#Mencari Pertolongan dari Tuhan.
Explore tagged Tumblr posts
Text
Doa dalam Roh Kudus
Doa dalam Roh Kudus (Roma 8:26) Saudara kekasih dalam nama TUhan Yesus Kristus.Doa adalah jembatan antara manusia dan Tuhan. Dalam doa, kita mengungkapkan kerinduan, kebutuhan, dan harapan kita kepada Sang Pencipta. Namun, seringkali kita merasa terbatas dalam kemampuan kita untuk berdoa dengan tepat. Kita mungkin tidak tahu apa yang seharusnya kita doakan, atau bahkan bagaimana cara…
View On WordPress
#khotbah kristen#khotbah kristen terbaru#Mencari Pertolongan dari Tuhan.#Pekerjaan Roh Kudus dalam Pembaharuan Hati#Renungan harian#renungan harian kristen doa malam#renungan harian kristen hkbp#renungan harian kristen malam ini#renungan harian kristen protestan
1 note
·
View note
Text
Manusia Kurang Ajar
"Tahu tidak apa yang lucu dari manusia?"
"Apa?"
"Ketika susah ia merengek-rengek meminta pertolongan kepada Tuhan. Tapi, saat kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, ia malah menyalah-nyalahkan."
"Tidak semua manusia, hanya beberapa."
"Iya, dan bukankah hal seperti itu sangat kurang ajar?"
"Kurang ajar bagaimana?"
"Sikapnya seolah sedang menyaingi Tuhan, bertingkah sok paling tahu tentang apa yang sedang menimpanya. Meminta, tapi tidak menerima dengan apa yang telah diberikan-Nya. Pertanyaan semacam ini sering kali dilontarkan; Kenapa jadi begini? andai dulu tidak begitu. Andai dulu aku begitu, pasti tak akan jadi seperti ini.
Padahal, sudah jelas-jelas Tuhan sampaikan bahwa,"boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS Al-Baqarah: 216). Lihat! Tuhan Maha Mengetahui, sedangkan manusia tidak, hanya sok tahu saja!"
"Bukankah kau juga sering bersikap demikian?"
"Haha begitulah. Aku tak akan menyangkal, aku memang manusia kurang ajar. Kadang juga bertingkah seolah tak punya Tuhan."
"Maksudmu?"
"Coba saja kau pikir, berapa banyak kekhawatiranku saat ini? berapa banyak keluhanku hari ini? tentang masa depan, jodoh, pekerjaan, pendidikan dan lainnya. Kekhawatiran semacam "besok aku makan apa, ya? besok bagaimana, ya? bagaimana jika besok aku kesusahan? bagaimana jika hari esok aku tidak pernah bahagia?" bukankah hal-hal semacam itu seperti meragukan kekuasaan Tuhan? seperti tidak yakin bahwa Dia tak akan pernah menelantarkan hamba-Nya!
Seolah segala sesuatu diatur oleh diri sendiri, seolah segala sesuatu yang dicapai adalah berkat usaha diri sendiri. Padahal tidak sama sekali."
"Tapi, bukankah wajar jika kita mengkhawatirkan banyak hal?"
"Iya memang, tapi, sekali lagi, kalau berlebihan jadinya kurang ajar. Tentu saja manusia diberi akal untuk berpikir bagaimana cara bertahan hidup di dunia ini, pun mencari bekal untuk di akhirat nanti. Bagaimana cara menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari. Manusia juga diberi kemampuan untuk melakukan banyak hal. Hanya saja kadang manusia banyak mengeluh dan tidak sadar."
"Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan?"
"Sebenarnya, tugas manusia sederhana; berusaha dengan semaksimal mungkin, berdo'a dengan sekencang mungkin. Kalau merasa do'anya tidak dikabul, berarti usahanya belum full. Kalau merasa usahanya sudah maksimal tapi (merasa) do'anya tak dikabul, berarti memang (sebenarnya) bukan itu yang dibutuhkan.
Usaha tanpa do'a sama dengan sombong, do'a tanpa usaha sama saja bohong. Kuncinya tetap sabar. Sisanya biar Tuhan yang atur, hasilnya diterima dengan penuh rasa syukur."
"Ada yang bilang hidup ini berat. Tapi, perkataanmu itu ringan sekali, ya? Memang mudah kalau hanya sekadar berbicara. Haha"
"Tentu saja, dan itulah yang jadi masalah sebenarnya."
"Apa?"
"Masalahnya, manusia kurang ajar seperti aku ini kadang tak tahu diri. Bicara begitu begini, tapi prakteknya minim sekali."
Wong Cilik, 07 Desember 2024
9 notes
·
View notes
Text
Sisi Dirimu yang Bijaksana (Bisa Jadi)
Well, it's another Friday the 13th (0.39 AM).
"Kamu belum tidur?"
"Belum".
"Sedang memikirkan sesuatu?"
"Ya".
"Sangat mengganggu?"
"Tidak juga".
"Lalu?"
"Hanya terlalu membingungkan".
Episode yang dipercepat tadi menunjukkan bahwa di satu sisi aku tak mampu melihat kesusahan orang lain apalagi dia seorang yang ku andalkan. Tapi ternyata Dia bahkan mampu maju ke babak final. Ia bilang, Ia sedang mencari jati dirinya. Ia berpengalaman dan senang bereksperimen. Namun ternyata, berpengalaman saja tidak cukup. Tidak cukup untuk mengalahkan seorang yang memiliki ambisi. Terjadilah, yang lama dan berpengalaman kalah dengan yang muda dan berambisi.
"Lalu, apa hubungannya dengan keadaanmu yang tidak bisa tidur saat ini?"
"Mm.. Aku seperti mulai mengenal diriku lewat episode-episode yang ku percepat ataupun ku lompat. Aku seakan tak mampu untuk menghadapi kesulitan dan cenderung menghindar".
"Ada lagi?"
"Ya".
"Seperti?"
"Kebijaksanaan seseorang dapat dilihat dari gesture tubuh, mulut yang tak banyak bicara, tatapan yang tajam namun masih mau menundukkan kepala, berani menyapa, serta mau menantang diri sendiri tanpa kesombongan."
Ya, aku sedang membicarakan seorang koki hebat (menurutku) yang di dalam dirinya ku nilai ada hal-hal yang kusebut diatas. Ia bisa mencapai final, namun Ia kalah dengan yang muda, namun dengan segala keputusan yang Ia buat, justru Ia sudah menjadi pemenang di mataku.
"Ada lagi? Kalau saja memang banyak yang ingin kau utarakan".
"Ada".
"Aku masih mendengarkan".
"Ia yang berpengalaman akan lebih tenang saat dirinya ditantang. Ia yang berpengalaman cenderung akan menyingkir dengan sendirinya karena sudah tak lagi mengutamakan ego. Ia yang berpengalaman akan membuat keputusan apa yang menurutnya baik untuk semua orang walaupun semua orang tak ada yang mendukung. Ia yang berpengalaman percaya bahwa pertolongan Tuhan itu ada".
"Lalu, menurutmu koki itu sama dengan hidupmu sekarang?"
"Tidak. Tentu saja tidak".
"Ada alasan?"
"Ia jauh lebih berani untuk menjawab semua tantangan. Ia tentu juga lebih berjiwa besar walaupun banyak yang ingin menjatuhkannya. Ia juga sudah tentu saja lebih hebat secara fisik dan mental".
Sedangkan aku, aku hanyalah seorang yang sebagian besar orang berpendapat pengecut, seorang yang egois, seorang yang keras, seorang yang selalu mengambil keputusan dengan perasaannya, seorang yang bila terdesak akan mundur secara perlahan. Padahal, semua sudah kupikirkan matang-matang. Maka dari itu, aku tentu saja kalah hebat dari koki yang ku kagumi.
"Kalau begitu, ini saran dariku".
"Tak perlu. Aku tak meminta".
"Tak perlu kau ambil. Kau ingin injak-injak pun silahkan".
"Baiklah. Apa?"
"Nikmati jalan Tuhan yang diberikan-Nya padamu saat ini. Kau butuh waktu beristirahat. Kau perlu memikirkan masa depanmu sendiri. Kau adalah seorang yang senang berkarya. Aku yakin kau mampu membuka jalanmu sendiri kelak. Menjadi diri yang dikenal orang banyak. Mau jadi apapun nanti, aku hanya bisa berharap agar kau selalu membawa hatimu yang tidak berani untuk menyakiti perasaan orang lain baik itu dengan tindakanmu ataupun dengan perkataanmu. Agar kau selalu membawa hatimu yang selalu ingin mempermudah urusan orang lain. Tentu saja mempermudah mereka yang kesulitan, bukan mempermudah mereka yang hanya memanfaatkan loyalitas dan kemampuanmu".
"Saranmu banyak. Tapi akan ku usahakan untuk ku ingat".
"Kapan lagi aku bisa menceramahi diri sendiri yang selalu saja kalah dengan mereka yang memiliki kekuasaan dan ambisi".
"Tak heran".
"Sudah. Sekarang kau lebih baik tidur. Ikan saja kalau malam bobo. Masa kau tidak".
"Baiklah. Aku tidur. Terima kasih. Benar-benar ku ucapkan terima kasih".
-ikansawah131224
2 notes
·
View notes
Text
Ambil Kendali
Pagi tadi aku duduk di kursi dengan ada tempat sampah di sebelah kanan tempatku duduk. Aku sedang fokus membuka ponsel dan sekelilingku aman saja. Sampai tiba-tiba ada seorang Ibu yang membuang sampah minuman dan airnya muncrat ke arahku.
Baju, tas, kerudung, kaca mata dan wajahku pun terkena minuman itu. Aku hanya diam karena kaget dan refleks membersihkan butiran-butiran air minuman yang menempel di sana sini. Sembari aku sedang fokus membersihkan dan masih kaget. Sambil lalu, si ibu mengatakan maaf atas ketidaksengajaannya dan pergi begitu saja.
Aku masih terus membersihkan sampai semua yang basah tadi cukup tidak terlihat, aku juga mengelap-elap wajahku yang sedikit basah. Alhamdulillah bukan yang basah seperti disiram, jadi semua masih bisa aku kondisikan.
Karena ibu tadi pergi begitu saja saat bersamaan dengan mengatakan maafnya, aku tak sempat mengatakan iya. Tapi dalam hatiku, aku sedang mengendalikan diri agar tidak marah-marah atas apa yang baru saja terjadi.
Hal itu bisa saja menjadi alasanku untuk marah dan kesal, lalu perasaan itu kubawa sepanjang hari nanti. Tapi setelah bernegosiasi dengan perasaan itu, aku memilih untuk menyikapinya dengan biasa saja. Aku memilih tetap tenang dan tidak mengizinkan rasa kesal itu mengendalikan diriku.
Selesai membersihkan wajah dan yang terkena air minuman tadi, aku melanjutkan aktivitasku mencari referensi yang sedari tadi tertunda karena kejadian kecil ini.
Setelahnya, aku sadar bahwa beberapa hari lalu aku baru saja menamatkan buku tentang mengambil kendali atas setiap emosi. Penulisnya mengatakan bahwa buku itu tidak akan mengubah apapun jika setelah membaca buku itu kita tidak berusaha mengubah respon dan perilaku kita terhadap emosi.
Meski tak selalu mudah untuk bisa mengambil kendali atas emosi dan perasaan, apalagi di saat kondisinya sedang tertekan. Tapi aku percaya bahwa saat aku memilih untuk tenang merespon kejadian tadi, aku juga sedang menyimpan energiku dan tidak menjadikannya sia-sia.
Bayangkan saja jika aku marah-marah. Setelahnya pasti aku akan lelah, debar jantung lebih cepat dan bisa saja aku menyesali kemarahan itu.
Alhamdulillah. Aku menyadari bahwa ini juga pertolongan Allaah untuk bisa mengendalikan respon kita terhadap sesuatu. Terlepas dari teori stoicism tentang mengendalikan apa yang ada dalam kendali kita. Untuk menjadi terkendali, kita lebih banyak butuh pertolongan Tuhan dalam menjalankannya.
#kenaliemosi #ambilkendali
4 notes
·
View notes
Text
Berikhtiarlah maka keajaiban datang
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Q.S Ibrahim : 37)
Do'a tersebut adalah lantunan yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim tatkala meninggalkan istrinya hajar dengan anaknya yang baru lahir, Ismail.
Mereka ditinggalkan di sebuah lembah yang sangat sunyi. Tanpa ada tanaman, hanya ada lautan padang pasir yang gersang sepanjang mata memandng.
Bahkan, tak terlihat satu pun pepohonan untuk sekadar bernaung, tak terjamah sedikit air untuk menyambung hidup. Tak ada insan lain yang ada selain bayi ismail yang masih memerah. Bayi tersebut kemudian mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan, bahkan tangisnya menunjukkan tanda-tanda di ambang kematian.
Selanjutnya, sebagaimana naluri seorang Ibu, Ibunda Hajar mulai berlari, mencoba mencari bantuan serta seteguk air atau makanan untuk menghilangkan lapar dan dahaga bayi kecilnya.
Dia berlari bolak-balik tujuh kali dari bukit safa dan marwah. Meski penuh kesulitan namun ia terus mencari dengan seksama ke sekeliling, berharap bertemu dengan setetes air. Namun, hasilnya nihil tak pernah ada air di kedua bukit itu. Meskipun begitu barangkali ia hanya ingin menunjukkan ikhtiarnya kepada Allah. Terlebih ketika sebelumnya ia telah meyakinkan suami, yang telah meningggalkan mereka, dengan kalimat
"Pergilah wahai Ibrahim, sesungguhnya jika ini adalah perintah dari Allah maka Dia tak akan pernah menyia-nyiakan kami"
Lalu, mukjizat Allah pun menghampiri, bukan dari sepanjang jalan dari dua bukit yang ia telusuri, melainkan dari kaki kecil Ismail sang bayi yang tengah menangis keras sedari tadi muncul sebuah mata air yang mengalir begitu deras.
"Zam! Zam!, Berkumpullah berkumpullah"
Begitu wanita tersebut menyeru sambil mengumpulkan bebatuan untuk tak menyia-nyiakan mata air tersebut. Hajar pun lantas takjub dengan apa yang terjadi.
Lewat kisah tersebut kita dapat mengambil ibrah bahwa sering kali mukjizat atau bantuan Allah tak terletak di antara ikhtiar-ikhtiar kita. Bahwa, tugas kita sebagai manusia hanya berikhtiar semata Bahwa, Allah lah yang berhak menentukan kapan dan bagaimana pertolongan-Nya
Dan yang paling utama adalah bahwa Allah benar-benar menghargai proses dari ikhtiar kita, terbukti dari salah satu syariat yang Allah tetapkan pada ibadah haji bukanlah pada zam-zamnya. Melainkan pada sa'i; ikhtiar lari bolak-balik dari bukit safa dan marwah yang dijalani ibunda hajar; yang jika kita renungkan kembali tidak menghasilkan apa-apa.
5 notes
·
View notes
Text
MENGEJAR SEBUAH MIMPI
Empat tahun lalu, sebelum menyelesaikan pendidikan di jenjang SMA, aku bermimpi supaya dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi meskipun kondisi ekonomi orang tuaku sulit. Aku tidak menentukan spesifik kampus mana dan jurusan apa yang akan kutekuni. Yang kucari adalah universitas yang menyediakan jalur beasiswa selama masa perkuliahan. Dalam jangka waktu yang berdekatan, kucoba mendaftar ke empat universitas yang ada di pulau Jawa.
Prosesku mencari perguruan tinggi ini kuibaratkan seseorang yang menebar mata kail di segala tempat dan menunggu kail mana yang akan dimakan oleh ikan. Logikanya, semakin banyak kail yang disebar, semakin besar kemungkinan mendapat ikan. Namun aku tahu, dalam kehidupan, menebar harapan di segala tempat belum tentu akan memberikan hasil yang sesuai mauku, tetapi yang kutahu adalah aku perlu berusaha.
Aku tidak lupa berdoa dan dalam doaku kusebutkan nama-nama universitas itu sebab besar harapanku untuk bisa melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Supaya waktu menunggu ini tidak terbuang percuma, aku melatih diriku dengan melakukan pekerjaan yang cukup berat secara fisik: kuli bangunan. Ketika memilih pekerjaan ini, yang terlintas dalam pikiranku hanyalah bekerja menghasilkan uang untuk melanjutkan pendidikan. Aku tidak merasa malu dengan orang-orang sekitar yang mungkin akan memandangku rendah karena pekerjaan yang kulakukan. Tekadku untuk bisa berkuliah sungguh bulat.
Setelah menanti sekitar dua bulan, akhirnya aku mendapatkan kabar. Universitas pertama memberiku tawaran bantuan pendidikan 75%; universitas kedua dan ketiga sebesar 50%; dan universitas keempat 100%. Semua informasi yang kuterima ini seolah-olah seperti mimpi buatku. Namun, meskipun aku bersukacita, ada masalah lanjutan yang harus kuhadapi: bagaimana aku bisa berangkat ke Jawa dari kampung halamanku di Sulawesi Tengah ketika harga tiket pesawat mahal? Bagaimana juga biaya hidup yang semakin tahun semakin tinggi? Aku tidak menemukan jawabannya saat itu, tetapi aku tahu bahwa aku bisa meminta pertolongan Tuhan untuk memberiku petunjuk.
Salah satu universitas itu tak cuma memberikan beasiswa, tapi juga menyediakan asrama selama studi dan tiket keberangkatan. Kurasa inilah jawaban Tuhan atas doaku, maka dengan bulat hati, pikiran yang sadar, dan tanpa paksaan, aku mengambil tawaran ini.
Selama proses perkuliahan aku mengikutinya dengan senang karena inilah yang kuharapkan sejak awal. Meskipun begitu, tidak jarang aku mengalami masa-masa sulit. Namun, satu hal yang menjadi andalanku yaitu berdoa meminta kekuatan kepada Tuhan. Sekarang aku sudah dalam masa penantian untuk wisuda. Sekarang proses studiku telah tiba di akhir, aku tinggal menunggu waktu wisuda. Selama masa ini kubaktikan diriku dengan mengabdi di satu sekolah secara sukarela supaya aku punya hati yang lebih siap saat untuk mengemban karier yang Tuhan berikan.
Pengalamanku ini menggemakan kembali firman Tuhan dari Yeremia 29:11, yang menegaskan bahwa “Aku [Tuhan] mengetahui rancangan-rancangan apa yang pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Ketika sabda ini disampaikan Allah melalui perantaraan nabi Yeremia, kerajaan Yehuda telah hancur dan orang-orangnya ditawan di Babel. Kehancuran ini disebabkan Yehuda telah melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.
Namun, di tengah situasi pembuangan ketika seolah tak ada lagi harapan, Allah memberikan suatu janji penghiburan bahwa yang Allah inginkan bagi umat-Nya adalah rancangan damai sejahtera, bukan kecelakaan. Bagi kita yang hidup di masa kini, janji Allah bagi Yehuda ini dapat kita maknai bahwa Dia memiliki rancangan dan tujuan khusus bagi tiap kita, dan apa pun rancangan itu, tujuan-Nya adalah bagi kemuliaan-Nya (Amsal 3:6; 1 Korintus 10:31).
Tuhan telah menetapkan dan menguduskan jalan hidup kita. Dia bukan hanya sebagai Pencipta kita, tetapi juga Pemelihara dalam segala sesuatu yang kita kerjakan. Tuhan adalah Allah yang penuh kasih, yang tidak akan membiarkan kita menderita terus-menerus. Tuhan mengetahui apa yang kita butuhkan dan segala yang akan kita lakukan.
Perjalananku bisa menerima beasiswa dan studi adalah salah satu saja dari begitu banyak kebaikan-Nya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu mampu melakukan lebih banyak daripada yang kupikirkan.
Apabila hari ini ada di antara kamu yang sedang bergumul dan berjuang, kiranya kamu selalu mengingat bahwa Tuhan mengasihimu, dan karena kasih-Nya Dia akan membentukmu menjadi pribadi yang memuliakan-Nya.
2 notes
·
View notes
Text
"DIBAWAH ATAP WISMA DJAKFAR"
Pagi setelah hujan semalam, Di sepanjang jalanan dewi sartika ramai dengan pengendara maupun pejalan kaki yang mungkin hendak mencari keringat atau sekedar melihat-lihat keindahan setelah terlelap di suasana yang cukup dingin semalam .
Sebenarnya sudah menjadi hal biasa jalanan itu ramai karena, itu jalanan umum yang biasa di lalui oleh anak muda yang hendak ke kampus dan sekolah , bapak atau ibu yang hendak ke pasar, pegawai daerah dengan mobil plat merah yang hendak ke kantor, atau petani yang hendak ke ladangnya. Ya,,, mungkin jalan itu sudah seperti keluarga mereka sendiri, sepertinya sangat rindu, kalau berlarut-larut tidak melewati jalan itu.
Tepat di kanan jalan arah dari simpang lima, di samping masjid berdiri kokoh sebuah bangunan yang umurnya sudah sangat Tua, dalam kisahnya penuh dengan romantisme ilmu pengetahuan, di atapnya anak muda menitipkan harapan, mengais mimpi dari diskusi, membaca, hingga merencanakan aksi demontrasi.
Oww iya.. bangunan tua di atas adalah tempat bersejarah yang bukan hanya soal gedung, lebih dari pada itu adalah tentang kisah romantisme Hijau hitam yang mungkin nasibnya sekarang lagi hitam putih. Nama bangunan tua itu "Wisma Djakfar" "Tempat paling romantis dalam sejarah panjang himpunan". Dari awal saya meletakkan kaki di atas lantainya hingga sekarang ini, selalu saya di ajarkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Dari buku bacaan sampai diskusi menjadi santapan siang dan malam.
Tahun 2020 lalu selain permulaan bagi saya melanjutkan jenjang pendidikan di tingkat universitas. kalau tidak salah di bulan Desember, menjadi awal juga bagi saya menaruh harap di bangunan tua itu dan melebur dalam kisah perjuangannya, dari kiri jalan hingga depan forum pertemuan.
Dan tentu saja, bukan hanya saya tapi banyak teman-teman bahkan ada yang terlebih dahulu menaruh harap, yang sampai hari ini masih berkomunikasi baik "selayaknya petarung di Medan perang yang saling membutuhkan pertolongan". Entah pertolongan moral ataupun materil, antara isi pikiran maupun isi perut. Yang pasti semua, itu akan saya ceritakan pada anak dan istri saya jika tuhan masih mengijinkan atau memperpanjang jabatan sebagai Khalifah di muka bumi ini.
Semenjak tahun itu saya mulai memanfaatkan setiap momen dan menaruhnya dengan rapi dalam memori yang telah di ciptakan tuhan, entah momen yang romantis atau yang melelahkan sekalipun. Bagi saya itulah proses yang harus di nikmati tanpa terburu-buru, Memang yang Namanya proses selalu begitu susah, senang, bahagia, atau senang semua itu jangan biarkan untuk terlewatkan. Terkadang keindahan datang dari hal yang paling melelahkan. Ya! hampir mirip seperti kata EL kepada Sekar dalam novel pejalan anarki "nikmatilah jeda, terlalu banyak keindahan yang terlewatkan dalam ketergesa-gesaan.
Setelah momen ini, setiap masalah menjadi teman bahkan sahabat yang paling akrab, arahan dan masukan tak pernah putus dari teman, sahabat bahkan para senior yang peduli, katanya "tetaplah membaca, diskusi setiap waktu" memang, itu rasanya sudah seperti jadwal makan yang awalnya memang seperti penyiksaan tapi pada akhirnya di terima sebagai bagian dari keindahan. Proses yang baik adalah dia yang lebih menderita sebab tidak membiarkan dirinya memilih kesenangan.
Waktu berjalan begitu cepat dalam hitungan angka di kalender, tapi bagi saya waktu tidak pernah berubah sebab, kita selalu menemukan siang dan malam. angka dalam kalender hanyalah patokan sejauh mana kita melangkah selebihnya adalah soal terang dan gelap sebab waktu adalah manifestasi dari kehidupan manusia antara baik dan buruk itu saja. Tapi tak usah terlalu di pikirkan itu hanya sebatas asumsi saja boleh di terima ataupun tidak.
Ah,,, ngomong-ngomong soal terang dan gelap bila di artikan pada kehidupan manusia yang mengarah pada sikap, tingkah laku, atau tindakan. Maka rasanya tidak cukup tanpa membicarakan himpunan yang semua itu ada di dalamnya. Dari yang baik sampai yang sangat buruk semuanya ada, tergantung mau pilih yang mana?, Oww iya tentang ini tafsir kan saja sendiri intinya setiap orang punya pilihannya masih-masing mau tenggelam dalam proses atau berjalan menginjak proses yang pasti Himpunan tetap menjadi kekaguman orang-orang.
Pada akhirnya kita akan menemukan akhir lalu Kembali lagi membicarakan waktu aku, ingin menjahit lagi setiap momen yang telah terjadi, menyusun dengan kata, lalu menyimpannya menjadi satu buku dan memberinya judul "Romantisme Di bawah Atap Wisma Djakfar". Sekian bila tak ku nyatakan keindahannya Maka tak pernah ku ceritakan tentang perjuangan.
3 notes
·
View notes
Text
Semakin dewasa + menua
Dunia memang sudah jauh berubah, semakin dewasa, semakin bertumbuh kita akan banyk sekali bertemu manusia-manusia toxic, manusia yang hanya sekedar memanfaatkn kita karena kepentingan pribadinya.
Tidak bisa kita pungkiri, hal itu menjadi wajar karena sebuah kebutuhan hidup. Tapi disisi lain kita mengilangkan sikap kemanusiaan kita hingga tanpa sadar kita sudah menggoreskan luka pada mereka.
Rasa sakit hati, kecewa sudah menjdi makanan sehari-hari ketika kita berjumpa dengan manusia toxic, bahkan ada mereka yang awalnya menjdi teman baik, namun karena sebuah kepentingan ia menjadi manusia toxic demi sebuah pencapaian dan untuk bertahan hidup. Situasi ini benar-benar membawa kita kepada ke bimbangan.
Mungkin sebagian kita bertemu atau sedang memintak pertolongan dengan sebagian orang, namun ntah mereka tidak mau bantu atau memang mereka segan untuk merespon kita wallahualam, namun bagi saya membalas dan merespon pertolongan orang bagian dari nilai kebaikan dan etika yang harus kita teladani.
Saya ketemu dengan manusia yang sedang duduk di bangku kulyh doktor, namun etika dan prilakunya benar-benar tidak mencerminkan seorang doktor.
Lalu saya bertemu dengan manusia yang sudah memiliki anak istri, tampilan lecis bak seperti akademisi, ketik berbicara ia selallu menyampaikan ingin membantu dan memebri harapan kepada siapapun. Namun ketika semuanya sampai di akhir, dengan gampang ia membalikkan keadaan seakan2 dia tak memberi harapan ia menyalahkan orang yang sedang memohon pertolongan padanga. Sunggu naif dan picik.
Pada akhirnya manusia tidak ada yang benar-benar tulus, ia akan mencari dan menemui kita ketika ia sedang dalam kondisi sulit dan susah saja.
Kecewa akan menjadi teman setiap bagi mereka yang tulus di usia dewasa. Kuncinya jangan meminta bantuan pada manusia, karena janji iblis kepada tuhan, ia akan menyesatkan manusia hinga membuat manusia buta akan hati ya dan penuh dengan nafsu dunia.
3 notes
·
View notes
Text
Agar Menunggu menjadi Lebih Bermakna
September ini, satu tahun sudah aku merantau di Negeri Ginseng. Rencananya, aku mau pulang sejenak ketika liburan chuseok akhir bulan ini. Sekadar untuk menjernihkan pikiran dan melepas rindu dengan keluarga sebelum akhirnya berjuang lagi di sini. Walaupun aku belum pasti bisa pulang karena masih menunggu perpanjangan visa yang belum disetujui. Walau visa masih belum pasti, tiket tetap perlu dibeli jauh-jauh hari agar dapat harga murah. Setelah dicari-cari, tiket yang murah mengharuskan transit selama 10 jam, sehingga kurang lebih perjalanan dari Incheon-Jakarta ditempuh dalam waktu 17 jam. Padahal sebelum dari Incheon, aku harus berangkat dari Mokpo dengan lama perjalanan sekitar 4.5 jam. Setelah sampai Jakarta pun, aku masih harus naik bus ke Bandung dengan lama perjalanan kurang lebih 3.5 jam. Bisa bayangkan lamanya waktu menunggu di perjalanan sebelum akhirnya bisa bertemu keluarga?
Awalnya aku ragu, antara menabung dulu dan baru pulang tahun depan dengan penerbangan direct atau pulang sekarang dengan perjalanan yang melelahkan. Namun, seketika aku ingat film "The Terminal” yang dimainkan oleh Tom Hank. Ada yang sudah menonton film itu?
Di Film itu, Tom Hank ceritanya baru sampai di bandara Amerika. Sayangnya, Ia tidak boleh masuk ke Amerika karena tepat pada tanggal itu negaranya dianggap tidak ada secara politik. Dilemanya lagi, dia pun tidak bisa kembali ke negaranya. Alhasil, dia diminta menunggu di bandara sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa satu hari, satu minggu, satu bulan ataupun mungkin tidak selamanya. Dia hanya bisa masuk Amerika ataupun pulang jika negaranya sudah terlepas dari konflik dan dinyatakan sebagai negara kembali.
Pada awalnya, Tom Hank meresa kesal dan bingung mau melakukan apa. Sementara uang yang dibawa pun mulai habis. Namun, jiwa tak kenal putus asanya, membantu Tom Hank untuk bertahan hidup di bandara. Dia sempat menjadi pengumpul trolly sekadar agar bisa makan setiap hari. Pekerjaan itu terus dilakukan setiap hari, sampai akhirnya pihak bandara mempekerjakan pengumpul troli resmi yang membuatnya kehilangan sumber pendapatan. Namun, seperti kata pepatah, “Orang baik disayang Tuhan”, berbagai pertolongan pun hadir. Di saat terpuruk itu, seorang pegawai restoran bandara meminta bantuannya untuk mendekati seorang karyawati di bagian imigrasi. Sebagai imbalannya, Tom Hank diberikan makanan gratis. Hasilnya, temannya itu pun menikah dengan pujaan hatinya. Tak hanya itu, Tom Hank juga berusaha mencari pekerjaan dan diterima sebagai pekerja bangunan di salah satu projek yang dikerjakan di bandara. Dia juga bertemu salah satu pramugari cantik dan jatuh cinta kepadanya. Sempat akan menjalin hubungan, tapi kandas karena sang wanita lebih memilih mantan pacarnya. Setelah berbagai hal yang ia lakukan, film ini diakhiri dengan Tom Hank yang berhasil masuk ke Amerika untuk menyelesaikan hajatnya, lalu kembali pulang ke negaranya.
Dari film ini, aku mendapat pelajaran bahwa menunggu bisa menyenangkan dan lebih bermakna jika kita bisa mengisinya dengan hal-hal bermanfaat. Akhirnya, aku tetap memutuskan untuk pulang akhir bulan ini. Waktu perjalanan yang panjang itu bisa aku isi dengan menulis, membaca buku, mendengarkan kajian, dan lain sebagainya.
Hal ini juga bisa direfleksikan ke dalam pemaknaan hidup kita. Bukankah setiap kita sedang menunggu? Ada yang mungkin sedang menunggu untuk bisa masuk universitas favorit. Ada juga yang menunggu panggilan kerja. Ada yang menunggu investor bisnis. Ada yang menunggu jodoh. Ada yang menunggu diberikan anak, sang buah hati. Ada yang mungkin menunggu pengumuman beasiswa. Iya setiap orang sedang menunggu terwujudnya impian masing-masing.
Cara kita dalam mengisi waktu menunggu itulah yang akan menjadikannya bermakna atau malah sia-sia. Maka nasihat yang selalu aku katakan kepada diri sendiri, “Jangan habiskan waktu menunggu hanya untuk merasa kesal atau meratapi sesuatu impian yang belum juga terwujud. Sesekali merasa sedih tak mengapa. Berhenti sejenak tak mengapa. Namun setelah itu, usahakan kembali impian dengan tetap melakukan hal-hal manfaat lainnya. Yakin saja, ketika kita sedang asyik mengisi kehidupan dengan hal baik, tiba-tiba Allah datangkan apa yang kita tunggu. Seandainya sampai akhir pun tidak mendapatkan apa yang kita impikan, tak mengapa. Mungkin kondisi itulah yang menurut Allah paling baik dan kita butuhkan. Aku juga meyakini bahwa tidak pernah ada kata sia-sia dari usaha dan perbuatan baik.”
Kalau kamu sedang menunggu apa? :)
5 notes
·
View notes
Text
Pernahkah kau bertanya pada dirimu sendiri;
Apa yang mengubah dirimu, hingga menjadi diri yang seperti hari ini ?
Diri yang lebih memilih belajar berbesar hati mengambil sisi baik dari setiap peristiwa hidup daripada mengutukinya,
Diri yang lebih menikmati kesunyian daripada melebur dalam keramaian,
Diri yang teman dekatnya dapat dihitung dengan jari dan tidak lagi mengejar eksistensi,
Diri yang hatinya terus berusaha dilapangkan dan didewasakan untuk memahami bahwa kehidupan adalah tempat berjuang, berlelah-lelah juga kesementaraan,
Diri yang paham bahwa kapasitas sebagai hamba begitu terbatas dan segala ujian yang terjadi tentu atas izin serta perhitungan Allah yang Maha teliti.
Semakin kau menyelami dirimu sendiri untuk mencari alasan dan jawaban atas segala perubahan yang terjadi...kau akan menemukan bahwa segala kepingan-kepingan peristiwa duka yang berserakan, nyerinya kegagalan yang pernah membentur diri, harapan-harapan yang patah dan banyak kesedihan yang pernah singgah...itulah yang mengubahmu menjadi dirimu yang seperti hari ini.
Sosok dewasa yang dibentuk oleh banyak kegetiran hidup. Pada suatu masa, kau mengaduh sebab banyak ujian yang silih berganti menghampiri. Sembari bertanya, mungkinkah perhitungan takdir salah memberimu beban? Dimanakah sisi keadilan Tuhan?
Namun kini, tatkala segala kegetiran itu satu persatu terhalau oleh kuatmu dan pertolongan dari-Nya, kau dapati bahwa kehendak-Nya selalu manis meski dibalut banyak kepahitan.
Jadi, apakah kau sudah mensyukuri segala ujian yang pernah hadir dengan penuh ketulusan duhai diri?
4 notes
·
View notes
Text
Dear Tuhan, kutahu, seharusnya kuyakini dengan mutlak beribu-ribu kali bahwa Engkaulah penulis skenario paling handal dan pengeksekusi takdir paling canggih.
Tak ada sedikitpun yang terlewat pada tiap-tiap potongan kejadian yang memang harus atau tidak terjadi. Tidak ada sedikitpun salah pada jawaban pilihan berganda yang Kau centang untuk setiap cerita kehidupan hamba-hambamu yang beriman maupun ingkar. Tidak ada satupun tanda baca yang luput Kau sertakan pada skenario yang Kau tuliskan, tidak tanda tanya, seru, koma, maupun titik yang alpa Kau goreskan. Tidak ada cacat dan tidak ada celah ketidaksempurnaan jika segalanya adalah berhubungan dengan Engkau. Mutlak sudah: sempurna.
Aku saja yang tak pandai menerjemahkan kode-kode yang Kau kirim melalui semesta. Aku saja yang alpa meneliti tiap hikmah dari banyak peristiwa. Aku saja yang kebanyakan bertanya tanpa giat mencari jawabannya.
Dear Tuhan, kutahu, seharusnya kuyakini dengan mutlak beribu-ribu kali bahwa Engkaulah penulis skenario paling handal dan pengeksekusi takdir paling canggih.
Hamba macam apa yang mengaku beriman tapi tidak menjejakkan Haqqul yakin di lubuk hatinya yang paling dalam?. Meminta dan ingin menjadi yang dekat dengan ketenangan namun enggan diuji sebagai pembuktian. Mana bisa naik kelas tanpa melahap lembar-lembar ujian dengan benar. Dikira mudah?. Mana bisa disamakan yang berjalan santai dan yang memacu langkahnya dengan cepat. Bukan, bukan sebab ingin cepat sampai tapi karena semangat yang kadung melekat dalam hibat, semata-mata yakin akan Tuhannya bahwa yang berusaha tak akan pernah disia-sia.
Dear Tuhan, kutahu, seharusnya kuyakini dengan mutlak beribu-ribu kali bahwa Engkaulah penulis skenario paling handal dan pengeksekusi takdir paling canggih.
Diri ini bukanlah hamba-Mu yang sholehah. Bukan pula hamba yang tak luput dari semua salah dan cacat. Sudah ditelanjangi diri ini berkali-kali agar insyaf pada apa-apa yang menjadi perintah dan larangan, namun masih saja ingkar menyengaja. Hati ini sudah berkali-kali diamputasi sebab meletakkan harap dan tempat bergantung selain Engkau, padahal nyata-nyata sudah tersurat dalam kitabmu "Allahussamad". Jiwa ini sudah berkali-kali dianiaya diri sendiri sebab dengan lancang telah berani berprasangka buruk pada kepingan-kepingan takdirmu, tanpa menganalisa lebih hati-hati pesan apa yang hendak Engkau sampaikan.
Tuhan, kalau sebenarnya telah Engkau bukakan jalan yang begitu luas bagiku tanpa aku harus repot-repot menebas semak dan belukar, namun aku tidak sadar, mohon ampuni aku. Kalau sebenarnya telah Engaku limpahkan kemudahan dan pertolongan di setiap fase namun tidak aku manfaatkan dengan baik, mohon ampuni aku. Untuk dosa-dosa yang melebih buih di samudra pasifik, untuk salah-salah yang melebihi pasir di gurun sahara, untuk keluh kesah yang melupakan syukur, untuk air mata yang melupakan senyum dan tawa, untuk doa-doa yang keterlaluan dipanjatkan, untuk apa-apa yang tak mampu kutuliskan satu persatu, sebab Engkau lebih tahu, ampuni aku.
Bersama kata yang pengucapannya terbata-bata, abjad yang tulisannya sulit kueja, dan pinta yang gempurannya tak kenal masa, kuletakkan mimpi-mimpi, cita-cinta, harap-asa, keyakinan, dan segala-galanya pada genggaman tangan-Mu, penulis skenario paling handal dan pengeksekusi takdir paling canggih.
4 notes
·
View notes
Text
Semuanya Perihal Menerima
Suatu hari kau pernah merasa banyak hal baik datang menghampiri.
Pagi-pagi menerima pesan singkat dari seseorang yang membuat mood mu baik. Pelanggan random yang tiba-tiba memberi tips walau nilainya tak terlalu besar. Atasanmu tiba-tiba memberi bonus. Orang-orang sekitar yang entah kenapa membuatmu senang. Anak kecil yang tersenyum lebar. Atau tiba-tiba kau ditraktir seorang teman.
Kau selalu dibuat bingung dengan kebaikan yang datang. Selalu bertanya-tanya "Ada apa? apa yang telah ku perbuat?"
Kau hanya bisa mengucap syukur alhamdulillah, menyebut nama-Nya yang indah. Menganggapnya sebagai bentuk kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya. Tentu saat itu kau sangat yakin, bahwa Tuhan sangat baik padamu dan tak akan pernah menelantarkan.
Tapi, itu baru hal baik yang datang. Adalah wajar ketika kau memuji Tuhan saat berada diposisi yang menguntungkan, bukan?
Bagaimana jika posisinya dibalik?
Suatu hari kau merasa sangat sial. Bangun kesiangan, datang ke tempat kerja diomeli atasan. Pelanggan yang nawar harga diluar nalar. Adikmu meminta biaya untuk bayar sekolah. Rekan kerjamu yang marah tanpa alasan. Di tempat kerja banyak sekali peraturan. Di jalan pulang kecipratan air hujan. Pulang ke rumah bukannya tenang, malah ribut dengan hal yang bahkan bukan masalah besar.
Kau pun bertanya lagi kepada Tuhan, pertanyaan sama dengan perasaan yang berbeda.
"Tuhan, ada apa? apa yang sudah kuperbuat?"
Kadang sampai keluar umpatan kasar; sialan.
Merasa malas untuk melakukan kegiatan. Mengabaikan pesan masuk dan beberapa panggilan. Seolah berkata "bisa diam dulu tidak?"
Kadang kau menyalahkan Tuhan atas semua hal buruk yamg datang. Sampai disatu titik kau merasa bahwa Tuhan tak lagi sayang.
Padahal bisa jadi hal tersebut merupakan bentuk kasih sayang Tuhan. Maksudku, Tuhan membuatmu begitu supaya kau mengeluh kepada-Nya, meminta bantuan-Nya, meminta pertolongan-Nya dan minta ampunan-Nya.
Bisa jadi Tuhan sedang merindukan hamba-Nya!
Tapi tunggu dulu, bukankah kau sudah tahu jika ada banyak hal yang memang tidak bisa dihindarkan dan tak bisa kau kendalikan? Maksudku, yang perlu kau lakukan hanya menerimanya, bukan?
Ketika kau diteriaki atasan atau orang lain, alih-alih protes dan melawan lebih baik diamkan, jangan diambil pusing, mending abaikan. Lantas berpikir segala kemungkinan mengapa dia bisa begitu. Tak ada gunanya untuk mencari siapa yang benar dan salah, karena semua orang pasti akan merasa selalu benar.
Ketika kau melihat di sosial media teman-temanmu sekolah di perguruan tinggi, bekerja di perusahaan dengan gaji tinggi, bahkan beberapa temanmu ada yang sudah keluar negeri. Alih-alih membandingkan diri, bukankah lebih baik jika kau menerima semua hal yang ada didepanmu lantas fokus untuk memperbaiki diri?
Ketika hal baik dan hal buruk datang satu persatu, kau hanya perlu merentangkan tangan dan menyambut hal-hal tersebut. Jika dilawan, bukankah hanya akan menambah beban?
Aku tahu pasti sulit. Aku juga tahu jika hatimu tidak lapang dan sensian. Kadang selalu ada yang mengganjal tanpa alasan. Tak masalah, namanya juga manusia pasti banyak kekurangan.
Kau harus selalu tahu, Put. Dunia tak selalu seperti yang kau harapkan. Jalannya tak selalu mulus dan lancar. Kadang berkelok dan banyak bebatuan. Kau tak bisa menghindar, karena itu resiko dari jalan hidup yang kau pijak sekarang. Kau hanya perlu menerimanya kemudian bersabar.
Belajarlah menerima, ciptakan ketenangan agar kau senantiasa bahagia.
Tak apa, All is well.
Semua ada hikmahnya.
original picture by hizari
edited by me
Matahari, 01 Maret 2023
#catatan#semesta#note#quotes#selfreminder#duniaku#bayangan#menulis#positivity#wallpaper#wallpaperart#typography#photoart#photography#photooftheday
4 notes
·
View notes
Text
Jepang impianku
Teks Ulasan Novel Mantappu Jiwa Judul: “Mantappu Jiwa” Penulis: Jerome Polin Sijabat Penerbit: PT. Gramedia Pusataka Utama Tahun terbit: Jakarta, 2019
Buku ini menceritakan tentang perjalanan hidup Jerome Polin sejak ia baru lahir ke dunia pada tanggal 2 Mei 1998 di Jakarta, hingga akhirnya berhasil menjadi mahasiswa di universitas Jepang dengan jalur beasiswa. Ternyata melanjutkan Pendidikan tinggi di luar negeri sudah menjadi mimpinya sejak kecil. Jerome menceritakan semua mimpi yang ia miliki sejak kecil dan bagaimana perjuangannya merealisasikan mimpi tersebut.
Dalam buku ini ia menjelaskan bahwa ia terlahir dengan latar belakang keluarga yang tidak begitu berkecukupan secara ekonomi, ayahnya sebagai pendeta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Karena hal tersebut, Jerome berusaha menjadi anak yang mandiri, belajar mandiri dan tidak mengikuti les tambahan di luar sekolah. Saat dia duduk di bangku kelas X SMA ia mempelajari materi kelas X-X11 sehingga ia dapat mengikuti olimpiade matematika dan sains.
Semangat belajarnya tidak pernah padam demi memperjuangkan mimpinya, ia pun harus mengalami banyak sekali hal yang harus ia korbankan, seperti waktu bermain, bermain Bersama teman yang lainnya ataupun bermain media sosial. Tetapi ia selalu bangkit dan tidak pernah berhenti usaha untuk mewujudkan cita ciatnya.
Setelah semua usaha yang ia lakukan. Ia tidak lupa untuk mencari informasi mengenai mimpinya di luar negeri. Saat itu Jerome mengikuti beasiswa tes Mitsui Bussan dan di terima, sehingga kini ia menjadi mahasiswa Waseda university di Jepang. Dan ia sekarang mempunyai banyak pengalaman di Jepang dan memiliki banyak teman di sana.
Novel ini mempunyai kelebihan, yaitu tentang bagaimana perjuangan Jerome untuk bisa kuliah di universitas impiannya, dan bagaimana ia bisa menjalani kehidupan sehari-hari nya dengan ekonomi yang tidak berkecukupan. Bahasa yang di terapkan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat memahaminya dengan baik. Terdapat kata kata motivasi dan warna di setiap lembar, agar pembaca tidak mudah bosan untuk membacanya. Sayangnya, terdapat tanda penulisan yang tidak tepat.
Secara keseluruhan, novel ini mengajak kita untuk sentiasa rajin beribadah, selalu memohon pertolongan kepada Tuhan dan berdo'a. Giat belajar dan teguh terhadap pendirian. Pantang menyerah dan jika gagal maka kita harus lebih berusaha lagi agar mendapatkan hasil yang sesuai. Novel ini mengajarkan kita untuk bersyukur dan Terima dengan apa yang kita punya, tidak mengeluh tetapi semangat untuk lebih baik lagi dari sebelumnya.
"Aku belajar untuk jangan takut mencoba sesuatu yang baru, meski kelihatannya sulit sekalipun. Karena kita sebagai manusia tidak ada yang tahu masa depan. " #RumusJerome
2 notes
·
View notes
Text
LURUSKAN JALAN BAGI TUHAN : LUKAS 3:1-6
Apa reaksi anda jika suatu hari, ketika anda sedang menjemur pakaian, berjualan di pasar, dan melakukan kegiata kemasyarakatan, dan tiba-tiba seseorang datang dan berteriak: “Bertobatlah!”?
Anda pasti berpikir, seseorang itu kurang waras. Atau, anda akan tertegun sejenak, menggangguk-angguk tanda setuju, karena anda tahu dia benar, tapi melengos kemudian lalu mengabaikannya.
Yohanes Pembaptis melakukannya. Dia menyeru-nyerukan ajakan pertobatan pada setiap orang yang dia temui, di seluruh daerah Yordan. Pada ibu-ibu, pada anak-anak, pada bapak-bapak yang asyik ngobrol, dan tentu saja pada orang Farisi dan Ahli Taurat yang ada di jalan-jalan sibuk mempertontonkan kehidupan keagamaan mereka supaya terlihat saleh meski sebenarnya bejat.
Ketika Roh Kudus bekerja dan membawa banyak orang untuk dibaptis, banyak orang-orang yang kelihatan beragama dihardik dan ditegur Yohanes. Dan, hal ini tidak menyenangkan bagi sebagian orang yang tidak mau bertobat.
Kelakuan Yohanes Pembaptis berbuntut fatal. Dia mati di tangan Herodes.Dan, apa yang terjadi jika saat ini, suara Yohanes bergema lagi. ���bertobatlah! Berilah dirimu dibaptis, Siapa yang akan mengatakan padamu, kamu dapat lari dari murka yang akan datang?” Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api.”
Kalimat yang sama yang bukan hanya ditujukan pada orang-orang saat itu. Tapi seluruh pembaca Lukas saat ini, anda dan saya.Saya tahu, kita akan bertanya, “ Bertobat? Ah, saya sudah bertobat kok. Saya rajin ke gereja, saya melayani, saya berdoa dan membaca alkitab. Pertobatan itu hanya untuk mereka yang ada di penjara kena kasus korupsi. Pertobatan itu hanya berlaku untuk seorang pembunuh. Saya?
O..tentu saja tidak termasuk!” Betulkah demikian?Kata bertobat mendatangkan rasa tidak nyaman bagi semua orang. Sebab, bertobat itu identik dengan kelemahan. Sementara, tidak ada satu orang pun manusia yang mau dianggap lemah. Kita selalu mencari alibi terhadap semua salah yang kita buat, ya khan
Padahal, tobat artinya sembuh. Sembuh?Memangnya kita sakit. Ya! Kita sakit karena dosa. Karena itu, pemazmur banyak mengidentikan kesalahan dan dosa sebagai sesuatu yang mendatangkan rasa sakit. Dan, memang, dosa itu membuat kita sakit. Jiwa sakit. Roh kita sakit.
Dosa membuat kerusakan yang parah. Dia merusak hubungan kita dengan sesama kita. Dosa menghancurkan hubungan orangtua dan anak. Dosa membuat suami dan istri saling melukai. Dosa membuat hati seorang ayah hancur dan hati seorang anak terluka. Dosa mematikan banyak orang yang tidak bersalah. Dosa membuat kita berlari dari persekutuan, menghindar dari sesama. Dosa membuat kepala kita tertunduk. Dosa menusuk bathin kita, merusak kemanusiaan kita. Dosa menghilangkan damai sejahtera. Damai yang ada pada manusia berdosa, di dapat dari kesenangan dunia, hiburan dunia, tapi semuanya semu dan hampa.
Jika kita tidak mengaku kita sakit, mustahil kita bisa sembuh. Sungguh kasihan, kita manusia yang berdosa, tapi lebih kasihan lagi orang yang tidak mau mengakui dosa. Karena itu, syarat untuk terbebas dari dosa, tidak ada lain lagi, kecuali, mengakui dosa dan mengakui bahwa kita butuh pertolongan.
Sepuluh tahun lalu, saya pergi ke rumah sakit. Mendatangi dokter mata dan dimarahi karena setelah setahun baru memeriksakan mata saya. Dan, melihat kondisi minus dan silindernya yang bertambah, saya merasa berdosa. Berdosa terhadap mata yang sudah Tuhan beri. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam batin saya, “Kenapa saya tidak menjaga mata saya lebih baik?
Kenapa saya tidak memeliharanya baik-baik? Apa yang akan terjadi jika saya kehilangan penglihatan? Apa ini semua salah Tuhan? Tidak. Itu semua salah saya.
Dan, saya mesti bertobat!”
Mungkin, saudara menganggap kasus saya ini berlebihan. Tapi, tidakkah kita selalu berdosa dengan segala kesadaran dan ketidaksadaran? Setiap hari, selalu saja ada orang yang terluka karena ulah kita. Ada saja orang yang tersinggung dengan sikap kita. Selalu saja, kita melakukan kesembronoan dengan tubuh, pikiran, kelakuan, dan hidup kita sendiri.
Bukankah ini pertanda, kita butuh disembuhkan? Maka, Yesus datang ke dunia. Dia pernah berkata, “Hanya orang sakit yang memerlukan tabib, seakan ingin menyatakan bahwa Dia-lah Sang Tabib Agung. Dia datang untuk melayani dan bukan dilayani. Hanya Dia yang bisa memulihkan kita dari dosa dan kecenderungan kita untuk merusak diri sendiri dan hubungan bersama sesama kita. Serta dengan seluruh ciptaan.
Maka, apa yang mesti dilakukan? Tentu saja, mengaku bahwa kita ini sakit. Kita butuh pulih. Kita mesti berefleksi sehingga tidak perlu ditegur seperti para Farisi yang berusaha membenar-benarkan diri di hadapan orang lain. Tidak perlu-lah membenar-benarkan diri, karena Tuhan mampu melihat isi hati manusia. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan di hadapan Allah.
Tidak ada.
Maka, setelah itu, pemulihan akan dimulai. Kesembuhan akan dimulai. Ketika kita mengaku dosa dan bersedia dipulihkan Tuhan, ada banyak metode penyembuhan yang Tuhan minta kita lakukan. Kadang, kita mesti membuang “kekasih-kekasih” kita. Kadang, kita mesti menerima untuk tidak menerima pujian dari orang lain satu hari saja. Mesti tahan mengontrol makan kita. Mesti tahan mengerjakan sesuatu sampai selesai sementara mungkin kita ingin menyerah. Mesti mengendalikan diri untuk tidak melampiaskan stress kita pada hal-hal yang tidak berguna.
Mesti belajar menahan mulut untuk tidak mengomenteri hal-hal yang akan menciderai perasaan orang lain. Mesti belajar menghargai perasaan orang lain. Itulah cara Tuhan menyembuhkan kita. Itu cara Tuhan membuat pertobatan terjadi.
Maka, apakah berita pengampunan berarti sudah selesai? Belum.
Pengampunan itu mesti disambut dengan kesediaan menerima penyembuhan total dariTuhan dengan cara mau dibentuk Tuhan. Selama kita masih menolak, tidak ada bedanya kita dengan para Farisi yang berdoa teriak-teriak minta Mesias datang, tapi tidak sadar bahwa Mesias itu sesungguhnya sudah datang. Mempersiapkan kelahiran Mesias berarti bersedia menerima Kerajaan-Nya datang dalam hidup kita. Dan Kerajaan Allah bukan soal lampu Natal dan pakaian baru melainkan PERUBAHAN BESAR DI KEHIDUPANKU!
Semoga kita bersedia dipulihkan Tuhan! Tuhan merahmati!
0 notes
Text
For My Future Wife
Aku Valdo.
Di masa ini, masa yang selalu menjadi perundunganku akan dirimu, aku tahu bahwa aku yang sekarang penuh dengan kekurangan.
Tetapi, aku sekarang berjuang, aku sekarang berjuang untuk dirimu, entah siapapun kamu dan dimana kamu sekarang.
Aku sekarang sedang dekat dengan Tuhan, sedang belajar, sedang berjuang, sedang melatih diriku, sedang mengumpulkan pundi-pundiku, sedang belajar menjadi pria yang serba bisa, pria yang menjadi sempurna untuk menjadi suami dan pria terbaik yang pernah kamu temui dan yang akan menemani selamanya sampai maut memisahkan.
Ketika kamu senang, aku bisa menjadi penjagamu agar kamu tidak sedih.
Ketika kamu sedih dan depresi, aku bisa menjadi penghiburmu dan temanmu agar kamu bisa kuat dan menjalani itu.
Ketika kamu marah, aku bisa menjadi tempat pelampiasan marahmu dan kembali menenangkanmu serta menjadi pengingatmu.
Ketika kamu moody, aku bisa menjadi tempat penerimaanmu untuk menjadi normal kembali ke depannya.
Ketika kamu kesusahan, aku bisa menjadi tempat pertolongan pertamamu biar kamu bisa melewatinya.
Ketika kamu sakit, aku bisa menjadi perawat pertama untukmu.
Ketika kamu mengalami penderitaan, aku bisa menjadi tempat untuk mengangkat semangat kamu lagi.
Dan ketika kamu pergi, aku akan menjadi rumah buat kamu sehingga ketika kamu pulang, aku sudah menyiapkan segalanya untuk menyambut kamu, tetapi jika kamu tidak pulang lagi, aku akan menjadi orang yang selalu mendoakanmu supaya kamu selalu dijaga Tuhan.
Dan sekarang ini, cintaku, aku sekarang masih terus belajar, masih terus berusaha, masih terus berjuang untuk mempersiapkan itu. Dan ketika kamu memang datang suatu hari nanti, aku siapkan untuk memberikan ini semua, karena yang kutahu bahwa aku hanya bisa memberi, dan aku tidak tahu cara meminta darimu. Dan Tuhan tahu isi hatiku. Mohon maaf jika aku belum bisa memberikan itu semua sekarang tetapi aku akan berusaha sebisa mungkin ya.
Dan di masa ini, aku bersukacita, cintaku, Tuhan Maha Baik sekali sebenarnya memberikan rasa kesedihan ini untuk membuatku bangkit kembali dan tak pernah menyerah. Siapapun kamu, siapapun kamu di masa depan, tunggu aku ya, semoga kita bisa dipertemukan dalam ikatan pernikahan. Dan Tuhan mengatakan ini padaku untuk kamu, yaitu "siapkan diri kamu juga untuk menerima hal-hal yang besar ini" karena perjuanganku dan perjuanganmu tidaklah mudah.
Di setiap hal ini terjadi, aku selalu berdoa dan mencari Tuhan, dan doakan aku selalu ya. Puji Tuhan, aku sudah bisa menjadi lebih baik meskipun naik turun-nya parah banget.
Sabar yaa, wahai cintaku. Mungkin hanya itu yang bisa kuminta dari kamu.
In the family room, i wrote this words.
28/11/2024
0 notes
Text
Masalah ini
Saat ini yang ku harapkan adalah pertolongan. Tentu saja aku selalu berharap akan pertolongan Allah, namun kali ini, sungguh aku berharap ada manusia yang bisa menolongku menemukan pelengkap agamaku.
Rasanya aku lelah menjalani hari2 mencari ditengah kesibukan-kesibukan yang lain. Berusaha mengenal dan memahami karakter dan perilaku, entah bagaimana berujung pada hal yang tidak tentu. Bisa jadi karena ragu-ragu atau memang mereka belum seperlu itu.
Aku pun tak lepas dari rasa ragu itu, namun aku berusaha menemukan asalnya dan mencari pembuktiannya. Apakah keraguan itu berdasar atau tidak. Aku tidak mudah menyerah. Tujuan dan niat baikku tulus dan tidak mengada-ada. Itulah kenapa aku sangat berharap pertolongan untuk dipertemukan dengan yang sama.
Kali ini, aku benar-benar membutuhkan pertolongan tak hanya Tuhan tetapi juga manusia..
0 notes