#BiarAllahYangSelesaikan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kita yang Sampaikan, Allah yang Selesaikan
Setiap pekan nya aku punya sebuah agenda rutin untuk mengisi pengajian kecil yang sebagian dari kita biasa kenal dengan kata Mentoring atau Liqo. Ini adalah salah satu kelompokku yang terdiri dari siswa kelas 12 dari salah satu SMA Negeri di Jakarta.
Dua pekan sebelumnya, salah seorang anak dari kelompok ini yang bernama Faiz tidak pernah hadir agenda rutin kami ini, dengan alasan bahwa tidak diizinkan lagi oleh orang tua nya untuk ikut agenda seperti ini lagi. Sejak 3 bulan yang lalu awal pertama kali Faiz mulai bergabung, ia memang kerap kali ditanyakan oleh Ayah nya terkait dengan agenda ini.
Akhirnya, aku putuskan untuk mengadakan agenda kami dirumahnya sehingga ia bisa kembali berkumpul bersama kami sekaligus saya bersilaturahim dengan keluarganya seperti yang dilakukan oleh kakak mentorku dulu saat aku dilarang oleh ayahku untuk mengikuti kegiatan mentoring dulu. Dan Alhamdulillah ayahku sangat mendukungku hingga saat ini setelah kakak mentorku main ke rumah.
Biasanya mentoring kami lakukan pada hari kerja antara selasa, rabu atau kamis menyesuaikan dengan jadwal praktikumku yang berubah ubah (maklum anak teknik hehe), dan dilakukan sepulang sekolah di masjid sekolah, namun karena mulai awal januari lalu saya mulai kerja praktek jadi kami adakan setiap sabtu pagi.
Sabtu 28 Januari 2017 08.30 WIB
“Yak adik adik sekalian, mari kita awali pertemuan kita kali ini dengan lafadz ta’awuz, basmalah, dan sholawat nabi”
“A`udzu billahi minas-syaitanir-rajim”
“Bismillahirrahmanirrahim“
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad”
Saat mentoring sudah dimulai, tiba tiba ayah Faiz bersama dengan teman nya dengan seragam polisi lengkap datang menghampiri kami. Ayah Faiz adalah salah satu anggota POLRI yang pangkatnya tak perlu disebutkan sepertinya demi kemaslahatan bersama haha.
“Selamat pagi, kamu ini yang namanya Andy ya?”
“Selamat pagi pak, iya nama saya Andy pak”
“Kamu ini dari pesantren mana? kok tiba tiba bisa kenal sama anak saya”
“Oh saya bukan dari pesantren pak, saya lulusan SMA di Jakarta bukan lulusan dari pondok pesantren”
“Loh kamu bisa bisa nya ngajarin anak saya ngaji tapi kamu cuma lulusan SMA, emang kamu ngerti apa soal Islam?!” (Dengan suara yang sedikit lebih tinggi)
“Ayah kenapa sih nanya begitu sama kak Andy” (tiba tiba Faiz menimpali pertanyaan ayah nya dengan sedikit kesal)
“Iz, sudah sudah. Ayah kamu kan cuma nanya lagipula gabaik kamu bicara kaya gitu ke ayah kamu” (aku mencoba sedikit menenangkan faiz)
( Faiz ini orang nya sangat meledak ledak sejak dulu, namun percayalah ia adalah anak yang begitu baik sebenarnya, dan dia punya ghiroh yang begitu besar, pernah suatu ketika ia berani bilang ke guru nya yang bilang kebanyakan orang orang islam yang sok sok an bela islam itu munafik.
“Maaf pak guru, bapak kalo bisa bicaranya jangan kebanyakan bumbu ya pak, ga baik”
Sampai pada akhirnya ia dipanggil ke ruang guru karna dibilang melawan apa yang gurunya sampaikan haha )
“In shaa Allah saya paham pak walaupun tidak pintar pintar amat, karena saya pun masih belajar Islam hingga saat ini”
“Kalo begitu boleh saya dan teman saya ini mau tanya tanya sama kamu?”
“Iya boleh pak dan saya akan jawab jika saya tau, bapak silahkan duduk sini gabung dengan kita.”
“Kamu tau surat Al Kafirun tidak?”
“Iya pak saya tau alhamdulillah”
“kenapa orang islam sekarang merasa bahwa agama nya paling benar? kan kita tau bahwa ada arti di surat al kafirun bahwa bagiku agamaku bagimu agamamu. Jadi karna itu gaboleh kita menganggap agama kita paling benar karna di negeri ini juga ada Pancasila”
“saya izin jawab ya pak, jika ditanya boleh atau tidak menganggap bahwa Islam adalah agama yang paling benar? jawabannya bukan boleh atau tidak tapi harus menganggap islam yang benar dan yang lain salah. Karena kebenaran itu tidak bersifat relatif, tapi mutlak”
“Loh, berarti kamu bilang kalo agama kamu benar dan agama saya salah gitu?” (Tiba tiba teman yang berada disamping bapak tersebut memotong pembicaraan kami, namanya pak yohanes)
“Kenapa harus begitu? lagipula agama yang bukan islam pun mengajarkan yang baik juga kok bukan cuma islam saja yang baik” ayah faiz menambahkan
“intinya mas, jangan pernah bilang kalo agama islam itu paling benar, saya selalu menghormati agama lain dan menganggap bahwa agama yang selain saya anut juga benar” tukas pak yohanes dengan pelan khas orang jawa.
“Punten pak, jika sekiranya bapak bilang bahwa semua agama itu benar, kenapa bapak tidak ikut kami saja masuk agama islam? kan semua nya benar dan pasti tidak masalah jika masuk agama manapun toh semua sama”
Ia terdiam seperti terlihat memikirkan sesuatu
“Tapi kan mas, di Indonesia ini ada Pancasila yang harus kita junjung tinggi, jangan semena mena bilang bahwa Islam itu yang paling benar, itu sama saja bikin perpecahan nantinya” ayah faiz mencoba menambahkan
“Punten pak, saya izin menjawab. Apakah dalam Pancasila dikatakan bahwa semua agama itu sama? sayangnya tidak, Pancasila disini hakikatnya hanya untuk membuat semua orang di Indonesia ini memiliki kebebasan dalam beragama sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut, dan tidak untuk menyamakan kesemua nya. Begitu pak menurut saya :)”
“Kamu dari FPI ya?” Pak Yohanes tiba tiba menunjuk wajahku dengan suara agak tinggi
“Maaf pak jika memang sebelumnya ucapan saya kurang berkenan, saya bukan anggota FPI pak” aku coba menenangkan kondisi pembicaraan yang mulai panas
“Tapi pola pikir kamu kaya orang orang FPI itu, mentang mentang yang islam banyak, dan yang non muslim sedikit jadi semena mena begitu. Gaboleh ngucapin natal padahal dulu pas lagi lebaran orang orang non muslim kaya saya pun ngucapin selamat lebaran ke kalian. Ga ada toleransi nya sama sekali sama agama lain”
*Pegel juga ya nulis conversation gini, berasa kaya bikin laporan kerja praktek haha tapi kalo ditunda tunda takut keburu lupa gan*
“Pak yohanes, mohon maaf. Jika memang pada akhirnya bapak merasa kami orang orang islam tidak toleran, tapi akan saya jelaskan satu hal, kami sebagai seorang muslim tidak diperbolehkan untuk mengucapkan itu, itu perintah nabi yang mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Walaupun kami tidak mengucapkan selamat natal kepada yang merayakan pun kami tetap menjaga umat kristiani yang merayakan supaya merasa nyaman tanpa gangguan”
“Meski begitu namanya ga adil ke kita yang non muslim yang serasa tidak dihargai”
“akan saya berikan sebuah ilustrasi sederhana ya pak tentang adil, bapak punya anak berapa?”
“Saya punya anak 2″
“Kedua nya sudah kelas berapa pak?”
“Yang pertama kuliah di FISIP UI semester 6, yang kedua SMP kelas 3 di SMP 41″
“Wah satu kampus sama saya ya pak yang pertama hehe” sedikit menenangkan pembicaraan utama
“Wah kamu memang di jurusan apa?”
“Saya jurusan Teknik Elektro pak, semester 8 sekarang, satu tahun diatas anak bapak. Saya mau tanya,apa bapak kasih uang saku yang sama besar nya ke kedua anak bapak?”
“Ya engga lah mas, kan anak saya yang besar kebutuhan nya lebih banyak, untuk fotocopi dll, karena dia bilang banyak banget tugasnya”
“Nah begitu pula adil pak, adil bukan berarti menyamakan semua nya agar sama, namun memberikan semuanya sesuai dengan kebutuhan nya masing masing. Begitu pula dengan apa yang kita bicarakan barusan, dalam agama bapak tidak dilarang untuk mengucapkan selamat lebaran kepada umat islam, namun saya dan umat islam yang lain tidak diperbolehkan, jika kami lakukan maka kami akan berdosa. Apa bapak rela memberikan anak pertama bapak uang saku yang sama dengan anak bapak yang pertama? dan membiarkan anak pertama bapak kelaparan di kampus? Apakah itu yang namanya adil dan toleransi jika merugikan dan membuat penganut nya tidak menjalankan perintah agama nya dengan baik hanya untuk menyenangkan hati orang lain? maaf jika kurang berkenan ya pak”
Raut muka pak yohanes mulai sedikit tenang, dan senyum di wajah nya mulai kembali setelah sedari tadi selalu mengerutkan dahi saat mendengar jawaban pertamaku ke ayah Faiz
“Saya mau nanya satu lagi ya mas andy, sebelum saya pulang”
“Ya silahkan pak, jika memang saya tau akan saya jawab”
“apa kamu setuju dengan penerapan syariat islam di Indonesia?”
“Saya setuju pak“
“Apa alasannya? jika misalnya diterapkan hukum syariat di Indonesia kami yang non muslim mau ditaroh mana? di taroh di laut?”
“Oalah pak,laut juga enak kok pak banyak ikan haha. gini pak, saya coba jawab ya, dengan kita menerapkan hukum syariat islam di Indonesia, bukan berarti semua orang non muslim yang minoritas akan kita buang dari Indonesia. Menurut saya penerapan hukum syariat islam di Indonesia akan menjadikan semua umat islam yang mayoritas di Indonesia menjadi umat yang baik, kalo umat islam yang mayoritas nya baik yang minoritas pun akan merasakan kebaikan nya juga kan? tidak akan merasa tertindas sama sekali. Semisal yang bapak liat sebagai umat islam mayoritas seperti yang suka comment berkicau tidak jelas di facebook dengan mengatakan sumpah serapah terkait dengan apa apa yang terjadi saat ini, iya benar itu mayoritas umat islam saat ini. Apa bapak suka dengan tingkah yang seperti itu?”
“Ya enggalah mas andy, suka kesel saya dengernya. apalagi yang tentang panti narkoba yang nyiksa untuk masuk kristen, langsung di caci maki agama saya, padahal tidak semua nya seperti itu“
“Nah, in shaa Allah jika syariat islam diterapkan akan semakin baik umat islam yang mayoritas itu, dan mudah mudahan akan semakin berkurang orang orang yang seperti itu. begitu pak kira kira menurut saya”
Pak yohanes tertawa kecil kemudian mengambil hp nya dari saku celana nya
“Mas andy, boleh saya minta kontak whatsapp nya? buat ngobrol ngobrol lagi, karna saya harus pulang sekarang, mau jalan jalan sama istri saya”
Kemudian kita bertukar nomor, dan setelah menyalami kami dan pak Faiz serta berpamitan pada ibu Faiz yang sedang memasak di dapur akhirnya dia pulang.
“Mas andy, apa tanggapan nya tentang FPI yang suka merusak dan main hakim sendiri, setuju atau tidak?
“Saya tidak bisa berkata bahwa saya setuju atau tidak terkait dengan apa yang teman teman FPI lakukan”
“Loh kok begitu?”
“Karena saya tidak berada di tempat itu pada saat kejadian terjadi dan tidak tau kondisi disana seperti apa, hanya dengar dari orang orang yang berada disana saat FPI ada”
“Ya mas bisa liat aja di media mereka seperti apa, suka ngerusak rusak tempat umum”
“Saya dengar dari tetangga yang beberapa waktu lalu pindah ke kontrakan depan rumah saya, dia pindah dari kramat tunggak, dia beberapa tahun lalu sebelum mereka berpindah pindah kontrakan ke mampang dan akhirnya ke daerah kontrakan dekat rumah saya. Ia ceritakan apa yang dia alami disana, dia tak pernah bisa berhenti untuk khawatir dekat anak anaknya, bayangkan bahwa bapak dan keluarga bapak tinggal disana, tinggal di daerah prostitusi, bagaimana bapak bisa mendidik anak bapak dengan baik jika tidak memiliki lingkungan yang baik?”
“Ya saya cuma perlu pindah dari sana saja”
“Jika tidak punya uang? mereka harus pindah kemana?
Ia terdiam
“Pak, warga daerah sana sempat melapor ke polisi setempat untuk menertibkan kegiatan tersebut, namun tak di gubris padahal kantor polisi hanya sekitar 500 meter dari tempat itu. Lapor ke pemerintah daerah? pemerintah daerah hanya bilang, ‘ah itu kan memang sudah dari lama disana, kalian saja yang pindah dari sana jika tidak betah’. Jika bapak berada dalam kondisi tersebut apa yang akan bapak lakukan?”
Ia terdiam
“Oleh karna itu wajarkah jika warga daerah tersebut lapor pada FPI untuk melakukan penertiban?”
“Iya sih mas”
“Dan mereka melakukan itu pun ada dalil nya pak, tapi benar atau tidak tindakannya? jika bapak menyalahkan caranya mereka melakukan itu, saya juga tidak bisa begitu saja setuju, karena mungkin disaat saya yang berada di posisi FPI saya bisa saja melakukan perbuatan yang sama karena mungkin sudah stress bagaimana lingkungan ini bisa bersih dari ini semua disaat semua nya tidak mau nolong. Mungkin jika bapak tidak setuju dengan itu, bisa kita carikan solusinya sama sama, dan kurangi cibiran cibiran yang tidak perlu“
“Iya sih mas, saya juga belum kepikiran solusinya seperti apa. Mas andy milih gubernur nya siapa nanti tanggal 15?”
“Lah kok tiba tiba jadi Pilkada?Gubernur banten pak? gatau saya bukan KTP Banten” (ngelawak dikit lah biar ga tegang tegang amat ama si bapak)
“Ya gubernur DKI lah mas”
“Oh saya pilih anies sandi pak, bapak bukannya tidak boleh milih ya?”
“Iya saya memang gabisa milih tapi saya mau tau saja mas mau pilih siapa buat pilkada besok”
“Kalo bapak dukung siapa nih kira kira?”
“Saya mah dukungnya pak ahok pak, soalnya dia tegas dan bersih, ya walaupun non muslim”
“Oalah mantap lah pak kalo sudah punya pilihan walaupun bapak gabisa milih hehe”
“Trus mas ikut ikut ga dengan organisasi organisasi yang suka ngebom itu?
“Alhamdulillah tidak pak”
“Lalu mas setuju ga dengan aksi terorisme yang sering nge bom itu?”
“Saya mengilustrasikannya seperti ini, syaitan bertugas untuk menggoda manusia menuju jalan yang di murkai Allah, dan yang pada akhirnya akan menjerumuskan manusia yang tergoda ke dalam neraka yang pedih bersama dengan mereka. Sekiranya yang di bom tersebut adalah tempat tempat maksiat, dan semua orang yang ada di tempat tersebut semua nya tewas, dari mulai yang punya tempat, yang melakukan, orang yang Cuma numpang lewat, sampai mungkin kucing yang lagi cari makan disekitar situ akan mati. Dan otomatis orang yang punya tempat dan orang yang melakukan maksiat di tempat tersebut akan mati sebelum mereka sempat bertaubat. Dan otomatis itu malah akan membantu syaitan bukan? Tugas kita kan menyelamatkan manusia untuk bersama menuju ke ridhoan Allah, jika kita melakukan pengeboman walau dengan pembenaran untuk mengurangi kemaksiatan apa bedanya kita dengan syaitan? Begitu kira kira pak, jadi saya tidak setuju dengan hal tsb”
“Oo gitu ya mas andy, iya sih bener juga. Awalnya saya takut si Faiz ikut pengajian ini nantinya malah diarahkan ke arah terorisme atau ke arah islam yang ke arah politik politik kaya zaman sekarang”
Senyumin aja gan...
“Yah, tolong anterin mama ke alfamart depan dong” tiba tiba suara ibu Faiz yang datang dari ruang tengah menuju ruang tamu tempat kami ngobrol.
“Yasudah mas andy, saya mau ganti baju dan anterin istri saya dulu ke depan, silahkan dilanjutkan saja ngaji nya sama anak anak”
“Oh iya pak terima kasih”
Akhirnya Pak Faiz pergi dengan Bu Faiz setelah berpamitan dengan kami.
“Kak Andy, udah jam 10 kurang 10 menit nih, kan jadwalnya kita hari ini sampai jam 10 aja, soalnya saya mau les kak jam 10” tiba tiba david (salah satu anak dari kelompok kami) bertanya
“Yasudah untuk pertemuan kali ini kita cukupkan saja ya”
“Materi tentang hamzah bin abdul muthalib nya gajadi kak berarti hari ini?”
“kita jadikan buat pekan depan saja ya, untuk hari ini kita cukupkan saja, sebelum ditutup saya punya satu pesan buat kalian”
“Bertakwalah kalian dengan sebenar benar taqwa, jangan lupa target ibadahnya, dan jangan lupa bahagia” (jawab mereka secara kompak dan bersamaan)
“haha kalian udah hafal ya saya mau ngomong apa, tapi ada tambahan sedikit ya buat hari ini”
“hahaha iyalah tiap selesai kak andy selalu bilang gitu ampe hafal kita, apaan kak?”
“Jauhilah debat dengan orang jika itu tidak terlalu penting, jika pada akhirnya harus berdebat, debatlah lawan bicara kalian dengan cara yang ahsan, jaga terus hati kalian, dan jangan sampai kalian menjadi bernafsu untuk menang bukan untuk benar. Karena sebagian besar orang saat ini melakukan hal tersebut bukan untuk mencari kebenaran, namun hanya untuk kepuasan mendapatkan kemenangan dari pengakuan lawan bicaranya. Bila demikian, tidak ada yang akan kalian dapatkan selain kemurkaan Allah. Semoga Allah melindungi kita dari hal demikian”
“Kalo misalnya kita udah ngasih tau tapi yang kita kasih tau tetep gamau nerima gimana?”
“Biarkan saja, tugas kita hanya menyampaikan, biar Allah yang selesaikan sisanya :)”
“Kalo misalnya kita ditanya tapi kita ga tau gimana kak?” salah satu dari mereka menimpali
“Bilang aja gatau susah amat” kemudian yang lain menjawab dengan suara agak kesal karna sudah kebelet mau pulang
“Jika memang kalian tidak tau jawabannya, bilang saja tidak tau, karena kalian tidak akan jatuh terhina dan kehilangan kemuliaan disaat kalian tidak tau terkait satu dan lain hal yang ditanyakan kepada kalian, jika memang tidak tau chat aja di whatsapp grup kita, nanti saya bales kalo misalnya saya tau”
“Halah, kak andy aja jawab whatsapp 2 hari setelahnya gimana kita mau nanya” jawab mereka agak meledek haha
“Ya namanya juga hidup gan haha, yasudah kita akhiri dengan lafadz hamdalah, dan doa penutup majelis”
Setelah selesai, semua nya memacu kendaraan nya dan jalan pulang. Hanya tersisa aku dan Faiz di depan teras rumahnya. Tiba tiba ada seorang akhwat masuk mengucapkan salam pada kami dan langsung masuk ke dalam rumah.
“Assalamu’alaykum”
“Wa’alaykumussalam” aku dan Faiz menjawab secara bersamaan
“itu siapa iz?”
“oh itu kakak saya kak abis pulang mentoring juga di masjid depan”
“oalah kakak kamu ikut mentoring juga? Alhamdulillah”
“Iya kak, saya aja awalnya pengen ikut mentoring begini karna kakak saya, bahkan dia yang buat ayah saya yang dulu jarang sholat, sekarang jadi rajin sholat 5 waktunya”
“Wih mantap ya haha”
“Ya walaupun dulu dia sempet dilarang sama ayah saya ikut pengajian kaya gini, tapi lama kelamaan karena kakak saya berubah jadi anak baik baik dan suka bantu bantu pekerjaan rumah dan nilai di sekolah nya bagus dan masuk kuliah yang bagus, akhirnya ayah saya luluh juga dan jadi baik banget sama kakak saya dan nurut apa yang kakak saya bilang. Padahal dulu kakak saya sampe nangis gara gara gaboleh pake jilbab panjang dan ikut pengajian itu. Tapi Alhamdulillah lah kak sekarang”
Akhirnya perbincangan kami berlanjut ke pertanyaan seputar STEI ITB yang diimpikan oleh Faiz sejak dulu. Dan akhirnya setelah ngobrol extra time nya sekitar 30 menit akhirnya aku pamit pulang.
Sekian.
Serpong, 30 Januari 2017 22.34 WIB
*Akhirnya kelar gan haha*
5 notes
·
View notes