#pikiran random
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mendengar dan membuat pikiran yang telah penuh oleh suara suara yang datang dari pikiran yang terkubur jauh sebelumnya,, berlomba untuk menyuarakan agar dapat keluar dari pikiran yang penuh dengan sesak.
Sesak sejenak
Rain.Day
4 notes
·
View notes
Text
Selasa, 03 Januari 2023
Hari ke-3 dari 365
.
.
Sabar.
Hampir bosan kalau bercerita tentang suatu masalah kepada seseorang, lalu nasihatnya hanya sebatas, "yang sabar ya."
Kalau bisa diukur mungkin panjangnya sabar ini sudah tak terbendung. Entahlah sudah berapa panjang.
Sudah bersabar,tapi ya memang namanya kehidupan tidak ada yang pernah tahu.
Ibarat kata, sudah berusaha sekuat tenaga, tapi mana ujungnya, sepertinya tidak ada akhir.
Bersabar itu sulit, apalagi kalau harus dilakukan dengan jangka waktu yang sangat lama. Seperti menanti jawaban pasti tapi tak kunjung datang, dan sambil bersedih sepertinya tidak mungkin ada senyum yang menghiasi hari.
Memang, sabar adalah sebuah proses. Proses dimana akan membuat kita jadi lebih baik. Entah berapa lama harus bersabar, tapi yang pasti ketika kita mau bangkit dan berusaha serta tidak lupa untuk mendekat kepada-Nya, sabar itu akan berbuah jadi kebahagiaan.
- @arioagio
#randomthought
#random#randomthoughts#random tumblr#random thoughts#pikiran#pikiranpositif#pikiranindah#mindsetpositif#mindfulness#mindsetiseverything#ariojourney#positive mindset#mindset#mind blown#sekedarberbagi#sekedarbercerita#semangattahunbaru#positivelife#positiveattitude#tulisanindah#tulisancinta#tulisanpenyemangat
0 notes
Text
Postingan
Saya hanya mau bilang sedikit. Kalau lagi pakai media sosial, Instagram misalnya, selalu luangkan waktu untuk merespon postingan temanmu. Meski dengan sekadar celetukan lucu, pujian, doa, dan reply-reply random. Kadang kita tidak sadar telah menjadi zombie yang angkuh: hambar melihat aktivitas orang lain dan sentralistik egois terhadap diri sendiri. Ini yang menjadikan media sosial akhirnya penjara pikiran yang menyesatkan. Memuat jiwa-jiwa jadi kosong melompong.
Gunakan momen postingan tersebut untuk terlibat percakapan dengan mereka. Bahkan sekadar komentar receh pun tidak bermasalah. Kita bisa tetap jadi orang yang ramah tanpa perlu berpura-pura. Bukan buat siapa-siapa atau cari perhatian manusia. Bukan. Tapi untuk menjaga diri kita sendiri dari karakter yang tidak memanusiakan manusia.
Ambil bagian membentuk sirkel yang positif dan saling terhubung dengan kebaikan-kebaikan.
247 notes
·
View notes
Text
Jiwa
Hari ini gue lari sore dengan rute kost ke Galaxy Mall. Cukup struggle karena Surabaya bukan kota yang ramah pejalan kaki. Sebenernya gue bisa lari ke KONI atau ITS. Tapi karena gue pengen menikmati jalanan kota sore hari, gue akhirnya random aja lari ke GM.
Setelah sekian minggu tenggelam dalam pekerjaan, sore ini pertama kalinya gue hidup dengan pelan. Dari pagi gue bersih-bersih kost dan meal prep. Sore harinya gue lari ke Galaxy Mall dan nyari buku di Periplus. Udah lama juga gue nggak baca buku. Gue beli Edible Economics-nya Ha Joon Chang. Masih gue baca beberapa halaman sampai kemudian gue harus sholat maghrib. Ini semua gue lakuin tanpa memegang HP.
Senin pagi tuh list kerjaan gue udah banyak banget. Gue udah mikir hari ini bakal ke kafe buat nyiapin kerjaan besok sampai hati gue sendiri bilang:
"Kamu mending istirahat biar besok fit. Udah lama banget kamu nggak istirahat"
And yes, gue akhirnya istirahat.
Lalu apa yang gue rasain di fase istirahat hari ini?
Selama gue bekerja cepat beberapa minggu ini, gue nggak burn out. Tapi mulai ada kebiasaan-kebiasaan baik yang gue skip seperti baca buku, minum vitamin, olahraga kardio, dan masak.
Mana yang lebih nyaman hidup slow living atau fast pace? Dua-duanya boleh asalkan berkah. Asal kita tidak jauh dari Allah.
Gue pelan-pelan masuk ke fase yang demikian. Tidak terlalu memikirkan mau dikasih kehidupan yang slow atau fast. Yang penting Allah ngasih kenyamanan untuk beribadah wkwk karena gue bukan orang yang tahan diuji dalam ketidaknyamanan ~XD
Menata jiwa agar selalu terhubung kepada Allah itu butuh hidayah. Kadang hidayah itu datang di saat kita hidup dengan lambat. Lewat perenungan-perenungan tentang diri kita. Tapi tidak jarang juga hidup yang lambat membuat pikiran kita kemana-mana.
Ada hal menarik yang gue temui ketika gue rutin treatment untuk ADHD. Bahwa memahami jiwa itu sangat bermanfaat untuk tazkiyatun nafs. Dulu gue banyak skeptis karena khawatir pendekatan psikologis itu sekuler. Tapi setelah gue belajar banyak hal, sama sekali tidak. Psikolog itu membantu kita untuk merawat jiwa, memproses trauma, juga memproses emosi. Hingga kita menjadi manusia yang bisa berpikir sehat dan menata kehidupan kita pelan-pelan.
Kehidupan serba cepat terkadang membuat kita kehilangan hubungan dengan diri sendiri. Tapi tidak jarang juga di kehidupan yang serba cepat ini membantu kita untuk memberikan manfaat ke banyak orang.
Jadi mau bagaimanapun fasenya memang perlu disyukuri.
Tapi kalau kelak gue ditakdirkan bisa membuka lapangan kerja sendiri..... gue berharap bisa ngasih gaji yang banyak, ngasih waktu istirahat yang proper, karena kita tidak akan mungkin membantu manusia untuk berkembang tanpa memberi mereka ruang yang cukup dalam memahami diri sendiri. Karena sebesar apapun usaha manusia merawat dirinya sendiri, ia tidak akan bisa terlepas dari pengaruh lingkungan. Semoga Allah menganugerahkan lingkungan yang membantu kita menjadi manusia yang baik dan damai.
49 notes
·
View notes
Text
Anak dan Ego, part 1: Aku yang membuat dia bisa.
Dulu aku bertanya-tanya ketika membaca arti QS. At-Taghabun [64]: 15, disebutkan bahwa "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar".
Kenapa ya kok disini anak disamakan dengan harta? Yaitu sebagai cobaan?
Ternyataaaa banyak hal dari anak yang pada akhirnya akan berkaitan dengan ego kita. Berikut adalah hal pertama yang aku temukan :)
––
Memiliki anak selama 3 bulan ini adalah hal yang sangat menakjubkan. Selalu ada hal baru nyaris setiap hari. Tiba-tiba bisa senyum, tiba-tiba bisa mengoceh, dan masih banyak lagi. Ini baru 3 bulan, belum nanti 2 tahun, 7 tahun, atau 23 tahun; melihatnya berlari untuk pertama kali, masuk SD, atau lulus kuliah.
Sebagai orang tua baru, rasanya aneh melihat pencapaian anak sekecil apapun; senang sekaligus bangga. Senang dan bangga, secara natural terjadi ketika kita melihat orang yang kita sayangi berhasil melakukan sesuatu. Tapi mungkin ada juga bangga yang lain–ketika pikiran, "Aku berhasil mengajarinya!" bisa saja terselip.
Nah saat mau bangga sama diri sendiri, tiba-tiba terlintas pikiran, "Eh ini aku lagi berbangga diri gak ya?". Karena seperti kita tahu, semua hal yang terjadi dalam hidup kita terjadi atas kehendak Allah.
Tapi kalo gitu masa sih usaha kita ga diitung sama sekali? Mending tidur-tiduran aja gak sih, gausah ngestimulasi anak? Toh kalo Allah berkehendak juga dia bakal bisa2 aja?
Nah hal ini yang sempat menjadi pertanyaanku. Gimana yah cara mengembalikan semuanya ke Allah tanpa mendiskreditkan usaha kita?
Bengong2, tiba2 kepikiran sebuah framework :)) Ketika anak mendapatkan suatu pencapaian, yang bisa kita lakukan:
Tahap 1: Mengapresiasi anak.
Ketika anak berhasil melakukan sesuatu, ia adalah pelaku dari pencapaian tersebut. Karena itu hal pertama yang harusnya kita lakukan adalah mengapresiasi usahanya. Jangan sampai ketika anak mendapatkan pencapaian, yang muncul pertama kali malah rasa bangga terhadap diri sendiri. Ego!
Tahap 2: Mengapresiasi diri sendiri.
Mungkin ada bagian dari waktu dan usaha yang kita curahkan untuk mengajari anak kita hingga ia sampai pada pencapaiannya. Apresiasi itu :)
Tahap 3: Mengembalikan kemampuan kita pada Allah
Naaah siapa yang memampukan kita untuk mengajari anak kita? Tentuuu saja Allah! Pencapaian anak, kemampuan kita, semua terjadi tidak lepas dari izin Allah.
Jadi segituuu pikiran random kali ini. Sampai sejauh ini, aku berusaha menerapkan framework tersebut ketika melihat anak mendapatkan suatu pencapaian. Mudah2an bisa menyelamatkanku dari rasa ujub tanpa mengerdilkan usaha sendiri :) Semoga baik, semoga Allah mampukan!
Berlin,
09.10.2024
8 notes
·
View notes
Text
Lampu Merah
Aku berhenti di lampu merah. Rasanya seperti mengistirahatkan pikiran sejenak setelah melihat berbagai pemandangan random di kanan dan kiri jalan. Aku menatap kaca spion melihat diriku dimandikan oleh cahaya warna merah. Merasakan sesuatu yang sepertinya pernah kurasakan sebelumnya. Aku, kamu, lampu merah, lampu sein mobil, malam setelah hujan, dan kesunyian diantara kita—rasa-rasanya aku dibawa kembali menuju ke memori itu. Ternyata aku benar-benar bahagia waktu itu, sampai-sampai secuplik kenangan itu bisa hadir di saat yang tidak terduga seperti ini. Lampu merah ini istimewa bagiku karena sepanjang perjalanan kamu selalu memilih untuk menghindar dari lampu merah. Tetapi, untuk kali pertama kita terjebak dalam perhentian sementara ini.
Sungguh, ini tidak hanya tentang lampu merah.
Ternyata aku juga selalu mengenangmu sejenak di setiap jeda saat aku lelah mengejar dunia.
—annisariks
19 notes
·
View notes
Text
Baru minum obat tepat jam 12 malem. Haha. Bener-bener kunci suksesnya kencan malam adalah, aku menunda minum obat.
Karena keputusan nunda minum obat itu akhirnya bisa malem mingguan. Berangkat dari abis magrib mentok sampe tengah malem. Senang sekaliii ...
Makan burger di got beef. Random aja milih di google maps dan ternyata enak. Walau kata mas ukurannya agak kecil dibanding burger di tempat X, tapi aku tetep kekenyangan. Jadi last bite burger (yg padahal itu adalah gigitan yg enak yaa terakhir tuh), aku kasih mas aja. Hehehe. Terus ada kentang gorengnya. Enak jugaa. Lemon teanya tuh agak asem diaku. Terus minta gula lagi hehehe. Asemnya berkurang, tapi after taste tehnya nempel beberapa saat di lidah. Tapi, lagi-lagi mas doyan modelan minum yg kaya begitu.
Abis makan, random aja minta photobox. Ke BIP aja karena deket. Minta photobox karena aku merasa sedang tjakep aja hehe, padahal lagi datang bulan. Tumbenan banget, biasanya kalau datang bulan berasa buluk mulu tapi kali ini berasa cakep.
Dari Got beef ke BIP ternyata deket. Tapi macet banget ya allah. Bandung bener-bener yaa kalau wiken🫠. Masuk BIP, terus nyuruh mas isyaan dulu biar enak aja. Abis mas sholat nyamperin photobox yg baru buka yg harganya start from 15k. Tapi karena rame, mas ngajak ketempat lain. Akhirnya mampir ke photomatic. Ngga jadi photobox tapi kita milih self photo studio. Bener-bener random hahaha. Tapi senang sama hasilnya. Photonya tuh kaya kita lagi selfie gitu. Ngga kaya difotoin di studio foto yg mana mukaku pasti aneh dan ngeflip. Tapi yang ini tuh nggaaak. Hoho. Senang aku sama hasilnya. Bahkan saking senangnya, ku random tanpa sadar joget-joget sambil duduk pas download foto.
Ya allah, cute banget bojo aku mukanyaaa ☺️🤏
Abis dari BIP tuh malah laper lagi hehehe. Yaa, kan burgernya dibakar sambil jalan-jalan ngelilingin BIP soalnya. Hohoho sungguh alasan. Niat awalnya mau jajan lagi ke lengkong. Tapi tidak jadi. Ku berubah pikiran. Karena :
"Aku tuh sukanya kalau motoran dari atas , pas turunan deket de Casa itu lho ... blablabla"
"Yaudah , mau motoran ke ledeng apa?"
"Boleh. Lengkongnya batal aja."
Tapi ya allah, itu keluar parkiran BIP aja tuh macet. Udab bayar parkir tetep macet lagii.
Pas udah sampe luar malah baru mengeluh kehausan. Terus mampir ke indomaret. Sayangnya itu indomaret kok geraaah. Kulkas 3 pintunya ngga dingin airnyaaa. Ah elaaaah.
Niatnya sampe Ledeng doang, tapi nyatanya malah baru turun setelah sampe Lembang. Benar-benar kelakuaaaan 😆
Terus karena laper, jadi yaudah mikir mau apa. Terus akhirnya memutuskan ke K3 mart yg di setiabudi. Woow, first time ke k3 mart. Dan akhirnya udah ngga penasaran.
Balik dari K3 mart udah jam 11an. Terus bukannya langsung pulang, tapi bablas dikit ke deket perumahan diatas deket rumah. Buat liat city light bentaran doang.
Hehe. Random malam minggu yang seruuuu. Terus to do list kita hari ini kekerjain semua juga. Senaaang.
4 notes
·
View notes
Text
Sudah dua pekan ini jarang sekali bercerita disini. Biasanya, hampir setiap hari aku menceritakan kegiatan yang dilakukan selama seharian, entah cerita random atau cerita hasil masakan.
Selama dua pekan ini rasanya kemampuanku dalam bercerita seketika menghilang. Aku ngga ada tenaga untuk bercerita, meski semua hal yang memenuhi pikiran selama dua pekan ini sangat amat layak untuk diceritakan.
Kelak, aku akan bercerita ketika siap. Ketika hatiku sedikit lapang. Ketika lelahku sedikit reda.
Ngomong-ngomong, aku mau merasa bangga terhadap diri sendiri karena sudah sekuat ini sampai sekarang.
- 11 Maret 2024
8 notes
·
View notes
Text
Hal terberat di tahun ini; melepaskan sahabat ke kehidupannya masing-masing. Bahagia dan sedih di satu waktu. Gak ada lagi keriwehan ngatur jadwal buat nongkrong tiap weekend, gak ada lagi chat “kau sibuk gak? Aku galau, mau cerita, lama”, gak ada lagi telpon tengah malam cuma buat nemenin buang air kecil, gak ada lagi chat random cuma buat ngetawain hal receh yg kadang sampe bikin mikir “kok bisa sampe kepikiran gitu, ya?”, gak ada lagi ajakan shopping yg sampe harus maksa buat ikutan belanja juga sampe dipilihin barang-barang yg girly sekali, gak ada lagi kiriman meme receh yg bisa mengalihkan sejenak dari riuhnya pikiran, gak ada lagi yg ngejemput dan dengan santainya ngomong “nanti kau yg bawak motornya ya, aku capek habis jadi musafir”, gak ada lagi yg tiba-tiba nongol depan rumah karena hapenya ketinggalan di mobil pacarnya, gak ada lagi ajakan buat nyobain menu baru di sana-sini, ah masih banyak lagi.
Iya, time flies. Senangnya punya banyak memori indah, berpisah karena hal yg membahagiakan.
Melihat satu persatu berpasangan berdiri di pelaminan, membagikan moment bersama di akun sosial media masing-masing, mengganti foto profil akun whatsapp menjadi foto berdua. Senangnya menjadi bagian dari perjalanan hidup mereka.
Rasa sepi ini tidak sebanding dengan bahagianya melihat mereka bahagia.
Semoga apupun yg terjadi, mereka tetap mencintai dan dicintai pasangan mereka dengan tulus, selama hidup, sampai syurga 🤲
- Pekanbaru, 26 Desember 2023
9 notes
·
View notes
Text
Rasanya bingung mau menata karir yang bagaimana. Jujurly di masa-masa sebelum menikah ini aku pengen di rumah, menghabiskan waktu menemani orang tua. Tapi godaan ingin merantau lagi selalu ada, apalagi kalau ada masalah di kantor, di tambah nada sumbang tetangga yang kadang bikin ga betah.
Di rumah rasanya memang tidak ingin menetap lama, baik di rumah atau di kerjaan. Seperti mau pindah lagi tapi aku ga tahu kemana. Apakah entah tiba tiba aku kerja di luar kota lagi, atau aku nikah sama orang beda daerah, atau bahkan Allah cabut nyawaku. :(
Jadi tiap bosku memotivasi agar rajin kerja dan lama disini (agar dapat umroh gratis), rasanya seperti tidak akan lama kerja disini. Rasanya gimana gitu setelah beberapa kenyataan membuatku terkaget-kaget. Ya Allah Apakah aku sudah selelah ini berharap yang tak kunjung sampai?
Sementara untuk mengalihkan pikiran negatif, aku benar-benar menyibukkan diri. Dari belajar CPNS (untuk menggugurkan perintah ortu), ikut-ikut agenda kerelawanan, belajar kelas karir dan bismillah Oktober ini ikut kelas Pra Nikah. Tapi kalau pas capek ya Wallahi gemesss
Terakhir, aku harusss kehilangan teman deketku di kantor yang tinggal satu-satunya, karena ia mau nikah.
Ya Allah bulan Juli kemarin ditinggal Nisa nikah. November mba Fina, temen deketku dah nikah semua, ga mungkin aku brondong chat sambatan di jam-jam random kayak dulu lagi, mereka problemnya lebih kompleks kan?? Kerasa lagi pas di tinggal nisa kemarin, dari persiapan sampai malam pernikahan chatku sama dia intens tiap hariii, dan setelah mereka menikah sampai sekarang jarang banget chat + balesnya lama :(
Dan haruskan sekarang kehilangan 1 temen deket lagi di saat butuh obrolan random tentang kerjaan hari ini???😭
Kata Allah “oh tenang kan masih ada Tumblr”
3 notes
·
View notes
Text
WIBO - Waktu Indonesia Bagian Overthinking
Waktu malam selain enak untuk mengerjakan tugas ternyata juga enak untuk menjelajahi pikiran sendiri. Yaps, waktunya overthinking dimulai. Memikirkan hal-hal terandom sekalipun seru dilakukan di jam malam emang hahaha
Alhamdulilah bukan anak yang sering overthinking walaupun sesekali tentu saja punya pikiran-pikiran tidak jelas saat malam hari. Memikirkan apa? Entanlah, isinya random.
Serandom dikulkas ada ayam, ih kemarin ada yang request masakin ayam suwir kemangi. Besok dimasakin aja kali, ya? Duh pagi-pagi ke pajak, nih. Beli apa aja, ya yang gak ada. Ohya, boxnya gak ada checkout di shopee aja kali, ya.
Pernah mikir yang lebih berbobot? Ya, pernah. Mungkin seputar masa depan, bagaimana jika menjadi istri dan ibu, ya? Bagaimana jika anak begini begitu, ya? Random emang. Memikirkan ini sembari scroll social media atau menonton drama China emang seru hahaha
Ya, waktu malam seringkali dihabiskan untuk ini. Mendengarkan curhatan maupun cerita orang-orang atau sekedar menonton drama.
Random aja, sih.
5 notes
·
View notes
Text
Random Conversation : Anak Kos dan Kesepian
"Kamu selama nge-kost pernah merasa kesepian nggak, Mil?" "ya pernahlah, sering malah, tapi aku malah merasa lebih nyaman seperti ini, aku lebih tenang, minim konflik sama orang lain, yang akhirnya nggak ada beban pikiran baru"
sebenarnya, sebelum nge-kost pun hidup sendirian dan kesepian sudah menjadi teman akrabku dari sejak masih kecil. waktu masih SMP, aku udah terbiasa ditinggal bertiga sama adikku sampai larut malam, karena ibuku yang harus bekerja. ditinggal dengan kondisi diri sendiri yang menjadi satu-satunya yang paling besar, walau dari segi usia aku masih sangat kecil waktu itu, butuh keberanian yang tak mudah, karena kondisi rumahku yang lumayan besar, gelap, dan agak terpencil dari rumah tetangga (karena rumahku di kelilingi oleh banyak kebun jadi kondisi pas malam hari lumayan mencekam dan mengerikan) diperparah dihuni hanya oleh tiga anak kecil.
dengan kondisi seperti itu, berupaya terlelap menunggu ibukku pulang bekerja dengan dada yang bertalu-talu cemas dan ketakutan setiap detiknya sudah menjadi santapanku setiap hari.
sehingga ketika setelah lulus sekolah dan memilih bekerja dan tinggal sendirian, aku sudah merasa biasa-biasa saja. karena apa yang kuhadapi saat ini tidak ada apa-apanya dengan apa yang kulalui sejak masih belia.
alih-alih mendewasa karena usia, aku merasa lebih di dewasakan oleh keadaan.
Semakin bertambahnya usiaku, kesepian bukan lagi momok menakutkan di usia dewasa. dengan kondisi aku yang semakin hari semakin malas untuk bersosialisasi, kesepian dan kesendirian adalah salah satu jalan yang telah kupilih agar merasa lebih tenang. aku bersyukur, kekecewaan mendalam dan ketakutkan akan kembali dipatahkan oleh harapan, membuatku merasa cukup oleh makhluk bernama manusia. karena bukannya mengobati, kehadiran mereka terkadang justru lebih memperparah kesepian yanga kurasakan. kau pasti pernah merasa tetap sendirian walau tengah berada di antara banyak orang, kan?
kesepian tak semenyedihkan itu, sendirian pun tidak semenakutkan itu, karena salah satu cara untuk merasa terbiasa dengannya adalah dengan menjadikannya sebuah teman.
lagian, masih banyak hal lebih baik yang bisa kau jadikan teman pengusir kesepian : buku dan membaca, misalnya.
kau hanya perlu menemukannya.
19 notes
·
View notes
Text
sebenarnya gue bingung untuk apa gue bikin akun di sini. mau share random thoughts tapi gue sebenarnya bisa share hal tsb di akun medium.
entahlah, mungkin akun ini bakal gue jadiin diary, ungkapan emosi dan pikiran yang bener-bener tanpa edit, kayak tempat spontan gue ngeluarin unek-unek perasaan dan pikiran gitu.
dahlah gitu aja.
3 notes
·
View notes
Text
Aku dan Memasak
Aku berusia 28 tahun dan aku tidak bisa memasak. Memasak yang kumaksud adalah benar-benar memasak, bukan sekedar memasak mi instan atau menggoreng telur dadar. Padahal aku suka mencoba dan mempelajari sesuatu yang baru, tapi entah mengapa tidak berlaku dalam hal memasak. Di samping itu aku termasuk orang yang suka sekali untuk berwisata kuliner, aku rela menempuh perjalanan yang tidak dekat hanya untuk mencoba suatu tempat makan yang rasa masakannya legendaris.
Aku sadar betul bahwa bukan karena aku perempuan aku harus bisa memasak tapi menurutku lebih kepada aku menganggap memasak adalah salah satu 'skill bertahan hidup'. Tapi entah kenapa tak pernah sedikitpun terbersit dalam hati untuk memasak.
Hingga suatu hari selepas cuti melahirkan aku harus pindah untuk ditempatkan di sini. Di suatu daerah di mana warung makan tidak banyak, kalaupun ada, pilihan makanannya itu-itu saja. Apalagi aku tidak membawa kendaraan dan seperti yang kita tahu bahwa saat ini kita diuji dengan pandemi sehingga membuat kita sebisa mungkin makan #dirumahaja.
Suamiku mempersiapkan rumah ini dengan lengkap sebelum aku datang. Termasuk kompor dan peralatan dapurnya. Pertama kali mengetahui isi rumah, aku berpikir jangan-jangan ini cara suamiku untuk mendorongku belajar memasak. Hmmm halus sekali cara menyindirnya~
Juli 2020. Saat suamiku bertambah usia. Meski tidak merayakan, tiba-tiba aku tergerak untuk pertama kalinya mencoba memasak sesuatu. Aku memasak sayur bayam dan tempe. Sangat sederhana yang ternyata tak sesederhana itu bagi orang sepertiku yang tidak suka memasak dan tidak bisa memasak. Tidak semudah itu bagiku yang belum bisa membedakan daun kangkung dan daun bayam.
Tapi nyatanya? Ternyata bisa. Tapi rasanya? Ternyata biasa saja -yang penting masih bisa dimakan- Hehe. Kemudian sedikit demi sedikit aku belajar memasak. Mulai dari tumis kangkung, sop ceker, ayam geprek, telur kecap, perkedel tahu, orak arik, bakso, sampai ter-random adalah jenang sumsum. Bagi orang lain mungkin ini biasa, tapi bagiku ini pencapaian luar biasa. Luar biasa menyenangkan.
Ternyata kita seringkali terperangkap dalam pikiran bahwa kita tidak bisa, padahal itu semua hanya karena kita tidak pernah mencoba. Cobalah lakukan hal yang sepertinya tidak bisa kamu lakukan. Dan kamu akan terkejut bahwa kamu ternyata bisa dan mampu melakukannya lagi, dan lagi. Bahkan lebih baik dari yang kamu bayangkan. Selamat mencoba ya :)
Ditulis di Boalemo, Juli 2020
---
Wow menemukan catatan di handphone-ku, 4 tahun yang lalu 😂
3 notes
·
View notes
Text
...obrolan random itu berujung pada, apa yang akan kamu lakukan kalau bisa memutar waktu?
Di kepalaku tidak lagi terbersit pikiran yang rumit dengan segudang ambisi tentang keinginan untuk mencapai banyak hal yang telah gagal.. tidak lagi. Biarkan itu terjadi, itu sudah semestinya dan aku ikhlas dengan ketidaksempurnaan jalan itu, biarkan apa adanya. Aku tidak akan menyentuh bagian itu.
Untuk diriku di masa lalu.. kutemui dirimu yang sedang sibuk bertumbuh. Mungkin kamu kecil, tapi kamu lebih sibuk dan berambisi dari diriku saat ini. Lanjutkan.. tapi ada satu hal yang ingin kusampaikan.
Bersyukurlah, atas segala nikmat yang bisa kamu upayakan. Bersyukurlah selagi ada mimpi yang masih kamu perjuangkan. Kamu masih memiliki segalanya, lihatlah lekat-lekat sekelilingmu, rasakan apa yang sedang terjadi padamu, lihatlah sudut pandang yang lebih luas. Temukan potensimu, maksimalkan apa yang kamu punya. Dan kamu harus tau ini, tidak semua hal berjalan sesuai keiinginanmu. Bahkan kegagalan itu, yang nantinya akan menarik kesadaranmu kemana kamu akan kembali?
Syukur itu yang akan membuatmu hidup. Menjagamu untuk tetap bermimpi meski semangatmu sedang tenggelam. Yang membuatmu bertahan di saat-saat sulit. Bersyukurlah apapun yang terjadi..
2 notes
·
View notes
Text
Kadang-kadang kangen, pengen masak di dapur sama ibu lagi meski judulnya aku hanya asisten. Pengen cerita-cerita random nggak penting lagi sama bapak ibu, kangen sejak pagi sampe malem ngurusin kucing di rumah, kangen ibu yg rusuh kalo sahur bangunnya telat dikit aja dan serumah kena omel, kangen bapak ibu yg kebanyakan share jarkom WA di grup keluarga. Ah, sendirian emang ga sehat buat pikiran :")
25 notes
·
View notes