#saat hujan
Explore tagged Tumblr posts
Video
youtube
Seperti kalimat klise yang sering kita dengar, hujan itu 1% air 99% kenangan. Ia datang bersamaan dari uapan air danau/sungai/laut yang juga beriringan dengan kekhawatiran. Seringkali menghantarkan imaji liar pada kenangan masa lalu yang kelabu serta masa depan dengan berbagai pemikiran random tak berkesimpulan. Seperti mesin waktu yang mengajak terbang jauh, jauh, jauh, di khayalan. Maka larangan melamun saat hujan adalah agar tidak mengizinkan pikiran melanglang buana tak karuan. Tapi, hujan memang begitu, rintiknya selalu berhasil menciptakan cerita dengan alunan berisik yang menenangkan.
Sudah mulai memasuki musim hujan | 19 hari menuju 2024
5 notes
·
View notes
Text
Rumah Warga Pejagoan Tertimpa Pohon Randu Saat Hujan Deras
PEJAGOAN, Kebumen24.com – Sebuah pohon randu besar roboh dan menimpa rumah warga di Desa Kuwayuhan, Dusun Taleban RT 01 / RW 03, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, pada Minggu, 3 November 2024, sekitar pukul 15.00 WIB. Pohon tersebut tumbang akibat hujan deras yang disertai angin kencang sehingga tanah tidak mampu menahan beban pohon, mengakibatkan atap rumah Budi Santoso mengalami kerusakan. Continue��
0 notes
Text
7 Tips Berkendara Saat Musim Hujan yang Aman dan Selamat
7 Tips Berkendara Saat Musim Hujan yang Aman dan Selamat. Negri ini terkenal dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Dimana semua orang harus memastikan untuk berhati-hati saat berkendara. Salah satunya adalah musim penghujan yang diwarnahi dengan petir, angin, dan curah air hujan yang tinggi. Lalu seperti apa cara berkendara yang…
#Bagaimana Cara Menangani Banjir Yang Melanda Jalan Raya Saat Berkendara#Bahaya Berkendara Saat Hujan#Membawa Mobil Saat Hujan#Tips Berkendara Motor Saat Hujan#Tips Saat Hujan
0 notes
Text
Tips Olahraga Saat Musim Hujan Supaya Tetap Bugar
Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara rutin, baik secara fisik maupun mental. Olahraga dapat membantu Anda untuk menjaga kesehatan, meningkatkan kebugaran, dan mengurangi stres. Namun, saat musim hujan tiba, terkadang olahraga menjadi tantangan tersendiri. Kondisi cuaca yang tidak menentu, seperti hujan deras dan angin kencang, dapat membuat Anda enggan untuk…
View On WordPress
0 notes
Text
Menarik Diri dari Kehidupan
Akhir-akhir ini merasa lebih tenang, memang masih ada gelisahnya tapi tidak secemas sebelumnya. Mulai merasa nyaman dengan tidak banyak berinteraksi dengan gawai, tidak cek sosial media, dan fokus dengan alam pikiran dan diri. Di tengah-tengah arus setiap orang ingin mengenalkan dirinya ke publik dengan berbagai macam branding. Justru mulai merasa nyaman ketika tidak dikenal siapapun. Proses ini memberikan refleksi yang sangat banyak. Bahkan saat tulisan ini ditulisa di jam 2 pagi, hikmah itu masih belum berhenti mengalir rasanya. Di saat arus kehidupan seolah menuntut kita untuk dikenal dengan ini dan itu, di saat yang sama banyak sekali kehidupan yang berjalan di tempat-tempat yang jauh yang tak kita kenal, di desa, di dalam gang, di tumpukan gedung-gedung, di jalanan, dan lain-lain. Orang-orang yang bekerja untuk kehidupannya, tidak dikenal siapapun, tapi hati mereka dicukupkan dengan ketenangan, mereka tidak takut miskin, mereka tidak dikhawatirkan dengan hujan yang deras diperjalanan karena tidak memiliki mobil, tidak bingung dengan AC yang mati karena mereka memiliki rumah untuk berteduh. Hati mereka dilapangkan dengan rasa cukup. Sementara sebagian kita gelisah dengan gaji yang cukup besar, apakah nanti cukup untuk ini dan itu. Bahkan di alam bawah sadar kita, kita dihantui ketakutan akan kemiskinan dan terus merasa kurang.
Di saat kita berpikir bahwa kita harus terus menerus bekerja untuk bisa menumpuk harta, memiliki uang yang cukup, kemudian nanti bisa memiliki lebih banyak kesempatan dan waktu luang. Ada orang-orang yang ditempat jauh dan tidak kita kenal. Di sebuah desa, di dalam kontakan, di pesisir pantai. Mereka yang memilih jalan untuk mengabdikan dirinya, memilih jalan yang tidak ada gegap gempita dan hitungan uang yang bisa membuat mereka kaya raya seperti tujuan yang sedang ingin kita capai. Mereka memilih jalan untuk mengajarkan ayat-ayat Tuhan di surau-surau yang lapuk, mereka membantu orang-orang yang tidak mereka kenal, dan banyak lainnya.
Di saat kita merasa bahwa kita harus sangat keras dengan diri kita sendiri agar kita bisa mencapai mimpi-mimpi, membuktikan diri ke orang lain yang meremehkan, menunjukkan bahwa kita ada dan layak diperhatikan. Kita lupa bahwa akhirnya tidak ada orang yang lembut dengan diri kita, karena satu-satunya orang yang kita harapkan bisa bersikap lembut ternyata sama kerasnya, ialah diri kita sendiri. Hingga akhirnya diri kita pun menjadi orang yang sama kerasnya ke orang lain, menjadi lingkaran setan yang tak berujung.
Kini kita sama-sama dewasa, melalui jalan yang kita pilih sendiri-sendiri. Tapi, apakah kita mau berpikir sejenak pada apa yang sedang kita jalani? Apakah benar tidak ada hal yang harus dikoreksi? Jika jalan ini sangat menggelisahkan, apakah kita mau menjalaninya seumur hidup? Sepenting apakah tujuanmu sehingga di saat ini, bahkan kamu tidak pernah bersikap lembut ke dirimu sendiri? Apakah kamu yakin bakal ada umur untuk sampai ke tujuanmu? Kapan terakhir kamu berwelas asih sama diri sendiri? Orang yang selama ini hidupnya begitu keras.
430 notes
·
View notes
Text
Bila Akhirnya Puisiku Mati
Bila akhirnya puisiku mati, temukan aku di langit biru yang menghiasi kotamu pukul dua belas siang, saat matahari tepat di atas ubun-ubun. Aku tak lagi pagi yang hangat, senja yang menenangkan dan malam yang senyap. Aku telah menjadi apa yang kau benci dari segala musim.
Bila akhirnya puisiku mati, relakan aku sebagai air yang mengalir menuju muara ketika bandang tiba. Aku tak lagi sebening telaga, seberisik hujan dan semurni air mata. Aku telah menjadi apa yang paling bebas dari semua dahaga.
Bila akhirnya puisiku mati, kau tak perlu mencari sebab-sebab yang jelas maknanya; aku berhenti jatuh cinta.
193 notes
·
View notes
Text
IBU DEWI YANG BERJILBAB
Sebenarnya aku tidak pernah berpikir sama sekali kalau aku bisa melakukan hubungan seks dengan wanita berjilbab seperti Ibu Dewi tetangga sebelah rumahku, namun apa mau dikata Nasi sudah jadi bubur dan bubur itu dimakan olehku sendiri. Singkat ceritanya begini.
Namaku Budi, aku tinggal disebuah perumahan yang saling berdempetan dan aku mempunyai tetangga yang bernama Ibu Dewi, orang berjilbab dan sesudah memiliki dua orang anak dan anak yang paling besar masih duduk disekolah 6 SD yang paling kecil duduk disekoalh SD kelas 4, sedangakan suami Ibu Dewi bekerja disebuah perusahaan pertamina sebagai karyawan dibagian lapangan. Dan hampir sering bertugas diluar kota.
Setiap hari Ibu Dewi ini sering berpenampilan memakai jilbab dan pakaian tertutup, boleh dibilang wanita yang sangat muslim dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.
Suatu Ketika suaminya sudah berangkat kekantor dan aku sendiri masih dirumah dan belum berangkat kerja dan pintu rumahku sudah posisi terbuka menikmati susasan dinginya pagi yang semalam habis diguyur hujan.
“Mas Andreee….andreee”, Ibu Dewi memanggil dari sebelah rumah.
Karena hari itu aku masih malas-malasan dikursi disofa kamar tamu ketiduran karena menikmati dinginya Susana pagi, aku mendengar sedikit ada yang memanggil “Mas Andree…Andree, Ibu bisa minta tolong bisa??”, ujar Ibu Dewi dari luar tapi karena mungkin rasa ngantuku masih malas untuk bangun maka Ibu Dewi segera pelan-pelan berjalan masuk kedalam rumahku dengan pintu pagar yang tidak pernah aku kunci dan Ibu Dewi masuk.
Begitu ku dengar ada suara pintu pagar dibuka dan aku kaget melihat ternyata Ibu Dewi datang kerumah yang dan spontan pura-pura tidur menutup mataku dan sedikit melihatnya.
“Ounghhhh….”, Ujarnya spontan kaget melihat aku tidur dikursi sofa hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam dan kebiasan kalau pagi pasti batang penisku lagi tegang-tegangnya, biasa penyakit kalau laki-laki dipagi hari otomatis terlihat tonjolan dari luar celanaku.
Melihat aku tidur dikursi sofa dan kebetulan terlihat jelas tonjolan penisku itu Ibu Dewi langsung balik dan melangkah dan menjauh dari rumahku. Aku coba mengintip dengan sebelah mataku…oo dia sudah tidak ada ujarku dalam hati. tapi sebelum balik kerumahnya Ibu Dewi sempat melihat-lihat seluruh bentuk tubuhku dengan posisi hanya memakai celana pendek saja.
Besok pagi setelah semuanya tidak ada dirumah, hanya Bu Dewi saja dan kudengar sayup-sayup dari belakang rumahku seperti ada yang mencuci pakaian dan kebetulan tembok rumahku dengan Ibu Dewi masih sama-sama pendek belum ditinggikan, jadi aku bisa mengintip dari belakang dan ternyata Ibu Dewi sedang mencuci pakaian hanya memakai daster terusan tapi bagian bawah seatas lutut berkain satin warna merah muda (pink) dan tetap masih memakai jilbab warna yang sama seperti dasternya dan berkain satin juga sangat mengkilap.
Baru kali ini Ibu Dewi memakai jibab tapi memakai daster yang sangat memamerkan kemolekan tubuhnya apalagi dasternya bagian atasnya terlihat belahan dadanya tanpa memakai Bra lagi. Mungkin karena dirumah dia hanya tinggal sendiri jadi Bu Dewi hanya memakai daster saja.
Saat aku sedang mengintip dari tembok belakang rumah kuperhatikan Bu Dewi sedang terus mencuci pakaian dan saat dasternya terkena sedikit air otomatis dasternya sedikit basah yang dipakaianya kemudian dia mengangkat dasternya serta mencopot celana dalamanya dan langsung dicuci sekalian. Begitu aku melihatnya pikiran sehatku hilang dan aku langsung memutar otaku bagaimana rasanya aku bisa mencicipi tubuhnya yang berdaster itu karena otaku sudah benar-benar kotor. Tanpa pikir Panjang aku langsung menyapa Bu Dewi dari sebelakang tembok rumahku.
“Maaf Bu Dewi…kemarin ibu cari saya ya, apa ada bisa saya bantu”, tanyaku mengagetkan Bu Dewi yang sedang mencuci dan langsung merapikan dasternya yang tersingkap sampai ke paha.
“Ya Mas Budi, kemarin Ibu mau minta tolong pasangi lampu yang ada dikamar”, kata Bu Dewi.
“Kalau gitu mumpung masih dirumah dan belum berangkat kerja hari ini saja aku ganti lampunya”, sambal kedua mataku melihat daternya dan jilbabnya yang sangat mengkilap dan licin.
“Ya Mas Budi”, begitu lampu hijau aku langsung naik dari tembok belakang agar tetangga tidak ada yang melihat.
Begitu aku sudah masuk kedalam halaman belakang rumah Bu Dewi aku langsung mengikuti jalan Bu Dewi dari belakang mengarah kedalam kamarnya. Melihat tubuhnya yang hanya memakai daster tanpa Bra dan Cd lagi, pikiranku semakin bernafsu sekali dan bagaimana rasanya vagina dan pantatnya bila aku sodokan dengan batang penisku yang sudah sangat tegang ini.
“Ini lampunya Mas Budi”, kata Bu Dewi sambil menyodorkan lampu.
Aku langsung memasang lampu yang ada dikamar dan Bu Dewi Kembali melanjutkan cucianya, setelah selesai memasang lampu kamarnya aku langsung berpamitan untuk pulang dan saat Bu Dewi sedang mau beranjak berdiri, tiba-tiba dia terpeleset pas kearahku dan seketika itu aku langsung menagkap tubuh Bu Dewi dan tanganku mengenai kedua buah dadanya dan tangan satu lagi mengenai bagian pantatnya yang tidak memakai celana dalam dan hanya terhalang oleh kain satin dasternya.
“Maaf Mas Budi agak licin lantainya”, ujarnya tersipu-sipu.
“Hati-hati Bu”. Kataku.
“Mas Budi jangan pulang dulu, Ibu bikini teh”, Bu Dewi langsung berjalan kedapur dan dari belakang aku mengikuti secara pelan-pelan.
Saat teh manis dibuat oleh Bu Dewi didapur pelan-pelan aku memberanikan diri untuk memeluk Bu Dewi dari belakang karena pikiran kotorku sudah dikuasai oleh setan. Begitu kupeluk tubuh Bu Dewi.
“Mas Budi, apa-apa ini”, sentak Bu Dewi.
“Maaf Bu saya melihat ibu terlihat sangat cantik dan seksi dengan pakaian daster dan jilbab itu”.
“Jangan Mas Budi, aku sudah punya suami” tapi Bu Dewi tidak melepas pegangan tangaku yang memeluk pingganya dan dadanya.
“Mas Budi jangan”, tapi aku terus mencium dari belakang dibagian lehernya dan menyikap jilbab satinnya keatas.
“Ounghh….Mas Budiii….jangannnn….ounghhh….jangannn”, tapi dia tidak sedikitpun menolak atau menolak dan suara semakin sedikit mendesah.
Tubuh Bu Dewi langsung kuputar menghadapku dan saat dia mau mengucapkan sesuatu aku langsung cium bibirnya dan tak lama Bu Dewi langsung merepon ciumanku dan langsung kita saling berlumatan antara bibir dan lidah. Bunyi mulutnya dan mulutku yang beradu menjadi satu tanpa melepas jilbab dan dasternya yang berkain satin itu sambil tanganku mulai menggerayangi buah dadanya yang telihat menonjol putting susunya menjeplak dikain satin dasternya. Tanpa ku buka dasternya yang menutupi kedua putting susunya langsung kujilat dan kuhisap kedua putting susunya secara bergantian hingga membasahi oleh air liurku dibagian dasternya.
“Ounghhh…Mas…Budiiii….Unghhhh” kudengar desahan kecil saat kedua putting susunya ku hisap dan kusedot dengan mulutku.
Sambil menjilat dan menyedot susunya aku tetap tidak membuka daster dan jilbabnya yang berkain satin itu dari tubuhnya tapi tanganku tetap menarik dasternya sedikit keatas karena Bu Dewi tidak memakai celana dalam maka dengan muda bagian klistorinya aku gesek-gesekan dengan tanganku.
“Ohhh…ohhh…unghhhh….anghhhh”, desahan Bu Dewi semakin aku bergairah.
Sedotan diputing susunya mulai kulepas dan wajahku segera turun kebagian bawah selangkanganya kemudian kakinya kurenggangkan dan pelan-pelan kujilat bagian lubang vaginanya dan klistorinya dengan lidahku.
“Unghhh….anghhh…ahhhh…ohhh….Mas Budiiiii…..Ounghhhh” terdengar teriakan Bu Dewi yang semakin panas.
Kulihat kepalanya telah bergoyang ke kanan dan kekiri dan pelan-pelan lidahku bermain kedalam rongga dalam vaginanya. Sambil terus kuputar-putar lidahku didalam vaginanya kemudian Kubuka celana pendeku dan batang penisku yang sudah tegang itu siap untuk segera masuk kedalam kandangnya. Bu Dewi tidak menyadari kalau celana pendeku sudah terlepas dari tubuhku dan pelan-pelan aku mulai berdiri dan Kembali mulutnya aku lumat dengan bibirku. Bu Dewi segera membalasnya dengan lumatan yang semakin panas, lidah dan bibirku sudah menjadi satu dan saling menghisap dalam-dalam.
Saling terus berciuman dan berlumatan, tubuh Bu Dewi aku angkat keatas meja makan dan kusandarkan tubuhnya dipinggir meja. Tangan kananku segera mengarahkan batang penisku kebagian belahan vaginanya yang sudah becek itu dan sekali kugesek-gesekan kepala penisku dan sedikit menekan Blessss….Ounghhhh…..penisku dengan mudahnya masuk kedalam vagina Bu Dewi.
Teriakan Bu Dewi seakan penisku kudiamkan sebentar didalam vaginaya dan Bu Dewi spontan melihat wajahku.
“Mas kenapa dimasukan”, tanpa kujawab lagi pertanyaan itu.
Aku langsung mempompa penisku keluar masuk kedalam vaginanya…Slep…slep…slep…Unghhh enak banget punya Ibu…bikin aku ketagihan…Slep…slep…slep…sambil terus kupandangi wajahnya yang semakin menikmati tusukan-tusakn penisku keluar masuk vaginanya. Bu Dewi yang tadinya sedikit menolak rupanya sudah mulai menikmati permainan batang penisku yang terus tanpa henti mengesek-gesek lubang vaginanya.
Nafsu dan birahi kami sudah sama-sama menjadi satu diatas meja makan, desahan dan kenikmatan sama-sama kita rasakan. Kemudian kutarik tubuh Bu Dewi turun dari meja dan kubalikan tubuhnya menungging dangan kedua tangganya memegang pinggir meja makan lalu dari belakang langsung kutusukan penisku kedalam lubang vaginanya dan Blesss…..Ounghhhh….teriakan Bu Dewi saat penisku Kembali masuk.
Kuhujamkan sekeras-kerasnya batang penisku keluar masuk lubang vaginanya dan kedua tangganku langsung meremas-remas buah dadanya yang masih terhalang dasternya. Aku lihat dari belakang aku sangat bergairah melihat Bu Dewi menungging masih memekai daster dan jilbab berkain satin yang sengaja tidak kulepas. Hingga kurang lebih setengah jam Bu Dewi mengatakan.
“Anghhh….Unghhh….Masss….Budiii…..ibu sudah ngak tahan lagi….Mas….”.
“Ya…Bu….aku juga bentar lagi mau keluar…juga…..anghhh….ahhhh”.
Genjotan semakin kupercepat dan terasa sekali bagian dalam vaginanya yang menjepit batang penisku semakin berdenyut-denyut.
“Anghh….anghhh….Masss…Budiii…..anghhhh…..anghhhhh”, tubuh Bu Dewi mengejang-ngejang saat merasakan orgasme dan tak lama lagi akupun juga menyusul.
Crott…crott…crot…cairan spermaku keluar sangat banyak sekali didalam vagina Bu Dewi….Anghh….ahhh…Buuu….aku keluarrr……aanghhhh….ahhhh, tubuhku juga mengejang-ngejang saat cairan spermaku muncrat.
Setelah sama-sama merasakan kepuasan sambil mengatur nafas yang sedikit ngos-ngosan sambil kupeluk tubuh Bu Dewi dari belakang dan kurasakan vaginanya terlihat becek oleh sisa-sisa cairan spermaku yang juga meleleh keluar dari sela-sela vaginanya dan jatuh menetes kelantai. Kucabut batang penisku dari dalam vaginanya lalu kubalikan tubuh Bu Dewi saling berhadapan dan langsung kupeluk dengan posisi berdiri dengan penisku yang masih sedikit tagang dan kugesek-gesekan didaster satin yang licin itu.
“Bu Dewi, aku minta maaf kalau sudah berani menodai tubuh suci Ibu, sekali lagi maaf aku benar-benar khilaf”, kataku sambil memanangi wajahnya.
“Ngak papa Mas Budi, ibu juga yang salah mengooda Mas Budi dengan penampilan ibu seperti ini”
Alu langsung pamit Kembali kerumahku dan mandi karena siap-siap untuk segera berangkat kerja. Sebelum berangkat aku menghampiri Bu Dewi yang masih menjemur pakaian dibelakang rumahnya yang masih memekai daster satin yang tadi dipakai saat aku melakukan hubungan seks denganya. Tampak kulihat noda spermaku yang melekat dikain satin dasternya yang sudah mengering dan sebelum pamit Bu Dewi tersenyum saat aku mendekati tubuhnya.
Kucium bibirnya dan kupeluk tubuhnya dan semenjak kejadian itu aku mulai ketagihan untuk mengulangi dengan permainan yang sama disaat suami dan anak-anak Bu dewi tidak dirumah. Setiap pagi Bu Dewi suka menggoda biarhiku dengan selalu berpenampilan memakai daster dan jilbab satin.
326 notes
·
View notes
Text
Main dengan Mak Sedara
Cerita Lucah
Hujan yang turun mencurah-curah sejak setengah jam tadi masih tiada tanda-tanda akan berhenti. Hati Ramlah semakin resah gelisah. Sesekali dia menjeling ke arah jam meja yang terletak di atas almari soleknya. "Alamak, baru pukul 10.30, patutlah mata aku belum mau mengantuk" getus hati kecilnya. Dia lalu mencapai bantal dan menarik rapat ketubuhnya yang mula merasakan kedinginan hawa malam itu. Perlahan-lahan dia membaringkan tubuhnya keatas katil. Bukannya dia tak biasa tinggal sendirian, terutama selepas berpisah dengan suaminya dua tahun lalu, tetapi suasana malam ini begitu berlainan sekali. Sejak dari petang tadi perasaanya menjadi tidak menentu. Nafsu kewanitaannya benar-benar memuncak hingga menyebabkan setiap perbuatannya sentiasa tidak menjadi.
Fikirannya mula melayang-layang mengenangkan saat-saat bahgia bersama bekas suaminya, Budin. Walaupun tubuh Budin agak kecil tetapi tenaga dan permainan batinnya ternyata begitu ! hebat sekali. Katil itulah yang menjadi saksi aksi-aksi ghairah antara mereka berdua sewaktu melayarkan bahtera asmara. Senyuman kepuasan senantiasa bermain dibibirnya setiap kali selesai berasmara. Namun begitu rumahtangga yang terbina lebih 10 tahun itu roboh juga akhirnya. Bukan berpunca darinya dan dia sendiripun tidak pula menyalahkan Budin. Semuanya angkara sikap ibu mertuanya yang sering campurtangan dan mengongkong hidup keluarganya. Hinggakan setiap sen perbelanjaan harian pun menjadi perkiraan mertuanya. Sikap itulah yang membuatkan Ramlah begitu tertekan dan akhirnya bertindak nekad untuk menuntut cerai. Walaupun Budin begitu keberatan sekali tetapi atas desakan ibunya menyebabkan mereka terpisah. Namun begitu hubungan Ramlah dan bekas suaminya masih baik terutama dalam soal penjagaan tiga orang anak mereka. Setiap minggu mereka akan bergilir-gilir menjaga anak-anak.
Memang ramai yang berminat untuk mengambilnya sebagai teman hidup, bukan sahaja duda dan orang bujang malah suami orang pun ada yang tergila-gilakannya. Tetapi entah mengapa hingga hari ini pintu hatinya masih belum terbuka untuk mengakhiri gelaran jandanya. Mungkin dia masih tercari-cari seorang lelaki yang kalaupun tidak lebih cukup jika dapat menyamai kehebatan Budin. tentang nafkah zahir memang tiada masalah baginya. Setiap bulan Budin tetap akan menghantar duit belanja hariannya. Untuk mengisi masa lapangnya dan menambah pendapatan, dia berniaga kain secara kecil-kecilan dari rumah kerumah. Kehangatan bantal yang dipeluknya kemas sejak tadi semakin menambah gelora batinnya.
Tangannya perlahan-lahan menarik bucu bantal itu dan mengeselkan keatas permukaan tundunnya yang masih ditutupi kain batik yang dipakainya. Peristiwa yang berlaku dan menyebabkan gelojak batinnya memuncak siang tadi mula terbayang kembali di ruang matanya. Memang tidak disangkanya dia akan menyaksikan perkara itu. Tengahari tadi dia kerumah Cikgu Linda untuk mengutip duit bayaran kain yang dibeli sebelum perkahwinannya bulan lepas. Puas dia memberi salam tetapi langsung tiada jawapan. Namun dia pasti Cikgu Linda ada kerana kereta suaminya terletak di garaj dan kipas angin di ruangtamu berpusing dengan ligatnya. "Mungkin mereka ada di belakang agaknya" hatinya mula meneka. Perlahan-lahan dia melangkah kebahagian belakang rumah. Sesekali dia terdengar seperti ada suara orang berbisik-bisik perlahan. Semakin dia menghampiri tingkap dapur rumah itu! suara tadi semakin jelas kedengaran.
Mahu sahaja dia melangkah meninggalkan rumah tersebut tetapi ada dorongan halus dari dalam dirinya untuk melihat apa sebenarnya yang berlaku ketika itu. Setelah memastikan tiada siapa yang melihatnya, Ramlah mula merapati tingkap dapur yang sedikit terbuka itu. Debaran didadanya semkin terasa. Berderau darah panasnya menyirap kemuka apabila matanya terpandangkan apa yang sedang berlaku didalam rumah itu. Bungkusan kain yang di pegangnya hampir sahaja terlepas jatuh ke tanah. Dari sudut dia berdiri itu ternampak dengan jelas tubuh Cikgu Linda tanpa seurat benang sedang menonggeng di tepi meja makan. Kaki kirinya diangkat ke atas sementara badannya ditundukkan sehingga kedua-dua buah dadanya hampir menyentuh permukaan meja itu. Ramlah dapat melihat dengan jelas alur burit Cikgu Linda yang sedikit terbuka sedang basah dengan air mazinya. Perhatian Ramlah kini beralih pada tubuh suami Cikgu Linda yang sedan! g berdiri sambil mengusap-usap batang pelirya sendiri. Tangan! Ramlah mula menggigil perlahan bila menatap tubuh sasa lelaki itu. Badannya gelap sedikit dan dada, tangan dan pehanya terdapat bulu-bulu roma yang tebal. Dengar kata orang suami Cikgu Linda itu berketurunan India Muslim.
Tanpa disedari Ramlah terteguk liurnya sendiri apabila biji matanya terpaku pada batang pelir lelaki itu yang sedang mengeras pada tahap maksima. Inilah pertama kali dia melihat pelir lelaki sebesar itu iaitu hampir menyamai saiz hujung lengannya. Panjangnya juga memang luar biasa dan pada anggarannya hampir 8 inci. "Ish..cepatlah bang, lama dah Lin tunggu ni...kang masuk angin...naiyaa" terdengar suara Cikgu Linda merengek manja sambil menjeling kearah suaminya. "Ok..ok..nak tambah pelicin ni...nanti sayang sakit pulak..." balas suaminya sambil mula menggeselkan kepala takuknya kecelah alur burit isterinya itu. Kedua tangan kasarnya mencengkam bontot tonggek Cikgu Linda dan menolaknya ke atas. Serentak itu dia mula menekan perlahan-lahan batang pelirnya masuk kedalam lubang burit yang setia menanti itu. Cikgu Linda mula mengerang dengan agak kuat.
Kepalanya terangkat ke atas sambil kedua tangannya memaut kuat birai meja makan itu. Matanya terpejam rapat sambil gigi atasnya menggigit bibir bawahnya. Mukanya yang putih itu jelas kelihatan kemerah-merahan menahan asakan pelir yang besar itu. " Err..boleh masuk lagi tak?" tanya suaminya inginkan kepastian setelah melihat Cikgu Linda tercungap-cungap. "Banyak lagi ke..?" dia bertanya kembali sa! mbil menoleh kearah suaminya. "Emm...dalam 2 inci lagi.." "Haa..2 inci..errr..abang hayun dululah...dah senak perut Lin ni rasanya..." Cikgu Linda berkata dengan suara yang tersekat-sekat. Tanpa berlengah lagi suaminya pun memulakan gerakan sorong tarik batang pelirnya.
Tangannya mula mencari dan meramas-ramas kedua buah dada isterinya itu. Suara keluhan kenikmatan kedua insan itu semakin kuat kedengaran. Semakin lama pergerakan itu menjadi semakin kuat dan laju hinggakan meja makan itu mula bergegar. Tetapi sepasang insan yang sedang kemaruk asmara itu langsung tidak mengendahkannya. "Bang...masuk habis bang...Lin dah nak pancut ni...laju bang.." tanpa segan silu Cikgu Linda bersuara dengan agak kuat. Serentak itu hayunan tubuh suaminya semakin kencang hinggakan meja itu bergegar dengan kuatnya. Tiba-tiba sebiji gelas yang berada di atas meja itu tumbang dan bergolek. Suami Cikgu Linda cuba mencapainya tetapi tak berjaya dan gelas itu jatuh berkecai di a! tas lantai.
Bunyi itu menyebabkan Ramlah tersentak dan h! ampir terjerit. Mujurlah dia dapat menahannya. Dengan muka yang merah menahan malu Ramlah lalu bergegas meninggalkan rumah itu. Bunyi deruan hujan yang masih mencurah membuatkan fikiran Ramlah tambah celaru. Gelora batinnya semakin menjadi-jadi. Hatinya mula nekad untuk memuaskan nafsunya malam ini walau cara mana sekali pun. Tangannya menarik simpulan kain batiknya sehingga terburai. Seluar dalamnya di lorotkan sehingga kehujung kaki. Jejarinya mula menyentuh dan menggosok-gosok biji kelentitnya sendiri. Ramlah memejamkan matanya dan mula membayangkan memek muka Cikgu Linda sewaktu disetubuhi suaminya tadi.
Begitulah juga agaknya keadaan dirinya jika pelir raksaksa itu terbenam dalam lubang buritnya. Dia mula menjolok jari hantunya kedalam alur buritnya yang telah hampir kebanjiran air mazinya. Terasa lelehan air itu mengalir suam kecelah lubang duburnya. Nafsunya semakin membara. Kedua lututnya dibengkokkan sambil membuka pehanya seluas mungkin. Dengusan nafasnya semakin kencang. Gerakan jarinya semakin laju meneroka setiap sudut gua kenikmatannya! . Bontot lebarnya digerakan keatas dan kebawah menahan kenikmatan. Bila-bila masa sahaja dia akan sampai kekemuncak kenikmatan yang sangat diharap-harapkannya itu. Malangnya saat-saat itu rupanya tidak menjadi kenyataan. Sayup-sayup di luar kedengaran suara orang memberi salam dan memanggil-manggil namanya. "Arghhh!!! ....celaka mana pulaklah yang datang malam-malam ni..." mulutnya membebel melepaskan rasa yang terbuku di kalbunya. Pantas dia bingkas bangun dan menyarungkan kain batiknya.
Sambil membetulkan rambut dia melangkah lesu menuju ke muka pintu. "Hah ..kamu Zakuan...ingatkan siapa...apahal malam-malam buta ni?" dia bersuara sedikit terkejut sebaik-baik sahaja daun pintu itu di bukanya. Tubuh anak saudaranya yang basah kuyup dan menggigil kesejukan itu ditatapnya sedikit kehairanan. Zakuan adalah anak kepada abang sulungnya yang tinggal kira-kira 2 km dari rumahnya. "Errr...Mak su dah tidur ke?...Maaflah menganggu...Wan dari rumah kawan tadi...nak balik, tapi hujan lebat sangat...ingat nak tumpang tidur kat sini aje..." jawab pemuda berusia 16 tahun itu sambil terketar-ketar menahan kesejukan. "Hah..itulah kamu, dah tau hujanpun nak melepak lagi...dah..dah..masuk..salin pakaian kamu tu.." katanya sambil melebarkan bukaan daun pintu itu. Dia melangkah masuk kebilik dan seketika kemudian keluar bersama sehelai kain tuala. "Lap badan tu dan salin baju ni...nanti Mak Su buatkan air" katanya sedikit lembut sambil menghulurkan kain pelikat dan baju. Sambil membancuh kopi Ramlah sem! pat menjeling ke arah Zakuan yang pada ketika itu hanya memakai tuala kecil dan sedang menyikat rambutnya.
Keinginan batinnya perlahan-lahan mula bergelora kembali. Hasutan nalurinya semakin mengabui akal fikiranya. Ramlah mula mengatur stratiji untuk menggoda anak saudaranya itu. Dua butang teratas bajunya dibuka. Dia menuggu sehingga Zakuan selesai berpakaian dan duduk diatas sofa sebelum keluar membawa kopi itu. Semasa meletakan cawan diatas meja kecil dihadapan Zakuan sengaja dia menundukkan badannya sehingga kedua-dua buah dadanya tanpa coli itu terpampang jelas. Hatinya berdetik gembira apabila melihat mata Zakuan hampir terbelalak memandang ke arah dadanya. Dia duduk rapat betul-betul disebelah anak saudaranya itu. "Kalau Wan sejuk...marilah peluk Mak Su.." katanya lembut sambil memegang tangan Zakuan dan meletakkan di atas pahanya. Zakuan tidak membantah tetapi memandang mukanya dengan wajah yang kehairanan. Perlahan-lahan dia mula menggesel-geselkan dada montoknya p! ada lengan pemuda itu. Paha Zakuan diurutnya lembut.
Semakin ! lama semakin ke atas dan akhirnya menyentuh batang pelir Zakuan. "Eh..Mak Su...err..kenapa ni.." pemuda itu bertanya penuh kehairanan sambil menahan tangan ibu saudaranya dari bertindak lebih jauh. "Ala..Wan..kali ni Wan mesti tolong Mak Su...betul-betul tak tahan ni..." tanpa segan silu Ramlah terus memujuk rayu Zakuan. Baju tidurnya diselak hingga mendedahkan buah dada montoknya. "Emm...Wan peganglah...ramas-ramas sikit" katanya manja sambil memegang tangan Zakuan dan meletakan pada bonjolan dadanya. "Tapi Mak Su...Wan tak biasa macamni...." sedaya upaya dia cuba mengelak dengan kejadian yang tidak disangka-sangka itu. "Kalau macamtu biar Mak Su aje yang buatkan...Wan duduk diam-diam ya..". Ramlah masih tidak mahu mengalah.
Gelojak nafsunya kini sudah memuncak ketahap maksimum. Hatinya benar-benar nekad untuk memuaskan tuntutan berahinya walau apa pun yang akan terjadi. Debaran didadanya semakin kencang dan dia dapat merasakan alur buritnya kembali berair. Kain pelikat Zakuan diselaknya hingga ke pangkal paha. Dengan penuh nafsu pelir Zakuan yang masih lagi terlentuk kecut itu di ramas dan dikocoknya lembut. Riak gembira mula terbayang di wajahnya apabila batang pelir anak muda itu mula mengeras perlahan-lahan.
Zakuan mula bersiut-siut menahan kegelian apabila buat pertama kali batang pelirnya dibelai tangan seorang wanita. Tangannya semakin berani meramas dan menggentel puting buah dada Ramlah. Ramlah semakin tenggelam dilanda keghairahan. Akal fikirannya telah seratus peratus dikuasai nafsu. Kawrasannya hilang sama sekali. Apabila merasakan Zakuan sudah teransang, dia lantas bangun sambil menanggalkan bajunya. Kain batiknya turut dilucutkan hinggga mendedahkan keseluruhan tubuhnya dihadapan anak saudaranya itu. Senyuman terukir dibibirnya bila memerhatikan biji mata Zakuan terpaku tak berkelip mem! andang buritnya yang tembam dicelah paha gebunya itu. Tanpa membuang masa dia terus melutut di antara paha Zakuan. Kain pelikat yang masih terikat dipinggang itu disingkapnya hingga ke perut Zakuan. Zakuan mula mengerang kecil apabila Ramlah mula menghisap dan menyonyot batang pelirnya.
"Ah..oh...geli Mak Su...ah...ahh..." bebelan dari mulut pemuda itu semakin kuat. Erangan Zakuan itu membuatkan Ramlah tidak lagi berupaya menahan nafsunya. "Wan jaga ya...Mak Su dak nak masukkan ni...tak tahan lagi dah" katanya sambil mengangkang diatas paha pemuda itu. Sebelah tangannya memegang batang pelir Zakuan dan mengarahkan pada belahan lubang buritnya. "Ah..ah...ishhh..." Ramlah mengeluh panjang apabila merasakan batang pelir anak saudaranya itu menerjah masuk lantas mengakhiri penantiannya setelah sekian lama. Zakuan juga semakin kuat mengerang.
Sesekali tubuhnya tergigil seperti terkena kejutan eletrik. Ramlah semakin rakus bertindak sementara Zakuan sedaya upaya cuma untuk b! ertahan. Bontot lebarnya semakin laju diangkat dan dihenyak s! ambil otot-otot buritnya dikerah sekuat tenaga menyonyot batang pelir Zakuan. "Arghh...Wan...ah...Mak Su dah nak pancut...argh...argh..." katanya sambil menarik kepala Zakuan kearah buah dadanya yang terbuai-buai itu. Dia kini menekan bontotnya hingga pelir zakuan terbenam rapat hingga ke pangkalnya. Pinggangnya digerakkan kekiri dan kanan dengan lajunya. Ramlah kini betul - betul seperti orang yang kehilangan akal.
"Argh..argh..argh.......arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....."Ramlah melepaskan keluhan kenikmatan yang panjang apabila saat-saat yang ditunggunya itu akhirnya tiba jua. Tubuh Zakuan dipeluknya sekuat hati hinggakan pemuda itu tercungap-cungap kelemasan. Selepas seketika dan kemuncak ghairahnya semakin reda, Ramlah melepaskan pelukannya. "Emm...lega Mak Su...eh kamu ni kenapa tersengih aje...err..dah keluar air ke?" Zakuan tidak menjawab tetapi hanya mengangguk lemah. "Haa...dah keluar??...habis tu kamu pancut kat dalam ke???...alamak...matilah aku.." Ramlah hampir terjerit membuatkan Zakuan terpinga-pinga kehairanan. "Eii..kenapa kamu tak cakap dah nak pancut...habislah macamni"
Ramlah bingkas bangun dengan pantasnya. "Mak Su yang ganas sangat...manalah saya tahan.." kata Zakuan dengan suara perlahan. Ramlah tidak menoleh lagi dan terus berlari kebilik air dalam keadaan masih bertelanjang bulat. Zakuan mengesat lelehan air maninya yang bercampur air Ramlah yang masih meleleh di pangkal pahanya. Sesekali dia menggaru-garu kepala kehairanan melihat gelagat ibu saudaranya itu.
"Tadi dia yang beria-ia nak...habis tu marahkan orang pulak...apahalnya ntah..." Zakuan berkat! a-kata perlahan sambil membaringkan tubuhnya ke atas sofa itu.
Back to posts
Comments:
[2015-08-26] mr horny:
Untuk aweks2, bini org n janda yg gersang and sporting jer boleh add i kat wechat. Budak skolah x payah ya... wechat id mr_horny
Post a comment
Name:
Comment:
61 | 1581 | 3683 | 2546399
CERITA BASAH
Cerita Sex Lucah
ROGOL
Cerita XXX
Melayu XXX
Cerita Melayu Boleh XXX
Cerita Erotis Melayu
Melayu Boleh
Cerita Stim
Cerita Syok
Sumber Cerita
Cerita Lesbian
© 2013 - 2019 Cerita Lucah Melayu
You must participate in user exchange!

250 notes
·
View notes
Text
Menyukai hujan tidak harus selalu basah-basahan saat ia turun, menyukai bunga tidak harus memetik untuk sekadar memilikinya. Terkadang, ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dimiliki, bukan karena tidak bisa, tapi untuk menjaga. Apapun itu.
Menunggu hujan dari teriknya matahari di siang hari.
@jndmmsyhd
816 notes
·
View notes
Text
Nasehat pernikahan untuk Rum
Rum, menikah itu sebuah perjalanan, bukan tujuan hidup. dalam perjalanan enggak semulus yang kamu kira, kadang lurus, kadang ada kerikil, kadang licin, kadang hujan badai, kadang reda. maka jadikan sabar dan syukur sebagai teman perjalananmu dengan pasangan. supaya kamu dengannya bisa sampai pada tujuan.
Rum, kalau matamu terlalu banyak memandang kehidupan rumah tangga orang lain, apalagi sosial media, pasanganmu akan selalu kelihatan kurang. memang tidak ada yang sempurna, tapi rasa cukup sudah memenuhi alasan kenapa kamu bertahan untuk bersama dalam perjalanan ini. selama ia tanggungjawab, menjadi pemimpin yang baik, dan selalu berusaha menjaga kalian dari segala maksiat yang dilakukan, itu sudah cukup, Rum. tak perlu membandingkan ia dengan lelaki manapun, jika terus seperti itu maka selamanya kamu hanya akan menemukan kekurangannya.
Rum, menikah itu bukan hanya tentang kamu dan pasangan. tapi juga keluargamu dan keluarganya. kalian akan saling terhubung dan menghubungkannya nggak selalu mudah. maka, pesanku untukmu, Rum, jangan sekalipun tinggalkan majelis ilmu, karena ilmu membantu melebur ego, walau prosesnya kadang lebih pelan. dan supaya selalu ada cahaya saat kamu menghubungkan diri pada keluarganya juga menghubungkan pasangan pada keluargamu.
Rum, tujuan dari perjalanan menikah adalah supaya dapat ridho Allah. maka tak apa jika dengannya kamu tak memiliki pencapaian dunia seperti orang-orang di sosial media. punya rumah, mobil, dll. hasil keringat berdua. yang perlu kamu resahkan adalah rumah di surga yang belum jelas kepastiannya. bahkan belum tentu dianggap penduduk di sana. maka dalam perjalanan ini pastikan kamu selalu sabar, syukur, dan hiasi terus dengan ilmu. supaya kamu dan pasangan layak jadi penghuni di surga Allah.
page 3/365
Lebak, 16.10
314 notes
·
View notes
Text
hari ini aku belajar banyak hal tentang Islam. mengapa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam diutus sebab lain dan tak bukan adalah untuk menyempurnakan akhlak.
sebab pada hari ini banyak sekali orang-orang yang berilmu dan tidak memiliki adab. lisannya tidak terjaga untuk menyakiti hati orang lain. tapi dari sinilah kita akan belajar perihal keadilan Allaah. bahwasanya kedzaliman itu ada balasannya. bahwa lisan yang dzalim itu ada balasannya, mungkin orang yang tersakiti tidak bisa membalasnya secara langsung. tapi dia punya Allaah yang Maha Adil dan Maha Kuasa. keadilan itu ada untuk mereka yang terdzolimi.
Allaah tidak menyukai ketidakadilan dan kedzaliman.
Allaah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Allaah akan mengangkat orang yang terzalimi di bawah naungan awan pada hari kiamat.
pintu-pintu langit akan dibukakan untuk orang yang terdalimi.
tidak ada hijab atau sekat atau penghalang antara doa orang yang terdzalimi dengan Allaah.
belajar jadi orang yang berakhlak itu adalah pembelajaran dasar yang diajarkan oleh kedua orangtua kita. belajar menjadi orang yang beradab dan berakhlak itu juga bagian dari mempelajari agama ini, Islam. masih ingat betul nasihat seperti ini,
"Buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik." (Ust Muhammad Nuzul Dzikry, Lc hafizhahullah).
jadi jika seorang guru saja sikap dan akhlaknya kurang baik, lalu apa yang bisa diambil ilmu darinya? jika pelajaran dasar tentang beradab saja tidak bisa ia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
dan pelajaran ini juga menjadi pengingat diri ini, untuk menjaga lisan selalu, meminta pertolongan Allaah selalu agar dijaga dari berbuat dzalim kepada orang lain. sebab, tidak ada sekat antara mereka dengan Allaah.
melihat beliau, aku jadi teringat Bapak hafidzhahullaah ta'ala. benar ya, seorang laki-laki itu tidak pernah bercerita bagaimana sakitnya mereka saat mencari rezeki yang halal untuk keluarganya. panas terik, hujan, badai, hinaan, cacian, mereka telan dan pendam sendiri. itulah mengapa qowwam itu ada pada diri laki-laki, sebab Allaah telah melebihkan mereka diatas perempuan. dari segi apapun, kekuatan, keamanan, bahkan waris sekalipun.
laki-laki akan bekerja seumur hidupnya.. semoga Allaah menjaga semua para pejuang nafkah, para Bapak, para kakak, para adik, dan semua yang bekerja untuk menghidupi keluarganya meski tidak pernah mudah jalannya. Allaah beri balasan kebaikan untuk mereka.
pada akhirnya kita memahami bahwa orang yang terdzalimi terlihat baik-baik saja, tidak membalas, atau bahkan tersenyum getir. tapi kita tidak pernah tahu perihal apa yang ada dihatinya, perihal rasa sakitnya, perihal tangisnya diam-diam ia adukan kepada Allaah. lalu Allaah tunaikan janjiNya bahwa tidak ada sekat doa orang terdzolimi dengan Allaah.
cerita November || 09.21
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#doa#akhlak#adab#dzalim#terdzolimi#Bapak
59 notes
·
View notes
Text
Penyakit Mobil Saat Musim Hujan, Begini Cara Mengatasinya
SERANG – Musim hujan menjadi tantangan tersendiri untuk pemilik mobil menjaga kendaraannya agar senantiasa nyaman dan aman. Sebab, ada berbagai masalah mobil yang sering muncul dan harus diwaspadai saat musim hujan. Seperti diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan melanda di beberapa wilayah Indonesia sejak November 2023 lalu hingga April 2024.…
View On WordPress
0 notes
Text
Suatu saat nanti— entah sore atau pun tengah malam, setelah segala aktifitasmu berakhir. Kamu akan menatap langit-langit kamar, lalu mulai sadar bahwa kamu kehilangan bagian kecil. Percayalah, satu bagian kecil yang hilang itu adalah aku.
-Hujan, Des 18
46 notes
·
View notes
Text
Allah memberi bahkan pada sesuatu yang tidak kamu minta. Lalu bagaimana jika Dia mengizinkanmu melafazkan sebuah harap?
—harapan yang membuatmu bangun disepertiga malam, saat kamu berpuasa, saat hujan turun, antara adzan dan iqamah, yang terus hadir di dalam hatimu?
Tentu itu adalah tanda pengabulan-Nya yang sempurna. Meski kamu harus sadar, Allah mengabulkan dengan cara-Nya :))
#dardwirdhaa#ntms#selfreminder#dardaquotes#muslimah#jeda#senandungrasa#hdatla#bukunikah#365#beproudmydear
215 notes
·
View notes
Text
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kami kekuatan untuk terus menjaga komitmen ditengah naik turunnya keadaan, perasaan, dan segala dinamika yang terjadi selama delapan tahun terakhir. Saya mengawali perjalanan ini di umur 26 tahun, rasanya masih sangat muda kalau dilihat dari POV saat ini.
Dipikir-pikir lagi, jika saya melihat kembali ke diri saya di umur itu delapan tahun yang lalu, rasanya terlalu nekat. Banyak hal yang saya rasa belum siap, tapi entah kenapa berani. Mungkin, ada berkah dari ketidaktahuan, yaitu menjadi berani. Allah-lah yang menganugerahkan keberanian.
Rasanya sekarang-sekarang ini, pembahasan terkait pernikahan semakin ke sana ke mari. Marriage is Scary jadi tagline dimana-mana. Sementara yang pernikahannya berjalan baik-baik saja, lebih banyak diam menikmati momen kehidupannya. Jangan salah memilih referensi, itu penting.
Saya di umur itu, dengan segala kekurangannya, sangat terbantu oleh para guru dan mentor yang pernikahannya berjalan dengan sangat baik hingga hari ini. Belajar dari mereka tentang mengapa perlu untuk menikah, apakah menurut mereka sudah cukup siap, dan lain-lain di kala itu. Dengan segala keterbatasan yang kumiliki saat itu, ternyata saya bisa mengambil keputusan tersebut.
Benar juga kata mentor dan guruku saat ini, hampir sebagian besar kebaikan yang akan kita temukan sepanjang hidup misal terkait pekerjaan, finansial, spiritual, dsb. Salah satu cara untuk mencapai sana diawali dengan memilih pasangan hidup yang baik. Bersyukur sekali berjodoh dengan @ajinurafifah, delapan tahun yang lalu dibanding dengan hari ini, pertumbuhan rasanya berlipat eksponensial.
Saya yakin seyakin-yakinnya kalau sebenarnya banyak di antara teman-teman di sekitar saya atau mungkin pembaca di sini yang sudah siap untuk menikah, tapi rasa siap itu tidak bisa diyakinkan oleh diri sendiri karena salah satunya melihat pernikahan ini dari perspektif yang kurang tepat. Tidak mudah untuk yakin bahwa pernikahan membuka pintu rezeki, tidak mudah untuk meyakini bahwa pernikahan itu bernilai separuh agama, dan banyak ketidak mudahan lainnya.
Tapi, apakah tidak mudah itu berarti tidak bisa? :) Terima kasih untuk teman-teman online juga yang turut serta dalam proses bertumbuhku di sini, dari single remaja kuliahan yang galau, bikin suaracerita, buku pertama Hujan Matahari rilis, dan seterusnya hingga hari ini :)
149 notes
·
View notes
Text
kita pernah menjadi pemarah, menyikapi sayatan di setiap derap langkah sebagai cara bertahan. hari ini saja, untuk hari ini saja.
kita pernah belajar memaki takdir, mengolok-olok kenyataan seolah ia bukan bagian dari kita. sekali saja, di masa ini saja.
itu pertama kali aku merasakan bagaimana ditemani dalam murka, seperti sedang diberikan nyala obor ketika tersesat di gua. jadi mana mungkin aku tak menginginkan itu menjadi selamanya.
tapi kau bilang, hanya ini saja, sekali saja, hari ini saja.
kupikir setelah itu kita akan berdansa di bawah hujan. menikmati pendar surya kala lembayung menjelang di langit barat. ternyata aku terlalu berangan-angan.
kau benar-benar datang untuk masa itu saja.
aku berhenti marah, kepada apa saja. membiarkan segala hidup berjalan apa adanya. seperti orang-orang penuh penerimaan.
hingga suatu pagi saat rumahku terbakar, aku berdiri di depan cermin dan mendapati diriku dilahap api tanpa perasaan apa-apa.
—nonaabuabu
137 notes
·
View notes