#Goresan kata
Explore tagged Tumblr posts
komunitaspuanberaksara · 8 months ago
Text
Doa untuk Langit Kelabu
@jejak-aksara
Sudah lama, rintik tidak lagi berjatuhan. Hanya beberapa kali tebendung di pelupuk mata. Pura-pura tak apa, padahal ada rasa sesak yang meronta. Sesekali ditumpahkannya segala keluh kesah rintik di atas selembar kertas. Tidak berupa air mata, tetapi cinderamata sang pujangga untuk kekasihnya yang telah lama pergi jauh. Hatinya telah lama runtuh, tetapi rasa cintanya masih saja utuh.
Peluk jauh, untuk seseorang yang sudah lama tak berlabuh. Pada raga yang tidak lagi kau sebut sebagai rumah. Pada hari yang tidak lagi ramah. Serta, pada kisah yang kini telah punah.
Sesaat setelah surat ini sampai kepadamu, dalam beberapa waktu setelahnya kau tidak akan menemukan asa dan harapan dalam setiap kata yang ditumpahkannnya lewat goresan pena. Hanya doa yang bisa menjadikan cinta di dalamnya melekat dalam setiap untaian waktu.
Untukmu, langit senja yang kini berubah menjadi kelabu.
Ruang Rindu, 5 Mei 2024
43 notes · View notes
payungbercerita · 1 year ago
Text
23 Tahun: Seharusnya aku sudah selesai pada luka itu
Orang-orang yang dulu menyakitiku, mungkin sudah lupa bagaimana sedihku, perihku, serta tangisku pada hari itu. Goresan kecil di tangan dengan sedikit darah, perlawananku, serta kata pembelaan angkuh yang bisa aku keluarkan kala itu mungkin sudah hangus dalam pikiran mereka. Mungkin bisa jadi, jika aku ceritakan bagaimana bencinya aku atas kejadian itu membuat mereka bertanya: Apa benar aku pernah melakukannya?
Seharusnya aku bisa memaklumi perilaku anak kecil yang polos lagi sedang bersemangat untuk menunjukkan kekuatannya. Anak laki-laki yang ingin dilihat, didengar, disegani oleh lingkungan sekitar lantaran banyaknya orang yang melihatnya dengan sebelah mata dan merendahkan kemampuannya. Seharusnya aku bisa memahami bahwa anak laki-laki itu hanya meminta perhatian dan penghormatan meski menggunakan cara yang melukai seseorang.
Tapi nyatanya berdamai dengan masa lalu tidaklah mudah. kenang-kenangan yang aku peroleh dari masa kecil itu membuat pandangan hidup serta rasa-rasa yang hadir tetap berkaitan. Aku tetap terhubung pada masa itu, terutama setiap kali aku mulai percaya pada seorang laki-laki.
Banyak pertanyaan yang memenuhi pikiranku dan berkecamuk begitu kuat. Seringnya berbuah keraguan dan kesedihan serta gelombang yang mempertontonkan bagaimana kejadian masa lalu itu begitu menyakitkan.
Mampukah dia menghargaiku dengan sebaik-baiknya penghargaan? Mampukah dia memahamiku dengan segala bentuk kekurangan serta luka yang terkadang membuatku rapuh? Mampukah dia menahan perkataan kasar serta merendahkan tatkala amarahnya sedang berkecamuk? Mampukah dia tidak menghinaku saat kondisi fisikku tidak mampu memanjakan penglihatannya?
Ya, pertanyaan yang memenuhi isi kepala ini bukan lagi seputar harta dan kecukupan ekonomi. Kekhawatiran terbesar letaknya pada perilaku. Meski aku tahu bahwa luka ini berada pada kendaliku, tapi aku juga terkadang tidak mampu jika terus menerus dihadapkan dengan sinyal-sinyal yang mengingatkanku pada masa itu.
Aku tahu bahwa berdamai dengan masa lalu adalah keharusan. Tapi berdamai bukan berarti melupakan semuanya. Ada sisa rasa yang masih menetap dan membesar tatkala diingatkan kembali. Perihnya, derasnya, sedihnya bukan perkara mudah untuk dihilangkan.
43 notes · View notes
ahmadgzaki · 5 months ago
Text
selamat, ya…!
menatap wajah rembulan di secangkir kopi bersama secarik foto kenangan. telah kutulis untaian mimpi-mimpi di sebaliknya saat keakraban mulai menautkan hati kita. meski goresan tintanya telah pudar oleh waktu, ingatan tentang kalian senantiasa melekat. sebab kata ‘teman’ bagiku adalah hikmah sekaligus pengingat betapa rapuhnya seseorang yang berjalan sendirian di dunia.
aku mengerti, terdapat sejuta cerita yang tak sempat diperdengarkan di balik senyum dan tawa itu. kita memang dibatasi masa yang singkat dan jalan hidup yang sering kali melebarkan jarak. meski kabar tentang kalian tak pernah sampai di telingaku, kalian hadir menjelma nasihat dan inspirasi dalam ketaatan kepada Yang Maha Pengasih.
bulan…
tolong sampaikan ucapan selamat kepada mereka yang akhirnya menamatkan salah satu bab paling berkesan dalam buku kehidupan masing-masing. terima kasih telah berjuang dan tidak menyerah bagaimana pun kondisi yang harus kalian hadapi. syukurlah… kita semua berhasil lulus dari bab yang mempertemukan kita di dalam wadah dengan visi misi mulia.
“mungkinkah kalian berjalan beriringan lagi di lembar-lembar berikutnya?” tanya bulan.
“entahlah,” jawabku. “tapi, kuharap doa-doa baik selalu dapat menemukan mereka.”
surabaya, 14 agustus 2024
7 notes · View notes
spidermtio · 1 year ago
Text
Tumblr media
Untuk Laksamana,
Orang bilang aku ini sang petualang. Mereka mengenalku serdadu tanpa tuan. Kakiku bebas berpijak dimana saja. Tapi yang mereka tahu, aku selalu pulang jika bulan sudah ingin mengekang.
Aku tak membawa senapan yang diselipkan di antara pinggang. Tak juga belati yang tajam menusuk sanubari. Aku hanya membawa dawai sebagai tamengku dari kesepian.
Aku tak mengenal musuh, tak mengenal kawan, tak mengenal apapun yang disebut taktik peperangan. Aku hanya serdadu yang awam dengan kekejaman. Tugasku hanya memastikan penduduk suka cita dengan petikan dawai yang kupunya.
Hari itu, saat rembulan muncul di permukaan angkasa, aku melihat ujung geladakmu yang perdana. Helaian suraimu berkibar bersama alunan angin yang terperangah.
Tumblr media
Tak ada yang mengerti tentang apa arti debaran yang bersarang terbungkus jantung dan terpenjara rusuk. Semua bermain dengan nada yang sembrono serta tidak terpaut kunci yang sesungguhnya. Hanya secarik bibirmu yang melengkung membentuk busur. Kiranya, baru kali ini aku lihat senyum selayak madu yang dihasilkan oleh ratunya.
Manis
Tatkala aku hanya ingin bersikap naif, tak ingin lebih jauh menjamah bahteramu yang berbau air laut itu. Membiarkan sayup tutur puja dari para pujangga yang menggilaimu. Tiap bait yang tercecah tinta itu tersusun rapih membentuk bait-bait puisi. Nyatanya, semua itu hanya untukmu.
Yang dipuja menorehkan kesan luar biasa di tiap hati manusia. Kau memimpin samudra dengan cakap, mengarungi puluhan badai tanpa gegabah. Kau memiliki dunia hanya di atas genggamanmu saja.
Nyaris, aku terpana, terperangah, nan terpesona.
Tumblr media
Kelam yang membujur dari khatulistiwa lantas membuatku menemukan sang pelita, kau, Laksamana. Kedua obsidianmu membidik langsung ke dalam jantung hatiku. Menancapkan panah rindu yang tiada sudahnya. Kelak, ingin aku tabung rindu itu agar engkau tahu bagaimana aku dibuat kaya raya oleh daya pikatmu.
Aku menyerah pada egoku sendiri, ternyata aku memang menggilaimu sepanjang hari tanpa aku sadari. Lain halnya dengan para pujangga itu, sajakku tak pernah ingin lahir dari jemariku. Ia hanya membentuk syair lirih yang sudah berkawin dengan semilir angin. Terkadang kutemani dawaiku untuk mengiringinya. Berharap suatu saat telingamu menangkap kidungnya.
Sial, tampaknya itu tidak berhasil jua. Engkau semakin tenggelam dalam pesona lembayung di ujung samudra. Tak menghiraukan apapun bentuk partikel yang menyapa pancaindramu seutuhnya.
Syairku akhirnya terbit juga
Tumblr media
Kadang kala aku merasa malu dengan para pujangga yang tampak percaya diri melayangkan hasil karyanya kepadamu. Meskipun entah kau lirik atau bahkan berakhir kering dibawa kembali sang burung merpati. Mereka tak gentar jua.
Aku pun sama, kupaksakan aksara itu terbentang di atas putih. Memainkan segala bentuk guru lagu agar larik ini semakin merdu meski hanya sekadar kau baca. Mungkin ini rasanya akan sangat picisan dan terkesan membual. Aku harap kau sudi membacanya hingga akhir, Laksamana.
Aku, serdadu tak bertuan, seorang amatir yang teguh pendirian. Aku mengaku sudah terjatuh atas pusaran rasa yang kau terbarkan. Menaruh harap pada kepercayaan diri untuk mengabdikan tanggung jawabku setelah sekian waktu memujamu.
Terlalu lama aku kurang ajar dalam mengambil rindu secara diam-diam padamu. Membiarkan rasa pelik yang tak temu titik terangnya menggerayangi tubuhku tanpa ada penawarnya. Semua menemui puncak setelah kau kembali di telan riak air yang menghantarkan pilaumu ke laut lepas. Dawaiku tak menemukan nada yang seharusnya, jemariku hanya semakin membuat goresan tak berarti pada melodinya. Aku kehilangan separuh jiwaku yang kau bawa berlayar di atas deburan ombak.
Namun pilu itu redup, menghilang perlahan tergantikan harapanku yang terbit. Kau kembali ke sini, membiarkan jangkarmu mengakar di dasar dan menuntunmu untuk berdiri di zamin ini. Begitupun dengan mawar di dadaku yang tumbuh mekar, mengundang banyak kupu-kupu untuk bersarang di sekujur tubuh.
Tumblr media
Kurasa, aku telah menemukan tuan baru. Mematahkan segala pendirianku untuk tidak tanduk pada siapapun. Menjaganya dari kejamnya hukum lautan, meski aku tahu kau lebih menguasai dari segalanya. Menanamkan benih merah muda di atas geladak bahteramu. Menyelimuti dirimu sendiri dengan taburan rindu dan kasih yang kupunya. Menjadi teropongmu dalam memaknai kehidupan. Bahkan, aku siap menukarkan jiwaku pada sang penguasa demi bisa melebur bersamamu.
Laksamana,
Sudilah kiranya engkau menarikku ke dalam mahligaimu. Ajak aku dalam menyelami hatimu bersama-sama. Jangan beri aku upah, aku tidak butuh emas dan permata. Lekaslah beri cinta pada serdadu yang dirundung suka, yaitu aku. Ciptakan percikan temaram romantis hingga penghuni nirwana enggan untuk mengutuk kita. Biar aku membawa dawaiku, memetiknya, dan bersenandung merdu untuk kembali membuat syair pujaan atas dirimu.
Sungguh, kaulah Laksamana, sang pelita pujaan hatiku.
Dari aku,
Sang Serdadu penggilamu.
Tumblr media
21 notes · View notes
juliarpratiwi · 2 months ago
Text
K(Aya)
Kejadian ini aku ingat sekali.
Waktu itu Alhamdulillah Ami diberi rezeki untuk bisa beli motor, yang mana ini menjadi kendaraan pribadi di rumah setelah puluhan tahun Allah mengambil nikmat kemampuan untuk membeli barang berprioritas sekunder bagi kami.
Nah, karena motor masih baru belum bisa digunakan ke jalan protokol jadi Ami masih menggunakan jemputan pabrik. Lalu Ai izin pinjam, singkat cerita waktu Ai mau memarkirkan di halaman rumah, motor yang di parkir kurang seimbang dan meluncur ke bawah. Menyebabkan banyak goresan dan beberapa bagian motor patah. Ketika Ami pulang sudah terprediksi akan marah besar. Dan aku paling takut kalau Ami lagi marah, seperti bukan Ami.
Ah situasi kacau, lalu mamah lebih marah melihat kemarahan Ami dan bilang:
"Kalau Aa gak mau barang Aa rusak ya simpan jangan di pakai sekalian, jangan dipinjamkan. Aa boleh marah kalau barangnya dirusakin tapi kan ini gak sengaja. Namanya musibah gak ada yang tahu, namanya juga barang gak akan selalu awet, selalu bagus. Inget a, barang rusak bisa diperbaiki bahkan bisa dibeli lagi. Tapi saudara gak akan ada yang bisa ganti, mau dicari kemana?"
Aku nangisin Ai yang dimarahin Ami, aku nangisin mamah yang lagi marah, aku nangis karena ngerasa Ami jahat ke saudara sendiri.
Waktu berlalu, ternyata nilai itu terinstall. Aku jadi belajar bahwa dunia itu bisa rusak lalu digantikan, bisa awet lalu ditinggalkan, bisa banyak tapi penuh ujian, bisa sedikit tapi rasa syukur kita berlipat-lipat.
Cerita hidup jatuh bangunnya mamah dan bapak dulu. Aku belajar sekali, dari ada lalu tidak ada lalu Allah beri secukupnya. Sehingga aku belajar tidak perlu terlalu lekat karena cuma titipan, bisa diberi tanpa diduga-duga, lalu bisa Allah ambil kembali tanpa aba-aba. Jadi secukupnya, seperlunya, yang harus dikejar adalah keberkahannya. Rezeki yang banyak belum tentu berkah tapi rezeki yang berkah akan terasa lebih banyak.
Pengen jadi orang kaya, tapi yang shalih. Pengen jadi orang kaya biar bisa bantu banyak orang. Pengen jadi orang kaya yang kaya imannya, kaya hatinya, kaya hartanya juga kaya amal shalihnya.
Kalau kata orang Sunda cenah:
"Teu nanaon teu kaya oge, nu penting mah lamun nuju butuh aya." hehe intermezzo nya
5 notes · View notes
pecintahujan18 · 3 months ago
Text
Ribuan kata telah ku rangkai menjadi sebuah kalimat dalam beberapa bab. Ku tata bahasanya sedemikian rupa agar kau memahami apa yang ku rasa selama ini.
Kata demi kata ku ukir dengan rapi, disetiap goresan nya mengandung banyak makna tersirat. Ini kisah tentang ku, yang mencintai mu tanpa syarat.
Kau tau, kisah kita telah ku abadikan dalam beberapa buku.
Andai kita masih bersama, akan ku berikan setiap buku ku pada hari kelahiran mu. Agar kau tau bagaimana bahagia & bersyukurnya aku bisa mengenal laki-laki sepertimu.
Namun kini, buku-buku itu hanyalah hiasan belaka, yang ku taruh di rak buku bersanding dengan foto-foto mu.
04.10.24R
2 notes · View notes
drprawedha · 1 year ago
Text
13/366
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer
Sekedar mengingatkan betapa diri ini dahulu sangat suka dengan surat, buku dan segala artifak yang mengingatkan pada sosok seseorang. Terlepas cenderung suka atau tidak dengan nya.. Dan begitu juga kegiatan menulis dan menggambar coretan coretan untuk nanti ditularkan ke anak cucu. Sungguh cita-cita terbesar adalah menyebarkan ilmu itu bermanfaat hingga nanti menjadi jalan ketika diliang lahat.
Dari banyak cerita soal hidup, yang berperang sebagai seorang yang melankolis. serta menjadikan sarana menulis untuk sekedar berbicara kepada diri sendiri. mengingatkan dahulu sejak masa sekolah, berawal dari kegiatan menulis mengenai otak dan kecerdasan. kemudian berlanjut pada perang nan segala ketidak adilan serta protes-protes masyarakat terhadap pemerintah yang berkuasa. dan pula kebencian saya terhadap candu ( yang dalam hal ini disebut agama dan cinta ). Hingga kini semua terangkum dalam tulisan yang tertulis di buku yang diberi nama .......... 
Hingga sekarang telah lahir beberapa buku yang ditulis dengan tinta dan akan terus berlanjut hingga denyut nadi membisu di sebuah peti berukirkan"bersamanya telah tiada seorang revolusioner". Begitulah sekelumit impian receh yang pernah diperjuangkan dahulu. 
namun dalam tulisan ini inginnya tak akan membahas banyak mengenai diri sendiri (nun ternyata 100% narsisitasnya berkata demikian). pun pula patut diapresiasi atas usaha dalam menuliskan beberapa pesan kepada (?). Aku suka dengan tulisan sesiapa. Aku suka dengan cara pandang sesiapa dalam melihat dunia. Aku suka cara pemilihan kata yang menandakan sesiapapun itu manggunakan perasaan dan pikirannya yang mendalam dalam menulisnya. 
Namun memang tak bisa dipungkiri, Dalam bahasa yang lebih melankolia, kurasa. Refleksi dari buku buku yang dibaca sedikit banyak berpengaruh terhadap mindset yang kau sajikan kepada (?). Memang tak bisa melarang bahasa yang terpengaruh puitis khas melankolis. Atau cara seseorang menulis yang statis lagi mencari-cari arti selanjut makna. Dari perasaan yang kadang kau sibukkan untuk memenuhi nadi nadi goresan. Memang kadang terasa penat untuk membaca. Apalagi ketika dikau menyelipkan sebuah buku dengan aliran romantisme lainnya. Duh.. tapi Don't judge the book by cover. Aku membaca.
Namun, dari semua cerita yang disampaikan kepada (?). Aku mengerti. untuk menerima segala keabsurdan yang menjangkit jiwa lelaki ini. Butuh sebuah intuisi pendamping yang rela dengan tulus menerima segala hal yang ada didalam diri.
Kita mengetahui banyak dari teman akrab kita. Menjadi dekat karena dengan ketulusan mereka mau mentolelir kekurangan kita. sembari menyeimbangkan dengan nasehat nasehat bermunajatkan cinta yang kerap kita anggap acuh dan sok care buat dibahas. Namun ketahuilah, dalam cinta. Kita selalu menarik sesuatu yang sefrekuensi dengan kita. Kita akan sangat susah untuk memaksakan orang untuk sefrekuensi kecuali orang tersebut memiliki Visi yang berdasarkan dari pemikirannya. Namun bukan berarti perasaan saya nafikkan disini. Tentu tidak. Perasaan yang akan menghiasi ikatan tersebut. Bagaikan Rantai emas yang menjaga agar lampu kristal yak terjatuh dan pecah dari gantungannya. 
Begitulah sekelumit pesan yang aku sampaikan. Pahamilah setiap diksi, buka segala pintu yang mendekatkan pada kebenaran. karna sesungguhnya tak ada maksud lain dariku selain untuk membukakan jalan baru bagimu melihat sisi lain dunia (?). 
Et lux in tenebris lucens, et deducet in spe, Dear.
From Solo, With Love..
In Memoir of Me (2013)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
13 notes · View notes
akunkuini · 6 months ago
Text
Ini cerita pertama yg aku up di Tumblr, Semoga kita bisa mengambil nilai di dalamnya, terkhusus untuk diriku
Tanpa Judul
Di tengah kilau metropolitan yang tak pernah surut, aku menjadi tokoh wanita berusia dua puluh empat tahun untuk kehidupanku sendiri. Melangkah dalam pelan dan hening, bagaikan butiran debu dalam hembusan angin waktu. Setiap pagi, aku menelusuri koridor gelap menuju ruang kerjaku, tempat di mana rutinitas yang membosankan perlahan mengikis kedamaian batinku, menyisakan goresan-goresan samar di permukaan jiwaku. Aku merasa seperti nebula yang redup di hamparan angkasa, kehilangan orbit dan tujuan.
Hari ini, aku merasa semesta mendukung kegelisahan dalam diriku. Hujan turun deras dan mengaburkan batas-batas cakrawala kota, aku secara kebetulan menemukan sebuah toko barang antik yang tersembunyi di celah-celah gedung tinggi. Toko itu, bagaikan harta karun yang tertutup debu waktu, memamerkan barang-barang tua dengan aura misterius. Di antara tumpukan artefak yang hampir tidak terlihat, sebuah buku tua dengan sampul terukir halus menarik perhatianku. Buku itu tak bertajuk, hanya terdapat satu kalimat yang samar: "Sekelumit Jawaban."
Setibanya di rumah, aku membuka buku tersebut dengan hati-hati, hanya untuk menemukan satu halaman yang berisi tulisan tangan kuno: "Di sinilah perjalananmu dimulai." Dengan rasa penasaran yang membara, aku mulai menuliskan perjalanan hidupku, berharap bisa menemukan sedikit pencerahan. Setiap malam, aku menuliskan lamunan dan keresahanku, melukiskan keberagaman emosi yang mengisi hari-hariku.
Namun, seiring berjalannya waktu, aku merasa bahwa menulis tidak cukup untuk mengatasi keraguan yang mendalam. Ada bisikan dalam diriku yang seolah mengatakan bahwa aku perlu lebih dari sekadar merangkai kata untuk menemukan pemahaman sejati.
Suatu malam yang tenang, aku memutuskan untuk menjelajahi sebuah kafe kecil di sudut kota yang jarang tersentuh oleh keramaian. Kafe tersebut, dengan nuansa hangat dan cahaya temaram, seolah tersembunyi dari hiruk-pikuk kota. Di sudut kafe yang sepi, aku bertemu dengan seorang pria tua yang duduk sendirian, membaca koran dengan tatapan yang dalam dan penuh makna. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang memikatku, seolah dia menyimpan kunci untuk memahami misteri yang membelenggu hidupku.
Percakapan kami berkembang menjadi diskusi mendalam tentang esensi hidup dan pencarian identitas. Kata-kata pria tua itu seolah membuka tabir-tabir misterius yang selama ini membungkus batinku. Namun, ketika malam beranjak larut dan perpisahan tak terhindarkan, pria tua itu meninggalkanku dengan satu pertanyaan yang menggantung: "Apakah kamu merasa puas dengan narasi yang telah kamu tulis, ataukah kamu masih mencari makna yang lebih mendalam di luar sana?"
Pertanyaan itu terus menggelayuti pikiranku sepanjang perjalanan pulang. Setibanya di rumah, aku membuka kembali buku "Sekelumit Jawaban" dan menulis dengan sudut pandang baru. Aku menulis tidak hanya tentang pengalamanku yang lalu, tetapi juga tentang ketidakpastian dan misteri yang kini mengisi hatiku.
Hari demi hari berlalu, dan meskipun aku mendekati usia dua puluh lima tahun, aku belum menemukan jawaban pasti. Aku menyadari bahwa pencarian makna dan kebahagiaan tidak pernah benar-benar mencapai titik akhir definitif, melainkan merupakan perjalanan yang terus-menerus berkembang. Aku mengerti bahwa mungkin, dalam pencarian tanpa akhir ini, jawaban yang sejati terletak pada perjalanan itu sendiri, bukan pada penemuan akhir dari sebuah cerita.
Di halaman terakhir buku yang masih kosong, aku menulis dengan kesadaran baru: "Mungkin, dalam setiap pencarian, jawaban sejatinya adalah pada perjalanan itu sendiri, bukan pada akhir yang pasti."
Dengan itu, aku menutup buku tersebut, meletakkannya di rak dengan kesadaran bahwa pencarianku masih berlanjut. Aku tidak mengetahui apa yang akan datang, tetapi aku sadar bahwa ceritaku masih harus ditulis, dengan segala ketidakpastian dan banyak pilihan yang menunggu di depan.
3 notes · View notes
alfisyahrin · 7 months ago
Text
Ada apa buk?
serius sekali raut wajahnya, tumben (monolog ku) "diingat-ingat sudah lama sekali ngga ada interaksi apa-apa lagi bu" awal mula percakapan ku pada pertanyaan ibuk kala sore itu, tatapan mata ibuk yg sangat jelas ada garis kesedihan terpancar kala menatap mata kecil anak keduanya ini,
ibuk lanjut bercerita dan menjelaskan banyak sore itu, dan dari setiap sisi penjelasan ibuk yg runut ibuk jelas sekali sangat hati-hati dalam memilih kata agar aku tak menangkap penjelasan nya dengan pandangan yg buruk, namun aku tetap paham dengan baik apa maksud kalimat ibuk, yg menjadi kegelisahan dan kegundahan ku kala malam terjawab lewat lisan lembut ibuk. alhamdulillaah.
ku jelaskan padanya dengan sedikit meyakinkan nya "tidak apa buk, memang sudah jalannya.. Allaah yg menghendaki apa yg Dia kehendaki" (menahan agar tak menangis di hadapan ibuk sangat menguji ehehe😄)
ibuk usap jari jemari ini sambil berkata lembut "ngga apa-apa yaa nduk? semoga ini adalah sebuah bentuk penjagaannya Allaah untuk mba",
aku mengangguk patuh, "ngga apa-apa dong buk (sambil ku usahakan senyum riang itu muncul), hidup selamanya dengan ibuk pun mba sangat senang (candaku)", ibu mulai tertawa namun sedikit pilu (ekspresi ibuk yg lucu😄)
aku mengerti kenapa ibuk sesedih itu, krna selama ini aku sudah banyak sekali bercerita mengenai satu nama yg begitu baik itu, dari kepribadian maupun kehidupan nya aku bisa mengenalnya lewat orang² yg mengenalnya dengan baik dan lewat tulisan² yg kerap ia tulis lengkap bersama perjalanan sederhana nya, bukan waktu yg sebentar bagiku untuk bisa meyakini rasa.
kenapa ibuk menatap ku dengan sendu? krna ibuk tahu aku adalah perempuan yg tak mudah menaruh rasa, ibuk mengerti akan prinsip yg ku jaga, tidak menoleh kesana kemari bila sudah dititipkan sebuah amanah, ibuk tahu aku selalu mempertimbangkan hal-hal yg sangat berpengaruh dalam hidup ku dan mungkin ibuk merasa dari jawaban yg ibuk berikan sore itu membuat ku merasa jatuh, sedih, dan patah.
mungkin memang benar, tapi aku kembali paham bahwa bersama dengan waktu, yg sakit kelak akan sembuh. aku bertanggung jawab atas setiap retak yg terlanjur hadir agar bisa kembali utuh.
"ibuk minta maaf ya nduk, selama ini kita sudah berusaha, sisanya biarlah Allaah yg bergerak, Allaah tidak mungkin meragukan do'a, usaha, dan keyakinan nya mba", diciumnya pipiku.
aku membisik, "mba yg minta maaf ya buk"
ibuk yg selama ini menemani langkah ku ternyata ikut juga merasakan goresan ini. nyatanya ibuk tetap bisa merasakan hati yg patah itu walau aku cengengesan cengar-cengir. aku cuma ngga mau ibuk merasa gagal dalam menjaga hati putrinya, padahal aku sendiri penyebabnya yg jelas tahu bila menaruh rasa sebelum datangnya kehalalan itu akan kecewa.
lengang; aku menerawang kembali kebelakang dipaksa membuka memori kenangan.
memang sudah lama sekali tidak komunikasi lewat apapun itu, pesan yg terkirim singkat dan sebentar itu bisa terhitung hanya sedikit dalam kurun waktu 4 tahun dan itu menjadi sesuatu yg ku syukuri, jeda berkepanjangan pun sudah aku rasakan, bahkan ingin hanya sekedar tanya kabar lewat pesan singkat itupun tidak aku lakukan apalagi telfon yg kebanyakan sudah lumrah di lakukan namun lagi-lagi aku tak pernah berani melewati batas itu.
egoku ingin sekali, hatiku memekik keras ingin melakukannya, pikirku kala malam yg seringkali menuntut untuk sebuah jawab yg pasti akan rasa itu selalu ku kubur dalam-dalam sebab aku tak ada keberanian melawannya. atau.. aku tidak siap dengan kenyataannya??
entahlah, simpulkan saja krna aku takut akan jawaban yg mengecewakan, atau krna hatiku masih menginginkan satu nama itu menemani hari dalam hari ku meski hanya tipis sekali keinginan itu bisa terwujud dan kecil kesempatan nya sebab aku masih misteri sekali di depan sana, namun lagi-lagi pertolongan Nya menolong ku, tidak ada nya jawaban ternyata itulah sebenarnya jawaban.
menghadapi kesakitan lalu melewatinya di temani doa sang ibunda.
2 notes · View notes
dontlistend911 · 10 months ago
Text
RASA SAJAM DALAM PELUPUK MALAM
Keterjatuhan tahta hujan pada romansa didalam kias metafora.
Hujan deras merinai duka dari langit yang mendung;
Siapapun enggan berteduh merundung bingung;
Bersiaplah murung; dipanggil sejuk palsu asmara yang kian berkabung.
Betadine adalah resep mujarab dari rindu yang ter-jerembab ; pelupuk nanar sembab sedangkan sisa malam kian menguap.
Perih adalah musafir yang tak asing dalam rindu; sedangkan goresan luka yang khas adalah pertanda.
hanya temu muka dalam dialog senja; atau telinga yang mengiang sebuah nada; resep tabib istimewa yang melahir harap sembuh semula.
Tuli adalah kisah yang bias ; tuna-runggu adalah diksi bius majas.
Bisu adalah bahasa sansekerta; yang diartikan tuna runggu yang buta aksara.
Aku bicara, kau dan telingamu memilih Kudeta.
Bipolar Sukma bergeriliya dalam Jarah dialektika.
aku adalah gangguan mental; dan kau adalah obat Influenza; kita yang berarti jelas ! tak pernah bisa jadi apa - apa.
Matamu bagaikan nikotin yang terbakar bara;
Melepas phobia beputar liar bak biang lala.
Ku dapati candumu dalam sorot mata yang insomnia.
Duka bercerita pada airmata yang tumpah dengan segera; diam tanpa kata; merundung pilu romansa yang sedang drama.
Bukankah jelas tertera pada akhirnya,
Perjalanan itu menghantar sesuatu yang fatamorgana; cinta yang melepas rasa ; luka yang meng-genapi cerita; dan kehilangan adalah penutup paling manis di sebuah alenia.
Tertanda,
AKU, PENULIS YANG MATI DALAM TULISANNYA SENDIRI.
- D911 x Pardesela 🌙
4 notes · View notes
putriutamidewi · 7 months ago
Text
"yaaAllah, Bukan aku berputus asa. Jika memang aku lebih baik berjodoh dengan kematian, aku ingin husnul khatimah dan dijaminkan surga firdaus untukku."
Gumam Lisa dalam batinya yang bergemuruh lantaran desakan bulik dan budhe kala lebaran kemarin. Pertanyaan "kapan" menghujam bak panah api, tepat menancap kedalam hati yang sudah penuh goresan luka.
Lisa, bukan sekali dua kali gagal dalam urusan percintaan. Kini usianya 37th dan sebentar lagi akan berkepala empat. Siraman kata "perawan tua" sudah bukan hal yang baru lagi. Sosok Lisa yang terlihat tegar diluar, nyatanya rapuh di dalam. Kali ini lia bersujud diatas sajadahnya, ketika ia bangun tak terasa sajadahnya sudah basah oleh air matanya.
2 notes · View notes
mputraff · 2 years ago
Text
32
Entah berapa kali deritan kumbang menemani rangkaian kata dalam petang. Garis-garis angkasa nampaknya sedang tak senang. Sendiri, ia tidak membersamai bintang. Apakah rembulan akan hadir menjelang? Atau bersembunyi di balik bayang? Bila tak hadir jua, akan aku panggil cahaya kunang. Ia akan menyapaku dengan riang, mengobati gundahan yang sedang tersengat bimbang. Tidak, bukan itu saja. Ia akan memperbaiki goresan hati berlubang yang di lahap perlahan-lahan oleh ulat bercak belang. Bila engkau bertanya apa penyebab dari kesumbangan ini? Tersebab kau yang membiarkan dua abu centang. Kau malah memberikan dua biru centang untuk lain orang. Cibiru, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Gedung FST antara lantai tiga dan empat.
24 notes · View notes
coffilosofia · 11 months ago
Text
MERELAKAN
Layaknya sebuah lelakon wayang, alangkah lucu bagaimana ketentuan Tuhan mampu menyentuh dan menghubungkan manusia dalam cinta dan rahasia. Betapa dua insan dipertemukan lalu hanya disisakan pilihan tak terelakkan; digariskan terus membersamai atau menjadi sepenuhnya saling asing. Sebagaimana Ia dan kisah yang pernah memintasi satu waktu hidupnya dan menjadi bagian terdalam dirinya.
"Mengapa takdir harus sebercanda itu?"
Setiap kali hujan menyapa, rintiknya seolah dengan sengaja membawa serta sumpah serapah yang mendesah liar pada lingkar-lingkar ingatan. Ia pernah diam-diam merapikan helai-helainya. Demi masa, seutas perjalanan itu pernah meluluhlantakkan Ia; mencabik-cabik relung hati. Lunglai Ia serasa tak berdiri dengan dua kaki. Tegarnya patah.
Pada masa-masa itu, Ia senantiasa bermuram durja dalam penantian yang terasa sangat panjang. Dalam sunyi-sunyi malam dengan sabar Ia mengurai satu demi satu beban di jiwa yang telah susah payah Ia redam. Ia mencoba melepaskan jerat-jerat kesedihan perlahan, hanya saja Ia dekap erat-erat sebagian.
Bulir lara mengalir deras dari kedua sudut matanya. Ia cemas rasa itu sesegera menghilang, larut dalam hening jarak yang berkuasa di antara mereka. Ia meluruhkan duka pada goresan kata. Ia berusaha untuk terus mengingatnya.
"Engkau dimana? Aku rindu..."
Ia berbisik penuh keputusasaan. Ia tak ingin apa yang telah mereka rajut bersama menjelma menjadi sekedar dingin udara pagi. Pada kesetiap sisinya dicumbui tangkup sang kabut, tak lagi kasatmata. Ia terus bertanya-tanya tak berdaya,
"Apakah kita telah menjejak pada titik itu, tak bisa saling bercerita apa adanya? Akankah kita tak lagi leluasa meresah kisah pada senja demi senja sembari tatap mata kita mengungkap segala rasa? Aku hanya tak ingin kita saling melupakan."
Ia menumpahkan resah dengan mata berkaca-kaca, tangisnya tercekat-cekat tanpa suara. Di penghabisan malam gundah gulana merayakan kemenangan. Nestapa telah menjadi juara yang niscaya.
Lalu pada suatu hari, Ia memutuskan Ia tak sanggup lagi menghadapi pedih seorang diri. Genta-genta waktu terlalui penuh niskala, yang dinantinya tak lagi bisa ada pada sediakala. Gelisah memekik-mekik dalam kepala meski Ia tetap saja bungkam seribu bahasa.
Melalui titian tepi-tepi pantai, Ia tak henti menata keping-keping hati berusaha meneguhkan diri. Ia melempar jauh-jauh sauh kenangan pada air laut yang sesegera memeluk jemari kaki. Ia berpasrah kala ombak memecah-mecah memori pada karang-karang yang tegak berdiri. Airmata merebak memenuhi jarak pandangnya, Ia mengerjap lalu membalikkan tubuh dengan berat.
Ia beranjak pergi, berupaya tak menelaah kembali cinta yang telah menetap dalam diri.
6 notes · View notes
menepih-sejenak · 11 months ago
Text
Salah satu cara terbaik adalah dengan mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang pernah menyakiti hatimu.
Bersabarlah, carilah ruang dimana kamu bahagia.
Jika tak ada ruang untuk bahagia mu maka menepihlah sejenak, ada banyak hal yang bisa direnungi dari kesendirian itu. Atau kalau bisa menengadahlah lagi di tiap keheningan malam.
Rasanya akan nikmat sekali, di keheningan malam sambil menangis berdo'a Ya Allah... ya Allah...
"Perkenalanlah permintaan ku, kalaupun tidak mudahkan lah aku untuk ridho akan semua, serta kuatkanlah hatiku dari permainan dunia yang kadang membuat membuat ku lellah, kadang juga membuat air mataku tumpah ruah di kelilingi oleh rasa sakit pula.
Kuatkanlah... Kuatkanlah Pundakku
Jauhkanlah aku dari rasa yang berkepanjangan.
Mungkin itulah isi sebahagian do'amu di keheningan malam itu. Memang tak semua yang kita minta akan segera di kabulkan detik itu juga. Tapi yakinlah bahwa setiap do'amu adalah 'IYA' hanya saja kita tak tau iya yang bagaimana yang akan terjadi.
Teruntuk jiwa-jiwa yang pernah diSAKITI oleh manusia manusia yang tak tau apa yang sebenarnya dan kebenarannya, semoga hati mu lapang untuk mengikhlaskan perihal perlakuan manusia lain terhadapmu.
Biarlah Allah yang membalasnya, kamu tak perlu berdo'a yang tak baik untuk mereka. Do'akan saja kebaikan untuknya semoga cukup kamu yang pertama dan terakhir yang merasakan sakit darinya.
Kadang manusia itu aneh, mereka dengan asyiknya menggoreskan luka lalu tetiba seolah-olah merekalah yang terluka padahal sebenarnya goresan yang mereka berikan pada orang lain tak kalah jauh lebih menyakitkan. Bahkan sangat menyakitkan.
Saking sakitnya terkadang luka itu sudah sembuh tapi bekasnya masih tersimpan abadi bahkan bertahun-tahun lamanya.
Ada hikmah juga didalam adalah berhati-hati dari mengeluarkan kata-kata, liat siapa orang yang sedang berhadapan dengan kita, liat pula kondisi dan sekitarnya.
Jangan sampai niat kita ingin menghibur kawan yang bersedih lantas malah semakin sedih tersebab lisan kita yang tak terkontrol.
Memang benar ya lidah tak bertulang namun lebih tajam dari pada pedang yang sangat tajam.
-keheningan malam, selasa 06 februari 2024
Tumblr media
3 notes · View notes
rickogurning · 1 year ago
Text
Di suatu senja yang sunyi, ku temani diri ini dengan pena dan kertas. Hatiku terpatri dalam kerinduan yang tak terucapkan, menanti datangnya hari yang mungkin hanya ada dalam anganku.
Aku mencoba merangkai kata-kata, seperti mengarungi gelombang kesunyian, untuk menyusun puisi yang mencerminkan perasaanku yang terpendam. Setiap goresan pena adalah sebuah doa, sebuah harapan untuk bertemu denganmu lagi.
Sekedar tuk mengagumi, kutulis tentang paras indahmu yang terpatri dalam kenangan. Sungguh, kau seperti lukisan yang tak terganti, dan hatiku hanya mampu mengagumi dari kejauhan.
Namun, di antara kerinduan dan pengaguman, aku menyadari bahwa walau aku bukan seorang pujangga, aku tetap mencoba mengukir puisi indah tentangmu. Setiap bait puisi adalah ungkapan perasaan yang tak terungkapkan, tentang dirimu dan tentang harapan yang ku simpan di lubuk hati.
Mungkin, dalam kesederhanaan kata-kata, aku mencoba menyampaikan bahwa meski engkau bukan milikku, dan aku rasa aku bukan untukmu, namun aku akan selalu di sini, menanti hari-hari yang dipenuhi dengan senyumanmu, meski bukan untukku.
Dalam jurnal ini, kutorehkan segala perasaan dan harapan, seperti sebuah catatan yang hanya bisa dibaca oleh hati sendiri. Semoga, suatu hari, kata-kata ini bisa merentangkan jarak dan menemukan jalannya pada dirimu, meskipun hanya sebagai puisi yang indah dan terpendam.
NB: Terinspirasi dari lagu Sekedar Mengagumi - Daun Jatuh .
4 notes · View notes
pejalankehidupan · 1 year ago
Text
Jadikan Malu Sebagai Amunisi Untuk Maju
Selama menapaki perjalanan hidupku, terkadang aku terpesona oleh sejumlah kesalahan dan momen memalukan yang melintasi masa laluku.
Melakukan banyak kesalahan, dihujam pula oleh cibiran dan kritikan dari sekitar, rasa down yang cukup bergemuruh, serta perasaan tidak berguna yang terus menghantui. Tidak jarang pula, pikiran negatif dan overthinking menyelinap ke dalam isi kepalaku.
Apakah bisa, jika aku menganggapnya sebagai amunisi untuk membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku mampu bangkit?
Setiap goresan luka adalah pengingat bahwa hidup tidak selalu mulus, namun aku berusaha dan memilih untuk bisa melaluinya.
Melalui perjalanan ini, aku belajar menghadapi tantangan dengan sikap yang positif. Aku belajar menerima diri sendiri dengan segala kekurangan dan kesalahan. Rasa sayang pada diri sendiri menjadi pendorong utama dalam perubahan.
Kata-kata "kalau bukan kamu yang sayang sama diri sendiri, siapa lagi?" mencuat sebagai mantra yang mendorongku untuk terus berkembang.
Aku tau, proses perubahan itu membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Aku belajar memberi ruang pada diriku sendiri untuk pulih, memberikan waktu bagi luka-luka itu untuk sembuh.
Meski perjalanannya penuh rintangan, aku menyadari bahwa setiap langkah kecil menuju perbaikan adalah langkah berarti. Setiap kesalahan adalah guru yang membimbingku ke arah yang lebih baik.
Biarkan semuanya pulih, dan jadikan kehidupan lebih bermakna. Meski perlu melewati masa sulit untuk menemukan kedamaian. Seiring waktu juga goresan luka itu akan menghilang, meninggalkan jejak yang mengajarkan kebijaksanaan dan kekuatan.
Jadi, meski terdapat banyak hal memalukan dalam perjalanan hidupku, aku belajar untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri dan menerima bahwa setiap perjalanan memiliki pasang surutnya.
Dan aku bersyukur karena hal itu membentuk diriku menjadi versi yang lebih baik.
Aku bangga, sebab dalam setiap kegagalan, aku menemukan motivasi untuk terus memperbaiki diri, menjalani proses pemulihan, meski luka terasa mendalam.
2 notes · View notes