#sajakhujan
Explore tagged Tumblr posts
barisandiksi · 2 years ago
Text
HUJAN
Entah ini sebuah kebetulan atau bukan. Tapi hujan selalu turun disaat yang selalu ada pergi begitu saja. Apakah ini adalah bentuk kasih sayang semesta pada jiwa yang lemah akan rasa -sepertiku, dengan mendatangkan hujan yang melankolinnya sungguh meneduhkan? Atau gemercik air hanyalah penambah riuh terhadap rasa yang sedang bergemuruh?
Aku tidak bisa membenci hujan hanya karena satu kepergian, meski sekarang datang kepergian 'tuk yang kedua kali. Aku harus tetap menikmati hujan, meski setiap rintihannya mengingatkanku kembali kepada setiap jengkal rasa yang pernah kudera. Aku harus tetap percaya bahwa hujan adalah anugrah dari Sang Pencipta kepada kita para penghuni semesta.
Karena pada kenyataannya, aku memang bukan sang pengendali hujan yang bisa semauku menurunkan dan memberhentikannya. Akulah yang harus belajar tegar, terhadap segala kondisi. Akulah yang harus segera berdamai, dengan segala luka. Akulah yang harus menjadi lebih kuat, untuk menghadapi berbagai macam rintangan kedepannya.
2 notes · View notes
ujangrusmana · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Suasana pagi yang dingin. Aspal masih basah, baru saja hujan sekitar Sarinah. Sangat deras bikin lemas, namun jiwa pantang menunda. Hari ini, harus pulang bersua adinda. #jakartakecianjur #pulangkampung #jakarta #cianjur #hujanpagi #sajakhujan hujan (at Jakarta, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CoyeZ3HJPQH/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
ruang-bising · 3 years ago
Text
Tentang Ayah
Tumblr media
"Ada manusia yang paling ingin aku peluk,
Tapi aku malu,
Tidak juga malu sebenarnya,
Hanya angkuh sebagai lelaki dewasa." Kata Iksan skuter dalam lagu "Ayah" nya.
Ayah, wujud pengorbanan dalam tindakan, Cinta dalam diam, Kasih yang senyap tak terucap
"Laki-laki gaboleh gampang ngeluh" ucapmu dahulu ketika aku masih kecil. Yang dibuktikan dengan dirimu yang selalu ingin tampil gagah didepan anak lelakimu ini.
Ayah; sosok pengagum dalam sunyi.
Darimu aku tahu, ketiadaan ucap tak pernah mewakilkan rasa yang seolah selalu mendekap, sebab kata terlalu miskin untuk mewakilkan rasa.
Saat duniaku dilanda gemuruh, pun engkau seolah terlihat acuh, padahal aku tahu; diam-diam engkaulah yang paling gaduh bertanya "ada apa?" pada ibu.
Ayah, terkadang diam-mu dan egoku untuk mengajakmu berbicara membuat dadaku seolah terasa memar. Aku tahu, engkau rindu aku yang dulu, keadaan yang dulu, akupun. Di dalam diam-mu aku tahu, bahwa engkau telah cukup yakin bahwa anak lelakimu ini telah dewasa, telah mampu menentukan tujuan hidupnya sendiri.
Tapi perlu engkau ketahui, Yah, aku terkadang benci menjadi dewasa; menyadari bahwa di usiamu yang semakin senja, aku masih menjadi pribadi yang biasa-biasa saja.
Yah, perlu engkau ketahui, aku tak pernah benar-benar dewasa, tak pernah. Aku tetaplah anak-anak; yang butuh bahu 'tuk bersandar, tangan yang membimbing, telinga untuk mendengar keluh, yang sering merindu tatkala jauh dari rumah.
Ayah,
Dirimu terhias pengorbanan dan kesabaran, dibalut dengan luka yang sukarela.
Lantunan do'a kusampaikan sebagai pengobat rindu.
87 notes · View notes
envirainy · 3 years ago
Text
aku yang dianggap luconan, atau juangku yang tak pernah dilihatkan. aku yang tak mengerti, atau aku yang dibuat mati.
9 notes · View notes
diksimelancholic · 4 years ago
Text
Tumblr media
DARI RINTIK
Banyak yang perlu disadari dari apa yang sudah terlewati. Dari rusaknya raga hingga jeritan emosi yang tak sempat diperbaiki. Rasanya sakit, pedihnya terasa hingga ke dalam naluri. Naluri yang menelisik berkata, sejauh mana si raga bisa diobati ?
Sebelum tertidur, terdengar rintik dari luar yang aku kira itu teman tidur yang mampu mendengar. Mendengar segala bisu yang sempat tertahan, yang tak sempat diceritakan ke dunia luar. Hanya orang terpilih yang bisa tahu yang membalur memberi ketenangan yang ia berikan.
Seperti selalu memberi nada yang tenang, suaranya yang selalu dirindukan. Bahkan saat kebisingan datang, rintik meredakan. Meredam semua yang tampak membuat bising. Yang membuat asing ia tutup dengan nada yang apik. Sehebat itu, rintik membuat raga menjadi lebih baik terlebih saat malam menyergap. Mendukung untuk memberi ruang bagi raga yang jiwanya sedang tenggelam.
AIR
Aku hanya air yang menusuk bumi
Berikan aku izin jatuh
Berikan aku ruang agar keadaan subur kembali
Bukannya tanah kering, setelah aku tiada?
Bukannya rasa sesal datang, setelah ia pergi juga?
Atau aku datang tak merasakan apa-apa?
Aku hanyalah air yang diabaikan
Kau lupakan secara perlahan
Padahal kau tak tahu aku sanggup menenangkan
Aku bisa, semampuku menahan yang dirasa membuatku terganggu
Bahkan bisa meluapkan egoku sebisa yang aku mampu
Dan sewajarnya akan aku perlihatkan kepadamu
Bagaimana cara aku mengabaikanmu
Selebihnya aku mampu
Diiringi suara rintik, raga mengingat kembali suatu obrolan. Seseorang bertanya, "Kenapa kamu diam?". Lalu orang di sampingnya menjawab, "Aku bisa bicara dan bicara secukupnya saja." Yang bertanya tertegun karena baru tahu jawaban dari orang yang disampingnya. Segala sesuatu yang kita ucapkan namun berlebihan dan tak ada artinya hanya merusak perkataan yang dilontarkan. Hanya orang tertentu yang bisa mengendalikan tentang bicara yang secukupnya.
Hujan sudah mereda, rintik yang terdengar sudah hilang bersamaan dengan timbulnya keheningan yang mendalam. Sesuatu yang membuat takut terjadi, takut terjadi lagi. Sesuatu yang lama hilang takut datang kembali. Takut merusak yang sudah diperbaiki dari hari ke hari semakin menjadi. Menjadi sulit mengendalikan lagi.
Lalu raga tarik napas lagi, memulai mengendalikan apa yang sudah hampir merusak diri. Jangan terulangi lagi, jangan sampai menyakiti diri sendiri lagi. Masih banyak harapan yang harus ditanam, masih banyak rasa yang harus ditumpahkan kepada orang yang berhak untuk menerimanya.
Ia sudah pergi bersamaan dengan aroma hujan yang menguar ke dalam rongga hidung. Menghirup aroma baru, memberikan angin baru ke dalam raga bahwa saatnya menerima. Menerima keadaan yang nggak sesuai yang diinginkan. Disinilah awal mula rasa syukur terjadi. Semakin menikmati semakin sadar hanya orang terbaik yang akan memberikan kesan baik dalam kehidupan kita.
Dari rintik,
Sejak turun aku menunggu orang-orang mulai bercerita. Tentang apa yang dirasa. Tentang segala yang tersimpan rapat. Mereka bercerita dengan air mata berurai. Tak seorang pun dapat mendengar. Tak seorang pun. Namun, hanya aku yang dapat mendengar.
---Masihkah kamu bercerita saat rintik hujan turun, pernahkah?
6 notes · View notes
gitaromadhona · 5 years ago
Text
aku membaca hujan yang resah
lembar-demi-lembar
membiarkan matahari menelusup masuk
menyiulkan lagu tentang daun-daun yang bingung
"ajari aku cara menerka musim"
aku membaca hujan yang resah
sudah berhari-hari
tak mampu lagi menggerimiskan rahasia
; seperti biasanya
aku membaca hujan yang resah
--begitu resahnya
"bagaimana cara sebenarnya agar bisa menerka musim?"
11 notes · View notes
hennapaste · 5 years ago
Text
Puan, kalau tak bisa ke ujung kota hari ini, tak apa. Biarlah Puan di rumah saja. Tenangkan hati, nikmati, redakan segala emosi. Saya tahu usaha Puan begitu keras agar bisa mencintai hujan seperti orang orang, tapi kalau kali ini tak bisa lagi, tak apa. Biarlah Puan istirahat saja.
Kenangan itu, mungkin akan selalu diputar ketika hujan datang, bersama sakitnya, bersama pilunya, bersama suka citanya. Hati Puan pun, mungkin akan selalu dipenuhi sesak.
Puan butuh waktu. Tenanglah.
Ketika penerimaan telah menguasai hati dan logika, Puan pasti akan mencintai hujan seperti orang orang~
2 notes · View notes
cakrawalapemuda-blog · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Alam berbisik kepadaku tentang kerinduan fajar melalui angin yang berhembus syahdu di ujung malam. Semoga hari esok selalu lebih baik dari hari ini. . Follow @dhaanel . #sajak #sajakrindu #sajakcinta #sajakmalam #sajakdetik #sajakindonesia #sajakhujan #sajakpatah #sajakhati #rindusahabat #rindukamu #katacinta #untukkamu https://www.instagram.com/p/B7oI023lUZw/?igshid=1moiwhfivh51y
2 notes · View notes
dimensihujan · 5 years ago
Text
Sembunyi Hujan
Sudah sekian masa,
rinduku pada hujan kuat menggema,
di balik layunya dedaunan dan bunga-bunga.
Imajinasiku berjalan ke arah awan,
membawaku kepada nyanyian hujan,
menari aku dan pohon-pohon besar, kita berpelukan.
Aku pun kembali menyadari,
aku seharusnya sembunyi,
menikmati hal berarti kala menanti,
di sepanjang hari yang membawa hujan sembunyi.
18 Juli 2019
5 notes · View notes
chung-dhiro · 5 years ago
Video
. #andry_chung Dirgahayu Indonesia Ku yang ke - 74 17 Agustus 2019  Semoga semakin jaya Menuju Indonesia Unggul aku harus kuat:) • • • ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ • • • #literasi1menit#Quoteoftheday#MelodyDalamPuisi#Panjiramdana#sajakrindu#hijrahcinta#quote#sajakhujan#hijrahquote#puisi#merdeka#puisisenja#sajakrindu#17agustus#dirgahayuindonesia#jancukers#literasi30detik#sajak_detik#sajak#ruangdetik#sajakluka#ruangrindu#sajakkata#indonesia#dagelan#instagram https://www.instagram.com/p/B1PiVKZgwZI/?igshid=3u995v3uo5ra
1 note · View note
tapakkucing · 6 years ago
Text
Sepaham dengan hujan,
Kata temanku
Ia berbicara tentang bagaimana caranya menikmati dikala hujan turun dengan derasnya.
Ia bisa membeli molen pisang yang sering ia sebut kepompong dan dipadukan dengan secangkir besar kopi instan panas.
Ia tak pernah menyalahkan hujan turun, walaupun ia sering sekali basah kuyup dijalan karena hujan datang tiba-tiba.
Menikmati waktu dikala hujan turun, katanya.
Sendiri tidak masalah, asal mereka tidak mengusik bahagianya.
Pacitan, 21 Januari 2019
@hannaabii
14 notes · View notes
ruang-bising · 3 years ago
Text
Pada Pohon, Daun, dan Udara Kita Belajar
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
“Pada Pohon, Daun, dan Udara kita bisa belajar”
 Weekend terakhir di bulan ini sekaligus yang paling ku tunggu; menikmati Autumn berlatar Gunung Fuji
Adzan berkumandang dari ujung kawasan wisata disini, masjid satu-satunya. Aku terpaksa harus berjalan kaki 15 menit dahulu agar sampai kesana, batinku. Masjid yang tidak terlalu besar, tetapi memiliki model arsitektur yang modern, lebih mirip kafe-kafe mewah ibu kota kita bahkan jika dibandingkan.
Waktu melesat cepat, 3 tahun sudah kehidupanku berlanjut labuhannya di negara yang penduduknya termasuk salah satu yang paling prduktif di dunia, workaholic
Kulepaskan sepatuku, tatkala sampai di pelantaran masjid, bersiap mengambil wudhu’. Imam mengumandangkan takbir pertama sesaat setelah wudhu’ku selesai, buru-buru ku ikuti dia. ‘kapan terakhir kali aku merasakan kenikmatan beribadah? Tak taulah, kota ini begitu sibuk, mungkin pula orang-orang beribadah hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja, tapi siapa peduli?
Selang beberapa saat imam mengucap salam, dengan tetiba berlarian memisahkan diri dari shaf menuju ke pojok masjid, sekelompok anak kecil, kemudian membaca mushaf Al Qur’an. ‘kapan terakhir kali aku mengaji? Tak taulah, mungkin ramadhan kemarin setelah aku gagal mengkhatamkannya, mungkin pula debu telah menutupi mushaf tersebut. Kota ini begitu sibuk, tapi siapa yang peduli?
Kau tau? Anak kecil tersebut melantunkan ayat-ayat keagungan tersebut dengan khidmat dan merdu, tersentuh hatiku mendengarnya, astaga, merdunya, melesat menusuk ke sanubari menghancurkan segala keangkuhan. Lantunan merekalah yang akhirnya menggerakan hatiku untuk membuka Mushaf Al-Qur’an di gawaiku. Kupilih acak daftar surat, konon katanya ketika kita memilih ayat secara acak maka itulah yang relate dengan kondisi kita. kubaca demi huruf, baris demi baris, ayat demi ayat. Pada akhirnya aku menyerah setelah berkutat 10 menit dengan kitab suci tersebut, terhenti persis pada ayat 101 surat yunus, kubaca artinya “katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi, tidak berguna itu semua dan para Rasul pemberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman!”
Pagoda Curheito, tempat terindah di kota ini untuk menikmati Autumn berlatar Gunung Fuji. butuh 30 menit perjalan yang lumayan menanjak untuk sampai kesana. Seperti yang kusampaikan tadi, hari ini Weekend; banyak kutemui muda-mudi berlalu-lalang, bahkan pasangan tua pun tak kalah banyak, mengenang masa lalu mungkin. bagi orang sini, salah satu cara terbaik untuk menunjukkan rasa sayang yaitu dengan mengenang masa lalu.
astaga, kapan terkahir kali aku jatuh cinta? Entahlah, mungkin saat itu; saat perasaan itu dipaksa gugur, bahkan saat musim semi sedang mencapai puncak keindahannya, dipaksa menyerah pada kenyataan bahwa ‘dia’ lebih memilih jalan ‘perjodohan’ dari orang tuanya, suatu adat yang masih dipegang kuat oleh orang tua kolot disana. Kenyataan yang mungkin belum bisa kuterima hingga saat ini; yang mungkin pula makin membulatkan tekadku untuk melanjutkan labuhan hidupku di kota ini, Yamanashi, Jepang.
Hanya butuh 15 menit bagiku, untuk sampai ke Pagoda curheito, Hemat setengah waktu perjalanan. Wajar saja, aku dahulu penggiat alam, sebulan saja bisa 2 sampai 3 gunung kudaki, tak sebanding dengan trek wisata seperti ini.
terlihat muda-mudi berlalu-lalang, beberapa berfoto-ria, banyak pula pasangan tua yang duduk manis dibangku taman, berpegang erat khidmat, seolah itu adalah kebersamaan yang terakhir.
 Kapan aku akan jatuh cinta lagi? Entahlah, akupun tak begitu mempedulikannya apakah aku akan jatuh cinta lagi atau tidak. Sudah tebal kuping ini ditanya beribu pertanyaan dari orang tuaku di seberang sana “kapan mau nikah?” atau sindiran tentang anak tetanggga yang telah banyak menentukan pasangan hidupnya. Bahkan, pamanku; yang satu atap dan mengurus hampir seluruh keperluanku di sini pun kerapkali gencar ingin memperkenalkanku dengan anak tetangga.
Tapi aku adalah aku; yang sejak 3 tahun lalu terlalu apatis dalam hal-hal yang berbau romantis, hal-hal kasmaran, atau yang berbau cengeng. Meskipun dibalik sikap apatisku kepalaku selalu bising tentang optimisnya aku akan menemukan sosok penggantinya tapi setengah hatiku pun menggubris bahwa ia belum sepenuhnya sembuh. Terlalu hipokrit mungkin.
 Angin menerpa wajahku, Gunung Fuji berdiri tegak nun jauh disana. Autumn yang sempurna, pikirku. Daun Maple dan Ginko pun kembali berguguran disini dengan warna orange kecokelatan indahnya. Aku menikmati semuanya, meski dengan sedikit perih di dada.
Segerombolan anak kecil berlarian di depanku, salah-satu dari mereka menabrakku, “Gomenasai!” (maaf!), aku mengiyakan. Ternyata anak yang tadi di masjid. Kembali kunikmati pemandangan sekitar, menghirup udara dalam-dalam sambil sesekali mengambil foto. Mungkin karena kemunculan segerombolan anak kecil tadi yang mengusik ketenanganku, dengan tetiba aku teringat ayat terakhir yang kubaca tadi.
“katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langi dan bumi, tidak berguna itu semua dan para Rasul pemberi peringan bagi orang-orang yang tidak beriman!”
“Perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi” terus bising di kepalaku. Kuperhatikan Pohon Maple dan Ginko yang kembali kehilangan daunnya. Kata seorang teman pun menatap pohon mengajarkan kita kekuatan. Kutatap pohon maple tersebut dengan tatapan penuh kagum, sebab, bagaimana mungkin ia tetap dapat berdiri kuat, sementara melihat dedaunan yang selama ini ia pertahankan justru pergi kemudian meninggalkan?
Kutatap daun maple yang berguguran di terpa angin; daunnya yang mungkin sedikitpun tak pernah membenci angin yang membuatnya berguguran jatuh, tanpa keluh, meskipun ia telah berjuang dengan peluh.
“Perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi” Inikah cara Tuhan mengajarkanku menjadi kuat?
“Kuat itu sepeti pohon dan daun” celetukku dalam hati.
Kembali kunikmati pemandangan sekitar, menghirup udara dalam-dalam
“Ikhlas itu seperti udara, tak pernah terlihat, namun selalu ada. Ternyata persepsiku keliru selama ini. Cinta menjadikan kita kuat dan ikhlas” lanjutku.
Bukakah begitu?
15 notes · View notes
envirainy · 3 years ago
Text
rasanya aku diujung kebingungan dikelilingi keputusasaan mencari cara mengungkapkan apa yang tengah dirasa karena ku merasa ketikan tak cukup mengatakan tak mencakup menceritakan tak membuat semua dapat tersampaikan muak rasanya dengan kondisiku muak rasanya aku merasa tak berdaya aku di ujung kekesalan tak menemukan hal yang dapat dilakukan
9 notes · View notes
andenee · 6 years ago
Text
Untuk kamu yang storygram nya bukan tentang saya lagi.
Semoga dia yang sekarang memenuhi storygram mu.
Tidak hanya ada pada 24 jam storygram mu.
Melainkan, akan selalu ada di setiap harimu, di setiap lelah mu, senang mu.
Semoga dia benar-benar perempuan yang menjadi akhir titik juang mu.
Semoga.
- Doa ku di kala hujan di hari Jum'at, yang kata nya doa saat-saat hujan adalah doa yang mustajab.
4 notes · View notes
itspouringwords · 6 years ago
Text
bukan hujan yang kemarin
hari ini hujan deras
hingga ku tak mampu mendengar hiruk pikuk jalanan yang macet
oksigen memang tak pernah habis
aku hanya berhenti menghirup oksigen beberapa detik saat mataku mulai menelusuri ruangan itu
aku memang tidak berharap hanya saja kupikir hujan akan membawanya kemari
iya kemarinpun hujan
karena itu kami bertemu
kupikir kami mengikuti petunjuk dari hujan bahwa kita harus bertemu
bintang memang memiliki sinarnya sendiri tapi kami lebih memilih hujan
disaat langit gelap
bintang tak mampu menyinari jalan kami
kami tetap berjalan dibawah rayuan tetes air hujan
hujan memang suka begitu mempertemukan orang dengan seenaknya
atau mungkin kita sama-sama merindu untuk bertemu?
2 notes · View notes
aisyahgis · 6 years ago
Text
Mari Sini, Duduk Bersamaku
Tumblr media
Sama seperti pagi biasanya, kabut pekat berhembus dari timur laut. Sembari menahan kepal tangan yang gemetar, secangkir teh kuhirup dengan tenang.
Aku suka cuaca abu-abu. Setidaknya, wajahku tak butuh berpura-pura lagi. Padanya banyak tersisa cela untuk rahasia yang tak bisa kuceritakan pada satu debu pun.
Kau, bagaimana pagimu? Adakah matahari bersinar disana?
Aku bermimpi, suatu waktu keramaian akhirnya pecah menjadi sunyi. Ditelannya seribu jeda yang menghadirkan pertemuan kesekian. Sebatas tatap dengan seutas senyum. Tak perlu kata, tak butuh sapa, sebab kita sama-sama pandai menerka, tiada satu pun yang berubah di hati sana.
Kau masih dengan ketangguhanmu, sesuatu yang tidak bisa ditebak dan tak mudah difahami. Dan aku, akhirnya terselamatkan dari jalan yang tak membuatku lebih baik. Kita mungkin tidak lebih hebat, tapi kita telah lebih teguh dari sebelumnya.
Sejauh engkau beristirahat, apa yang telah aku lewatkan? Mari sini, secangkir kopi siap kuhidangkan. Di jatuhnya pandangan pada gerimis menuju senja, aku ingin menuliskanmu beribu-ribu kali banyaknya.
Selagi langit masih memanjakan keluh kita, setidaknya apa yang terjadi akan membuat langkahmu lebih kokoh dan hatiku lebih tangguh.
Mari sini, duduk bersamaku. Pada rumah yang telah kau bangun di tepi bukit itu. Menunggu senja habis, kalau ku keburu mati, makamkan aku di sisi pinus-pinusmu..
16 notes · View notes