#tempat cuci piring
Explore tagged Tumblr posts
Text
BEBAS KONSULTASI! WA 0812-3453-8414 Jasa Harga Kitchen Set Tempat Cuci Piring Sidoarjo Rejeni Kedinding
BEBAS KONSULTASI! WA 0812-3453-8414 Jasa Harga Kitchen Set Tempat Cuci Piring Sidoarjo Rejeni Kedinding,Ongkos Rincian Biaya Bangun Dapur Dan Kamar Mandi Sidoarjo Siring Sumberejo,Tukang Rincian Biaya Bangun Dapur Rumah Subsidi Sidoarjo Banjarkemuningtambak Tanggul,Vendor Toko Kitchen Set Terdekat Dari Lokasi Saya Sidoarjo Betro Wonoayu,Arsitek Berapa Biaya Bangun Dapur Minimalis Sidoarjo…
View On WordPress
0 notes
Text
sabun cuci piring karya SMK ibg 2 bogor
#Pencuci piring merupakan bahan pencuci yang digunakan untuk membersihkan peralatan makan seperti piring#gelas#sendok#garpu dan peralatan dapur. Produk berdasarkan penampakan fisiknya#pencuci piring dapat dibagi menjadi tiga jenis. Cara Membuat Sabun Cuci Piring:#Dalam panci kecil panaskan air dan garam#aduk terus sampai semuanya benar-benar larut. Angkat panci dari api dan tuangkan isinya ke dalam mangkuk kecil. Sisihkan sisa campuran gara#Tambahkan baking soda 1 sendok makan dan 1/3 air suling ke panci dan panaskan sampai larut.#Tambahkan Sal Suds dan air#serta minyak esensial ke tempat sabun cuci piring. Jika wadah Anda memiliki bukaan kecil#maka yang terbaik adalah mencampurnya dalam stoples kaca.#Tambahkan 1 sendok makan air garam ke sabun dan aduk. Ini akan menjadi keruh dan menebal. Tambahkan satu sendok makan campuran air garam ji#Tuang campuran ke dalam tempat sabun sabun.
0 notes
Text
please stay.
suguru berkali-kali harus melawan dunianya sendiri yang bahkan lebih besar dan berantakan dari tubuhnya. berapa kali pun dilawan dia cuma sendiri berdiri di atas pasir yang diam-diam menelannya. suguru sendirian dengan membangun satu persatu batu bata yang jadi benteng terkuatnya, bukan beton yang akan dikorupsi negara ini. hanya sisa batu dengan semen yang harusnya buat suguru makin kuat, harusnya suguru bisa sendiri tanpa orang lain. harusnya suguru sadar semuanya nggak perlu pertolongan.
tumpukan bajunya masih ada di mesin cuci, belum sama sekali disentuh dengan aliran air dan deterjen, mungkin seminggu lagi kalau suguru ingat. ia juga ingat untuk tidak menumpuk semua gelas di meja komputernya, setidaknya minggu ini suguru tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan, karena ia tidak lapar sama sekali, menghabiskan waktu dengan tidur seharian di kamarnya. tidak akan ada yang peduli juga kalau dia belum masuk kerja sama sekali, ada satoru yang mengurus segalanya.
suguru juga tidak lupa untuk sikat gigi, membersihkan tubuhnya, baru dua hari yang lalu ia membasuh kepalanya, dan mengganti baju yang baru, suguru masih baik-baik saja, dia tidak perlu seseorang melihatnya seperti ini, kamarnya berantakan, penuh dengan tumpukan kertas tugas akhirnya dan baju tidurnya yang minggu lalu belum suguru cuci juga. setidaknya ia tahu dimana baju tersebut terakhir ia pakai, tidak akan hilang juga 'kan belum suguru pindah sama sekali.
"suguru..."
"aku bilang gak perlu ke sini. aku baik-baik aja, satoru." setelah melihat sahabatnya—satu hal dengan satoru yang ia telah jatuh cinta lama sekali dan sekarang harus patah hati melihat suguru seperti ini. "aku nggak mau kamu di sini."
"aku nggak mau kamu sendirian."
"trims, tapi aku pengen sendirian—" satoru hanya diam saja, berjalan menyusuri seluruh ruangan kamar suguru, memperhatikan satu-satu, pakaian yang sama masih dipakai saat terakhir kali mereka bertemu, rontokan rambut yang ada di tembok belum juga dihiraukan oleh suguru, piring kotor yang bertumpuk.
"pulang, satoru."
"suguru, sudah makan?" satoru tidak peduli dengan isi kamar suguru, "aku tanya, kamu terakhir makan kapan?"
"kemarin, dua hari yang lalu, aku lupa."
"sekarang makan."
"nggak lapar."
"okay, nanti makan, sekarang kamu maunya apa?"
"tidur." satoru tidak akan marah 'kan, kalau suguru hanya ingin tidur hari ini, hanya hari ini suguru ingin berbaring lebih lama, tapi bukan berarti satoru bersamanya juga, pasti pria itu benci melihatnya seperti ini.
"okay..." suguru hanya diam saja begitu satoru mengikutinya ke tempat tidur, melupakan perutnya yang berbunyi—sekecil apapun pasti satoru dengar. pria itu tidak protes sama sekali, malah terus di samping suguru yang sekarang di pelukannya.
"i love you, satoru."
"hmm..." satoru takut sampai rasanya ingin mati, ia takut kalau ini malam terakhirnya bersama suguru, dan ia takut kalau seakan suguru ingin pergi meninggalkannya jauh-jauh dari bumi yang mereka pijak bersama, ia takut kalau suguru masih tertidur di dua jam pertama dan tidak bangun lagi setelah mengatakan kalimat itu.
i said i love you too, because it's true, what else am i supposed to do?
"satoru..." gumam kecil yang suguru lontarkan dalam tidurnya, kini tubuhnya bergerak mendekat lebih dalam lagi ke pelukan hangat satoru.
jangan pergi, suguru. bagaimana dengan satoru nanti kalau suguru malah meninggalkannya, bagaimana dengan satoru yang datang ke kamarnya tanpa ada suguru nanti, bagaimana dengan nasib satoru nanti. even god's strongest soldier can't stop a broken heart.
"sudah bangun? suguru, lapar atau mau mandi dulu."
suguru hanya menggeleng, tenggelam dengan pelukan satoru, kepalanya yang diusap halus oleh satoru, "aku nggak mau mati."
"i know."
"aku janji sama kamu 'kan."
"iya."
"aku juga janji sama satoru kalau tetap tinggal sama kamu sampai kapanpun, i love you, satoru. maafin aku buat kamu kalut tiap hari, i don't deserve you, i hate myself while you still here for me, i can get a dog to be with me, my therapist said so, tapi aku nggak kuat ngurusinnya sendirian. i can't help imagining what if i died here alone and they just keep waiting for me give them food, i can't... satoru, aku nggak bisa ngurusin diri aku sendirian."
"i will stay here with you, always, suguru, mau kamu terus janji sama aku or even not keep your promises, i will stay here, what else am i supposed to do? to leave you? fuck no. please stay, suguru."
satu hal jadi perhatian satoru di pinggir meja kamar suguru ada tumpukan bunga yang sudah layu, satoru ingat kalau itu buket darinya, masih di simpan di tempat yang sama dari dua minggu yang lalu saat satoru datang. "kalau kamu mau aku pergi dan nggak mau ngomong sama aku lagi bilang aja, aku pergi dari kehidupan kamu, aku nggak akan cari tahu kamu, sampai kamu ganti nama kek, apapun, aku nggak akan cari kamu."
satoru belum beranjak dari tempat tidur suguru sama sekali, mengunci pemuda itu dalam tatapannya, suguru bisa terus mengatakan cinta padanya seakan mereka sudah ada di akhir cerita, belum suguru pergi, sama juga dengan habisnya nyawa satoru. "you really want get a dog?"
"maybe, tapi aku tahu nggak akan bisa."
"we can raise a small one, together, suguru." tahu semuanya tidak akan berubah jadi semula tapi bisa satoru coba perlahan, hingga semuanya baik-baik saja.
"what if they will hate me?" suguru tidak akan bisa kalau seperti ini jadinya, meski dimulai dari anjing, perlahan suguru memikirkan ucapan satoru barusan. mungkin ia bisa, itupun harus ada satoru yang bersamanya, "kalau mati gimana, satoru?"
suguru takut bukan main, ia lebih takut kalau anjingnya mati ketimbang dirinya sendiri. panik melanda seluruh tubuhnya, dadanya panas, isi perutnya bergejolak, seperti suguru ingin mengeluarkan isi dalam perut kosongnya itu. tidak bisa mengatakan apapun selain memikirkan hal-hal yang ada di kepalanya sekarang. even him doesn't deserve a dog to company him.
"suguru..."
"aku nggak mau menambah beban kamu, satoru."
"suguru, kita berdua, aku sama kamu yang ngurus, i know they would love you. suguru kamu itu penyayang, i remember you save someone's kitten, berhari-hari kamu obati, kamu jaga, sampai ketemu dengan pemiliknya." lanjut satoru. "if it can help you, i would love to raise a dog with you." sampai sekarang balasan cinta satoru masih terdengar. suguru yang membiarkan tubuhnya mandi di dalam bak air hangat yang satoru siapkan, kalau bukan dengan satoru, ia lupa kalau wangi vanilla cocok di rambutnya.
"aku mau makan."
"i know."
3 notes
·
View notes
Text
Lebaran 1445 H agak giung banyak bumbu 😀
Pulang ke rumah kayak maling karena takut ketemu si adik mertua, beresin cucian piring yang ga sempet ke cuci karena si adik mertua ngamuk kamar mandinya di pake, menatap nanar ke sprei dan selimut bau ompol yang jadi pemicu pertengkaran. Sepele? Ya dan memang sudah takdirnya aja.
Lebaran hari pertama di rumah mertua, semua orang tau.. bibi, sepupu dan kakak ipar nanya tinggal dimana sekarang? Kami bohong untuk meredakan kegaduhan. Lalu lebaran kedua kami mengaku mau ke omma tapi kabur ke ruko
Lebaran kali ini syahdu banget, kadang sedih inget rumah kadang senang pergi dari rumah deket kuburan. Kadang semangat menyongsong hari baru lembaran baru kadang takut menghadapi hari esok.
Dua tahun lalu setelah pandemi, suami resign dana darurat ga punya tapi ada rezeki dari pembagian jual mobil omma da opu. Tahun ini ga punya rumah tapi ada ruko tempat kerja baru suami. Kita gak akan pernah tahu maksud dari takdir Allah namun yang dihisab memang responnya. Berbaik sangka sama Allah adalah yang utama.
Yesterday is history
Tomorrow is mistery
Bismillah untuk lembaran baru
2 notes
·
View notes
Text
Ibuku pernah memberikan nasihat sekaligus memberikan contoh kepadaku bagaimana seorang perempuan setelah memasak dan makan.
Bar masak, wadahe ndang dicuci, diberesne, ditoto nek nggone. Bar maem yo ngono, ojo sampe numpuk piring akeh akeh ndang dicuci karo diberesno.(Sehabis memasak, wadahnya segera dicuci dibereskan dan diletakkan di tempat semula. Begitu juga ketika selesai makan, jangan biarkan menumpuk piring banyak-banyak, segera cuci dan bereskan.)
Aku yang waktu itu memang masih anak SD dan bebal sekali terkait beres membereskan, hanya mengiyakan tapi tidak benar-benar mempraktikkan. Sampai kemudian hidup memperjalankanku untuk mandiri sejak SMP, melakukan semua hal sendiri dan merasa apa yang ibu sampaikan adalah sesuatu yang kecil tapi berdampak sangat efektif untukku.
Lambat laun, semakin kesini semakin kusadari bahwa nasihat ibuku tidak berhenti pada ritual sehabis memasak dan makan, tapi untuk beberapa hal yang berkaitan dengan berbagai urusan tertentu. Aku semakin sadar kala melihat bagaimana diriku ketika menyelesaikan suatu pekerjaan yaitu harus satu selesai dulu sampai tuntas baru berpindah ke pekerjaan yang lain.
Yang kemudian kusadari untuk kedua kalinya adalah bahwa satu nasihat untuk suatu hal tertentu, seiring dengan diri kita yang bertumbuh, kita akan memahaminya dalam konteks yang lebih luas dan dapat memaknainya untuk berbagai hal yang mampir di kehidupan kita.
Barangkali ibu hanya menasihati untuk konteks masak dan makan, tapi kemudian saat ini diri kita yang mendewasa akan memahaminya sebagai
1. Tuntaskan urusan sampai selesai sebelum berpindah ke urusan yang lain
2. Fokuslah dalam mengerjakan suatu urusan agar hasilnya maksimal
3. Jangan merepotkan orang lain untuk membereskan sisa sisa urusanmu selama kamu masih sangat mungkin untuk menyelesaikannya
4. Rapi dalam mengerjakan urusan akan berarti kita amat menghargai dan menikmati proses dalam memperoleh hasil.
Dan uniknya ini baru terbatas pelajaran yang bisa kuambil, berbeda orang bisa berbeda lagi pelajarannya. How rich it is..
7 notes
·
View notes
Text
Aku ingin dirimu bahagia #6 (Terakhir)
Satu minggu berlalu. Hari Sabtu. Pagi hari. Airi sedang menikmati waktunya sendiri membaca buku di kamarnya. Sementara aku baru saja menyelesaikan pekerjaan cuci piring sehabis sarapan bersama Airi. Ketika aku sedang mengelap tanganku yang basah, nada dering hpku berbunyi. Saat aku mendekat, hendak mengangkat telepon itu, aku terdiam mematung. Fatih. Nama itu muncul dalam layar hpku. Fatih yang menelpon. Semenjak pertemuanku dengan Nami di kafe itu, aku dan Fatih tidak saling bertemu maupun saling menghubungi. Teringat kalimat-kalimat yang diucapkan Nami, aku ragu untuk mengangkatnya.
Apa yang harus kukatakan? Pura-pura berbincang seperti biasa? Menanyakan kegiatan untuk minggu ini bersama Airi apa?
Terlalu lama ragu untuk mengangkatnya, hpku berhenti berbunyi.
Hah... aku menghela napas lega.
Tapi rasa lega itu tidak berlangsung lama. Nada dering hpku berbunyi kembali. Muncul nama yang sama.
Aku panik. Langsung berjalan memasuki kamarku dan menutup pintunya. Takut terdengar oleh Airi.
Aku menarik dan melepas napas panjang sebanyak 3 kali untuk menenangkan diri. Kemudian aku mengangkat teleponnya. Walaupun sudah melakukan pernapasan panjang, jantungku masih berdebar keras.
"Assalamualaikum, Han."
"Waalaikumussalam, Tih."
"Han, aku udah ditabok sama Nami."
Mendengar kalimat itu, tak sadar aku menahan napas. Mengerti apa maksudnya.
"Kamu ga perlu jawab apa-apa disini. Cukup dengerin saya aja. Sebelumnya saya mau izin berbicara formal dulu ya, sepertinya akan lebih nyaman."
Aku terdiam. Meski kutau dia tidak bisa melihat, aku menganggukkan kepalaku sekali, tanda mengerti. Kedua tanganku menggenggam hp. Seakan tidak mau ada yang tertinggal atau tidak terdengar.
Haa... terdengar suara tarikan dan hembusan napasnya dari hpku. Sepertinya dia sama gugupnya denganku. Atau mungkin lebih ya? Suara salamnya tadi terdengar bergetar.
"Saya mau melamarmu, Han. Saya mau Hana jadi istri saya."
Ia berhenti sejenak.
"Saya kira kamu udah bisa menduganya dengan perilaku saya selama ini.
"Karena kamu bunda Airi. Kalau Hana mau tanya kenapa, itu alasan saya.
"Saya ingin menikah dengan perempuan yang bisa mendidik anak-anak saya nantinya. Kalau kamu bisa mendidik Airi sebaik itu, dan kalau kamu bisa sesayang itu sama Airi. Saya yakin kamu bakal melakukan hal yang sama untuk anak-anak saya dan kamu nanti.
"Pertama kali ngeliat Airi, saya bisa liat gimana Airi sayang banget sama bundanya. Saya tau kita sama-sama masih kurang untuk jadi orang tua Airi. Saya mau kita belajar bersama. Saya mau nanggung beban itu bersama.
"Saya ga akan tanya masa lalumu, Han. Tapi saya bisa mengira-ngira gimana perlakuan suamimu terhadapmu dulu, sampai kamu ga bisa egois untuk dirimu sendiri.
"Saya bersumpah, InsyaaAllah, ga akan main tangan kepadamu maupun Airi.
"Hana ga perlu jawab langsung. Gausah buru-buru. Ambil waktumu seperlunya."
Fatih menutup teleponnya.
Aku terdiam. Larut dalam pikiran. Menikah lagi?
Jika ditanya apakah aku menyesal atau tidak, telah menikah dengan Ivan, aku tidak menyesal. Karena dari pernikahan itu aku bisa mendapatkan Airi. ***
Tok tok....
Malam itu Airi memasuki kamarku.
"Bunda, hari ini Airi boleh tidur di sini?"
"Boleh banget, sayang."
Aku bergeser, meluangkan tempat untuk Airi tidur. Airi memanjat tempat tidurku, yang sedikit tinggi untuknya.
"Bunda matiin lampunya ya."
Airi mengangguk.
Kami berdua sudah berbaring bersama menghadap langit-langit kamar. Aku memejamkan mataku untuk siap tidur. Sambil memikirkan kalimat-kalimat tadi pagi. Tiba-tiba Airi memiringkan badannya ke arahku dan memelukku. Aku pun memiringkan tubuhku, membalas pelukannya. Membelai rambut panjangnya yang lembut.
Setelah beberapa menit, Airi menolehkan kepalanya yang tadinya tenggelam dalam pelukanku. Kini menatap wajahku. Suasana kamar sudah remang tapi aku masih bisa menatap wajahnya. Begitu pula sebaliknya.
"Bunda."
"Ya, sayang."
"Kalau memang Bunda suka sama paman, Airi akan dengan senang hati terima paman jadi ayah."
Aku terdiam. Sepertinya Fatih sudah pernah menyinggung hal ini kepada Airi.
Aku mengangguk pelan. "Makasih ya sayang."
Kemudian kami berdua terlelap.
***
Dini hari aku terbangun. Berniat untuk sholat tahajud dan istikharah. Berharap mendapat petunjuk dari-Nya. Jam menunjukkan pukul 02:36. Airi masih pulas dengan tidurnya.
Setelah berwudhu dan memakai mukena, aku menggelar sajadah empuk di kamarku dan memulai sholat dengan khusyuk. Menenangkan diri dan hanya berharap kepada-Nya.
Dalam sujud terakhirku aku berdoa.
Ya Allah, kalau mengikuti hati, aku sudah tau jawabannya.
Kalau mengikuti pikiran, aku sudah tau jawabannya.
Hamba meminta kepada-Mu, arahkan kepadaku jawaban terbaik dari-Mu.
Selesai sholat, aku membaca doa sholat istikharah dan menangis. Mengharapkan jawaban semata-mata hanya dari-Nya.
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.
Aku keluar kamar menuju ruang tamu tanpa melepas mukenaku. Aku mengambil mushaf Al Quran dan membukanya secara acak. Hatiku merasa terketuk. Yang terbuka adalah Surah An-Nahl ayat 72.
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik-baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?”
Ya Allah, apakah ini jawaban terbaik-Mu untukku?
***
Aku sudah mandi dan selesai mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kemudian dengan hpku dalam genggaman, aku memasuki kamarku. Hendak menelpon Fatih untuk menjawabnya.
Seperti biasa aku menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Untuk menenangkan diri. Tapi suara detak jantungku tetap terasa.
Tuuut... Nada sambung pertama. Telponku langsung diangkat oleh Fatih.
"Assalamualaikum, Han."
"Waalaikumussalam."
Kami berdua terdiam. Fatih menunggu jawabanku.
"Sebelumnya ada yang aku mau tanyain, Tih.
"Aku kan janda dengan 1 anak. Apa keluargamu bisa nerima aku dan Airi nantinya?" Tanyaku.
"Aku udah bicara ke mereka. Dan ibuku juga janda dini. InsyaaAllah mereka udah mengerti. Kalian tinggal datang membawa diri aja."
"...."
"...."
"Kalau gitu, aku jawab iya dengan senang hati."
"Alhamdulillah. Makasih banyak, Han. Aku tau, mungkin ini bisa jadi jalan yang sulit. Aku mau menjalaninya bertiga. Dan aku yakin dibalik itu, ada kebaikan yang yang ga kalah indahnya."
Aku mengangguk.
***
Keesokan harinya, menjelang subuh, aku membangunkan Airi untuk sholat subuh. Kami sholat berjamaah.
Seusai sholat, berdzikir, dan berdoa, aku mengatakan kepada Airi, "Airi. Bunda mau diimamin sama paman fatih. Airi mau juga jadi makmumnya paman fatih?"
Airi tersenyum girang dan langsung memelukku. Aku ikut tersenyum senang dan membalas pelukannya.
***
Ini adalah kejadian yang baru kuketahui setelah 1 tahun menikah dengan Fatih.
Hari itu Fatih pertama kali datang ke rumahku, berjumpa dengan Airi dan membuat layangan bersama. Saat itu aku meninggalkan mereka berdua dan pergi ke dapur. Mereka banyak bertanya satu sama lain untuk mengenal lebih dekat.
"Paman kerja jadi apa?"
"Paman sekarang kerja sebagai dokter."
"Sama kayak bunda?"
"Sama-sama dokter.. Tapi bunda dokter gigi. Kalau paman dokter anak. Airi kalau sudah besar mau jadi apa?"
Airi terdiam sejenak. Tangannya sibuk untuk menempelkan kertas minyak layangan ke lidi bambunya.
"Airi ingin menjadi ibu seperti Bunda."
Selesai.
P.S. Terima kasih kepada teman-teman career class yang sudah membuat kesempatan ini dan teman-teman yang sudah membaca tulisan saya, mendorong saya untuk melakukan hal baru, yang akhirnya menjadi salah satu hal yang saya sukai.
Semoga tulisan saya dapat memberikan manfaat, sedikit hiburan, terutama untuk para single mom, yang senantiasa berjuang untuk anaknya.
7 notes
·
View notes
Text
3 November 2023
Hari pertama balik ngekost.
Banyak banget dramanya kemarin begitu check in kossan ini. Dimulai dari kamar kossan yang dituker tanpa konfirmasi, funished yang 80% rusak, ngajuin claim asuransi soal peralatan kossannya, debu dimana-mana, bahkan nyampe lantainya kotor banget gak karuan.
Begitu menyelesaikan segala drama kekecewaan dan perdebatan check in itu, gue langsung melesat ke superindo buat beli segala peralatan yang dibutuhkan. Ngekost kali ini sengaja nggak bawa banyak barang karena emang niatnya ngekost buat persiapan CPNS sama Simak UI Februari tahun depan (Betul, user cocotangaje ini akhirnya memantapkan hati buat nyobain test masuk S2 di UI, buat jurusannya udah mantep banget ambil medkom). Selain itu, gue memiliki rencana untuk mengisi hari-hari dengan apply magang dan kerja, nulis dan ngirimin ke beberapa media, editing project video buat youtube portfolio.
Balik lagi ke cerita kossan, emang di awaltuh ini bentukan kossannya kerasa gudang banget dan agak cukup nganu gitu. Makanya gue beli banyak banget peralatan bersih-bersih kossan, kamper, dan pewangi ruangan. Gue juga mampir ke apotek buat stock obat alergi, magh, dan tolak angin lalu lanjut ke naiso buat beli cermin kecil. Di awal sebelum pergi gue udah ngelist apa aja yang mau gue butuhin beserta alternatif brand-brand yang nggak mendukung israel. Ajaibnya ternyata, belanjaan gue sesuai budget. Pas banget sesuai sama perkiraan sebelum gue pergi.
Pulang ke kossan mepet maghrib, gue isoma bentar dan lanjut unpack setelah isya. Kamar mandi gue mandiin pake wipol, kamper gue sebar, sapu, pel, bahkan lemari gue lap pake cairan pel dan lapisin pake lembaran skripsi bekas revisian gue kemaren. Lanjut nata lemari, makeup, buku, dan laci-laci kecil tempat stationery. Semua barang punya rumah, dan satu-satu mulai tertata sempurna. Senang.
Gue tidur jam 11 dan pasang alarm di jam 5. Tapi karena kurang tidur sama kecapean, ditambah hp gue mati karena kelupaan ngecas, jadinya gue bablas dan bangun tepat jam 10 siang. Bablas dah tuh subuh. Astaghfirullah.
Lanjut mandi, beli beras di warung depan sama sabun cuci piring, beli galon di samping kossan, jajan ayam goreng buat makan, cuci beras dan masak nasi di megic com, makan siang, nulis jurnal manual, bantuin temen nyusun portfolio, ngasih kabar di grup keluarga, dan ngopi sambil chill karena kulkas disini nggak sepenuh itu dan masih punya ruang buat bikin es batu.
Gue sempet checkout sepatu juga karena gue gak punya sepatu formal buat kebutuhan interview kerja sama test CPNS nanti. Belum lagi minggu depan gue harus checkout hadiah buat kado ulangtahun adek.
Semoga lancar semua deh. Kalo gak lancar juga paling gue nangis dulu, dikit.
3 notes
·
View notes
Text
Aku pikir Hujan menjebak kenangan..
Mungkin.. suara buku dan aromanya, gemercik air di tempat cuci piring, rasa hangat selimut ketika badai, melodi dari tanah yang dingin, perasaan yang gagal tersampaikan,atau punggung ibu yang sedang tidur.
Ketika hujan turun rasanya masa lalu seperi hari kemarin. Dan Sebagian diriku ingin kembali.
14 notes
·
View notes
Text
Home Management
Pada suatu hari aku bertemu dengan teman masa TK ku, seorang ibu Rumah Tangga dengan 2 orang anak. Bermula dari pertanyaan tentang toko yang baru disewanya, lanjut dia bercerita bahwa saat itu sejak punya toko dia pisah rumah dengan orangtuanya (sebelumnya tinggal bersama orangtua) dan memilih tinggal di toko bersama keluarga kecilnya. Dia bertekad ingin belajar mandiri dengan segala kesulitan yang mungkin dia hadapi.
"Karena dari dulu segala printilan ibuku yang ngurus dan sekarang jadi semua yang aku kerjakan di masa awal pindah aku nangis hampir setiap hari. Hehe lebay yaa... Tapi memang rasanya kaget waktu itu, keteteran dan ingin rasanya balik ke rumah." Ujarnya menceritakan masa-masa awalnya pindah.
"Terus cerita sama ibu, dan ibu cuma nasehatin "nduk bagi seorang ibu itu kuncinya cuma 1 biar semuanya beres dengan nyaman. Yaitu kamu harus bangun pagi. Kerjakan semua urusanmu di pagi hari nanti kamu akan mudah menjalani sepanjang hari itu."" Ceritanya.
"Aku dengerin tuh nasehat ibu dan aku bener-bener praktekin. Pagi-pagi setelah subuh aku udah mulai masak nasi, bersih-bersih, cuci baju, mandiin anak, eh beneran aku pagi-pagi itu udah santai duduk-duduk depan toko." Ceritanya lebih lanjut tentang pengalamannya.
***
Aku terinspirasi oleh percakapan singkat dengan teman masa TK ku itu. Aku langsung refleksi bagaimana pagi hariku sehari-hari. Walaupun aku adalah morning person tapi kegiatan pagiku tak benar-benar produktif. Biasanya setelah shalat aku hanya akan main gadget hingga akhirnya kelabakan karena sudah kesiangan. Aku menyadari ini tapi pada prakteknya masih timbul tenggelam belum cukup konsisten.
1. Decluttering Barang di Rumah
Aku harus mengakui bahwa barang dan perabot di rumahku itu banyak dan aku tidak cukup berani untuk mendonasikan peninggalan orangtuaku itu tanpa ijin kakak-kakakku. Suatu hari tetanggaku mengalami kebakaran. Dan aku berinisiatif menyumbangkan dipan beserta kasurnya dan beberapa kursi dan meja peninggalan bapak dan ibu. Alhamdulillah di acc kakak. Cukup memberi ruang yang tadinya penuh.
Aku dan suami juga memilah pakaian yang masih layak dan bisa dibagikan. Dan alhamdulillah isi lemari tidak sesak lagi. Aku lumayan rutin melakukan ini jika dirasa sudah penuh. Barang-barang yang sepertinya akan dipakai tapi tak kunjung dipakai akan berakhir dibuang atau ditukar ke abang rongsokan.
2. Rancangan Sistem Kerja Manajemen Rumah Tangga
a. Aku Menghapus Aplikasi Sosmedku di Ponsel
Karena aku rasa aplikasi Sosmedku terlalu banyak jadi aku decluttering aplikasi di ponselku. Walau tak banyak tapi lumayan mengurangi distraksi karena sosmed. Sehingga jadi lebih rajin bebersih dan olahraga.
b. Aku Sedang memulai 40 Days Challange untuk membuat kebiasaan.
Di sini suami sebagai mentorku memintaku untuk mencari 1 hal sederhana aja yang bisa ku kerjakan setiap hari tanpa putus. Dan suamiku memilihkan "membersihkan tempat tidur" sebagai challenge pertamanya. Karena memang sebelumnya aku kurang konsisten membersihkan tempat tidur. Dan alhamdulillah tanggal 30 Juli ini genap 40 hari aku tuntas menyelesaikan challenge ini. Yeay. Next target adalah meletakkan barang di tempatnya utamanya kain-kain tidak ada yang di kursi meja dst.
c. Jadi Morning Person Sejati
Selanjutnya aku akan mengkonsistenkan diri menjadi morning person seperti temanku itu. Menjadi tonggak pertama kokohnya rumah tangga. Aseeek hehe.
3. Job Description Keluarga
Hal-hal yang sudah berjalan dan menjadi kebiasaan dalam keluarga kami, yaitu:
Suami: lipat bajunya sendiri (yang tidak perlu disetrika), cuci bajunya sendiri, nyapu ngepel, buka/tutup jendela, menghidupkan lampu, menguras kamar mandi, mengisi bak mandi WC, kadang mencuci piring, memastikan sepeda motir aman terkendali, dst.
Istri: membersihkan tempat tidur, membersihkan debu, memasak, menyetrika, cuci baju sendiri, kadang mencuci piring, memberihkan dapur, membuang barang yang tak terpakai, dst.
Alhamdulillah semoga semakin kompak dan punya rumah yang bersih nyaman dan aman untuk sehat jiwa raga. Aamiin
3 notes
·
View notes
Text
Day5 - Departure
Cuaca pagi ini cerah. Aku masih sempat melihat matahari terbit dari halaman depan penginapanku. Warna langit perlahan menjadi lebih terang dan membiru, disusul matahari yang mulai naik. Kaka Restu sampai di penginapan pukul 06.35 WIT, seperti biasa, ia selalu tepat waktu. Ia membantu menaikkan barang bawaanku dan kolega ke bak terbuka mobil. Sambil mengingat-ingat jika ada sesuatu yang tertinggal, aku mengecek ramalan cuaca hari ini. Aplikasi peramal di ponselku bilang cuaca hari ini akan cerah dan sedikit berawan. Ada bagian kecil hatiku yang kecewa mendengar itu, kenapa tidak mendung dan berpotensi hujan deras saja, sih. Sebelum aku tenggelam dalam pikiranku sendiri, kolegaku menarik lengan bajuku, mengajak untuk segera naik mobil karena semua orang sudah di dalam. Aku mendongak ke atas dan memandang langit lagi sebelum masuk mobil. Kami berangkat ke bandara.
Langit yang cerah sesuai prakiraan cuaca kemarin
Sepertinya, aku punya penyakit akut attachment issue pada ruang dan seisinya setelah tinggal di dalamnya untuk beberapa waktu. Singkatnya, aku mudah merasa emosional (atau sentimental, ya?) pada benda, tempat, dan suasana tertentu. Hal lain yang lebih masuk akal adalah aku tidak siap kembali ke rumah–tempat yang semrawut, dan ingin lebih lama berada di pulau ini–tempat yang lebih damai. Di lain sisi, aku ingin kembali ke tempat yang memberikan rasa hangat dan familiar yaitu rumah.
Jika dilihat secara lebih rasional lagi, mungkin aku merasa nyaman di pulau ini karena aku seorang outsider. Enam hari tidaklah cukup untuk mengenal pulau ini dan orang-orang yang tinggal di atasnya. Kenyamananku adalah keistimewaan yang dirasakan seorang tamu. Aku tinggal di penginapan yang menawarkan akomodasi lengkap, kecuali air minum isi ulang. Tiap hari aku dijemput dan diantar oleh pegawai instansi menggunakan mobil plat merah. Aku tidak perlu memutar otak memikirkan bagaimana caranya agar bisa makan, semuanya sudah disediakan oleh penginapan dan kantor. Aku…tidak perlu melakukan pekerjaan domestik seperti cuci baju, cuci piring, setrika, masak, dan bersih-bersih.
Bekas botol minum selama tiga hari (ada yang tidak masuk foto karena sudah dibuang). Total dalam enam hari kami (dua orang) menghabiskan dua kali jumlah botol minum yang ada di foto. Aku merasa berdosa. Forgive me God for I have sinned.
Jika aku tinggal lebih lama di pulau ini, di rumah warga lokal, ke mana-mana sendiri, bekerja di sini, dan pada dasarnya hidup sebagaimana warga lain yang tinggal di sini, apakah aku tetap merasa nyaman? Entahlah. Aku merasa nyaman dan baik-baik saja karena tidak mengalami kesulitan yang dialami warga di pulau ini. Sistem birokrasi yang masih carut-marut, kkn, fasilitas pendidikan yang masih kurang, transportasi publik yang minim (hanya ada bus DAMRI dan ojek yang tidak aku anggap sebagai transum)–semua ini juga terjadi di rumah, tapi aku punya lebih banyak pilihan untuk menjangkau akses dan fasilitas lain yang lebih baik. Aku tidak mau meromantisir keindahan pulau ini. Bagaimanapun, pulau ini hidup bersama orang-orang di atasnya.
Sekitar pukul 08.15 WIT kami tiba di bandara. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, kami pergi ke warung di area bandara. Warung-warung ini buka di hari penerbangan saja, yaitu Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selain hari itu, tidak ada penerbangan dari/ke Serui dan otomatis warung-warung ini tidak buka. Aku beli pisang goreng. Pisang jenis raja ini dimasak dalam keadaan masih mentah dan tidak dilumuri tepung, hanya diberi sedikit garam. Rasa pisang goreng ini gurih dan sedikit alot namun masih bisa dikunyah. Penjualnya menyarankan untuk makan pisang goreng bersama sambal tomat. Aku sudah pernah mencobanya dan perpaduan rasanya tidak sesuai dengan lidahku. Bagiku pisang goreng itu makanan manis jadi sebaiknya tidak dimakan bersama sambal.
Pesawat tiba pukul 09.00 WIT kurang sedikit. Kami beranjak dari warung, berjalan ke tangga menuju pintu masuk bandara dan berhenti. Kami berpamitan dengan Kaka Restu dan Kaka Adi yang mengantar ke bandara serta menemani kami bekerja selama lima hari terakhir. Sampai jumpa.
2 notes
·
View notes
Text
Tikus-tikus Kecil (2)
Hari ini para tikus kecil akan bersama-sama masuk ke dalam rumah manusia tanpa ibu tikus. “Agar terbiasa.” Itulah alasan yang diutarakannya. Ia ingin anak-anaknya saling menjaga dan tumbuh menjadi tikus yang mandiri bersama-sama, meski nantinya mereka akan berpisah dan punya hidupnya sendiri. Sampai waktu itu tiba, keluarga harus menjadi satu.
Seperti hari sebelumnya tikus-tikus kecil menunggu sampai tengah malam untuk masuk ke dalam rumah manusia. Tapi hari ini ada yang berbeda, kaki-kaki mereka tak lagi gemetar ketakutan, dan hati mereka penuh dengan semangat untuk menikmati malam ini. Sudah terbayang dalam benak masing-masing akan makan sampai kenyang dan tidur dalam keadaan pulas.
Ketika waktu yang ditentukan tiba Tikus 1 segera keluar dari selokan dan memeriksa keadaan sekitar. Lampu rumah sudah mati, pintu tertutup rapat, dan tidak terdengar suara apapun. Aman. Dikibaskan ekornya dengan kuat agar terlihat oleh saudara-saudaranya. Setelah tikus 2 dan tikus 3 keluar dari selokan mereka memulai perjalanan pertama tanpa ibu.
Perlahan mereka menyusuri jalan yang telah ditunjukkan ibu kemarin. Tikus 1 memiliki ingatan yang baik, mereka dengan mudah sampai ke bak cuci piring. Menu hidangan malam ini adalah nasi, telur dadar, dan sayur sop. Tentu saja semua adalah makanan sisa, tapi bagi para tikus kecil ini adalah kenikmatan luar biasa. Setelah selesai makan perjalanan berlanjut ke perhentian kedua, tempat sampah. Mereka menemukan remahan kue-kue manis. Mereka makan dengan gembira, tapi tetap tidak lupa untuk berhati-hati. Perhentian terakhir tidak lain dan tidak bukan adalah selokan atau bisa dibilang rumah. Malam ini mereka kembali dengan perut kenyang, sebuah keberhasilan manis bagi para tikus kecil.
Sesaat sebelum tidur tikus-tikus kecil mulai membayangkan makanan apa yang akan mereka dapat esok hari, apakah akan lebih baik dari hari ini? Semoga saja demikian. Tak lama satu persatu tikus kecil mulai terlelap. Mimpi semalam kembali terulang.
Hari-hari berikutnya mereka lalui dengan perjalanan serupa, kadang tikus 2 yang memimpin kadang juga tikus 3. “Saling bergantian agar terbiasa.” Begitulah pesan ibu tikus. Seiring berjalannya waktu para tikus kecil tumbuh semakin besar begitu pula perut dan rasa lapar mereka.
“Tubuh yang besar membutuhkan makan lebih banyak bu. Izinkan kami untuk mencari makan dua kali, saat siang dan malam.” Tikus 3 memohon kepada ibunya karena tak tahan harus menunggu malam hari untuk mengisi perutnya yang lapar. Hal ini juga diamini oleh dua saudaranya. Rasa kenyang sudah menjadi candu bagi tikus-tikus yang tak lagi kecil itu. Dengan berat hati akhirnya ibu tikus mengizinkan anak-anaknya untuk keluar pada siang hari.
“Tapi kalian masih ingat apa peraturan utama dalam pencarian makan ini kan?”
"Manusia adalah makhluk jahat dan jangan sampai tertangkap." serempak mereka menjawab dengan lantang.
Setidaknya jawaban ini meringankan beban dalam hati sang ibu. Anak-anaknya tidak lupa dengan apa yang telah ia ajarkan.
Siang ini untuk pertama kalinya para anak tikus akan mencari makan saat kondisi masih terang. Tanpa sadar kaki-kaki mereka kembali gemetaran seperti saat pertama kali mencari makan bersama ibu tikus. Sudah lama rasa takut itu tidak muncul.
Kali ini giliran tikus 2 yang akan memimpin di depan. Setelah menarik nafas panjang tiga kali, ia segera naik ke atas untuk memeriksa keadaan. Pintu rumah nampak terbuka, tapi tak ada suara apapun. Sunyi. Ia juga tidak melihat keberadaan manusia-manusia itu. "Mungkin sudah aman." Batin tikus 2. Dikibaskan ekornya kuat-kuat agar saudara-saudara nya melihat dan segera naik ke atas.
Kali ini para tikus berjalan dengan lebih berhati-hati. Mereka menyusuri tepi tembok sambil berusaha untuk tetap dalam bayang-bayang benda di sekitar. Jangan sampai terlihat. Baru saja mereka melewati kabel menuju bak cuci piring saat terdengar suara langkah kaki. Beruntung telinga mereka cukup jeli untuk mendengar meski dari jarak jauh, mereka jadi bisa bersembunyi di belakang kompor sebelum manusia itu masuk ke dapur.
Rasanya waktu berjalan begitu lambat bagi para tikus. Degup jantung mereka sangat cepat dan kaki-kaki mereka gemetaran.
"Ayolah segera pergi, biarkan kami mengisi perut kami sedikit saja." Tikus 1 bergumam dalam hati, berharap gumamannya akan sampai pada si manusia.
Rupanya manusia itu sedang memasak mi instan lengkap dengan telur di dalamnya. Baunya yang gurih begitu lezat hingga membuat perut para tikus meraung-raung minta diisi. Berharap bisa ikut menikmati bersama si manusia.
Setelah selesai memasak manusia itu kembali masuk ke dalam rumah dan meninggalkan panci kotor di bak cuci piring. Tanpa pikir panjang para tikus segera berlari ke panci itu, berharap ada sisa yang dapat mereka makan. Ternyata yang mereka dapatkan bukannya mi instan ataupun telur tapi sisa sarapan si manusia. Mau tidak mau mereka memakan bubur ayam yang tinggal seperlima mangkok dengan membayangkan mi instan dan telur.
"Seandainya aku manusia pasti aku bisa menikmati mi instan dan telur, tidak perlu menunggu sisa makanan dan kecewa seperti ini." Begitulah isi pikiran tikus 1.
Setelah menghabiskan sisa bubur yang ada para tikus kembali menyusuri jalan mereka tadi untuk pulang ke selokan. Sengaja mereka tidak mencari makan di tempat sampah karena tidak banyak persembunyian di sekitarnya. Akan sulit jika tiba-tiba ada manusia yang datang ke dapur, mereka pasti akan ketahuan.
Perut mereka belum cukup kenyang tapi setidaknya sudah tidak terlalu lapar. Anggap saja bubur ayam tadi sebagai pengganjal sebelum makanan utama nanti malam. Rasanya tidak sabar untuk bertemu dengan bulan dan bintang agar mereka bisa segera berpesta.
Ada yang berbeda dengan malam ini, rumah itu tetap terang benderang meski sudah tengah malam. Rupanya para manusia sedang ada acara, terdengar suara musik yang cukup keras dan suara yang saling bersahutan. Meski demikian pintu belakang tertutup dan dapur sepi seperti malam-malam sebelumnya. Para tikus memutuskan untuk tetap mencari makan.
Ada banyak sekali tumpukan piring dan sisa makanan malam itu. Opor ayam, sate, lontong, bakso, dan masih banyak lagi. Malam ini tikus-tikus kecil benar-benar berpesta.
"Seandainya aku manusia tentu saja aku bisa merasakan makanan ini dengan lebih nikmat, rasanya pasti lebih enak jika tidak saling bercampur satu sama lain seperti di bak cuci piring ini." Kurang lebih begitulah isi batin dari tikus 2 malam itu.
Selesai mengisi perut sampai kenyang para tikus kembali ke selokan. Kini saatnya mereka untuk beristirahat. Seperti biasa mereka akan saling berhimpitan untuk menghangatkan satu sama lain sehingga tidak kedinginan.
"Seandainya aku manusia tentu aku akan bisa beristirahat di tempat yang nyaman dan hangat, tidak perlu berhimpitan seperti ini." Tikus 3 membatin dalam hati sebelum akhirnya tertidur.
Kalian tahu apa kesimpulan dari cerita ini? Para tikus punya keinginan yang sama. Menjadi manusia. Mustahil memang, tapi itulah adanya.
...
3 notes
·
View notes
Text
Desain Tempat Cuci Piring dan Kompor Simple Elegan
Tata letak tempat cuci piring dan kompor ini mengusung letter L dengan dilengkapi tempat oven di sudut ruang. Desainnya cukup simpel namun sangat space saving untuk dapur minimalis.
Konsepnya pun memaksimalkan setiap ruang agar menambah fungsional dapur. Misalnya ruang penyimpanan di kabinet gantung. Bagian area memasak terdapat jendela besar untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan penerangan yang bagus saat memasak.
Demikian beberapa desain tempat cuci piring dan kompor untuk inspirasi dapur yang nyaman dan efisien di hunian kesayangan. Jangan lupa lengkapi dapur dengan furniture dan alat masak berkualitas dari Dekoruma, ya!
0 notes
Text
0822-8230-7707 Jasa Basmi Hama Palembang, Jasa Pest Control Rumah Palembang
Local Pest 0822-8230-7707 Jasa Basmi Hama di Palembang, Jasa Pest Control Rumah di Palembang
Langkah-Langkah Mengatasi Serangan Kecoa di Rumah
Kecoa adalah salah satu hama yang paling menjengkelkan dan sulit dibasmi. Mereka membawa berbagai bakteri yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika Anda mengalami serangan kecoa di rumah, berikut adalah beberapa langkah efektif untuk mengatasinya.
Bersihkan Area Dapur Secara Rutin
Kecoa tertarik pada sisa-sisa makanan dan kelembapan. Oleh karena itu, menjaga dapur tetap bersih adalah langkah pertama yang penting. Pastikan tidak ada remah-remah makanan yang tertinggal di meja, lantai, atau di sudut dapur. Cuci piring segera setelah makan, dan pastikan untuk menyimpan makanan dalam wadah tertutup rapat.
2. Buang Sampah Secara Teratur
Sampah yang dibiarkan terlalu lama bisa menjadi surga bagi kecoa. Pastikan untuk membuang sampah secara teratur dan gunakan tempat sampah yang memiliki tutup rapat. Selain itu, bersihkan tempat sampah setidaknya sekali seminggu untuk mencegah kecoa bersarang di sana.
3. Tutup Semua Celah dan Retakan
Kecoa sering kali masuk ke rumah melalui celah atau retakan di dinding, jendela, atau pintu. Periksa seluruh sudut rumah untuk menemukan potensi akses bagi kecoa dan segera tutup menggunakan sealant atau bahan perekat lainnya.
4. Gunakan Perangkap atau Umpan Kecoa
Anda bisa menggunakan perangkap kecoa atau umpan yang tersedia di pasaran. Perangkap ini mengandung bahan kimia yang menarik kecoa dan kemudian membunuh mereka. Letakkan perangkap ini di area yang sering dilewati kecoa, seperti dapur atau kamar mandi.
5. Panggil Jasa Pengendalian Hama
Jika infestasi kecoa sudah parah, cara terbaik untuk menanganinya adalah dengan memanggil profesional seperti Local Pest. Dengan teknik dan produk khusus, kami dapat mengatasi masalah kecoa secara menyeluruh dan mencegah mereka kembali.
Mengatasi kecoa memang memerlukan waktu dan kesabaran. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, Anda bisa memastikan rumah tetap bebas dari kecoa.
Telp/WA: 082282307707
IG: antirayap_lokal.an
FB: Local Pest
pest control palembang, anti rayap pekanbaru palembang, pest control jasa pembasmi hama palembang, tukang basmi rayap palembang, pest control cicak palembang, obat anti rayap tanah palembang, obat anti hama ulat bulu palembang, jasa semprot rayap palembang, pest control gudang palembang, obat penyemprot hama palembang, obat semprot semut hitam palembang, biaya jasa fogging nyamuk palembang
0 notes
Text
Sadar betul dunia bukan tentang diriku aja. Jadi aku ga bisa dengan gegabah meminta semua orang untuk please mengerti diriku. Orang-orang gak akan pernah tau versi full story hidupku, permasalahanku. Gak masalah. Tapi kalau Allah ijinkan seenggaknya ada satu orang aja ya, yang enggak apa-apa aku tumpahin segalanya. Jadi tong sampahku hahaha, biar aku lega. Bagiku mungkin akan lebih baik. Lebih sehat.
Setiap harinya aku bergelut memberi bagian demi bagian dari diriku, waktuku, tenagaku, pikiranku, emosiku, kasih sayangku pada orang-orang yang perlu diperhatikan, bahkan pada benda mati pun juga ada.
Sadar betul kalau saat jadi ibu, aku adalah bagian dari dunia anakku Kalau jadi istri, aku adalah bagian dari kehidupan suamiku. Mungkin aku cari perkara sendiri dengan mempertahankan pekerjaan sekarang ini. Yang mana didalamnya orang-orang udah “kena racun” kalau bisa rukiah, rukiah massal deh! 🤣
Sadar betul aku tuh burned out. Mencoba mengurai kemelut (anjay kemelut 🤟🏼) biar gak jadi beban dan kesedihan berlarut-larut. Tapi pertahananku tipis. Aku juga gak tau bakal sekuat apa? Dengan dengan daftar tuntutan yang gak ada ujungnya.
…
Kapan urus jabfung Lektor? Gimana jurnal dah beres? Persiapan S3 udah mulai belum?
Kurang SDM. Lu lagi, lu lagi. Bisa gak sih sesuai jobdesk aja? Belakangan juga mulai ada gerakan main tikam. Mulai ada gesekan perkara hal sepele. Semua pada overload dan stress.
Maaf kalau aku belum bisa maksimal kerja. Karena anakku masih toddler 🥲 kegiatan sekolah anak aja padat, iya bener, yang sekolah anaknya tapi yang riweuh emaknya.
Baju belum di lipet baju, belum cuci piring, seragam Ruru belum dicuci. Pagi harus masak. Bisa gak sih suamiku inisiatif? Jangan cuma andelin aku aja? Jangan nunggu disuruh? Minimal bangun pagi aja, soalnya dia pernah menyatakan dirinya Morning Person.
Penghuni rumah ini ga akan pada bangun sebelum aku duluan yang bangun. Heran. Kegiatan yang paling aku ga suka: bangunin orang tidur.
Tiap hari jemput Ruru pulang sekolah. Lalu transit di tempat kerjaku supaya Ruru bisa istirahat dan aku bisa kerja. Walau panas mentrang tetep kujabanin, karena kalau bukan aku siapa lagi?
Suamiku teh ga bisa ya kaya aku, nemenin anak sambil kerja. Pernah bahas ini tapi cencitip banget yak, jadi melebar. Dia juga kayanya lagi overload.
Ibuku lagi sibuk, jadi gak bisa sering titip Ruru. Setiap mampir kesana, ibuku suka curhat hal-hal yang bikin aku terenyuh (mungkim karena faktor usia juga ya) Jadi aku ga berani curhat balik. Beliau udah overload.
Ibu cerita gigi ayah udah pada goyang. Ga bisa makan kacang dan keripik. Meanwhile, aku bawa oleh-oleh kacang dan keripik dari Surabaya kemaren. Ah euy sedih. Sedih karena aku tau kacang tuh cemilan favorit ayah.
Aku masih belum kepikiran untuk nitip Ruru di mertuaku, tanpa ada aku atau suamiku. Maafkan. To be honest, aku belum percaya sepenuhnya.
Kayanya suamiku ada luka inner child, ini aku bukan sok-sok an ya. Dia ingin lebih diperhatikan sementara dia sadar kalau aku pasti secara alami akan lebih banyak perhatiin anak. Aku menduga, ini ada hubungannya dengan masa kecilnya. Dia pernah cerita. And I was shocked.
Aku kabur dari pertanyaan kapan S3? Dengan les bahasa korea. Jadi bisa kujawab dengan lagi persiapan bahasa. Iya, pengen ke Korea. Serius ga serius. Belajar bahasa bikin aku punya tujuan, tapi makin naik level makin sulit.
Ya Allah aku harus gimana lagi ya?
…
0 notes
Text
sasaran
tidur Astaka terganggu tatkala aroma suatu masakan menyapa indra penciumannya.
emang ada tetangga kosan yang doyan masak? perasaan mereka order makanan online terus deh? tapi kok baunya kuat banget? ada orang yang masak di pantry gue?
rentetan pertanyaan itu berputar di kepala Astaka. namun dia mengabaikannya. memilih untuk melanjutkan tidurnya di sofa studio. karena sungguh, kepalanya terasa seperti diinjak oleh 10 gajah.
entah berapa menit kemudian, Astaka kembali terbangun. kali ini dikarenakan ada seseorang yang sedang menaruh sesuatu di meja studionya. itu adalah Thea.
"loh? kamu di sini?" peratanyaan retoris itu keluar dari mulut Astaka.
yang ditanyai hanya menjawab dengan sebuah dehaman.
"kapan dateng? tumben ngga ngabarin aku dulu?" lanjut Astaka.
Thea mendengus pelan sebelum mendudukkan dirinya di samping Astaka yang sekarang sudah dalam posisi bersandar.
"aku? ngga ngabarin? yakin tuh?" ujar Thea dengan nada yang terdengar sedikit kesal.
Astaka menautkan kedua alisnya. oh! dia baru ingat bahwa hapenya memang mati sejak kejadian kemarin.
"mmm... maaf, Ya. hapeku mati dari kemarin." jawab Astaka.
"itu... anu..." ujar Astaka terbata.
namun ucapan Astaka terpotong ketika Thea menyodorkan semangkuk sup jagung ke arahnya. "you owe me an explanation, tapi isi perut dulu. aku yakin kamu belum makan entah dari kapan."
Astaka sedikit terkejut, tetapi tetap menerima sup jagung dari Thea dan melahapnya perlahan.
gerakan Astaka patah-patah. dia kesulitan dalam menggerakkan hampir seluruh bagian tubuhnya. Thea yang menyadari hal tersebut pun secara inisiatif mengambil alih mangkuk sup jagung dari tangan Astaka dan mulai menyuapinya. Astaka tidak membantah sama sekali karena raut wajah Thea sekarang benar-benar mirip seperti singa yang siap menerkam kapan saja.
suapan terakhir pun sudah dicerna. "so, mind to explain, Ta?" tanya Thea to the point.
pertanyaan Thea dan sup jagung barusan bukan tanpa alasan. Thea sudah mengabari Astaka dari kemarin bahwa hari ini dia akan berkunjung ke kosan untuk membawakan beberapa bahan makanan seperti biasa. namun ada yang sedikit aneh pikir Thea. sudah hampir 24 jam Astaka tidak membalas pesan darinya. Thea yang mengerti bahwa Astaka tidak terlalu suka menerima panggilan telepon pun, terpaksa harus menghubungi nomor Astaka untuk memastikan. panggilan pertama, tidak diangkat. panggilan kedua, masih tidak ada jawaban. panggilan ketiga, Thea memutuskan untuk langsung berangkat ke kosan Astaka, tentu saja setelah mampir ke supermarket.
tangan Thea terjulur untuk memutar knop pintu, tidak terkunci. Thea makin heran (dan tentu saja khawatir) dengan apa yang sebenarnya terjadi. dia melangkah masuk. ada dua gelas dan beberapa sendok makan kotor di tempat cuci piring. sandal dan sepatu Astaka lengkap. lampu kamar mandi yang menyala. 'tidak ada yang aneh', pikir Thea.
Thea melanjutkan langkah dan membuka pintu studio dan dirinya langsung melihat pemandangan Astaka yang tertidur di sofa studio, tetapi dengan kondisi yang cukup membuatnya kaget. Astaka masih mengenakan celana jeans robek, kaos putih belel bergambar logo band The 1975, kemeja flannel merah hitam yang lengannya tersingkap sampai siku, dan sepatu Converse yang masih melekat di kakinya, padahal Thea hafal betul bagaimana Astaka tidak mau ada seorangpun yang masuk ke studionya mengenakan alas kaki. saat Thea mendekat, dia juga disuguhi pemandangan wajah Astaka yang tidak biasa. ada lebam di tulang pipi dan pelipis kanan, luka di ujung bibir, dan lecet yang posisinya melintangi tulang hidung Astaka. tidak hanya itu, Thea juga menemukan beberapa luka gores di lengan dan perban kecil di bagian belakang kepala Astaka.
'astaga! Astaka kenapa???', pekik Thea dalam hati.
namun alih-alih membangunkan Astaka, Thea memilih untuk keluar dari studio dan mulai menata beberapa bahan makanan yang dibelinya tadi. Thea juga mulai untuk memasak sebuah hidangan yang menurutnya sederhana dan praktis, sup jagung.
"so, do you mind to explain, Ta?" tanya Thea sekali lagi karena masih tidak ada jawaban dari Astaka.
"it was an accident." ujar Astaka.
Thea menunggu jawaban Astaka dengan sabar.
"kemarin di kontrakan Bang Tara, di studio band, Bang Galang dateng." Astaka masih berusaha mengingat kejadian kemarin. "kebetulan pas itu yang bukain pintu Bang Tara, aku baru di dapur sama Kak Kaluna nyiapin martabak manis yang sebelumnya kita order online." Astaka tidak perlu memperkenalkan ulang siapa itu Bang Tara, Bang Galang, dan Kak Kaluna kepada Thea karena Thea memang sudah pernah diajak oleh Astaka ke kontrakan Bang Tara sekitar satu bulan sebelumnya.
Thea masih sabar untuk menunggu penjelasan Astaka.
"tapi tiba-tiba aku denger Bang Galang teriak. aku liat-liatan sama Kak Kaluna. karena kita sama-sama bingung, aku langsung lari ke arah pintu depan. di situ posisinya Bang Tara udah jatuh di lantai sambil pegang perutnya. pas itu aku langsung tau kalo Bang Galang mukul Bang Tara. pas Bang Galang coba buat narik Bang Tara, aku berusaha nengahin mereka. Bang Tara ditarik ke belakang sama Kak Kaluna, dan aku yang akhirnya ditarik sama Bang Galang." ucap Astaka.
"muka Bang Galang deket banget sama mukaku, jadi pas dia ngomong 'cewek gue selingkuh! emang anjing!' aku langsung tau kalo Bang Galang lagi mabuk karena alkohol kecium kuat banget dari mulutnya. terus entah gimana Bang Galang langsung ngamuk ke aku. dia mukul perut, muka, terus nendang kaki. habis itu aku jatuh." Astaka menelan ludahnya kasar. Thea mengasongkan segelas teh citrus hangat yang dibuatnya berbarengan dengan sup jagung tadi. Astaka menerima dan meneguknya perlahan.
"pas aku jatuh, aku kira Bang Galang udah ngga jadiin aku sasaran amukannya, ternyata dia lanjut nendang perutku. karena makin lama aku juga ngerasa perutku nyeri, aku balik badan jadi posisi tengkurap. aku yang ngga bisa liat ke arah Bang Galang secara leluasa, jadi ngga bisa tau ke arah mana Bang Galang nyerang. tiba-tiba aja, Bang Galang gerakannya kaya mau injek aku, tapi bukannya injek punggung, kakinya malah kena belakang kepalaku. di situ aku udah bisa ngerasain kalo belakang kepalaku luka karena aku tau kalo outsole sepatu yang dipake Bang Galang itu cukup tebel. dan bener aja, pas aku pegang belakang kepala, tanganku merah. habis itu kayanya aku pingsan, soalnya hal terakhir yang aku denger tuh suara Kak Kaluna bilang 'stop!' sama suara Bang Tara bilang 'lo gila ya, Lang? bisa mati ini anak orang!'. gitu." jelas Astaka.
Thea berusaha mencerna cerita Astaka yang terdengar tidak masuk akal barusan, tapi itulah kenyataannya.
"terus yang anter kamu balik siapa?" tanya Thea.
"aku ngga tau aku pingsan berapa lama, tapi pas aku bangun, aku lagi baring di sofa ruang tamu kontrakan Bang Tara, luka yang ada di muka udah dibersihin darahnya, luka di belakang kepala juga udah diperban. aku juga bisa liat Bang Galang yang tidur atau mungkin pingsan di sofa sebrang. terus ngga lama Kak Kaluna dateng bawa teh anget bareng sama Bang Tara." cicit Astaka yang masih belum menjawab pertanyaan Thea barusan. "terus Bang Tara ngomong 'eh, udah sadar, Ta?' Kak Kaluna juga ngomong 'itu lukanya udah aku bersihin dikit. ini diminum dulu tehnya.' habis itu Bang Tara minta maaf atas kelakuan Bang Galang yang emang lepas kontrol kalo udah mabuk berat. apalagi dia baru tau kalo ceweknya selingkuh sama om-om." jelas Astaka yang masih saja belum menjawab pertanyaan Thea.
"yang anter kamu balik siapa?" ulang Thea.
"oh. Kak Kaluna yang anter. sebenernya Bang Tara mau anter, tapi karena kondisinya Bang Galang masih belum sadar dan takutnya kalo udah sadar bakal lanjut ngamuk, jadi Kak Kaluna yang anter pake mobilnya Bang Tara. pas jalan ke sini, Kak Kaluna juga ngajak mampir ke apotek, beliin kasa, pembersih luka, obat merah, sama obat minum sekalian." jelas Astaka.
"motormu? mobil?" tanya Thea karena penasaran dengan apa Astaka ke studio band nya kemarin.
"kebetulan kemarin aku nebeng Zen. sekalian kita cari senar gitar dulu." jawab Astaka.
setelah Thea merasa bahwa rasa penasarannya sudah terjawab, Thea melihat wajah Astaka dengan saksama. Thea merasa marah karena menurutnya, Galang tetap saja bersalah karena telah menyerang dan melukai Astaka meskipun sedang dalam pengaruh alkohol. Thea juga menyayangkan bahwa wajah Astaka harus dipenuhi luka.
'mungkin Astaka memang bukan orang paling menawan yang pernah ditemui, tapi wajahnya enak dipandang. senyumnya manis. sorot matanya teduh dan akan berubah menjadi kilatan-kilatan kecil saat melihat atau membahas sesuatu yang menjadi kegemarannya.'
'ah, apa yang gue pikirin, sih?' batin Thea setelah menyadari lamunannya.
"ada gilanya si Galang mabuk, emosi sama pacarnya, tapi yang dijadiin samsak malah orang lain." ujar Thea dengan amarah yang tertahan.
"ngga apa-apa, Ya. kan Bang Galang ngga sadar itu." jawab Astaka berusaha menenangkan.
"tetep aja. dia salah!" pungkas Thea.
Astaka hanya terkekeh saat melihat wajah Thea, "khawatir nih ceritanya?" goda Astaka.
"jelas lah! dari kemarin kamu ngga bisa dihubungi, terus pas aku ke sini, tiba-tiba aja kamu bonyok sana-sini. siapa yang ngga khawatir coba?!" ujar Thea membela dirinya.
"hahahahaha. senangnya dikhawatirin cewek cantik." ucap Astaka sambil tertawa.
"apasih?! jelek lu! tuh obatin sendiri!" Thea melempar obat merah dan beberapa obat minum milik Astaka.
Astaka tertawa lebih kencang saat melihat wajah kesal Thea yang menurutnya malah membuat Thea 10 kali lipat lebih menggemaskan.
'masa iya gue harus babak belur dulu baru dicariin, dikhawatirin, dan diperhatiin sih, Ya?' pikir Astaka.
0 notes
Text
Tips merawat Termos kalian biar tetap awet dan terjaga
Membawa air minum dengan botol memang penting, terutama agar kita tetap terhidrasi dan tak perlu khawatir dengan zat berbahaya dari plastik. Namun, kita juga perlu untuk merawat botol atau termos minum kita agar selalu terjaga kebersihannya.
Nah, kali ini kita akan belajar cara merawat termos minum kita agar tetap terjaga dari beberapa tips dibawah ini.
Bersihkan secara rutin
Semakin cepat termos dicuci setelah digunakan, semakin sedikit residu minuman yang menempel dan menyebabkan bau tidak sedap. Gunakan air hangat dan sabun: Kombinasi ini efektif untuk membersihkan sisa-sisa minuman.
Gunakan sabun khusus
Gunakan sabun cuci piring yang lembut atau khusus untuk peralatan makan.
Pastikan kering sempurna
Hal ini untuk menghindari tumbuhnya jamur atau bakteri didalamnya. Tapi jangan langsung dijemur di bawah sinar matahari ya!
Letakkan di tempat kering
Saat tidak digunakan, simpan botol termos dalam keadaan terbuka agar tidak ada kelembapan terjebak yang dapat menyebabkan jamur.
Itu dia beberapa tips bagi kalian para pemilik Termos agar Botol termos kalian bisa tetap terjaga dan bisa digunakan untuk jangka panjang.
#TermosTumbler#GayaHidupPraktis#RamahLingkungan#StylishTumbler#MultifungsiTumbler#DesainElegan#AksesorisFashion#SetCangkir#SustainableLifestyle#ReuseableBottle#TrendyTumbler#FashionMeetsFunctionality#HydrationOnTheGo#BerbagiMinuman#KurangiSampahPlastik#ProdukRamahLingkungan#DesainUnik#KualitasBagus#HargaMurah#BotolMinumTrendi
0 notes