam Dzahabi menceritakan dalam kitab beliau “Tadzkiratul Hufaz”: Imam Nawawi pernah berkata : “Selama dua tahun punggungku tidak pernah menyentuh kasur”. Ia menghafal kitab “At Tanbih”[kitab fiqih mazhab Syafi’i karya Imam Syayrozi] dalam waktu empat setengah bulan, kemudian menghafal seperempat kitab “Al Muhadzhab” dalam waktu tujuh setengah bulan di bawah bimbingan syaikh beliau Ishaq bin Ahmad.
9. Disebutkan dalam kitab “Ad Durar Al Kaminah” karya imam Ibnu Hajar, bahwa Imam Abu Tsana Al-Asbahani berusaha untuk makan sesedikit mungkin, sehingga ia tidak butuh kepada banyak air minum, karena dengan seringnya minum dapat membuatnya sering ke kamar mandi yang dapat menghabiskan banyak waktunya”.
10. Imam Muhammad bin Ali Al Syawkani dalam kitab “Al Badr At Tholi’” menceritakan tentang dirinya, bahwa dalam sehari ia memiliki tiga belas majelis antara berguru kepada para syaikh beliau dan duduk mengajar untuk para muridnya.
Renungan dan Penutup
Setelah melihat beberapa kisah hebat dari para ulama, maka sepatutnya diri kita untuk kembali mengambil moment hening sejenak untuk merenungkan bagaimana waktu dan hari-hari kita selama ini berlalu. Apakah kita sudah berkata jujur kepada diri kita bahwa memang jalan ini yang ingin kita tempuh, jika benar maka sudahkah kita berjalan di atasnya. Atau selama ini hanya pengakuan tanpa berani mengambil semua pengorbanan itu, lantas ke arah mana kita akan sampai esok hari. Imam Syafi’i berkata:
أَبِيْتُ سَهْرَانَ الدُّجَا وَتَبِيْتُهُ
نَوْمًا وَتَبْغِيْ بَعْدَ ذَلِكَ لِحَاقِيْ
“Malam Aku habiskan dengan bergadang bersama ilmu
Dan kau habiskan dengan tidur pulasmu, lantas kau ingin menjadi sepertiku?!”
Ataukah kita hanya mencukupkan diri dengan lembaran-lembaran sertifikat dan ijazah yang dengannya kita dapat merasa telah mengantongi ilmu-ilmu yang dahulu diraih oleh para ulama dengan segenap pengorbanan mereka.
Syaikh Hafidz Al-Hakami pernah berkata:
مَالْعِلْمُ حَمْلُ شَهَادَاتٍ مُزَخْرَفَةٍ
بِزُخْرُفِ الْقَوْلِ مِنْ نَثْرٍ وَمُنْتَظِمِ
بَلْ خَشْيَةُ اللهِ فِيْ سِرٍّ وَفِيْ عَلَنِ
فَاعْلَمْ هِيَ الْعِلْمُ كٌلَّ الْعِلْمِ فَلْتَزِمِ
“Ilmu itu bukanlah mengoleksi syahadah yang terhiasi
Oleh tulisan-tulisan indah yang tertata rapi
Namun ketakutan kepada Allah dalam sepi dan ramai
Ketahuilah itu ilmu yang hakiki”
Begitu juga Syaikh Amir Bahjat mengisahkan ada seorang yang berkata:
دَخَلْتُ فِيْهَا {الجامعة} جَاهِلًا مُتَوَاضِعًا
وَخَرَجْتُ مِنْهَا جَاهِلًا مَغْرُوْرًا
“Aku masuk ke universitas dalam keadaan bodoh lagi rendah hati
Kemudian aku lulus dalam keadaan bodoh lagi percaya diri”
Yang berubah dari dirinya hanyalah keberaniannya untuk berbicara lebih tentang agama karena dibekali dengan gelar lulusan universitas tertentu, terlepas dari bagaimana seluruh waktunya berlalu selama ia berstatus sebagai “penuntut ilmu”. Lucu memang, namun inilah realita.
Maka sebelum limpahan nikmat dan kesempatan ini sepenuhnya berlalu, hendaknya kita bersama mengambil langkah nyata untuk sisa perjalanan yang masih panjang di depan, keberadaan kita ditengah para ulama dan majelis ilmu mungkin sulit untuk terulang kembali saat kita tak lagi di kota suci, jangan sampai saat itu diri kita baru sadar dan mulai meratapi.
Seorang penyair pernah berkata:
وَلَسْتُ بِمُدْرِكِ مَا فَاتَ مِنِّيْ
بِلَهْفَ وَلَا بِلَيْتَ وَلَا لَوْ أَنِّيْ
“Dan aku tak dapat mengganti yang telah luput dariku
Tidak dengan penyesalan, dengan ‘seandainya’, atapun ‘andaikan aku dulu’”.
Benar, Kita tidak harus ikut merendam roti dan hal lainnya di saat Allah ﷻ memberikan limpahan nikmat-Nya kepada kita, namun pertanyaanya adalah sudahkah kita mencapai derajat itu dalam kesungguhan?
Referensi:
1. Kitab “Qiymatuz Zaman ‘Indal ‘ulama” , Syaikh Abdul Fatah Abu Gudah, Cetakan Dar As-Salam 2011.
2. Kitab “Sofahat Min Sobril Ulama”, Syaikh Abdul Fatah Abu Gudah, Cetakan Dar As-Salam 2013.
3. Catatan dan Ringkasan Pribadi
0 notes
Text
[Kelas Malam]
Selasa, 5 September 2023
Riza Zacharias (Owner Syamil Qur'an)
*KEUTAMAAN MENGHAFAL DAN MENGAMALKAN AL-QUR'AN*
Ustadz riza berdakwah dimulai dengan membuat buletin yang disebarkan dari masjid ke masjid. Syamil quran memiliki pesantren bernama pemuda quran bumi langit. Rekor di pesantrem pemuda bumi langit yaitu selesai quran dalam waktu 6 hari. Yang sudah selesai sambil mutqin mereka diajari bisnis, salah satunya ada yang jualan telur sampai 3 ton per hari saat ini.
Sebenarnya kita meniru siapa? Pastinya Rasulullah. Rasulullah itu contoh bagi laki-laki dan perempuan.
▪︎Nabi Muhammad adalah teladan terbaik
▪︎Teladan terbaik, seorang pemimpin yang ahlul quran, sekalugus pembisnis andal
▪︎Gadget saja ada manual book nya, manusia diciptakan Allah-Qur'an sebagai guidance
Manusia Allah cipatakan di muka bumi lalu Allah tugaskan kita menjadi khalifah tidak mungkin Allah tidak memberikan guidance nya (panduan nya). Lalu apakah Al-Qur'an pasti menyediakan jawaban apapun atas kehidupan kita? Tentu. Dan apakah ada caranya menjadi wanita muslimah sukses dunia akhirat? Ada. Adakah ayat jaminan kita menjadi pembisnis yang handal dan sukses? Ada.
Ada yang dijauhkan dari umat :
1. Al-Qur'an
2. Bahasa Arab
3. Dagang dan bisnis
Daun jatuh saja tidak ada yang kebetulan, pasti tidak ada yang kebetulan pula dengan ketetapan Allah bahwa nabi adalah orang arab yang diberikan mukjizat Al-Quran dan mata pencahariannya dahulu adalah berdagang.
*"Ketika kita ingin mencontoh nabi sebagai uswah hasanah maka kita harus mengikutinya.."*
Jangan meng-edit Al-Qur'an, ex :
1. Qs. Al-Baqoroh ayat 43 (jangan sampai sholat saja tetapi tidak zakat padahal itu adalah suatu yang berbarengan/bersamaan)
2. Qs. Al-Bayyinah ayat 5 (maknanya sama dengan ayat diatas)
3. Qs. An-Nahl ayat 43 (bertanyalah kepada ahli ilmu yang terkonek dengan Allah)
"Berkata rasull : ya tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini (sesuatu) yang diabaikan. Semua ayat itu berlaku untuk kita, walaupun diawali dengan "yaaa ayyuhal kafiruun"
*Semua yang dekat dengan Al-Qur'an PASTI MULIA*
▪︎Nabi Muhammad adalah pemimpin para nabi mukjizatnya Al-Qur'an
▪︎Pemimpin para malaikat, jibril (tugasnya menyampaikan wahyu Al-Qur'an)
*▪︎Siapapun yang dekat dengan Al-Qur'an PASTI MULIA dan ALLAH MULIAKAN, bahkan "apapun" itu akan diperlakukan istimewa*
*"Orang yanh dekat dengan Al-Qur'an mustahil Allah sia-siakan.."*
Kode sirah dari nabi :
1. Mereka yang dekat dengan Al-Qur'an (assabiqunal awwalun) juga para pembisnis
2. Sahabat nabi para pembisnis hebat, sekaligus juga ahli Qur'an
3. Sahabat nabi ahli Qur'an, sekaligus pembisnis hebat
4. Istri nabi saudagar besar
5. Support utama dakwah terutama di awal adalah para pembisnis
6. Setelah masjid nabawib-PASAR
Kode dari Allah :
Dan orang-orang yang kafir berkata "dan janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu sapat mengalahkan" (Qs. Fussilat : 26)
*KETIKA KITA JAUH DARI AL-QUR'AN MAKA KITA AKAN MENJADI PRIBADI YANG LEMAH*
Siapa orang yang mudah sedekah? Yaitu orang yang memiliki apa yang bisa di sedekahkan (harta). Bersedekah itu ketika lapang maupun sempit
*Garansi agar mudah dan berkah :*
▪︎"Dan sungguh telah kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang maj mengamb pelajaran". Qs Al-Qamar : 17)
▪︎ "Dan barangsiapa berpaling dari peringatanku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit (Qs. Thaha : 124)
▪︎ Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar engkaj menjadi susah
*Mindset rezeki dan ketetapan Allah :*
▪︎Rezeki, tidak ada kaitannya dengan ketaatan
▪︎Rezeki berkah, terlihat dari penerimanya : makin taat atau makin jauh dengan Allah
▪︎Rezeki tercatat atas nama seseorang, tidak bakal bisa saling ambil atau saling tertukar atau ditetapkan makhluk
▪︎Rezeki pemilik bisnis, pimpinan, staff, mitra bisnis, kompetitor, semua tercatat atas nama pribadi masing-masing
*Hubungan taat dengan dunia menurut sufyan bin uyainah :*
*1. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya, Allah pun akan memperbaiki amalan lahiriyahnya.*
*2. Barangsiapa yang memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.*
*3. Barangsiapa yang beramal demi tujuan akhirat, Allah akan mencukupkan urusan dunianya.*
*Hakikat kita hidup untuk apa? CARI BEKAL UNTUK MATI.*
1. Doa anak yang shalih
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Harta yang di sedekahkan di jalan Allah
*"Mari kita belajar dengan siapapun dalam mendekatkan diri kepada Allah.."*
1 note
·
View note
Text
Ikhtiar Mencintai #1
youtube
Pontianak. 06:21. 03082023.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Berdasarkan (wah kayak surat dari kantor kelurahan ni, dibuka dengan kata berdasarkan) nasihat dari Gurunda Oemar Mita, jika ingin dicintai Allah SWT, maka belajarlah mencintai apa-apa yang dicintaiNya. Ibarat orang dalam masa PDKT, dicari-cari tau kan apa sih yang disukai oleh "sang target". Bukankah Allah SWT mencintai Rasulullah SAW? Cara untuk mengenali Rasulullah, yaaa pelajari kisah hidupnya. Saya jadi ingat cerita seorang teman baik, senakal-nakalnya dia, setiap mendengar nama Rasulullah, bergetar ingin menangis. Waaaah gimana niii gimana niii biar saya pun ikut bergetar, harus belajar juga. Semoga saya tidak merasa putus asa di jalan ilmu.
Saya pikir, sebagai bentuk ikhtiar syukur atas kesempatan umroh yang Allah SWT berikan, harusnya saya belajar juga mencintai Mekkah dan Madinah secara holistik. Allah SWT perkenankan saya ke sana, dan saya ingin lagi dan lagi, maka saya pun harus lebih banyak lagi dan lagi belajarnya. Ayo ayu lapisan-lapisan alasan malas dan gugup melihat 29 episode Sirah Nabawiyah yang masing-masing episode ada 2 jam ini 🫨.
Alasan pribadi yang satunya, saya tuh kagum sama orang-orang yang luaaaas ilmunya mengajari ini (terutama kepada anak-anak). Oke! Saya pengen jadi bagian dari manusia yang begini juga! Minta bantu ah sama Allah SWT 🌱✨
-----garis batas opini pribadi dan ilmu dari DR Khalid----
DR Khalid Basalamah menyampaikan bahwa manfaat mempelajari Sirah Nabawiyah:
1. Ma'rifatun Rasulullah SAW
Mengetahui pribadi Rasulullah SAW, mengenalinya kemudian menjiplak hidupnya.
2. Mengenal para sahabat, manusia-manusia pilihan Allah SWT untuk menemani Rasulullah. Bayangkan, di masa lalu, tidak ada fasilitas seperti sekarang. Kemudian ada orang yang tidak bisa membaca, yaitu Rasulullah yang menyampaikan kabar sebagai Nabi, dan harus beriman. Bukankah kita sekarang sangat beruntung? Fasilitas lengkap dan nyaman, bisa diakses dari manapun? Quran sudah lengkap.
3. Ma'rifatu Sababun Nudzul Quran.
4. Ma'rifatu Sababun Nudzul Hadist.
5. Mengetahui siapa itu orang kafir dan munafik.
Islam itu tidak pernah membenci individu seseorang, yang dibenci adalah perilaku yang salah. Ada pelajaran yang luar biasa, Islam tidak melihat masa lalu seorang muslim yang bertaubat.
6. Mengetahui tentang Islam.
Adakah yang lebih indah daripada mengenali agama mulia yang menyelamatkanmu?
-----
Materi :
Asal Usul Kota Mekkah (dimulai dari menit ke-43)
- Kisah Nabi Ibrahim
- Ibrahim, ayahnya, dan Raja Namrud dipelajari pada QS Al Anbiya ayat 51 sampai dengan 73.
- Gambaran tentang Palestina
- Kehamilan Sarah, bisa dibaca kisahnya di link ini
- Perintah Allah SWT kepada Ibrahim AS untuk bersama Siti Hajar dan Ismail ke Mekkah yang masa itu masih berupa lembah. Adab suami istri berdasar tuntunan Nabi Ibrahim AS.
- Kisah Siti Hajar, Ismail AS, dan sumur Zam-Zam
Allah abadikan perjuangan Siti Hajar sebagai bukti kebesaranNya hingga kiamat: barangsiapa melakukan sa'i maka Siti Hajar diperkenankan menuai pahalanya.
Kesimpulan penulis: Yakinlah ketika kita melaksanakan perintah Allah SWT maka kita akan selamat. Sebagaimana Siti Hajar yang ikhlas ketika ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim AS di sebuah lembah yang tidak ada apapun (kemudian menjadi Makkah)
Salam,
ayuprissa
0 notes
Text
Alhamdulillah Alloh Jauhkan Kita Dari Segala Bentuk Kemarahan & Kesesatan #Dakwah #Islam
Tafsir Surah Al-Fatihah, siapa yang menulis dari dua Jalaluddin? Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri berkata bahwa di naskah asli, tafsir surah Al-Fatihah diletakkan setelah surah An-Naas. Hal ini dikarenakan Jalaluddin Al-Mahalli adalah yang menulis tafsir surah Al-Fatihah dan ia menulisnya setelah surah An-Naas. Lihat ta’liq Tafsir Surah Al-Fatihah dalam Tafsir Al-Jalalain, hlm. 10. Alhamdulillah Alloh Jauhkan Kita Dari Segala Bentuk Kemarahan & Kesesatan Kenapa disebut Al-Fatihah? Al-Fatihah artinya pembuka. Surah Al-Fatihah disebut demikian karena surah inilah yang membuka Al-Quran Al-Karim. Ada pula yang mengatakan bahwa surah inilah yang turun pertama kali secara utuh. Lihat bahasan Syaikh Ibnu’ Utsaimin dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm. 7. Keistimewaan surah Al-Fatihah Para ulama menyebut surah ini berisi makna Alquran secara keseluruhan, di dalamnya ada kandungan tauhid, hukum, jaza’ (balasan), jalan hidup bani Adam, dan selainnya. Itulah kenapa surah ini disebut dengan Ummul Quran (induknya Alquran). Karena tempat kembali sesuatu disebut Umm (induk). Surah ini merupakan rukun shalat karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai menyatakan bahwa tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Al-Fatihah. Padahal shalat merupakan rukun Islam yang paling utama. Surah ini disebut pula dengan Ruqyah, artinya jika surah ini dibacakan pada orang sakit akan sembuh dengan izin Allah sebagaimana hal ini terdapat dalam kisah para sahabat yang meruqyah seorang tokoh ketika mereka mampir, mereka menggunakan surah Al-Fatihah sebagai bacaan ruqyah. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm. 7. Bidah terkait surah Al-Fatihah Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Di antara bentuk bid’ah yang dilakukan terkait surah Al-Fatihah adalah surah ini terus dijadikan bacaan penutup setelah doa. Juga surah ini dijadikan pendahuluan sebelum khutbah, juga dibaca pada acara-acara tertentu, yaitu ada yang mengatakan bacalah Al-Fatihah. Seperti ini keliru. Karena ibadah itu harus dibangun di atas dalil dan mengikuti petunjuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm. 7. Tafsir Surah Al-Fatihah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7) Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. Al-Fatihah: 1-7) Basmalah tidak ditafsirkan oleh Jalaluddin Al-Mahalli Berikut kami ringkaskan beberapa poin dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam tafsirnya: 1. Basmalah itu disebut dan akan terkait dengan perbuatan tertentu. Kalau kita memulai membaca Alquran dengan basmalah, berarti “dengan nama Allah saya membaca Alquran”. Kalau mau makan membaca basmalah berarti “dengan nama Allah saya makan”. Nama Allah di sini disebut duluan dibanding perbuatan membaca dan makan dengan dua tujuan: Untuk tabarruk (meraih berkah). Untuk menunjukkan adanya hashr (pembatasan makna), berarti “hanya“. 2. “Allah” adalah di antara nama Allah, tidak ada makhluk yang boleh bernama dengan nama ini. Inilah pokok nama Allah, nama lainnya adalah turunan dari nama ini. 3. Ar-Rahman artinya Allah memiliki rahmat yang luas. 4. Ar-Rahiim artinya Allah memiliki rahmat yang khusus pada orang yang Allah kehendaki. Referensi: Tafsir Al-Jalalain. Cetakan k
edua, Tahun 1422 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. Ta’liq: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury. Penerbit Darus Salam. Tafsir Jalalain. Penerbit Pustaka Al-Kautsar Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma. Cetakan ketiga, Tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Sumber https://rumaysho.com/23512-tafsir-surat-al-fatihah-ayat-1-memahami-bismillah.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Jauhkan Kita Dari Segala Bentuk Kemarahan & Kesesatan
#04AlFatihah#jalannikmat#nabiMuhammad#nasrani#sayang#yahudi#AlFatihah#Alloh#blogAlloh#MahaBaik#NabiMuhamma
0 notes
Text
170+ Nama Bayi Laki-laki Terinspirasi Sahabat Nabi, Penuh Kemuliaan Sebagai Teladan Yang Baik
170+ Nama Bayi Laki-laki Terinspirasi Sahabat Nabi, Penuh Kemuliaan Sebagai Teladan Yang Baik
Nama Bayi Laki-laki Terinspirasi Sahabat Nabi – bayilelakiku.com. Bagi umat muslim yang hendak melahirkan sang buah hati, mungkin ingin memberikan nama-nama islami yang modern untuk si kecil. Nama yang islami tidak hanya berasal dari bahasa Arab dan Al-Qur’an. Nama bayi yang terinspirasi dari para tokoh muslim juga bisa Bunda gunakan. Salah satunya adalah nama-nama yang terinspirasi dari sahabat…
View On WordPress
#Nama Bayi Laki Laki Dari Para Sahabat Nabi#Nama Sahabat Nabi Dalam Al- Quran#Rangkaian Nama Bayi Terinspirasi Sahabat Nabi
0 notes
Text
Sebulan yg Lalu, Alhamdulillah.
Nasehat Pernikahan
09 Mei 2022
Oleh:
Ustadz Iqbal Bin Jalal Al-Atsary حافظه الله
Ananda Irvan & Nirwana
Hari ini telah Allah tulisan 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Allah telah menuliskan nama ananda berdua (Irvan & Nirwana) dalam Lauhul Mahfuzh akan menikah pada hari ini, saat ini, detik ini. Sehingga tidak ada kalimat terbaik yg bisa terucap dari lisan ananda berdua melainkan ucapan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena berkat rahmat dan ridho Allah, acara hari ini bisa terlaksana.
Proses Akad Nikah yg berlangsung tadi, terus terang apa yg bapak (dari Nirwana) alami, begitu juga yg dialami oleh bapak mertua saya ketika beliau menikahkan saya kepada putri tercintanya, beliau meneteskan air mata karena ada peralihan tanggung jawab.
Jadi, Ananda Irvan anda tadi telah mengikat satu perjanjian, dimana janji tersebut adalah janji yg paling berat yg akan dimintai pertanggung jawabannya. Allah Subhanahu Wa Ta'Ala menyebutkan bahwa pernikahan adalah salah satu ikatan/perjanjian terberat (Mitsaqon Gholidzo) karena ikatan yang sangat berat pertanggung jawabannya.
Pertama, dalam Surat An-Nisa ayat 21 tentang Pernikahan: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat. (QS. An-Nisa:21).
Kedua, Dalam Surat An- Nisa ayat ayat 154 tentang perjanjian Allah dengan kaum Yahudi: Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) Perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. dan Kami perintahkan kepada mereka: “Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud”, dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu”, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang kokoh. (QS An-Nisa: 154)
Ketiga, Dalam Surat Al-Ahzab ayat 7, yang merupakan perjanjian Allah dengan para Nabi: Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh. (QS Al-Ahzab:7)
Perlu kemudian untuk menjadi perenungan, karena tidak mungkin Allah menyebut pernikahan sebagai Mitsaqon Gholidzo melainkan ada sebuah rahasia, rahasia itu kata para ulama, yaitu :
1. Pernikahan akan membawa kita menjadi pribadi yg lebih mulia jika bisa menepati janji tsb, namun sebaliknya akan menjadi tidak baik saat kita tidak bisa menepatinya.
2. Untuk itu terkhusus Ananda Irvan sebagai seorang suami, Allah sampaikan dalam Al-Quran ttg tugas seorang laki-laki.
"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya........." (QS. An-Nisa : 34)
Laki-laki adalah qowwam; bukan hanya sekedar pemimpin, melainkan seorang sahabat, seseorang yg senantiasa meluruskan, menjaga, menyayangi, melindungi.
Ingatlah bahwa Pernikahan bukanlah untuk menjadi pasangan sehidup semati, melainkan untuk menjadi pasangan sehidup sesurga.
Seorang qowwam juga membantu meringankan apa yg menjadi pekerjaan istrinya di rumah. Sebab, Rasulullah sering membantu meringankan pekerjaan istrinya di rumah. Meski memiliki kesibukan yang luar biasa, namun Rasulullah tetap menyempatkan diri untuk meringankan pekerjaan istrinya di rumah.
3. Untuk Ananda Nirwana Fitria, Ingatlah :
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”
(HR. Muslim: 1467)
Tugas seorang suami adalah bagaimana mendidik istrinya untuk menjadi sebaik2 perhiasan dunia. Seseorang mungkin bisa kaya, punya harta dsb namun jika tidak memiliki istri sholehah semua harta itu tidak ada artinya. Tapi misalkan seseorang hanya makan nasi & garam, tapi disampingnya ada wanita sholehah maka seseorang tsb seolah sudah memiliki segalanya.
Maka, Ananda Nirwana berusahalah untuk menjadi wanita sholehah. Dan wanita sholehah itu bukan sekedar tampilan luar, menjadi wanita sholehah harus dipelajari dengan ilmu.
Rasulullah menasehatkan bahwa, pernikahan yang dibangun diatas ilmu agama adalah pernikahan yg paling berkah.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (QS. Ar-Rum : 21)
Dalam ayat tsb Allah menyebutkan kata mawaddah bukan mahabbah. Supaya kita belajar bahwa mahabbah tidak cukup untuk membawa pernikahan hingga ke surga. Cinta yg akan membawa kita ke surga adalah cinta dalam bentuk Mawaddah. Apa perbedaannya? Kata para ulama, Mahabbah adalah cinta dalam bentuk rasa, sementara mawaddah adalah cinta dalam bentuk akhlak dan ilmu.
Semoga ananda Irvan dan Nirwana menjadi pasangan yang senantiasa diberikan keberkahan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
“Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan”
(HR. Abu Dawud no. 2130).
2 notes
·
View notes
Text
Finding Your Inner Peace : Terapi Hati dengan Al-Qur’an dan Do’a
Frasa Talk 16 | Rabu, 16 Desember 2020 | Dr. Atabik Luthfi, Lc, MA
Dengan mengenal diri, akan membuat seseorang mengenal Allah. Pun sebaliknya, dengan mengenal Allah berarti kita akan dipandu untuk mengenal lebih dalam tentang diri. Salah satu media untuk mengenal Allah adalah dengan banyak mengingatnya (QS. Al-Baqarah: 52).
Melupakan Allah akan berakibat melupakan diri sendiri (QS. Al-Hasyr: 19; QS. At-Taubah: 67). Manusia seolah melupakan kebaikan-Nya, melupakan tujuan hidup, dan melupakan untuk mempersiapkan hari esok yang lebih baik. Orang yang melupakan dirinya berarti telah merugi, sedangkan mengenal Allah adalah suatu keberuntungan.
Bagaimana Cara Manusia Mengenal Dirinya?
1. Mengenal Eksistensi Diri (Al-Hajj: 5)
Allah SWT memerintahkan hamba-Nya agar melihat, mengetahui dan mengenal yang ada pada dirinya (Adz-Dzariyat: 21). Semua yang ada dalam diri manusia merupakan petunjuk akan ke-Mahakuasaan Allah. Jadi, jika seseorang tidak pernah melihat, merenungkan, dan mengenal dirinya, bagaimana mungkin dia dapat mengenal Allah?
2. Mengenal Sisi Kemuliaan (At-Tiin: 4, Al-Isra’: 70)
Proses penciptaan seluruh manusia bermula dari nuthfah, alaqoh, dan mudghoh. Kemudian Allah angkat kedudukan manusia: bentuk rupa fisiknya Allah lebihkan dan muliakan (QS. At-Tiin: 4); akal, spiritual/rohaninya juga Allah tingkatkan (QS. Al-Isra: 70). Maka, meskipun manusia berasal dari setetes air yang hina, Allah angkat kedudukan kita menjadi amat mulia.
3. Mengenal Sisi Kelemahan (An-Nisa’: 28)
Agar tidak berlaku sombong, Allah mengingatkan bahwa mengenal diri sebaiknya tidak hanya dari aspek kemuliaan semata, karena manusia juga punya kelemahan. Kelemahan itulah yang membedakan antara makhluk dengan khalik.
4. Berusaha Lebih Baik (Al-Hasyr: 18)
Benar bahwa Allah memuliakan manusia, namun terkadang diri kita sendirilah yang menjadikannya tidak mulia, hingga disebut lebih buruk dari hewan. Tidak mengenal Allah dan mengabaikan kewajiban, berarti sedang menghinakan diri sendiri. Untuk itu kita harus berusaha menjadi lebih baik. Sehingga menjadi yang paling baik (ahsan) amalnya di mata Allah SWT (QS. Al-Mulk: 2).
Kenapa Harus Mengenal Allah?
Mengenal Allah SWT dengan baik, akan melahirkan sifat husnudzan.
Dalam QS. Muhammad: 19, terdapat kata fa’lam, yang berarti “ketahuilah, ilmuilah, atau selalu mencari ilmu,” maka dengan ilmu lah manusia dapat mengenal Allah.
Kita ingin mengenal Allah karena ingin berusaha melakukan kebaikan-kebaikan yang Allah ridhai. Bagaimana mugkin kita tahu mana saja yang Allah cintai/ridhai dan Allah benci/haramkan jika bukan dengan ilmu?
Rasulullah SAW juga bersabda, “Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang ridha kepada Rabbnya, ridha Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim).
Dengan mengenal Allah berarti kita dipandu untuk mengenal apa yang Allah ridhai, mengenal agama (dien) yang Allah ridhai, dan mengenal Muhammad SAW.
Bagaimana Cara Mengenal Allah?
1. Mengenal Asma' dan Sifat Allah SWT
Cara kita mengenal Allah adalah melalui asma’ dan sifat-Nya, karena tidak mungkin mengenal melalui dzat-Nya. Inilah cara yang diajarkan oleh para ulama.
Betapa mulianya asma’ dan sifat Allah, hingga dalam sebuah hadits disebutkan bahwa “Allah punya 99 nama, siapa yang menghafal, merenungkan, dan mengamalkannya ia layak mendapatkan surga,” inilah cara mengenal Allah. Contohnya: Ar-Razaq = Allah Maha Pemberi Rezeki, sehingga kita tidak mudah berputus asa. Ketika menenal Allah melalui asma dan sifatnya yang sempurna, maka kita akan jauh lebih tenang, tidak berputus asa, namun tidak mudah menyombongkan diri.
2. Mengenal Perbuatan-perbuatan Allah SWT
Segala sesuatu yang terjadi merupakan perbuatan Allah, namun jika ada sebab yang terjadi seolah-olah disebabkan manusia, hal itu adalah sebagai penguat.
3. Mengenal KekuasaanNya di Alam Semesta
Penciptaan langit yang agung, bulan yang indah merupakan cara mengenal Allah, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Banyak juga orang yang sudah mendapat hidayah karena melakukan penelitian dan eksperimen tentang alam semesta, dengan syarat meneliti dengan objektif, tidak ada kepentingan lain yang menyertai.
Al-Qur'an Sebagai Obat
Al-Quran merupakan perantara manusia untuk memperoleh kesembuhan. Tidak mungkin sebuah penyakit sembuh tanpa berobat, karena manusia diperintahkan untuk berikhtiar. Namun obat bukanlah penyembuh, yang menyembuhkan adalah Allah. Maka Ketika kita menjadikan Al-Quran sebagai obat, jangan terlalu mengandalkannya tanpa dikaitkan dengan Allah. Misalnya keyakinan seperti: “Kalau dengan Al-Quran penyakit saya pasti langsung sembuh!” Untuk menjadikan Al-Quran sebagai obat adalah dengan cara dibaca, ditadaburi, dan diamalkan.
Ada tiga ayat menyebut Al-Qur'an sebagai Syifa' :
1. QS. Yunus: 57 = Syifa’ secara khusus dari penyakit hati.
2. 2. QS. Al-Isra': 82 = Syifa secara umum, bisa untuk penyakit fisik dan hati.
3. 3. QS. Fushilat : 44 = Syifa secara umum, bisa untuk penyakit fisik dan hati.
Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqith berkata:
“Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur” (Tafsir Adhwaul Bayan).
Ruqyah = roqoyah = membacakan.
Bukan direbus, direndam, dibakar, tapi dibacakan (bukan didiamkan/dipajang, dan komat-kamit). Inilah yang dicontohkan oleh Rasul dan para sahabat. Jika ingin minta diruqyah, maka harus dilakukan oleh orang yang shaleh, bagus akhlaknya, dan fasih bacaannya.
Do'a sebagai Obat
Contoh yang termasyur adalah kisah Nabi Ayyub as. yang sakitnya berat (QS. Al-Anbiya': 83-84). Nabi Ayyub yakin bahwa do’a adalah obat. Namun tetap ada ikhtiar yang dijalankan oleh Nabi Ayyub as. (QS. Shad: 42). Sedangkan bentuk ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah dengan berkonsultasi dengan dokter, menjaga Kesehatan fisik dan batin, atau berikhtiar dengan cara lain yang Allah ridhai. Jadi, Ikhtiar dan do’a tidak bisa dipisahkan.
Contoh do’a untuk meminta kesembuhan:
اللَّهُمَّۤ رَبَّۤ النَّاسِۤ أَذْهِبِۤ الْبَأْسَۤ وَاشْفِه وأَنْتَۤ الشَّافِي لَۤ شِفَآءَۤ إِلَّۤ شِفَاؤُكَۤ شِفَۤاءًۤ لَۤ یُغَادِرُۤ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari 535 dan Muslim 2191).
Dampak Mencari Obat Selainnya
Dampak paling parah jika seseorang mencari obat selain yang Allah ridhai, dan tidak dekat dengan Allah melalui Al-Quran, do’a, munajat, dzikir adalah dia akan menjadikan hawa nafsunya sebgai tuhannya. Maka Allah akan menutup hati, pendengaran, dan penglihatannya sehingga tidak memperoleh petunjuk (QS. Al-Jatsiyah: 23). Tidak ada gunanya ia hidup. Tangan, kaki, hati, perkataan seluruhnya dikontrol setan, sehingga yang ada hanyalah keburukan dan fitnah.
Jadi, kita harus menjaga do’a, dzikir, kalimat thayyibah agar mendapatkan kesembuhan yang paripurna (afiyat), baik lahiriyah maupun batiniyah. Jika tidak, maka segala perilaku kita akan dikontrol oleh setan sehingga jauh dari rahmat dan pertolongan Allah. Karena seluruh yang Allah berikan kepada diri kita merupakan amanah. Inilah cara terbaik mendapatkan kesembuhan dan solusi dari Allah SWT yang Maha Menyembuhkan dan Maha Menyelesaikan seluruh permasalahan manusia. Wallahu’alam.
Frasa-Perempuan Ilmu dan Rasa-
78 notes
·
View notes
Text
Mencintai yang Belum Pernah Ditemui
Flashback 2019
Beberapa hari yang lalu, saat sedang bertadarrus, sampailah saya pada QS. Al-Ahzab ayat 56-57. Entah mengapa saat sampai ayat ini, saya selalu terharu, juga ada air mata yang tertitikkan. Memori ini selalu kembali ke tanggal 15 Agustus 2019 silam, saat saya melakukan thawaf wada’ di masjidil haram selepas subuh. Saat itu, saya memutuskan utk bermalam di masjidil haram,sebab esok hari harus segera meninggalkan Makkah, menuju ke madinah. Sehingga saya manfaatkan betul waktu waktu terakhir di Makkah.
Tibalah waktu subuh. Di hari terakhir di Makkah itu, saya menangis. Mengingat betapa sedih karena pada hari itu saya meninggalkan kota suci ini, namun di sisi lain ada kerinduan menggebu kepada Madinah, terlebih terakhir kali mengunjungi pada tahun 2015 atau 4 tahun sebelumnya saat umroh bersama keluarga.
Saat itu, saya mengambil shaf sebisa mungkin lurus dengan Multazam. Pesan dari ustadz saya yang selalu saya ingat agar sebisa mungkin berada di posisi ini, sebab di situlah tempat doa yang mustajab. Iqamat dikumandangkan, dan shubuh pun segera dilaksanakan. Sang Imam pun bertakbir, dan mendengar suaranya saya langsung menangis, sebab pada akhirnya resolusi saya untuk mendengar langsung suara salah satu Syaikh favorit saya, hari itu Allah ijabahi. Yak, tepat pada hari itu, Syaikh Maher Al-Muayqali menjadi imam untuk shalat Subuh. Bacaan beliau yang sebelumnya hanya terdengar melalui murattal, pada waktu itu akhirnya saya mampu mendengarnya langsung.
Al-Fatihah beliau berkumandang merdu. Ada air mata yang menetes dengan syahdu, ada hati yang bergemuruh seolah tak ingin meninggalkan Makkah Al-Mukarromah, ada sayup-sayup isak tangis jamaah lain yang barangkali merasakan hal yang sama. Tibalah beliau membaca surat pasca Al-Fatihah, lantas semakin deras-lah air mata ini manakala beliau membaca ayat yang bagi saya entah mengapa menggetarkan, dan entah mengapa hadir di waktu yang tepat, di hari di mana saya akan bertolak menuju Madinah.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.
Ayat yang pada waktu itu membuat saya serindu-rindu-nya pada sosok Rasululah SAW. Untuk mengunjungi makam beliau di Masjid Nabawi, serta para sahabat di makam Baqi. Yang membuat saya terisak manakala masih sering melalaikan hari-hari tanpa banyak mengucap shalawat kepada beliau. Yang seolah menjawab kegalauan saya saat harus meninggalkan Makkah dan bertolak ke madinah.
Mencinta walau Belum Pernah Bertatap Muka
Peristiwa tersebut, membuat saya berefleksi, bahwa perasaan cinta hanya Allah jua-lah yang menumbuhkannya. Saya pribadi merenung bahwasanya mungkin terkadang kita bertanya-tanya. Bagaimana bisa mencintai seseorang walau tak pernah bertatap muka. Bagaimana bisa cinta ditumbuhkan padahal tak pernah berinteraksi denganNya. Terlebih beliau sudah wafat sekian lama, dan kita hanya mendengar cerita-cerita beliau melalui al quran dan buku-buku sejarah.
Namun, sekarang coba kita merefleksikan diri kembali. Sudah seharusnya kita cemburu, pada teman kita yang begitu mudahnya meneteskan air mata saat mendengar nama beliau, saat bershalawat untuk beliau, dan saat membaca kisah-kisah beliau, sementara kita, barangkali mudah untuk berkata cinta, tapi apakah mudah untuk menggetarkan hati ini hanya dengan menyebut nama beliau?
Bagaimana mungkin kita tidak bisa jatuh cinta. Pada sosok yang pernah dilempari batu di tanah thaif, namun melarang malaikat untuk membalikkan gunung kepada mereka, malah justru mendoakan kebaikan untuk penduduknya.
Bagaimana mungkin kita tidak bisa jatuh cinta, pada sosok yang pernah dicaci dan dimaki, sementara saat yang memaki sakit, beliau justru menjenguknya dan mendoakan atas kesembuhannya.
Serta bagaimana mungkin ktia tidak bisa jatuh cinta, pada sosok, yang di akhir hayatnya menyebut kan ummati-ummati--ummati.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa kelak di hari kiamat, ketika setiap orang justru sibuk akan dirinya sendiri, bahkan nabi-nabi yang lain pun masih sibuk akan dirinya sendiri, tak mampu menolong umat sedunia, justru Rasulullah SAW yang dirinya disibukkan untuk menyelamatkan kita dari kemurkaan Allah SWT. Rasulullah yang akan memberikan syafaat bagi ummat-ummatnya yang Beliau cintai.
Jadi, jika kelak Rasulullah akan hadir di saat di mana kita benar-benar membutuhkan syafaat beliau, maka adakah alasan lain untuk tidak mampu mencintainya?
Allahumma sholli alaa sayyidinaa muhammad Wa aalihi wa shohbihi wasallim...
Malang, 26 Ramadhan 1441 H 12.31
348 notes
·
View notes