Text
Path to the Top : A Journey of Learning Leadership Together
1. Kepemimpinan yang Berbasis Layanan: Mengikuti Teladan Rasulullah ﷺ
Kepemimpinan dalam perspektif Islam mengajarkan kita bahwa seorang pemimpin sejati adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya. Ini adalah konsep yang sangat berbeda dengan kepemimpinan yang hanya bertujuan untuk meraih kekuasaan atau status sosial. Rasulullah ﷺ, sebagai contoh teladan utama dalam kepemimpinan, telah menunjukkan bahwa pemimpin yang sesungguhnya adalah mereka yang mengutamakan kesejahteraan umat dan selalu berusaha melayani mereka dengan penuh kasih sayang dan perhatian.
Teladan Rasulullah ﷺ dalam Kepemimpinan Rasulullah ﷺ tidak pernah memimpin dengan ego atau keinginan untuk memperkaya diri sendiri. Sebaliknya, beliau selalu memimpin dengan tujuan untuk memberi manfaat bagi umat, menjadikan kepemimpinan sebagai amanah yang harus dipenuhi dengan tanggung jawab dan pengorbanan. Dalam banyak kesempatan, beliau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas orang lain, seperti membantu meperbaiki rumah, menggiling gandum, atau bahkan menyusun pasukan dalam pertempuran. Semua itu menunjukkan bahwa kepemimpinan yang beliau jalankan adalah kepemimpinan yang berfokus pada pelayanan, bukan dominasi atau paksaan.
Melayani dengan Tulus: Jalan Utama dalam Kepemimpinan Konsep kepemimpinan berbasis pelayanan mengajarkan bahwa pemimpin sejati tidak hanya mengarahkan orang untuk mengikuti perintah, tetapi juga berupaya memenuhi kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan orang lain, baik dalam hal kesejahteraan fisik, emosional, maupun spiritual. Seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh yang baik dalam menunjukkan sikap rendah hati dan tidak menuntut penghargaan atau kedudukan.
Melayani dengan tulus artinya tidak memandang kedudukan atau jabatan seseorang, tetapi melihat setiap individu sebagai amanah yang harus dijaga dan diberdayakan. Pemimpin yang melayani akan selalu mendengarkan keluhan dan kebutuhan orang lain, memberikan perhatian penuh terhadap mereka, serta selalu siap membantu mereka tanpa mengharap imbalan.
Kepemimpinan yang Penuh Kasih Sayang dan Perhatian Salah satu sifat utama yang ditunjukkan oleh Rasulullah ﷺ dalam kepemimpinannya adalah kasih sayang. Dalam banyak hadis, Rasulullah ﷺ digambarkan sangat penyayang terhadap umatnya, bahkan terhadap orang-orang yang tidak seagama dengan beliau. Misalnya, ketika ada seorang ibu yang menangis karena anaknya meninggal, Rasulullah ﷺ mendekatinya dan berkata, "Apa yang kamu tangisi? Ini adalah pemberian Allah yang harus kita terima." Rasulullah ﷺ memberikan contoh bagaimana kepemimpinan yang penuh kasih sayang dapat meredakan kesedihan dan memberikan kedamaian dalam hati.
Pemimpin yang penuh kasih sayang akan mampu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan orang-orang di sekitarnya. Mereka tidak hanya memberi arahan, tetapi juga memberikan ruang untuk orang lain berkembang. Kepemimpinan yang penuh perhatian dan kasih sayang ini juga membangun rasa saling percaya antara pemimpin dan yang dipimpin, serta menjalin hubungan yang sehat dan harmonis.
Mengajak Pembaca untuk Merenungkan Konsep Kepemimpinan Berbasis Layanan Dalam E-Book ini, pembaca diajak untuk merenungkan kembali esensi kepemimpinan menurut Islam, yang sesungguhnya adalah perjalanan untuk melayani umat dan memberikan manfaat bagi sesama. Kepemimpinan yang baik bukan tentang memperoleh kekuasaan atau prestise pribadi, tetapi tentang bagaimana seorang pemimpin dapat memberi dampak positif pada kehidupan orang lain. Salah satu cara terbaik untuk menjadi pemimpin yang efektif adalah dengan belajar dari teladan Rasulullah ﷺ yang memimpin dengan hati, dengan penuh kasih sayang dan perhatian.
Melalui pemahaman ini, diharapkan pembaca dapat mengubah paradigma kepemimpinan mereka, dari sekadar mencari kedudukan dan kekuasaan, menjadi kepemimpinan yang lebih berbasis pada pengabdian dan pelayanan. Ini adalah jalan menuju kepemimpinan yang sejati, yang tidak hanya membentuk diri kita sebagai pemimpin yang baik, tetapi juga memberikan manfaat yang besar bagi orang lain dan umat secara keseluruhan.
2. Kepemimpinan yang Dimulai dari Diri Sendiri
Kepemimpinan yang efektif dan berkualitas tidak dimulai dengan memimpin orang lain, tetapi dengan mengelola diri sendiri terlebih dahulu. Seorang pemimpin yang ingin memimpin dengan baik harus memiliki kesadaran diri yang tinggi dan kemampuan untuk mengelola segala aspek dalam dirinya, mulai dari emosi, pola pikir, hingga niat dan tujuan hidupnya.
Kepemimpinan yang baik dimulai dengan pengendalian emosi. Sebagai manusia, kita pasti mengalami berbagai perasaan, seperti marah, frustrasi, dan kecewa. Namun, pemimpin sejati tidak membiarkan emosi-emosi tersebut menguasai diri mereka, terlebih dalam situasi yang penuh tekanan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda: "Bukanlah orang yang kuat itu yang bisa mengalahkan orang lain dalam pertandingan, tetapi orang yang kuat adalah mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari).
Mengendalikan emosi bukan berarti menekan perasaan, melainkan memiliki kontrol untuk merespons dengan bijaksana dan tidak terbawa suasana. Seorang pemimpin harus mampu menjaga ketenangan dalam situasi sulit dan memberi contoh kepada orang lain untuk bersikap sabar dan bijak.
Kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EQ) adalah kemampuan untuk memahami, mengelola, dan menggunakan emosi dengan cara yang positif untuk mengatasi tantangan dan berinteraksi dengan orang lain. Kecerdasan emosional sangat penting bagi seorang pemimpin, karena ia berkaitan erat dengan kemampuan untuk berempati, menjalin hubungan yang baik, dan memotivasi orang lain.
Seorang pemimpin dengan EQ yang tinggi akan mampu mengenali perasaan dirinya dan orang lain, serta membuat keputusan yang penuh perhatian terhadap dampaknya pada orang lain. Dengan kecerdasan emosional yang baik, seorang pemimpin dapat merespons dengan empati, mengurangi konflik, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif.
Salah satu aspek paling penting dalam kepemimpinan adalah niat. Niat yang benar adalah niat yang hanya mengharap keridhaan Allah. Sebagaimana Rasulullah ﷺ mengingatkan kita dalam hadits: "Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari & Muslim).
Pemimpin yang baik harus selalu mengevaluasi niatnya dan memastikan bahwa ia memimpin bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi demi kebaikan umat dan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Niat yang lurus akan membimbing tindakan seorang pemimpin untuk selalu mengambil keputusan yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Seorang pemimpin yang niatnya baik akan senantiasa diberikan petunjuk oleh Allah dalam setiap langkahnya.
Kepemimpinan yang dimulai dari diri sendiri juga mengharuskan seorang pemimpin untuk melakukan introspeksi atau muhasabah secara berkala. Introspeksi diri adalah cara untuk menilai diri sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta memperbaiki kekurangan yang ada. Dengan melakukan introspeksi, seorang pemimpin dapat mengevaluasi apakah keputusan-keputusan yang diambil sudah sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini dan apakah ia sudah menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
Tanpa introspeksi, seorang pemimpin berisiko terjebak dalam kesombongan atau kebiasaan buruk yang bisa merugikan dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, pemimpin yang baik selalu menjaga kesadaran diri untuk terus memperbaiki diri, belajar dari pengalaman, dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Agar menjadi pemimpin yang efektif, pengembangan diri adalah langkah awal yang sangat penting. Sebuah pemimpin harus selalu belajar, baik itu dari buku, pengalaman, atau melalui interaksi dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengembangkan diri adalah dengan memperdalam ilmu agama, karena pengetahuan yang baik dan benar akan membimbing seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Rasulullah ﷺ bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah).
Dengan terus belajar, seorang pemimpin akan mendapatkan wawasan yang lebih luas, yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan menginspirasi orang lain. Selain itu, pemimpin yang berilmu akan lebih dihormati dan dapat memberikan arahan yang lebih tepat dalam setiap langkah yang diambil.
Secara keseluruhan, kepemimpinan yang dimulai dari diri sendiri mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada orang lain, tetapi terlebih dahulu memperbaiki diri kita sendiri. Pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki kontrol diri, kecerdasan emosional, niat yang lurus, serta kemampuan untuk terus belajar dan berkembang. Inilah pondasi yang kuat untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya memimpin dengan kepala, tetapi juga dengan hati.
3. Membangun Kepemimpinan melalui Kerendahan Hati dan Ketegasan
Kepemimpinan sejati tidak hanya berkisar pada kemampuan untuk memimpin atau membuat keputusan, tetapi juga tentang bagaimana seorang pemimpin membangun hubungan yang baik dengan orang-orang yang dipimpinnya. Salah satu kualitas penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kerendahan hati. Namun, penting untuk diingat bahwa kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri atau kehilangan rasa percaya diri, melainkan menunjukkan sikap yang tulus dalam mendengarkan orang lain, mengakui kekurangan diri, dan menerima pandangan yang berbeda.
Kerendahan hati dalam konteks kepemimpinan mengajak seorang pemimpin untuk tidak merasa lebih tinggi dari orang lain atau terjebak dalam ego pribadi. Seorang pemimpin yang rendah hati akan selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari bawahannya. Dengan mendengarkan mereka, seorang pemimpin dapat memahami kebutuhan dan perasaan orang yang dipimpinnya, sehingga lebih mudah untuk membuat keputusan yang adil dan bijaksana. Rasulullah ﷺ sendiri memberikan teladan yang luar biasa dalam hal ini, di mana beliau selalu berinteraksi dengan masyarakatnya dengan cara yang sederhana dan penuh empati. Beliau tidak pernah membedakan antara dirinya dan orang lain, meskipun beliau adalah seorang pemimpin agung.
Kerendahan hati juga berarti berkomitmen untuk belajar dari orang lain, baik dari pengalaman mereka, kesalahan mereka, ataupun kebijaksanaan mereka. Tidak ada pemimpin yang sempurna; setiap orang memiliki kesempatan untuk terus belajar dan berkembang. Sebuah kepemimpinan yang baik tidak hanya berasal dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga dari kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di sekitar kita.
Namun, kerendahan hati tidak dapat berdiri sendiri tanpa diimbangi dengan ketegasan. Seorang pemimpin yang hanya rendah hati tanpa ketegasan akan sulit untuk mengambil keputusan yang tegas dan mengarahkan tim ke tujuan yang jelas. Ketegasan bukan berarti keras kepala atau otoriter, tetapi lebih kepada kemampuan untuk menetapkan batasan, membuat keputusan yang tepat di waktu yang tepat, dan menjaga visi serta tujuan tim tetap pada jalurnya.
Pemimpin yang tegas mampu memberikan arahan yang jelas dan konsisten, serta menunjukkan bahwa mereka memiliki komitmen yang kuat terhadap misi yang sedang dijalankan. Mereka tahu kapan saatnya untuk berbicara keras dan tegas, namun tetap dengan sikap yang penuh rasa hormat dan perhatian terhadap orang lain. Ketegasan ini akan memberikan rasa kepercayaan dan rasa aman bagi tim, karena mereka tahu pemimpin mereka mampu mengatasi masalah dan memberikan keputusan yang adil tanpa keraguan.
Kunci dari kepemimpinan yang sukses adalah mampu menyeimbangkan antara kerendahan hati dan ketegasan. Seorang pemimpin yang rendah hati namun tegas akan mampu menciptakan suasana yang penuh kepercayaan dan rasa hormat. Mereka dapat memberikan contoh yang baik melalui tindakan, bukan hanya kata-kata, dengan menjaga hubungan baik dengan sesama, baik dengan anggota tim maupun pihak luar yang terlibat.
Kerendahan hati memungkinkan pemimpin untuk memahami dan menghargai setiap individu, sementara ketegasan memberi mereka kemampuan untuk membawa tim menuju tujuan bersama dengan jelas dan efisien. Ketika keduanya digabungkan dengan baik, seorang pemimpin tidak hanya dihormati, tetapi juga diikuti dengan penuh keyakinan.
Rasulullah ﷺ adalah contoh sempurna dari kepemimpinan yang menggabungkan kerendahan hati dan ketegasan. Beliau memimpin dengan penuh kasih sayang dan selalu terbuka untuk masukan dari sahabat-sahabatnya. Namun, ketika menghadapi situasi yang memerlukan ketegasan, seperti dalam peperangan atau dalam menegakkan hukum Islam, beliau tidak ragu untuk mengambil keputusan yang tegas dan berani. Keputusan-keputusan beliau selalu didasari oleh prinsip-prinsip keadilan dan kebaikan bagi umat, meskipun harus menghadapi tantangan besar.
Sebagai pemimpin, kita harus belajar untuk mendengarkan dengan rendah hati, tetapi juga belajar untuk berbicara dan bertindak dengan ketegasan ketika diperlukan. Hanya dengan cara ini kita bisa menciptakan kepemimpinan yang efektif dan dihargai, serta membawa tim atau umat menuju kesuksesan yang lebih besar. Dengan memiliki kedua kualitas ini—kerendahan hati dan ketegasan—seorang pemimpin dapat melayani dan memimpin dengan penuh kebijaksanaan, sekaligus memberikan inspirasi dan arah yang jelas bagi orang lain.
4. Pentingnya Kebijaksanaan dalam Pengambilan Keputusan
Seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya memikirkan keuntungan pribadi atau keberhasilan jangka pendek, tetapi lebih jauh lagi, dia akan selalu memperhitungkan dampak keputusan yang diambil terhadap banyak pihak. Kepemimpinan bukan hanya soal mencapai tujuan, tetapi bagaimana keputusan-keputusan yang diambil dapat membawa manfaat bagi umat atau masyarakat secara luas, baik itu dalam konteks organisasi, negara, maupun dalam keluarga.
Seorang pemimpin harus memiliki visi yang lebih luas dari sekadar memikirkan kepentingan diri sendiri. Setiap keputusan yang dibuat seharusnya berpihak kepada kebaikan umat, bukan hanya demi mencapai tujuan pribadi atau kelompok yang sempit. Dalam perspektif Islam, kepemimpinan adalah amanah dari Allah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, demi memberikan manfaat kepada umat. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, pemimpin harus mampu melihat dampak keputusan yang diambil, baik secara langsung maupun jangka panjang. Keputusan yang bijaksana dapat memberikan dampak positif yang lebih luas, sedangkan keputusan yang terburu-buru dan tidak matang seringkali menimbulkan dampak buruk yang tidak diinginkan.
Kebijaksanaan tidak datang dengan sendirinya. Seorang pemimpin yang bijak harus memiliki dasar ilmu yang kuat, baik itu ilmu duniawi maupun agama. Ilmu membantu pemimpin untuk melihat situasi dengan jelas dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Seorang pemimpin juga harus berani untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan agar tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
Pengalaman juga memainkan peranan penting dalam membentuk kebijaksanaan. Pengalaman hidup, baik kegagalan maupun keberhasilan, dapat memberikan pelajaran berharga yang mengasah kemampuan seorang pemimpin untuk membuat keputusan yang bijak di masa depan. Kebijaksanaan datang ketika seorang pemimpin dapat memanfaatkan ilmu dan pengalaman untuk menilai situasi secara objektif dan adil.
Dalam dunia yang serba cepat ini, banyak pemimpin yang merasa tertekan untuk membuat keputusan secepat mungkin. Namun, keputusan yang tergesa-gesa sering kali menghasilkan hasil yang kurang optimal atau bahkan membawa kerugian. Kebijaksanaan mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru, tetapi untuk berpikir dengan tenang dan mempertimbangkan semua kemungkinan sebelum membuat keputusan.
Proses pengambilan keputusan yang bijak memerlukan waktu untuk merenung dan berfikir panjang. Sebagai pemimpin, kita harus dapat membedakan antara urgensi dan kepentingan jangka panjang. Tidak semua situasi memerlukan tindakan segera, dan sering kali lebih bijaksana untuk mengambil waktu sejenak untuk mengevaluasi semua pilihan yang ada.
Sebagai seorang pemimpin yang beriman, setiap keputusan yang diambil seharusnya dilandasi dengan tawakkal (berserah diri) kepada Allah. Sebagai hamba-Nya, kita harus senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak-Nya, dan hanya dengan pertolongan Allah-lah kita bisa menjalankan amanah kepemimpinan dengan baik.
Rasulullah ﷺ sering berdoa meminta petunjuk dan kebijaksanaan dari Allah dalam setiap keputusan penting yang beliau ambil. Salah satu doa yang diajarkan adalah doa istikharah, yaitu doa yang dipanjatkan untuk memohon petunjuk Allah dalam memilih keputusan yang terbaik. Sebagai pemimpin, kita juga harus senantiasa berdoa kepada Allah, memohon agar diberikan kebijaksanaan dan petunjuk-Nya dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil.
Selain berdoa, mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan ibadah dan ketaatan sangat penting dalam menjalani kehidupan sebagai seorang pemimpin. Keimanan yang kuat akan membawa seorang pemimpin untuk selalu bertindak dengan hati yang bersih dan niat yang baik. Hal ini akan mendorong pemimpin untuk senantiasa mempertimbangkan maslahat umat dalam setiap langkahnya.
Ketika seorang pemimpin dekat dengan Allah, dia akan diberi kekuatan batin dan ketenangan untuk mengambil keputusan yang adil, bijaksana, dan tepat. Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Talaq: 2-3). Dengan mendekatkan diri kepada Allah, seorang pemimpin akan diberikan petunjuk yang benar dan keputusan yang terbaik dalam menghadapi segala situasi.
5. Kepemimpinan yang Menginspirasi dan Memberdayakan Orang Lain
Kepemimpinan sejati bukan hanya soal posisi atau jabatan, tetapi lebih kepada bagaimana seorang pemimpin dapat menginspirasi orang-orang di sekitarnya untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi terbaik mereka. Dalam konteks ini, seorang pemimpin yang menginspirasi bukan hanya memimpin dengan contoh, tetapi juga memberi dorongan dan motivasi agar orang lain merasa dihargai dan berdaya.
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan contoh positif dalam setiap tindakan mereka. Dari perilaku sehari-hari, sikap terhadap pekerjaan, hingga cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Kepemimpinan yang menginspirasi adalah tentang menjadi contoh yang baik, yang menggerakkan orang lain untuk meneladani dan mengikuti. Setiap tindakan pemimpin harus mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, seperti kejujuran, ketekunan, dan rasa hormat terhadap orang lain.
Seorang pemimpin yang efektif selalu berusaha untuk menciptakan ruang bagi orang lain untuk berkembang. Ini berarti memberikan kesempatan untuk belajar dan tumbuh, tidak hanya dalam hal keterampilan profesional, tetapi juga dalam aspek pribadi dan spiritual. Kepemimpinan yang memberdayakan bukan tentang membatasi atau mengendalikan orang lain, tetapi memberikan kebebasan dan peluang bagi mereka untuk menemukan potensi mereka sendiri. Pemimpin yang baik memberi ruang bagi orang lain untuk menunjukkan kemampuan mereka dan memberikan kepercayaan agar mereka dapat berinovasi dan berkreasi.
Kepemimpinan yang memberdayakan juga berarti memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam setiap proses pengambilan keputusan. Ketika seorang pemimpin membuka pintu bagi orang lain untuk berbicara, memberikan ide, dan terlibat dalam perencanaan, mereka memberikan rasa memiliki dan tanggung jawab kepada setiap individu dalam tim. Ini akan menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap orang merasa dihargai dan diperhatikan. Pemimpin yang baik tidak hanya mendikte apa yang harus dilakukan, tetapi juga melibatkan orang lain dalam proses tersebut, memupuk rasa saling percaya dan kerjasama yang erat.
Memberdayakan orang lain berarti membangun hubungan yang berbasis pada kepercayaan. Seorang pemimpin yang memberdayakan percaya pada kemampuan orang-orang di sekitarnya dan memberikan mereka tanggung jawab yang sesuai. Ini memperkuat rasa percaya diri dan kebanggaan dalam diri setiap anggota tim. Kolaborasi yang sehat hanya dapat tercipta ketika semua orang merasa saling percaya dan tahu bahwa kontribusi mereka dihargai. Dengan mempercayakan tugas dan keputusan kepada orang lain, pemimpin tidak hanya memperlihatkan kepercayaan mereka pada kemampuan individu, tetapi juga mendorong terciptanya hasil yang lebih baik melalui kerja sama tim yang solid.
Kepemimpinan yang memberdayakan juga mengajarkan kita untuk mengatasi tantangan bersama-sama. Pemimpin yang baik akan selalu mendampingi anggotanya saat menghadapi rintangan, memberikan arahan yang jelas, namun tetap memberi ruang untuk mereka belajar dan berkembang dalam proses tersebut. Alih-alih mengatasi masalah seorang diri, pemimpin yang memberdayakan akan mengajak seluruh tim untuk menyelesaikan tantangan bersama-sama, menciptakan sinergi yang lebih besar dalam menghadapinya.
Seorang pemimpin yang memberdayakan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab di dalam diri setiap orang. Ketika seorang individu merasa diberdayakan, mereka cenderung merasa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang mereka emban. Kepemimpinan yang memberdayakan mengarah pada pembentukan individu yang tidak hanya bekerja demi diri mereka sendiri, tetapi juga untuk kesejahteraan bersama. Ini menciptakan rasa keterikatan yang mendalam antara anggota tim dan tujuan organisasi atau komunitas.
Pemimpin yang memberdayakan selalu berfokus pada pencapaian tujuan jangka panjang, yang melibatkan transformasi positif dalam diri setiap individu. Dengan membantu orang lain untuk berkembang, seorang pemimpin tidak hanya mempengaruhi masa depan mereka, tetapi juga memberi dampak positif pada lingkungan sekitar dan masyarakat yang lebih luas. Transformasi ini adalah hasil dari pengembangan potensi, keyakinan dalam kemampuan, dan kesempatan untuk berbuat lebih.
Harapan dan Doa Penutup
Semoga setiap langkah yang kita ambil senantiasa diberkahi oleh Allah, dan setiap usaha yang kita lakukan mendekatkan kita pada puncak impian kita. Semoga kita diberikan kekuatan, kesabaran, dan keteguhan hati untuk mengatasi setiap rintangan di perjalanan ini.
Ya Allah, jadikanlah kami pemimpin yang bijaksana, penuh kasih, dan selalu memberi manfaat bagi sesama. Berikanlah kami keberkahan dalam setiap ilmu yang kami cari dan dalam setiap usaha yang kami lakukan. Aamiin.
1 note
·
View note
Text

2 notes
·
View notes
Text
Hikmah
Para Ulama mengatakan,
"Jaga selalu tekad, cita-cita, dan impian Anda. Karena semua itu adalah muqaddimah (permulaan -red) bagi segala sesuatu." (Shifatus Shafwah)
"Ya Rabb-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong."
- Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, hafizhahullah
#islam#islamic#salaf#personal#sunnah#deenoverdunya#dawah#manhaj salaf#salafiyyah#sayings of the salaf#proud to be muslim#muslim
1 note
·
View note
Text

Allah Ta’ala juga berfirman,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, ‘Inilah jalanku! Aku mengajak manusia ke jalan Allah di atas ilmu. Yaitu, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha Suci Allah! Aku bukanlah orang yang berbuat kesyirikan’” (QS. Yusuf: 108).
Dalam ayat ini juga Allah Ta’ala mengajarkan kita untuk bangga menjadi seorang muslim, dengan mengatakan, “Inilah jalanku!”
Dan tidak ragu lagi bahwa Islam ini adalah agama yang sempurna. Sempurna dalam akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Dalam semua aspek kehidupan, terdapat tuntunan dan bimbingan yang lengkap dalam agama Islam. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, semua sudah ada tuntunan dan bimbingan yang paling sempurna. Mulai dari awal bulan hingga akhir bulan, mulai dari awal tahun hingga akhir tahun, semua sudah ada tuntunan dan bimbingan yang paling sempurna.
Maka hendaknya kita berbangga menjadi seorang muslim, bukan malah bangga ikut-ikutan kebiasaan umat yang lain.
Sumber: https://muslim.or.id/60809-bangga-menjadi-seorang-muslim.html Copyright © 2025 muslim.or.id
#islam#islamic#personal#muslim#sunnah#deenoverdunya#tawheed#dawah#welcome to islam#proud to be muslim#salafiyyah#salaf#sayings of the salaf#manhaj salaf#quraan
2 notes
·
View notes
Text
Hakikat ilmu ini tidak diukur dari luasnya pengetahuan, menang debat, panjangnya gelar, tingginya jam terbang, banyaknya riwayat dan menulis kitab..
Ilmu ini hakikatnya mencocoki sunnah (petunjuk) Nabi ﷺ dan para shahabat utamanya dalam berakidah, berlepas diri dari syirik dan bid'ah.
Syaikh Al-'Allamah Shalih Al-Fawzan hafidzhahullah berkata,
"Hanyalah disebut ilmu jika ditopang lurusnya pemahaman, mengikuti sunnah, lalu beramal dengannya meskipun sedikit.
Dan sedikitnya ilmu bila disertai amal saleh dan pemahaman yang benar terhadap agama Allah maka pada hakikatnya banyak, itulah ilmu yang bermanfaat."
It-haful Qari (2/41)
#manhajulhaq
#islam#islamic#sunnah#tawheed#dawah#deenoverdunya#welcome to islam#salaf#sayings of the salaf#manhaj salaf#salafiyyah
2 notes
·
View notes
Text

✒️ INILAH RAHASIA TENTANG SURGA
🎙️ Dalam hadits qudsi yang shahih, Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّا لحِينَ مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَ��َرِ
Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia.
📚 HR. al-Bukhari (no.3.072) dan Muslim (no.2.824).
2 notes
·
View notes
Text

Alhamdulillah, Menyelesaikan Dauroh Syari’iyah: Bedah Kitab Aqidah Bersanad
Bismillah,
Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji bagi Allah yang telah memudahkan saya untuk mengikuti dan menyelesaikan Dauroh Syari’iyah: Bedah Kitab Aqidah Bersanad selama 8 malam. Acara ini menjadi salah satu pengalaman yang sangat berharga.
Keistimewaan Dauroh dan Hikmah yang Didapat
Acara ini membahas tiga kitab penting yang menjadi fondasi aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, rahimahullah, yaitu:
Kitab Nawaqidul Islam
Kitab Qowaidul Arba’
Kitab Ushul Tsalatsah
Di bimbingan langsung oleh Ustadz Abu 'Amr Didit Ukhrawi hafizhahullah, sebagai pengganti Syaikh yang qadarullah berhalangan mengisi untuk daurah ini karena ada udzur. Setiap malam, materi disampaikan dengan sistematis dan penuh hikmah, membuat saya semakin paham pentingnya memperkuat aqidah sebagai seorang Muslim.
Ijazah Sanad: Amanah yang Harus Dijaga
Salah satu keistimewaan dari dauroh ini adalah mendapatkan ijazah sanad kitab. Ijazah ini merupakan amanah besar yang diwariskan dari para ulama hingga kepada kita, yang menjadi bukti kesinambungan ilmu dari Rasulullah ﷺ melalui para guru yang terpercaya.
Ustadz berpesan agar sanad ini dijaga dengan baik, karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkannya. Sanad adalah bagian dari keistimewaan umat Islam, yang menunjukkan bahwa ilmu ini bersumber langsung dari Rasulullah ﷺ melalui jalur yang jelas dan terjaga.
Harapan dan Doa
Ilmu yang telah dipelajari ini adalah sebuah titipan, yang harus terus diamalkan dan diajarkan kepada orang lain. Saya berharap apa yang telah dipelajari dapat membawa berkah, menjadi cahaya di tengah kehidupan dunia, serta menjadi bekal di akhirat kelak.
Semoga Allah memberikan kemudahan kepada saya dan kepada seluruh peserta dauroh untuk terus menjaga amanah ilmu ini, memperbaiki amal, dan senantiasa mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Semoga pula ilmu ini menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Dauroh Syar'iyah Bedah Kitab Aqidah Bersanad

Bismillah, Dengan penuh harap dan semangat, InsyaaAllah minggu depan saya berencana untuk mengikuti Dauroh Syari’iyah: Bedah Kitab Aqidah Bersanad. Acara ini adalah kesempatan langka untuk mendalami ilmu agama langsung dari para pemateri yang memiliki sanad keilmuan yang jelas dan terpercaya.
Mengapa Saya Tertarik?
Sebagai seorang Muslim, memperkuat pemahaman tentang aqidah adalah kewajiban. Dalam dauroh ini, kitab-kitab penting yang menjadi pondasi aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah akan dibahas, yaitu:
Kitab Nawaqidul Islam
Kitab Qowaidul Arba’
Kitab Ushul Tsalatsah
Pemateri utamanya, Syaikh Sayyid Dr. Zaid bin Muhammad Assegaf, adalah dosen di Universitas Islam Madinah sekaligus pengajar di Masjid Nabawi. Selain itu, penerjemahan disampaikan oleh Ustadz Azzam Dhiyaurrahman, seorang pelajar di Ma'had Haram, Masjid Nabawi. InsyaaAllah, ilmu yang didapatkan akan langsung bersumber dari sanad keilmuan yang mulia.
Keistimewaan dan Fasilitas
Acara ini tidak hanya sekadar kajian biasa, tetapi memberikan banyak sekali benefit, di antaranya:
Ijazah Sanad Kitab (S&K berlaku), yang merupakan tanda bahwa ilmu ini diajarkan secara bersambung dari guru ke guru hingga Rasulullah ﷺ.
E-Book PDF Matan dan Terjemahan dari kitab-kitab yang dibahas.
Tanya jawab eksklusif dengan Syaikh untuk mendalami ilmu secara langsung.
E-sertifikat resmi dan gelar non-akademik untuk peserta yang memenuhi syarat.
Jadwal dan Cara Mengikuti
Dauroh ini akan dilaksanakan setiap hari, Senin hingga Ahad pukul 20.00 WIB, melalui aplikasi Google Meet, sehingga dapat diikuti dari mana saja. Infaq pendaftaran pun sangat terjangkau, hanya Rp30.000,- untuk seluruh sesi.
Niat dan Harapan
Sebagai seorang pencari ilmu, saya berharap dengan mengikuti dauroh ini dapat meningkatkan pemahaman tentang aqidah secara mendalam dan membentengi diri dari pemahaman yang salah. Semoga ilmu ini juga menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.
Bagi Anda yang juga ingin memperdalam ilmu aqidah, jangan lewatkan kesempatan emas ini! Segera daftarkan diri Anda melalui kontak yang tertera di brosur, dan mari bersama-sama mengharapkan ridho Allah dalam setiap langkah menuntut ilmu.
Wallahu a’lam.
2 notes
·
View notes
Text
Di antara kalimat tobat yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah “istigfar”, yaitu memohon ampunan dari Allah Ta’ala.
Mudah-mudahan, dengan banyak beristigfar, Allah Ta’ala akan memberikan karunia yang berlimpah sebagai ganti dari musibah yang sudah menimpa kita.
muslim.or.id
1 note
·
View note
Text
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullah dengan sanadnya mengutip manuskrip yang dibacakan oleh Syaikh Abu Bakr Ahmad bin Ayyub tentang madzhab Ahlussunnah,
الرحمن على العرش استوى بلا كيف والآثار عن السلف في مثل هذا كثيرة
"Dzat Allah istiwa' (tinggi di atas) 'Arsy-Nya, tanpa menanyakan bagaimana hakikatnya dan atsar para salaf terkait masalah ini sangatlah banyak.
وعلی هذه الطريق يدل مذهب الشافعي رضي الله عنه وإليها ذهب أحمد بن حنبل والحسين بن الفضل البجلي ومن المتأخرين أبو سليمان الخطابي
Di atas jalan inilah madzhab Asy-Syafii radhiyallahu ‘anhu, madzhab Ahmad bin Hanbal, Al-Husain bin Al-Fadhl Al-Bajali serta para ulama muta’akkhirin seperti Abu Sulaiman Al-Khatthabi."
📚 Al-Asma’ was Shifat (2/308)
#manhajulhaq
2 notes
·
View notes
Text
Heart of a Bird: The Story Behind My Personal Logo
Welcome to my aspects of Tumblr, where I share small pieces of myself and my creative expressions. Today, I want to introduce you to my personal logo: a bird silhouette.
Why a bird, you might ask? Birds are beautiful creations of Allah, filled with signs of His power and wisdom. They symbolize reliance on Allah (tawakkul) and His supreme power, as they soar through the skies with ease. Their ability to fly is a testament to Allah’s greatness and the precision of His creation. Beyond their physical elegance, there’s a deeper inspiration rooted in faith.
In a hadith narrated by Imam Ahmad and Muslim, the Prophet Muhammad ﷺ said: "A group of people will enter Paradise whose hearts are like the hearts of birds." (HR. Ahmad 8382 & Muslim 7341)
This hadith reflects an ideal state of purity, trust, and reliance on Allah. The bird’s heart symbolizes innocence, humility, and a profound sense of trust in the Creator, traits I aspire to nurture in myself.
For me, the bird represents not only a personal reminder of spiritual growth but also a symbol of creativity and exploration. It’s a simple, yet meaningful logo that captures my journey and values.
Feel free to share your thoughts about the design or the inspiration behind it.
1 note
·
View note
Text
Apa kata murid Al-Imam Asy-Syafii rahimahullah tentang esensi tauhid?
Al-Imam Al-Muzani (264 H) rahimahullah berkata,
لا يصح لأحد توحيد حتى يعلم أن الله -تعالى- على العرش بصفاته
"Tauhid seseorang tidak akan benar hingga dia meyakini bahwa Allah tinggi di atas 'Arsy-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna (tidak serupa dengan makhluk)."
📚 Siyar A'lamin Nubala (12/499)
#manhajulhaq
1 note
·
View note
Text
Dengan lensa ini, kubingkai birunya langit, seolah dunia berhenti sejenak untuk dinikmati.
1 note
·
View note
Text
Pelatihan Jurnalistik dan Webinar Tafsir Al-Qur'an

16 November: Menjelajahi Dunia Jurnalistik dan Fotografi
Pada tanggal 16 November, saya berkesempatan mengikuti Pelatihan Dasar Jurnalistik dan Fotografi yang diselenggarakan oleh Akademi Jurnalistik Muhammadiyah - PDM Kota Bekasi. Acara ini memberikan wawasan mendalam tentang dasar-dasar jurnalistik, termasuk cara menulis cerita yang berdampak dan mengambil foto yang memikat. Sesi-sesi yang diadakan sangat inspiratif dan aplikatif, dengan pemateri yang merupakan jurnalis dan fotografer berpengalaman.

15 Desember: Mengupas Tafsir Al-Qur'an dengan Pendekatan Hermeneutika
Sebulan kemudian, pada tanggal 15 Desember, saya mengikuti sebuah Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (HIMA IAT) UIKA Bogor. Webinar ini mengangkat tema “Perlukah Umat terhadap Tafsir Hermeneutika? Kritik Keabsahan Tafsir Hermeneutika dalam Modernisasi Ilmu Al-Qur'an.”
Topik ini sangat menarik karena membahas tantangan dan kontroversi seputar penggunaan pendekatan hermeneutika dalam memahami Al-Qur'an. Para pembicara yang kompeten memaparkan argumen dari berbagai sudut pandang, menciptakan diskusi yang dinamis dan penuh wawasan.
1 note
·
View note
Text
Memperbaiki Diri Menuju Ampunan
Ada masanya dalam hidup, saya merasa begitu berat menjalani proses memperbaiki diri. Setiap langkah terasa seperti mendaki gunung yang curam, dengan kaki yang sering terpeleset dan tubuh yang terasa lelah. Namun, dalam perjalanan itu, saya sadar bahwa jatuh bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses untuk menjadi lebih baik.
Sebagai manusia biasa, kesalahan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Ada kalanya kita terpeleset oleh dosa, melakukan sesuatu yang kita tahu salah. Tetapi, di tengah kekecewaan terhadap diri sendiri, selalu ada cahaya harapan yang menuntun hati ini untuk kembali kepada Allah. Harapan itu adalah keyakinan bahwa rahmat-Nya begitu luas dan ampunan-Nya lebih besar daripada dosa-dosa kita.
Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an: “Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini menjadi penghibur dalam setiap jatuhnya langkah. Setiap kali saya merasa tidak pantas, ayat ini mengingatkan bahwa Allah Ta'ala tidak pernah menutup pintu ampunan-Nya. Tidak peduli seberapa besar dosa kita, selama kita mau kembali dan bertaubat dengan tulus.
Proses memperbaiki diri bukanlah jalan yang lurus dan mulus. Ada rintangan, godaan, dan kerap kali kegagalan yang membuat hati ini gundah. Tetapi, setiap kegagalan adalah kesempatan untuk belajar dan memulai lagi. Setiap kali jatuh, saya mencoba bangkit dengan harapan baru. Saya belajar bahwa apa yang Allah inginkan dari hamba-Nya bukanlah kesempurnaan, tetapi usaha yang tulus dan hati yang selalu berharap kepada-Nya.
Dalam perjalanan ini, saya juga menyadari pentingnya doa. Doa adalah bentuk pengakuan bahwa saya tidak bisa melangkah sendiri. Saya memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan, kesabaran, dan petunjuk untuk tetap berada di jalan yang benar. Doa juga menjadi penghibur, mengingatkan bahwa saya tidak pernah benar-benar sendiri dalam menghadapi perjuangan ini.
Memperbaiki diri memang tidak mudah. Tetapi, setiap langkah, sekecil apa pun itu, adalah bentuk ketaatan yang mendekatkan diri kepada Allah. Jangan pernah merasa malu untuk memulai lagi, jangan pernah merasa putus asa. Rahmat Allah jauh lebih luas daripada kesalahan-kesalahan kita.
Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk terus berjuang, untuk terus bangkit setiap kali jatuh, dan untuk terus berharap kepada Allah, yang rahmat-Nya tak pernah habis. Karena pada akhirnya, perjalanan ini adalah tentang kembali kepada-Nya, dengan hati yang penuh harap dan keyakinan akan ampunan-Nya.
1 note
·
View note
Text
Al-'Afuww dan Al-Ghafur
Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr, hafizhahullah berkata,
"Al-'Afuww (Maha Pemaaf) Dialah Dzat yang menghapuskan kejelekan-kejelekan dan mengampuni berbagai kemaksiatan.
Maknanya sangat dekat dengan Al-Ghafur (Maha Pengampun), akan tetapi Al-'Afuww punya makna yang lebih mendalam.
Karena pengampunan menunjukkan kepada ditutupnya aib dan dosa, sedangkan Al-'Afuww menunjukkan kepada penghapusan.
Dan penghapusan dosa lebih mendalam maknanya daripada penutupan dosa.
Itu jika kedua kata 'afuww dan ghafur disebutkan bergandengan dalam satu kalimat.
Adapun jika keduanya disebutkan secara terpisah maka 'afuww mencakup makna ghafur dan begitupula sebaliknya."
Fiqh Al-Asma' Al-Husna (hlm. 143)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, rahimahullah berkata,
"Permohonan ampun seorang hamba jauh lebih utama dibandingkan seluruh doa-doanya."
Akui dosa di hadapan Allah dan kesalahan yang telah diperbuat dan bertekadlah untuk tidak mengulanginya..
Semoga Allah mengampuni kita, menutupi aib, dan menghapus dosa dan kesalahan kita.
#manhajulhaq
1 note
·
View note