Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kejarlah sempurna, menjauh dari kejaran cela
Kejarlah hidup, padahal di garis ujung sudah ditunggu maut
Teruslah berlari, berlari dan berlari
Kejarlah masa depan, jangan sampai tersusul masa lalu
Kejarlah lega, jangan terkecoh resah
Kejarlah bahagia, sampai sedih berputus asa
Kejar semua
Kejar!
@dmbagas - Rumah, 22 Okt 2020
0 notes
Text
Mengingat
Menjadi manusia adalah hal terbaik yang dianugerahkan Tuhan kepada saya. Karena dengan begitu Tuhan memberikan kemerdekaan sepenuhnya bagi saya untuk memilih apapun, dengan segala konsekuensi tentunya.
Teringat waktu itu saya harus memutuskan memutuskan agar hal baik di hidup saya terus berjalan. Padahal yang terjadi, tidak lebih baik dari sebelumnya. Mengorbankan sesuatu dan mengambil keputusan salah adalah hal lumrah yang terjadi dilakukan kita, sebagai manusia. Dengan harapan, kita tidak terjebak di kondisi yang sama.
Termasuk ketika hamba Allah memutuskan diputuskan, adalah hal terbaik yang pernah saya rasakan. Karena sebanyak apapun cerita yang sudah ditulis, kita hanyalah manusia yang diberikan kemampuan untuk memilih dan dipilih. Sesederhana itu.
Doa kami, bersama dalam prasangka Tuhan.
Pada akhirnya,
Sekuat apapun berjuang, pergilah jika sudah tak dibutuhkan.
Sebesar apapun berharap, mengalahlah jika memang sudah tak diinginkan.
Namun bukan tidak berdaya,
Semoga kepergian menjadi penguat yang akan datang.
@dmbagas - Banyuwangi, 4 Maret 2020
0 notes
Text
Let It Be
Adalah judul besar dri acara "nongkrong" yang saya hadiri bersama ust Hanan Attaki pagi tadi.
Let it be bisa juga kita sebut dengan ridho, atas segala ketentuanNya untuk kita.
Dari kurang lebih dua jam kami duduk bersama tadi, pembahasan bab "Let It Be" hanya mengambil waktu sekitar setengah jam terakhir. Di awal kami hanya membicarakan tentang hal-hal mudah yang Allah berikan secara cuma-cuma kepada kita.
Setelah itu, ustadz menjelaskan bagaimana sepatutnya kita rela atas segala hal, kebaikan ataupun kejelekan kita.
"Allah tahu dosa kita, Allah hanya ingin kita mengakui dan meminta ampun untuk itu", begitu kurang lebih beberapa potongan kalimat beliau.
Dalam proses penyembuhan ini, saya pikir kegiatan tadi sangat membantu untuk kembali bangkit, kembali percaya diri dan melanjutkan perjalanan kita yang sempat terhambat.
Let it be, semoga Allah melapangkan hati kita untuk selalu ridho atas ketentuan dan menetapkan iman dalam hati kita.
@dmbagas - Depok, 23 Februari 2020
0 notes
Text
Yakin
Suatu ketika saya berdiskusi dengan ibu perihal jodoh, yang menjadi keraguan saya waktu itu adalah, "Ma, jodoh itu tujuan atau proses?" Apakah ia menjadi sebuah tujuan yang berakhir dengan menikah, misalnya, tapi banyak orang yang bercerai dan berarti mereka tidak berjodoh? Ataukah ia sebagai proses yang selama sepasang itu berkomitmen bersama, meskipun mereka tidak menikah, berarti mereka berjodoh?
Kami terdiam cukup lama, "yang penting dari kita adalah tidak melanggar komitmen yang sudah dibuat bersama pasangan kita" kurang lebih, begitu jawaban ibu.
Yang saya tangkap dalam pembicaraan kami adalah kita tidak bisa mengartikan hal ini dengan memilih salah satu dari dua pilihan, jawaban yang paling memungkinkan adalah bisa saja jodoh adalah sebuah proses untuk mencapai tujuan.
Suatu ketika, wanita "incaran" Salman Al-Farisi lebih memilih Abu Dzar Al-Ghifary untuk menjadi suaminya. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Salman Al-Farisi, sebagai manusia biasa, saya pikir beliau juga merasakan kegalauan akibat ditolak, akan tetapi keyakinan beliau lebih kuat sampai akhirnya ia serahkan seluruh mahar yang sudah ia siapkan sejak lama kepada sahabatnya, Abu Dzar Al-Ghifary.
Maka sepatutnya kita menjadikan beliau tauladan dalam menyikapi kegalauan apapun dalam hidup, terutama masalah jodoh.
Jika memang tidak berakhir baik, artikan saja "oh, kita pernah berjodoh" selagi kita menguatkan hati untuk bisa menerima yang lain. Bagus, jika berakhir seperti yang kita inginkan.
Adapun tentang doa kita untuk "si jodoh" yang belum terkabul, jangan sampai sedikitpun mengurangi anggapan kita kepada Tuhan.
Yakin saja, Tuhan sedang menyiapkan jalan terbaik bagi kita, entah itu dari kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang, atau bahkan mungkin kita diminta untuk berhenti sejenak, sampai masalah itu menyingkir dengan sendirinya agar kita bisa melanjutan perjalanan.
Selamat bersemangat dan tidak menyerah.
@dmbagas - Cirendeu, 9 Feb 2020
0 notes
Text
Berdamai
Banyak yang bertanya, "apa arti masalah?" "Mengapa masih bisa tertawa dan menertawakan?" Karena setiap mereka melihat saya, seperti tidak ada yang berubah, tetap tampak bahagia.
Baik, bukan rahasia lagi, jika saya sekarang masih menata hati lagi akibat kekacauan yang saya buat sendiri. Dan bagaimana cara saya agar terlihat tidak terjadi apa-apa adalah,
Yang pertama, segala hal buruk yang terjadi dalam hidup adalah energi negatif yang dipaksakan masuk ke dalam bagian diri kita. Namun, kita harus berusaha mengubah energi tersebut dan mengembalikannya keluar dalam energi positif. Bahkan, dengan sikap terkecil sekalipun. Membuat orang tertawa, misalnya.
Yang kedua, bagi saya, tampil bahagia bukanlah sesuatu yang dipaksakan seperti kita memakai topeng, tapi ialah sebuah laku untuk menghasilkan energi baik yang lain, bahkan itu adalah sebuah keniscayaan.
Contoh, ketika kita bernafas, kita akan menghasilkan seuatu yang baik, oksigen dalam darah terbarui, kita merasa lega dan pastinya kita bisa melanjutkan hidup. Tapi tahukah anda bahwa dalam satu hirup nafas, kita "memperkerjakan" enam organ sistem atas dan sembilan organ sistem bagian bawah, jadi ada total 15 organ yang berpacu agar satu tarikan nafas sempurna terpenuhi!
Apa kita merasa lelah? Bagi manusia normal, tentu tidak. Karena kita tahu jika tidak kita lakukan akan menjadi masalah dan jika kita lakukan, tentunya akan menghasilkan energi sesuai yang kita inginkan.
Begitupula dengan tampil bahagia, bukan sebuah usaha berat jika hasilnya akan memberikan energi yang baik untuk setiap aktifitas kita.
Dan yang memiliki kendali atas itu semua bukan siapapun, tapi diri kita sendiri.
Pada akhirnya, setiap orang memiliki masalahnya masing-masing.
Oleh karena itu, selamat berdamai dengan masalah, selalu berbahagia dan membahagiakan. 😉
@dmbagas - Depok, 3 Februari 2020
0 notes
Text
Berpositif
Adalah suatu aktifitas untuk mengembalikan kepercayaan diri anda setelah terpuruk.
Termasuk berdamai dengan keadaan yang memaksa anda untuk menjadi bersalah.
Bukan sebagai kambing hitam, hanya saja anda adalah kemudlaratan yang paling berat atau manfaat yang paling sedikit, sehingga perlu dilepaskan.
Tidak perlu menyalahkan siapapun, karena kita hidup dalam paradoks yang begitu rumit.
Sehingga kesan hitam dan putih tidak boleh langsung anda simpulkan.
Tuhan menciptakan makhluk lain untuk bersepakat, sehingga tidak usah merasa terasingkan, anda hanya perlu berjalan sebentar untuk menemukan yang sepemikiran agar pondasi kepercayaan diri anda kembali tersusun.
Setelah itu, kembalilah berpetualang.
Menjadi manusia yang damai itu mudah.
Tidak perlu melupakan pahit, karena anda akan peka rasanya jika suatu saat berjumpa lagi.
Tidak perlu menanggalkan kenangan, karena setinggi apapun anda sekarang, langkah anda ditopang oleh kenangan tersebut.
Beristirahatlah, masih banyak yang lebih berkorban dari anda.
Membumilah, masih banyak yang lebih tak berdaya dari anda.
Tentang waktu yang telah berlalu, semoga menemukan kebahagian.
Tentang aku dan masa depanku, mari berbahagia.
@dmbagas - Kairo, 25 Januari 2020
5 notes
·
View notes
Text
Bercengkrama
Suatu ketika sang pelantun bergumam dalam suatu seruput kopinya, "kasihan sekali lelaki itu yang tak tahu kemana harus pulang".
Lalu ia melihat ke sekeliling dan pikirannya berbesit, "melepas, adalah cara terbaik untuk tidak menyakiti"
Dengan menggebu-gebu si pengkhayal menjawab, "Mengapa tidak dipertahankan saja, karena dengan begitu kalian akan bisa selamanya"
Si berpeci menyahut, "Tuhan tahu mana yang terbaik, yang berlalu tinggalkan. Dan fokus kepada orang-orang yang ingin tuan bahagiakan"
Si empati melanjutkan, "betul, dia sudah ditempa pengalaman, sekarang emosi dan realistis yang sedang mengambil alih. Biarkan ia, tuan, pedulilah dengan cara yang lain."
Si pesimis tak ingin kalah "bagaimana jika ia merindukanmu juga, tuan? ingin kembali tapi kalah sikap dari benak yang lain?"
Si egois berseloroh "kalau aku jadi dia, tak akan mungkin ku katakan karena akan membuatku terlihat lemah"
Si optimis menjawab "tunggulah! Aku yakin dia akan berubah pikiran dan kembali pada tuan."
Si pesimis menimpali, "tapi, bukankah dia sudah bersama yang lain? Lelaki antah berantah yang tak setenang tuan dalam menjaganya"
Si tenang menengahi, "tarik napas dalam-dalam, jangan mengecoh tuan kita, kenangannya terlalu dalam.... dan ."
Si pemarah memotong pembicaraan, "hapus saja kenangannya jika begitu! Cuihhhh, tak sudi jikapun dia kembali mengingat hampir saja kita mati dibuatnya."
Si tenang menjawab, "tapi, bukankah kenangan juga yang membuat kita masih hidup? Dengan ritual bodoh tuan dengan mengulang sajak terakhir yang dia kirimkan."
Itu adalah cara terbaik tuan untuk tetap fokus, mengingat ini kali pertamanya berharap terlalu dalam"
Si penjaga menimpali, "sudah kubilang tuan jangan keterlaluan berharap, begini kan jadinya"
Lalu otot leher sang pelantun terasa sedikit lega karena kopi yang mengalir melalui kerongkongannya.
Lalu si realistis menepuk raga tuannya, "Tuan, melepasnya bukan bagian dari cinta, begitupun mempertahankannya. Dia akan kembali jika sudah Dia Yang Maha Adil memutuskan. Ingatkah tuan? Cinta adalah segala hal baik yang berujung kepadaNya, bukankah begitu katanya, tuan?
Mari tuan, mundur sejenak, nikmati barang sebentar hembus napas sendiri tanpa dirinya, tak kalah indah.
Jika memang ia kembali, kembalilah. Tapi selama itu belum terjadi, mencarilah, tuan.
Waktu tidak akan berbaik hati menunggu dia dan tuan. Mari, saya bantu menentukan sikap."
Sang pelantun pun tersenyum tipis, karena bisa kembali ke asal mula dari mana ia berseorang. Menatap pasti kedepan, masih bersama kenangan, tanpa ada satupun yang ditinggalkan.
@dmbagas - Berbaring, 23 Januari 2020
0 notes
Text
BELAJAR DARI HAJI
Bag. 4
Suatu ketika kakek tua yang berasal nan jauh dari gempita lampu kota, pergi berhaji dan harus menginap di salah satu hotel bintang 6 di sebelah pintu 21 Masjid Nabawi.
Setelah tiba gilirannya pergi ke kamar yang berada di lantai belasan, sang kakek pun pergi menuju lift.
Karena melihat lantai lift yang bersih, sang kakek berinisiatif melepas sandalnya dan masuk ke dalam lift.
Sesampainya di lantai yang dituju, sang kakek kaget bukan kepalang dan melapor ke salah satu petugas.
Petugas: “kenapa kek?”
Kakek: “Tadi saya taruh sandal di depan pintu ini, kok sekarang sudah hilang?!”
Petugas: #*@-$+$#6#*#
Disadur dari cerita asli yang dikisahkan Dodi, Petugas Sektor 1 Madinah 2019.
@dmbagas - Madinah, 20 Juli 2019
0 notes
Text
BELAJAR DARI HAJI
Bag. 3
Menjelang Subuh, ketika kami bersantai di pelataran hotel, tiba-tiba datang seorang bapak asal Malang yang baru saja sampai setengah jam lalu.
Bapak: “Alhamdulillah ya mas, kita sudah sampe di Madinah.”
Saya: “Nggih bapak, Alhamdulillaah”
Bapak: “Ini barat mana ya mas?”
Saya: “kesana pak, emang kenapa pak?”
Bapak: “Lha kan sholat menghadap barat? Emang mas Sholat menghadap kemana?”
-Alhamdulillah, terimakasih yaa Allah sudah menghantarkan bapak ini untuk menghibur kami-
@dmbagas - madinah, 17 Juli 2019
0 notes
Text
BELAJAR DARI HAJI
Bag. 2
Imbas dari tambahan kuota haji beberapa waktu lalu, mungkin, salah satunya adalah membesarnya gelombang datang jamaah haji dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi bagi kami, sebagai fasilitator kedatangan gelombang 1 di Madinah.
“Ba****t!”, teriak salah seorang jamaah yang sepertinya kelelahan karena perjalanan jauh kepada sahabat petugas kami yang tak kalah lelahnya.
Ujian haji memang “tidak semudah itu, Fergusso.”
Sekian
@dmbagas - Madinah 13 Jul 2019
0 notes
Text
BELAJAR DARI HAJI
Bag. 1
Entah saya lupa namanya, untuk bisa berhaji kakek dari kloter PLM 1 ini harus menjual sawahnya untuk berhaji.
Istrinya meninggal 2 bulan lalu…
“sekarang saya tani mas dan alhamdulillah mas, pas saya ngaji di nabawi, ruhnya duduk di samping saya ikut mengaji”.
“Alhamdulillaah, semoga ibu husnul khotimah yaa bapak.”
@dmbagas - Madinah, 10 Jul 2019
1 note
·
View note