#surat untuk seseorang
Explore tagged Tumblr posts
Text
‘mama’
Mas, kadang aku merasa aku adalah mama, dan mama adalah aku.
kadang pula aku merasa kita adalah dua orang yang sangat berbeda dan bertolak belakang.
aku yang dulu mungkin menjadikan mama sebagai dalang buruknya masa laluku. aku selalu merasa, mama adalah penanggung jawab atas berbagai hal buruk yang menimpaku di usia yang sangat belia.
namun, aku yang sekarang perlahan belajar memahami bahwa menjadi mama tidak mudah. bahwa menjadi mama adalah sebuah perjuangan yang berat. aku yang sekarang rasanya mengerti alasan di balik setiap keputusan yang mama ambil di masa lalu.
aku seperti bisa melihat diriku sendiri, saat mama bersembunyi dari kesepian dan kesedihan di balik sifat pemarah dan emosional yang beliau miliki. aku seperti bisa mengerti mengapa ekspresi wajah mama selalu kaku dan penuh guratan, karena kehidupan yang mama jalani, tidak memberikan beliau kesempatan untuk tersenyum barang sebentar.
Mas, jika engkau bertanya siapa yang paling kusayangi di dunia ini, maka mama adalah jawabannya. meski kasih sayang itu tidak selalu mampu kutunjukkan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh mama. sebab bagaimanapun, masa kecilku terdidik oleh rasa segan untuk menunjukkan perasaan secara terang-terangan.
Mas, setiap menengok ke belakang. saat Melihat kembali apa yang telah kami lewati. perasaanku selalu menjadi berat, dan mataku terasa memanas. apalagi ketika mengingat tahun-tahun kehilangan dan penuh kesulitan yang keluargaku telah lewati. tidak ada seorang pun yang mengetahui, bahwa aku menimbun rasa bersalah dan juga penyesalan yang besar kepada Mama.
rasa bersalah karena belum mampu memberikan mama kehidupan yang lebih baik. rasa bersalah karena merasa belum bisa menjadi anak yang baik untuk mama.
Mas, salah satu alasan mengapa aku selalu ragu untuk menikah. karena aku memikirkan mama. aku takut, jika kelak aku menikah. aku tidak bisa lagi seleluasa dulu menemui mama. aku takut membuat mama merasa tersisihkan dan dilupakan. aku takut tinggal jauh dari mama. aku juga takut aku tidak bisa mendapatkan seseorang yang bisa menyayangi mama...
Mas, kelak jika kita menikah. tolong belajar sayangi mama, ya. seandainya bisa kubagi memori perjuangan mama untuk membesarkanku, niscaya akan kubagi padamu Mas. namun perasaan sesak dan juga air mata yang tidak bisa kutahan setiap menceritakan mama membuatku mengurungkan niat. kau bisa mulai belajar memahami mama, dengan belajar memahamiku terlebih dahulu karena bagaimanapun aku adalah salinan dari karakter orang yang mendidikku, bukan?
Mas, perjuanganmu kelak tak akan mudah. kau akan kutuntut untuk memahami banyak hal dalam hidupku, seperti keluargaku. satu hal yang kujanjikan padamu, saat kau mampu bersabar dalam menyayangiku dan juga keluargaku. akan kau dapati diriku akan menyayangi dirimu dengan segenap jiwaku.
balasan yang sebanding, kan, Mas?
Surat ketujuh, Kamis, 26 Juli 2023
46 notes
·
View notes
Text
Emang Boleh Sepeka Itu?
(Tadabbur Surat At Taubah 40)
@edgarhamas
Salah satu momen yang barangkali akan meruntuhkan 'sok kuatnya' kita, adalah ketika seseorang tanpa ada angin dan badai tiba-tiba bertanya, "kamu lagi nggak baik-baik aja ya?"
Kita seperti dibaca olehnya, tepat di halaman terpenting; saat orang-orang sama sekali tak peduli.
Ketika yang lain membaca kita sebagai orang kuat dan tangguh, selalu tersenyum dan teguh padahal di dalamnya terseok-seok; lalu kita terbaca bahwa kita tak baik-baik saja.
Saya pun pernah akhirnya menangis sesenggukan karena pertanyaan sederhana itu, "kamu ga baik-baik aja ya?"
Seseorang yang mampu membaca kita, biasanya ia pun pernah melalui badai hidup yang sama, cobaan yang sama bahkan lebih berat.
Maka ia melihat cukup dari menunduk lesunya kita, atau dari helaan napas yang berat sambil duduk terkulai di kursi. Dari mata sayu yang kurang tidur itu.
Dan kau tahu? Ada kisah manusia paling tajam kepekaannya pada seseorang terabadikan dalam Al Qur'an. Di saat harus melakukan misi berat antara hidup dan mati, dikejar oleh pembunuh dengan janji upah sangat tinggi.
Kalimat itu terucap di gelap gua nan sempit, "jangan bersedih..."
Ialah baginda Rasulullah. Gua Tsur nan sempit dan gelap itu beliau jadikan tempat bersembunyi bersama sahabatnya, Abu Bakr.
Padahal beliau sendiri sedang terancam, tegang dalam kejaran musuh. Tapi beliau tenangkan Abu Bakr, "Jangan engkau bersedih, sungguh Allah bersama kita.” (QS At Taubah 40)
Bagaimana rasanya menjadi Abu Bakr dalam situasi itu?
Bisa saja Rasul tak berkata apa-apa, tak melakukan dan menasihati apa-apa. Tapi, Rasul tenangkan sahabatnya; karena Rasul peduli. Beliau peduli pada keadaan orang lain bahkan di saat paling berat. Shalallahu alaihi wasallam.
Jika bertemu orang yang mampu membaca bahwa dirimu sedang tak baik-baik saja saat yang lain tak peduli, pasti kau akan mengenangnya dalam memori teristimewa.
Dan, begitulah Abu Bakr menjadi perisai dan pembela Rasul paling perkasa. Karena Rasul peduli pada sahabat-sahabatnya.
"Kala itu Rasul sedang berhadapan pada tugas besar bernama hijrah yang dirongrong kaum musyrikin" kata Syaikh Abdullah Balqasim, "tapi, beliau tidak lupa untuk menghibur sahabatnya yang bersedih. Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak peduli pada sahabat kita."
masyaAllah!
Aku tahu kita seringkali tak baik-baik saja. Kamu bisa saja tak peduli, bisa saja tak pakai hati, karena kamu sendiri sudah remuk redam.
Tapi percayalah, salah satu hal yang kau butuhkan untuk mengobati kusamnya hidup itu adalah peduli. Dunia sudah kejam, kita jangan ikut-ikutan.
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#edgarhamas#tadabbur
586 notes
·
View notes
Text
Merayakan Patah Hati
sepilihan kata dari kami — @jennntms @synanymore @nonaabuabu @dinata22 @narashit @tuanpoetry @milaalkhansah @by-u @hardkryptoniteheart @rezticia @kevinsetyawan @yustrialubna
@kevinsetyawan x @yustrialubna
Dirimu akan tetap menjadi semesta paling indah yang menyeruak dibalik rona cerah melebihi sang mentari.
Sementara aku tak lebih dari seorang pengelana yang menjadikan cahaya sebagai petunjuk harus kemana.
Ingin rasanya bisa memilikimu seutuhnya menjadikanmu sebagai rumah hangat tempat semua cerita berpulang dan rindu kembali pada pemiliknya.
Perjalanan panjang telah membuatku begitu haus akan cinta, maka tak hanya rumah, ingin rasanya kujadikan kau telaga.
Namun apalah daya dirimu hanya seolah gemintang yang nampak indah dari kejauhan karena ada beberapa batas yang memang tak bisa aku lewati untuk merangkulmu kembali.
Inginku dekat, namun terlalu banyak sekat yang tak kasat. Inginku terikat, namun terlalu banyak yang menghambat.
Aku tak perduli seperti apa jalan didepan kita dirimu tetep menjadi kejora yang selalu menemaniku kala gempita mulai hadir.
Mungkin sekarang Tuhan memang belum berikan izin, tapi kuyakin suatu hari nanti tak ada lagi yang bisa menghalangi, semua akan bersaksi bahwa kita memang sepasang yang saling mencintai.
---
@hardkryptoniteheart x @rezticia
Saat itu, aku memang benar-benar tidak mengerti akan perubahan-perubahan yang terjadi padamu; kau datang sekali, lalu menghilang berhari-hari, dan begitu terus adanya.
Pernah ada suatu waktu di mana aku ingin bertanya mengenai apa yang terjadi padamu, namun ternyata kau sudah keburu menghilang dari hidupku; tanpa ada kata apa pun.
Masa-masa itu, aku telah mempersiapkan diri tentang kemungkinan kehilanganmu. Meski demikian, aku tak bisa mencegah luka hati yang kau goreskan; perasaan kecewa yang ikut kau tinggalkan untukku.
Kini, aku telah mampu berdamai dengan kepergianmu dan mengikhlaskanmu menemukan kebahagiaan yang selama ini kau inginkan di luar sana.
Berbahagialah
Mungkin diriku bukanlah yang kamu mau.
Aku memilih keputusan ini dengan pertimbangan banyak; salah satunya aku tak sanggup terluka lagi.
Lalu aku dengan pengecutnya lari, meninggalkan bayangan kita berdua yang sempat terang benderang itu, masa depan—harapan kita merajut asa bersama.
Perlahan semuanya menjadi abu-abu, kelam dan hilang.
Instingku berisik memberi sinyal. Lindungi dirimu dulu, ujarnya.
Tamengi hatimu sekarang, katanya.
Sejujurnya tuan,
Aku tak sanggup dianggap tidak ada.
Aku tak sanggup menangis dimanapun aku berada.
Aku tak sanggup menahan irisan di dada.
Pada akhirnya,
Aku tak sanggup mempertahankanmu..
Aku harap mungkin nun jauh disana, dirimu bertemu dengan seseorang yang kamu mau. Seseorang yang dapat dirimu hargai. Seseorang yang tak akan kecewa dengan perlakuanmu. Seseorang yang punya banyak nilai.
Seseorang yang bukan aku.
---
@milaalkhansah x @by-u
Aku pernah salah mengira, pesan yang datang tak kenal jeda itu adalah sebuah pertanda rasa. Ternyata, kau hanya sedang beramah tamah dan itu tak hanya kepadaku saja.
Aku pun juga tidak pernah mengira, kupikir kau adalah jawaban semesta dari banyaknya doa yang sudah mengudara. Nyatanya kau menenggelamkanku dalam sandiwara cinta semu belaka.
---
@narashit X @tuanpoetry
Dari Segala Apa yang Bisa Hidup Berikan, cuma Sepucuk Surat Ini yang Bisa Kutuliskan
Aku kira ada yang salah dengan caraku mencintaimu. Setiap hari, yang kulakukan adalah mengirimimu ucapan selamat pagi kemudian kulepaskan bermacam-macam pertanyaan untuk menggerayangimu: bagaimana keadaanmu? Apakah hari ini kamu bekerja? Apa makanan yang sedang ingin kamu makan? Juga pertanyaan lain tentang apa saja yang meliputimu.
Setelah semua itu pun aku merasa belum cukup. Aku masih ingin mendatangi tempat tinggalmu. Membelai rambut-rambut halus di kepalamu. Mengecup kedua mata kemudian keningmu. Mengajakmu berjalan-jalan, meski tak banyak tempat yang bisa kita datangi di kota seperti Bekasi. Aku cuma ingin mengajakmu berjalan kaki barang lima atau sepuluh menit, duduk atau tidur-tiduran di rumput taman, kemudian menikmati minuman dingin yang kita bawa sambil mengerjakan urusan masing-masing. Sepulangnya dari sana, kalau kamu mau, kita bisa bergandengan tangan sepanjang jalan. Lalu memerhatikan apa pun yang tampak menarik. Misalnya sebuah pohon tua penuh foto orang-orang yang tak sedikit pun tampak ketulusan di matanya.
Aku kira ada yang salah dengan caraku mencintaimu. Aku tak bisa mengabaikan apa pun tentangmu yang berada dalam jarak pandangku.
Dan aku kira ada yang salah dengan caraku mencintaimu. Misalnya saja ketika kupikir hubungan kita masih bisa lancar berjalan, ternyata itu cuma angan-angan dan aku terlambat, kemudian hilang semua kesempatan sampai-sampai tak ada lagi tentang kita yang bisa diselamatkan.
Dari Segala Apa yang Bisa Kamu Berikan, Kuharap ini yang Terakhir
tidak ada yang salah dari caramu mencintaiku, bahkan aku pun berhasil tenggelam setiap kali angan-angan itu menggelayut dalam kepalamu. kau bicarakan seolah semua mampu kau ciptakan untuk kita. aku pun selalu senang menjawab segala pertanyaanmu agar kau tahu seapik itu kau mampu membahagiakanku.
tidak ada yang salah dengan caramu mencintaiku, kau mampu membuat segala yang sederhana menjadi hal yang paling aku syukuri. aku bahkan sangat membanggakan bagaimana kau memeliharaku sebagai kecintaanmu yang paling syahdu. tak jarang pula kenangan kecil kita datang bertamu sesekali di malam pukul satu saat aku sedang sibuk-sibuknya merapikan isi kepalaku.
tidak ada yang salah dengan caramu mencintaiku, kau berhasil membuatku merasa sangat dicintai tanpa harus membuat semua orang tahu bahwa aku sedang dicintai.
dan, tidak ada yang salah dengan caramu mencintaiku, semuanya sempurna sampai aku menyadari bahwa kau hanya melihatku sebagai dia yang tidak pernah berhasil kau ganti.
---
@nonaabuabu x @dinata22
sejenak aku lupa jika semua hal adalah sementara, hingga di satu titik yang memabukkan kau menyiram kenyataan sebagai kesadaran. saat aku sedang melambungnya, menganggap mungkin akan ada yang selamanya menetap. lalu kau pergi dan aku tak memiliki harapan apapun lagi.
maafkan aku nona, memberikan kenyataan yang pahit untukmu, kenyataan bahwa kita takkan bersama. engkau selayaknya matahari yang menerangi semesta sedangkan aku hanya tanah di bumi. bukan hanya harapmu yang hancur, tapi juga harapku.
---
@jennntms x @synanymore
Kebiasaan yang tak biasa. Kau tahu? Aku sangat membenci perpisahan, pada orang yang dengan tiba-tiba hilang, meninggalkan jejak tanpa tatapan. Pengencut memang. Kau yang sudah tahu cerita bahwa aku pernah terluka, dan saat ini kau juga menjadi orang yang membuatku merasakan patah yang kedua kalinya.
Lucunya. Kau yang memilih pergi, tapi menulis tentang patah hati. Kau yang telah menyakiti, tapi menulis tentang disakiti. Huhh, sepertinya bukan aku yang tak layak untukmu, tapi aku yang terlalu bodoh membiarkanmu menyeru pada hatiku yang ulu. Ya, aku yang bodoh. Membiarkan orang yang pandai menggunting keadaan, bersemayam dalam sanubari yang sudah menyuguhkan ketulusan.
Kita pijaki saja jalan tanpa perlu lagi saling mengkhawatirkan. Tenang saja, aku tak membencimu. Aku hanya membenci rintikan tangisku yang membuat senyummu semakin melebar. Tapi percayalah, tak akan ada lagi ruang puisi yang kutulis untuk dirimu, sayang. Karena beragam kisah yang telah tercipta telah kutebas tanpa sisa.
Kita sudah mengusahakan lebih. Nyatanya tak ada yang perlu dilakukan lagi, sebab dekat itu bukan milik kita.
Tak usahlah menimbang-nimbang luka. Aku juga punya patah, bahkan melebihi debar yang pernah kau titipkan. Maaf bila aku membuatmu merasa bodoh, juga membuatmu sesak hingga ke relung. Sebab pada akhirnya, kembali asing adalah jalan. Jalan paling tepat kala keserasian tak menemukan tempat.
Aku mengerti beragam kecewamu. Sama halnya saat kau memilih tak membenciku, padahal ada pilihan untuk membenciku dengan lebih. Tuan, apa yang bisa kita harapkan saat pertemuan tidak memihak kita, selain sepakat pada kata perpisahan? Maka, mari lupakan apa yang sepantasnya dilupakan. Semoga kelak kau bertemu dengan sosok lain tanpa ragu, tidak saat denganku.
90 notes
·
View notes
Text
Ibadah Terlama, Bukan Menikah
Menikah memang ibadah jangka panjang, tapi bukan berarti adalah ibadah terlama.
Jadi, beberapa waktu lalu aku melihat video anak-anak Palestina yang penampilannya lusuh berlumuran noda sisa peperangan. Namun sinar wajah mereka begitu memancarkan keteguhan dan keyakinan.
Sang pengambil video mengajukan beberpa pertanyaan padanya, pertanyaan khas kanak-kanak seperti:
"Siapa tuhanmu?"
Allah
"Apa agamamu?"
Islam
"Siapa nabimu?"
Muhammad, shalallahu 'alaihi wassalam
"Apa kitabmu?"
Qur'an
"Apa ibadah yang paling utama?"
Jujur, aku kaget pas denger jawaban anak-anak kecil itu ketika ditanya tentang "Apa ibadah paling utama?"
Karena ternyata, jawaban mereka bukan shalat, bukan puasa, bukan zakat, sedekah, haji apalagi menikah.
Jawaban mereka adalah, Tauhid.
Yup! Tauhid.
Ibadah paling utama sekaligus paling lama. Karena menjalaninya perlu waktu seumur hidup. Gak peduli kamu masih bujang, gadis, menikah, gak menikah, janda, duda, selama kamu masih bernyawa, selama itu pulalah kamu wajib menggenggam erat tauhid.
Eh, kamu paham gak maksudnya? Bukan, ini bukan perkara murtad gak murtad aja.
Gini, ketika kamu hidup bertauhid. Ketika kamu yakin bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Esa, yang tidak membutuhkan siapa-siapa, yang maha berkuasa atas segalanya,
Maka, ketika suatu saat nanti kehidupan kamu berada di titik terendah yang paling rendah sekali pun, kamu gak akan pernah terpikir untuk bunuh diri, untuk menyerah.
Karena kamu yakin bahwa Allah pasti akan menolong kamu, entah bagaimana pun caranya. Akhirnya kamu dipaksa ikhlas untuk melepaskan semuanya... dan hanya berpasrah kepada-Nya.
Inilah kenapa surat Al-Ikhlas (Qul huwallahu Ahad) justru isinya tentang tauhid, bukan tentang 'ikhlas'.
Karena esensi dari kata 'ikhlas' sendiri akan merujuk pada tauhid. Dzat yang tunggal. Dzat yang nasib semua makhluk bergantung pada-Nya. Dzat yang tidak mempunyai sifat seperti makhluk-Nya (beranak dan diperanak). Dzat yang tidak ada sesuatu apa pun yang bisa setara dengan-Nya.
Iya, karena hanya ketika kita berada di titik terbawah sajalah kita baru menyadari tentang betapa kecilnya diri kita. Betapa kita membutuhkan Yang Lebih Besar dari kita, yang hanya satu-satunya, yang mampu menolong kita, suatu Dzat yang lebih besar, yang tidak terjangkau oleh akal makhluk-Nya, tapi dapat menjangkau seluruh urusan makhluk-Nya.
🌸🌸🌸
Jadi, please tolong jangan lagi bilang kalau "menikah adalah ibadah terlama", dan kalau ada yang posting kata-kata kayak gitu, tolong diingetin, dikasih tau.. please... karena efeknya fatal banget..
Ketika seseorang menganggap bahwa "menikah adalah ibadah terlama", maka yang belum menikah jadi takut buat menikah. Dan yang sudah menikah tapi malah saling mendzalimi sesama, jadi takut untuk bercerai.
Padahal cerai itu halal lho. Cerai itu solusi, bukan parameter kualitas diri.
🌸🌸🌸
Ketika kita paham bahwa tauhid adalah ibadah paling utama dan paling lama, maka kita gak akan mempermasalahkan lagi kenapa seseorang di usia sekian belum menikah juga, atau apakah seseorang itu bisa membina rumah tangga atau malah gagal, karena kita tahu bahwa takdir setiap manusia itu digenggam Allah.
Menikah dan mempertahankan keutuhan rumah tangga itu perbuatan yang mulia, tapi tolong diingat bahwa kehidupan, dan planet Bumi ini, bukan hanya milik orang-orang yang menikah.
Hey, menikah bahkan gak termasuk rukun Islam?!
#writers on tumblr#kontemplasi#tulisan#female writers#self love#self worth#self care#love#pernikahan#menikah#nikah
315 notes
·
View notes
Text
Aku ingin memberimu sepucuk surat, yang penuh dengan rasa tak terungkap. Juga rasa syukur yang tak terkira. Saat kau tersenyum, sepertinya seluruh dunia ikut tersenyum bersama. Saat kau bersedih, seisi semestapun ikut bersedih. Apakah pusat semesta ada pada dirimu?
Bagaimana bisa hadirnya seorang manusia bisa memberi warna. Dari sebelumnya warna kita yang itu-itu saja. Seperti lukisan penuh warna-warni di tengah-tengah keabadian. Begitulah hadirnya engkau, seseorang yang aku cintai.
Aku suka bagaimana kau selalu bisa membuat hari-hari biasa menjadi istimewa. Cara kau tertawa membuat semua rasa khawatir lenyap begitu saja, seakan-akan kau mengatakan "dengan berdua dunia akan selalu baik-baik saja".
Terima kasih sudah bersedia mengisi bagian terpenting dari hidupku. Menyadarkan bahwa sendiri mengarungi lika-liku kehidupan tak mungkin dilakukan. Kita membutuhkan sepasang kaki yang kuat untuk membuat langkah yang hebat. Berdua dalam hal apapun akan lebih baik.
223 notes
·
View notes
Text
Jangan Sombong
Inget nggak dengan Quote Umar bin Khatab tentang ilmu ada tiga tahapan?
"Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati."
Tapi sebenernya, kita itu emang berhak sombong? Yakin kita belajar ilmu? Atau cuman berwawasan saja?
Ya namanya manusia memang ada kecenderungan sombong, misal dari harta- benda, kekayaan, atau bahkan ilmu.
Tapi coba lihat di Surat Al-Mulk : 04
"Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.
Ayat ini sederhananya ingin mengajak kita untuk mentaddaburi ciptaan Allah baik langit bumi dan seisinya yang luar biasanya sehingga timbul rasa humble di dalam diri kita.
lihatlah sekali lagi dan sekali lagi.....tanpa kecacatan.
Ciptaan Allah begitu sempurna, kita itu bukan siapa-siapa, nothing dibandingkan apa yang ada di sisi Allah. Mengingat-Nya adalah cara terbaik menghilangkan rasa sombong, apalagi hanya dengan wawasan yang sedikit.
Surakarta, 13 November 2024.
Lagi jatuh cinta sama ciptaan-Nya!
Tadabbur Al-Mulk : 04, Buku "30 Nights Make It Closser" by Quranreview
#abamenulis#quranreviewaba#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba#tadabburaba
32 notes
·
View notes
Text
Doa untuk Langit Kelabu
@jejak-aksara
Sudah lama, rintik tidak lagi berjatuhan. Hanya beberapa kali tebendung di pelupuk mata. Pura-pura tak apa, padahal ada rasa sesak yang meronta. Sesekali ditumpahkannya segala keluh kesah rintik di atas selembar kertas. Tidak berupa air mata, tetapi cinderamata sang pujangga untuk kekasihnya yang telah lama pergi jauh. Hatinya telah lama runtuh, tetapi rasa cintanya masih saja utuh.
Peluk jauh, untuk seseorang yang sudah lama tak berlabuh. Pada raga yang tidak lagi kau sebut sebagai rumah. Pada hari yang tidak lagi ramah. Serta, pada kisah yang kini telah punah.
Sesaat setelah surat ini sampai kepadamu, dalam beberapa waktu setelahnya kau tidak akan menemukan asa dan harapan dalam setiap kata yang ditumpahkannnya lewat goresan pena. Hanya doa yang bisa menjadikan cinta di dalamnya melekat dalam setiap untaian waktu.
Untukmu, langit senja yang kini berubah menjadi kelabu.
Ruang Rindu, 5 Mei 2024
39 notes
·
View notes
Text
Oktober: AMZT
AMZT bukanlah huruf acak, bukan pula pertemuan yang kebetulan. Setiap orang yang dihadirkan dalam hidup memang sudah tertulis, bahkan jauh sebelum manusia yang bertemu itu diciptakan. Takdir.
Dan aku memang menginginkannya menjadi takdirku.
Aku ingin, tapi juga bersiap atas segenap hilang.
Aku meminta, tapi juga bersabar atas setiap tunggu.
Aku berjuang, tapi juga sadar akan makna berkorban.
Aku berdebar, tapi juga merasa tenang dan lapang.
Saat dia bertanya, menurutmu hal apa yang bisa membuat kita menjadi cocok?
Kedekatanmu dengan Al Quran, secepat itu aku menjawab pertanyaanya. Dan sebanyak itu pula yang bisa kukatakan.
Surat cinta milik Allah yang membuat obrolan dua arah ini bertahan. Favoritnya, juga favoritku. Bahkan dia bilang aku adalah versi dirinya dengan dimensi yang berbeda. Aku jawab bahwa itu mungkin saja.
Mengenalnya membuatku mengingat beberapa doa yang pernah dilangitkan. Tentang orang yang ilmunya lebih banyak dariku, tentang orang yang sabar sekaligus logis saat berdiskusi denganku--sealot apapun diskusinya--, orang yang penuh rasa syukur dan mudah memaafkan, seseorang yang menjaga dan terjaga, tentang mimpi-mimpi yang tinggi.
Meski kami dengan lantang berteriak pada dunia bahwa aku dan dia menuju arah yang sama, kami juga dengan rendah hati namun tegas memberikan batas.
Kami hanyalah dua orang manusia yang sedang saling mengenal, tidak lebih, tidak kurang. Semoga Allah mudahkan dan limpahi berkah.
Terakhir, dia bilang padaku hari ini: aku memohon pada Allah untuk menyiapkan rencana (hidup) yang terbaik. Allahummabaarik.
7 notes
·
View notes
Text
untuk seseorang yang kelak akan kupanggil “mas”
Aku tidak tahu harus memulai dari mana. atau kata apa yang harus kukeluarkan di bait pertama. Semenjak tulisanku tentangmu yang kelak akan kupanggil “mas” itu dibaca dan disukai 405 orang sampai saat ini. aku kepikiran untuk menuliskan surat khusus berisi tentangmu lagi.
untuk seseorang entah di mana pun kamu saat ini, yang telah sangat kucintai bahkan sebelum aku mengetahui apakah kamu ada.
jadi, mulai dari mana kita? oh, ada baiknya kujelaskan awal mula mengapa surat itu bisa kutulis.
sebenarnya tidak ada alasan khusus, pada malam hari saat kesendirian dan kesepian menjadi temanku menghabiskan malam seperti biasa, aku seketika berpikir, “kamu, lagi apa ya?”, “apakah kamu sama kesepian denganku karena takdir yang membuat kita masih harus menunggu untuk bertemu?” atau “apakah kelak kamu sudi untuk jadi pemeran utama dalam semua tulisan-tulisanku?”
pertanyaan yang akan kutahu akan membutuhkan penantian jawaban yang lama.
oleh karena itu aku memutuskan untuk menulisnya, karena memori tak seberapa yang kupunya saat ini tidak akan cukup untuk menampungnya lebih lama.
aku akhirnya membuat sebuah surel khusus berjudul “to someone in the future”. yah, sangat alay sekali. kamu pasti akan tertawa geli ketika membacanya nanti.
aku pun sebenarnya sedang bimbang apakah surel tersebut akan kuberikan padamu kelak namun rasanya pasti akan sangat memalukan jika kamu mengetahui satu sisi mengelikan dari diriku ini.
tapi kalau sudah cinta, kamu pasti akan menerima itu semua kan?
Surel tersebut berisi bagaimana aku melalui hari, apa yang sedang kurasakan saat ini, kejadian memalukan, menyedihkan dan juga membahagiakan kubagi semua di sana.
bertingkah seolah-olah kau nyata. kita hanya sedang dipisah oleh jarak yang tidak diketahui keberadaannya.
bertingkah seolah-olah kita sedang bercengkrama dan kau fokus melihatku bercerita.
dibayangkan saja, sudah sangat indah bukan?
itulah alasanku menulis surel itu dan juga surat ini, karena hanya dengan menulis, aku bisa membayangkan hal yang belum tentu akan kurasakan di masa depan.
denganmu yang masih sebatas angan dan bayangan.
Surat pertama, 06 Juli 2023
20 notes
·
View notes
Text
Surat Untukmu
Mas!
Ini surat pertamaku untukmu, dan mungkin akan menjadi satu-satunya.
Aku sudah tahu siapa kamu, seseorang yang kunanti hadirnya bertahun-tahun sudah. Yang belum aku tahu adalah, apakah kelak Tuhan berbaik hati menali kita dalam kisah yang kuinginkan.
Saat pertama kali kau hadir di hidupku, aku begitu terganggu. Kau terlalu banyak bicara, berkomentar dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Tapi mungkin karena itu aku jadi memperhatikan, sambil gusar dalam dada “siapa sih dia?”
Kesalahanku, seharusnya tak mencari tahu. Seharusnya aku tetap tak melihat pada kedalaman hidupmu. Tidak butuh waktu lama untuk membuatku terpesona dengan bagaimana kau berpikir, bicara, bersikap juga tertawa. Meski aku tahu seberapa biasa bagimu menjadi demikian, dan aku tahu pula ada yang harus aku hentikan sebab tahu kemana muaranya.
Tapi Mas, kenapa kau tetap menyapa dengan senyum sumringah? Tak bisakah kau menduga bahwa ada jiwa kesepian yang kesenangan dengan apa yang kau lakukan? Tak bisakah kau menganggap aku tiada seperti ribuan jiwa lainnya?
Aku tak ingin menjadikanmu tokoh dalam sajak yang berisi makian. Aku tak mau Mas.
Kamu biarlah kata yang selalu aku baca, biarlah gambar yang selalu kulihat, biarlah suara yang selalu kudengar. Itu kenapa aku bentangkan ribuan jarak, menutup semua kemungkinan, agar aku tak mati dalam angan.
Namun jika aku boleh meminta, Mas, berhentilah menjadi laki-laki yang kuinginkan. Aku lelah mempertanyakan bagaimana engkau yang begitu jauh dari defenisiku soal cinta hadir sebagai manfestasi cinta itu sendiri.
Sudah kulihat hidupmu yang jauh dari hingar bingar hidupku. Sudah aku tahu ketidakmungkinan itu. Bisakah kita untuk tak pernah bersinggungan lagi, Mas?
Bahkan jika di kehidupan selanjutnya, mari untuk tak bertemu di kebetulan mana saja. Aku tak ingin meminta kemustahilan kepada Tuhan. Sebab aku tahu, bukan perempuan seperti aku yang kau inginkan.
93 notes
·
View notes
Text
Ilusi 'habluminannas'
Kupikir di level kesadaran yang lebih tinggi, itu sudah tidak ada yang namanya 'habluminannas', atau 'hablumina-elemen' (aku gak tau 'elemen' bahasa Arabnya apa), adanya hanya 'habluminallah'.
Ketika kita menyakiti manusia, artinya kita menyakiti hamba Allah.
Kita menyakiti hewan, kita menyakiti ciptaan Allah.
Kita berbuat baik pada manusia, karena itu adalah perintah Allah.
Ketika manusia menyakiti kita, artinya Allah sedang mendidik kita melalui dia.
Tidak ada sesuatu pun di dunia ini kecuali aku (sebagai hamba) dan Allah (sebagai tuhan).
Kupikir itu makna "Laa ilaaha ilallah".
Tidak ada apa pun di dunia ini kecuali Allah. Bahkan jasadku sendiri pun milik Allah. (artinya, jika aku berbuat jahat pada jasadku: males mandi, males olahraga, makan sembarangan, maka sama saja aku sudah dzalim pada ciptaan Allah)
Dan kupikir, itu juga yang menyebabkan kenapa Iblis tidak mau sujud kepada Adam. Karena Iblis masih memegang prinsip 'hablumina-elemen'.
Dia api sementara Adam tanah, untuk apa dia sujud kepada tanah?
Iblis hanya fokus pada elemennya, dia sama sekali tidak melihat siapa yang memerintah dia. Iblis tidak benar-benar memahami hakikat "laa ilaha ilallah".
Dulu aku selalu bertanya-tanya, kenapa orang-orang yang menyakitiku hidupnya tenang-tenang aja? Sementara aku kalau punya salah justru malah suka kepikiran?
Tapi jawabannya ada 2 kemungkinan:
Dia sudah minta ampun atas kesalahannya pada Allah, dan Allah sudah mengampuni dia, dan menurunkan ketenangan pada hatinya.
Allah sengaja menyesatkan dia, sehingga dia tidak merasa punya salah dan memandang indah perbuatannya.
Untuk yang pertama, berarti aku yang dzalim karena terus menerus meminta validasi bahwa aku telah disakiti oleh orang yang sudah Allah ampuni.
Sementara untuk yang kedua, itu udah gak bisa ditolong. Gimana kita mau menyadarkan orang yang memang sudah disesatkan Allah? Sedang dia sendiri selalu memandang indah perbuatannya?
Maka, benar sih, kita sama sekali gak punya kendali atas manusia lain. Habluminannas itu hanya ilusi. Justru yang nyata ada hanya Habluminallah.
Kalau di filsafat, ada yang namanya 'Stoicisme', yang intinya kita hanya harus fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Tapi menurutku, falsafah "Laa ilaaha ilallah" itu jauh lebih baik dari stoicisme. Hanya kebanyakan orang belum tahu aja maknanya.
Habluminannas adalah ide yang buruk.
Mereka membesar-besarkan dosa pada manusia, dan mengecilkan dosa pada Allah.
Padahal dosa kepada manusia adalah dosa kepada Allah juga. Dan cukuplah Allah kelak menjadi hakim yang paling adil di antara orang-orang yang bersengketa.
Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap Tuhan, siapakah yang menjadi perantara baginya?” Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab Tuhan hendak mematikan mereka. (Taurat, Kitab 1 Nabi Samuel 2:25)
Benar kata Imam Eli dalam Taurat, "Jika seseorang berdosa terhadap Tuhan, siapa yang akan jadi perantara baginya?"
Tidak ada.
Bahkan syafaat para nabi dan para malaikat pun tidak akan berguna jika Tuhan tidak mengizinkannya.
Mau tak mau, kita harus datang sendiri pada Tuhan.
Tapi bagaimana kita akan datang pada-Nya jika Dia tidak ingin melihat kita? Bagaimana kita akan datang pada-Nya, jika Dia telah mematikan hati kita?
Bagaimana kita akan datang pada-Nya, sedang kita memandang baik semua perbuatan kita? Merasa diri kita suci dari dosa? Dan malah balik menuduh orang lain yang berdosa pada kita?
Bagaimana kita bisa "merasa" punya salah, jika Allah sudah berkehendak untuk "mengunci mati" hati kita?
Benarlah kabar dalam surat Al-Kahfi,
Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Q.S. 18: 103-104)
Hidup ini ribet jika 'habluminallah' kita kurang baik.
Hidup ini akan ruwet jika kita masih memegang prinsip 'habluminannas', sebagaimana ruwetnya iblis yang masih memegang prinsip 'hablumina-elemen', hingga membuatnya terusir dari Surga yang penuh kedamaian.
Karena, ketika seseorang memisahkan antara "habluminallah" dan "habluminannas", sejatinya mereka sedang mengajarkan kita untuk mempersekutukan Allah dengan manusia. Sebagaimana iblis yang mempersekutukan Allah dengan unsur elemen penciptaan dirinya. Itu sebabnya dia terusir dari rahmat Allah.
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (Q.S Yusuf: 106)
#life lessons#writers on tumblr#female writers#self worth#tulisan#self care#self love#life quotes#love#tumblr quotes#quotes#purpose of life#life
49 notes
·
View notes
Text
137.
Surat terakhir teruntuk pemilik rambut ikal.
***
Kal, lepas kepergianmu amarah dan bara dendam tak pernah lenyap dari sanubari. Patah-patah sempat ku eja namamu di hadapan Tuhan agar semoga sakitku bisa kamu rasakan juga kelak, di kemudian.
Tak cukup sampai di situ, ku minta agar semesta tak lagi berpihak padamu di mana pun kesempatan yang ingin kamu gapai. Singkatnya aku berharap kamu kehilangan arah dan tujuan dalam mengarungi kehidupan.
Setelah lebam dan pergi yang masih belum bisa ku ikhlaskan aku memilih menjadi penjahat untukmu. Semakin menjadi jahat ketika kenyataan menunjukkan, benar, perempuan itu yang akhirnya dipilih menjadi teman seperjalanan. Maka, memaafkanmu seperti kemustahilan yang bisa ku lakukan.
Bagaimana bisa? Seseorang yang ku harap akan menjadi pendamping hidupku kini bepaling. Membayangkan hal itu saja aku tak pernah namun realitanya demikian. Aku sedang tidak bermimpi.
Kal, sehancur itu aku pernah. Memarahi diri sendiri. Menyalahkan kerumpangan diri dan berlutut agar kamu mau kembali menemani. Si perempuan ini pernah menjadi paling bodoh demi semestanya, kamu.
Bertahun ku selami penyesalan demi penyesalan itu. Berpuluh hari ku renungi di mana letak kesalahan fatalku hingga kamu melangkah pergi? Hal itu justru membuatku semakin menjadi-jadi. Aku menutup diri.
Kal, aku cukup menyesal karena terlambat melapangkan hati. Aku terlalu lama mengutuk dan tidak menghargai diri sendiri. Sampai kemudian seseorang menyadarkan bahwa kamu adalah jembatan untuk kemudian kami berawal.
Kal, jika bukan karena kehilanganmu aku tak akan sampai kepada aku di hari ini. Memaafkanmu begitu sulit tetapi hari ini aku belajar untuk memaafkan sepenuh hati sebab tidak ada kebaikan dari dendam dan kebencian yang terpendam.
Maafkan keterlambatanku perihal menyadari jika kamu pastilah memiliki alasan kenapa bisa berlaku demikian. Aku sudah merelakan mimpi dan angan yang ingin sekali ku gapai bersamamu. Aku sudah mengubur semua dongeng yang ingin ku wujudkan denganmu. Pun aku sudah merobohkan bangunan rumah yang semestinya untuk ditempati berdua.
Aku tak seharusnya mendoakan yang tidak baik walau kamu sudah berlaku tidak baik. Sebaliknya, aku seharusnya mendoakan kebahagiaan untuk jalan hidup yang kamu pilih meski itu bukanlah bersamaku.
Selalu ada pelajaran dari tiap-tiap pertemuan. Prosesnya tidak sebentar dan aku sempat kewalahan. Keikhlasan membuat keberanian datang lalu membawaku melesat dengan sangat cepat. Jika menengok ke belakang aku sudah jauh sekali berjalan mengalahkan semua ketakutan dan kekhawatiran tak beralasan.
Lepas ini, di ujung jalan sana telah ada yang menungguku. Seperti katamu, aku harus memulai kembali sedari awal. Aku berbenah, Kal, dan menyemai banyak makna. Aku sangat berhati-hati dan memintal banyak kekuatan untuk bisa melangkah terarah seperti sekarang.
Terakhir, bagaimana pun kamu dan segala kenangan adalah cerita hidup yang tidak bisa aku hilangkan. Aku senang pernah berdampingan. Kini, selamat tinggal, Ikal 🌻.
Dingin, 05.00 | 24 Februari 2023.
96 notes
·
View notes
Text
Setelah 19 tahun meninggalkan kota itu, kini ia kembali.
Kota yang menyimpan banyak kenangan bersama seseorang yang selalu menjadi pusat doanya.
Siapa sangka, kota yang dijuluki sebagai Kota Daeng itu menjadi tempat pertemuan mereka. Kendati keduanya berasal dari daerah yang sama, tapi sepertinya Makassar lebih pandai dalam menumbuhkan perasaan di dalam dada.
Surat-surat yang pernah kubaca tentang mereka itu, latar tempatnya di kota ini. Dahulu namanya adalah Ujung Pandang. Sepasang cinta itu mengikat janji dan hidup bahagia bersama kedua anak mereka di tempat ini. Sampai suatu saat, sepasang itu memutuskan untuk pulang ke kampung halaman, memboyong anak-anak mereka. Hingga setahun kemudian sepasang itu punya jagoan kecil lagi, anak ketiga mereka.
5 tahun setelah meninggalkan Kota Daeng. Pemilik Semesta nampaknya merindukan kekasih yang ia sayangi itu. Meninggalkan bekas luka yang sampai saat ini masih menganga di dalam dadanya.
12 tahun ia kerap kali membujuk-bujuk hatinya agar selalu lapang dalam menerima. Meski ia terlihat begitu kuat dengan senyum riangnya, aku tau di dalam sana ia menyimpan banyak luka-luka.
Dan sudah beberapa hari sejak kemarin, ia kembali mengunjungi tempat ini.
Mengenang di setiap sudut yang tentu saja tata kotanya sudah berubah. Dadanya sesak, matanya hangat. Tapi ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
Kota ini terlalu manis untuk dikenang hanya sendirian saja, tidak lagi ada kekasih di sampingnya.
Sejak sampai di kota ini, memori dalam kepalanya berputar dengan cepat. Seperti cuplikan film yang berganti scene sepersekian detik. Napasnya memburu. Ia mengelus dada. "Aku rindu sekali". Suaranya pelan terbawa angin. Semoga suara itu dibawa oleh udara, menembus langit. Tolong sampaikan pesan rindu untuk kekasihnya, ya. Aku bersaksi bahwa setiap malam ia selalu merapal doa agar kekasihnya tenang disana.
Dan.. untukmu.
Selamat menabung lebih banyak celengan rindu. Pulanglah dengan selamat. Disini ada jasad kekasihmu, nanti aku temani bila kau ingin mengunjunginya, ya.
Maka selagi disana, kenanglah masa-masa bahagia. Agar bila pulang nanti, hatimu bisa sedikit lega. Menyadari bahwa kau telah dicintai sepenuhnya oleh kekasihmu dan anak-anak kalian akan melanjutkan cinta yang penuh itu untukmu.
*Jangan beri tahu bundo kalau aku menuliskan hal ini, ya. Nanti pipinya basah. Hehe
8 notes
·
View notes
Text
Menurutmu, apa makna sekufu? Apakah mereka yang berada di kondisi ekonomi yang sama? Atau mereka yang topik pembicaraannya bisa menyambung dan saling melengkapi?
Menurutmu siapakah yang pantas menikah? Apakah mereka yang berada di status ekonomi yang sama? Atau mereka yang mempunyai tingkat keilmuan yang sama?
---
Menurutmu pribadi, apakah aku termasuk orang yang tak tahu malu? Mengajak taaruf seorang putri istana yang cerdas, sopan, dan berpendidikan?
Berulang kali aku mempertanyakan itu kepada diriku sendiri. Prosesku mengajak hubungan yang lebih serius dengan Fathia banyak mendapatkan komentar yang beragam dari beberapa teman-temanku. Beberapa ada yang mendukung, namun beberapa justru mempertanyakan apakah aku sudah memikirkannya dengan matang.
Dua kontras jawaban yang berbeda dari teman lingkaranku membuat aku menjadi setengah-setengah. Ingin lanjut namun ragu, tapi juga ingin berhenti tapi sayang jika prosesnya harus berhenti di tahap ini.
Mungkin ini sebabnya beberapa seniorku selalu menasihati orang yang sedang bertaaruf. Bahwa, kita harus menyembunyikan prosesnya. Segala prosesnya. Dengan siapa, sudah sampai tahap mana, dan lain sebagainya. Jika semua sudah fiks, barulah teman-teman kita diberitahu kabar bahagianya melalui surat undangan pernikahan.
Memang sesuatu yang diam-diam akan selalu memudahkan seseorang dalam bekerja. Namun nasi telah menjadi bubur. Beberapa temanku sudah tahu bahwa aku sedang menjalani proses taaruf dengan Fathia, entah dari mana kabar itu. Tiba-tiba saja mereka mengetahui kabar itu dan menanyakan kebenarannya kepadaku.
**
“Lo serius ngajakin Fathia taaruf? Gila ya emang nyali lo.” Kata temanku lantang karena kaget mengetahui bahwa aku sedang berproses taaruf dengan Fathia.
Kami sedang berada di cafe siang ini. Hanya berdua, aku dan sahabatku. Tempat nongkrong bergaya insustrial ini cukup terkenal buat orang-orang yang bekerja di daerah kami. Tempat yang cukup sepi, bersih, dan dilengkapi dengan gaya yang estetik menjadikan cafe ini pilihan bagi orang-orang melepas lelahnya setelah bekerja seharian di kantornya. Itulah alasanku disini sekarang bersama temanku.
“Ya serius lah. Emang aku pernah bercandaan ya soal perempuan? Dari dulu aku kan juga ga pernah tuh ngejalin hubungan asmara dengan siapapun. Ya itu karena aku emang nggak pernah bercanda soal perempuan.” Jawabku santai.
“Tapi maksudku tuh gini, kamu kan tau Fathia ini orang yang kaya raya. Dunia dia tuh udah yang kayak dunia berbeda gitu loh buat kita. Ya emang sih dia tuh orangnya emang humble banget. Tapi apa dia mau buat suatu hari nanti pergi naik motor bareng elu? Kan dia biasanya naik mobil. Terus, apa dia mau buat nyoba masakin di rice cooker terus makan tahu tempe yang kayak dulu pernah kita lakuin di pondok? Lu kira Fathia tuh kayak mbak-mbak santri yang serba bisa gitu?” Temanku menjawab lagi pertanyaanku dengan bertubi-tubi seperti seorang ibu yang ingin menyadarkan anaknya yang telah berbuat salah.
Iya, aku tahu bahwa Fathia memang orang yang berbeda status dengan kami berdua, tapi jika memang itu adalah orang yang cocok menurutku, mau bagaimana?
Aku juga pernah membaca tulisan Habiburrahman di Ayat-Ayat Cinta, beliau mengatakan bahwa seharusnya para lelaki tak cepat minder dengan apa yang dimiliki oleh seorang perempuan, karena kita para lelaki mempunyai teladan yang sempurna yaitu Rasulullah yang juga menikah dengan seseorang yang cantik, baik perangainya, dan juga kaya. Ketika itu, Rasulullah hanyalah manusia biasa yang tak kaya ataupun mempunyai jabatan. Meskipun begitu, kejujuran beliau telah dikenal kemana-mana hingga beliau dijuluki al-amin, yang artinya seseorang yang jujur. Sehingga singkat cerita, melihat kejujuran Nabi Muhammad ketika itu, Khadijah bertekad untuk mengajukan diri untuk menjadi istri beliau.
“Akupun seperti itu Bro, aku yakin Fathia akan menghormatiku meskipun kami mempunyai latar belakang yang berbeda. Aku yakin Dia bisa memposisikan dirinya jika memang kami berjodoh. Toh aku juga ngga mau mikir jauh-jauh apakah berjodoh atau tidak. Aku hanya fokus ke satu per satu prosesnya, memastikan bahwa tidak ada satu step taaruf yang tercampur dengan ikhtilat.” Jawabku panjang lebar menjelaskan mengapa aku memilih Fathia dan satu bab sirah nabawiyah kepada temanku.
“Ya semoga ya. Turut seneng kalau nanti elu jadi sama si Fathia. Dia adalah salah satu orang baik yang pernah aku temui juga di BEM ketika itu.”
“Ting…” Suara notifikasi HP ku berdering, kulihat nama Fathia di notifikasi whatsapp ku. Ternyata dia baru saja mengirim pesan. Buru-buru aku langsung membuka isi pesan itu, barangkali ada hal urgen yang dia butuhkan.
“Mas, aku udah ngomong Abi, katanya dipersilahkan silaturahmi ke rumah hari Selasa sore, apa bisa?”
Senang dan deg-degan rasanya mendapatkan balasan pesan itu dari Fathia. Akhirnya setelah sekian lama memendam rasa kepadanya, aku bisa menyampaikan maksudku dengan cara yang baik, yaitu kepada orangtuanya langsung. Walaupun ya disatu sisi aku agak khawatir, apakah niatan baikku ini bisa diterima keluarganya atau tidak.
Ahh mengapa aku melamun, aku harus segera menjawab pesan dia.
“Okey, Insyaallah semoga Allah memudahkan.” Jawabku singkat
Buru-buru aku menyeruput secangkir kopi yang masih tersisa siang itu, kemudian memasukkan beberapa barang-barang kedalam tasku. Degup jantungku semakin kencang, sekarang hidupku seperti berjalan diatas harapan dan ketakutan.
“Aku pamit dulu ya Bro, mau kerjain yang belum beres dikosan.”
Bersambung (2/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 2
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
76 notes
·
View notes
Text
Merencanakan Hari
Padahal, sudah jauh-jauh hari kami menanti siang ini. 'Kamu itu rindu aku, namanya' sudah terngiang di kepala berulang kali. Eh, tapi dia malah rindu air, bukan rindu saya hiks.
Kak Fatimah, terima kasih untuk cerita hari ini. Obrolan siang tadi memang sudah kurindukan lama sekali. Maaf untuk tidak jadi berenang hari ini, meski aku tau bahwa kita sama-sama mengerti.
"Kamu mau kukenalkan dengan kebahagiaanku lately, mau ga"
Misi pertama siang ini adalah makan offline di warteg. Kak, makan offline??? Iya, biasanya kan kita makan online, ya. HAH?! Ya sudah, kita ikuti saja berbagai istilahnya, perdebatan diksi antara kita memang tak ada habisnya.
Buru-buru menuju kolam renang karena (aku baru tau banget!!) perempatan depan gang akan dipakai jum'atan. Literally gelar sajadah di jalan yang kita lewatin. Biasanya sih jam 11 langsung dari kampus belum ramai ya, ternyata tadi sudah banyak orang berkumpul akan membentuk shaf salat.
Menitip tas sebentar, lalu menyusuri jalanan pasar arah pulang untuk mencari warteg terdekat. Semakin jauh, semakin tak terlihat saja kehidupan warteg di sana. Mendekati jalan utama, akhirnya kami menepi di kedai fried chiken dan wedang uwuh.
Obrolan kami sejak di jalan berpindah ke tempat yan lebih nyaman, meski bukan warteg seperti yang kita inginkan. Aku suka sekali, mendengarkan cerita satu fase penting dalam perjalanan hidup seseorang. Menggali banyak pemahaman baik untuk diterapkan atau sekadar dituliskan.
"Mas, takut kucing." wkwkw sangat perempuan, ya, cara menyampaikannya. Pindah meja berkali-kali demi menghindari kucing yang ngikut terus kesana kemari. Kita serahkan saja pada pawangnya untuk membawa kucing itu yang hanya bertahan sebentar lalu kembali lagi huft.
Perjalanan ilmu, akhir-akhir ini sangat menarik perhatinku. Aku banyak tercengang mendengarnya bercerita. Menyadari, bahwa kita sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui prasangka baik guru-guru kita.
Padahal dulu kami sama sekali tak mengerti, lalu sekarang sudah berada di titik ini. Padahal dulu esensi belajar yang melekat di kepala hanya sekadarnya saja, lalu sekarang harus menyiapkan yang terbaik untuknya. Padahal dulu senang sekali dapat nilai tinggi tanpa sibuk belajar sana sini, lalu sekarang lenyap sudah kesombongan kami.
Topik setelahnya, kritik sastra kecil-kecilan. Membahas tuan-tuan tak bernama yang akan jadi pelabuhan. Satu kata bisa lama pembahasannya. Ah, aku merasa bebas sekali di depan kata-kata.
Obrolan saat makan harus kita hentikan segera, kalau tidak akan berlanjut sampai waktu makan berikutnya.
Kembali ke House of Maryam langsung bersiap renang, menyadari waktu kami yang sempit sekali hari ini.
Aku sudah bersalaman dengan air saat tiba-tiba ada pelatih les anak yang datang membawa spanduk :) Saling berpandangan kami saat menyadari mungkin harus kita tunda renang hari ini. Hiksss masih sedih tapi gapapa, wa, Allah siapkan waktu yang lebih baik.
Untung ibunya baik hati dan pengertian sekali. Kami ditawari tetap renang atau mau naik dan uang tiket dikembalikan. Tentu saja yang kedua pilihan kami. Yaa rabb, usaha penjagaan ini semoga bernilai pahala di sisi-Mu.
Hari-hari penuh kejutan, bagaimana kita sama sekali tak bisa mengandalkan diri sendiri dalam merencanakan hari. Ada waktu yang perlu kita serahkan saja, akan ke mana Allah memperjalankan langkah-langkah kita.
Masih ada hari sial di hidupmu? Sesungguhnya itu hanyalah hari-hari yang kau belum temukan surat cinta-Nya.
Akhirnya kami pulang masing-masing. Masih retak sedikit tidak jadi berenang dan sudah kepalang basah meski kepala masih kering :)) Tapi tetap tak merasa sia-sia setelah obrolan makan tadi yang sebenarnya masih kurang waktunya.
Pada hari-hari esok, mari kita terus merencanakan kebaikan yang akan menuntun kita pada kebaikan-kebaikan lainnya.
Jakarta, 02 November 2024 // @kphpdraisme
6 notes
·
View notes
Text
Mei: Cahaya yang Baik
Membahas soal cahaya, aku teringat dengan @littlethingsaround yang hampir selalu membaca ayat tentang cahaya di atas cahaya setiap kali kami sholat berjamaah. Sesuka itu dia dengan potongan surat An-Nur ayat 35. Aku pun ikut menyukainya karena memang itu adalah ayat yang sangat indah.
Masih tentang cahaya, ada momen yang terulang beberapa kali saat aku mengaji bersama teman-teman. Seseorang yang selalu mengingatkan untuk berdoa dengan sebuah doa yang menyebut tentang cahaya di dalamnya.
Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (Q.S. 66 : 8)
Sedikit cahaya saja sudah sangat indah, bagaimana dengan cahaya yang sempurna?
Aku juga bisa dengan mudah tersenyum setiap kali mendengar lagu Cahaya - Tulus yang @fitrihasanahamhar berikan padaku sebagai sebuah hadiah. Bahkan dari sekian banyak hadiah yang pernah dia berikan, hadiah kecil yang satu itulah yang menurutku paling istimewa. Terlebih dia juga bilang: just wanna to say same things kalau kamu juga sangat berharga, seperti cahaya ❤️
Ya, cahaya.
Sebuah eksistensi yang dengan kehadirannya gelap tidak lagi dapat disebut gelap. Tanpa perlu membuat terang seluruhnya, hanya dengan satu garis cahaya saja atau sesederhana cahaya dalam bara api, gelap sudah tidak lagi berdaya.
Sebuah bentuk satuan kecepatan yang sangat tinggi untuk menghitung jarak benda-benda langit.
Sebuah makna yang berkaitan erat dengan petunjuk hingga An-Nur disandingkan dengan Al-Furqan yang artinya Pembeda.
Karena dengan cahaya kita bisa mengenal eksistensi yang lainnya. Karena dengan cahaya malaikat diciptakan. Karena bagiku cahaya adalah kebaikan.
Di bulan ini, aku dipertemukan dengan sebuah cahaya yang benar, tapi aku lebih suka menyebutnya dengan cahaya yang baik. Cahaya yang tidak hanya benar tetapi juga baik karena disampaikan dengan cara yang lembut. Yang bahkan berhasil membuatku canggung dan malu karena belum mampu membalas kebaikannya dengan cara yang sama.
Sebuah cahaya yang dalam bentuk sempurnanya dapat membuatku tertegun saat pertama kali membacanya. Sebuah cahaya yang terpancar melalui kata-kata yang mendamaikan dan mampu bercerita dengan sendirinya tanpa perlu banyak bicara.
Allah, untuk kali ini saja, semoga, semoga, dan semoga. Aku berharap cahaya yang baik itu tidak berhenti berdoa, selayaknya aku yang terus memintanya dalam doa untuk mengenal, mendekat, hingga berpadu menjadi satu dengan nama-Mu.
13 notes
·
View notes