Text
Bagaimana Jika Kita Tidak Akan Bertemu (Kembali)?
Hai apa kabar?
Bagaimana perasaanmu hari ini? Adakah sesuatu yang membebani pikiranmu? Jika ada, aku ingin menjadi orang pertama yang kamu cari untuk berbagi resahmu? Atau justru kamu sedang merasa bahagia? Aku juga ingin menjadi orang pertama yang mendengar kabar bahagiamu.
Hai apa kabar?
Bagaimana kondisi imanmu saat ini? Apakah kamu sedang merasakan kelezatan iman? Atau justru saat ini, kamu sedang jauh dari Allah karena hiruk pikuk dunia melalaikanmu. Apa pun itu, aku ingin menjadi teman setia dalam perjuangan memenuhi tujuan hidup kita sebagai hamba dan khalifahnya. Hingga semoga Allah meridai kita untuk menjadi penghuni surga-Nya.
Hai apa kabar?
Apa yang paling ingin kau raih? Sulitkah jalan yang kamu tempuh untuk menujunya? Apa yang bisa aku bantu agar kamu mudah meraihnya? Aku ingin menjadi seseorang yang bisa kamu andalkan dan kamu pun begitu untukku. Kita sama-sama berjalan seiring, bergandengan tangan dan bahu membahu untuk meraih cita-cita.
***
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang ingin sekali aku ungkapkan kepadamu. Aku rindu untuk mendengar semua ceritamu. Aneh memang karena merindukan sesorang yang entah siapa dan entah di mana. Sayangnya sampai sekarang semuanya masih harus aku simpan rapat-rapat. Terkadang rasa rindu pada sosok yang belum diketahui membuat dada terasa perih. Terkadang ada rasa kekhawatiran yang muncul,
“Apakah kita akan bertemu?”
“Bagaimana jika kita tidak akan bertemu?”
“Apakah aku bisa tetap kuat dan semangat menjalani hari tanpa pertemuan denganmu?”
“Apakah aku bisa bertahan menghadapi pandangan dan cibiran orang?”
Dan segala macam pertanyaan dan kekhawatiran lainnya. Namun, terkadang ada sedikit kesadaran dalam diri bahwa jika aku terus memupuk kekhawatiran itu, mungkin itulah yang menjadi sebab hati dan iman menjadi lemah. Mungkin kekhawatiran itulah yang menjadi sebab tak bahagianya diri.
Aku serahkan semuanya pada Ia, Yang Maha Kuasa. Pemilik Bumi dan langit. Aku mengupayakan diri untuk menjadi hamba yang sebenar hamba. Urusan pertemuanku denganmu biarlah Allah yang mengatur. Seandainya kita tidak akan bertemu, aku berusaha meyakinkan diri bahwa Allah sangat menyanyangiku dan semua hambanya. Takdir itu adalah bentuk kasih sayang-Nya. Takdir itu adalah bentuk perlindungan-Nya kepadaku dari penderitaan yang lebih besar dari saat ini. Jika memang itu yang terjadi, aku berharap, aku tetap hidup dengan Islam dan semakin bertambah kuatnya iman. Namun tentu saja, aku masih berharap, suatu hari nanti Allah tetap mengizinkanku untuk bertemu dan berjuang bersamamu.
4 notes
·
View notes
Text
Jeda Sebelum Merespons
Kita bertemu dengan banyak orang setiap hari. Ada yang menyenangkan, tapi mungkin ada juga yang perlakuan atau perkataannya tidak mengenakan hati. Selayaknya manusia biasa, kemungkinan akan merasa emosi negatif ketika berada di situasi tersebut.
Emosi yang dirasakan wajar, tapi kita punya pilihan untuk bersikap. Kita bisa memilih untuk menjadi reaktif dengan mengeluarkan emosi yang tidak menyenangkan atau sebaliknya. Tidak mudah memang untuk merespons dengan kebaikan ketika dalam situasi yang tidak menyenangkan. Namun, jika kita menjadi reaktif tanpa berpikir dampaknya, maka bisa jadi hubungan kita dengan orang tersebut bisa rusak.
Ada cara yang bisa kita usahakan yaitu dengan memberi jeda. Jeda? Iya, jeda.
Berlatihlah untuk berhenti sejenak sebelum merespons. Beberapa artikel menyarankan 2 detik. Artikel yang lain menyarakan 10 detik. Berapa jeda yang diperlukan tergantung dari kondisi kita masing-masing. Jangan reaktif, tapi tidak juga berlama-lama. Responslah ketika kita sudah sedikit tenang. Hal ini bertujuan untuk mengindentifikasi perasaan. Selain itu, jeda juga memberikan waktu kepada kita untuk bisa memilih respons terbaik. Memberi jeda sejenak juga bisa membantu kita menurunkan kortisol, hormon yang berperan saat stress. Teknik ini bisa sangat membantu kita untuk menyelamatkan dan menjaga hubungan dengan orang lain. Beberapa quote yang bisa kita jadikan rujukan hal ini yaitu quote dari Satish Kumar dan Viktor E. Frankl seperti di bawah ini.
"Don't respond when you are emotional. Wait until you calm down."-Sathish Kumar
"Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response. In our response lies our growth and our freedom."- Viktor E. Frankl
1 note
·
View note
Text
Apakah Kegiatan Hari ini Sudah Bermanfaat untuk Kehidupan Akhirat?
Kita setiap hari menjalani rutinitas yang sama berhari-hari, berminggu-minggu dan bahkan sampai bertahun-tahun. Dari bangun pagi, bekerja, lalu pulang, berkomunitas ataupun aktivitas lainnya. Rasa jenuh mungkin sering kali hinggap dan jadi kehilangan makna. Hanya seperti robot.
Beberapa minggu belakangan ini, aku sering bertanya pada diri sendiri, "Apakah yang dikerjakan hari ini bermanfaat untuk kehidupan akhirat?" "Apakah rasa lelah dari berbagai aktivitas ini mendapat rida-Nya atau jangan-jangan semuanya hanya sia-sia? Hanya manfaat untuk dunia saja, tak ada arti untuk akhirat?" "Apakah dosa-dosa banyak yang dikerjakan hari ini karena kesengajaan atau kelalaian sudah ditaubati dan mendapat ampunannya?" "Apakah hidup yang kita jalani ini sudah memberikan manfaat untuk orang lain seperti yang diajarkan bahwa manusia yang terbaik adalah ia yang paling bermanfaat?"
Kontemplasi ini hadir karena aku merasa cukup jenuh dengan aktivitas sehari-hari yang rasanya tidak produktif secara dunia dan juga sedang merasa jauh dari-Nya. Sekadar melakukan yang wajib tanpa ruh. Lalu, akhir-akhir ini aku juga banyak sekali ikut komunitas yang cukup mengambil porsi waktu untuk berbicara dengan diri sendiri dan mencurahkan hati pada Allah. Akhirnya muncullah pemikiran ini karena merasa khawatir jikalau semua yang dikerjakan sia-sia dan tidak mendapat rida Allah.
Maka aku mulai untuk menambah sedikit amalan yang bernilai kecil dan belum rutin tapi sedang diusahakan untuk rutin. Sebuah amalan yang bertujuan untuk bisa berkontribusi pada orang lain. Paling tidak jika aku meninggal hari itu, sudah ada sedikit amalan kontribusi yang bermanfaat untuk orang lain.
Teman-teman pembaca pun bisa memilih amalan sederhana yang kira-kira bisa dilakukann secara rutin tanpa mengganggu amalan utama. Bisa dengan berazam membantu minimal 1 orang setiap hari. Bantuan apa pun. Sesederhana membantu menyebrangkan orang tua. Sesederhana memberikan kursi di kendaraan umum pada orang lain. Sesederhana sedekah 5000 rupiah dan lain sebagainya.
Walau sederhana, kita tidak pernah tahu manfaatnya untuk orang lain. Bisa jadi, kita menganggap sederhana tapi itu sangat berarti untuk orang lain. Bisa jadi, amalan sederhana yang kita lakukan secara rutin itu adalah amalan yang paling ikhlas.
Jadi untuk diriku dan kalian, semoga semua yang kita kerjakan tetap bernilai pahala, diterima Allah, mendapat rida-Nya.
1 note
·
View note
Text
Al Haleem (The Most Forebearing)
Nama Allah selanjutnya yang ingin saya bahas adalah Al Haleem. Tulisan ini merupakan insight yang saya dapat dari kajian 99 names of Allah dari dari youtube eman channel.
Al Haleem (The Most Forebearing, The Most Kind and Gentle) atau yang artinya Yang Maha Penyabar, Maha Baik, dan Maha Lembut. Ke Maha Penyabaran Allah ini bisa kita sadari dari hidup kita sehari-hari atau dari kisah para rasulullah.
Sadarkah berapa banyak dosa yang sudah kita lakukan setiap hari? Begitu banyak dosa kita, tetapi Allah tetap memberikan kita nikmat yang sangat banyak. Walau dosa terus kita lakukan, nikmatnya tidak berhenti. Allah tidak langsung menghukum kita. Ia memberikan kita waktu sangat banyak untuk bertobat. Seandainya kita pun belum bertobat dan masih mengulangi dosa, Allah tetap tidak langsung menghukum kita. Allah memberikan waktu lagi dan lagi. Nikmat lagi dan lagi. Seandainya Allah menimpakan musibah pada kita, itu bisa jadi sebagai bentuk kasih sayang Allah. Musibah itu sebagai pengingat agar kita kembali ke jalan yang benar. Allah yang paling ingin hamba-Nya masuk surga dan terhindar dari api neraka. Azab Allah memang keras tapi Allah tidak langsung menghukum kita. Ia tetap sabar menanti agar hambanya kembali pada-Nya.
Ingatkah kisah Firaun, Namrud, atau umat-umat terdahulu? Datangnya para Rasul kepada Firaun dan kaumnya, Namrud dan kaumnya dan semua umat terdahulu adalah bentuk kasih sayang dan kesabaran Allah. Walaupun hamba-Nya berdosa, menuduhnya punya anak, berzina, homo seksual, mengurangi timbangan dan penyimpangan lainnya, Allah tidak langsung menghukum mereka. Allah ingin hamba-Nya kembali baik dengan mengirimkan para Rasul. Azab tidak akan turun dengan serta merta. Azab pada umat terdahulu datang karena mereka sudah didakwahi dengan berbagai cara, dalam waktu yang cukup lama, dan sudah terlewat batas.
Maka selagi kita masih diberi kesempatan, Mari semangat memperbaiki diri, bertobat, dan mendekat pada-Nya.
Sekali lagi, tulisan ini adalah ingsight yang didapat dari kajian dan ditulis berdasarkan pemahaman. Jika ada kesalahan, semoga Allah mengampuni. Semoga tulisan ini pun bisa bermanfaat untuk diri saya sendiri dan para pembaca.
1 note
·
View note
Text
Malu karena Merasa Tertinggal dan Merasa Menjadi Produk Gagal
Bagaimana rasanya ketika ditanya kerja di mana? Sementara kita belum mendapatkan pekerjaan.
Bagaimana rasanya ketika ditanya sudah lulus kuliah? Sementara kita masih berjuang menyelesaikannya.
Bagaimana rasanya ketika ditanya biodata diri dan suami? Sementara kita belum menikah.
Bagaimana rasanya ketika ditanya anaknya umur berapa? Sementara kita belum memiliki anak.
Mungkin ada dari kita merasa biasanya saja dengan basa-basi seperti itu karena sudah menerima kondisi diri. Namun, mungkin ada yang merasa malu dengan berbagai alasan.
***
Pada suatu hari, di sebuah chat grup komunitas baru yang semuanya berisi akhwat, sang admin meminta para anggota grup untuk menuliskan biodata lengkap, beserta nama suami dan anak-anak.
Ada yang menarik dari perkenalan tersebut. Beberapa anggota yang belum menikah enggan menuliskan tahun lahir, termasuk saya. Tebakanku karena rata-rata umur mereka sudah termasuk umur terlambat menikah dalam stigma masyarakat. Sedangkan untuk single yang masih mudah, mereka dengan mudah menuliskan tanggal lahir.
Aku sendiri pun saat itu merasa enggan untuk menuliskan tanggal lahir karena merasa malu belum menikah. Merasa menjadi produk gagal. Lalu dari sini, aku jadi berkontemplasi dan mempertanyakan "mengapa merasa malu?", "Apa yang sebenarnya membuatku merasa malu?", "apakah memang perlu merasa malu?"
Dari pertanyaan-pertanyaan itu, akhirnya aku mempunyai jawaban untuk memperkuat kestabilan emosi diri sendiri. Kita seharusnya tidak perlu merasa malu atas sesuatu yang belum dimiliki atau dicapai, entah itu dalam masalah jodoh, pekerjaan, kelulusan, anak dan berbagai hal-hal duniawi lainnya. Belum memiliki apa yang kita inginkan atau belum mencapai yang pada umumnya sudah dicapai oleh kebanyak orang, bukanlah berarti kita adalah produk gagal. Cobalah mengubah kacamata kita dengan kacamata akhirat, bukan hanya dengan kacamata duniawi.
Dalam hal jodoh atau anak misalnya. Lihatlah Bunda Maryam! Ia adalah wanita mulia yang dijanjikan surga, tetapi sejauh cerita yang kita tahu beliau memiliki anak tanpa pasangan hidup. Lihatlah, Aisyah! Beliau tetap wanita mulia yang berkontribusi besar untuk pengetahuan tentang Islam. Ia tetap mulia walau tanpa anak. Lihatlah Asiyah! Beliau juga wanita yang dijanjikan surga walau memiliki suami yang buruk.
Dalam hal pencapaian atau ilmu. Lihatlah Nabi Nuh! Beliau tetap mulia walau pengikutnya hanya sedikit. Lihatlah Rasulullah! Beliau tetap dipercaya oleh Allah untuk mengajarkan wahyu walau ia sebelumnya tidak bisa membaca dan menulis.
Jadi yang ingin aku katakan untuk diriku sendiri dan teman-teman yang membaca tulisanku. Belum mencapai standar yang orang-orang sudah capai pada umur saat ini bukanlah berarti kita produk gagal. Selama kita berupaya untuk tetap berada di jalan Islam dan berupaya menjadi hamba-Nya. Berupaya beramal dan segera bertobat jika salah, kita tetap memiliki kesempatan menjadi orang derajat tinggi.
Kita menjadi produk gagal, ketika kita gagal menjadi hamba yang sesuai tujuan penciptaan.
Semoga bermanfaat.
4 notes
·
View notes
Text
As-Samee (The All Hearing)
Hari ini, saya akan merangkum nasihat yang saya dapat dari serial 99 names of Allah dari eman channel tentang nama Allah As-Samee. As-Samee artinya adalah yang maha mendengar.
Kita mungkin sudah tahu dan sering mendengar tentang Allah yang Maha Mendengar. Namun, kita perlu menanyakan kepada diri masing-masing, seberapa yakin kita akan hal ini?
Allah Maha Mendengar semua makhluknya baik yang ada di bawah lautan, di langit, maupun di daratan. Allah mendengar baik yang disembunyikan dalam hati ataupun yang dibunyikan dengan keras. Allah mendengar ketika siang hari terang ataupun ketika malam gelap, bahkan ketika kita jauh berada di dalam gua vertikal.
Ketika yakin akan hal ini, ada beberapa dampak bagi kehidupan yaitu:
Kita akan mencari Allah untuk berdoa, meminta, dan mengadukan semua masalah hidup. Kita pun akan menjadi tenang setelahnya karena tahu Allah Maha Mendengar dan tidak mengabaikan hambanya. Kita tenang karena yakin bahwa Allah akan memberikan solusi. Kita tak lagi sibuk mencari telinga manusia yang juga sama-sama sedang memiliki masalah.
Kita akan berhati-hati dalam berucap karena merasa bahwa ada Allah yang mendengar dan keras hukum-Nya jika kita berkata yang salah dan melewati batas. Analoginya seperti ketika kita sedang mengumpat keburukan orang, kita pasti takut jika terdengar oleh orang yang bersangkutan. Seharusnya rasa takut seperti itu harus dijaga dan lebih besar rasa takutnya, karena akan selalu ada yang mendengar perkataan buruk kita yaitu Allah.
Semoga reminder ini dapat berguna untuk diri saya sendiri dan juga orang lain yang mungkin membaca tumblr ini.
2 notes
·
View notes
Text
Ash-Shakoor
Salah satu nama Allah adalah Ash-Shakoor yang artinya maha berterima kasih dan maha pemberi apresiasi. Allah berterimakasih atas kebaikan yang dilakukan hamba-hambanya sekecil apa pun dan akan memberikan apresiasi. Ash-Shakoor ini disebut pada beberapa ayat Al quran di antaranya yaitu surah Fatir ayat 30 dan 34, Ash-Shura ayat 23, dan At-Taghaabun ayat 17. Berikut terjemahan dari ayat-ayat tersebut.
Surah Fatir ayat 30
“agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.”
Surah Fatir ayat 34
“Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Surah Ash-Shura ayat 23
“Itulah (karunia) yang (dengannya) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu suatu imbalan pun atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” Siapa mengerjakan kebaikan, akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Surah At-Taghaabun Ayat 17
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.”
Jika kita menghayati dan meyakini ayat-ayat ini dengan hati. Lalu kita jadikan landasan hidup, maka semoga kita menjadi semangat setiap harinya untuk berbuat amal kebaikan sebagai bentuk syukur dan juga karena meyakini bahwa semuanya akan Allah apresiasi dengan menambah kebaikan dengan berlipat. Amal yang kita lakukan juga sebagai cara untuk semakin dekat dengan Allah. Dengan meyakini nama ini, semoga kita juga akan semakin rida atas hidup kita.
0 notes
Text
99 Names of Allah
Beberapa hari lagi Ramadhan akan tiba. Sebagai muslim, ada baiknya kita menghitung hari-hari sampai Ramadhan tiba untuk bersiap menyambut bulan yang mulia. Persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak berdoa untuk bisa disampaikan umurnya pada Ramadhan. Kita tidak pernah tahu batas waktu kita hidup di dunia kan? Persiapan yang lain yaitu dengan semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Yang dulunya mungkin hanya sebatas salat 5 waktu, sekarang bisa dengan berupaya menghayati artinya bacaan salat dan menambah dengan mengerjakan salat sunah rawatib. Yang dulunya mungkin sudah rutin salat 5 waktu dan rawatib, bisa menambah salat dhuha sebelum beraktivitas untuk meminta keberkahan di hari itu. Bisa juga dengan menambah bacaan Al quran. Mungkin jika dulunya hanya membaca saja, sekarang bisa menambah amalan dengan memahami artinya. Sangat banyak amal yang bisa dilakukan.
Yang tak kalah pentingnya lagi adalah menambah pengetahuan tentang tiga landasan utama seorang muslim (Mengenal Allah, Mengenal Islam, dan Mengenal Rasul). Tentu yang utama adalah berusaha mengenal Allah terlebih dahulu. Allah mempunyai banyak nama indah. Pada umumnya yang kita ketahui, Allah mempunyai 99 nama, tapi sebetulnya nama-nama Allah itu lebih dari 99. Ada pendapat tentang jumlah nama-nama Allah ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Allah tidak terbatas dan tersimpan dalam ilmu ghaib di sisi Allah, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Pendapat kedua, nama Allah ada batas jumlahnya tetapi untuk jumlah ini pun masih berbeda-beda. Ada yang berpendapat, nama Allah ada 99, 100, 1000, bahkan 4000. Namun, para ulama tersebut sepakat bahwa ada 99 nama Allah yang perlu dijaga dan dihapalkan. Walaupun masih ada perbedaan pendapat tentang nama-nama yang termasuk ke dalam 99 nama tersebut. Hanya Allah yang paling tahu tentang namanya.
Kita sebagai Muslim perlu mengimani bahwa Allah memiliki 99 nama indah yang perlu kita hapalkan, pahami maknanya, dan hiduplah dengan keyakinan akan nama-nama tersebut. Ini karena Allah menjanjikan surga bagi kita yang menjaga nama-namanya.
إنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafalnya pasti masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdoalah juga dengan menggunakan nama-nama Allah indah yang indah. Ini sesuai dengan dalil:
“Allah memiliki nama-nama yang mulia; maka berdoalah kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama itu”. (QS. Al-A’raf ayat 180)
Semoga iman kita bisa bertambah dengan berusaha mengenal Allah.
0 notes
Text
Healing Melalui Al Quran
Dulu aku pernah ditawari untuk ikut TRE (Tension & Stress Release Exercises) oleh trainerku di salah satu training pengembangan diri. TRE adalah sebuah pelatihan yang bertujuan untuk melepaskan stress fisik, emosional, mental dalam tubuh kita dengan merangsang otot-otot untuk melepaskan tremor (getaran) neurogenik tanpa disadari. Ketika stress, gugup, marah, takut atau dalam bahaya biasanya tubuh kita terasa tegang. Tubuh kita juga biasanya akan mencari cara untuk melepaskan ketegangan itu, misalnya dengan menggerakan kaki, mengeluarkan keringat dan sebagainya. Namun untuk beban yang terasa sangat berat, ketegangan itu akan tersimpan. Oleh karena itu, latihan-latihan pada TRE dilakukan agar tubuh berada dalam posisi rileks sehingga secara alami mengeluarkan getaran.
Saat ditawari itu, kami berdiskusi banyak hal. Salah satunya aku berpendapat stress dan trauma itu seharusnya bisa hilang dengan salat. Seharusnya kita bisa merasakan ketenangan dengan salat, tanpa perlu ikut TRE. Lalu trainerku bertanya, "kamu salat? Kamu sudah merasa tenang belum?" Jujur aku merasa seperti tertampar mendengar pertanyaan itu. Namun, aku berpendapat bahwa stress dan trauma belum hilang karena mungkin salatku tidak khusyuk. Salatku tidak-tidak benar dengan hati. Masih hanya sebatas menggurkan kewajiban, bukan karena merasa butuh. Salatku masih sebatas gerakan, tanpa benar-benar melibatkan hati untuk berdialog dengan Allah. Setelah itu, diskusi tak dilanjutkan lagi karena bahasannya terlalu berat. Aku pun memutuskan untuk tidak mengambil tawaran itu. . Di waktu yang lain, aku pernah tiba-tiba bertemu temanku yang lulusan psikolog di Masjid Salman. Kami akhirnya makan bersama sambil berdiskusi. Dalam diskusi itu, aku bertanya, "Mengapa orang-orang yang depresi atau mengalami gangguan kesehatan itu harus meminum obat? Bukankah Al quran itu obat? Aku paham, kalau dari sudut pandang kedokteran orang yang stress sampai depresi itu produksi hormon stressnya terlalu berlebihan sehingga perlu dikurangi dengan obat, tapi apa ada yang sudah pernah meneliti kalau mungkin saja dengan membaca Al quran sambil meresapi artinya akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon penenang?" Saat itu temanku belum bisa menjawab karena ia belum meneliti dan belum pernah membaca penelitian tentang itu.
Lalu, setelah mendengarkan beberapa kajian. Akhirnya aku mendapat pandangan. Tak mengapa ikut TRE atau minum obat ketika stress, depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya sebagai bentuk ikhtiar. Sama halnya ketika sakit flu, batuk, atau penyakit tubuh lainnya, kita juga terbiasa minum obat. Namun sebagai muslim, kita perlu meyakini bahwa bukan dokter atau obat yang menyembuhkan, melainkan Allah. Walaupun kita sudah minum obat, jika Allah tidak berkehendak menyembuhkan saat itu, kita pun tak akan sembuh. Namun ingat! Tidak atau belum disembuhkan itu sudah dalam pengaturan dan ilmu Allah yang bijak. Tidak mungkin Allah menzalimi hamba-Nya. Semua itu pasti ada hikmah kebaikan di dalamnya. Kemudian, hal lain yang perlu diyakini, Al quran, salat, berdoa ataupun ibadah-ibadah lain yang berhubungan langsung dengan Allah itu pun adalah sebab datangnya ketenangan dan kesembuhan. Dalil tentang ini pun sudah dijelaskan dalam Al quran dan sunah. . Jadi sebelum berikhtiar dengan cara dunia, yang paling utama adalah ikhtiar langit dulu. Mohon dulu kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Lalu, banyak-banyak salat dan membaca quran dengan memahami serta meresapi artinya. Mudah-mudahan, stress, trauma, atau gangguan kesehatan mental lainnya bisa lebih mudah untuk sembuh.
0 notes
Text
Sakit yang Dibuat Sendiri
Waktu kecil dulu, Ibu sering melarang hujan-hujanan karena khawatir kita sakit. Namun, kita terkadang sembunyi-sembunyi tetap hujan-hujanan bersama teman. Tak peduli, walau nanti dimarahi. Tak hanya itu, ibu juga sering melarang makan coklat dan permen terlalu banyak karena khawatir gigi kita rusak. Namun lagi-lagi, kita melanggarnya. Ibu juga menasihati agar tidur tepat waktu karena khawatir kita sulit bangun pagi. Lagi-lagi, acara televisi dan komik membuat lupa waktu.
Lalu, semua kata ibu itu terkadang terjadi nyata. Kita jatuh sakit dan terbaring lemas setelah hujan-hujanan. Gigi keropos, hitam, dan sangat tak indah akibat coklat nikmat yang tak henti dilahap. Berangkat sekolah kesiangan karena baru tidur ketika malam sudah pekat. Setelah itu, barulah kita menyesal. Namun herannya, setelah sembuh, kita kembali melakukan kesalahan yang sama.
Begitu juga hubungan kita dengan sang pencipta. Allah sudah sering kali memperingatkan untuk tidak melakukan riba. Namun, keinginan untuk mengikuti tren terbaru membuat kita tak mampu berpikir jernih. Kita kalap membeli ini itu dengan cara berhutang, bahkan sebagian nekat meminjam uang melalui pinjaman online yang bunganya tak kira-kira. Lalu, setelah hutang menumpuk, barulah kita sadar. Kepala terasa pusing dan dada sesak karena tak tahu harus membayar hutang dengan apa.
Tak hanya peringatan itu yang kita remehkan. Allah sudah sering menasihati dalam kitab-Nya untuk tidak berjudi. Namun, hijaunya uang yang dijanjikan membuat kita menganggap sepele peringatan-Nya. Kita mencoba bertaruh lagi-lagi. Setiap kalah, rasa penasaran mengusai. Sampai uang habis barulah berhenti dan akhirnya hidup terasa semakin gelap.
Bukan hanya tentang uang, banyak sekali nasihat-Nya yang kita langgar. Soal asmara juga kita langgar. Allah sudah berfirman agar kita tidak mendekati zina. Namun, anak muda merasa hambar jika tak pacaran. Kita merasa tak masalah jika hanya sekadar pegangan tangan, makan bersama, atau nonton bioskop berdua. Tidak akan sampai jauh. Padahal musuh utama manusia sangat pandai menghasut, tanpa sadar bisa-bisa kita terlalu jauh melangkah. Setelah risiko terburuk terjadi barulah menangis sejadi-jadinya.
Mungkin ada yang tidak sampai kelewatan batas dalam mengekspresikan cinta. Sebatas berlama-lama bertukar pesan dengan dia yang didamba. Merasa tak akan ada apa-apa. Namun, yang namanya mudah sekali merasa terikat, berharap, dan juga berubah. Ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, kedua-duanya saling terikat, lalu memilih meresmikan hubungan dengan cara baik. Kemungkinan kedua, salah satu semakin terikat. Satunya lagi sudah berubah dan merasa jenuh atau bahkan memang sejak awal hanya ingin bermain-main. Jika kondisi seperti itu, salah satu hati akan merasa sakit. Jangan anggap sepele! Sakit karena patah hati terkadang lebih tidak mudah terobati dan menyebabkan trauma berkepanjangan.
Begitu juga dengan wanita dan pakaian. Kita sudah diingatkan bahwa wanita adalah perhiasan yang dapat memikat hati.Untuk itu kita diminta menjaga diri dengan hijab. Namun, banyak dari kita menganggap hijab membatasi ekspresi wanita. Banyak yang menganggap hijab itu kuno dan tak menarik. Namun, bukannya ingin menjaga, kita malah berlomba-lomba menghias diri dan tampil memikat dengan rok mini. Namun lagi-lagi, kita marah ketika ada mata-mata tak terjaga yang memandang.
Ya itulah kita manusia. Kita sering kali melanggar aturan Allah. Merasa bahwa aturannya hanya mengekang. Merasa bahwa agama itu terlalu membatasi kebebasan. Padahal, semua aturan Allah adalah bentuk kasih sayang-Nya. Ia tak ingin kita menderita. Namun sayangnya, kita adalah manusia yang tak banyak ilmu, kita menyepelekan dan malah melakukan hal-hal yang membuat kita sakit.
4 notes
·
View notes
Text
Antara Hati yang Merah dan Abu-Abu
Kala hatiku sedang merah,
lantunan ayat al quran begitu dicintai.
Maknanya merasuk dan menenangkan diri.
Nasihat di dalamnya mudah diterima dan dijadikan petunjuk kehidupan.
*
Kala hatiku sedang merah,
ia menjadi pemandu yang bijak.
Tutur kataku dituntun agar santun.
Emosi amarahku dipadamkan agar tak membakar orang tersayang.
*
Namun, sering kali aku lalai menjaga hati agar tetap merah.
Kubiarkan berbagai kicauan sumbang menggetarkan gendang telinga.
Kubiarkan kedua mata mengingat berbagai peristiwa walau tak penting untukku.
Hingga kepalaku terasa penuh dan tak tahu lagi mana yang baik ataupun tidak.
*
Namun, sering kali aku lalai menjaga hati agar tetap merah.
Mataku kubiarkan melihat tayangan yang tidak baik.
Telingaku kubiarkan berlama-lama mendengar alunan nada dan lirik yang tak mendidik.
Ucapanku penuh kisah rahasia orang lain.
*
Tak sadar, semua itu meneteskan titik hitam di hatiku.
Semakin lama titik itu semakin bertambah.
dan akhirnya hampir membuat hatiku berubah menjadi abu-abu.
karena aku lupa untuk membersihkan nodanya.
*
Hatiku yang abu-abu itu,
tak mampu menjadi raja yang pandai.
Ia sering kali membuat emosi amarahku meluap,
seperti lava yang siap menghanguskan apa yang dilewatinya.
*
Hatiku yang abu-abu itu,
membuatku enggan menyentuh kitab suci.
Jika pun kusentuh, hanya sanggup kubaca beberapa ayat saja.
Tak mampu menenangkan dan menguraikan suara-suara bising di kepala.
*
Aku rindu hatiku yang merah.
Aku perlu mencari penghapus agar-agar noda-noda dihatiku dapat hilang.
agar ia menjadi merah kembali.
lalu tenang bisa kuraih.
Itulah kondisi ketika hati sedang sehat.
2 notes
·
View notes
Text
Membuat Orang Lain Tersenyum Itu Membahagiakan
Setiap awal September, para pelajar di Korea sibuk memperpanjang visa yang prosesnya tidak tentu. Ada yang bisa selesai hari itu juga. Ada yang perlu menunggu 2 minggu. Ada yang bahkan harus menunggu satu bulan. Masa perpanjangan yang didapat juga berbeda-beda. Ada yang bisa mendapatkan masa tinggal 2 tahun. Ada yang satu tahun. Ada yang enam bulan, bahkan ada yang hanya 3 bulan. Proses yang cukup membuat hati para mahasiswa berdebar-debar.
Awal September kemarin, aku pun memproses perpanjangan visa. Hanya saja aku meminta tolong pihak kampus yang menguruskan. Alasannya karena malas pergi jauh, antri, dan ribet memakai translator. Alhamdulillah, pihak kampus memang menyediakan bantuan memperpanjang visa untuk orang asing tanpa membayar uang tambahan.
Waktu mengajukan dokumen, pegawai international office kampus benar-benar teliti memeriksa semuanya. Ia bahkan menemaniku kembali ke bank ketika aku lupa salah satu transaksi di rekening koran. Jadi untuk memperpanjang visa, kita akan diminta melampirkan rekening koran dan itu harus jelas arah alirannya dari mana dan ke mana. Kalau ada pengambilan via ATM, maka kita perlu ingat diambilnya untuk apa. Yang, aku rasakan pegawainya sangat ramah dan baik dalam melayani walaupun kami berkomunikasi pakai google translate.
Setelah selesai menitipkan dokumen, ternyata beberapa hari kemudian, ia memberi tahu bahwa dokumenku tidak lengkap. Ada beberapa berkas yang diminta pihak imigrasi untuk dilengkapi. Itu berarti, pegawai international office harus bulak balik demi membantu mengurus visaku dan juga mungkin visa mahasiswa lainnya.
Oleh karena itu, Aku memberikannya cake sebagai rasa terima kasih karena ia sudah bersedia repot-repot bulak balik mengurus visaku. Walaupun itu memang sudah menjadi tugas, tapi aku rasa sebetulnya para mahasiswa bisa mengurus sendiri, terlebih yang sudah satu tahun di sana seperti aku.
Nah saat aku memberikan cake itu, dia kaget dan langsung tersenyum lebar. Terlihat sekali ekspresi senang karena mendapat sesuatu yang tidak terduga, walau hanya sekedar cake. Sepertinya jarang ada mahasiswa lain yang memberikan sesuatu setelah dibantu.
Setelah melihat itu, aku pun merasa ikut senang. Ternyata bisa juga merasakan bahagia dari hal sederhana.
1 note
·
View note
Text
Hal yang Perlu Kita Sadari Agar Tidak Sering Membandingkan Diri
Salah satu penyebab kesedihan dan kegalauan manusia saat ini adalah sering membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Maraknya sosial media membuat orang berlomba-lomba ingin menampilkan sisi-sisi kehidupan yang baik dan menyembunyikan yang tidak baik. Hal ini terkadang membuat orang yang tidak memiliki hal baik tersebut merasa iri, rendah diri karena tidak mampu memiliki pencapaian yang serupa. Padahal setiap orang memiliki kisah sedihnya masing-masing. Di balik kebaikan yang ditampilkan di media sosial, pastilah ada usaha, air mata dari sisi yang lain.
Kita perlu sadar bahwa kita adalah hamba Allah yang sejatinya tidak memiliki apa pun. Allah yang memberikan rezeki dan telah mengaturnya dengan kadar yang tepat sesuai hikmah-Nya. Rezeki dan pencapaian itu adalah anugrah sekaligus ujian. Bisa jadi, ada orang yang diberi kekayaan karena mungkin ia sanggup melewati ujian kekayaan itu dan menjadikannya semakin taat. Justru jika diberikan kondisi miskin, ia akan menjadi lalai. Ada orang yang diberi kondisi miskin karena mungkin jika ia kaya akan menjadi lalai. Tentu untuk alasan dibalik pemberian rezeki kepada setiap orang, Allah yang lebih tahu dengan hikmah-Nya. Lalu, ketika kita sadar bahwa tidak memiliki apa pun dan yang ada pada kita adalah titipan dan hadiah, maka seharusnya kita tidak akan protes selayaknya ketika kita diberikan hadiah dari orang lain. Dengan tidak merasa memiliki dan sadar bahwa rezeki itu dari Allah, kita akan tenang dan tidak membandikan diri dengan orang lain. Tidak juga berusaha menghilangkan rezeki orang.
0 notes
Text
Berjalan Mencari Dunia, Bersegera dalam Beramal, dan Berlari Menuju Allah
Berjalan mencari dunia, bersegera dalam beramal, dan berlari menuju akhirat adalah nasihat yang sudah sering kita dengar. Kita pun mungkin tak lagi menghiraukannya karena terlalu sudah umum. Namun nyatanya, nasihat yang berulang tersebut tidak meresap ke dalam hati dan tak memotivasi kita menjadi lebih baik. Nyatanya diri kita masih saja sering lalai.
Nyatanya, banyak dari kita yang justru berlari mengejar dunia, dan hanya berjalan atau bahkan merangkak untuk urusan akhirat. Berapa kali kita menunda salat hanya karena merasa tanggung pekerjaan belum selesai? Kita sering menghitung-hitung sedekah yang akan dikeluarkan. Namun ketika begitu rela mengeluarkan uang berjuta-juta untuk membeli gadget terbaru. Kita tahan berjam-jam membaca novel terbaru, menonton serial drama dan anime, menghabiskan waktu bermain game dan berbagai hobi lainnya. Namun, kita hanya menyiksakan waktu sedikit untuk membaca quran dan mengkajinya. Bahkan mungkin ada yang lalai membaca walau satu ayat pun.
Apakah nasihat yang salah? Tentu saja tidak. Namun, hati kita lah yang terlalu terbuai dengan dunia. Oleh karena itu, aku ingin mengingat diri dan juga kalian untuk mengubah kebiasaan dan prinsip hidup melalui ayat-ayat di bawah ini :
Prinsip untuk urusan dunia, berpeganglah pada ayat ini:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka BERJALANLAH di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari REZEKI-NYA. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” [QS. Al-Mulk: 15]
Prinsip untuk urusan akhirat, berpeganglah pada ayat ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْع “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan SHALAT Jum’at, maka BERJALAN CEPAT (bersegeralah) kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. [QS. Al Jumu’ah:9]
Lalu, prinsip ketika kita berdosa, berpeganglah pada ayat ini:
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ “Maka BERLARILAH (cepat segeralah) kembali kepada (mentaati) Allah (BERTAUBAT). Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allāh untukmu [QS. Adz-Dzaariyaat: 50]
Dengan demikian, semoga kita termasuk hamba-hambanya yang diberikan karunia surga.
0 notes
Text
Mengistirahatkan Hati agar Mudah Bahagia
Ketika raga kita lelah, maka penawarnya adalah istirahat.
Agar ia tak berubah menjadi sakit yang berkepanjangan.
Agar kembali mampu dan kuat melakukan berbagai aktivitas.
Namun, jika sinyal lelah itu diabaikan maka ia akan berubah menjadi sakit
Yang bisa mengacaukan segala rencana.
*
Begitu pula jika hati lelah, maka ia perlu diistirahatkan.
Agar ia tetap mampu menjadi raja bijak raja yang mengendalikan pikiran dan raga.
Agar ia tetap mampu mengenali petunjuk kebaikan.
Namun, jika sinyal lelah itu diabaikan maka ia akan berubah menjadi sakit.
Sayang jika hati yang sakit, masih banyak dari kita yang tidak menyadarinya.
dan hati yang dibiarkan sakit akan lebih berbahaya bagi hidup dunia dan juga di akhirat kelak.
*
Oleh karenanya jika kamu mendapati sinyal-sinyal lelahnya hati
Mulai sering bersedih.
Hasad ketika melihat pencapaian orang lain.
Membandingkan diri dengan orang lain.
Mengingat masa lalu sampai perih, padahal kejadiannya sudah selesai.
panjang angan-angan.
Semakin nyaring suara pengandaian.
Terlalu berambisi pada dunia yang dikejar mati-matian tapi semakin menjauh.
Segeralah istirahatkan hati.
Jika tidak, kita akan sulit keluar dari masalah, mudah marah, sering bersedih, dan mungkin ingin menyakiti diri sendiri.
*
Bukan dengan mendengarkan musik.
Bukan dengan mencari hiburan di dunia malam.
Bukan dengan melihat kehidupan palsu di sosial media.
Bukan dengan berlarut-larut menonton sandiwara.
*
Namun istirahatkanlah hati sesuai petunjuk Rasulullah.
Berkumpulah dengan orang saleh agar mampu mengingatkanmu tentang kebesaran-Nya.
Berbincanglah dengan orang yang tidak seberuntung diri agar sadar bahwa masalah kita tidak ada apa-apanya dibanding orang lain.
Pergilah ke taman-taman ilmu agar hatimu diberi nutrisi nasihat.
Ingatlah kematian dan hari akhir agar sadar bahwa akan ada hari di mana waktu kita untuk beramal habis dan akan ada hari yang paling menakutkan.
Semoga dengan begitu hati kita kembali pulih, merasa tenang, mudah bersyukur, dan akhirnya mudah merasa bahagia.
0 notes
Text
Menitipkan Diri Kepada Allah
Pagi yang terang tak terasa sudah berganti malam.
Ia berlari tanpa berhenti walau sejenak.
Sementara amanah masih terus ada.
Memanggil-manggil untuk diselesaikan.
Sementara raga telah tua.
Tak sanggup lagi ia untuk diajak berlari hari itu.
*
Namun, di gelapnya malam, tak jua mampu membuat raga terlelap.
Suara-suara diri masih bersahutan, nyaring.
Mereka saling bernostalgia akan kenangan pahit masa lalu.
Mereka pun mengingat-ingat kegagalan hari itu.
Lalu saling membuat reka cerita suram akan kisah masa depan.
Bersikukuh akan kisah yang mereka duga.
Tanpa sadar, jiwa dibuatnya berlari ketakutkan.
Dikejar-kejar sesuatu yang tidak jelas wujudnya.
*
Jiwa dan raga semakin tak mampu terlelap
Kala mengetahui pencapaian orang lain
Ikut bahagia akan tawa sekitar
Namun, satu sisi, terasa getir di hati
karena berharap mendapat hal yang sama
Lalu merasa diri terlalu lambat melangkah
Tertinggal jauh di belakang
Jiwa diajak berlari, tapi raga tetap tinggal
Semua membuat raga lelah dan jiwa pun lelah.
*
Wahai jiwa yang berlarian
Rehatkanlah jiwa dan raga
Kita memang perlu berusaha
Kita memang perlu memiliki rencana
Kita memang perlu menyelesaikan amanah
Sebagai wujud ikhtiar
*
Namun, jika kita menemui kegagalan ataupun keberhasilan masa depan yang masih tertutup awan gelap, tak mengapa merasa sesak dan menangis sejenak.
Lalu, hamparkanlah sajadah.
Rehatkanlah diri dengan salat dan doa.
Curahkan semua isi hati, keinginan, dan kegelisahanmu pada-Nya.
Titipkanlah diri dan semua urusanmu kepada-Nya.
Yakinlah bahwa tidak ada yang akan pernah tersia-siakan sesuatu yang dititipkan kepada Allah.
0 notes
Text
Berani Menuliskan Impian
Waktu remaja dulu, aku tidak punya impian di luar jangkauan. Keinginanku sama seperti kebanyakan orang yaitu ingin masuk sekolah terbaik, universitas terbaik, lulus, dapat pekerjaan, lalu menikah, dan punya keturunan. Keinginan sejuta umat yang terlihat masih ada dalam jangkauan. Walaupun, untuk mendapatakan beberapa cita-cita umum tersebut aku perlu mengalami kegagalan dan rasa sakit berkali-kali. Sebagiannya lagi pun masih belum ada tanda-tanda akan terkabul. Namun maksud aku dengan impian di luar jangkauan adalah keinginan yang belum tentu diinginkan orang banyak dan benar-benar terlihat sulit untuk diwujudkan.
Contohnya, aku sejak kecil suka membaca dan kagum pada penulis buku. Rasanya penulis buku itu orang luar biasa yang sangat sulit dan tidak mungkin dapat aku raih. Namun, walaupun suka buku, aku yang remaja dulu tidak pernah bercita-cita ingin menjadi penulis karena menjadi penulis buku itu di luar jangkauan.
Contoh lain, aku yang muda dulu selalu kagum pada orang-orang yang bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa. Namun, karena bagi aku itu sangat di luar jangkauan dan tidak ada alasan kuat untuk meraihnya, jadi aku tidak pernah mengganggap kuliah di luar negeri sebagai impian.
Dulu, tak ada satu pun yang aku pinta dan diperjuangkan. Lalu, Allah menggerakkan hatiku untuk ikut sebuah pelatihan Siaware di tahun 2012. Di Siaware tersebut, aku diminta untuk menuliskan tiga impian terbesar yang ingin diraih dalam 3 tahun ke depan. Saat itu sebetulnya harapan utamaku adalah lulus S2, mendapat pekerjaan, dan menikah. Namun, aku memutuskan untuk tidak menuliskan lulus S2 dan mendapat pekerjaan karena bagi aku dua hal tersebut masih dalam jangkauan dan pasti kuusahakan. Setelah berpikir dalam waktu singkat, hanya dalam hitungan jam, impian yang aku tulis saat itu adalah menulis buku travelling, punya sekolah, dan menikah. Itu pertama kalinya, aku berani menulis sesuatu impian yang aku anggap besar karena di luar jangkauan.
Lalu setelah menulis, apakah impianku terwujud dalam tiga tahun? Tentu saja tidak hahaha. Namun, aku tahu alasan mengapa tidak terwujud karena aku belum memiliki strong why dan tidak memprioristaskan impian-impian tersebut. Dalam tiga tahun itu, aku masih memprioristaskan impian sejuta umat yaitu lulus kuliah, dan mendapat pekerjaan. Bahkan untuk mendapat pekerjaan yang benar-benar sesuai harapan membutuhkan waktu 10 tahun (sungguh lama bukan?).
Seingatku, baru di tahun 2015, aku benar-benar merenung dan menuliskan impian dengan niat yang lebih jelas. Di tahun itu, aku menulis, ingin naik haji, travelling ke luar negeri, dan menikah. Lalu cara mendapatkan uang agar bisa naik haji dan travelling adalah menjadi dosen, menulis buku, dan ikut berbagai lomba menulis. Jadi niat awalnya menjadi dosen dan menulis buku hanyalah cara mendapat uang dan bukan tujuan. Sungguh niat yang tidak patut untuk dicontoh 😊. Impian-impian itu, aku tulis besar-besar dan ditempel di lemari buku yang tiap hari akan dilihat.
Setelah menulis itu, Allah membukakan jalan-jalan untuk mencapainya. Semakin dijalani pun, niatku semakin diperbaiki. Di 2015, aku akhirnya menjadi dosen di Universitas Darusallam Gontor (Unida) dengan cara yang sangat mudah. Hanya dari Broadcast message hidupku tiba-tiba berubah dengan proses yang hanya satu bulan. Lalu, di tahun 2016, lewat seaware juga, aku bertemu banyak orang yang ingin menjadi penulis dan sekarang orang-orang tersebut telah menjadi penulis professional. Dari pertemuan tersebut, akhirnya aku bertemu dengan mentor aku Mas Brili Agung. Dari beliau, akhirnya novel pertamaku jadi dan alhamdulillah terbit dan tersedia di berbagai toko buku. Bahkan novel pertamaku itu masuk menjadi nominasi novel Islami terbaik. Dari novel pertama, akhirnya karya-karyaku yang lain pun terbit dan juga tersedia di toko buku. Sesuatu yang dulu tidak pernah terbayangkan akan ada di posisi itu. Walau memang dari segi penjualan tidak selaris manis buku-buku karya Tere Liye, Asma Nadia, Ahmad Rifai dan lain-lain. Terbit dan terpampang di gramedia saja sudah di luar ekspektasi.
Lalu bagaimana dengan travelling ke luar negeri? Lagi-lagi dari sejak menulis itu, Allah membukakan pintu-pintu menuju ke sana. Di Unida, aku bertemu dengan teman yang juga suka travelling dan dia sudah sering backpacker ke mana-mana. Akhirnya, aku ikut dengan dia ke Vietnam dan Malaysia selama 3 hari kalau tidak salah yang hanya menghabiskan uang sekitar 2,5 juta (sudah termasuk tiket pesawat dan penginapan). Lalu setelah dua tahun di Unida, akhirnya aku pindah ke Universitas Padjadjaran. Ketika pindah ke Unpad juga, itu terjadi dengan sangat mudah. Aku satu-satunya peserta yang lulus tes tulis untuk posisi tersebut. Jadi otomatis keterima. Dari Unpad, Alhamdulillah jalan untuk travelling makin terbuka lebar. Dari pekerjaan itu, aku bisa nabung yang cukup dan hingga kini sudah 9 negara yang pernah aku kunjungi (Arab Saudi, Korea, Palestina, Turki, Malaysia, Singapura, Thailand, Jordania, dan Vietnam). Dari pekerjaan ini juga, aku bisa mendapatkan beasiswa di tahun 2022. Sebagain uang beasiswa ini bisa aku tabung untuk naik haji.
Di 2015, aku menulis ingin naik haji, travelling ke luar negeri, dan menikah dengan cara mendapatkannya melalui menulis buku dan menjadi dosen. Yang terkabul, menjadi penulis, dosen, dan traveling. Serta terbukanya pintu untuk naik haji. Bagaimana dengan nikah? Entahlah, masih tanpa tanda. Namun, aku yakin jika sudah waktu akan dibukakan pintunya dan dimudahkan jalannya.
Jadi inti cerita panjang kali lebar ini adalah ketika berani menuliskan impian, lalu menempelnya di tempat yang bisa terjangkau, itu akan menjadi doa-doa yang diulang terus menerus. Kita akan teringat jika ada impian yang belum terwujud dan menjadi semangat serta mencari cara untuk mewujudkannya. Ketika impian kita baik, Allah akan membukakan jalannya. Walau mungkin butuh waktu yang lama serta banyak air mata untuk tercapai. Yah, karena untuk sampai di titik kemudahan itu tidak sebentar. Dari 2015 sampai sekarang masih berproses dan sudah melewati banyak sekali kegagalan. Bahkan, prosesku ini bisa dibilang cukup terlambat jika dibandingkan orang-orang di sekitarku. Namun, Allah tahu kesiapan kita dalam menerima pengabulan doa. Karena setiap pengabulan doa itu selalu disertai dengan amanah tanggung jawab. Allah akan kabulkan jika kita sudah siap menerima amanah tersebut.
Jadi tuliskanlah impian, bergerak mewujudkan, berdoa disertai keyakinan, dan sabarlah!
0 notes