Text
Anda Pasti Benar!
Di waktu syuruq, Rasulullah ﷺ duduk termenung di depan Ka’bah mencoba merenungi kejadian luar biasa yang telah beliau alami saat perjalanan Isra’ dan Mi’raj semalam.
“Ya Muhammad, kenapa engkau duduk termenung sebagaimana orang kebingungan?” ucap Abu Jahal saat melihat Rasulullah duduk termenung di depan Ka’bah.
Dengan hikmah Allah, Rasulullah ﷺ sampaikan dengan polosnya kepada Abu Jahal apa yang beliau alami semalam.
“Semalam datang kepadaku Malaikat bernama JIbril membawa kuda bersayap bernama Buraq. Aku naik diatasnya, Aku tiba di Palestina, turun di Masjid Aqsha, Aku shalat mengimami para nabi-nabi, kemudian Aku kembali naik ke Buraq dan Mi’raj ke langit. Aku diperlihatkan kenikmatan syurga dan siksaan di neraka. Kemudian di langit pertama Aku bertemu dengan Adam as, di langit kedua bertemu dengan Isa as dan Yahya as, di langit ketiga bertemu dengan Idris as, di langit keempat bertemu dengan Yusuf as, langit kelima bertemu dengan Harun a.s, langit keenam bertemu dengan Musa as, dan di langit ketujuh Aku bertemu dengan Ibrahim as. Setelah naik ke atas Arsy’ milik Allah dan mendapatkan perintah shalat, aku turun kembali ke Palestina, dan kembali ke Mekkah” jelas Rasulullah ﷺ kepada Abu Jahal
“Ya Muhammad, kau mampu menempuh perjalanan Mekkah Palestina yang kami tempuh dalam waktu dua bulan dengan kuda dan orang terbaik kami, dalam waktu satu malam?” tanya Abu Jahal dengan masih diliputi kebingungan dan rasa tidak percaya,
“Iya!” jawab Rasulullah ﷺ dengan meyakinkan
“Ya Muhammad, jika aku memanggil seluruh masyarakat Mekkah untuk mendengarkanmu, apakah kamu mau menceritakannya kepada mereka?” ucap Abu Jahal dengan penuh semangat
“Iya, tentu saja” jawab Rasulullah ﷺ
Kemudian Abu Jahal memegang tangan Rasulullah ﷺ seraya membawa Rasulullah ﷺ bersamanya naik ke atas Bukit Abi Qubais, sambil berharap masyarakat Mekkah yang telah beriman meninggalkan Rasulullah ﷺ karena cerita yang menurutnya dusta dan tidak masuk akal itu.
Saat Rasulullah ﷺ dan Abu Jahal berdiri di atas bukit Abi Qubais, para masyarakat terheran-heran karena baru di hari itu Rasulullah ﷺ orang terpercaya Mekkah dan Abu Jahal sang kepala suku quraisy berdiri bersama di atas sana. Orang-orang kafir berkumpul karena ada Abu Jahal, dan orang-orang yang telah beriman berkumpul karena keberadaan Rasulullah ﷺ .
“Wahai masyarakat Mekkah, dengarkan baik-baik apa yang ingin disampaikan Muhammad” ucap Abu Jahal dengan suara lantang
Kemudian dengan polosnya Rasulullah ﷺ menceritakan dengan detail setiap kejadian yang beliau alami semalam. Bertemu dengan Jibril, menaiki kuda terbang, pergi ke Palestina, naik ke langit lalu kembali ke Mekkah dalam waktu satu malam.
Setelah Rasulullah ﷺ selesai menceritakan setiap detail kejadiannya, maka orang-orang yang kafir bertambah kufur dan orang-orang yang telah beriman mulai mempertanyakan kebenaran cerita yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ
Melihat tanggapan rakyat Mekkah, Abu Jahal pergi menuruni bukit dengan wajah gembira dan tertawa puas seraya berkata “Agama Muhammad sudah habis, Muhammad mengarang cerita dusta”. Setelah itu, Abu Jahal menemui para sahabatnya di Darun Nadwah seraya menceritakan dengan detail apa yang telah Rasulullah sampaikan kepadanya.
“Wahai sahabatku, ada satu orang yang jika orang ini mampu kita goyahkan keyakinannya, maka agama Muhammad akan benar benar habis” ucap Abu Jahal
“Siapa itu wahai Abu Hakam* (panggilan masyarakat Mekkah kpd Abu Jahal)?”
“Abu Bakar! Ayo kita cari Abu Bakar” ucap Abu Jahal seraya mengajak para sahabatnya menuju kebun kurma milik Abu Bakar di pinggir kota Mekkah
Sesampainya di kebun Kurma milik Abu Bakar, Abu Jahal beserta para sahabatnya memanggil Abu Bakar dengan sedikit berteriak.
“Wahai Abu Bakar, keluarlah. Abu Bakar keluar”
“Ada apa wahai Abu Jahal” jawab Abu Bakar
“Sahabatmu Muhammad gila, dia sudah mengarang cerita dusta! (begini, begini, dan begini)” jelas Abu Jahal
“Apakah benar yang kau katakan itu wahai Abu Jahal?” tanya Abu Bakar
“Iya, tentu saja. Kami mendengarkan ini langsung dari Muhammad” ucap Abu Jahal
Dengan penuh percaya diri Abu Bakar menjawab,
“Ya Quraisy, Muhammad mengaku turun wahyu dari langit kepadanya dan aku percaya. Lalu apa bedanya dengan dia naik ke atas langit? Sama saja! Tidak akan menggoyahkan kepercayaan saya kepada Muhammad” jelas Abu Bakar
“Ya Quraisy, ketahuilah jika di depan saya ada tembok berwarna putih, namun Muhammad mengatakan bahwa itu hitam. Maka saya akan bohongkan mata saya dan saya akan bilang bahwa itu adalah tembok berwarna hitam” tambah Abu Bakar
Masyarakat Quraisy yang mendengarkan jawaban Abu Bakar terdiam dan merasa tidak mampu menggoyahkan kepercayaannya terhadap Rasulullah ﷺ
“Dimana Muhammad?” tanya Abu Bakar
“Di atas bukit Abi Qubais dikerumuni oleh orang orang Mekkah” jawab salah satu dari mereka
Kemudian Abu Bakar ra berjalan menuju ke Bukit Abi Qubais. Sesampainya disana, beliau berteriak dengan keras.
“Ya Rasulullah, ya Rasulullah!” teriak Abu Bakar
Rasulullah ﷺ tersenyum melihat kedatangan Abu Bakar.
“Ya Rasulullah, Aku mendengar dari Abu Jahal bahwasanya Anda begini, begini, dan begini” ucap Abu Bakar menceritakan apa yang didengarnya dari Abu Jahal seraya berjalan mendekati Rasulullah.
“Apakah itu benar ya Rasulullah?”
“Ya, itu benar ya Abu Bakar”
“Anda Pasti Benar! ”
Mendengar itu para sahabat yang telah beriman yang semula ragu, kembali mempercayai apa yang Rasulullah sampaikan tentang Isra’ dan Mi’raj.
“Ya Rasulullah, Aku punya permintaan ya Rasulullah” Ucap Abu Bakar
“Silahkan ya Abu Bakar” jawab Rasulullah ﷺ
“Seluruh orang di Mekkah tau bahwa Anda belum pernah sekalipun pergi ke Palestina, maukah Anda ceritakan kepada kami tentang Palestina ya Rasulullah? Agar masyarakat Mekkah percaya kepadamu?” tanya Abu Bakar
“Tentu ya Abu Bakar” ucap Rasulullah ﷺ
“Wahai kalian pimpinan dan kepala-kepala suku Quraisy, semua orang mengetahui bahwa kalian seringkali pergi ke Palestina dan pasti kalian telah hafal tentang keadaan Palestina. Maka dengarkanlah, Muhammad akan menceritakan kepada kalian tentang Palestina” jelas Abu Bakar
“Jika Muhammad menceritakan Palestina persis sebagaimana yang kalian tau, maka kalian harus mengatakan bahwa itu benar. Jika ada satu saja yang tidak sesuai, maka kalian punya hak untuk mendustakannya. Apa kalian setuju?” tantang Abu Bakar
“Ya kami setuju!” balas para kepala suku Quraisy
“Silahkan ya Rasulullah” ucap Abu Bakar
Dalam hadist Bukhori, Rasulullah ﷺ bersabda bahwasanya Allah membukakan kepada beliau gambaran tentang Palestina di depan matanya saat beliau menjelaskan kepada orang-orang Mekkah kala itu. Beliau menjelaskan kepada orang-orang Mekkah tentang pintu gerbangnya, jalan-jalannya, pasar-pasarnya, bahkan beliau mampu menghitungkan kepada mereka jumlah tiang di masjid Aqsha. dan Subhanallah, setiap kali Rasulullah ﷺ menyebutkan tentang ciri-ciri Palestina dan Masjid Aqsha, maka para kepala suku Quraisy tidak mengatakan apapun kecuali,
“Muhammad benar, Muhammad benar, Muhammad benar”
Dengan hikmah Allah, karena kejadian itu seluruh masyarakat Mekkah mempercayai kejadian Isra’ dan Mi’raj yang dialami oleh Rasulullah ﷺ
“Ya Allah kami bersholawat untuk Nabi kami Muhammad ﷺ serta memohon keridhaanMu untuk para sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ yang mereka ridho kepadaMu dan Engkaupun ridha kepada mereka”
Wallahu A’lam
Semoga Bermanfaat
Tokyo, 11 Maret 2021
14.27 WIB
Andy Prakoso
9 notes
·
View notes
Text
Itu Cinta
Cinta itu layaknya udara. Dia tak mampu nampak dalam bentuk yang jelas dan solid, namun keberadaannya mampu dirasakan sepenuhnya. Cinta tidak melulu soal suka, Ia tidak melulu soal hasrat pada lawan jenis, hanya saja kini cinta seringkali dimaknai hanya tentang hal hal romantis, padahal ia lebih daripada itu. Cinta tidak sesederhana dan sesempit saat ia mengatakan padamu “Aku Mencintaimu”. Cinta semacam itu hanyalah sebagian kecil dari bentuk cinta yang ada..
Saat Ibu mengandung dan melahirkanmu, saat ia melihat wajah kecilmu pada kali pertama dan berucap “selamat datang anakku”, Itu Cinta.
Saat ayahmu bersedia menahan lelah dan kantuknya setiap hari, dan mengulanginya di setiap hari sepanjang hidupnya hanya demi sesuap nasi untukmu, itu Cinta..
Saat istrimu memilih rela tidak tidur hanya untuk menunggumu pulang, memasak untukmu, menjaga dan mendidik anak anakmu, itu Cinta..
Saat suamimu bersedia menggantikan ayahmu untuk menghidupimu dengan nafkah yang halal dan thoyyib, menggaulimu dengan baik dan halus, itu Cinta..
Saat baginda Nabi rela merelakan hidupnya untuk menyampaikan agama Allah hingga dimusuhi dan diusir dari kampung halamannya, itu Cinta..
Apapun yang menggetarkan dan menyenangkan hatimu, Itu Cinta..
Cinta tak pernah menginginkan yang lain bukan? Kecuali kebahagiaan untuk para pemiliknya.
Wallahu A’lam
Tokyo, 10 Maret 2021 22.12 WIB
Andy Prakoso
2 notes
·
View notes
Text
Hanya Seorang Hamba
“Ya Harun.., Ya Harun.., Ya orang gila, kapan engkau akan sadar!” Ia berlari meninggalkan kuburan yg sedang ia jaga seraya memanggil Khalifah Harun Ar-Rasyid dengan suara lantang dari kejauhan.
“Siapakah yang gila, aku atau engkau?” balas Khalifah seraya berhenti melaju dan menuruni kuda yang sedang ditungganginya.
“Akulah yang berakal ya Harun”
“Bagaimana bisa seperti itu?”
“Aku mengetahui bahwa istanamu tidaklah kekal, sedangkan kuburan itu kekal. Itulah aku menyiapkan ini. Sementara engkau sibuk menyiapkan istana dan menelantarkan kuburanmu”
“Kamu takut dipindahkan dari dunia yang fana menuju dunia yang kekal, ya Harun. Padahal kamu tau itu pasti dan tidak dapat dihindari”
“Aku duduk diantara kuburan itu dan bertanya pada diriku sendiri, Ya Harun. Mana orang yang hina dan mana orang yang mulia. Mana orang yang lemah dan mana yang kuat. Dan di mana kesombongan yang diagung-agungkan. Cacing tanah datang dan pergi menghapus kekuatan dan kesombongan”
“Ya Harun, apakah kau tidak melihat pelajarannya? Apakah ini tanda kegilaan, ya Harun?”
“Demi Allah engkau benar, teruskanlah” jawab Khalifah
“Ya Harun, dekatkanlah dirimu dengan kitab Allah, disana ada kabar dan pelajaran”
“Apakah kau punya permintaan yang bisa kuberikan untukmu?”
“Ya, ada ya Harun. Aku ada tiga permintaan, jika kau berikan maka aku akan berterima kasih”
“Katakanlah”
“Tambahkanlah umurku ya Harun”
“Aku tidak bisa”
“Lindungilah aku dari malaikat maut ya Harun”
“Aku tidak sanggup”
“Masukkan aku ke syurga dan jauhkan aku dari neraka, ya Harun”
“Jelas aku tidak mampu”
“Maka ketahuilah ya Harun, bahwa engkau Hanya Seorang Hamba dan bukan seorang Raja” jawab orang itu seraya meninggalkan sang khalifah yang terhanyut dalam nasehatnya.
Sumber : Film (Ahmad Ibn Hanbal)
Wallahu A’lam
Semoga Bermanfaat
Tokyo, 10 Maret 2021 21.44 WIB
Andy Prakoso
0 notes
Text
Berlomba dengan Diri
Tidak selalu up to date memang cukup menyulitkan ya, dimana pemahaman tentang perubahan yang telah terjadi kini sangat terbatas. Dahulu, saat berbincang dengan kawan lama, tak jarang kita saling bertanya soal semua hal yang terjadi saat tak saling jumpa. Tentang belajar, keluarga, kerja, bahkan cinta. Semua mengalir tanpa sedikitpun ada rasa was-was dalam diri saat saling melontarkan tanya. Sebuah kehangatan pertemuan terjadi saat para kawan lama itu saling berbagi dan memahami.
Namun, kini saya merasa bahwa kehangatan perbincangan itu seakan hilang. Entah mengapa kini terasa begitu takut untuk memulai perbincangan antar teman. Begitu takut saat bertanya kabar, dan begitu was-was menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Merasa sangat malu dan minder saat menjawab, khususnya jika terlontar pertanyaan tentang progress belajar, pencapaian pekerjaan, hingga kondisi percintaan. Pun merasa begitu rendah diri saat bertanya balik, begitu takut dan malu saat jawaban lawan bicara begitu baik dan terasa begitu jauh di depan.
Mungkin perasaan malu, minder, dan rendah diri hadir karena begitu sering membandingkan-bandingkan, khususnya tentang pencapaian diri dengan orang lain. Padahal, apa apa yang dibandingkan tidak satupun yang apple to apple.
Semua orang punya rezekinya masing-masing. Kita dilahirkan dari rahim yang berbeda, lahir di hari dan jam yang berbeda, dan kemungkinan besar juga memiliki waktu hidup yang berbeda. Semua rezeki setiap makhluk Allah itu berbeda waktu dan besarannya, mungkin tidak ada satupun makhluk di muka bumi ini yang punya rezeki yang persis sama.
Saat membandingkan diri dengan orang lain, pastinya tidak akan ada satupun yang didapatkan selain rasa iri serta rendah diri karena selalu merasa bahwa apa apa yang kita dapatkan tak sebaik dan seberuntung orang lain. Mungkin akan berbeda disaat diri ini sibuk berkaca, bukan sibuk memandangi orang lain.
“Beruntunglah orang-orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, merugi saat hari ini sama dengan hari kemarin, dan celaka saat hari ini lebih buruk dari hari kemarin”
Saya tidak sedikitpun merasa malu dengan apa yang saya punya sejak dulu. Tidak masalah saat hanya punya hp nokia keluaran lama disaat kawan kawan lain sibuk bertukar pin BB. Tidak masalah kesulitan mencari tempat parkir di mall, kepanasan serta kehujanan dengan motor bebek supra “legend” disaat sebagian kawan main selalu pergi dengan mobil. Disaat semuanya berlomba dengan Iphone terbaru mereka, cukuplah xiaomi ini menemani perjalanan saya hingga kini.
Tak perlu sibuk dengan orang lain, cukuplah bersyukur dengan nikmat yang didapatkan hingga kini serta berusaha untuk berlomba dengan diri di hari kemarin :)
自分の作品に自信持てばいい!
Semoga Bermanfaat
Toyama, 3 Juni 2020 23.35 PM
Andy Prakoso
2 notes
·
View notes
Text
Berkaca Lebih Lama
Menjalankan aktivitas ibadah ramadhan di tengah pandemi memang menyebalkan. Diri ini merasa sangat bersalah saat kehilangan momen baik untuk menghimpun sebanyak-banyaknya pahala. Walaupun tetap ada satu dua kelompok “seng penting ikhlas namun tanpa ilmu” atau kelompok “saya tak takut corona, hanya takut Allah” yang tetap melakukan ibadah secara berjamaah di tengah pandemi.
Bagi seorang muslim, ramadhan bukan hanya sarana bagi para pemburu pahala, namun juga sarana evaluasi diri. Apa yang bisa diharapkan dari seseorang yang berburu pahala namun kembali bercinta dengan kemaksiatan setelah ramadhan pergi?
"Celakalah seseorang yang ramadhan masuk padanya, kemudian ramadhan pergi namun diampuni dosanya” (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami', no. 3510)
Bagi seorang muslim, tidak ada satupun musibah yang Allah turunkan kecuali sebagai nasihat dan pengingat. Setiap manusia lebih mudah meihat kekurangan saat bencana terjadi. Mengetahui ada yang rusak di atap rumah setelah badai menerjang, hingga air masuk membanjiri seisi rumah. Jarang sekali memahami bahwa ada yang salah pada diri dan lingkungannya sebelum Allah tunjukkan bencana pada mereka.
“Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah setiap dari kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa” - Ebiet.G.Ade
Pandemi ini evaluasi. Entah siapa yang salah. Alangkah baik jika kita mengevaluasi diri lebih jauh, berkaca lebih lama, mohon ampun lebih serius, dan berdoa lebih panjang.
Semoga pandemi segera berakhir!
Andy Prakoso
Toyama, 27 April 2020 17.57 PM
3 notes
·
View notes
Text
Harapan
Alasan adalah penting. Tidak ada satupun manusia yang mau melakukan sesuatu dengan sepenuh hatinya tanpa ada alasan yang masuk akal dibalik itu. Alasan mampu menguatkan hati, hati mampu menciptakan tekad, dan tekad itulah yang akan membuat manusia mampu melakukan sesuatu dengan semangat. Semua hal yang dilakukan oleh manusia membutuhkan alasan, begitu pula dalam beragama.
Pernahkah setiap dari kita berpikir, “kenapa kita lebih memilih untuk hidup beragama dibandingkan hidup tanpa itu?”.
Bukankah dengan adanya itu, kita tidak bisa hidup secara bebas dikarenakan aturan-aturan yang ada di dalamnya?”
Lalu, apakah dengan beragama, akan membuatmu kenyang dan cukup tidur?”
Jepang, Amerika dan juga Eropa, yang mayoritas penduduknya memilih untuk tidak beragama memiliki kehidupan yang jauh lebih baik daripada negara timur tengah yang mayoritas penduduknya memilih untuk hidup beragama.
Lalu untuk apa kita hidup beragama jika hasilnya demikian? Apakah agama ini hanyalah doktrin konyol untuk menghambat kemajuan umat manusia?
Memang benar bahwa dengan memilih hidup beragama tidak akan memberikan dampak secara instant dan terlihat secara nyata dalam perhitungan materiil. Namun dengan hidup beragama, kita mendapatkan hal yang lebih besar dan lebih berharga dari itu semua.
Harapan,
Setiap individu beragama, mereka akan selalu memiliki harapan. Bagi mereka, setiap kegagalan yang mereka dapatkan di dunia ini bukanlah sebuah masalah yang terlalu berarti, karena mereka masih mampu berharap mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik di kehidupan kedua yang kekal.
Setiap orang - orang yang beragama, tidak akan pernah merasa bahwa dirinya rendah dibandingkan dengan orang yang memiliki harta lebih banyak maupun jabatan yang lebih tinggi. Bagi mereka, semua manusia sama dihadapan Tuhannya, hanya amal ibadahnya lah yang membedakan kedudukan mereka.
Agama memberikan penganutnya begitu banyak aturan sebagai sebuah batasan - batasan dalam hidup. Bagaimana jadinya jika hidup tanpa sebuah aturan aturan? Bagaimana keharmonisan dalam hidup akan terjaga jika setiap dari individu bebas melakukan apa yang disukainya tanpa ada aturan aturan yang menjaganya?
- Semoga Bermanfaat -
Andy Prakoso
Toyama, 19 Januari 2020 20.47 PM
2 notes
·
View notes
Text
Proses
Semua hal butuh proses. Dalam urusan belajar, bekerja, maupun hobi pun butuh proses panjang untuk meningkatkan kualitasnya, begitu pula dengan urusan dalam ber-Islam.
Semua orang butuh proses untuk menjadi lebih baik, tidak terkecuali para sahabat dulu. Saat mereka telah memeluk islam, beberapa diantara mereka masih melakukan sesuatu yang mereka lakukan sebelum berislam. Sehingga pada akhirnya turunlah ayat yang memberikan perintah untuk berislam secara menyeluruh (kaaffah).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam secara menyeluruh dan janganlah kamu ikuti tipu daya syaitan, sesungguhnya mereka adalah musuh yang nyata bagi kamu” (Q.S. Al-Baqarah : 208)
Sangatlah sulit untuk menjadi muslim yang mampu menjalankan segala sesuatunya secara kaaffah hanya dalam waktu sekejab, semua butuh proses. Namun, tetap saja harus ada tekad yang kuat untuk memperbaiki, dan tidak boleh ada pembenaran untuk setiap penyimpangan yang ada.
Lain dulu, lain sekarang. Empat kata itu mungkin mampu untuk menjelaskan tentang kondisi kita hari ini. Dahulu, para sahabat berbondong-bondong untuk memperbaiki diri mereka supaya mampu meninggalkan kebiasaan jahiliah mereka dan masuk ke dalam ajaran islam secara menyeluruh, namun sekarang jelas berbeda. Saat ini, begitu banyak para kaum muslim yang berlindung di balik ayat suci untuk membebaskan dirinya dari kewajiban kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim.
“Tak ada paksaan dalam beragama” (Potongan ayat Q.S. Al-Baqarah 256)
Memang benar, tidak ada paksaan dalam beragama. Tidak ada satupun dari kita diperbolehkan untuk memaksa orang untuk memeluk islam, namun saat telah berikrar bahwa dalam islam, maka terdapat konsekuensi untuk memeluk agamanya secara menyeluruh tanpa terkecuali. Namun sayangnya, ayat ini digunakan untuk membenarkan pengabaian atas hijab dalam islam.
Tidak ada satupun imam mahzab yang mengatakan bahwa para muslimah tidak di wajibkan dalam menggunakan hijab, mereka hanya berselisih paham dalam batasan batasan hijab tersebut.
Kini, mau tidak mau kita harus menerima bahwa jebolan pesantren, salah satu petinggi organisasi islam terbesar di negara dengan jumlah muslim terbesar dunia pun gagal untuk memahami hal - hal sesederhana ini.
Semoga Bermanfaat.
- Andy Prakoso -
Toyama, 18 Januari 2020 23.04 PM
4 notes
·
View notes
Text
Self Control
Allah ciptakan makhluk dengan karakteristik yang unik. Allah menciptakan para malaikat dari cahaya, lalu memberikan mereka apa yang disebut akal namun tanpa adanya nafsu. Di lain sisi Allah menciptakan para binatang dari tanah, lalu memberikan mereka nafsu tanpa disertai akal. Berbeda dengan kedua makluk yang telah Allah ciptakan sebelumnya, manusia telah Allah anugerahkan keduanya sekaligus. Itulah mengapa Allah memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada manusia dibandingkan kedua makhluk tersebut.
Allah memberikan kedua hal itu sekaligus kepada manusia sebagai sebuah ujian. Allah memberikan akal kepada manusia sebagai sebuah kontrol diri untuk menekan nafsu yang ada pada diri mereka. Jika akal mereka mampu mengontrol nafsu mereka, maka mereka akan menjadi golongan yang selamat, dan sebaliknya jika akal yang telah Allah berikan tak mampu menahan nafsu mereka, maka mereka akan masuk ke dalam golongan yang celaka.
Bicara tentang akal dan nafsu, maka sepertinya isu percintaan sesama jenis bisa dijadikan sebagai contoh yang ideal untuk menggambarkan ini. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan mereka dengan sebutan “kaum yang melampaui batas”
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦٓ أَتَأْتُونَ ٱلْفَٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ ٱلْعَٰلَمِينَ
Dan Luth juga (Kami utuskan). Ingatlah ketika ia berkata kepada kaumnya: "Patutkah kamu melakukan perbuatan yang keji, yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun dari penduduk alam ini sebelum kamu?
إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ ٱلنِّسَآءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ
"Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk memuaskan nafsu syahwat kamu dengan meninggalkan perempuan, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas".
Kenapa Allah menyebut mereka sebagai kaum yang melampaui batas? Ya, karena mereka tidak memiliki self control atas nafsu mereka. Tidak mengherankan jika apa yang dibicarakan hanya seputar seks. Memang benar, bahwa seks juga bagian dari kehidupan semua manusia, tapi tidak sampai memujanya seakan akan manusia tidak bisa hidup tanpa itu.
“Saya memang lelaki, tapi saya juga mencintai seorang lelaki. Perasaan ini datang begitu saja. Apakah saya salah sedangkan saya tidak pernah menginginkan perasaan ini?”
Perasaan itu tidak salah. Namun jika ditindaklanjuti, itulah yang salah. Salah, sangat salah, berbahaya. Kita harus menyadari bahwa semua yang terbesit dalam hati, tidak semuanya harus dituruti. itulah sebabnya Allah memberikan manusia akal, supaya manusia mampu untuk berpikir dan menekan nafsu yang terbesit dalam hatinya.
Hanya binatang yang tidak mampu mengontrol nafsu mereka, no self control. Saat lapar, mereka makan, bahkan saat tidak ada yang bisa dimakan bisa saja mereka memakan anak atau saudaranya sendiri. Saat ingin kawin maka kawin, tak peduli bahkan jika harus saling membunuh. Oleh karena itu diibaratkan bahwa “manusia yang hanya memikirkan tentang perut dan yang dibawah perut tak ada bedanya dengan binatang ternak”.
Berbeda dengan binatang, manusia memiliki apa yang disebut dengan self control yang dihasilkan dari akal yang Allah berikan kepada mereka. Saat mencintai seseorang, jangankan istri orang, jangankan janur kuning sudah menukik, bahkan melamar diatas lamaran orang lain saja tidak diperbolehkan.
Maka saat membaca berita tentang Reynhard tidak heran bahwa dia telah memperkosa begitu banyak lelaki hingga saat ini. Dia tidak memiliki self control, mereka tidak pernah peduli aturan, bagi mereka pelanggaran adalah sebuah hal yang lazim adanya.
Sebagai seorang muslim, kita percaya bahwa semua yang Allah larang pasti akan menyebabkan kerusakan yang nyata atas tatanan masyarakat. Aturan yang Allah berikan membuat para manusia maju dan tertata, bukan sebaliknya. Beberapa contohnya adalah dilarang berzina, dilarang menyetubuhi istri saat haid, dilarang menyetubuhi dari belakang (anal sex) dan juga oral sex walaupun kepada istrinya sendiri. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya, sekarang kita menyadari bahwa perbuatan perbuatan tersebut akan menimbulkan penyakit serius kepada para pelakunya.
- Semoga Bermanfaat -
Andy Prakoso
Toyama, 13 Januari 2020 17.18 PM
3 notes
·
View notes
Quote
Aku suka hujan. Dia mampu mengajariku bagaimana caranya jatuh berkali-kali tanpa sekalipun mengeluh
AP
Toyama, 30 Desember 2019 23.02 PM
1 note
·
View note
Text
Gangguan Mental
Beberapa hari lalu, Ibu saya mengambil laporan hasil belajar adik terakhir saya (8 SMP). Setelahnya, Ibu saya memberikan foto hasil belajar dan menelpon saya.
“An, Alvin nilainya masih kurang dan jelek, ga dapat juara satu, tolong bilangin ya jangan main HP terus. Kalo Ibu sama Bapak yang bilang dia gamau dengar”
“Iya bu, nanti mas hubungi Alvin nya”
Kedua orangtua saya selalu begini memang setelah menerima rapot anak-anaknya. Sejak saya duduk di bangku sekolah dasar hingga saya lulus dari SMA pun mereka selalu ngedumel soal nilai nilai yang saya dapatkan, walaupun sebenarnya menurut saya hasil itu sudah sangat bagus dibandingkan dengan teman teman saya yang lain.
Apresiasi !!
Ini yang selalu saya lakukan padanya setiap waktu. Setiap dia mampu melakukan hal hal baik yang telah ia usahakan, saya selalu mengapresiasi hal hal positif yang ia hasilkan. Bahkan saat hasilnya tidak bagus, tidak pernah sekalipun saya memakinya dan menjatuhkannya.
Dia ini anak yang cerdas, dia mampu menangkap pelajaran dengan baik dibandingkan dengan kawan-kawannya yang lain. Dia anak penurut dan baik, saat saya ajak jalan ke masjid atau hal hal baik lainnya, tidak pernah sekalipun dia ngambek dan menolak.
Saya pernah berada dalam kondisi demikian, saat kedua orangtua saya suka menjatuhkan saya karena prestasi yang saya dapatkan, tak jarang mereka membandingkan saya dengan anak lain yang punya hasil yang lebih dari saya. Namun saat saya mendapatkan hasil yang baik, tidak ada satupun apresiasi yang saya dapatkan.
Dalam kondisi itu, saya merasa bahwa saya sangat tidak berguna, dan saya mulai kehilangan kepercayaan diri saya untuk melakukan banyak hal. Namun, dulu kakek saya mengobati semuanya. Beliau selalu memberikan apresiasi kepada saya dengan baik. Beliau selalu mengatakan hal hal baik yang saya capai di rapor saya, tidak pernah sekalipun beliau membandingkan saya dengan anak lain yang mendapatkan hasil lebih baik. Bahkan dulu pernah kakek saya memarahi kedua orangtua saya yang membentak saya karena hanya mampu mendapat ranking 2 di kelas.
Saya masih ingat kata-kata yang selalu ia sampaikan saat menerima rapor di sekolah.
“alhamdulillah hasilnya bagus, matematika dan IPA kamu bagus sekali. Kamu tidak suka IPS ya? atau memang IPS terlalu sulit untuk aan?”
“Aan mau atung belikan apa untuk hadiah rapornya?”
“Dulu atung tidak pernah sebagus ini nilai matematika dan IPA-nya. Kamu hebat ! Pasti kamu akan jauh lebih pintar nanti ya.”
Saat pulang sekolah, Edison kecil memberikan selembar surat dari gurunya.
“Ibu, aku diminta bu guru untuk memberikan surat ini untukmu”
Saat membaca surat tersebut, sang ibu menangis sambil membaca surat itu dengan jelas supaya sang anak juga mampu mendengarnya,
“Anakmu terlalu jenius, Sekolah ini terlalu kecil untuknya. Kami tidak memiliki guru yang cukup baik untuk mengajarinya. Tolong ajari dia sendiri”
Dan sang ibu mengajari sang anak bertahun-tahun. Dia mengajar anaknya sendiri. Beberapa tahun setelah sang ibu wafat, Edison menjadi salah satu penemu terbaik di dunia. Suatu ketika, dia melihat lihat barang-barang tua milik ibunya. Saat itu dia menemukan lipatan kertas tua, saat ia membukanya ia tekejut dan menyadari bahwa kertas yang dia lihat itu adalah kertas yang diberikan sang guru pada ibunya dulu.
“Anakmu mengalami gangguan mental, kami tidak akan mengizinkannya untuk datang ke sekolah lagi. SIlahkan ajari dia sendiri di rumah ! ”
Edison menangis sambil berkata lirih :
“Anak gangguan mental ini sekarang telah menjadi besar, karenamu Ibu”
Betapa indahnya karakter dari Ibu Edison, dia tidak mau mengatakan apa yang tertulis di kertas itu untuk menjaga kepercayaan diri Edison kecil :)
Setelah membaca pesanku di whatsapp, adik kecil saya membalas :
“Nanti Alvin janji akan dapat lebih hebat dari mas aan. Alvin gamau hadiah apa apa, Alvin mau mas aan cepet pulang ke Indonesia aja”
Semoga Bermanfaat
- Andy Prakoso -
Toyama, 23 Desember 2019 18.15 PM
3 notes
·
View notes
Quote
Moment
It has been a while since our last conversation, right? It is almost 13 years since that day.
I have learned a lot since that day even the things that you hadn't told me yet, I would like to show it to you when we meet someday.
I have decided a lot of things so far. I have figured out my career, someone that I will love, and the things that I will do for my whole lifetime.
I have already had a job, really good job. I can buy a lot of things using my own money, you can stop worrying about me now, I will stop asking you to buy me something now.
Yes, just you said that everything takes time. The dream that I told you before, it is already become true now.
I have become an adult now. I am not the 10 years old boy anymore. You don't need to worry, I didn't change, I am still your little boy. I just grow up.
I won't forget you, even now I still remember your whole face. I know that I will grow older day by day, but I won't forget you. Our moment is always been a special memory for me. I will always pray for you, thank you for everything that you have done for me :)
Best Regards, Andy Prakoso
Toyama, 30 November 2019 23.52 PM
0 notes
Text
Kehilangan Otoritas
“Anak nakal !”
“Kamu kok budeg banget sih, sudah dibilang berkali kali masih saja dilakuin”
“Kamu kenapa sih tidak bisa diam, padahal sudah dinasihatin setiap hari !”
Saat ini, betapa banyak orang tua yang terlalu cepat menghakimi anak anak mereka atas apa apa yang sebenarnya adalah kesalahan mereka sendiri.
Jika kelak saat kita menjadi seorang orang tua, dan anak anak kita tidak mau mendengarkan apa yang kita katakan, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah, instrospeksi diri.
“Mengapa anak anakmu tidak ingin mendengarkan nasihatmu?”
“Kenapa setiap kata yang terucap dari mulutmu hanya menjadi angin lalu bagi mereka?”
Seperti kata pepatah, tidak akan ada asap tanpa api. Tidak mungkin anak bersikap demikian jika ia mendapatkan hal yang seharusnya dari orang tuanya dengan porsi yang cukup.
Mungkin anak anakmu tidak ingin mendengarkanmu karena suaramu pernah menyakitinya. Suara yang dulu kamu gunakan untuk menyakitinya mungkin sudah di-blaklist dari alam sadarnya. Kini, mungkin suaramu telah kehilangan otoritas di kepalanya. Dia takkan lagi mau mendengarkan apa yang kamu katakan padanya.
Terkadang, bukan soal apa yang disampaikan, tapi siapa dan bagaimana dia menyampaikan. Orang tua yang hangat dan mampu memahami perasaan anak pasti akan selalu didengarkan nasihat nasihatnya.
“Anak memiliki masa Golden Age, usia 0 - 8 tahun. Fase ini akan sangat berpengaruh pada masa depannya kelak. Hindari cubitan, bentakan, karena akan merusak jiwa anak. Gunakan frekuensi suara yang rendah ketika berkomunikasi dengan anak namun tetap memperhatikan ketegasan” - Elly Risman (Psikolog Anak)
Wahai Ayah dan Ibu,
Masa kecil dan masa masa bersama anak hanya bisa kita nikmati sekali seumur hidup kita. Hari - hari yang terlewati takkan pernah kembali, anak-anakmu yang telah tumbuh dewasa takkan pernah lagi menjadi balita seperti sedia kala. Kesempatan untuk mengasuhnya, mendidiknya, dan membimbingnya dengan penuh cinta pun hanya bisa kita lakukan sekali.
Karir yang gagal, bisnis yang bangkrut masih sangat mungkin untuk dimulai dan dibangun dari awal lagi, namun tidak untuk masa mendidik anak anak.
“Hargailah anakmu, periharalah mereka dengan baik, perbuatanmu saat ini adalah sebuah gambaran nyata bagaimana kelak kamu akan diperlakukan oleh anak anakmu di masa yang akan datang”
Selamat belajar !!
- Andy Prakoso -
Toyama, 23 November 2019 23.25 PM
3 notes
·
View notes
Quote
Passion
Bagi sebagian orang, passion itu penting, sangat penting. Semakin bertambah tua, pasti akan semakin merasa panik jika tidak mampu menemukan kedua hal itu. Memang sungguh mengerikan jika menjadi tua dengan kenangan lalu yang hanya diisi dengan rutinitas yang sama sekali tidak menggugah semangat.
Saya sempat mendapat nasihat baik dari orang yang saya temui kemarin,
“Jika kamu belum bisa menemukan apa yang kamu inginkan, maka lakukan saja apa yang kamu bisa lakukan saat ini”
Passion itu bukan hal yang akan datang dari langit. Dia tak seperti hujan yang akan turun cepat atau lambat saat kamu bergerak atau diam menunggu.
がんばって ください , みんな !
Toyama, 7 September 2019 23.11 WIB
0 notes
Quote
Menakjubkan
Kamu percaya bahwa aku mungkin orang yang hadir dari doa yang dulu tidak sengaja kau ucapkan. Sesederhana ucapan ingin lelaki yang selalu berkemeja rapi dan tidak takut listrik.
Aku juga demikian, aku seringkali menjawab seadanya pertanyaan konyol kawan kawanku tentang wanita seperti apa yang aku suka.
Aku selalu jawab,
“Yang menakjubkan”
Toyama, 11 November 2019 22.51 PM
0 notes
Quote
Thanks
I just want to inspire people. Someday, I want someone to look at me and say, “Thanks, because of you I didn’t give up” :)
- Andy Prakoso -
Toyama, 21 Oktober 2019 08.19 PM
1 note
·
View note
Text
Merantau
Hampir genap dua minggu saya pergi merantau. Ini pengalaman hidup merantau pertama saya. Sejak kecil saya selalu terbiasa dengan bantuan kedua orangtua saya. Saat lapar, saya hanya butuh membuka penutup meja makan atau hanya perlu membuka kulkas saat butuh cemilan malam. Meminta uang ke bapak atau ibu saat ada tukang jual makanan lewat di depan rumah. Saat kedua orangtua sedang tidak ada dirumah, saya hanya perlu mampir ke rumah nenek yang tidak jauh letaknya dari rumah hanya untuk sekedar meminta makan.
Sampai pada akhirnya saya mengambil pilihan untuk pergi menuntut ilmu jauh di negeri orang. Saat dulu bermimpi untuk melanjutkan sekolah, tidak ada satupun pikiran dan perasaan risau untuk tinggal jauh dari keluarga. Saat telah merasakan ini, barulah akhirnya saya menyadari bahwa pergi jauh merantau itu tidak sepenuhnya indah. Saat awal pengumuman, saya begitu riang memikirkan betapa indahnya pemandangan di negeri sana, berapa banyak kenalan baru yang akan saya dapatkan saat pergi merantau kelak, seberapa hebat professor yang akan mengajari saya nanti. Namun pada akhirnya, semuanya tidak seindah dan semenyenangkan yang dibayangkan.
Saya sudah mulai rindu dengan masakan rumah, bawel dan cerewetnya ibu, omelan bapak, dan bahkan tingkah absurd adik kecil saya dirumah. Semakin banyak video call yang saya terima bukan hilang kerinduan saya, bahkan semakin muncul keinginan saya untuk pulang kembali ke tanah air.
Namun, saya telah berada di sebuah jalan yang tidak memiliki jalan memutar. Saya harus terus berjalan ke depan, menghadapi semua hal yang harus dihadapi di fase ini. Bagaimana caranya untuk menguasai bahasa dalam waktu kurang dari 6 bulan, menguasai dasar materi yang jauh dari jurusan saat S1 dulu, mengejar target publikasi ilmiah supaya dapat lulus tepat waktu, dst.
Setiap orang akan berada di fase perubahan dalam hidupnya. Saya tidak akan tumbuh menjadi orang besar jika pada akhirnya saya hanya berada di sofa nyaman dan menikmati kehidupan yang sudah mantap dan mapan. Saya harus keluar dan berusaha lebih keras, karena setiap orang besar tidak pernah lahir dari kemapanan. Seorang pelaut handal tidak pernah lahir di perairan yang tenang, mereka hanya akan lahir dari rahim lautan yang penuh badai.
Memang alangkah baiknya seorang anak laki – laki itu pergi merantau. Pergi sejauh yang ia bisa dari tempat nya saat ini. Dari perjalanan itulah pada akhirnya kelak kedewasaan dan kemandiriannya akan terbentuk. Kadang memang tidak mudah tapi semua proses memang sulit. Jadi nikmati saja semua prosesnya. Menyerap sebanyak-banyak nya hal baik dan menjadikan kepulangan sebagai kesiapan terbaik menjalani kehidupan.
Semoga perjalanan 7 tahun saya disini penuh berkah dan manfaat :)
Aamiin..
- Andy Prakoso -
Toyama, 8 Oktober 2019 21.21 PM
3 notes
·
View notes
Quote
Percaya Padaku?
Aku berani mengajakmu bukan karena aku tidak mampu menahan diri dari godaan godaan yang semakin lama semakin menjadi. Aku hanya butuh teman dekat di masa masa krusial di hidupku ini. Disaat semua serba berat dan melelahkan, aku hanya butuh teman yang bisa membuat hati ini lebih tenang dan terhibur.
Aku memang payah dalam beberapa hal, tapi percayalah bahwa aku selalu sungguh sungguh melaksanakan apa yang telah aku mulai dan sepakati hingga mampu selesai dengan baik.
Mau coba percaya padaku?
- Andy Prakoso -
Toyama, 2 Oktober 2019 09.38 PM
5 notes
·
View notes