Tumgik
#Alasan kenapa kamu ga cuma harus bergabung
rknsport · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
itsnaboo-blog · 2 years
Text
Recently
Kayanya kalau di tumblr cuma tjurhat kejadian akhir-akhir ini. Gapapa sih sambil jadi pengingat di masa nanti akan selalu ada pelajaran berharga untuk didapatkan dalam momen-momen kehidupan.
Ada sebuah tulisan di draft yang udah dari beberapa tahun lalu ingin rilis. tapi nyatanya masih belum bisa, masih belum sanggup untuk dipublikasikan. Karena masih berupa angan, meski usaha sepertinya sudah cukup lebih banyak, bahkan terasanya sedikit lagi tergapai tapi ternyata suratan takdir belum mempertemukan kami. Baiklah mungkin kami masih harus terus bersabar untuk menunggu jawaban doa yang entah akan dijawab segera atau mungkin disimpan untuk kejutan di surga. Aamiiin Alasan belum terkabulnya doa inilah yang membuat kami berpikir lebih dalam untuk bertahan tinggal di negeri sakura. ‘Gimana ya yah tahun depan biar bisa extend di sini. Apa mau pindah kota apa sebenernya kan udah enak juga di sini. Cuma rasanya kalau hijrah siapa tahu kita bisa menemukan penghidupan yang lebih baik’ Berhubung kontrak kerja kali ini berakhir tahun depan, kami harus bersiap job hunting lagi. Beberapa lowongan sudah mulai dibuka. Salah satunya lembaga penelitian astronomi terbesar se Jepang, NAOJ. Wow salary-nya fantastico, kontraknya 5 tahun pula. lumayan sih. Cuma aku paling ga mau kalau kerjanya rigid, ga flexible. Sekarang nyaman banget, izin tinggal izin untuk wfh. Anak lagi rewel atau harus jemput di sekolah cepet pun semua paham. Nggak ada tuntutan berat sebenernya, cuma kadang diri sendiri yang memberikan tuntutan itu. Kemudian besoknya, tanpa diminta tanpa usaha yang begimana kata suami sih ini jawaban Allah untuk menenangkan kita. ‘Hi Itsna-san, Can we talk a little bit. Ada tawaran dari Tohokudai untuk mempromosikan foreigner researcher jadi assistant professor. Saya ingin mengajukan kamu. Tidak ada additional duties, hanya salary saja sedikit bertambah. dan mungkin kamu perlu memberikan sedikit presentasi tentang keilmuan jika ada open campus dll. apakah kamu keberatan?’ what? assistant professor? ga pernah kebayang lah, meski cuma status sih ya. meski baru diajukan, terharu aja gitu. ‘Kalau tidak ada yang berubah, ngga ada alasan untuk saya untuk menolak dong? tapi saya khawatir untuk ke dépannya apakah boleh saya dari asprof daftar untuk postdoc lagi? sejujurnya saya tidak PD dengan kemampuan saya’ ‘Kenapa tidak PD? saya melihat 3 bulan ini kamu sangat layak sebagai peneliti. kamu bekerja jauh di atas ekpektasi saya’ (ini ekspektasi bapaknya memang kayanya sangat rendah ahhahah) ‘tapi kalau boleh tahu memang rencana kamu ke depannya gimana?’ ‘ah saya tahu kontrak saya akan segera habis, sehingga saya mulai mencari-cari opportunity. Saya lihat NAOJ dan KASI sudah buka, mungkin saya akan daftar. dan jsps juga sebentar lagi buka saya mau bersiap.’ ‘NAOJ cukup baik sih, salarynya competitive dan kontraknya 5 tahun. tapi apakah kamu benar ingin pindah?’ ‘Kalau boleh jujur saya sudah nyaman tinggal di sini. sulit bagi kami untuk pindah boyongan sekeluarga. jadi kalau saya berencana 2-3 tahun ke depan masih di Jepang setidaknya’ ‘Great! sebenarnya saya masih sangat ingin menghire kamu nantinya. Saya masih mengajukan propsal untuk itu. Meskipun kompetitif, tapi kalau sampai akhir bulan maret kamu belum dapat posisi yang kamu inginkan, saya dengan sangat senang hati jika kamu masih mau bergabung di sini’ ‘Sebentar, bapak yakin masih mau kerja sama saya yang serabutan begini? saya ibu rumah tangga, dan sering izin ini itu. banyak cuti juga. gapapa?’ ‘Berdasarkan pengalaman 3 bulan ini, saya sih sangat puas dengan kinerja kamu’ It’s a rare event di jepang ini buat dapat pujian. Sungguh, this is kinda my first time after 5 years doing research di sini. Tapi mungkin memang ini bapaknya sudah sangat foreigner friendly secara dia banyakan ngeriset di Luar Japan. Jadi kalimat itu sangat berharga buat aku, yang selama 5 tahun di sini dikikis percaya dirinya sampai habis sampai ke ujung anxiety dan angka depresi tinggi.   Bertahan di suatu tempat kerja untukku bukan lagi masalah gaji atau lonjakan karir. Aku hanya mencari tempat yang mau memfasilitasi rasa ingin tahuku, tanpa perlu buru-buru dan sangat toleran untukku yang berperan sebagai ibu rumah tangga juga. Saat ini aku pun tidak selalu harus datang 9-17 ke kampus. bahkan kayanya hampir setiap hari kurang dari itu, atau seminggu lah ada aja ngendon di rumah karena cucian menumpuk dan pasokan makanan menipis jadi harus siap2. karena weekend dipakai untuk main dan jalan-jalan sih hahahaha. Entahlah dibenarkan atau tidak, tapi kerja by research gini memang hanya dilihat progress, bukan jam kerja. makanya aku nyaman. ‘Bun kok bisa ya dia mau memperkerjakan kamu. Ya kalau niatnya bantu kamu atau kasihan masa segitu baiknya ya. Dia dapetin apa gitu dengan yang katanya ga berharap ada publikasi bahkan setahun ini. Secara dunianya kan kayak buat apa gitu ya’ ‘Aku juga ga paham. aku kalau jadi dia juga mikir2 kalau mau ngehire orang kayak aku. Makanya ga ada jawaban lain selain baiknya Allah sama kita. Ga ada usaha secuil pun buat dapetin posisi ini, bener-bener kayak hadiah’ Allah ga selalu balas apel dengan apel. misal kita usaha bersedekah 100rb, belum tentu balik 100rb dalam bentuk uang juga. Yang Maha tahu lebih tahu mana yang baik buat kita ya. Nah karena hadiahnya udah sampai tinggal kita bercermin, amalan mana yang perlu diperbaiki. kebermanfaatan apa yang masih bisa kita sebar. note to myself!!!
17 notes · View notes
hellopersimmonpie · 3 years
Text
Babling
I saw a little blue bird close by.
Flapping its wings slowly.
Even tough it was difficult at the beginning,
the bird flew high.
- Blue Bird - Ailee
Nggak kerasa udah tahun 2021.
Di inbox ada beberapa pertanyaan tentang gimana caranya milih jurusan kuliah. Ada beberapa cerita temen-temen yang lagi down banget. Saya nggak bisa balas satu-satu sih ^^ Itu di luar kapasitas saya.
Masalah milih jurusan, saya mungkin kerja di kampus. Tapi saya nggak faham gimana sistem masuk PTN sekarang. Saya kuliah udah 13 tahun lalu hhaa. Saya juga nggak menelusuri tentang minat dan bakat. So, sorry :D
Buat yang ngerasa hidup lagi stuck banget sampe ngerasa Allah nggak sayang, ada satu hal yang perlu kamu tahu, tanpa kamu berdoa pun, Allah akan mencukupi kebutuhan kamu. Sebesar apapun dosa kamu, kalau kamu memohon ampun, Allah pasti mengampuni. Hanya yang perlu kita ingat, tidak semua bagian dari takdir-Nya akan bisa kita terima begitu saja. Entah karena keterbatasan nalar kita dalam menangkap hikmah. Atau simply karena takdir tersebut terasa sakit.
Di saat-saat terendah hidup saya, saya sering berdoa agar akal sehat saya selalu dijaga. Agar kalaupun saya harus terpeleset karena hati yang kurang tawakkal, Allah membawa saya kembali ke jalan-Nya. Kita cuma manusia yang sudut pandangnya sangat sempit. Sementara Allah itu Maha Tahu.
Dalam surat Al Baqarah, malaikat yang sempat mempertanyakan penciptaan manusia pada akhirnya berkata:
Subhaanaka laa ‘ilma lanaa illaaa ma ‘allamtanaa. Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan. 
Maka setiap kali hal berat terjadi, saya berusaha memperlambat langkah dan terus memohon agar diajarkan hal-hal yang baik. Hanya itu. Allah tidak akan meninggalkan hamba. Kita yang kadang tidak tahu cara mendekatiNya.
Saya dulu sempat depresi. 
Banyak yang mengaitkan depresi karena kurangnya iman. Saya sebenarnya tidak merasa cukup beriman wkwk. Tapi kalau ditanya apa sudah ridho dengan banyak hal, jelas sudah ridho. 
Kok masih depresi?
Biasanya kalo kita nanyain sholat ke orang depresi, mereka bakal langsung sholat buanyak banget rakaatnya. Tapi ketika pertolongan Allah tidak terasa, mereka akhirnya give up.
Meanwhile ketika kita paham bahwa depresi adalah masalah kesehatan jiwa, kita akan paham ini bukan masalah Allah benci sama kita atau tidak. Ini masalah ikhtiar kita selain sholat dan doa. Apa? Ke dokter :))
Saya pas awal-awal sensitif banget kalo ditanya perkara mental health. Karena ujungnya bakal dibilang:
“Duh hal kayak gitu tuh ga bisa dideketin sama medis. Kamu deketin diri kamu ke Allah“
Biasanya kayak gini bakal saya jawab:
“Allah menyuruh manusia untuk berikhtiar dan menyerahkan semua pada ahlinya. Dokter dan psikolog itu punya seperangkat assesment yang insya Allah sudah teruji. Meskipun belum tentu menyembuhkan semua, tapi siapa tahu“
Kadang-kadang persistensi dalam hal ini diuji. Entah diagnosa bergeser. Entah insomnia yang bikin capek banget dan tetep susah diatasi walaupun udah pake obat. Dan seterusnya.
Di titik ini, saya semakin memahami bahwa dokter itu manusia. Sama seperti saya. Mereka bisa melakukan kesalahan. Tapi saya bisa membantu mereka dengan mengatakan banyak hal sejujurnya sampai mereka bisa mendiagnosa sebaik mungkin.
Ibu saya dulu didiagnosa kanker juga setelah beberapa bulan pindah-pindah rumah sakit. Diagnosa awal infeksi usus - usus buntu - tumor - kanker kolorektal stadium 4. 
Yang perlu kamu pahami, kamu hidup di dunia. Nggak ada yang sempurna dan ada kalanya semua harus kamu perjuangkan dari awal. Hidup juga ga selalu dimulai dari nol. Adakalanya dimulai dari minus hha. Saya biasanya melakukan coping mechanism dengan diam sejenak sampai pikiran tenang lalu berpikir hal paling kecil yang sanggup saya lakukan.
A low hanging fruit.
Saya melakukan semua hal dengan pelan, pilih yang paling mudah. Saya menutup mata pada hal-hal yang sudah tinggi. Sekalipun ada yang memancing untuk membandingkan, saya berusaha menutup mata dari itu. Hidup manusia itu beda-beda. Lagipula, nggak semua hal yang dimiliki orang lain itu benar-benar kita butuhkan.
Saya mungkin pernah cerita di sini. Tahun 2019 lalu, saya keluar dari kelompok kajian. Saya mungkin suka berdebat cuma buat hore-hore aja di dunia nyata wkwk. Tapi dalam hati saya, saya cukup tangguh mentoleransi perbedaan. Apalagi sekedar pilihan politik dan seterusnya.
Hal utama yang bikin saya mundur adalah karena saya ingin mengurangi sebanyak mungkin kegiatan dengan harapan pikiran saya bisa lebih tenang dan saya bisa berangsur-angsur pulih dari depresi. 
Kenapa saya perlu menyinggung ini?
Beberapa hari ini, di orbit saya berseliweran tulisan tentang bagaimana mengatasi orang-orang yang futur dan minggir dari jalan dakwah. Saya mengalaminya dua tahun lalu. Saya yang biasanya pakai rok, tiba-tiba pakai celana lagi hanya sekedar biar nggak diajak ke dakwah lagi. Setelah semua keramaian berhenti, saya balik lagi pakai rok karena udah lama banget pake rok jadi kalo pake celana pas nggak lagi olahraga, saya nggak nyaman :D
Setiap orang pasti punya alasan. Kenapa harus minggir. Kenapa harus berganti style. Kenapa sampai ada yang lepas jilbab. Semua punya alasan. Dan di balik setiap keputusan ekstrim, apapun itu (entah dari jilbaber terus lepas jilbab atau dari orang yang ga berjilbab jadi berjilbab lebar), pasti melalui suasana hati yang bergejolak. Kita perlu belajar memberi waktu kepada mereka untuk melalui masa itu.
Ketika saya memutuskan berhenti dari kajian, saya sebenarnya mengantisipasi bahwa hubungan saya sama temen-temen saya mungkin jadi canggung. Tapi sekalipun saya sudah mengantisipasi itu, saya masih sangat merasa nggak nyaman dan terpancing menulis semua kritik tentang mereka. Itu lumrah. Pun ketika teman-teman saya kaget dan mengeluarkan reaksi nggak nyaman, itu juga sangat lumrah. Nggak banyak orang yang sanggup bener-bener waras dan mengeluarkan sikap ideal di saat ekstrim.
Sayapun sempat menulis kritik di tumblr tapi akhirnya saya hapus semua dan beralih ke twitter yang followernya dikit banget dan orang-orangnya saya kenal semua. Butuh beberapa bulan bagi saya untuk mengatasi itu.
Hari ini, hubungan saya dan teman-teman berangsur membaik. Meskipun saya nggak bisa bergabung sama mereka lagi, kami tetep bisa bicara dengan santai.
Sebenarnya saya bukan menolak bergabung dengan kajian aja sih wkwk. Saya dari dulu tidak suka dengan keramaian. Jadi semua hal yang mengarah ke keramaian, saya tolak sementara waktu sampai saya punya tenaga lagi dan malah keterusan sampai sekarang. Tapi sekarang udah mending soalnya saya udah berani buka instagram :D
Dua tahun ini, saya benar-benar mengusahakan agar saya tidak sibuk. Biar bisa recovery. Alhamdulillah hari ini bisa dibilang saya sudah pulih dan menemukan lagi apa yang ingin saya kejar.
Ada masanya kita memanajemen waktu dengan membuang banyak kegiatan di to do list yang memang tidak sanggup kita lakukan. Ketika belajar hidup minimalis, ada satu hal yang baru saya sadari dan nggak terpikirkan sebelumnya. Hidup minimalis itu artinya merelakan banyak hal yang mungkin saja kamu suka banget tapi itu emang nggak sanggup kamu lakukan.
Saya keinget pas nulis to do list di kanban board trello. Ada banyak kegiatan yang masuk list priority. Temen saya bilang:
“De, kalo di priority itu isinya banyak list, itu artinya bukan priority lagi“
Saya semacam disadarkan bahwa manusia itu memang tidak boleh greedy. Akhirnya, saya melepas banyak hal dan memulai semua dari awal. 
Saya sejak kecil suka membaca, menulis dan belajar. Aktifitas kajian, organisasi dan seterusnya membuat saya sangat sibuk dan saya tidak punya banyak waktu untuk membaca. Setelah mengatur ulang hidup, saya mulai bisa menjalani kehidupan seperti masa kecil.
Pulang sekolah baca buku. Pulang dari ngaji ba’da maghrib, ngerjain soal dari buku. Dulu pas sekolah, saya suka ngerjain semua LKS di awal semester. Jadi pas semua LKS selesai, saya bisa ngelakuin hal lain hha. Dari dulu, hidup saya selalu sibuk sendiri dan jarang berteman.
Hal yang membedakan saya di masa kecil dan hari ini cuma satu sih. Pesen di messenger saya udah ada isinya. Udah ada bahasan selain kerjaan. 
Di tulisan ini, saya nggak ngajarin kalian keluar dari kajian wkwk. Nanti saya diomeli lagi sama ustadzah. Kalau kalian emang suka dengan organisasi, lakuin aja. Mungkin di situ kamu bisa berkembang.
Tapi ketika kamu memang tidak sanggup, cari kehidupan yang bikin kamu nyaman dan bisa bermanfaat buat orang lain. Jangan greedy dan jangan berpikir bahwa ada hal yang instan dalam hidup.
Tulisan ini agak ngalor ngidul ~XD
Saya sering banget ditanya orang-orang:
“Gimana membaca buku sampai selesai?“
“Gimana caranya nurunin berat badan 15 kg dalam 3 bulan?“
“Gimana bisa lulus masuk PTN lewat tes padahal nggak pernah les?“
Tiap kali saya jawab apa yang saya lakuin, reaksi yang nanya kadang malah bikin saya merasa bersalah karena sudah menjawab. 
Saya tidak membaca buku untuk selesai :D Saya cuma menyediakan waktu untuk membaca tanpa obsesi apapun. Alhamdulillah kalau buku yang saya baca bisa selesai. Seringnya, saya baca satu buku lebih dari satu kali karena kangen wkwk. 
Pun ketika ditanya gimana nurunin berat badan banyak? Jawabnya, saya juga ga terlalu terobsesi buat turun. Saya berusaha menikmati proses olahraga di gym dan makan-makanan sehat. Hari ini udah pandemi. Saya tetep makan sehat tapi ga defisit kalori dan olahraga ga sekeras di gym, akhirnya berat badan naik lagi. Cuman yaudah. Diusahain aja hidup sehat. Kalau pandemi selesai, insya Allah ngegym lagi soalnya kalau olahraga kardio optimal, kita punya stamina fisik yang bagus banget.
Gimana lulus PTN?
Ya karena saya ngerjain soal SPMB dua tahun setiap hari minimal 5 jam dan istiqomah wkwk. Makanya saya sampai hafal banget sama soalnya.
Kalo saya jawab jujur kayak gini, orang-orang selalu menjawab:
“Iya kamu pinter. Kamu bisa belajar mandiri“
“Iya kamu single. Jadi kamu punya waktu“
Dulu saya suka pengen bales dengan harsh:
“Emang pas kamu single, kamu bisa kayak saya?“
“Emang pas SMA, waktu belajar kamu sebanyak saya?“
Tapi saya diem wkwk. Ngapain banget deh random nyakitin hati orang. Mungkin dia juga ga berniat menyinggung. Cuman emang lagi ga bisa filter apa yang dibicarakan. So, kadang-kadang kalo ditanya hal kayak gini, saya mikir dulu:
“Jawab ga ya? Jawab ga ya?”
Semua itu butuh ikhtiar. 
Menggapai cita-cita itu bukan melulu tentang kegiatan yang terukur dan bertarget. Ada kalanya menggapai cita-cita itu tentang memupuk kebiasaan baik yang sederhana. 
Pas awal baca buku impor, saya tuh ga bisa mencerna dengan baik. Dalam satu hari, belum tentu selesai 3 halaman karena bahasa inggris saya buruk. Tapi pelan-pelan, kemampuan baca saya membaik.
Ketika memulai kebiasaan membaca, kamu ga harus baca buku sampai selesai. Istiqomah aja sediakan waktu untuk membaca.
Kalau baru memulai kebiasaan hidup sehat, kamu ga harus olahraga sampai kurus dulu. 
Kalau baru belajar ngoding, kamu ga harus mikir sampe bikin game kayak Pokemon Go. Kamu ga harus belajar sampai bisa semua hal. Kurangi dulu obsesi-obsesi kamu. 
Mulai dari hal yang sederhana seperti burung kecil yang mulai terbang. Di awal, semua kesulitan. Tapi nanti akan terbiasa. 
Kalau kita nggak greedy atas semua hal, kita akan punya insting untuk menyeleksi kegiatan apa saja yang memang sanggup kita lakukan dan tidak.
69 notes · View notes
jurigdiction · 4 years
Text
Another Year Another Stupidity
Aku disentil lagi. Kebodohan lain yang kupetik di tahun ini adalah aku hampir mempercayai lagi ada orang baik yang menggunakan gift-nya untuk membantu.
Tumblr media
Diajak berkali-kali untuk bergabung dengan iming-iming kelas kerupuk udang nasi uduk warung deket rumah sampe kelas Aligot dengan butter berkelas dan keju gruyere asli Swiss 🤤 *abaikan
Berulang kali juga aku selalu bercerita pada Aki 2. Memang Aki 2 ini ibarat reminder otak (Kalau mulai merasa sinting silahkan ngobrol dulu sama dia. Bisa lurus lagi nanti). Masih berusaha positif, walau makin lama kenapa aku seperti sedang chat dengan Viki? Kalian tau Viki macam apa yang kumaksud.
Penjelasannya makin lama makin ngawur. Makin kemana-mana. Berkali-kali juga aku menyelipkan ‘trap’ pertanyaan dan statements yang membuatku makin yakin : Ini orang ngawur. Butuh obat juga kayaknya. Apa semua memang begini? Makin tinggi makin ngawur?
Tidak bosan dia mengajakku bergabung menjadi ‘servant’; istilah dia menyebut muridnya. Beberapa minggu yang lalu muncul chat tiba-tiba yang berbunyi :
“menurutmu apa itu vcs”
Tumblr media
Ngalor ngidul pembicaraan kok ya jadi ke arah mana-mana? Cringe cringe ada sepeda bolak balik kunyanyikan dalam hati ketika membaca chat darinya yang intinya ingin menjadikanku servant yang bisa mengalihkan emosinya termasuk birahinya dengan segala alasan yang ndakik-ndakik. Termasuk menyelipkan 7 Deadly Sins yang tentu saja kutanggapi TIDAK secara implisit dan eksplisit.
I know i was too dumb to bought something that i think can change my life path. It wasn’t like i want to get promotion or asking so much money or even asking for a husband. I was too desperate because here, these people, using their position to bully me. i just want my peaceful day at office without anyone trying to put their nose on my job.
Dan beliau ini sampe menawarkan semua barang miliknya kalau aku jadi servant-nya. Termasuk untuk soal kerjaan.
Dude. Aku bukan gila harta dan jabatan. Aku akan meraihnya sendiri kalau itu. Aku hanya di titik terlemah seorang pegawai yang seenaknya dibola-bola kesana kemari oleh orang yang memiliki jabatan. Aku juga tidak menyakiti atau menyenggol orang lain. Aku hanya ingin posisiku kembali. Dikira aku akan mau gitu begitu di iming-imingi? Termasuk jadi sobat vcs?
Tumblr media
Aki 2 kuceritakan dan kutunjukkan chatnya soal ini dan langsung misuh-misuh.
Beberapa minggu berselang, grup customer ybs.
“Membuat alat AP”
Like, buat apa? Overcoming mental illness? Bukan AP. Cukup ke posisi theta aja. Itu ngga kemana mana. Bukan tidur, bukan mejik, cuma otakmu dibuat ke posisi tertentu (Theta bahkan Delta) yang bisa membuatmu menggali ingatan alam bawah sadar untuk pengobatan trauma atau semacamnya. Bahkan Psikiater ada yang memang dilatih namanya HIPNOTERAPI. Baca ya, HIPNOTERAPI. Berlisensi resmi. You really don’t need dukun atau alat bantu untuk melakukannya sendiri. Dari segi medis sudah ada dan SUDAH dilakukan bertahun-tahun. Tinggal booking appointment sama psikiater mu aja, ngga pala sampe harus membahayakan diri sendiri (walaupun garansi aman) dengan melakukan astral projection sendiri.
Please Please Please, i beg you all. kalau kalian memang butuh terapi untuk mental kalian. Silahkan ke terapis, ke ahli dalam bidangnya. Tak ada yang salah menemui seorang psikolog/psikiater. Jangan cari jalan pintas. Just don’t put yourself in danger.
Apa masnya belum belajar soal hipnoterapi? Atau sudah tau tapi mau membodohi customer yang memang rata-rata berisi orang malas literasi atau bagaimana? Cuma dia yang tau. Aku cuma perkedel. Tak ada sumbangsih apapun di dunia ini. Tak ada hal hebat yang bisa kuceritakan mengenai apa yang sudah ku lakukan untuk melindungi alam. Kerjaku cuma merepet. That’s all.
Aku mendeklarasikan ketidaksukaanku terhadap wacananya dan guess folks? Yep he was angy.Very angy.
Mode defensive. Typical.
Menanyaiku apa sumbangsihku sampe bisa mempertanyakan penemuannya.
“Coba ceritakan uda ngapain aja untuk menjaga alam?”
Mengatakan tidak mungkin ada kesalahan karena dia sudah memikirkan semuanya. Kuingatkan kalau TUHAN saja yang sudah sesempurna ini menciptakan dunia masih bisa disalahgunakan oleh manusia. Lah dia
Aku tak tahu semakin tinggi ilmu, semakin banyak pengetahuan, semakin besar dirimu ternyata membuatmu ANGKUH. Tidak menerima pendapat orang lain, kecemasan orang lain.
Sekali lagi. Jangan gunakan ego. Gunakan akal dalam mencerna apapun. Sehebat apapun kamu atau masa lalumu, masih manusia kan?
Tidak terima dan sakit hati katanya karena aku meragukannya. Memangnya dia Tuhan? Harus kuyakini? Yakin tidak akan membuat kesalahan? Yakin barangnya tidak akan membuat bencana? Kalau yakin silahkan. Toh ybs sangat hebat. Kalaupun ada masalah pasti sanggup menyelesaikannya.
Bukan tanpa sebab aku menentang memberikan akses orang-orang yang memang tak diberi akses. Mereka-mereka ini lah yang biasanya dengan seenaknya, sesuka hatinya membuat kerusakan disebelah. Kekuatan tak terkontrol, merasa hebat dan menyakiti makhluk disebelah dan pada akhirnya membahayakan dirinya sendiri. Bukan hal baru manusia seperti ini.
Aku terlalu banyak mencari masalah di dunia media sosial dengan orang orang berbau mistis dan esoteris. Kalau Dia yang satu tak melindungiku kurasa aku sudah jadi lontong sayur.
Intinya, jangan pernah percaya apapun, pada siapapun di internet. Its either you are the fool or them. Belajar yg bener aja yah manusia-manusia ajaib. Jangan banyak mau, jangan banyak tingkah. Live your life like how it should be.
Ps. Aku sudah tak pernah memakai gelang yang kubeli darinya. Biarlah jutaan yang kugelontorkan menjadi bukti ketololanku. Oiya gelang GA isi jin juga sudah tak ada dalam peganganku. Tau-tau hilang, aku betulan melongo. Kuyakin memasukkannya di pouch, tapi saat kucari (waktu itu sebenarnya mencari kartu inhealth ku) aku tidak menemukannya padahal semuanya ada disitu termasuk vessel naga. Singkat cerita masnya ternyata yang buang ngga bilang-bilang 🤡
Tumblr media
0 notes
whinaalestari · 7 years
Photo
Tumblr media
Teman baru :) Making a better world with them. In god we trust, others we investigate 😎. Fraud Investigation and Dispute Services team and Forensic Technology and Discovery Services team.
Sempet ditanya sama salah satu teman, “whin, lu kenapa pindah ke accounting firm? Mau jadi akuntan?”
Dan saya lagi2 cuma senyum aja.
Saya mungkin bukan orang yang ambisius untuk masuk firms besar di negeri ini. Saya hanya mengikuti skenario yg Allah berikan dan semoga berkah untuk saya. Let passion lead you to the “best” way. Engga banyak yang saya tau tentang nama firm yg masuk 4 big public accountant yang berpusat di London,UK dan USA ini setelah deloitte, KPMG, dan Pwc. Padahal temen saya bilang, ih whin aku dari dulu ngincer tau pengen jadi IT audit di sana. Ini kamu malah dimudahin banget prosesnya. Yaa, saya inget dulu pas tes tulis masuk sini khusus data analysis ngerancang ERD aja asal2an, hanya karena saya udah lupa maenan SQL. Di kantor lama udah disediakin sih datanya, jadi ibarat tinggal make aja tanpa main query2an. Tes IT umum masih bisa dilewatin karena hanya seputar masalah OS. IT Audit? Based on feeling aja. Sisanya tes inggris masih terasa mudah banget karena mirip TOEFL. Anehnya lagi, saya gak mengikuti alur sewajarnya alias interview dulu baru tes tulis. Ya, dulu ceritanya pengen tanya2 aja eh yasudah akhirnya terjebak dalam labirin.
Trus kenapa kamu mau di sana sih? Itu kan konsultan firm. Alasannya saya tidak punya alasan lagi untuk bertahan di perusahaan lama, satu pemahaman mengantarkan saya untuk keluar dari zona nyaman dan bergabung dengan mereka :) Simpel aja sih, karena public speaking saya ga bagus2 amat, jadi kesempatan bagus biar makin teratur kalo ngomong. Turunan dari ayah yang kalo ngejelasin konsep ke orang awam itu agak belibet. You have abundant idea but you don’t know how to tell it. Dari yang tadinya bodoh banget soal proses bisnis, sedikit demi sedikit mulai paham gimana rasanya jadi business analyst. Kebetulan mereka mau ngembangin bisnis mereka ke arah Data Science juga.
Singkatnya, Ga kepikiran juga mau masuk tim forensic technology yang kalau kalian pikir mungkin berhubungan sama identifikasi mayat dan berbagai tindakan kriminal lainnya. Enggak, ga cuma itu ko. Cyber security, criminal investigation, dan fraud detection adalah beberapa cakupan di dalamnya yang membuat saya tertantang ingin menajamkan daya analisa di bidang fraud/anomaly detection yg sampai sekarang algoritmanya belum terpecahkan secara general. Who knows, saya yang awalnya mau jadi UX Researcher ini tiba2 tersesat dalam label “Data-Savvy”.
Saya jadi teringat, dulu saya pernah konsul dengan pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi saya mengenai minor atau keahlian tambahan apa yang bisa saya ambil setelah major di comp science. Jadi di kampus saya ada sistem mayor-minor gitu. Alakhir dosen saya memberi masukan ke statistika terapan karena bidang ini juga erat banget sama CS. Entah atas skenarioNya, akhirnya bisa menyematkan embel2 statistika terapan di ijazah meskipun rasanya sampe sekarang belum pantes lah kalo disebut sebagai anak IT yang jago statistik. Jauh, jauuh.
Entahlah, CV saya kayak membentuk pola dengan posisi sebagai Data Analyst, Scientist, dan sekarang Data Associate khusus bagian Fraud. Padahal saya hobi ngedesain juga. Makanya orang2 heran, loh kukira kamu berprofesi as designer whin. Bener kok, data designer 😅. Sempet kepikiran pas S2 mau ambil Data Science. Atasan saya di kantor lama malah ngedukung banget kalo saya ambil ini. Yaa kalau untuk perempuan, job ini sexy sih memang. You are a part of comp scientist, a part of statiscian. Its Ok, DS jadi pilihan ke 2 kalau ga nemu kurikulum CS yang fleksibel nyomot2 selain software development dan Network. Selama 2 tahun riset kampus dan jurusan, saya akhirnya mantep milih CS lagi! Loh, kok? Iya tapi dengan spesialisasi bagian analisis data citra, suara, dan teks untuk ambil riset pattern recognition di bidang Agriculture. Kebetulan banget di Jerman ada kampus yang kulturnya mirip kampus lama. Salah satu kampus peraih nobel math. Risetnya mirip2 yang saya kerjain pas S1 di lab Comp Intelligence and Optimization. Melihat dan merecognize pola bagiku sangat menarik. Gak peduli meskipun jurusannya berat di programming. You have to strive to get the best for giving the best for “ummah”. Banyak cara kita untuk berkontribusi, salah satunya lewat bidang apa yang kita interest untuk digeluti ga peduli kamu harus berdarah2 ampe babak belur. InsyaAllah, next year kuliah! InsyaaAllah. Biarlah saya berkarya dan belajar lewat kerjaan dulu sampai nanti ketemu kesempatan untuk bisa memantapkan ilmunya. Seperti yang disampaikan direktur di foto ini ketika farewell Devi yang mau ambil M.phil di Aussie. Di usianya yg ke 22 ini, doi udah persiapan mau S3.
Anyway soal kerjaan, saya heran aja dari dulu lingkungan kerjaan saya selalu jadi minoritas dengan perempuan satu2nya di tim plus penampilan yang aneh satu2nya hehe. Saya hanya berhusnudzon semoga Allah berikan pertolongan untuk mewarnai lingkungan. “Mewarnai”, bukan terwarnai. Sebagaimana Hasan Al Banna berdakwah di Kafe. Saya mah masih jauh levelnya kalo dikomper dengan beliau, tapi gapapa kan ya karena kewajiban tiap muslim itu saling mengingatkan satu sama lain, fastabiqul khairat.
Pengennya mah, nanti abis ilmunya mumpuni mah saya pengen ngajar tapi ga mau terikat as pegawai maksudnya. Saya basisnya orang yang engga suka lembur dan melakukan kerjaan kantoran, lebih suka kerja di rumah. Sekarang mah dinikmatin aja, itung2 belajar mengelola waktu. Mimpinya sih mau kerja yang bisa remote, ngerjain hal2 yang masih berhubungan sama riset CS. Karena sekarang masih oon, yaudah gapapa dinikmatin aja waktu2 jadi kulinya 😅
All by all, itu aja curcolnya. Maap dan sekian~
2 notes · View notes
vaniatic · 5 years
Text
Part II
"Gue juga kehilangan lu. Lu doang yg bisa gue ajak bikin puisi berantai. Sama lu tuh otak gue jadi penuh kata-kata"
Kalau kalian sudah membaca "Setelah Sekian Lama Akhirnya Memberanikan Diri Mengirim Surat", ada baiknya kalian baca postingan ini juga. Ini adalah lanjutan. Sebenarnya tidak ada niat melanjutkan, tapi ternyata ada lanjutannya. Jika kalian tahu siapa, diam saja.
"Gue boleh mengatakan sesuatu di kisaran dibulan Oktober-November tahun 2014 gak? Tapi gue bilangnya sekarang. Ini cuma mewakili diri gue di bulan dan tahun segitu. Gak ada maksud lain. Supaya ini semua tuntas, walau aneh!"
"boleh. silahkan."
"Vania, aku sayang kamu. Tapi aku lebih sayang ibuku. Tapi aku tetap sayang kamu - Aku, 2014"
"Aku juga menyukai diriku yang menyukaimu pada saat itu - Vania, 2019"
Sebuah pengakuan janggal. Janggal? ya karena memang janggal. Bagiku.
Sebut saja, aku pernah dekat dengan seseorang di suatu masa. Biar aku yang tahu kapannya. Bermula ketika hidup mulai dengan tegas menempa aku yang masih kekanak-kanakan. Awal pendewasaanku adalah patah hati. Bagi orang lain mungkin itu biasa, bagiku segalanya sangat sulit disederhanakan.
Berada di lingkungan baru membuatku harus mengenal manusia-manusia asing. Menghafal setiap nama mereka dan tersenyum ketika berpapasan. Lazimnya begitu kan?
Dengan rasa malas, aku terpaksa harus menghadiri suatu pertemuan terkait tugas untuk sebuah acara. Kudapati mereka sedang duduk-duduk di hamparan rerumputan. Aku yang baru datang segera ikut bergabung.
Kelompok kami ditugaskan membuat sajak, merekamnya kemudian menyerahkan hasil videonya. Aku membaca berulang dalam hati bait-bait sajak yang ada di tanganku, bukan tulisanku tentunya, mereka memberikan ini agar aku membaca bagianku. Bagus juga.. gumamku saat itu.
"ini tulisan siapa?"
"dia"
Segera melirik ke seorang anak laki-laki. Berkulit putih, tidak terlalu banyak bicara dan sesekali tertawa. Saat itu dia mengenakan baju warna hitam dan kemeja flanel bermotif tartan. Jika aku tak salah ingat. Ini sudah lama sekali.
Tanpa berlama-lama, kami pun pulang. Di perjalanan menuju parkiran, aku beranikan diri menghampiri dia.
"lo suka baca buku?"
"gue sukanya cewek"
"kok lo nyebelin?"
Siapa sangka hari-hari setelah itu kami makin dekat. Jangan salah paham! bukan dekat yang bagaimana, dekat selayaknya teman. Aku bercerita sangat rinci tentang laki-laki yang sedang dekat denganku. Dia pun demikian, diceritakannya tentang sosok perempuan yang sedang dekat dengannya. Kami saling mendukung, saling menguatkan.
Dia tahu persis semua hal. Begitu pula ketika aku diperkenalkan dengan kehilangan. Dia menjadi pendengar dan sahabat yang baik, aku sangat merasa lengkap saat itu. Hampir semua hal kami ceritakan. Setiap malam, setiap hari. Melakukan segala hal bersama-sama. Berada di lingkup pertemanan yang sama. Kami sungguh dekat.
Beberapa orang mengatakan seharusnya kami lebih baik menjadi pasangan. Cocok katanya. Memiliki ketertarikan yang sama dan sama-sama enak dipandang (alasan paling tidak berkaitan dengan apapun).
Hampir setiap saat ketika kami saling berkirim surat, teman yang duduk sebelah kami bertanya.
"kalian kenapa sih nggak pacaran aja?"
"nggak tau. kita sahabatan sih"
"kalian kalo punya anak pasti cakep. soalnya emak bapaknya aja cakep".
Aku menoleh ke arahnya. Melihat sebentar ia yang sedang sibuk mencatat. Ya.. dia memang lumayan ternyata. Paling tampan malah di kelas. Aku selalu lambat menilai tampang seseorang yang dekat denganku. Sebab tampang menjadi tidak berarti ketika kita telah akrab dengan seseorang. Betul tidak?
Dini hari, ketika aku menyuruhmu membaca buku-buku feminis, tapi responmu terdengar sangat lugu:
"Iya sih, tapi lu jangan sampe gak nikah! Soalnya kalo lu nikah dan punya anak, anak lu gue yakin cantik (kalo anak lu cewek).. nah kalo lu ga nikah kasian orang cantik jadi berkurang"
hahahahahaha.
Percayalah, tapi aku pun tidak tahu sebab mengapa kita tak bisa bersama. Saat itu belum, tapi sekarang sudah.
"lo suka nggak sama dia?"
Pertanyaan ini sangat menguras pikiran. Lebih susah ketimbang menjawab soal-soal ujian mata kuliah Manajemen Pembangunan!
"nggak tau. kalau pun suka, kayaknya nggak bisa. dia aja udah sama orang lain. tapi kayaknya emang sebatas temen aja"
Sebab perasaanku untuknya selalu terlihat samar. Terlalu kabur untuk dieja. Terlalu dekat namun sulit untuk diraih. Perasaan itu menggantung. Kami terlalu dekat. Sekali lagi, kami sangat dekat. Aku tahu siapa perempuan yang ia kagumi. Aku tahu. Sama sekali tidak terbesit di pikiranku untuk melangkah ke kemungkinan-kemungkinan selanjutnya. Akan terasa sulit jika berusaha memulai memercikkan rasa dengan makna lebih. Memadamkan sebelum berkobar adalah pilihan terbaik. Aku tidak mau kehilangan sosok teman yang aku butuhkan.
Kita memang sempat tidak seakrab dulu. Melepaskan diri satu sama lain. Sebab sudah menulis romansa masing-masing. Romansa kita ternyata jauh lebih lucu dari apa yang dibayangkan. Jika kemarin aku tidak memberanikan diri mengirim surat, pasti kamu tidak akan mengatakan hal ini pada pukul setengah tiga pagi.
"Van, sesuai janji gue, malem ini gue mau sampaikan sesuatu ke elu. Walaupun ini (mungkin) gak penting, tapi gue harus tetap menyampaikan nya, karena bagi gue ini waktu yg tepat untuk menyampaikan hal itu. Gue harus sampaikan hal ini supaya gue gak punya beban perasaan masa lalu.
Jadi gini.. Jujur, dulu gue suka sama lu. Mungkin lebih dari suka. Apalah namanya itu, intinya gue punya rasa yg lebih dari sekedar teman atau sahabat ke lu. Kurun waktunya bisa dibilang ketika awal-awal kuliah hingga kita sering bikin sajak berantai. Tapi disaat itu gue nyadar diri, lu sedang mengagumi sosok dia dan gue pada waktu itu masih masa PDKT sama dia. Tapi namanya perasaan gak akan mungkin bisa dibohongin.
.... Dan entah kenapa perasaan itu terus tumbuh, gue selalu berusaha untuk nutup2in soal perasaan gue ke lu ke siapapun. Dan pada akhirnya perasaan itu lambat laun menghilang ketika gue pacaran sama dia, dan lu mulai deket dan pacaran sama dia
... Iya emang gue nyembuiin se-paripurna mungkin soal perasaan gue ke elu. Gue ga pernah cerita ke siapa pun ttg lu selain ke puisi samar-samar gue. Gue juga mengakui kalo gue gak ada pergerakan sedikitpun untuk menyatakan perasaan gue ke elu. Jujur, gue bener2 bimbang waktu itu soalnya gue udah terlanjur deket sama dia duluan..
Iya gue tau lu tipikal cewek kayak gini (gaksuka kode-kodean), makanya gue gamau kode ke elu. Gue main aman aja dan sebisa mungkin buat nutupin perasaan gue ke elu. Kalo misalkan waktu itu gue gak deket sama dia, mungkin akan berbeda....
... Kalo gasalah itu setelah atau pas hari ultah gue. Lu masih inget gak? Kalo gue masih inget jelas. Di perjalanan pulang dari lu ngebahas hal ttg kenyamanan. Ketika itu jawaban gue untuk menanggapi obrolan lu tuh sangat normatif, karena gue rancu yg lu maksud itu gue atau bukan. Tapi waktu itu perasaan gue amburadul gak karuan, dibilang seneng ya seneng bgt, tapi disatu sisi gue masih deket juga sama dia. Cuma bimbang yg gue rasa.
Masih inget puisi gue di Gunung Gede waktu itu? Puisinya ada di note yg udah ilang. Kalau gak salah judulnya "wanita berkerudung merah", atau bisa juga salah, soalnya gue udah lupa bgt. Intinya di puisi itu gue mengagumi seseorang perempuan. Jujur, sebenernya puisi itu untuk lu. Tapi gue ga berani bilang ke lu kalo puisi itu tertuju ke lu. Ketika gue ngasih tau puisinya ke lu pas di kelas, lu langsung bilang kalo puisi itu sangat romantis dan mengklaim puisi itu buat dia dan gue meng-iya-kan pernyataan lu. Itu adalah salah satu dari sekian kebohongan yg gue sembunyiin ke elu selama bertahun-tahun.
Perihal puisi berantai yg judulnya "Vania", disitu gue gak nganggap lu sebagai teman atau sahabat, tapi gue menganggap itu sebagai rasa cinta dan kekaguman gue ke elu. Itu dari perspektif gue.
...Ini dia yg bikin semua jadi ambigu. Mungkin maksud lu pengen curhat segala macam ke gue itu karena faktor gue selalu ada buat lu, tapi kan gue punya persepsi lain, dan gue kesel bgt akan hal seperti ini. Segala sesuatu nya jadi ngambang dan gak ada alur kejelasan....
Dan gue berharap dengan gue menceritakan semua hal ini hubungan persahabatan kita jangan jadi canggung. Lu harus tetap jadi Vania yg gue kenal, dan gue juga akan tetap jadi gue yg lu kenal. Tanpa ada sekat. Tanpa ada rasa canggung.
Tapi ketika lu sama dia, jujur gue seneng, soalnya lu udah dapet yg "pasti", ...dan karena gue tau lu bahagia sama dia, gue ingin menjauh dari lu (dalam artian kalo dulu gue pernah suka sama lu) supaya gue bisa belajar buat berdamai sama masa lalu."
Sebelumnya, aku ingin mengucapkan terimakasih telah memberikan aku jawaban mengapa kita tidak dapat bersama. Keraguan itu selalu meraja hingga langkahku berjalan ke arahmu selalu tercekat. Aku terlalu takut untuk bersama karena yakin itu tak kunjung ada. Terima kasih telah memberikan jawaban atas pertanyaan yang tak terjawab. Sekali pun harus menunggu bertahun-tahun lamanya. Maaf jika aku tidak pernah berupaya menawarkan kemungkinan-kemungkinan, sebab semua terasa tidak semestinya. Aku tidak pernah menyanggupi sesuatu diluar kesanggupanku.
Aku memang bodoh perihal isyarat. Sering tak menangkap maksud. Selalu luput dan tidak piawai.
"Entah mau ngetik apalagi....... gue dulu sayang sama lu van. Ah elah.. Lu nyadar gaksih kalo chatingan lu itu sebenarnya bikin gue bermaksud lain ttg persahabatan kita, apa emang itu mau lu pada waktu itu?"
Jawabannya sama. Aku tidak sadar.
Maaf atas ketidaksadaranku dan ketidakmengertianku akan banyak hal. Banyak hal-hal yang orang kira aku mengerti, padahal tidak.
Memang ada beberapa cerita yang tidak memiliki usai. Tapi... terimakasih kamu telah merampungkannya... dengan penuh kejutan tak terduga.
Mungkin ini adalah cara semesta mempertemukan kita kembali, menjadi sepasang teman baik tanpa ada yang berubah. Kita tidak perlu merasa saling kehilangan lagi.
0 notes
kemejaberkerah · 7 years
Text
Kita yang Sampaikan, Allah yang Selesaikan
Setiap pekan nya aku punya sebuah agenda rutin untuk mengisi pengajian kecil yang sebagian dari kita biasa kenal dengan kata Mentoring atau Liqo. Ini adalah salah satu kelompokku yang terdiri dari siswa kelas 12 dari salah satu SMA Negeri di Jakarta.
Dua pekan sebelumnya, salah seorang anak dari kelompok ini yang bernama Faiz tidak pernah hadir agenda rutin kami ini, dengan alasan bahwa tidak diizinkan lagi oleh orang tua nya untuk ikut agenda seperti ini lagi. Sejak 3 bulan yang lalu awal pertama kali Faiz mulai bergabung, ia memang kerap kali ditanyakan oleh Ayah nya terkait dengan agenda ini. 
Akhirnya, aku putuskan untuk mengadakan agenda kami dirumahnya sehingga ia bisa kembali berkumpul bersama kami sekaligus saya bersilaturahim dengan keluarganya seperti yang dilakukan oleh kakak mentorku dulu saat aku dilarang oleh ayahku untuk mengikuti kegiatan mentoring dulu. Dan Alhamdulillah ayahku sangat mendukungku hingga saat ini setelah kakak mentorku main ke rumah.
Biasanya mentoring kami lakukan pada hari kerja antara selasa, rabu atau kamis menyesuaikan dengan jadwal praktikumku yang berubah ubah (maklum anak teknik hehe), dan dilakukan sepulang sekolah di masjid sekolah, namun karena mulai awal januari lalu saya mulai kerja praktek jadi kami adakan setiap sabtu pagi.
Sabtu 28 Januari 2017 08.30 WIB
“Yak adik adik sekalian, mari kita awali pertemuan kita kali ini dengan lafadz ta’awuz, basmalah, dan sholawat nabi”
“A`udzu billahi minas-syaitanir-rajim”
“Bismillahirrahmanirrahim“
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad”
Saat mentoring sudah dimulai, tiba tiba ayah Faiz bersama dengan teman nya dengan seragam polisi lengkap datang menghampiri kami. Ayah Faiz adalah salah satu anggota POLRI yang pangkatnya tak perlu disebutkan sepertinya demi kemaslahatan bersama haha.
“Selamat pagi, kamu ini yang namanya Andy ya?”
“Selamat pagi pak, iya nama saya Andy pak”
“Kamu ini dari pesantren mana? kok tiba tiba bisa kenal sama anak saya”
“Oh saya bukan dari pesantren pak, saya lulusan SMA di Jakarta bukan lulusan dari pondok pesantren”
“Loh kamu bisa bisa nya ngajarin anak saya ngaji tapi kamu cuma lulusan SMA, emang kamu ngerti apa soal Islam?!” (Dengan suara yang sedikit lebih tinggi)
“Ayah kenapa sih nanya begitu sama kak Andy” (tiba tiba Faiz menimpali pertanyaan ayah nya dengan sedikit kesal)
“Iz, sudah sudah. Ayah kamu kan cuma nanya lagipula gabaik kamu bicara kaya gitu ke ayah kamu” (aku mencoba sedikit menenangkan faiz)
( Faiz ini orang nya sangat meledak ledak sejak dulu, namun percayalah ia adalah anak yang begitu baik sebenarnya, dan dia punya ghiroh yang begitu besar, pernah suatu ketika ia berani bilang ke guru nya yang bilang kebanyakan orang orang islam yang sok sok an bela islam itu munafik.
“Maaf pak guru, bapak kalo bisa bicaranya jangan kebanyakan bumbu ya pak, ga baik”
Sampai pada akhirnya ia dipanggil ke ruang guru karna dibilang melawan apa yang gurunya sampaikan haha )
“In shaa Allah saya paham pak walaupun tidak pintar pintar amat, karena saya pun masih belajar Islam hingga saat ini”
“Kalo begitu boleh saya dan teman saya ini mau tanya tanya sama kamu?”
“Iya boleh pak dan saya akan jawab jika saya tau, bapak silahkan duduk sini gabung dengan kita.”
“Kamu tau surat Al Kafirun tidak?”
“Iya pak saya tau alhamdulillah”
“kenapa orang islam sekarang merasa bahwa agama nya paling benar? kan kita tau bahwa ada arti di surat al kafirun bahwa bagiku agamaku bagimu agamamu. Jadi karna itu gaboleh kita menganggap agama kita paling benar karna di negeri ini juga ada Pancasila”
“saya izin jawab ya pak, jika ditanya boleh atau tidak menganggap bahwa Islam adalah agama yang paling benar? jawabannya bukan boleh atau tidak tapi harus menganggap islam yang benar dan yang lain salah. Karena kebenaran itu tidak bersifat relatif, tapi mutlak”
“Loh, berarti kamu bilang kalo agama kamu benar dan agama saya salah gitu?” (Tiba tiba teman yang berada disamping bapak tersebut memotong pembicaraan kami, namanya pak yohanes)
“Kenapa harus begitu? lagipula agama yang bukan islam pun mengajarkan yang baik juga kok bukan cuma islam saja yang baik” ayah faiz menambahkan
“intinya mas, jangan pernah bilang kalo agama islam itu paling benar, saya selalu menghormati agama lain dan menganggap bahwa agama yang selain saya anut juga benar” tukas pak yohanes dengan pelan khas orang jawa.
“Punten pak, jika sekiranya bapak bilang bahwa semua agama itu benar, kenapa bapak tidak ikut kami saja masuk agama islam? kan semua nya benar dan pasti tidak masalah jika masuk agama manapun toh semua sama”
Ia terdiam seperti terlihat memikirkan sesuatu
“Tapi kan mas, di Indonesia ini  ada Pancasila yang harus kita junjung tinggi, jangan semena mena bilang bahwa Islam itu yang paling benar, itu sama saja bikin perpecahan nantinya” ayah faiz mencoba menambahkan
“Punten pak, saya izin menjawab. Apakah dalam Pancasila dikatakan bahwa semua agama itu sama? sayangnya tidak, Pancasila disini hakikatnya hanya untuk membuat semua orang di Indonesia ini memiliki kebebasan dalam beragama sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut, dan tidak untuk menyamakan kesemua nya. Begitu pak menurut saya :)”
“Kamu dari FPI ya?” Pak Yohanes tiba tiba menunjuk wajahku dengan suara agak tinggi
“Maaf pak jika memang sebelumnya ucapan saya kurang berkenan, saya bukan anggota FPI pak” aku coba menenangkan kondisi pembicaraan yang mulai panas
“Tapi pola pikir kamu kaya orang orang FPI itu, mentang mentang yang islam banyak, dan yang non muslim sedikit jadi semena mena begitu. Gaboleh ngucapin natal padahal dulu pas lagi lebaran orang orang non muslim kaya saya pun ngucapin selamat lebaran ke kalian. Ga ada toleransi nya sama sekali sama agama lain”
*Pegel juga ya nulis conversation gini, berasa kaya bikin laporan kerja praktek haha tapi kalo ditunda tunda takut keburu lupa gan*
“Pak yohanes, mohon maaf. Jika memang pada akhirnya bapak merasa kami orang orang islam tidak toleran, tapi akan saya jelaskan satu hal, kami sebagai seorang muslim tidak diperbolehkan untuk mengucapkan itu, itu perintah nabi yang mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Walaupun kami tidak mengucapkan selamat natal kepada yang merayakan pun kami tetap menjaga umat kristiani yang merayakan supaya merasa nyaman tanpa gangguan”
“Meski begitu namanya ga adil ke kita yang non muslim yang serasa tidak dihargai”
“akan saya berikan sebuah ilustrasi sederhana ya pak tentang adil, bapak punya anak berapa?”
“Saya punya anak 2″
“Kedua nya sudah kelas berapa pak?”
“Yang pertama kuliah di FISIP UI semester 6, yang kedua SMP kelas 3 di SMP 41″
“Wah satu kampus sama saya ya pak yang pertama hehe” sedikit menenangkan pembicaraan utama
“Wah kamu memang di jurusan apa?”
“Saya jurusan Teknik Elektro pak, semester 8 sekarang, satu tahun diatas anak bapak. Saya mau tanya,apa bapak kasih uang saku yang sama besar nya ke kedua anak bapak?”
“Ya engga lah mas, kan anak saya yang besar kebutuhan nya lebih banyak, untuk fotocopi dll, karena dia bilang banyak banget tugasnya”
“Nah begitu pula adil pak, adil bukan berarti menyamakan semua nya agar sama, namun memberikan semuanya sesuai dengan kebutuhan nya masing masing. Begitu pula dengan apa yang kita bicarakan barusan, dalam agama bapak tidak dilarang untuk mengucapkan selamat lebaran kepada umat islam, namun saya dan umat islam yang lain tidak diperbolehkan, jika kami lakukan maka kami akan berdosa. Apa bapak rela memberikan anak pertama bapak uang saku yang sama dengan anak bapak yang pertama? dan membiarkan anak pertama bapak kelaparan di kampus? Apakah itu yang namanya adil dan toleransi jika merugikan dan membuat penganut nya tidak menjalankan perintah agama nya dengan baik hanya untuk menyenangkan hati orang lain? maaf jika kurang berkenan ya pak”
 Raut muka pak yohanes mulai sedikit tenang, dan senyum di wajah nya mulai kembali setelah sedari tadi selalu mengerutkan dahi saat mendengar jawaban pertamaku ke ayah Faiz
 “Saya mau nanya satu lagi ya mas andy, sebelum saya pulang”
“Ya silahkan pak, jika memang saya tau akan saya jawab”
“apa kamu setuju dengan penerapan syariat islam di Indonesia?”
“Saya setuju pak“
“Apa alasannya? jika misalnya diterapkan hukum syariat di Indonesia kami yang non muslim mau ditaroh mana? di taroh di laut?”
“Oalah pak,laut juga enak kok pak banyak ikan haha. gini pak, saya coba jawab ya, dengan kita menerapkan hukum syariat islam di Indonesia, bukan berarti semua orang non muslim yang minoritas akan kita buang dari Indonesia. Menurut saya penerapan hukum syariat islam di Indonesia akan menjadikan semua umat islam yang mayoritas di Indonesia menjadi umat yang baik, kalo umat islam yang mayoritas nya baik yang minoritas pun akan merasakan kebaikan nya juga kan? tidak akan merasa tertindas sama sekali. Semisal yang bapak liat sebagai umat islam mayoritas seperti yang suka comment berkicau tidak jelas di facebook dengan mengatakan sumpah serapah terkait dengan apa apa yang terjadi saat ini, iya benar itu mayoritas umat islam saat ini. Apa bapak suka dengan tingkah yang seperti itu?”
“Ya enggalah mas andy, suka kesel saya dengernya. apalagi yang tentang panti narkoba yang nyiksa untuk masuk kristen, langsung di caci maki agama saya, padahal tidak semua nya seperti itu“
“Nah, in shaa Allah jika syariat islam diterapkan akan semakin baik umat islam yang mayoritas itu, dan mudah mudahan akan semakin berkurang orang orang yang seperti itu. begitu pak kira kira menurut saya”
Pak yohanes tertawa kecil kemudian mengambil hp nya dari saku celana nya
“Mas andy, boleh saya minta kontak whatsapp nya? buat ngobrol ngobrol lagi, karna saya harus pulang sekarang, mau jalan jalan sama istri saya”
 Kemudian kita bertukar nomor, dan setelah menyalami kami dan pak Faiz serta berpamitan pada ibu Faiz yang sedang memasak di dapur akhirnya dia pulang.
 “Mas andy, apa tanggapan nya tentang FPI yang suka merusak dan main hakim sendiri, setuju atau tidak?
“Saya tidak bisa berkata bahwa saya setuju atau tidak terkait dengan apa yang teman teman FPI lakukan”
“Loh kok begitu?”
“Karena saya tidak berada di tempat itu pada saat kejadian terjadi dan tidak tau kondisi disana seperti apa, hanya dengar dari orang orang yang berada disana saat FPI ada”
“Ya mas bisa liat aja di media mereka seperti apa, suka ngerusak rusak tempat umum”
“Saya dengar dari tetangga yang beberapa waktu lalu pindah ke kontrakan depan rumah saya, dia pindah dari kramat tunggak, dia beberapa tahun lalu sebelum mereka berpindah pindah kontrakan ke mampang dan akhirnya ke daerah kontrakan dekat rumah saya. Ia ceritakan apa yang dia alami disana, dia tak pernah bisa berhenti untuk khawatir dekat anak anaknya, bayangkan bahwa bapak dan keluarga bapak tinggal disana, tinggal di daerah prostitusi, bagaimana bapak bisa mendidik anak bapak dengan baik jika tidak memiliki lingkungan yang baik?”
“Ya saya cuma perlu pindah dari sana saja”
“Jika tidak punya uang? mereka harus pindah kemana?
Ia terdiam
“Pak, warga daerah sana sempat melapor ke polisi setempat untuk menertibkan kegiatan tersebut, namun tak di gubris padahal kantor polisi hanya sekitar 500 meter dari tempat itu. Lapor ke pemerintah daerah? pemerintah daerah hanya bilang, ‘ah itu kan memang sudah dari lama disana, kalian saja yang pindah dari sana jika tidak betah’. Jika bapak berada dalam kondisi tersebut apa yang akan bapak lakukan?”
Ia terdiam
“Oleh karna itu wajarkah jika warga daerah tersebut lapor pada FPI untuk melakukan penertiban?”
“Iya sih mas”
“Dan mereka melakukan itu pun ada dalil nya pak, tapi benar atau tidak tindakannya? jika bapak menyalahkan caranya mereka melakukan itu, saya juga tidak bisa begitu saja setuju, karena mungkin disaat saya yang berada di posisi FPI saya bisa saja melakukan perbuatan yang sama karena mungkin sudah stress bagaimana lingkungan ini bisa bersih dari ini semua disaat semua nya tidak mau nolong. Mungkin jika bapak tidak setuju dengan itu, bisa kita carikan solusinya sama sama, dan kurangi cibiran cibiran yang tidak perlu“
“Iya sih mas, saya juga belum kepikiran solusinya seperti apa.  Mas andy milih gubernur nya siapa nanti tanggal 15?”
“Lah kok tiba tiba jadi Pilkada?Gubernur banten pak? gatau saya bukan KTP Banten” (ngelawak dikit lah biar ga tegang tegang amat ama si bapak)
“Ya gubernur DKI lah mas”
“Oh saya pilih anies sandi pak, bapak bukannya tidak boleh milih ya?”
“Iya saya memang gabisa milih tapi saya mau tau saja mas mau pilih siapa buat pilkada besok”
“Kalo bapak dukung siapa nih kira kira?”
“Saya mah dukungnya pak ahok pak, soalnya dia tegas dan bersih, ya walaupun non muslim”
“Oalah mantap lah pak kalo sudah punya pilihan walaupun bapak gabisa milih hehe”
“Trus mas ikut ikut ga dengan organisasi organisasi yang suka ngebom itu?
“Alhamdulillah tidak pak”
“Lalu mas setuju ga dengan aksi terorisme yang sering nge bom itu?”
“Saya mengilustrasikannya seperti ini, syaitan bertugas untuk menggoda manusia menuju jalan yang di murkai Allah, dan yang pada akhirnya akan menjerumuskan manusia yang tergoda ke dalam neraka yang pedih bersama dengan mereka. Sekiranya yang di bom tersebut adalah tempat tempat maksiat, dan semua orang yang ada di tempat tersebut semua nya tewas, dari mulai yang punya tempat, yang melakukan, orang yang Cuma numpang lewat, sampai mungkin kucing yang lagi cari makan disekitar situ akan mati. Dan otomatis orang yang punya tempat dan orang yang melakukan maksiat di tempat tersebut akan mati sebelum mereka sempat bertaubat. Dan otomatis itu malah akan membantu syaitan bukan? Tugas kita kan menyelamatkan manusia untuk bersama menuju ke ridhoan Allah, jika kita melakukan pengeboman walau dengan pembenaran untuk mengurangi kemaksiatan apa bedanya kita dengan syaitan? Begitu kira kira pak, jadi saya tidak setuju dengan hal tsb”
“Oo gitu ya mas andy, iya sih bener juga. Awalnya saya takut si Faiz ikut pengajian ini nantinya malah diarahkan ke arah terorisme atau ke arah islam yang ke arah politik politik kaya zaman sekarang”
Senyumin aja gan...
“Yah, tolong anterin mama ke alfamart depan dong” tiba tiba suara ibu Faiz yang datang dari ruang tengah menuju ruang tamu tempat kami ngobrol.
“Yasudah mas andy, saya mau ganti baju dan anterin istri saya dulu ke depan, silahkan dilanjutkan saja ngaji nya sama anak anak”
“Oh iya pak terima kasih”
Akhirnya Pak Faiz pergi dengan Bu Faiz setelah berpamitan dengan kami.
 “Kak Andy, udah jam 10 kurang 10 menit nih, kan jadwalnya kita hari ini sampai jam 10 aja, soalnya saya mau les kak jam 10” tiba tiba david (salah satu anak dari kelompok kami) bertanya
“Yasudah untuk pertemuan kali ini kita cukupkan saja ya”
“Materi tentang hamzah bin abdul muthalib nya gajadi kak berarti hari ini?”
“kita jadikan buat pekan depan saja ya, untuk hari ini kita cukupkan saja, sebelum ditutup saya punya satu pesan buat kalian”
“Bertakwalah kalian dengan sebenar benar taqwa, jangan lupa target ibadahnya, dan jangan lupa bahagia” (jawab mereka secara kompak dan bersamaan)
“haha kalian udah hafal ya saya mau ngomong apa, tapi ada tambahan sedikit ya buat hari ini”
“hahaha iyalah tiap selesai kak andy selalu bilang gitu ampe hafal kita, apaan kak?”
“Jauhilah debat dengan orang jika itu tidak terlalu penting, jika pada akhirnya harus berdebat, debatlah lawan bicara kalian dengan cara yang ahsan, jaga terus hati kalian, dan jangan sampai kalian menjadi bernafsu untuk menang bukan untuk benar. Karena sebagian besar orang saat ini melakukan hal tersebut bukan untuk mencari kebenaran, namun hanya untuk kepuasan mendapatkan kemenangan dari pengakuan lawan bicaranya. Bila demikian, tidak ada yang akan kalian dapatkan selain kemurkaan Allah. Semoga Allah melindungi kita dari hal demikian”
“Kalo misalnya kita udah ngasih tau tapi yang kita kasih tau tetep gamau nerima gimana?”
“Biarkan saja, tugas kita hanya menyampaikan, biar Allah yang selesaikan sisanya :)”
“Kalo misalnya kita ditanya tapi kita ga tau gimana kak?” salah satu dari mereka menimpali
“Bilang aja gatau susah amat” kemudian yang lain menjawab dengan suara agak kesal karna sudah kebelet mau pulang
“Jika memang kalian tidak tau jawabannya, bilang saja tidak tau, karena kalian tidak akan jatuh terhina dan kehilangan kemuliaan disaat kalian tidak tau terkait satu dan lain hal yang ditanyakan kepada kalian, jika memang tidak tau chat aja di whatsapp grup kita, nanti saya bales kalo misalnya saya tau”
“Halah, kak andy aja jawab whatsapp 2 hari setelahnya gimana kita mau nanya” jawab mereka agak meledek haha
“Ya namanya juga hidup gan haha, yasudah kita akhiri dengan lafadz hamdalah, dan doa penutup majelis”
Setelah selesai, semua nya memacu kendaraan nya dan jalan pulang. Hanya tersisa aku dan Faiz di depan teras rumahnya. Tiba tiba ada seorang akhwat masuk mengucapkan salam pada kami dan langsung masuk ke dalam rumah.
“Assalamu’alaykum”
“Wa’alaykumussalam” aku dan Faiz menjawab secara bersamaan
“itu siapa iz?”
“oh itu kakak saya kak abis pulang mentoring juga di masjid depan”
“oalah kakak kamu ikut mentoring juga? Alhamdulillah”
“Iya kak, saya aja awalnya pengen ikut mentoring begini karna kakak saya, bahkan dia yang buat ayah saya yang dulu jarang sholat, sekarang jadi rajin sholat 5 waktunya”
“Wih mantap ya haha”
“Ya walaupun dulu dia sempet dilarang sama ayah saya ikut pengajian kaya gini, tapi lama kelamaan karena kakak saya berubah jadi anak baik baik dan suka bantu bantu pekerjaan rumah dan nilai di sekolah nya bagus dan masuk kuliah yang bagus, akhirnya ayah saya luluh juga dan jadi baik banget sama kakak saya dan nurut apa yang kakak saya bilang. Padahal dulu kakak saya sampe nangis gara gara gaboleh pake jilbab panjang dan ikut pengajian itu. Tapi Alhamdulillah lah kak sekarang”
 Akhirnya perbincangan kami berlanjut ke pertanyaan seputar STEI ITB yang diimpikan oleh Faiz sejak dulu. Dan akhirnya setelah ngobrol extra time nya sekitar 30 menit akhirnya aku pamit pulang.
 Sekian.
 Serpong, 30 Januari 2017 22.34 WIB
*Akhirnya kelar gan haha*
5 notes · View notes