#5ccday10
Explore tagged Tumblr posts
Text
Menikah ituuu...
Nasihat-nasihat sesepuh
“Berkeluarga itu akan ada kerikilnya, konfliknya, tidak ada yang mulus seperti cerita di TV, tidak hanya senang-senang saja, Nak.”
“Cinta aja engga cukup untuk modal menikah, Nduk.”
“ Kompleks. Berkeluarga itu kompleks, jangan terburu-buru ya, Dek”
“Nanti, kalau sudah takdirnya, juga bakal ketemu kok, orang dan waktu yang tepat.”
Percakapan dengan Mama
“Ma, aku tidak akan terburu-buru ya, Mama juga yang sabar.”
“Bagus, mama dukung penuh untuk kamu bersiap-siapuntuk hal besar ini, ya.”
“Siap, Ma. Mama juga jangan lupa bersiap ya, menurutku Mama juga perlu melakukan itu. Bersiap jika suatu saat waktu menikah itu datang.”
“Oke, belajar bareng ya, Nduk. Mama suka kalo begini.”
“Aku mau coba dulu dari menormalisasi ucapan maaf, tolong, terima kasih dan komunikasi asertif deh. Sama  kemarin dapet materi kuliah tentang Family Life Cycle.”
“Gimana tuh?”
Kira-kira, begitulah nasihat dan percakapan yang aku bayangkan dalam otak. Ingin sekali mendengar nasihat dan diskusi mengenai pernikahan dari orang-orang terdekatku. Namun, aku terlalu malu dan merasa kecil untuk membukanya dulu. Bingung, mengapa kok orang – orang sepuh disini tidak ada yang berinisiatif membuka diskusi  daripada menanyakan terus “sudah ada calon belum?” Saat ini, bayangan hal tersebut baru sekedar imaji
Sebenarnya aku juga ingin mengkonfirmasi banyak hal pada Mama, tentang teori-teori pernikahan yang pernah aku dengar. Utamanya tentang FAMILY LIFE CYCLE. Dinamika hidup berkeluarga. Yang tiap stasenya ada tantangannya. Yang katanya tiap stasenya jadi tempat tumbuh, wadah belajar. Ingin sekali mengkonfirmasi dan bertanya pada Mama apa yang terjadi di keluarga kita? Aku terlalu kecil untuk memahaminya dulu.
“Apakah Mama merasa kesepian saat anak-anaknya mulai dewasa dan meninggalkan rumah?”
“Aku yakin Mama bahagia melihat anaknya berhasil melalui satu persatu stase hidup sampai akhirnya dewasa dan meninggalkan rumah, tapi apa Mama juga siap menghadapi kesepian itu?”
Itu yang ingin aku tanyakan juga.
7 notes
·
View notes
Text
Tak terasa pernikahan yang Vanya jalani dengan Aan sudah memasuki usia 2 tahun. Bertemu dengannya adalah salah satu anugrah terindah yang Vanya miliki. Kadang masih tak habis pikir, mengapa sosok lelaki ini mau menerima Vanya apa adanya.
Sebelum bertemu dengannya, Vanya seorang perempuan keras kepala, melakukan semuanya sendiri, dan berusaha untuk tidak melibatkan dan bergantung dengan orang lain. Awal pernikahannya tentu saja tidak mudah, banyak penyesuaian yang harus Vanya dan Aan lakukan. Ditambah dengan sifat Vanya, sepertinya itu membuat Aan harus extra bersabar.
Hingga pada suatu hari, Aan mengatakan sesuatu padanya, yang pada akhirnya membuat Vanya berubah dan rumah tangga ini menjadi lebih hangat, "Apakah kamu akan begitu terus? Mau sampai kapan kamu tidak mengijinkan aku untuk membantu kamu? Sampai kapan kamu ingin melakukannya sendiri? Aku ada disini untuk bantu kamu, apapun masalahmu. Kamu bisa katakan semuanya padaku. Kamu tidak perlu takut aku tinggalkan. Mau bagaimanapun masalah dan kondisi kamu, aku bakal tetep disisi kamu."
Ah, ternyata iya, ketika Vanya memulai pernikahan ini, ia lupa mengijinkan orang lain masuk, ia lupa bahwa orang yang berani mengetuk itu adalah orang yang sudah mau berkomitmen, dan ternyata Vanya sadar selama ini ia tertutup karena takut ditinggalkan.
'Buat dirimu diterima dan menerima. Ijinkan orang lain masuk ke kehidupanmu. Bukankah menanggung semuanya sendiri itu cukup melelahkan?'
Sumber : Pinterest (Bunga Hydrangea Putih)
8 notes
·
View notes
Text
Hadiah
Nendra meletakkan kotak kado berpita cantik di meja kerja istrinya.
Begitu pulang kerja tadi dia sengaja mampir ke toko alat tulis. Membeli alat lukis yang beberapa hari ini selalu dilihat istrinya dari layar gawai. Ketika Nendra memprovokasinya untuk membelinya, dia selalu tertawa sambil menggelengkan kepala. 'Nanti dulu tunggu tanggal kembar.'
Sore ini sengaja Nendra pulang awal. Istrinya sedang tidak di rumah seperti biasanya. Ada pertemuan sebentar dengan mantan bosnya untuk membahas proyek baru mereka. Mendengar izin yang dikatakan istrinya tadi pagi sebelum dia berangkat kerja membuat hati Nendra berdendang. Rencana kejutan sore ini bisa dia jalankan dengan aman.
Di awal pernikahan dulu ketika Nendra tiba-tiba membawa kotak hadiah untuk istrinya, Nendra terkejut. Dia kira istrinya akan tersenyum senang, berdendang, dan memeluk dia. Tapi malam itu dia mendapati istrinya berdiri canggung, tersenyum kaku menerima kotak hadiah darinya.
'Hadiahnya jelek, ya.' Nendra berucap kelu
Istrinya menggeleng. 'Nggak. Bagus banget.'
Lepas percakapan singkat, Nendra bingung. Tapi lebih dari itu Nendra sedikit marah. Ini istrinya diperlakukan semanis ini kenapa reaksinya begini. Baru menjelang tidur Nendra tahu sebabnya.
'Aku tidak biasa diperlakukan manis begitu Nendra. Aku selalu merasa bersalah kalau ada yang ngasih aku apapun itu. Termasuk kado.'
Malam itu Nendra paham bahwa kerasnya hidup, beratnya tanggung jawab, dan tuntutan keluarga pelan-pelan mengubah hati manusia. Nendra paham betul hati baik istrinya. Tapi Nendra seharusnya juga mengerti bahwa istrinya juga masih secuek itu memikirkan dirinya sendiri.
"Kamu pulang awal, Yang."
Lamunan Nendra terusik. Mendadak suara riang istrinya menyeruak dari belakang. Memenuhi ruang kerja yang tenang.
"Ingat, kamu itu tulang rusukku. Bukan tulang punggung" Ucapnya ketika melihat mata istrinya membelalak menatap kotak di atas meja kerjanya.
2 notes
·
View notes
Text
#26 Kata Abang
Malam minggu pukul 19.00 aku duduk di ruang tamu sendirian. Ku putar sebuah lagu indie kesukaanku. Aku tenggelam membaca buku sambil sesekali membuka pesan whatsapp. Bapak dan Ibuku sedang pergi menjenguk saudara di rumah sakit. Sementara Abangku belum kembali dari kantor.
“Kenapa senyum-senyum sendiri” kehadiran abang tiba-tiba mengagetkanku.
“Gak papa, lagi chat sama temen” jawabku yang masih asik mengetik.
“Temen-apa temen” tanyanya seolah mencurigaiku.
“Nih deh bang liat sendiri, baca juga boleh” aku menyerahkan handphone pada abangku.
Sudah menjadi hal yang biasa. Bapak dan abang sering memeriksa Handphone, chating dengan siapa, sms dengan siapa. Takut anak perempuannya ini salah jalan dan di sakiti oleh laki-laki.
“Nih abang beliin kebab sama greentea kesukaanmu, makan di luar yuk” ajaknya sambil menenteng kantong plastik berisi kebab, menuju halaman depan rumah.
“Dek, kamu lagi deket sama cowo?” selidiknya
“Enggak bang, kalo temen banyak. Kenapa bang?” jawabku
“Dengerin abang ya. Kamu jangan terlalu mudah percaya sama omongan laki-laki sebelum ia menikahimu. Omongan semacam, aku setia kok, aku gak bakal ninggalin kamu kok, atau hapalin nomorku ya kalo butuh apa apa kabarin aja. Pokoknya jangan terlalu percaya sama laki-laki” setelah sekian lama tidak mendengar petuah abang
“berarti sama abang juga dong” ledekku sambil tertawa.
“Iya gak gitu konsepnya dek. Satu lagi, kamu harus paham, mana laki-laki yang modus atau yang temenan beneran. Inget ya, inget". Kata abang sambil mengusap - usap kepalaku.
"Siap 86 abang" jawabku sambil terkekeh
3 notes
·
View notes
Text
Pernikahan vs Mama
"Ma, boleh gak aku tinggal sama mama aja?" Tanyaku pada mama di suatu pagi. "Kalau sekarang sih masih boleh saja, tapi kan nanti kamu harus ikut suamimu jika sudah menikah." Jawab mamaku heran."Aku gak pengen menikah maa.."Jawabku dengan suara lirih. "Eh gak boleh bicara begitu, nanti kalau sudah ada yang melamar dan kamu cocok ya menikah, masa melajang terus." Jawab Mama.
"Emangnya menikah sudah pasti bahagia?, aku lebih bahagia kalau sama mama." Jawabku tanpa terasa mulai mengeluarkan air mata.
Mama menatapku dalam-dalam, kemudian berkata, "Nak, menikah itu belum tentu selalu bahagia, tapi belum tentu sedih terus, ada pasang surutnya.""Ma.. aku pengen sama mama terus, pengen jagain mama sampai tua." Kataku sambil memeluk mama dengan manja.
Entah kenapa rasanya aku enggan sekali berpisah dengan mama. Semenjak kepergian papa, Mama adalah satu-satunya orang yang kupunya saat ini. Semenjak kepergian papa, aku memang tidak pernah memikirkan, tentang pernikahan. Hal yang aku pikirkan adalah bagaimana terus dapat membahagiakan mama. Karena sepanjang papa hidup, aku hanya melihat kesedihan di mata mama. Sebelum kepergian papa, memang banyak sekali masalah yang kami dapat akibat ulahnya. Terlebih papa tidak meninggalkan aset untuk kami melanjutkan hidup, untungnya saat kepergian papa aku sudah mulai bekerja.
Dari percakapan dengan mama tadi memang membuatku memikirkan kembali tentang pernikahan. Apalagi kalimat terakhir mama padaku, “Nak, nanti kalau mama tiba-tiba dipanggil Tuhan, akan lebih lega rasanya ketika kamu sudah memiliki pasangan dan menikah.”
3 notes
·
View notes
Text
Jalan Khadijah atau Fatimah?
Kami terdiam beberapa menit setelah berdebat begitu panjang. Karena lelah dengan argumen masing-masing, kami akhirnya memilih diam. Sedang aku sibuk dengan pikiran ku sendiri, dan orang didepan ku sedang memutar-mutar sedotan sambil melihat pusaran airnya.
"Lantas, seperti apa cara perempuan berusaha?" Suara ku memecah keheningan.
"Kamu bisa memilih usaha Khadijah atau Fatimah Az-zahra."
Aku diam memberi isyarat untuk mendapatkan jawaban selanjutnya.
"Kalau kamu memilih cara Khadijah maka kamu harus mengatakan itu ketika sepenuhnya merasa siap. Sampaikan niat baik mu dengan segala macam pertimbangan yang sudah jelas mantap untuk kamu jadikan pilihan. Kedua, menunggulah seperti Fatimah. Tapi menunggu yang aktif." Dia terdiam sejenak.
"Waktu menunggunya tidak terbuang sia-sia, sepanjang itu dia terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah."
"Dia berkarya, belajar, mengasah keahlian diri dan tentunya mengabdikan diri kepada orang tua."
"Heh, dua hal yang sulit buat dilakukan nggak, sih, dijaman ini?" Aku mendengus sambil melepas napas panjang.
"Tapi bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan, kan?" Ia kembali menegaskan, dan aku mulai antisipasi mendapatkan serangan seperti pertama tadi.
Sebenarnya, bertemu dengan perempuan didepan ku ini bukan pilihan tepat saat aku memutuskan untuk menceritakan permasalahan hubungan ku dengan seseorang. Yang pertama, dimata dia relasi yang ku jalani adalah kesalahan. Apapun itu nama yang digunakan jika aktivitasnya tidak jauh berbeda dengan pacaran, itu tetap ia anggap salah.
"Padahal aku nggak ngapa-ngapain, lho, Kak." Entah jadi pembelaan yang keberapa kali kalimat ini aku sampaikan.
"Memang siapa yang jamin kamu nggak ngapa-ngapain?"
Aku tercekat mendengar kalimat itu.
"Dik, carilah cara yang membawa keberkahan paling banyak. Perjalanan kedepan itu akan semakin sulit. Jadi, mulailah dengan hal-hal baik, seperti cara yang Allah sukai."
Aku masih terdiam, kemudian tiba-tiba suara angin berdesir begitu dingin. Aku melihat jauh kedepan dengan tatapan kosong sedangkan pikiran ku terus bekerja lebih keras. Harus kemana, kah, aku? Jalan Khadijah atau kah Fatimah yang harus aku pilih?
3 notes
·
View notes
Photo
"Kau tahu, dari dulu aku ingin menjadi sosok Ainun. Cerdas dan bersahaja", tuturku. "Tapi aku ingin kamu menjadi dirimu sendiri, bukan orang lain", jawabmu singkat. "Iya, aku mengerti. Tetapi, beliau juga salah satu teladanku selama ini", balasku. "Aku juga bukan Pak Habibi yang bisa menciptakan pesawat", ucapmu. "Setidaknya aku bisa mencontoh bagaimana cara menjadi istri yang baik yang penuh dengan kesetiaan sepertinya. Yang bisa mendidik anak-anak pertama kali tanpa bantuan siapapun", debatku. "Meskipun aku tidak bisa membuat pesawat, tetapi aku juga ingin meniru pak Habibi yang selalu cinta ilmu dan pengetahuan karena seperti yang sudah kita sepakati bersama, menciptakan keluarga cendekia", jawabmu dengan logis. Begitulah kehidupan sepasang kekasih yang selalu penuh dengan perdebatan. Namun, selama memiliki visi dan tujuan yang searah, apapun perbedaan dan perdebatan itu akan terselesaikan. Bukankah memang kehidupan berkeluarga seperti itu? #5cc #5ccday10 #dioramacareerclass #careerclass #bentangpustaka https://www.instagram.com/p/Cn4YAlSSCQL/?igshid=NGJjMDIxMWI=
2 notes
·
View notes
Text
Buku² berjajar tertata rapi di rak buku memenuhi dinding ruang belajar Anna. Lampu meja menyala menerangi lembaran demi lembaran buku yang sedang ia baca. Semilir angin malam masuk melalui sela² jendela yang sengaja dibiarkan terbuka sebagian.
Di heningnya suasana malam langkah kaki menaiki tangga terdengar sayup². Tak lama terdengan bunyi ketukan pintu. Tok tok. Ngeeek... Pintupun terbuka perlahan, "Anna, waktunya makan malam. Ayo turun.", suara lembut Ibu Anna membuyarkan konsentrasi Anna membaca buku. "Ayah pulang malam ini. Sedang mandi. Tidak lama lagi menyusul ke meja makan. Ayo nak, sudahi dulu membacanya."
Tak pikir panjang Anna menutup buku yang sedang ia baca. Mengikuti Ibunya turun ke lantai bawah. "Tumben belum ada seminggu Ayah sudah pulang.", celetuk Anna.
Ayah Anna bekerja di luar kota. Biasanya paling cepat pulang 2 minggu sekali. Kalau lagi banyak kerjaan bisa 2 sampai 3 bulan sekali baru pulang.
Anna merupakan anak tunggal. Sangat disayang oleh kedua orang tuanya. Meski Ayahnya lebih sering di luar dari pada di rumah, ayah Anna sangat penyayang dan peduli terhadap Anna dan Ibunya. Setiap pulang selalu mengajak mereka berdua liburan. Atau kalau kepulangannya hanya singkat, mereka senang menghabiskan waktu makan malam spesial di teras belakang rumah. Sambil memanggang ikan atau hanya sekedar membeli makanan siap saji dan dimakan bersama² sambil berbincang² hangat. Keharmonisan di keluarga mereka sangat terasa. Anna sungguh gadis yang sangat beruntung dipenuhi cinta kedua orang tuanya
***
Setelah makan malam usai, Anna kembali ke kamar. Kali ini dia membuka gawainya. Membuka beranda sosial media dan scrol² membaca berita. Ia menemukan berita kriminal yang sedang Viral. Ia membacanya dengan seksama. Melihat unggahan potongan video rekaman CCTV kejadian perkara. Di akhir video tertera muka yang tak asing baginya. Tertulis "DPO Tersangka Pembunuhan". Ia kaget!! Foto itu sangat mirip dengan sosok lelaki yang berada di foto keluarga di dinding kamarnya.
Sedang di luar kamar Anna terdengar langkah kaki yang berat berjalan mendekat ke arahnya. Pintu kamar Anna tidak di tutup. Ia sengaja membiarkan terbuka karena belum ingin tidur.
2 notes
·
View notes
Text
Mimpi Bersama
26 Januari 2023
*****************
“Mas bisa ga yaa nanti kita tinggal disana?” kataku
“InsyaAllah dek, kita berusaha dan berdoa aja ya. Ga ada yang ga mungkin di dapatkan jika kita berusaha” kata mas suami
ku ingat, percakapan kita 2 tahun lalu. Ternyata bisa kita capai di tahun ini. Yap, tahun 2023 kita bisa membeli satu apartemen mewah di pusat kota. Sunggu bahagianya kami. Bisa mencapai salah satu mimpi kita.
Perjuangan yang tidaklah mudah, dimana kita sama sama berasal dari keluarga yang bisa dibilang cukup. Pernikahan pun sederhana dan setelah menikah pun terus diuji oleh financial, sehingga mau tidak mau harus terus menghemat dan behutang.
Dalam perjuangan itu pun aku 2 kali keguguran, karena terlalu kecapean harus terus bekerja untuk keluarga kita.
Tapi, meskipun begitu perjuangan kita membuahkan hasil seperti sekarang. Alhamdulillah. Setelah ini, aku dan kamu mas, akan terus berjuang bersama mecapai mimpi-mimpi keluarga kecil kita.
2 notes
·
View notes
Text
Menua Bersama
Alunan tembang jawa menyelimuti suasana saat duduk menanti namanya dipanggil oleh suster untuk bisa bertemu dengan Dokter. Suasana sangat hangat ditambah dengan suster yang selalu melayani pasien dengan ramah bak anak sendiri kepada orang tuanya. Terlihat pasangan kakek dan nenek yang duduk bersama dibangku antrian.
Sang Kakek mengenakan tongkat untuk membantu berjalan. sedangkan sang istri masih cukup gesit untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Rupanya sang istri juga berobat namun berbeda poli karena terlihat mondar mandir dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Sang istri melayani suaminya dengan sangat sabar. Diberikannya roti dan teh hangat yang dibawa dari rumah untuk sang suami. Pandangan mata sang suami pun sangat bahagia karena akhirnya bisa duduk dan memberikan makan untuk cacing-cacing diperut yang sudah berbunyi dari tadi.
Apakah aku akan bertemu dengan pasangan yang saling support seperti mereka? Hingga tua bersama dan hadir membersamai di sisa waktu hidup. Ku yakin pasangan tersebut sudah banyak sekali mengarungi suka dan duka dinamikan berumah tangga yang tentu saja bukanlah hal yang mudah untuk melewatinya hingga bisa sampai pada titik sekarang ini.
Memang benar rumah sakit adalah tempat dimana kamu akan melihat doa yang sangat tulus dari orang-orang yang menyayangi. Semoga kelak aku akan bertemu dengan orang itu. Aamiin
"Kak Keisya, silahkan masuk ke ruangan" ucap suster saat memanggil namaku.
5 notes
·
View notes
Text
Tak Kusangka
Hari sudah sore, pekerjaan rumah sudah aku tuntaskan. Tinggal memasak dinner istimewa untuk suamiku. Sudah 3 hari, dia tidak terlalu banyak bicara, mukanya masam dan banyak muramnya, mungkin karena stress kerjaan. Semoga dengan masakanku ini dia menjadi lebih baik. Lagi pula hari ini adalah anniversary kami. “Malam ini masak apa yaa, hmmmmm,” gumamku sambil memilah bahan di kulkas. Bahan masakan sudah kusiapkan, saatnya memasak. Sebelum mulai memasak, aku memiliki kebiasaan menyalakan televisi. Ya aku memasak sambil mendengarkan dan sesekali menonton layar TV. Kuraih remote dan kupencet tombol on. “
Tak tak tak tak tak tak tak,” riuh bunyi pisau dengan talenan, kemudian beradu dengan suara televisi. Kali ini konten youtube, yang diputar di stasiun TV, “Ditemukan sebuh markas mencurigakan daerah XXXX, dimana di tempat tersebut terdapat kumpulan mayat yang dimutilasi namun hanya organ tertentu yang hilang. Dalam kasus ini masih belum ditemukan petunjuk……..” piiip, kupencet remote lalu kupindah saluran TV. “Akhir-akhir ini banyak peristiwa yang tidak masuk akal,” gumamku.
—
Semua hidangan sudah siap. Aku duduk dimeja makan sembari menunggu suamiku. Kuambil pigura mini, foto pernikahan kami. Kupandangi foto kami yang sangat indah dengan suasana riuh suka cita itu. Semoga malam ini suamiku lebih riang, dan tidak muram lagi. Tak lama kemudian bel rumahku berbunyi. Betapa terkejutnya aku ternyata  yang datang adalah dua orang polisi. “Benar ini rumah Nyonya Jane?” tanya polisi itu.
“Ya, Benar. Ada masalah apa yaa pak?” tanyaku balik. “Nyonya, mohon dengarkan ini baik-baik dan tenangkan diri dari sekarang. Kami ingin mengabarkan bahwa suami nyonya ditemukan di markas XXXX 3 hari yang lalu. Kami hanya bisa memberikan foto kondisi terakhir suami anda. Mohon ikut kami ke rumah sakit tempat jenazah suami ibu disimpan, dan ada beberapa hal yang perlu diurus oleh nyonya,” terang polisi itu. “3 hari lalu? saya masih tinggal dengan suami saya pak. Mungkin bapak salah rumah,” balasku dengan kesal. Kedua polisi itu saling menatap kebingungan, lalu salah satu dari mereka berkata, “Kalau gitu coba telfon suami Nyonya sekarang,” perintahnya. Kutelfon suamiku. Aneh sekali tidak ada jawaban. Kucoba sampai 10x tidak ada jawaban. Kutelfon rekan kantornya, katanya suamiku sudah tidak masuk kerja selama 3 hari.
Dengan perasaan amat cemas aku turuti permintaan polisi itu. Sesampainya di ruang penyimpanan jenazah, betapa terkejutnya aku. Di dalamnya benar-benar jelas bahwa dia suamiku. Teriakan histeris dan tangis tak bisa kukendalikan.
Lalu, selama 3 hari ini aku tinggal dengan siapa?
2 notes
·
View notes
Text
Tiket
Aku membongkar berkas-berkas yang sengaja disimpan untuk kenang-kenangan dari sebuah kotak. Aku menyebutnya “petak nostalgia”. Kartu-kartu ucapan selamat ulang tahun, surat tanda diterima di universitas, album foto, slip gaji pertama, aku simpan di dalam wadah tersebut.Â
Kukumpulkan juga tiket-tiket perjalanan, terutama ketika pulang-pergi Nganjuk-Yogyakarta saat kuliah dulu. Aku bertekat agar membayar tiket tersebut dengan penerbangan ke Mekah untuk Bapak-Ibu seusai menerima ijazah.
Tiba-tiba dering telepon terdengar.
“Nduk, Alhamdulillah Ibu lagi di depan ka’bah. Tadi sudah berdoa buat Bapak biar nanti bisa ketemu lagi di surga. Sekarang kamu mau apa? Ayo, doa bareng Ibu.”
-alcaristia- 260123 Semarang
Writting and Publishing Workshop Challenge by @kurniawangunadi and @careerclass
3 notes
·
View notes
Text
Melanjutkan Hidup
Hari ini, tepat 4 bulan 10 hari setelah kamu meninggalkan kehidupan kami. Kutatap buah cinta kita yang sedang terlelap. Dia sudah mulai MPASI, Mas. Sekarang wajahnya semakin mirip kamu. Ah, anak perempuan kecil Ayah. Nanti, pasti dia akan bertanya banyak hal tentang ayahnya. Dan aku akan menceritakan bahwa ayahnya adalah orang baik. Lelaki terbaik yang pernah datang di hidupku selama ini. Katamu, kita tidak perlu jadi orang hebat. Jadi orang baik saja sudah cukup. Kataku, kamu hebat dan baik.
Sebelum pergi, kamu mengatakan bahwa apa pun yang terjadi nanti, aku harus terus melanjutkan hidup. "Nia butuh sosok ayah. Jangan biarkan dia tumbuh tanpa mengenal kasih sayang seorang ayah. Dia harus tahu, tidak semua laki-laki itu jahat. Masih banyak laki-laki yang baik. Ada laki-laki baik yang menyayanginya dan ibunya. Di luar sana juga masih banyak laki-laki baik. Nanti, kamu dan anak kita pasti akan dipertemukan dengan mereka. Kamu lanjutkan hidupmu, ya. Melanjutkan hidup bukan berarti kamu tidak setia." Mengingat ucapanmu saja sudah membuatku meneteskan air mata, lagi.
"Ya Allah, berikanlah pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku, dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik daripada musibah ini." Begitu doa yang kamu ajarkan. Apa yang lebih baik daripada bertemu kamu dalam hidupku, Mas? Namun, kamu selalu bilang bahwa Tuhan kita Mahabaik. Akan ada hikmah di balik musibah ini. Aku percaya itu.
Hari ini, 5 bulan setelah kepergianmu. Sahabatmu berkunjung ke rumah. Dia datang bersama ayahnya. "Maafkan jika kami bersikap lancang. Kami ke sini bermaksud baik, untuk menjalin kekeluargaan. Setahu kami, masa idah Firda sudah selesai…."
Dari ceritamu, aku tahu bahwa dia termasuk orang baik. Apakah ini yang kamu maksud bahwa aku harus melanjutkan hidup?
20230126
2 notes
·
View notes
Text
Sabtu pagi aku sudah berada dibandara Changi Singapura karena malam ini akan menghadiri pesta pernikahan dari teman kuliahku dulu. Sambil menunggu temanku yang akan menjemput, aku berkeliling mencari sesuatu yang unik disini. Pukul 09.30 temanku datang menjemput panggil saja Clara. “Hay, Van sudah menunggu lama?” tanya Clara. “Lumayan lah haha” jawabku asal. Karena untuk menghadiri pernikahan sahabat kita, aku dan Clara memutuskan untuk pergi ke Mall berencana untuk mencari barang-barang yang kita butuhkan sekalian ke salon. Jam sudah menunjukan pukul 1 siang, waktu makan siang yang terlewat. “Van, ayoh kita cari makan siang sebelum nyalon” titah Clara padaku. “Oh yah oke” Jawabku.
Salah satu restoran chinese yang terkenal diarea itu menjadi pilihan makan siang kami. Salah satu pelayan memilihkan tempat yang bagus untuk bersantai sambil menikmati makan siang. “Ra, aku ke toilet dulu sebentar yah” ucapku sambil berdiri dari tempatku duduk. Clara hanya mengacungkan jempolnya sambil asik bermain HP. Aku pergi menuju toilet yang berada di sudut restoran itu. Dan apa yang terjadi? Hal yang sangat membuatku kaget luar biasa terpampang didepan mataku, kakiku dingin dan tanganku bergetar.Â
Aku kembali ke tempat dudukku dengan wajah pucat pasi, “Van kamu ga kenapa-kenapa?” Tanya Clara. “Hah, its okay. Aku cuma capek aja setelah penerbangan dari Jakarta-Singapura” Jawabku bohong.Â
Selama menunggu makanan datang aku scroll hp melihat snapgram orang-orang dan kebetulan ada Nadin disitu, aku memutuskan untuk membalas story dia “Wah enaknya sedang liburan, kasian Fabian jadi fotographer wkwk” Tulisku. “Hahaha, iyah Van liburan dong weekend gini masa dirumah terus. Hahaha btw bukan mas Fabian yang fotoin. Doi lagi ada tugas ke Yogya” Balasan Nadin. Hatiku mencelos saat itu juga, “Nad tau ga? Suami kamu lagi mesra-mesraan sama perempuan lain disini di Singapura bukan di Yogya” Ucapku dalam hati.Â
Hari-Hariku penuh dengan prasangka buruk tentang Fabian, rasa benci dan tak suka sejak pertemuan tak direncanakan di Singapura sebulan yang lalu. “Bian lo itu breng**k berani-beraninya lo hianatin temen gue” batinku seketika ketika melihat Fabian dan Nadin ada didepanku. Dan yah, karena aku tidak mau berurusan dengan rumah tangga orang lain, aku memutuskan untuk tidak memberitahu Nadin soal perselingkungan suaminya itu “Doaku semoga Kamu di beri kekuatan Nad” ucapku.Â
1 note
·
View note
Text
Baju Pengantin
Trend pernikahan di Negeri ini tiap tahun berubah ubah, apalagi kalau liat vendor besar di ibukota menawarkan banyak pilihan jasa mulai dari baju pengantin, sepatu, perhiasan, cincin kawin, makeup, foto dan video, catering, entertainment musik, undangan, suvenir, MC kondang, ya ampun banyak banget yang harus dipersiapkan untuk nikah zaman sekarang. Belum kalau ada acara lamaran, pengajian, siraman, adat-adat yang lain yang harus dijalani. Duh banyak. Tapi kan sebenarnya itu pilihan masing-masing calon pengantin, tidak semua harus diikuti disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan sang mempelai dan keluarga saja.
Jauh sebelum menemukan mempelai pria aku ingin sekali mengenakan pakaian sari berwarna merah ketika acara pernikahan nanti lengkap dengan aksesoris dan riasan pengantin ala India. Kesan mewah dan elegan menjadi satu konsep baju pengantin yang aku impikan. Mengenakan baju berwarna merah membuat wajahku semakin bersinar, merona, dan pasti akan cantik sekali ketika difoto.
Iseng aku survey ke berbagai toko kain di kota dan terkejut betapa mahalnya harga kain sari per satu meter. Itu belum termasuk upah jahit. Mencoba alternatif untuk cari penyewaan baju pengantin, harga sewa per harinya cukup mahal dan belum menemukan ukuran yang cocok untuk badanku yang mungil ini. Huft dilema.
Setelah kupikir lebih jauh, memiliki baju sari hanya untuk sekali pakai saja di hari pernikahan rasanya sayang sekali, tak lama mendekam berdebu di lemari. Pilihan untuk disewakan, hmmmm berapa banyak orang di dunia ini yang memiliki keinginan untuk memakai baju sari, belum lagi sizenya harus mengikutiku. Keinginan dan value yang sungguh berbading terbalik.
Oh baju sari akankah kita berjodoh aku ingin sekali mengenakanmu!
1 note
·
View note
Text
Berjuang untuk Melangkah #5
Berat? Pasti. Kecewa? Jangan ditanya. Bahkan muncul pertanyaan, dari sekian banyaknya manusia, kenapa ia yag harus merasakannya?
seperti pelangi yang muncul setelah hujan, begitu juga hikmah akan hadir setelah kita mendapat ujian. Mengingat kisahmu aku teringat pada tulisan Novie Oktaviane Mufti dalam bukunya Heal Your Self “hal-hal terbaik yang menumbuhkan diri terkadang hadir dari peristiwa yang tak menyenangkan. Kita tidak akan paham makna berjuang, jika semua yang kita mau selalu siap tersedia. Kita tidak akan punya pahala sabar, jika tidak pernah berhadapan dengan ujian. Tak mudah untuk bersyukur dan belajar dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Sikap bergantug pada Allah perlu dilatih, sebab itulah yang memudahkan kita memetik hikmah dari berbagai kejadian”
Terima kasih sudah bersedia berjuang sampai sejauh ini, demi dirimu dan keluargamu. Semangat untuk terus belajar dan bertumbuh
1 note
·
View note