#Dari Redaksi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mylog: Ujian hidup
Kemarin aink tadarus, uda nyampe surat maryam. Sejak masuk syawal frekuensi tadarus aink berkurang drastis. Pasti ini ulah gorgom yang uda lepas sejak berlalunya ramadhan.
Agak kelu lidah aink pas baca maryam, padahal enak banget ini surat kalo bacanya bener. Lebih enak lagi kalo tahu artinya pas baca suratnya.
Kisah nabi Zakariyya sama maryam di surat ini uda sering aink baca. Jadi meskipun ga bisa bahasa arab, dikit dikit aink tau lah arti dari bagian ayat yang lagi dibaca tuh ngebahas apa.
Dari Maryam, aink tuh belajar jadi manusia plus kodratnya sebagai hamba yang hidup di dunia untuk diuji. Iyes, merujuk surat al mulk bahwa manusia tuh hidup dan mati dalam rangka diuji.
Maryam yang sholehah pun ga terkecuali.
Lahir dari keluarga Imran yang soleh (bahkan jadi nama surat di Al quran), trus dididik langsung sama nabi Zakariyya. Lingkungannya mendukung banget untuk beribadah dan jadi ukhti sholehah.
Dalam urusan duniawi pun Maryam uda dijamin. Perihal konsumsi dikasih langsung sama Allah, ampe nabi Zakariyya pun heran
Ali imran ayat 37
Dengan history sebagai hamba yang smooth kayak gini ternyata Maryam tetap diuji. Parah banget pula
Seumur hidup beribadah, lahir dari keluarga sholeh, dididik sama seorang nabi tapi dikasih amanah hamil tanpa disentuh lelaki.
Kalo hamil tanpa punya suami kan banyak, nah ini hamil tanpa pernah disentuh lelaki.
Program bayi tabung dan bank sperma belum ada kala itu.
Kan dilema yah, kebayang itu malu dan takutnya maryam. Mengandung, sendirian tanpa kerabat tanpa suami.
Ampe maryam pun pernah pengen mati aja ketika mendapat ujian.
Tapi Allah Maha Pengasih, diutuslah Jibril. Maryam dikasih makan minum supaya senang. Biar happy aja meski tengah diuji.
Ujian berikutnya ketika nabi Isa lahir dan Maryam pulang kampung. Mudik ke rumah bawa bayi tanpa bawa suami. Oww tentu jadi bahan pergunjingan keluarga besar. Masalah 'omongan keluarga' ternyata sudah ada dari jaman dulu.
Ga kita kita aja yang mengalami
Keras banget sih ini redaksi kalimatnya. "Bapakmu bukan orang ga bener, ibumu juga bukan *****"
Drop banget mental kalo diginiin, apalagi kalo liat track record keluarga maryam yang dari keluarga baik baik.
Tapi nabi Isa a.s dikasih mukjizat
Kalo nabi Isa ga punya mukjizat berbicara dari sejak lahir, kebayang itu bingungnya Maryam ngejelasin soal anaknya.
Mukjizat dari Allah buat anaknya, sekaligus membantu ibunya.
Dari cerita Maryam, aink semakin ngerti kalo manusia diuji dengan weak point nya. Kalo maryam diuji dengan lapar haus, fashion atau cowok ganteng mungkin ga ngefek yah. Ukhti sholehah gitu loh
Tapi ujiannya emang dibikin agak laen
Ampe keluar statement "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan."
Jangankan kita kita yang solehnya masih seujung kuku, yang uda sholehah ampe ke ubun ubun aja tetap bisa mengalami stress ketika diuji.
Ujian orang lain mungkin terlihat gampang bagi kita, karena ujian itu disesuaikan dengan weak poin seorang hamba. Kalo yang b aja soal percintaan dikasih ujian susah jodoh kan agak agak ga relevan yaa. Pahala sabarnya ga akan dapet.
Beda sama yang uda ngebet nikah tapi jodohnya masi indent.
Pahalanya bisa banyak, kalo sabar, kalo rajin berdoa, kalo rajin tahajjud dll
Toh kalo ga diuji, belum tentu juga manusia mau sibuk beramal sholeh dan ngumpulin pahala🤣
Jadi, ujian tuh ujung2nya ya buat kita kita juga
162 notes
·
View notes
Text
Awal Mula Lalu Bermuara
Sabtu lalu, di dua forum dan audiens yang berbeda, meski dengan topik yang berbeda pula, ada satu hal sama yang aku sampaikan di keduanya. Ialah tentang memulai. Dan menyelesaikannya. Berniat-beristiqomah-husnul khotimah.
Innamal a'maalu binniyaat, kita seringkali berdalih dengan hadis ini untuk hal-hal yang kemudian luput untuk kita selesaikan. Berdalih 'yang penting dapet niatnya' dan semacamnya meski belum memulai, atau memulai lalu meninggalkannya. Bukan, bukan untuk menyalahkan hadisnya, melainkan kita yang barangkali menempatkan malas, bosan, dan ragu dan bersembunyi di balik hadis ini. Dan kita lupa jika dalam redaksi lain disebutkan bahwa...
Innamal a'maalu bilkhowaatim (HR. Bukhori), sesungguhnya amal seseorang pun dilihat dari akhirnya pula, tidak sekedar niat. Sholat kita, khusyu atau tidaknya haruslah dilihat keseluruhan awal hingga akhir, bukan dari niatnya saja. Ibadah haji umat muslim, dapatlah dikatakan mabrur jika ia menunaikan rukunnya hingga selesai, tidak hanya dari miqotnya saja.
Allahummaa inni a'udzubika minal ajzi wal kasl, dan dalam doa serta dzikir sehari-hari, adalah kita minta untuk dijauhkan dari sifat lemah dan malas, hal yang dapat menjauhkan kita dari ending yang senantiasa kita semogakan pula: husnul khotimah.
Yaa muqollibal quluub tsabbit qalbiy 'alaa diinika wa 'alaa tho'atika. Kita seringkali mendengar bahwa ada hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Dan diri kita adalah hal yang bisa kita kendalikan. Tapi nyatanya, kadang kita pun kewalahan dengan diri sendiri. Addu'aa shilaahul mu'min, untunglah sebagai hamba-Nya kita memiliki senjata: doa. Agar senantiasa dapat beristiqomah, agar senantiada dikokohkan langkah kakinya, agar senantiasa diteguhkan pendiriannya, agar senantiasa dikuatkan pundaknya.
Every takeoff is optional, every landing is mandatory. Satu-satu. Pelan-pelan mari kita selesaikan apa yang telah kita putuskan ada dalam genggaman. And may Allah always ease our ways.
12 notes
·
View notes
Text
Cintai Rasul sebagaimana Beliau ingin dicinta, Bukan sekehendak hati kita.
Sebenarnya kita dari waktu sekolah qt udah diajarin ketika dikasih soal pengertian sel misalnya menurut Robert Huki tapi kita menjawab pengertian sel dari Felix wantana maka walaupun esensi dan inti atau maknanya sama tapi sama guru bakal disalahin karena redaksi kalimatnya beda.
Begitu juga ketika kita lagi sidang skripsi kalau kita mencantumkan suatu definisi atau teori yang gak ada sumbernya itu bakal ditanya sama dosen ini mana sumbernya ini apa referensinya, kalau ga ada ya bakal disalahin dan harus direvisi .
Nah begitu juga dalam agama udah ada yang namanya syariat dan referensinya tuh Alquran Hadis. Jadi nggak bisa kita beribadah semau kita dengan dalih niat baik tapi itu menyelisihi Rasul dan para sahabatnya. Tidak ada dalilnya, pakai dalil palsu, bahkan ada dalil yang jelas2 melarangnya.
Jadi nggak ada jalan lain kita harus cari ilmunya nanti di akhirat dalam Alquran akan ada orang yang ditanya sama Allah kamu ngelakuin ini ikut siapa? Aku ikut si anu tapi sama Allah ditolak dan yang diikutinya itu pun mengelak. Kita harus tahu dalilnya sanadnya karena agama itu dibangun atas dalil dan itu harus sampai ke Allah dan Rasulullah.
Jadi kalau dapat ilmu itu kita tabayunnya ke yang paling awal dulu ke Allah, Rasul lalu para sahabatnya baru berikutnya kepada tabiin tabiin dan ulama-ulama setelah -setelahnya nya bukan di balik urutannya karena yang paling murni sunnahnya dan lurus ajarannya itu adalah yang hidup paling awal terutama yang sezaman dengan nabi. Jadi kalau mau mengikuti Ulama di zaman ini Ikutilah ulama yang ajarannya paling sesuai quran dan hadist dalam artian selalu memakai dalil2 yang shahih bukan dongeng semata.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah bahwasanya beliau pernah bersabda,
"Barangsiapa yang tidak suka terhadap sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku".
Pada suatu hari, Rasulullah mengimami kami. Seusai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, kemudian menyampaikan nasihat yang amat mendalam sehingga membuat mata kami menangis dan hati kami merasa takut. Lalu seseorang berkata: 'Ya Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan. Apakah yang akan kau wasiatkan kepada kami?' Beliau bersabda: 'Aku mewasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah, senantiasa mendengar dan taat (kepada pemimpin), meskipun pemimpin kalian adalah seorang sahaya Habasyah. Sungguh, barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, maka niscaya dia akan melihat perselisihan yang sangat banyak. Oleh karena itu berpegang teguhlah kalian kepada sunnahku dan sunnah para sahabat (Khulafaur Rasyidin) yang memperoleh petunjuk setelahku. Berpegang teguhlah kepadanya, dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.
Dan jauhilah olehmu perkara agama yang diada-adakan, karena sesungguhnya setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat'". (HR.Abu Dawud-An Nasa'i Imam Nawawi menukil Hadist ini Shahih)
"Aku akan mendahului kalian menuju ke al-Haudb (telaga Nabi di Surga), serta akan ada orang-orang yang benar-benar dihalau dariku. Aku berkata: 'Wahai Rabbku, mereka itu adalah para Sahabatku'. Dan dikatakan (kepadaku): 'Sungguh, engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggal engkau'". (HR Bukhari Muslim)
Jadi ini bukan hanya tentang bagaimana kita mencintai Rasulullah Tapi tentang apakah Rasulullah juga mencintai dan mengakui kita sebagai umatnya. Karena setiap orang berhak mencintai siapapun tapi belum tentu dia juga dicintai oleh yang ia cintai.
#sunnah#selfreminder#sabar#islamic quotes#syukur#inspiration#ikhlas#islamic reminders#surga#neraka#tawakal#istiqomah#jodoh#maut#rasulullah#sholawat#kematian#zuhud#qanaah#tauhid#kajianislam#kajian#cinta
21 notes
·
View notes
Text
About Me
Haloo pals! Kenalin, Seizza Khafniy Ghaizan Aisha. Lahir di Bandung, 30 Januari 2005. Saat ini aku sedang berkuliah di Institut Teknologi Bandung, jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Selain berkuliah, aku juga senang melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyalurkan hobiku, diantaranya adalah menggambar, menulis, jalan-jalan, jogging, membaca, berkenalan dengan orang baru, dan belajar bahasa baru. Hal-hal tersebut juga yang menjadi alasan kenapa blog ini aku buat^^
Dulu, aku sempat menjadi blogger aktif hingga aku berhenti pada tahun 2018/2019. Di blog itu aku biasanya membuat postingan tentang tutorial coding atau hanya sekedar sharing tentang hal-hal yang cukup personal. Sebenarnya aku kangen banget dan ada keinginan untuk balik ke blog yang lama dan curcol di sana. Tapi karena alasan pribadi, aku memilih untuk membuat blog dari awal lagi :)
Sedikit funfact, selama menekuni hobi menulis, di umurku yang ke 9-12 tahun, aku banyak memiliki draft naskah cerita yang belum selesai. Tahun 2017 aku juga sempat mengirim naskah cerita ke sebuah redaksi, dan pihak redaksi sempat ngabarin kalau naskahku akan diterbitkan, tapi sampai sekarang kami ga pernah dikabarin lagi T^T mungkin mereka lupa...wkwkwk.
Sejak berhenti blogging, aku beralih ke seni dan berjuang agar bisa di terima di Fakultas Seni Rupa dan Desain karena aku sangat suka menggambar. Dan saking seriusnya pada seni, sampai lupa dengan hobi-hobiku yang lain heheheh.
Blog ini aku buat untuk mengisi kegabutanku, juga agar aku lebih produktif dalam menulis dan mengeluarkan isi pikiranku yang berisik dan berantakan ini. Aku nggak tahu apakah aku bakal kasih tahu blog ini ke keluarga ataupun teman-temanku yang lain. Apa ku gatekeep aja yah :V kalau kalian menemukan blog ini secara tidak sengaja, selamat datang di pikiran-pikiran dan jurnal pribadi aku!
2 notes
·
View notes
Text
Ngobrol sama ibuk.
Aku: bu, nikah sama punya anak itu capek banget ya?
Ibu: iya nak, pasti, capek banget, apalagi kalau ga punya support system yang baik minimal pasangan, yang ngehargain kamu, yang bisa jadi tempat diskusi yang nyaman, menumpahkan rasa lelah, karena nanti ada hal yang harus kamu keep hanya dengan pasanganmu, tapi kalau pasanganmu ga support ya kamu cuma bisa mendem sendiri dan berusaha tetep kuat. Support mertua juga, dan support keluarga pasangan yang bisa menganggap kamu ada, bukan nyalahin ini itu.
Aku: tapi ibu nyesel ga memutuskan nikah dan punya anak?
Ibu: insya Allaah engga, karena ibu selalu berdoa supaya sabar ibu bisa berbalas dengan anak-anak yang shalih dan shalihah, yang bisa doain ibu.
Nak, peran perempuan itu berat, dari sejak menikah harus melayani suami seoptimal mungkin, terus mengandung, melahirkan, menyusui, memikirkan pendidikan, mencuci, menyiapkan pakaian, bersihin pipis bab bayik, bersih bersih rumah, beres beres, belum kalau yang sambil kerja, dan sebagai manusia pasti wajar ada lelahnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang ga akan selesai itu, disitulah butuh support suami yang membantu, yang pengertian, yang berterima kasih, yang bisa dengerin keluh kesah, yang meringankan. Ibu doain semoga kamu dapat pasangan yang suportif, yang saling sayang, saling mendoakan.
Aku: aamiin.
(dengan redaksi yang disesuaikan)
Malam itu aku merenung cukup dalam. Makasih ibuk, love you.
53 notes
·
View notes
Text
Koh Ruby, Belajar Life Skill Setiap Hari
"Paling tidak, luangkan waktu sebentar untuk selalu mendengar dan melihat ilmu dari orang lain. Gratis dan mudah."
Tema kali ini tentang rekomendasi channel yang menurut pribadi bermanfaat. Rasa-rasanya sangat banyak yang ingin ku rekomendasikan berdasarkan jenisnya. Tapi aku memutuskan untuk memfokuskan mereview channel ini. Sosok yang sudah 3 tahun ini menemani perjalanan perubahanku.
Sebelum ke sana, aku mau bilang kalau kita punya tontonannya sendiri, dan orang-orang yang kita tonton, sudah tentu baik menurut kita. Dan ini, aku mau cerita kenapa Koh Ruby yang jadi pilihan pada tema kali ini.
Bukan cuma dia sebenarnya konten motivasi yang selalu share banyak ilmu, tapi menurutku dia sudah sangat baik dalam berkata-kata.
Redaksi bahasa yang diucap juga selalu tertata dan rapi. Dari setiap omongannya, dia selalu menghargai proses orang, dan selalu percaya kalau orang punya cara dan prosesnya masing-masing.
Membahas financial, life skil, ya itu kemampuan dia, dan tentunya selalu memakai properti yang dijadikan perumpamaan dalam menjelaskan sesuatu. Ini makin memudahkan pendengarnya.
Paling kusuka, ada segmen Dibacain, yang isinya membahas dan mereview buku yang ia baca. Menariknya, dia gak menceritakan bagaimana buku itu, tapi apa insight yang berkaitan dengan kehidupan kita dan korelasinya dari buku itu. Jadi gak heran kalau dia ceritain buku, dia selalu punya contohnya sendiri.
Ngomong pakai data, aku suka nih yang gini-gini, ngomong gak asal ngomong. Dia nih ngomong pakai data, pakai grafik, bahkan kutipan kecil, dia juga buat tuh kutipan siapa.
Dan channel ini, gak membosankan sih kata ku. Sama kaya 1%, selalu ada yang menarik di kontennya. Beda, dan selalu punya isian yang daging + beda. Jadi bikin penontonnya gak muak. Sederhana, durasi gak kepanjangan, dan tentunya to the point. Gak banyak babibu.
Oh ya terakhir, siapapun yang kita lihat, semoga itu benar-benar bikin kita teredukasi. Paling enggak, buat kita punya waktu yang bermanfaat dengan melihat tontonan itu.
Jangan lupa sesuaikan tontonan dengan kebutuhan kita. Pakai porsinya. Berapa persen nontonin jenis religi, biar nambah ilmu agama. Berapa persen nontonin jenis scholarship, financial, life skil, hiburan, dsb.
Semoga kita tetap memanfaatkan waktu sebaik-baiknya❤ Dan jangan judge tontonan orang, loh! Ingat itu!!!!
#tautannarablog
#day10
2 notes
·
View notes
Text
Satu Kesulitan Dua Kemudahan
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S Al Insyirah 5-6)
Kala itu 1400 tahun yang lalu Di tengah tugas beban dakwah yang semakin berat dan penuh perjuangan. Di tengah tugas dakwah yang semakin banyak tekanan dan perlawanan. Dicaci maki, dituduh sebagai dukun dan pembohong, dijerat lehernya dengan tali, diinjak kepalanya tatkala sujud, disiksa para sahabatnya, bahkan diusir dari kota kelahirannya.
Maka kemudian di tengah peristiwa yang menyesakkan, sebuah pertolongan nyata dari Sang Khalik pun turun untuk menghibur dan melapangkan dada. Melalui salah satu surah Al insyirah namanya.
Surah ini, meskipun singkat namun begitu bermakna, sebab menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui segala peristiwa yang menimpa Rasul-Nya.
Surah ini, meski tampak sederhana, namun akan sangat berharga sebab bak pelita yang menghibur Baginda Rasulullah saat sedang lara.
Sebagaimana dalamnya makna pada ayat kelima dan keenam di surah ini. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa kata al-usr disebut dan diulang dua kali dengan menggunakan redaksi makrifat (khusus) yaitu dengan penambahan alif lam yang berfungsi sebagai al-had adz-dzikri (pembatasan penyebutan). Makna ini juga berarti hakikat kesulitan pada ayat kelima dan keenam sama Sedangkan kata yusra disebutkan dua kali dengan menggunakan redaksi nakirah (umum) tanpa alif lam dan memiliki makna tak terbatas. Lebih jauh, karena menggunakan redaksi nakirah artinya kemudahan pada ayat kelima dan keenam merupakan dua hal yang berbeda dan tak terbatas.
Maka benarlah bahwa setiap kesulitan, yang satu dan definitif itu, Allah SWT pasti akan memberikan kepada kita dua kemudahan.
Yang pertama, menurut Ust Salim A Fillah, Allah menumbuhkan satu kemudahan, yaitu kedewasaan kita berfikir, kegigihan kita untuk menghadapinya, upaya-upaya, perjuangan, dan jihad-jihad kita untuk mengatasinya dengan segenap ikhtiar. Itu sudah akan memberikan kepada kita pendewasaan, peningkatan keterampilan dan kreatifitas karena kita dibatasi oleh kesulitan itu.
Kemudian, Allah memberikan yang kedua; kemudahan yang paripurna. Sesudah berjuang sampai mentok, maka Allah SWT menurunkan pertolongan dan yakinlah bahwa pertolongan Allah itu dekat.
Maka, sebagai seorang hamba, tak pantas rasanya jika kita terus pesimis dan mengeluh tentang ujian-ujian yang kita hadapi padahal pertolongan-Nya itu nyata Maka, sebagai seorang hamba, tak elok jika kita menyerah dengan cobaan yang kita jalani, tersebab ada kemudahan ke depan yang akan menanti.
4 notes
·
View notes
Text
Obrolan Warung Kopi - Episode 1
Semua dimulai dari pertanyaan ini:
Mana yg lbh menarik, cewek kaya atau cewek cantik?
Lalu dijawab: What if i say, cewe smart
Selanjutnya kita bahas tentang cewek yang smart apakah berpotensi mudah membelot?
Makna membelot di sini adalah cewek smart bukankah akan jadi lebih sulit diatur, terlalu banyak bertanya, dan paling buruk adalah bisa mudah selingkuh?
Perlu dipisahkan dulu konteksnya, kalau yang dimaksud membelot adalah yang seperti itu, berarti yang dibahas adalah soal pemahaman dan karakternya. Bukan soal smartnya.
Jadi, mau cewek itu smart atau engga, ya potensi membelot akan tetap ada.
Gue awalnya berpikir bahwa kalau cewek gak smart, potensinya lbh manut dan nurut, padahal blm tentu.
On the other hand, jd cewek smart tetap bisa berattitude baik juga kok. Jangan manfaatin ke- smart-annya buat ngelakuin hal hal membelot (karena dengan gitu, malah terkesan gak smart)
Well, berarti yang dicari: cewek solehah?
Jawabannya gini:
Ga cuma soal itu. Di konteks pasangan, guidence ya yg 4 variable itu. Agamanya, fisiknya, nasabnya, ekonominya. Fadzfar bidzatiddin.
Di redaksi yg lain, ada yg nyebut nasab ada yg ditulis hasab. Nasab itu kan ttg silsilah keluarga, Hasab itu lebih ke karya besar dari keluarganya.
Krn itu mempengaruhi, potensi keluarga kita nanti.
Trs, kenapa nabi SAW mention soal harta? Its not about how much u have, how much u can earn, its about the capabality to take control of it. Engga pelit, ga boros, mampu manage. Mampu kalkulasi. Melek investasi.
Awalnya, kukira soal harta ini lebih ke how much we have to make a life becomes easier, tp ternyata lebih bahas soal capability.
Di atas semua itu. 4 hal tadi bukan jadi goals. Nikah bukan biar sama yg cantik, biar kaya.
4 hal itu jadi tools. Goalsnya? Ridha Allah.
Menarik juga, karena gue selama ini mikirnya bahwa 4 hal itu adalah benefit yang akan lo dapatkan setelah nikah, jd secara gak langsung itu jadi alasan dan tujuan pernikahan. It turns out ultimate goalnya adalah dapet Ridho Allah ya, bukan (hanya) nikmatin semua benefit itu.
Tambahnya lagi,
U can take it as benefit juga. Pasti lah. Itu filter jg biar imannya kejaga. Gamau jg kan dapet yg agamanya masalah, tujuan nikahnya malah ga sampe.
Tp kita yg beriman kan, apapun yg kita dapet. Mau benefit, atau defisit. Ga berhenti disitu.
Dapet nikmat kita syukur, dapet ujian kita sabar. Sabar, syukur itu jalan, tujuannya buat dapet ridha Allah.
Di nikah misalnya, kita dapetin dengan guidence yg benar, lewat jalur yg bener. Cara bersyukurnya kemudian, ya maksimalin potensi yg ada buat Allah. In many ways.
Yes, couldn't agree more.
#menulis#jodoh#4 variable#tujuan#ridho Allah#obrolanwarungkopi#episode 1#mencariyangke12#belajar#bertumbuh#berbagi#bermanfaat
3 notes
·
View notes
Photo
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Mungkin bisa juga seperti ini; Setiap pertemuan, pasti akan mempertemukan pertemuan lainnya. Terdengar maksa, tapi tak apa, memang bisa jadi seperti itu, kan? Jumat-Sabtu kemarin, tepatnya 22-24 Desember, kami melaksanakan agenda rutin yang disebut Rapat Tahunan Redaksi. Mempertanggung jawabkan arah gerak kami satu periode sebelumnya. Terhitung, sejak Februari sampai di bulan ini. Tentu bukan waktu yang lama, satu tahun kurang hanyalah hitungan. Meski begitu ada yang membuat kita merasa bahwa itu ialah sebuah perjalanan yang begitu panjang. Iya, betul, orang-orang di dalamnya. Begitu panjang, sebab selalu ada cerita beragam dalam setiap kerja. Selalu ada drama dalam setiap tahap. Selalu ada emosi dalam tiap perdebatan. Dan tentu, selalu ada lega kala semua selesai terlaksana. Namun, selesai kali ini bukan hanya mencipta lega, ada hal lain, ada sesuatu yang berbeda, yang dalam beberapa saat hanya bisa diungkapkan dua kata; air mata. Jika kau menganggap ini berlebihan, tak apa-apa, memang apa yang kami lakukan memang selalu punya porsi lebih untuk menggerakkan organisasi ini. Jadi tak masalah jika semuanya usai, kami seperti itu, bukan? Tak ada yang lebih cepat dari waktu. Tak ada yang lebih lekat dari sebuah ikatan. Dan kita, kami, telah diikat dalam satu wadah bernama FatsOeN. Tiap orang tentu punya ceritanya masing-masing, tapi satu yang Saya yakini, bahwa cerita-cerita luar biasa itu, beberapa kita laksanakan bersama. Lalu kini, setelah semua rampung dgn paripurna, mau tak mau, dan suka tak suka, kita purna, kita selesai... kita berhasil mencapai titik akhir. Tak apa tak sempurna, tak apa masih ada kurang, yang penting kita, dan kami semua sudah mencoba apapun yang bisa diupayakan. Sebab keberhasilan yang sempurna adalah bonus, selebihnya adalah pelajaran. Pelajaran yang tentu tidak semua orang bisa dapatkan dengan mudah. Proses, komitmen, dan militansi yang kuat, itulah alasan kita semua bertahan. Lalu, pada akhirnya semua akan terus berjalan dengan sesuatu yang disebut regenerasi. Regenerasi yang Saya yakini, akan lebih luar biasa dan lebih baik daripada sebelumnya. Akhir kata, terima kasih semuanya... https://www.instagram.com/p/CmnZ1z4psXt/?igshid=NGJjMDIxMWI=
9 notes
·
View notes
Text
Kehidupan di benahi arahan redaksi.
Langit menghitam oleh residu gas air mata, matahari yang tenggelam, serta bayang-bayang teman-teman kami yang tewas dan tertangkap. Gedung-gedung pemerintahan dan korporat mulai menyalakan lampu-lampunya. Layar-layar neon iklan berkilau di sepanjang jalan. Bisnis dan kekuasaan yang terus bergulir, seolah sengaja menunjukkan bahwa mereka akan tetap demikian kendati hari ini. Kendati kami yang kini basah kuyup, kelaparan, letih dan babak-belur di tepi-tepi. Beberapa di antara kami bertengger di pucuk-pucuk pagar, memanjati atap halte bis, membentangkan kain dan papan-papan yel yang sudah buram. Tersulut oleh perlakuan diam dan sadar bahwa kami mungkin tidak akan pulang hingga malam. Esok kembali mengulangi hal yang sama dan demikian seterusnya.
Sebelum hari benar-benar gelap, seorang peserta aksi di tengah kerumunan berseru sesuatu yang tak mampu kudengar jelas, dan tiba-tiba gelombang massa terhalau mundur seperti air laut tersapu angin. Letupan-letupan gas air mata memenuhi udara. Pasukan berperisai telah kembali maju di balik gelombang itu.
Kami berlari menaiki tangga jembatan penyeberangan jalan, segera memenuhinya dari dua arah. Lampu-lampu telah mengganti cahaya matahari, tapi tiga demonstran—dua laki-laki dan satu perempuan—jatuh terjerembab ke jalan. Sepasang petugas berseragam meraih mereka dan kekerasan selanjutnya sudah dapat diduga. Pukulan tongkat karet di kepala, jambakan rambut, tendangan sepatu bot, sodokan popor senjata di perut sebelum mereka diseret ke pinggir untuk interogasi.
3 notes
·
View notes
Text
Pernah dengar sebuah larangan bermain di luar rumah sampai waktu gelap atau menjelang maghrib?
Yap, saya rasa pasti sudah sering kali orangtua bahkan mbah-mbah kita mengingatkan agar pulang sebelum hari benar-benar gelap, yaa maksimal setengah jam sebelum maghrib. Yang mungkin aja ada beberapa cerita dengan menakut-nakuti anak-anak kecil nanti diculik sama mba kunti lho atau diambil sama hantu lho wa ma asybaha dzalik.
Ternyata setelah ditelusuri dan yaa, saya baru memurojaah kembali maddah – matkul Hadis Tahlili yang mengambil rujukan kitab dari Fathul Bari sebuah mahakarya paling fenomenal sepanjang masa syarah dari shohih Bukhari yg ditulis oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dengan sanad dan matan yang tidak usah diragukan lagi atas keshohiannya pada derajatnya ;
Diriwayatkan oleh sahabi jalil; Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, bahwasanya untuk menahan anak² tidak di luar rumah ketika menjelang maghrib karena pada saat saat tersebut banyak syaitan yang sedang berkeliaran dan dengan alasan lainnya adalah ketika malam atau gelap hal tersebut seperti memberi kekuatan pada para syaitan. Begitupula dengan hewan hewan ternak. Kecuali mereka keluar untuk sholat maghrib dengan ada mahramnya hal tersebut tidak mengapa.
Dan mungkin bagi kita kayak cocoklogi tapi yaa sebenarnya gaa juga. Karena kebanyakan dari kita kdang tidak mencari dari sumber daripada keasliannya.
Dalam riwayat hadis tersebut tidak hanya menyebutkan untuk menahan anak² pada waktu2 tsb, namun seperti ada anjuran bahkan perintah dan larangan dalam redaksi hadisnya agar menutup bejana² air dengan ikatan yg kuat yg mana ditakutkan jika ada wabah bisa mudah menyebar lalu mematikan lampu teplok atau semacam obor ketika hendak tidur karena ditakutkan dapat membahayakan tuan rumah.
Selain hal tersebut dianjurkan untuk menutup pintu-pintu rumah ketika menjelang malam dengan asma Allah tentunya dan dengan alasan setan itu tidak diberikan Allah untuk membuka pintu, mengurai ikatan dan membuka penutup dalam bejana.
Dari hal ini nantinya ketika kita sedang memberitahukan kepada siapapun itu, dapat dijelaskan darimana asal redaksi tersebut dan bisa dipertanggungjawabkan.
Wallahu a'la wa a'lamu bisshowab.
Jangan lupa selalu wirid dan doa di mana pun berada.
Cairo, 17 Maret 2023
3 notes
·
View notes
Text
In My Way - Menuju Kesempurnaan (1)
Sebuah sequel dari cerpen On My Way yang bisa dibaca pada https://www.instagram.com/lailatulhaq_/
------------------------------------------------------------------------------
“Akan tiba waktunya, dimana kita akan menemukan jalan yang tepat untuk kita bermuara.”
Dua tahun sudah Kirana bekerja sebagai penulis di suatu lembaga penerbitan. Meskipun baru satu buku yang berhasil diterbitkan, tak pernah terbayangkan jika sebuah kebiasaan yang terbangun sejak kecil bisa membawanya masuk ke dalam dunia profesional kepenulisan. Semua bermula saat dia menginjak usia yang ke sembilan. Kirana mendapatkan kado ulang tahun dari sang Ibu berupa buku harian.
“Kamu bisa menceritakan kegiatan sehari-hari, segala hal yang terjadi, dan apa yang kamu rasakan di buku ini Rana. Apapun yang kamu pikirkan dan kamu rasakan, biasakan untuk menjadikannya sebuah tulisan ya.” Pesan sang Ibu yang secara tidak sadar tersimpan dengan baik di rekaman alam bawah sadarnya.
Selama 16 tahun terakhir dalam hidupnya, menulis adalah kebiasaan yang senantiasa menemani hari-harinya. Hampir tidak pernah Kirana melewatkannya. Terkadang yang ditulisnya adalah sebuah sajak, puisi, atau sekedar curahan hati singkat sebagai bentuk keluh kesahnya. Namun seiring bertambahnya usia, Kirana mulai berani untuk mengubah kisahnya menjadi sebuah cerita yang kemudian dia unggah ke media sosialnya. Tepatnya pada sebuah akun yang tidak pernah dia buka identitas asli penulisnya.
Keinginan untuk menulis cerita pendek pada awalnya muncul setelah Kirana mendapatkan pujian dari Bu Kika, gurunya saat SMA. Padahal dia menulis cerita pertamanya saat kelas 12 hanya untuk menyelesaikan ujian prakteknya. Itu pun ceritanya dia ambil dari curhatan di buku hariannya, yang tentu dia elaborasi lebih dulu agar tidak terlihat sebagai sebuah kisah nyata. Tapi apreasiasi dari Bu Kika berupa nilai tertinggi pada ujian praktek Bahasa Indonesia, membuatnya ingin kembali mencoba. Hingga tanpa sadar Kirana sudah menghasilkan begitu banyak cerita, meski hal ini hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya saja.
Hari ini Kirana diminta untuk mengisi sebuah acara seminar kepenulisan yang diselenggarakan oleh kantor penerbitannya yang berada di Yogyakarta. Dia memutuskan untuk pergi menggunakan kereta. Perjalanan Surakarta (Solo) – Yogyakarta sudah sering ditempuhnya minimal dua bulan sekali apabila ada kebutuhan untuk datang ke kantornya. Seorang penulis memang bisa bekerja di mana saja, tapi tentu dia tetap punya kewajiban untuk hadir pada saat ada pembahasan terkait pencetakan dan penerbitan bukunya.
“Hai Kirana, ternyata kamu sudah tiba. Bagaimana perjalananmu di kereta?”
“Aman Mba Rara, seperti biasa.”
“Baiklah, silahkan bersiap dulu ya, setelah itu kita pengarahan di aula.”
“Siap Mba, aku duluan masuk ya.”
Rara Samitha, editor buku pertama Kirana yang sudah bekerja 5 tahun di Bentang Pustaka. Lebih tepatnya bekerja di bawah Mba Farida Nur Latifa, Pemimpin Redaksi yang merupakan kakak Hisyam satu-satunya. Mba Farida yang tanpa Kirana tahu sudah membaca semua ceritanya yang ada di media sosial dengan mode invisible selama 4 tahun lamanya. Ini semua terjadi karena Hisyam dengan ringannya membeberkan semua cerita Kirana kepada kakaknya. Hanya karena agenda pertama Kirana di Solo dua tahun lalu membuatnya tidak sengaja bertemu dengan Hisyam, teman SMA nya yang mengetahui bahwa Kirana jago menulis dari Bu Kika. Tentu saja teman-temannya tahu dan langsung menyematkan identitas penulis kepada Kirana karena pujian dan pengumuman nilai tertinggi saat itu disebutkan Bu Kika di depan kelas mereka. Hisyam juga begitu antusias dan memaksa Kirana untuk menunjukkan karya-karyanya saat dua tahun lalu mereka bertemu di taman kota.
“Apa yang menjadi motivasi Anda untuk berprofesi sebagai penulis dan masuk ke dalam industri kepenulisan? Selain karena faktor utamanya adalah kebiasaan Anda sejak kecil yang suka menulis di buku harian.” Moderator dari tim Bentang mulai mengajukan pertanyaan. Seminar kali ini memang dirancang untuk bisa menginspirasi para peserta dan meningkatkan minat mereka terhadap dunia kepenulisan.
“Pada dasarnya setiap manusia itu dianugerahi kemampuan untuk berpikir oleh Tuhan. Setiap pikiran manusia itu unik sehingga bisa memunculkan berbagai macam pandangan. Ketika membuat sebuah karya tulisan, tentu saya tidak hanya menghadirkan perspektif saya sendirian. Kita semua tahu dalam menulis dibutuhkan riset yang mendalam. Proses riset itu terasa sangat menyenangkan. Saya bisa berdiskusi banyak hal dengan banyak orang dan memahami bagaimana mereka menyikapi suatu persoalan. Bisa belajar dari pengalaman, keberhasilan, bahkan kesalahan mereka dalam kehidupan. Tentu ini semua dilakukan setelah saya tahu tahapan apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah tulisan.”
“Setelah itu, saya sangat senang ketika bisa membagikan pandangan-pandangan yang saya dapatkan tersebut kepada lebih banyak orang. Merangkainya dalam suatu cerita fiksi dengan menyamarkan tokoh asli dalam cerita dan juga dengan mengaburkan latar belakang. Tetapi meskipun begitu, para pembaca tetap bisa mengambil pelajaran yang saya siratkan dalam sebuah alur cerita panjang.” Kirana menyampaikan alasan yang pada akhirnya membuat dia bertahan dengan profesinya sekarang.
“Mba Kirana, Anda itu kan sarjana administrasi bisnis bukan sastra. Apakah tidak merasa sia-sia dengan semua ilmu yang sudah Anda punya? Apa pernah terpikirkan sebelumnya untuk menjadi penulis yang maaf secara stigma adalah pekerjaan yang kurang sejahtera,” seru seorang mahasiswi yang menggunakan almamater kampusnya setelah dipersilahkan untuk bertanya.
“Aku percaya bahwa tidak ada yang sia-sia dengan apa yang sebelumnya sudah ditakdirkan untuk kita. Kalaupun kita merasa sudah salah memilih jalan pada kehidupan sebelumnya, pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil untuk menjadi bekal di perjalanan selanjutnya. Menjadi penulis tidak pernah ada dalam rencana perjalanan saya. Tapi secara tidak sadar saya sudah mempersiapkan bekal untuk berjalan kearahnya. Kebiasaan menulis sejak kecil yang memang ditanamkan oleh Ibu saya. Setelah menjalaninya, tidak ada yang salah karena tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Perjalanan sebelumnya malah menjadi ide awal untuk saya membuat buku pertama. Objek riset saya diawali dengan diri saya sendiri dan hal ini mempermudah saya dalam merancang premis cerita. Tapi tentu saya tidak berhenti untuk terus menggali maksud Tuhan membukakan pintu ini bagi saya. Selama kita tidak berhenti untuk terus mencari tahu dan merefleksikan perjalanan hidup kita, pasti akan tiba waktunya, dimana kita akan menemukan jalan yang tepat untuk kita bermuara.”
Tidak ada yang tahu bahwa Kirana mengalami pergolakan batin yang cukup kuat saat diterima sebagai salah satu penulis di Bentang Pustaka. Cerita yang dibuatnya selama ini merupakan modal awal untuk bisa menerbitkan buku melalui Bentang menurut Mba Farida. Di satu sisi Kirana merasa bahagia karena pada akhirnya dia bisa bekerja. Namun di sisi lain dia merasa belum punya alasan kuat untuk terjun di dunia yang jauh berbeda dengan latar belakang pendidikannya. Seperti pertanyaan yang dilemparkan oleh seorang mahasiswi di acara seminar kepenulisan Bentang Pustaka, Kirana juga sempat ragu terhadap pendapatan seorang penulis apakah bisa menghidupi kebutuhannya atau tidak. Tapi karena pekerjaan yang ditawarkan Mba Farida melalui Hisyam saat itu adalah satu-satunya jalan yang terbuka, dia terus meyakinkan dirinya untuk mencoba dan berusaha. Sampai akhirnya Kirana mulai menikmati prosesnya. Sembari melakukan refleksi terus menerus untuk mengetahui apa yang dia inginkan sebenarnya. Bentuk kesuksesan seperti apa yang ingin dia raih di kehidupannya. Lebih jauhnya lagi Kirana selalu memikirkan hakikat penciptaan Tuhan akan dirinya.
Bersambung..
5 notes
·
View notes
Text
Tokoh-Tokoh yang Menemukan Tempatnya dalam Kemelut Sejarah
1.
Saya baru selesai membaca ‘Manusia dalam Kemelut Sejarah’ terbitan LP3ES. Saya baru tahu kalau sebenarnya buku ini aslinya merupakan majalah Prisma No. 8 Tahun 1977. Saking laku dan dicari-cari oleh semua kalangan, majalah Prisma edisi itu pun lekas lenyap di pasaran. Untuk memenuhi hasrat pembaca, formatnya pun diubah menjadi semacam buku saku. Edisi yang saya punya merupakan terbitan tahun 2021.
Pada halaman sampul terpampang gambar empat tokoh pergerakan yang legendaris: Tan Malaka, Haji Agus Salim, Soekarno, dan Sjahrir. Lalu tampak samar dalam kelebat hitam putih orang-orang sedang berkumpul mengibarkan bendera merah putih dan spanduk bertuliskan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Tetap merdeka!
Sampul sederhana itu seolah menyiratkan suatu masa yang krusial dalam proses pembentukan Indonesia sebagai negara. Kita tahu tokoh-tokoh tadi punya andil besar dalam revolusi. Dan gambar itu terang menunjukkan kalau isi buku ini ialah tentang mereka.
Terdapat 9 tulisan tentang 8 tokoh berbeda di dalam buku kecil ini, satu tulisan lain merupakan pengantar tentang biografi sebagai satu bentuk dalam pusparagam penulisan sejarah. Masing-masing menceritakan hidup dan perjuangan tokoh-tokoh penting yang meletakkan dasar-dasar negara Indonesia. Selain keempat tokoh yang gambar termuat pada halaman sampul, terdapat pula kisah mengenai Amir Sjarifuddin, Soedirman, Kahar Muzakkar, dan Rahmah El Yunusiyyah.
Penulisnya pun bukan seorang. Setiap tokoh diceritakan oleh penulis yang berbeda. Termasuk pengantar, ditulis oleh Taufik Abdullah yang juga merangkap sebagai redaksi bersama Aswab Mahasin dan Daniel Dhakidae. Semua yang terlibat dan menyumbangkan kata-kata dalam buku ini merupakan orang-orang besar yang namanya sudah tentu sering didengar oleh mereka yang mengikuti arus perkembangan sastra, ilmu sosial, dan kebudayaan, khususnya sejarah.
2.
Saat mulai membaca buku ini, saya tidak memulainya dari depan. Sengaja. Saya mencari-cari tokoh yang paling ingin saya tahu kisahnya lebih dulu atau kadang disertai pula pertimbangan untuk melihat teknik bercerita seorang penulis tertentu. Dua pertimbangan itu membawa saya pada tulisan berjudul ‘Revolusi Memakan Anak Sendiri: Tragedi Amir Sjarifuddin’ yang ditulis oleh Abu Hanifah.
Saya sebenarnya sudah pernah membaca cerita mengenai Amir Sjarifuddin dalam karya Soe Hok Gie berjudul ‘Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan’. Tulisan itu skripsi Gie di UI. Isinya memaparkan secara komprehensif latar belakang dan jalannya pemberontakan PKI pada tahun 1948, dan sosok Amir Sjarifuddin memainkan peran penting dalam peristiwa itu.
Pada bagian akhir pemberontakan, dengan sendu Gie menggambarkan ketenangan mantan Perdana Menteri Indonesia itu ketika tertangkap dan hendak menuju lokasi eksekusi mati. Di dalam kereta, pada Kapten Soeharto yang telah menangkapnya, Amir Sjarifuddin meminta bacaan yang menemani perjalanannya. Hanya ada buku William Shakespare berjudul ‘Romeo dan Juliet’. Demikianlah bacaan itu menemani Amir di dalam kereta menuju Solo.
Apa yang dibayangkan seorang revolusioner dengan buku Romeo dan Juliet di tangan? Setelah gerakannya ditumpas dan di luar jendela kereta waktu berlesatan seakan mempercepat akhir hidupnya?
Tak pernah benar-benar ada keterangan tentang ini dalam sejarah.
Aidit, pentolan PKI generasi setelah Amir menyebutkan kalau jelang eksekusi mati, Amir Sjarifuddin dan beberapa kawannya meminta agar mereka diperbolehkan menulis surat pada keluarga. Setelah itu, berkumandanglah lagu Indonesia Raya dan Internasionale dari para tereksekusi mati itu sebelum peluru berlesatan menembus tubuh mereka. Satu ironi dalam sejarah Indonesia, mengingat Amir Sjarifuddin adalah satu tokoh paling penting dalam upaya membangun angkatan bersenjata semasa revolusi. Bagi Aidit, seolah-olah sampai mati Amir Sjarifuddin merupakan Komunis sejati.
Idealisasi semacam ini tidak terlihat dalam tulisan Abu Hanifah.
Ia tak lain merupakan teman kuliah Amir Sjarifuddin yang teramat akrab satu sama lain. Mereka tinggal di asrama mahasiswa yang kini telah menjadi Gedung Sumpah Pemuda. Wajar jika tempat ini di masa silam menjadi tempat berlangsungnya satu pertemuan pemuda paling penting dalam sejarah Indonesia untuk merumuskan identitas nasional. Penghuninya para pembelajar yang bukan kaleng-kaleng. Selain Amir Sjarifuddin dan Abu Hanifah, ada Muhammad Yamin dan Assaat yang juga sama militant dalam belajar dan bergerak.
Asrama itu disebut Indonesis Clubgebow atau Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia yang berbasis di Jakarta. Belakangan disingkat IC. Kelompok ini tak lain ialah fusi dari organda-organda setelah sumpah pemuda.
Bagi kebanyakan orang, sumpah pemuda mungkin hanya sekadar hafalan dalam pelajaran sejarah di sekolah dasar. Tetapi, pernahkah kita benar-benar membayangkan seberapa kuat idealisme dari hasil bacaan serius para penggagasnya ketika mereka sama-sama memutuskan untuk melepaskan sekat-sekat kedaerahan di perantauan? Saya pikir itu butuh refleksi yang dalam, kuat, dan tidak sekadar untuk keren-kerenan.
Meski seiring berjalannya waktu orang-orang di asrama itu kemudian menggariskan asas perjuangan mereka di atas ideologi yang berbeda-beda, Abu Hanifah mengatakan mulanya hampir semua mahasiswa di sana kagum terhadap Marx dan Engels.
Mereka mendiskusikan ‘Manifesto Komunis’ secara serius dan membedahnya dari beragam aspek, entah itu historis, visi dan ramalan, moral, hingga bagian revolusionernya.
Apa tujuannya orang-orang yang kebanyakan bersekolah teknik dan kedokteran memusingkan Marxisme? Apakah mereka membaca dan mendiskusikannya untuk memikat hati para gadis? Entahlah.
Abu Hanifah mengaku kalau anak-anak IC tertarik pada Marxisme lantaran ideologi itulah yang seccara sistematis membicarakan kaum yang terjepit, terhina, yang miskin dan merasa tidak mendapat keadilan.
Hal ini bisa jadi benar, sebab pergaulan di masa itu nampaknya membuat perempuan jarang ambil bagian di IC. Maka bisa jadi perhatian yang serius akan isu sosial di Hindia-Belanda merupakan motivasi utama mereka untuk menyediakan waktu mempercakapkan Manifesto Komunis. Di lain waktu, anak-anak IC akan mengunjungi museum demi mendapatkan buku Adam Smith sebagai bahan diskusi. Abu Hanifah bilang, hampir semua menolak Liberalisme Klasik.
Lalu seberapa penting budaya diskusi semacam itu? Seringkali di kalangan anak muda, diskusi dianggap terlalu lama membuang waktu karena kurang heroic. Abu Hanifah bilang, bacaan dan diskusi semacam itulah yang membuat mereka siap, setidaknya secara teoritis, untuk menganggapi perubahan besar saat revolusi pecah. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan karena setidaknya dalam benak, telah tersimpan pengethauan yang mendalam tentang contoh-contoh gerakan yang pernah terjadi di negeri-negeri lain. Dan Itu semua telah dipercakapkan, dibedah secara anatomis untuk kemudian direfleksikan dan diterapkan saat revolusi datang.
Saya kira hal-hal semacam ini sudah amat jarang ditemukan di kalangan mahasiswa yang lebih gemar bermain game online dan meratapi nasib dengan umpatan-umpatan sederhana lalu merasa menjadi paling aktivis hanya karena telah didapuk sebagai fungsionaris lembaga mahasiswa yang program kerjanya jauh dari pengembangan metodologi keilmuan akibat sifat hura-hura.
Setelah diskusi-diskusi panjang, Abu Hanifah dan Amir Sjarifuddin kerap berjam-jam naik andong malam-malam untuk membicarakan hal-hal lain, dari politik hingga gadis-gadis yang mungkin membuat hati mereka berdesir. Aktivisme mereka pun selalu mengambil jeda bilaman musim ujian telah tiba. Hanya kadang-kadang keheningan di asrama bakal pecah oleh sayatan biola Amir Sjarifuddin. Muhammad Yamin biasanya marah jika Amir mengganggu ketenangan belajar mereka. Bila hal itu terjadi, Amir Sjarifuddin dan Abu Hanifah akan tertawa sejenak sebelum kembali pada keheningan dan tenggelam dalam keseriusan masing-masingl.
Dari kedekatan itulah Abu Hanifah mampu memberi interpretasi dengan impresi lain terhadap keterlibatan Amir Sjarifuddin dalam pemberontakan PKI tahun 1948. Baginya, Amir dan Musso terperangkap dalam gerakan revolusi mereka sendiri. Abu Hanifah bilang kalau ia amat bersedih ketika mendengar pidato terakhir Amir Sjarifuddin di radio.
“Perjuangan yang kami adakan waktu ini hanya buat memberi koreksi kepada revolusi-revolusi kita. Revolusi ini tidak berubah dari corak nasionalismenya, yang sebenarnya adalah revolusi merah putih dan lagu kebangsaan kami tetap Indonesia Raya.”
Demikian kata Amir. Bagi Abu Hanifah terang sudah kalau itu semua bukanlah satu sikap seorang komunis.
Ketika membaca kisah Amir dari Abu Hanifah ini, saya benar-benar membayangkan posisinya. Jadilah kita memiliki seorang sahabat yang kemudian berbeda jalan politik. Suatu hari, ketika kita sama-sama terlibat dalam pertempuran dan perjuangan untuk membela satu cita-cita kemerdekaan yang sama, kau mendapati kabar sahabatmu itu dieksekusi mati akibat pemberontakannya sendiri. Kenangan apa yang terlintas di benak Abu Hanifah manakal mendengar pidato itu?
3.
Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh lain dalam buku ini?
Refleksi ini terlalu singkat untuk membahas semuanya. Ada baiknya buku para pendengar membaca langsung buku kecil ini.
Namun ada pelajaran penting yang mesti dirumuskan pada tiap bacaan. Untuk buku ini, kira-kira dapat dijelaskan begini; meski dengan cara pandang berbeda, semua penulis nampaknya berusaha mengajak kita merefleksikan kembali para tokoh-tokoh itu bukan sebagai dewa yang suci dan bebas dari noda. Soekarno ditulis dengan cukup berimbang meski dalam upaya itu Onghokham mendapat kritik karena penggunaan sumber. Tapi coba lihat pembukaannya yang unik untuk menyelidiki Soekarno yang sering sekali kita pandang hitam putih,
“Sukarno adalah pribadi yang kompleks. Dia dilahirkan di bawah bintang Gemini yang menurut pendapatnya sendiri memberi corak yang beraneka-warna pada pribadinya. Persoalan Sukarno erat sangkut pautnya dengan persoalan bangsa kita sendiri. Pada masa puncak-puncak kekuasaannya, Sukarno digelari Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, Amirul Amri, Panglima Tertinggi dan lain-lain. Dan tiba-tiba semua gelar-gelarnya dicopot. Jasa dan peranannya ditiadakan. Malahan dia diejek. Persoalannya kini bukan saja ‘siapakah Sukarno?’ akan tetapi ‘siapakah kita sekarang?’ Apa dahulu kita yang munafik atau sekarang kita munafik? Apa kita semua bersifat Gemini?”
Pembukaan semacam ini jarang sekali ditemukan dalam tulisan-tulisan sejarah Indonesia. Kendati demikian, pertanyaan Onghokham itu merupakan pertanyaan berat dan belum tentu mampu kita jawab.
Pada seluruh bagian buku ini dapat kita temukan kalimat-kalimat serupa. Entah apakah itu merupakan hasil interpretasi, pun juga kesaksian orang-orang yang pernah bertemu langsung dengan tokoh-tokoh seperti itu.
Cara YB Mangunwijaya untuk membuka bahasan soal Sjahrir, misalnya, juga tidak kalah tajam dan reflektif. Dengan mengutip Taufik Abdullah ia katakan,
“Jika Sjahrir bisa ‘bicara’ apakah yang akan dikatakannya tentang dirinya? Ditahan sebagai penghianat negara selama kurang lebih tiga tahun, dibebaskan, diberi kesempatan berobat ke Swiss, dan di hari meninggalnya (9 April 1966) langsung diakui sebagai ‘Pahlawan Nasional’ … Apakah yang akan dikatakannya?”
Mangunwijaya kemudian melanjutkan dengan simpulan umumnya soal moral revolusi,
“Perintisan kemerdekaan bangsa selaku hasil perjuangan politik-praktis yang bersih itu berbuah sukses. Penganut Machiavelli bisa omong apapun, tetapi kemerdekaan bangsa kita bukan buah hasil liku-liku kaum politik yang main rusuh dan bukan berdasarkan prinsip ‘Segala hal dijalankan oleh tujuan’. Kita harus bersyukur, bahwa bangsa dan negara kita bukan hasil gelap, bukan sebentuk haram jadah.”
Kesaksian seorang utusan Belanda yang pernah berhadapan dengan Haji Agus Salim menulis pada catatan hariannya,
“Orang tua yang sangat pandai ini seorang jenius dalam bidang bahasa, mampu berbicara dan menulis dengan sempurna dalam paling sedikit sembilan bahasa, mempunyai hanya satu kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat. Pada waktu ini ia jelas bermain ke arah kita. Akhirnya ia Menteri Muda Luar Negeri dan karena itu orang ke dua di samping Sjahrir dalam perundingan. Barangkali ia yang paling pandai dari seluruh mereka itu.”
Dua kutipan pertama barangkali memang ditujukan untuk kita yang nampaknya kerap membutuhkan sosok pahlawan dan penghianat sebagai panduan moral dalam menjalani kehidupan bernegara. Tetapi dua kutipan terakhir memperlihatkan bahwa revolusi kita benar-benar digerakkan oleh tokoh-tokoh yang menjunjung tinggi fair play.
Kisah mengenai tokoh-tokoh revolusi yang memegang teguh prinsip dan idealisme mereka akhirnya harus hidup melarat atau mati di pengasingan dan penghukuman lantaran kemelut politik kerap kita dengar. Apakah itu mengurangi nilai mereka sebagai manusia?
Baubau, 5 Januari 2023
Erikfathul
4 notes
·
View notes
Text
Bukan Harga Jual
Memiliki pasangan merupakan impian banyak orang, termasuk saya 😅. Dengan adanya sosok pendamping dalam hidup kerap kali membuat hidup lebih bermakna. Namun sebelum memiliki pasangan tentu ada bawaan yang mesti kita berikan sebagai lelaki, sebut saja mahar, yang kerap kali membuat isi kepala kaum Adam berkerja lebih keras, memikirkan bagaimana bisa menyiapkan mahar sebelum diambil orang lain.
Namun ada sebuah redaksi hadis nabi yang membuat saya agak sedikit tersenyum, yaitu riwayat yang dituliskan oleh imam Suyuti dalam manuskripnya, dikatakan:
وقال صلى الله عليه وسلم: ((مهر الحور العين قبضة التمر وفلق الخبز)).
Rasanya hadis ini sedikit memberikan sindiran kepada kaum Hawa supaya tidak menuntut mahar yang begitu tinggi 😅🙏🏻. Bagaimana tidak, sekelas wanita-wanita surga yang menjadi impian para kaum Adam saja tidak mematok harga untuk diri mereka, justru memberikan maharnya itu dengan bersedekah yang tentu diberikan kepada orang lain bukan untuknya.
Dari sini saya sadar, bahwa mahar itu bukan sebagai alat jual beli dalam pernikahan, melainkan sebagai bentuk perhatian sekaligus penghormatan islam terhadap kaum wanita. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa mahar bukan harga jual.
Lantas, bisakah mereka meniru Hurn 'Ain?
Ciputat, 1 Januari 2022
2 notes
·
View notes
Text
Berkah Di Bulan Ramadhan 1444 H Bakti Sosial UPTD Puskesmas Geureudong Pase Adakan Kegiatan Sunat massal
LHOKSUKON | Catur Prasetya News- Dalam Rangka menyemarakkan Amal Ibadah Puasa Ramadhan 1444 Hijriah. salahsatu Desa Terpencil Di Kabupaten Aceh Utara, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui UPTD Puskesmas Geureudong Pase menggelar kegiatan sunat massal di aula Puskesmas setempat ,Senin, (03 /4/ 2023)
Menurut amatan Tim Media Catur Prasetya News dilapangan Kegiatan Sunnat Massal tersebut dalam Rangka Bakti Sosial dalam bulan Ramadhan dengan Jumlah anak yang di sunat sebanyak 20 orang berasal dari 11 desa di Wilayah kerja PKM Geureudong Pase.
Kepala UPTD Puskesmas Geureudong Pase, Ns Jasroni , S. Kep , saat di konfirmasi media ini menyebutkan, kegiatan sunat massal ini diperioritaskan kepada Anak yatim piatu dan anak fakir miskin dari keluarga yang kurang mampu dengan harapan bisa mengurangi beban ekonomi keluarga sekaligus menunaikan kewajiban yang di perintahkan dalam agama islam, tutur Jasroni.
Lanjut dalam kesempatan itu Jasroni juga menyampaikan rasa terimakasih dan apresiasi yang setinggi tinginya kepada seluruh staf PKM dan muspika Geureudong Pase yang telah berpartisipasi baik dana maupun tenaga sehingga kegiatan ini bisa berjalan sesuai harapan.
Kepala UPTD Puskesmas Geureudong Pase Mengharapkan mengharapkan kegiatan seperti ini menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya dibulan Ramadhan bisa terus berjalan oleh karena itu kita butuh dukungan dari semua pihak dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. "Alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar dan setiap anak yang disunat mendapat bingkisan dan sumbangan dari petugas UPTD Puskesmas Geureudong Pase, " pungkas Jasroni.
Di kesempatan yang sama Camat Geureudong Pase, Mardani, S. sos juga menyampaikan bahwa kegiatan ini hendaknya menjadi event tahunan untuk membantu anak anak saudara kita yg kurang mampu ini sebagai bentuk kepedulian kita sesama muslim dibulan ramadhan dan ini harus dipertahankan agar tetap berjalan disetiap tahunnya, "tutup camat.
Report Rasyiddin, Editor Redaksi, Voice Over Chandra
Geredong Pase, 4/4/23
1 note
·
View note
Text
Hub : 0819-4343-1484, magang jurnalistik di Malang dengan gaji
Malang, sebuah kota yang kaya dengan budaya dan beragam potensi, semakin berkembang sebagai pusat pendidikan yang penting di Indonesia. Selain menjadi rumah bagi banyak universitas, Malang juga menjadi tempat berkembangnya berbagai industri, termasuk media dan jurnalisme. Bagi mahasiswa yang tengah mengejar karier di dunia jurnalistik, magang jurnalistik di Malang dengan gaji menjadi kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan. Program magang ini tidak hanya memberikan pengalaman praktis di lapangan, tetapi juga membuka peluang untuk meraih gaji yang layak di industri media.
Mengapa Magang Jurnalistik di Malang dengan Gaji Penting bagi Mahasiswa?
Industri jurnalisme semakin bertransformasi seiring perkembangan teknologi dan media digital. Mahasiswa jurnalisme perlu mengikuti perkembangan ini, dan salah satu cara terbaik untuk memulai perjalanan mereka adalah melalui program magang. Program magang jurnalistik di Malang dengan gaji menjadi pilihan yang tepat, terutama karena beberapa alasan utama yang akan dibahas berikut ini.
1. Pengenalan terhadap Dunia Kerja Jurnalistik
Magang memberi mahasiswa kesempatan untuk mengasah keterampilan yang tidak didapatkan di ruang kelas. Melalui magang jurnalistik di Malang dengan gaji, mereka bisa terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari di ruang redaksi, belajar dari para jurnalis senior, dan merasakan bagaimana tantangan dunia jurnalistik yang sesungguhnya. Dari penulisan berita, riset, wawancara, hingga penyuntingan, setiap aspek pekerjaan jurnalistik dapat dipelajari secara mendalam.
2. Pembelajaran Praktis dalam Menghadapi Berbagai Masalah
Di dunia jurnalistik, setiap hari adalah tantangan baru. Dengan mengikuti magang jurnalistik di Malang dengan gaji, mahasiswa akan diperkenalkan pada dinamika media yang sesungguhnya, baik di media cetak, online, maupun di televisi. Magang ini memberikan wawasan praktis dalam menghadapi deadline ketat, melakukan investigasi, dan menulis berita yang sesuai dengan standar etika jurnalistik.
3. Peningkatan Keterampilan Menulis dan Berkomunikasi
Keterampilan menulis adalah fondasi utama dalam dunia jurnalisme. Melalui magang, mahasiswa bisa mengembangkan keterampilan menulis mereka, terutama dalam hal penyusunan artikel, gaya penulisan, dan kedalaman analisis. Magang jurnalistik di Malang dengan gaji tidak hanya meningkatkan kemampuan menulis, tetapi juga keterampilan berkomunikasi yang efektif—keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam karier jurnalis.
4. Mendapatkan Gaji yang Membantu Pembiayaan Kuliah dan Hidup
Tidak bisa dipungkiri bahwa biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari membutuhkan perhatian khusus. Dengan adanya magang jurnalistik di Malang dengan gaji, mahasiswa bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang bermanfaat untuk menunjang kehidupan mereka. Gaji dari magang ini bisa membantu mengurangi beban finansial, memungkinkan mereka untuk fokus pada pekerjaan magang mereka tanpa terlalu khawatir soal pengeluaran pribadi.
Keuntungan dari Magang Jurnalistik di Malang dengan Gaji
Selain memberikan pengalaman yang tak ternilai dalam dunia jurnalistik, magang jurnalistik di Malang dengan gaji menawarkan berbagai keuntungan lainnya. Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa didapatkan oleh mahasiswa yang mengikuti program magang ini.
1. Memperluas Jaringan Profesional
Salah satu keuntungan terbesar dari magang adalah kesempatan untuk membangun jaringan dengan profesional di industri media. Di Malang, banyak media cetak, online, dan stasiun televisi yang dapat menjadi tempat magang yang strategis. Mahasiswa yang magang di tempat-tempat ini berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan editor, reporter, dan profesional lainnya. Jaringan ini bisa sangat berharga untuk karier di masa depan, memberikan peluang untuk mendapatkan pekerjaan tetap atau proyek freelance setelah lulus.
2. Meningkatkan Kemampuan Beradaptasi di Lingkungan Profesional
Magang memberikan kesempatan untuk mahasiswa beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sesungguhnya. Dalam magang jurnalistik di Malang dengan gaji, mahasiswa akan belajar bagaimana bekerja dalam tim, mengelola waktu secara efisien, dan mengikuti aturan serta prosedur yang berlaku di perusahaan media. Pengalaman ini akan sangat berguna bagi mereka yang ingin bekerja di dunia media setelah lulus.
3. Peluang Karier di Masa Depan
Banyak perusahaan media yang lebih memilih untuk merekrut karyawan yang sudah berpengalaman melalui magang. Magang jurnalistik di Malang dengan gaji memberikan mahasiswa kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka dan membuktikan bahwa mereka layak menjadi bagian dari tim profesional. Pengalaman magang ini sering kali menjadi jalan menuju pekerjaan penuh waktu setelah selesai kuliah.
4. Pengalaman yang Membantu Portofolio Karier
Pengalaman magang akan memperkaya portofolio karier mahasiswa. Dalam dunia jurnalisme, portofolio yang kuat adalah kunci untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Dengan menambahkan proyek dan artikel yang dihasilkan selama magang ke dalam portofolio, mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan mereka kepada calon pemberi kerja. Magang jurnalistik di Malang dengan gaji memungkinkan mahasiswa untuk memiliki karya nyata yang dapat dipamerkan saat mencari pekerjaan.
Tempat Magang Jurnalistik di Malang dengan Gaji
Malang merupakan kota yang kaya dengan berbagai media massa, baik itu media cetak, radio, televisi, hingga media digital. Banyak perusahaan media yang menawarkan magang jurnalistik di Malang dengan gaji, yang memberi peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam berbagai bidang jurnalisme. Berikut beberapa tempat magang yang dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa jurnalistik di Malang.
1. Media Cetak dan Online
Beberapa media cetak dan online yang berbasis di Malang menyediakan program magang yang menarik. Di media ini, mahasiswa dapat terlibat dalam proses pembuatan berita, mulai dari pencarian informasi, penulisan, hingga penerbitan artikel. Beberapa media besar di Malang juga menyediakan program magang dengan gaji bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan pengalaman langsung dalam dunia jurnalistik.
2. Stasiun Televisi dan Radio
Stasiun televisi dan radio di Malang sering kali menawarkan kesempatan magang bagi mahasiswa jurnalistik. Di sini, mahasiswa bisa belajar lebih banyak tentang produksi siaran, penyuntingan video, penulisan naskah, dan penyiaran berita. Magang di stasiun media ini akan memperkaya pengalaman mahasiswa dalam dunia siaran dan komunikasi massa.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Nonprofit
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi nonprofit di Malang juga sering kali menawarkan kesempatan magang bagi mahasiswa jurnalistik. Melalui magang di lembaga-lembaga ini, mahasiswa dapat belajar mengenai jurnalisme yang berfokus pada isu-isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan. Selain pengalaman praktis, magang di lembaga semacam ini juga bisa memperkaya pengetahuan mahasiswa tentang pemberitaan yang lebih berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan.
4. Agensi dan Firma Komunikasi
Agensi komunikasi dan firma media juga merupakan tempat yang baik untuk magang. Mahasiswa bisa terlibat dalam penyusunan materi pers, penulisan konten untuk klien, serta kampanye pemasaran digital. Di sini, mahasiswa akan belajar tentang dunia media yang lebih luas, tidak hanya tentang jurnalisme tradisional tetapi juga komunikasi korporat dan pemasaran.
Proses Pendaftaran Magang Jurnalistik di Malang dengan Gaji
Bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti magang jurnalistik di Malang dengan gaji, berikut adalah beberapa langkah yang perlu diikuti.
1. Persiapkan CV dan Surat Lamaran
Dokumen pertama yang perlu disiapkan adalah CV dan surat lamaran yang mencerminkan kemampuan dan pengalaman Anda di bidang jurnalistik. CV yang baik harus mencakup pendidikan, pengalaman kerja atau magang sebelumnya, serta keterampilan menulis yang dimiliki.
2. Cari Informasi Lowongan Magang
Informasi tentang lowongan magang dapat ditemukan melalui website media, media sosial, atau situs pencarian magang. Banyak perusahaan media yang memposting kesempatan magang mereka melalui saluran ini.
3. Ikuti Seleksi dan Wawancara
Setelah mengirimkan lamaran, tahap berikutnya adalah seleksi dan wawancara. Beberapa perusahaan mungkin meminta Anda untuk mengirimkan contoh artikel atau tulisan sebelumnya sebagai bagian dari proses seleksi. Ini adalah kesempatan Anda untuk menunjukkan kemampuan menulis dan kreativitas.
4. Tunggu Keputusan dan Mulai Magang
Jika diterima, Anda akan mendapatkan pengumuman mengenai waktu magang dan proyek-proyek yang akan dikerjakan. Mulailah magang dengan semangat dan gunakan kesempatan ini untuk belajar sebanyak mungkin.
Kesimpulan
Magang jurnalistik di Malang dengan gaji adalah kesempatan yang sangat berharga bagi mahasiswa yang ingin membangun karier di dunia jurnalisme. Selain memberikan pengalaman praktis dan pengembangan keterampilan, magang ini juga memberikan penghasilan yang sangat membantu dalam mendukung biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari. Dengan banyaknya tempat magang yang menawarkan peluang ini, mahasiswa jurnalistik di Malang memiliki banyak opsi untuk mengasah keterampilan mereka sekaligus membangun jaringan profesional yang berguna di masa depan.
0 notes