Tumgik
#Daster Cewek
keranjangku-ning · 9 months
Text
Baju dress/daster wanita rayon premium. Rp 45.200. Dapatkan sekarang juga di
SHOP.EE ✅
#RacunShopee! #kadobuatpacar #instagramdown #BreakingNews
0 notes
steven-wijaya · 4 months
Text
Cerita Sex Teman Kampusku yang menjadi Pemuas Nafsuku
Tumblr media
By penikmat satin 24 Mei 2024
Hari ini aku akan berbagi cerita tentang pengalamanku masturbasi dengan teman kampusku dan dia adalah sahabaku sendiri yang satu kampus denganku.
Akhir-akhir ini aku sering jalan Bersama Maya, dia teman satu kampus yang paling dekat denganku. Mulai dari pulang bareng, makan bareng hingga nonton bareng. Sebenarnya kami sudah kenal sekitar 1 tahun yang lalu dalam kegiatan kampus dan setelah itu kita menjadi temen.
Semenjak Maya putus dengan pacarnya, kami semakin dekat saja dan kemana-mana selalu bareng dan suatu malam pas malam minggu setelah aku dan Maya baru saja selesai menonton acara petunjukan seni budaya disalah satu gedung yang ada dikampus, malamnya aku langsung mengantarkan Maya  pulang ke rumah kontrakanya.
Saat perjalanan dari kampus ke tempat kontarakannya dengan motorku. Sepanjang perjalanan, kami berbincang-bincang ringan. Tak disangka Maya merapatkan duduknya dan memeluku dari belakang sehingga bagian dadanya menempel sekali dibagian punggungku.
Maya tergolong cewek yang manis dan pintar bergaul. Penampilan yang sangat seksi banyak mata laki-laki selalu meliriknya Seperti sekarang ini, dia menggunakan kemeja satin berwarna merah  dibalut bawahan dengan rok warna hitam dengan bahan satin sama seperti kemejanya seatas lututnya.
Sesampai rumah kontakanya terlihat sangat gelap sekali.
“Loh, May lampunya kok gak pada dinyalain sih”, kataku ketika sampai di depan rumah kontrakan.
“Biasa Tom kalau sudah hari sabtu dan minggu mereka pada balek kerumah orang tuanya kecuali aku. Masuk Tom”
“Lah emang teman-teman kamu orang mana sih pakai pulang segala?”, tanyaku.
“Lah mereka kan Cuma asli orang Solo dan Wonogiri aja”.
Kulihat rumah kontrakan Maya cukup besar dan terdapat 3 kamar dan teman-teman yang mengontrak disini juga sama-sama teman satu kampus dengan Maya.
Malam itu aku duduk diruang tamu sambil menunggu Maya keluar dari kamar dan setelah menunggu sekitar 5 menitan begitu keluar dari kamar Maya sudah mengganti pakaian dengan pakaian tidur model daster berkain satin berwarna krem sambil membawa sebuah laptop dan mengajaku pidah ke ruang tengah.
Diruang tengah kami duduk santai diatas karpet lesehan karena memang tidak ada kursi atau sofa di rumah kontrakanku ini.
“Oh ya Tom, ini data-data tugas yang diberiakan oleh dosen kemarin kamu tinggal pidah ke hardisk aja”.
Setelah beberapa tugas aku copy dari laptop ke hardisk ku, aku menemukan beberap file film-film semi thailand yang ada dilaptopnya dan sempat aku buka beberapa filmnya saat Maya meninggalkan aku untuk membuat secangkir kopi panas. Tapi saat aku baru beberapa menit membuka film itu tiba-tiba dari belakang Maya datang.
“Gimana udah belum  copynya ke hardisk Tom”, Tanya Maya kepadaku.
“Tinggal dikit May…tapi lama juga copynya”, kataku.
“Gimana ngak lama kalau pakai nonton film juga”
“Hehehe….”, aku sedikit malu saat Maya berkata seperti itu, aku kira dia tidak tau.
“Ya udah nonton aja Tom”, dengan santainya Maya duduk disampingku.
“Kamu suka ya May nonton film seperti ini”.
“Ya suka aja sih dari pada dikontrakan sendiri,  kadang iseng-iseng nonton seperti ini”.
Sekitar 30 menit, kami nonton beberapa koleksi film yang ada dilaptopnya,  tak terasa kulihat jam dinding sudah menujukan pukul 23:45. Sebenernya copy tugas-tugas kuliah yang dilaptop sudah selesai aku pindah ke dalam hardisk ku tapi karena kita berdua masih focus melihat beberapa adegan seks difilm itu aku jadi lupa waktu.
“Oh ya May, udah malam aku pulang dulu ngak enak kalau ada orang yang lihat”.
“Pulang besok pagi aja Tom, malam ini kamu nginep aja disini,  apalagi  hari udah larut malam”, jawab Maya.
“Tapi ngak enak May, nanti ada orang lihat aku nginep disini”.
“Udah santai aja disini ngak ada siapa-siapa dan bebas kok”.
“Ya udah lah kalau gitu malam ini aku tidur disini, tapi tidur dimana May?”.
“Tidur di kamar aku aja”, katanya sambil senyum.
“Wah ngak enak May, mendingan aku tidur di sini aja”, kataku sambil menunjuk kasur lipat yang diruang tengah.
“Ya udahlah terserah kamu aja”, kemudian Maya masuk kedalam kamar untuk istirahat.
Malam itu aku tidak memiliki pikiran yang macam-macam soal Maya karena aku anggap dia sahabat paling dekat denganku dilingkungan kampus dan Kedekatan kita hanya sebatas teman. Malam itu aku tidak langsung tidur aku masih menonton koleksi film-film semi yang ada dilaptop milik maya.
“Cekreeeeek…” tiba-tiba pintu kamar Maya terbuka dan sejenak aku memperhatikan Maya keluar dari kamar.
“Kenapa May?” terlihat Maya telah melepas Branya dibalik dasternya yang dikenakanya itu, karena jelas sekali ada benjolan kecil yang menjeplak dikain satin dasternya.
 “Belum bisa tidur Tom”, kata Maya sambal duduk di sampingku.
“Ya udah, ikutan nonton Film-film koleksi kamu ini, Ntar juga ngantuk sendiri kamu”, jelasku kepada Maya sambil tersenyum.
“Bukanya ngantuk Tom, malah nanti jadi terangsang kalau nonton setiap ada adegan seksnya”.
“Ya tergantung sih”, kataku sambil kita berdua menonton diatas Kasur kecil diruang tengah.
Setengah jam berlalu kita berdua menonton, lama-lama Maya menyandarkan kepalanya di pundakku. Baru kali ini Maya bertingkah seperti itu. Aku memperhatikan wajahnya yang memang mulai mengantuk, matanya agak sayu sambil memperhatikan film yang ada dilaptop.
“May pindah kamar dikamar saja, tidur di dalam aja”, kataku sambil dengan sopan memegang tangannya.
“Iya Tom”, jawabnya.
Tanganku tidak di tepis olehnya. Maya kemudian beranjak dari duduknya dengan tetap memegang tanganku dan menariknya.
“Temenin yuk Tom”, pintanya, sedikit memaksa dan manja.
“Tapi May”, aku tidak percaya.
Maya menarikku masuk kedalam kamarnya lalu dia merebahkan tubuhnya di sisi ranjang yang dekat tembok. Aku yang masih tidak percaya dengan prilaku Maya malam ini dan aku masih posisi berdiri dekat ranjang. Namun aku tidak berani mengambil inisiatif dengan langsung merebahkan tubuhku diatas ranjang itu.
“Tomi,  sini dong”, kata Maya dengan nada manja sambil menepuk ranjang, menunjukkan kalau  maya minta aku tidur disebelahnya.
Maya sepertinya paham kalau aku merasa tidak enak sekamar dengannya walaupun dirumah itu tidak ada siapa-siapa hanya kita berdua.
Kemudian aku rebahkan tubuhku diatas ranjang disamping Maya. “Tomii…”, panggil Maya. Kedua mata kita langsung saling berpandangan dan Maya mendekatkan kepalanya kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Ciuman itu terasa hangat dan lembut.
“Kenapa May?”, aku dibuatnnya kaget dan baru kali ini bibirku dicium oleh seorang wanita yang tanda kutip dia bukan pacar tapi melainkan hanya teman dekat saja dan ketika mulut kita berhenti berciuman.
“Tom…efek nonton film semi tadi aku jadi pengen”, jawab Maya sambil merapatkan tubuhnya. Aku hanya tersenyum mendengar itu.
“Hahaha, Efek kelamaan jomblo juga yah?”, sindirku.
“Iiihhhh….Tomiii…”, Maya memukul tanganku.
Karena aku juga sudah sangat bergairah melihat Maya yang hanya mengenakan daster satin itu dan efek nonton film-film koleksi Maya tadi kemudian aku membalas ciuman dibibirnya. Mayapun membalasnya dengan penuh nafsu dan kita sudah sama-sama saling menyedot antara bibir dan lidah. Aku mulai meraba buah dadanya yang sudah tidak memakai Bra itu. Kuremas-remas buah dadanya sambil kumainkan putting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Uuuhhh…”, suara desahan kecil yang keluar dari sela-sela mulutnya Maya.
Maya juga tidak mau kalah meraba bagian selangkanganku. Dalam hitungan detik saja baju dan celanakau sudah tergeletak disamping kasur. Tanpa menunggu lama, aku meremas dengan lembut kedua buah dadanya yang memiliki putting mungil menojol menjeplak dikain satin dasternya itu.
“Aaaannggghhh…Tomiiiii…”, Maya mendesah.
Aku jiliat bagian puttingnya dan kusedot secara bergantian kiri dan kanan sambil memintir puttingnya yang tidak kusedot tanpa membuka penghalang kain satin yang menetupi kedua putting susunya.
“Teruuus Tomiiii…ungghhh…enaaaak…sedot yang kuat gigit tomiii….”, Maya mulai mendesah sambil mengacak-acak rambutku.
Kemudian tangannya mencoba meraih batang penisku yang sudah sangat tegang lalu dikocok-kocoknya penisku.
“Uuuhhh..enak Mayaaaa…”, lembut banget tangan.
Aku masih tetep meremas buah dadanya dan terus tanpa henti menyedotnya dan kedua tanganku berusaha mencoba membuka celana dalamnya.
“Boleh dibuka May?”, kemudian Maya menghentikan kocokannya dan melihatku.
“Boleh Tom, tapi aku takut…”
“Kenapa? Kamu masih perawan?”, aku jadi penasaran.
“Sebenernya dulu sering kayak gini sama pacarku, cuma gak sampai dimasukin. Biasanya dia hanya digesek-gesekin aja, petting doang”, jelas Maya.
Kemudian Maya mencium pipiku. “Gak pa-pa kan Tom, kalau cuma digesekin?”, tanya  Maya dan aku hanya berusaha tersenyum dan mengangguk saja.
Maya lantas melepas sendiri celana dalamnya. Aku melihat bentuk vagina yang indah dengan rambut yang sudah bersih dicukur habis. Bagian klitorisnya masih tertutup rapat.
“Maya kita main gaya 69 yuk”, kataku memancingnya.
“Ayo aja…Tom biar sama-sama menikmati”.
Maya beranjak berdiri dan menindih tubuhku yang terlentang diatas ranjang. Setelah mengatur posisi supaya nyaman, aku melenguh duluan. “Uuuuhhhhh…Mayaaaa…”, Maya sudah melahap penisku bagaikan es krim.
Penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Tangan kiri Maya juga mengocok penisku. Variasi blowjob yang dilakukan Maya membuatku sedikit lupa kalau di depan mukaku terdapat vaginanya. Tidak mau kalah, akhirnya aku mulai memainkan jari-jariku di vaginanya. Kubuka bagian klitoris yang masih tertutup rapat dan ketika sudah terlihat daging kecil menonjol itu lantas ku elus pelan.
“Aaahhhh…”, suara lenguhan Maya tiba-tiba terdengar dikesunyian malam didalam kamarnya.
Tidak berhenti sampai di situ, aku mulai menjilati bagian lubang vaginanya. Desahan Maya makin lama semakin keras. Selain menjilat terkadang aku menyedot dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Akhirnya vaginanya semakin basah dan becek, tidak hanya karena ludahku tapi juga cairannya mulai keluar. Setelah merasa cukup dengan posisi 69, Maya beranjak dan merebahkan tubuhnya di sampingku.
Nafasnya sedikit terengah-engah. Bibirnya menyunggingkan senyum. Mungkin itu semacam kode untukku agar aku melanjutkan aksi ini. Aku mulai menciumi wajahnya mulai dari kening, hidung, dan bibirnya. Kemudian turun menuju puncak buah dadanya. Puttingnya sudah tegang maksimal.
Maya begitu menikmati semua perlakuanku terhadap tubuhnya masih terbalutnya licinya kain satin dasternya. Matanya terpejam namun bibirnya sedikit terbuka, dan kadang desahan-desahan kecil keluar dari mulutnya. Perlahan-lahan aku menindih tubuhnya. Mata kita saling sama-sama berpandangan lagi. Bibirnya menyambut bibirku. Aku sudah sangat bernafsu, aku agak tidak menghiraukan permintaan hanya petting saja. Mayapun begitu diliputi hawa nafsu, desahannya semakin intens. Namun dia menghentikan ciuman dan menatap kedua mataku.
“Digesekin aja ya Tom”, kata Maya mengingatkan.
“Aku udah gak tahan lho May. Ntar kalo keenakan terus masuk gimana?”, ledekku.
“Iiihhh…Tomiiii…”, Maya tertawa kecil sambil mencubit lenganku.
“Aku yang nahan Tom, udah pengalaman…”, lanjutnya.
“Tapi aku yang gak tahan. Apa gak usah aja?”, kataku sambil berpura-pura beranjak dari tubuhnya Maya.
“Tomiiii…….”, Maya merengek dan kemudian menarik tanganku.
Bibir kita berciuman lagi. Maya melebarkan kedua pahanya dan meraih penisku supaya tepat berada di depan bibir vaginanya. Kemudian Maya menggesek-gesekkan sendiri penisku dengan tangannya.
“Uuuuhhh…ssshh…”, Maya mulai mendesah ketika aku menggerakkan pinggulku. Kedua tangannya kini merangkul leherku.
“Enak May?”, Maya mengangguk dan ikut menggoyangkan pinggulnya.
“Tomiii… Uuuhhh…”, desah Maya diiringi kepalanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan.
Di bawah sana, kepala penisku hanya menggesek-gesek bibir vaginanya yang semakin basah. Ujungnya benar-benar tepat di lubang vagina sehingga kalau aku nekat dan khilaf perawan Maya bisa-bisa tembus oleh penisku.
“Aku ganti diatas aja Tom”, kata Maya.
Kita bertukar posisi, women on top. Maya menekan penisku tepat di belahan vaginanya. Maya lalu mulai bergerak maju mundur. Payudaranya ikutan bergoyang.
“Aaanggghhh…uuugggghhh…Tomiiiii…”, mulut Maya mendesah semakin nyaring
“Tomiiiii…mainin tetek akuuu…ssshh…”. Tanganku lantas meraih dua buah dadanya yang menggantung terhalang kain satin dasternya itu.
Ternyata Maya semakin mempercepat gerakannya. Pinggulnya bergeak ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang. Mungkin sebentar lagi dia akan mendapatkan orgasmenya. Aku sebenarnya juga sudah tidak tahan karena efek gesekan belahan bibir vaginaya. Tapi sayang sekali kalau cuma petting saja membuat orgasme.
“Aaaaahhhh…Aaahhh….Anghhhh!!!”, Desahan panjang sekali.
Tubuhnya mengejang-ngejang beberapa saat merasakan orgasme kemudian setelah puas merasakan orgasme tubuhnya langsung lemas tergeletak ditubuhku. Maya memeluk tubuhku dan nafas masih memburu. Aku mengelus rambut hitam bergelombang miliknya. Cukup lama juga, kita diposisi seperti itu.
“Tom, belum keluar yah?”,
“Belum May. Tapi kalau kamu capek, ya gak pa-pa kok”, aku mencoba mengerti walaupun
sebenarnya merasa nanggung.
Maya mengubah posisi dan langsung memegang penisku yang masih tegang. Lagi-lagi Tindakan tiba-tiba yang mengasyikkan, Maya melakukan blowjob. Kepalanya terlihat naik turun.
“Aaaaahhh…”, aku hanya bisa mendesis seperti itu.
Kemudian secara reflek aku memegang kapalanya  dan menahannya. Aku menggerakkan pinggul seoalah-olah aku sedang ML dengan mulut mungilnya. Seketika Maya melepas emutannya dan melihatku. Aku agak kaget karena takut dia tidak suka ketika aku menahan kepalanya seperti tadi.
“Mayaaa…aku udah mau keluar? Jangan di mulut may?”, kataku.
“Terus dimana Tom?”
“Aku pingin gesek-gesek dikain satin dastermu”.
Kemudian maya terlentang diatas ranjang dengan cepat aku naik keatas tubuhnya dan langsung saja aku gesek-gesekan batang penisku diatas permukaan perutnya.
“Unggghhh….Mayaaa….enak…banget….”, gesekan penisku dipermukaan kain satin dasternya terasa licin sekali dan membuat cairan spermaku mucrat sangat banyak.
Crottt….crottt…crottt…tubuhku mengejang-ngejag dibawah tubuhnya Maya diiringi cairan sperma yang keluar dan muncrat hingga mengenai bagian buah dadanya. Kemudian Maya menjilat penisku untuk dibersihkan dari sisa-sisa cairan spermaku yang masih keluar.
“Enak Tom gesek disitu”, kata Maya ketika sudah selesai.
“Enak banget terasa licin dan bikin ketagihan May”, Maya langsung merebahkan tubuhnya di sampingku.
“Kapan-kapan kalua mau nanti aku pakai baju tidur seperti ini biar kamu puas Tom, Yuk tidur…”. Katanya.
“Oh ya May aku pakai baju dulu biar ngak kedinginan”, kataku sambil mencoba beranjak dari kasur. Tapi tangan Maya menahan.
“Kenapa May?”
“Kan bisa minta peluk aku Tom”, jawabnya  sambil memelukku.
“Tapi kan AC kamarmu dingin banget May”.
Kemudian Maya beranjak bangun dari ranjang dan mengambil sesuatu dari dalam lemari dan ternyata selimut satin yang sangat lebar bermotif gambar mawar dan langsung menetupi tubuh bugil dan saling berpelukan diatas ranjang.
“Gimana enakan tambah licin dan hangat Tom”, katanya.
“Iya May, kamu ngerti aja sich”, Tiba-tiba tangannya iseng mengelus-elus penisku. Mataku yang hampir terpejam menjadi sedikit melirik ulah iseng Maya.
“Ntar kalau tegang lagi, aku masukin punya kamu nanti”, ancamku.
“Mau dong Tom, hihihi…”, Maya malah menggodaku.
Kemudian dia membalik tubuhnya dan membelakangiku dengan posisi nungging lalu kupeluk dari belakang sambil kugesek-gesekan dikain satin dasternya .
“Sabar ya Tom, ntar ada waktunya pasti kamu akan rasakan kok”, Maya menggumam.
Samar-samar aku mendengar kata-kata yang diucapkannya itu. Namun tidak terlalu yakin dengan maksud kata-kata itu. Perasaanku campur aduk, kaget, senang dan berharap bisa melakukan seperti ini lagi bersama Maya walau sekadar kita masih berteman dan belum menjadi pacar.
187 notes · View notes
allieee12 · 24 hours
Text
Ketika Masa Lalu Mengetuk Hati: Cinta SMP yang Kembali
Saat itu aku bertemu dengan kawanku saat SMP. Dia sebenarnya adalah cinta pertama bagiku yang yang saat itu belum pernah aku ungkapkan walaupun sebenarnya aku tahu diapun juga mencintaiku, sebut saja namanya Novi. Waktu itu kami bertemu di sebuah emperan toko daerah Coyudan.
Kami sama-sama berteduh karena saat itu hujan mengguyur kota Solo sangat deras. Kami ngobrol panjang lebar dan angka arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 sore, tetapi hujan tetap saja mengguyur walaupun tidak terlalu deras. Karena saat itu dia sedang menunggu bis, dan aku naik sepeda motor maka agar tidak kemalaman aku antar dia pulang tetapi tanpa jas hujan.
Sampai di rumahnya ternyata rumahnya dalam keadaan kosong karena keluarganya sedang menghadiri pesta pernikahan pamannya. “Aduh.. gimana nih Vi.. bisa masuk ke dalam nggak?”, tanyaku.
“Tenang, biasanya kuncinya ada di bawah pot ini, nah ini dia, masuk yuk di luar dingin, lagian baju kamu basah semua”, katanya sambil membuka pintu rumah. “Sebentar aku ambilkan handuk”, katanya sambil jalan ke belakang rumah.
Rumah yang sederhana tetapi sangat rapi dengan sofa ditengah ruangan. Dia keluar dengan menggenakan daster kuning transparan. Samar-samar aku lihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sangat sempurna membuat jantungku berdebar kencang. Kulitnya yang putih mulus terlihat sangat serasi dengan daster yang dipakainya.
“Ini handuknya”, dia memecahkan lamunanku. Karena baju dan celanaku basah maka aku buka bajuku dan aku pinjam salah satu kaosnya, tetapi bagaimana dengan celana panjangku?
“Pake punyaku aja Fa, aku punya jeans basic yang mungkin pas kamu pakai”, sahutnya. Aku tidak kaget karena dia tergolong cewek bertubuh tinggi besar. Aku masuk ke dalam kamarnya dan mulai membuka celana panjangku, tinggal **-ku yang masih basah.
“Vi.. sorry nich aku boleh pinjem CD-mu nggak? Yang penting dapat dipakai”, tanyaku. “Boleh, tapi di almari coklat yang kuncinya masih aku bawa, boleh aku masuk?”, sahutnya. Saat dia masuk kamar, aku hanya dililit selembar handuk bergambar Hello Kitty kepunyaannya.
Saat dia membuka almarinya dia menyuruh aku untuk memilih sendiri, dan karena letak **-nya ada di bagian bawah, aku harus jongkok. Tanpa aku sadari setelah aku berdiri, handuk yang melilit tubuhku terlepas dan aku hanya bisa diam terpaku. Dia juga diam memandang tubuhku yang telah telanjang bulat.
Dia terus memandang pen*sku yang memang telah berdiri. Kemudian dengan perlahan dia mengambil handuk yang berada persis di bawah pen*sku. Kemudian tanganku mengusap kepalanya dan kepalanya tertahan tepat di depan pen*sku. Selanjutnya dia menc*um kepala pen*sku, membuatku semakin kelabakan.
Dia terus menc*um pen*sku dengan lembut dan penuh perasaan, bisa aku rasakan itu. Kemudian dia berdiri dan giliranku menjil*t bib*rnya yang sangat lembut, dan diapun membalas dengan memasukkan l*dahnya ke dalam mulutku. Untuk beberapa saat aku menikmati bib*r dan l*dahnya, aku lanjutkan permainan l*dahku di sekitar telinganya, aku k*lum telinganya, dia hanya bisa medesis kegelian. Aku lanjutkan dengan menc*um dan menjil*ti sekitar lehernya.
Aku mulai membuka resliting daster yang berada di belakang dan dengan perlahan aku tanggalkan daster kuningnya. Sekarang hannya tinggal ** dan **-nya saja yang tersisa. Perlahan aku c*umi dan g*git pay*dara bagian atas sambil tanganku berusaha melepaskan **-nya. Dia hanya terdiam dan terpejam menikmati g*gitan lembut bib*rku.
Setelah **-nya terlepas terlihat sepasang bukit yang sangat indah yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Begitu putih, lembut, kencang, padat dan kedua put*ngnya berwarna coklat masih bersembunyi di dalam pucuk pay*daranya. Perlahan aku usap lembut kedua pay*daranya dan aku h*sap put*ng s*sunya agar mau keluar dan aku k*lum lembut put*ngnya. Dia hanya bisa mendesis keenakan.
BACA SELENGKAPNYA DI : http://feedbet.net/
0 notes
azkajahit · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
TERLARIS! Baju Setelan Cewek, Celana, Crinkle, Daster, Elegan, Baju Setelan by Rumah Jahit Azka
wa.me/+62895384025512, Baju Setelan Cewek, Baju Setelan Celana, Baju Setelan Crinkle, Baju Setelan Daster, Baju Setelan Elegan, Baju Setelan by Rumah Jahit Azka
Jahit Custom by Rumah Jahit Azka
Mekarsari Rt 01 / Rw 05
Kutowinangun, Kebumen
Jawa Tengah (54393)
Order by WA
Admin 1 : 0895-3840-25512 (FAST RESPON)
Admin 2 : 0812-2895-2254
Owner : 0812-2503-6194
IG
@azkalabel_
/
@rumahjahitazka
/
@azkalabel_catalog
#pusatbaju
#setelanwanita
#setelanrayon
#rayonmotif
#setelanharian
#bajuanak
#piyamarayon
#azkalabel
#azkalabeldaily
#rumahjahitazka
0 notes
Photo
Tumblr media
PENJUAL DASTER MURAH BALIKPAPAN, https://wa.me/625875109000, Daster Jumbo Yang Murah, Daster Murah Lengan Panjang, Daster Long Dress Murah, Daster Lengan Pendek, Daster Lengan Pendek Kancing Depan
Kami adalah pengrajin dan produsen sekaligus distributor daster & Piyama grosir online dan Kain Batik dari Kota Balikpapan.
1.Kami Memilih Katun Rayon Sebagai Bahan Baku Utama Karena Memiliki Bahan Yang Nyaman, Lembut Dan Adem. 2.Terkenal Dengan Kelembutan Dan Kehalusannya. 3.Katun Organik JUST Sleepwear Terbuat Dari Serat Alami Tanpa Bahan Kimia, Aman Digunakan, Terasa Lebih Lembut Dan Nyaman Di Kulit. 4.Mengandung Zat Antibakteri, Membuat Katun Organik Tidak Panas Saat Dipakai. 5.Sangat Cocok Digunakan Di Daerah Tropis Seperti Indonesia.
Pusat Grosir Daster dan Piyama
"FARAH FASHION"
Jl.Patriot No. 39
Purwokerto - Jawa Tengah Kode Pos 53142 (Perempatan Kantor Samsat ke Utara)
Telp/WA : 085875109000 Telp/WA : 085875109000 Telp/WA : 085875109000
Atau WA kami tanpa menyimpan nomer HP
KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000 Untuk Informasi lebih Lanjut bisa Klik
https://goo.gl/maps/B7NsoZbKz4XKhcqL6
#dastercewek, #dasterdolce, #dasterdubai, #dasterdress, #dasterdlusia, #ddasterarab, #ddasternyaman, #ddasterbali, #ddastermurah, #ddasterbatiklaku
0 notes
Tumblr media
PRODUSEN Daster Kekinian Balikpapan https://wa.me/6285875109000, daster kaos kekinian, daster karakter kekinian. daster kekinian murah, model daster kekinian 2021, model daster kekinian murah
Kami adalah pengrajin dan produsen sekaligus distributor daster & Piyama grosir online dan Kain Batik dari Kota balikpapan.
1.Kami Memilih Katun Rayon Sebagai Bahan Baku Utama Karena Memiliki Bahan Yang Nyaman, Lembut Dan Adem. 2.Terkenal Dengan Kelembutan Dan Kehalusannya. 3.Katun Organik JUST Sleepwear Terbuat Dari Serat Alami Tanpa Bahan Kimia, Aman Digunakan, Terasa Lebih Lembut Dan Nyaman Di Kulit. 4.Mengandung Zat Antibakteri, Membuat Katun Organik Tidak Panas Saat Dipakai. 5.Sangat Cocok Digunakan Di Daerah Tropis Seperti Indonesia.
Pusat Grosir Daster dan Piyama
"FARAH FASHION"
Jl.Patriot No. 39
Purwokerto - Jawa Tengah Kode Pos 53142 (Perempatan Kantor Samsat ke Utara)
Telp/WA : 085875109000 Telp/WA : 085875109000 Telp/WA : 085875109000
Atau WA kami tanpa menyimpan nomer HP
KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000 Untuk Informasi lebih Lanjut bisa Klik
https://goo.gl/maps/B7NsoZbKz4XKhcqL6
#dasterfairuz, #dasterfashion, #dasterfenomenal, #dasterfairuzori, #fdasterxxl, #fdaster, #fdasterxl, #fdasterilizer, #fdastermurah, #dastergamis
Baju Tidur, Daster Kencana Ungu, Daster Cewek, Daster Hot, Kencana Ungu, Daster Tipis, Jual Daster, Daster Kekinian, Daster Panjang, Gambar Daster
0 notes
mbeeer · 5 years
Text
KUDASAI - Thats Why I Love The Moon
Aku sadar ini bukan hanya tentang melupakan. Lebih dari itu. Ini tentang janji-janji yang belum ditepati, rencana-rencana yang belum terlaksana. Bahagia yang masih terlalu singkat untuk usai. Ini tentang dua keluarga yang sudah saling kenal. Tentang hubungan sempurna yang tak harus sudah hanya karena sedikit salah.
****
Kalian tau rasanya jadi orang miskin yang taat beribadah, lalu seketika itu juga dapet uang kaget dan berhak naik haji gratis tanpa ngantri? Nah itulah yang gue rasakan malam ini. Aduh ini sih bukan ketiban duren lagi namanya, tapi ini sudah dalam kategori ketiban ban dalem pesawat tempur. Meski banyak sekali rasa canggung yang ada di antara kami berdua, tapi semua berjalan lancar meski sesekali salah satu dari kami hampir jatuh dari kasur karena memang kasur yang sedang kami pakai adalah kasur untuk satu orang alias single bad.
"Boleh gak besok kasurnya kita satuin aja? Pantat aku keluar dari kasur nih." Celetuk gue sambil memeluknya dari belakang.
Twindy tertawa. Tawa yang tidak pernah gue dengar sebelumnya selama kami menikah. Mungkin setelah kejadian unboxing daster barusan, gunung tinggi yang menghalangi kami berdua pada akhirnya meleleh. Tampaknya, memang benar bahwasanya untuk meruntuhkan segala gengsi yang ada di antara dua pasang umat manusia, cara yang paling baik adalah dengan melakukan hubungan seksual. Karena ya apalagi yang ingin disembunyikan? Semua sudah terbuka lebar kaya jendela angkot. Tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Percakapan jauh lebih mengalir karena sudah pasti kekurangan bukan lagi alasan untuk meninggalkan.
"Kamu mau bilang aku gendut?!" Dia mencubit tangan gue yang melingkar di pinggulnya.
"Eh enggak! Badan kamu kurus banget kaya pensil inul. Badan aku aja yang kaya soundsystem dangdut. Besok aku satuin aja deh pas kamu ngantor."
"Beli baru aja yang kingsize."
"Ih sayang banget! Terus kasur ini kita buang?"
"Kasihin romi."
Gue mengangguk, "Bener juga. Aku taruh depan kulkas aja yak. Biar nanti romi kalau nginep dan kepanasan gak perlu nyalain ac. Tinggal buka kulkas aja. Paling besok pagi badannya jadi bau pindang."
"Hahahahahahaa apaansih!"
Boleh dibilang, ini obrolan terlepas pertama kami. Butuh waktu lebih dari satu setengah tahun untuk pada akhirnya sampai di titik ini. Detak jam dinding terdengar nyaring di telinga. Menggema memenuhi relung kamar. Kami berdua larut dalam hening yang panjang. Membiarkan dua tubuh ini saling mendekap erat membayar segala kehampaan yang selama ini lahir di antara kami berdua.
"Chak." Panggil Twindy. Gue kira dia udah tidur. Ga ada suaranya banget kaya lagi cosplay jadi mayat.
"Hmm?" Gue hanya mendehem menjawabnya sambil masih terlelap di tengkuk lehernya.
"Kamu pernah nyesel ninggalin mantanmu itu?"
Gue tidak langsung menjawab. Mata gue yang tadi tertutup kemudian terbuka lagi. Memutar kembali seluruh film-film usang di kepala tentang apa yang dulu terjadi antara gue dan Anet.
"Pernah."
"HAH?!"
"Dulu, sayang... Dulu... Aku belum beres ngomongnya jangan langsung dipotong terus marah-marah kaya guru penjaskes. Sabar... Dulu aku pernah nyesel ngelepas dia, karena ya biar bagaimanapun aku sudah hidup lama sama dia. Mungkin jawabannya akan sama kalau aku bertanya tentang Aldi juga sama kamu." Jelas gue pelan-pelan.
"Lebih baik mana, sama dia atau sama aku?"
Waduh pertanyaan jebakan nih. Salah jawab sedikit bisa-bisa gue langsung diopname ke rumah sakit terdekat.
"Kalian itu sama-sama baik. Hanya saja, aku memilih kamu." Tukas gue lugas.
"Huh!" Dia terlihat tidak puas dengan jawaban gue, "Kamu dari dulu emang selalu bisa ngejawab dengan pertanyaan aman ya. Nyebelin."
Gue terkekeh, "Twin, gantian sekarang aku yang mau nanya."
"Gak boleh."
"...." Buset, licik banget nih cewek. "Curang lu!" sindir gue.
"Emang gue pikirin! Dah ah aku mau tidur." Dia menghempaskan tangan gue yang melingkar di pinggangnya.
"Sayang, dulu di awal-awal pernikahan kita, kamu pasti benci banget kan hidup bersama orang yang gak kamu sayang? Dulu, kamu itu punya banyak kesempatan buat pergi loh. Padahal kamu bisa pergi mencari Aldi dan gak balik lagi ke rumah ini. Kamu bisa. Tapi... Kenapa gak kamu lakukan?"
Twindy tidak menjawab. Entah tidur atau entah cosplay jadi mayat lagi.
"Twin..." Gue panggil sekali lagi, masih tidak ada jawaban.
"Twindy.."
"Halooo... Gak usah pura-pura tidur deh."
"Gak jawab pertanyaanku barusan berarti keturunan PKI."
"IYA AKU JAWAB IYA! NYEBELIN ASTAGA!"
Hahahahahaha bagian diancam sebagai keturunan PKI aja langsung jawab.
Twindy langsung membalikkan badan dan kini kami berdua saling berhadapan di atas sebuah kasur yang bisa dibilang sempit sekali. Bener-bener kaya lagi jadi ikan sarden kami malam ini. Saling mendorong berusaha bertahan di atas kasur dan tidak jatuh ke bawah. Saking dekatnya, napas hangat Twindy masih bisa gue rasakan menerpa mulut gue.
Dia menghela napas panjang sekali, seperti ingin membicarakan sesuatu yang berat.
"Kamu lupa apa yang kamu lakukan di malam ketika orang tua kita saling ketemu?"
"Hah?" Gue mencoba mengingat ulang segala kejadian naas yang terjadi dulu itu, "Dulu aku ngapain ya? Ada batas waktu menjawabnya gak nih? Aku mau inget-inget dulu soalnya."
"Yaudah deh.. Mau berapa lama?"
"2 hari."
"MATI AJA!" Dia langsung membalikkan badan dan memunggungi gue lagi.
"Ih Twin, kasih tau dong! Aku penasaran. Kok kamu malah nanya balik sih, kan di sini aku yang nanya duluan."
"Berisik!" Dia mendorong tubuh gue sampai jatuh menghajar lantai, "Kalau kamu belum inget, gak usah tidur deket-deket! Sana tidur di kasur kamu sendiri!"
YA ALLAH BARU AJA UNBOXING DASTER SEKARANG MASA DISURUH UNBOXING SELIMUT SENDIRI LAGI SIH AH.. KEJAM AMAT.
"Twin..." Gue mencoba mendekat.
Twindy langsung berbalik dan bangun dari tidurnya. gGe langsung mundur beberapa langkah takut nyawa gue disedot via kerongkongan. Wajahnya sudah berubah menjadi wajah Twindy yang biasanya lagi. Yang ngebuat gue dulu sempat mempunyai kecenderungan phobia punya istri.
Twindy kembali tidur, meninggalkan gue sendirian berdiri dengan celana kolor doang. Gue menatap kasur gue yang lama lalu menghela napas lagi. Gue pikir malam ini gue bakal meluk orang kalau tidur. Sekarang malah meluk guling lagi. Sambil berjalan gontai, gue mulai membuka selimut dan tidur seperti biasa, menghadap tembok. Daripada menghadap Twindy terus malem-malem gue gak sengaja kebangun dan pas buka mata, gue langsung kaget karena kaya lagi ngeliat malaikat pencabut nyawa.
"Chak.."
Tiba-tiba setelah sempat ada hening selama dua puluh menit, Twindy memanggil nama gue lagi.
"Please.. never fall in love with her again. Okay?" Ucapnya dengan nada yang pelan sekali, bahkan hampir terdengar seperti orang yang sedang berbisik.
"I will." jawab gue pelan setelah sempat diam beberapa lama.
****
Seperti biasa, gue selalu bangun lebih pagi dari Twindy. Selain untuk menyiapkan bahan masakan buat cafe, gue juga selalu membuatkan Twindy sarapan meski kebanyakan selalu gak dimakan dan cuma diliat doang.
Waktu masih sibuk di dapur, gue melihat Twindy sudah mengenakan pakaian kerjanya dan sedang menuruni tangga.
"Gak makan dulu?" Tanya gue dengan suara agak keras dari dapur.
"Gak usah, di kantor aja. Sudah telat." Jawabnya sembari sibuk dengan ponselnya.
Gue buru-buru cuci tangan lalu menghampirinya, "Twin, kamu harus masuk sepagi ini ya?"
Dia menatap gue dengan dahi berkerut, "Tiap hari juga gitu."
"Bukan, maksudku, kamu kan bosnya, apa gak bisa berangkat agak siangan? Toh gak akan ada yang marahin kamu juga. Toh semua pekerjaan juga udah ada yang handle kan?"
"Justru kalau akunya sendiri gak disiplin, gimana karyawanku." Ujarnya sembari mencari sepatu yang biasa ia kenakan.
"Twin..." Twindy tidak menjawab, "Sayang.. untuk hari ini aja, berangkatnya agak siangan mau ya? Kita sarapan bareng dulu. Gimana? Sambil nonton film korea yang lagi kamu suka itu deh. Nanti berangkatnya habis jam makan siang."
Twindy masih tidak menjawab dan sibuk mempersiapkan diri pergi ke kantor.
"Sekali-kali, kita jadi suami istri normal yuk.. Sehariii aja.. Aku juga gak akan ke cafe pagi ini. Gimana?"
Twindy nengok dengan tatapan dingin, dia menatap gue lama.
"Sekali-sekali, kamu juga berhak istirahat, Twin. Kamu kerja, dapet uang banyak, tapi gak dinikmatin mah gunanya apa? Coba deh bayangin pagi ini, kamu gak ngantor, duduk di sofa, selonjoran, pakai baju tidur, nonton tv, makan cemilan di sofa, ga ada yang ganggu. Kurang nikmat apa lagi coba?"
Twindy masih menatap gue dengan kaki yang diketuk-ketukan seperti sedang menunggu sesuatu. Dia menatap gue yang masih saja terus merayunya dengan wajah dibuat sok-sok lugu padahal dosanya lebih besar dari swalayan carefour.
"Yaudah, tapi sampai jam 10 aja. Aku gak mau masuk terlalu siang."
Gue ketawa, bahkan untuk memutuskan dateng telat saja sebenarnya dia masih kepagian. Tapi itu sudah jauh lebih baik, setidaknya hari ini Twindy ada di rumah. Biasanya, bahkan hari minggu saja dia masih kerja ketemu Client. Benar-benar istri yang kerja keras banget kaya lagi bangun jalan dari anyer-panarukan.
Twindy langsung rebahan di sofa dan menyalakan tivi. Gue masuk ke dalam kamar dan membawakan baju tidurnya. Awalnya Twindy menolak, tapi setelah gue rayu beberapa kali lagi, dia pada akhirnya mau memakai baju tidurnya. Tak lupa gue ambilkan selimut juga. Sehingga kini dia bentuknya kaya kodok lagi hibernasi. Asik duduk di depan tivi nonton drama korea dengan camilan yang sudah gue siapkan sejak tadi pagi.
Karena saat itu dia dalam keadaan dibungkus selimut, gue jadi harus menyuapinya dan ia masih tetap fokus nonton drama koreanya. Cewek kalau udah nonton drama korea bener-bener gak bisa diganggu ye? Gue sekarang kaya lagi punya anak bayi, gue suapin, kalau haus gue bawian minum dan gue kasih sedotan. Awalnya ajsih dia nolak diperlakukan kaya gitu, tapi sekarang dia malah kaya betah banget di depan sofa gak mau gerak sama sekali.
Gue yang tidak mengerti sama sekali tentang film yang lagi ditonton Twindy hanya bisa duduk tak jauh dari sana sambil sibuk menghubungi Romi via chat dan mengabarkan kalau gue gak bisa datang sampai nanti siang. Tapi waktu gue lagi ngetik hp, kok rasa-rasanya bulu kuduk gue merinding ya. Mendadak insting bertahan hidup gue keluar. Jantung gue berdegup cepat. Kaya ada yang salah. Rasa-rasanya ada sesuatu yang tidak benar. Setau gue kalau kaya gini biasanya emang lagi ada mahluk halus yang lewat atau lagi mengawasi kita dari jauh. Gue mulai melihat-lihat ke sekeliling rumah dengan hati-hati sebelum kemudian gue kaget waktu tau dari mana sumber aura tidak menyenangkan ini ada.
Twindy menatap gue dari tadi dengan tatapan bete.
YA ALLAH PANTES AJA GUE NGERASA KAYA MAU DICAMBUK SAMA JIN IFRIT. TERNYATA MEMANG ADA JIN IFRITNYA LANGSUNG DI DEPAN GUE.
"Ngg... Ke-kenapa, Twin? Pengen eek?"
Dia tidak menjawab, "Ngapain duduk di sana." Ujarnya ketus.
"Ngg... gapapa. Biasanya juga aku di sini."
"Ck!"
Twindy langsung kembali memperhatikan drama koreanya. Tapi dengan wajah ketus. Gue sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi, gue langsung menaruh hp gue dan berjalan pelan-pelan mendekat ke arah Twindy. Kadang gue sedih sama hidup gue sendiri, sama istri sendiri aja gue harus jalan pelan-pelan kaya lagi jadi pelatih sirkus.
"Aku duduk di sebelah kamu, boleh?" Tanya gue dengan hati-hati, takut biji mata gue dicolok remot tivi.
Twindy tidak menjawab. Dengan mempertaruhkan nyawa, gue beranikan diri duduk di sebelahnya dan Twindy tampak masih diam saja. Tapi tiba-tiba, Twindy berontak dan menghajar pundak gue kencang.
Gue yang tadi masih terdiam sontak menjerit kaya cewek lagi jadi cheerleader. Bener-bener kaget sumpah. Mungkin malaikat raqib atid yang ada di sebelah gue juga ikutan kaget. Kami kaget berjamaah.
"Nyebelin!" Ujarnya sambil menghajar pundak gue lagi.
"E..Eh I-ini ke-kenapa ini?"
"Udah diem! Diem!"
Gue langsung diem gak berani gerak.
"Diem di situ. Punya suami satu nyebelinnya minta ampun. Diem!" Sambil masih menggerutu, Twindy menggeser duduknya mendekati gue lalu menaruh kepalanya pelan-pelan di pundak gue dan melanjutkan lagi nonton drama koreanya.
Gue berpikir..
Gue beprikir..
Masih berpikir..
LAH JADI GUE INI CUMA DISURUH JADI BANTAL SENDERAN DOANG GITU?! KENAPA KAGAK BILANG DARI TADI AJA ANJIR PAKE ACARA MARAH-MARAH SAMA DIEM-DIEMAN SEGALA KAYA ORANG LAGI NUNGGU LAHIRAN DI RUMAH SAKIT!!!!
Selepas jam 10, Twindy langsung bangun dari tidurnya dan sesegera mungkin mengganti baju dan bergegas pergi ke kantornya tanpa menyapa gue lebih dulu. Bener-bener gak ada harganya banget gue di rumah ini. Dibandingin sama kendi yang mejeng di sebelah tivi juga harga si kendi kayaknya jauh lebih mahal ketimbang harga diri gue sendiri.
Tapi karena semalam memang menjadi malam yang menyenangkan, entah kenapa gue malah jadi semakin betah sama Twindy. Gue cepat-cepat pergi ke dapur dan menyiapkan beberapa makanan lalu kemudian bergegas pergi memacu motor gue ke sebuah daerah yang sudah tidak asing lagi. Gue mendatangi salah satu gedung di tengah kota, begitu gue masuk, orang-orang di sana tampak sudah mengenali gue dan menunduk memberi hormat.
Kantor Twindy ada di lantai empat di sebuah gedung perkantoran bersama. Ruangan Twindy terletak di paling ujung, tanpa mengetuk pintu lebih dahulu, gue langsung nyelonong masuk sampai-sampai Twindy yang ada di dalam langsung kaget.
"Lah?! Ngapain kamu ke sini?" Tanyanya yang masih sibuk memegang gagang telepon.54
Gue mengangkat bingkisan yang ada di tangan gue, "Bawain bekel untuk istri tercinta. Aku bikinin kamu Chicken Caprese Pasta. Hehehe."
"Gak usah. Aku makan siang di kantin." Ujarnya yang kembali sibuk memencet nomer telepon.
"Jangan dong.. aku sudah susah-susah nih buatnya."
"Lagian nanti jam 12 aku ada rapat. Gak akan sempat makan, Chak."
"Gapapa, aku taruh di sini dulu aja ya.. Selamat bekerja lagi..."
"Loh kamu mau ke mana?" Tanya Twindy waktu gue hampir keluar pintu.
"Aku mau jumatan dulu di masjid bawah. Kenapa? Mau ikut?"
"Apaan sih." Balasnya jutek. "Udah itu bakal lngsung pulang?" tanyanya kembali.
Gue menggeleng, "Enggak, aku nunggu kamu sampai beres. Kita pulang bareng." Balas gue sambil kemudian menutup pintu lalu bergegas pergi ke masjid bawah.
Sekarang hari jumat, dan sudah tentu masjid di sini penuh dengan laki-laki yang memakai kemeja rapih. Kayaknya di antara mereka semua, laki-laki yang bentukkannya kaya petasan banting cuma gue doang deh. Tapi biarlah, menghadap Tuhan itu yang penting niatnya. Meski kayaknya pakaian gue hari ini gak cocok banget buat masuk surga. Cocoknya dimasukin neraka bagian basement.
Selepas sholat jumat, gue tidak langsung kembali ke kantor Twindy karena dia bilang akan ada rapat dulu jam dua belas. Gue sempatkan mampir ke warung nasi padang yang terletak jauh dari kantor. Letaknya hanya beda beberapa blok. Sengaja gue cari yang agak jauh karena makanan daerah kantor Twindy mahal-mahal. Dan gue pun mencari daerah yang teduh serta banyak pepohonan di dekatnya.
Gue masuk lalu mengambil nasi dan memilih lauk pauk. Tampaknya tukang nasi padang ini emang langganan para pekerja kantoran deket sini deh. Buktinya jam segini hampir semua meja penuh terisi oleh orang-orang yang mengenakan pakaian rapih. Gue masih celingak-celinguk mencari tempat duduk sambil membawa sepiring nasi.
"Chak!"
Tiba-tiba gue dikagetkan oleh seseorang yang memanggil gue dari jauh.
"Ngapain kamu di sini?" Tanyanya, "Sini Chak sini.. duduk sama aku."
Gue masih terpaku melihat ada Anet di sana. Gue sempat kaget kenapa ini anak bisa ada di sini? Dan kenapa gue bisa-bisanya ketemu dia dalam keadaan seperti ini? Ftv banget anjir! Tuhan bener-bener Maha Bercanda.
Gue berjalan menghampiri Anet yang saat itu tampak sedang makan dengan teman-teman kantornya. Ada beberapa perempuan dan juga laki-laki di satu meja yang sama. Ah bagus! ini bisa gue pakai alasan untuk menolak ajakan Anet.
"Eh Anet.. Kaget juga ketemu kamu di sini."
"Duduk Chak duduk.." Jawab Anet yang tampak bahagia sekali terlihat di mata lugunya.
"Aduh.. gak enak Net, kamu juga lagi makan sama temen-temenmu yang lain. Takut ganggu." Gue berkelit.
"Alah kaya apaan aja. Sini duduk.." Anet menarik tangan gue dan dengan terpaksa gue jadi ikutan duduk di sana lalu tersenyum canggung di depan teman-temannya yang sudah makan terlebih dahulu.
"Kok kamu bisa ada di sini, Chak?" Tanya Anet tanpa curiga sedikitpun.
"Ngg.. Tadi aku lagi ada studi banding masjid. Kebetulan sekarang jadwal di masjid daerah ini."
Aduh anjing apa-apaan sih alasan gue barusan. Mana ada istilah studi banding masjid, bangsat :((
"Kamu sendiri? Kerja?" Gue memperhatikan pakaian Anet yang tampak rapih seperti teman-temannya yang lain.
Anet mengangguk, tampaknya Anet gak mempermasalahkan alasan studi banding masjid gue barusan. Ya Allah Anet baik banget.. Ketololan gue gak dia jawab sama sekali. Coba kalau Anet adalah Twindy. Bisa-bisa ginjal gue udah dijadiin zakat fitrah ke masjid setempat.
"Aku kerja jadi hrd di deket sini. Btw, kenalin dulu, Chak, ini temen-temenku.." Anet mulai memaksa gue berkenalan dengan temen-temennya dan mau tidak mau gue harus berkenalan juga meski canggung.
"Siapanya Anet nih, akrab banget?" Tanya salah seorang teman Anet yang gak kalah seksi sama panci presto.
"Pacar gue, Din." Jawab Anet sigap hingga membuat gue langsung menatap ke arahnya dengan pandangan kaget.
Mati deh gue. Aduh Chaka bego. Ngapain sih elu harus makan di tempat ini? Kenapa gak makan di kantin kantor Twindy aja?! Tolol banget, Chak. Bikin masalah baru aja ah. Sial banget gue harus memilih makan siang di Restoran Padang ini.
Kalau kejadiannya kaya gini, gue rasa ini bukan Restoran Padang biasa deh.
Ini mah Restoran Padang Mahsyar :(((((((
                                                   Bersambung
Part sebelumnya: INDEX
246 notes · View notes
faizkurn · 4 years
Text
Bawang Goreng 13
Selain tidur, waktu cepet banget berlalu kalau dipake buat nginget-nginget kenangan. Jibran sama sekali ga ngira sebelumnya kalau dia bakal diajak jalan ke tempat di mana cerita antara dia dan Nana dimulai.
Dari dulu, losmen ini ga banyak berubah. Ya gimana mau berubah lha wong biaya sewanya aja murah banget, ga sanggup buat bayar renovasi. Makanya walaupun ga jauh dari bibir Pantai Parangtritis, jarang ada turis yang mampir ke sini. Yang biasanya mampir ke sini itu justru anak muda. Buat anu, hmm gimana ya bilangnya. Buat main mamah-papah-mamah-papah-an. Bedanya si papah ga pake dasi dan si mamah ga pake daster.
Modusnya juga rata-rata sama. Pura-pura ngajak kencan ke pantai buat ngeliat sunset sambil romantis-romantisan di pinggir pantai. Eh tiba-tiba udah malem, terus mau pulang tapi udah kemaleman. Akhirnya nginep deh semalem. Nginepnya sekamar berdua, biar hemat. Tau-tau besoknya pas mau pulang udah bertiga, sama calon anak di perut wanitanya. Uasu tenan! Modus lama, tapi masih sering berhasil sampe sekarang.
Tapi lain cerita sama Jibran dan Nana. Mereka berdua ketemu karena ga sengaja. Takdir Tuhan memang sering kali turun dengan cara yang unik.
Gufron dan Shania masih pacaran waktu itu dan mereka sepakat buat menghindari hal-hal yang (tidak) diinginkan kaya di atas. Makanya mereka saling bawa satu orang temennya yang dirasa cukup waras buat menghalangi hal-hal (tidak) diinginkan tadi.
Gufron ngajak Jibran, sohibnya yang dari sejak kuliah udah sibuk ngebangun bisnis dan ga pernah keliatan jalan sama cewek sampe sering dikira homo. Ini win-win solution pikir Gufron. Jibran bisa istirahat sebentar dari padatnya kehidupan ngampus sambil bisnis. Dan kalau Jibran beneran homo, senggaknya Shania dan temennya aman.
Sementara Shania tadinya mau ngajak Ariel (ini nama perempuan loh, sungguh), sahabatnya yang supel banget, biar ga kaku dan awkward aja gitu maksudnya. Tapi tiba-tiba aja Ariel ngebatalin di hari H karena sakit perut. 
Akhirnya Shania dengan agak terpaksa ngajak sahabat satunya lagi yang bernama Nana. Bertolak belakang dengan Ariel, Nana itu pendiem banget. Tipe-tipe pendengar yang baik. Tapi surprisingly, justru kombinasi antara hebohnya Shania dan ngayomi-nya Nana yang waktu itu bikin obrolan mereka berempat jadi terasa asik dan ga berlebihan.
___
Bersambung. Rencananya diupdate tiap hari menjelang waktu berbuka, kalau inget.
1 note · View note
ayaajayana-blog · 3 years
Text
Bukan ahli style
Day 14: describe your style
Hummmzzzz, semingguan kemaren aku bongkar-bongkar lemari, biasalah anaknya emang suka nyari kerjaan. Nah, kalau ditanya pertanyaan gini, mari ku jabarkan dulu deh:
Yang pertama, aku demen pake apa yang aku suka, nyaman, rapi, dan sopan. 
Yang kedua, anaknya nggak suka ribet. Jadi lebih suka yang 1-stel kayak jumpsuit, atau daster modern.
Yang ketiga, PECINTA MOTIF BUNGA-BUNGA. Even walopun bajunya kuning, kalau ada motif bunga-bunga aku suka deh. ((iya aku gak suka warna koneng WKWKWK. gatau dah ga demen aja))
Yang keempat, karena aku terlalu sayang duitku kalau kubelikan ootd melulu, ((soalnya lebih prefer makanan LOL)) aku lebih banyak baju RUMAHAN daripada hangout, kecuali ada hal-hal penting kayak acara gede, foto-foto, waah baru deh aku niat.
tapi, semenjak tahun 2021 poin ke-2 agak bergeser. sedikit wkwkwkwkw.
Karena fashion udah salah satu hal penting banget, setidaknya yang aku kerjakan sekarang ini. Maka aku juga harus memerhatikannya mulai dari sekarang. Ah tapi ribet banget gak sih OH MY GOD.
kenapa jadi cewek berat banget yah? **lah curhat?**
0 notes
kreyazova · 3 years
Text
Biasanya cewek-cewek kan dandan saat keluar rumah aja, ya.
Nah, supaya antimainstream, coba kalau sudah nikah itu, dandannya buat di dalam rumah aja. Buat nyenengin suami. Minimal, nyenengin kucing lah, ya, kalau suami lagi kerja di kantor dan lain-lain. 🦥
Pakai make up ramah lingkungan. Kalau perlu, buatan sendiri. Bisa dibisnisin juga kan? Yang penting nggak bikin kulit kering, iritasi, dan bengkak.
Terus, pakai parfum. Tapi yang wanginya enak, ya. Jangan yang terlalu wangi sampai bikin batuk-batuk... *ngatur 👻
Bajunya? Pakai blazer mungkin? 🤔🤔
Itu kalau pagi sampai sore.
Kan WFH, ceritanya... *ngayal
Kalau malam, bajunya yang bikin suaminya kangen terus, pengen cepet pulang ke rumah... *kompor 🐣
Ya, apapun asal jangan daster. *selamatbinun
Kalau keluar rumah, polos aja, tanpa make up.
Berani, nggak?
😇
Kalau dibayangin, nampaknya terlalu antimainstream. Kembali ke bumi!! 🥳
Tapi, bagi suami-suami intuitif, mau kalian seharian pakai daster atau baju rumah pun, nggak bakal masalah. Yang mereka cari dan butuhkan bukan penampilan kalian, tapi jiwa kalian. Jyah!
1 note · View note
raynamira · 3 years
Photo
Tumblr media
Daster cewek dewasa brand Nevada Keep max 1*24 Jam No cancel 115.000👇 https://www.instagram.com/p/CQdBOSTlJMo/?utm_medium=tumblr
0 notes
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
BELI DASTER WANITA BALIKPAPAN, KLIK https://wa.me/6285875109000, Daster Wanita Balikpapan Modern, Daster Wanita Balikpapan Model Terbaru, Daster Wanita Balikpapan Model Terbaru 2021, Harga Daster Wanita Balikpapan, Daster Wanita Balikpapan Modern Terbaru
Kami adalah pengrajin dan produsen sekaligus distributor daster & Piyama grosir online dan Kain Batik dari Kota Purwokerto.
Keunggulan Daster di Tempat Kami : 1.Kami Memilih Katun Rayon Sebagai Bahan Baku Utama Karena Memiliki Bahan Yang Nyaman, Lembut Dan Adem 2.Terkenal Dengan Kelembutan Dan Kehalusannya 3.Katun Organik JUST Sleepwear Terbuat Dari Serat Alami Tanpa Bahan Kimia, Aman Digunakan, Terasa Lebih Lembut Dan Nyaman Di Kulit 4.Mengandung Zat Antibakteri, Membuat Katun Organik Tidak Panas Saat Dipakai 5.Sangat Cocok Digunakan Di Daerah Tropis Seperti Indonesia
Pusat Grosir Daster dan Piyama : "FARAH FASHION" Jl. Patriot No. 39 Purwokerto - Jawa Tengah (Perempatan Kantor Samsat ke Utara)
Telp/WA : 089875109000 Telp/WA : 089875109000 Telp/WA : 089875109000
Atau WA kami tanpa menyimpan nomer HP
KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000
Untuk Informasi lebih Lanjut bisa Klik
https://goo.gl/maps/B7NsoZbKz4XKhcqL6
Daster Terbaru, Daster Hamil, Daster Arab, Daster Wanita, Baju Tidur Daster, Baju Tidur, Daster Kencana Ungu, Daster Cewek, Daster Hot, Kencana Ungu
0 notes
wbbatikpekalongan · 4 years
Photo
Tumblr media
♥️ Silahkan kak, Daster Batik Cap, Barang Halus. Kualitas Bagus 😘 • Rp.75.000 ✔ Clothing a good quality. Right choice, Right Now! Start a big business with more easy and more cheap, join us, by industry batik experts Pekalongan City. Prove we are the cheapest, great expectations, prove we all can do. Lihat WB BATIK PEKALONGAN di Google! Pusat Batik Pekalongan https://g.page/wbbatikpekalongan?gm Original Kota Batik Pekalongan (Jawa Tengah). Quick response contact us at handphone/whatsapp : 📲 0823.2271.4108 ✔ Batik Pekalongan Pancen Sakpore...! Original Kota Batik Pekalongan (Jawa Tengah). . . #baju #busana #pakaian #bajuwanita #bajuwanitamurah #busanawanita #pakaianwanita #wanita #wanitacantik #grosirbajuwanita #cewek #bajucewek #bajucewekmurah #busanacewek #pakaiancewek #perempuan #bajuperempuan #busanaperempuan #pakaianperempuan #butik #batik #kainbatik #instalike #like #instafollow #follow #followersindonesia #followerindonesia #wahidiyah #kedunglo ... (di Pekalongan Kota Batik) https://www.instagram.com/p/CLJlKMTjSXG/?igshid=72igu77up4tb
0 notes
betweenthedaisies · 4 years
Text
malam ini, memakai dress baru (read:daster) sepanjang betis dengan kerutan gemas di bawah payudara yang entah mengapa bikin diri rasanya manis sekali. senyum-senyum ga jelas di depan cermin lemari pas gada siapa. rambut sebahu, kacamata, lalu membayangkan diri ini berjalan-jalan di sepanjang pedesaan jepang dengan converse sebagai pelindung kaki dan kamera mengalung di leher. duh, rasanya ingin lari memeluk diri sendiri.
nanti, ya! semoga!
kiki, cewek kecil yang impiannya menolak terlihat edgy karena pengen keliling dunia pake daster. wkwkwk
0 notes
sexflu2030 · 4 years
Text
Story 5: Zoom (Part 1)
Tumblr media
Sejak diberlakukannya PSBB Sexflu, berbagai perusahaan mulai memberlakukan cara kerja dari rumah atau WFH (work from home), meskipun banyak juga yang tetap masuk kerja secara bergantian. Tempat kerja Rian adalah salah satunya yang memberlakukan WFH. Sebagai pimpinan sebuah tim kecil yang bertugas mengelola digital marketing, seksi yang dipimpin Rian kini menjadi lebih sibuk dari biasanya. Dengan dibatasinya perjalanan dan ditutupnya berbagai ruang publik, seluruh kegiatan pemasaran dibebankan pada seksinya.
Andai saja memungkinkan, sebenarnya Rian ingin meminta seluruh stafnya untuk tetap masuk kantor agar koordinasi menjadi lebih mudah. Namun itu tak mungkin. Seluruh stafnya hanya terdiri dari lima orang, dan semuanya perempuan yang selalu menggunakan kendaraan umum dan tinggal di area yang cukup jauh. Untunglah, pekerjaan mereka dapat dilakukan secara remote, asalkan dilakukan meeting harian melalui Zoom agar tidak terjadi miskomunikasi.
Pagi ini, Rian sudah duduk di depan laptop di meja kerjanya. Sebagai duda yang hidup seorang diri, ia tidak kesulitan bila harus bekerja dari rumah. Tidak ada keluarga yang menuntut perhatiannya atau mengganggu konsentrasinya. Soal kesepian, ia sudah biasa.
Setelah lima menit menunggu, akhirnya salah satu stafnya muncul juga di waiting room aplikasi.
"Pagi, Pak. Suara saya kedengeran?" ucap Karin, gadis berkacamata, anggota timnya yang paling junior dan berstatus fresh graduate.
"Pagi, Kar. Kedengeran, kok," jawab Rian sambil melambaikan tangannya.
"Masih kosong, ya Pak?" tanya Karin sambil membetulkan kacamata. Ia mengenakan kemeja kotak-kotak, rambutnya panjang terurai. Di latar belakangnya, terlihat rak buku berisi novel dan komik.
"Iya, nih. Santai aja deh. Kita tungguin, ya," jawab Rian.
Sambil menunggu, Rian menanyakan keseharian Karin. Anak kost itu mengeluh tak bisa pulang ke kampung halamannya dan hanya bisa menelepon ibunya.
Lima menit kemudian, dua orang stafnya yang lain log in. Pertama adalah Fitria, wanita berjilbab yang dianggap paling alim dan anggun di dalam timnya.
"Assalamualaikum. Maaf saya telat," ujar Fitria sambil melambaikan kedua tangannya. Setiap kali Fitria datang, suasana tiba-tiba saja menjadi tenang dan sejuk.
"Nggak apa-apa, baru lima menit," jawab Rian.
Kemudian, staf berjilbabnya yang lain juga muncul, namanya Shaly. Berbeda dengan Fitria yang terkesan tenang dan anggun, Shaly adalah wanita mungil dan humoris.
"Sori, aku ketiduran tadi! Tapi udah cuci muka, kok!" ujar Shaly sambil tersenyum.
Orang keempat yang masuk adalah Ajeng, wanita muda yang paling smart dan inovatif di timnya.
"Selamat pagi, Bapak dan rekan-rekan semua. Maaf baru hadir, tadi saya baru ada meeting lain," ucap Ajeng.
"Lho, meeting apa Jeng? Kok saya nggak tau?" tanya Rian.
"Oh, bukan meeting kantor kita, Pak. Meeting sama relawan untuk bagi-bagi masker dan dildo," jawab Ajeng.
"Oh, saya kira kamu diajak meeting sama divisi lain, kok saya nggak tau," ujar Rian. Selama ini, Ajeng memang sering disebut-sebut sebagai kader yang akan menggantikan Rian di tim itu. Meski usianya jauh lebih muda, tapi Ajeng adalah lulusan S2 luar negeri dengan sederet prestasi.
"Tinggal satu lagi, ya? Mbak Erlin telat terus, nih," ujar Karin.
"Mungkin lagi repot sama anaknya," tambah Fitria.
"Maklum, ibu mudaaaa," celoteh Shaly.
Mereka pun melakukan pembahasan ringan sambil menunggu kemunculan Erlin, staf Rian yang terakhir. Obrolan mereka tak jauh dari traffic media sosial dan analisis berita terkini.
Saat sedang asyik berbincang, tiba-tiba saja Erlin log in. Wajah ibu satu anak itu muncul di layar sambil tersenyum. Samar-samar terdengar suara anak balita yang sedang mengoceh.
"Selamat pagi. Pak Rian, maaf saya terlambat. Tadi si kecil rewel terus," ujarnya.
"Nggak apa-apa, Mbak. Kita baru ngobrol aja kok."
Pembicaraan pun mulai berlanjut kembali, sementara Erlin hanya menyimak. Saat ia memundurkan posisi duduknya, tiba-tiba saja ada sesuatu yang membuat mata peserta lainnya teralih.
"Mbak Erlin," kata Fitria, "Maaf, itu Mbak."
"Hah? Apa?" Erlin bingung.
Ajeng mengetik di chat personal: payudaranya, Mbak.
Tiba-tiba saja Erlin tersipu malu. Ia baru menyadari bahwa sejak tadi kaos busui-nya belum ia tutup. Dari sela lipatan kaos, payudara kirinya masih menyembul keluar. Rian dapat melihat putingnya yang keras serta sebagian bukitnya yang masih kencang serta mulus milik ibu muda ini.
"Wah, maaf, maaf, saya nggak ngeh!" ucap Erlin sambil menutupi payudaranya.
Peserta rapat yang lain tertawa, sementara Rian hanya senyum-senyum saja melihat kelakuan anak-anak buahnya. Rian sadar bahwa meski mereka terbiasa menggunakan teknologi, tapi mereka belum terbiasa melakukan video conference. Soal teknologi, mereka semua tak ada yang gaptek, tapi soal etika, itu beda lagi.
Untungnya, budaya di tempat kerjanya memang casual. Oleh karena itu, saat memutuskan meeting lewat vidcon pun mereka menjadi lebih santai. Tidak ada aturan harus memakai kemeja atau baju formal. Mereka bebas memakai kaos, daster, atau bahkan tanktop.
Pada salah satu meeting, Karin malah mengenakan tanktop tipis tanpa bra yang membuat sepasang putingnya tampak menonjol. Rian sering kali gagal fokus, tapi sebagai pimpinan yang dihormati oleh para stafnya itu, ia berusaha tetap profesional dan open minded. Ia merasa tak punya hak mengatur cara berpakaian para stafnya, yang penting mereka bekerja dengan baik dan taat deadline.
Dalam meeting yang lain, Ajeng telat log in sementara anggota yang lain sudah lengkap. Rian sempat mengira bahwa Ajeng sedang sibuk dengan aktivitasnya sebagai relawan, tapi rupanya ia salah. Ajeng ternyata bangun kesiangan dan baru selesai mandi. Ia pun login Zoom dengan masih mengenakan handuk. Rian berusaha cuek, bahkan ketika saat sedang presentasi handuk Ajeng tanpa sengaja terlepas. Dalam sekian detik, payudara ajeng yang kecil tapi menggemaskan itu terlihat di layar. Stafnya yang lain tertawa sambil meledek Ajeng.
Rian hanya bisa menepuk jidatnya sendiri sembari mengeluh: "Aduuh, begini nih kalau punya staf cewek-cewek muda semua. Bikin pusing. Tapi mereka semua punya potensi yang bagus, cerdas dan loyal juga."
Suatu hari, Rian merasa pusing dan demam, tapi ia memutuskan untuk tetap mengikuti meeting. Meeting kali ini sangat penting, karena mereka harus mengevaluasi hasil pekerjaan masing-masing selama masa PSBB Sexflu ini. Hasil dari evaluasi itu harus dilaporkan ke atasannya lagi. Nasib tim mereka ada di ujung tanduk.
Ajeng, Karin, Erlin, Fitria, dan Shaly sudah hadir di Zoom ketika akhirnya Rian log in. Rian berusaha untuk duduk dengan tegap meski tubuhnya entah kenapa terasa lemas. Wajahnya di kamera terlihat lesu dan pucat, dan tampaknya para stafnya menyadari hal itu.
"Maaf, Pak Rian sedang kurang sehat, ya?"tanya Fitria. Hari ini ia mengenakan jilbab berwarna abu-abu dan baju lengan panjang senada. Tetap cantik dan anggun seperti biasa.
"Iya, mukanya kok lesu gitu?" tanya Shaly sambil mendekatkan wajahnya ke layar dan memanyunkan bibir. Jilbab pink-nya tampak cerah ceria.
"Kalau lagi nggak enak badan, bagaimana kalau kita tunda aja meeting-nya?" usul Erlin. Ia tampak santai hari ini mengenakan daster hijau longgar, sepertinya anaknya sedang tidur.
"Iya, Pak. Kasihan Pak Rian, istirahat dulu Pak. Ditunda aja, jadi aku bisa nyiapin presentasi aku lebih baik lagi. Hehe," kata Karin sambil terkekeh.
Rian menarik napas dalam. Ia merasa napasnya mulai terasa sesak.
"Saya nggak apa-apa, kok. Teman-teman jangan khawatir. Kalau ditunda, nanti saya nggak punya waktu untuk bikin laporan ke atasan."
"Yakin, Pak?" tanya Shaly.
"Iya, Pak. Gimana?" timpal Fitria.
"Yakin, kok. Sa… saya nggak a… apa-apa. Hah..," jawab Rian dengan suara yang semakin terbata-bata.
Tiba-tiba saja, Ajeng yang sejak tadi hanya diam menyimak, ikut angkat bicara. Ia memasang tangannya ke bawah dagu, memperhatikan Rian dengan tatapan menyelidik.
"Pak Rian," tanya Ajeng.
"Ya…, Jeng?"
"Saya mau tanya. Tapi tolong jawab jujur, ya," ujar Ajeng.
"Ya… silahkan…."
"Pak Rian…. Bapak … lagi pengen, ya?" tanya Ajeng.
Para staf yang lain mengerutkan dahi, bingung dengan pertanyaan Ajeng.
"Pengen?" Rian bertanya.
"Maksud aku, horny. Bapak ngerasa horny, nggak?" tanya Ajeng lagi. "Sebagai relawan Sexflu, aku udah beberapa kali ikut sosialisasi. Tanda-tanda Bapak sepertinya mirip dengan gejala Sexflu tahap menengah."
Rian tidak menjawab. Ia hanya bersandar di kursinya dan berusaha mengatur napas.
"Astagfirullah," gumam Fitria. Wajahnya tampak khawatir.
"Pak, Bapak nggak apa-apa?" tanya Karin.
"Pak, coba dicek," kata Ajeng lagi, "coba cek penis Bapak, gimana kondisinya, coba liat, Pak."
Rian merasa agak canggung mendengar permintaan itu dari Ajeng, seorang stafnya yang cantik, cerdas, dan berpotensi. Ia perlahan-lahan membuka ritsleting celananya, kemudian mengeluarkan penisnya. Benar, memang penisnya sangat tegang dan keras, urat-uratnya menonjol hingga terasa agak nyeri. Tapi ia masih merasa malu untuk menunjukkannya ke kamera. Ia bukan orang gila, apalagi cabul, ia adalah pria yang profesional dan selalu menjaga kehormatan dirinya maupun orang-orang di sekitarnya.
"Nggak apa-apa, Pak. Jangan malu," ujar Ajeng lagi.
"Iya, Pak. Siapa tau Kak Ajeng bisa liat kalau sampai ada apa-apa," timpal Karin sambil menggigiti kuku tangannya sendiri.
Benar juga, Rian pun khawatir bila terkena Sexflu. Ia tinggal seorang diri. Tidak ada yang merawat atau melayaninya. Tidak ada yang sadar apakah selama ini memperlihatkan gejala-gejala yang mengarah ke sana. Akhirnya, dengan jantung yang berdetak kencang, Rian pun mengarahkan webcam-nya ke arah penisnya. Batang yang keras dan panjang itu tampak di layar Zoom.
Para wanita muda di layar tampak menganga, entah khawatir atau terkesima. Ini pertama kalinya mereka melihat batang penis milik bos mereka sendiri. Tampak Shaly menggigit bibir bawahnya, sementara Fitria mencoba menutupi matanya tapi tetap mengintip dari sela-sela jari.
"Ternyata gede juga punyanya Pak Rian... wow...," gumam Karin sambil memajukan posisi duduknya.
"Norak ih, dasar perawan," ujar Erlin terkekeh.
"Hush, bukan saatnya ngomentarin itu. Pak Rian sedang dalam bahaya. Kemungkinan ini gejala Sexflu!" kata Ajeng.
Para staf yang lain tampak terkejut mendengar diagnosa Ajeng. Sementara itu, Rian masih bersandar di kursi, pasrah membiarkan batang penisnya diamati, diobservasi, dan dikomentari oleh para wanita bawahannya.
Dengan sigap, Ajeng segera menelepon 6969 untuk meminta pertolongan darurat. Sayangnya, hampir semua tenaga medis saat itu sedang bertugas di tempat lain. Beberapa orang yang tersisa berada di lokasi yang cukup jauh sehingga membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai di rumah Rian.
"Tim medisnya masih satu jam lagi baru sampai sana," kata Ajeng.
"Waduh, gimana nih? B3 dong?" tanya Erlin.
"Siapa yang bisa nolongin Pak Rian?" tanya Karin.
Mereka terdiam selama beberapa saat. Lokasi mereka berlima semuanya cukup jauh dari rumah Rian. Akan memerlukan waktu lebih dari satu jam untuk pergi ke sana. Sama sekali tidak efektif.
"Pak, Pak Rian?" tiba-tiba saja Ajeng kembali angkat suara. "Bapak masih bisa coli sendiri nggak Pak?"
Meski lemas, Rian mencoba menggerakkan tangannya dan menyentuh penisnya sendiri. Kemudian ia mengangguk.
"Masih bisa tuh Jeng!" ujar Erlin.
"Kalau gitu berarti masih bisa A1 atau A2!" kata Ajeng. "Pak, sambil nungguin tenaga medis, Bapak tolong coli ... ngg.. onani sendiri. Bisa kan Pak?"
Rian mengangguk lagi. "Iya... akan saya coba. Kalau gitu .... saya sign out dulu... ya?"
"Eh jangan! Jangan Pak!" kata para staf, nyaris bersamaan.
"Kalau Bapak sign out nanti kami nggak bisa ngawasin keadaan Bapak!" kata Karin.
"Iya, kalau kenapa-kenapa gimana?" ucap Shaly dengan mata berkaca-kaca.
Rian terdiam. Dalam hati dia merasa terharu dan bersyukur sekali. Selama kariernya di dunia kerja, baru kali ini dia memiliki para staf yang begitu perhatian dengan dirinya. Mereka memang masih hijau dan terkadang kekanak-kanakan, tapi rasa kekeluargaan di antara mereka terasa sangat kuat.
"Terus... saya harus .... gimana ini?" tanya Rian sambil memperhatikan penisnya yang masih tegang maksimal.
"Bapak Onani aja di depan kamera. Kami akan bantu sebisa kami dari jauh. Please, Pak. Ini demi keselamatan Bapak sendiri," ujar Ajeng sambil memohon.
Bersambung....
0 notes
Tumblr media
BELI Daster Kekinian Balikpapan https://wa.me/6285875109000, daster kekinian atas bawah, baju daster kekinian, daster celana panjang kekinian, daster kekinian dibalikpapan, harga daster kekinian dibalikpapan
Kami adalah pengrajin dan produsen sekaligus distributor daster & Piyama grosir online dan Kain Batik dari Kota balikpapan.
1.Kami Memilih Katun Rayon Sebagai Bahan Baku Utama Karena Memiliki Bahan Yang Nyaman, Lembut Dan Adem. 2.Terkenal Dengan Kelembutan Dan Kehalusannya. 3.Katun Organik JUST Sleepwear Terbuat Dari Serat Alami Tanpa Bahan Kimia, Aman Digunakan, Terasa Lebih Lembut Dan Nyaman Di Kulit. 4.Mengandung Zat Antibakteri, Membuat Katun Organik Tidak Panas Saat Dipakai. 5.Sangat Cocok Digunakan Di Daerah Tropis Seperti Indonesia.
Pusat Grosir Daster dan Piyama
"FARAH FASHION"
Jl.Patriot No. 39
Purwokerto - Jawa Tengah Kode Pos 53142 (Perempatan Kantor Samsat ke Utara)
Telp/WA : 085875109000 Telp/WA : 085875109000 Telp/WA : 085875109000
Atau WA kami tanpa menyimpan nomer HP
KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000 KLIK https://wa.me/6285875109000 Untuk Informasi lebih Lanjut bisa Klik
https://goo.gl/maps/B7NsoZbKz4XKhcqL6
#dasterbumil, #dasterbatiksolo, #bdasterixobelix, #bdastermurah, #bdasterix, #bdaster, #bdastercantik, #dastercap, #dastercantikmurah, #dastercsl
Daster Terbaru, Daster Hamil, Daster Arab, Daster Wanita, Baju Tidur Daster, Baju Tidur, Daster Kencana Ungu, Daster Cewek, Daster Hot, Kencana Ungu
0 notes