#pernikahan impian
Explore tagged Tumblr posts
Text
RTM (Rumah Tangga Muda): Melanjutkan Mimpi
Sebab pernikahan itu adalah menyatukan impian yang sekiranya bisa disatukan, seni untuk menyamakan tujuan agar langkah kaki bisa berjalan beriringan, dan pernikahan adalah cara menambah ilmu dan amal
Tahun 2019 sampai 2022 adalah tahun yang lumayan panjang dan penuh lika-liku untuk perahu saya dan istri, disamping pekerjaan saya sebagai seorang penulis, freelance, ngegarap beberapa proyek ekspor impor dengan teman-teman, membimbing umrah dan sebagainya, saya pun memiliki kewajiban untuk melanjutkan impian saya, meneruskan S2.
Benar, saya dan istri saling bergantian, istri saya dulu yang mengambil S2 saat itu dan saya mengumpulkan uang sekaligus menunggu kelulusan S1 saya. Biaya perkuliahan S2 di Malaysia (IIUM) lumayan mahal juga sebenarnya. Tapi, saat itu kami berpikir "ah, gapapa. Insyaallah nanti ada rezekinya, sebab tujuan kita baik pasti Allah bantu". Tahun 2020 bulan desember pun akhirnya saya melanjutkan S2 di kampus yang sama dengan istri, yang pada saat itu pula istri sedang menulis final thesis. Dan alhamdulillah tahun 2021 istri lulus Magister dengan nilai terbaik.
Pada saat kelulusannya, saya merasa bahagia, dan dari situlah kepercayaan saya pada janji-Nya itu semakin nyata. Allah mudahkan semua rencana kami dan juga cukupkan kebutuhan kami.
Tahun 2023 kami berdiskusi perihal siapa yang akan terlebih dulu melanjutkan jenjang S3, berujung pada keputusan saya yang lebih dulu melangkah ke S3 di kampus yang sama (IIUM), sementara istri sabar dulu sambil saya segera menyelesaikan studi ini, mungkin setelah itu baru dia yang akan melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Tujuan kenapa kami melanjutkan kuliah awalnya berbeda-beda, hingga akhirnya kami menyatukan narasi bahwa "ilmu yang kami cari ini adalah persembahan kami sebagai rasa syukur pada Allah dan juga modal kami untuk mendidik anak-anak dan keluarga kami, bukan untuk nyari kerja”.
Sampai hari ini, mendekati penghujung tahun 2024, keyakinanku soal apa yang Allah takdirkan itu selalu baik semakin kuat, entah bagaimana nanti masa depan itu biarlah Allah yang mengaturnya, sebab itu ranahnya Allah, bukan ranahnya manusia untuk memikirkannya.
Untuk teman-temanku, yang akan menikah atau telah menikah, menyatukan visi dan tujuan pernikahan itu tidak mudah, ada banyak hal yang harus diistikhorohkan bersama-sama, diobrolkan dan dibicarakan bersama-sama. Meski akan ada bagian dari mimpi kita yang harus ditunda dulu, gapapa. Setiap cerita memang pasti berbeda alurnya, bukan?
Semoga Allah mudahkan langkah kita, lindungi keluarga kita, dan Allah berikan keberkahan untuk setiap waktu dan usaha kita.
— Ditulis di kereta menuju Gambir
Ahad, 17 November 2024
@jndmmsyhd
115 notes
·
View notes
Text
untuk setiap perjuangan yang dilakukan bersama-sama. semoga Allaah selalu meneguhkan, menguatkan, mengingatkan, dan memberi kelapangan hati selapang-lapangnya. sebab perjalan menuju akhirat itu tidaklah mudah. setiap waktu butuh pertolongan Allaah, setiap waktu butuh untuk terus saling mengingatkan. bertumbuh dalam kebaikan adalah impian yang sudah engkau bangun jauh sebelum engkau memutuskan untuk menikah.
maka setelah ruang pernikahan telah engkau lalui bersama dengannya. maka perjalanan bahtera itu membutuhkan komitmen dan pertolongan Allaah selalu. semoga Allaah selalu tolong dalam keadaan apapun..
88 notes
·
View notes
Text
Hai November
Untuk buku-buku yang ingin di baca, untuk infaq yang ingin istiqomah di jalani, untuk jajan adik yang di tunggu ketika sepulang kerja, untuk kelas-kelas pengembangan yang ingin di ikuti, untuk event voluntering di luar kota yang menarik, untuk service motor 3 bulan sekali, untuk kuliner yang belum semua di cicipi atau makan kucing yang cepat sekali habis.
Masih ada lagi skincare yang katamu bikin glowing itu, hadiah-hadiah kecil untuk temanmu yang melahirkan, atau bahkan sebuah amplop pernikahan rekan-rekanmu, dan untuk cita-citamu yang katanya pengen umroh itu. Tolong jangan nyerah dulu ya.
Satu lagi, untuk keluarga kecilmu kelak. Meski sekarang masih sendiri, tapi tetap semangat bekerja ya, selamat menabung untuk segala impian yang hanya bisa di beli dengan uang dan pengorbanan panjang :)
39 notes
·
View notes
Text
Pernikahan itu 10% isinya cinta dan 90% isinya ngobrol
Hubungan itu harus timbal balik terlebih jika hubungan itu untuk menuju bahtera rumah tangga
Pastikan dia memilih kamu dan kamu memilih dia pastikan juga dia mengingankan kamu dan kamu menginginkan dia. Mengarungi bahtera rumah tangga itu tidak mudah . Pastikan bahwa kamu sudah benar-benar siap baik dari segi mental, psikis, emosional dan finansial . selain itu kamu juga harus pastikan bahwa kamu sudah memiliki ilmu dan bekal yang cukup. Bagaimana menjadi seorang istri/suami yang shaliha/ah, bagaimana menjadi seorang ibu/bapak, dan menjadi seorang anak semuanya harus kamu persiapkan dengan baik dan matang.
Melihat fenomena saat ini dimana maraknya kasus perselingkuhan dan kasus KDRT. Jadi jika kamu hanya mengandalkan rupa dan cinta tentu itu tidak cukup yang seharusnya kamu nomor satukan dalam mengarungi bahtera rumah tangga adalah iman. Cintamu dan cintanya benar-benar lillahita'ala Setelah kamu memilih dan dipilih hal yang paling penting kamu lakukan setelahnya adalah menjalin komunikasi dengan baik dan sehat . Apapun masalah yang kamu hadapi bicarakan jangan diam, sebab nikah itu isinya 90% ngobrol. Jadi sebelum akad dijalankan mulailah ngobrol dengan membicarakan hal-hal penting terkait dengan pernikahan mulai dari membicarakan masalah keuangan , bagaimana cara mendidik anak, cara pandang tentang pernikahan, agama gaya hidup, cara menyelesaikan masalah, cara mengespresikan emosi, trauma, keluarga, apa rencana setelah nikah, masalah pekerjaan, pendidikan semua hal penting ini pastikan kamu bicarakan dengan tuntas, agar jelas arah tujuan dari pernikahan yang kamu jalankan.
Setiap orang tentu punya harapan dan impian besar dalam pernikahannya, khususnya saya sendiri. Karena pernikahan adalah ibadah seumur hidup tentu lewat jalan ini harus lebih dekat dengan-Nya dan syukur jika bisa meraih ridha dan cinta-Nya
273 notes
·
View notes
Text
Apa itu Keluarga Ideal?
Kita pasti punya visi, misi, dan tujuan dalam pernikahan. Pastinya juga kita berharap memiliki keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Sebuah gambaran menjadi keluarga ideal yang kita impikan.
Menjadi suatu hal dipertanyakan jika kita tidak memiliki visi, misi, bahkan tujuan dalam pernikahan nantinya. Mengapa? Sebab pernikahan itu akan terasa hambar jika kita tidak memiliki tujuan. Sama seperti kehidupan yang kita jalani saat sendiri, pasti akan terasa seakan tidak ada arah jika kita tidak punya tujuan hidup.
Aku yakin, setiap kita akan mengharapkan keluarga ideal dalam kehidupannya. Setiap kita akan punya rangkaian mimpi yang berharap akan terwujud di dalam kelarga kecil kita nanti.
Namun, sudahkah impian-impian menjadi keluarga ideal itu kita dasarkan atas yang Allah ridhoi?
Sudahkah harapan-harapan kita untuk keluarga kecil kita nanti menerapkan islam yang kaffah (menyeluruh)?
Sebuah tulisan yang (selalu) menjadi pengingat untuk diriku juga, bahwa kita sebagai manusia harus menaruh harap hanya pada Sang Pencipta. Memiliki tujuan apa pun dengan jalan terbaik untuk mencapai ridho-Nya.
Bagaimana caranya?
Tentunya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan menjadikan role model kita adalah manusia terbaik, yaitu Rasulullah SAW. Banyak sekali kisah Rasulullah dengan istri-istri dan anak-anaknya yang dapat menjadi pedoman bagi kita. Kisah beliau yang begitu indah, kadang tidak disangka "ternyata ada manusia yang begitu bersih jiwanya" seperti beliau.
Jadi, jangan jadikan pedoman dalam keluarga ideal kita adalah seorang selebgram, youtuber, atau manusia yang kita anggap pernikahan dan kehidupan keluarganya sangat bahagia. Kita masih melihat dari segi sosial media saja, namun belum tahu bagaimana kehidupan yang sesungguhnya. Mungkin kita bisa ngefilter, yang baik bisa diambil dan dibuang buruknya. Tapi jangan sampai menjadikan mereka sebagai role model kehidupan ya hehe.
Kisah Rasulullah SAW, atau juga para shahabat dapat menjadi contoh bagi kita untuk menjalaninya kehidupan berkeluarga. Kita bisa membacanya di buku-buku sirah.
Oh iya, yang terpenting untuk menerapkan impian menjadi keluarga ideal adalah adanya pasangan untuk menemani.
Nah gimana kamu, sudah ada yang menemani untuk menempuh perjalanan bersama belum?
| Medan, 29 Mei 2024
46 notes
·
View notes
Text
Mau menelusuri pikiran soal pandangan jodoh untuk diri sendiri.
Aku nggak tau ini buruk apa enggak, ini berubah atau enggak. Tapi belakangan aku nggak langsung tangkap bola setiap kali ada pembahasan jodoh dan pernikahan. Semacam itu pembahasan biasa, sama aja kayak lagi bahas film paling rekomen apa.
Padahal dulu, aku si paling ber analisa baik dan buruk atau sebagainya soal pilihan menikah, yang intinya mah pokoknya aku harus punya prinsip dan pandangan pribadi.
Sekarang kayak, apa ya kalau dijadikan kata move on artinya aku udah legowo aja gitu. Kalau pakai bahasa yang down to earth, aku udah ikhlas dan ridho, gitulah ibarat kata.
Kata teman aku si karena kehabisan energi, kataku karena udah berdamai aja sama rasa skeptis dan ekspektasi ku yang dulu-dulu banget itu. Jadi sekarang aku nggak lagi defense diri dengan bilang, aku nggak punya rencana menikah tapi ya kalau terjadi ya terjadi aja.
Aku bilangnya sekarang, aku berencana menikah nanti setelah blablabla. Ya tentu aja salah satu setelahnya adalah, setelah ketemu kamu, buehehehe.
Tapi ini bukan soal aku beranggapan seseorang itu nikah harus udah selesai ya sama dirinya. Ini soal, bagi aku penting untuk menstabilkan segala hal dalam diri aku, baik emosi, sikap, impian, finansial dan lainnya biar nanti aku nggak merepotkan orang yang mau aku kasih peer lebih gede buat jadi partner aku seumur hidup. Tapi ya kalau ada yang mau repot dengan senang hati akan aku review, hihihi. Kalau ditanya aku mau nggak repot buat orang itu, menerima seseorang di hidupku artinya aku udah bersedia repot.
Tapi sekarang, aku nggak mau repot.
Wait, jadi apa yang berubah ya dari pandangan ku? Ck, sama aja poinnya. Cuma struktur berpikirnya yang beda.
Hmmm.
Dah ah, mau tidur. Mana tahu besok ketemu jodoh tanpa harus berpikir itu repot 😆
70 notes
·
View notes
Text
Memaksimalkan kesempatan dan peran.
Hari ini kembali silaturahmi bersama @saniyyaaa ke rumah keluarga kecil yang enam bulan lalu bertambah member baru.
Sedikit menyelami dunia pernikahan saat kuliah dan berbagai lika-likunya 🌹
Bertemu dan ngobrolin banyak hal cukup membawa kita ke memori lama yang terabaikan, titik mula kita bisa sampai pada peran yang sekarang.
Mengingat tempat bertumbuh dan berlandas sebelum akhirnya terbang mengudara. Al-Hikmah dan segala ceritanya. Hati kami hangat sekali, ternyata ada mimpi untuk kembali, memperbaiki generasi. Rusak sana sini bukan alasan untuk meninggalkan rumah sendiri.
Menyerap pengalaman dan nasihat guru kami, Ustadz Mifdlol, setelah kunjungan beliau ke rumah ini berapa waktu lalu. Semoga Allah jaga, dan bisa kami dengarkan lagi nasihatnya.
"Maksimalkan peran yang sedang dijalani sekarang dan jangan membatasi impian-impian, tetap pasang tujuan sebagai bahan bakar kita berjuang dan jangan berhenti belajar."
Setiap orang punya cara masing-masing untuk mempertahankan bara api menuju pemberhentian terakhir. Jangan memberi batas yang kemudian memicu kekhawatiran, akan jadi apa nanti?
"Terus belajar dan jangan khawatir dengan karir, seseorang yang memiliki ilmu akan dimuliakan derajatnya."
🏡 Ust Salim & Mba Shofi & Qiya 👶🏻
—berasa balik ke suasana karanggede
9 notes
·
View notes
Text
Sebuah catatan dan Doa untuk pasangan ku nanti
Aku menulis ini pada momen dimana aku mungkin belum mengenalmu, lebih tepatnya aku tidak pernah mengira mungkin bahwa kamu orangnya. Tapi semoga tulisan ini kelak akan dibaca olehmu pada saat kita sudah sama-sama selesai dengan urusan diri kita sendiri, pada saat kita sudah sama-sama bukan lagi orang yang menuntut untuk dibahagiakan, tapi justru menjadi orang yang saling berusaha membahagiakan.
Sebelum akad selesai diucapkan, aku akan berusaha sekeras tenaga untuk tidak memberikan hatiku padamu. Bukan karena kamu tidak pantas untuk kucintai, tapi justru itu adalah sebaik-baiknya penjagaan diriku pada dirimu agar kelak ketika kita bersama Ridho Allah sudah kita genggam bersama. Semoga kelak cinta yang kita tumbuhkan bersama adalah cinta untuk mencari Ridho dan berkah-Nya, bukan cinta yang membawa kita pada hal-hal yang dibenci oleh-Nya (Semoga).
Aku tidak tahu apa yang lebih dulu menimpaku, apakah kematian atau pernikahan, tapi semoga apapun itu aku selalu berusaha menjadi orang yang mengutamakan mencari Ridho dan Cinta-Nya diatas segalanya.
Melalui tulisan ini, izinkan lah aku menyampaikan pesan untukmu yang mungkin akan membersamai ku nanti dalam proses beribadah dan mencari Cinta-Nya, serta sebuah catatan pengingat bagi diriku sendiri di masa depan nanti.
1. Pertama, aku berterima kasih, dari sekian juta bahkan milyar-milyar manusia di dunia ini, kamu telah memilihku seseorang yang banyak kurang, takut, dan ragunya ini.
Aku berharap, semoga kita sama-sama menjadi orang yang saling beruntung karena telah saling menemukan dan memiliki. Semoga 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, atau berapapun usia pernikahan kita nanti rasa tentram, kehangatan, dan syukur saling memiliki ini akan terus hadir dalam rumah tangga kita ke depannya. Tidak peduli betapa besar cobaan atau ujian yang Allah berikan dalam proses perjalanan hidup kita, kita akan menjadi orang yang sama-sama percaya bahwa itu adalah kejadian yang Allah berikan untuk kita sebagai bukti tanda Cinta-Nya kepada kita.
Semoga kita menjadi orang yang mampu saling menguatkan dan melembutkan bagaimanapun kondisi atau fase hidup apapun yang kita jalani. Aku percaya, selama Allah menjadi tujuan hidup kita, selama itu juga kita akan mampu menghadapi apapun.
2. Kedua, sebelum aku bertemu denganmu aku adalah individu yang punya banyak mimpi dan keinginan, begitupun juga denganmu. Sehingga aku berharap semoga kita tidak hanya bertindak sebagai pasangan, tetapi juga teman, orang tua, adik ataupun kaka yang akan selalu berusaha sama-sama mendukung proses perkembangan setiap individu yang ada dalam pernikahan ini.
Aku berharap semoga kamu mampu menjadi temanku dalam memperjuangkan impian-impian yang aku miliki, dan semoga aku juga mampu menjadi teman yang akan selalu mendukung mimpi-mimpi baikmu.
Aku percaya bahwa pernikahan seharusnya menjadi tempat yang paling aman untuk mendukung mimpi-mimpi tiap individu yang ada di dalamnya. Pernikahan seharusnya tidak membatasi ruang gerak diri kita untuk berkembang dan bermimpi.
Tapi aku juga percaya, bahwa ketika kita memutuskan menjadi satu dalam sebuah ikatan pernikahan, mimpi-mimpi yang kita punya bukan hanya milik kita sendiri. Sehingga sebesar apapun keinginan atau impian yang kita miliki, semoga kita mampu mengambil keputusan-keputusan yang tidak hanya mementingkan ego pribadi tetapi juga keputusan yang baik dan tidak memberatkan salah satu pihak.
Semoga kelak kamu mampu menjadi temanku dan aku juga menjadi temanmu dalam bertumbuh dan belajar untuk bisa menjadi sebaik-baiknya Hamba yang Allah hadirkan di bumi ini.
3. Ketiga, sebesar apapun masalah yang kita hadapi, semoga kita bisa sama-sama menjadi orang yang saling menutupi aib pasangannya sendiri. (Sebuah nasehat untuk aku sendiri)
Beberapa bulan ke belakang, banyak sekali aib pernikahan orang lain yang tersebar di internet, dibaca oleh banyak orang, dan diaminkan atau bahkan dihujat ramai-ramai oleh netizen, yang mungkin kebenarannya pun masih dipertanyakan.
Sehingga salah satu doa yang aku punya untuk aku pribadi adalah semoga aku mampu menjadi orang yang menahan diri untuk tidak bercerita ke banyak pihak apalagi sosial media ketika sebuah ujian menimpa pernikahan kita. Semoga kita sama-sama mampu berpikir dengan baik dan menyelesaikannya berdua ketika suatu masalah menimpa hidup kita.
Kalaupun pada akhirnya kita membutuhkan pertolongan orang lain, semoga cerita-cerita kita cukup diketahui oleh orang terdekat yang kita percaya ataupun oleh profesional jika hal tersebut memang dibutuhkan.
4. Keempat, aku tahu bahwa di dunia ini tidak ada orang yang sempurna. Aku tumbuh dengan beragam kegagalan, kekurangan, dan luka-luka yang aku miliki. Begitupun juga denganmu.
Sehingga mungkin dalam beberapa waktu atau perjalanan kita terkadang aku marah, menggerutu, ataupun menyesal telah memilihmu hahaha (Mungkin juga kamu begitu wkwkw).Tapi aku berharap, semoga kita berdua adalah dua orang yang sama-sama mau mendengarkan dan memperbaiki.
Aku berharap kamu akan jadi orang yang pertama yang menasehatiku ketika aku sudah salah jalan, ketika aku sudah kehilangan arah dan tidak lagi fokus mencari Ridho-Nya, dan aku juga berharap aku juga orang pertama yang akan selalu mengingatkanmu.
Aku tidak mencari seseorang yang sempurna, karena sungguh manusia itu sejatinya penuh kekurangan. Aku hanya mencari orang yang mau saling mendengar dan belajar, seseorang yang tidak selalu merasa benar sendiri, seseorang yang mau mengakui kesalahan dan kekurangannya. Karena aku percaya, bahwa proses mengakui ketidaksempurnaan adalah jalan menuju kesempurnaan itu sendiri. Sehingga semoga kita menjadi orang yang mau saling mendengar, memperbaiki, dan saling melengkapi satu sama lain.
5. Kelima, aku berharap kita sudah sama-sama menjadi orang yang selesai dengan masa lalu kita masing-masing, dan mensyukuri untuk setiap hal yang kita miliki pada hari ini.
Aku tumbuh dan berkembang dengan ragam pengalaman dan pertemuan dengan banyak orang yang membentuk aku saat ini, begitupun juga denganmu. Sehingga, semoga ketika kita sudah memutuskan untuk saling bersama, kita sudah selesai dengan urusan masa lalu kita masing-masing.
Semoga aku selalu bersyukur karena telah memilihmu yang menjadi titik akhir dari perjalanan ini, dan semoga kamu juga bersyukur karena telah memilihku yang menjadi akhir dari titik perjalananmu. Semoga rasa syukur itu terus kita hadirkan dan upayakan sebesar apapun kekurangan dan kesalahan yang kita miliki.
Selama kamu tidak membawa ku pada hal-hal yang menjauhi ku dari proses mencari Ridho-Nya, selama itu juga aku akan terus membersamaimu dan mensyukuri kehadiranmu.
6. Keenam, dan terakhir, semoga aku dipertemukan dengan seseorang yang Allah lah menjadi tujuan akhirnya. Semoga tujuan pernikahan yang kita upayakan adalah tujuan untuk mencari Ridho-Nya. Semoga kamu adalah orang yang mampu mendekatkanku pada-Nya, semoga Ridho Allah selalu menjadi tujuanmu dan tujuanku.
Kita pasti punya banyak mimpi duniawi, kita punya banyak hal yang ingin kita capai sebagai individu ataupun keluarga. Tapi semoga apapun mimpi dan tujuan hidup yang kita miliki, tidak sebesar mimpi dan tujuan kita untuk menjadi sebaik-baiknya Hamba di dunia.
Semoga keluarga yang kita bangun, mampu menjadi wasilah kebaikan bagi banyak orang, semoga kita tidak hanya memikirkan perut atau ego pribadi, tetapi juga mampu bersama-sama membangun keluarga yang mampu bermanfaat bagi umat. Semoga kamu mampu menjadi temanku dalam mewujudkan kebaikan-kebaikan di dunia baik bagi diri sendiri, keluarga kita, maupun alam semesta hahaha. Wkwkwk berat bgt amanahnya bund 🤣
Tentunya masih banyak catatan dan doa-doa yang akan aku panjatkan nanti, tapi kayanya udah kepanjangan hahaha. Mari kita cukupkan sampai disini, semoga doa-doa dan catatan ini mampu menjadi pengingat untuk aku pribadi ketika sudah kehilangan arah. Semoga ini adalah doa yang di dengar oleh Allah sehingga aku mampu dibersamai dengan orang yang tepat, yang denganya segala keresahan dan ketakutan dunia akan mampu ku hadapi. Sekarang juga mampu si wkwkwk tapi semoga lebih mampu lagi wkwk.
Dimanapun kamu saat ini, bagaimana pun kamu sekarang, ataupun siapapun kamu. Semoga Allah selalu membersamaimu. Semoga kebaikan selalu menyertai hidupmu dan tentu juga hidupku, hingga pada saatnya Allah mempertemukan kita pada waktu terbaik menurut-Nya.
26 notes
·
View notes
Text
Dear, My Future Husband
Aku menuliskan ini dalam keadaan tidak memikirkan siapa pun. Teruntuk seseorang yang bahkan belum aku ketahui sosoknya seperti apa. Hai, perkenalkan, aku anak pertama dari dua orang bersaudara. Aku tumbuh dan besar dari keluarga yang utuh dan sepertinya normal layaknya keluarga lainnya. Saat menuliskan ini, usiaku 26 tahun 4 bulan 4 hari. Orang-orang mengenalku sebagai sesosok yang ceria, hangat, dan pendengar yang baik. Tapi mungkin nantinya, semakin kau mengenalku, justru kau menemukan aku berbeda dari apa yang orang-orang sampaikan.
Impian terbesarku dalam pernikahan hanya satu. Kita bisa “saling”. Aku selalu memimpikan pernikahan yang di dalamnya terdapat kerja sama. Kita adalah dua orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan tujuan yang sama, bukan dua orang yang sedang bersaing untuk mendapatkan pemenang.
Aku adalah orang yang memiliki banyak trauma. Salah satu trauma yang aku punya adalah soal rasa percaya. Mungkin toxic yang aku punya adalah; aku tau bagaimana caranya mencintai, tapi aku gak tau gimana bisa percaya kalau orang lain mencintaiku. Aku tau, trauma ini adalah tanggung jawabku untuk mnyembuhkannya. Tapi kalau boleh aku minta bantuan, tolong yakinkan aku setiap harinya bahwa kau mencintaiku. Aku butuh kalimat yang tersampaikan.
Aku bukan wanita yang senang mengekang. Kau boleh bertemu dengan teman-temanmu. Bahkan mungkin aku juga bukan wanita yang pencemburu. Kau boleh memiliki rekan kerja perempuan. Aku menghargai apa pun yang kau lakukan, selama kau tidak menutupi apa pun yang memang seharusnya aku ketahui dan kau tau batasan.
Aku senang mempelajari hal baru, aku senang bertanya tentang banyak hal. Aku harap kau adalah orang yang bisa aku ajak berdiskusi tentang banyak hal di dunia ini. Tidak perlu berdebat, cukup sampaikan apa yang ingin kau sampaikan atau hal yang kau ketahui, dan aku akan melakukan hal yang sama. Di akhir diskusi, mari kita tutup dengan pelukan yang hangat dan tertawa bersama.
Aku menyukai hal-hal sederhana, sesederhana menikmati teh hangat di kala hujan, menertawakan hal-hal konyol, atau bahkan bernyanyi di atas motor. Kau boleh untuk ikut serta, akan aku kenalkan kau pada hal-hal indah nan sederhana yang ada di dunia ini.
Terakhir, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Dari banyaknya wanita di dunia ini, terima kasih sudah memilih aku dan membuat aku yakin untuk memilihmu. Mari sama-sama kita wujudkan hubungan sehat dan terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya. Mari kita saling berbahagia hingga ke syugra, suamiku..
- Pekanbaru, 17 Desember 2022
#sedih#wanita#pergi#cerita#cinta#pulang#sajak#bahagia#puisi#sendiri#lelaki#pasangan#calon suami#suami#masa depan#impian#keinginan#harapan#kebutuhan#rumah#kembali#istri
222 notes
·
View notes
Text
Ada satu prinsip yang ingin tetap saya pegang : tidak mau berhutang pada manusia. Apalagi dahulu saya dibesarkan dengan kondisi yang memaksa gali - tutup lubang dengan hutang untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan dan pendidikan). Beasiswa? Bagi orang yang perekonomiannya nanggung, otak pas-pasan di antara siswa - siswi cemerlang sekolah yang katanya unggulan, sistem beasiswa seperti dongeng yang sulit didekati.
Dimensi keputusan seseorang sangat dipengaruhi oleh kejadian yang membersamainya tumbuh. Bagi saya, kondisi itu sangat berpengaruh secara psikis. Sampai pada tekad tidak mau berhutang. Tentu saya menghormati orang-orang yang terpaksa meminjam untuk kebutuhan terdesak. Nggak selamanya hidup ini ideal.
Balik lagi. Apakah godaan berhutang itu ada? Ada, dong... salah satunya godaan KPR. Sudah lazim bagi lingkaran terdekat untuk ambil kredit perumahan pada usia pernikahan yang masih sangat muda. Saya merasa jadi pencilan. Anggaplah sanggup bayar uang muka, namun saya tak sanggup membayangkan harus punya cicilan sampai kurun waktu satu dekade.
Makanya, doa untuk bisa punya hunian tanpa perlu hutang harus makin diseriusin. Usaha membuka pintu rezeki juga harus makin diperluas. Apalagi setelah memutuskan rehat karir sejenak, di tengah kondisi pertumbuhan industri yang gini-gini aja.
Tekadnya ialah keluar dari zona kelas menengah. Kelas nanggung yang rentan jatuh karena jaring pengamannya tipis. Dahulu saya pikir, menjadi biasa-biasa saja itu gapapa. Tapi kayaknya pikiran itu harus direvisi. Saya ingin menjadi sesuatu, yang tidak mudah goyah diterjang inflasi, hidup tentram tanpa menyakiti dan disakiti, lantas bisa memberikan anak saya nanti kesempatan memperoleh akses pendidikan yang baik.
Begitu panjang impian manusia, begitu pendek nafas kita. Semoga hari esok cerah :)
14 notes
·
View notes
Text
skala prioritas
menginjak usia dua puluhan mengajarkan banyak pertimbangan. Tak boleh mudah menghamburkan uang untuk hal-hal yg kurang berguna. enggan banyak bermain karena masing-masing sedang bertarung dengan impian. sukar membuka hati takut akan kecewa apalagi sampai salah pilih.
banyak dari anak dua puluhan enggan untuk ditanya "lulusan mana? sekolah tinggi-tinggi ujung2nya kemana? kapan menikah? sudah ada calon? Kerja dimana? sebulan berapa? Dan berbagai pertanyaan** yg mungkin terdengar sederhana namun terkadang cukup menggores jiwa.
masalah pernikahan dan rumah tangga misalkan. setelah pendidikan terbitlah pelaminan merupakan pemandangan lumrah di banyak tempat dan tidak ada yg keliru dengan itu. Hanya saja statement bahwa setelah menyelesaikan pendidikan wajib mendirikan pelaminan bukanlah hal yg mudah bagi banyak orang.
menikah bukan hal yg instan untuk dijalani, ibadah terlama dengan orang asing yg tidak sepenuhnya dikenali, harus tetap stabil bagaimana pun kondisi rumah tangga nanti, berbagi bukan hanya kebahagiaan tetapi juga air mata perjuangan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, menjadi pakaian penutup aib satu sama lain, menginjak ego demi mewujudkan mimpi-mimpi besar bersama, dan hal itu jelas tak mudah.
ada alasan mengapa orang siap menikah, sebagaimana ada pula alasan bagi mereka yg belum siap menjalaninya. Setiap manusia memiliki target & mimpi yg ia kejar, setiap target tsb pun memikili skala prioritasnya masing**. Ada hal besar yg dikedepankan atas hal-hal lain yg sekiranya tidak mendesak, termasuk di dalamnya pernikahan.
Bukan tak ingin atau enggan bersegera seperti kawan-kawan yg lain. Hanya saja kesadaran diri akan kesakralan & keagungan suatu pernikahan, memacu manusia untuk mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. entah itu pendidikan, finansial, mental, kedewasaan, terutama Agama maupun syariat harus benar** dipersiapkan.
setiap manusia hanya ingin satu kali yg berarti, untuk mendapatkan yg berarti diri pun dituntut untuk memberikan yg terbaik, dan itu butuh waktu dan durasi yg mungkin tidak sedikit, sampai pada akhirnya Tuhan benar** berkata "dirinya memang sudah pantas"
Oleh sebab itu, tidak usah terburu-buru akan tetapi jangan pula menunda terlalu lama, pertimbangkan matang** mana yg lebih prioritas & membawa banyak kebaikan bagi diri dan juga orang sekitar. Ingat masa muda hanya sekali, pergunakan sebaik mungkin untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang dulu pernah tertulis di dalam buku diary.
tak ada anak yg bisa memilih mau terlahir dari rahim ibu yg mana, atau dididik oleh ayah yg seperti apa, maka kesadaran diri setiap calon orang tua sangatlah dibutuhkan. perjuangan kita di masa muda, bergelut dengan berbagai kegiatan, merantau di negeri orang, kesana kemari melamar pekerjaan, lanjut pendidikan, menepis perasaan, maju tanpa malu demi hari hari esok yg lebih cerah adl hadiah terindah untuk anak-anak dimasa depan. suatu saat hal tsb akan menjadi dongeng penuh makna yg akan kita ceritakan dengan bangga pada mereka bahwa "ibu dan bapaknya pernah berjuang sekeras itu di masa muda" :)
so, semangat anak muda. semangat pejuang masa depan. Jangan mudah menyerah. Jangan lengah. Jangan galau. Sayang, nanti durasi waktu berjuangnya habis. ingat tidak semua datang tepat waktu sesuai yg dimau, tapi percayalah bahwa semuanya akan datang di waktu yg tepat bersama orang yg tepat dengan cara yg terhormat.
10 notes
·
View notes
Note
Assalamu'alaikum warohmatullah..
Bang Herri, apa konsekuensi menikahi pria yang belum selesai dengan dirinya sendiri, dengan impian petualangan yang ingin dijalani sebelum menikah? Apakah orang seperti ini tidak apa jika kita paksakan untuk hidup bersama dalam pernikahan?
Waalaikumsalam wrwb.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan segala cita-cita. Baik sebelum dan sesudah pernikahan. Jika kalian mengikuti pandangan saya, mereka yang menikah itu berarti memutuskan untuk menjadi tim yang solid. Baku bantu dan baku dorong. Kehadiran suami atau istri itu justru untuk mempercepat semua impian-impian yang sudah dimiliki. Dan, keduanya baku tolong merealisasikan itu semua. Ini pandangan abadi saya terhadap sebuah pernikahan.
Jadi, jika memang (calon) suamimu punya sebuah cita-cita, seharusnya kamu malah bersiap untuk menerima itu sebagai beban yang akan kamu pikul bersama. Kamulah yang akan berada di garis terdepan membantu dan menyaksikannya sukses mencapai cita-cita. Dan kalian merayakannya bersama-sama. Sebab, mimpi itu bukan lagi cita-citanya. Tapi sudah menjadi cita-cita kalian.
Namun, sekalipun demikian, mimpi itu tetap harus dalam kerangka “kita”. Bahwa tujuannya bermanfaat bersama-sama. Bukan lagi egoisme diri. Sehingga, pencapaiannya pun harus jadi kesepakatan bersama. Tidak boleh ada paksaan dalam suatu hubungan. Dia harus hadir dari kimia jiwa: bahwa apapun yang dilakukan harus dari, oleh, dan untuk “kita”. Jika kamu melihat ada benih-benih egoisme di situ, lebih baik tidak dilanjutkan. Karena hubungan itu adalah kumpulan kompromi—yang menyatukan banyak cita-cita.
38 notes
·
View notes
Text
Selamat malam Anak Baik, besok insya Allah kamu akan memulai perjalanan yang jauh, pengalaman pertama, dan juga sendirian. Melintasi awan dan melewati lautan. Menggunakan pesawat terbang, berkunjung ke negeri sebrang.
Degup jantungmu menandakan kondisi hati dan pikiranmu yang tak menentu. Hei, ini rasanya seperti satu hari menjelang akad pernikahan kemarin bukan? Tidak bisa tidur, khawatir segala rupa, asam lambung meningkat, tapi ada perasaan buncah bahagia yang sulit diutarakan.
Dengar Anak Baik, jauh sebelum perjalanan yang akan kamu tempuh besok, sejatinya sudah begitu banyak perjalanan yang kamu lakoni. Yang mana itu menjadi hal baru untuk kamu lalui. Perasaan di hari ini pun serupa dengan apa-apa yang terjadi saat itu. Pesanku selalu sama, Allahmu tak akan meninggalkanmu, Anak Baik.
Kamu takut perjalanan ini menjadi akhir masamu menghuni Bumi, sedangkan masih banyak hutang cita-cita yang belum kamu lampaui. Kamu takut orang-orang kerepotan dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan dalam perjalanan. Kamu takut akan kekurangan bekal. Kamu takut akan standar prosedur yang ditetapkan. Ketakutan itu terhimpun dan membuatmu memasang wajah suram. Padahal ini adalah perjalanan yang sudah lama kamu nanti-nantikan.
Tarik nafas panjang, dan ingatlah milyaran kebaikan yang telah Allah berikan. Ingat kaidah, telur ayam dalam genggaman lebih baik daripada ayam bakar di hari mendatang. Berhenti untuk terus memelihara angan-angan dengan label "seharusnya kalau begini, bisa begitu."
Nikmati kesempatan ini. Renungi setiap pelajaran hidup dari tiap jengkal tanah yang kamu tapaki. Lantunkan dzikirmu agar tak lepas dari pengawasan Illahi. Jalin muamalah yang baik atas setiap jiwa yang kamu temui. Niatkan perjalananmu untuk Allah, juga menjadi pelepas rindu dengan suami.
Dan ingatlah segala apa yang terjadi tidak lepas dari kehendak Allah, doa-doa yang kita langitkan, wasilah amal shalih yang dikerjakan, juga penjagaan diri terhadap kemaksiatan.
Kamu tahu, keberangkatanmu besok bersamaan dengan pendaftaran para capres ke KPU.
Maka langitkan doamu dalam safar, bahwa 2024 Indonesia akan mendapatkan pemimpin yang mencintai dan dicintai Allah. Amanah juga fathonah. Tanggung jawab dan memiliki impian menjalankan pemerintahan yang berkah. Dawamkan selalu doa itu, karena dari pemimpin yang baik akan membawa arus kemudi bangsa ke arah yang baik. Juga hari ini, berseliweran di mana-mana kabar tentang perjuangan rakyat Palestina. Maka jangan sampai abai dari doamu.
Begitu banyak hal besar yang sedang terjadi, semoga perjalanan ini menjadi titik balik dirimu menemukan kembali prinsip hidup yang tegak lurus dengan apa yang telah Allah tuliskan dalam Al Quran dan syariat Islam. Menemukan ke dasar dirimu tuas peningkat ghirah yang membuatmu tak berat untuk bergerak. Menemukan ke relung hatimu suara-suara kerinduan akan aktif berkiprah dalam kebenaran.
Anak Baik, beristirahatlah. Setelah ini kamu akan melalui perjalanan panjang. Kuharap bekalmu cukup dan keyakinanmu bahwa Allah selalu menemani kuat tertanam. Selamat malam..
Depok, 18 Oktober 2023
15 notes
·
View notes
Text
30 Tahun
Apa ada istilah mirip seperti quarter life crisis di umur 25, tapi kali ini untuk umur 30 ? Kalau di runut, memasuki umur 30 tahun adalah titik terendah dalam hidupku. Belum menikah, memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan keluarga semenjak 1 tahun yang lalu, karir yang gitu gitu aja, masih bekerja di tempat yang sama dan tinggal di tempat yang sama hampir selama 6 tahun, menyaksikan pernikahan adik perempuan yang rasanya adalah benar benar akhir dari peran-ku sebagai kaka, memutus banyak hubungan pertemanan, menarik diri dari banyak orang, tidak lagi ber do'a, tidak lagi punya impian, tidak lagi punya semangat hidup atau alasan untuk hidup.
Menyaksikan kehidupan teman lewat sosia media seringkali semakin membuatku merasa kecil, ada yang lulus S2, ada yang bepergian bersama anak dan suami, dan hal hal menyenangkan lainnya (meski aku selalu tau, kehidupan nyata tidak selalu persis dengan apa yang mereka perlihatkan)
Untuk semua pertemanan, aku sudah tau polanya, jika mereka menikah, itu artinya pertemanan selesai, jika mereka pergi ke luar negri, itu artinya pertemanan selesai, jika mereka punya anak, itu artinya pertemanan selesai, jika mereka menikah dan pindah ke luar negri, itu benar benar selesai, jika mereka kerja di luar negeri, maka pertemanan selesai. Hingga akhirnya, semua teman yang aku anggap dekat perlahan semakin asing. Tentu, ini bukan salah mereka atau bukan juga salahku, hanya hidup mereka kini berbeda, dan aku sangat kesulitan untuk menyesuaikannya.
Hari ini, seorang teman dekat yang masih sering komunikasi mengabari bahwa diri nya keterima kerja di Luar Negri, terlebih ke Negara yang sangat dia impikan. Aku sangat bergembira untuknya, namun di satu sisi aku sedih karena tau, lagi lagi akan kehilangan.
Saat memberi kabar dan saling membalas pesan, beberapa hal terlintas dari pikiranku saat temanku berkata "your gift is coming too" : hidupku sudah berakhir
"mungkin sebentar lg kmu nikah" : aku sudah menyerah
"ih lo coba pergi umroh", : apa Tuhan masih mau menerima, sementara ber do'a saja tidak lagi ada, sholat 5 waktu pun tak lagi benar.
"kalo mereka cari referral kamu mau aku masukkan tak" : aku terlalu lelah untuk berjuang
pikiran pikiran ini selalu ada di isi kepalaku. Kalaupun aku ber do'a, isi do'a ku adalah meminta untuk pergi lebih dulu dari dunia ini jauh duluan sebelum keluargaku, tanpa rasa sakit, tanpa meninggalkan duka dan dalam waktu secepat mungkin.
Aku sudah sangat lelah dengan semua isi kepalaku.
2 notes
·
View notes
Text
Kita yang terpisah...
Sebagai manusia biasa, aku seringkali berlebihan dalam merespon kondisi dan perasaanku, terutama terkait long distance mariage yang sekarang sedang kujalani. Terkadang rasanya ingin kutinggalkan saja semua impian itu disini.
Seringkali terbesit "kebaikan apa yang Allah akan tunjukkan kepada kami dengan menjadikan kami sepasang (menikah) lalu kemudian membentangkan jarak yang jauh untuk waktu yang lama di umur pernikahan kami yang masih sangat singkat?"
Sungguh, YaRabb perjalanan menuju mimpi itu sangat menakutkan. Mengingat waktu yang terus berjalan melindas semua kesempatan-kesempatan menikmati kebersamaan setelah menikah yang sepertinya akan sangat indah.
Sebab itu, YaRabb, izinkan aku untuk tetap hidup, izinkan dia untuk tetap hidup, izinkan kami untuk tetap hidup, paling tidak untuk menapaki kembali waktu dan kesempatan yang hilang itu.
Sebab itu, YaRabb, mohon mudahkan perjalanan menuntut ilmu ini, mohon lapangkan jalan meraih impian itu. Aku percaya, Engkau adalah sebaik-baik petunjuk.
3 notes
·
View notes
Text
(Cerbung) Dear, Aksa
Hai, Aksa.
Suara rintik hujan yang jatuh di atas genteng malam ini membuatku kembali mengingatmu. Sudah sewindu berlalu, namun cerita tentangmu masih menjadi tema besar dalam hidupku. Entah sampai kapan.
Rintik yang turun di halaman rumah ternyata juga membasahi pipiku. Tanpa ada kamu yang siap mengeringkannya seperti dulu. Sapu tangan biru tua penuh garis itu, masihkah setia di kantung celanamu?
Begitu banyak kisah, Aksa. Begitu banyak memori yang terpaksa kusimpan dalam ingatan. Saat banyak orang menyarankan untuk membuangnya, tetap saja kujawab iya dengan pura-pura. Kau tak akan kemana-mana. Memori tentangmu akan tetap di sana.
Kini kuakui, Aksa. Tanpamu duniaku serta merta berubah. Yang dulu ada perlahan tiada. Seiring kepergianmu yang tak membiarkanku menahan sedetik saja.
Bagaimana kabar harimu di sana? Benarkah kau telah bahagia? Kau tega sekali, Aksa. Membawa seluruh impian kita berdua dan membiarkanku sendirian dalam hampa.
Kini kunikmati rintik hujan di bibir jendela, sembari memutar kembali kenangan kita di bawahnya. Saat kita menolak kalah dengan terus melaju di aspal yang basah.
***
Move On, Please
Tak kutahu jika cinta akan membawa luka sesakit ini. Setelah kepergianmu saat mimpi kita sedikit lagi.
“Tolong jangan menolak lagi. Ini sudah orang ke sekian yang kamu tolak tanpa alasan.” Suara itu lagi-lagi memaksaku menyumpal telinga dengan earphone.
Ya, aku tahu tindakan itu tidak sopan. Namun, bukankah lebih tidak sopan memaksa seseorang menerima apa yang semestinya ia tolak? Bagiku laki-laki di depanku ini sangat tidak sopan.
Ia masuk ke kamar tanpa permisi, lalu ngomel tanpa henti. Padahal ini masih dini hari. Tepatnya pukul tiga pagi. Apa di kamarnya tidak ada jam? Sampai lupa waktu begini.
“Kamu denger, kan?” Kini wajahnya turun tepat di depan hidungku. Nyaris saja kepala kami terbentur sebab kini kepalaku refleks maju, terkejut.
“Iya,” jawabku singkat dan tidak semangat.
Dialog dini hari ini sudah sering terjadi. Tepatnya setelah Ayah menolak proposal pernikahan yang Bayu ajukan. Ya, laki-laki yang kini berkacak pinggang di hadapanku. Dia kakakku, kakak satu-satunya yang selalu menjahiliku. Kami dua anak kembar yang berbeda jauh.
Kini Bayu sudah dewasa. Sudah menemukan tambatan hati dan berencana menikah, layaknya pria dewasa mapan lainnya. Sayangnya, Ayah tidak serta merta memberi Bayu izin. Ada satu hal yang menjadi penghalangnya dan itu aku. Anak perempuan satu-satunya yang masih diperlakukan layaknya bocah 13 tahun.
Ayah sangat menjagaku, melebihi Bayu. Bagi Ayah sedikit goresan di tubuhku merupakan bencana. Berbeda dengan Bayu yang memang hobi menyakiti dirinya sendiri dengan uji nyali. “Tolong bantu aku. Jangan jadiin aku korban gagal move on kamu itu."
Tanganku seketika geram hendak menyumpal mulutnya dengan buku di tanganku ...
(Bersambung)
8 notes
·
View notes