#Lampu Masjid Madinah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ahli Pengrajin Lampu Hias Masjid Madinah Samarinda: Menyatukan Keindahan dan Tradisi
Ahli Pengrajin Lampu Hias Masjid Madinah Samarinda: Menyatukan Keindahan dan Tradisi Di kota Samarinda, tepatnya di Masjid Madinah, terdapat sebuah seni yang sangat jarang ditemukan di banyak tempat: lampu hias masjid yang memadukan tradisi dan modernitas. Lampu-lampu tersebut bukan hanya sebagai penerang ruangan, tetapi juga sebagai karya seni yang memiliki nilai estetika tinggi. Salah satu…
View On WordPress
#lampu dalam masjid#lampu gantung masjid#lampu hias masjid#lampu kubah masjid#Lampu Kuningan#Lampu Masjid#lampu masjid madinah#lampu masjid nabawi#lampu musholla#lampu robyong#Lampu Tembaga#lampu utama masjid
0 notes
Text
0856-4211-5547 COD!!!, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Kota Jakarta Barat Langsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6285642115547 , Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Kota Jakarta Barat, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Kota Jakarta Barat, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Palmerah, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Taman Sari, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Tambora, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Cempaka Putih, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Gambir, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Johar Baru, Toko Alamat Pengrajin Lampu Hias Masjid Kemayoran Kami pengrajin lampu hias gantung untuk kubah masjid anda Kualitas terbaik dengan harga yang pantas, sesuai dengan mutu pekerjaan kami Percayakan lampu utama kubah masjid anda dengan produk terbaik kami Bergaransi awet asli dan memuaskan Jaminan jujur amanah aman terkendali Silakan bayar ditempat setelah lampu masjid idaman anda sudah terpasang di masjid kesayangan anda semua Untuk pemesanan silakan whatsapp atau telpon nomor di bawah ini 085642115547 085826661921 www.galleryintan.com #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidKotaJakartaBarat, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidKotaJakartaBarat, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidPalmerah, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidTamanSari, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidTambora, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidCempakaPutih, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidGambir, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidJoharBaru, #Toko Alamat PengrajinLampuHiasMasjidKemayoran
#lampumasjid#lampuhias#lampugantung#lampukubah#lampunabawi#lampumadinah#lampumushola#lampuhiasmasjid#replika lampu masjid nabawi#lampu hias masjid madinah
1 note
·
View note
Text
KA'BAH merupakan kiblat atau arah bagi umat Islam saat melaksanakan shalat lima waktu. Sebagai pusat ibadah utama dalam agama Islam, Ka'bah menjadi simbol persatuan umat Muslim dari berbagai belahan dunia. Dalam perjalanan sejarahnya, ka'bah sempat akan dihancurkan oleh pasukan gajah pimpinan Raja Abrahah dari negeri Habasyah sekarang negara Ethiopia di Afrika. Namun rencana itu gagal karena Allah mengirim pasukan burung ababil yang menghancurkan pasukan bergajah. Peristiwa yang berlangsung tahun 570 M itu terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasalam.
RAJA ABRAHAH dari Habasyah (Ethiopia) ingin menghancurkan Ka'bah di Mekkah karena ia iri dengan kemajuan ekonomi masyarakat Arab, khususnya di Mekkah. Kemajuan ekonomi di Mekkah disebabkan adanya bangunan Ka'bah. Dengan adanya bangunan itu, banyak orang berdatangan ke Mekkah selain untuk beribadah juga untuk jalan-jalan. Abrahah dan para pemimpin Abessinia menginginkan agar tempat ziarah itu berada di Yaman, bukan di Mekkah. Akhirnya mereka membangun gereja megah di Sana'a yang diberi nama al-Qalis dengan harapan dapat menjadi tempat ibadah terbesar di seluruh Arab, menyaingi Mekkah.
KA'BAH merupakan bangunan di tengah-tengah masjid paling suci yaitu Masjidil Haram, di Mekkah, Arab Saudi. Ka'bah memiliki panjang sekitar 12,86 meter, lebar 11,03 meter, dan tinggi 13,1 meter. Adapun batu sakral di sudut tenggara Ka'bah bernama Hajar Aswad atau batu hitam berukuran diameter 30 cm dan terletak 1,5 meter di atas tanah pada dinding Ka'bah. Dalam Alquran pada surat _Al Baqarah_ ayat 127 disebutkan "Ka'bah ditinggikan (bangunannya) oleh Nabi Ibrahim dan dibantu oleh anaknya yaitu Nabi Ismail". Setelah itu, Allah memberi perintah agar menjadikan bangunan tersebut tempat suci umat Islam.
ISI KA'BAH, berdasarkan informasi dari _Arab News_ , tidak menyimpan benda-benda yang istimewa. Bagian dalamnya hanya berisi tiga pilar yang menopang atap dan sejumlah lampu yang digantung. Tidak ada yang istimewa atau benda antik di dalam bangunan ini. Sedangkan menjelang Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, di dalam Ka'bah ada sekitar 360 patung berhala milik berbagai suku. Namun setelah Rasulullah menaklukan Mekkah maka Ka'bah dibersihkan dari semua berhala tanpa ada pertumpahan darah. Kini orang yang boleh masuk ke dalam Ka'bah hanyalah yang telah mendapat izin dari Raja Saudi atau wali kota Mekkah.
PINTU KA'BAH , pembangunan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pada awalnya memiliki 2 pintu yaitu Pintu Timur dan Pintu Barat. Kedua pintu tersebut dibuat merapat hingga ke tanah. Namun, menurut catatan sejarah, kedua pintu tersebut berubah-ubah kedudukannya.
Kini, hanya terdapat satu pintu saja di Ka'bah, yaitu yang terletak di sebelah timur laut. Ketinggiannya dari atas lantai adalah 2 meter. Pintu itu terbuat dari emas murni seberat 280 kg yang menelan biaya lebih dari 13 juta riyal Arab Saudi. Pintu ini dapat dicapai dengan tangga kayu beroda yang disimpan di dalam Masjidil Haram. Pintu ditinggikan dari atas permukaan tanah untuk melindunginya dari penyusup dan banjir.
JURI KUNCI KA'BAH kini dipegang keturunan tertua Al-Shaibi, Syekh Abdul Wahab bin Zain Al-Abidin Al-Shaibi. Dia menjadi penjaga dan pemegang kunci Ka'bah ke-78. Upacara adat penyerahan kunci Ka'bah dilakukan di Mekkah pada Senin (24/6/2024), lapor Saudi Gazette. Dia menggantikan Saleh Al-Shaibi, penjaga senior Ka'bah yang meninggal tiga hari sebelumnya. Menurut sejarah Islam, kunci Ka'bah awalnya dipegang oleh Nabi Ismail yang membangun kembali Ka'bah bersama ayahnya, Nabi Ibrahim. Setelah itu, sejumlah suku menjadi juru kunci Ka'bah, hingga akhirnya kunci Ka'bah dipegang oleh Bani Syaibah. Jabatan yang diberi wewenang untuk menjaga kunci Ka`bah disebut hijabah.
0 notes
Text
FREE ONGKIR, Call 0856-4211-5547, Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi, Lampu Gantung Masjid
KLIK https://WA.me/6285642115547, Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Kubah Masjid Bekasi, Harga Lampu Hias Gantung Masjid Bekasi, Daftar Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Buat Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Untuk Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Tembaga Masjid Bekasi, Harga Lampu Hias Gantung Untuk Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Tembaga Untuk Masjid Bekasi
Percayakan pesanan lampu gantung masjid anda kepada kami, kualitas terjamin dan pelayanan yang terbaik kami berikan, kepuasan pembeli adalah yang paling utama bagi kami.
Kami siap mengirimkan pesanan anda ke seluruh wilayah di INDONESIA
Intan Galeri Sidomulyo RT.03, RW.06 Kelurahan Penggung, Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
(Belakang Gudang Semen Varia Usaha Penggung) Langsung OWNER 0858-2666-1921 http://www.galleryintan.com
#Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Kubah Masjid Bekasi #Harga Lampu Hias Gantung Masjid Bekasi #Daftar Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Buat Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Untuk Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Tembaga Masjid Bekasi #Harga Lampu Hias Gantung Untuk Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Tembaga Untuk Masjid Bekasi
0 notes
Photo
PUSAT, Call 0856-4211-5547, Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi, Lampu Gantung Masjid
KLIK https://WA.me/6285642115547, Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Kubah Masjid Bekasi, Harga Lampu Hias Gantung Masjid Bekasi, Daftar Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Buat Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Untuk Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Tembaga Masjid Bekasi, Harga Lampu Hias Gantung Untuk Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Tembaga Untuk Masjid Bekasi
Percayakan pesanan lampu gantung masjid anda kepada kami, kualitas terjamin dan pelayanan yang terbaik kami berikan, kepuasan pembeli adalah yang paling utama bagi kami.
Kami siap mengirimkan pesanan anda ke seluruh wilayah di INDONESIA
Intan Galeri Sidomulyo RT.03, RW.06 Kelurahan Penggung, Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
(Belakang Gudang Semen Varia Usaha Penggung) Langsung OWNER 0858-2666-1921 http://www.galleryintan.com
#Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Kubah Masjid Bekasi #Harga Lampu Hias Gantung Masjid Bekasi #Daftar Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Buat Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Untuk Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Tembaga Masjid Bekasi #Harga Lampu Hias Gantung Untuk Masjid Bekasi #Harga Lampu Gantung Tembaga Untuk Masjid Bekasi #Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi #Jual Lampu Gantung Masjid Cirebon #Jual Lampu Gantung Masjid Bogor #Jual Lampu Gantung Masjid Tasikmalaya #Jual Lampu Gantung Masjid Depok #Jual Lampu Gantung Masjid Cimahi #Jual Lampu Gantung Masjid Banjar #Jual Lampu Gantung Masjid Sukabumi #Jual Lampu Gantung Masjid Kota Bekasi #Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi #Jual Lampu Gantung Masjid Cianjur #Jual Lampu Gantung Masjid Jakarta #Jual Lampu Gantung Masjid Cikarang #Jual Lampu Gantung Masjid Garut #Jual Lampu Gantung Masjid Indramayu #Jual Lampu Gantung Masjid Karawang #Jual Lampu Gantung Masjid Kuningan #Jual Lampu Gantung Masjid Majalengka #Jual Lampu Gantung Masjid Pangandaran #Jual Lampu Gantung Masjid Purwakarta #Jual Lampu Gantung Masjid Subang #Jual Lampu Gantung Masjid Sukabumi #Jual Lampu Gantung Masjid Cibubur #Jual Lampu Gantung Masjid Cilegon #Jual Lampu Gantung Masjid Cibinong #Jual Lampu Gantung Masjid Ciamis #Jual Lampu Gantung Masjid Serang #Jual Lampu Gantung Masjid Banten #Jual Lampu Gantung Masjid Tangerang
#lampu masjid nabawi#lampu masjid tembaga#lampu masjid sabilillah#lampu masjid madinah#lampu masjid kuningan#lampu masjid kubah emas#lampu gantung buat masjid#lampu hias bentuk masjid#lampu masjid chandelier#lampu dinding masjid#lampu di masjid nabawi#lampu dalam masjid#lampu gantung masjid di jakarta#desain lampu masjid#dekorasi lampu masjid#lampu gantung masjid
0 notes
Text
MURAH! 089_626_969_369 Jual Harga Produsen Lampu Hias Mushola Di Kendari Bogor Ciamis Cianjur Cirebon Garut Indramayu Karawang
MURAH! 089_626_969_369 Jual Harga Produsen Lampu Hias Mushola Di Kendari Bogor Ciamis Cianjur Cirebon Garut Indramayu Karawang
Jual Harga Produsen Lampu Hias Mushola Di Kendari Bogor Ciamis Cianjur Cirebon Garut Indramayu Karawang Kami adalah Jual, Harga, Produsen, Pusat, Pengrajin, Grosir, Toko, Lampu Masjid, Lampu Robyong, Lampu Masjid Nabawi, Lampu Masjid Madinah, Lampu Masjid Kuningan, Lampu Masjid Tembaga, Lampu Bentuk Masjid, Lampu Gantung Buat Masjid, Lampu Hias Bentuk Masjid, Lampu Masjid Chandelier
============…
View On WordPress
#089626969369#Lampu Bentuk Masjid#Lampu Gantung Buat Masjid#Lampu Hias Bentuk Masjid#Lampu Masjid#Lampu Masjid Chandelier#Lampu Masjid Kuningan#Lampu Masjid Madinah#Lampu Masjid Nabawi#Lampu Masjid Tembaga#Lampu Robyong
0 notes
Text
Gua Hira' (1)
Aktivitas di Makkah terasa lebih padat jika dibanding sewaktu di Madinah. Jarak Masjidil Haram dan hotel memang tidak terlalu jauh, tapi jika tidak ingin terlalu lelah berjalan, tetap saja kami harus naik bus. Pulang ke hotel hanya di jam-jam makan, selebihnya kami menunggu waktu sholat di Masjidil Haram agar tidak bolak-balik. Waktu tidur pun hanya sebentar. Pulang dari masjid biasanya hampir pukul 10 malam. Esoknya pagi-pagi sekali sekitar pukul 2 atau 3 kami bergegas kembali ke masjid. Kata temanku, tak apa maksimalkan mumpung masih di Makkah, istirahatnya besok-besok saja ketika sudah sampai di Indonesia.
Entah waktu itu malam ke berapa aku di Makkah. Ada janji naik ke Jabal Nur malam ini bersama para asatidz dan beberapa rekan. Tapi, rasanya lelah sekali ingin segera tidur. Hampir aku batalkan karena tergiur bantal. Hanya saja sungkan jikalau tiba-tiba tidak ikut, tak ada alasan. Baiklah, aku masukkan 1 buah apel, 1 buah jeruk, dan sebotol air ke dalam tas. Tak ada bekal lain, tak ada roti. Segera memakai jaket dan syal tanda pengenal, lalu turun ke lobi hotel karena kamarku di lantai 12.
Satu jam lebih kira-kira aku dan temanku menunggu asatidz di lobi. Sebenarnya bukan teman, lebih pantas dipanggil kakak karena beliau lebih tua beberapa tahun dariku. Hampir tertidur di kursi tunggu, akhirnya beliau-beliau yang ditunggu datang. Tiga ustadz, satu ustadzah, teman rasa kakak, dan aku. Lagi-lagi aku yang terkecil. Kami berenam berangkat naik taxi ke Jabal Nur. Sekita 15-20 menit dari hotel. Malam itu Makkah sejuk, karena masih pergantian musim dari musim dingin ke panas.
Sampai di area Jabal Nur, suhu bertambah sedikit dingin. Tapi rasanya seperti pulang kampung. Mirip sekali dengan suasana di rumah. Jalannya, suhunya, sama. Karena aku tinggal di lereng gunung. Kami membeli beberapa senter karena jalan naik ke gunung tidak ada penerangan. Tidak terlalu susah untuk naik, karena semua sudah ada tangganya. Memang perlu berhati-hati karena gelap dan khawatir tergelincir. Aku menikmatinya, karena medan seperti itu sudah biasa dan tidak asing bagiku. Tak terasa ternyata aku berjalan sendirian, karena yang lain masih di bawah. Memang butuh usaha keras untuk naik kalau tidak terbiasa. Yang terpenting, perbanyak sholawat dan jangan sampai sombong karena mampu.
Aku berhenti sebentar sambil menunggu yang lain sampai. Makkah benar-benar sejuk malam itu. Gemerlap lampu di bawah membuat suasana semakin syahdu. Bernafas panjang, mengingat-ingat ulang tentang perjuangan Sayyidah Khadijah ketika mengantar makanan kepada Rasulullah SAW saat beliau menyendiri di Gua Hira'. Hari ini memang sudah ada tangga, tidak terlalu sulit. Bagaimana dengan beberapa tahun silam ketika Jabal Nur hanyalah batu terjal, tinggi, salah melangkah sedikit saja bisa-bisa tergelincir jatuh ke bawah. Tapi kasih sayang dan keimanan Sayyidah Khadijah telah mengalahkan terjalnya Jabal Nur. Aku masih memandangi sisi kanan kiri tangga yang masih murni batu terjal. Membayangkan kakiku berpijak di sana tanpa tangga saja aku sudah tidak sanggup. Tiba-tiba aku merindukannya, bunda Khadijah. Seperti apakah kehangatan jiwanya? Oh, Jabal Nur yang menyimpan jejak dan rahasia, beruntungnya dirimu pernah menjadi saksi kokohnya langkah bunda Khadijah.
Angin Makkah berhembus pelan. Aku melirik jam tangan. Sudah pukul 1 dini hari. Kurang setengah perjalanan lagi untuk bisa sampai ke puncak.
2 notes
·
View notes
Text
Pintu 7 menuju taman surga
Terlihat kubah hijau disokong bangunan putih yang megah dan elegan, disekelilingi payung payung raksasa. Memantul cahaya sore diatas kubah yang mulai tenggelam beradu dengan gemerlap lampu serambi Nabawi. Alhamdulillah
Tak henti henti aku mengucap takbir, talbiyah, dan sholawat kutujukan kepada Rasulullah. Menetes air mata tanpa disengaja. LabbaikaAllahumma Labbaiik.
Syukur kepada Allah sudah mengijinkanku bertamu walau masih banyak dosa dan hina.
Turun dari bus yang mengantar dari bandara, aku masuk hotel memasukkan koper ke kamar dengan segera. Tak sabar rasanya melangkahkan kaki menuju pintu Nabawi.
Aku, Adek, Ibuk berpisah dengan Abah di pintu 7. Untuk bertemu di pintu 7 lagi setelah sholat nanti.
Udara disana dingin tetapi berdebu. Toko-toko disekitar Nabawi sudah bergegas tutup karena mendekati panggilan sholat, sebelum adzan aku berniat untuk iktikaf terlebih dahulu. Berlama lama didalam Nabawi ada ketenangan tersendiri. Berjuta umat muslim saling berebut shaf dibagian dalam masjid, semakin ke dalam semakin dekat dengan Makam Rasulullah atau yang disebut Roudhoh.
Adzan disana menggetarkan hati, dengan suara Muadzin yang sangat merdu. Aku berdoa diantara Adzan dan Iqomah, lagi lagi menetas air mata tanpa disengaja.
“Bah, Buk, terimakasih, sudah berusaha menepati janji mengajak aku dan adek kesini, nanti kalau aku sudah mampu dengan hasil usahaku, kita balik sini lagi ya sama sama, gantian nanti aku yang mengajak Abah Ibuk kesini” dalam hati.
Kalimat pertama yang aku ucapkan setiba di Nabawi. Alloohummaghfirlii waliwaalidayya warham humma kamaa rabbayaa nii shaghiiraa
Selepas sholat maghrib dan Isya, kami bertemu di pintu 7 kembali. Mengambil jalan yang berbeda saat berangkat tadi sambil menikmati suasana malam di kota Madinah.
Angin malam disana sangat dingin, tetapi sepanjang kami berjalan beberapa kali penduduk asli Madinah menyapa kami dengan keramahannya. Jadi, dingin angin malam beradu dengan hangatnya keramahan orang Madinah.
Esok paginya masih pukul 4 waktu setempat. Berjuta orang sudah berbondong bondong menuju masjid dengan udara dingin yang sampai menusuk tulang.
Kami masuk lewat pintu 7 lagi, karena pintu yang terdekat dengan hotel kami.
Aku pikir bakal masih sepi dan akan mudah mendapatkan shaf didalam masjid. Dengan buru-buru aku menggandeng tangan adek dan Ibuk agar dapat shaf didalam masjid.
Dalam hal berbagi, disana merupakan suatu kebiasaan. Tidak hanya orang kaya yang berbagi, orang yang sangat sederhanapun tidak malau kalah berbuat kebaikan. Biasanya setelah sholat jamaah selesai mereka membagikan kurma, coklat, roti, buah, kopi, teh yang sengaja disiapkan dari rumah untuk dibagikan pada jamaah lainnya. Lalu aku pun meniru kebiasaan mereka beberapa kali. Rupanya memang ada kebahagiaan sendiri.
Disepanjang jalan dari masjid menuju hotel banyak pertokoan yang menjajakan kuliner, baju, Al Quran, Sajadah, Asesoris dsb. Setiap pejalan kaki yang lewat disapa dengan baik dan dipersilahkan melihat-lihat dagangannya.
Siangnya menjelang dhuhur, kami berangkat lebih awal dengan berniat berziarah dulu ke Roudhoh ( makam Rasulullah) lagi lagi berdesakan dengan jamaah lain. Salam dan sholawat bercampur tangis haru dan rindu tak pernah sepi didekat Roudhoh.
Dan masih banyak lagi cerita di Madinah selama 4 hari, dilanjut perjalanan menuju ke Makkah untuk menjalani ibadah inti disana, mengambil Miqat, berniat ikhram, tawaf, sai dan tahalul. Selama 4 hari juga.
Datang untuk kembali. Sampai berjumpa kembali pintu 7 Nabawi.
3 notes
·
View notes
Text
Call 0858-2666-1921, Jual Harga Pengrajin Lampu Hias Gantung Kubah Masjid Bandung Bekasi Bogor
KLIK https://WA.me/6285826661921, Jual Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Kubah Masjid Bekasi, Harga Lampu Hias Gantung Masjid Bekasi, Daftar Harga Lampu Gantung Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Buat Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Untuk Masjid Bekasi, Harga Lampu Gantung Tembaga Masjid Bekasi, Harga Lampu Hias Gantung Untuk Masjid Bekasi,…
View On WordPress
#lampu gantung masjid#lampu hias masjid#lampu kubah masjid#Lampu Masjid#lampu masjid madinah#lampu mushola#lampu utama masjid#replika lampu masjid nabawi
0 notes
Text
Bagaimana Mereka Belajar
Sabtu, Ba’da Maghrib - Masjid Nurul Iman Blok M
Sekelumit tentang para ‘ulama ini belajar penting untuk kita pelajari bersama, karena dewasa ini kita melihat gelombang orang yang berhijrah begitu besar, mulai banyak orang yang mengenal Islam, mengenal kajian Islam, berbondong-bondong melangkahkan kaki ke majelis-majelis Ilmu, namun tidak tahu metode belajar para Wali Allah.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, Rasulullahu Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Ada dua jenis orang yang tamak dan masing-masing tidak akan pernah kenyang. Pertama, orang tamak untuk menuntut ilmu, dia tidak akan kenyang. Kedua, orang tamak memburu harta,dia tidak akan kenyang.” (HR. Thabrani)
Dengan mensejajarkan penuntut Ilmu dan penuntut Dunia seolah menjadikan hadits ini sebagai mu’jizat yang dibuktikan kebenarannya oleh para ‘ulama.
Hadits ini seperti menggambarkan sifat para ‘ulama yang haus terus menerus dengan Ilmu tidak pernah kenyang, layaknya seorang penuntut dunia yang tidak pernah merasa kenyang dengan dunia.
menggambarkan seorang ahli dunia mengejar dunia, mengejar hobby-nya, begitupun para ‘ulama mengejar Ilmu.
Kisah ulama besar tabi’in, Abul ‘Aliyah Rufai’ bin Mihran Ar-Riyahi Al-Bashri (wafat tahun 93 H). Ulama hadits dan sejarawan Islam, imam Al-Khathib Al-Baghdadi, dalam bukunya Ar-Kifayah fi Ilmir Riwayah menulis: “Abul Aliyah berkata: “Kami mendengar riwayat hadits dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam saat kami berada di Bashrah, maka kami tidak puas sampai kami mengadakan perjalanan ke Madinah untuk mendengar hadits-hadits tersebut secara langsung dari mulut para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.”
Kesungguhan Abu Aliyah untuk mendengar hadits langsung dari para Sahabat, mereka melakukan perjalanan dari Irak ke Madinah. sedang haditsnya sudah beberapa kali didengar oleh beliau.
fenomena hari ini adalah ilmu dibuka seluas-luasnya, tapi para ‘ulama terdahulu, seperti Jabir yang berjalan kaki satu bulan untuk mendapat satu hadits tentang manusia yang akan dibangkitkan kembali dalam keadaan telanjang. perjalanan satu bulan untuk satu hadits tentu bukan satu hal yang mudah, sedang kemudahan sekarang bermodalkan jari-jari kita, kita bisa dengan mudah mengakses bukan hanya satu hadits, melainkan satu buku hadits kita bisa dapat.
di zaman dahulu, para penuntut ilmu bangkrut (kehabisan hartanya) karena besarnya biaya menuntut ilmu, bahkan untuk dapat satu hadits saja ada yang sampai menjual perkakas rumah milik ibunya yang dijual sampai 7 dinar, ada yang sampai menjual genteng rumahnya hanya untuk dapat satu hadits saja, bukan keadaan orang kebanyakan sekarang, ketika tidak ada biaya untuk menuntut ilmu dijadikannya sebagai ‘udzur syar’i.
Kenapa kualitas ‘ulama zaman dulu lebih baik ?
karena keberkahan mengalahkan segalanya. sehingga seharusnya niat kita dalam thalab ilmu adalah mencari keberkahan ilmu, mengharap ilmu yang bermanfaat. sebagaimana do’a yang diajarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dalam hadits :
اَللَّهُمَّ إِنِّى أُعُوذُبِكَ مِنْ عِلْمٍِ لاَيَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍِ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍِ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍِ لاَ يُسْتَچَابُ لَهَا [Allahumma inni a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’ wa min qolbin laa yakhsya’ wa min nafsin laa tasyba’ wa min da’watin laa yustajaabulaha] "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan” (HR. Muslim: 2722)
upaya mendapatkan keberkahan ilmu butuh effort yang besar tentunya, butuh upaya yang sungguh-sungguh, sebab ilmu yang didapat sungguh-sungguh dan tingkat sulit akan bernilai dan bekerja keras untuk diamalkan.
Diantara kesungguhan mendapat keberkahan ilmu:
1. Sungguh-sugguh dan kerja keras
Ja'far bin Darastawaih menceritakan pengalamannya, "Selepas shalat ashar aku sudah berada di majelis pengajian Ali bin Al-Madini, yang baru akan diselenggarakan keesokan harinya. Sepanjang malam aku berada di tempatku karena khawatir tidak mendapatkan tempat untuk mendengarkan pengajiannya. Bahkan, aku pernah melihat seorang kakek yang terpaksa harus buang air kecil di jubahnya, juga karena khawatir tempatnya akan diduduki orang lain jika ia harus meninggalkannya untuk buang air kecil."
sebagaimana dalam Ad Dhuha ayat 4, bahwasanya akhirat lebih baik dari pada dunia. dan akhirat adalah kekal. maka, jika ingin dapat dunia yang fana saja perlu usaha yang keras, hingga jungkir balik, bagaimana dengan akhirat yang lebih baik dan kekal ?
bukankah banyak kisah pengusaha sukses yang sebelumnya berusaha gagal hingga puluhan kali? lalu bagaimana dengan akhirat yang keidupannya lebih baik.
“ketahuilah, yang Allah tawarkan itu MAHAL, SYURGA, mungkinkah kita dapat dengan usaha segampang itu ?”.
“kaidah di dunia ini adalah NO FREE LUNCH, bagaimana mungkin makan siang di syurga GRATIS?”.
“ Jika syurga itu murah, maka tidak mungkin Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dan para sahabat berat-berat berhijrah? hijrah itu bukan pindahan, tapi ditinggalkan semua, harta, rumah, keluarga, diikhlaskan ditinggalkan di jalan Allah. Jika syurga itu murah, tidak mungkin ada penyiksaan untuk Bilal Radhiyallahu anhu, air mata di keluarga yasir radhiyallahu anhu. lalu bagaimana mungkin kita yang bukan para sahabat ingin syurga dengan semudah itu ?”
untuk menuju syurga kuncinya belajar, belajar, dan belajar ilmu syar’i sehingga menumbuhkan iman yang berbuah amal untuk menggapai syurga.
mereka generasi salafushalih belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga Imam subaweih sampai memberi gelar Al Imam Kutrup (binatang yang muncul di malam hari) kepada Imam Abu Ali Muhammad, dikarenakan Imam kutrup ini selalu stand by di depan rumah Imam Subaweih sejak sebelum subuh agar dapat waktu lebih intens untuk berkonsultasi dengan Imam Subaweih.
banyak lagi kisah-kisah kerasnya usaha para ‘ulama terdahulu dalam mendapatkan keberkahan ilmu. bukan uang yang membuat kita dapat ilmu, bukan karena prestige juga kita bisa mendapat ilmu, melainkan dengan 3 hal : tawadhu - merendahkan dirinya di hadapan Allah, kehidupan yang sempit - bukan kemiskinan, tapi saking sibuknya belajar, tidak sempat menikmati hartanya, menikmati fasilitas, bermegah-megahan, dll. , dan khidmat pada ‘ulama.
“Tidak akan sukses para penuntut ilmu yang malu bertanya, minder, dan sombong - bertanya untuk mengetes ustadz (misal). “
2. Mereka belajar bertahap dan perlahan-lahan
Qs. Ali Imran : 79
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
Di dalam ayat tersebut diceritakan tentang Rabbani,
apa itu Rabbani ?
Dalam Shahih Bukhori, Rabbani adalah orang-orang yang mempelajari ilmu bertahap, mulai dari hal-hal basic, sebelum mempelajari perkara-perkara yang besar dan kompleks.
mereka belajar bukan melihat kualitas pembahasannya, tapi mematangkan terlebih dahulu asas, pondasinya, basicnya, karena jika kita sudah mengurusi perkara-perkara yang besar tanpa asas yang kuat adalah sesuatu yang berbahaya.
dalil kelembutan dalam menuntut ilmu juga bermaksud bertahap, step by step,perlahan-lahan, sedikit demi sedikit.
3. Mengutamakan Adab Dalam Menuntut Ilmu
para ulama salaf, mereka belajar adab di saat, mereka belajar Ilmu. itulah yang membuat mereka bukan hanya cerdas, tapi juga bertaqwa.
kisah menarik dari dialog, Ibn Hazm dengantokoh Malikiyyah terkenal yaitu Abu al-Walid al-Baji dan sempat terjadi perdebatan yang panjang diantara mereka. namun berakhir dengan kata-kata penutup yang memilki makna adab yang luhur dari keduanya.
Abdul Walid Al Baji profesinya penjaga, bukan orang kaya.
ibnu Hazm seorang yang kaya raya
Abdul Walid Al Baji : Maafkan saya jika saya keliru, karena mayoritas murojaah saya dilakukan pada waktu malam di bawah lampu redup.
Ibnu Hazm : Maafkan saya jika dalil saya salah dalam berdebat, salah menukil, atau lainnya, karena saya selama belajar mayoritasnya berada d dalam mimbar emas dan perak.
maksud dari pernyataan kedua ‘ulama ini begitu luhur,
Al Baji : menyampaikan secara material - karena kemiskinannya
Ibnu Hazm: menyampaikan secara psikologis bahwa tidak mudah juga belajar ketika menjadi orang kaya, dengan kenikmatan yang bisa saja melalaikan, bukankah kita cepat tertidur saat merasakan kenyamanan ? tapi ibnu hazm tetap belajar.
dan keduanya tetap meminta maaf dalam perdebatan yang panjang dengan adu dalil. karena mereka murni berdebat saling berbantahan karena cemburu karena ALLAH.
Adapun tahapan dalam belajar, ilmu yang harus dicari :
Ilmu tentang Iman
Ilmu tentang Ibadah
Ilmu tentang Adab
Wallahu’alam
Ustadz Muhamad Nuzul Dzikri
3 notes
·
View notes
Text
BELAJAR DARI HAJI
Bag. 4
Suatu ketika kakek tua yang berasal nan jauh dari gempita lampu kota, pergi berhaji dan harus menginap di salah satu hotel bintang 6 di sebelah pintu 21 Masjid Nabawi.
Setelah tiba gilirannya pergi ke kamar yang berada di lantai belasan, sang kakek pun pergi menuju lift.
Karena melihat lantai lift yang bersih, sang kakek berinisiatif melepas sandalnya dan masuk ke dalam lift.
Sesampainya di lantai yang dituju, sang kakek kaget bukan kepalang dan melapor ke salah satu petugas.
Petugas: “kenapa kek?”
Kakek: “Tadi saya taruh sandal di depan pintu ini, kok sekarang sudah hilang?!”
Petugas: #*@-$+$#6#*#
Disadur dari cerita asli yang dikisahkan Dodi, Petugas Sektor 1 Madinah 2019.
@dmbagas - Madinah, 20 Juli 2019
0 notes
Photo
PAKEJ KHAS UMRAH 2019 28 Nov - 9 Dis 2019 Pakej Tambahan 1. Praktikal melontar jamrah di Mina. 2. Berbuka puasa nasi arab kambing/ayam (masak dlm tanah) di gurun sahara. 3. Ziarah Taif. Kemudahan 👍 Perkhidmatan shuttle bas ( sewa khas ) 24 jam dari hotel ke masjidilharam. Setiap 15 minit sekali khas utk jemaah UMRAH RABBANI TRAVEL ( 2 MINIT MASA PERJALANAN ). 👍Masuk pintu Babussalam, dekat dgn permulaan tawaf (lampu hijau),sai Safa Marwah. 👍Melalui maulid nabi (tapak rumah kelahiran NABI S.A.W) / Jabal Abi Qubais ( tempat Nabi membelah bulan ) 👍Kemudahan perkhidmatan DOBI PERCUMA di Hotel. 👍Di madinah hotel berdekatan dengan PINTU 25 khas utk jemaah UMRAH MUSLIMAT masuk ke RAUDHAH YG MULIA..MASJID NABAWI. Berminat? Untuk info lebih lanjut, sila klik link www.wasap.my/60139272313 https://www.instagram.com/p/B2Wo_dMBGLC/?igshid=1tqk1vbenid9w
0 notes
Text
Belajar Dari Haji
Bag. 4
Suatu ketika kakek tua yang berasal nan jauh dari gempita lampu kota, pergi berhaji dan harus menginap di salah satu hotel bintang 6 di sebelah pintu 21 Masjid Nabawi.
Setelah tiba gilirannya pergi ke kamar yang berada di lantai belasan, sang kakek pun pergi menuju lift.
Karena melihat lantai lift yang bersih, sang kakek berinisiatif melepas sandalnya dan masuk ke dalam lift.
Sesampainya di lantai yang dituju, sang kakek kaget bukan kepalang dan melapor ke salah satu petugas.
Petugas: "kenapa kek?"
Kakek: "Tadi saya taruh sandal di depan pintu ini, kok sekarang sudah hilang?!"
Petugas: #*@-$+$#6#*#
Disadur dari cerita asli yang dikisahkan Dodi, Petugas Sektor 1 Madinah 2019.
@dmbagas - Madinah, 20 Juli 2019
0 notes
Text
PRODUSEN! 089-626-969-369 Produsen Jual Harga Harga Lampu Hias Masjid Di Mataram Sumatera Selatan Musi Banyu Asin Empat Lawang Lahat
PRODUSEN! 089-626-969-369 Produsen Jual Harga Harga Lampu Hias Masjid Di Mataram Sumatera Selatan Musi Banyu Asin Empat Lawang Lahat
Produsen Jual Harga Harga Lampu Hias Masjid Di Mataram Sumatera Selatan Musi Banyu Asin Empat Lawang Lahat Kami adalah Produsen, Jual, Harga, Pusat, Pengrajin, Grosir, Toko, Lampu Dinding Masjid, Lampu Di Masjid Nabawi, Desain Lampu Masjid, Dekorasi Lampu Masjid, Toko Lampu Gantung Masjid Di Jakarta, Lampu Gantung Masjid Kubah Emas, Lampu Gantung Masjid, Lampu Gantung Masjid Minimalis, Lampu…
View On WordPress
#089626969369#Dekorasi Lampu Masjid#Desain Lampu Masjid#Lampu Bentuk Masjid#Lampu Di Masjid Nabawi#Lampu Dinding Masjid#Lampu Gantung Buat Masjid#Lampu Hias Bentuk Masjid#Lampu Masjid#Lampu Masjid Chandelier#Lampu Masjid Kuningan#Lampu Masjid Madinah#Lampu Masjid Nabawi#Lampu Masjid Tembaga#Lampu Robyong#Toko Lampu Gantung Masjid Di Jakarta
0 notes
Photo
Kebijakan Umar dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar bin Khaththab banyak melakukan kebijakan-kebijakan baru terkait berbagai bidang kehidupan. Ada pembagian administratif wilayah daulah Islam, lembaga-lembaga negara, jawatan pajak, jawatan pengadilan, lembaga konsultasi hukum, jawatan militer, perbendaharaan negara, pembangunan kota-kota, masjid, dan madrasah-madrasah, jawatan keagamaan dan wakaf, hingga undang-undang pengaturan non muslim dan pembebasan tradisi perbudakan.
Kebijakan Pendidikan dan Pengajaran
Pada masa pemerintahannya, Umar menerapkan kebijakan untuk mengajarkan dan menyebarkan Al-Qur’an ke seluruh pelosok negeri. Umar mendirikan madrasah-madrasah tempat belajar Al-Qur’an, hadits, fiqih, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Di madrasah-madrasah tersebut para siswa diharuskan menghafal sedikitnya lima surat Al-Qur’an, yaitu Al-Baqarah, An-Nisa, Al-Hajj, An-Nur, dan Al-Maidah.
Umar menunjuk beberapa sahabat untuk mengajar hadits dan fikih, seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, Mu’adz bin Jabal, Abu Darda, Ubadah bin Shamit, Imran bin Hashin, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abu Thalib, dan Aisyah binti Abu Bakar.[1]
Dalam kitab Al-Majma’ (9/291) disebutkan bahwa pada masa Umar dibangun madrasah Makkah, dengan guru besarnya Abdullah bin Abbas; madrasah Madinah, dengan guru besarnya Zaid bin Tsabit; madrasah Bashrah, dengan guru besarnya Anas bin Malik dan Abu Musa Al-Asy’ari; madrasah Kufah, dengan guru besarnya Abdullah bin Mas’ud; madrasah Syam, dengan guru besarnya Mu’adz bin Jabal dan Abu Darda; dan madrasah Mesir, dengan guru besarnya Uqbah bin Amir dan Amr bin Ash.
Kebijakan Pembangunan Masjid
Umar memerintahkan kepada Abu Musa Al-Asy’ari, Gubernur Bashrah, untuk membangun masjid besar di pusat kota, juga membangun sebuah masjid bagi setiap kampung dan suku. Ia juga memerintahkan kepada Sa’ad bin Abi Waqqas, Gubernur Kufah, dan Amr bin Ash, Gubernur Mesir, juga kepada para wali di sepanjang wilayah Syam.
Pada masa pemerintahan Umar dilakukan pula perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ia memerintahkan pula pengadaan lampu penerang yang digantungkan di masjid-masjid dan madrasah, di seluruh kota dan wilayah, memberinya wewangian, serta mengalasinya dengan tikar.
Kebijakan Kesehatan Masyarakat
Musthafa Murad dalam bukunya Umar ibn Al-Khaththab menyebutkan bahwa Umar sangat memperhatikan hak kesehatan rakyat. Ia banyak mendirikan klinik dan rumah sakit serta memberikan pelayanan kesehatan.
Kebijakan Pembagian Wilayah Administratif
Umar membentuk beberapa departemen kenegaraan dengan segala prosedurnya. Umar membagi administrasi negara menjadi unit-unit berupa iqlim (provinsi) dan distrik: Makkah dan Madinah (mewakili seluruh wilayah Semenanjung Arabia), Jazirah, Kufah, dan Bashrah (mewakili seluruh wilayah Irak), Khurasan, Azerbaijan, Fars (mewakili seluruh wilayah Persia), Suriah dan Palestina (mewakili seluruh wilayah Mediterania Timur), dan Mesir (termasuk Afrika Utara).[2]
Struktur pemerintahan di setiap provinsi adalah Wali (gubernur), Katib (sekretaris wilayah), Qa’id (perwira militer), Shahibul Kharaj (dinas perpajakan) yang merangkap menjadi ‘Amil (petugas zakat), shahib baitul mal (pejabat keuangan negara), dan Qadhi (kepala dinas kehakiman).[3]
Kebijakan Pemisahan Antara Eksekutif dan Yudikatif
Umar melakukan pemisahan antara Eksekutif (kekhalifahan dan ke-wali-an) dan Yudikatif (qadhi). Pada masa pemerintahan Abu Bakar, khalifah dan para pejabat administratif merangkap jabatan sebagai qadhi atau hakim. Awalnya Umar mengadopsi rangkap jabatan tersebut, tetapi seiring dengan perkembangan kekuasaan kaum muslimin, dibutuhkan mekanisme administratif yang mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan yang baik. Ketika itulah Umar memisahkan antara kekuasaan ekekutif dan yudikatif.
Pemisahan tersebut ditandai dengan diangkatnya wulat (gubernur), ahlul halli wal aqdi (lembaga yang menetapkan penyelesaian dan kesepakatan), pendirian pengadilan, pengangkatan qadhi (hakim).
Di antara para gubernur yang terkenal adalah Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Salman bin Ruba’iah, Qais bin Abil Ash, Ya’la bin Umayyah (gubernur Yaman), Mughirah bin Syu’bah (Kufah), Mu’awiyah bin Abi Sufyan (Syam), Utsman bin Abil Ash (Bahrain dan Oman), Abu Musa Al-Asy’ari (Bashrah), dan Umair bin Sa’ad (Emessa/Homs).
Ahlul Halli wal Aqdi
Umar mengembangkan struktur Ahlul Hall wal ‘Aqdi (kumpulan anggota majelis syura yang terdiri dari ulama dan cendekiawan). Pemilihan anggotanya dilakukan dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu telah mengabdi di dunia politik, militer, dan misi Islam selama 8-10 tahun, serta mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai hukum Islam dan Al-Qur’an.
Pada masa Umar, ahlul hall wal aqdi terbagi menjadi beberapa lembaga:
Majelis Permusyawaratan yang terbagi menjadi tiga divisi. Pertama, Dewan Penasihat Tinggi yang terdiri atas sahabat-sahabat terkemuka dan terpercaya seperti Abdurrahman Ibn Auf, Muadz bin Jabal, Ubay Ibn Ka’ab, Zaid Ibn Tsabit, dan Thalhah Ibn Zubair. Kedua, Dewan Penasihat Umum yang berasal dari sahabat-sahabat Anshar, Muhajirin, dan para pemuka suku. Mereka bertugas membahas masalah-masalah mengenai kepentingan umum. Ketiga, Dewan Penasihat Tinggi dan Umum yang membahas masalah-masalah khusus.
Al-Katib atau sekretaris Negara, salah satu pejabatnya adalah Abdullah Ibn Arqam.
Nidzam al-Maaly (Lembaga Perbendaharaan) yang mengatur masalah pemasukan keuangan dari ghanimah, jizyah, kharaj, dan lain-lain.
Nidzam al-Idary (Lembaga Administrasi) yang bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat. Pada lembaga ini terdapat diwanul jund (ketentaraan) yang mendistribusikan gaji kepada pasukan perang dan pegawai pemerintahan.
Lembaga Kepolisian dan Keamanan.
Lembaga Keagamaan dan Pendidikan.[4]
Kebijakan Permusyawaratan Terbuka
Untuk menentukan pemegang jabatan-jabatan penting yang telah disebutkan di atas Umar melakukan permusyawaratan terbuka yang anggotanya merupakan perwakilan dari khalayak. At-Thabari menjelaskan cara kerja para anggota majelis tersebut, yaitu dengan menyeru kepada khalayak umum dengan berkeliling ibu kota secara rutin, lalu memanggil rakyat untuk shalat berjama’ah di masjid ibu kota. Setelah selesai shalat, anggota majelis akan menaiki mimbar dan menyerukan kepada masyarakat agar menyampaikan masalah yang perlu dibicarakan sekaligus mencatat masalah-masalah tersebut untuk disampaikan kepada Umar. Umar kerap turun langsung dan menaiki mimbar untuk mendengarkan setiap keluhan rakyatnya sekaligus menyelesaikan permasalahan bersama.
Dalam forum tersebut, pendapat orang-orang yang tidak selaras dengan Amirul Mu’minin sekalipun tetap dicatat dan disampaikan dengan baik. Para wanita, anak-anak, orang tua, dan non muslim diberi hak penuh dalam syura. Yusuf Ibn Ya’qub Al-Majasyun menuturkan bahwa Umar sering mengundang anak-anak kecil untuk dimintai pendapat terkait penyelesaian masalah. Umar melakukan hal itu untuk mengasah pikiran anak-anak.[5]
Kebijakan Pembangunan Pusat Perbendaharaan Negara
Sekitar tahun ke-15 Hijriyah, Umar membawa uang 500.000 dirham ke Madinah. Para sahabat dikumpulkan untuk bermusyawarah mengenai uang tersebut. Sebagian sahabat berpendapat, uang itu dibagikan ke masyarakat. Namun, Walid bin Hisyam berpendapat uang itu sebaiknya disimpan di lembaga perbendaharaan negara. Umar menyambut usulan Walid. Maka, ditunjuklah seorang arsitek terkenal beragama Majusi bernama Ruzbih untuk membangun pusat perbendaharaan tersebut di Madinah dan kota-kota lainnya. Kelak bangunan ini dikenal dengan nama baitul mal. Pada perkembangan selanjutnya, bangunan ini dijaga oleh sejumlah tentara.
Umar juga mengangkat para pengelola dan pengawas lembaga keuangan negara, diantaranya adalah Abdullah bin Arqam, Abdurrahman bin Ubaid Al-Qari, dan Mu’iqib—sahabat yang dikenal sebagai juru cap Rasulullah.
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Umar melarang membagikan seluruh harta rampasan perang Sawad-Irak. Harta tersebut disimpan dan dikelola di baitul mal untuk kepentingan umat.[6]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa selepas penaklukan Bahrain, pasukan muslim mengirim harta rampasan perang sebanyak 5.000 dirham. Umar lalu mengumpulkan masyarakat untuk membagi harta tersebut. Ia lalu berkhutbah di atas mimbar. Di tengah khutbahnya, seseorang berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, saya melihat bangsa-bangsa lain memiliki diwan untuk pembelanjaan harta negara mereka.”
Umar menyetujui pendapat orang tersebut, dan dibuatlah sistem tadwinud diwan untuk mengelola perputaran uang di baitul mal.[7]
Kebijakan Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan Kota
Pada masa Umar, kota-kota dibangun, dimulai dengan membangun masjid dan saluran air untuk pengadaan air minum. Baru kemudian dibangun bangunan-bangunan pemerintahan. Beberapa kota yang dibangun pada masa Umar diantaranya:
Pertama, Bashrah. Kota terbesar di Irak ini diambil alih oleh kaum muslimin di bawah komando Uthbah bin Ghazwan dari bangsa Sasania pada 636 M. Awalnya kota ini bernama Vahestabad Ardasir, lalu diubah oleh Uthbah menjadi Al-Bashrah artinya “menyaksikan” atau dalam bahasa Persia berarti “jalan raya yang banyak dilalui orang”.
Umar membangun wilayah tersebut pada tahun 14 – 15 H. Arsiteknya Uthbah. Disana dibangun saluran air dari Kufah ke Bashrah yang bersumber dari sungai Tigris. Hal ini membuat populasi di Bashrah meningkat pesat.
Awalnya Bashrah adalah padang sahara. Tanahnya berkerikil, tetapi penuh rumput dan air. Maka Uthbah membangunnyadengan membagi daerahtersebut menjadi perkampungan untuk setiap suku dan membangunrumah-rumah kecil dari lumpur dan jerami untuk dihuni. Namun, kota tersebut dilanda kebakaran pada 17 H. Maka, atas seizin khalifah rumah-rumah dibangun dengan bata dengan syarat satu rumah tidak lebih dari 3 kamar.
Kedua, Kufah.[8] Kota tua di timur laut Najaf ini awalnya dihuni bangsa Mesapotamia. Pada masa pemerintahan Sassania, Kufah merupakan kota bagian dari Provinsi Suristan. Kota ini ditaklukkan kaum muslimin di bawah komando Sa’ad bin Abi Waqqash dalam pertempuran di Yarmuk.
Cetak biru pembangunan Kufah dibuat langsung oleh Umar. Pembangunannya dimulai pada 17 H. Perumahan dibangun untuk menampung 40.000 orang, sedangkan orang-orang Arab disediakan perkampungan terpisah yang diawasi oleh Hayaj bin Malik. Umar pula yang menentukan lebar-lebar jalan di Kufah: jalan utama 40 hasta, jalan pertengahan 30 hasta, jalan penunjang 20 hasta, dan jalan-jalan setapak selebar 7 hasta.
Masjid didirikan di atas tanah lapang yang tinggi dan dapat menampung 40.000 jama’ah. Sementara daerah-daerah sekitar masjid dikosongkan dan menjadi wilayah terbuka. Di depan masjid dibangun serambi dengan pilar-pilar yang diambil langsung dari istana Kisra. Pilar-pilar tersebut ‘dibeli’ oleh Umar dengan memberikan keringanan jizyah kepada warga Majusi sesuai dengan taksiran harga pilar-pilar tersebut.
Di kota ini Umar juga membangun pusat perbendaharaan negara yang didesain oleh Ruzbih. Pembangunan infrastruktur serta fasilitas publik lainnya semakin menghidupkan Kufah. Bahkan, kota tersebut mencapai puncak kejayaannya hingga Umar menyebutnya puncak Islam. Dengan segela kelengkapannya, ketika itu Kufah menjadi pusat kekuatan Arab.
Ketiga, Fustath. Sesaat setelah pasukan muslim yang dikomandoi Amr bin Ash menaklukkan kota Memphis di lembah sungai Nil, Khalifah Umar melarang pasukan Islam menduduki satu bangunan atau sejengkal tanah milik penduduk kota. Sebaliknya, ia memerintahkan Amr mendirikan tenda di tanah kosong di samping perkampungan. Pendirian tenda inilah asal mula penamaan Fusthath, yang berarti tenda besar.
Fusthath yang awalnya hanyalah tanah kosong yang membentang antara sungai Nil dan bukit Muqattahm, tetapi di bawah kepemimpinan Amr, wilayah itu menjadi ibu kota pertama Mesir. Disana didirikan masjid besar, yaitu Masjid Amr bin Ash. Panjangnya 45 meter. Lebarnya 30 meter. Pintu gerbangnya tiga, salah satunya mengarah ke gedung pemerintahan.
Masjid Amr bin Ash merupakan masjid jami’ pertama yang dibangun di wilayah Afrika. Pembangunan masjid menjadi prioritas utama, karena fungsinya bukan sekedar tempat ibadah, melainkan juga pusat pemerintahan, pusat informasi, sarana pendidikan, dan lain sebagainya.
Tanah kosong ini berkembang pesat seiring dengan kebijakan transmigrasi oleh Amr. Dengan segera Fusthath menjadi pusat perdagangan yang baru, menyaingi Iskandariah dan Memphis. Perkembangan Fusthath tidak saja menjadi kebanggaan kaum muslim, tetapi juga penduduk asli, bangsa Koptik, dan orang-orang Romawi yang tinggal disana. Mereka dibebaskan memeluk agama yang mereka yakini dengan syarat membayar jizyah. Mereka juga diperkenankan oleh Amr untuk turut mengurus administrasi negara. Bahkan, di lingkungan Koptik, Amr menyediakan sebidang tanah untuk dikelola dan hasilnya boleh digunakan untuk memperbaiki gereja, membuat pemandian, jalan, dan sebagainya.
Fustath berkembang menjadi kota yang nyaman. Kemajuannya turut berperan menjadikan Mesir sebagai salah satu pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
*****
Umar bin Khatthab membentuk lembaga yang bertanggung jawab atas pembangunan dan pemeliharaan fasilitas publik yang disebut Wazaratun Nafi’ah. Lembaga ini bertanggung jawab atas pembangunan dan pemeliharaan gedung pemerintah, saluran air, jalan, jembatan, dan rumah sakit.
Pembangunan Saluran Air
Pembangunan saluran air yang dapat mendukung sektor pertanian menjadi salah satu pusat perhatian Umar. Saluran air yang dibangun pun digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat dan sebagai jalur transportasi alternatif.
Beberapa saluran air yang dibangun pada masa Umar adalah:
Pertama, Saluran Abu Musa. Nama ini diambil dari nama Gubernur Bashrah yang tengah menjabat, yaitu Abu Musa Al-Asy’ari. Panjangnya 15 km, digali memotong dari Tigris dialirkan ke Bashrah sehingga kebutuhan air di setiap rumah di Bashrah dapat dipenuhi dengan baik. Sebelum saluran air ini dibangun, masyarakat Bashrah harus berjalan sejauh 10 km untuk mendapatkan air minum.
Kedua, Saluran Sa’ad. Sebelumnya, penduduk Anbar telah meminta kepada kekaisaran Persia untuk membuat saluran air. Namun permintaan tersebut baru terpenuhi pada masa pemerintahan Umar. Atas perintah Gubernur Kufah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’ad bin Umar kemudian memimpin pembuatan saluran air ke Kufah. Proyek tersebut sempat terputus karena penggalian terhalang oleh gunung, lalu kembali diteruskan dan diselesaikan oleh Hajjaj.
Ketiga, Saluran Amirul Mu’minin. Inilah saluran terbesar dengan fungsinya yang strategis. Saluran air ini menghubungkan Sungai Nil dan Laut Merah. Pembangunannya dilakukan atas perintah langsung Umar untuk mengatasi kelaparan yang tengah melanda Arab. Selanjutnya saluran ini berfungsi sebagai jalur transportasi yang sangat menguntungkan bagi perniagaan Mesir.[9]
Pendirian Bangunan Penunjang Pemerintahan
Pemerintahan Umar bin Khatthab mendirikan bangunan-bangunan penunjang pemerintahan. Secara garis besar ada tiga jenis bangunan yang didirikan:
Pertama, ‘imarah diniyyah (bangunan keagamaan). Tercatat lebih dari seribu masjid yang didirikan pada masa Umar. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Umar telah memerintahkan Abu Musa Al-Asy’ari membangun masjid jami’ di pusat kota dan mendirikan satu masjid di setiap perkampungan. Perintah yang sama diberikan kepada Sa’ad bin Abi Waqqash dan Amr bin Ash. Umar juga memperluas wilayah Ka’bah, karena kapasitasnya sudah tidak mampu menampung jama’ah yang beribadah di sana. Umar membeli rumah-rumah di sekitar Ka’bah untuk memperluasnya.Perluasan Ka’bah ini kemudian diikuti dengan perluasan Masjid Nabawi di Madinah.
Kedua, ‘imarah harbiyyah (bangunan militer). Umar membangun jund (pusat militer), benteng, asrama, dan barak. Pusat-pusat militer ini tersebar di hampir seluruh wilayah kekuasaan Umar, yaitu Madinah, Kufah, Bashrah, Moshul, Fustath, Damaskus, Urdan, dan Palestina.
Fasilitas jund adalah barak pasukan, kandang-kandang kuda berkapasitas 4.000 ekor kuda khusus bercap jaish fi sabilillah—tentara di jalan Allah, dan gedung-gedung makanan untuk perbekalan para prajurit.
Ketiga, ‘imarah madaniyyah (bangunan sipil). Pusat administrasi atau darul amarat terdiri dari tempat tinggal dan kantor pejabat-pejabat provinsi dan distrik, tempat penyimpanan catatan-catatan resmi (diwan), gedung-gedung perbendaharaan negara (baitul mal), penjara, dan rumah tamu untuk digunakan para pendatang dari luar Madinah.[10]
Fasilitas-fasilitas di atas ditunjang pembangunan jalan dan jembatan. Pembangunanjalan dan jembatan ini merupakan buah dari perjanjian-perjanjian yang disepakati oleh rakyat di berbagai daerah. Biaya dan pengawasan pembangunannya pun ditanggung oleh rakyat di setiap daerah penaklukan.
Namun, pembangunan di Madinah merupakan instruksi langsung dari Umar. Karena sering didatangi jama’ah haji, jalan-jalan menuju Madinah banyak yang rusak dan tidak ada penampungan air. Maka, pada 17 H, Umar memerintahkan agar jalan diperbaiki, tempat-tempat berteduh antara Makkah dan Madinah dibangun, sumur-sumur tersumbat dibersihkan, dan sumur-sumur baru digali. Semua dilakukan agar ibadah haji dapat dijalankan dengan baik.[11]
Catatan Kaki:
[1] Siar A’lamun Nubala, Juz 2.
[2] At-Thabari, at-Tarikh, hal. 2407
[3] At-Thabari, at-Tarikh, hal. 2647
[4] Al-Faruq Umar Al-Akbar, Maulana Syibli Nu’mani
[5] Disampaikan oleh Ibnu Abdul Barr, dalam Jami’ Bayan Al-‘Ilm, hal. 251, juga Manaqib Umar, hal. 182
[6] Abu Yusuf, Al-Kharaj (hal. 23, 24); Abu Ubaid, Al-Amwal (hal. 58, 59).
[7] Al-Baihaqi (6/354), Ibn Sa’ad (3/219).
[8] Kufah adalah kota yang sangat menyenangkan dan hanya berjarak 3 km dari sungai Eufrat. Orang-orang menjulukinya khaddul adzra (pipi tersayang), karena keindahannya. Di tanah ini, bunga-bunga daisy, kalanit, levender, dan tulip bermekaran bagaikan permadani.
[9] Al-Baladzuri, Futuhul Buldan, dan As-Suyuthi, Husnul Muhadharah, hal. 93 – 94.
[10] Al-Baladzuri, Futuhul Buldan, hal. 347.
[11] Ibid, hal. 357.
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2019/02/11/kebijakan-umar-dalam-berbagai-bidang-kehidupan/
0 notes
Text
Aku dan engkau dalam ranah berpikirku.
Sekujur tubuh tak kuat menahan letih yang menghampiri. Aku terseok-seok melangkahkan kaki di jalanan paling luas di sudut kota Madinah yang sangat indah itu. Berbagai panorama lampu kerlip terlihat sembunyi-sembunyi menerangi gelapnya langit arab pada dini hari. Suhu dingin yang mencapai 4 derajat celcius tak ubahnya sebagai letupan-letupan kecil listrik yang menyengat kulit tubuhku. Sangat indah. Sangat eksotis.
Ditengah semaraknya lingkungan yang kurang bersahabat, Aku tetap berjalan menyusuri deretan pepayungan indah Masjid Nabawi yang masih tertutup. Berjalan lurus menuju salah satu pintu masuk masjid sembari melantunkan doa dan sholawat atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Didalam, terlihat banyak sekali ukiran megah bernuansa arab memenuhi langit-langit masjid. Deretan galon air minum berisi zam-zam dingin nampak menghiasi lorong-lorong masjid yang lengang. Rak-rak berisi Al-qur'an juga menempel kuat secara melingkar di seluruh tiang penyangga masjid. Di dekat salah satu tiang tersebut, nampak seorang ibu dengan khusyuk memperdengarkan anak perempuannya yang sedang membaca lirih Al-Qur'an, kitab suci umat islam.
Tak terasa, kakiku berhenti disalah satu sudut masjid. Tepat di shaf terdepan diatas deretan karpet merah lembut nan tebal untuk mengawali dini hari dengan ibadah. Penuh penghayatan. Penuh kekhusyukan.
Kujalani hariku kembali dengan lambat, melalui kebiasaan lamaku yang sangat kurang kerjaan, merenung. Aku sibuk memikirkan berbagai kemungkinan yang sangat tidak rasional dan bizzare bagi beberapa orang yang kurang begitu paham tentangku. Saat ini aku akan berbicara tentang probabilitas, tentang berbagai kemungkinan.
Aku mengambil kertas dan pena, serta sekotak jus jeruk manis favoritku dari ransel hitam yang selalu kubawa kemana-mana. Ransel yang telah lama mengingatkanku tentang perjuangan masa-masa SMA yang begitu membahagiakan. Disaat semua masalah sekiranya terasa begitu mudah untuk terselesaikan. Aku mulai menyesap dalam diam bulir-bulir jeruk yang terasa dengan cepat masuk ke kerongkongan. Mataku tetap terfokus ke depan, melihat berbagai gerakan di kiri dan kanan.
Gerakan tanganku semakin cepat. Merekam segala jejak memori dalam bentuk gambaran abstrak yang kurang begitu terinci makna letterlejk-nya. Aku lebih suka menggambarkan segala makna dengan angka. Membuat goresan sambung menyambung penuh warna, tanpa mengurangi sisi seni dalam proses pengerjaannya.
Sepertinya kali ini berbeda. Aku sengaja atau tidak sengaja menambahkan satu buah titik disisi angka satu paling kanan diluar lingkaran kecil lucu yang aku gambar. Tak biasanya aku menambah-nambah. Bahkan biasanya aku mengurang-ngurang. Mengurang-ngurang takut akan perfeksionisme yang tak akan kunjung tercapai. Akupun memulai lagi goresan penaku. Kali ini sama, aku dengan sengaja atau tidak sengaja menambahkan sebuah koma tepat diujung angka tujuh didalam gambaran polihidral abstrak diujung kertas putih yang sedang aku pegang.
Anehnya lagi, aku begitu puas. Kupegang kertas didepanku dengan pandangan bahagia bukan kepalang. Sekotak jus jeruk telah habis kuminum sedari tadi. Terlihat gambaran warna-warni beragam memenuhi kertas putih yang sedang kupegang. Sudut demi sudut mencoba berbicara satu sama lain melalui jarak yang tergambar dengan jelas disana. Lengkung-lengkung indah juga memaknai beragam keinginan dan kebatinan disana. Aku dan engkau sangat tergambar jelas, melalui komanya aku dan titiknya engkau. Kita masih berada dalam satu ranah yang sama. Awalan kertas berwarna putih tanpa goresan tinta warna-warni yang akhirnya akan bertemu menjadi satu, seakan-akan sebuah kemungkinan paling kecil sengaja ditakdirkan untuk terjadi diantara kita.
.
Jikalau engkau ingin tau, aku sedang berbicara tentang bedanya aku dan seragamnya engkau. Dengan garis pemisah tak kasat mata diantara kita. Warna membuatnya menjadi lebih hidup. Coretanpun membuatnya mulai memiliki suara. Akarku pun sedikit tergugah. Antar egonya aku dan fanatiknya engkau, mengapa begitu susah untuk memulai dan mencoba mengungkap? Jikalau itu membuatnya berjalan ritmik nan indah berdampingan, aku pun akan segan menorehkan warna-warna diantara kabut kelabu yang tercipta dalam bayang-bayang keputusasaan.
Jikalau saja itu terjadi... Batinku akan selalu tenteram melihat sebuah pencapaian besar diungkap oleh zaman. Iya, engkau. Engkau dan aku ditengah kesadaran.
mas.war
Solo, 17 Desember 2016. 03.36
0 notes