#pengadilan penjajah
Explore tagged Tumblr posts
papuapost · 2 years ago
Text
Dari Makar ke Makar; Ambrosius Elopere dan Devio Tekege Didakwa Pasal Makar
(Selasa, 04 April 2023) Pada, Selasa 04 April 2023, Sidang Perdana Mahasiswa Papua, pengibar Bintang Fajar di halaman Kampus Universitas Sains dan Teknologi Jayapura ( 10 November 2022) atas nama Ambrosius Elopere dan Devio Tekege berlangsung di Pengadilan Negeri Jayapura, Abepura. Ambros dan Devio didakwa melakukan MAKAR oleh Jaksa Penuntut Umum. Hari: Selasa, 04 April 2023 Tempat: Pengadilan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sharekebaikan · 16 days ago
Text
Pembebasan Palestina Butuh Jihad, Bukan Retorika
Tumblr media
Sejak serangan terbaru, yang terjadi pada 6 Oktober 2024, penjajah Zions terus-menerus mengepung dan menginvasi Gaza utara. Hal ini mengakibatkan kematian 600 orang dan puluhan ribu orang mengungsi. Jumlah korban tewas di Jalur Gaza sejak serangan zions pada 7 Oktober 2023 mencapai 42.603 orang tewas dan 99.795 lainnya terluka. Selain itu, diduga lebih dari seribu orang meninggal di bawah reruntuhan bangunan. Sedangkan warga lainnya yang masih hidup harus menghadapi kelaparan dalam pengungsian.
Sungguh miris, dunia tetap diam seribu bahasa di tengah serangan Israel yang bertubi-tubi dalam menghancurkan wilayah Gaza. PBB hanya mengeluarkan kecaman. Hal yang dilakukan oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) hanyalah meminta Zion*s Israel untuk mematuhi perintah pengadilan tinggi PBB supaya mencegah genosida di Gaza. Yordania juga hanya mengeluarkan kecaman. Negara-negara Muslim, termasuk negara Arab, justru bungkam.
Hams menyatakan bahwa diamnya negeri-negeri muslim dan komunitas internasional membuat Zions Israel terus melakukan pembantaian dan tindak kejahatan pada warga Palestina. Ham*s meminta dunia Arab dan umat Islam, PBB, dan badan internasional lainnya untuk menghentikan "holocaust" yang dilakukan oleh "Nazi baru" (Israel).
Diamnya dunia Arab dan umat Islam merupakan pengkhianatan yang luar biasa terhadap saudara muslim kita di Palestina. Padahal, Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 10, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara."
Namun, para penguasa muslim telah "buta, tuli, dan bisu" karena tidak menanggapi permintaan tolong dari anak-anak Palestina yang terluka, kelaparan, dan kehilangan keluarganya. Nasionalisme telah mengikat tangan dan kaki para penguasa muslim sehingga mereka tidak menganggap masalah Palestina sebagai urusan mereka. Mereka hanya menyibukkan diri dengan masalah internal negaranya. Nasionalisme telah menghalangi pemimpin muslim untuk benar-benar bergerak nyata membela Palestina dengan mengirimkan militer untuk jihad fisabilillah.
Nasionalisme tidak hanya menjangkiti para penguasa, tetapi juga mengubah pemahaman, persepsi,dan ketundukan umat Islam, sehingga sebagian dari mereka tidak peduli dengan penderitaan saudara Muslim di Palestina. Hal ini terlihat pada konser musik Tamer Hosny di Alexandria, Mesir, pada Jumat (18/10/2024), dihadiri ratusan ribu muslim. Padahal, di dekat mereka, ribuan muslim Palestina sedang meregang nyawa. Nasionalisme benar-benar merusak moralitas mereka.
Padahal, nasionalisme tidak berasal dari Islam dan justru bertentangan dengan Islam. Rasulullah Saw. bersabda, "Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada asabiah (nasionalisme atau sukuisme), orang yang berperang karena asabiah, dan orang-orang yang mati karena asabiah." (HR Abu Dawud). Oleh karena itu, umat Islam harus membuang dan menjauhi nasionalisme dan melihat masalah Palestina sebagai masalah bersama umat Islam.
Selain alasan nasionalisme, keberadaan para penguasa di negeri-negeri muslim juga berkontribusi pada diamnya umat Islam terhadap masalah Palestina. Dalam buku yang berjudul Sejarah Nasionalisme di Dunia Islam, Shabir Ahmed dan Abid Karim menjelaskan bahwa Barat telah membuat mekanisme yang memungkinkan kaum muslim terus terpecah-belah. Keberadaan para penguasa antek penjajah di tengah kaum Muslim adalah mekanisme untuk memecah belahnya.
Para penguasa memperoleh kekuasaannya dengan melakukan kolusi dengan Barat, bukan melalui pilihan rakyat. Setelah berkuasa, mereka menjunjung tinggi batas-batas wilayahnya, yang merupakan hasil dari merobek-robek tanah kaum muslim. Mereka bahkan rela berperang dengan saudara sesama muslim untuk memperluas wilayahnya. Selain itu, mereka menindas dan mengancam pihak-pihak yang berusaha memperkenalkan Islam ke dunia politik. Mereka bertindak demikian karena mereka dipengaruhi dan diawasi oleh kaum kafir yang menduduki tanah tersebut. Para penguasa tidak peduli dengan penderitaan muslim Palestina karena kecintaan terhadap kekuasaan dan posisi mereka sangatlah besar.
Umat benar-benar tidak dapat berharap para penguasa itu untuk membebaskan Palestina. Mereka hanya membela Palestina secara retoris dan mengecamnya, tanpa melakukan apa-apa. Mereka tidak akan pernah mengirimkan pasukan ke Palestina, meskipun memiliki militer yang kuat dan senjata canggih. Selain itu, mereka tetap tidak memboikot dan terus menjalin hubungan dagang dengan Zion*s Israel. Itu juga berlaku untuk organisasi negara muslim lainnya, seperti Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Mereka hanya mengecam tanpa melakukan gerakan nyata untuk mendorong dunia Islam agar melakukan jihad akbar.
Genosida di Palestina merupakan urusan seluruh kaum muslim, bukan hanya persoalan kaum muslim Palestina saja. Dan seluruh umat Islam harus sadar akan hal ini. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim)
Sudah menjadi kewajiban kaum muslim untuk terus bersuara dan meminta para pemimpin negara muslim agar segera mengirimkan pasukan berkekuatan penuh untuk berjihad di Palestina. Militer muslim harus datang untuk membebaskan Palestina, bukan sebagai pasukan perdamaian di bawah komando PBB yang tidak melakukan aksi nyata. Jihad adalah satu-satunya cara untuk menghancurkan Israel yang biadab, bukan dengan retorika.
Kaum muslim harus terus membela Palestina. Meskipun ada banyak upaya yang dilakukan Barat untuk menghentikan perjuangan pembebasan Palestina, tetapi umat Islam harus tetap bersemangat dalam menyuarakan hal ini. Sebagaimana firman Allah SWT, "Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu lari (karena takut kepada musuh) maka kamu menjadi orang-orang yang merugi" (QS Al-Maidah [5]: 41). Perjuangan dan pembelaan umat Islam untuk Palestina merupakan amal saleh yang memiliki pahala yang sangat besar di sisi-Nya.
Pembebasan Palestina dapat terwujud setelah Allah memberikan kekuasaan seperti pada zaman Rasulullah dahulu. Yakni kekuasaan dalam bentuk negara, sistem, dan kekuasaan yang benar-benar membantu dan memenangkan Islam dan kaum muslimin. Kekuasaan ini akan berfungsi sebagai junnah, atau perisai, yang melindungi umat Islam dari musuh mereka. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’alaih)
Kekuasaan tersebut ialah Khilafah Islam. Khilafah akan menjadi junnah/pelindung bagi seluruh kaum muslim. Khilafah juga akan menyatukan seluruh negeri-negeri muslim, baik rakyatnya, wilayahnya, ataupun militernya. Segera setelah Khilafah ditegakkan, pembebasan Palestina akan menjadi prioritas utama. Khilafah akan menolak solusi yang ditawarkan oleh lembaga internasional seperti PBB dan negara Barat (AS dan Eropa). Hal ini karena pada hakikatnya solusi ini hanyalah lanjutan dari penjajahan di Palestina.
Selain itu, Khilafah akan memboikot seluruh produk dan ide-ide sesat Israel yang selama ini telah menyesatkan kaum muslim. Khilafah akan melakukan tindakan nyata untuk membebaskan Palestina dengan mengirimkan tentara besar-besaran untuk menghancurkan Israel hingga ke akarnya. Khilafah juga akan berjihad melawan negara lain pendukung Israel seperti Amerika Serikat.
Untuk memastikan bahwa umat Islam di Palestina dapat hidup dengan baik, Khilafah akan membangun kembali tanah tersebut. Infrastruktur lunak, seperti sistem pendidikan dan kesehatan, serta infrastruktur keras, seperti bangunan, sarana transportasi, dan telekomunikasi, adalah bagian dari pembangunan. Untuk melindungi serangan lanjutan dari musuh Islam, Khilafah akan menempatkan pasukan yang cukup untuk berjaga-jaga di tanah ribath (perbatasan) Palestina.
Menegakkan Khilafah merupakan agenda utama umat Islam saat ini. Kaum muslim harus menyadari bahwa Khilafah adalah satu-satunya solusi atas penjajahan di Palestina. Sebagaimana firman Allah SWT yang telah disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 110, "Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah (berbuat) yang munkar, dan beriman kepada Allah." Oleh karenanya, harus ada kelompok dakwah di tengah-tengah umat. Kelompok yang benar-benar ingin kembali menegakkan Islam yang benar.
0 notes
kalamullohrasullulloh · 11 months ago
Text
🇵🇸 🇮🇱 Conflict Update
🚨Pers Statement Hamas‼️
Ringkasan Pidato Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh:
Kami berharap Pengadilan Internasional akan mengeluarkan keputusan yang adil bagi rakyat kami, menghentikan pembantaian dan pembantaian di Gaza, dan mengadili para pelakunya.
Al-Qassam terpaksa melakukan banjir di Al-Aqsa karena berbagai alasan, terutama karena kegigihan penjajah dalam agresinya terhadap Yerusalem, Al-Aqsa, dan rakyat kami di Tepi Barat, dan berlanjutnya pengepungan Gaza.
Rakyat kami tidak akan meninggalkan perlawanan mereka sampai hak-hak sah mereka dipulihkan!
Negara kita, bangsa kita, dan masyarakat bebas di dunia harus melakukan segala yang diperlukan untuk menghentikan agresi terang-terangan terhadap rakyat kita di Gaza, Tepi Barat, dan di mana pun.
Saya bangga kepada para pria dan pahlawan perlawanan di Lebanon, Yaman, Irak dan Suriah, serta massa yang berkumpul di berbagau ibu kota untuk mendukung rakyat kami yang bangga.
Waktunya telah tiba bagi kita, untuk berjuang bersama dalam pertempuran pembebasan yang menentukan, dan jalan ini adalah jalan yang asli mengingat pembantaian oleh penjajah dan dukungan Amerika dan Barat terhadapnya.
Saya menyerukan pembentukan front global untuk mendukung perlawanan Palestina!
Saya menyerukan pembentukan aliansi internasional dengan judul besar kebebasan dan keadilan bagi Palestina.
Saya menyerukan pembentukan koalisi kemanusiaan untuk memberikan bantuan kepada rakyat kami di Gaza!
Hamas adalah gerakan pembebasan nasional Palestina yang bekerja dengan seluruh rakyat kami untuk mencapai proyek pembebasan dan kemerdekaan!
Kami tidak memusuhi orang-orang Yahudi, namun kami memusuhi gerakan Zionis yang menduduki tanah kami dan menggusur rakyat kami.
Kami bukan penghasut perang, tapi pencari kebebasan!
Hamas berkomitmen terhadap persatuan tanah, rakyat, dan perjuangan, dan percaya bahwa persatuan nasional diperlukan untuk mencapai proyek pembebasan dari penjajahan.
Hamas menerapkan pendekatan terbuka terhadap seluruh negara dan komponen bangsa dan dunia.
Stay Tuned For More Updates 🚀🚀🚀
#ZionistTerror #GenocideSupporters #ZionistCensorship #ZionistLobbyAttack #FreePalestine #ConflictUpdate #WeStandWithPalestine #JulidFiSabilillah #JulidFiiSabilillah #EndIsraelsGenocide
Tumblr media
0 notes
mampirminum · 3 years ago
Text
Kisah Gemini yang Hadir dan Berakhir di Bulan Juni
BULAN JUNI sudah menyambut di depan pintu. Gara-gara Sapardi Djoko Damono, hujan (dan asmara) selalu jadi topik paling syahdu. 
Kamu mungkin tahu: tak ada yang lebih tabah dibanding hujan bulan Juni. Hingga 2021 kini, dilahirkannya kumpulan gemini yang pernah jadi pengiasa negeri ini. Empat dari tujuh Presiden Indonesia lahir di Juni. 
Tapi akan kuceritakan satu saja dahulu. Inilah dia: Putera Sang Fajar.
“Tak bisa kutolak matahari/ memaksaku menciptakan bunga-bunga//”
Lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, sejak kecil ia sudah dikenal karena sifatnya yang bengal. Betul, di antara kawan-kawannya dia-lah yang banyak akal.
Sementara anak-anak yang lain mesti setuju dengan segala ia punya tindak-tanduk. Bukan lantaran takut, tapi kawan-kawannya mudah termanipulasi oleh aura kharismatik yang ia bawa.
Bocah ini disebut-sebut punya mata bagaikan kombinasi Elang dan Burung Hantu. Luar biasa dan penuh daya pikat.
“Matamu serupa mata kucing candramawa,” kata eyangnya yang punya pendapat lain soal mata si cucu.
Ketika balita, kakeknya mendaftarkannya ke sekolah di sebuah desa di Tulungagung. Inilah sekolah pertama yang memberi pelajaran baca tulis padanya. 
Sekolah ini boleh bangga. Sebab satu tokoh pejuang kaum Marhaen pernah duduk di bawah atapnya.
Kemudian, saat ia bersekolah di Hogere Burger School di Surabaya, bocah kharismatik ini indekos di rumah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin besar Sarekat Islam (SI). 
Di rumah sewaan itu pula, ia mulai meminati buku-buku politik dan sosial. Di situ, ia berkenalan dengan Agus Salim, Alimin, Darsono, Moeso dan lain-lain.
Surabaya sudah seperti New York, pikirnya. Satu kota pelabuhan yang ramai nan berisik. 
Mungkin karena kondisi seperti itu, ia lebih suka menyepi ke Mojokerto yang lebih damai. Konon, di Mojokerto ia sempat akrab dengan pembantu rumah tangga bernama Sarinah.
Meluapkan keresahan sekaligus rasa penasaran, ia sesekali mulai menulis artikel di surat kabar Oetoesan Hindia, satu terbitan berkala milik SI. 
Beberapa tulisannya nongol sebagai tajuk utama. Namun, tak ada yang mengenalnya. Sebab, ia menggunakan nama pena “Bima”.
Kemudian...
Tahun 1920-an atas naif dan kenekatannya, ia melamar cewek londo totok bernama Mintje. 
Mbonek (bondo nekad), ia pergi bertemu Papa Mintje. Terheran-heran, Papa Mintje komat-kamit, “Kamu? Inlander kotor seperti kamu? Mintje ndak boleh kawin sama yu!”.
Akhirnya ia menyadari, saat itu ia hanya bisa berkawin dengan perempuan lokal. Lantas, si Bima ini menikahi anak Tjokro dan membawanya ke Kota Kembang.
Saya bayangkan, pasangan kekasih ini berjalan-jalan sepanjang Jalan Braga  tiap sore, di atas bayangannya sendiri. Bergandengan tangan, saling tunjuk perhatian.
Mungkin di situ, pada momen itu, si Bima komat-kamit baca sebuah sajak perlawanan akan suatu kedurjanaan ini: “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”
Namun, nasib berkata lain. Istrinya pergi meninggalkan Bima saat dia sedang sayang-sayangnya. 
Perbedaan pendapat dengan mertuanya, Tjokro, berakibat fatal. Bima yang memilih menjauh, bergegas, berkemas, berlayar.
Perpisahan itu membuatnya kerap terjaga. Hidup terasa di ruang hampa. Tak ada rasa, hanya banyak tanya. 
Tiada waktu untuk tak bertanya, “Oh, apakah si dara manis itu akan bahagia?” Nyatanya, anak Tjokro itu kawin lagi dan beranak tujuh kepala bayi!
Bima jadi paham betul makna lagu Sal Priadi:
Aku ingin jadi jantungmu Dan berhenti semauku Agar kau tahu Rasanya hampir mati ditikam Patah hati
Sakit hati bikin ia lebih dekat dengan Tuhan. Bukan lain perempuan.
Dalam sujudnya, Bima tak mengetahui awal dan akhir doa; ia tak pernah tahu kenapa. Yang ia tahu, hidup merupakan kumpulan dari doa-doa pendek.
Dalam proses mencari petunjuk dari-Nya, ia baru sadar jika di dunia ini hanya ada dua jenis pencarian cinta yang saling bertolak belakang. 
Yang pertama, perjalanan memiliki cinta dari pasangan hidup; dan Kedua, perjalanan memiliki hidup yang penuh cinta. Pilihan pertama ialah membagikan cinta kepada pasangan hidupnya, sedangkan yang terakhir yaitu menyalurkan rasa cinta kepada lebih banyak manusia.
Sebagai pemuda yang menggebu-gebu atas nasionalisme, si Bima memilih jalan kedua. Cintanya pada banyak orang menggerakkan laku dan pikirnya untuk berjuang meraih pembebasan. Barangkali hidup adalah doa yang…
Hingga ia bertemu dengan perempuan ini. Yang lebih tua 12 tahun dan tak pernah sekalipun menuntut sesuatu yang berarti.
Jiwa nasionalismenya yang meronta-ronta bikin Ia makin galak terhadap penjajah. Artikelnya yang berjudul “Nasakom” lamat-lamat membuat Belanda “moentah darah”. 
Bima ditangkap dan diadili oleh para londo. Pengadilan digelar di muka umum. Ia dituduh menyebarkan ujaran kebencian hingga mengganggu ketertiban umum dan sebagai provokator. Dalam pengadilan itu, atas nama bangsa dan keadilan, ia malah balik menggugat!
Panas kuping Gubernur Jenderal Hindia Belanda mendengarnya. Bersama istri keduanya saat itu, Bima dibuang ke Ende, Flores dengan menumpang kapal “van Riebeeck” yang kepayahan.
Pada 14 Februari 1938, datanglah surat yang mengharuskan Bima berpindah ke Bengkulu. Di tanah pembuangan yang baru ini, ia bergabung pada perserikatan Muhammadiyah. 
Ternyata, tak hanya diri Bima yang nomaden, hatinya pun ikut berpindah. Di Sumatra, ia jatuh hati pada seorang gadis belia puteri seorang tokoh Muhammadiyah.
“Lupakah kau bahwa baru saja meninggalkan dermaga?” sindir istrinya yang sudah sewot. Bima hanya tersenyum kecil coba memberi tahu dan rayu bak Aldebaran kepada Andin.
Tercatat dalam sejarah, perjalanan hidup yang penuh petualang “bawah perut” telah mencap Bima jadi playboy kelas kakap. Ia adalah The Great Lover.
“Rasio saya nasionalis, hati saya romantis, perut saya sosialis, lalu dari bawah perut ideologi saya itu playboy dan womanizer,” ucapnya terkekeh suatu kali saat perempuan bule mewawancarainya.
Kenpeitai datang bawa banyak impian. Terbuai, Bima berkolaborasi dengan penjajah baru. Oleh karenanya, ia kerap dianggap antek Kenpeitai. 
Namun, Bima tak peduli. Kenpeitai, suka-tak suka, membuka kesempatan bumiputera menengok kemerdekaan dari sebuah jendela.
Ia dan kawan-kawannya mulai mempersiapkan dasar negara. Akhirnya terkumpul lima sila. Di mana sila pertama yang tercipta di menit-menit akhir berbunyi begini:
“Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-menghormati satu sama lain…,” jelasnya panjang-lebar.
17 Agustus 1945, ia dan seorang kutubuku memproklamirkan satu teks. “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.” Ia mengklaim bahwa kemerdekaan bangsanya ini bukanlah sebuah pemberian.
Perompak Belanda datang lagi ke negeri merdeka ini usai Kenpeitai akui jadi pecundang. Aksi-aksi bela negara tak terelakkan lagi. 
Para pendekar angkat senjata membela tanah air — juga merampok, membunuh, dan memerkosa perempuan londo. Darah bertumpahan pada periode yang disebut ‘Masa Bersiap’ ini.
Perjanjian demi perjanjian dengan Belanda terjadi. Entah menghasilkan tolak dan/atau sepakati. Bersama kawan-kawan seperjuangan, ia meminta keadilan di muka hukum deklarasi. Ia dicap lembek oleh Ibrahim Tan Malaka, si revolusioner klandestin.
Tak hanya sekali tegur. Datuk Minangkabau ini kerap mengkritik Bima karena Bima tak berusaha menghentikan romusha yang menyerabut sekian ratus nyawa.
Memasuki paruh kedua abad keduapuluh, Bima terlihat semakin tua. Pula, ia semakin nyaman di singgasana kekuasaan.
“Tetapi begitu cepat kata demi kata menjadi abu dan mulai beterbangan dan menyesakkan udara dan…”
Ketika zaman revolusi, Bima dikenal sebagai pribadi yang simpatik, idealis, terbuka dan demokratis. Kini, ia berubah menjelang masa tua. Menjadi orang yang tidak toleran, keranjingan kekuasaan, otoriter dan beberapa orang menyebutnya cabul.
Lantas, ia semakin berkuasa saat dikukuhkan sebagai Pemimpin Besar Revolusi. Hingga ia tak sadar kalau dirinya sedang dimangsa oleh revolusi yang Bima ciptakan sendiri.
Pada suatu kali tanggal 23 Oktober 1965, kata-kata Bima mencerminkan kengerian, “Bencana 30 September… bisa dianggap sebagai suatu hal yang lumrah, biasa dalam suatu revolusi. Yang terpenting adalah revolusi, bukan saya, juga bukan beratus-ratus Pemuda Rakyat yang telah dibunuh!”
Arogansi dan kepanikan terlihat sangat jelas. Ia akan mendamprat siapa saja yang menentangnya. Kontra-revolusi!
11 Maret 1967, pria bulan Juni lain menggantikan Bima dengan surat super sebelas Maret. Secarik surat yang hingga kini misterius ada di mana.
Konon katanya, Bima menitipkan surat super itu pada pemilik penerbitan buku yang menerbitkan buku Di Bawah Bendera Revolusi!
“Maut dilahirkan waktu fajar/ia hidup dari mata air/ …maut mencintai fajar/ dan mata air, dengan tulus//”
Beberapa purnama kemudian, tepatnya pada Juni tahun 1970, seorang dokter merasakan panas dari tangan Bima. Tubuhnya pun melemas. 
Kemudian, tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Bima hembuskan napas terakhir. Ia sendiri dalam sepi.
Seperti sudah digariskan titimangsa kehidupan, Bima hadir dan berakhir di bulan Juni. Di bulan yang basah ini.***
_______________________________________
P.S: Pernah terbit di blog medium.com saya di sini.
8 notes · View notes
asaksara · 4 years ago
Text
Akhir ramadhan, menyambut suka cita syawal
Kita, umat muslim dengan suka cita menyambut hari kemenangan. 1 syawal 1442 H. Suka cita syawal memenuhi rongga dada umat muslim dunia. Ah, tapi nampaknya kita sedikit lupa, eh lebih tepatnya abai mengabaikan. Di belahan bumi yang diberkahi sana ada saudara-saudara kita yang sedang berjuang untuk mempertahankan tanah yang telah di janjikan.
Tanah suci umat Islam, tanah yang menjadi pijakan Rasulullah untuk naik ke Sidratul Muntaha, tanah yang disana pernah menjadi kiblat umat muslim yang pertama, tanah yang Allah bicarakan dalam kitab suci, tanah para Nabi Allah, dan tanah kita semua umat muslim.
Dihari kemenangan ini, harusnya di bumi Palestina ikut merasakan dan merayakan hari kemenangan ini, tapi apa nyatanya? Disana mereka berjuang melawan penjajah zionis terkutuk Israel. Disana mereka syahid untuk mempertahankan bumi Allah Palestina. Disana mereka berteman dengan rudal dan reruntuhan rumah-rumah mereka akibat kekejaman zionis terkutuk Israel yang membombardir rakyat Palestina dengan keji.
Saudara-saudara kita disana tidak tidur dengan nyenyak, tidak makan dengan nikmat, tidak bermain-main dengan sosial media yang tiada guna. Saat ini, di bumi Palestina tidak ada baju baru untuk menyambut suka cita syawal, tidak ada opor ayam dan hidangan nikmat lainnya seperti yang ada di Indonesia saat ini, tidak ada kumpul keluarga yang kemudian diabadikan dalam potret kamera. Tidak ada. Tapi, disana mereka tetap suka cita menyambut hari kemenangan ini, meski dengan keterbatasan yang ada. Meski dengan bersimbah darah. Meski dengan bertemankan suara rudal Israel yang membombardir tanah Palestina.
Palestina, saudaraku di bumi Palestina. Mohon maafkan aku yang tak bisa membantu dengan aksi nyata. Membebaskan Palestina dengan tangan dan kaki ku sendiri. Tapi sungguh, aku mencintaimu saudara-saudara ku. Maafkanlah aku yang hanya bisa membantu dengan doa dan bantuan lain ala kadarnya.
Maafkan aku.
Maafkan aku.
Aku mohon, di hari pengadilan kelak, katakan pada Allah, bahwa aku mencintaimu dan aku ingin masuk surga bersama mu. Meski ku merasa bahwa aku tak layak mendapatkannya karena perjuanganku tak sehebat dan tak seberani seperti apa yang kamu lakukan untuk mempertahankan bumi Palestina.
Metro, 2 syawal 1442 H
14 Mei 2021
1 note · View note
lucifermorningstark · 4 years ago
Text
Dua Raja menghadapi regu tembak
#TantanganMenulis30Hari
5 paragraf
1821 Bangsa Meksiko memproklamasikan kemerdekaannya dari kerajaan Spanyol. Meski tak mendapatkan pengakuan internasional, pemimpin Junta militer terkuat saat itu Agustin De Iturbide mengangkat dirinya sebagai raja dari Kerajaan Meksiko.
Tiga tahun kemudian, karena gagal mengelola keuangan negara dan mulai menunjukkan kepemimpinan yang cenderung absolut dan diktator. Agustin I didesak untuk melepaskan tahta-nya dan mengasingkan diri, Meksiko mulai mencoba skenario untuk menjadi sebuah negara Republik.
Agustin I sempat mengasingkan diri di Inggris selama setahun, kemudian kembali lagi ke Meksiko sebab percaya bahwa loyalisnya masih banyak dan akan mampu melindunginya.
Ternyata perhitungannya salah, begitu tiba di wilayah Meksiko ia justru langsung ditangkap oleh kaum Republik, mendapatkan persidangan rakyat dan dihukum mati oleh regu tembak.
Pesan terakhirnya adalah sebuah pernyataan bahwa dia tidak pernah memiliki niat untuk mengkhianati negerinya, memohon agar keluarganya dibebaskan dan mengajak setiap rakyat Meksiko bersatu demi membangun bangsa mereka.
Tahun 1859, kaum penguasa ekonomi dan para bangsawan Meksiko merasa tidak puas dengan kebijakan - kebijakan pemerintahan kaum republikan. Mereka mengadakan penawaran pada Maximilian I, seorang pangeran Austria (saat Spanyol menaklukkan wilayah Amerika Latin, Spanyol berada dibawah kekuasaan kerajaan Austria) untuk menjadi raja mereka dengan perjanjian bahwa cucu dari Raja Agustin I akan diangkat sebagai putra mahkota untuk meneruskan suksesi berikutnya. (Maximilian I meski telah menikah namun tidak memiliki keturunan).
Republik Meksiko di tahun 1861 menyatakan kegagalan sistem ekonomi mereka serta ketidaksanggupan mereka membayar hutang pada pihak Spanyol, Inggris dan Perancis. Ketiga negara itu lantas sepakat mengirimkan angkatan perangnya untuk menekan pemerintah Republik Meksiko.
Merasa mendapatkan angin dan dukungan militer dari Eropa, Maximilian I akhirnya setuju untuk melepaskan hak-nya sebagai pewaris tingkat 2 kerajaan Austria untuk berkuasa sebagai raja baru atas wilayah Meksiko sejak tahun 1864.
Di Meksiko Maximilian I tidak mendapatkan dukungan sebagian besar rakyat. Mereka muak dengan sistem kerajaan, bahkan mereka menganggap bahwa Maximilian I adalah representasi penjajah dari Eropa.
Saat itu, keadaan politik internasional berubah dengan cepat. Inggris dan Spanyol akhirnya memilih menarik angkatan perangnya, setelah mengetahui niat asli Perancis untuk menjadikan Meksiko sebagai negara boneka-nya di benua baru.
Perang sipil di Amerika juga telah berakhir, Amerika Serikat memilih untuk mengakui Meksiko sebagai Republik. Mereka mulai mengirimkan bantuan persenjataan bagi kaum gerilyawan republikan serta mendesak Perancis untuk menarik seluruh angkatan perangnya.
Ditinggalkan oleh kekuatan Eropa yang menjadi andalannya, Maximilian I tetap menolak menyerahkan tahta. Langkah terakhirnya adalah merekrut sisa - sisa kaum konfederasi dari Amerika Serikat.
Sejak bulan Juli 1866 istri Maximilian I, pergi ke Perancis dan Italia mencoba membujuk Napoleon III maupun Paus Pius ke IX agar mengirim pasukan untuk menolong suaminya, tapi usahanya tak membuahkan hasil.
Bersama segenap loyalisnya, Maximilian I terus bertahan dari gempuran pasukan Republik hingga bulan Mei tahun 1867. Dikhianati oleh salah seorang "tangan kanan"-nya, si Raja Meksiko kedua ini akhirnya tertangkap.
Melalui pengadilan negeri kaum Republik, beliau diputuskan bersalah dan akan dihukum mati melalui regu tembak. (Seorang loyalisnya sempat berusaha membuat skenario pelarian bagi Maximilian I, tapi beliau menolak, sebab menurutnya melarikan diri, apalagi bila sampai tertangkap akan sangat memalukan bagi nama besar leluhurnya) 19 Juni 1867, Maximilian I menghadapi regu tembak.
Kata-kata terakhir beliau adalah " Aku berusaha memaafkan semua yang pernah melakukan kesalahan terhadapku, kuharap kalian semua mau memaafkan aku. Semoga darahku yang akan segera tertumpah akan memberikan kebaikan bagi tanah ini, jayalah Meksiko! Jayalah kemerdekaan!
Benito Juarez, presiden Republik Meksiko yang memerintahkan pelaksanaan hukuman mati bagi Maximilian I menyatakan betapa secara pribadi dia menghormati Maximilian I, dia yakin bahwa Maximilian I adalah seseorang yang pada dasarnya memiliki sifat yang baik.
Masalahnya perang sipil Meksiko telah membawa banyak korban jiwa, ada yang harus dihukum untuk itu. Eksekusi mati Maximilian I juga untuk menunjukkan kebulatan tekad rakyat Meksiko untuk tidak mau lagi mengadopsi sistem kerajaan dan ditekan oleh pihak asing.
Tumblr media
Lukisan " Eksekusi Raja Maximilian" Oleh Edouard Manet
6 notes · View notes
adiwisaksonoadi · 4 years ago
Text
Tumblr media
Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati
SELAMA berkuasa di Maluku, Belanda sempat dibuat repot selama berbulan-bulan oleh kecerdikan Kapitan Pattimura yang pandai meramu strategi perang. Kompeni itu bahkan hampir menyerah jika bala bantuan dari Batavia tidak datang dengan cepat. Namun begitulah takdir, perjuangan Pattimura harus berakhir oleh pengkhianatan rakyatnya sendiri, raja negeri Booi di Saparua, Maluku, yang selama ini mati-matian dibelanya.
Malam 11 November 1817, Pattimura dan pasukannya sedang berdiam di sebuah rumah di hutan Booi. Tidak ada perbincangan apapun, mereka hanya diam termenung. Tiba-tiba terdengar keramaian di luar dan pintu terbuka oleh tendangan seseorang. Beberapa tentara merangsek masuk, mengarahkan senjata ke semua orang.
Seorang opsir berteriak memberi perintah untuk menyerah, sambil mengarahkan senjatanya ke dada Pattimura. Kemudian masuk dan berteriak raja Booi: “Thomas, menyerahlah engkau. Tidak ada gunanya melawan. Rumah ini sudah dikepung empat puluh serdadu yang siap menembak mati kalian.”
“Terkutuklah engkau, pengkhianat!” geram Pattimura, seraya digiring keluar menuju kota Booi, sebelum diberangkatkan ke Ambon.
Tidak disebutkan apakah raja Booi mendapat imbalan atas pengkhianatannya itu. Namun I.O. Nanulaitta dalam Kapitan Pattimura menyebut alasan raja Booi menjual informasi kepada Belanda karena dendam setelah Pattimura menurunkan posisinya sebagai pemimpin rakyat.
Kabar penangkapan Pattimura tersiar ke seluruh pelosok negeri dengan sangat cepat. Para pemimpin perang lain pun segera menjadi target perburuan. Sebagian memilih meletakkan senjata, namun sebagian lain memutuskan tetap berperang. Mereka tidak ingin nasibnya berakhir di tiang gantung, dan terus melanjutkan perjuangan Pattimura.
Setiba di Ambon, Pattimura dan sejumlah pejuang yang tertangkap dikurung di benteng Victoria. Selama di dalam penjara, mereka diinterogasi oleh tentara. Namun Pattimura menutup rapat-rapat mulutnya sehingga tidak banyak informasi yang didapat Belanda.
Memasuki bulan Desember, para tahanan dihadapkan di depan Ambonsche Raad van Justitie (Dewan Pengadilan Ambon). Setelah melalui beberapa sidang, vonis pun dijatuhkan. Kapitan Pattimura, Anthone Rhebok, Said Perintah, dan Philip Latumahina mendapat hukuman paling berat sebagai pemimpin perang, yakni hukum gantung. Sementara tahanan lainnya diasingkan ke Jawa.
Pattimura dan tiga orang lainnya mengisi hari-hari terakhir menjelang ekseskusi dengan renungan. “Suatu malam penuh ketegangan dan perjuangan batin. Pikiran keempat pemimpin itu melayang-layang ke sanak saudara. Kebebasan yang mereka ingini menyebabkan korban besar yang harus mereka berikan. Tetapi sekarang kembali mereka akan ditindas oleh kaum penjajah,” tulis Nanulaitta.
Tanggal 16 Desember 1817, tibalah hari eksekusi. Pagi-pagi sekali, empat orang pemimpin itu telah diperintahkan untuk bersiap. Tidak terlihat kecemasan di wajah Pattimura dan kawan-kawan seperjuangnya itu karena sehari sebelumnya para pemuka agama datang mengunjungi mereka dan semalaman menemani di dalam sel sambil terus memanjatkan doa.
Di lapangan depan benteng Victoria, tiang gantung telah disiapkan. Para algojo pun telah berdiri di sampingnya, menunggu korbannya tiba. Sejumlah besar tentara dipersiapkan, baik di sekitar lapangan eksekusi maupun pantai untuk menghalau segala bentrokan yang mungkin terjadi. Rakyat Maluku pun telah berkumpul, berusaha melihat para pemimpin mereka untuk terakhir kalinya.
Sekitar pukul tujuh, Pattimura dan para terhukum lainnya tiba dengan tangan terikat, dan penjagaan yang amat ketat. Setelah mereka ditempatkan di depan tiang gantungan, seorang petugas pengadilan membacakan putusan dewan hakim di depan seluruh orang yang hadir:
“… mereka akan dihukum gantung sampai mati, dilaksanakan oleh para algojo. Kemudian mayat mereka akan dibawa keluar dan digantung agar daging mereka menjadi mangsa udara dan burung-burung, dan digantung agar tulang belulang mereka menjadi debu sehingga dengan demikian menjadi suatu pelajaran yang menakutkan bagi turun-temurun. Bahwa Thomas Mattulesi untuk selama-lamanya akan digantung di dalam sebuah kurungan besi dan sekalipun telah menjadi debu, akan menimbulkan ketakutan karena perbuatannya,” tulis Nanulaitta.
Philip Latumahina menjadi yang pertama menaiki tiang gantung. Tali dipasangkan dan genderang dibunyikan. Namun sesaat kemudian ia terjatuh. Tali maut itu ternyata tidak mampu menahan beban Latumahina yang memang berbadan besar. Dengan susah payah, algojo menyeretnya kembali ke depan tiang gantungan. Malang nasibnya, ia harus merasakan tali gantungan untuk kedua kalinya. Beberapa detik kemudian nyawanya pun melayang.
Setelah Latumahina, berturut-turut Anthone Rhebok dan Said Perintah menaiki tiang gantung. Tidak perlu usaha dan waktu terlalu lama bagi algojo mengeksekusi keduanya. Setelah genderang dibunyikan, nyawa keduanya dengan cepat terlepas.
Tiga orang pejuang telah berpulang, kini tibalah giliran sang panglima tertinggi Maluku berhadapan dengan tiang gantungan. Dari atas tempat eksekusi ia bisa melihat puluhan musuh yang sangat ingin ia hancurkan sedang menontonya. Sementara di kejauhan ia menatap rakyat Maluku yang hendak ia bebaskan, meski gagal.
Saat algojo memasangkan tali di lehernya, sambil mengarahkan pandangannya ke arah hakim-hakim Belanda, Pattimura mengucapkan kata-kata perpisahannya: “Selamat tinggal tuan-tuan.”
Sumber : historia.id
1 note · View note
nabiwwa · 5 years ago
Text
Ibu Pertiwiku Menangis Tersedu-Sedu
Hamparan tanah hijau yang meliuk-liuk, keluar daripadanya air susu yang menghidupi segenap bayi-bayi. Puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan bayi. Meneduhi. Menjadikan panas tak terik – malam-malam sunyi dan menjalar kedamaian. Daripadanya pula, berbisik-bisik aku menuntut nyaman dalam keabadian. Ibu memberiku sandang, pangan, papan. Ibu mengasihiku dan memelukku. Menjadikanku aman dan tentram di bawah naungan awan-awan. Di atas gunung – aku dapat melihat wajah ibuku yang ayu. Begitu cantik, jari-jemarinya lentik. Bibirnya membisikkan angin perlahan. Selendangnya menerbangkanku pada sebuah kehidupan. Pada sebuah nafas yang kedamaian. Menentramkan gemuruh yang berkelindan antara setengah diriku dan jagat ini.
Kemudian, bangsa-bangsa dari Barat datang – menggolak. Menerjang ibuku. Memperkosa ibuku. Menerjang anak-anaknya. Membabi-buta. Membakar rumahnya. Merengkuh nyawa – merobek asa. Mencuri emas dan berlian. Mencuri mutiara-mutiaranya. Merebut krisal tebu dan cairan-cairan putih dari batang pohon. Menyiksa anak-anaknya. Menggauli cucu-cucunya. Menangis. Kelu dalam diam selama berabad-abad diperkosa. Ibuku tetap diam. Menatap sembari meratap. Ibuku kesepian dan merindukan kebebasannya. Terbelenggu dalam sebuah kerangkeng sendirian – meratapi jendela. Menangis diam-diam.
Di tahun 1945, ibuku yang telah sekarat diselamatkan anak-anaknya, anak-anak terkasih yang hendak berjuang demi ibu yang telah melahirkannya. Merebut kembali apa yang seharusnya menjadi hadiah bagi seorang ibu yang telah membesarkannya. Anak-anak mengibarkan bendera merah-putih di mana-mana. Seakan-akan Gusti Allah memberikan harapan sekali lagi agar ibuku tetap hidup. Ibuku kembali berjuang melanjutkan kehidupan yang membentang di hadapannya. Lalu anak terkasih ibu, Soekarno, pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Setelah satu per satu anak terkasih ibuku pergi dan tak akan kembali, lahir kembali semakin banyak bayi-bayi. Bayi-bayi yang dihadiahi orde lama yang kemudian berganti pada orde baru. Anak-anak ibu berseragam hijau diberantas – di kumpulkan di lubang buaya. Dan sejarah keluarga besar ibuku dipalsukan. Setiap anak-anaknya diadu domba. Kebencian, kemarahan, dendam hingga mati terus terpelihara. Di atas sebuah tirani, pemikiran dipenjarakan. Dimensi waktu dan ruang dipersempit. Sudut-sudut kota tak lagi aman. Gang-gang sempit menjadi sepi. Lalu perlahan-lahan hilang…
Anak-anak ibu banyak yang hilang. Entah ke mana. Ibuku banyak kehilangan anak-anaknya. Dengar-dengar di sungai mereka bergelimpangan. Di pinggir laut. Di hutan. Bahkan tergeletak di rumah-rumah mereka sendiri tanpa ibu ketahui. Nun jauh di Timur, di sebuah pulau yang dinamakan Pulau Buru, anak-anaknya di asingkan tanpa pengadilan yang jelas. Terpenjara dalam sebuah pulau yang masih hijau. Di sana, salah satu anak kesayangan ibuku, Pramoedya, menasihati anak-anak yang lain, “Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”.
Ibuku terngiang-ngiang ucapan anaknya, Soekarno. Anak-anakku akan saling berperang, saling melawan, saling mengolok-olok. Anak-anakku akan saling melawan. Membangkang pada ibunya..
Tahun 1998, anak-anak ibu yang muda melawan anak-anak ibu yang tua. Terjadilah tragedi-tragedi menyuarakan reformasi. Menuntut keadilan sosial. Menuntut kesejahteraan. Menggulingkan tirani. Berjuang tumpah darah melawan sesama anak ibu. Hingga akhirnya tirani runtuh. Dan gema keharuan muncul. Ibuku kembali menangis. Kali ini dengan sebuah perasaan yang lain. Sebuah perasaan lega.
Akhirnya ibuku berusaha menata kembali perasaan-perasaannya yang carut-marut. Perasaan dan kenyamanannya yang terbengkalai. Dia duduk di kursi goyang semakin renta. Menunggu yang tak kunjung datang. Menata kehidupan rumah tangga kami sembari terus mengurus anak-anaknya (meski anak-anaknya semakin membandel, susah diatur. Disuruh pulang enggan). Anak-anak dimanja dalam kenyamanan seorang ibu. Dikasihi, disusui, dipapah jalan, diciumi, dipeluk. Hingga lupa satu hal: perjuangan belum usai.
Kini, di tahun 2019, tahun yang akan dikenang pada tahun-tahun selanjutnya, anak-anak ibu marah. September belum juga turun hujan. Mentari masih menyembur cahaya. Habis akal, tak digubris tirani. Ribuan anak-anak muda merongrong; memenuhi Senayan dengan amarahnya yang mengepul hingga angkasa raya. Kekuatan menolak rancangan undang-undang yang akan segera mengikat anak-anaknya. Anak-anak ibu marah. Meronta, memohon pada ibu yang sabar. 
Ibuku yang telah renta sekali lagi menitikkan air mata. Menangis bilang dengan suara seraknya, Gusti Allah mboten sare.
 …Kau sudah selesai mandi, Mei
Kau sudah mandi api
Api telah mengungkapkan rahasia cintanya
Ketika tubuhmu hancur
Dan lebur dengan tubuh bumi
Ketika tak ada lagi yang mempertanyakan
Nama dan warna kulitmu, Mei
(Mei, Joko Pinurbo, 2000)
 //
ditulis oleh n.a.f
11 notes · View notes
putririver · 3 years ago
Text
Tumblr media
Merdeka negrimu
Sebab syahidmu ALLAH AKBAR
Siapa penjajah
Dan siapa yang dijajah
Imanmu begitu teguh
Pengadilan Tuhanmu dijanjikan
Dan Kau percaya
Habis kata pujian
Hilang sudah keberanianku
Melihatmu teguh beribu tahun
Sampai hampir habis wilayahmu
Berkibar benderamu
Lari kau enggan
Sebab inilah negrimu
Aqsa kiblat pertama
Tak akan kami masuk selain dari gerbang kotamu...
UG.22:16/030821
1 note · View note
myallamericanmovie · 4 years ago
Text
Lokasi, Tiket Masuk, & Wisata Menarik Di Kota Tua Jakarta
Tumblr media
wisata kota tua -   Jauh sebelum saat menjadi kota metropolitan seperti sekarang ini, Jakarta dulunya merupakan basis pendudukan para penjajah. Hal ini mampu kita memandang dan buktikan dari sebagian peninggalan sejarah yang tersedia di Jakarta, diantaranya yang tersedia di kawasan Kota Tua Jakarta. Kota Tua Jakarta sendiri menyimpan banyak bukti sejarah yang mampu dipelajari. Di dalamnya berdiri sebagian bangunan penting yang dulunya menjadi pusat komando para penjajah dan termasuk kawasan tempat tinggal mereka. Ingin tau lebih jauh berkenaan Kota Tua? silakan baca ulasannya tersebut ini.
Sekilas Kota Tua Jakarta
Sekarang kota tua atau yang dikenal dengan sebutan Batavia sudah resmi menyandang status sebagai situs sejarah. Hal tersebut sebatas ditunaikan untuk menjaga agar bangunan-bangunan yang tersedia selalu asli sebagaimana keadaan awalnya. Selain itu Kota Tua Jakarta yang memiliki luas kawasan sekitar 1,3 kilometer persegi, saat ini termasuk menjadi keliru satu destinasi wisata sejarah di Jakarta. Setiap hari tersedia saja puluhan hingga ratusan wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung menyambangi obyek-obyek wisatanya. Tapi sebelum saat memandang apa saja object wisata yang tersedia di kota tua, mari simak dulu ulasan berkenaan sejarah Kota Tua Jakarta di bawah ini.
Sejarah Kota Tua Jakarta
Semua tentu sadar bahwa dulunya Jakarta memiliki nama lain yakni Batavia. Nama ini digunakan untuk mengambil alih nama di awalnya yakni Jayakarta, sesudah VOC sukses menghancurkan Jayakarta pada th. 1619. Dari th. tersebut hingga th. 1650, VOC yang menguasai Batavia tetap laksanakan pembangunan dan perluasan kawasan hingga meraih tepi Sungai Ciliwung. Batavia pun kelanjutannya tetap berkembang menjadi pemukiman padat masyarakat dan pusat perdagangan strategis di bawah kekuasaan VOC. Hingga mendapat julukan “permata asia” dan “ratu dari timur” pada abad ke-16. Tapi kelanjutannya pada th. 1942, nama Batavia diganti lagi menjadi Jakarta oleh Jepang sesudah sukses merebut Batavia dari pendudukan VOC. Sejak saat itulah, Jakarta termasuk di dalamnya kota tua, dijadikan sebagai ibu kota Indonesia hingga saat ini. Sementara peresmian kota tua menjadi situs sejarah, ditetapkan melalui dekret resmi Gubernur Jakarta, Ali Sadikin pada th. 1972.
Obyek Wisata Kota Tua Jakarta
Melancong ke kota tua kita mampu studi banyak berkenaan sejarah dan keadaan Jakarta tempo dulu. Selain itu bagi kita yang hobi berfoto, di sana termasuk tersedia banyak bangunan dan juga wahana unik yang mampu dijadikan latar foto. Nah untuk lebih jelasnya, tersebut sebagian object wisata di Kota Tua Jakarta beserta aktifitas yang mampu ditunaikan di sana.
1. Museum Fatahillah
Museum ini menyimpan cerita dan benda sejarah yang lumayan banyak. Di museum inilah dulunya VOC memenjarakan sebagian tokoh pejuang Indonesia keliru satunya Pangeran Diponegoro. Selain itu Museum Fatahillah yang dulu bernama Museum Batavia ini, termasuk dijadikan sebagai ruang pengadilan dan balai kota. Jika menghendaki masuk dan memandang langsung bukti-bukti sejarah di museum ini, kita hanya harus merogoh kocek sekitar Rp. 2000 saja.
2. Stasiun Jakarta Kota
Stasiun ini menjadi perhentian terakhir kalau kita memilih menggunakan kereta api ke kawasan kota tua. Yang unik dan menarik, stasiun ini memiliki arsitektur bangunan klasik, yang syarat dengan ciri khas bangunan Eropa tempo dulu. Model bangunan stasiun ini sebenarnya sengaja tidak diperbaharui karena termasuk dalam cagar budaya di kawasan Kota Tua Jakarta. Stasiun ini meruapakan peninggalan VOC yang konon sudah tersedia sejak th. 1929.
3. Museum Bank Indonesia
Selain mampu berfoto di depan bangunannya yang bergaya khas Belanda, di museum ini kita termasuk mampu studi banyak hal berkenaan sejarah bank di Indonesia. Bangunan museum ini konon merupakan bekas gedung De Javasche Bank dan sudah tersedia sejak tahuh 1028. Untuk memasuki museum ini kita termasuk tidak harus membayar mahal karena harga tiket masuknya hanya dijual seharga Rp. 5000 saja.
4. Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan ini dulunya merupakan tempat berkunjung kapal asing sekaligus pengubung pada Indonesia dengan negara luar. Melalui pelabuhan inilah dulunya para pedagang dari dalam dan luar negeri laksanakan perjalanan bisnis.
Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa masih beroperasi biarpun hanya disinggahi kapal-kapal pinishi. Untuk memasuki pelabuhan ini, di pintu masuk kita akan dikenai biaya karcis sebesar Rp. 2.500 per orang.
5. Museum Bahari
Tidak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa atau tepatnya di depan pelabuhan tersebut, kita akan mendapati sebuah museum yang bernama Museum Bahari. Sesuai namanya, yang mampu kita memandang di museum ini adalah sebagian biota laut yang diawetkan, sekaligus informasi berkenaan persebaran ikan di Indonesia. Selain itu di museum ini kita mampu memandang sebagian model perahu yang dulunya digunakan oleh VOC. Intinya kalau kita senang dengan kehidupan bahari, berkunjung ke museum ini adalah hal harus yang harus dilakukan.
6. Museum Wayang
Lain halnya dengan Museum Bahari, di Museum Wayang ini kita mampu memandang beragam wujud wayang jadi dari yang berasal dari Indonesia, hingga yang merupakan karya seni dari negara lain seperti China, Thailand, dan Kamboja. Museum ini dibangun sekitar th. 1640, dan sebenarnya ditujukan sebagai tempat menyimpan koleksi beragam model wayang. Selain memandang aneka wujud wayang, kalau untung kita termasuk mampu memandang pementasan wayang di museum ini. Jadwal pertunjukan umumnya diadakan pada minggu ke 3 setiap bulannya.
7. Museum Seni Rupa dan Keramik
Jika Anda senang dengan karya seni berbentuk lukisan dan ukiran yang terbuat dari keramik, maka jangan lupa berkunjung ke Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua Jakarta ini. Di museum ini tersedia sekitar 1.350 model keramik dan 350 lebih lukisan yang mampu dinikmati keunikan dan keindahannya. Bahkan di museun ini tersedia sebagian keramik peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih terjaga hingga sekarang. Selain memandang dan berfoto dengan aneka lukisan dan keramik, kalau menghendaki kita termasuk mampu membeli sebagian souvenis khas kota tua di museum ini.
8. Toko Merah
Bangunan klasik bercat merah yang dikenal dengan nama toko merah ini mampu menjadi tempat yang unik untuk berfoto. Meski tak seramai bangunan lain karena jarang dibuka, tapi bangunan ini memiliki daya magis yang mengakibatkan kita penasaran menghendaki menjadikannya sebagai latar foto. Bangunan ini dulunya digunakan sebagai kantor Dinas Kesehatan Jepang. Dibangun pada th. 1730, kini bangunan toko merah kerap digunakan sebagai wilayah pameran ataupun konfrensi.
9. Museum 3D
Jika kurang senang dengan hasil foto berlatar bangunan tua ataupun benda-benda bersejarah lainnya, kita mampu menyempurnakan hobi photography di museum 3D ini. Museum ini memiliki koleksi lukisan 3 dimensi dengan beragam tema seperti tema laut, petualangan, hingga dunia dinosaurus. Berfoto dengan latar lukisan 3D di museum ini akan mengakibatkan foto kita terlihat lebih hidup dan pastinya akan terlalu menarik. Museum 3D Kota Tua Jakarta ini merupakan wahana baru di mana launching-nya sendiri, ditunaikan pada bulan Desember th. 2018 kemarin.
10. Kali Besar
Tidak jauh dari toko merah kita mampu berkunjung ke object wisata yang belakangan jadi tenar di kota tua.Obyek wisata tersebut ialah kali besar yang baru-baru ini sudah direvitalisasi menjadi kawasan publik terbuka.Selain mampu dijadikan object dan background foto, kita termasuk mampu menjelajahi kali besar melalui dermaga apung yang tersedia di sana.
0 notes
hafidz341 · 5 years ago
Photo
Tumblr media
from @indonesiabertauhid . "PENGUASA [EROPA] DI JAWA menjadi pertanda kemalangan besar bagi orang Jawa, sebab rakyat telah dijauhkan dari Hukum Ilahi yang disampaikan oleh Nabi dan dipaksa tunduk pada hukum Eropa." - Pangeran Diponegoro Kesultanan Yogyakarta dikalahkan Inggris pada Juni 1812, salah satu hal yang dihapuskan Inggris adalah Pengadilan Surambi di Keraton Yogyakarta yang berdasarkan Syariat Islam. Demikianlah pola-pola penjajahan, agar merdeka, kita mesti berlepas diri dari sistem hukum penjajah, dan kembali pada sistem hukim Ilahi. Itulah syariat Islam. Join channel Telegram t.me/IndonesiaBertauhidReborn By @sayfghazi https://ift.tt/2Fk345j
0 notes
siberpolitika-blog · 7 years ago
Text
ROHINGYA, SISA-SISA SIA-SIA KOLONIALISME
Tumblr media
Hoax! Aungsan Suu Kyi dengan ketus mengatakan bahwa media massa dunia mengkonsumsi berita palsu. Ia menunjuk sejumlah foto pembakaran rumah-rumah Rohingya yang dimuat berbagai media massa sebagai hoax. Nampaknya Suu Kyi bergeming betapapun kritik dan kecaman datang dari seluruh dunia tidak terkecuali dari para peraih Nobel. Sikap peraih nobel perdamaian 1991 ini menimbulkan pertanyaan. Apakah semua kecaman itu hoax semua, ataukah reaksi dunia yang melampaui batas?
Saya berpendapat kepedulian dunia atas nasib etnis Rohingya adalah sangat normal, dan permintaan Uskup Desmond Tutu agar pemerintah Myanmar mengakhiri tindak kekerasan itu adalah sangat wajar. Tindak kekerasan kepada kaum yang lemah sangat mengusik rasa kemanusiaan. Siapapun-dimanapun orang harus melakukan sesuatu untuk mengakhiri tindak kekerasan itu.
Aungsan Suu Kyi pasti mengerti prinsip di atas jauh lebih dari orang kebanyakan, sebab ia peraih penghargaan Nobel untuk Perdamaian. Ia telah berjuang dan menderita puluhan tahun demi menghidupkan prinsip tersebut. Jadi, kenapa reaksinya seperti itu? Reaksi itu memberi kesan bahwa dunia tidak memahami persoalan yang dia hadapi. Dunia sok menggurui!
Saya pikir kita perlu memahami isu Rohingya lebih mendalam, termasuk bagaimana isu itu dilihat dari berbagai perspektif. Pemahaman tersebut diperlukan agar kita bisa membentuk sikap secara lebih adil. Secara khusus saya tertarik mempelajari isu Rohingya ini karena ada paralelisme dengan pengalaman kita sendiri di Indonesia, misalnya ketika menyikapi isu minoritas (Cina) dan komunisme (PKI). Kesejajaran itu saya kira terkait dengan pengalaman kedua bangsa yang sama lahir dari puing reruntuhan kolonialisme dan imperialisme.
Akar Konflik Rohingya
Kasus Rohingya dan kasus Cina di Indonesia sama di mata saya. Keduanya adalah produk sia-sia (spoils) dari imperialisme. Rohingya di Burma (Myanmar) dan Cina di Indonesia pernah menjadi alat imperialis untuk menindas kaum terjajah.
Inggris, seperti halnya kaum kolonialis lain, membutuhkan suatu kelompok sosial membantunya mengelola wilayah jajahan. Mereka bisa menggunakan kaum feodal lokal atau mempekerjakan orang dari sukubangsa yang lain. Itulah alasan mengapa Inggris membuka jalan bagi orang India membanjiri Rangoon sejak Inggris sepenuhnya menaklukan Burma pada tahun 1886. Dalam tempo setengah abad ibukota Burma itu akan didominasi oleh etnis India. Inggris memanfaatkan etnis India untuk mengelola administrasi pemerintahan, buruh kereta api, pelabuhan, pertambangan, perdagangan, bahkan menjadi tentara bayaran. Selain daripada itu orang-orang Bengali (dulu termasuk etnis India, sekarang Bangladesh) telah lebih dulu memasuki Arakan, suatu wilayah memanjang di pesisir barat Burma sampai ke perbatasan Bangladesh, juga atas dorongan Inggris yang mendudukinya setelah memenangkan Perang Burma-Inggris Pertama tahun 1824.
Orang-orang Bengali di Arakan, belakangan menybut dirinya Rohingya, dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Inggris untuk mengembangkan pertanian yang ditinggalkan oleh orang-orang Arakan (belakangan disebut Rakhine) yang tidak sudi dijajah oleh Inggris. Seperti halnya Rangoon, kebijakan kolonial Inggris ini menyebabkan populasi etnis Bengali di Arakan membengkak 300% hanya pada beberapa tahun pertama. Belakangan dominasi pelayanan publik, penguasaan ekonomi, peralihan penguasaan tanah dan membengkaknya populasi India (Bengali) menjadi sumber konflik utama antara etnis Burma dengan India, selepas Inggris gagal mempertahankan Burma dari invasi Jepang pada tahun 1942.
Pada dasarnya kondisi kolonialialisme dan imperialisme telah menciptakan ketegangan dalam hubungan antar-etnis di Burma. Etnis pribumi benci dan marah karena harus membayar suap kepada etnis india untuk mendapat layanan pemerintah, mereka pun harus membayar mahal untuk produk kebutuhan pokok yang dimonopoli oleh orang india, sementara ketika ketidak-puasan pecah pemerintah Inggris mengirim tentara India (Gurkha) untuk menindas mereka, seringkali dengan kekerasan.
Dendam dan kebencian mewarnai hubungan etnis Rohingya dan etnis Burma sejak hampir 200 tahun terakhir. Entah berapa kali konflik diantara keduanya meledak dalam kekerasan. Dalam semua konflik itu, terutama setelah kemerdekaan 1948, etnis Rohingya paling menderita. Ratusan ribu terbunuh, ratusan ribu mengungsi ke negara-negara sekitar.
Ketika Inggris bermaksud meninggalkan Burma, orang-orang India harus memilih apakah tetap tinggal atau kembali ke India. Sebagian besar memilih pulang ke India. Pada waktu itu etnis India telah menjadi penduduk mayoritas di Rangoon, ibukota Burma. Jumlah mereka sekitar sejuta orang. Tanpa kehadiran Inggris keberadaan mereka sangat rentan. Selama ini mereka harus hidup dalam bayangan kekerasan. Sepanjang 30 tahun terakhir kerusuhan etnis anti-india meletus semakin sering, kerusuhan terbesar bisa memakan jiwa ribuan orang. Orang Burma mengalihkan sasaran kemarahan mereka kepada imperialisme dan Inggris kepada orang India yang jauh lebih rentan. Orang Burma menganggap mereka sebagai antek penjajah, bukan orang orang Burma. Mereka pun tidak menganggap Burma sebagai tanah air; India adalah tanah air (Tinker, 2014).
Jadi ketika Inggris tidak mampu mempertahankan Burma, orang India di Rangoon memilih pulang ke negerinya. Lebih dari 500 ribu orang eksodus dalam long march meninggalkan Rangoon menuju india, melalui rute darat. Long march itu menempuh perjalanan hampir 1000 km menembus hutan lebat, sungai dan gunung. Hampir seratus ribu orang gagal mencapai tujuan. Sementara itu, sebagian India Rangoon lain menggunakan jalur laut menuju Kalkuta.
Namun orang India Bengali atau Rohingya tetap tinggal.
Mereka mungkin tidak menghadapi masalah sekritis saudaranya di Rangoon. Mungkin long march tidak diperlukan sebab Arakan dan India hanya terpisah oleh aliran sungai Naf. Mungkin juga mereka sudah tidak punya lagi tempat di kampung halaman. Atau orang Rohingya mempunyai cita-cita lain dan merasa mampu mengatasi konflik dengan etnis asli Burma.
Rohingya berada di pihak Inggris ketika invasi Jepang, sementara tentara Burma mendukung Jepang karena, seperti di Indonesia, Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Burma. Inggris mempersenjatai Rohingya dan membentuk V(olunteer)-Brigade beranggotakan orang-orang Rohingya. Namun bukannya mempergunakan senjata itu untuk melawan Jepang, orang Rohingya menggunakannya untuk menyerang desa-desa Arakan Budhis dengan alasan simpatisan Jepang. Orang Burma masih mengingat Arakan Massacre tahun 1942 ketika bentrok antara orang Rohingya di bawah V-Brigade dengan orang Arakan Budhis menyebabkan jatuhnya 50.000 korban di pihak Arakan Budhis. Pembantaian berbalik ketika Jepang menguasai Arakan.
Karakter Konflik Rohingya
Karakter konflik Rohingya ditentukan oleh sedikitnya 3 skenario politik yang dicanangkan oleh para tokohnya semasa dan setelah Perang Dunia Kedua. Ketiga skenario tersebut berjalan nyaris bersamaan. Skenario pertama adalah mendirikan daarul islam atau negara Islam di Arakan. Arakan memang pernah menjadi protektorat Sultan Bengali sekitar abad 15, tetapi tidak pernah menjadi Islam. Raja Arakan senang berpakaian muslim seperti Sultan Bengali dan memiliki struktur pengadilan persis pengadilan Islam, namun mereka tetap beragama Budha. Populasi Rohingya muslim pada saat itu masih sangat sedikit. Kebanyakan bekerja sebagai pelayan istana. Ketika tahun 1784 Dinasti Konbaung dari Burma menaklukan Kerajaan Arakan, penaklukan itu terjadi antara kaum budhis kepada kaum budhis lainnya.
Skenario negara Islam memperoleh inspirasi dari aliran Wahabi yang sedang menguat waktu itu di Saudi Arabia. Kalau kita menengok kondisi di Indonesia, pada periode yang sama, tahun 1830an, beberapa orang Minang mengobarkan perang Paderi selepas mereka menjalankan ibadah haji. Gagasan di balik perang tersebut adalah wahabisme yang sama.
Wahabisme di Arakan dijalankan oleh orang Rohingya dengan mengadopsi cara hidup komunal Arab (kabilah). Mereka mencoba berswasembada dengan membikin komunitas mandiri di tanah-tanah pertanian. Para tuan tanah mengumpulkan pekerja-pekerja di tanahnya, mereka membangun perkampungan, memproduksi makanan sendiri, membuat sekolah sendiri, punya puskesmas sendiri, dan berlatih perang. Jadi perang dan kekuatan bersenjata di belakangnya bagi Rohingya sudah lama ada, jauh sebelum ARSA (Arakan Rohingya Salvation Army) berdiri.
Skenario negara Islam ini gagal. Kekuatan laskar kabilah terlalu kecil dan tidak terorganisir sehingga dengan mudah dipatahkan oleh BIA (Burma Independent Army).
Skenario politik kedua adalah memisahkan diri dari Burma. Pada tahun 1947 ketika Pakistan akan berdiri tokoh-tokoh Rohingya meminta M. Ali Jinnah (pendiri Pakistan) untuk memasukan Arakan sebagai wilayah Pakistan. Jinnah menolak permintaan itu karena ia tidak ingin berselisih dengan Burma. Rohingya kecewa namun 25 tahun kemudian kesempatan kedua muncul saat Pakistan Timur berperang untuk melepaskan diri dari dominasi Pakistan Barat. Sayangnya, Rohingya memilih pihak yang salah, mereka berpihak kepada Pakistan Barat. Maka ketika Pakistan Timur menang dan mendeklarasikan berdirinya Bangladesh tahun 1971 tak ada simpati bagi Rohingya. Sebaliknya pemerintah Burma semakin antipati, mereka menganggap Rohingya separatis dan backstabbing dua kali. Gambaran kemarahan militer Burma mungkin bisa dibandingkan dengan kemarahan Orde Baru kepada PKI yang juga dianggap telah berkhianat dua kali.
Skenario politik ketiga adalah menuntut pemerintah Burma hak sebagai warga negara yang sah dan diperlakukan seperti sukubangsa Burma lainnya, seperti Bamar, Karen, Rakhine, Mon, Shan dsb.
Tidak ada diantara ketiga skenario itu yang diterima oleh pemerintah Burma. Skenario ketiga yang paling lunak pun ditolak dengan alasan bahwa Rohingya tidak seperti suku-suku lain yang menjadi mayoritas di suatu wilayah. Di Arakan yang diklaim sebagai kampung halaman, muslim Rohingya adalah minoritas dibandingkan dengan budhis Arakan.
Sebaliknya pemerintah Myanmar menganggap bahwa Rohingya (berarti penduduk wilayah Rohang atau Arakan) tidak ada. Rohingya adalah identitas politik artifisial yang diciptakan tahun 1950an untuk mengklaim wilayah Arakan. Aungsan Suu Kyi menegaskan kembali hal tersebut ketika utusan PBB menemuinya.
Dalam pandangan pemerintah Myanmar, orang Rohingya adalah orang Bengali. Mereka imigran dari Bengali (sekarang Bangladesh), dan karena tidak memiliki dokumen mereka dianggap imigran gelap. Perspektif kedua pihak yang sangat bertentangan itu menjelaskan mengapa pada tanggal 25 Agustus 2017 ARSA mengorganisir serangan kepada 30 pos polisi, militer dan pengawal perbatasan di Rakhine (Arakan). Mereka tidak punya jalan lain. Mereka harus menarik perhatian dunia agar bisa menekan Burma. Politics of immediation ini (Brooten dkk, 2015) sesungguhnya sangat tragis karena secara ekstrim menyiksa diri sendiri. Jawaban pemerintah Myanmar sangat mudah ditebak. Mereka membutuhkan alasan untuk mengusir Rohingya lebih banyak, serangan itu memberikan apa yang mereka butuhkan.
Adalah menarik kalau kita renungkan betapa retorika pemerintah Myanmar terhadap Rohingya tidak jauh berbeda dengan retorika kita kepada PKI. “Mereka tidak bisa dipercaya. Selalu berbohong dan menipu. Mereka telah berkhianat kepada republik. Berkali-kali !!” Kemiripan ini tidak mengherankan bila mengingat bahwa kita dan Myanmar sama harus menanggung sisa-sisa sia-sia dari kolonialisme dan imperialisme.
Prospek Konflik Rohingya
Tidak seorang pun tahu apa yang bakal terjadi pada Rohingya. Tetapi tidak seorang pun bisa menyangkal, termasuk Aung San Suu Kyi, bahwa bencana kemanusiaan telah menimpa Rohingya. Dengan cara bagaimana bencana itu diakhiri dan bagaimana setiap langkah merupakan bagian dari sebuah solusi permanen atas masalah Rohingya, itu persoalannya. Sebagai langkah awal saya ingin menggaris-bawahi beberapa pokok pikiran di bawah ini. Saya menyusunnya berdasarkan sudut pandang moral.
Masalah paling urgen, yaitu masalah kemanusiaan, harus didahulukan. Kehidupan pengungsi di Bangladesh sangatlah sengsara. Di sini mereka tidak boleh bekerja, bepergian, sekolah dsb. Bagi Bangladesh, Rohingya sebuah dilema. Walau seetnis, mereka tidak menghendaki Rohingya. Ada kecelakaan sejarah dalam hubungan Rohingya dengan Bangladesh, daya dukung ekonomi Bangladesh yang sangat terbatas untuk menampung lebih sejuta orang Rohingya dan masalah keamanan perbatasan di masa depan. Inilah dilema stateless Rohingya: Burma mengusir mereka sementara Bangladesh tidak bisa menerima mereka. Justru di kedua negara itu, Rohingya terus-menerus menjadi korban pemerasan, penghinaan, perkosaan, perampokan, pembakaran bahkan pembunuhan massal. Maka, bukannya berlebihan kalau PBB mengatakan Rohingya adalah suku yang paling tidak dikehendaki dan paling dipersekusi di dunia.
Fokus tekanan luar negeri hendaknya jangan hanya ditujukan kepada Aung San Suu Kyi. Pemerintahan sipil di Myanmar baru dimulai 2012, masih sangat muda terutama mengingat sebagian besar kekuasaan ekonomi dan politik masih dipegang oleh junta militer. Saya dapat menambahkan bahwa Suu Kyi bukan faktor menentukan. Dalam kaitan integritas (persatuan dan kesatuan) negara, junta militer tetap memegang kekusaan yang nyaris absolut. Posisi itu telah mereka genggam selama hampir 70 tahun. Berbeda dengan Indonesia, kekuatan politikus dan intelektual tidak terlalu berarti dibanding militer. Hal itu terkait dengan kontribusi militer, dipelopori oleh Thirty Comrades, yaitu sekelompok perwira muda progresif dipimpin oleh Aung San (ayah Suu Kyi), yang sangat signifikan atas kemerdekaan Burma. Perlu pula ditambahkan, di masa lalu Tatmadaw tidak sungkan menarik komitmennya terhadap demokrasi dan melancarkan kudeta dengan alasan menjaga integritas negara. Karena itu sasaran dialog dan lobby dunia internasional sebaiknya perlu juga ditujukan kepada Tatmadaw (angkatan bersenjata Myanmar). Bukankah untuk menurunkan tingkat kekerasan dan kebrutalan di lapangan para komandan lapangan harus diajak bicara? Selain itu dialog juga perlu dilakukan kepada kaum Rakhine Budhis. Merekalah yang selama hampir dua ratus tahun terakhir berhadapan head to head dengan Rohingya. Dendam dan kebencian kepada Rohingya terutama menggumpal di kalangan mereka ini. Dalam hemat saya, bila Rakhine Budhis dan junta militer telah terbuka hatinya tidak terlalu sukar bagi Suu Kyi untuk mengambil kebijakan mengakhiri penderitaan Rohingya.
Solusi politik tetap harus ditemukan karena dari sanalah kita berharap penderitaan Rohingya bisa dihentikan. Inti dari solusi itu adalah menyingkirkan the spoils of imperialism yaitu dendam dan kebencian. Dari sana kita berharap hubungan antar-manusia dan antar-etnis di Myanmar mengalir secara wajar. Dari sana kita berharap Rohingya bersama dengan suku-suku Myanmar lainnya dapat berkontribusi untuk Myanmar yang makmur dan adil. Sebelum mencapai maksud tersebut sangat penting meyakinkan pemerintah Myanmar bahwa ethnic cleansing adalah brutal dan tidak bisa diterima dunia. Myanmar akan kehilangan banyak peluang bila terus menjalankan kebijakan itu. Tentu saja tidak mudah menghilangkan dendam dan kebencian yang telah berumur ratusan tahun. Ekspresi umat Budha Myanmar kepada Rohingya yang begitu keras, jauh berbeda dengan apa yang kita ketahui selama ini, menunjukkan bahwa jalan itu sangatlah berat. Tetapi bukankah kewajiban negara untuk bekerja berdasarkan akal sehat? Para pemimpin Myanmar harus menyadari bahwa tidak mungkin mereka membunuh atau mengusir satu juta orang tanpa membuat dunia mengarahkan kepalannya kepada mereka. Tidak mungkin pula hal itu dilakukan tanpa mengusik hati-nurani bangsa Myanmar sendiri, kini atau nanti. Pada tingkat yang paling dasar, solusi politik itu bermakna pengakuan atas kewarganegaraan orang Rohingya. Status stateless Rohingya harus diakhiri.
Terus terang, selama saya menulis artikel ini saya tergoda untuk mengatakan, “Belajarlah dari Indonesia bagaimana memperlakukan minoritas.” Secara moral, para bapak bangsa kita telah meletakkan fondasi yang benar, yaitu meletakkan keberagaman sebagai kekayaan. Konstitusi dan hukum kita pun telah didesain dengan perlindungan maksimal atas hak-hak minoritas. Tetapi apakah kita telah memiliki hubungan antar-etnis dan antar-agama yang berkeadilan dan harmonis? Ternyata pihak majoritas maupun minoritas sama menyatakan tidak puas. Lantas, apa yang salah? Pertanyaan ini menghentikan niat saya untuk menyombongkan diri sendiri. Walau saya tahu orang Myanmar sangat ramah, saya khawatir di belakang punggung mereka menertawakan saya.
Penutup
Apa yang saya sampaikan di atas pada dasarnya hanyalah sebuah sikap moral. Dalam tingkatan praktis, moralitas berarti daftar keinginan. Ketika daftar itu dinyatakan tidak lantas semua masalah terkait keberadaan Rohingya akan berakhir. Antara keinginan dengan kenyataan terbentang jurang yang lebar.
Dulu ketika muda saya senang sekali mengutip Tan Malaka, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” Saya membutuhkan kemewahan itu agar memiliki sense of direction, memiliki harapan. Saya masih belum mau bagian muda dari diri saya itu menghilang sekarang. Namun saya camkan betul dalam hati, sekalipun kita tahu mawar lebih harum daripada kubis jangan kemudian beranggapan bahwa sup akan lebih nikmat bila mawar menggantikan kubis.
Perjalanan seorang idealis tidak berbeda dengan orang mengupas bawang. Ia menyingkap lapis ilusi untuk menemukan lapis ilusi yang baru. Burma telah memulainya dengan sangat baik. Aung San, bapak bangsa Burma sekaligus bapak Aungsan Suu Kyi, memiliki tujuan yang jelas bahwa Burma yang bersatu haruslah melibatkan semua etnis yang ada. Katanya:
“Bangsa adalah sebuah kolektivitas orang-orang dari manapun asal etnisnya, yang berhubungan erat, yang memiliki kepentingan bersama, berbagi kesedihan dan kegembiraan, di saat-saat bersejarah yang membutuhkan rasa kesatuan. Sekalipun ras, etnis, agama dan bahasa berbeda, namun hasrat dan keinginan untuk bersatu dalam suka dan duka akan mengikat kebersamaan dan menjadikan semuanya sebagai satu bangsa dengan kesediaan membelanya sepenuh jiwa.”
Bapak Bangsa Burma itu telah menuliskan pernyataan moral yang indah. Setelah 70 tahun merdeka dan ilusi demi ilusi tersingkap, kita senang menyaksikan Burma masih tetap setia kepada garis yang dituliskan oleh pendirinya itu. Mungkin tidak sedikit orang melecehkan mengingat realitas yang dihadapi Rohingya saat ini. Ya, pasti ada orang senang melihat dari sisi gelap. Saya lebih senang melihat dari sisi terang, idealisme adalah visi yang tengah diwujudkan. Burma tidak gagal, hanya kurang berhasil.
Referensi:
Akhter, S.; Kusakabe, K. (2014). Gender-based Violence among Documented Rohingya Refugees in Bangladesh. Indian Journal of Gender Studies, 21(2), 225–246. http://doi.org/10.1177/0971521514525088
Ansel, S. A., Mahāwitthayālai Chīang Mai. Regional Center for Social Science and Sustainable Development. (n.d.). Stateless Rohingya… running on empty.
Brooten, L. (2015). Blind Spots in Human Rights Coverage: Framing Violence Against the Rohingya in Myanmar/Burma. Popular Communication, 13(2), 132–144. http://doi.org/10.1080/15405702.2015.1021466
Burma. (2005). The Development of a Muslim Enclave in Arakan (Rakhine) State of Burma (Myanmar), 1–25.
Carey, P. (2008). Burma: The Challenge of Change in a Divided Society, 1–279.
Cheesman, N. (2017). How in Myanmar “National Races” Came to Surpass Citizenship and Exclude Rohingya. Journal of Contemporary Asia, 00(00), 1–23. http://doi.org/10.1080/00472336.2017.1297476
Chatty, D., & Finlayson, B. (2010). Dispossession and displacement: forced migration in the Middle East and North Africa. Routledge. http://doi.org/10.4324/9781315556925
Cheung, S. (2012). “Migration Control and the Solutions Impasse in South and Southeast Asia: Implications from the Rohingya Experience.” Journal of Refugee Studies, 25(1), 50–70. http://doi.org/10.1093/jrs/fer048
Farzana, K. F. (2015). Boundaries in Shaping the Rohingya Identity and the Shifting Context of Borderland Politics. Studies in Ethnicity and Nationalism, 15(2), 292–314. http://doi.org/10.1111/sena.12142
—. Memories of Burmese Rohingya Refugees. Springer. Gravers, M. (1994). Nationalism as Political Paranoia in Burma: An Essay on the Historical Practice of Power. (Vol. 53). Curzon Press. http://doi.org/10.2307/2059806
Islam, N. (1999). Islam: The Rohingya Problem - Google Scholar. Arakan Rohingya National Organisation (ARNO).
Kingston, L. N. (2015). Protecting the world“s most persecuted: the responsibility to protect and Burma”s Rohingya minority. The International Journal of Human Rights, 19(8), 1163–1175. http://doi.org/10.1080/13642987.2015.1082831
Kipgen, N. (2013a). Addressing the Rohingya Problem. Journal of Asian and African Studies, 49(2), 234–247. http://doi.org/10.1177/0021909613505269
Kipgen, N. (2013b). Conflict in Rakhine State in Myanmar: Rohingya Muslims’ Conundrum. Journal of Muslim Minority Affairs, 33(2), 298–310. http://doi.org/10.1080/13602004.2013.810117
Kironska, S. C. Y. K. K. (2016). The Rohingya Oxymoron: Stateless People Leaving their Home Country, 1–28.
Kosem, S., & Saleem, A. (2016). Religion, Nationalism, and the Rohingya’s Search for Citizenship in Myanmar. Muslim Minority-State Relations: Violence, 3(2), 211–224. http://doi.org/10.1007/978-1-137-52605-29
Lancet, T. (2016). Recognising the Rohingya people. The Lancet, 388(10061), 2714. http://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)32458-8
Lee, R. (2014). A Politician, Not an Icon: Aung San Suu Kyi’s Silence on Myanmar’s Muslim Rohingya. Islam and Christian–Muslim Relations, 25(3), 321–333. http://doi.org/10.1080/09596410.2014.913850
Myint-U, T. (2004). The Making of Modern Burma, 1–294.
Rieffel, A. (2010). Myanmar/Burma. Brookings Institution Press.
Thawnghmung, A. M. (2011). Beyond armed resistance: ethnonational politics in Burma (Myanmar). Policy Studies.
1 note · View note
ayojalanterus · 3 years ago
Text
TERNYATA... Bos Sentul City Eks Terpidana Kasus Suap Tukar Guling Kawasan Hutan di Bogor
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Ramai berita Rocky Gerung disomasi PT. Sentul City Tbk yang justru kini terbongkar balik bahwa pemilik PT. Sentul City   Kwee Cahyadi Kumala alias Swie Teng adalah terpidana korupsi kasus suap tukar guling kawasan hutan. Majelis hakim Pengadilan Tipikor memvonis terdakwa kasus suap ruislag hutan Bogor sekaligus Presiden Direktur Sentul City Kwee Cahyadi Kumala alias Swie Teng dengan hukuman lima tahun bui, Senin (8/6/2015). https://ift.tt/3Ca12QE Meski ada pengamat yang teriak somasi ini merupakan murni hukum, namun publik lebih yakin bahwa tekanan ini adalah murni politik. Soal tanah dan rumah hanya celah yang dicari-cari. Persis sama dengan kasus HRS tanah Mega Mendung. Sangat politis. Rocky dipastikan dapat membuktikan bahwa ia membeli tanah di Blok 026 Kampung Gunung Batu RT 02 RW 11 Kel. Bojong Koneng Kec. Babakan Madang Kab. Bogor tersebut dengan benar dan absah. Menurut hukum “pembeli yang beritikad baik dilindungi oleh undang-undang”. PT Sentul City Tbk jika ingin membuktikan kepemilikannya maka harus melakukan gugatan perdata. Tidak bisa membongkar begitu saja. Pembongkaran sepihak adalah melawan hukum dan justru dapat dipidana. Ternyata bukan Rocky sendiri yang menempati lokasi yang dianggap sengketa tetapi ada 90 KK dan 6000 orang lainnya. Perlu diselesaikan dahulu mengenai status hukum masing-masingnya. Jangan-jangan justru status PT. Sentul City Tbk yang bermasalah secara hukum. Ini perlu diusut ke belakang. Sengketa kepemilikan adalah proses perdata, karenanya sangat salah jika ada pandangan bahwa Rocky terancam pidana penjara hingga 7 tahun. Memang belajar hukum mesti khatam. Nah jika telah mendapat kepastian hukum tentang status kepemilikan lahan, sedang pihak lain kemudian melakukan “penyerobotan”, barulah terbuka aspek pidananya. Sengketa Rocky Gerung dan warga 90 KK dengan PT Sentul City Tbk adalah perkara perdata. Walaupun rakyat sudah sangat faham kasus ini berbasis politik.   Perlawanan hukum sudah pasti, tetapi perlawanan politik harus dan juga pasti dilakukan. Aseng penikmat fasilitas negara yang telah merampok tanah rakyat tidak bisa dibiarkan. PT Sentul City bisa jadi pintu pembuka perlawanan rakyat atas jutaan hektar tanah rakyat dan bangsa Indonesia yang dikuasai aseng dan asing. Rocky Gerung diyakini publik tidak peduli soal kalah menang atas tanah yang dibelinya, tetapi perlawanan terhadap arogansi, keserakahan, dan penjajahan asing dan aseng yang dilindungi oleh penguasa bangsa sendiri harus dilakukan. Sangat disadari semakin habis tanah rakyat dan negara Indonesia yang telah dikuasai asing dan aseng penjajah negeri. Rakyat harus berbuat untuk memerdekakan bangsanya. PT Sentul City Tbk yang boss nya adalah koruptor penyuap, tengah mengajak bermain kepada Rocky Gerung dengan permainan bodoh yang mungkin akan memercik muka sendiri. Sentul bisa memantul, Rocky Gerung bisa bergaung. Kita lihat siapa yang akan menang dalam bertarung. (Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan)
from Konten Islam https://ift.tt/3lgpuJ8 via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/09/ternyata-bos-sentul-city-eks-terpidana.html
0 notes
fionamarsfan · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Berikut ini terdapat beberapa daftar wanita yang lebih memilih jalan hidupnya untuk menjadi seorang pembunuh berantai dibandingkan dengan menjadi wanita biasa pada umumnya.
1. Elizabeth Bathory Erzsebet Bathory atau yang lebih dikenal dengan nama Elizabeth merupakan seorang bangsawati asal Hongaria. Namanya menjadi terkenal lantaran begitu banyaknya orang yang telah dihabisinya.Pada periode 1585 hingga 1610, ia diyakini telah membunuh lebih dari 650 orang wanita untuk keperluan ritual pribadinya. Bahkan, saking banyaknya korban, ia pun dianggap sebagai sosok vampir wanita pertama di dunia.
Sifatnya yang haus darah tak terlepas dari masa lalunya. Ketika kecil, salah seorang pamannya telah mengajarkan Bathory ajaran Satanisme,sedangkan bibinya mengajarinya praktik sadomasokisme, yakni pratik kekerasan untuk mendapatkan kepuasaan seksual.Kekejamannya pun semakin menjadi setelah menikah dengan bangsawan Nadady. Ia dilaporkan kerap melakukan penyiksaan terhadap para pelayan serta petani.  Casino Uang Asli
Ketika sang suami mangkat, kekejamannya semakin menjadi. Ia tidak segan-segan untuk menculik wanita mudah dan memakan dagingnya. Ia percaya bahwa dengan memakan daging wanita muda, ia akan senantiasa menjadi awet muda.Ketika publik kian resah dengan ulah Bathory, ia pun dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Pada saat itu, ia nyaris dijatuhi hukuman mati. Namun, karena pengaruh yang dimiliki oleh keluarganya begitu kuat, ia pun hanya dihukum penjara seumur hidup di ruang kastik miliknya.
2. Nannie Doss Pembunuh berantai wanita selanjutnya bernama Nannie Doss. Baginya, pernikahan menjadi salah satu untuk mendapatkan korban terbarunya. Wanita asal Amerika Serikat ini bertanggung jawab atas kematian sebelas orang pada tahun 1920 hingga 1954. Menyedihkan, para korban merupakan orang-orang terdekat dari Nannie Doss. Bandar Casino Online
Kesebelas korban terdiri atas 4 orang suaminya, 2 orang ank-anaknya, 2 ornag saudarinya, ibu, cucu, hingga ibu iparnya sendiri. Aksi mengerikan Nannie baru terendus setelah Samuel Doss, yakni suami kelima Nannie meninggal di rumah sakit pada Oktober 1954.Ketika mayatnya di adopsi, para petugas terkejut karena mendapati tubuh Samuel memiliki kadar racun arsenik yang sangat tinggi. Pelaku pembunuhan pun langsung mengerucut kepada Nannie.
Pada akhirnya, pihak kepolisian berhasil meringkus wanita tersebut. Kepada para petugas, ia mengaku segal perbuatannya. Ia pun mengaku kalau sudah membunuh banyak orang. Meski demikian, hanya kasus Samuel yang diketahui secara pasti merupakan hasil kerja Nannie. Wanita tersebut kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan meninggal dunia pada tahun 1965 akibat penyakit kanker darah.
3. Miyuki Ishikawa Perang Dunia II menyisakan pengalaman yang begitu pedih untuk manusia, terutama masyarakat jepang. Banyak masyarakt Jepang tewas, terutama ketika serangan bom atom yang meluluhlantahkan Hiroshima dan Nagasaki. Meskpiun pada akhirnya perang telah usai, namun ternyata pemerintah Jepang tetap harus waspada. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dari warganya sendiri yang bernama Miyuki Ishikawa.
Wanita tersebut diduga telah melakukan pembunuhan kepada 103 orang anak dari golongan miskin. Tentu saja jumlah tersebut membuat masyarakat Jepang menjadi semakin sedih. Ironisnya, ketika berhasil di tangkap Miyuki merasa tidak bersalah. Ia menyatakan kalau tindakkannya tersebut semata-mata hanya untuk mengakhiri penderitaan dari anak-anak tersebut. Live Casino Online
Bahkan, ia menyalahkan orangtua dari anak-anak yang ia bunuh lantaran tidak mampu menyejahterakan anaknya sendiri. Akibat dari perbuatannya ini, Miyuki pun cuma di jatuhi hukuman penjara selama empat tahun.
4. Aileen Wuornos Ketika masih kecil, Aileen diketahui menjadi korban pelecehan seksual oleh kakeknya sendiri. Ketika tumbuh dewasa, ia pun menggantung hidupnya dengan bekerja sebagai penjajah seks. Awal mula pembunuhan yang dilakukannya adalah ketika melayani seorang pria hidung belang bernama Richard Mallory. Menurut pengakuannya, ia terpaksa membunuh Richard lantaran sang pria terlebih dahulu melakukan tindak kekerasan kepadanya.  Casino Online Indonesia
Bukannya menyesal, Aileen justru malah ketagiahn membunuh. Ia pun kemudian diketahui membunuh enam pria lainnya. Setelah membunuh, ia pun mengambil barang-barang berharga milik korban. Setelah di tangkap, Aileen lalu dinyatakn bersalah oleh pengadilan di Florida dan mendapat hukuman suntuk mati pada tahun 2002 sebagai konsekuensi dari perbuatannya.
Sepak terjang Aileen selama menjadi pembunuh berantai ini ternyata di angkat ke dalam sebuah film keluaran tahun 2003 berjudul "Monster". Film itu pun mendapat tanggapan positif dari para kritikus film.
5. Leonarda Cianciulli Pernah kamu menonton film "The Red Dragon"? Dalam film tersebut, Hannibal Lecter menghidangkan makanan yang terbuat dari daging manusia yang merupakan korban pembunuhannya. Pada kenyataan, kisah tersebut benar-benar ada.
Leonarda Cianciulli, wanita yang tega melakukan hal kejam seperti itu. Semua bermula ketika ia mendengar kalau anaknya akan direkrut oleh militer Italia untuk terjun dalam Perang Dunia II. Cianciulli meyakini satu-satunya cara agar anaknya batal direkrut adalah dengan melakukan pengorbanan manusia. Ia pun lantas melakukan pembunuhan berantai sejak tahun 1939.
Setidaknya terdapat tiga orang yang diketahui menjadi korban Cianciulla. Ketiga korban tersebut merupakan wanita yang diajaknya untuk minum bersama di rumahnya. Ketika ketiga korban sudah teler, Cianciulli kemudian akan membunuh korbannya dengan menggunakan kapak, lalu mengambil daging mereka untuk dijadikan sebagai bahan pembuat kue. judi Casino Online
0 notes
aliindonesia · 7 years ago
Photo
Tumblr media
MUJAHID TAK TAKUT UNTUK MATI!!! ______________________________ UMAR Mukhtar, dijuluki oleh Barat sebagai “Lion of the Desert”, Mujahidin Libya, memimpin jihad melawan penjajah Italia pada tahun 1920-1930-an. Dia berusia 70 tahun, ketika ia menderita luka parah,dan ditawan oleh penjajah. . Sebuah dialog di pengadilan kafir pada tahun 1931, antara “hakim” dan Umar Mukhtar. . Hakim: “Apakah Anda melawan negara Italia?” . Umar: “Ya.” . Hakim: “Apakah Anda mendorong orang untuk berperang melawan Italia?” . Umar: “Ya.” . Hakim: “Apakah Anda menyadari hukuman untuk apa yang Anda lakukan?” . Umar: “Ya.” . Hakim: “Selama berapa tahun Anda melawan Italia?” . Umar: “Sudah selama 20 tahun.” . Hakim: “Apakah Anda menyesal atas apa yang telahAnda lakukan?” . Umar: “Tidak.” . Hakim: “Apakah Anda menyadari bahwa Anda akan dieksekusi?” . Umar: “Ya.” . Hakim: “Ini merupakan akhir yang suram bagi orang seperti Anda.” . Mendengar kata-kata ini, Umar Mukhtar menjawab:.“Sebaliknya, ini adalah cara terbaik untuk mengakhiri hidup saya!” . Hakim kemudian ingin membebaskannya dan mendeportasinyadari negara itu jika ia mau mengajak Mujahidin dalam sebuah pernyataan untuk menghentikan Jihad. Kemudian Umar Mukhtarmengatakan kata-katanya yang terkenal: “Jari telunjuk saya, yang mengakui dalam setiap ibadah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, tidak bisa menulis kata-kata dusta, kami tidak menyerah, kami menang atau mati!” . Umar Mukhtar menemui kesyahidan-nya di tiang gantung.
1 note · View note
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes