#tentang hujan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sebenar-benarnya aku ada di kota ini. Aku yang lega, damai, dan hati ringan yang terpelihara. Sejatinya aku memang seharusnya menetap di sini; jauh dari hiruk-pikuk ibukota dan orang-orang yang melangkah dengan tergesa. Aku muak. Ingin membuang jauh-jauh ingatan tentang Jakarta dan berbagai pengalaman kerja yang menorehkan luka. Lautan manusia yang perlahan kehilangan rasa dan sisi kemanusiaan yang dinilai berdasarkan besaran uang. Segala sesuatu yang terjadi di sana hanya bersifat transaksional, dan aku mulai membenci itu sekarang.
Yang terjadi denganku saat ini adalah sesekali aku bisa bermain-main dengan nostalgia, menapaki inci demi inci skenario hidup beberapa tahun silam. Barisan kenangan sederhana seperti misalnya melakukan pekerjaan yang bermakna, tumpahan air hujan yang membasahi Jalan Multatuli, jangkrik yang berderit dari balik jendela kamarku, dan “dia”.
Lucunya dengan waktu adalah kita tidak bisa menyuap atau memaksa dia untuk memutar ulang suatu siklus kehidupan yang terjadi di masa lalu.
Kita bisa menerima, meski potongan-potongan memori tersebut sesekali terputar secara otomatis di benak kita, layaknya cuplikan video klip yang tidak kita suka namun kerap ditayangkan pada siaran televisi.
#quotes#poems#poetry#words#infp#indonesia#puisi#kumpulan puisi#puisicinta#puisiindonesia#prosa#sajak patah#sajak galau#sajak rindu#cerita#sajakpendek#sajakcinta#puisi rindu#tentang rindu#hujan
3 notes
·
View notes
Text
Hujan Dalam Ceritaku
Hai hujan akhirnya kamu turun lagi hari ini membasahi bumi seperti kemarin, mungkin hujan sedang berusaha menghapus jejak seseorang yang sempat tertinggal, entahlah ingin rasanya aku pergi mencari mu walaupun hanya sekedar bayangan nya saja.
Hai hujan, begini kah rasanya menjadi orang yang kesekian kalinya hanya mampu menerima kabar mu via online untuk bertemu pun harus berfikiran atau mengatur waktu. Ya Tuhan ada apa dengan rasa ini yang Engkau berikan untukku, ini yang ke sekian kalinya Engkau berikan seseorang untuk diriku walaupun ujungnya pergi setelah mengacak - acak hati ini.
Hai hujan, haruskah aku hindari semuanya, walaupun aku dan kamu hanya berbicara via video call atau chat ada rasa yang tertinggal. Lalu aku harus bagaimana, hati ini gelisah aku hanyalah orang ke dua dalam hidupnya, gelisah, sakit entah apa lagi semua yang aku rasa campur adu karena kamu memberikan pesonamu saat ini.
Cinere,16.Nov.24|19.10 wib
3 notes
·
View notes
Text
Nekat mencintai hujan;
Ternyata benar, "aku sakit"..
14 notes
·
View notes
Text
Me to You:
Jika mencintaiku kau ibaratkan menanam bunga yang harus dirawat dengan tulus, maka bagiku, memilih hidup denganmu ialah meramu biru kanvas langit, biar Si Bunga selalu punya tempat tinggal paling candu.
Terima kasih sudah mencintaiku dengan begitu indah, Sayang.
- ND Aohana
(Suatu Hari Tentang Kita, 22 Juni 2023)
3 notes
·
View notes
Text
Ada Banyak orang hari ini malas dan lelah karna pengetahuan, juga ada banyak orang hari ini malas dan lelah atas perubahan. Beberapa Orang terlalu cepat berjalan tanpa melihat di sekelilingnya. Nikmatlah hidup...
_udiennasionalis #nasrudin.nas
#motivasi#cinta#rindu#kenangan#katabijak#muhasabahdiri#katahati#islam#allah#wiwin#kata cinta#cerita cinta#tentang cinta#catatan#kata hati#karya tulis#patah hati#hujan#history#bayangan#bijak#bahagia#indah#inspirasi#love quotes#quote#quotes#love#sajak puisi#sajak rindu
0 notes
Text
14/365*2023 - Tentang Hujan (8)
"Hey kalian siapa aja yang mau ikutan nonton festival minggu depan? Biar ku pesenin tiketnya sekalian. Temenku ada yang jadi panitianya." Tanya ketua kelasku.
Aku yang tadinya tak tertarik sama sekali akhirnya ikut mendaftarkan diri, setelah tahu bahwa Dienar ada disana. Aku hanya ingin melihat "lagi" betapa kerennya dia saat bernyanyi sambil memegang alat musik. Ternyata dia tak hanya pandai memainkan gitar, kemarin saat ku lihat dari kejauhan di ruang aula, dia juga begitu lincah menggerakkan jari-jarinya dalam memencet tuts piano.
Aku begitu bersemangat. Ku siapkan baju terbaik untuk datang ke festival. Mahirapun sama. Tak sabar menantikan hari itu. Mahira sedang mengagumi Bagas, drummer di band yang sama dengan Dienar.
Sehari sebelum festival aku menemani Mahira mencari sepatu yang akan dia pakai besok. Padahal koleksi sepatunya masih banyak dan bagus-bagus, tapi masih saja merasa kurang oke. Harap maklum, Mahira baru melihat sisi lain Bagas saat kemarin ku tarik ke aula. Sebagai gantinya Mahira juga harus menemaniku berkeliling toko buku untuk mencari series novel yang sudah lama ingin aku baca. Meski akhirnya tak ku dapati novel yang ku mau. Ternyata novel itu sudah laris manis di kota ini. Habis terjual dimana-mana.
0 notes
Text
Kamu telah berupaya keras untuk mengenal dirimu sendiri selama ini meski ujung dari pencarianmu masih belum ada tanda-tandanya. Apa yang telah kamu alami bisa jadi memberikanmu petunjuk atau justru malah membuatmu semakin kebingungan menerjemahkannya.
Kamu telah atau mungkin sedang melewati masa-masa banyak sekali hal yang dipikirkan setiap kali sendirian. Setiap kali pintu kamar ditutup, kegelisahan itu datang seperti hujan. Menyelinap ke pembuluh darahmu, seolah-olah semua hal yang kamu takutkan itu akan menjadi kenyataan. Meski kenyataannya, itu bahkan belum terjadi sama sekali.
Barangkali kamu bersedia untuk sejenak melihat lagi apa yang telah dilewati. Apakah kamu pernah menyakiti orang lain? Apakah kamu pernah mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya tentang orang lain? Apakah selama ini kamu tak pernah merasa bahwa kamu adalah pihak yang sebenarnya bersalah? Apakah kamu tidak mau minta maaf untuk kesalahanmu? Sebab barangkali memang ada kesalahan yang pernah kita lakukan. Dan kita tidak sadar atau tidak mengakui kesalahan. Dan hal itu yang membuat kita terus berjalan di jalan yang tidak seharusnya.
Entah kesalahan kepada sesama manusia.
Entah kesalahan dalam mengambil keputusan.
Entah kesalahan dalam memetakan konsekuensi.
Entah kesalahan-kesalahan lainnya yang saking keras kepalanya diri atau merasa benar, kamu gagal mengambil pelajaran pentingnya sehingga harus mengulang-ulang kondisi yang sama bertahun-tahun. Untuk satu tujuan, mengubah dirimu : cara berpikirmu - cara bertuturmu - caramu mengambil keputusan - caramu menghadapi kehidupan.
(c)kurniawangunadi
324 notes
·
View notes
Text
Rakan Sekerja Aku Pah
Kejadian ini berlaku empat tahun yang lalu. Ketika itu aku masih bekerja bersama dengannya sebelum aku ditukarkan ke tempat lain. Pah merupakan seorang isteri orang yang cantik lagi sedap dipandang dan disukai oleh pekerja yang lain.
Aku merupakan seorang lelaki yang dipercayai oleh Pah dan merupakan tempatnya mengadu. Kami berdua bebas bercerita mengenai sebarang hal termasuk mengenai sex memandangkan beliau sudah berkahwin dan begitu juga dengan aku.
Kami sering bergurau dan kekadang tu sehingga menyentuh tubuh badan masing-masing. Namun perlakuan kami berdua hanyalah sebagai kawan yang karib dan tidak terlanjur dari itu. Aku juga mengenali suaminya. Kebiasaannya apabila suaminya sibuk, maka akulah yang akan menghantarnya pulang.
Suatu petang suaminya menalipon Pah menyuruhnya pulang sendiri memandangkan beliau terpaksa pergi ke KL dengan segera kerana urusan penting. Lalu Pah meminta aku menghantarnya pulang.
Ketika tiba di rumahnya hujan mulai turun. Pah mempelawa aku masuk tetapi aku menolak. Aku takut dipandang serong oleh jiran-jirannya.. tetapi memandangkan jiran-jirannya juga mengetahui tentang keakraban aku dengan keluarganya.. jadi akhirnya aku pun terima pelawaan Pah. Kebetulan, adiknya yang tidak bersekolah turut berada di rumahnya.
Pah menyuruh adiknya membuat air untuk aku sementara beliau pergi mandi. Selepas menyediakan air untuk aku, adiknya, yang bernama Zeti terus masuk ke biliknya menemani anak saudaranya yang sedang tidur. Zeti ni berumur lebih kurang 12 tahun, dia kanak-kanak spastic. Dia seorang pendiam dan pemalu, serta suka duduk memencilkan diri.
Sebelum ke bilik mandi, Pah menghampiri aku untuk memastikan minuman sudah disediakan. Aku terpegun melihat keadaannya yang berkemban, yang menampakkan tubuh badannya yang putih gebu dan montok. Seperti biasa aku bergurau dengannya dengan menyatakan tubuhnya sungguh mengiurkan sambil aku menampar punggungnya. Pah ketawa seperti selalu dan beredar ke bilik mandi. Di dalam hatiku hanya Tuhan saja yang tahu.
Hujan masih lebat.. Pah sudah selesai mandi. Dengan berpakaian kain sarong batik dan T-Shirt, beliau datang kepadaku. Kami memulakan perbualan dan selepas seketika aku meminta izin untuk pulang memandangkan hari dah hampir malam.. Pah menyuruh aku duduk lagi.. lalu aku bergurau yang aku dah tak tahan melihatnya berkemban tadi.. jadi aku nak balik segera untuk buat projek dengan isteriku. Pah ketawa melirik lagi manja. Dalam gurauan aku berkata kepadanya, kalau tak bagi aku balik.. kenalah bagi aku romen dia..
Sebagai seorang kawan yang selalu bergurau berlebihan.. Pah mencubit aku sambil memberikan tanda, tunggu sekejap. Pah beredar ke bilik anaknya yang sedang tidur bersama adiknya.. kemudian Pah kembali datang lalu berkata "Ok… betul U nak romen I.., tapi bersyarat..” sambil menunjukkan isyarat jarinya ���Setakat romen aja..tau..”
Aku pulak inginkan kepastian, maklumlah selalu bergurau.. "Okey, kalau gitu, jom ke bilk U..", dengan selamba aje Pah menarik tangan aku ke biliknya. Aku mula gemuruh, maklumlah aku belum pernah buat perkara yang tak senonoh dengannya .. Raba tu biasalah.. Di dalam bilik aku cepat-cepat menanggalkan bajuku.. kononnya serius tetapi ternyata Pah tak mengendahkan.. Nampaknya peluang aku nak lebih daripada raba kali ini..mungkin berhasil.
Aku cuba menanggalkan kainnya.. "Op..op.." Pah bersuara.. "Ingat… Romen Saja Tau"..fahamlah aku.. cuma ringan-ringan saja yang dia bagi.. Namun aku tetap terima.. dan juga berazam. Aku mula memainkan peranan aku ... Aku cium pipinya dan selepas itu tengkoknya.. Pah mengeliat kegelian.. Aku menolak Pah ke atas katil.. dan kami bergelut, menggomoli sesama kami, kini aku berada di atasnya.. Aku hanya mampu bercengkerama sambil meramas buah dadanya yang segar bugar itu diluar bajunya.. Pantatnya, belum sempat aku jamahi..
Lama kelamaan.. kejantanan aku dah bangun sakan.."Pah.. U kawan baik I kan?" " Bagi la can I romen U tanpa pakaian.. Nak sangat I tatap tubuh U yang gebu nih.. Tak kan U tak percaya kat I".. aku mula mengayat..
"Hmmm… …OKlah.. tapi tak aci bukak semua. Tubuh ni… ada tuannya… lagi pun malu lah I… nak berbogel depan U” “Tapi…Ingat, janji U, nak romen aje…” katanya, sambil mata Pah kelihatan layu dan kuyu sedikit, mungkin kerana sudah berasa berahi dan bernafsu.. Hujan di luar pulak semakin rancak mencurah-curah..
Tanpa membuang masa aku membuang pakaiannya.. baju-T dan kain sarongnya.. Pah tak bagi aku menanggalkan coli dan seluar dalamnya. Hatiku berkata, tidak mengapa, masa masih panjang. Aku pulak menanggalkan semua baki pakaian aku. Kini terserlah di depan mata Pah.. susuk tubuh aku yang berbogel. “Ehh.. kenapa U bogel semua…, hiiee.. dah keras…” kata Pah, takkala melihat batang aku yang keras mencodak. “Pah… ini saja yang I ada… Pah” “Hei… tak sangka keras mencodak… U ni nak rogol I ke?..” kata Pah lagi. “Dak aih…” balas aku. “Ingat… romen aja… tau.., eih… U pakai la
seluar dalam U balik. Gerunlah… I tengok..” ujar Pah. “Gerun ke… geram..” pendek balas ku. “Dak aih.. Pah, batang I ni sakit sangat dalam seluar yang makin ketat ni… jadi biarlah I bogel..” balas aku.
Aku terus mengusap bahu dan pipi Pah. Aku cium dahi Pah. Pah buat-buat tak endah tapi matanya melirik memandang batang aku yang sedang keras mencodak. “Ingat.. luar aja..tau” kata Pah lagi. “Okey.. ok.. lah” balas aku pulak. Tanpa berlengah kami terus bergelut dan bergomol kembali sambil aku menempelkan batang aku ke mana-mana bahagian tubuh Pah. Tubuh Aku dan Pah kini erat berpelukkan. Sesekali, tangan Pah menepis batang aku. Geli katanya. Tapi aku masih sabar menanti waktu yang baik untuk memenuhi azamku terhadap Pah yang gebu ni.
Aku terus memainkan peranan.. meraba, menggosok tubuh Pah sambil aku geselkan batang aku pada tubuh Pah. Lama kelamaan, Pah mula merelakan tindihan dan asakkan batang aku yang berada diluar pintu cipapnya. “Hey…kerasnya batang U nih..” ujar Pah sekali sekala. Tapi aku buat dak saja. Batang aku masa tu betul-betul berada dicelah permukaan cipapnya yang masih berlapik. Aku dapat merasa cipapnya yang kenyal dan kelembabpan pantiesnya masa menahan asakkan aku. Disaat itu, tiada masa untuk menyesal lagi. Aku pun mula perlahan-lahan membuka kancing coli Pah. Pah cuba menahan tangan aku sambil merengek manja. Tapi bila lidah aku mula menjilat permukaan dada Pah dan terus mencuri cari bahagian putingnya, Pah bagaikan mengalah. Beberapa kali aku kopakkan kelopak ‘cup’ colinya dan cuba isap putingnya sambil menggigit manja, Pah mula memberi reaksi bernafsu dan merengek. “Pah.. bagi I bukak coli U ni, ..sedap sungguh I tengok puting U nih…
Geram lah.. I..” tanpa menunggu izin dari Pah, tangan aku dah mula bergerak kebahagian belakang tubuh Pah dan mencari-cari butang kancing colinya. “Haaghh.. Luar sajalah.. ayang..” dengus Pah.
Tapi tangannya tidak menepis. Aku terus mengusaha kancing coli Pah sambil lidah aku menjilat dan menyedut pangkal dada dan tengkuk Pah. Sesekali aku terus menjilat dagu dan mencium Pah. Pah menggolek sikit badannya. Wah.. ini sudah baik, kata hati ku. Aku terus rentap tali bra Pah dan menggomol tubuh Pah. Kini coli Pah dah terlerai. Aku mencium colinya sambil menyedut keharuman bauannya. “Emm.. harumnya.. mesti buahnya ranum dan enak..” “Arrhhh..” balas Pah.. Aku terus menyembam muka ku tepat ke puting susu Pah dan terus menjilat dan mengulumnya. Puting Pah semakin berketul dan keras. Sambil isap dan sedut, tangan aku tak leka meramas dan mengenyalkan
buah dada Pah. “Aauuw… perlahan.. lah.. sakit …ayang..” “Macam tak pernah jumpa tek lah … ayang nih…” “Hurrgg.. geram Pah… geram.. buah dada U ni ranum dan kenyal..lah…, heermmm”
“Best sungguh…” jawab aku dengan sungguh bernafsu. Konek aku pulak tak renti-renti menyodok sasarannya. “Arrhh.. ohh… perlahan lah.. sikit.. nanti lebeh hak suami I nih..” tegur Pah. “Hheemm.. untungnya tuan tubuh nii..” “Kalau hak I, I mesti
tidur celah gunung ni setiap hari.. heiiihhh.. bestnya…” sambil meramas dan menggenggam penuh isi dada Pah. “Kenyal dan berspring…” kata ku lagi. Pah tersenyum melerek dari pujian kata-kata aku tadi. Aku terus menyembam muka dan menjilat disekitar permukaan puting Pah. “Pah, puting U nih lagi besar dari puting bini I la.. Pah..” “Warna pink muda pulak tuh.. nih buat I geram.. sangat nih..”usik aku. “Urghh.. argh..” dengus siPah. “Iishhh… sedaapp.. la ayang, sedut… kuat sikit..” balas Pah. “Dak aih, tek u kenyal dan gebu sungguhhh... balas aku. “Kalau boleh mau I bawak balik sekali” ujar aku lagi. Pah terus mendesis dan mendengus tak karuan dari nyonyotan aku. Setelah sekian lama, aku perhati nafas Pah makin tak keruan. Kejab tinggi dan cepat, kejab menghela melepaskan nafasnya. Matanya makin kuyu.
Tanganya tidak menentu arah, meramas tebing bantal dan sekali sekala meramas kasar rambut aku. “Pah.. suami U jilat tak cipap U?” soal aku.. “Heeerhhh… huhh… hmm..ayang…” “Kenapa ayang nak tau..?” “Dak la… I teringin sangat nak rasa air burit U..” sambil menjawab, aku mengalih tangan aku meramas cipap tembam Pah. Jari aku mula mengorek-gorek dicelahan panties Pah. “Arrrghhh… jangan.., jangan…
ayang…” keluh Pah. “I nak jilat aja.. bagila… I masukkan lidah I nih..” kata aku.. “Jangan ayang… I takut kita telanjur…” kata Pah.. Aku terus mencium
mulut Pah sambil tangan aku terus pula, meramas kasar isi punggung Pah. Aku ulurkan lidah aku kedalam agar Pah dapat merasa lidah aku yang besar dan kasar meronggai segenap isi mulutnya. Pah mendengus tapi membalas kembali pagutan mulut aku dengan menarik lidah ku dengan lidahnya yang lembab dan suam. Tangan aku yang sebelah lagi beredar kebawah dan melurut turun sedikit kain seluar dalam Pah. Pah menahan tanganku tapi tidak sekuat mana pun. Aku merancakkan ciuman dan menyedut setiap hamburan nafas Pah hingga dia tercungap-cungap. Setelah aku lihat Pah sedikit letih, aku membangunkan badan aku. Aku menarik turun seluar dalam Pah.
Kainnya yang lembut bagaikan terkoyak sedikit, akibat ketidak relaan Pah
mengangkat punggungnya. Pah lemah dalam menentang tindakkan aku. Setelah terlurut kebawah, aku meramas kawasan larangan Pah. Pah berdesis dan cuba melarang. Tapi jari aku lebih pantas. Aku mencuit lubang burit Pah seketika. Basah dan suam. Dalam ketika aku melurut jari aku dicelahan cipapnya, aku menyentuh bahagian biji kelentit Pah. “Arrrhh.. jangan…ayang.. jangan…” Selepas mencuit, aku masukkan jari kemulut
aku… “Eemmm… sedapnya… lazat lah Pah..lemak berkrim..” usik ku.
Pah termanggu dengan tindakkan aku. Aku pun terus menghujam muka
aku kedada Pah kembali. Perlahan-lahan aku menurun dari dada, ke
perut Pah. Pah meramas dan menarik rambut aku dengan kasar.
Agaknya cuba membantah. Tapi aku teruskan juga hinggalah.. hidung
aku betul-betul berada diatas permukaan cipap Pah. Setelah dihembus sekali dua, udara lembab
hidung aku pada cipapnya, aku meleretkan lidah aku pada belahan cipap Pah. “Oohhh… ayang….”
dengus Pah. Pada ketika itu, aku tahu, tiada lagi jalan untuk berpatah balik. Aku pasti, Pah juga
berhajatkan sentuhan dari lidah aku yang dah bagaikan keras terhunus. Aku mengoyak sedikit
kangkangan paha Pah, tapi gagal oleh tampangan panties Pah. “Pah… angkat punggung U sikit..”
peliknya, Pah menurut aja kali ini. Batang aku berdenyut sekali dua, sambil membayangkan impian
merasai burit Pah sebentar nanti.
Selepas seluar dalam Pah aku leraikan, aku mula membuka bibir cipap Pah. Tiada lagi bantahan.
Cahaya lampu yang samar dan kilauan kilat yang sabung menyabung menampakkan aku kebersihan
dan putih gebu lubang cipap Pah yang seperti berkilauan dari percikkan air mazinya. Bulunya halus,
nipis, tidaklah tebal dan berserabut. Isinya tembam dan kenyal. Dilubang cipapnya bersinar dan
menampakkan bagai ada mutiara diapit oleh isi-isi yang bewarna kemerahan muda. “Iiihh..iihhh…
cantiknya burit U Pah..” lalu aku terus jilat dan kulum. Aku sedut seperti menyedut isi ketam atau siput
sedut. Aku menggigit halus kelopak isi cipapnya bagaikan mengenyal makan isi udang. Aku larutkan
lidah aku kedalam lubang burit Pah, dan mengunyah disekeliling, bagaikan mengunyah ‘cuing gum’.
“haargghh… ooohhh…, …iiishhhh… issh..” keluh dan rengek Pah. Pada raut wajahnya terdapat
kekerutan sedikit, namun tiada tentangan dari Pah. Aku mengambil seluar dalam Pah dan sekali lagi
mengusik dengan mencium baunya. “Hmm... sungguh menyelerakan...” kata aku singkat. Mata Pah
menguyu. Buat beberapa ketika, aku melakukan tugas kesukaan aku menjilat dan mengulum biji
kelentit Pah, sambil jari aku menjolok sarang G-nya. Burit Pah aku kerjakan bersungguh-sungguh.
Sekali sekala, tangan kasar aku mengepam dan meramas tetek Pah dengan geram.
Agak sekian lama juga, setelah aku mengusik Pah beberapa kali hingga
ketahap yang agak Pah merelakan dan hendak kesampaian, aku berhenti
untuk menukar aturcara. Pah bagaikan tidak suka dengan perbuatan aku tu.
Tapi aku perlu memberi permainan yang paling memuaskan buat kami di
pertembungan yang pertama kali ini. Akhirnya Pah tewas dan mengelinjang
kesampaian, hasil dari jilatan dan tusukkan jari aku. Kini tibalah giliran aku
untuk menuntut kenikmatan. Aku naik atas badan Pah setelah nafasnya reda sedikit sambil menggeselkan batang aku kepermukaan cipap Pah. “Aarrhh…”
Pah mendesah. Aku capai seluar dalam Pah yang berwarna krim dan
mengelap basahan dimuka dan bibir aku. “Errmm.. lazatnya.. air U..” Aku naik
keatas dan cium Pah dengan mesra. “Pah… U puas..tak..?” soal aku. Pah tak
menjawab cuma menghelakan nafasnya. Tapi aku tahu Pah sedang menanti
dan pasti mahu merasa adengan seterusnya. Aku membuka kangkangan
Pah sedikit demi sedikit dengan kaki aku dan meletakkan batang aku, betul-
betul menungkat pada bahagian bawah bijik kelentit Pah. Aku menujah sedikit demi sedikit kedalam
burit Pah. “Arrghh…” keluh Pah. Setelah batang aku betul-betul berendam, aku bertanya,
“Pah…Pah…kita dayung sama-sama, ya sayang…?” “Hmm… tapi pancut kat luar yaa…ayang..”
jawab Pah lemah. “Hhaa.. Okey…” Aku pun terus mengasak dan menujah batang aku perlahan-lahan
sambil meningkatkan tempo..tusukan… Air cipap Pah semakin bertambah basah. Burit Pah cukup
ketat, liat aja masa aku menarik batang aku keluar, “Iiihh… sedapnya… Pahh…” dengus aku.
Selepas tempoh 10 minit kami kemuncak bersama tapi aku lepaskan air aku diluar. Cuma aku masih
dalam pelukan Pah…Kami kepenatan sambil menghembus kelegaan. Batang aku yang masih belum
lega dari keras, aku rendamkan kembali dalam cipap Pah, menghayati kemutan-kemutannya yang
terakhir. Rasa geli dan nikmat, bagaikan hendak mendayung lagi. Tangan ku masih menggenggam
dada empuk Pah. Habis basah badan kami berpeluh, menikmati kelegaan dari persetubuhan tadi.
Pah kemudian bangun untuk kebilik air bagi mencuci. Aku hanya menatap rupa bentuk badan Pah
yang melenggok tika berjalan. Setelah Pah sampai semula, “Hheemmm … kata nak romen aja..
tadi…?” usik Pah tersenyum. “Pah … kemut U best sangat la tadi…I rasa puas sangat, rasa macam
nak lagi.” Jawab aku. “Ha..ha.. dah..dah… I dah bagi can sekali, jangan nak melebih-lebih…” jawab
Pah sambil menjeling manja. “Tapi .. Pah… burit U memang best sangattt…, tak pernah I rasa
sehebat ini ….” “Ala .. biasa aja la… sayang..” kata Pah lagi. “Dak… tengok nih.. masih berdenyut lagi
rasa batang I” kata aku sambil aku menggenggam balak aku. Pah turut memandang. “Aahh.. dah..
la…” jawab Pah cepat. “Betul Pah, tengok ni.. masih..karan lagi nih…” tegas aku. “Hiisshhh… nafsu
apa U nihh…” balas Pah.
Dikala itu, aku terpa bangun dan memeluk Pah… dan kami bergomol lagi. Pah cuba meleraikan
pelukkan aku.. tapi tidak berhasil. Kami kemudian berkucupan semula. Hangat kembali bibir Pah yang
tebal dan lembut itu. Bibir Pah cukup bergetah. Aku menggesel batang aku yang sudah keras kembali
kearah tundun Pah. Tiba-tiba Pah menggenggam batang aku dan meramas geram. “Heh…
Kerasnya… ayang..” “I tak pernah impikan sekeras ini… dahsyat la tanduk U nih…” ujar Pah padaku.
Aku menggigit cuping telinga Pah sambil tangan aku meramas-ramas punggung Pah. Pah
mengdengus cuba menghela nafasnya cara biasa. Aku kemudian mencepung lalu mendukung Pah.
Pah memaut aku erat. Kemudian dia membetulkan kedudukannya dengan mengapit pinggang aku
dengan kangkangan kakinya. Kami berpeluk erat dan bercengkerama dalam keadaan berdiri. Aku
turunkan ketinggian badan Pah agar tundunnya berada betul-betul diatas batang konek aku yang
terhunus keras macam tanduk kerbau. Sekali dua mencuba, batang aku kembali menyelinap kedalam
lubuk cipap Pah. Zuk.. masuk “Aauww.. arrghh..” Pah mendengus dan mengisip. Pah mengetib
bibirnya dengan lidahnya. Aku terus mengepam Pah dalam keadaan berdiri. Terasa kemas
kemasukkan batang aku dihenyak oleh apam empuk Pah. Dalam 2 minit, aku merebahkan Pah di
atas katil. Aku minta Pah berposisi menunggeng kali ni. Pah turut saja, menonggekkan bontotnya
kearah aku. Aku meramas daging lembut dibontot Pah dengan menamparnya sekali sekala agar Pah
boleh merasa dirinya kini bagaikan hamba seks aku. Pah mengerang lembut dan meminta aku jangan
bertindak sedemikian. Aku kemudian berundur sambil tunduk merendahkan
diri. Aku hulurkan lidah aku pada lubang pantat Pah dan aku jilat sambil
menyedut bijik kelentitnya dari hala belakang. Pah merengek kuat sedikit.
“Ooh..arrgh..” Sekali sekala, aku libaskan hujung lidah aku hingga melewati
lubang jubur Pah. Pah cuba mengenjak kedepan tapi tangan aku menampan
tahan. Pah mengeliat sedikit sambil menahan geli. “aarrhh…. jangan disitu…
geli…” tapi aku mengusik lagi sekali sekala, hingga Pah mula mengerang
pulak kini. Sambil aku menjilat dan menyedut, aku masukkan jari hantu aku kelubang Pah
dan mengorek sekali lagi bahagian G-spotnya. Pah merengek lagi. “Ayang…
dah..daahh…, masuk…laahhh… sekarang…” aku masih tak mengindah…buat
beberapa ketika, hinggalah… “..arrh.. ishh.. ayang…. cepattt…laaa….”
manja suara Pah merayu. Aku kemudian, bangun. Aku usapkan dua tiga kali
batang pelir aku. Kemudian aku pegang isi punggung Pah dan aku rapatkan
batang tanduk kerbau aku ke permukaan lubang cipap Pah. Aku gesel-geselkan pada permukaan lubang cipapnya sambil menyentuh biji kelentit Pah, untuk membasahkan kepala
takok aku dengan air cipap Pah. Pah menghulurkan tangannya dari bawah perutnya dan mencapai
batang aku. Pah membantu mengusap pelir aku pada bibir permukaan cipapnya. Genggamannya
erat dan kemas, membuat aku lagi berasa ganas. Aku kemudian membongkok sedikit kedepan,
bagaikan memahami kehendak Pah, sambil aku biarkan Pah memandu masuk tanduk batang aku ke
dalam sarong cipapnya. Setelah kepala takok aku berada sedikit dalam permukaan cipap Pah, aku
mula menyorong dan menarik batang aku. Kali ini lebih nikmat, sebab kaki Pah berada dalam situasi
mengepit. Aku mengepam perlahan-lahan, “slow and steady”, sebab aku tau Pah tak
dapat lari kemana lagi kali ini. Aku mesti penangan Pah dengan seganas-
ganasnya kali ini, agar dia tidak melupai nikmat yang bakal ia rasa nanti. Aku
menarik badan Pah merapat kearah aku. Badan Pah melentok sedikit,
membuatkan dirinya lebih menonggek. Cantik dan bersih sungguh rupa bentuk
badan Pah. Putih, gebu dan montok seksi sekali. “Arrghh… Pah… you ni… seksi
sungguhhh…laa…” kata aku “..arrhh… ohh..hhmm..” dengus Pah menahan gelora
tusukan tanduk aku sambil mengetib bibirnya. Aku mengulurkan tangan aku
kedepan dan meramas buah dada Pah yang bergegar. Kini aku menusuk laju sedikit. Pah
mendengus tak berhenti...henti… Aku kuatkan dan lajukan lagi tusukkan aku….
“aarrhh…arrhhh…gghhh…” Aku menarik rambut Pah yang panjang kebahu. Aku meramas dan
memeluknya. Dalam masa Pah sedang merengek dan melayan nafsunya yang kini mula membuak-
buak, aku masukkan jari aku kemulut Pah. Pah menghisap lumat jari aku. Sekali sekala digigitnya
tangan dan jari aku. Aku menghentak laju dan kasar lagi. Pah kini kuat mengerang… sekali sekala
meraung bila tanduk aku masuk rapat kedasar cipapnya. “…aarrhh.. aarrhh… uughh….. ooo…
oohh….” kemudian…. “..laa.. juu… lagi… yang… laajjuuu…lagi…arrhhh….” “cepaattt…. ayang…. I
nak..sampai…dah… arrhh.. oohh…huhhh.” Aku pun terus mengenjut selaju mungkin sebab aku pun
sudah nak kesampaian. “Pah… I lepas…dalammm…yahhh…” “naa…. dalam…. nahh..hh…” belum
habis aku mengerang… Pah mengepit keras batang aku dan mengelepar…sedikit, sambil menampan
pinggang dan menahan pergerakkan aku… “…hhhrrhhhh…aarrhhh…, ….hhugghhh… ooohhhh….,
kejab…… ayang…. arrrhh…” Pah… menahan badai kemuncaknya… sambil cuba mengambil
udara… tapi aku menghentak juga sekali dua… bagai menggenapkan episod kemuncaknya.
“aauww.. arrh.. sat… ayanggg….” “…arrrhhh…” Bila aku lihat Pah dah reda sikit, aku mula merodok
dan mengenjut semula. Menyambung kesedapan yang tercicir sebentar tadi. Kali ini aku menyerang
dan merejam cipap Pah dengan selaju dan semahunya. Pah… kembali merengek dan bagaikan
menahan rejaman tanduk aku. “..aaarhhh….arrhhh… urgghh… oohhh..” sekejab aja aku rasa sudah
hampir hendak kesampaian.. “Paahh… I tak tahannn…, I nak sampai…daahhh… nihh..” kataku.
“Pancut luar…pancut luar…. ayang…., aarrhh…ohh…” tapi kali ini aku tak berupaya, kerana terlalu
lazat, aku memaut tubuh Pah dengan kemas dan terus melepaskan tembakkan kedalam rahim Pah..
“…AAaarrhhh… Pahh….. aaaggg…hhh….. iiihhhh…. aarrhh… hohhh…”
“hergg…aduhh…..aayaang…. d..luarr… urrghh..” Pah terlambat kerana air panas aku kini telah jauh
menusuk kesanubari rahimnya. Walaupun Pah bagai tidak rela… tetapi kemutan cipapnya tetap
berdenyut-denyut… dan memerah setiap urat dibatang aku. Aku tidak melepaskan Pah disitu saja,
tetapi aku teruskan tusukkan yang akhir-akhir aku bagi menghabiskan sisa keras dibatang aku
supaya kami sama-sama menikmati kelazatan. “…hoohh… ayangg… arrhh..” Aku mengucup
dibahagian tulang belakang tubuh Pah sambil menjilat naik bagi menyedapkan sarafnya. “…aarrhh…
ayang… kenapa u.. lepas kat dalam… hugghhh..” “Burit U terlalu sedap… sayang.., susah I nak
berhenti…, hah… U rasa tak lagi, batang I dok keras kat dalam… Hughh… itulah tandanya kemut U
memang hebat..” jawab aku sambil menarik rambut Pah kebelakang dan mencium cuping telinganya.
“..aaarrhh… ayang… I takut I termengandung… arrhh… Oklah.h.hhh… lepaskan I cepat, I nak gi
basuhhh. nih…” Aku sentak sekali lagi “Aarrrhhh… hhooohh… keras.. lagiii..ayang…?..hihh…
dah…la… bagi la I p cuci..” kemudian barulah aku lepaskan Pah.
Pah bingkas bangun dan hendak beredar ke bilik air. Tapi aku tarik tangan Pah semula.. “Pah, sori
yehh….” sambil aku merenung kedalam mata Pah. Pah tunduk dan memandang aku kembali.. aku
mengusap pipi Pah dan memintak maaf lagi sekali.. “Ok..laahhh… ok..” jawab Pah bagaikan
merelakan dalam sesalan. Aku senyum dan bingkas bangun dan memeluknya kembali.. Kami
berkucupan. “Tanduk.. U.. tu … heeiihh.. dahsyattlllahhhh.. senak… I tadi…” jawab Pah sambil
hendak beredar dari aku. “Kemut U tu yang buat tanduk I mencanak… heh..heh..heee..” “Dahsyat…
U tau…��� Pah mencubit pinggang aku. “Nanti malam …. Susah pulak I nak tidur… nanti terngigau…”
usik Pah. Aku peluk lagi dan memberi ciuman sayang pada Pah. Pah membalas kemas patukkan
bibir aku dan kami bermesra seketika. Kemudian aku meleraikan pelukkan aku dan biar Pah beredar.
Namun sempat juga aku meraba dan meramas punggung Pah yang bulat mongel itu. Aku kemudian mengekori Pah ke bilik air. Aku tunggu sehingga Pah dekat habis mencuci, kemudian
barulah giliran aku pula. Pah merenung kembali batang konek aku. “Eehh.. tak sangka alat U ni…
hebat… sungguh….” Sambil Pah cuba menolong mencuci batang pelir aku yang dah mula kecut.
“Ha..ha… usik…dia, sat.. lagi dia idup balik… baru U tau.” Kata aku. Pah senyum melirik. Tangannya
memegang konek aku untuk membantu dan bagaikan menguji. “Pah… U nak tak isap I punya..” soal
aku pada Pah.. sambil tangan aku mula meraba kembali tundun cipap Pah. “Heh.. tak.. sudah.. sudah
lagi.. ka.., nafsu apa U nih..? Macam manalah isteri U boleh melayan orang sebegini..?” balas Pah.
“Bukan.. apa.. Pah.. I suka sangatlah.. pada U….” “I rasa tak leh renggang dengan U… macam dok
terasa lagi kemut U tu. U lah… yang hebat yang pernah I jumpa dan rasa…setakat nihh” “Hahh..
hah..dah.. nanti melalut pulak lagi…” jawab Pah ringkas. “Dak aih.. Pah.. I teringin nak rasa U kulum
batang I pulak. I tengok bibir mulut U yang tebal tu macam sedap sangat.. Hiiee.. mesti bergetah dan
kenyal.. kali nih.. I nak sampai dalam mulut U”. Pah menjuihkan bibir mulutnya dan tersenyum, tapi
tangannya masih mengusap batang pelir aku. “Ok..ok..lah……” balas Pah menggoda, sambil bingkas
bangun untuk keluar dari bilik air. Aku rasa amat pasrah hendak tinggalkan suasana ketika itu, kerana
aku masih rasa bernafsu melihat tubuh badan Pah yang monggel didepan aku. Sungguh syahdu dan
seksi sekali.
Hujan diluar sudah mula reda. Hari semakin lewat dan gelap malam. Semasa kami mengenakan
pakaian, aku mengambil seluar dalam Pah. “Heh… nak buat apa.. tuh..” tanya Pah. Sambil mencium
seluar dalam Pah, “Bagilah kat I, buat souvenier..” kata aku menggoda Pah. “Iihh.. dahsyat la U ni..”
kata Pah. Kemudian, aku terus memeluk Pah dan mencium dahinya, sambil curi peluang meraba
cipap Pah yang tak berpanties lagi. Pah menolak dan mencubit aku.. Kami kemudian keluar dari bilik
sambil aku mengucapkan selamat tinggal pada Pah.
Hebat sungguh permainan kami.. dari seorang kawan sehingga ke tempat tidur.. aku selalu bertanya
kepadanya.. Adakah dia menyesal.. namun katanya .. dia tidak pernah menyesal..dan itulah ertinya
pengorbanan persahabatan... katanya!!
Kini empat tahun sudah berlalu.. namun kami masih berhubung sebagai teman yang rapat.. dan kami
masih seperti biasa.. tetap bercerita dan kekadang bila terluang kami masih bersama melakukan
penzinaan. Namun tiada ikatan CINTA diantara kami, cuma SAYANG MENYAYANGI.
261 notes
·
View notes
Text
Main dengan Mak Sedara
Cerita Lucah
Hujan yang turun mencurah-curah sejak setengah jam tadi masih tiada tanda-tanda akan berhenti. Hati Ramlah semakin resah gelisah. Sesekali dia menjeling ke arah jam meja yang terletak di atas almari soleknya. "Alamak, baru pukul 10.30, patutlah mata aku belum mau mengantuk" getus hati kecilnya. Dia lalu mencapai bantal dan menarik rapat ketubuhnya yang mula merasakan kedinginan hawa malam itu. Perlahan-lahan dia membaringkan tubuhnya keatas katil. Bukannya dia tak biasa tinggal sendirian, terutama selepas berpisah dengan suaminya dua tahun lalu, tetapi suasana malam ini begitu berlainan sekali. Sejak dari petang tadi perasaanya menjadi tidak menentu. Nafsu kewanitaannya benar-benar memuncak hingga menyebabkan setiap perbuatannya sentiasa tidak menjadi.
Fikirannya mula melayang-layang mengenangkan saat-saat bahgia bersama bekas suaminya, Budin. Walaupun tubuh Budin agak kecil tetapi tenaga dan permainan batinnya ternyata begitu ! hebat sekali. Katil itulah yang menjadi saksi aksi-aksi ghairah antara mereka berdua sewaktu melayarkan bahtera asmara. Senyuman kepuasan senantiasa bermain dibibirnya setiap kali selesai berasmara. Namun begitu rumahtangga yang terbina lebih 10 tahun itu roboh juga akhirnya. Bukan berpunca darinya dan dia sendiripun tidak pula menyalahkan Budin. Semuanya angkara sikap ibu mertuanya yang sering campurtangan dan mengongkong hidup keluarganya. Hinggakan setiap sen perbelanjaan harian pun menjadi perkiraan mertuanya. Sikap itulah yang membuatkan Ramlah begitu tertekan dan akhirnya bertindak nekad untuk menuntut cerai. Walaupun Budin begitu keberatan sekali tetapi atas desakan ibunya menyebabkan mereka terpisah. Namun begitu hubungan Ramlah dan bekas suaminya masih baik terutama dalam soal penjagaan tiga orang anak mereka. Setiap minggu mereka akan bergilir-gilir menjaga anak-anak.
Memang ramai yang berminat untuk mengambilnya sebagai teman hidup, bukan sahaja duda dan orang bujang malah suami orang pun ada yang tergila-gilakannya. Tetapi entah mengapa hingga hari ini pintu hatinya masih belum terbuka untuk mengakhiri gelaran jandanya. Mungkin dia masih tercari-cari seorang lelaki yang kalaupun tidak lebih cukup jika dapat menyamai kehebatan Budin. tentang nafkah zahir memang tiada masalah baginya. Setiap bulan Budin tetap akan menghantar duit belanja hariannya. Untuk mengisi masa lapangnya dan menambah pendapatan, dia berniaga kain secara kecil-kecilan dari rumah kerumah. Kehangatan bantal yang dipeluknya kemas sejak tadi semakin menambah gelora batinnya.
Tangannya perlahan-lahan menarik bucu bantal itu dan mengeselkan keatas permukaan tundunnya yang masih ditutupi kain batik yang dipakainya. Peristiwa yang berlaku dan menyebabkan gelojak batinnya memuncak siang tadi mula terbayang kembali di ruang matanya. Memang tidak disangkanya dia akan menyaksikan perkara itu. Tengahari tadi dia kerumah Cikgu Linda untuk mengutip duit bayaran kain yang dibeli sebelum perkahwinannya bulan lepas. Puas dia memberi salam tetapi langsung tiada jawapan. Namun dia pasti Cikgu Linda ada kerana kereta suaminya terletak di garaj dan kipas angin di ruangtamu berpusing dengan ligatnya. "Mungkin mereka ada di belakang agaknya" hatinya mula meneka. Perlahan-lahan dia melangkah kebahagian belakang rumah. Sesekali dia terdengar seperti ada suara orang berbisik-bisik perlahan. Semakin dia menghampiri tingkap dapur rumah itu! suara tadi semakin jelas kedengaran.
Mahu sahaja dia melangkah meninggalkan rumah tersebut tetapi ada dorongan halus dari dalam dirinya untuk melihat apa sebenarnya yang berlaku ketika itu. Setelah memastikan tiada siapa yang melihatnya, Ramlah mula merapati tingkap dapur yang sedikit terbuka itu. Debaran didadanya semkin terasa. Berderau darah panasnya menyirap kemuka apabila matanya terpandangkan apa yang sedang berlaku didalam rumah itu. Bungkusan kain yang di pegangnya hampir sahaja terlepas jatuh ke tanah. Dari sudut dia berdiri itu ternampak dengan jelas tubuh Cikgu Linda tanpa seurat benang sedang menonggeng di tepi meja makan. Kaki kirinya diangkat ke atas sementara badannya ditundukkan sehingga kedua-dua buah dadanya hampir menyentuh permukaan meja itu. Ramlah dapat melihat dengan jelas alur burit Cikgu Linda yang sedikit terbuka sedang basah dengan air mazinya. Perhatian Ramlah kini beralih pada tubuh suami Cikgu Linda yang sedan! g berdiri sambil mengusap-usap batang pelirya sendiri. Tangan! Ramlah mula menggigil perlahan bila menatap tubuh sasa lelaki itu. Badannya gelap sedikit dan dada, tangan dan pehanya terdapat bulu-bulu roma yang tebal. Dengar kata orang suami Cikgu Linda itu berketurunan India Muslim.
Tanpa disedari Ramlah terteguk liurnya sendiri apabila biji matanya terpaku pada batang pelir lelaki itu yang sedang mengeras pada tahap maksima. Inilah pertama kali dia melihat pelir lelaki sebesar itu iaitu hampir menyamai saiz hujung lengannya. Panjangnya juga memang luar biasa dan pada anggarannya hampir 8 inci. "Ish..cepatlah bang, lama dah Lin tunggu ni...kang masuk angin...naiyaa" terdengar suara Cikgu Linda merengek manja sambil menjeling kearah suaminya. "Ok..ok..nak tambah pelicin ni...nanti sayang sakit pulak..." balas suaminya sambil mula menggeselkan kepala takuknya kecelah alur burit isterinya itu. Kedua tangan kasarnya mencengkam bontot tonggek Cikgu Linda dan menolaknya ke atas. Serentak itu dia mula menekan perlahan-lahan batang pelirnya masuk kedalam lubang burit yang setia menanti itu. Cikgu Linda mula mengerang dengan agak kuat.
Kepalanya terangkat ke atas sambil kedua tangannya memaut kuat birai meja makan itu. Matanya terpejam rapat sambil gigi atasnya menggigit bibir bawahnya. Mukanya yang putih itu jelas kelihatan kemerah-merahan menahan asakan pelir yang besar itu. " Err..boleh masuk lagi tak?" tanya suaminya inginkan kepastian setelah melihat Cikgu Linda tercungap-cungap. "Banyak lagi ke..?" dia bertanya kembali sa! mbil menoleh kearah suaminya. "Emm...dalam 2 inci lagi.." "Haa..2 inci..errr..abang hayun dululah...dah senak perut Lin ni rasanya..." Cikgu Linda berkata dengan suara yang tersekat-sekat. Tanpa berlengah lagi suaminya pun memulakan gerakan sorong tarik batang pelirnya.
Tangannya mula mencari dan meramas-ramas kedua buah dada isterinya itu. Suara keluhan kenikmatan kedua insan itu semakin kuat kedengaran. Semakin lama pergerakan itu menjadi semakin kuat dan laju hinggakan meja makan itu mula bergegar. Tetapi sepasang insan yang sedang kemaruk asmara itu langsung tidak mengendahkannya. "Bang...masuk habis bang...Lin dah nak pancut ni...laju bang.." tanpa segan silu Cikgu Linda bersuara dengan agak kuat. Serentak itu hayunan tubuh suaminya semakin kencang hinggakan meja itu bergegar dengan kuatnya. Tiba-tiba sebiji gelas yang berada di atas meja itu tumbang dan bergolek. Suami Cikgu Linda cuba mencapainya tetapi tak berjaya dan gelas itu jatuh berkecai di a! tas lantai.
Bunyi itu menyebabkan Ramlah tersentak dan h! ampir terjerit. Mujurlah dia dapat menahannya. Dengan muka yang merah menahan malu Ramlah lalu bergegas meninggalkan rumah itu. Bunyi deruan hujan yang masih mencurah membuatkan fikiran Ramlah tambah celaru. Gelora batinnya semakin menjadi-jadi. Hatinya mula nekad untuk memuaskan nafsunya malam ini walau cara mana sekali pun. Tangannya menarik simpulan kain batiknya sehingga terburai. Seluar dalamnya di lorotkan sehingga kehujung kaki. Jejarinya mula menyentuh dan menggosok-gosok biji kelentitnya sendiri. Ramlah memejamkan matanya dan mula membayangkan memek muka Cikgu Linda sewaktu disetubuhi suaminya tadi.
Begitulah juga agaknya keadaan dirinya jika pelir raksaksa itu terbenam dalam lubang buritnya. Dia mula menjolok jari hantunya kedalam alur buritnya yang telah hampir kebanjiran air mazinya. Terasa lelehan air itu mengalir suam kecelah lubang duburnya. Nafsunya semakin membara. Kedua lututnya dibengkokkan sambil membuka pehanya seluas mungkin. Dengusan nafasnya semakin kencang. Gerakan jarinya semakin laju meneroka setiap sudut gua kenikmatannya! . Bontot lebarnya digerakan keatas dan kebawah menahan kenikmatan. Bila-bila masa sahaja dia akan sampai kekemuncak kenikmatan yang sangat diharap-harapkannya itu. Malangnya saat-saat itu rupanya tidak menjadi kenyataan. Sayup-sayup di luar kedengaran suara orang memberi salam dan memanggil-manggil namanya. "Arghhh!!! ....celaka mana pulaklah yang datang malam-malam ni..." mulutnya membebel melepaskan rasa yang terbuku di kalbunya. Pantas dia bingkas bangun dan menyarungkan kain batiknya.
Sambil membetulkan rambut dia melangkah lesu menuju ke muka pintu. "Hah ..kamu Zakuan...ingatkan siapa...apahal malam-malam buta ni?" dia bersuara sedikit terkejut sebaik-baik sahaja daun pintu itu di bukanya. Tubuh anak saudaranya yang basah kuyup dan menggigil kesejukan itu ditatapnya sedikit kehairanan. Zakuan adalah anak kepada abang sulungnya yang tinggal kira-kira 2 km dari rumahnya. "Errr...Mak su dah tidur ke?...Maaflah menganggu...Wan dari rumah kawan tadi...nak balik, tapi hujan lebat sangat...ingat nak tumpang tidur kat sini aje..." jawab pemuda berusia 16 tahun itu sambil terketar-ketar menahan kesejukan. "Hah..itulah kamu, dah tau hujanpun nak melepak lagi...dah..dah..masuk..salin pakaian kamu tu.." katanya sambil melebarkan bukaan daun pintu itu. Dia melangkah masuk kebilik dan seketika kemudian keluar bersama sehelai kain tuala. "Lap badan tu dan salin baju ni...nanti Mak Su buatkan air" katanya sedikit lembut sambil menghulurkan kain pelikat dan baju. Sambil membancuh kopi Ramlah sem! pat menjeling ke arah Zakuan yang pada ketika itu hanya memakai tuala kecil dan sedang menyikat rambutnya.
Keinginan batinnya perlahan-lahan mula bergelora kembali. Hasutan nalurinya semakin mengabui akal fikiranya. Ramlah mula mengatur stratiji untuk menggoda anak saudaranya itu. Dua butang teratas bajunya dibuka. Dia menuggu sehingga Zakuan selesai berpakaian dan duduk diatas sofa sebelum keluar membawa kopi itu. Semasa meletakan cawan diatas meja kecil dihadapan Zakuan sengaja dia menundukkan badannya sehingga kedua-dua buah dadanya tanpa coli itu terpampang jelas. Hatinya berdetik gembira apabila melihat mata Zakuan hampir terbelalak memandang ke arah dadanya. Dia duduk rapat betul-betul disebelah anak saudaranya itu. "Kalau Wan sejuk...marilah peluk Mak Su.." katanya lembut sambil memegang tangan Zakuan dan meletakkan di atas pahanya. Zakuan tidak membantah tetapi memandang mukanya dengan wajah yang kehairanan. Perlahan-lahan dia mula menggesel-geselkan dada montoknya p! ada lengan pemuda itu. Paha Zakuan diurutnya lembut.
Semakin ! lama semakin ke atas dan akhirnya menyentuh batang pelir Zakuan. "Eh..Mak Su...err..kenapa ni.." pemuda itu bertanya penuh kehairanan sambil menahan tangan ibu saudaranya dari bertindak lebih jauh. "Ala..Wan..kali ni Wan mesti tolong Mak Su...betul-betul tak tahan ni..." tanpa segan silu Ramlah terus memujuk rayu Zakuan. Baju tidurnya diselak hingga mendedahkan buah dada montoknya. "Emm...Wan peganglah...ramas-ramas sikit" katanya manja sambil memegang tangan Zakuan dan meletakan pada bonjolan dadanya. "Tapi Mak Su...Wan tak biasa macamni...." sedaya upaya dia cuba mengelak dengan kejadian yang tidak disangka-sangka itu. "Kalau macamtu biar Mak Su aje yang buatkan...Wan duduk diam-diam ya..". Ramlah masih tidak mahu mengalah.
Gelojak nafsunya kini sudah memuncak ketahap maksimum. Hatinya benar-benar nekad untuk memuaskan tuntutan berahinya walau apa pun yang akan terjadi. Debaran didadanya semakin kencang dan dia dapat merasakan alur buritnya kembali berair. Kain pelikat Zakuan diselaknya hingga ke pangkal paha. Dengan penuh nafsu pelir Zakuan yang masih lagi terlentuk kecut itu di ramas dan dikocoknya lembut. Riak gembira mula terbayang di wajahnya apabila batang pelir anak muda itu mula mengeras perlahan-lahan.
Zakuan mula bersiut-siut menahan kegelian apabila buat pertama kali batang pelirnya dibelai tangan seorang wanita. Tangannya semakin berani meramas dan menggentel puting buah dada Ramlah. Ramlah semakin tenggelam dilanda keghairahan. Akal fikirannya telah seratus peratus dikuasai nafsu. Kawrasannya hilang sama sekali. Apabila merasakan Zakuan sudah teransang, dia lantas bangun sambil menanggalkan bajunya. Kain batiknya turut dilucutkan hinggga mendedahkan keseluruhan tubuhnya dihadapan anak saudaranya itu. Senyuman terukir dibibirnya bila memerhatikan biji mata Zakuan terpaku tak berkelip mem! andang buritnya yang tembam dicelah paha gebunya itu. Tanpa membuang masa dia terus melutut di antara paha Zakuan. Kain pelikat yang masih terikat dipinggang itu disingkapnya hingga ke perut Zakuan. Zakuan mula mengerang kecil apabila Ramlah mula menghisap dan menyonyot batang pelirnya.
"Ah..oh...geli Mak Su...ah...ahh..." bebelan dari mulut pemuda itu semakin kuat. Erangan Zakuan itu membuatkan Ramlah tidak lagi berupaya menahan nafsunya. "Wan jaga ya...Mak Su dak nak masukkan ni...tak tahan lagi dah" katanya sambil mengangkang diatas paha pemuda itu. Sebelah tangannya memegang batang pelir Zakuan dan mengarahkan pada belahan lubang buritnya. "Ah..ah...ishhh..." Ramlah mengeluh panjang apabila merasakan batang pelir anak saudaranya itu menerjah masuk lantas mengakhiri penantiannya setelah sekian lama. Zakuan juga semakin kuat mengerang.
Sesekali tubuhnya tergigil seperti terkena kejutan eletrik. Ramlah semakin rakus bertindak sementara Zakuan sedaya upaya cuma untuk b! ertahan. Bontot lebarnya semakin laju diangkat dan dihenyak s! ambil otot-otot buritnya dikerah sekuat tenaga menyonyot batang pelir Zakuan. "Arghh...Wan...ah...Mak Su dah nak pancut...argh...argh..." katanya sambil menarik kepala Zakuan kearah buah dadanya yang terbuai-buai itu. Dia kini menekan bontotnya hingga pelir zakuan terbenam rapat hingga ke pangkalnya. Pinggangnya digerakkan kekiri dan kanan dengan lajunya. Ramlah kini betul - betul seperti orang yang kehilangan akal.
"Argh..argh..argh.......arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....."Ramlah melepaskan keluhan kenikmatan yang panjang apabila saat-saat yang ditunggunya itu akhirnya tiba jua. Tubuh Zakuan dipeluknya sekuat hati hinggakan pemuda itu tercungap-cungap kelemasan. Selepas seketika dan kemuncak ghairahnya semakin reda, Ramlah melepaskan pelukannya. "Emm...lega Mak Su...eh kamu ni kenapa tersengih aje...err..dah keluar air ke?" Zakuan tidak menjawab tetapi hanya mengangguk lemah. "Haa...dah keluar??...habis tu kamu pancut kat dalam ke???...alamak...matilah aku.." Ramlah hampir terjerit membuatkan Zakuan terpinga-pinga kehairanan. "Eii..kenapa kamu tak cakap dah nak pancut...habislah macamni"
Ramlah bingkas bangun dengan pantasnya. "Mak Su yang ganas sangat...manalah saya tahan.." kata Zakuan dengan suara perlahan. Ramlah tidak menoleh lagi dan terus berlari kebilik air dalam keadaan masih bertelanjang bulat. Zakuan mengesat lelehan air maninya yang bercampur air Ramlah yang masih meleleh di pangkal pahanya. Sesekali dia menggaru-garu kepala kehairanan melihat gelagat ibu saudaranya itu.
"Tadi dia yang beria-ia nak...habis tu marahkan orang pulak...apahalnya ntah..." Zakuan berkat! a-kata perlahan sambil membaringkan tubuhnya ke atas sofa itu.
Back to posts
Comments:
[2015-08-26] mr horny:
Untuk aweks2, bini org n janda yg gersang and sporting jer boleh add i kat wechat. Budak skolah x payah ya... wechat id mr_horny
Post a comment
Name:
Comment:
61 | 1581 | 3683 | 2546399
CERITA BASAH
Cerita Sex Lucah
ROGOL
Cerita XXX
Melayu XXX
Cerita Melayu Boleh XXX
Cerita Erotis Melayu
Melayu Boleh
Cerita Stim
Cerita Syok
Sumber Cerita
Cerita Lesbian
© 2013 - 2019 Cerita Lucah Melayu
You must participate in user exchange!

231 notes
·
View notes
Text
Nasehat pernikahan untuk Rum
Rum, menikah itu sebuah perjalanan, bukan tujuan hidup. dalam perjalanan enggak semulus yang kamu kira, kadang lurus, kadang ada kerikil, kadang licin, kadang hujan badai, kadang reda. maka jadikan sabar dan syukur sebagai teman perjalananmu dengan pasangan. supaya kamu dengannya bisa sampai pada tujuan.
Rum, kalau matamu terlalu banyak memandang kehidupan rumah tangga orang lain, apalagi sosial media, pasanganmu akan selalu kelihatan kurang. memang tidak ada yang sempurna, tapi rasa cukup sudah memenuhi alasan kenapa kamu bertahan untuk bersama dalam perjalanan ini. selama ia tanggungjawab, menjadi pemimpin yang baik, dan selalu berusaha menjaga kalian dari segala maksiat yang dilakukan, itu sudah cukup, Rum. tak perlu membandingkan ia dengan lelaki manapun, jika terus seperti itu maka selamanya kamu hanya akan menemukan kekurangannya.
Rum, menikah itu bukan hanya tentang kamu dan pasangan. tapi juga keluargamu dan keluarganya. kalian akan saling terhubung dan menghubungkannya nggak selalu mudah. maka, pesanku untukmu, Rum, jangan sekalipun tinggalkan majelis ilmu, karena ilmu membantu melebur ego, walau prosesnya kadang lebih pelan. dan supaya selalu ada cahaya saat kamu menghubungkan diri pada keluarganya juga menghubungkan pasangan pada keluargamu.
Rum, tujuan dari perjalanan menikah adalah supaya dapat ridho Allah. maka tak apa jika dengannya kamu tak memiliki pencapaian dunia seperti orang-orang di sosial media. punya rumah, mobil, dll. hasil keringat berdua. yang perlu kamu resahkan adalah rumah di surga yang belum jelas kepastiannya. bahkan belum tentu dianggap penduduk di sana. maka dalam perjalanan ini pastikan kamu selalu sabar, syukur, dan hiasi terus dengan ilmu. supaya kamu dan pasangan layak jadi penghuni di surga Allah.
page 3/365
Lebak, 16.10
310 notes
·
View notes
Text
Cerita tentang rasa
Langit malam tanpa ada bintang guminta di angkasa sana, hanya ada awan gelap menyelimuti langit. Dan mendung seakan akan tidak beranjak dari alam semesta ini.
Suara petir saling bersahutan tanpa jeda dan sepertinya siap menurunkan hujan malam. Begitu juga angin malam seakan akan mengerti aku butuh udara sejenak malam ini.
Ya meredakan rasa yang semakin hari semakin aku rasakan, sesak rassnya hanya saja aku berharap malam ini tidak seperti malam malam yang sebelumnya. Aku hanya ingin reda kan sesak yang ada di hatiku saat ini
Aku pasti tidaklah mudah melepaskan sesak dan rasa ini tapi aku harus melakukannya walaupun terasa pahit dari kenyataan yang harus aku lalui.
Lagi dan lagi semua cerita tentang kamu yang selalu membuat ku mati rasa dan juga sesak di hati yang kau tinggal kan tanpa jejak sekalipun.
Sampai kapan kamu meninggalkan rasa sakit di hati dan juga rasa sesak yang tidak ada jawabannya sama sekali seiring kamu pergi dan menghilng tanpa jejak.
Dan aku berharap malam ini benar benar hujan dan membawa cerita semua tentang kamu.
Depok, 17 November 2023 | 20 . 55 wib
#hujan#tentang rindu#tentang waktu#cerita hari ini#tentang kita#tentang kamu#tentang cinta#tentangrasa#tentang hati
3 notes
·
View notes
Text
~*
kamu pernah menerobos hujan agar cepat sampai pada tujuan, memang kamu berhasil mencapai tujuanmu. namun setelahnya kamu jatuh sakit.
terkadang benar ya, menyukai hujan tak harus basah dan kuyup, cukup berteduh ditepian, menikmati suara hujan dan semua hal disekitar. maka kamu telah mencintai hujan dengan caramu. tapi ini bukan tentang hujan, ini tentang kopi atau mungkin bukan tentang keduanya?
119 notes
·
View notes
Text
Di dunia yang dipenuhi oleh orang-orang yang saling bermegah-megahan serta berbangga-bangga akan kekayaan dan keturunan aku ingin tinggal di sudut-sudut kesederhanaan, bersama mereka yang selalu ingat dan senantiasa saling mengingatkan bahwa segala yang kita miliki akan dipertanggung jawabkan.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid: 20)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
42 notes
·
View notes
Text
198.
Perjalanan memaafkanmu adalah yang paling panjang. Bagaimana aku berusaha melupakan, ah bukan melupakan mana bisa aku melupakan segala bentuk tentangmu. Mungkin, lebih tepatnya, mengganti ingatan tentangmu dengan ingatan baru sehingga tentangmu, pelan, menjadi pudar.
Dan memaafkanmu berarti aku juga memaafkan diriku sendiri. Memaklumi bentuk kesalahan yang pernah aku lakukan tersebab terlalu mencintai makhluk-Nya, tak mau lagi aku begitu. Bodoh jika kesalahan itu berulang, artinya aku tidak belajar.
Perjalanan memaafkanmu adalah bentuk pendewasaan diri. Aku memahami, ego manusia teramat besar, nafsu pun demikian. Pengendalian diri adalah sabuk pengaman. Semuanya harus imbang. Pincang salah satu, rusak sudah semuanya.
Perjalanan memaafkanmu adalah tentang penerimaan. Aku berlapang dada. Segala suka cita dan duka lara sudah aku rayakan bersama semesta. Kehilanganmu sebagai sosok yang ku impikan sudah aku relakan meski dengan tumpahan hujan deras dalam gubuk derita.
Aku ingin tegar dengan tidak menjadi seorang pendendam. Aku ingin bisa membuka hatiku dan menerima uluran tangan seseorang. Aku tidak mau membohongi diriku lagi dengan berkata aku tidak butuh seseorang itu. Salah besar. Aku ingin hidup dengan mencintai dan dicintai. Aku ingin berbagi kasih tanpa syarat.
Perjalanan memaafkanmu telah selesai. Aku berdamai. Maaf pernah berdoa tidak baik, untukmu. Kini, ku doakan bahagia selalu menyertaimu.
Riuh, 00.04 | 24 November 2024.
27 notes
·
View notes
Text
13/365*2023 - Tentang Hujan (7)
Rutinitas pagi di sekolah berjalan seperti biasa. Masuk kelas, mendengarkan guru bercerita, mengerjakan tugas, berdiskusi dan presentasi. Hariku kembali ke sedia kala. Satu minggu sudah berlalu tanpa ada kabar dari Dienar.
Bel istirahat pertama berbunyi. Aku dan Mahira hendak jajan ke toko yang dikelola oleh sekolah. Kosek Mart namanya, singkatan dari Koperasi Sekolah Mart. Di mana jalan untuk menuju kesana harus melewati gedung ruang aula yang di kelilingi oleh kaca-kaca sebagai dinding pembatasnya, sehingga seringkali suara-suara keras dari dalam bocor hingga ke sisi luar.
Tiga puluh menit, kita disini
Tanpa suara
Dan aku resah
Harus menunggu lama
Kata darimu
Suara itu. Segera ku hampiri kaca-kaca ruang aula dan mencoba melihat siapa yang sedang bermain band di dalam. Ku tarik Mahira untuk ikut menemaniku masuk ke ruang aula.
Benar saja dugaanku. Dienarsky sang vokalis dengan gitar kesayangannya. Lalu ku teringat, minggu depan ada festival band antar sekolah yang diselenggarakan di sekolah kita. Apa ini alasan dia menghilang? Giat berlatih? Atau selama ini hanya aku yang sedang berharap lebih?
1 note
·
View note
Text
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kami kekuatan untuk terus menjaga komitmen ditengah naik turunnya keadaan, perasaan, dan segala dinamika yang terjadi selama delapan tahun terakhir. Saya mengawali perjalanan ini di umur 26 tahun, rasanya masih sangat muda kalau dilihat dari POV saat ini.
Dipikir-pikir lagi, jika saya melihat kembali ke diri saya di umur itu delapan tahun yang lalu, rasanya terlalu nekat. Banyak hal yang saya rasa belum siap, tapi entah kenapa berani. Mungkin, ada berkah dari ketidaktahuan, yaitu menjadi berani. Allah-lah yang menganugerahkan keberanian.
Rasanya sekarang-sekarang ini, pembahasan terkait pernikahan semakin ke sana ke mari. Marriage is Scary jadi tagline dimana-mana. Sementara yang pernikahannya berjalan baik-baik saja, lebih banyak diam menikmati momen kehidupannya. Jangan salah memilih referensi, itu penting.
Saya di umur itu, dengan segala kekurangannya, sangat terbantu oleh para guru dan mentor yang pernikahannya berjalan dengan sangat baik hingga hari ini. Belajar dari mereka tentang mengapa perlu untuk menikah, apakah menurut mereka sudah cukup siap, dan lain-lain di kala itu. Dengan segala keterbatasan yang kumiliki saat itu, ternyata saya bisa mengambil keputusan tersebut.
Benar juga kata mentor dan guruku saat ini, hampir sebagian besar kebaikan yang akan kita temukan sepanjang hidup misal terkait pekerjaan, finansial, spiritual, dsb. Salah satu cara untuk mencapai sana diawali dengan memilih pasangan hidup yang baik. Bersyukur sekali berjodoh dengan @ajinurafifah, delapan tahun yang lalu dibanding dengan hari ini, pertumbuhan rasanya berlipat eksponensial.
Saya yakin seyakin-yakinnya kalau sebenarnya banyak di antara teman-teman di sekitar saya atau mungkin pembaca di sini yang sudah siap untuk menikah, tapi rasa siap itu tidak bisa diyakinkan oleh diri sendiri karena salah satunya melihat pernikahan ini dari perspektif yang kurang tepat. Tidak mudah untuk yakin bahwa pernikahan membuka pintu rezeki, tidak mudah untuk meyakini bahwa pernikahan itu bernilai separuh agama, dan banyak ketidak mudahan lainnya.
Tapi, apakah tidak mudah itu berarti tidak bisa? :) Terima kasih untuk teman-teman online juga yang turut serta dalam proses bertumbuhku di sini, dari single remaja kuliahan yang galau, bikin suaracerita, buku pertama Hujan Matahari rilis, dan seterusnya hingga hari ini :)
147 notes
·
View notes