#surya rasul
Explore tagged Tumblr posts
Text
that is the ONLY color you are allowed in this entire sketchbook
9/12
#my art#fanart#rottmnt#rottmnt mikey#rottmnt oc#artists on tumblr#sketchbook#ocs#vega vale#pretermantic#lucas enfield#surya rasul#amon atellus#Blume
29 notes
·
View notes
Text
Fauziah Hannah Alnilam
Sejak awal kehadiranmu nak, banyak pelajaran yang kami dapatkan. Salah satunya meridhoi takdirNya. Maka salah satu ikhtiar ayah dan umma adalah memberikan nama terbaik untukmu. Nama yang didalamnya tersematkan doa dan harapan kami untuk masa depanmu.
Fauziah. Berasal dari bahasa arab yang artinya kemenangan. Doa dan harapan kami semoga setiap tapak hidupmu selalu teriring kemenangan disisiNya. Menang melawan nafsu jahat dalam dirimu, menang melawan rasa malas, menang untuk belajar dari setiap kegagalan, dan kemenangan tertinggi ketika kedua kakimu berhasil menapaki surgaNya.
Hannah. Ia adalah wanita peradaban. Istri dari 'imran sekaligus ibu dari Maryam. Keluarga mereka adalah keluarga teladan yang Allah muliakan dengan menjadikan salah satu nama surah dalam Al-qur'an, Ali 'imran. Keluarga imran dimana hannah adalah tiang utamanya. Ia seorang istri yang sholehah, ibu yang Allah mampukan mendidik anaknya menjadi perempuan penghulu surga, serta keturunannya menjadi salah satu Rasul utusan, nabi isa alaihissalam. Doa dan harap kami nak, semoga kelak engkau mewarisi sifat mulia hannah, menjadi tokoh perempuan peradaban, istri yang sholehah, tiang keluarga teladan, ibu yang mampu mendidik anak keturunannya menjadi orang yang beradab dan tokoh penting dalam sejarah.
Alnilam. Bintang raksasa berwarna biru dalam sabuk orion. Cahayanya terang dan sangat cantik. Dahulu ia dijadikan penunjuk arah. Alnilam adalah salah satu tanda kebesaran Allah dalam tata surya kita. Dalam bahasa arab ia juga berarti untaian mutiara. Doa dan harapan kami nak, semoga kelak kamu tumbuh menjadi perempuan bak untaian mutiara, mahal, jelita, dan bersinar.
Atas rahmat dan pertolongan Allah,
Fauziah Hannah Alnilam, penyejuk mata hati kami. Perempuan mulia dan taat, jelita dan bersinar seperti untaian mutiara, yang tapak hidupnya beriring kemenangan disisiNya.
Terimakasih sudah berjuang bersama. Mari terus bertumbuh, tunas, dan bermekaran.
Jambi, 30 Oktober 2024. (3,4 kg;50 cm).
-k
2 notes
·
View notes
Text
Jubilee Year / Jobel Year
Percaya kah anda akan Sang Pencipta, Ilahi, Yang Maha Esa, Allah, Adonai, Elohim, dan begitu banyak bahasa yang memujinya dan menyembahnya, melalui nabi nabi dan rasul yang sudah menurunkan firmannya agar kita semakin mengenal kasihnya saat dia menciptakan dunia ini bumi ini agar kita saling menjaga perdamaian dan kasih sayang dengan cinta dan kemurnian, bukan karena terpaksa ataupun meminta imbalan.
Apa jadinya jiwa ini tanpa Sang Pencipta, Tuhan, Sang Ilahi yang memberikan kita tanaman, tumbuhan, matahari, bintang, air, laut, pegunungan dan banyak hal agar kita semakin mengenal kasihnya yang ada agar kita sebagai manusia bisa memahami betapa tulusnya allah mencintai kita dan alam semesta agar kita semakin mengenal dan memahami arti kehidupan, agar kita menyayangi alam, agar kita menyayangi sesama. namun sekarang ini semakin banyak terjadi peperangan di berbagai negara yang sudah terjadi semenjak PD 1 dan PD 2 akibat gerusan politik ataupun tanah.
Jubilee merupakan tahun yang ada agar kita memuliakan kembali dunia ini, agar kita kembali membersihkan diri dari segala negatifitas dan meluruskan jalan kita, agar kita teringat hari dimana Allah membuat dunia dan alam semesta nya yang di mana kita akan menempatinya di dunia "Bumi" dimana kita menghormati dan melestarikan hari ke 7 untuk beristirahat dan beribadat menurut kepercayaan kita masing masing yang sudah di sampaikan melalui nabi dan rasul yang ada. menyucikan diri serta menjaga keindahan alam sesama.
Semua akan kembali kepada diri sendiri agar kita semakin menjaga firman firmannya yang ada dan membantu sesama bukan menjatuhkan, karena begitu banyak nubuat yang sudah Tuhan berikan dan perlihatkan agar kita kembali kepada firmannya bukan untuk menduakannya, sekarang ini planet yang ada dalam tata surya kita kembali menyinari hari hari kita dengan kesejajaran dan terlihat dengan jelas. apa arti semua ini ? agar kita kembali tersadar bahwa hidup kita berasal dari TUHAN, agar kita kembali menegakkan Firmannya / Hukumnya, jangan kita menjadi dosa yang ada dan merusak tatanan dunia yang ada.
Layaknya Bayi yang baru di lahirkan, kita masih mencari dan belum melihat dengan jelas. teriakan kita layaknya bayi yang terlahir, belajar untuk berjalan, berbicara, makan, minum dan banyak hal lainnya. semua itu proses namun apakah kita sudah membuka gelambir diri kita "balok selumbar kita" agar kita bisa membantu sesama dan mengingatkan sesama ? jangan takut akan kehidupan karena kehidupan itu indah, peperangan yang menakutkan serta banyaknya perkembangan zaman yang merupakan sebuah pelanggaran etika yang ada menyebabkan diri kita semakin meninggalkan "Kasih", kita menukarkan kasih kita hanya kepada Materi / Uang.
"You shall hallow the fiftieth year and proclaim the liberty throughout the land, to all its inhabitants; it shall be a jubilee for you when each of you shall return to his property and each of you shall return to his family. This fiftieth year is to be a jubilee year for you: you will not sow, you will not harvest the un-gathered corn, you will not gather the untrimmed vine. The jubilee is to be a holy thing to you, you will eat what comes from the fields."(The Book of Leviticus 25, 10-14) The trumpet with which this particular year was announced was a goat's horn called Yobel in Hebrew, and the origin of the word jubilee. The celebration of this year also included the restitution of land to the original owners, the remission of debts, the liberation of slaves and the land was left fallow. In the New Testament, Jesus presents himself as the One who brings the old Jubilee to completion, because he has come to "preach the year of the Lord's favour" (Isaiah 61: 1-2).
Karena Sang Pencipta, Allah bukan lah patung yang tidak bernyawa ataupun dibandingkan apa pun di dunia bahkan alam semesta ini, ia adalah yang tunggal dan esa, maukah kita mengenalnya dengan baik agar semakin diri kita mengetahui maksud dan tujuan hidup kita di dunia. hanya dialah satu satunya dzat yang ada di alam semesta ini tak berkelamin dan tak beranak namun ialah sang pencipta.
7 Hari bukan lah hari biasa, namun kita maknai sebagai waktu yang ada agar kita berkerja dan memberikan yang terbaik di dunia ini selagi kita bernafas dan melayani sesama.
"According to biblical law, the Jubilee is only observed when all twelve tribes of the Jewish nation are living in Israel, as is derived from the verse,1 “And you shall sanctify the fiftieth year, and proclaim freedom throughout the land for all who live on it,” which implies that the Jubilee is only sanctified when “all who live on it”—meaning, all who are meant to be living there—are in the Land of Israel. Furthermore, the Jubilee is only observed when every tribe is living in the specific part of the land which it was allotted when the Land of Israel was divided. However, some are of the opinion that the Jubilee is observed as long as there is a partial representation of each tribe, even if most of the tribe is not in Israel."
Salam sejahtera, LORD Bless
Shalom Aleichem שָׁלוֹם עֲלֵיכֶם ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ
PS : Perhitungan tahun yang benar di lihat pada calendar bulan / bukan gregorian agar kita semakin mengerti pelajari kembali Kitab Jobel, Ennoch, Dan Yashar
Adam and Eve - Muhammad SAW
0 notes
Photo
ok starting kinda late but whatever!!!
Inktober Day 1 - Ring
13 notes
·
View notes
Text
“ Syukur kadang datangnya telat, terima kasih corona ! “
Semenjak ditetapkannya corona menjadi pandemi pada awal tahun 2020 ini, dunia berubah. Indonesia dengan begitu pongahnya lewat menkes “itu namanya menghina...” menanggapi himbauan dari penelitian harvard. Saya yakin banyak yang tertawa jahat mendengar statemen berikut dan anda mungkin adalah salah satunya. Pada akhirnya, senin 2 maret 2020 parasit ini secara resmi dan langsung diumumkan lewat presiden telah masuk ke indonesia. Proses masuknya simpel, anda kontak langsung dan anda tertular. Bagi yang kuat tidak menimbulkan gejala namun berbeda bagi si lemah.
Virus corona memiliki tingkat penyebaran yang mudah dan cepat. Penyebaran bisa terjadi lewat droplet yakni tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut yang merupakan jalur masuk si virus, maka orang itu dapat terinfeksi Covid-19. Bisa juga seseorang terinfeksi Covid-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Virus baru ini memiliki gejala awal seperti demam, batuk, pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, letih, dan lesu. Bahkan bisa terjadi gejala berat seperti kesulitan bernapas.
Kebetulan, wabah ini hadir dalam suasana bulan ramadhan. Saya yakin tidak sedikit yang mengeluhkan soal itu. Pada bulan ini, setiap elemen masyarakat punya cara tersendiri dalam memaknainya. Mulai dari tua, muda, anak kecil dsb. Tentunya, aktivitas yang biasa kita lakukan menjadi berbeda. Misal, ditempat saya tiap awal ramadan menjadi momen terpenting untuk bisa berbuka bersama keluarga dirumah. Bagi anak2, selepas subuh biasanya banyak yg jalan2 untuk sekedar mencari udara segar dan olahraga ringan disepanjang rel kereta api menuju stasiun setempat. Tidak lupa, membawa mainan khas waktu itu, yakni petasan dengan ukuran yg variatif serta “ndembong”. mainan dari bambu yg dedesain seperti meriam. Bunyi ledakannya tidak kalah dgn petasan ukuran besar waktu itu.
Semenjak saya disolo. Usia kuliah di salah satu universitas telah menginjak tahun ke empat. Tentu banyak perbedaan kultur dalam merayakan ramadhan. Bagi saya, setiap menjelang buka puasa bersama kawan2 mencari takjil. Barangkali bisa disebut dengan tradisi. Beberapa masjid favorit yang biasa kami kunjungi adalah masjid Assegaf dekat alun2 kidul Surakarta. Kalau yg lebih dekat adalah Masjid Syukur. Tp, masjid yang paling sering dikunjungi adalah Masjid Kampus Nurul Huda. Kerap kali berkunjung ke Masjid Agung Surakarta jika menginginkan suasana baru.
Nah, Kalau soal tarawih banyak teman yg memilih yang berdurasi pendek. Saya juga sepakat dengan mazhab tersebut karena waktu sisanya bisa digunakan untuk menyelesaikan target ramadhan lainnya. Tempat favorit saya adalah Masjid RSJ Solo. Selain cepat, fasilitas AC juga menambah kenyamanan dan kekyusuan dalam bab beribadah. Kalo soal sahur beda lagi, beberapa masjid disolo menfasilitasi jamaahnya untuk sahur gratis. Bagi mahasiswa kosan dengan pemasukan sedikit ini menjadi kesempatan berhemat. Salah satu masjid yang ramai soal sahur gratis adalah masjid kampus. Hampir setiap saya kesana antriannya selalu banyak. Tidak kurang 75 orang.
Tahun 2019, kebetulan saya ikut bantu2 dalam menyajikan makanan bagi jamaah Nurul Huda. Bersama teman seangkatan. Kadang jadi tukang potong semangka, distributor galon isi teh anget pake troli, Jaga pos atau sekedar duduk2 mengamati jamaah mengaji. Sederhana sih tp membahagiakan. Kenang saya.
Salah satu daya tarik bulan ramadhan adalah wisata kuliner. Bagi para pencari takjil tentu tidak asing dengan deretan kaki lima disekitar gerbang depan UNS. Mulai dari gorengan hingga minuman dingin ada. Kesempatan ini banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk mencari penghasilan tambahan. Danusan KKN termasuk didalamnya.
Selain gerbang depan, gerbang belakang juga tidak luput dari keramaian. Sisi kanan kiri gerbang biasanya sudah ramai penjual minuman. Gorengan seperti bakso bakar juga ada. Kendaraan juga banyak yang berlalu lalang. Beberapa ada yg berhenti dan sebagian ada yang jalan terus. Tidak luput klakson bersautan. Itu terjadi tepat di bangjo ngoresan. Gerbang belakang belok kanan maju sedikit.
Selain ketiga tempat diatas, episentrum keramaian adalah Jalan Surya. Tidak sedikit penjual makanan dan minuman dadakan. Tikar digelar sepanjang jalan bagi pembeli yang berniat berbuka puasa disitu. Salahs satu tempat favorit mahasiswa adalah Pak Dalang. Surya utama masuk 20 meter lalu belok kekiri arah turun Pasar Panggung Rejo. Angkringan kecil dengan latar luas. Cocok dipakai untuk tempat berkumpul untuk berdiskusi ataupun sekedar ngobrol santai jelang buka. Didekatnya ada mushala kecil, jadi sangat strategis. Saran saya, kalau kesana jangan dekat dgn waktu jelang buka, biasanya antriannya panjang. Jadi sekitar jam 5 agar makanan udah ready ketika waktunya.
Soal harga, saya pernah sharing dengan kawan saya dari karawang waktu temu event organisasi wilayah di purwokerto.
“Coy, kalo biaya hidup disana berapa ?”, tanya saya pada Muchtar, pengurus organisasi yg sama dari universitas BP karawang.
“Disana lumayan sih mas”,
“kalau yg paling sederhana berapa bro ?
“Nasi sayur nih kalau disana tuh 5-8 ribu Mas Rahmat, itu kalo pakai telur apalagi ayam itu 20 ribuan”
“Weh, mahal ya” saut saya
“Kalo ditempat mas rahmat berapa mas ?” tanya Muchtar
“Kalo disolo itu, masih ada nasi sayur udah sama sambelnya 2ribu lima ratus, bukan nasi kucing ya” jawab saya
“Kalo sama es teh gorengan 1 lengkap 5 ribu udah kenyang “
Raut wajah Muchtar agak tersengak mendengar jawaban saya, mungkin karena harga yang dianggap terlalu murah. Ya, konon katanya Solo merupakan daerah dengan harga makanan yang cukup murah. Referensi saya dengan budget segitu adalah pak dalang dan angkringan jembatan biru, tp bukan nasi kucing.
Itu baru tempat makan dengan budget termurah, tempat nongkrong, tempat ibadah, beberapa tempat ramai yang sering dikunjungi mahasiswa atau sekedar lewat atau bahkan aktivitas remeh temen yang kadang kalo ingat suasananya buat kita gemes.
Nah, Kalo perkara perantau itu beda lagi. Bagi para musafir ilmu tentu akan merasakan kerinduan yang luar biasa. Pun jika memaksakan untuk pulang tentunya punya potensi membawa mala petaka bagi keluarga dirumah karena mampu menjadi agent of virus. Istilah kerennya adalah isolasi diri dalam rangka mendukung program pemerintah Social distancing untuk mengurangi tingkat penyebaran si virus.
Kalau coba dibandingkan dengan tenaga kesehatan lebih trenyuh lagi. Teman2 saya beberapa ada yang dari FK dan saat ini sedang koas di Muwardi, salah satu rumah sakit rujukan nasional pasien Covid-19. Selain memang lebih baik tidak pulang, mereka juga garda terdepan dalam penanganan virus ini. Orang yang paling berpotensi terpapar virus. Apalagi, baru2 ini, di Solo ada satu berita menarik bahwa perawat Muwardi diusir pemilik kos karena tahu bahwa tempat kerja perawat tersebut adalah rumah sakit rujukan nasional. Turut prihatin.
Oke, kita masuk pada epilog essay ini ya..
Bahwa ternyata pandemi ini telah merubah banyak hal. Aktivitas sosial, ekonomi, akademik dan lini yang lainnya dipaksa untuk berubah pola. Keinginan untuk pulang kerumah tentunya ditunda dulu sampai batas waktu yang masih bisa diperpanjang. Aktivitas semarak ramadhan yang dulu saat ini hanya bisa dikenang. Takjil gratis, sahur bersama, tarawih terdekat dan tercepat, kuliner depan kampus, raainya kendaraan bersliweran jelang buka dan banyak lainnya. Yah, terkadang rasa syukur itu datang setelah adanya kesusahan.
Mari perbanyak syukur kita dengan kondisiseperti ini dengan beberapa tips :
1. Tetep patuhi aturan dari pemerintah. So, Bagaimanapun mereka semua adalah ulil amri kita. Patuhi imbauan Seperti jangan pergi kemana –mana kecuali benar2 urgent, pun kalau keluar rumah harus sesuai dengan SOP.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّـهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿٥٩﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan RasulNya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa[4]: 59)
2. Tetap produktif walaupun dikos aja, dengan melakukan aktivitas positif dan karya terbaik. Menulis misalnya, membuat video tutorial, membaca buku, berkebun, membuat project sosial penanganan Covid-19 sesuai kapasitas dll.
3. Terkhusus bulan ramadhan, dibuatlah target ramadhan agar kelak ada peningkatan keimanan.
4. Ini yang terakhir, soal pandemi ini saya yakin akan menjadi catatan sejarah global seperti pandemi besar dunia black death 1346 , Marseille 1720, wabah kolera 1820, flu spanyol 1920 dan Covid-19 pada abad 21 ini. So, mari lakukan hal baik yang bisa kita lakukan. Kelak, ketika 2050 kamu ditanya cucumu, “kek dulu pas ada pandemi ini kakek ngapain aja ?”
Sumber :
https://www.radiorodja.com/47148-taatlah-kepada-allah-taatlah-kepada-rasul-dan-ulil-amri/
https://tirto.id/bahaya-virus-corona-covid-19-dan-cara-mencegahnya-eKdF
https://news.detik.com/berita/d-4967416/ini-daftar-37-pernyataan-blunder-pemerintah-soal-corona-versi-lp3es/2
https://www.suara.com/news/2020/02/29/091320/indonesia-klaim-bebas-virus-corona-pm-australia-enggak-yakin
https://www.kompas.tv/article/66130/presiden-jokowi-virus-corona-tidak-masuk-ke-indonesia
https://www.idntimes.com/science/discovery/cahaya/wabah-mematikan-100-tahun-c1c2/5
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/22/192900965/kilas-balik-8-pandemi-penyakit-dan-dampaknya-dalam-sejarah-?page=all
1 note
·
View note
Text
Bercerita Tentang Ibu
Ketika mengikuti training motivasi, tak jarang sang trainer (selalu) menyinggung tentang ibu. Setidaknya training yang pernah aku ikuti selalu menyinggung tema ibu. Entah apa hubungannya. Yang jelas, cerita tentang 'ibu' selalu mengena di hati.
Bercerita tentang ibu, tentu tidak akan ada habisnya. Seorang wanita istimewa yang dari rahimnya kita bisa melihat indahnya dunia. Dari tetes air susunya, kita bisa hidup di dua tahun pertama melihat dunia. Dari kesabaran mendidik kita, membuahkan manusia yang (semoga) apik budi pekertinya.
Bercerita tentang ibu, selalu mengingatkan pada sebuah hadist Rasul yang lekat dalam ingat, " Ibumu.. ibumu..ibumu... kemudian Ayahmu". Jika di hitung dengan persentase, bakti kita 75% untuk Ibu dan 25% untuk Ayah. Mengapa demikian ? Entahlah...
Menurut logikaku, seorang ibu sangat berhak mendapat 75% bakti seorang anak, karena menjadi seorang ibu sungguh tidak mudah. Aku belum pernah merasakan menjadi seorang ibu, namun dari cerita seorang 'ibu' aku tau, bahwa menjadi seorang ibu itu mengemban tugas yang amat berat. Betapa tidak ?
Menjelang kehadiran sosok kehidupan di rahim ibu, seorang ibu harus melewati fluktuasi hormonal yang sangat tidak enak. meskipun tidak semua wanita mengalami hal berat pada trimeater pertama kehamilan. Selama 9 bulan, ibu mengandung kita dengan kepayahan. Kemudian Melahirkan kita dengan pertaruhan nyawanya. iya !!! Taruhannya Nyawa !! Bahkan bila ia meninggal saat melahirkan, ada ganjaran syahid yang menantikan !
Tak lepas dari itu, ia menyusui penuh selama 2tahun agar kita mampu berkembang dengan baik.. dan ditangan seorang ibu, pendidikan luar biasa (seharusnya) terlahirkan.
Bercerita tentang ibu tak akan ada habisnya.
Ia bak malaikat yang dihadiahkan Allah pada kita di dunia.
Kasihnya sepanjang masa...
Kasih ibu sepanjang masa, bagai sang surya menyinari dunia. Tanpa letih. Tanpa pamrih...
Semarang, 25.05.2019
3 notes
·
View notes
Text
Siapakah wanita dalam Wahyu 12:1 dan apakah arti 12 bintang pada kepalanya?
Dalam bagian ini, Gereja Tuhan dilambangkan sebagai mempelai wanita. Kita menemukan dukungan untuk ini dalam Yeremia 6: 2: "I have likened the daughter of Zion to a comely and delicate woman”. Rasul Paulus juga mendukung gambaran ini ketika dia menulis, “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus” (2 Korintus 11: 2). Lihat juga Efesus 5:22, 23 dan Wahyu 19: 7, 8.
Pengantin wanita ini disebut-sebut sebagai "berpakaian matahari". Yesus diwakili oleh matahari di dalam Alkitab. “Tuhan Allah adalah matahari” (Mazmur 84:11). Dan juga, “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya” (Maleakhi 4: 2). Kebenaran Kristus adalah pakaian yang dibicarakan di seluruh Kitab Suci sebagai pakaian yang dikenakan oleh orang-orang tebusan.
Dia juga berdiri dengan "bulan di bawah kakinya". Di atas apa gereja berdiri yang memantulkan cahaya matahari? Saya percaya tidak ada yang menunjuk kepada Kristus lebih kuat daripada sistem pengorbanan Yahudi. Yesus berkata bahwa semua Kitab Suci Perjanjian Lama bersaksi tentang Dia (Yohanes 5:39). Semua simbol dan tipe ini menunjuk ke — atau mencerminkan — penebusan agung Yesus di Kalvari.
Akhirnya, angka 12 mewakili gereja dan kepemimpinannya. Dalam Perjanjian Lama, ada 12 bapa bangsa dari 12 suku dan 12 hakim. Yerusalem Baru akan memiliki 12 fondasi dan 12 gerbang ke dalam kota. Angka 12 penting bagi Tuhan. Jadi ketika kita melihat 12 bintang di kepalanya, masuk akal bahwa kepalanya mewakili kepemimpinan — 12 rasul yang memahkotai pekerjaan gereja mula-mula.
Pertanyaan terpenting adalah, maukah Anda menjadi bagian dari mempelai wanita Kristus — umat sisa Allah? Tuhan mengundang kita masing-masing untuk menjadi bagian dari pesta pengantin itu dan perjamuan kawin Anak Domba!
Wahyu 12:1
Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya
Doug Batchelor
0 notes
Photo
بِسْـــــمِ اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ *_' لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ_* Faedah hadits Hari ini: إن أول الآيات خروجا طلوع الشمس من مغربها, وخروج الدابة على الناس ضحى, وأيهما ما كانت قبل صاحبتها; فالأخرى على إثرها قريبا. “Sesungguhnya tanda-tanda (Kiamat) yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan keluarnya Binatang kepada Manusia pada waktu Dhuha. Mana saja yang lebih dahulu muncul, maka yang satunya akan terjadi setelahnya dalam waktu yang dekat.” INILAH BINATANG PEMBAWA PESAN AKAN DATANGNYA HARI KIAMAT Kiamat merupakan kepastian yang akan dialami oleh alam semesta. Tidak hanya agama yang membicarakannya, kajian para ilmuan juga menyatakan bahwa dunia dan seisinya pada suatu saat akan mengalami kehancuran. Dalam Islam, begitu banyak Nabi dan Rosul diutus untuk menyampaikan tentang kabar tersebut. Tidak ada yang tahu pasti kapan terjadi, namun Alloohu Subhana wa Ta'aalaa sudah menjelaskan tentang tanda-tandanya. Pertanda yang paling terkenal adalah ketika sang surya terbit dari Barat. Ternyata tidak hanya itu, jelang kiamat akan ada binatang aneh melata yang muncul dari dalam perut bumi dan mampu berbicara. Binatang ini memberikan tanda pada wajah manusia, yang menjadi pembeda antara orang beriman dan tidak. Apa binatang ini sebenarnya? Binatang ini bernama Dabbah dan berkali-kali disebut Rosululloohu sholalloohu 'alaihi wa Salaam sebagai salah satu tanda dekatnya Kiamat. Bahkan Alloohu Subhana wa Ta'aalaa dalam dalilnya juga menjelaskan tentang binatang ini. Hal ini tertera dalam Quran Surat An-Naml: 82 yang artinya sebagai berikut. “Apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan seekor dabbah (binatang) dari bumi yang akan mengatakan kepada Mereka, bahwa sesungguhnya Manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82) Rosululloohu Sholalloohu'alaihi wa Salaam juga bersabda tentang Dabbah ini dan menjadi salah satu pengingat Umat Islam untuk selalu bertaubat. Dalam hadist Riwayat Muslim, Rasul menyebut tiga perkara yang jika ketiganya keluar maka semua taubat dan amal tiada gunanya. Ketiganya adalah terbitnya Matahari dari arah barat, Dajjal dan ... https://www.instagram.com/p/CB_0LHGlCts/?igshid=1a6by1ds404tb
0 notes
Photo
TAU DIRI kalau Hidup ini "kasih karunianya" Tuhan maka Gunakan hidup kita dengan Benar, TAU DIRI kalau Harta hanya titipan tidak boleh Sombong, TAU DIRI bahwa kita hidup butuh Tuhan & orang lain (gak bs jadi "Supermen")! -------------- Jadi banyak2 TAU DIRI untuk belajar sikap RENDAH HATI ❤️ #Repost @christofertapiheru (@get_repost) ・・・ "Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang." (Kisah Para Rasul 17:24-25) #gitu #christopertapiheru #christopertapiheruquotes #catherineamelda #learningbydoing #justdoit #bibleverse #biblejournaling #rendahhati #taudiri (at Puri Surya Jaya)
#gitu#catherineamelda#bibleverse#christopertapiheru#learningbydoing#justdoit#biblejournaling#rendahhati#repost#taudiri#christopertapiheruquotes
1 note
·
View note
Text
Isra' Mi'raj
Nah gaeeess kali ni sebelum bobok gw mau cerita ttg peristiwa isra' & mi'raj. (Maap ini postingan semalem di path) Biasanya isra' mi'raj yg kita tw dr dolo adlh perjalanan Rasululullah dr masjidil haram ke masjidil aqsa kemudian ke sidratul muntaha menembus langit ketujuh, bertemu Allah scr langsung & menerima perintah sholat. Thats all. Bukankah begitu? :D Namun taukah kamu ada begitu banyak pelajaran yg diambil dr kisah ini?? Lets cekidot yaa!! 1. Perjalanan ini trnyata gak semaleman tp diibaratkan cuma sepersekian detik aja. Ada hadits yg meriwayatkan bhw kepergian rasul selama isra' mi'raj bagaikan ia bangun dari tempat tidurnya dan ketika kembali tempat tidur itu masih hangat.. So... Bayangin aja betapa cepat dan flashnya perjalanan itu. Pdhl ada byk yg dilalui Rasul selama isra miraj. Kalo org jaman dlu mana bs percaya slain krn iman. Namun hal ini udah bs djelaskan scr scientific yakni dgn teori relativitas waktu. Yg prnh nonton interstellar mungkin udah paham kl waktu a/ sesuatu yg relatif shingga bs aja waktu di bumi sangaaatt lama sdgkn diluar angkasa sangat cepat atau berkebalikannya. 2. Sampai di masjidil Aqsa, Rasul dipertemukan dgn seluruh nabi yg ada d muka bumi. Seluruhnya ada skitar 200.000 lebih. Peristiwa ini trjadi scr ghaib. Rasul memimpin sholat bersama mrk dan para nabi berbaiat kpd Rasul. (Dari dulu udah ada shalat cuma syari'atnya berbeda2) Nah.. Hikmahnya apa? Sblm isra' mi'raj Rasul ditinggalkan org2 yg menguatkan hatinya, pamannya abu thalib dan khadijah. Shg tdk ada motivasi lbh bg dirinya. Ditambah dakwahnya yg dtolak di thaif hingga berdarah2.. Shingga hikmahnya adalah utk menguatkan hati Rasulullah bhw para nabi mendukung rasul dan bersumpah akan membantu dakwah Rasulullah. Dan utk myakinkan Rasul bhw beliau memang Rasul yg dipilih Allah 3. Kemudian Rasul beserta malaikat jibril pergi ke lapis langit pertama. Dengan menaiki buraq yg berkecepatan cahaya. Buraq diibaratkan sebesar seekor kuda dan terbang tidak langsung tegak lurus krn tdk ada psawat d dunya yg mampu terbang tegak lurus langsung. Melainkan miring seperti pesawat. Shingga trdpt hikmah bhw Allah memperlihatkan apa yg memang bisa terjadi di dunia. Dan itu logis.. 4. Perjalanan Rasul menembus 7 lapis langit. Yg dimaksud dgn langit bukan awan ya. Bukan juga lapisan atmosfer bumi :D Langit jauuuh lebih luas dari itu. Tata surya dan seluruh kumpulan galaksi kita aja mungkin baru sampe langit pertama loh... Di langit pertama Rasul bertemu nabi adam dan bertanya pada Jibril. "Wahai Jibril, mengapa ketika menoleh ke kanan nabi adam tersenyum dan ketika beliau menoleh ke kiri, nabi ada menangis?" Jibril menjawab: "Nabi adam trsenyum krn ketika menoleh ke kanan ia melihat keturunannya yg masuk syurga dan ketika menoleh ke kiri, ia menangis krn melihat keturunannya yg masuk neraka..." 5. Jarak antara langit pertma dan langit kedua adalah 500th. Sedangkan di tiap batas langit ada jarak yg jg ditempuh 500th. Bayangkan betapa lamanya waktu yg dihabiskan bila dihitung dgn waktu dunya! Di langit kedua Rasul bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya A.S, di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf A.S, di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris A.S, di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa A.S dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim A.S 6. Di lapis langit ke enam, Rasul melihat para malaikat yg sibuk thawaf mengelilingi angkasa. Malaikat a/ makhluk yg taat & patuh. Antrian thawaf mereka sangaatt padat. Malaikat yg diciptakan Allah sangaattt banyak! Bahkan malaikat yg sudah berthawaf tdk akan bs berthawaf lg sampai hari kiamat! Dan tahukah kamu? Ada malaikat yg hanya diciptakan utk bersujud saja pd Allah. Ada pula yg diciptakan utk berdzikir saja. Smua taat. Semua Allah yg ciptakan. Lantas.. Apa gunanya sholat kita? Apakah utk Allah?? Allah gak butuh sholat kita. Hikmahnya ialah sholat justru utk diri kita sendiri. Kalo kita ga sholat maka yg rugi diri kita sendiri... Ohya ditiap langit juga Rasul lihat bahwa tidak ada jarang sejengkal pun kosong di langit melainkan terisi oleh malaikat2 yg bersujud. Sooo bayangin aja betapa guedenya malaekat!! :D 7. Rasul sampai di lapis langit yg ketujuh.. Disini Jibril berhenti menemani Rasul. Shingga hanya Rasul sendirilah yg diizinkan bertemu langsung dgn Allah SWT di 'arsyNya.. Disini adapula keirian Nabi Musa krn Muhammad Rasulullah dpt langsung bertatap muka dgn Allah. 8. As we know, stlh menerima perintah Allah sholat 5 wkt, Rasul turun dan bertemu Nabi Musa di langit keenam. Nabi Musa khawatir krn umatnya saja sekiranya tdk mampu. Bagaimana umat muhammad. Ahirnya Rasul kembali lagi dan bernegosiasi keringanan shingga kewajiban sholat hanya 5 waktu. Sesungguhnya Allah sudah menakdirkan bhw sholat kita hanya 5 waktu namun proses dr 50 hingga mengisyaratkan bahwasanya segala sesuatu di dunya memang butuh proses.. Wallahua'lam bisshawab
2 notes
·
View notes
Text
been drawin lots lately
3 notes
·
View notes
Text
Kemuliaan Injil
Renungan Selasa, 30 Juni 2020 Oleh Wahyudi Purnomo Roma 1:1-5
"Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita." - Roma 1:2-4 (TB)
Setelah menyebutkan Injil Allah, ia melihat kembali ke belakang, untuk menggambarkan kepada kita betapa mulianya Injil itu. Injil sudah ada sejak dari dulu. Injil telah dijanjikan sebelumnya (ay. 2). Ini bukanlah ajaran yang sama sekali baru, melainkan sudah berakar pada janji-janji dan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama, yang kesemuanya secara bulat menunjuk pada Injil, cahaya pagi yang menyongsong terbitnya surya kebenaran. Ini bukan hanya kata orang, melainkan ada dalam Kitab Suci.
Pokok bahasan Injil: tentang Kristus (ay. 3-4). Semua nabi dan rasul bersaksi tentang Dia. Dialah harta karun yang sesungguhnya, yang tersembunyi di ladang Kitab Suci. Ketika menyebutkan Kristus, amatilah bagaimana Paulus menyusun urutan nama dan gelar-Nya, Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita, seperti layaknya orang yang senang berbicara tentang Dia. Dan, setelah menyebutkan Dia, Paulus tidak bisa melanjutkan pembicaraannya tanpa mengungkapkan kasih dan penghormatannya, seperti di sini, di mana dalam satu pribadi ia menunjukkkan kepada kita dua kodrat Kristus yang berbeda.
1. Kodrat manusia-Nya: Diperanakkan dari keturunan Daud (ay. 3), maksudnya, lahir dari perawan Maria, yang berasal dari keluarga Daud (Luk. 1:27), seperti juga Yusuf ayah-Nya (Luk. 2:4). Daud disebutkan di sini karena janji-janji khusus yang diberikan kepadanya tentang Mesias, terutama jabatan Mesias sebagai raja (2Sam. 7:12; Mzm. 132:11, bdk. Luk. 1:32-33).
2. Kodrat ilahi-Nya: Dinyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah (ay. 4), menurut kodrat ilahi-Nya (karena dikatakan bahwa Ia dibangkitkan menurut Roh (1Ptr. 3:18, bdk. 2Kor. 13:4), Ia adalah Anak Allah. Bukti atau petunjuk besar dari keilahian-Nya ini adalah kebangkitan-Nya dari antara orang mati, yang bukti nyata dan tak terbantahkan. Tanda Nabi Yunus, yaitu kebangkitan Kristus, dimaksudkan sebagai penegasan terakhir (Mat. 12:39-40). Mereka yang tidak mau diinsafkan oleh kebangkitan tidak akan diinsafkan oleh apa pun juga. Demikianlah, kita mendapati di sini ringkasan dari ajaran Injil mengenai dua kodrat Kristus dalam satu pribadi.
Refleksi: Seumur hidup kita, adalah anugerah terbesar, bila kita menerima berita Injil. Apa gunanya kita memiliki segala harta dunia, yang pada akhirnya akan membawa kebinasaan jiwa. Syukur kepada Allah dalam Yesus Kristus sebab kasih karunia-Nya kita beroleh keselamatan - hidup kekal. Amin!
0 notes
Photo
possessed buddies
#OCS#Pretermantic#Preston Lockerby#Eve Morana#Surya Rasul#Amon Ross#Lucas Enfield#Lucretia Malak#my art
12 notes
·
View notes
Text
Hate speech in the time of a pandemic: Answer to malevolent, incendiary language is plurality, not censorship
From his offices inside the bleak walls of the Carcere dei Penitenziati palace in Palermo, the great inquisitor Luis de Paramo seemed to barely notice the Black Death had begun to sweep across the Spanish empire in 1596, killing hundreds of thousands. His mind was fixed on an even more dangerous disease that threatened his world, corrupting not just the bodies of men, but their minds. “The holy offices of the Inquisition annihilated the heretical plagues,” he smugly recorded two years later.
God reserved his worst torments, Paramo solemnly wrote, for the heresy: Nestor’s tongue was eaten by worms; Marcus Ephesus reduced to excreting “ordure from his mouth”; Calvin’s body overrun by great swarms of lice as he coughed out blood — this before the eternal torments of hell. Protecting people from poisonous ideas, thus, was at least as important as guarding against plagues.
Inside the dungeons of the inquisition, the agents of heresy — intellectuals, witches, dissident priests and nuns — were quarantined to secure the health of the Kingdom of God.
As the greatest pandemic in a century continues its grim progress, India is seeing the unfolding of an unprecedented campaign to ensure the Republic’s intellectual hygiene.
Thousands are facing prosecution for something they wrote or said: Left-wing intellectuals and journalists like Siddharth Varadarajan, right-wing television anchors like Arnab Goswami, Islamic activists, Hindu nationalists, even plain-vanilla panicked citizens. For years now, the criminal justice system has become ever more focused on silencing thought and speech; a climax could be nearing.
Luis de Paramo would have found this world almost indistinguishable from his own. For any democracy, this is evil news. India needs much more free speech — even evil, toxic speech — not less.
***
Even though the term has become entrenched in public debate, the idea of hate speech rests on less-than-firm ground. Bengaluru Member of Parliament Tejasvi Surya’s now-infamous tweet — “95 percent Arab women have never had an orgasm in the last few hundred years”, attributed to the gadfly anti-Islamist agitator Tarek Fateh — is a useful prism to examine the issue. Erased from the internet after furious protests from Saudi and Kuwaiti commentators and demands for the Prime Minister’s intervention, the tweet has been cited as a textbook example of hate speech.
Feminist writing in the Middle-East, though, has made much the same argument for decades. In a 2005 paper, for example, anthropologists Abdessamad Dialmy and Allon Uhlmann examined the cultural memes that ensured “the sexuality of the respectable wife is confined to satisfying her husband’s desire and producing a large number of male offspring”.
In the Fez region, Dialmy and Uhlman noted, a proverb held that “if the wife were to move during intercourse, she would be divorced because her movement would indicate the presence of desire and pleasure”.
Fatah’s polemic is an agit-prop rendering of the work of generations of Middle-East feminists — among them Mai Ghoussoub, Afsaneh Najmabadi, Haleh Afshar, Haideh Moghissi, and Hammed Shahidian — who have long critiqued the use of religion and culture to repress women’s freedoms.
“The Muslim man conceives woman as uncontrollable and untameable: a being who can therefore only be subdued by repression,” Ghoussoub famously argued in a seminal essay in The New Left Review, back in 1987. “It is difficult to utter your frustrations if a veil seals your lips”.
Little intellectual insight is needed to see that Surya — like Fatah — is a propagandist. Neither, for example, acknowledges that feminists have also shown how Hindu texts and cultural norms — like Christian and Buddhist texts — sustain tyrannical phallocracies.
The lines between crude propaganda and serious critique aren’t, however, as well-etched as we might imagine.
In 1924, the Arya Samaj activist Mahashe Rajpal published Rangila Rasul — in Urdu, ‘the colourful prophet’ — a polemic on the Prophet Muhammad’s sexual mores. Lower courts condemned Rajpal to prison. Lahore High Court judge Dalip Singh, however, reasoned that “if the fact that Musalmans resent attacks on the Prophet was to be the measure, then a historical work in which the life of the prophet was considered and judgment passed on his character by a serious historian might [also] come within the definition”.
Legislators responded to the Lahore High Court’s admonition by amending the Indian Penal Code to outlaw “deliberate and malicious acts intended to outrage religious feelings of any class”. That law continues to be used to ban an array of serious books, and persecute atheists and heterodox religious sects.
Propagandist polemic, it could be argued, can be distinguished from serious speech because of their intent and consequences. This argument, however, leads to another cul-de-sac. The purpose of all political text, after all, is to incite. The Bible, the Quran, the Mahabharata and the works of Karl Marx and Mao Zedong have all been cited as inspiration for large-scale killing at various points in history; so, too, have Batman and Catcher in the Rye. Abul Ala Maududi’s Jihad has indeed been read as a manifesto for violence by Islamists — but millions of others have encountered the text without being moved to swat a fly.
To characterise Surya’s tweet, or other chauvinist propaganda, as a form of illegitimate speech is to make a moral judgment about politics — valid or otherwise. To allow moral judgment to decide whether speech ought to be illegitimate, history tells us, ought to lead to perdition.
***
For decades, the case against free speech has assailed by pointing to the apparent role of mass media in engendering genocides and mass violence. The role of Radio Television Libre des Milles Collines in inciting genocide in Rwanda is often cited as evidence for this claim. The rigorous empirical work of political scientist Scott Strauss, though, has demonstrated that that data does not show RTLM was “the principal vector by which the genocide spread and by which most ordinary Rwandans chose to participate in genocidal violence”.
Indeed, scholar Mary Franks, has pointed out, laws outlawing “propounding wickedness or inciting hatred” are now used by the Tutsi-dominated Rwanda People’s Front to persecute of the very journalists and NGOs who fought the genocide. Leading opposition figure Victoire Ingabire Umuhoza — and her lawyer—were imprisoned for arguing that communal reconciliation required acknowledging not only Tutsi victims, the primary target of the genocide, but also Hutu victims.
For Franks, the real problem in Rwanda lay in the fact that power actors held near-monopolies on discourse — through Radio Television Libre des Milles Collines prior to the genocide, and through the shutting-down of dissenting media platforms thereafter. The answer to hate speech, she proposes, isn’t silence: it’s a loud, cacophonic media.
Lazy claims that the rise of German Fascism illustrates the power of toxic propaganda are similarly misleading. For one, Nazi propaganda grew despite the existence of the expansive hate speech laws of Weimar. Perhaps more important, Richard Evans’ magisterial work shows us, Nazi propaganda failed to persuade anything resembling a majority of Germans before the coup of 1933. The hegemony of Nazi ideology was ensured by stamping out of all alternate voices and points of view.
In India, the case is often made that hate speech — propagated and amplified through digital media — has accelerated communalisation.
The evidence, though, is far from unambiguous. Even a cursory glance at Violette Graff and Juliette Galonnier’s summary of communal riots shows that the intensity and frequency of communal violence in India has diminished — not intensified. The largest chauvinist mass-mobilisations in India — the Ram janmabhumi movement, for example, or the Kashmir jihad — took place long before most homes even had a telephone.
Even though hate-speech is claimed to be sharpening the divisions between Hindus and Muslims — engendering ghettoisation of the mind, as it were — there’s plenty of reason to be suspicious of such claims.
In a study of the 1974 riots in Delhi — long before the evil influence of Facebook emerged — three out of every 10 Hindus and almost two out of 10 Muslims, reported never even meeting with members of the other religious community in any social context — political, casual, or even business. An investigation by the People’s Union for Democratic Rights in 1987, similarly, noted that old Delhi was sundered into caste and communal agglomerations whose inhabitants understood each other, in the main, through communal invective.
The rise of social media has done little other than to provide a new platform for voicing the long-held prejudices and hatreds of a society — hatreds earlier voiced within the family, during social interactions, or in the village square. Put another way, hate speech is an artefact of a dysfunctional society, not its cause.
***
India’s urge to police ‘thought crime impulses’ predate the birth of the republic, the Rangila Rasul debates demonstrate. Less than two years after independence, though, Prime Minister Jawaharlal Nehru amended the Constitution to carve out restrictions against free speech — and embedded the inquisitor at the heart of the Indian state. Free speech, it was argued, made India vulnerable to the dangerous tides of communist propaganda and communal hatred; words could even explode into war with Pakistan.
The debris from those decisions is all around us. Wendy Doniger’s provocative readings of Hindu text; Aubrey Menen’s irreverent retelling of the Ramayana; DN Jha’s The Myth of the Holy Cow, James Laine’s history of Shivaji, or Paul Courtright’s exploration of Hindu mythology’s fraught sexuality. We still cannot read an uncensored text of the path-breaking Urdu collection Angaarey, proscribed in 1933.
Salman Rushdie, MF Husain and Taslima Nasreen are the best-known victims of the Indian inquisition, but they’re not the only ones. The progressive cultural organisation Sahmat came under attack in 1993, merely for recording the existence of variant texts of the Ramayana in which Ram and Sita were siblings; Narendra Dabholkar and H Farook were assassinated.
Book-bans, prosecutions and killings have not, however, engendered pluralism: India remains a mosaic of warring religion and caste-based agglomerations, and the petty tyrannies which run them.
Propaganda, history teaches, succeeds only when it is unchallenged: The real answer to hate speech is plurality, not censorship. Ensuring that Indians hear a diversity of voices is a formidable challenge. Large swathes of the media, increasingly dependent since the 1980s on government advertising for survival, have surrendered their role as a space for the exchange of ideas. Efforts to create alternatives have, for the most part, floundered, with even élite audiences proving unwilling to pay for independent news and opinion.
The only kind of censorship which is legitimate in a democracy is the right each of us has to turn off our television sets. To give that power to the state is to assent to bodies, and minds, being broken on the wheel.
via Blogger https://ift.tt/2KtKkTc
0 notes
Photo
Masa Sih Membayar Zakat Fitrah dalam Bentuk Uang Dilarang?
MALANGTODAY.NET - Zakat Fitrah disyariatkan bersamaan dengan disyariatkannya puasa Ramadan, yaitu pada tahun kedua Hijriyah. Kewajiban membayar zakat fitrah dibebankan kepada setiap muslim dan muslimah, baligh atau belum, kaya atau tidak, dengan ketentuan bahwa dia hidup pada malam hari raya dan memiliki kelebihan biaya hidup baik untuk dirinya sendiri atau untuk orang-orang yang ditanggung nafkahnya. Zakat fitrah boleh dikeluarkan mulai awal Ramadhan sampai menjelang pelaksanaan shalat Idul Fitri. Namun dalam pembayaran zakat ini banyak orang yang mempertanyakan, bolehkah zakat fitrah dibayar dalam bentuk uang? Baca Juga: Api Akhirnya Jinak Setelah 5,5 Jam Membara di Pabrik Tri Surya Terkait hukum membayar zakat fitrah dalam bentuk uang, para ulama sebenarnya berbeda pendapat. Adapun perbedaan pendapat itu, yakni:
Mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali sepakat bahwa zakat fitrah tidak boleh diberikan kepada penerima zakat dalam bentuk uang. Mereka berpegangan pada hadits riwayat Abu Said:
“Pada masa Rasul SAW, kami mengeluarkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ makanan, dan pada waktu itu makanan kami berupa kurma, gandum, anggur, dan keju.” (HR. Muslim) Pada hadits di atas, para sahabat Nabi tidak mengeluarkan zakat fitrah kecuali dalam bentuk makanan. Kebiasaan mereka dalam mengeluarkan zakat fitrah dengan cara demikian merupakan dalil kuat bahwa harta yang wajib dikeluarkan dalam zakat fitrah harus berupa bahan makanan sehingga tidak boleh dibayarkan dalam bentuk lain. Baca Juga: 5 Cara Mudik Aman Tanpa Takut Kena Gendam
Mazhab Hanafi, zakat fitrah boleh dibayarkan dalam bentuk uang. Mereka berpedoman pada firman Allah SWT:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS.Ali Imran: 92) Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan kita untuk menafkahkan sebagian harta yang kita cintai. Harta yang paling dicintai pada masa Rasul berupa makanan, sedangkan harta yang paling dicintai pada masa sekarang adalah uang. Karenanya, menunaikan zakat fitrah dalam bentuk uang diperbolehkan. Baca Juga: H-5 Lebaran, Jumlah Penumpang di Stasiun Pasar Senen Membludak! Di samping itu, mereka juga berargumen bahwa menjaga kemaslahatan merupakan hal prinsip dalam hukum Islam. Dalam hal zakat fitrah, mengeluarkan zakat dalam bentuk uang membawa kemaslahatan baik untuk muzakki maupun mustahiq zakat. Bagi muzakki, mengeluarkan zakat dalam bentuk uang sangatlah simpel dan mudah. Sedangkan bagi mustahiq, dengan uang tersebut ia bisa membeli keperluan yang mendesak pada saat ini. Lantas mana pendapat yang paling tepat dan harus kita ikuti? Dalam hal ini, para ulama menganggap pendapat pertamalah yang kuat yang menyatakan tidak bolehnya mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk uang. Kebiasaan Rasulullah dan para sahabat dalam menunaikan zakat fitrah dalam bentuk bahan makanan, merupakan dalil yang kuat akan tidak bolehnya berzakat dengan selain bahan makanan. Baca Juga: Asyik, Tiket Kereta Api Super Mewah "Sleeper" Sudah Bisa Dipesan Buat Mudik Lebaran Akan tetapi, jika membayar dalam bentuk bahan makanan dianggap berat, ada hajat mendesak, atau demi kemaslahatan maka berzakat menggunakan uang diperbolehkan asalkan harus bertaqlid kepada madzhab Hanafi dengan secara totalitas. Yaitu; berzakat dalam bentuk uang yang senilai dengan bahan makanan (beras) sebanyak 3,8 kilogram. Hal ini dilakukan untuk menghindari talfiq (mencampur adukkan pendapat ulama) yang hukumnya diperselisihkan oleh para ulama. Jadi, sekarang kamu nggak perlu bingung lagi ya mau berzakat dengan apa.
Penulis : Dian Tri Lestari Editor : Dian Tri Lestari
Source : https://malangtoday.net/inspirasi/masa-sih-membayar-zakat-fitrah-dalam-bentuk-uang-dilarang/
MalangTODAY
0 notes
Text
Thought via Path
*KEISLAMAN GEORGE BIN TODZIRA (PANGLIMA BIZANTIYUM) DAN KEMATIANNYA DI ATAS ISLAM* 🌿Memang hidayah itu istimewa. Ia mahal dan berharga. Kedudukan dan status sosial bukanlah ukuran mendapatkannya. Gelimang harta bukanlah sarana bisa mendapatkannya. Terkadang, ia pun datang di saat yang tak disangka. Ia datang di saat yang menyerunya mungkin sudah putus asa. Ia datang, kadang di saat musibah. Dan ia datang ketika permusuhan sudah mencapai puncaknya. Seperti kisah George Todzira. Hidayah datang padanya justru saat ia tengah siap berperang. George bin Todzira adalah panglima pasukan Bizantium. Di Perang Yarmuk, ia memimpin pasukan Roma, berperang menghadapi umat Islam yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid. Sebelum pecah pertempuran, terjadi kejadian yang menarik. George berdialog dengan Khalid hingga ia memeluk Islam dan berpindah posisi menjadi pasukan kaum muslimin. Dalam kondisi demikian, bayangkan apa yang dirasakan pasukan Romawi Bizantium saat itu? Tentu moral pertempuran mereka kaget dan mengendur. Dan pastinya, George adalah orang pertama yang hendak mereka bunuh. 💥Ketika pasukan tengah bertemu, George memanggil Pedang Allah, Khalid bin al-Walid. Khalid pun keluar dari pasukan, dan Abu Ubaidah menggantikan posisinya. Di tengah ribuan pasukan, kedua panglima perang itu berdiri berhadap-hadapan. Hingga leher tunggangan mereka bertautan. George berkata, “Wahai Khalid, jawablah pertanyaanku dengan jujur. Jangan berbohong, karena orang yang merdeka tidak pantas berbohong. Jangan pula kau tipu aku, karena orang yang mulia tidak akan menipu”. George melanjutkan, “Apakah Allah menurunkan pedang dari langit kepada Nabi kalian, lalu ia memberikannya kepadamu? Kemudian tidaklah pedang itu berjumpa dengan suatu kaum, kecuali ia berhasil mengalahkannya? “Tidak”, jawab Khalid singkat. “Lalu mengapa engkau disebut dengan saifullah (Pedang Allah)?” Tanya George yang benar-benar menginginkan jawaban. Khalid menjawab, “Sesungguhnya Allah ﷻ mengutus Nabi-Nya ke tengah-tengah kami. Ia mendakwahi kami, namun kami semua lari tak mengacuhkannya. Lalu sebagian kami ada yang membenarkan dakwahnya dan mengikutinya. Sementara yang lain menjauhi dan mendustakannya. Aku termasuk orang yang menjauhi, mendustakan, dan memeranginya. Setelah itu, Allah memberi hidayah kepada kami. Kami pun mengikuti ajarannya. Ia berkata kepadaku, ‘Engkau adalah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ia hunuskan kepada orang-orang musyrik. Ia mendoakanku dengan kemenangan. Lalu melaqobiku dengan saifullah. Dari situlah, aku menjadi orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang musyrik”. “Engkau telah jujur kepadaku”, sambut George menanggapi penjelasan Khalid. Lalu ia kembali bertanya kepada Khalid, “Wahai Khalid, beri tahu aku, apa engkau serukan padaku?” “Kepada persaksian bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Dan meyakini bahwa apa yang ada padanya (wahyu) adalah dari sisi Allah” Khalid menerangkan risalah Islam kepada George. “Kalau orang tidak menerima seruan kalian itu?” tanya George. “Jizyah menjamin mereka”, jawab Khliad. “Bagaimana kalau mereka tidak mau menyerahkannya (jizyah)? tanya George. “Kami perangi mereka”, jawab Khalid “Bagaimana kedudukan orang-orang yang menerima seruan kalian?” tanya George. “Kedudukan kami sama (setara) dalam kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan kepada kami. Baik orang yang mulia atau orang biasa. Baik yang awal (memeluk Islam) dan yang terakhir”, jawab Khalid. George kembali mengajukan pertanyaan, “Apakah orang yang hari ini memeluk Islam –wahai Khalid- sama pahala dan ganjarannya?” “Iya, bahkan bisa jadi lebih utama”, jawab Khalid. Dengan nada heran, George kembali bertanya, “Bagaimana bisa ia sama dengan kalian, padahal kalian lebih dulu memeluk Islam?” “Kami memeluk Islam dan berbaiat kepada nabi kami, di saat kami menjumpainya. Datang padanya kabar-kabar tentang kitab-kitab, lalu ia memperlihatkan tanda-tanda (kebesaran Allah) pada kami. Orang yang melihat apa yang kami lihat dan mendengar apa yang kami dengar membenarkannya, berislam, dan membaiatnya. Adapun kalian, kalian belum pernah menjumpai apa yang kami jumpai. Belum pernah mendengar apa telah kami dengar berupa mukjizat dan hujjah. Kalau kalian memeluk Islam dengan tulus dan sebenar-benarnya. Tentu lebih baik dari kami.” Jawab Khalid berusaha mengurai kebingungan George. “Demi Allah, engkau berkata jujur, tidak menipuku, dan tidak berpura-pura padaku kan?” tanya George berusaha mendapatkan jawaban yang pasti. Khalid menjwab, “Demi Allah, aku telah berucap jujur padamu. Aku tidak berkepentingan apapun padamu atau salah seorang dari kalian. Sesungguhnya Allah menjadi saksi atas apa yang engkau tanyakan padaku.” George berkata, “Engkau telah jujur padaku.” Saat itu, George yang masih dalam persiapan berperang mulai luluh hatinya tatkala mendengar penjelasan dan seruan Khalid bin al-Walid. Hatinya bergetar dan cenderung kepada Khalid. Kemudian, di tengah medan perang dan posisi siap berperang, George mengucapkan perkataan yang mengejutkan, “Ajarkanlah aku tentang Islam”, pintanya. 🏕Lalu Khalid mengajaknya ke tendanya. Menyediakan air untuknya bersuci. Kemudian George menunaikan shalat dua rakaat. George telah memeluk Islam. Khalid bin al-Walid dan para sahabat Nabi memberikan teladan bahwa berangkat ke medan perang bukanlah semata-mata untuk membunuh orang. Tapi tujuan utamanya adalah memberikan hidayah. Inilah bedanya jalan para sahabat dengan orang-orang yang terlibat aksi terorisme. Tujuan mereka membunuh, bukan memberi hidayah. 🌱Keluar dari Bizantium dengan permusuhan yang memuncak dan memimpin pasukan untuk memerangi Islam dan kaum muslimin, ternyata saat itulah hidayah datang kepadanya. Oleh karena itu, janganlah kita berputus asa. Sebagaimana Khalid masih mengharapkan hidayah kepala pasukan yang hendak membunuh dan memeranginya. 💦George berbalik posisi. Ia berdiri di sebelah Khalid untuk memerangi pasukan Bizantium. Dalam perang itu ia menderita luka parah dan menemui syahidnya di medan Yarmuk. Setelah berislam, ia hanya satu kali melakukan shalat, dan sujud dalam dua rakaat. Kemudian ia gugur di medan jihad. 🍃Benarlah apa yang Khalid ucapkan, bisa jadi orang yang baru memeluk Islam dan sedikit amalnya lebih unggul dibanding orang yang terlahir sebagai seorang muslim. George hanya menunaikan satu kali shalat dalam hidupnya, namun ia mendapatkan kemuliaan jihad di jalan Allah. Menjemput kematian sebagai seorang syuhada, insya Allah. 📚Sumber: – Tarikh al-Umam wa –ar-Rusul wa al-Muluk oleh Ibnu Jarir ath-Thabari / Tarikh ath-Thabari ✏_ Abu Utsman Umar alFaruq with Panji, maulana, Aries, ADIL, Randhy, Nika, Andika, bowohadi💦, Rusma, danang, Irena, Ko, Abu Achmad, abu fatih, Luthfi, Alfa, Abbi, Muhammad, zacky, AraiShop, Erma , Toulouse, Frendika, anang, Distrosunnah, Adi, Ayesha, Tegar, Tommy, Febriyan, Amran, nanangyulianto, AinuL, and surya at Ruko Zainal Arifin – Read on Path.
0 notes