#G30SPKI
Explore tagged Tumblr posts
Text
//BL00D, WEAPONS
G30SPKI
#pki#g30spki#Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia#Partai Komunis Indonesia#tw blood#ak 47 gun#countryballs#indonesia#indonesia countryball
4 notes
·
View notes
Text
She need to be alone for A moment...
6 notes
·
View notes
Text
Pembantaian Massal 1965–1966 : Setengah Juta Nyawa Melayang di Indonesia...
youtube
0 notes
Text
Gerakan 30 September
Peristiwa G30S/PKI, juga dikenal sebagai Gerakan 30 September atau Kudeta PKI, adalah sebuah peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965. Peristiwa ini merupakan puncak dari upaya kudeta militer yang dilakukan oleh sekelompok anggota Angkatan Darat Indonesia yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Syamsuri, yang memiliki keterkaitan dengan…
View On WordPress
#30S#30September#30September1965#30SPKI#AhmadYani#angkatan darat#DIPanjaitan#G30SPKI#kudetaPKI#lubangbuaya#MTHaryono#ordebaru#Partai Komunis Indonesia#PKI#sejarah#sejarahkelam#SiswondoParman#soeharto#soekarno#Sugiyono#SutoyoSiswomiharjo#untungsyamsuri
0 notes
Text
IT'S TIME FOR ANOTHER MUSIC + HISTORY INFODUMP FROM YOURS TRULY
youtube
TigaPagi is an indie band from Indonesia whose music speaks historical events from our homeland. Their melodies are known to have a strong Sundanese feel, with strings that flows so gently akin to a harp, which makes their music so characteristically unique in our modern society.
"Roekmana's Repertoire" is a result of Tigapagi's seriousness and maturity in their artistic work. This can be seen from the changes they made to the old songs on this album. Their maturity is evident in the concept of adding a string section that cuts through almost all the songs, adding a grayish nuance, as if it is perfectly matched with the tone and delivery of the lyrics. In the lyrics department itself, it's not unfamiliar, from the era before the song "Menari" aired, Sigit, as Tigapagi's poet, tends to write lyrics with dark nuances in the form of metaphors, making them still beautiful to listen to. This is also a plus point that further strengthens their character.
The seemingly unending album tells the torturous events of G30SPKI or Gestapu (Gerakan September Tiga-Puluh) through the eyes of Roekmana. This gruesome historical movement took place on the 30th of September 1965, ending in October 1st 1965 following our second president's election.
A brief note about the choice of the name "Roekmana" reveals that it wasn't chosen randomly. According to their press release (written in the old spelling by Cholil Mahmud and A. Puri Handayani), Roekmana served as inspiration for Sigit Agung Pramudita (Vocal, acoustic guitar, bass, keyboard, theremin, backing vocals), as well as the two brothers, Eko Sakti Oktavianto (Acoustic guitar, piano, kecapi) and Prima Dian Febrianto (Acoustic guitar), in creating Tigapagi's music. Roekmana was a skilled guitar teacher known for playing Sundanese classical music. The album was titled after him and he became the central figure because of his significant influence on their music.
Unfortunately, (whether it's my lack of careful listening) the sound of our traditional flute (suling bambu) that was once inserted into some songs is now gone, replaced by the sound of a modern flute. Although it could have added to the strength of their musical character, I respect their decision on the change. I liken "Roekmana's Repertoire" to an oasis in the desert, successfully quenching the thirst and refreshing their long-awaiting fans who have been waiting for a full album from Tigapagi. And if this album was indeed made in the atmosphere of September 1965, then they have succeeded, both in terms of packaging and music.
Since this post is already long enough, I will share my analysis on each of "Roekmana's Repetoire"'s tracks and their single "Tidur Bersama" in separate posts starting next monday.
#I wanted this cd in my collection for the longest time#even more than WF's artbook#Music Analysis#TigaPagi#Sound Art#Youtube
7 notes
·
View notes
Text
EKSTRAKURIKULER PRAMUKA: PERSAMI
haii semua!! perkenalkan nama aku kaifa aisyah kumala dari kelas 9.1 absen 15, Di blog kali ini aku akan menceritakan tentang pengalaman aku mengikuti kegiatan persami di sekolah SMPN 109 Jakarta. Sebelumnya aku akan menjelaskan tentang apa itu pramuka dan persami, Pramuka adalah sebuah organisasi yang merupakan wadah proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia. Sementara itu, Persami adalah singkatan dari Perkemahan Sabtu Minggu. Sesuai namanya perkemahan ini dilakukan pada hari sabtu dan minggu
Kegiatan persami di adakan pada tanggal 14-15 Desember 2022, Nama regu pramuka aku adalah " Regu Melati " yg beranggotakan 8 orang. Persiapan untuk mengikuti persami butuh membawa banyak bawaan, aku membawa baju ganti, peralatan memasak, makanan, dan masih banyak lagi. Aku dan teman sereguku mengikuti Upacara Bendera untuk pembukaan persami. Upacara berlangsung cukup lama, setelah upacara kami melaksanakan isoma (istirahat, sholat, makan). Kami melanjutkan berbagai kegiatan, seperti melakukan misi regu di setiap pos lalu di Malam harinya kita menyaksikan api unggun dan kembali ke sekolah untuk menampilkan pertunjukan setiap kelas untuk memeriahkan suasana saat persami. Kelasku menampilkan tarian kreasi dan drama G30SPKI. Kegiatan tersebut berlangsung hingga jam 12 malam.
Hari kedua persami kita saat pagi melakukan senam bersama' lalu lanjut untuk lomba memasak setiap regu nya dan melakukan sarapan bersama" , setelah itu aku dan anggota lain regu ku mengikuti beberapa kegiatan yg di lakukan di hari kedua seperti mencoba flying fox, climbing, dan melakukan misi di beberapa pos lain nya juga. Sebelum kegiatan persami selesai seluruh regu mengikuti makan bersama di lapangan sekolah lalu setelah makan kita semua kumpul untuk diumumkan juara regu, lalu setelah itu kita mengikuti Upacara penutupan persami dan pelantikan.
2 notes
·
View notes
Text
I remember'bout G30SPKI!
oh man...
0 notes
Text
Sukitman, Tokoh Penting Pengungkapan G30SPKI yang Jarang Punya....
JAKARTA | Priangan.com – Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang lebih dikenal dengan sebutan G30SPKI tak hanya menorehkan luka dalam sejarah bangsa Indonesia, tetapi juga menjadi catatan kelam yang tak akan pernah terlupa. Dari sebagian besar kisah yang diceritakan, bagian inti yang ditonjolkan selalu tentang pembunuhan para jenderal yang jasadnya dimasukan ke dalam lubang. Padahal, di…
0 notes
Text
eksil (2024)
awalnya gue agak apatis saat liat posternya yang jujur teriak dokumenter banget dan gue nggak begitu tertarik lihatnya. memang baiknya nggak berburuk sangka dan untungnya gue coba nonton trailernya dulu sebelum langsung beli tiket. sangat amat disarankan untuk ditonton sebelum ditarik dari bioskop. sepanjang film dibuat merinding, takjub, dan nangis. nyorot trauma indonesia pasca rezim orde baru dan kejadian G30SPKI.
kalo orang-orang pengen kabur kuliah di luar negeri mereka justru setelah kuliah ditahan nggak boleh balik ke indo. mungkin kalau nggak disuguhin film ini pengetahuan tentang kejadian 1965, gue bakal mentok dimatkul sejarah yang bahkan gue juga kebanyakan lupa alurnya. dari awalnya nggak ada ekspektasi apa-apa sampe nggak bisa nggak nahan nangis sih apalagi waktu diputer lagu indonesia pertiwi.
dari film ini gue jadi paham titel "mahasiswa" benaran sekuat itu di era orde lama sampai reformasi di indonesia. suara mereka kuat sekali dan bisa melekat ke masyarakat indonesia. saking kuatnya sampai diasingkan ke negara orang padahal ingin pulang. dari film dokumenter ini selain adanya kesadaran akan masa lalu indo yang berdarah-darah, gue jadi tertarik buat ngulik sejarah indonesia pasca kemerdekaan. trauma pasca perang ternyata belum sembuh sudah ditimpa tragedi baru berdarah-darah.
youtube
"orde baru itu masih ada sampai sekarang cuma ganti pemakai jasnya." 🙃
terima kasih atas perjuangannya.
0 notes
Text
TOTOXL : Menggali Kembali Kekejaman G30S/PKI
Mengenang Tragedi yang Mengerikan dalam Sejarah Indonesia, G30SPKI.
TOTOXL, tepat pada tanggal 30 September 1965, rakyat Indonesia menyaksikan salah satu momen paling kelam dalam sejarahnya: G30S/PKI, Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia. Peristiwa tersebut bukan hanya mengguncang bangsa Indonesia, tetapi juga menyisakan trauma mendalam yang terukir dalam ingatan masyarakat awam.
G30S/PKI terjadi dalam konteks ketegangan politik dan ideologi antara rezim Presiden Soekarno yang didukung oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) dan kelompok militer yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto yang skeptis terhadap pengaruh PKI. Dalam serangan yang terorganisir, sejumlah perwira tinggi militer, termasuk Letnan Kolonel Untung, yang tergabung dalam "Dewan Jenderal" yang pro-PKI, diculik, dibunuh secara brutal, dan dibuang ke dalam lubang buaya yang sempit, sangat mengerikan dan kejam.
Peristiwa ini diikuti oleh serangkaian pembunuhan yang sistematis terhadap perwira militer dan sipil yang diduga berhubungan dengan PKI atau pro-Soekarno. Ribuan orang menjadi korban eksekusi, penyiksaan, dan penghilangan paksa, menggambarkan gambaran kengerian kekejaman yang terjadi selama periode itu membuat bulu kuduk siapapun merinding.
Tragedi G30S/PKI tidak hanya merenggut nyawa secara langsung, tetapi juga meninggalkan luka batin yang mendalam dalam masyarakat Indonesia. Ketakutan akan represi politik dan pembunuhan massal menyebabkan gelombang pengungsian besar-besaran dari warga yang dicurigai terlibat atau mendukung PKI. Keluarga yang ditinggalkan merasakan penderitaan yang tak terperi, dengan anggota keluarga yang hilang tanpa jejak atau ditangkap tanpa alasan yang jelas dan tanpa kabar hingga kini.
Rezim militer yang menggantikan pemerintahan Soekarno, yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto, menggunakan tragedi G30S/PKI sebagai dalih untuk menggulung kekuasaan dengan tangan besi. Peristiwa ini menjadi landasan bagi Orde Baru yang otoriter dan represif, dengan rezim yang memperketat kendali atas media, kebebasan berpendapat, dan hak asasi manusia.
Mengingat peristiwa mengerikan ini adalah bagian penting dalam mengenang sejarah bangsa. Namun, penting juga untuk memahami bahwa interpretasi sejarah seringkali disusupi oleh agenda politik yang berbeda. Beberapa kalangan cenderung memanfaatkan peristiwa G30S/PKI untuk memperkuat narasi anti-komunis dan mendiskreditkan segala hal yang berkaitan dengan ideologi tersebut, sementara yang lain menekankan pada kompleksitas politik saat itu dan pentingnya memahami konteks historis yang lebih luas.
Dalam mengingat tragedi G30S/PKI, marilah kita menghormati kenangan para korban dan keluarga mereka, dan juga mengambil pelajaran penting tentang bahaya fanatisme politik, ketidakadilan, dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Hanya dengan memahami masa lalu kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang negara Indonesia.
G30S/PKI bukanlah sebuah gerakan yang harus kita takuti dan kita jadikan momok ketakutan, diharapkan bahwa kejadian kelam ini akan menjadi kiblat kita untuk menguatkan kehidupan bermasyarakat dan semakin menjaga ketentraman negeri ini, hindari oknum-oknum tak bertanggung jawab yang kiranya sering memprovokasi masyarakat untuk melakukan hal yang tidak benar dan tetap menjadi generasi yang unggul dan bertanggung jawab atas semua yang telah diperbuat ya! TOTOXL
0 notes
Text
Ekskul Pramuka: Persami di Sekolah!
Kegiatan persami di adakan pada tanggal 10-11 Desember 2022. Nama reguku adalah "Regu Melati" yang beranggotakan 8 orang. Aku membawa banyak bawaan, seperti baju ganti, peralatan memasak dan masih banyak lagi. Aku dan teman sereguku mengikuti Upacara Bendera untuk pembukaan persami. Upacara berlangsung cukup lama, setelah upacara kami melaksanakan isoma (istirahat, sholat, makan). Kami melanjutkan berbagai kegiatan, seperti melakukan misi regu di setiap pos. Malam harinya kita menyaksikan api unggun dan kembali ke sekolah untuk menampilkan pertunjukan setiap kelas untuk memeriahkan suasana saat persami. Kelasku menampilkan tarian kreasi dan drama G30SPKI. Kegiatan tersebut berlangsung hingga jam 12 malam.
0 notes
Text
Keluarga Besar SATLANTAS POLRES TRENGGALEK mengucapkan Selamat Memperingati HARI KESAKTIAN PANCASILA 1 OKTOBER 2023
•• AYO MANDIRI TERTIB BERLALU LINTAS ••
divisihumaspolri
ditlantaspoldajatim
polripresisi
rtmcjatim
ntmc_polri
kesaktianpancasila
pahlawanrevolusi
g30spki
garudapancasila
1oktober
©2023 Satlantas Polres Trenggalek
0 notes
Text
Menjelang 30 September , Keangkeran Sumur Maut Lubang Buaya 😱
https://youtu.be/_yiPWcK_UUA?si=WVkVZfJp81HvridC
#monumenpancasilasakti #lubangbuaya #g30spki #sumurmaut #g30s #pancasilasakti #angker #angkerbanget #misteri #horrorstory #pemburuhantu #pemburuhantulive #sejarahindonesia #ghosthunting #donniykhristanto
#lubang buaya#monumen pancasila sakti#sumur maut#ghost hunter#ghost hunting#emf ghost#youtube#youtuber#youtube shorts#angker#seram#creepy#horror
1 note
·
View note
Photo
Hari ini, kita, bangsa Indonesia, mengenang sebuah peristiwa keji nan sadis. 30 September 1965, Partai Komunis Indonesia memberontak serta menculik dan membunuh tujuh perwira TNI AD. Duka mendalam masih kita rasakan bahkan hingga saat ini. Mereka, para perwira yang gugur dalam peristiwa G30SPKI, adalah pahlawan revolusi. Merekalah yang rela mempertaruhkan nyawa, demi mempertahankan NKRI, Pancasila, dan UUD 1945. Marilah kita mengheningkan cipta dan mendoakan arwah para pahlawan tersebut, supaya amal dan ibadahnya diterima disisi Tuhan Yang Mahaesa.
5 notes
·
View notes
Photo
#g30spki https://www.instagram.com/p/CUbg9NBPO-G/?utm_medium=tumblr
2 notes
·
View notes
Text
Gerakan September Tiga Puluh: Malam yang Panjang bagi Sukitman
1 Oktober 1965 dini hari, Sukitman yang merupakan Agen Polisi tingkat II sedang berpatroli di sekitar Jalan Iskandarsyah. Saat itu Sukitman tidak sendiri, melainkan ada juga Agen Polisi Soetarso yang ikut berpatroli dari malam hingga pagi dalam rangka penugasan untuk menjaga tamu Negara yang akan menghadiri acara peringatan Hari ABRI 5 Oktober.
“Hingga pukul 00.00 tidak terjadi sesuatu hal yang mencurigakan atau tetap aman-aman saja”, Ucap Sukitman dalam pengakuannya pada buku “Peranan Anggota Polri Agen Polisi Tk. II Sukitman “(1995) yang ditulis oleh Sri Mulyani Sugiarto.
Waktu terus berjalan dari menit ke menit, hingga saat menjelang subuh keheningan malam terpecah dengan terdengarnya suara tembakan. Sukitman yang saat itu sedang berada di pos pun tergugah jiwa pedulinya sebagai polisi untuk segera meninjau apa yang terjadi.
“Mungkin ada perampokan,” ucap Sukitman pada Soetarso sembari bergegas mengangkat sepedanya untuk mencari sumber tembakan.
Sukitman berangkat sendiri. Dengan berbekal sepeda dan senjata yang diselempangkan, Sukitman mencari dimana sumber suara tembakan yang saat itu ia rasa berasal dari arah utara. Setelah mengayuh sepeda cukup lama, Sukitman sadar bahwa tembakan itu berasal dari sekitar rumah Brigjen D.I Pandjaitan. Selain itu Sukitman juga sempat melihat banyak pasukan berbaret merah yang terlihat seperti berpatroli.
“Jumlahnya sangat banyak, ada sekitar 40-50 barangkali, bahkan mungkin 100,” ucap Sukitman dalam pengakuannya.
Karena merasa dirinya sama-sama aparat, Sukitman pun tidak ragu untuk mengayuh sepedanya untuk mendekati pasukan berbaret merah tersebut. Namun, belum sampai disana, ia dihadang oleh pasukan bersenjata yang jumlahnya banyak tersebut.
“Berhenti, turun dari sepeda, lemparkan senjata, angkat tangan!” ucap salah seorang penghadang.
Sukitman yang kebingungan akhirnya dibawa ke sebuah truk dengan kondisi mata ditutup dan tangan diikat. Dengan berbekal ingatan, ia sempat mengira-ngira akan dibawa kemana berdasar kemana truk tersebut belok. Namun, dalam perjalanan ia mulai kehilangan orientasi dan benar-benar tidak tahu dimana keberadaanya.
Setelah truk berhenti, tutup mata Sukitman dibuka. Dalam kondisi tersebut, Sukitman diseret menuju sebuah tenda sembari mendengar suara samar-samar yang terdengar seperti “Yani wes dipateni (Yani sudah dibunuh)”
Dalam remang-remang pagi, Sukitman melihat ada orang-orang yang terikat di bangku dengan kondisi mata ditutup dan tangan diikat kebelakang dan juga beberapa orang dengan pakaian semacam kimono yang tergeletak di lantai.
Di dalam tenda, setelah salah seorang yang menangkap Sukitman melapor pada atasannya bahwa Sukitman (yang dianggap sebagai pengawal Brigjen D.I Pandjaitan) ditawan, Sukitman pun dipindahkan ke depan tenda. Oleh karena hari semakin cerah, Sukitman kali ini dapat melihat adanya kerumunan yang menamakan dirinya sebagai “Sukarelawan dan Sukarelawati” dengan berbekal senjata yang menurutnya melebihi perlengkapan ABRI. Dari depan tenda tersebut, Sukitman yang dijaga oleh pasukan Tjakrabirawa melihat ada beberapa orang yang dimasukkan kedalam sebuah sumur yang kemudian disusul dengan tembakan sembari berteriak “Ganyang Kabir! Ganyang Kabir!” (Kabir = Kapitalis Birokrat)
Melihat tindakan tersebut, kecemasan menghantui benak Sukitman. Namun, salah seorang dari pasukan Tjakrabirawa sempat berkata, “Tenang, disini kamu aman. Kita ini prajurit miskin, sedangkan mereka yang menamakan dirinya sebagai Dewan Jenderal jam dinidingnya saja terbuat dari emas. Mereka berencana membunuh presiden pada 5 Oktober nanti. Kamu tahu kan tugas Tjakrabirawa itu mengamankan Presiden”
Setelah tragedi nahas tersebut selesai, Sukitman tidak serta merta dibebaskan. Sukitman disuruh ikut naik Jip bersama Letkol Untung menuju Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sesampainya di Halim, karena kelelahan Sukitman tertidur di bawah sebuah truk.. Setelah terjaga, Sukitman bangun dari kolong truk dan terheran karena kini pasukan yang ada di depannya berbeda dengan pasukan yang membawanya. Melihat kondisi tersebut, lantas Sukitman menceritakan apa yang ia alami semalam kepada pasukan baru yang ia lihat tersebut.
Setelah itu Sukitman dibawa menuju Markas Resimen Tjakrabirawa yang akhirnya dioper untuk bertemu dengan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Di hadapan Kolonel Sarwo Edhi, Sukitman membeberkan apa saja yang ia lihat mulai dari siapa saja yang terlibat hingga lokasi sumur yang digunakan untuk mengubur para jenderal yang sudah dibiaskan dengan timbunan sampah dan pohon pisang yang sengaja ditanam diatasnya.
Atas jasanya tersebut, Sukitman kini dikenang sebagai salah satu orang yang paling berjasa dalam menemukan lokasi keberadaan jasad jenderal-jenderal sekaligus saksi sejarah terjadinya Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh). Setelah itu Sukitman yang hanya berpangkat rendah akhirnya dimasukkan kedalam Secapa (Sekolah Calon Anggota Perwira) Polri hingga akhir karirnya ia pensiun dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi yang setara dengan Letnan Kolonel kepolisian.
2 notes
·
View notes