#Dari Redaksi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mylog: Ujian hidup
Kemarin aink tadarus, uda nyampe surat maryam. Sejak masuk syawal frekuensi tadarus aink berkurang drastis. Pasti ini ulah gorgom yang uda lepas sejak berlalunya ramadhan.
Agak kelu lidah aink pas baca maryam, padahal enak banget ini surat kalo bacanya bener. Lebih enak lagi kalo tahu artinya pas baca suratnya.
Kisah nabi Zakariyya sama maryam di surat ini uda sering aink baca. Jadi meskipun ga bisa bahasa arab, dikit dikit aink tau lah arti dari bagian ayat yang lagi dibaca tuh ngebahas apa.
Dari Maryam, aink tuh belajar jadi manusia plus kodratnya sebagai hamba yang hidup di dunia untuk diuji. Iyes, merujuk surat al mulk bahwa manusia tuh hidup dan mati dalam rangka diuji.
Maryam yang sholehah pun ga terkecuali.
Lahir dari keluarga Imran yang soleh (bahkan jadi nama surat di Al quran), trus dididik langsung sama nabi Zakariyya. Lingkungannya mendukung banget untuk beribadah dan jadi ukhti sholehah.
Dalam urusan duniawi pun Maryam uda dijamin. Perihal konsumsi dikasih langsung sama Allah, ampe nabi Zakariyya pun heran

Ali imran ayat 37
Dengan history sebagai hamba yang smooth kayak gini ternyata Maryam tetap diuji. Parah banget pula

Seumur hidup beribadah, lahir dari keluarga sholeh, dididik sama seorang nabi tapi dikasih amanah hamil tanpa disentuh lelaki.
Kalo hamil tanpa punya suami kan banyak, nah ini hamil tanpa pernah disentuh lelaki.
Program bayi tabung dan bank sperma belum ada kala itu.
Kan dilema yah, kebayang itu malu dan takutnya maryam. Mengandung, sendirian tanpa kerabat tanpa suami.

Ampe maryam pun pernah pengen mati aja ketika mendapat ujian.

Tapi Allah Maha Pengasih, diutuslah Jibril. Maryam dikasih makan minum supaya senang. Biar happy aja meski tengah diuji.
Ujian berikutnya ketika nabi Isa lahir dan Maryam pulang kampung. Mudik ke rumah bawa bayi tanpa bawa suami. Oww tentu jadi bahan pergunjingan keluarga besar. Masalah 'omongan keluarga' ternyata sudah ada dari jaman dulu.
Ga kita kita aja yang mengalami

Keras banget sih ini redaksi kalimatnya. "Bapakmu bukan orang ga bener, ibumu juga bukan *****"
Drop banget mental kalo diginiin, apalagi kalo liat track record keluarga maryam yang dari keluarga baik baik.
Tapi nabi Isa a.s dikasih mukjizat

Kalo nabi Isa ga punya mukjizat berbicara dari sejak lahir, kebayang itu bingungnya Maryam ngejelasin soal anaknya.
Mukjizat dari Allah buat anaknya, sekaligus membantu ibunya.
Dari cerita Maryam, aink semakin ngerti kalo manusia diuji dengan weak point nya. Kalo maryam diuji dengan lapar haus, fashion atau cowok ganteng mungkin ga ngefek yah. Ukhti sholehah gitu loh
Tapi ujiannya emang dibikin agak laen
Ampe keluar statement "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan."
Jangankan kita kita yang solehnya masih seujung kuku, yang uda sholehah ampe ke ubun ubun aja tetap bisa mengalami stress ketika diuji.
Ujian orang lain mungkin terlihat gampang bagi kita, karena ujian itu disesuaikan dengan weak poin seorang hamba. Kalo yang b aja soal percintaan dikasih ujian susah jodoh kan agak agak ga relevan yaa. Pahala sabarnya ga akan dapet.
Beda sama yang uda ngebet nikah tapi jodohnya masi indent.
Pahalanya bisa banyak, kalo sabar, kalo rajin berdoa, kalo rajin tahajjud dll
Toh kalo ga diuji, belum tentu juga manusia mau sibuk beramal sholeh dan ngumpulin pahala🤣
Jadi, ujian tuh ujung2nya ya buat kita kita juga
162 notes
·
View notes
Text
"Like the sun at dawn
As if darkness
had been replaced by light
Its broke, to grow
Lost, then change."
- Rahl, 22125
Aku masih mendengar detak jantungku sendiri. Setiap langkah dan perjalanan, ialah alasan untukku bertahan dari kegilaan.
***
[ Bu Ita : Rue, apa temenmu memang seperti ini ya, tidak minat kah untuk magang?? ]
Sebuah notifikasi pesan muncul di layar hp Rue, gadis itu sejak tadi ingin beranjak dari tempat tidurnya tapi terpaksa harus duduk kembali. Ia meletakkan gawainya di atas kasur dan mengambil segelas air minum dari meja di sisi kanannya. Rue mengatur napas, ia terpaku sekejap pada isi pesan yang baru masuk itu.
[ Mohon maaf sekali ibu atas kesalahan teman tim saya, kami akan lakukan evaluasi bersama agar mencegah kejadian ini berulang ]. Rue memberi emoticon mengatup kedua tangan di akhir pesan teksnya.
Rupanya setelah beberapa menit, pesan itu hanya dilihat saja oleh Bu Ita---Penanggung Jawab anak magang di kantor Rue sekaligus Pimpinan Redaksi Penerbitan. Gadis itu membaringkan tubuh, ia menatap lekat-lekat ponsel miliknya, berharap agar Bu Ita memberikan kata-kata selain pesan yang pertama tadi. Ia memejamkan mata kemudian mendengus kesal sebab malah teringat Desi---rekan kerjanya.
Mengapa Rue harus satu tempat magang dengan orang yang sama sekali tidak dapat dipahami perilakunya? Kali ini Desi telat dua jam dan tidak mengabari sama sekali. Rue bahkan sudah hafal dengan pola ini. Nantinya ketika ada yang bertanya pada Desi, pasti jawabannya tidak jelas, seperti orang linglung.
Rue beranjak dari tempat tidur, ia mengecas handphone miliknya lalu bergegas untuk mengotak-atik isi kulkas, membuat bekalnya, lalu mandi. Menunggu jam dua belas siang agar ia bisa pergi ke kantor penerbit tempatnya bekerja. Setidaknya ia bisa mendapat pengalaman dari sana untuk mengaplikasikan ilmu yang dia punya, meningkatkan softskill dan hardskill, serta memperluas wawasan.
Paling kurang dirinya harus bertahan di sana lima jam per-hari nya, karena kali ini shift siang, maka pukul 17.00 ia bisa pulang. Dan begitulah kegiatan gadis itu sampai hari-hari berikutnya. Hidup di kota orang yang jauh dari orangtua sempat membuatnya merasa kurang nyaman. Apalagi sebelum pergi merantau ia sempat berdebat dengan kedua orangtuanya yang sangat menentang keputusan Rue. Tetapi ia harus melakukannya, demi perubahan hidup keluarga. Ya, dengan tekad kuatnya Rue bisa meyakinkan sang ayah dan bunda.
***
"Selamat siang Bi Siti," sapa Rue pada salah satu CS di kantornya.
"Siang Rue, panas banget yah neng di luar?" sahut wanita paruh baya itu, dia menghentikan aktivitas bebersihnya sebentar.
"Iya, Bi. Nyengat mataharinya," kata Rue sambil tertawa ringan.
"Masuk jam dua belas, Neng?"
"Ngga, Bi. Saya shift siang masuk jam satu, cuma mau dateng agak cepetan dikit."
"Ooh gitu nyah, si eneng geulis telaten pisan," puji Bi Siti.
"Aamiin, Bi. Oiyah, saya bawa Brownies buat Bibi." Gadis itu membuka tas kemudian memberi satu kotak Brownies untuk Bi Siti. Wanita paruh baya itu terlihat riang sekali menerima hadiah dari Rue, dia tahu bahwa Rue yang membuatnya sendiri karena Rue suka bercerita bahwa ia suka membuat berbagai kue dan roti. Bi Siti berterima kasih pada anak baik itu dan dibalas ramah pula oleh Rue. "Ngomong-ngomong saya ke dalem duluan ya, Bi? Mau siap-siap ganti shift, hehe."
"Boleh-boleh. Sok atuh neng, Bibi teh juga mau pulang ini," Bi Siti nyengir sembari buru-buru melipat kain lapnya. Rue pamit pada Bi Siti dan melambaikan tangannya, mereka pun berpisah. Rue akan mulai bekerja, Bi Siti akan segera pulang ke rumah. Sebuah siklus dimana bekerja, akan selalu menemui waktu akhirnya, yakni pulang.
Waktupun berlalu, kini Rue sudah berada di depan laptopnya untuk mengolah data-data, sekitar pukul dua nanti ia harus turun ke divisi percetakan untuk sekedar mengawasi tumpukan buku-buku yang akan dijilid. Rue mengerjapkan mata, rupanya sudah hampir jam dua. Ia pun segera ke lantai satu dengan membawa tablet kantor.
Ia tampak menikmati perannya menjadi Kepala Produksi. Dia mengarahkan karyawan dengan sangat teliti, agar meminimalisir kesalahan. Namun tak jarang pula Rue turut serta membantu para pekerja di sana, merangkul mereka. Terkadang mentraktir snack atau membawakan kue buatannya untuk para staff dan karyawan.
"Maaf Kak Rue, izin melaporkan. Sampul buku yang edisi satu sepertinya tidak sesuai dengan konsep awal, apa mungkin memang sudah diganti ya, Kak?"
"Boleh saya lihat dulu, Dek?"
"Silakan, Kak, sebelah sini." Rue tercengang melihat sampul buku yang ada, 'Berantakan sekali!'
"Dek, apa yang ini sudah melewati tahap revisi kita kemarin?"
"Sudah, Kak. Saya yang mengantar sampelnya langsung pada kakak."
"Ini udah puluhan tercetak ya. Habis banyak kertas juga."
"Benar, maaf Kak Rue, padahal kita sudah sering sekali cek perkembangan buku-buku ini."
"Nggak apa-apa, Dek. Kita udah melakukan yang terbaik sebelumnya, sekarang kita harus cari solusinya saja daripada pusing. Emm, kamu tau ruang Kak Desi yang baru?"
"Di lantai dua, sampingnya ruang kerja Kak Rue. Mau saya antar, Kak? Mungkin saya perlu hadir menemui kakak itu."
"Tidak sayang, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu, ya."
"Kalau begitu baik, Kak."
Rue tidak menyangka ia harus dihadapkan lagi oleh keadaan ini, sejujurnya ia agak muak berurusan dengan Desi. Rue mendatangi rekannya yang bermasalah itu dengan maksud untuk menanyakan tentang desain sampul. Kenapa tiba-tiba berubah? Apalagi banyak ketidaksesuaian konsep, bisa-bisa penerbit dan pihak penulis akan dirugikan jika hal ini terus berlanjut. Pun di kantor ini tidak boleh seenaknya saja.
"Permisi, Des," kata Rue. Ia mengetuk pintu kemudian melihat ke arah kaca tembus pandang, semua orang yang ada di dalam sana menatap gadis itu. Kemudian Desi mengangguk, tanda ia mempersilakan Rue untuk masuk. Setelah masuk ia tersenyum ramah kepada semua rekan kerja Desi dan dibalas serupa pula. Rue segera memberi kode kepada kawannya itu untuk bicara di luar.
"Kenapa, Rue?" tanya Desi seperti tidak tahu apa-apa.
"Laporan yang dirimu janji buat dua bulan lalu udah sampai mana?" balas Rue. Gadis itu memelankan suaranya agar orang lain tak terlalu mendengar, sebab ia tidak mau mempermalukan Desi.
"Oh itu ... aku kan dah buat. Tapi belum sempat di siapkan karna--emm, aku gak ngerti, masih bingung buatnya gimana. Di rumah pun ngga ada laptop, jadi kek mana lah susah. Kesempatan cuma di sini, tapi tiap udah masuk rame terus antrian data desain, proofread. Belum lagi editor naskah yang pakai laptop ruangan karena kami sama-sama ngga ada, dirimu juga ngga ada jadi aku gabisa pinjem siapa-siapa," jawab Desi panjang lebar.
Ia mengedip-ngedipkan kedua matanya, sejujurnya dia pun tidak bisa memastikan jawabannya masuk akal atau tidak. Ah ya, Rue juga tidak punya laptop atau tablet, ia hanya diberi dan memakai itu di kantor saja. Maka dari itu Rue memanfaatkannya sebaik mungkin agar selesai dan tidak menunda-nunda tugas.
"Aku kasihan sama kamu, tapi udah lima bulan kita magang, dirimu sama sekali ngga nyentuh dokumen laporan itu, bukannya kemarin uda kita buat kerangkanya bareng-bareng? Kamu tinggal isi dan sesuaikan sama divisi. Aku juga bingung tiap hari ditanyain Bu Ita terus. Dan kalau kamu ngga ngerti, bisa nanya ke aku kan?"
"I--iya mungkin ko bisa bantu aku pas nanti kita ketemu di weekend atau gimana ...."
Rue terdiam, ia sudah ngos-ngosan menahan amarah. Kemarin gadis itu sudah mengajak Desi untuk mereview laporan tersebut, tapi Desi banyak bertanya dan menyiratkan seakan tidak mau padahal itu juga di depan banyak orang. Jadi Rue memutuskan mengerjakan sendiri. Rue teringat bahwa setiap kali Desi melontarkan pernyataan, pasti Desi tak juga menepatinya. Sejak bulan pertama dan kedua mereka magang di sini, orang-orang tidak menyukai Desi karena sifat bebal dan kasarnya. Banyak rekan kerja lain yang selalu saja bertanya tentang Desi kepada Rue. Karena memang Rue adalah tetangga sebelah rumah Desi.
"Rue ... kecewa ya samaku?" tanya Desi kala itu. Tapi Rue hanya bisa tersenyum simpul sembari terus menyemangati. Dan terus memberi info serta data-data yang diperlukan untuk memudahkan Desi. Beberapa kali ia melakukannya, baik lewat chat ataupun bicara langsung. "Kalau ada apa-apa bilang ya. Kalo ada masalah cerita aja gapapa," ucap Rue. Ia menepuk-nepuk pundak temannya itu.
Orang-orang berharap setidaknya Rue bisa menceritakan detail tentang orang seperti apa sebenarnya Desi ini? Sedangkan Rue tidak pernah terlalu memperhatikan Desi, ia hanya fokus pada dirinya, keluarga, sahabat, pekerjaan, tugas, juga orang-orang yang bisa diajak kerja sama. Tapi ketika gadis itu tahu bahwa ia akan sama-sama magang dengan Desi, Rue lah yang memulai pendekatan pertemanan agar ia merasa mereka tidak canggung ke depannya.
Rue menolong Desi sebisanya, semampunya, tapi Desi tidak pernah sebaliknya pada Rue. Atau mungkin ia tidak tahu diri? Tidak bisa memahami perjuangan orang lain. Tidak memiliki empati. Dia pernah bercerita bahwa keluarganya di rumah sangat kacau. Tetapi Desi juga tidak mau bangkit dari keterpurukannya, dan dia pun juga malas untuk menggerakkan perubahan hidupnya.
Pernah setelah banyaknya gosip miring tentang Desi, yang digosipkan itu pun berubah. Mulai cekatan dan inisiatif, pekerjaannya cepat terselesaikan serta datang lebih awal. Rue turut bahagia dengan itu. Tetapi ternyata hanya bertahan beberapa minggu saja. Desi kembali menjadi sosok yang sering terlambat dan tidak memberi kabar serta alasan yang jelas. Rue juga pernah diceritakan oleh rekan sejawatnya, bahwa ternyata Desi mengalami kekerasan dalam keluarganya.
Namun, Rue juga bisa lelah, ia bukan malaikat. Apalagi Rue selalu membawa beban ekspetasi orang lain di pundaknya. Orang lain berharap Rue bisa menarik Desi jadi lebih baik, jangan menyerah untuk mengajak Desi untuk berubah. Semua keluh yang mereka katakan tidak diungkap langsung pada Desi, hanya menyampaikan lewat Rue saja. Apakah mereka mengira bahwa Rue tidak pernah peduli? Apa orang-orang itu menganggap Rue cuek-cuek saja? Bahkan Rue melakukan hal lebih daripada sekedar menasehati.
Tetapi bagi Rue yang berhadapan langsung dengan Desi, mengubah orang sangat sulit dan mungkin mustahil apabila tidak ada niat dari hati Desi sendiri. "Untuk apa membantu orang lain, jika orangnya saja tidak mau dibantu?" Ucap Rue pada Fara kala itu. Karena, Desi tak berusaha sedikitpun. Hanya melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang.
Kadang Rue merasa selalu salah juga di mata mentornya, pekerjaan gadis itu sering diatasi oleh Kakak Seniornya karena Rue terkesan lambat di mata mereka. Tapi dengan semua itu Rue berprinsip mau terus belajar. 'Kalau tidak berani salah, namanya tidak belajar'. Ia selalu rajin, bertanya, dan tidak malu melakukan hal-hal baik yang semestinya. Berbeda dengan Desi yang sering berkata 'Aku nggak bisa ramah ke orang lain, aku ya gini.' Atau Desi yang sering mengeluh 'Capek banget di sini, magang di bidang ini bukan tujuanku.'
Bulan ketiga makin banyak yang tidak menyukai Desi, karena sikapnya yang keras kepala, sering terlambat, tidak inisiatif, serta tidak mau berbaur dengan benar untuk menyesuaikan diri. Dengan kata lain, dia pun tidak pernah intropeksi. Sekalipun diberi nasihat oleh kakak senior, ditegur rekan sejawat, atau dibilangi secara halus dan empat mata oleh Rue. 'Kalo sifatnya emang kayak gitu, susah untuk di rubah dek karna udah bawaan.' Sebuah kalimat dari salah satu Kakak Senior mereka yang selalu Rue ingat.
Rue sendiri sering berhadapan dengan banyak manusia bermasalah, tapi yang kali ini beda. Anak itu seakan tidak mau ditarik, tak mau dibantu. Ia hanya bersembunyi di dalam kurungan zona nyaman yang rupanya merugikan banyak orang. Bu Ita sampai tidak mau mengajak Desi bicara secara langsung untuk menjelaskan kesalahan-kesalahan Desi. Dan dengan semua keadaan runyam itu Rue sama sekali tidak tahu harus melakukan apa. Energinya semakin lama semakin terasa habis, sinarnya memudar.
"Kita kan juga udah sepakat buat ngga ganti desain tanpa sepengetahuanku? Kenapa ngga bilang dulu kalo mau ubah? Klien udah setuju sama yang lama kan?" tanya Rue lagi.
"Maaf, Rue." Dua kata lucu yang dilontarkan oleh Desi. Maaf yang hanya sekedar kalimat, bukan perubahan sikap dan sifat.
"Des, tolong kerjasama nya, buatlah laporan data dari divisimu dan aku minta bantuan untuk tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi."
"Iya ...."
"Yasudah aku balik dulu mau lanjut kerjaan, jangan lupa tugasmu." Rue melihat Desi mengangguk-angguk, kemudian ia pun pergi berlalu menuju ke ruangannya.
Hari itu setelah Rue berbincang dengan Desi, ia melihat tetangganya itu pulang agak lebih lama karena mengganti jam terlambatnya tadi pagi. Rue pun segera menyelesaikan jobdesk nya dengan cekatan. Ia mengesampingkan dulu pikiran-pikiran jeleknya, berusaha fokus pada apa yang harus dilakukan sekarang. Jam dinding berdetik, suasana kantor kadang hening, kadang ada suara bicara orang-orang. Tetapi lebih sering terdengar suara mesin cetak dari lantai bawah.
Orang-orang di sini sangat tepat dan cepat kerjanya. Penerbit Sun95 memang terkenal sebagai tempat terbaik, berkualitas dan akurat dalam memproses tiap pesanan. Magang di tempat ini adalah sesuatu yang luar biasa. Rue bersyukur bisa mempelajari banyak hal di sini, tempat yang benar-benar ideal untuk magang. Ah, waktu terasa berjalan terlalu cepat, kini sudah pukul 16.49. 'Bentar lagi pasti Pak Trio kemari untuk memeriksa ruangan-ruangan karyawan. Aku mau kasih bapak Brownies buatanku tadi siang,' batin Rue.
Rue segera merapikan meja, juga menata penampilannya yang tampak lelah, lalu dia menenggak jus alpukat di dalam botol yang dibawa dari rumah. Gadis itu meregangkan badan, lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya. Tak lama, ia melihat Pak Trio---Satpam jaga yang sedang berkeliling.
"Selamat sore Pak Trio ...!" Rue agak berlari untuk menghampiri pria paruh baya itu.
Yang dipanggil tersentak dan reflek berkata, "Rue, what's up??" Pak Trio nyengir lalu Rue tertawa pelan.
"Baik kok, hahaha. Ini bapak, saya bikin Brownies buat bapak loh."
"Woiya? Wih, hebat. Nduk Rue bisa baking ternyata. Ohoho, sini bapak cobain yo!"
"Boleh, ini buat bapak semua." Rue menyodorkan sekotak Brownies yang telah terpotong dadu, Pak Trio sumringah ketika menggigit kue buatan Rue.
"Wadooh, kalo semua opo ora kebanyakan iki, Nduk?"
"Ngga lah, Pak. Nah, gimana rasanya?"
"Wueenak tenan, lembut, nyoklat, harum, ada toppingnya lagi. Perfect, nduk," puji Pak Trio dengan aksen Jawa nya. Ia pun memberi jempol andalan. Rue terkikik. Hanya dengan berinteraksi ke Bi Siti dan Pak Trio ia bisa merasakan kehadiran sebuah keluarga. "Makasih yo, Rue. Bapak seneng bisa makan cemilan dari Nduk yang sudah bapak anggap seperti anak sendiri," ucap Pak Trio.
Rue tersenyum simpul, ia jadi teringat bahwa anak perempuan Pak Trio sudah tiada saat usia enam belas tahun karena kecelakaan, begitupula isterinya. "Rue juga seneng bisa berbagi, Pak. Rue mau sekalian pamit ya? Bapak semangat kerjanya!" Rue mengepalkan kedua tangannya berpose menyemangati, sembari nyengir kuda.
"Be carefully, Nduk Rue!" Pak Trio dengan kumisnya ikut tersenyum dan ia melambaikan tangan pada Rue. Gadis itu membalasnya dengan antusias. Ia memesan ojek online untuk pulang ke rumah.
***
Bulan keenam tiba ...
Tak terasa ini adalah bulan terakhir untuk masa magang Rue di Kantor Penerbit Sun95. Kali ini ia shift pagi dan sampai tepat waktu, ia tidak melihat Bi Siti di sana seperti biasanya. Yang dilihatnya adalah Bu Ita, wanita itu duduk di ruang kerja pribadinya yang pintunya terbuka. Mereka bersitatap, Rue tersenyum dan menyapa sopan pada Bu Ita. Tetapi, raut wajah Bu Ita tampak tidak mengenakkan.
"Keuntungan kita merosot Rue, laporan-laporan yang seharusnya terpampang detail di portal saya tidak ada sama sekali sejak bulan ketiga. Sampai mana laporan kalian sebenarnya?"
Rue mengernyitkan dahi, ia mencoba mengingat. "Kalau untuk laporan bagian saya sudah saya upload full Bu---"
"Gimana sama hasil laporan temenmu?" tanya wanita dengan setelan blazer merah itu.
"Kemarin saya sempat lihat Desi mengerjakannya Bu, apa tidak ada konfirmasi langsung ke ibu kalau mungkin saja dia menggabungkan laporan per-bulannya?"
"Nggak ada, Rue. Ini klien udah komplin macem-macem ke kita karena saya menunda pertemuan untuk membahas project selanjutnya. Sedangkan saya juga tidak menerima laporan divisi dan keuangan bagiannya."
"Sampaikan pada Desi, kalau tidak selesai jobdesknya sampai hari terakhir kalian magang. Ibu tidak akan meluluskan hasil magangnya dia."
Napas Rue mendadak sesak, kepalanya terasa nyeri, jantungnya berdegup kencang, padahal bukan dia yang salah. Padahal seharusnya Desi yang berkomunikasi langsung dengan Bu Ita perihal ini. Rue sudah berkali-kali dikecewakan oleh keadaan, disepelekan oleh seniornya, dibuat lelah oleh Desi. Tapi yang kali ini kenapa terasa sungguh berat?
Dari pagi itu hingga jam 12.00 Rue merasa tidak enak badan, pikirannya begitu campur aduk. Rue tidak selera makan, ia bahkan tidak meminum jus Alpukat kesukaannya. Rue tidak mendatangi pekerja di lantai satu seperti biasanya. "Cape ...," lirihnya. Sanggul gadis itu mulai lepas, ia nampak semakin kusut dan pucat. Matanya memerah dan sedikit berair.
"Rue, balik yuk! Lo udah kan? Gue juga udah siap kerj--"
"Eh? Lo kenapa, Rue!?" tanya Fara---rekan kerja seruangan gadis itu. Fara membetulkan hijabnya yang terurai karena agak menunduk melihat Rue. Ia tampak khawatir, sedikit panik juga.
"Ga papa, Far. Pusing dikit aja, udah jam satu ya? Pulang yu," ajak Rue.
"Gue anter ke rumah lo gapapa kan? Searah soalnya."
"Boleh."
Rue, gadis malang itu sering memendam apa yang ia rasakan. Dia selalu ingin terlihat baik-baik saja. Tapi akhirnya emosi dalam dirinya meluap, berdampak pada kesehatan fisik dan mentalnya. Rue, gadis malang yang tidak mengerti bagaimana cara dunia bekerja. Cara menghadapi manusia dengan berbagai macam sifatnya yang tak mudah terlihat. Keadaan dimana ia merasa asing dengan bidang yang dipilihkan orangtuanya. Orang-orang yang kadang suka beranggapan bahwa Rue mesti sempurna, pula orang-orang yang sering mencoba meredupkan sinar Rue. Menggerogoti tubuh perempuan muda itu seperti ia sedang berdampingan dengan buah busuk.
'Lama-lama muak juga,' batin Rue. Wajah Rue kali ini tanpa ekspresi apa-apa, sejak ia tahu bahwa Desi sangat membuatnya marah tapi ia pun tidak bisa mengungkapkan karena kasihan, Rue menutup hatinya. Rue membatasi interaksinya dengan yang katanya teman kerjanya itu. Dan juga lebih jarang membantu, apalagi mengajak bicara. Kalau disapa Desi pun Rue hanya merespons dengan datar. Rue jadi menyesal magang di tempat ini, ia merasa tidak cocok dengan semua orang, bahkan ia menjadi rendah diri.
'Seharusnya aku masuk Tata Boga. Mungkin di sana aku bisa hidup dan tidak akan merasa asing seperti ini. Takkan berurusan dengan drama kantor dan senior tukang judge.'
Keadaannya itu berlangsung hingga beberapa minggu. Kepala Rue semakin sakit, dadanya terasa sesak, tubuhnya lemas, ia pun kehilangan minat masaknya, Rue tak lagi merias wajah. Yang dia lakukan setiap hari adalah bangun, bebersih, makan, berangkat magang dan begitu sampai rumah ia langsung tertidur. Tidur yang lama, sampai ia merasa rasa sedih yang menimpa ikut terlelap bersamanya. Setiap hari Rue merasa dihantui oleh rasa bersalah, kekosongan, kesakitan, itu pertama kalinya ia merasa sangat drop.
Rue jadi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, ia tak sebahagia dulu. Tapi orang-orang tidak tahu apa yang ia rasakan, orangtuanya khawatir pada Rue dan terus menelepon. Tetapi Rue lagi-lagi seakan baik saja. Rue mengubur letupan emosinya dalam-dalam. Tak seorang pun tahu. Bahkan Pak Trio dan Bi Siti yang Rue sayangi juga tidak tahu keadaan gadis itu.
Maafkan saya. Diri ini berpikir sudah sedikit mulai mengerti. Tapi nyatanya perasaan tiap orang sangat rumit dan sensitif. Tidak semua orang bisa menyampaikan perasaan lewat kata-kata. Terkadang mereka jujur, dan terkadang berbohong. Saya tidak dapat mengurainya dengan tepat. Bagi saya hal itu sangat sulit ....
Tulis Rue pada buku diary nya.
Waktunya bertahan hanya tinggal seminggu, lalu enam hari, kemudian lima hari, dan sampai di sisa empat hari lagi.
***
"Segera temui ibu minggu ini. Bu Ita bilang kalau laporan divisi dan keuangan bagiannya tidak selesai, kamu ngga diamankan lulus magangnya."
"Ohyakah Rue? Duh gimana ya aku masih gak paham, tapi yaudah nanti aku selesaikan."
"Iya, nanti langsung kabari Bu Ita aja."
"Makasih ya Rue informasinya." Ucap Desi yang menggaruk-garuk kepalanya, ia kebingungan. Sementara Rue pergi berlalu, ia mengecek buku-buku di lantai satu. Tidak peduli lagi bagaimana Desi akan membuatnya, yang penting pesannya Bu Ita sudah disampaikan walau Rue perlu beberapa waktu untuk bisa sanggup berbicara lagi dengan Desi. Dan lusanya setelah Rue menanyakan apakah Desi sudah menjumpai Bu Ita, ternyata Desi belum menemuinya. 'Dia ngga pernah berubah, selalu sama'.
***
Saat hari minggu Rue akhirnya pulang ke tempat orangtuanya. "Bunda, Rue pulang ...." Gadis itu memeluk ibunya dengan erat, ia menangis tersedu-sedu. Lama sekali. Rue menceritakan semuanya dengan terisak seperti anak berusia tujuh tahun yang dijahili teman-temannya. Awalnya Bunda Rue menceramahi putrinya terlebih dahulu, seakan menyalahkan Rue atas keputusannya untuk merantau.
"Rue mau bantu keluarga, Ndaa. Rue mau mandiri, sukses. Kata senior, Rue keliatan ada penyakit pernapasan karena Rue sesak terus. Terus orang-orang jahat sama Rue, temen Rue ngecewain Nda, terus Rue kaya disalahin padahal bukan Rue yang salah. Rue gamau di penerbitan lagi, ngga mau, Rue ga suka. Rue juga ngga mau jadi beban di keluarga kita, Bun!" Teriak gadis itu.
Ibunya semakin memarahinya. "Kalau semua perkataan orang kamu telen mentah-mentah, dan perbuatan orang semuanya kamu pikirin, ya kamu yang bakal sakit. Jangan kemakan omongan orang lain, kan di sana cuma belajar. Kamu harus tau gak semua orang itu baik, Rue."
Tetapi di pertengahan ibunya mengatakan hal yang tidak pernah bisa Rue lupakan. "Jiwa kamu harus besar, Nak. Lapangkan hatimu, lepaskan semua beban-beban itu." Rue memeluk bundanya kembali, menyisakan isakan-isakan kecilnya yang perlahan memudar. "Bunda kaget kamu pulang-pulang kok nangis kejer." Ia pun bercengkerama dengan ibunya sepanjang malam. Hingga esoknya ketika ia bangun tidur, sedih dan sakitnya sudah lenyap.
Rue terlahir kembali, ia merasa harus bangkit lagi dan tidak akan menyia-nyiakan pelajaran berharga dalam perjalanan hidupnya sampai detik ini. Tuhan memberinya cobaan yang begitu menyesakkan karena tahu bahwa diri itu bisa melewatinya, untuk bisa menguatkan hati para hamba-Nya. Rue datang ke tempat magang seperti ia datang pertama kali.
Hari terakhir magangnya telah tiba, ia mencoba memberi ruang pada orang yang telah membuatnya sangat kecewa. Dan bersumpah untuk tidak berurusan dengan orang seperti itu lagi dalam hidupnya. Bukankah parasit akan selalu menempel pada inang dan berdampak merugikan? Mungkin kalimat ini tampak kejam. Tapi nyata adanya bukan?
Hari-hari berganti dan tak terasa semua yang terjadi adalah perihal masa lalu bagi Rue, sudah berjarak setahun sejak kesialan dulu menimpa gadis itu. Rue ialah simbolisme dari ketidakadilan orang-orang yang terlampau baik, dan kebaikannya disalahgunakan oleh orang yang dungu. Kini Rue sudah merasa bebas, ia tidak pernah sedih karena mempercayai semua perkataan orang lain.
Ia belajar bahwasannya manusia punya tabiat yang berbeda-beda. Rue harus lebih kuat dan tabah, kita mesti jeli untuk berinteraksi dan lebih selektif dalam membantu orang lain. Kesalahan orang lain bukan tanggung jawab kita. Tak perlu ikut terseret ke dalam jurang sial. Membela diri ketika tidak salah itu penting jika kita tidak mau direndahkan orang. Rue menjadi sosok yang baru, dia lebih aktif mendedikasikan dirinya untuk mereka yang benar-benar layak dibantu. Ia sudah melepas dirinya dari ketidaktahuannya atas sifat manusia.
●
•
Tamat
"Dan jika terlahir kembali, aku takkan menyia-nyiakan kesempatan, aku akan selalu mengingat bagaimana cara diri ini hidup dan bertahan di masa lalu. Agar bisa terus belajar dan menyesuaikan ruang bertumbuh."
Cerita pendek ini bertajuk 'Melepas Kegilaan' , sebuah dalang yang memaknai jiwa yang bertahan sekuat mungkin untuk kembali bangkit dari keterpurukan mendalam, dan perihal penciptaan batasan diri yang sehat.
#28hariberprosa#puanberaksara#tadikamesra#jejaringbiru#terlahirkembali#prosa#sastra#cerita#puisi#cerpen#sajak#hikmah#bertahan#bertumbuh#poem#poetry#story#writers on tumblr#writers and poets#penulis#life#writerscommunity#writing#aksara#rahasia#puisiindonesia#popular posts#text post#karya tulis#pengarangrahl
13 notes
·
View notes
Text
notes 365+: selip pesan ke gambar
jadi kan ini udah setahun lebih dikit sejak pertama kali kerja gambar-gambar editorial... kebetulan juga barengan sama masa-masa banyak yang gambar aktivisme/protes (at least di twitter). jadi pengen nulis dikit soal notes/stuffs yang kupelajarin aja...
tentu ini gak definitif dan bisa berubah lagi karena belajar gak ada habisnya, aku juga gak ngerasa kalo ini macem "godly tips gweh yang paling bener sejagat raya" tapi i think some people would be interested karena alasan di atas????? yea also i just like to yap so oof
intensitas pesan: yang aku baru ngeh dari ngegambar editorial komersil & nonkomersil (biasanya buat protes, atau emang temanya agak absurd, kayak seri metaphora/bunuh-bunuhan politikus), semakin frontal penggambaran dan penyampaian pesan, biasanya semakin kuat emosinya. mungkin karena pemrosesannya simbolismenya lebih singkat, berhubung sifatnya frontal. gak berarti gambar yang gak frontal gak bisa punya emosi yang sama kuat dengan yang frontal (diomongin di poin 2) ya. tapi misal, dari observasi bandingin gambar protes Indonesia Gelap sama gambar editorial umum, gambar protes biasanya mengandung elemen darah, kekerasan, dsb.. editorial umum cenderung lebih halus, biasanya karen ada kode etik jurnalistik & taking precautions aja. di awal-awal kerja, aku pernah ngajuin gambar yang ada elemen tusuk-tusukannya, tapi ditolak bos WKWKWK, suruh perhalus lagi...
frontalitas ≠ intensitas: tergantung topik, mungkin frontalitas pesan gambar harus dikurangin. frontalitas, bukan intensitas ya. ini mostly dapet dari ngikut campaign bootcampnya remotivi yang ganti gambar kekerasan seksual. berhubung temanya sensitif, jadi gambar sifat frontal biasanya dihindarin karenabisa jadi traumatik, berhubung kita gak bisa kontrol reaksi orang (ini juga penting, secara umum). nah untuk bedanya, coba liat gambar aiko yoshina ini, kebetulan masuk ke pameran campaignnya. pas sesi talkshow pameran, salah satu narsumnya yang penyintas KS bilang ini gambar yang paling memorable buat dia karena emosinya dapet – alias intensitasnya tetep ada. menurutnya, gambar ini ngegambarin banget emosi yang dirasaiin penyintas, yang harapannya juga bisa sampai ke nonpenyintas yang gak bisa tahu langsung rasanya kayak apa. contoh lain ngurangin frontalitas tanpa harus ngorbanin pesan yang mau disampaiin ada tweet soal sampul the saturday evening oleh norman rockwell. bisa dipake kalo misal kalian belom terlalu berani buat gambar sesuatu yang agak frontal dan mau lebih delicate. gambar sesuatu yang intens juga gak selalu harus tentang peristiwanya, bisa juga tentang gimana penyintas melawannya (liat tweet ini). jadinya gak mojokkin penyintas (terutama karena temanya protes), tapi dukung mereka gituh.
artstyle gak terlalu ngaruh, the more the merrier: ini gak terlalu berhubungan sama alasan kenapa aku nulis ini sih, tapi kadang suka ngeliat orang yang khawatir soal art style di twitter. so i'll put some samples of ilustrator editorial lokal yang bisa patahin stigma kalo gambar harus punya 1 style tertentu. ilustrator sampul tempo, kendra paramita, itu punya lebih dari 1 style – dari yang polos kartun sampe yang painting realis (liat gambar brigadir VS ali sadikin di sampulnya). so far aku pribadi lebih kerasa karena tergantung aja waktu pengerjaannya berapa lama, sama tema/konsep gambarnya gimana. yang stylenya gak realis/karikatur, tapi bahas topik politik? juga ada sih, misal nina & riizky di jawa pos (kayaknya nama lengkapnya masing-masing isnina aryani hasanah & rizky agung, kalo liat daftar redaksi). stylenya nina agak ke buku anak-anak, sementara rizky manga.



relatability ke kehidupan sehari-hari: gak otomatis memperbagus gambar, tapi IMO ini bisa nambah "koneksi" penikmat gambar ke pesan gambarnya tergantung cara pake. still about kendra – aku suka cover ini. ketika dikasih brief "saling kunci kursi menteri", aku pribadi kepikirannya ya... kursi diborgol. some others probably would think the same. alih-alih pakai metafora yang, it works, tapi juga agak "emangnya kita bakal pernah liat kursi diborgol IRL?" kendra bikin metafora yang rasanya lebih dekat ke keseharian karena lebih mungkin ngebayanginnya kejadian: orang pergang bagian-bagian kursi (OK still weird to see that IRL, tapi at least bisa kebayang tukang bawa bagian kursi kalo lagi bikin kursi). kinda hard to explain, tapi kadang aku pribadi ngerasa kadang gambarnya jadi agak "tacky" kalo metaforanya terlalu "fantasi"... sama lebih jenaka & bisa memorable aja kalo nyambung ke keseharian? contoh lainnya cover tenang, ibu sudah di sini. ngetandem motor yang sein kanan belok kiri itu khas indonesia banget, jadi ada koneksi "bonus" antar pesan dan pengamat.


kayaknya ini aja dulu, yang masih terkait sama ruang lingkup twitter & gambar protes-protesan. panjang banget... well happy drawink dan tetap manyala ges
EDIT: lupa selipin link twitter yang norman rockwell, sudah ditambahin ya. MAAF WKWKWK
#indopol#err gak indopol banget sih... tapi emang mainly nulis ini karena banyak gambar perpolitikan/gambar buat protes aja
6 notes
·
View notes
Text
Awal Mula Lalu Bermuara
Sabtu lalu, di dua forum dan audiens yang berbeda, meski dengan topik yang berbeda pula, ada satu hal sama yang aku sampaikan di keduanya. Ialah tentang memulai. Dan menyelesaikannya. Berniat-beristiqomah-husnul khotimah.
Innamal a'maalu binniyaat, kita seringkali berdalih dengan hadis ini untuk hal-hal yang kemudian luput untuk kita selesaikan. Berdalih 'yang penting dapet niatnya' dan semacamnya meski belum memulai, atau memulai lalu meninggalkannya. Bukan, bukan untuk menyalahkan hadisnya, melainkan kita yang barangkali menempatkan malas, bosan, dan ragu dan bersembunyi di balik hadis ini. Dan kita lupa jika dalam redaksi lain disebutkan bahwa...
Innamal a'maalu bilkhowaatim (HR. Bukhori), sesungguhnya amal seseorang pun dilihat dari akhirnya pula, tidak sekedar niat. Sholat kita, khusyu atau tidaknya haruslah dilihat keseluruhan awal hingga akhir, bukan dari niatnya saja. Ibadah haji umat muslim, dapatlah dikatakan mabrur jika ia menunaikan rukunnya hingga selesai, tidak hanya dari miqotnya saja.
Allahummaa inni a'udzubika minal ajzi wal kasl, dan dalam doa serta dzikir sehari-hari, adalah kita minta untuk dijauhkan dari sifat lemah dan malas, hal yang dapat menjauhkan kita dari ending yang senantiasa kita semogakan pula: husnul khotimah.
Yaa muqollibal quluub tsabbit qalbiy 'alaa diinika wa 'alaa tho'atika. Kita seringkali mendengar bahwa ada hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Dan diri kita adalah hal yang bisa kita kendalikan. Tapi nyatanya, kadang kita pun kewalahan dengan diri sendiri. Addu'aa shilaahul mu'min, untunglah sebagai hamba-Nya kita memiliki senjata: doa. Agar senantiasa dapat beristiqomah, agar senantiada dikokohkan langkah kakinya, agar senantiasa diteguhkan pendiriannya, agar senantiasa dikuatkan pundaknya.
Every takeoff is optional, every landing is mandatory. Satu-satu. Pelan-pelan mari kita selesaikan apa yang telah kita putuskan ada dalam genggaman. And may Allah always ease our ways.
12 notes
·
View notes
Text
Cintai Rasul sebagaimana Beliau ingin dicinta, Bukan sekehendak hati kita.
Sebenarnya kita dari waktu sekolah qt udah diajarin ketika dikasih soal pengertian sel misalnya menurut Robert Huki tapi kita menjawab pengertian sel dari Felix wantana maka walaupun esensi dan inti atau maknanya sama tapi sama guru bakal disalahin karena redaksi kalimatnya beda.
Begitu juga ketika kita lagi sidang skripsi kalau kita mencantumkan suatu definisi atau teori yang gak ada sumbernya itu bakal ditanya sama dosen ini mana sumbernya ini apa referensinya, kalau ga ada ya bakal disalahin dan harus direvisi .
Nah begitu juga dalam agama udah ada yang namanya syariat dan referensinya tuh Alquran Hadis. Jadi nggak bisa kita beribadah semau kita dengan dalih niat baik tapi itu menyelisihi Rasul dan para sahabatnya. Tidak ada dalilnya, pakai dalil palsu, bahkan ada dalil yang jelas2 melarangnya.
Jadi nggak ada jalan lain kita harus cari ilmunya nanti di akhirat dalam Alquran akan ada orang yang ditanya sama Allah kamu ngelakuin ini ikut siapa? Aku ikut si anu tapi sama Allah ditolak dan yang diikutinya itu pun mengelak. Kita harus tahu dalilnya sanadnya karena agama itu dibangun atas dalil dan itu harus sampai ke Allah dan Rasulullah.
Jadi kalau dapat ilmu itu kita tabayunnya ke yang paling awal dulu ke Allah, Rasul lalu para sahabatnya baru berikutnya kepada tabiin tabiin dan ulama-ulama setelah -setelahnya nya bukan di balik urutannya karena yang paling murni sunnahnya dan lurus ajarannya itu adalah yang hidup paling awal terutama yang sezaman dengan nabi. Jadi kalau mau mengikuti Ulama di zaman ini Ikutilah ulama yang ajarannya paling sesuai quran dan hadist dalam artian selalu memakai dalil2 yang shahih bukan dongeng semata.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah bahwasanya beliau pernah bersabda,
"Barangsiapa yang tidak suka terhadap sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku".
Pada suatu hari, Rasulullah mengimami kami. Seusai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, kemudian menyampaikan nasihat yang amat mendalam sehingga membuat mata kami menangis dan hati kami merasa takut. Lalu seseorang berkata: 'Ya Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan. Apakah yang akan kau wasiatkan kepada kami?' Beliau bersabda: 'Aku mewasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah, senantiasa mendengar dan taat (kepada pemimpin), meskipun pemimpin kalian adalah seorang sahaya Habasyah. Sungguh, barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, maka niscaya dia akan melihat perselisihan yang sangat banyak. Oleh karena itu berpegang teguhlah kalian kepada sunnahku dan sunnah para sahabat (Khulafaur Rasyidin) yang memperoleh petunjuk setelahku. Berpegang teguhlah kepadanya, dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.
Dan jauhilah olehmu perkara agama yang diada-adakan, karena sesungguhnya setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat'". (HR.Abu Dawud-An Nasa'i Imam Nawawi menukil Hadist ini Shahih)
"Aku akan mendahului kalian menuju ke al-Haudb (telaga Nabi di Surga), serta akan ada orang-orang yang benar-benar dihalau dariku. Aku berkata: 'Wahai Rabbku, mereka itu adalah para Sahabatku'. Dan dikatakan (kepadaku): 'Sungguh, engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggal engkau'". (HR Bukhari Muslim)
Jadi ini bukan hanya tentang bagaimana kita mencintai Rasulullah Tapi tentang apakah Rasulullah juga mencintai dan mengakui kita sebagai umatnya. Karena setiap orang berhak mencintai siapapun tapi belum tentu dia juga dicintai oleh yang ia cintai.
#sunnah#selfreminder#sabar#islamic quotes#syukur#inspiration#ikhlas#islamic reminders#surga#neraka#tawakal#istiqomah#jodoh#maut#rasulullah#sholawat#kematian#zuhud#qanaah#tauhid#kajianislam#kajian#cinta
21 notes
·
View notes
Text
Koh Ruby, Belajar Life Skill Setiap Hari
"Paling tidak, luangkan waktu sebentar untuk selalu mendengar dan melihat ilmu dari orang lain. Gratis dan mudah."
Tema kali ini tentang rekomendasi channel yang menurut pribadi bermanfaat. Rasa-rasanya sangat banyak yang ingin ku rekomendasikan berdasarkan jenisnya. Tapi aku memutuskan untuk memfokuskan mereview channel ini. Sosok yang sudah 3 tahun ini menemani perjalanan perubahanku.
Sebelum ke sana, aku mau bilang kalau kita punya tontonannya sendiri, dan orang-orang yang kita tonton, sudah tentu baik menurut kita. Dan ini, aku mau cerita kenapa Koh Ruby yang jadi pilihan pada tema kali ini.
Bukan cuma dia sebenarnya konten motivasi yang selalu share banyak ilmu, tapi menurutku dia sudah sangat baik dalam berkata-kata.
Redaksi bahasa yang diucap juga selalu tertata dan rapi. Dari setiap omongannya, dia selalu menghargai proses orang, dan selalu percaya kalau orang punya cara dan prosesnya masing-masing.
Membahas financial, life skil, ya itu kemampuan dia, dan tentunya selalu memakai properti yang dijadikan perumpamaan dalam menjelaskan sesuatu. Ini makin memudahkan pendengarnya.
Paling kusuka, ada segmen Dibacain, yang isinya membahas dan mereview buku yang ia baca. Menariknya, dia gak menceritakan bagaimana buku itu, tapi apa insight yang berkaitan dengan kehidupan kita dan korelasinya dari buku itu. Jadi gak heran kalau dia ceritain buku, dia selalu punya contohnya sendiri.
Ngomong pakai data, aku suka nih yang gini-gini, ngomong gak asal ngomong. Dia nih ngomong pakai data, pakai grafik, bahkan kutipan kecil, dia juga buat tuh kutipan siapa.
Dan channel ini, gak membosankan sih kata ku. Sama kaya 1%, selalu ada yang menarik di kontennya. Beda, dan selalu punya isian yang daging + beda. Jadi bikin penontonnya gak muak. Sederhana, durasi gak kepanjangan, dan tentunya to the point. Gak banyak babibu.
Oh ya terakhir, siapapun yang kita lihat, semoga itu benar-benar bikin kita teredukasi. Paling enggak, buat kita punya waktu yang bermanfaat dengan melihat tontonan itu.
Jangan lupa sesuaikan tontonan dengan kebutuhan kita. Pakai porsinya. Berapa persen nontonin jenis religi, biar nambah ilmu agama. Berapa persen nontonin jenis scholarship, financial, life skil, hiburan, dsb.
Semoga kita tetap memanfaatkan waktu sebaik-baiknya❤ Dan jangan judge tontonan orang, loh! Ingat itu!!!!
#tautannarablog
#day10
2 notes
·
View notes
Text
Satu Kesulitan Dua Kemudahan

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S Al Insyirah 5-6)
Kala itu 1400 tahun yang lalu Di tengah tugas beban dakwah yang semakin berat dan penuh perjuangan. Di tengah tugas dakwah yang semakin banyak tekanan dan perlawanan. Dicaci maki, dituduh sebagai dukun dan pembohong, dijerat lehernya dengan tali, diinjak kepalanya tatkala sujud, disiksa para sahabatnya, bahkan diusir dari kota kelahirannya.
Maka kemudian di tengah peristiwa yang menyesakkan, sebuah pertolongan nyata dari Sang Khalik pun turun untuk menghibur dan melapangkan dada. Melalui salah satu surah Al insyirah namanya.
Surah ini, meskipun singkat namun begitu bermakna, sebab menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui segala peristiwa yang menimpa Rasul-Nya.
Surah ini, meski tampak sederhana, namun akan sangat berharga sebab bak pelita yang menghibur Baginda Rasulullah saat sedang lara.
Sebagaimana dalamnya makna pada ayat kelima dan keenam di surah ini. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa kata al-usr disebut dan diulang dua kali dengan menggunakan redaksi makrifat (khusus) yaitu dengan penambahan alif lam yang berfungsi sebagai al-had adz-dzikri (pembatasan penyebutan). Makna ini juga berarti hakikat kesulitan pada ayat kelima dan keenam sama Sedangkan kata yusra disebutkan dua kali dengan menggunakan redaksi nakirah (umum) tanpa alif lam dan memiliki makna tak terbatas. Lebih jauh, karena menggunakan redaksi nakirah artinya kemudahan pada ayat kelima dan keenam merupakan dua hal yang berbeda dan tak terbatas.
Maka benarlah bahwa setiap kesulitan, yang satu dan definitif itu, Allah SWT pasti akan memberikan kepada kita dua kemudahan.
Yang pertama, menurut Ust Salim A Fillah, Allah menumbuhkan satu kemudahan, yaitu kedewasaan kita berfikir, kegigihan kita untuk menghadapinya, upaya-upaya, perjuangan, dan jihad-jihad kita untuk mengatasinya dengan segenap ikhtiar. Itu sudah akan memberikan kepada kita pendewasaan, peningkatan keterampilan dan kreatifitas karena kita dibatasi oleh kesulitan itu.
Kemudian, Allah memberikan yang kedua; kemudahan yang paripurna. Sesudah berjuang sampai mentok, maka Allah SWT menurunkan pertolongan dan yakinlah bahwa pertolongan Allah itu dekat.
Maka, sebagai seorang hamba, tak pantas rasanya jika kita terus pesimis dan mengeluh tentang ujian-ujian yang kita hadapi padahal pertolongan-Nya itu nyata Maka, sebagai seorang hamba, tak elok jika kita menyerah dengan cobaan yang kita jalani, tersebab ada kemudahan ke depan yang akan menanti.
4 notes
·
View notes
Text
4 Februari
Katanya, setelah 7 tahun kepergian seseorang, kita yang ditinggakan akan lupa pada suaranya.
Hari ini ketika melihat tanggal di layar ponsel, aku seperti diingatkan pada suatu hal. Aku harus mengingatnya lama apa yang sudah terjadi pada tanggal ini. Setelah lama menscroll tweet-tweet lama -karena aku lebih sering mengabadikan suatu hal dengan cuitan di media sosial-, aku akhirnya menemukannya.
Tujuh tahun yang lalu, 4 Februari 2017. Ketika aku baru menjadi mahasiswa baru beberapa bulan, ketika aku baru dilantik sebagai staff redaksi satu bulan sebelumnya, ketika aku menolak ajakan teman-teman redaksi ke Gedung Songo Semarang, dan ketika aku harus mendengar kabar yang siapapun tidak ingin mendengarkannya.
Hari ini, aku kembali mengingatnya. Pada hari itu, aku tidak bisa pulang tepat waktu. Ketika sampai di rumah, keadaan lebih ramai dari biasanya. Pandangan orang-orang yang ku temui saat menuju pintu rumah, -sumpah demi apapun- aku benci pada hari itu. Saat sampai di depan pintu, bukan keluargaku yang sibuk dengan urusannya masing-masing seperti biasanya ketika aku pulang, tapi mereka semua sudah berkumpul di ruang tamu. Tidak ada sapaan yang menyambut kepulanganku, justru tangisan yang seperti musik penyambutan. Adikku -yang ikut pulang bersamaku- sudah berlari pada pelukan Ibuku. Sedangkan aku justru masih terpaku melihat seseorang yang sudah terbujur kaku di tengah ruangan.
Bapak sudah pergi.
Tidak ada yang ingin bertemu kehilangan secepat ini. Meskipun hari itu, Bapak diangkat sakitnya, tapi aku tidak sekuat itu untuk tidak patah. Setelah hari itu, meskipun kesedihan belum juga mereda, hidup tetap harus berjalan. Aku yang harus kembali meninggalkan rumah untuk kuliah, meninggalkan Ibu yang masih penuh luka. Kakak pertamaku harus mengambil semua tanggung jawab sebagai anak laki-laki pertama. Semua anggota keluargaku yang harus kembali pada kehidupannya masing-masing.
Setelah tahun-tahun berlalu, satu persatu luka sembuh. Doa yang tidak pernah putus sebagai penanda keikhlasan merelakan yang sudah pergi. Meskipun mungkin benar setelah 7 tahun kepergian, aku tidak bisa mengingat lagi bagaimana suaranya, dan mungkin tahun-tahun selanjutnya aku lupa dengan hal lainnya, tapi namanya akan terus ku sebut dalam doa.
Ketika menulis ini, bukan berarti aku belum melepaskan sepenuhnya. Aku hanya sedang mengingat. Itu saja.
Tenang dan terang, Pak.
1 note
·
View note
Text
Obrolan Warung Kopi - Episode 1
Semua dimulai dari pertanyaan ini:
Mana yg lbh menarik, cewek kaya atau cewek cantik?
Lalu dijawab: What if i say, cewe smart
Selanjutnya kita bahas tentang cewek yang smart apakah berpotensi mudah membelot?
Makna membelot di sini adalah cewek smart bukankah akan jadi lebih sulit diatur, terlalu banyak bertanya, dan paling buruk adalah bisa mudah selingkuh?
Perlu dipisahkan dulu konteksnya, kalau yang dimaksud membelot adalah yang seperti itu, berarti yang dibahas adalah soal pemahaman dan karakternya. Bukan soal smartnya.
Jadi, mau cewek itu smart atau engga, ya potensi membelot akan tetap ada.
Gue awalnya berpikir bahwa kalau cewek gak smart, potensinya lbh manut dan nurut, padahal blm tentu.
On the other hand, jd cewek smart tetap bisa berattitude baik juga kok. Jangan manfaatin ke- smart-annya buat ngelakuin hal hal membelot (karena dengan gitu, malah terkesan gak smart)
Well, berarti yang dicari: cewek solehah?
Jawabannya gini:
Ga cuma soal itu. Di konteks pasangan, guidence ya yg 4 variable itu. Agamanya, fisiknya, nasabnya, ekonominya. Fadzfar bidzatiddin.
Di redaksi yg lain, ada yg nyebut nasab ada yg ditulis hasab. Nasab itu kan ttg silsilah keluarga, Hasab itu lebih ke karya besar dari keluarganya.
Krn itu mempengaruhi, potensi keluarga kita nanti.
Trs, kenapa nabi SAW mention soal harta? Its not about how much u have, how much u can earn, its about the capabality to take control of it. Engga pelit, ga boros, mampu manage. Mampu kalkulasi. Melek investasi.
Awalnya, kukira soal harta ini lebih ke how much we have to make a life becomes easier, tp ternyata lebih bahas soal capability.
Di atas semua itu. 4 hal tadi bukan jadi goals. Nikah bukan biar sama yg cantik, biar kaya.
4 hal itu jadi tools. Goalsnya? Ridha Allah.
Menarik juga, karena gue selama ini mikirnya bahwa 4 hal itu adalah benefit yang akan lo dapatkan setelah nikah, jd secara gak langsung itu jadi alasan dan tujuan pernikahan. It turns out ultimate goalnya adalah dapet Ridho Allah ya, bukan (hanya) nikmatin semua benefit itu.
Tambahnya lagi,
U can take it as benefit juga. Pasti lah. Itu filter jg biar imannya kejaga. Gamau jg kan dapet yg agamanya masalah, tujuan nikahnya malah ga sampe.
Tp kita yg beriman kan, apapun yg kita dapet. Mau benefit, atau defisit. Ga berhenti disitu.
Dapet nikmat kita syukur, dapet ujian kita sabar. Sabar, syukur itu jalan, tujuannya buat dapet ridha Allah.
Di nikah misalnya, kita dapetin dengan guidence yg benar, lewat jalur yg bener. Cara bersyukurnya kemudian, ya maksimalin potensi yg ada buat Allah. In many ways.
Yes, couldn't agree more.
#menulis#jodoh#4 variable#tujuan#ridho Allah#obrolanwarungkopi#episode 1#mencariyangke12#belajar#bertumbuh#berbagi#bermanfaat
3 notes
·
View notes
Text
Kehidupan di benahi arahan redaksi.

Langit menghitam oleh residu gas air mata, matahari yang tenggelam, serta bayang-bayang teman-teman kami yang tewas dan tertangkap. Gedung-gedung pemerintahan dan korporat mulai menyalakan lampu-lampunya. Layar-layar neon iklan berkilau di sepanjang jalan. Bisnis dan kekuasaan yang terus bergulir, seolah sengaja menunjukkan bahwa mereka akan tetap demikian kendati hari ini. Kendati kami yang kini basah kuyup, kelaparan, letih dan babak-belur di tepi-tepi. Beberapa di antara kami bertengger di pucuk-pucuk pagar, memanjati atap halte bis, membentangkan kain dan papan-papan yel yang sudah buram. Tersulut oleh perlakuan diam dan sadar bahwa kami mungkin tidak akan pulang hingga malam. Esok kembali mengulangi hal yang sama dan demikian seterusnya.
Sebelum hari benar-benar gelap, seorang peserta aksi di tengah kerumunan berseru sesuatu yang tak mampu kudengar jelas, dan tiba-tiba gelombang massa terhalau mundur seperti air laut tersapu angin. Letupan-letupan gas air mata memenuhi udara. Pasukan berperisai telah kembali maju di balik gelombang itu.
Kami berlari menaiki tangga jembatan penyeberangan jalan, segera memenuhinya dari dua arah. Lampu-lampu telah mengganti cahaya matahari, tapi tiga demonstran—dua laki-laki dan satu perempuan—jatuh terjerembab ke jalan. Sepasang petugas berseragam meraih mereka dan kekerasan selanjutnya sudah dapat diduga. Pukulan tongkat karet di kepala, jambakan rambut, tendangan sepatu bot, sodokan popor senjata di perut sebelum mereka diseret ke pinggir untuk interogasi.
3 notes
·
View notes
Text
Pernah dengar sebuah larangan bermain di luar rumah sampai waktu gelap atau menjelang maghrib?
Yap, saya rasa pasti sudah sering kali orangtua bahkan mbah-mbah kita mengingatkan agar pulang sebelum hari benar-benar gelap, yaa maksimal setengah jam sebelum maghrib. Yang mungkin aja ada beberapa cerita dengan menakut-nakuti anak-anak kecil nanti diculik sama mba kunti lho atau diambil sama hantu lho wa ma asybaha dzalik.
Ternyata setelah ditelusuri dan yaa, saya baru memurojaah kembali maddah – matkul Hadis Tahlili yang mengambil rujukan kitab dari Fathul Bari sebuah mahakarya paling fenomenal sepanjang masa syarah dari shohih Bukhari yg ditulis oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dengan sanad dan matan yang tidak usah diragukan lagi atas keshohiannya pada derajatnya ;
Diriwayatkan oleh sahabi jalil; Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, bahwasanya untuk menahan anak² tidak di luar rumah ketika menjelang maghrib karena pada saat saat tersebut banyak syaitan yang sedang berkeliaran dan dengan alasan lainnya adalah ketika malam atau gelap hal tersebut seperti memberi kekuatan pada para syaitan. Begitupula dengan hewan hewan ternak. Kecuali mereka keluar untuk sholat maghrib dengan ada mahramnya hal tersebut tidak mengapa.
Dan mungkin bagi kita kayak cocoklogi tapi yaa sebenarnya gaa juga. Karena kebanyakan dari kita kdang tidak mencari dari sumber daripada keasliannya.
Dalam riwayat hadis tersebut tidak hanya menyebutkan untuk menahan anak² pada waktu2 tsb, namun seperti ada anjuran bahkan perintah dan larangan dalam redaksi hadisnya agar menutup bejana² air dengan ikatan yg kuat yg mana ditakutkan jika ada wabah bisa mudah menyebar lalu mematikan lampu teplok atau semacam obor ketika hendak tidur karena ditakutkan dapat membahayakan tuan rumah.
Selain hal tersebut dianjurkan untuk menutup pintu-pintu rumah ketika menjelang malam dengan asma Allah tentunya dan dengan alasan setan itu tidak diberikan Allah untuk membuka pintu, mengurai ikatan dan membuka penutup dalam bejana.
Dari hal ini nantinya ketika kita sedang memberitahukan kepada siapapun itu, dapat dijelaskan darimana asal redaksi tersebut dan bisa dipertanggungjawabkan.
Wallahu a'la wa a'lamu bisshowab.
Jangan lupa selalu wirid dan doa di mana pun berada.
Cairo, 17 Maret 2023


3 notes
·
View notes
Text
Berkah Di Bulan Ramadhan 1444 H Bakti Sosial UPTD Puskesmas Geureudong Pase Adakan Kegiatan Sunat massal
LHOKSUKON | Catur Prasetya News- Dalam Rangka menyemarakkan Amal Ibadah Puasa Ramadhan 1444 Hijriah. salahsatu Desa Terpencil Di Kabupaten Aceh Utara, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui UPTD Puskesmas Geureudong Pase menggelar kegiatan sunat massal di aula Puskesmas setempat ,Senin, (03 /4/ 2023)
Menurut amatan Tim Media Catur Prasetya News dilapangan Kegiatan Sunnat Massal tersebut dalam Rangka Bakti Sosial dalam bulan Ramadhan dengan Jumlah anak yang di sunat sebanyak 20 orang berasal dari 11 desa di Wilayah kerja PKM Geureudong Pase.
Kepala UPTD Puskesmas Geureudong Pase, Ns Jasroni , S. Kep , saat di konfirmasi media ini menyebutkan, kegiatan sunat massal ini diperioritaskan kepada Anak yatim piatu dan anak fakir miskin dari keluarga yang kurang mampu dengan harapan bisa mengurangi beban ekonomi keluarga sekaligus menunaikan kewajiban yang di perintahkan dalam agama islam, tutur Jasroni.
Lanjut dalam kesempatan itu Jasroni juga menyampaikan rasa terimakasih dan apresiasi yang setinggi tinginya kepada seluruh staf PKM dan muspika Geureudong Pase yang telah berpartisipasi baik dana maupun tenaga sehingga kegiatan ini bisa berjalan sesuai harapan.
Kepala UPTD Puskesmas Geureudong Pase Mengharapkan mengharapkan kegiatan seperti ini menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya dibulan Ramadhan bisa terus berjalan oleh karena itu kita butuh dukungan dari semua pihak dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. "Alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar dan setiap anak yang disunat mendapat bingkisan dan sumbangan dari petugas UPTD Puskesmas Geureudong Pase, " pungkas Jasroni.
Di kesempatan yang sama Camat Geureudong Pase, Mardani, S. sos juga menyampaikan bahwa kegiatan ini hendaknya menjadi event tahunan untuk membantu anak anak saudara kita yg kurang mampu ini sebagai bentuk kepedulian kita sesama muslim dibulan ramadhan dan ini harus dipertahankan agar tetap berjalan disetiap tahunnya, "tutup camat.
Report Rasyiddin, Editor Redaksi, Voice Over Chandra
Geredong Pase, 4/4/23
1 note
·
View note
Text
Beredar Video, Diduga BBM Pertalite Campur Air dan Oli di Kendari
PILARSULTRA.COM, Kendari — Beredar Video diduga BBM Pertalite bercampur Air dan Oli di Kendari pada Selasa 4 Maret 2025. Berdasarkan sejumlah video yang redaksi terima dari masyarakat, sejumlah deriver ojol mengosongkan tangki BBM sepeda motornya karena diduga BBM Pertalite dari SPBU menduga bercampur dengan oli dan air. Video lainnya tampak para driver Ojol mendatangi Polresta Kendari guna…
0 notes
Text
Info Politik, Ekonomi, dan Budaya Sulawesi Tengah

Di masa internet yang begitu pesat sekarang, keperluan akan data yang bersifat valid dan bisa diandalkan makin meningkat. Masyarakat membutuhkan akses ke informasi terkini yang dapat dipercaya, lebih-lebih di dalam lingkup regional. Satu di antara media jurnal yang eksis untuk mengakomodasi kebutuhan berita pada Sulawesi Tengah adalah TRILOGI. Menjadi platform media online yang berorientasi dalam informasi tentang provinsi Sulawesi Tengah, TRILOGI menyediakan aneka ragam warta penting berawal dari politik, perekonomian, sosial, budaya, sampai dengan olahraga.
TRILOGI sebagai media jurnal yang didedikasikan guna menyuguhkan berita-berita terupdate dan relevan tentang provinsi Sulawesi Tengah. Label "TRILOGI" sendiri mencerminkan inti atas trio prinsip utama pokok yang telah berfungsi sebagai dasar media ini, yaitu akurasi, kecepatan, dan netralitas dalam memberikan berita. Dengan berpegang pada prinsip jurnalistik yang profesional, TRILOGI berikhtiar memberikan data yang bersifat tidak hanya kilat tetapi pula tepat dan reliabel bagi publik.
Portal berita tersebut hadir sebagai platform untuk masyarakat Sulawesi Tengah untuk mengakses berita terkini dengan tanpa perlu was-was terhadap informasi bohong atau data yang bersifat menyesatkan. Dengan tim editorial yang sudah berpengalaman serta berlokasi di provinsi Sulawesi Tengah, TRILOGI menyadari situasi dan juga permasalahan setempat yang wajib mendapat sorotan lebih.
Menjadi media daring yang menitikberatkan dalam provinsi Sulawesi Tengah, TRILOGI mempunyai sejumlah kelebihan yang menjadikannya sebagai salah satu pusat warta yang bisa reliabel:
Belum tentu setiap media berskala besar menaruh sorotan tertentu pada informasi regional, salah satunya Sulawesi Tengah. TRILOGI muncul dalam rangka menutupi kesenjangan tersebut dengan memberikan laporan setempat yang bersifat aktual serta relevan kepada publik. Berbagai persoalan seperti peningkatan infrastruktur, aturan pemerintah daerah, serta perkembangan ekonomi setempat adalah sorotan terdepan di dalam laporan TRILOGI.
Pada dunia media, ketepatan waktu dalam menyampaikan berita begitu esensial, namun ketepatan jangan sampai harus diabaikan. TRILOGI memprioritaskan keseimbangan di antara dua aspek komponen ini melalui menjamin bahwa tiap-tiap informasi yang disiarkan sudah melewati proses tahapan verifikasi yang teliti. Hasilnya, pembaca bisa mengakses data yang memang sesungguhnya terjamin.
Portal berita TRILOGI bukan cuma berpusat dalam satu topik informasi saja. Pembaca mampu menemukan berbagai kategori berita, di antaranya:
Mengulas aturan otoritas lokal, dinamika tata kelola setempat, serta kejadian pemerintahan krusial yang terjadi di provinsi Sulawesi Tengah. Menyajikan perkembangan Berita Seputar Sulawesi Tengah, potensi penanaman modal, dan juga usaha lokal yang bertumbuh pesat. Mengupas kehidupan penduduk provinsi Sulawesi Tengah, budaya, dan juga acara budaya yang menarik perhatian. Memberikan berita tentang sektor edukasi, institusi pendidikan, kampus, serta sistem kesehatan yang memiliki berpengaruh kepada publik. Menyediakan laporan tentang sektor atletik lokal dan juga hiburan yang sedang sedang tren pada Sulawesi Tengah.
Saat menyampaikan laporan, TRILOGI selalu mengedepankan konsep netralitas. Setiap konten yang dipublikasikan senantiasa mempertimbangkan aneka perspektif supaya tidak menjadi bias. Prinsip ini penting untuk mempertahankan objektivitas serta integritas sebagai media daring profesional.
Penduduk Sulteng memiliki permintaan berita yang sangat spesifik, dan sering kali acap kali tidak sering diliput dari media nasional. TRILOGI hadir untuk mengisi kekosongan yang ada yakni dengan menyediakan informasi-informasi yang sebetulnya sesuai kepada masyarakat setempat. Selain itu, berkat dukungan redaksi pewarta yang berdedikasi hingga mempunyai koneksi luas yang tersebar di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah, TRILOGI bisa menyajikan berita melalui perspektif lokal yang lebih detail.
Tak hanya itu, TRILOGI bahkan menyediakan wadah untuk masyarakat dalam rangka ikut andil melaksanakan bentuk laporan masyarakat serta gagasan masyarakat. Inisiatif ini memberi kesempatan bagi masyarakat guna menyuarakan aspirasi yang mereka miliki tentang permasalahan yang sedang mengemuka di sekitar mereka, sekaligus mengangkat TRILOGI sebagai sarana komunikatif antara publik dan media.
Sebagai media daring yang berfokus pada Sulteng, TRILOGI berperan penting dalam upaya menyebarluaskan informasi yang bersifat terpercaya, real-time, hingga netral. Berbekal fokus pada persoalan daerah, TRILOGI berperan sebagai pusat pemberitaan reliable kepada publik yang ingin ingin mengetahui perkembangan terkini yang berlangsung di daerah mereka. Keunggulan dari segi ketepatan waktu, ketelitian, serta keberimbangan membangun citra TRILOGI sebagai pilihan utama bagi siapa saja yang siapa saja yang ingin ingin mendapatkan laporan terpercaya tentang Sulteng.
Untuk masyarakat yang berusaha tetap mengikuti dengan laporan terkini serta komprehensif, TRILOGI merupakan solusi terbaik. Melalui terus menjunjung tinggi dalam jurnalisme yang bersifat profesional dan dapat dipercaya, TRILOGI bertekad menjadi referensi utama utama kepada masyarakat Sulteng.
0 notes
Text
Viral Video Banjir Bandang, Kadis Kominfo: Kejadian Bukan Di Wilayah Kota Bandar Lampung
LAMPUNG – Beredar di media sosial Tiktok sebuah unggahan berupa video yang memperlihatkan banjir bandang, warga terjebak, selamatkan diri dengan tali. Dalam unggahan video disertai narasi yang mengklaim kejadian banjir di kecamatan teluk betung timur, kota bandar lampung, pada 27 Februari 2025. Dari penelusuran redaksi, video yang diklaim banjir bandang yang melanda way keteguhan, kecamatan teluk…
0 notes
Text
Doa istiftah di solat tu indah banget ga si maknanya. Kalau mau kita resapi, harusnya sejak awal takbir kita udah nangis sih. Tapi yaa gimana ya, namanya juga manusia akhir zaman hiks astaghfirullah.
"Ya Allah, jauhkanlah diriku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana telah Engkau bersihkan baju putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es dan embun"
Doa istiftah menjadi doa pengantar yang kita baca ketika bermunajat kepada Allah di dalam shalat. Inilah doa yang paling pantas untuk dibaca di permulaan shalat, karena ia berisi permohonan agar dijauhkan, dibersihkan dan disucikan dari dosa.
Salah satu redaksi doa istiftah yang mostly dipakai tuh "Allahuma ba'id baini wa baina", arti doanya udah aku sebutin di atas.
Doa ini mengandung makna kalau seorang hamba mengakui dosa dan kesalahannya. Bahkan kata-kata khathaya (kesalahan²) diulang sampai tiga kali. ini memiliki pengaruh untuk melenyapkan perasaan ujub, mengenali kedudukan diri sendiri, dan memperkuat hubungan dengan Allah.
Ada tiga permohonan dalam doa istiftah ini. Pertama, kita minta agar dijauhkan dari dosa. Sejauh-jauhnya, bahkan pengibaratannya sampai kayak dijauhkannya timur dan barat. Berarti ni kalau kita lagi baca ini, kita beneran minta biar sejauhh itu dihindari dari dosa.
Kedua, kita minta dibersihkan dari dosa. Setelah antisipasi minta dijauhkan dari dosa, eh tapi da yang namanya manusia mah pasti berdosa atuh ya. Jadi kita tetep minta biar dibersihkan dari dosa. Dosa-dosa yang kita lakukan baik sengaja atau nggak, kita minta agar Allah hapus, hilangkan, dan mengampuni tiap kesalahan-kesalahan kita.
Ketiga, kita minta disucikan dari dosa dengan air, air es, dan air dingin. Kalau kata Ust. Adi Hidayat, perbuatan dosa tu kayak kita lagi nulis pakai spidol di papan tulis. Even udah kita hapus noda spidolnya, pasti masih ada bekas di papannya. Permohonan ketiga dari doa ini, kita minta biar bener-bener tu dosa gada bekas dan pengaruh-pengaruh buruk lainnya.
Jadi kalau kata buku "Tadabbur Bacaan Sholat" orang mukmin harus bersikap demikian terhadap dosa-dosanya. Kita mohon agar dijauhkan dari dosa yang akan datang, dibersihkan dari dosa yang kita lakukan hari ini, dan kita juga memelas agar dosa kita yang lama disucikan oleh Allah, di ampuni.
Doa istiftah jadi manifestasi pemaknaan kita bahwa, kita tuh cuma seorang hamba. Hamba tu beneran harus tunduk, totalitas tunduknya di hadapan Allah. Kita juga harusnya sadar diri, kalau kita cuma hamba yang lemah dan berlumur dosa. Udah mah lemah, banyak dosa pula, ya apalagi yang harus kita harapkan kalau bukan ampunan-Nya?
Wallahu a'lam bishowab. Semoga kita bisa menghayati makna yang terkandung di dalam sholat-sholat kita termasuk doa seajaib doa istiftah ini yaa. Aamiinn.
2 notes
·
View notes