#Ahlussunnah
Explore tagged Tumblr posts
lagtrovert · 2 months ago
Text
Shaykh Salim Bamihriz (حَفِظَهُ ٱللَّٰهُ):
"No one honours women except a noble person and no one is bad to women except a lowly person who has no worth."
[Explanation of selected prophetic narrations | part 4 | markaz us sunnah]
0 notes
salafiyyin · 7 months ago
Text
Arsip [1438H/2016M] : Bantahan Terhadap Doktor Muhammad Arifin Badri
Bismillah.. Berikut kami sampaikan (arsip) Bantahan dari Al-Ustadz Ja’far Umar Thalib –rohimahullah– terhadap tulisan Arifin Badri -hadahullah- mengenai beberapa penyimpangannya dari manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bantahan ini di posting pada tanggal 17 Oktober 2016 M atau bertepatan dengan tanggal 16 Muharram 1438 H di grup WA Majalah Salafy. Barakallahufiikum..
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kantorberita · 2 months ago
Text
Bupati Seluma Resmi Buka Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama: Membangun Kualitas Generasi Muda
Bupati Seluma Resmi Buka Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama: Membangun Kualitas Generasi Muda KANTOR-BERITA.COM, SELUMA|| Bupati Seluma yang diwakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Seluma H Hendarsyah, S.IP, MT, secara resmi membuka acara Pendidikan Dasar Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PD-PKP NU) Kabupaten Seluma, Acara tersebut dilaksanakan di Pondok…
0 notes
laoderrs · 11 months ago
Text
"Di antara prinsip ahlussunnah
adalah menggabungkan antara usaha dan berserah diri kepada Allah dalam masalah takdir. Tidak berpegang teguh terhadap usaha saja, tidak pula berserah diri saja tanpa usaha."
Ustadz Umar Baladraf hafizhahullahu ta'ala dalam kajian "Aqidah Salaf tentang Takdir"
59 notes · View notes
mnwlife · 1 month ago
Text
Tumblr media
MENULIS KARENA ADA KEBUTUHAN, BUKAN KARENA UNTUK MENGEJAR SETORAN
أبو اسحاق قال : سألت الأوزاعي
"Abu Ishaq berkata: aku bertanya kepada Imam Al Auza'i"
Pada pertanyaan Abu Ishaq kepada Imam Al Auza'i ini, Doktor Ahmad Al Ghomidi menjelaskan dalam footnotenya:
لم يذكر عن أي شيء سأله ولكن السياق يوضح أنه سأله طريق النجاة
"Tidak disebutkan tentang apa dia bertanya, namun redaksinya menjelaskan bahwasannya penanya bertanya tentang apa jalan keselamatan?"
Para masyaikh mengatakan dalam mensyarah Aqidah ini dan lainnya:
Bahwasannya para ulama salaf mereka tidak menulis kitab aqidah yang ringkas kecuali kalau memang dibutuhkan.
Faedah Kajian Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafidzahullah - Aqidah Imam Al Auza'i rahimahullah "I'tiqod Ahlussunnah wal Jama'ah karya Imam Al Lalikai" (1)
5 notes · View notes
herricahyadi · 10 months ago
Note
Menurut kakak, bagaimana jika menikah dengan yang tidak semanhaj?
Tergantung model manhaj yang seperti apa yang kalian ikuti. Memang manhaj mayoritas umat Islam ahlussunnah, tapi dalam kenyataannya implementasi manhaj ini berbeda-beda. Dan, perbedaan itu makin nampak menjadi firkah-firkah.
Nah, model firkah yang seperti apa yang diikuti? Karena akan sangat mempengaruhi cara berinteraksi dengan orang lain. Ada firkah yang keras dan sangat sensitif; ada firkah yang fleksibel dan mengikuti zaman; ada yang menekankan pada persatuan apapun firkahnya.
Definisikan kamu berada di fikrah mana dan bagaimana entitas tersebut melihat firkah lainnya. Jika bisa bertoleransi, maka hubungan lintas firkah itu bisa saja terjadi. Tapi kalau cukup keras, tidak disarankan untuk berdampingan karena akan ada banyak selisih di rumah tangga kelak. Sudah banyak kejadian berujung perceraian, karena pemaksaan ini.
5 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year ago
Text
Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah
Aqidah adalah landasan fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Aqidah yang benar akan membawa seorang muslim kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak heran jika masalah aqidah selalu menjadi prioritas dalam berbagai penjelasan ajaran Islam, karena wujudnya bagaikan nadi bagi setiap manusia.
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan rasul-rasul.
(An-Nahl ayat 36)
Ayat ini menunjukkan bahwa fokus dakwah para rasul yang paling utama adalah untuk memperbaiki aqidah, agar umat menyembah Allah semata dan meninggalkan peribadahan kepada selain Allah.
Kemajuan zaman, disadari atau tidak turut menghadirkan berbagai kesesatan, bid'ah dan nilai-nilai yang bertolak belakang dengan ajaran seorang muslim. Jika seorang muslim tidak memiliki aqidah yang benar, maka ia pun mudah terperosok kedalam kesesatan penuh dosa.
Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah merupakan aqidah Islam sendiri yang diwarisi dari ulama, para sahabat, dan Rasulullah SAW. Ummat Islam yang mengikuti aqidah ini adalah golongan ummat Islam yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka istiqomah dalam berittiba dan menjauhi perbuatan yang tidak dilandasi dalil yang shahih.
Dalam aplikasinya, menjalankan aqidah ahlus sunnah wal jamaah tidak sesulit yang dibayangkan, sepanjang amalan tersebut dilaksanakan sesuai al quran dan as sunnah, maka Allah sudah catat sebagai amal ibadah.
Sumber:
8 notes · View notes
ameliazahara · 11 months ago
Text
Bandung itu ngerubah gue banget.
Aceh dan Bandung itu kehidupannya kontras banget jauhnya. Semiskin-miskinnya orang Aceh ga sampe tuh kayak orang miskin di sana. Apalagi biaya hidup dan berbagai masalah sosial lebih beragam di sana. Di Aceh soal masalah sosial ini ga ada apa-apanya dibanding di sana.
Semiskin-miskinnya orang Aceh, rumahnya layak untuk ibadah sholat dari segala aspek, baik rukun maupun syara’nya. Semua ga ada yang menyimpang dari agama dan ahlussunnah waljamaah.
Awal tiba di Bandung, gue masih rasis, masih menganggap kalau standar baik ya begini dan itu juga yang jadi standar baik yang Allah terima. Awal tiba di Bandung gue shock, ketika tau mereka bisa tinggal di tempat demikian, yang untuk shalat aja ruangannya ga muat. Pakaiannya juga jauh dari syariat. Urusan lain-lainnya apalagi.
Sampe akhirnya gue belajar untuk memahami berbagai kondisi dan permasalahan sosial lainnya yang berimbas dengan agama. Gue belajar untuk mengaplikasikan ilmu tauhid yang telah lama gue pelajari di kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Tiga tahun di Bandung, gue tinggal di kawasan yang berdampingan langsung dengan masyarakatnya membuat gue punya sudut pandang baru, bahwa surga dan neraka itu mutlak hak Allah. Ga boleh sesiapapun menakar surga dan nerakanya orang lain hanya karena sudut pandangnya saja.
Surga itu bukan tanah sekapling yang hanya muat diisi oleh sanak famili saja. Dan neraka juga bukan suatu yang bisa digunakan untuk mengutuki orang lain. Kita bukan panitia akhirat. Karena diakhirat kelak setiap hamba sibuk mempertanggungjawabkan catatan amalnya masing-masing.
Pengaplikasian ilmu tauhid itu berat. Bagaimana diri bisa seyakin-yakinnya bahwa Allah memiliki 99 sifatnya.
Alhamdulillah selama di sana diri bisa menjadi sebaik-baiknya pembelajar. Allah hadirkan segala kecukupan dari sisi yang tidak disangka-sangka. Allah lembutkan hati untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, hingga tidak pernah sekalipun terbesit bahwa diri lebih baik dari pada yang lain.
Jika tidak pernah merantau ke sana, mungkin diri tidak tau betapa beruntungnya tinggal di negeri yang diberkahi. Mungkin diri akan mudah mengutuki takdir yang lain sebab merasa dunia selalu berjalan seperti di sini adanya, yang nyatanya tidak semua orang terlahir beruntung dan jalan takdir tidak ada yang tau.
Semoga apa yang telah dipelajari dari kota kemarin, tetap menjadi bekal dimanapun langkah yang ditapaki.
3 notes · View notes
lagtrovert · 2 months ago
Text
Simple basics to distinguish a person of Sunnah from a person of Ahwaa'/Bid'ah | Shaykh Raslaan حَفِظَهُ اللَّهُ
0 notes
menuliskankembali · 1 year ago
Text
Ketika searching terkait app e-reader, saya nggak sengaja melihat judul buku "Selfie: How We Became So Self-Obsessed And Whats Doing To Us?" Karya Will Stor. Yang artinya kurang lebih, Selfie: Bagaimana Kita Menjadi Sangat Terobsesi Dengan Diri Sendiri Dan Apa Efeknya Untuk Kita?
Saya pun lanjut mencari ringkasannya, dan yang saya temukan semakin menarik karena apa yang dibahas seperti apa yang saya duga. Yaitu sekarang kita berada di era yang mana tiap orang memiliki kecenderungan kuat untuk menonjolkan dirinya sendiri.
Bahkan kini ada istilah "Personal Branding". Dan dikatakan juga bahwa jika ingin melihat diri seseorang yang sempurna, maka tengoklah sosial medianya. Tentu saja kecenderungan ini memiliki sisi gelap yang tidak setiap orang sadar.
Di antara sisi gelapnya yaitu orang-orang menjadi lebih mementingkan diri sendiri, makin individualis, makin kurang memiliki empati terhadap sesama. Karena diri yang sudah dianggap sebagai brand, akan memandang orang lain sebagai kompetitornya.
Saya mengira isu seperti ini hanya terpikirkan oleh seorang muslim. Itupun muslim yang konsen tentang fitnah popularitas, muslim yang mengerti bahwa Allah mencintai hambaNya yang al-Khofy. Saya kira hal ini hanya menjadi konsennya para ulama ahlussunnah dan hamba-hamba Allah yang sholeh.
Apalagi setelah membaca secara ringkas kitab dengan judul التواضع والخمول karya Ibnu Abid Dunya رحمه الله. Pada bagian belakang terdapat perkataan para ulama yang menunjukkan sisi tawadhu dan betapa bencinya mereka dengan popularitas. Saya takjub sekali. Dan ternyata, non muslim pun memiliki pemikiran seperti ini. Meski dibangun dari pondasi yang berbeda.
Artinya apa? Hal ini berarti isu ini tak sekedar bisa dilihat dari sisi agama. Namun ternyata ada banyak hal yang bisa dilihat dari sisi duniawi. Mungkin karena berkaitan erat dengan masalah kebahagiaan ya? Oleh karenanya di antara mereka ada yang memikirkannya dan ada yang cukup konsen dengan hal ini. Bahkan bukunya Will Stor ini laris loh disana. Hanya belum masuk versi Indonya saja.
Saya pun berpandangan, orang-orang yang menjauhi kecenderungan self-obsessed ini justru menjadi orang yang berkelas. Baik dipandang secara sisi dunia, dan juga dari sisi akhirat.
Kepribadian yang Islam tawarkan kepada kita semua adalah kepribadian yang amat berkelas, dan elegan. Namun, sayangnya kebanyakan kita justru mengejar hal-hal rendah. Justru menghiasi diri dengan kepribadian yang sama sekali tak memiliki wibawa.
@menuliskankembali | 1445
3 notes · View notes
arifaizin · 2 years ago
Text
Ringkasan Kitab Nawaqidul Islam - HSI Abdullah Roy
Tumblr media
Penulis kitab ini adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At Tamimi yang lahir pada tahun 1115 H di Uyainah, sebuah daerah di Jazirah Arab.
Nawaqid artinya adalah pembatal-pembatal. Jamak dari Naqidun yang artinya pembatal atau perusak.
Keislaman tersebut bisa batal apabila melakukan satu diantara Nawaqidul Islam. Dan pembatal-pembatal keislaman ada yang berupa ucapan, keyakinan di dalam hati, dan perbuatan anggota badan.
Diantara pembatal keislaman, ada yang berupa keyakinan, seperti:
• Meyakini bahwa ada illah (sesembahan) selain Allah
• Meyakini bahwa hukum selain hukum Allah adalah lebih baik daripada hukum Allah
• Meyakini bahwa shalat lima waktu tidak wajib
• Meyakini kehalalan sesuatu yang jelas diharamkan di dalam agama Islam, seperti zina, homoseks, minuman keras, dan lain-lain.
Pembatal keislaman ada yang berupa perbuatan anggota badan, seperti:
• Bersujud kepada selain Allah
• Menyembah untuk selain Allah
• Dan lain-lain
Mengetahui Nawaqidul Islam (pembatal-pembatal keislaman) merupakan perkara yang sangat penting, karena seseorang harus mengetahui kebaikan untuk diamalkan dan mengetahui kejelekan supaya bisa terhindar dari kejelekan tersebut.
Hudzaifah Ibnu Yaman, seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
كان أصحابُ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَسأَلُونَه عن الخَيرِ، وكُنتُ أسأَلُه عن الشَّرِمَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Dahulu, para sahabat Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam, mereka bertanya kepada Beliau tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada Beliau tentang kejelekan, karena aku takut terjerumus ke dalam kejelekan tersebut.” [Muttafaqun’ Alaihi]
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
والجهل داء قاتل وشفاؤه أمران في التركيب متفقان نص من القرآن أو من سنة وطبيب ذاك العالم الرباني
“Kebodohan adalah penyakit yang mematikan dan obatnya adalah dua hal yang digabung menjadi satu, yaitu nash dari Al Qur’an atau dari As Sunnah dan dokternya ada seorang ‘alim robbani.”
Allah berkata,
(وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلۡسِنَتُكُمُ ٱلۡكَذِبَ هَـٰذَا حَلَـٰلࣱ وَهَـٰذَا حَرَامࣱ لِّتَفۡتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَۚ إِنَّ ٱلَّذِینَ یَفۡتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ لَا یُفۡلِحُونَ)
[Surat An-Nahl 116]
“Janganlah kalian mengatakan dengan lisan-lisan kalian, ini adalah halal, ini adalah haram, untuk berdusta atas nama Allah. Orang-orang yang berdusta atas nama Allah, maka dia tidak akan beruntung.”
Di sana ada dua kelompok yang tersesat di dalam masalah ini.
1. Kelompok yang berlebih-lebihan, hingga mengatakan bahwasanya ini adalah sesuatu yang kufur, padahal Allah tidak mengatakan itu adalah sebuah kekufuran. Seperti orang-orang Khawarij yang berkeyakinan bahwa orang yang melakukan dosa besar, dia keluar dari Islam.
2. Orang-orang yang berlebihan, sehingga mengatakan bahwa ini sesuatu yang tidak kufur, padahal Allah telah menjelaskan bahwa itu adalah kekufuran. Seperti orang-orang Murji’ah, yang mereka menganggap bahwasanya keimanan cukup dengan keyakinan di dalam hati. Seandainya seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang kufur, yang penting hatinya mengenal dan meyakini Allah, maka dia tidak keluar dari agama Islam.
Ahlussunnah wal Jama’ah bukan termasuk Khawarij dan juga bukan termasuk Murji’ah. Mereka berada di pertengahan.
Diantara kaidah yang disebutkan oleh ulama Ahlussunnah wal Jama’ah di dalam masalah pembatal keislaman adalah:
• Terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang kufur akan tetapi tidak dihukumi sebagai orang yang kafir, karena di sana ada syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang dihukumi sebagai orang yang kafir. Diantaranya: Baligh, berakal, tidak dipaksa.
Beliau mengatakan, “Ketahuilah sesungguhnya termasuk Nawaqidhul Islam (pembatal-pembatal keislaman) yang paling besar ada 10″
i’lam (آعلم) artinya adalah ketahuilah.
Dan kalimat ini digunakan oleh orang arab untuk memberi tahu bahwasanya apa yang akan dia katakan adalah sesuatu yang penting.
1. Menyekutukan di dalam beribadah kepada Allah.
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla ketika menyebutkan tentang 10 hak di dalam surat An Nisa, hak yang pertama yang disebutkan adalah hak Allah sebelum hak yang lain.
Allah berfirman,
وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ وَبِٱلۡوا⁠لِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنࣰا وَبِذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡیَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِینِ وَٱلۡجَارِ ذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِیلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُكُمۡۗ
[Surat An-Nisa’ 36]
“Dan sembahlah Allah, dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kalian miliki.”
Ibadah adalah:
اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَفعَالِ الظَّاهِرَةِ وَالبَاطِنَةِ
“Seluruh perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun yang batin.”
Kemudian Syeikh menyebutkan dalil bahwa kesyirikan adalah pembatal keislaman, yaitu firman Allah,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَغۡفِرُ أَن یُشۡرَكَ بِهِۦ وَیَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن یَشَاۤءُۚ ⁠
[Surat An-Nisa’ 48 dan 116]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang di bawah syirik bagi siapa yang dikehendaki.”
2. Barangsiapa yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara, berdo’a kepada mereka, meminta kepada mereka syafa’at, dan bertawakal kepada mereka, maka dia telah kufur, dengan kesepakatan para ulama.
Maksudnya adalah di dalam ibadah, menjadikan makhluk, baik itu seorang Nabi, malaikat, atau orang yang shalih, sebagai perantara di dalam ibadahnya kepada Allah agar mendekatkan dia kepada Allah. Atau menjadikan dia sebagai syufa’a (orang-orang yang memberikan syafa’at baginya di sisi Allah) dan bertawakal kepada perantara tersebut, maka ini adalah perbuatan yang diharamkan, termasuk kesyirikan, karena berdo’a dan bertawakal adalah ibadah yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah.
Dalil yang menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah, firman Allah,
(وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِیۤ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِینَ یَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَت��ی سَیَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِینَ)
[Surat Ghafir 60]
“Dan Rabb kalian berkata, ‘Berdo’alah kalian kepada-Ku niscaya aku akan mengabulkan untuk kalian.’ Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, niscaya mereka akan masuk ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina.”
Ayat ini menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah, dari dua sisi:
1. Allah memerintahkan kita untuk berdo’a kepada-Nya. Berarti Allah mencintai do’a. Dan ini menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah.
2. Allah menamakan do’a dengan ibadah. Karena setelah Allah mengatakan, ‘Berdo’alah kalian kepada-Ku’ Allah berkata setelahnya, ‘Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku’.
Orang-orang yang shalih, mereka sudah meninggal dunia. Menolong diri mereka sendiri saja mereka tidak mampu, lalu bagaimana mereka bisa menolong orang lain?
Memohonkan ampun untuk diri sendiri sudah tidak bisa, lalu bagaimana mereka memohonkan ampunan untuk orang lain?
Ternyata Umar radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu meminta do’a dari Abbas yang masih hidup saat itu dan tidak meminta do’a dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Apabila seseorang mengatakan, kita memerlukan perantara kepada Allah sebagaimana kita memerlukan perantara ketika akan berbicara dengan presiden, maka dia telah menyamakan Allah dengan makhluk.
Diantara mereka ada yang beralasan bahwa kita adalah hamba yang berdosa dan banyak maksiat. Apabila kita berdo’a sendiri maka Allah tidak mengabulkan dan kita tidak diampuni dosanya sehingga kita harus punya perantara.
Maka kita katakan, selama kita mau berdo’a kepada Allah dan masih mengharap kepada Allah, justru itu adalah sebab kita mendapatkan ampunan dari Allah.
Dalam hadits yang lain ketika Beliau ditanya oleh Abu Huroiroh,
من أسعدُ النَّاسِ بشفاعتِك يومَ القيامة؟
“Siapakah orang yang paling gembira mendapatkan syafa’atmu di hari kiamat?”
Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
مَن قَالَ لا إلهَ إلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِن قَلبِهِ
“Orang yang mengatakan لا إلهَ إلَّا اللَّه ikhlas dari hatinya.” [HR Al Imam Al Bukhari]
3. “Barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrikin atau dia ragu tentang kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka, maka dia telah kafir dengan ijma’ para ulama.”
Tidak boleh ada satupun kabar yang datang dari Allah dan Rasul-Nya didustakan oleh seorang muslim. Barangsiapa yang mendustakan apa yang datang dari Allah dan juga Rasul-Nya berupa kabar dan juga berita, maka dia telah keluar dari agama Islam.
Dan diantara kabar yang datang dari Allah dan juga Rasul-Nya adalah kekafiran orang-orang yang kafir. Di dalam Al Qur’an Allah mengkafirkan orang-orang musyrikin, ahlul kitab baik Yahudi maupun Nasrani, dan orang-orang munafikin. Kewajiban kita adalah meyakini kekafiran mereka.
Ketika Allah mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir, maka tidak boleh seorang muslim mengatakan bahwa ahlul kitab sama dengan kaum muslimin.
Diantara bentuk kekafiran ahlul kitab adalah membeda-bedakan diantara para Rasul Allah. Beriman kepada sebagian Rasul dan mendustakan Rasul yang lain.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Tidaklah mendengar tentang kedatanganku salah seorang diantara umat ini, baik seorang Yahudi maupun Nasrani kemudian dia meninggal dunia dan tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali dia adalah termasuk penduduk neraka.” [HR Muslim]
Allah juga mengabarkan tentang kekafiran orang-orang munafik, di dalam firman-Nya,
وَلَقَدۡ قَالُوا۟ كَلِمَةَ ٱلۡكُفۡرِ وَكَفَرُوا۟ بَعۡدَ إِسۡلَـٰمِهِمۡ
[Surat At-Tawbah 74]
“Dan sungguh mereka (orang-orang munafik) telah mengucapkan ucapan yang kufur, dan mereka kafir setelah keislaman mereka.”
"Barangsiapa yang meragukan kekafiran orang-orang musyrikin”, mengatakan dengan hatinya ‘mungkin mereka kafir dan mungkin mereka muslim. Atau membenarkan madzhab mereka, maka dia telah kafir dengan ijma."
Ada hal yang boleh kita lakukan terkait orang-orang yang kafir dan ada hal yang tidak boleh kita lakukan terkait dengan mereka.
Diantara yang boleh dilakukan:
1. Berbuat baik kepada orang-orang kafir.
2. Berbuat adil kepada mereka.
3. Jual beli dengan mereka.
4. Boleh berhutang.
5. Boleh membuat perjanjian damai.
Allah membolehkan kita untuk berbuat baik kepada mereka selama mereka:
1. Tidak memerangi kita di dalam agama kita
2. Tidak mengeluarkan kita dari daerah kita
Diantara yang tidak boleh kita lakukan adalah:
1. Mendzolimi orang-orang kafir
2. Mewarisi harta mereka
3. Menguburkan mereka di pekuburan kaum muslimin
4. Mendahului mengucapkan salam kepada mereka
5. Mengucapkan selamat atas hari raya mereka
6. Menyerupai mereka
7. Mentaati mereka dalam kekafiran atau kemaksiatan
4. “Barangsiapa yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi lebih sempurna daripada petunjuk Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, atau meyakini bahwa selain hukum Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam lebih baik daripada hukum Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, seperti orang-orang yang mengutamakan hukum thaghut di atas hukum Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka dia telah kafir.”
Allah yang lebih mengetahui apa yang maslahat bagi kita dan apa yang mudhorot bagi kita.
Hukum thaghut adalah hukum-hukum yang dibuat oleh manusia. Kalau diyakini itu sama dengan hukum Allah atau lebih baik daripada hukum Allah, maka pelakunya keluar dari agama Islam. Tapi kalau dia berhukum dengan hukum tersebut karena sebab dunia, seperti harta dan jabatan, namun di dalam hatinya meyakini hukum Allah lebih baik, maka dia fasik, tidak keluar dari agama Islam.
5. “Barangsiapa yang membenci sesuatu diantara yang dibawa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam meskipun dia mengamalkannya, maka dia telah kufur dengan ijma’. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya ‘Yang demikian karena mereka membenci apa yang diturunkan oleh Allah, maka Allah membatalkan amalan-amalan mereka.’”
Ucapan beliau شَيْئًا artinya ‘sesuatu’, tidak harus membenci semuanya.
Orang-orang munafik di zaman Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam terkadang mereka berjihad, sholat lima waktu berjamaah di masjid, berinfak, tetapi mereka membenci semuanya itu di dalam hati mereka. Secara umum mereka membenci syari’at Islam.
Allah mengatakan,
(وَمَا مَنَعَهُمۡ أَن تُقۡبَلَ مِنۡهُمۡ نَفَقَـٰتُهُمۡ إِلَّاۤ أَنَّهُمۡ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا یَأۡتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمۡ كُسَالَىٰ وَلَا یُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمۡ كَـٰرِهُونَ)
[Surat At-Tawbah 54]
“Dan tidaklah mencegah dari menerima shodaqoh-shodaqoh mereka (orang-orang munafik) kecuali karena mereka kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka tidak melakukan sholat kecuali dalam keadaan malas dan mereka tidak berinfak/bershodaqoh kecuali dalam keadaan benci dengan shodaqoh tersebut.
Dan dalil yang menunjukkan kekufuran orang yang membenci apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah firman Allah,
(وَٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ فَتَعۡسࣰا لَّهُمۡ وَأَضَلَّ أَعۡمَـٰلَهُمۡ ۝ ذَ ⁠لِكَ بِأَنَّهُمۡ كَرِهُوا۟ مَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأَحۡبَطَ أَعۡمَـٰلَهُمۡ)
[Surat Muhammad 8 – 9]
“Dan orang-orang kafir, maka kecelakaan bagi mereka dan Allah membatalkan amalan mereka. Yang demikian, karena mereka membenci apa yang Allah turunkan. Maka Allah pun menghapuskan seluruh amalan mereka.”
Dalam sebuah hadits dari Umar bin Khatab radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, ada seorang laki-laki di zaman Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bernama Abdullah. Gelarnya Himar (حِمَار). Dahulu sering menghibur Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan Nabi dahulu mencambuk beliau dengan sebab minum minuman keras.
Suatu saat laki-laki tersebut didatangkan dan diperintahkan untuk dicambuk karena minum minuman keras. Kemudian ada seseorang yang berkata, “Ya Allah, laknatlah dia. Betapa sering dia dibawa ke sini.” Maka Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Janganlah kalian melaknat laki-laki ini. Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali dia adalah orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.” [HR Bukhari dan Muslim].
Ini menunjukkan bahwa kemaksiatan tidak menunjukkan kebencian kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman,
( لَاۤ أُقۡسِمُ بِیَوۡمِ ٱلۡقِیَـٰمَةِ ۝ وَلَاۤ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ)
[Surat Al-Qiyamah 1 – 2]
“Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu mencela (dirinya sendiri).
Maksudnya adalah jiwa yang ketika dia melakukan kemaksiatan, dia mencela dirinya sendiri.
Kita harus membedakan antara الكُرهُ الإِعتِقَادِي, kebencian yang merupakan keyakinan. Dia membenci syari’at Allah baik syari’at tersebut berat atau tidak. Dan inilah yang merupakan kekufuran.
Dan الكُرهُ الطَّبِيعِي kebencian yang merupakan tabiat manusia, seperti kebencian karena beratnya syari’at tersebut bagi dirinya, disertai keyakinan bahwa syari’at Allah itulah yang benar. Di dalamnya ada kebaikan dan harus diikuti, seperti berat bagi seseorang berperang karena harus menahan sakit ketika terluka, berpisah dengan keluarga, dll. Seperti beratnya seseorang ketika berwudhu di waktu yang dingin. Maka kebencian seperti ini adalah tabiat manusia, bukan merupakan kekufuran.
6. “Barangsiapa yang mengejek sesuatu dari agama Allah atau pahala-Nya atau siksaan-Nya, sungguh dia telah kufur.
Dalilnya firman Allah yang artinya: Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, kalian mengejek? Janganlah minta udzur, sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian.”
Beliau berkata setelahnya, أَوْ ثَوَابِهِ، أَوْ عِقَابِهِ atau mengejek pahala Allah atau siksaan-Nya, seperti mengejek surga dan kenikmatan di dalamnya, dan mengolok-olok neraka dan berbagai siksaan di dalamnya.
Barangsiapa yang menyifati Allah dengan kekurangan, sungguh dia telah merendahkan Allah. Seperti orang-orang yang meyakini bahwa Allah memiliki anak. Sebagaimana keyakinan orang-orang musyrikin dan ahlul kitab.
“Orang-orang Yahudi mengatakan ‘Uzair adalah anak Allah dan orang-orang Nasrani mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah.” [Surat At-Tawbah 30]
Diantara contoh merendahkan Allah, apa yang diucapkan orang-orang Yahudi ketika mereka menyifati Allah dengan kefakiran. Mereka menyifati bahwa tangan Allah terbelenggu.
Seseorang yang di dalam hatinya ada keimanan, dia akan menghormati ayat-ayat Allah.
Ayat-ayat Allah ada dua:
1. Ayat-ayat kauniyah, yaitu tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam semesta ini.
2. Ayat-ayat sam’iyyah. yaitu tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di dalam kitab-Nya, seperti yang ada di dalam Al Qur’an.
Dalil bahwasanya orang yang mengejek agama Allah dan apa yang berkaitan dengannya menjadi kafir adalah firman Allah,
قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Katakanlah wahai Muhammad, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya, kalian mengejek-ejek? Janganlah kalian minta udzur. Sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian.” [At Taubah 65-66]
Allah mengatakan, كَفَرْتُم (kalian telah kufur).
Padahal saat itu yang mengucapkan ucapan ejekan hanyalah satu orang. Yang demikian karena orang-orang yang mendengar saat itu ridho terhadap ejekan tersebut, meskipun mereka tidak mengucapkan.
“Dan sungguh telah Allah turunkan kepada kalian di dalam Al Qur’an, apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah dikufuri dan diejek, maka janganlah kalian duduk bersama mereka sampai mereka berbicara tentang pembicaraan lain. Sesungguhnya kalau kalian demikian, maka kalian semisal dengan mereka. Sesungguhnya Allah mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, semuanya.”
[Surat An-Nisa’ 140]
Dan perlu diketahui bahwa mengejek terkadang dengan lisan, terkadang dengan tulisan, bahkan bisa dengan isyarat, seperti isyarat mata atau tangan.
7. “Yang ke tujuh adalah sihir. Dan diantara macamnya, Ash Shorfu dan Al ‘Athfu. Barangsiapa yang mengerjakannya atau ridho dengan sihir, maka dia telah kufur, keluar dari Islam. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya ‘Dan tidaklah keduanya mengajarkan sihir kepada seseorang sampai keduanya berkata sesungguhnya kami adalah ujian, maka janganlah engkau kufur.’ [Al Baqarah 102]”
السِّحْرُ
di dalam Bahasa Arab adalah segala hal yang samar sebabnya.
Sihir yang dilarang ada dua jenis:
1. Sihir hakiki
Yaitu sihir yang benar-benar, maksudnya sihir yang memudhoroti orang lain, membuat sakit, membunuh, sihir yang menjadikan kecintaan menjadi sebuah kebencian, dan sebaliknya.
2. Sihir takhyili, yaitu sihir yang hanya sekedar hayalan, menjadikan penglihatan orang lain melihat sesuatu yang tidak sebenarnya, seperti yang terjadi di zaman Nabi Musa ‘alaihissalam ketika Fir’aun mengumpulkan tukang sihir-tukang sihir di Mesir untuk melawan Nabi Musa ‘alaihissalam. Mereka menggunakan sihir takhyili, menyihir mata-mata manusia sehingga melihat tali-tali yang mereka lempar seakan-akan itu adalah ular.
Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Musa ‘alaihissalam dimana Allah benar-benar menjadikan tongkat Nabi Musa, ular yang hidup yang bergerak yang memakan tali-tali yang dilempar
Kedua jenis sihir ini diharamkan di dalam agama Islam dan sihir memiliki macam-macam yang banyak, diantaranya kata beliau adalah As Shorfu dan Al ‘Athfu.
Ash Shorfu artinya adalah memalingkan. Maksudnya memalingkan rasa cinta menjadi rasa benci. Misalnya seorang suami yang mencintai istrinya berubah menjadi kebencian dengan sebab sihir ini.
Al ‘Athfu artinya adalah cinta. Sihir ini menjadikan seseorang yang awalnya membenci akhirnya menjadi mencintai.
Orang-orang Yahudi meyakini bahwa Sulaiman bisa menundukkan jin dengan sihir sebagaimana tukang sihir-tukang sihir. Padahal tidak demikian. Allah telah menjadikan jin dan syaithan tunduk kepada Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, sehingga mereka pun menurut ketika diperintah oleh Nabi Sulaiman.
Adapun tukang sihir-tukang sihir, maka mereka menundukkan jin dengan mantra-mantra yang isinya adalah kekufuran kepada Allah. Apabila diucapkan oleh seorang tukang sihir, maka syaithan akan ridho karena syaithan sangat senang dengan kekufuran. Apabila dia ridho, maka dengan senang hati dia dan pasukannya membantu apa yang diinginkan oleh tukang sihir, berupa santet dll.
Hukuman bagi tukang sihir adalah dibunuh, dan yang menegakkan hukuman adalah hak pemerintah yang sah, bukan dilakukan secara individu.
Mereka mempelajari sihir yang tidak memudhoroti mereka & tidak memberikan manfaat kepada mereka. [Surat Al-Baqarah 102]
Menunjukkan kepada kita bahwasanya orang yang melakukan sihir nanti diakherat tidak memiliki bagian artinya tidak memiliki kenikmatan.
8. “Yang ke delapan: menolong orang-orang musyrikin dan membantu mereka di dalam memerangi kaum muslimin. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya ‘Dan barangsiapa yang menolong mereka maka sesungguhnya dia termasuk mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.’ [Al Maidah : 51]”
Adapun orang yang membantu orang-orang musyrikin dan orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin tetapi bukan karena cinta dengan agama orang-orang kafir tersebut dan bukan karena senang apabila agama orang-orang kafir lebih nampak dari agama kaum muslimin, contohnya dia menolong karena keinginan duniawi seperti jabatan, harta, wanita, dll, maka orang yang demikian telah melakukan dosa besar tetapi tidak sampai keluar dari agama Islam. Ini termasuk kefasikan.
9. “Yang ke sembilan, barangsiapa yang meyakini bahwa sebagian manusia tidak wajib mengikuti Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan bahwa dia boleh keluar dari syari’at Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Nabi Khadhir keluar dari syari’at Nabi Musa ‘alaihissalam, maka dia kafir.”
Dan ini adalah keistimewaan Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Adapun para Nabi sebelumnya, maka mereka diutus untuk kaumnya saja.
Nabi Musa ‘alaihissalam diutus kepada Bani Israil. Nabi Isa ‘alaihissalam diutus kepada Bani Israil. Nabi Shalih ‘alaihissalam diutus kepada Tsamud. Nabi Hud kepada ‘Aad. Nabi Syu’aib diutus kepada Madyan. Nabi Nuh diutus kepada kaumnya.
Kemudian Rasulullah berkata,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam sekarang ini hidup, niscaya dia tidak boleh kecuali harus mengikuti diriku.” [HR Imam Ahmad dan dihasankan oleh Syeikh Al Albani Rahimahullah]
Risalah Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah umum untuk seluruh manusia dan jin.
Setelah ini semua, apabila ada seseorang di zaman sekarang meyakini bahwa sebagian manusia boleh untuk tidak mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, boleh untuk tidak beriman dengan Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, boleh untuk keluar dari syari’at Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka dia telah keluar dari agama Islam.
Kenapa demikian?
Karena dia telah mendustakan kabar Allah dan karena dia telah mendustakan kabar Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Masuk di dalam golongan ini sebagian manusia yang mengaku telah mencapai derajat tertentu di dalam agama, maka dia sudah tidak terikat dengan perintah dan larangan, boleh baginya tidak sholat lima waktu, tidak puasa Ramadhan, meminum minuman keras, berzina, dll. Dan mereka mengatakan bahwasanya syari’at hanyalah untuk orang-orang yang memiliki derajat yang rendah di dalam agama.
Barangsiapa yang meyakini keyakinan ini, maka dia telah keluar dari agama Islam.
Mereka beralasan “Sebagaimana Nabi Khadhir boleh keluar dari syari’at Nabi Musa.”
Maka kita katakan ini adalah sebuah alasan yang tidak benar dan alasan yang bathil, karena Nabi Khadhir ‘alaihissalam bukan termasuk Bani Israil. Sedangkan Nabi Musa ‘alaihissalam hanya diutus kepada Bani Israil.
10. “Yang ke sepuluh adalah berpaling dari agama Allah. Tidak mau mempelajarinya dan tidak mau mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya “Dan siapa yang lebih dzalim daripada orang-orang yang diingatkan dengan ayat-ayat Rabb-nya kemudian dia berpaling dari ayat-ayat Allah. Sesungguhnya kami akan mengadzab orang-orang yang mujrimin.” [As Sajdah 22]”
Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allah.
Maka dia harus mengetahui makna ibadah, macam-macamnya, supaya dia menyerahkan seluruh ibadah tadi hanya kepada Allah.
Dan juga harus mempelajari macam-macam kesyirikan, supaya tidak terjerumus ke dalam kesyirikan yang merupakan perkara yang bertentangan dengan لا إله إلا الله
Dan ilmu yang dimaksud di dalam Al Qur’an dan juga Sunnah adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang diamalkan oleh orang yang memilikinya. Bukan hanya sekedar pengetahuan.
Orang yang berilmu dan dia tidak mengamalkan ilmunya, maka dia seperti orang-orang Yahudi.
Dan orang yang beramal tanpa berdasarkan ilmu, maka ini seperti orang-orang Nasrani.
---
“Tidak ada bedanya di dalam pembatal-pembatal keislaman yang sepuluh ini antara orang yang bercanda, orang yang bersungguh-sungguh, dan orang yang takut, kecuali orang yang dipaksa.”
Telah berlalu penyebutan kisah orang munafik yang mengejek Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dan dia menyebutkan bahwa ejekan dia dilakukan karena permainan saja. Namun ternyata yang demikian tidak bermanfaat dan dia tidak diberikan udzur.
Beliau berkata,
وَكُلُّهَا مِنْ أَعْظَمِ مَا يَكُونُ خَطَرًا، وَأَكْثَرِ مَا يَكُونُ وُقُوعًا،
فَيَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ أَنْ يَحْذَرَهَا وَيَخَافَ مِنْهَا عَلَى نَفْسِهِ
نَعُوذُ بِاللهِ مِنْ مُوجِبَاتِ غَضَبِهِ، وَأَلِيمِ عِقَابِهِ
“Dan semuanya ini termasuk yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi. Maka sepantasnya seorang muslim waspada dan takut terjadi atas dirinya sendiri. Kita berlindung kepada Allah dari perkara-perkara yang menyebabkan kemarahan-Nya dan kita berlindung kepada Allah dari pedihnya siksaan-Nya.”
Ini menunjukkan bahwa di sana masih ada perkara-perkara yang lain yang tidak beliau sebutkan di sini.
Dengan demikian kita sudah menyelesaikan kitab yang mulia ini, kitab yang sangat bermanfaat, yaitu Nawaqidul Islam, yang berisi tentang 10 perkara yang paling besar yang bisa membatalkan keislaman seseorang.
Semoga Allah Subhānahu wa Ta’āla memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan menjadikan ilmu yang kita dapatkan adalah ilmu yang diamalkan.
9 notes · View notes
akuyanglain · 1 year ago
Text
ASRABI: ASWAJA RASA WAHABI
Oleh siswanto
Pertama kali saya mengenal term Asrabi dari postingan Mas Lulus Suprapto pada tahun 2016, saat terjadi politik SARA di Jakarta. Asrabi adalah orang atau golongan yang secara kultur keagamaan Islam Tradisionalis (Aswaja), namun tingkah lakunya seperti Wahabi. Yaitu berpikir saklek, tekstualis dan kaku dalam memahami qoul-qoul ulama madzhab dan teks ayat Al-Quran dan Hadits. Selain itu ciri khas lainnya cenderung takfiri mudah mencap munafik, zindiq, bahkan memberi stempel kafir kepada sesama muslim yang tidak sepemikiran dengannya atau beda preferensi (kubu) politik. Golongan Asrabi ini sangat benci secara membabi buta terhadap kaum Wahabi, tapi dilain pihak mereka juga sebarisan dengan Wahabi dalam propaganda politik sektarian. Saya menyebutnya orang yang mengalami gejala psikopat dalam agama. Ibaratnya setiap hari mencaci maki dan mengolok-olok Wahabi, lalu tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba baik-baikin Wahabi, dan menyebutnya sebagai "Mujahidin Ahlussunnah" pejuang Islam, penegak syariat.
Lalu kenapa kaum Asrabi bisa terjebak pada propaganda politik sektarian dan bisa satu barisan dengan Wahabi (baik yang Murji'ah maupun Khawarij) dalam masalah ini?
Jawabannya adalah Golongan Asrabi memegang doktrin Fitnah Akhir Zaman yang merujuk pada dua tanduk setan yang dimaknai dua firqoh, yaitu Wahabi dan Syiah. Maka selain benci Wahabi (hanya dalam bidang agama) secara membabi buta, mereka juga sangat membenci Syiah secara membababi buta pula. Dalam memandang Syiah, golongan Asrabi cenderung berpikir deduktif dan menganggap firqoh Syiah sebagai entitas tunggal yang tidak memiliki macam-macam aliran madzhab fiqh. Padahal Syiah itu sama seperti Sunni yang terdiri dari banyak aliran atau Madzhab Fiqh. Implikasi dari doktrin dua tanduk setan yang dimaknai dua firqoh (Wahabi dan Syiah) membuat golongan Asrabi ini terjebak propaganda politik sektarian yang sebenarnya itu merupakan False Flag Opération yang digunakan oleh NATO untuk agenda Régime Change War di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim yang tidak mau tunduk pada agenda politik imperialisme Barat, dengan Wahabi sebagai bahan bakar dan api penyulut konflik berbungkus sektarian yaitu SYIAH MEMBANTAI SUNNI, yang dibacking MSM BARAT sebagai penyebar propaganda untuk mempengaruhi opini publik internasional, khususnya muslim awam seperti Asrabi.
Golongan Asrabi juga disebut kelompok Islam Post-Tradisionalis/Khilafis. Karena mereka juga punya agenda ingin mendirikan negara (ilusi) agama Khilafah versi penafsiran mereka sendiri. Seperti yang sudah disinggung pada paragraf pertama. Golongan Asrabi merujuk pada kelompok yang sebagian besar ikut menunggangi politik SARA pada 2016, dengan gerakan politik 212, yang diisi oleh NUGL+FPI tokoh-tokohnya seperti UAS, Idrus Ramli, Luthfi Bashori, dan orang-orang yang dibarisan mereka. Adapun negara yang menjadi kiblat preferensi geopolitik golongan Asrabi adalah Turki yang notabene anggota NATO, dan juga Qatar di mana tempat Syaikh Al-Qardhawi pentolan Ikhwanul Muslimin tinggal. Mereka sering disebut warga Turki KW dengan label Turkimen dan Turkiyem karena menganggap presiden Turki, Yang Mulia Sultan Recep Tayyip Erdoğan sebagai presidennya.
NB: Asrabi juga merujuk pada tokoh yang kalah dan sakit hati dalam pemilihan Ketua Umum NU Muktamar Jombang 2015, yang kemudian mendirikan NUGL untuk melawan PBNU kepemimpinan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj. Yang nama tokohnya sudah disebutkan di atas. Berkolaborasi dengan pentolan Wahabi, Farid Ahmad Okbah mendirikan MIUMI.
Tumblr media
6 notes · View notes
manhajsalafiyyah · 2 years ago
Text
𝙇𝙤𝙫𝙞𝙣𝙜 𝙤𝙣𝙚 𝙖𝙣𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧 𝙛𝙤𝙧 𝙩𝙝𝙚 𝙨𝙖𝙠𝙚 𝙤𝙛 𝘼𝙡𝙡𝙖𝙝 - 𝙗𝙮 𝙨𝙝𝙚𝙞𝙠𝙝 𝙝𝙖𝙨𝙖𝙣 𝙖𝙨 𝙨𝙤𝙢𝙖𝙡𝙞 حفظه الله
The prophet ﷺ said: there are 3 things if you have you will taste the sweetness of imam
- the one who loves Allah and his messenger more than anything
- the one who loves somebody purely for the sake of Allah
- to hate to return to kufr as he hates to be thrown into the hell fire
He brothers upon tawheed and sunnah
#Salafi #Salafirecording #Salaf #Muslim #Islam #Quran #Sunnah #Salafiyyah #Ahlussunnah #Ahlulhadith #Ahlulkhayr #Salafidawah #Manhajassalaf #Salafassalih #shorts
4 notes · View notes
ariesaekad · 8 days ago
Text
ALIRAN APA
Aliran umat pertama agama ini.
Tafsir Al-Qur"an yang mana yang kamu gunakan sbg petunjuk?
Derajat hadis yang mana yang kamu gunakan sebagai dasar2 mengambil tindakan?
Pemahaman manusia yang mana yang kamu ikuti?
Agama ini tidak dijalankan dgn mengikuti budaya nenek moyang, perkataan sebagian besar orang, dan tidak juga orang2 fasik dan munafik yang mengaku-ngaku sebagai ulama.
Ahlussunnah wal jamaah till jannah
InsyaAllah
#salafi
0 notes
mnwlife · 2 years ago
Text
WASIAT TERAKHIR ULAMA AHLUSSUNNAH TENTANG AQIDAH
قال الشيخ عبد المالك رمضاني الجزائري حفظه الله:
ومما لا أكاد أنساه وصية شيخنا محمد أمان الجامي رحمه الله فقد ذكر لنا من حضره من مشايخنا وغيرهم أنه كان يقول في سياقات الموت: ((العقيدة! العقيدة! أوصيكم بذلك)).
ونعم الميتة هذه! فقد عاش الشيخ للتوحيد، لا يكاد يُعرف له كلام إلا في التوحيد والدفاع عنه، فختم الله له به; حيث جعله وصيته من بعده، كما فعل الخليل إبراهيم وبنوه -عليهم الصلاة والسلام-، قال الله تعالى:
وَوَصَّىٰ بِهَاۤ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ بَنِیهِ وَیَعۡقُوبُ یَـٰبَنِیَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّینَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ - أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَاۤءَ إِذۡ حَضَرَ یَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِیهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِیۖ قَالُوا۟ نَعۡبُدُ إِلَـٰهَكَ وَإِلَـٰهَ ءَابَاۤىِٕكَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِیلَ وَإِسۡحَـٰقَ إِلَـٰهࣰا وَ ٰ⁠حِدࣰا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ
Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu berkata: Di antara hal yang hampir tidak pernah aku lupakan adalah wasiat guru kami, yaitu Syaikh Muhammad Aman Al-Jaami rahimahullahu. Telah menceritakan kepada kami yang hadir dari guru-guru kami dan selain mereka, ketika beliau mau meninggal dunia beliau berkata: "Aqidah! Aqidah! Aku wasiatkan kalian dengannya."
Alangkah indah kematian seperti ini. Sungguh hidup beliau untuk tauhid, hampir tidak ada ucapan beliau melainkan tentang tauhid dan membela tauhid, maka Allah menutup hidup beliau dengan tauhid/aqidah serta menjadikannya sebagai wasiat beliau kepada generasi yang datang setelah beliau. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan putra-putra beliau alaihim ash-shalatu wa as-salam:
وَوَصَّىٰ بِهَاۤ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ بَنِیهِ وَیَعۡقُوبُ یَـٰبَنِیَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّینَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ - أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَاۤءَ إِذۡ حَضَرَ یَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِیهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِیۖ قَالُوا۟ نَعۡبُدُ إِلَـٰهَكَ وَإِلَـٰهَ ءَابَاۤىِٕكَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِیلَ وَإِسۡحَـٰقَ إِلَـٰهࣰا وَ ٰ⁠حِدࣰا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ
Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.
Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya'kub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 132-133)
(Sittu Durar Min Ushul Ahli Al-Atsar 30-31 oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu)
Sumber: (Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafidzahullah) https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0J6PU2nEa6CAqgekjmRmH3y3VvnXNfW4A4Mm6GF4PHtyq5dX2j7ejQM4ez7x3Hvmcl&id=100044635020235&mibextid=Nif5oz
7 notes · View notes
m1totoslot · 27 days ago
Text
BNPT perkuat sinergi deradikalisasi dalam lapas
Tumblr media
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus memperkuat sinergi dalam program deradikalisasi dengan stakeholder terkait, khususnya dalam lembaga pemasyarakatan (lapas).
Deputi 1 Bidang Pencegahan, Pengawasan dan Deradikalisasi BNPT Mayor Jenderal TNI Roedy Widodo mengatakan semangat kolaboratif yang tercerahkan dalam keikhlasan digelorakan dalam menangani pembinaan narapidana terorisme (napiter) di dalam lapas.
“Dengan kolaborasi, kita cerahkan dan ikhlas bekerja, semata-mata bukan saja karena tugas pokok tetapi karena ibadah,” kata Roedy dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Dia mengakui kolaborasi deradikalisasi di dalam lapas yang dilakukan dengan para stakeholders sejauh ini sudah sangat bagus.
Hal ini perlu dipertahankan dan dijaga semangatnya karena dengan adanya contoh, kolaborasi yang baik akan membawa pengaruh baik kepada mitra deradikalisasi di dalam lapas.
“Ada suatu hukum alam, like attracts like, yang serupa akan menarik yang serupa, kalau kitanya ikhlas dan mencerahkan, kalau kita kolaboratif teman-teman mitra deradikalisasi ikut tercerahkan,” tambahnya.
Sementara itu, Kasi Bimbingan Kemasyarakatan Lapas Kelas I Surabaya Bambang Sugianto mengaku kolaborasi deradikalisasi yang sudah dikoordinasikan oleh BNPT, sudah berjalan dengan baik di lapangan.
Menurutnya, hal ini dibuktikan juga dengan adanya implementasi Peraturan BNPT nomor 2 tahun 2020, khususnya terkait perlindungan kepada petugas lapas yang rentan terhadap ancaman dan terpapar paham radikal terorisme.
Dengan koordinasi di lapangan dan implementasi undang undang tersebut, para petugas kini merasa lebih aman dalam menjalankan tugas.
“BNPT langsung gerak cepat untuk melakukan perlindungan itu, melalui koordinasi dengan aparat setempat dan bentuknya seperti apa, hal ini langsung terimplementasi dari BNPT,” ungkap Bambang.
Dalam audiensi tersebut dihadirkan pula dua narapidana terorisme di Lapas Kelas 1 Surabaya, yakni ASJ dan AJ.
AJ napiter asal Jawa Barat ini mengaku dengan adanya kolaborasi ini, dirinya merasakan perubahan lebih baik kepada dirinya, baik dari pemahaman maupun keahlian karena semua pihak saling membantu.
“Di samping pemahaman bisa berubah, dari radikal menjadi ahlussunnah wal jamaah yang benar, kemudian kita juga dapat ilmu-ilmu life skill di sini,” ungkap AJ.
Hadir dalam kegiatan itu perwakilan dari Ditjenpas Kemenkumham, dan Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Jawa Timur Densus 88 AT Polri, dan Kasubdit Bina Dalam Lapas BNPT Kolonel Marinir Wahyu Herawan, MSc.
𝐁𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 : Klik disini
0 notes