#Ma'rifah
Explore tagged Tumblr posts
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/2fcd8812c061d6446aa170620be2185e/ddd8ccecd6bcc8f1-bc/s540x810/9b7d57b8052321a3f8c5ecebf5073796734fce5e.jpg)
“Adam a appris le Nom, quels étaient les Noms? Étaient-ils des codes spirituels profonds qui n'ont pas été transmis à l'humanité avant l'apparition du principe de plaisir?
N'avez-vous jamais pensé à quels étaient les codes? N'avez-vous jamais pensé à ce qu'ils pourraient être?
Ne vous souvenez-vous pas de la première révélation?
— Mle. AainaA-Ridtz A R, Le Secret des Secrets
#Lumière#Ayn Sof#Ladunni#AainaA_Ridtz#Le Secret des Secrets#Sainte Communion#Conscience Christique#Connaissance intérieure#Réalités supérieures#Omniscient#Gnose#Citations de livres#Citation du mois#Amour#Adam AlahisSalam#Adam#Révélation#Ma'rifah#aainaa-ridtz#tasawwuf#citation d'amour
3 notes
·
View notes
Text
Pengetahuan.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/b3d438a9dde2a5c12191a4648e429a43/eb6d0c3fb359af90-f6/s540x810/07a86cc8818b6ada1a33b3477228622b3db1b964.jpg)
Kelas pagi ini diwarnai topik hangat dengan Ust Hasan seputar pentingnya kesehatan, harta, dan pengetahuan. Kami saling mengemukakan pendapat, mana yang paling penting di antara ketiganya.
Pengetahuan, jadi fokus utama pilihan kami, dengan pengetahuan kita bisa mendapatkan harta dan kesehatan. Lalu harta, bisa membawa kita pada luasnya pengetahuan berupa tinggi pendidikan. Kesehatan, menjadi topik akhir pembahasan.
"Kesehatan paling penting karena ketika kita memiliki harta dan pengetahuan tetapi menderita kesakitan dan esok tiada tak mampu bertahan, lalu untuk apa harta dan pengetahuan?"
Ustadz pun memberikan bantahan kecil pada pernyataan teman kami,
"Bagaimana kamu bisa tahu bahwa kesehatan yang paling penting? Bukankah karena punya pengetahuan?"
"Kalau kita punya harta dan pengetahuan tapi kehilangan kesehatan, maka sama saja kita tidak bisa menikmatinya," lanjut temanku keukeuh berargumen.
"Nahh, ini dia yang dinamakan pengetahuan tak sempurna" Terdiam kami semua menyimak penjelasan beliau selanjutnya.
Ma'rifah atau pengetahuan memiliki dua syarat; pertama, kāmilah atau sempurna dan menyeluruh, lalu kedua, śahīhah atau benar. Maka pengetahuan kita haruslah benar dan menyeluruh.
Allah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/cc393d5e5aae8a6a04291aa84a5ab5e2/eb6d0c3fb359af90-f7/s540x810/54510173c1f622de85e6ad89f7f6f70dc9866a6f.jpg)
Kita diciptakan memiliki akal untuk berpikir, menerima pengetahuan. Ilmu tentang pola hidup sehat, kebutuhan gizi dan nutrisi harian, pentingnya olahraga, dan cara-cara lain menjaga kesehatan. Semua itu bisa kita pahami dengan memiliki pengetahuan dan tidak mungkin kita terapkan jika tak memahaminya terlebih dahulu.
Lalu disebutkan dalam ayat lain,
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/90f2cda9c6d6558f035177e316f84f7f/eb6d0c3fb359af90-23/s540x810/7148076c3414c1263d53dd4e8a7b389f6c612fad.jpg)
Nabi Ibrahim as. menisbatkan sakit pada dirinya sebagai bentuk adab kepada Rabbnya, meski sebenarnya penyakit itu Allah lah yang menetapkan, sedangkan kesembuhan ia nisbatkan pada Allah Swt.
Penyakit-penyakit ini manusia sendiri yang jadi sumber penyebabnya. Mungkin karena kita lalai dari menjaga pola makan, lalai dari rutin berolahraga, atau tak berhati-hati saat berkendara. Kita lalai karena tidak memiliki pengetahuan atasnya. Tak mengerti makanan sehat itu apa saja? Tak mengerti aktivitas harian apakah termasuk olahraga? Tak mengerti kalau mau belok kiri jangan malah sen kanan!
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/1ebd7ae20581a92260f236857283181b/eb6d0c3fb359af90-c5/s540x810/4a381be8ffc431c48d655db934142e918c4257b1.jpg)
Pada ayat ini Nabi Ibrahim as. tidak mengatakan jika Allah memberi penyakit maka Ia yang menyembuhkan. Namun sebagai bentuk adabnya, ia katakan jika aku sakit (sebab kelalaianku) maka Allah yang menyembuhkan.
( Penvil-Kosan // 28-10-2024 ) 23.45 Tulisan ini hasil inspirasi dari Ust Febriawan Jauhari saat kumpul kemarin bersama Qolamuna di Komsat Pejaten
5 notes
·
View notes
Text
🪴~ Read, Reflect, Take Heed
Abū Yazīd — رحمه الله — said:
They attained recognition by neglecting what was theirs and by standing with what belongs to Allāh . He meant neglecting their own self-interests and standing with the rights of Allāh (glorified and exalted be He) so that His rights suffice them over their self-interests.
Another said: 'A knower is not truly a knower until, even if he were given the kingdom of Solomon, it would not distract him from Allāh for a moment! This needs explanation, for things less than that can occupy the heart. But his occupation with other than Allāh is for Allāh, so that occupation is actually with Him (glorified and exalted be He); for when he is occupied with other than Him for His sake, he is not truly occupied away from Him.
Ibn Ata — رحمه الله — said:
Knowledge (ma'rifah) is based on three pillars: reverence, shyness, and intimate familiarity. And DhulNun (rahimahullāh) was asked, 'How did you recognize Allāh, your Lord?' He replied: 'I recognized my Lord through my Lord, and had it not been for my Lord, I would not have recognized my Lord.'
And it was said to Abdullah ibn al-Mubarak (rahimahullāh),
'How do we recognize our Lord?' He said: 'By knowing that He is above His heavens, on His Throne, distinct from His creation.' Thus, Abdullah reached the essence of knowledge, without which no one can truly acknowledge or profess belief in Allah (glorified and exalted be He). This essence is the distinctness and highness above the Throne.
And among the signs of the knower is that he secludes himself from creation in his relationship with Allah, so much so that they seem as if they are dead to him, unable to harm or benefit him, nor cause death or life, nor resurrection. He distances himself from his ego (nafs) in his relationship with creation, so that he becomes selfless among them. This is the meaning of what is said, 'The knower takes two steps on the path: a step away from himself, and a step away from creation.'
And it is said: 'The knower is the son of his time,' and this is from the best and most succinct of sayings. He is occupied with the duties of his time, unconcerned with what has passed and become nonexistent, and what has not yet entered into existence. His concern is the development of his current time, which is the content of his remaining life.
And among his signs: he finds solace in his Lord and feels uncomfortable with those who cut him off from Him. Hence, it is said, 'The knower is one who finds intimate familiarity with Allāh, which makes him feel estranged from creation; he finds himself in need of Allah, which makes Him sufficient for them; he is humbled before Allāh, which raises his stature among them; and he is selfsufficient in Allāh, which makes them in need of him.
Taken from the book: Fleeing to Allāh:
The Salaf & the Journey of Inner Growth By Abū Suhailah ʿUmar Quinn
6 notes
·
View notes
Text
- tarkib atau analisis gramatikal secara rinci berdasarkan Alfiyah Ibnu Malik untuk Surat Al-Ikhlas.
Ayat 1:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
-قُلْ
- Fi'il amar (kata kerja perintah) dari fi'il madhy
قال
-(berkata).
- قُلْ
- adalah amar dari fi'il lathiif (kata kerja ringkas/irregular).
- Dalam Alfiyah Ibnu Malik disebutkan:
- "وَعِنْدَ ذِي اللُّطْفِ بَنَاؤُهُ عَسُرْ * وَحَذْفُهُ فِي الأَمْرِ وَعَرْضٍ قُرِّي
- yang artinya
- Dan pada fi'il lathiif, konstruksi fi'ilnya sukar, penghilangan huruf 'a' pada amar dan permintaan diperkenankan."
-هُوَ
- Dhamir (kata ganti) yang digunakan sebagai mubtada' (subjek).
- هُوَ
- adalah dhamir munfasil (kata ganti yang terpisah).
-اللَّهُ
- Khabar pertama dari mubtada', (keterangan pertama dari subjek).
- Menurut Alfiyah Ibnu Malik:
- "رَفْعٌ كَخَبَرٍ رَفْعَ لِلمُبْتَد��ا * أَوْ كَثَانِي رَفْعِهَا مَا أَوْتَدَا"
- yang artinya
- "Rafa' seperti khabar yang dirafa'kan untuk mubtada',
- atau seperti yang kedua dari rafa'nya apa yang ditetapkan."
-أَحَدٌ
- Khabar kedua dari mubtada'.
- Dalam Alfiyah Ibnu Malik dijelaskan tentang khabar kedua:
- "وَإِنْ يُكَرَّرْ أَوْ يُعَدَّدْ سِمَا * إِنْ خُصَّصَ أَوْ وَصْلُهُ لِمَا"
- artinya
- "Dan apabila diulang atau dijumlahkan sebagai tanda,
- jika dikhususkan atau disambung dengan yang lain."
- Ayat 2:
اللَّهُ الصَّمَدُ
-اللَّهُ
- Mubtada' (subjek).
- Mubtada’ di sini adalah isim marfu'.
-الصَّمَدُ
- Khabar (keterangan).
- Menurut Alfiyah Ibnu Malik, - khabar isim (keterangan) yang ditetapkan:
- "إِنَّمَا الْإِسْمُ قَائِمُ الإِعْرَابِ مَعْرِفَةٌ * فَلاَ تَكُونُ كَانَ فِي الإِخْبَارِ مَعْرِفَةً
- yang artinya
- "Hanya saja, isim yang ditetapkan adalah marfu',
- tak pernah khabar yang berbentuk isim dalam pemberitaan sebagai ma'rifah."
- Ayat 3:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
-لَمْ
- Huruf jazm (penanda kata kerja lampau negatif).
- Dalam Alfiyah Ibnu Malik:
- "وَجَزْمُ أَمْرٍ لَمْ كَذَا شَرْطٍ جَزَمْ
- yang artinya
- "Dan jazm pada fi'il amr adalah seperti pada syarat yang dijazmkan."
-يَلِدْ
- Fi'il madhy majzum bi lam (kata kerja lampau yang dijazmkan oleh lam).
- يُولَدْ
- adalah fi'il majhul (kata kerja pasif).
- Ayat 4:
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
-وَلَمْ
- Huruf jazm.
-يَكُن
- Fi'il madhy majzum bi lam.
- يَكُن
- dari fi'il
كان
- (adalah/menjadi).
-لَّهُ
- Jar majrur, harf jar (li) dan isim majrur (hu).
- Menurut Alfiyah:
- "إِنَّ جَاءَتْ حُرُوفَ الْجَرِّ يَجُرُّ مَا تَعْلِيقُهَا
- yang artinya
- "Sesungguhnya huruf-huruf jar datang mengaitkan isim yang dijar."
-كُفُوًا
- Khabar fi'il yakun.
-أَحَدٌ
- Isim yakun, isim marfu'.
- Dengan memahami tarkib ini,
kita bisa melihat betapa kompleks dan mendalamnya tata bahasa dalam Al-Qur'an
- serta bagaimana aturan-aturan Alfiyah Ibnu Malik diterapkan untuk menganalisisnya.
0 notes
Text
Al-Hikam
Pasal 6
Doa dan Ijabah
- "RIDHO DENGAN PILIHAN ALLOH"
لاَ يَــكُنْ تَــأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْـحَـاحِ فيِ الدُّعَاءِ مُوْجِـبَاً لِـيَأْسِكَ؛ فَـهُـوَ ضَمِنَ لَـكَ اْلإِجَـابَـةَ فِيمَا يَـخْتَارُهُ لَـكَ لاَ فِيمَا تَـختَارُ لِـنَفْسِكَ؛ وَفيِ الْـوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْـوَقْتِ الَّذِي تُرِ يدُ
- "Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa,
- menyebabkan engkau berputus asa
- sebab Dia telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu,
- bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu
- dan pada waktu yang Dia kehendaki,
- bukan pada waktu yang engkau kehendaki."
- Syarah
- Doa adalah sebuah bentuk ibadah.
- Dan dalam Al-Quran,
Alloh memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya-
- dan Dia Ta'ala pasti kabulkan.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
- Dan Robb mu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu."
- Q.S. Al-Mu'min [40]: 60
- Tanda seorang mukmin sejati adalah:
- lebih yakin dengan apa yang ada di Tangan Alloh daripada apa yang dapat diusahakan oleh tangannya sendiri.
- Ketika doa yang kita panjatkan seolah tidak mendapat pengabulan dari Alloh Ta'ala,
- disitu terdapat ruang pengetahuan yang kosong yang harus kita cari dan isi.
- Doa disini bukan hanya terkait masalah duniawi
- tetapi juga termasuk dalam hal spiritual.
- Misalkan, kita berdoa agar diterima taubatnya dan dibersihkan dari segala dosa.
- Hakikatnya setiap doa yang kita panjatakan adalah sebuah refleksi dari objek yang telah Alloh siapkan.
- Tidak serta merta kita mengingin kan sesuatu di dalam hati, kecuali telah ada objeknya.
- Tanpa objek yang telah Alloh sediakan, pada dasarnya setiap orang tidak akan punya keinginan untuk berdoa.
- Seperti ketika menginginkan sebuah makanan, karena baunya sudah tercium dari jauh.
- Hanya saja manusia kerap terjebak oleh ketidak-sabaran
- dan waham (kesalahan pemikiran) tentang dirinya sendiri.
- Seperti ketika seorang sahabat meminta kepada Rosululloh SAW agar berjodoh dengan seorang perempuan
- maka jawaban Rosululloh SAW adalah:
- sekalipun dirinya dan seluruh malaikat memanjatkan doa
- maka bila itu bukan haknya dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz pasti tidak akan terlaksana.
- Keinginannya untuk memiliki jodoh adalah sebuah isyarat akan objek yang telah Alloh sediakan,
-tetapi keinginannya akan perempuan tertentu adalah karena syahwat dan wahamnya yang masih belum surut.
- Doa membutuhkan pengenalan (ma'rifah) akan Alloh dan akan diri sendiri.
- Alloh yang lebih tahu apa yang terbaik bagi makhluknya,
- lebih dari seorang ibu mengetahui kebutuhan bayinya.
- Alloh telah berjanji akan mengabulkan do'a.
-sesuai dengan firman-Nya,
- "Mintalah kamu semua kepada-Ku, Aku akan mengijabah do'amu semua" .
- dan Alloh berfirman,
- "Robb-mulah yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada hak bagi mereka untuk memilih."
- Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya,
- sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas baik,
- padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya.
- Karena itu bila Robb yang maha mengetahui, maha bijaksana memilihkan untuknya sesuatu,
- hendaknya rela dan menerima pilihan Robb yang Maha pengasih, Maha mengetahui dan Maha bijaksana.
- Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya,
- namun itulah yang terbaik baginya,
- karena itu bila berdoa, kemudian belum juga terkabulkan keinginannya, - janganlah terburu-buru putus asa.
Firman Alloh:
- "Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,
- dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.
- Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
[QS. al-Baqarah 216].
- Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily radhiallohu 'anhu ketika mengartikan ayat ini:
- 'Sungguh telah diterima do'amu berdua [Musa dan Harun alaihissalam] yaitu tentang kebinasaan Fir'aun dan tentaranya,
- maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah [sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdo'a],
- dan jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan kebijaksanaan Allah]."
[QS. Yunus 89].
- Maka terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do'a Nabi Musa dan Harun alaihissalam selama/sesudah 40 tahun lamanya.
- Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pasti akan dikabulkan do'amu selama tidak terburu-buru serta mengatakan, aku telah berdo'a dan tidak diterima
- Anas rodhiallohu 'anhu berkata: Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
- "Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan dari padanya bahaya,
- atau diampuni sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim.
- Syeih Abu Abbas al-Mursi ketika ia sakit, datang seseorang membesuknya dan berkata:
- Semoga Alloh menyembuhkanmu [Afakallohu].
- Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab.
- Kemudian orang itu berkata lagi: Alloh yu'aafika.
- Maka Abu Abbas menjawab:
Apakah kamu mengira aku tidak memohon kesehatan kepada Alloh? Sungguh aku telah memohon kesehatan dan penderitaanku ini termasuk kesehatan,
- ketahuilah Rosululloh shallallohu 'alaihi wasallam memohon kesehatan dan ia berkata:
-"Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat jantungku.''
- Abu Bakar as-Siddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun.
- Umar bin Khottob memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh.
- Usman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh.
- Ali bin Abi Tholib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh.
- Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Alloh,
- mohonlah menurut apa yang telah ditentukan oleh Alloh untukmu,
- maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Robbnya, dan meyakini bahwa apa yang diberi kan Robb kepadanya,
- itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya.
- Dan syarat utama untuk diterimanya doa ialah keadaan terpaksa/kesulit an.
- Alloh subhanahu wata'ala berfirman:
-" Bukankah Dia [Alloh] yang memperkenankan [do'a] orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo'a kepada-Nya..."
[QS. an-Naml 62].
- Keadaan terpaksa atau kesulitan itu, apabila merasa tidak ada sesuatu yang di harapkan selain semata-mata karunia Alloh subhanahu wata'ala,
- tidak ada yang dapat membantu lagi baik dari luar berupa orang dan benda atau dari dalam diri sendiri.
1 note
·
View note
Text
سر الأسرار
150
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,.....dst.", (Mu'minun: 1-3).
- Alloh akan meninggikan ilmu, amal dan pengamalannya kepada Rahmat dan dekat kepada-Nya serta pada darajat- Nya dengan ampunan dan redha Alloh.
فَإِذَا حَصَلَ هَذِهِ الْمَرَاتِبَ لِلْخَلْوَتِي كَانَ قَلْبُهُ كَالْبَحْرِ لَا يَتَغَيَّرُ بِإِيذَاءِ النَّاسِ كَمَا قَالَ ال ( كُنْ بَحْرًا لاَ تَتَغَيَّرُ ) ، فَيَمُوتُ بَرَيَاتُ النَّفْسَانِيَّةِ فِيهِ كَمَا غَرَقَ فِرْعَونُ وَآلُهُ فِي الْبَحْرِ ثُمَّ يَكُونَ سَفِينَةُ الشَّرِيعَةِ سَلِيمَةٌ جَارِيَةً عَلَيْهِ إِلَى دُرِّةِ الْحَقِيقَةِ وَيَخْرُجُ مِن لُؤْلُؤِ الْمَعْرِفَةِ وَمَرجَانِ الطَّائِفِ كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ لِأَنَّ هَذَا الْبَحْرَ حَصَلَ لِمَنْ جَمَعَ بَحْرَ الظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ فَلَا يَمْكُتُ يَمِيلُ إِلَى الْمَنَاهِي قَصْدًا وَيَكُونُ السَّهْوُ وَالنِّسْيَانُ والْيَقِينِ.
- Bilamana darajat-darajat tadi telah dicapai oleh orang yang berkhalwat,
- maka hatinya akan seperti laut yang tidak akan berubah oleh sikap buruk manusianya,
- sebagaimana sabda Nabi saw.: “Jadilah kamu seperti laut yang tidak berubah”.
- Matilah segala tuntutan nafsu, seperti tenggelamnya Firaun dan keluarganya di dalam lautan
- dan jadilah kapal yang berjalan selamat tanpa halangan.
- Ruh Qudsinya akan menyelam sampai ke dasarnya dan mengambil permata hakikat.
- Dia akan mengeluarkan mutiara 'ma'rifah' dan intan 'latha'if.
- sama firman Alloh:
"Dari keduanya keluarlah mutiara dan permata",
- kerana laut ini dapat diperoleh oleh orang yang mampu memadukan lautan lahir dan
150
(Sirrul Asrar)
1 note
·
View note
Text
Tarekat Naqsabandiyah merupakan salah satu tarekat Sufi yang menekankan pentingnya mengembangkan sifat-sifat mahmudah (terpuji) untuk mencapai kesucian hati dan kedekatan dengan Allah SWT. Berikut adalah beberapa sifat mahmudah dalam Tarekat Naqsabandiyah:
Sifat Utama
1. *Tawadhu'*
(Kerendahan Hati): Mengakui kelemahan dan keterbatasan diri.
2. *Taqwa*
(Ketaqwaan): Menghindari perbuatan dosa dan menjalankan perintah Allah.
3. *Sabar*
(Kesabaran): Menunjukkan kesabaran dalam menghadapi cobaan.
4. *Syukur*
(Rasa Syukur): Mengucapkan syukur atas nikmat Allah.
5. *Tawakkal*
(Bergantung pada Allah): Bergantung sepenuhnya pada Allah SWT.
Sifat Pendukung
1. *Ikhlas*
(Ketulusan): Melakukan amal dengan tulus dan tidak mengharapkan imbalan.
2. *Khusyu'*
(Kerendahan Hati): Menunjukkan kerendahan hati dan kesadaran akan kelemahan diri.
3. *Zikir*
(Mengingat Allah): Mengingat dan menyebut nama Allah SWT.
4. *Muraqabah*
(Mengawasi Diri): Mengawasi pikiran, perkataan, dan tindakan.
5. *Muhasabah*
(Menghitung Amal): Mengevaluasi diri dan memperbaiki kesalahan.
Sifat Spiritual
1. *Mahabbah*
(Kasih Sayang): Mengembangkan kasih sayang kepada Allah dan makhluk-Nya.
2. *Ma'rifah*
(Pengenalan): Mengenal diri sendiri dan Tuhan.
3. *Wahdaniyyah*
(Keesaan): Mengakui keesaan Allah SWT.
4. *Tawajjuh*
(Kesadaran): Menunjukkan kesadaran akan kehadiran Allah.
5. *Fana'*
(Kelenyapan Diri): Menghilangkan ego dan keakuan.
Sumber
1. Al-Qur'an.
2. Hadits Shahih.
3. Karya-karya tasawuf seperti "Al-Hidayah" oleh Imam Al-Ghazali.
4. Fatwa-fatwa ulama tasawuf terpercaya.
5. Kitab "Al-Risalah al-Qushayriyah" oleh Imam Al-Qushayri.
6. Kitab "Al-Fath al-Rabbani" oleh Syekh Abdul Qadir Jilani.
Dalam Tarekat Naqsabandiyah, ada beberapa sifat tercela yang harus dibuang untuk mencapai kesucian hati dan kedekatan dengan Allah SWT. Berikut adalah beberapa sifat tersebut:
Sifat Tercela Utama
1. *Kibr*
(Kesombongan): Merasa diri lebih baik dari orang lain.
2. *Hasad*
(Iri Hati): Merasa tidak senang dengan keberhasilan orang lain.
3. *Ghadhab*
(Marah): Kemarahan yang tidak terkendali.
4. *Bakhil*
(Kikir): Tidak mau berbagi dengan orang lain.
5. *Riya'*
(Pura-pura): Berbuat baik hanya untuk dipuji.
Sifat Tercela yang Menghambat Spiritual
1. *Ujub*
(Mbanggakan Diri): Merasa diri lebih baik karena amal.
2. *Sum'ah*
(Mengharapkan Pujian): Berbuat baik untuk mendapatkan pujian.
3. *Kufur*
(Mengingkari Nikmat): Tidak mengakui nikmat Allah.
4. *Nifaq*
(Munafik): Berbicara tidak sesuai dengan hati.
5. *Ghurar*
(Menghina Orang Lain): Menghina atau merendahkan orang lain.
Sifat Tercela yang Menghambat Hubungan Sosial
1. *Dengki*
(Menghasut): Menghasut orang lain untuk berbuat buruk.
2. *Namimah*
(Menggunjingkan): Menggunjingkan orang lain.
3. *Ghibah*
(Menggunjingkan Dosa Orang Lain): Menggunjingkan dosa orang lain.
4. *Tajassus*
(Mengintai): Mengintai atau memata-matai orang lain.
5. *Khianat*
(Mengkhianati): Mengkhianati kepercayaan orang lain.
Cara Membuang Sifat Tercela
1. Mengakui dan menyadari kelemahan diri.
2. Membaca Al-Qur'an dan Hadits.
3. Berdzikir dan berdoa.
4. Mencari bimbingan dari guru spiritual.
5. Melakukan muhasabah (menghitung amal).
6. Berusaha menggantikan sifat tercela dengan sifat mahmudah.
Sumber
1. Al-Qur'an.
2. Hadits Shahih.
3. Karya-karya tasawuf seperti "Al-Hidayah" oleh Imam Al-Ghazali.
4. Fatwa-fatwa ulama tasawuf terpercaya.
5. Kitab "Al-Risalah al-Qushayriyah" oleh Imam Al-Qushayri.
0 notes
Video
youtube
Leaving Kindergarten Moving Towards Ma'rifah
0 notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/2e5c7defb5d7070558844eb8b222ed4a/054747a054811cd6-74/s540x810/388252e6eca378f7c523cf1c9a72b5b72bda1eca.jpg)
Ringkasan dari kajian:
🖊️ UNTUKMU YANG BERJIWA HANIF.
👤 Ustadz Armen Halim Naro رَحِمَهُ اللهُ
🎬 https://youtu.be/WGzHdyUGRYc
بسم الله الرحمن الرحيم
> Orang yang berjiwa hanif ialah orang yang diingatkan maka dia akan teringat, orang yang dinasehati maka dia akan terenyuh.
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di mengatakan:
“Allah memberitakan bahwa peringatan tersebut akan bermanfaat bagi orang yang beriman karena pada diri mereka ada keimanan, rasa takut, taubat dan mengikuti ridha Allah, yang semua itu mengharuskan peringatan tersebut bermanfaat baginya, sebagaimana firman Allah ta’ala :
{ ﻓَﺬَﻛِّﺮْ ﺇِﻥْ ﻧَﻔَﻌَﺖِ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮَﻯ
ﺳَﻴَﺬَّﻛَّﺮُ ﻣَﻦْ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﻭَﻳَﺘَﺠَﻨَّﺒُﻬَﺎ ﺍﻷﺷْﻘَﻰ }
“Oleh sebab itu berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat. Orang-orang yang takut kepada Allah akan mendapat pelajaran, orang-orang yang kafir dan celaka akan menjauhinya.” (Surat Al A’la: 9-11)
> Orang yang berjiwa hanif adalah orang yang memiliki hati yang salim, hati yang menjadi modal baginya untuk masuk surga.
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang salim."
(Surat Asy-Syu’ara: 88-89 )
Hati yang salim yaitu hati yang bersih dari dengki dan hasad, hati yang condong kepada tauhid dan jauh kepada syirik, hati yang cinta terhadap akhirat dan benci terhadap kehidupan dunia yang memukau, hati yang bersih dari syahwat yang dapat menghalangi dirinya dari larangan Allah, hati yang jauh dari syubhat yang dapat menghalanginya menerima khabar Allah Azza wa Jalla.
> Orang yang berjiwa hanif adalah orang yang lembut hatinya, selembut kapas, sehalus rambut.
Sebagaimana dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan:
“Tatkala diturunkan ayat, ”apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian. Mereka adalah orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad).
Karena kelembutannya akan timbul rasa rahmat dan kasih sayang, karena kelembutannya akan timbul rasa cinta kepada ilmu dan kalamullah Azza wa Jalla.
Hati seorang muslim harus lembut dan halus.
Ada orang yang cinta ilmu akan tetapi tidak memiliki kasih sayang. Ada orang yang memiliki kasih sayang akan tetapi dia benci terhadap ilmu. Bagi kedua orang tersebut sulit baginya menerima yang haq. Dia tidak akan merahmati khalq, dia tidak akan merasakan kasih sayang kepada manusia dan tidak akan mengerti kepada khaliq. Sedangkan Islam adalah ma'rifah kepada Allah dan juga kasih sayang kepada manusia.
> Hati yang hanif adalah hati yang disebut oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala 'Qalb Munif' (hati yang bertaubat) sebagai syarat mutlak untuk masuk surga.
Hati yang telah dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sangat sensitif dengan kebenaran.
« KEMBALILAH KEPADA ALLAH DAN BERTAUBATLAH »
Semua manusia ingin bahagia, kebahagiaan itu bukan di dalam saku, kebahagiaan itu tidak masuk sarung bantal, kebahagiaan tidak ada didalam tas tapi kebahagiaan itu ada dalam hati.
Dan bertaubat kepada Allah merupakan sebuah kebahagiaan. Karena Allah berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : (( قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى : يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً )).
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].
~ SOAL JAWAB ~
[1] Nasihat untuk meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat,
Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
"Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat." (Hasan: HR. Ahmad (III/198); at-Tirmidzi (no. 2499); Ibnu Majah (no. 4251) dan al-Hakim (IV/244), dari Sahabat Anas bin Malik z . Lihat Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 4515)
Tidak ada yang bersih dari dosa, kecuali yang dima'sumkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu dari kalangan Nabi dan Rasul. Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,
لَوْلَا أَنَّكُمْ تُذْنِبُونَ لَخَلَقَ اللهُ خَلْقًا يُذْنِبُونَ يَغْفِرُ لَهُمْ
“Seandainya kamu sekalian tidak mempunyai dosa sedikit pun, niscaya Allah akan menciptakan suatu kaum yang melakukan dosa untuk diberikan ampunan kepada mereka.” (HR. Muslim)
Jika seandainya kita tidak berdosa bagaimana Allah menampakkan kasih sayang dan rahmat, keutamaan-Nya kepada kita. Dengan dosa kita bisa tahu nikmatnya bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Nabi Adam 'Alaihis Salam kedudukannya lebih baik setelah berdosa, seperti beberapa atsar yang dinukilkan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta'ala,
"Wahai Adam, dahulunya engkau datang kepada-Ku sebagaimana datangnya raja kepada raja, akan tetapi sekarang engkau datang kepada-Ku sebagaimana datangnya budak kepada majikannya."
Nikmatnya menjadi budak Allah, menghambakan diri kepada Allah, Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta'ala menukilkan,
"Rintihan orang-orang yang berdosa lebih aku cintai daripada tasbih orang-orang yang sombong kepada Allah 'Azza wa Jalla."
Ibnul Qayyim juga menukilkan dalam kitabnya,
"Berapa banyak dosa yang mengantarkan kepada surga, berapa banyak amal sholeh yang mengantarkan kepada neraka."
Seperti kisah seorang wanita (dari kabilah) Ghamidiyah yang datang kepada Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam dengan pengakuan telah berzina dan minta dirajam. Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam menolak permintaannya. Esok harinya wanita itu datang lagi dengan maksud yang sama dan berkata, "Ya Rasullullah, janganlah Anda tolak permohonanku sebagaimana Anda menolak pengakuan Maiz. Demi Allah, aku telah hamil."
Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Kalau begitu pergilah hingga kamu melahirkan." Ketika wanita itu telah melahirkan, datanglah dia bersama dengan bayinya, namun Rasullullah sekali lagi menolaknya dan meminta agar wanita itu menyempurnakan penyusuan bayinya. Setelah bayi itu sempurna penyusuannya, wanita itu kembali lagi mendatangi Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam dengan bayinya dan sekerat roti di tangan bayi itu dan berkata, "Ya Rasullullah, aku telah sempurnakan penyusuannya. Bayiku telah bisa makan makanannya sendiri. Lalu bayi itu diserahkan kepada seseorang muslim."
Lalu Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam memerintahkan untuk menjalankan eksekusi dan wanita itu dipendam di tanah sebatas dadanya dan meminta orang-orang mulai merajamnya. Khalid bin Walid melemparinya dengan batu kepalanya hingga darah memercik dari kepalanya sambil memakinya. Makian Khalid itu terdengar oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan beliau bersabda, "Ya Khalid, demi Allah Yang jiwaku berada di tangan-Nya, wanita ini telah bertaubat yang bila taubatnya itu dibagikan kepada penduduk, maka Allah mengampuninya." Kemudian wanita itu dishalati dan dikebumikan.
Bagi orang-orang yang ditimpakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kemaksiatan, maka:
• Jujurlah didalam bertaubat kepada Allah, pahami tentang hakikat taubat dan bertaubatlah dengan sejujur-jujurnya.
• Bergaulah dengan orang-orang yang sholeh dari kalangan kaum muslimin yang mana mereka mengingatkan kita kepada akhirat dan amal sholeh.
• Jauhilah teman-teman yang buruk.
• Seringlah duduk di mesjid-mesjid Allah, dikajian-kajian ilmu.
• Hiduplah bersama Salaf; Bersama para Shahabat Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam, bersama para Tabi'in. Pelajarilah sejarah kehidupan mereka.
• Sibukkan diri dengan beramal shaleh.
Maksiat itu muncul karena kekosongan hati, maksiat itu datang karena kita tidak menegakkan kebenaran pada waktu itu.
"Ketika kebenaran tidak ditegakkan maka pasukan kebatilan akan datang menyerang diri kita."
[2] Waktu-waktu yang mustajab dan menghadirkan hati yang khusyu' dalam berdoa kepada Allah.
Tidak akan hadir kekhusyu'an jika didalamnya hadir dunia. Maka awalilah khusyu dalam berdoa.
Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala mengatakan, "Orang yang berdoa persis seperti orang yang memanah. Pertama, perlu ada sasaran. Lalu yang kedua, perlu ada panah yang kukuh, lurus. Yang ketiga, perlu ada tenaga atau kekuatan untuk menarik panah panah sehingga panahnya meluncur tepat pada sasarannya. Tiga syarat ini harus dimiliki seseorang yang ingin doanya di mustajabkan oleh Allah Ta’ala.
Syarat yg pertama, perlu ada sasaran. Maka, sasarannya adalah Allah. Hendaklah ia berdoa hanya kepada Allah Ta’ala, dan tidak berdoa kepada selain-Nya. Sebab, berdoa kepada selainnya adalah kelemahan dan kehinaan.
Lalu yg kedua, panah yang lurus yaitu doa yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah baginda. Sebab, kadang kala ada yang berdoa minta sesuatu, tapi kita tidak mengetahui apakah sesuatu itu baik buat dunia dan akhirat kita.
Dan yang ketiga, kekuatan untuk menarik panah itu adalah dorongan kepentingan. Karena doa yang diterima oleh Allah Ta’ala adalah doanya orang yang benar-benar memerlukan, benar-benar menginginkan dan terdesak dengan terwujudnya keinginan tersebut."
Maka kata Ibnul Qayyim, “Tidaklah tercipta ketiga syarat ini, kecuali Allah Ta’ala akan kabulkan doanya”.
Jangan engkau berdoa, "Ya Allah, perbanyaklah harta saya." Karena darimana engkau tahu kekayaan yang nanti Allah berikan akan memberi manfaat kepada anda di dunia dan akhirat. Berdoalah seperti yang dicontohkan oleh Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam, baca rujukannya tentang berdoa di dalam 'Fiqih Doa'.
Tetaplah bersyukur dan tidak perlu bersedih ketika doa tidak kunjung dikabulkan oleh Allah, karena bisa jadi doa yang tidak dikabulkan ini menjadi pembatal dari musibah yang seharusnya menimpa kita.
[3] Upaya menjaga diri dari fitnah syahwat dan menuju hati yang hanif.
Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta'ala berkata,
"Sesungguhnya maksiat bermula dari pandangan mata, ketika mata dibuka maka nampaklah semua hal, maka ia akan letih sendiri untuk menyelesaikan apa yang ia nampakkan."
Mata harus dijaga sebagaimana yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada seluruh kaum muslimin dan mukminin,
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغ��وا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم
“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)
Yang nampak didalam jauh lebih berbahaya dari yang nampak diluar, seperti di zaman sekarang ini HP, TV, dsb. Untuk menghindari kemaksiatan maka,
• Menghadirkan dan mengagungkan kebesaran Allah 'Azza wa Jalla, mengenal sifat-sifat (nama-nama) Allah dan menghadirkannya dalam kehidupan.
• Memberikan keyakinan kedalam hati bahwa apa yang dipandang tidak akan bisa memberikan kenikmatan, bahwa yang ia dapatkan adalah dosa, dan membuat lalai dari ibadah kepada Allah.
• Bersihkan dengan istighfar kepada Allah, bersimpuh dan bertawakal dihadapan Allah 'Azza wa Jalla jika istighfar dirasa masih belum bisa membendung keinginan untuk bermaksiat.
[4] Menerapkan hati yang hanif dan berdakwah dilingkungan yang ahli maksiat.
Hendaklah berdakwah di jalan Allah itu dengan ilmu dan akhlak, sampaikan dengan lemah lembut tidak keras hati. Seorang muslim harus pandai agamanya dan baik akhlaknya.
Firman Allah Ta’ala:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imron (3): 159)
[5] Menjaga ketaatan dengan amalan shalih menuju khusnul khotimah.
Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seseorang itu benar-benar mengerjakan amalan penghuni surga, hingga jarak antara dirinya dengan surga tinggal satu depa atau satu hasta, tetapi ia didahului oleh kitab (yang berada di Lauhul Mahfud: catatan takdir), maka ia pun mengerjakan amalan penghuni neraka, sehingga ia pun masuk neraka. Dan sesungguhnya seseorang itu benar-benar mengerjakan amalan penghuni neraka hingga antara dirinya dengan neraka tinggal satu depa atau satu hasta, tetapi ia didahului oleh kitab. Maka ia pun mengerjakan amalan penghuni surga hingga ia pun masuk surga.” (Muttafaq ‘alaih)
Karena letak niat dalam hati maka beramalah dengan selalu menyertakan hati, mengerjakan suatu ibadah ikhlas karena Allah, bukan karena hal lainnya, agar bisa tercapai akhir yang khusnul khatimah.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
***
📝 Ima Bintu Ali
#aqidah#islam#islamdaily#islamic#islampost#islamquotes#manhajsalaf#salaf#salafi#sunnah#kajiansunnah#tauhid#syirik
0 notes
Text
Ibn Arabi's Ma'rifah: Exploring the Knowledge of Divine Reality
Ibn Arabi was a 12th and 13th-century philosopher, mystic, and theologian from Andalusia whose ideas have had a profound impact on Islamic philosophy and mysticism. One of his central concepts is “ma’rifah,” which can be translated as “knowledge” or “gnosis” and refers to the direct and personal experience of the divine reality. In this post, we’ll explore Ibn Arabi’s concept of ma’rifah and its…
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/9fba0b7662d8f1b6a65e5d01c93de655/4cd2ff6e9b328291-15/s540x810/d5792b0c3ad009352b483b3d32d93ae293c5d3c1.jpg)
View On WordPress
0 notes
Text
Ternyata Anak Wapres Ma'ruf Amin Juga Titipkan Putrinya Masuk FK Unila
LAMPUNG - Anak Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Siti Ma'rifah, ternyata juga menitipkan putrinya masuk Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Lampung (Unila) pada 2021. http://dlvr.it/Sm5Fz3
0 notes
Text
Alloh Maha Membolak-balikan Hati. Belajarlah Berfikir Terbalik Insya Alloh Lebih Mudah Mengenal Hakekat Alloh #Dakwah #Islam
Setiap muslim seharusnya mengenal tuhannya dengan baik, yaitu: Allah ; satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah dan ditaati. Ma'rifatullah adalah puncak aqidah dan tauhid seorang muslim. Ma'rifatullah merupakan tolak ukur kualitas keislaman dan keimanan seseorang, karena untuk mencapai ketinggian iman seorang muslim harus tahu dan mengenal dengan baik siapa tuhannya. Alloh Maha Membolak-balikan Hati. Belajarlah Berfikir Terbalik Insya Alloh Lebih Mudah Mengenal Hakekat Alloh #Dakwah #Islam Makna Ma'rifatullah Ma'rifatullah bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal itu tidak mungkin terjangkau oleh akal manusia yang terbatas. Ma'rifatullah menurut Ibnul Qoyyim, sebagaimana di definisikan oleh ahli ma'rifah adalah : "ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”. Ma'rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia semakin dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan tantangan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah. Figur teladan dalam ma'rifatullah adalah Rasulullah, Dialah sosok yang paling mengenal Allah, paling dekat denganNya, dan paling taat kepada perintah-perintahNya. Rasulullah SAW bersabda : "Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan paling takut kepadaNya".(HR. Bukhari dan Muslim). Tingkatan berikutnya yang paling mengenal Allah adalah : ( اَلْعُلَمَاءُ العَامِلُونَ ). Ulama' yang mengamalkan ilmunya. قال تعالى :....إِنَّمَا يَخْشَى اللّهَ مِنْ عِبَادِهِ العُلَمَاءُ "Sesungguhnya yang takut pada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah 'ulama'”. (QS,35:28 ) Orang yang mengenali Allah, dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin sholat, pada saat yang lain kita dapati ia senantiasa berzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarakat, dermawan, dll. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu yang di benci Allah, melainkan ia menjauhinya. Urgensi Ma'rifatullah Ma'rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup selanjutnya. Dengan ma'rifatullah manusia bisa mengetahui tujuan hidup yang sesungguhnya. Ketiadaan ma'rifatullah membuat orang hidup tanpa arah dan tujuan yang jelas, bahkan orang yang tidak mengenal Allah dengan benar akan menjalani hidupnya seperti binatang. (QS,47:12). Ma'rifatullah adalah asas perjalanan ruhiyah manusia secara keseluruhan. Orang yang mengenal Allah akan merasakan hidupnya tenang, lapang, dan dia hidup dalam rentangan panjang antara sabar dan syukur. Dari ma'rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti malaikat, jin dan ruh. Dengan ma'rifatullah seorang muslim akan senantiasa menjaga dirinya dari melanggar aturan-aturan Allah SWT sehingga hidupnya di penuhi dengan rahmat dan ridho Allah. Buah Ma'rifatullah Puncak ilmu adalah mengenal Allah. seseorang dikatakan sukses dalam belajar atau menuntut ilmu apabila dia semakin mengenal Allah dan semakin Dekat pada Allah. Jadi, percuma sekolah tinggi, gelar prestisius segudang, harta melimpah dan jabatan melangit bila itu semua tidak menjadikannya semakin dekat, semakin kenal dan semakin taat pada Allah. Ma'rifatullah adalah ni'mat yang sangat besar. Mengenal Allah akan membuahkan ahklaq mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa di tatap, di dengar dan di perhatikan oleh Allah, sehingga langkah dan gerak kita terarah pada jalan yang dikehendaki Allah. inilah keni'matan hidup yang sebenarnya. Dengan ma'rifatullah hidup menjadi tenang, terarah, ringan dan bahagia. Sebaliknya jika kita jauh dari Allah, hidup akan terasa berat, sempit, sengsara, tenggelam dalam lumpur dosa, dan terus menerus hidup dalam rentang waktu dan ruang kehinaan. قال تعالى :وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْ
شُرُهُ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ أَعْمَى "Barang siapa yang berpaling dari peringatanku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan akan kami bangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaahaa,124 ). Ciri-ciri Orang yang Mengenal Allah (Al-arif billah) berikut adalah ciri-ciri Orang yang ma'rifah : tidak takut dan tidak bersedih hati (لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَاهُمْ يَحْزَنُونَ) dengan urusan duniawi. Karena itulah kualitas ma'rifah kita bisa diukur, bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, berarti kita belum mengenal Allah dengan baik. Sebab orang yang ma'rifah, susah senangnya tidak diukur oleh ada tidaknya dunia, tetapi diukur oleh dekat tidaknya dirinya dengan Allah. Orang yang ma'rifah akan senantiasa menjaga kualitas ibadahnya. Karena dengan terjaganya ibadah akan mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan dalam hidup, diantaranya : Hidup selalu berada di jalan yang benar. Memiliki kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup. Allah akan selalu mengaruniakan dalam hidupnya. Akan selalu optimis dalam menghadapi kehidupan. Memiliki kendali dan kontrol dalam hidup, sehingga tidak selalu terjerumus kedalam jurang kema'siatan. Selalu berada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Memiliki Ruhiyah imaniah yang kuat. Sarana Ma'rifatullah Diantara sarana yang dapat mengantarkan kita pada ma'rifatullah adalah : Akal sehat ( العَقْلُ السَّلِيمُ ) Akal sehat manusia jika digunakan untuk memikirkan dan merenungkan apa yamg ada di sekelilingnya dari ciptaan Allah dapat menjadikan pemiliknya sampai pada ma'rifatullah yang sempurna. Alqur-an menjelaskan dalam berbagai ayatnya pengaruh perenungan makhluk terhadap pengenalan kepada sang khaliq. Allahberfirman: ”sesunggunya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang – orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) " Ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia – sia. Maha suci engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka”.(QS. 03: 190-191). Rasulullah Sha. Bersabda : تَفَكَّرُوا فِيْ خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَفَكَّرُوا فِي ذَاتِ اللَّهِ "berfikirlah kalian tentang ciptaan Allah dan janganlah berfikir tentang dzat Allah" (HR. Abu Nu'aim). Para Nabi dan Rasul ( الأَنْبِيَاءُ وَ الرُّسُلُ ) Kita dapat mengenal Allah dengan baik melalui dakwah dan penjelasan dari para rasul. Karena mereka memang di utus untuk mengenalkan dan mengajak manusia kepada Allah. Allah SWT berfirman :"Sesungguhnya kami telah mengutus rasul – rasul kami dengan membawa bukti – bukti nyata dan telah telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan".(QS,57:25) Nama dan sifat Allah ( الأَسْمَاءُ وَ الصِّفَاتُ ) Mengenali nama dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. cara inilah yang Allah gunakan untuk memperkenalkan dirinya kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbukalah jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyajikan pancaran cahaya Allah. Allah berfirman: "katakanlah: serulah Allah atau Ar- Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, dia memiliki nama–nama yang baik .(الأسماء الحسنى )" Qs,17:110. Saudaraku…! Di tengah kondisi yang semakin sulit dan zaman yang semakin hancur tidak ada yang bisa menolong kita selai Allah. maka salah satu ikhtiar untuk menggapai pertolongan-Nya dengan meningkatkan pengenalan kita kepada Allah. cara menggapainya adalah dengan memperbaik kualitas ibadah kita serta dengan terus menerus berusaha untuk istiqomah di jalan-Nya. Sumber : https://mahadibnuauf.com/marifatullah-mengenal-allah بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ
اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alloh Maha Membolak-balikan Hati. Belajarlah Berfikir Terbalik Insya Alloh Lebih Mudah Mengenal Hakekat Alloh #Dakwah #Islam
0 notes
Text
Malik bin Dinar رحمه الله said:
‘The people of the world depart from the world without them having tasted the most beautiful thing from it.”
It was said, “And what is it?”
He replied, “The ma'rifah of Allaah [knowledge of His names, attributes, actions and their interplay and connection to the creation].’
[Al-Siyar of al-Dhahabi 5/363]
55 notes
·
View notes
Text
Berdamai
Berdamai dengan diri sendiri
Hakikat pemaknaan dari berdamai dengan diri sendiri memliki pilar berupa at-tawaqquf 'anil isa'ah lidz dzat bi mukhtalafi asykaliha (menghentikan menyakiti diri sendiri (self-abuse) dalam berbagai bentuknya.)
Antara lain kita perlu;
Berdamai dengan masa lalu dan pengalaman sedih
Berdamai dengan fisik dan penampilan luar
Berdamai dengan lingkungan sosial sekitar
Ini adalah beberapa langkah yang bisa kita ikhtiar kan untuk ditempuh dalam berdamai dengan diri sendiri :
♡ Taqarub illa Allah
Kiranya kebahagiaan manusia diperoleh dengan mengenal Allah dan mendekat kepadaNya, serta tunduk patuh—taat kepadaNya. Sebagaimana indah janji Sang Rabbi—sang pemilik hati. Bila ditunai yang di wajibkan atas seorang hamba, maka Allah akan cinta, sang hamba pun menambahnya dengan sunnah upaya untuk selalu sadar di bersamai Rabbnya, maka dengan Rahiim Nya, Allah janjikan akan mengawal lisan, pandangan, langkahnya bersebab cintaNya pada hambaNya yang bertambah-tambah. Bila Allah sudah cinta, bukan kah mudah bagiNya untuk meredakan segala gemuruh tanya di dada? Dan menghadirkan damai yang di damba?
♡ Mengenal Diri
Seseorang yang mengenal kelebihan dirinya, ia akan senantiasa bersyukur kepada Rabbnya. Dan seseorang yang mengenal kekurangan dirinya, ia akan senantiasa tawadhu, tidak sombong, serta selalu berupaya meningkatkan perbaikan diri. Mengenal diri menjadikan seseorang memahami esensi keberadaan dirinya Lillah, Fiillah, Billah. Sehingga dirinya tidak mendefinisikan dirinya dengan ukuran sepatu orang lain.
♡ Pahami Batas Kendali
Pahami bahwa ada masalah yang berada di bawah kendali seseorang, dan ada pula yang diluar kendali seseorang. Co : kita tidak bisa mengendalikan anggapan orang lain, tapi kita bisa mengendalikan diri kita dalam menanggapi orang lain.
♡ Memaafkan Diri
Sebuah tabiat, bahwa semua orang melakukan kesalahan. Namun jangan sampai bersikap kejam terhadap diri hingga luput untuk memaafkann diri sendiri. Sebab seseorang yang sulit memaafkan diri sendiri akan sulit memaafkan orang lain.
♡ Ungkapkan Perasaan Sejujurnya
Senang, sedih, marah, kecewa, menyesal, dsb. patutnya di kenali sebab-sebab yang membuat nya hadir dengan jujur kepada diri sendiri.
♡ Berkumpul dengan Orang yang Menghargai
Seseorang itu dengan siapa dia bergaul, ash-shoohibu saahibu (sahabat itu penyeret). Hadirkan versi terbaiknya diri untuk Allah jumpakan dengan kawan terbaik disisi yang menghargai dan mampu menyediakan ruang untuk diri kita apa ada nya.
♡ Afirmasi Diri
Self-talk atau mukalamatudz dzat secara positif. Berbincang dengan diri sendiri selayak akrabnya dengan sahabat yang paling dekat membersamai. Beruntungnya lagi, kita punya Allah! Seorang muslim dapat mengafirmasi dirinya dengan berdoa kepada Allah kapanpun dimanapun.
♡ Terus Belajar
At-ta'allum wal ma'rifah min aqshari ath-thuruqi lima'rifati adz-dzati wat tawashul ma'an nafsi. Belajar dan ilmu itu adalah cara terpendek untuk mengenal diri dan berhubungan (berkomunikasi) dengan diri sendiri.
♡ Sibukkan Diri dengan Manfaat
Ibnul Qayyim berkata : "Diri jika disibukkan dengan kebenaran maka tidak akan sibuk dengan kebatilan." Karena terperangkap dalam kebatilan itu menghadirkan kesia-siaan, dan kesia-siaan mendatangkan was-was atau keragu-raguan (self-doubt).
♡ Berdoalah
Seberapapun besar upaya dan usaha manusia, apabila tidak diiringi doa, maka akan sia-sia dan tak berguna. Sebab kita tetaplah tidak berdaya juga lemah tanpa pertolongan dari Nya—Satu-satunya yang menguatkan, meneguhkan, dan mengokohkan.
|| 4. 6. 2022 ||
22 notes
·
View notes
Text
Anhu
- nyarta sahiji kata dina bahasa Arab nu berarti "manehna" atawa "anjeuna".
- Anhu kaasup kana kategori isim, nyaeta kata benda nu nunjuk kana makna tertentu jeung teu terikat ku waktu.
- dina ilmu nahwu, anhu eta isim mabni, nyaeta isim nu teu ngalaman perobahan bentuk atawa harakat akhirna karena faktor-faktor tertentu.
- dina ilmu shorof, anhu eta isim isyarah, nyaeta isim nu digunakeun jang nunjukeun sesuatu nu jauh ti pembicara jeung pendengar.
- Anhu ge kaasup kana isim ma'rifah, nyaeta isim nu nunjukkeun sesuatu nu geus di kanyaho keun ku pembicara jeung pendengar.
- ieu babaraha conto:
- قَالَ أَنْهُ سَيَأْتِيْ غَدًا
Artina:
manehna (lalaki) ngomong yen manehna arek datang isukan.
- رَأَيْتُ أَنْهُ يَلْعَبُ كُرَةَ السَّلَّةِ
Artina:
kuring nempo yen manehna (laki-laki) maen bola basket.
- هَذَا الْكِتَابُ أَنْهُ
Artina:
ieu teh buku milikna (lalaki).
=============
عَنْهُ
- pemahami kaidah nahwu jeung shorof ti
عَنْهُ,
babarah penjelasan:
- Kaidah nahwu dari
عَنْهُ
- nyaeta isim mabni li al-khafdh, isim mabni nu harakat akhirna selalu kasrah.
- Hal ieu karena عَنْهُ asal ti kata
الَّذِيْ
nu ngalaman idgham (penyisipan) huruf lam kana huruf dal.
- عَنْهُ
- bisa berfungsi sebagai 1. mubtada (subjek), 2. khabar (predikat), 3. mudhaf (nu dimiliki), 4. mudhaf ilaih (pemilik), 5. na'at (sifat), 6. badal (pengganti), 7. ma'thuf (nu disambung).
- عَنْهُ
- bisa berkedudukan sebagai manshub (berharakat fathah) lamun jadi - maful bih (obyek) ti fi'il (kata kerja) atawa huruf jarr (kata depan).
- عَنْهُ
- bisa berkedudukan sebagai majrur (berharakat kasrah) mun jadi mudhaf ilaih ti mudhaf.
- عَنْهُ
- bisa berkedudukan sebagai marfu' (berharakat dhommah) mun jadi mubtada, khabar, na'at, badal, atawa ma'thuf.
- Kaidah shorof ti
عَنْهُ:
- عَنْهُ
- eta isim isyarah lil ba'id, nyaeta isim isyarah nu digunakeun jang nunjuk sesuatu nu jauh ti pembicara jeung pendengar.
- عَنْهُ
- eta isim mufrad, nyaeta isim tunggal nu nunjukkeun hiji makna.
- عَنْهُ
- eta isim muannats, nyaeta isim nu nunjukkeun jenis kelamin awewe.
- عَنْهُ
- eta isim ghair munsharif, nyaeta isim nu teu ngalaman perubahan bentuk atawa harakat awalna karena faktor-faktor tertentu.
=========================
0 notes
Text
The Messenger of Allaah ﷺ said:
"No household is given gentleness except that it will benefit them, they are not prevented from it except that it will harm them"
(Reported in Al-Tabaranee al-Mu'jam al-Kabheer; ibn Mandah in Al-Ma'rifah; Silsilah Ahadith As-Saheehah 942)
13 notes
·
View notes