#remaja kabur dari rumah
Explore tagged Tumblr posts
bantennewscoid-blog · 7 months ago
Text
Remaja di Serang Nekat Kabur dari Rumah
SERANG – Remaja bernama Fajril Fazrian (17) nekat kabur dari rumah. Remaja asal Desa Mandaya, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang itu nekad meninggalkan orangtuanya karena merasa mendapat perlakuan tak adil di rumah. Belakangan Fajril mukim di Yogyakarta. Keberadaannya terlacak setelah  Tim ITE Polsek Carenang menemukan di media sosial. Fajril meninggalkan rumah sejak 8 April 2024 lalu. Kapolres…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rumelihisari · 1 year ago
Text
Bagi orang yang babak belur oleh luka pengasuhan, rasanya berat sekali tumbuh dengan innerchild yang terluka. Sebagian lain mungkin bersyukur terlahir dari keluarga cemara, sebagian lainnya pula meronta membenci keluarga dan lingkungannya. Jiwa nya mudah sekali rapuh, sering kedinginan saat bertumbuh dan harus memeluk diri sendiri supaya tetap hangat.
Lalu tumbuhlah kita sebagai manusia baligh tanpa aqil. Merayakan masa remaja dengan hura-hura tanpa memahami tujuan hidup, dan berjalan dengan jiwa yang rapuh. menjadi seorang yang paling pandai berbicara cinta, namun ternyata, hampa dalam menunaikan peran sebagai hamba.
Kita menyaksikan bagaimana kita sendiri ketar-ketir mencari kehangatan dari luar, sebab kewalahan memeluk diri sendiri karena kondisi rumah yang taklayak dihuni. Butuh penopang lain supaya kuat, tapi sialnya, kehangatan itu kita dapatkan dari tempat yang bukan seharusnya.
Beberapa teman perempuan memutuskan untuk kabur dari rumah bersama teman lelakinya. Sebab, laki-lakinya telah menjadi rumah yang mengerti akan segala kondisi serta perasaanya. sedangkan rumah yang sebenarnya, hanya memilki udara panas sebab isinya hanya bentakan, kekerasan, dan penghakiman tanpa pernah mengajak diskusi dan bertanya soal perasaan. Beberapa yang lain, memutuskan bahwa bunuh diri adalah solusi dari segala masalah dalam hidupnya. Sebab tak ada rumah yang mengerti dan mendukungnya. Dan sisanya memilih menjadi manusia-manusia liar, sebab rumah tak peduli dengannya. Rumah baginya hanya tempat berteduh secara fisik, bukan jiwa.
Kita mungkin pernah sebabak belur itu. Menjadi yang paling sakit seolah tidak ada yang lebih sakit hidupnya dari pada kita. Tapi mau bagaimanapun, kita bertanggungjawab atas diri sendiri sebagai hamba Allah. Kabar baiknya, Dia memberi bekal berupa akal. Menyediakan lautan ilmu untuk kita selami agar menemukan cahaya untuk menyembuhkan jiwa yang rapuh dan sakit.
dengan menyelami lautan ilmu itu, kita belajar untuk menjadi kuat dan akan menguatkan. Lalu mencari kehangatan dari jalan yang tepat. Memutus luka pengasuhan yang selama ini merantai kita. Bertekad menjadi manusia yang lebih baik. Walau prosesnya tergopoh, kita tetap bertekad menuntaskan semua itu.
Entah Membuat rumah baru atau merenovasi rumah lama, kita perlu menaburkan ilmu supaya pondasi rumahnya kuat dan takada lagi jiwa yang rapuh seperti kita di masa lalu. Walapun dalam prosesnya, Kita kelabakan harus membasuh luka pengasuhan sebelum mengasuh—supaya kita tak mengasuh dengan luka pengasuhan—melainkan dengan ilmu dan keimanan.
Kita tetap bertumbuh walau progresnya hanya baru mulai bisa merangkak. tak apa-apa. tetap apresiasi diri dan berterimakasih pada Allah. Supaya manusia-manusia kuat hebat dan memahami peran dirinya sebagai khalifah di muka bumi hadir dan tumbuh dari rumah kita.
-Rum
44 notes · View notes
heartwrenchingpain · 1 year ago
Text
Facebook Friends
Persetan laporan.
Persetan hidup untuk pendewasaan. Lama-lama jengah sekali melihat layar putih serta kursor yang bekedip meminta dirinya untuk mengetik segera.
Konyol memang bagaimana proses otak ketika dihadapi sebuah urgensi, tiba-tiba mengingat kala menjadi anak kecil, ayahnya bertanya dengan senyum yang sekarang apakah mungkin bisa ia lihat lagi?
"Cita-cita kamu apa, Shoko?"
"Jadi dokter."
Kalau bisa kembali lagi, lebih masuk akal untuk menjadi kucing pelirahan orang kaya yang kesepian dan berfokus menghidup dirinya yang hanya malas-malasan.
"Ya, namanya juga hidup, Ko." Adalah frasa pamungkas untuk kembali bekerja dengan waras.
Haha, apanya yang kembali bekerja.
Tidak ada yang pernah mengatakan kepadanya, kalau pendewasaan adalah mengenai kabur sekilas dari Google Docs dan memilih sign up ke salah satu platform media sosial, Facebook.
Kenapa ya, Facebook?
Bukan Twitter atau Instagram.
Entahlah, tanya saja dokter muda yang hampir gila itu saja.
Ketika memasukan surel yang, sangat norak sampai membuat dirinya ingin memukul dirinya dan kata sandi yang biasa saja alias campuran angka ulang tahun dia dan ...
Masuk.
Berandanya sepi.
Apa pula fitur story aneh ini?
Oh. Ada pak Yaga dengan Panda yang hari ini pergi ke sebuah kota. Masih dengan story pak Yaga, kemudian foto-foto petinggi sekolah Jujutsu, 'oh Satoru sama Kak Utahime masih diundang acara sekolah ya?', kemudian foto mereka bertiga.
Sialan, nyebut namanya aja males banget. Begitulah benak Shoko.
Tapi Shoko penasaran, kira-kira Satoru masih berhubungan gak ya? Selama ini, cuman Shoko yang membuat dirinya menjadi outsider dari lingkup Jujutsu.
Kehidupan menjadi dokter ternyata membuat dirinya perlahan membatasi diri dari kehidupan yang sebelumnya adalah tempat ternyamannya dahulu.
Atau, memang seperti itu rasanya pendewasaan?
Ya, memang sih mengasingkan diri ketika dewasa bukan hal yang aneh atau seperti apa, tetapi kenapa tiba-tiba Shoko merasa aneh ya?
Padahal, dia masih minum-minum bersama Kak Utahime, kadang-kadang Mei ikut, bahkan Yuki. Hanya teman-teman perempuan saja sih.
Dia bahkan tidak mengetahui kabar dua temannya tersebut. Meskipun Satoru masih rajin menghubungi dia atau sekadar mengunjungi Shoko ke rumah sakit. Namun, Suguru ...
"Suguru, kamu baik-baik aja gak?
Masih sering pegel gak ya bahu kamu karena keseringan pakai cross bag?
Suguru ... masih bergadang mikirin masa depan yang out of his capability menurut dia itu gak?"
Ha ... konyol banget kenapa kepikiran dia lagi ... suara hati Shoko berkata demikian.
Maka dari itu kita menemukan jawaban mengapa Shoko memilih Facebook daripada media sosial lainnya? Karena dalam benaknya, hanya ada satu nama yang terbesit dalam kepalanya.
Suguru Geto.
Suguru Geto yang membuatnya mengabaikan laporan dan memilih membuka akun Facebook, saat ini.
Menjadi anak remaja keperalihan dewasa, memalukan rasanya untuk mengakui hal tersebut saat ini, tetapi Suguru Geto adalah sosok yang membuatnya selalu riang dan menjadi perempuan yang mendapatkan cinta yang cukup di masa lalu.
Macam-macam perasaan berkecamuk seperti angin riuh di hamparan dataran luas dan kosong. Senang, rindu, malu, kaku, apalagi ya? Saking absurdnya, intuisinya mengatakan untuk segera menghubungi Satoru atau Yuki, apa mereka punya nomor pribadi Suguru?
Dalam runyamnya pikiran Shoko, yang ia lakukan adalah mengingat beberapa momen ketika minum bersama dengan teman-teman perempuan.
Sial. Diingatannya hanya Satoru yang berhasil pergi ke Berkeley atau Nanami yang sudah sering pulang pergi ke kampung halaman neneknya serta tempat mengadu nasib. Haibara, adik kesayangannya, sekarang memiliki restoran.
Oh ... Ijichi sudah menemukan kekasih hatinya, yang membuat Shoko merasa ringan karena kerap kali berbuat baik kepada Ijichi, rasanya Shoko juga memberi harapan meskipun bukan begitu juga sih niatnya.
Lagi, dia memutar pikirannya, cukup menohok juga bagaimana Shoko berusaha menghapus mengenai dirinya sebegitu keras, namun hanya perkara short escapism ketika bekerja, dia mati-matian mengingat orang tersebut.
Tidak ketemu, ia hanya mengingat cerita Kak Utahime yang mengatakan kalau Yuuta lebih berani mendekati Maki, namun Nobara masih menghalangi keduanya.
Mai, Miwa dan Momo yang belakangan ini sering minum bersama Utahime dan Mei, indahnya ya punya kehidupan normal tanpa merasa terbeban karena merasa terlibat dengan seseorang yang kamu benci.
Shoko gagal mencari dia, kabar dia yang sekarang. Kali ini, Shoko mengutuk diri sendiri dan kecewa bagaimana teman-temannya sangat mengerti dirinya untuk berhati-hati menyebut namanya ketika berkumpul.
Hal tersebut menjadi boomerang untuknya. Shoko tidak mengetahui bagaimana kabarnya saat ini. Di saat ini.
Apakah harus dia mengingat yang dahulu-dahulu? Tetapi manusia memang diciptakan untuk tidak pernah puas. Siapa pula juga orang di dunia yang ingin terus hidup di masa lalu?
Ya, mau sih, tetapi 'kan realita memang sekejam itu untuk memaksa siapa pun hidup saat ini.
Lagi dan lagi, membuka ruang pesan usang dengan dirinya. Bertukar pesan yang memalukan tetapi senyum Shoko semakin melebar dan oh, rasanya dicintai Suguru Geto, bagaimana perasaanya sangat tenang sampai lupa dengan laporannya.
Oh iya laporan.
Laporan, ya?
Laporan kemana ya untuk sekadar mengungkapkan perasaan rindu dan mendengar kabar sekarang mengenai Suguru Geto?
Tidak ada.
Ah, Shoko kembali menyalahkan entah-siapa-yang-jelas-ke-orang-orang-yang-hidup-sebelum-dia, kalau mencintai seseorang di masa lalu bisa membuatnya menghabiskan sekitar dua jam sampai melalaikan laporannya karena dia sama sekali tidak mengetahui kabar seseorang tersebut?
Shoko juga menyalahkan teman-teman perempuannya yang benar-benar menurut kepada dia ketika putus dengan Suguru kala itu, oh damn to mention his name, atau meminta Satoru yang menjaga jarak dengannya juga.
Dulu, rasanya sangat berat untuk menyebut bahkan mendengar namanya. Rasanya sangat menyakitkan dan bahkan membuat Shoko autopilot untuk mencerna apa baru saja terjadi. Rasanya Shoko berantakkan sampai mati-matian menekan perasaan lain mengenai Suguru Geto; rindu.
Dulu, merindukan dia bagaikan sebuah ancaman kalau hidup Shoko nantinya tidak akan bisa normal. Tetapi, sekarang perasaannya berkata lain.
Sakit hatinya memang masih ada, tetapi ada juga perasaan untuk sekadar bertanya kabar, berbicara apa saja dan melihat wajahnya.
Apakah hal tersebut juga termasuk proses pendewasaan?
Rasanya Shoko ingin mengatakan kalau dia sudah menjadi dirinya yang lebih baik. Yah, masih ngerokok sih, tetapi dia sudah mengalahkan pikiran-pikiran destruktifnya yang dulu Suguru selalu khawatirkan.
Shoko juga ingin mengungkapkan apa itu sebuah rasa damai. Dari semua kerumitan hidup, masalah keluarga, pekerjaan dan cinta ... rasanya sekarang dia bisa menghadapinya dengan waras dibandingkan dulu.
Di saat yang sama juga, kali ini Shoko semakin bisa mengerti dirinya. Konyol dan memang tidak masuk akal, bagaimana ia bisa mencintai seseorang, kemudian tidak bisa menerimanya apa pun bentuk sosok dirinya dan sekarang ... bahkan di dalam pikiran Shoko terbesit kalau mereka mungkin bisa kembali menjadi teman seperti pertemuan pertama mereka.
Entahlah, atau menjadi sepasang kekasih kembali?
6 notes · View notes
rrabbyy · 2 years ago
Text
We are still 18 years old
Juwar duduk di halte bus yang gelap dan sepi. Sendirian.. dari kejauhan pun Yosa bisa tahu, Juwar sedang tidak baik-baik saja.
“Murung banget sih ju, muka lo makin jelek tuh”
Juwar awalnya kaget, karna baru sadar dengan keberadaan Yosa. Namun ia tetap berusaha terlihat tenang.
“Lo ngapain ke sini?”
“Ya buat ketemu lo lah! Lo bikin gue kaget banget! Tiba-tiba bilang mau mati, merasa keren lo begitu?”
“Lo perduli sama gue?”
“Ya perduli lah! Walau pun lo tuh ketua kelas nyebelin banget, kalo lo mati gue bakal sedih juga! Lo tuh—
……..
Yosa terdiam.. ia kaget, karna sekarang Juwar sudah memeluknya.
“J-juwar..”
“Hm?”
“Gue bukan cewek!”
“Iya tau kok”
“Terus kenapa lo meluk gue?! Lo salah orang kah?”
“Gak kok”
“Ya terus?!”
“Gue habis kena marah papah, karna nilai gue turun. Makanya suasana hati gue sekarang jadi buruk, gue butuh di peluk supaya bisa semangat lagi.”
“Yang di peluk, harus gue banget?”
“Karna cuma ada lo”
“…. iya juga sih”
“Gak papa kan Yos?”
“T-tapi jangan lama”
Juwar semakin mengeratkan pelukannya. Sudah lama ia tidak merasakan hangatnya sebuah pelukan.
“Masa cuma gara-gara kena marah papah lo karna nilai turun, lo mau mati?”
“Papah gue terlalu terobsesi sama nilai tinggi.. gue paham kalo itu demi kebaikan gue, tapi.. ada saat di mana gue muak sama keinginan papah gue. Capek, gue pengen lari.. gue selalu bilang gak papa sama diri gue sendiri, gue pasti bisa bertahan. Tapi sebenarnya yos.. gue gak pernah merasa nyaman satu hari pun”
Tangan Yosa perlahan mulai mengelus punggung Juwar.
“Iya lo benar ju.. melelahkan, menjalani hidup karna keinginan orang lain.. adalah siksaan.”
“Ah maaf..”
Juwar melepaskan pelukannya.
“Makin malam, gue makin melantur”
“Jujur gue agak kaget sih, ini pertama kali gue bisa lihat sisi rapuh lo Ju”
“Lupain”
Juwar memalingkan wajahnya, enggan menatap Yosa.
“Jangan mati Ju..”
“…. maaf”
“Kenapa minta maaf?”
“Karna tadi gue mau mati”
“Gak usah minta maaf.. bukan salah lo, keinginan buat mati.. atau kabur dari rumah kaya sekarang, bukan salah lo.”
“Iya?”
“Iya! Karna kita masih 18 tahun”
“Masih 18 tahun..”
“Kita masih remaja.. menurut gue orang dewasa dan dunialah, yang membuat lo berpikir kalo lo itu salah. Lo gak punya kesalahan apapun! Gak usah ngawatir. Lo pintar Ju! Beberapa hari kemudian semuanya pasti bakal baik-baik aja. Ayo semangat! Kita lewatin ini bareng-bareng”
“Bareng-bareng?”
“Yes!”
Senyum manis Yosa berikan.
Senyum manis Yosa.. selalu berhasil menenangkan hati Juwar. Rasa sakit di hatinya perlahan reda, ternyata ia tidak sendirian.. Juwar masih memiliki Yosa.
“Makasih..”
Yosa mengangguk.
“Besok ada ulangan kan Ju?”
“Iya”
“Semangat! Ayo besok kita lakuin yang terbaik”
“Cih, lo ada belajar?”
“Gak ada sih..”
“Tolol”
“Santai, gue bisa belajar nanti pagi”
“Kebiasaan.. dari dulu lo emang gak pernah berubah”
“Bodo amat, ayo pulang! Gue udah ngantuk Ju”
“Ya udah ayo”
18 tahun adalah usia di mana kamu harus bertahan.. menghadapi kesulitan yang akan mulai berdatangan tanpa henti.
Tak apa jika merasa muak dan lelah, tapi.. jangan pernah menyerah. Walau gagal, itu bukan alasan untuk berhenti. Tetap semangat, karna jika kamu mencari jalan dengan semangat.. kamu akan menemukan yang baru.
4 notes · View notes
hayzannisa · 7 months ago
Text
drama permasalahan adikku masih berlanjut, dari satu masalah kemasalah lainnya, masih mengesalkan, sangat mengesalkan. miris. menyedihkan. menyakitkan. ibuku masih menjadi korban terbesar dari semua drama ini, hartanya dirampas, hatinya dihancurkan, dan DISALAHKAN. seolah semua ini terjadi karna ibuku yang tidak pernah 'memahami' kondisinya. what the fuck. gak ada otaknya ini anak. ingin ku tampar mukanya. ingin ku benturkan kepalanya, ingin ku memaki didepannya. tapi sudah dapat dipastikan hasilnya akan memperburuk keadaan. dari kejadian sebelumnya ketika aku 'memarahinya' melalui WA, ia tidak pulang sama sekali ke rumah selama 2 minggu lebih. sampai - sampai dia lebih memilih untuk melaundry bajunya dari pada pulang, lebih memilih untuk membeli pakaian baru dari pada pulang, lebih memilih menjual ikan peliharaannya untuk membeli keperluan dan makan dari pada pulang. definisi pecundang sesungguhnya, bodoh. dia lebih memilih lari dari masalah yang telah dia perbuat sendiri dari pada menghadapinya, kemudian kembali untuk menyalahkan ibuku seolah akar masalahnya adalah ibuku, harus kusebut apa dia kalau bukan pecundang bodoh? . sekarang untungnya adikku sudah mau pulang ke rumah meski hanya sebentar kemudian berkeliaran lagi entah kemana.
saat ini aku sangat bingung bagaimana menghadapinya, karna tiap kali kami singgung tentang masalah yang dia buat moodnya akan langsung berubah 180 derajat. padahal itu masalah yang dia buat loh, aneh. dia kayak lebih sensi dari pada remaja wanita yang sedang datang bulan. tapi kalau tidak kami tanyakan tentang masalah yang dia buat ini dampaknya kena juga ke kita. see?? yang bikin masalah 1 makhluk ini yang kena ruginya 1 keluarga. cape. cape banget ngadepin mahkluk bodoh satu ini. masalah terakhir yang dia bikin adalah masalah mobil, mobil keluarga dia rentalin TAPI sampe sekarang belom balik, udah gitu, BPKB mobil itu dia gadai. di GADAI. holy fuck. itu mobil keluarga. bisa bisanya dia gadai BPKB itu mobil, udah gitu mobilnya di rental belom balik - balik lagi sampe sekarang. kepalaku udah pusing banget mikir gimana caranya ngadepin anak ini satu gimana. di kerasin dia kabur, dilembutin dia ngelunjak. emang dasarnya dia gak mau ngedengerin omongan kita mungkin jadi apapun yang kita omongin ke dia. mau sebaik apapun cara penyampaiannya gak akan sampe ke telinganya kalo dia gak mau dengerin.
dan lagi pusing pusingnya mikirin gimana cara ngadepin anak ini satu, bisa-bisanya anak orang lain ada yang bilang gini depan mukaku 'da yang berjuangnya cuman mamahnya aja, kakak - kakaknya pada diem, cuek' .... HELLO???? BISA GAK SIH DIEM AJA?? GAK USAH NAMBAH NAMBAH EMOSI DEH PLIS. AAAAARRRRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHHHH!!!!!!!!!
2042024
0 notes
naufal-portofolio · 10 months ago
Text
Balada Ching-Ching oleh Maggie Tiojakin: Ulasan Buku
2023
Tumblr media
1. "Anatomi Mukjizat" Beres baca, reaksi gue cuma: Oh, ini kisah sederhana sekaligus sedih tentang kematian. Tentang relationship yang rumit antara perawat laki-laki dan pasien kanker remaja perempuan yang sudah kritis. Tapi, setelah direnungkan lagi dan mengingat beberapa detil di sini, kok gue malah berpikir si istri perawat adalah malaikat maut dan harusnya yang meninggal si perawat, bukan si gadis kanker itu ya?
2. "Liana, Liana" Pendek banget dan nyaris semua plot terjadi di kepala si Liana, alias narator kita. Intinya sih, cerpen ini berkisah tentang remaja perempuan yang overthinking banget "cuma" karena ibunya kelamaan nggak pulang-pulang dari supermarket. Hhh... Terdengar remeh memang. Tapi, gue suka gimana Mbak Maggie mengemas overthinking itu sehingga kita pembaca ikut gemasss...
3. "Apa yang Kamu Lihat di Kartuku, Sayang?" Seorang laki-laki, pasca diramal lewat kartu oleh pacaranya, menjadi selalu khawatir dan takut akan maut. Setiap hari kerap bertanya-tanya: Apakah hari ini aku akan mati... Bagaimana aku mati... Ending-nya sangat open dan berhasil menggambarkan anxiety si lelaki.
4. "Kawin Lari" Cuma satu adegan pendek dan sebentar banget! Sepasang kekasih, di suatu malam, memutuskan untuk menumpang bus dari kota asal mereka menuju Lost Angeles. Sesuai judul, mereka bermaksud kawin lari. Dari plot yang singkat itu, pembaca diberi ruang untuk menerka-nerka: kenapa si perempuan sungguh bucin? Kenapa si lelaki senggol bacok? Setelah pertengkaran di bus apabkah mereka jadi menikah?
5. "Balada Ching-Ching" Cerpen yang jadi judul buku ini. Secara konten, "padat" banget karena banyak yang dibahas. Rasisme, bullying, patriarki, dan topik lain yang sekilas terlihat remeh, tapi ternyata harus kita challenge juga. Sesaat setelah merampungkan cerita ini, gue membatin: Kok ending-nya Ching-Ching dibuat kayak gitu penyelesaian konfliknya? Seperti agak kurang nyambung, tapi pas dipikir lagi, make sense!
6. "Dua Sisi" So far, ini cerpen terpanjang. Dengan latar kejadian 9/11 di Amerika, narator kita, laki-laki diaspora Indonesia yang bekerja di New York, menjadi saksi tragedi itu. Konflik mulai timbul saat dia bertemu dengan seorang perempuan muda keturunan Timur Tengah. Setelah itu, pembaca diajak untuk mengikuti interaksi mereka yang naik-turun. Tapi, asli dah, twist-nya nggak nyangka banget! *sigh*
7. "Ruang Tunggu" Narator perempuan tua, sebuah ruang tunggu rumah sakit, dan baru menyadari bahwa di usia senja, dia memiliki penyakit.
8. "Luka" Kisah sederhana dan singkat. Seorang laki-laki terapis pijat kaget saat menemukan "luka" di kaki seorang perempuan kliennya. Dari situ, pikiran si lelaki menjadi mengembara. Jujur, masih belom begitu paham dengan ending-nya...
9. "Suami-Istri" Sederhana dan romantis. Dituturkan lewat sudut pandang si suami, cerpen singkat ini basically bercerita tentang perayaan ulang tahun si istri yang dirayakan cukup mewah di sebuah hotel. Setelah balik ke rumah dan bercinta, si suami mulai flashback bagaimana mereka dulu saat muda bisa bertemu dan bersama dan kemudian menikah. Di usia yang sudah tua, mereka masih belum punya anak.
10. "Di Balik Sebuah Tatapan" One of my fave! Tapi sayang cukup pendek. Ini misalkan dipanjangin lagi kayaknya bakal seru. Bahkan, dibikin novela deh. Pasti gokil! Kayak, bayangin ada perempuan yang batalin pernikahannya karena baru tau ternyata pacaranya gay... Dan, ini nih yang bikin seru... Sebulan kemudian, si perempuan hamil. Iya, hamil anak dari mantan yang gay itu huhuhu
11. "Tawa Elisa" Basically, ini kisah perselingkuhan (hadeh). Konfliknya sesimpel si suami mulai ragu dengan affair-nya dan harus pilih tetap dengan istri-anaknya atau kabur dengan selingkuhannya. Gue nggak gitu puas sih dengan cara penyelesaian masalah dan ending-nya. Tapi, gara-gara cerpen ini baru sadar, banyak adegan ranjang di beberapa cerita di kumcer ini dan Mbak Maggie jago juga nulis scene panas.
12. "Sekali Seumur Hidup" Semua berawal dari pemadaman listrik di malam hari. Narator kita, Edi, memutuskan naik ke genteng rumah untuk melihat bintang sambil merokok. Nggak lama, datang tetangganya, Vitta, untuk bergabung. Dari situ, mereka ngobrol dan nggak nyangka banyak rahasia terkuak. Sampai ending, gue masih menduga bahwa janin yang dikandung Vitta adalah hasil anu sama si Edi....
13. "Obsesi" Mengeksplorasi bagaimana mental seseorang yang sakit hati tidak bisa bersama dengan kekasihnya sampai bedampak menjadi sebuah obsesi. Tepatnya, obsesi yang tidak sehat.
Tumblr media
0 notes
baliportalnews · 11 months ago
Text
Polisi Dalami Kasus Dugaan Pemerkosaan Remaja di Buleleng
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG - Unit PPA Satreskrim Polres Buleleng masih terus mendalami kasus dugaan aksi pemerkosaan terhadap seorang remaja perempuan berusia 18 tahun asal salah satu desa di Kecamatan Seririt, Buleleng, pada Selasa (12/12/2023) lalu. Kanit IV Unit PPA Satreskrim Polres Buleleng, IPDA I Ketut Yulio Saputra menyampaikan, hingga saat ini pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap lima orang saksi termasuk korban dan juga terlapor. Hasilnya terdapat perbedaan keterangan antara terlapor dan korban. "Kita sudah periksa lima saksi, ada dari pihak korban, terlapor, hingga pemilik kos yang diduga digunakan untuk melakukan aksi pemerkosaan," ucap Kanit IV Unit PPA Satreskrim Polres Buleleng, IPDA I Ketut Yulio Saputra, Kamis (21/12/2023). Sementara, hasil visum fisik dan psikiater dari rumah sakit sudah keluar. Dimana ditemukan luka robek akibat gesekan pada bagian alat vital korban. Kemudian hasil pemeriksaan psikiater juga menerangkan bahwa korban memang menderita depresi, sehingga kedua hasil itu sesuai dengan keterangan korban. "Semua itu (hasil visum) mendukung keterangan korban. Karena kan berdampak ke korban lantaran adanya dugaan paksaan dan lainnya," jelas Yulio. Disamping itu, IPDA Yulio menyebut pihaknya masih terkendala rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian. Sebab hasilnya tidak menguatkan adanya aksi pemerkosaan tersebut. Namun nantinya pihaknya akan memeriksa rekaman CCTV di sepanjang jalan menuju lokasi rumah bibi korban. "CCTV tidak ada yang menguatkan, tapi kami akan menyusuri CCTV di sepanjang jalan menuju lokasi rumah bibi korban," imbuh dia. Sebelumnya, seorang perempuan berusia 18 tahun asal Kecamatan Seririt, Buleleng, diduga menjadi korban pemerkosaan di sebuah kos-kosan di Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, usai nekat kabur saat dirawat di RS KDH Bros karena percobaan bunuh diri gegara broken home. Korban diajak terlapor dengan iming-iming akan mengantarnya pulang ke rumah bibinya di salah satu desa di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Namun korban diduga diajak ke kos-kosan, lantas diperkosa oleh terlapor. Usai melancarkan aksi bejatnya, terlapor kemudian mengantar korban ke rumah bibinya. Di sana korban mencoba merebut kunci motor terlapor agar tidak bisa melarikan diri. Sehingga terlapor akhirnya berhasil diamankan dan dibawa ke kantor desa untuk diserahkan ke Polsek Kubutambahan.(dar/bpn) Read the full article
0 notes
iron-fence · 11 months ago
Text
Sudut pandang orang ketiga
Tumblr media
Wanita sudah lama berdiri di pojokan meja itu.
Aku, seperti alang-alang, yang akan hijau di kala musim hujan dan menguning di musim kering.
Sudah lama aku disini, semua berlalu seperti hari hari biasa, seperti rokok yang akan habis pada waktu nya.
Acara pesta ini tak akan pernah selesai, mungkin aku yang akan pergi terlebih dahulu.
Tak kala malam itu, aku melihat bayangan gelap seorang lelaki, tapi bayangan itu aku tau, bayangan itu sering masuk ke acara pesta ini, dan banyak yang seperti mereka.
Tak lama aku melihat juga, seseorang yang terlalu goyah untuk berdiri di atas kakinya, dan banyak seperti mereka di pesta ini.
Aku menghisap sebatang rokok, ntah mengapa aku penasaran, seperti nya kedua orang ini akan menceritakan sesuatu hal.
Kadang seperti anak anjing, kadang seperti burung merpati, tingkah mereka cukup aneh bagiku.
Di acara pesta ini sepertinya akan terjadi sesuatu, aku berguman seperti ini terus menerus. Tentu sambil bertanya tanya siapa mereka.
Gelas demi gelas, botol pun tambah di tempat mereka berpesta
Sedangkan aku, tak sadar rokok yang sedari tadi menemani tinggal 1 batang saja. Tak mau aku lengah, aku mintakan pembantu tuan rumah membelikan untukku.
Semakin larut, akhirnya mereka pun menari,
Tarian mereka sangat liar, bahkan sampai di tempat aku berdiri aku bisa merasakan genderang dentakan dada mereka.
Seperti para penari latin, tapi kadang mereka seperti anak remaja, kadang juga mereka hanya berpelukan.
Apa aku semakin pusing, atau terlalu terpukau.
Ini seharus nya biasa, seperti yang orang orang yang selalu datang.
Tiba tiba, aku melihat bayangan mereka.
Bayangannya sudah berubah, menjadi Merah
Rasa geli tepat di sendi, bola mataku tak bisa berkedip, pandanganku tiba tiba kabur, kakiku tak tahan lagi untuk menopang badan. Aku bergegas mengambil tas, dan pergi dari pesta itu.
1 note · View note
bubblevlu · 1 year ago
Text
Her Problem
Saat mereka berjalan bersama sama, tak sedikit murid menggoda mereka. Aran dengan sikap cueknya tidak merasa terganggu. Berbeda dengan Natha. Dia sedikit takut dengan godaan dan tatapan yang dilayangkan murid murid.
Sesampainya di ruang guru, Natha segera menemui guru pelajaran sebelumnya. Sedangkan Aran bertemu dengan guru BK.
“Natha ya?” panggil guru itu
“I iya” panggil Natha
“Natha. Bapak mau bilang. Tolong perbaiki nilai akademis mu. Saya tahu kamu tidak suka pelajaran saya. Tapi, bapak mohon kamu agar mendengarkan guru yang menjelaskan. Gak cuman pelajaran bapak doang. Pelajaran guru lain juga. Mengerti?” nasihat guru itu dengan ekspresi wajah khawatir
Natha. Selain sikapnya introvert, dia buruk dalam akademis. Nilainya pas pasan. Tak ada bakat, tak ada yang dapat dia banggakan. Kelebihannya adalah lari dari masalah.
“Siap pak mengerti” jawab Natha
“Ya sudah kamu kembali istirahat” perintah Pak guru
“Siap”
Gadis itu yang selalu memasang wajah ketakutan dan kekhawatiran (kecuali dengan Alan) segera pergi dari ruang guru dan pergi ke belakang sekolah. Meratapi dirinya yang begitu menyedihkan.
“Kamu lagi. Kita ketemuan terus deh” ucap Aran yang tiba tiba datang di hadapan Natha
“Kamu? Kok bisa kabur dari amarah guru BK? Kan guru BK suka ceramah Panjang lebar” tanya Natha
“Alibi” jawab Aran sembari duduk di sebelah Natha
“Kamu gak takut kita ketahuan murid murid? Kita dekat lapangan loh” tanya Aran
“Ini semak semak besar. Kita tak mungkin ketahuan. Apalagi ini dilindungi tanaman tanaman yang merunduk” jawab Natha
“Kamu memang selalu menemukan tempat tempat yang istimewa” puji Aran
Natha yang mendengar hal itu langsung tersipu malu.
Mereka terus berbincang satu sama lain hingga bel masuk pelajaran berikutnya memberhentikan aktivitas mereka. Natha dan Aran pergi ke kelas masing masing dan mengikuti pelajaran hingga selesai.
Selesai sekolah, Natha cepat cepat pergi dari bangunan itu. Alasannya bukan untuk menjauhi Aran (mungkin sedikit) tapi ia ingin ke tempat Alan bekerja. Pada jam pulang sekolah, tempat kerja Alan sepi. Jadi, Natha dapat sesuka hati melihat Alan bekerja.
Tapi, sayangnya Natha harus pergi ke tempat kerja Alan lain hari. Karena, mamanyadatang menjemput dia.
“Thana, ayo cepet masuk” perintah mamanya
Sang empunya nama hanya diam saja. Tak mengindahkan perintah mamanya
“THANA!” teriak mamanya sehingga membuat murid yang berlalu lalang melihat Natha dan mamanya.
Natha pun berlari ke arah bukit. Ia tak peduli ia akan dimarahi mamanya. POKOKNYA DIA TIDAK AKAN PULANG KE RUMAH SAAT ORANGTUANYA PULANG AWAL.
Remaja itu terus berlari hingga sampai di rumah neneknya. Sebenarnya, itu bukan neneknya. Tapi, itu adalah penjaga kebun sekolah dulu. Natha adalah teman baik nenek itu. Kadang, Natha menginap di rumah nenek itu kala ada masalah di rumahnya.
“Nenek” ucap Natha ngos ngosan
“Kamu datang kemari cu?” tanya nenek
“I iya” jawab Natha sedang mengatur napasnya
“Loh Natha?” tanya seseorang yang Natha rasa pernah dengar suaranya
Natha pun melayangkan pandangannya ke arah orang itu. Lalu, ia terkejut seketika. Alan. Cowo itu sudah berdiri di hadapanya dengan ekspresi yang sulit Natha artikan.
Terkejut?
Marah?
Khawatir?
Chapter 4 : end
Title: Natha and Her Teenager Life
b o n u s  p i c t :
Tumblr media
tempat persembunyian Natha
0 notes
bantennewscoid-blog · 1 year ago
Text
Remaja Putri di Kragilan Serang Meninggalkan Rumah
SERANG – Seorang remaja putri warga Kampung Kosambi, RT 003 RW 001, Desa Kendayakan, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang bernama Aat bin Solikin meninggalkan rumah. Perempuan berusia 19 tahun itu meninggalkan rumah pada Minggu 3 September 2023 sore. Aat pergi dari rumah orangtua tanpa pamit dan tanpa pesan kepada keluarga. “Pernah ada informasi katanya ada yang lihat di daerah Rangkasbitung.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
aboutbdgcom · 2 years ago
Photo
Tumblr media
AAS (17), DPO kasus penganiayaan dan pembacokan terhadap seorang remaja asal Kota Cimahi sampai tewas akhirnya diamankan jajaran Satreskrim Polres Cimahi. . AAS berperan sebagai pelaku utama tewasnya korban atas nama Muhammad Rizki Najmudin (20). AAS diketahui membacok korban yang sedang berjalan di gang menuju rumahnya pada Minggu (5/2/2023) lalu. . Sebelumnya, polisi terlebih dahulu menangkap lima orang rekan AAS, yakni MFPU (19), NBR (19), MA (19), RFF (18), dan KAH (17). Mereka mengaku sebagai anggota geng motor Pelajar Moonraker Kebon Kopi, Kota Cimahi. . "Untuk AAS ini sudah kami tahan. Jadi dia ini diserahkan langsung oleh orangtuanya ke Mapolres Cimahi hari Sabtu (19/2/2023) kemarin," ujar Kasat Reskrim Polres Cimahi, AKP Luthfi Olot Gigantara, Selasa (21/2/2023). . Selama menjadi DPO, tersangka AAS diketahui kabur-kaburan dan bersembunyi ke beberapa tempat. Namun lokasinya masih di sekitaran tempat tinggalnya di Dago, Kota Bandung. . "Jadi awalnya dia bersembunyi itu karena kaget korbannya meninggal. Dia itu selama DPO tinggal di hutan-hutan dekat rumahnya. Kadang dia pulang malam harinya kadang nggak pulang juga. Jadi pindah-pindah ke rumah keluarganya yang lain," ucap Olot. . Ia menyebut ada peran orangtua tersangka AAS di balik aksi kabur-kaburan tersebut. Sampai akhirnya paman dan pihak sekolah melakukan pendekatan pada orangtua tersangka agar menyerahkan AAS. . "Jadi kita sudah kejar ke keluarga dan sekolahnya, tapi bilang nggak tahu. Akhirnya ya pamannya membujuk orangtua AAS supaya anaknya diserahkan biar tidak kenapa-kenapa," kata Olot. . Alasan lain dari orangtua tersangka menyerahkan AAS yakni karena ramainya pemberitaan soal ultimatum polisi yang akan memberikan tindakan tegas dan terukur terhadap anggota geng motor terlibat kriminal. . Sumber: Detik.com . Follow, like, komentar dan tag temanmu untuk ikut bersama kita guys! - #bdg #aboutbdgcom #aboutbdg #bandung #beritabandung #allaboutbandung #like4likes #bandunginfo #wisatabandung #jalanjalanbandung #explorebandung #jelajahbandung #pemrpovjabar #kotabandung #kabupatenbandung #kabupatenbandungbarat #bandungjuara #viralbandung #seputarbandung #infobandung #infobdg #infobandungraya (di Kota Bandung) https://www.instagram.com/p/Co9LU_wrDWF/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
goriaucom · 2 years ago
Text
Siswi SMA di Duren Sawit yang Dilaporkan Hilang Ternyata Sengaja Kabur
JAKARTA – Ela Septiana, remaja putri warga Duren Sawit, Jakarta Timur, yang dilaporkan hilang sejak 19 November 2022 lalu, ternyata bukan menjadi korban penculikan, melainkan sengaja kabur dari rumah. http://dlvr.it/Sgsxgv
0 notes
aiiueo · 3 years ago
Text
Perjalanan Yi dan Seekor Yeti
Sutradara & Penulis : Jill Culton
Produser : Suzanne Buirgy & Dave Polsky
Perusahaan Produksi : Dreamworks Animation & Pearl Studio
Durasi Film : 109 menit
Film ini mengisahkan seekor Yeti yang kabur dari laboratorium. Dia lari keluar lab dan tersesat ke perumahan. Dia pun singgah di atap rumah anak bernama Yi. Pada akhirnya Yi secara tidak sengaja bertemu dengan yeti itu saat bermain biola di atas rumahnya. Ternyata yeti itu terluka. Tetapi, saat hendak mengobati yeti tersebut, ada tim pencari dari lab. Untungnya, mereka berhasil sembunyi. Yeti ini ingin ke gunung Everest dan Yi menamai yeti ini dengan nama Everest.
Perjalanan menuju Gunung Everest dimulai. Mereka menaiki kapal untuk ke suatu daerah yang memudahkan mereka menuju gunung itu. Tetapi tim pencari bahwa yeti itu ingin menuju Gunung Everest. Mereka pun mulai bergegas mengikuti jejak Yi dan kawan-kawan.
Perjalanan yang panjang serta aksi kejar-kejaran terjadi. Singkat cerita, Yi dan kawan-kawan sampai di Gunung Everest. Begitu juga dengan tim pencari. Sesampainya di gunung itu, mereka memperebutkan yeti itu. Dan akhirnya yeti itu dibebaskan di gunung Everest oleh Yi dan kawan-kawan.
Film ini cukup mudah dipahami dan bisa dinikmati oleh anak-anak maupun remaja. Bahasanya pun mudah dipahami anak-anak. Tetapi, alur ceritanya cukup mudah ditebak. Secara keseluruhan film ini masih sangat layak untuk dinikmati.
3 notes · View notes
manifestasi-rasa · 4 years ago
Text
Otak Reptil
Beberapa bulan lalu, pas saya baca novel Finding Audrey-Sophie Kinsella, Audrey sbg tokoh utama sering nyalahin bagian otak kadalnya, alias otak reptil atas gangguan kecemasan dirinya. Waktu baca, saya tuh ngga paham apa itu otak kadal-otak reptil, saya kira Audrey cuma mengambing-hitamkan bagian otak yang saya kira ngga ada wujudnya. Ternyataaa, pas menyimak kajian Dr. Aisah Dahlan, belio sering menyinggung tentang otak reptil yang menempati salah satu bagian otak kita beserta fungsinya. Oooh, otak reptil di manusia ternyata beneran adaa. 
Jadi, otak ini terletak di bagian paling belakang otak kita, yang terhubung sama tulang belakang, jadi bentuknya dia kek batang. Yups, bisa disebut batang otak. Seperti namanya, otak reptil ini bener-bener punya sifat kek reptil. Ular misalnya, kita punya otak yg sama dengan ular, aw. Misal nih kamu lagi jjs (jalan-jalan sore) terus di tengah jalan ada makhluk melata, dan ngga sengaja pandang-pandangan sama kamu (uhuy), gimana respon doi liat kamu? Ada dua kemungkinan, kalo jaraknya jauh, jadi si ular ngga kerasa terganggu, dia bakal melenggang pergi aja tuh, meninggalkan kamu yang lagi berdiri sambil ndredeg, awkwkwk. Tapiii, kalo dia rasa jaraknya membuat dia terancam, dia bakal menyerang, ngasi gigitan sayang, misalnya. Btw, kejadian berpapasan ndk sengaja ketemu ular di jalan ini relate buat rangorang yang tinggal di pedesaan loh, lebih-lebih yang rumahnya mewah, mepet sawah.
Otak reptil berfungsi saat kita lagi merasa terancam dan yang nongol di kepala kita tuh Fight or Flight. Jadi saat ketemu Ular, dan ndilalah takut, otak yang berfungsi saat itu sama seperti otak si Ular. Jadi, kalo ketemu ular mau kabur ato lawan, sist? Mo lari udh lemes duluan, apalagi ngelawan yaaw~ Kalo otak yang main di emosi, kita sebut otak mamalia ato sistem limbik. Iyaa, kita tuh kalo ngga berakal udh kek hewan.
Saat merasa terancam, bagian yang paling berfungsi ya otak ini. Terancam di sini berlaku buat kondisi apapun. Ketemu hal yang menakutkan, berhadapan sama masalah, bahkan ketemu orang. Seperti kasus yang dialami Audrey dalam novelnya tante Sophie (bukan audrey yang ngeprank nasional itu lho), Audrey yang masih remaja 14 tahun ini kena masalah psikologis berupa gangguan kecemasan terhadap orang-orang asing. Jadi sepanjang hari dia cuma ndekem di kamar. Tiap keluar rumah mesti pake kacamata item (keknya dia juga takut tatapan mata sama orang lain), bahkan di dalem rumah pun ngantongin kacamata buat jaga-jaga. Audrey ini tiap ketemu orang lain selain keluarganya selalu merasa terancam, yang mana aktiflah otak reptil ini, yang ngomando dia supaya Fight or Flight. Tapi seringnya sih dia kabor~
Tapi tentu aja ngga selamanya dia begitu, Sophie Kinsella nyeritain gimana Audrey survive supaya bisa ketemu dan interaksi sama orang-orang dengan pikiran normal, bahkan pada akhirnya dia dapet pacar, hhh. Dan, of course perilaku Audrey ini ada sebabnya, yang kalo kalean mo tau, baca sendiri aja yaa bukunya, Available on iPusnas!
Dari cerita Audrey, bisa disimpulkan kalo kita juga bisa kok, memilah mana aja yang bisa jadi ancaman buat kita. Kayak masalah, kalo kita nganggep masalah sebagai ancaman, terus yang ting!  di otak adalah Cepat lari!, maka selamanya kita ngga akan bertumbuh. Kita ngga bakal tau gimana cara mengurai suatu masalah karena kita selalu menghindar.
Dulu, saya tuh pernah di masa takut banget sama ulet, apalagi ulet bulu yang bulunya njewuwuk gitu, auto merinding sampe mo nangis. Sampe saya ngerasa kalo lebih baik ketemu Ular daripada ulet. Tapi pas saya suka main tanah alias nandur-nandur, mau ngga mau saya jadi ketemu bermacam-macam ulat. Dari yang ijo botak ginuk-ginuk, sampe yang langsing tapi bulunya njegrak-njegrak. Awalnya, tentu aja saya girap-girap sendiri, teriak-teriak manggil umi. Tapi lama kelamaan, rasa takutnya berkurang, cuma geli aja, sama merinding-merinding sedap.
Selain ulet, saya juga beberapa kali ketemu ular, yang bukannya fight of flight, otak saya malah konslet, jadi saya cuma bengong mandangin dia. Salah satu ceritanya saat saya masih SD. rumah saya dulu persis di depan sawah, cuma kepisah jalan desa dn selokan yang lumayan gede. Tiap senja tiba, pemandangannya cakeep bangeet. Mataharinya berpulang diantara dua celah gunung. itu plusnya. minusnya, tentu aja kami jadi sering kedatengan hewan melata ini. 
Suatu hari, Umi abi saya pergi sampe maghrib, ninggalin saya dn adek saya yang masih kecil di rumah (ini jadi hal yang umi sesali karena sering ninggal kita pas kecil). Adek saya udh tidur sore-sore, saya nunggu umi abi sambil berdiri di tepi pintu. Nah, pas saya berdiri ini tiba-tiba ada ular gede melata dari selokan, naik ke atas di depan teras rumah kami. Saya liat, tapi butuh berdetik-detik kemudian buat sadar kalo itu ular. Pas tau kalo itu ular, saya malah bengong liatin dia. Dia juga tiba-tiba berhenti dan liatin saya balek sambil lehernya berdiri (leher ular yang manaa awkwkwk). Diliatin balek, saya juga masih bengong. Barulah pas dia melenggang pergi, jantung saya kayak jadi kemasukan dua jiwa, deg degan kenceng banget. Saya panik, YaAllaaah ituu ulaar gedeee. Saya lari ke dapur dan ambil garem, terus saya sebar di seluruh penjuru rumah sampe garemnya habis. Selese menabur garam, umi abi saya dateng, saya yang masih ndredeg langsung nangis sambil cerita. Ternyata lebih baik ngga ketemu ulat maupun ular, wkwk.
Malem harinya, entah gimana, ular itu muncul lagi. Tapi kali ini yang nyaksiin tuh beberapa bapak-bapak yang lagi kebetulan lewat ato gimana (lupa), dan karena ngerasa ular ini meresahkan, dibunuhlah dia. daaaan, ternyata lagi hamil dong, hiks. dari perutnya keluar cangkang telur yang tentu aja udh pecah T.T (inget kan ular binatang yang berkembangbiaknya scr ovovivipar) Esoknya, saya juga liat sendiri cangkang telurnya yang masih tersisa di jalan. Rasanya sedih tapi juga lega (loh). Sebenere banyak juga cerita gimana kami ketemu ular. Tapi bisa panjang banget kalo diceritain satu satu wkwkwk.
Sekarang rumah kami sudah pindah, meski masih satu dusun. dari yang mepet sawah, sekarang mepet kebon. Jadi, binatang yang jadi tamu beda lagiii. Meski ular masih termasuk sih.
Nah, begitu ya gengs, saat merasa terancam, kamu punya dua pilihan, lawan atau kabur, ya sesuaikan kondisi aja. Kalo pas banjir ato kebakaran (naudzubillahi min dzalik), tentu aja lariiii! ngga bisa juga kan, melawan banjir~ Tapi saat ketemu hal yang bikin terancam, tapi aslinya bisa diselesaikan, coba aja^^ InsyaAllah bikin kita bertumbuh dan berkembang.
19 April, 2021. Hari ke-7 Ramadhan 1442.
 22.03 WIB.
Nulis ini buat membangun mood belajar yang ilang entah kemana pdhl bsok UTS dn gw masih ngerasa kosong banget tapi mo buka kitab rasanya hmmbbrr
23 notes · View notes
ceritaanak99-blog · 3 years ago
Text
Long Story
Aku takut dianggap berlebihan atau melebihkan atas apa yang kurasa.
Terlihat biasa saja memang, tapi percayalah ini sangat mengganggu keseharian dan pikiranku, hampir setiap hari berjuang dengan perasan dan pemikiran yang tidak mengenakan ini.
Hidup dalam keluarga yang sering marah dan bernada tinggi. Figur ibu dengan sifat yang selalu membuat aku kesal, marah dan sakit hati. Tidak mau mengakui kesalahan dan terus merasa dirinya menjadi korban. Bukan aku saja yang merasakan, tapi semua anggota keluarga lain pun menganggap seperti itu. Tapi kami hanya diam, tidak bisa melawan. Karena kami tau itu akan sia-sia dan akan menjadi pertengkaran hebat. Banyak kejadian yang membuatku tidak nyaman, terlalu panjang jika ku tulis semuanya.
Dibesarkan dengan seperti itu, entah ada hubungannya atau tidak. Semua saudara termasuk aku memiliki sifat tempramen, mudah marah dan meninggikan suara. Di keluarga sering kali bilang aku adalah orang paling “galak”. Akupun mengakui, aku tidak mengelak. Sikap itu terkadang bisa aku kontrol dan bisa tidak terkontrol. Itu juga menjadi salah satu hal yang membuat aku overthinking. Aku tidak mau tumbuh dengan sikap seperti itu, aku selalu takut akan seperti sifat ibu tanpa aku sadari. Karena ku tidak ingin menyakiti orang-orang sekitarku dan calon keluarga kecilku kelak. Aku tidak mau mereka mengalami hal yang aku alami, tidak enak rasanya.
Sejak remaja aku selalu bertengkar dengan ibu. Masalah spele yang menjadi besar, aku belum bisa mengontrol emosi ditambah sifat ibu yang seperti itu, tentu semuanya akan meledak lah sudah. Saat ini pun masih, hanya intensitasnya berkurang seiring kedewasaanku bertambah. Saat remaja, aku sering kabur dari rumah. Namun cara kaburku berbeda, aku tidak secara terang-terangan mengatakan ingin kabur. Kabur ku adalah dengan cara bermain kerumah teman, pergi ke supermarket, pergi ke rumah lainnya hanya untuk menyendiri.
Hingga tiba ada suatu kejadian, yang membuat satu keluarga berselisih paham dan emosi. Aku merasa di salahkan atas kejadian tersebut. Aku memutuskan untuk tidak berkomunikasi selama hampir 1 bulan lebih dengan keluarga ku. Ntah apa motivasiku, tapi aku menganggap aku lebih baik diam tidak berbicara walau kami tinggal serumah. Orang tuaku yang tidak tahan atas sikapku, mereka meminta maaf tetapi memaksaku untuk meminta maaf dan memaklumi atas kejadian tersebut. Lama sudah waktu berlalu, karena ada suatu hal, itu membuatku terpaksa untuk memulai berbicara kepada mereka. Akhirnya aku putuskan untuk menyudahi semua ini. Namun aku masih trauma atas kejadian itu, dan tempat nya. Setiap aku melihat tempat makan itu aku selalu teringat dan selalu menghindari tempat tersebut lagi. Sebisa mungkin aku tidak berhubungan dengan tempat itu.
Banyak hal yang aku lewati, termasuk keadaan terpuruk ku yang tidak masuk jurusan yang diinginkan akibat janji palsu dari orang tua. Selama satu tahun pertama kuliah aku jalani dengan terpaksa. Hampir setiap malam aku menangis, menyesali dan bertanya-tanya. Menghindari semua perkumpulan teman-teman, agar tidak ditanyakan persoalan kuliah dan iri melihat orang lain. Kini aku menjalani nya hingga lulus, karena sudah terlanjur masuk. Mungkin aku tidak sampai memberanikan diri untuk memilih keluar kuliah, prestasiku baik, lulus tepat waktu. Tapi percayalah hari-hari ku berat melewati semua ini. Ditambah dengan beban fikiran dari hal lain.
Kemudian, aku menjadi seseorang yang mudah tersinggung, emosi, sedih dan menangis. Tiba suatu saat aku pun mengulangi hal yang sama, yaitu tidak berkomunikasi dengan orang tua hingga tiga bulan. Ketika aku di rumah, beban mental dan pikiranku lebih banyak. Aku sering menangis setiap akan tidur, mudah tersinggung akan hal spele. Ketika aku berada di kosan juga merasakan hal yang sama, namun menurutku lebih rendah dari pada dirumah. Di kehidupan kosan dan perkuliahan aku pun memiliki kebisaan yang menurutku itu sudah tidak normal. Aku terkadang tiba-tiba menarik diri dari perkumpulan, tidak mau bertemu dengan orang lain, selalu takut akan pndangn orang lain kepadaku, takut dipermalukan. Hingga kebiasaanku yang menyukai gelap di kosanku di sebut “aneh” oleh temanku. Karena aku dianggap tidak normal dengan kebiasaanku yang tidak suka menyalakan lampu walupum di malam hari. Memang, aku tidak suka cahaya terlalu terang, kerumunan orang dan suara berisik. Hal itu membuat aku tidak nyaman sama sekali, rasanya ingin pergi jauh-jauh dari tempat seperti itu.
Saat pandemi tiba, aku menjalani online class. Aku harus berdiam di rumah, tidak di tempat kosanku. Mungkin itu membuatku stress dan terbebani dengan metode pembelajaran baru, tugas yang menumpuk dan kondisi rumah seperti yang diceritakan di atas. Entah ini berhubungan atau tidak, rambutku menjadi rontok parah dan tidak normal. Rambut mulai menipis, berjatuhan dimana-mana. Bukan hanya aku yang menyadari, orang rumah pun sadar dan menyuruhku ke dokter spesialis untuk diobati. Selain itu, entah dari kapan, dari dulu aku sering kali muncul memar di tangan atau kaki selama beberapa hari kemudian hilang. Setelah aku mengamati, memar itu akan muncul ketika aku dalam keadaan cape atau stress. Dan pastinya saat pandemi itu, memar itu muncul. Tidak hanya itu, aku coba menyibukan diri dengan mengikuti kepanitiaan secara online. Ketika hendak rapat online melalui whatsapp, aku ingin berkata sesuatu dalam forum tersebut, tiba-tiba jantungku berdegup kencang, tanganku bergetar hampir menjatuhkan handphone tersebut dan bibir serta gigiku juga bergetar seperti orang yang menggigil. Berbicara pun aku tidak bisa. Kejadian itu berlangsung beberapa detik, cukup lama. Setelahnya aku kaget dan heran, dengan semua kejadian itu. Tidak biasanya aku mengalami hal itu, rasanya seperti ada penykit berat dalm tubuh. Setelah aku mencari-cari, hal tersebut bisa termasuk serangan panik. Terlepas iya atau tidak nya, itulah yang ku raskan.
Aku tidak tau apakah ini berhubungn tau tidak. Ketika ku akan menghadapi sidang akhir profesi, aku tidak merasakan gugup atau takut. Namun beberapa hari setelah menyelesaikan sidang, aku yang tidak punya penyakit magh, Tiba-tiba mendapatkan serangan magh dengan gejala muntah parah dan sakit yang tak kunjung hilang. Hingga akhirnya aku dibwa ke UGD rumah sakit tengah malam dan mendapatkan obat injeksi. Aku menganggap, itu karena makanan yang aku makan sebelumnya. Tetapi aku juga menjadi ragu, karena itu semua adalah makanan yang biasa aku makan. Hingga kakaku seorang dokter mengatakan bawa aku terkena stress karena sidang, dan dia tidak sama sekali mempermasalahkan makanku. Karena dia tau aku tidak punya riwayat maagh. Setelah sembuh aku mencoba memakan makanan yang aku makan sebelumnya. Dan tidak terjadi serangan apapun. Aku tidak tau apakah itu bagian dari psikosomatis atau bukan.
Kini, aku kembali di rumah untuk sementara. Kebisaanku yang sering menangis sendirian dan overthinking tentu masih ada. Dan tentunya ibuku masih dengan sikap yang sama. Pada akhirnya kedua orang tuaku bertengkar hebat, bukan karena aku lagi. Tapi karena bapaku berusaha melawan yang dari dulu tidak pernah melawan ibuku sama sekali. Mendengarnya membuat aku ingin menangis, berpura-pura tidak peduli dan diam di kamar. Hingga pada situasi kembali normal, dengan kondisi keluargaku yang begitu. Aku merasa aku bertambah tidak baik-baik saja. Aku merasa lebih sensitif dan emosional. Pikiran mencoba untuk mati makin sering muncul, namun tidak sampai melakukan atau mencobanya. Selain itu, ketika aku tersinggung atau menyesali perbuatan atau perkataan yang telah aku perbuat dan terucap. Aku selalu ingin menangis dan dada terasa pengap. Jika sudah tidak kuat menahan aku langsung lari ke kamar atau kamar mandi untuk menangis. Di tempat itu aku berusaha menenangkan diri, nafasku mulai pendek-pendek dan menangis. ENtah kenapa, Jika aku terlalu kesal atau menyesali sesuatu, aku ingin menyiksa diri memukul kepala dengan tangan, mencengkram tangan atau kaki dengn kuat, menekan-nekankan kuku pada jari-jari tangan, menggaruk kepala dengan keras dan menjenggut nya. Setelah itu aku akan merasa sedih untuk beberapa saat, dan kembali normal. Namun itu akan berulang ketika aku mulai sakit hati atau menyesal kembali.
Tidak ada tempat atau orang yang bisa aku ajak cerita. Semakin tua aku menyadari semua orang juga mempunyai masalahnya sendiri, sebaiknya aku tidak usah membebani mereka dengan cerita konyolku. Hanya ada satu orang yang aku beritahu secara garis besar atas apa yang aku alami, yaitu pasanganku sendiri. Namun, aku merasa itu tidak cukup. Meskipu dia begitu terbuka dan menerima segala keluh kesahku. Namun aku merasa tidak enak karena tau dia memikul beban dan penderitaan jauh lebih berat dibandingkanku. Sehingga aku membatasi diri untuk bercerita detail atas apa yang aku alami atau rasakan. Seringkali aku mencari aplikasi atau media-media lain untuk menjadi teman ceritaku. Semua itu pernah aku lakukan, walau itu bercerita dengan chattingpada aplikasi yang dibalas otomatis oleh “robot”.
Sampai pada tahap, mencoba dua kali untuk berkonsul dengan psikolog berbeda secara online. Sebelum mengalami keadaan yang lebih mengganggu aku putuskan konsul pada Psikolog pertama, aku mendapatkan respon yang baik. Ramah dan tidak memojokanku sama sekali. Tidak ada diagnosa khusus atas apa yang aku alami, hanya aku diduga merasakan cemas dan overthinking lalu disarankan untuk melalukan butterfly hug.
Waktu telah berlalu, keadaan tidak membaik. Perasaan dan emosiku semakin tidak karuan dan sensitif. Aku putuskan untuk konsul ke psikolog, tetapi berbeda orang. Ketika membuka pertanyaan mengenai keluh kesahku. Aku selalu bingung untuk menjawab, aku hanya memberikan penjelasan sedikit atas apa yang aku alami. Namun respon psikolog tersebut tidak mengenakan bagiku, aku merasa orang yang bodoh dan konyol untuk memulai konsul pada psikolog. Semua dianggap normal dan biasa saja bagi beliau. Aku tidak menyalahkan, mungkin memang itu yang terjadi. Namun aku merasa sedang tidak baik baik saja, aku bukan diriku yang sebenarnya saat itu. Akhirnya aku putuskan untuk tidak melanjutkan sesi konseling online tersebut tanpa basa-basi dan mengabaikan room chat konseling tersebut. Hingga saat ini aku masih belum ada niatan untuk kembali berkonsul pada psikologi.
2 notes · View notes
alineaberkata · 3 years ago
Text
[2] Sulung
Katanya menjadi sulung harus seperti mawar yang tumbuh di tegarnya karang.
Katanya menjadi sulung harus memiliki pundak kokoh untuk dijadikan sandaran.
Katanya sulung harus baik mendengar, benar berucap.
Tetapi menurut Juang semua itu hanya meromantisasi sebuah keadaan saja. Karena setiap anak memiliki batu besar yang menghalangi jalan masing-masing selama anak itu ada dalam sebuah ruang lingkup yang bernama kehidupan. Entah orang itu sulung, anak tengah, atau bungsu mereka ditakdirkan selaras sejak lahir. Dimulai dari bergantian menempati rahim yang sama, berbagi kasih sayang dari jari jemari seseorang yang mereka panggil ibu, merasakan hangatnya pelukkan ayah sewaktu kecil yang saat itu masih menggunakan seragam kantornya, selepas itu berbagi pula tempat berpulang bersama.
Juang juga anak sulung, dia mempunyai seorang adik perempuan yang setiap pagi selalu duduk di boncengan sepeda motornya untuk pergi bersama ke sekolah. Terlahir menjadi satu-satunya anak laki-laki dalam suatu keluarga juga sebuah perkara yang besar di sebuah lingkungan dengan tetangga yang masih sering mengurusi urusan orang. Banyak beban yang harus ditanggung untuk meredam omongan-omongan tak baik dari luar sana, harus melakukan hal-hal yang menurut orang-orang baik agar tak menjadi bahan perbandingan atau gunjingan.
Tetapi Juang tak merasa harus memikirkan dan melakukan itu, dibanding membuat image agar selaras dengan orang lain dirinya lebih baik menjadi Juang yang apa adanya. Mendengarkan apa kata mereka juga tak akan ada habisnya karena tabiat manusia yang selalu merasa benar dan selalu berpikir dirinya sempurna sehingga menaruh standar tinggi untuk menilai manusia lain yang padahal bertujuan untuk menutupi kekurangannya atau tak mau dikalahkan.
Seperti yang Juang alami saat itu, jika mereka mengetahui ibunya pergi ke sekolah maka besoknya akan tersebar luas kabar tak baik tentang dirinya, padahal ibunya pergi untuk membayar SPP bulanan.
Memang benar Juang bukan anak baik-baik yang selalu menuruti kata orang tua, yang selalu memberi senyuman kepada orang yang ditemuinya, atau seorang remaja laki-laki yang bulak balik pergi ke masjid untuk mengumandangkan adzan lalu menjadi idola kompleks seperti Zaidan tetangganya. Orang-orang telah memandang buruk Juang setelah kejadian itu, kejadian yang membekaskan luka di tangan kirinya. Padahal kejadian tersebut tak berdampak banyak untuk orang-orang di sekitarnya.
...
Sembilan tahun yang lalu Juang baru menduduki kelas satu sekolah menengah atas, seperti anak remaja laki-laki pada umumnya, dirinya ikut serta dalam sekelompok pertemanan atau yang biasa disebut geng. Geng tersebut bernama Sepatuh atau singakatan dari Sekumpulan Pria Tangguh, disana Juang ditunjuk sebagai Ketua Divisi Combat Ready atau orang yang akan bertanggung jawab dalam hal perkelahian atau bahasa keren yang sering mereka sebut tempur. Walaupun badan Juang terbilang kurus, jangan salah dirinya pernah menghabisi tiga orang lawannya sekaligus.
Juang setuju dengan tanggapan orang yang berbicara Sepatuh hanya melakukan hal-hal yang negatif namun Juang juga menyangkal karena pada dasarnya orang-orang yang ia temui disana banyak yang menerima Juang apa adanya ditambah ada beberapa hal yang dapat ia pelajari, pelajaran yang tak akan ia temukan di buku paket sekolahnya yang penuh dengan coretan abstrak buatannya saat bosan mendengarkan guru yang tengah menjelaskan. yang akan selalu menerimanya di dalam keadaan apapun.
Selain menjadi anggota yang paling ditakuti dirinya juga menjadi salah satu anggota yang paling banyak penggemarnya tak jarang dia menerima kotak bekal yang diatasnya terdapat surat berisi pernyataan cinta atau hanya kata-kata penyemangat saja.
Saat itu tepat hari Jum'at, biasanya setelah bel istirahat kedua, murid laki-laki akan langsung pergi ke masjid untuk melaksanakan Salat Jum'at. Baru sampai masjid seseorang menarik tangan Juang menuntunnya menuju belakang sekolah yang sekaligus base camp Sepatuh. Ternyata disana sudah banyak temannya juga yang sudah siap dengan motor masing-masing.
"Woi ngapain malah ngelamun lu, cepetan naik ke motor gue bego," kata seorang temannya yang mengendarai motor di depannya.
Hari itu rasanya terlalu cepat berlalu, Juang ikut bersama kawanan motor yang kebut-kebutan. Sampai di salah satu jalan yang sudah hadir banyak orang dengan senjata masing-masing yang biasa digunakan yang untuk tawuran, orang-orang di sebrangnya berpakaian sama dengannya, seragam putih abu. Yang membedakan hanya jahitan logo sekolah yang letaknya di lengan kanan.
Juang tak sadar saat itu rasanya semuanya berlalu dengan cepat, sampai hujaman senjata tajam bergerigi mengenai lengan kirinya. Awalnya ia tak merasakan apa-apa, darah lambat laun keluar dari luka tersebut. Juang merobek lengah panjang seragamnya dan membalutnya untuk sementara memberhentikan pendarahan. Tak ada rasa sakit saat itu, ia masih terus melawan beberapa lawannya di depan sana.
Beberapa menit kemudian ia merasakan lengannya kebal, Juang langsung menjauh dari tempat tawuran itu. Niatnya ingin meminta pertolongan karena lukanya sekarang seperti terbakar, sudah jelas tak ada warga sekitar yang mau sekadar menerimanya dengan keadaan seperti itu.
Langkah kakinya mulai melambat ia kini tak tahu sekarang berada dimana, persetan dengan itu semua, yang sekarang ia butuhkan hanya uluran tangan untuk mengobati lukanya atau lebih sederhananya ada seseorang yang mau menemaninya kalau memang hari ini ia harus berpulang.
Di depannya ada sebuah persimpangan, Juang duduk di bangku pos ronda di persimpangan itu. Lukanya banyak mengeluarkan darah membuatnya lama-lama semakin lemas dan tak lupa rasa nyeri yang seperti terbakar. Tangan sebelah kanannya mengeluarkan ponsel di saku celana seragam yang ia gunakan. Tidak. Juang tidak akan menghubungi keluarganya, itu sama saja akan membuat semuanya semakin rumit.
Tangan kanannya berusaha menghubungi seseorang, berharap orang tersebut akan mengangkat cepat teleponnya. Beberapa menit belum ada suara balasan, sambil menatap langit hari Jumat yang selalu biru dan teduh itu Juang menyerah dengan darah yang terus keluar menembus seragam putihnya.
Kalau memang ini akhir hidupnya, Juang hanya ingin seseorang menemaninya detik-detik terakhir dalam hidupnya. Rasanya dunia terlalu dingin padanya kalau tak satupun ada yang menemaninya sampai akhir. Setetes air mata membasahi pipi kurusnya, mengingat sudah lama Juang tak menangis. Rasa sakit itu semakin menjalar ditambah dengan beberapa sekelebat kenangan dengan beberapa orang yang ia cintai.
Beberapa ucapan maaf tak tersampaikan ia ucapkan pelan-pelan, air matanya semakin deras berjatuhan. Selama ini Juang melupakan satu hal, bahwa nyatanya kehidupan bukan perihal makhluk hidup dengan peradabannya. Ada Zat yang penting dan utama untuk membentuk dua komponen tersebut, yaitu eksistensi Tuhan.
Penglihatannya semakin kabur, ia sekarang tak dapat merasakan lagi rasa sakit di lengannya. Hanya dingin yang ia rasakan, Juang kembali menyerah.
"Juang sedang apa kau disini? alamak mau sekarat ini, makanya tak usahlah kau tawuran-tawuran, Juang."
Sebelum matanya menutup rapat ia dapat mendengar suara Bang Togar pemilik bengkel didepan sekolahnya. Ia juga merasakan tubuhnya diangkat sebelum dirinya hilang kesadaran.
...
Kabar tentang tawuran siang itu menyebar dengan cepat, pihak sekolah langsung bertindak tegas dengan mengumpulkan semua siswa yang ikut serta dalam tawuran itu di sekolah terkecuali siswa-siswa yang membutuhkan pengobatan karena luka-luka yang terkena senjata tajam dilarikan ke UKS dan yang terluka parah ke Rumah Sakit terdekat. Awalnya banyak yang tak mengetahui keberadaan Juang selepas kejadian itu namun setelah Bang Togar memberitahu pihak sekolah kalau Juang ada bersamanya.
Seluruh siswa bersalah itu termasuk Juang mendapatkan sanksi serius yaitu berupa skorsing selama dua minggu. Ditambah pemantauan yang ketat dengan tidak boleh berkumpul dibelakang sekolah yang diketahui merupakan base camp Sepatuh atau nongkrong di warkop yang dekat dengan area sekolah. Jika siapapun melanggar aturan tambahan itu maka siswa dikembalikan kepada orang tuanya atau lebih kasarnya dikeluarkan dari sekolah.
Setelah melewati perawatan intensif di salah satu rumah sakit dan kembali ke rumah, saat itu juga hidup Juang sedikit berbeda. Orang-orang memandangnya buruk seolah Juang telah melakukan dosa besar yang tak termaafkan. Selepas kejadian itu juga bapak Juang marah besar dan mengeluarkan beberapa aturan tambahan seperti pulang kerumah maksimal jam enam malam, sepeda motor Juang disita dan salah satu aturan yang Juang tak suka yaitu mengikuti bimbingan belajar.
Awalnya Juang mengikuti aturannya walau dengan berat hati, tetapi lama-lama dirinya bosan dan tanpa sepengetahuan bapaknya Juang mulai bolos, tak mengikuti bimbingan belajar. Juang juga pulang lebih larut dengan alasan mengerjakan tugas kelompok.
Malam itu Juang sendirian di warung kopi yang menjadi base camp cadangan Sepatuh. Seharusnya dirinya sekarang duduk di kelas mendengarkan tutornya menjelaskan soal-soal yang menjadi prediksi di ujian nanti. Tanpa rasa takut ketahuan Juang menyesap kopi hangat di depannya. Satu persatu temannya berdatangan membuat warkop itu kini terasa ramai, suara tawa menggema jelas seolah hari ini merupakan hari terakhir adanya rasa bahagia.
Salah satu kekurangan manusia adalah susah belajar dari kesalahan dan tak memedulikan akibat dari perbuatannya itu. Seperti malam itu, lagi-lagi mereka ditangkap oleh Polisi yang sedang berpatroli karena ketahuan nongkrong tengah malam menggunakan seragam sekolah. Juang dan teman-temannya diangkut ke kantor polisi terdekat, sepanjang perjalanan keringat dingin menghiasi dahi Juang, membayangkan bagaimana reaksi bapaknya mendapatkan kabar anaknya masuk kantor polisi.
Sesampainya di kantor polisi semua anak dikumpulkan di satu ruangan, salah satu polisi menghubungi pihak sekolah, semua teman-temannya pucat pasi karena semuanya tahu mereka melanggar peringatan terakhir yang diberikan sekolah. Setelah itu mereka mendapat wejangan dari polisi tersebut dan yang terakhir menyuruh mereka memberikan nomor ponsel orang tua masing-masing.
Bu Inne dan Pak Sur selaku guru kesiswaan yang pertama datang ke kantor polisi, tak ada amarah saat mereka mendatangi anak muridnya yang nakal, hanya wajah lelah yang menyertai keduanya, malah itu membuat Juang semakin menyesali perbuatannya. Setelah berbincang dengan pihak kepolisian Bu Inne menghampiri mereka bukan untuk memarahi atau lebih parahnya memukul semua anak yang berada disitu tetapi satu kalimat yang membuat mereka meringis menyesal.
"Semuanya gak ada yang kenapa-napakan nak?" Dengan suara paraunya.
Sebelum Bu Inne beres berbincang bapak Juang datang dan langsung menariknya masuk ke dalam mobil dan membawanya pulang tanpa sepatah katapun. Setelah memarkirkan mobil di garasi, Juang ditarik keluar dituntun menuju kamarnya, mamah dan adiknya terlihat berada di ruang tamu menatapnya khawatir. Pintu kamar dibanting oleh bapaknya, Juang bisa melihat kilatan amarah dimata bapaknya, ia memilih menunduk tak berani bertatapan langsung. Bapaknya membawa kayu panjang yang ada di kamarnya kemudian dipukulkan kayu itu pada meja belajarnya beberapa kali, Juang hanya bisa meringis sambil menunduk.
"Kamu gak bego kan?" kata bego yang keluar dari mulut bapaknya begitu mengiris hati Juang.
"Kalau gak bego gak mungkin ngelakuin ginian, kerjaannya bikin malu keluarga aja." Beberapa pukulan mengenai meja itu lagi sampai meja belajarnya perlahan roboh. Mendengar keributan tersebut mamahnya langsung membuka pintu kamarnya mungkin khawatir bapaknya menyakiti Juang. Sekilas Juang melihat tatapan mamahnya yang sayu dan penuh keputus asaan.
"Saya harus bagaimana lagi? mau apa-apa saya turutin. Apa kamu gak nyesel sama yang kamu lakuin beberapa minggu kebelakang? Kamu anak pertama dikeluarga ini Juang harusnya menjadi contoh yang baik buat adikmu ini malah sebaliknya, saya gak minta kamu jadi kaya si Zaidan saya cuma minta kamu menuruti apa kata saya. Kamu tahu saya sangat bertanggung jawab saat seusiamu, kamu harusnya malu sama diri sendiri belum bisa membanggakan orang tua."
Perkataan bapaknya semakin sini semakin menyakitkan, sekarang rasa menyesal itu hilang digantikan oleh amarah yang tertahankan. Beberapa kali giginya menggertak menahan untuk tidak membalas ucapan bapaknya. Namun malam itu ia lebih memilih egonya.
"Bapak boleh marahi Juang tapi enggak dengan membandingkan. Juang bukan bapak dan enggak mau menjadi seperti bapak yang bisanya bilang bego ke anaknya sendiri. Selama ini apa bapak pernah ngajarin Juang menjadi contoh yang baik? enggak pak. Bapak bisanya cuma marah-marah atau paling enggak bandingin Juang sama anak tetangga-"
"Berani-beraninya kamu bales perkataan saya. Kalau punya otak tuh dipake mikir, besok pagi kamu pasti dikeluarkan sekolah, masa depanmu suram. Mau jadi apa kamu kedepannya? pengangguran yang bikin repot keluarga? kalau memang cita-citamu cukup kaya gitu lebih baik kamu keluar dari rumah, kamu cuma jadi beban keluarga aja."
"Membanggakan yang seperti apa menurut bapak? bapak tahu Juang sering dapat juara dari turnamen futsal tapi apakah bapak bangga? enggak bapak malah acuh. Selama ini Juang berusaha gak minta apapun ke bapak, Juang beberapa kali ikut kerja part time sama teman tapi bapak gak pernah sedikitpun menghargai Juang. Kalau gitu Juang mending pergi dari sini kalau memang cuma jadi beban bapak." Juang melanjutkan kalimatnya yang terpotong .
Juang memasukan pakaian dan keperluan lainnya kedalam tas, bapak hanya memerhatikannya tak berbicara atau mencegah. Ia melewati mamahnya yang menangis di depan kamarnya, ada rasa sakit hati melihat mamahnya seperti itu tapi amarahnya menuntunya pergi keluar rumah di tengah malam yang dingin. Baru membuka pintu rumah, sebuah tangan mungil menepuk pundaknya.
"Abang mau kemana?" Mata bulat yang berair hampir menangis itu menatapnya.
Juang kembali menatapnya sedikit lama lalu pergi mengabaikan pertanyaan adiknya. Angin tengah malam menembus seragam putih yang sekarang terlihat lusuh penuh keringat. Kini Juang hanya berjalan tak berarah ditemani lampu temaram jalan yang menuntunnya pada sebuah perjalanan panjang yang mengajarkannya perihal tanggung jawab.
1 note · View note