#penaproxsis
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kemenangan Sesungguhnya
“Orang yang pantas meraih Kemenangan adalah orang yang telah Berjuang”
Pada hakikatnya setiap orang terlahir baik dan diharapkan terus bertumbuh untuk menjadi lebih baik. Namun seiring berjalannya waktu jiwa manusia berkembang dan semakin memiliki ego dan nafsu. Terkadang sulit untuk mengontrol apa yang terjadi di dalam diri.
Tiga puluh hari berpuasa di bulan Ramadhan telah melatih kita untuk mengontrol itu semua. Insyaallah besok kita akan bertemu dengan Idul Fitri. Ibarat menenun kain, kita telah menenun kain selama 30 hari, dan kita akan segera menggunakan pakaian yang telah kita tenun itu. Kenapa kita ibaratkan sebagai menenun kain? Karna kata ‘Fithri’ secara maknawi ada yang mengartikan memakai pakaian, tentu pakaian disini adalah taqwa, sebagaimana yang terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa tujuan berpuasa adalah agar kita bertaqwa. Sehingga di hari nan fitri nanti kita telah memakai pakaian taqwa dimaksud.
Idul Fitri juga dapat disebut dengan hari raya kemenangan. Kaum beriman telah menjalankan ibadah Ramadhan, sehingga kita akan meraih kemenangan karena telah berhasil melawan hawa nafsu dan godaan serta mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Menjalankan semua perintahNya dan menghentikan segala laranganNya. Itulah yang telah diajarkan oleh Ramadhan.
Kemenangan adalah sesuatu yang diinginkan oleh setiap manusia. Hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan puas atas pencapaian yang telah kita raih. Kemenangan itu akan bermakna luar biasa ketika kita dapat melawan suatu kegagalan. Kegagalan menuntut kita untuk harus belajar lebih baik serta memerlukan perjuangan keras. Kita hanya perlu waktu untuk meraih kemenangan tersebut. Untuk setiap kemenangan tentu juga harus ada perjuangan. Kemenangan tidak selalu menjadi yang pertama, menang berarti kita melakukan lebih baik dari apa yang kita kerjakan sebelumnya. Kegagalan hanya terjadi saat kita menyerah. Teruslah mencoba dan jangan menyerah untuk meraih kemenangan. Karena orang yang bersunguh-sungguh akan dekat kepada kemenangan. Pertanyaannya? Apakah kita siap untuk terus berjuang dan belajar agar mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya?
Jawabannya kita harus siap. Terus apa yang harus kita lakukan? ya…berjuang dengan cara kerja keras, focus, belajar, pantang menyerah, jujur, disiplin, tanggungjawab, bekerja dengan hati dan dimulai dari diri sendiri. Selamat datang wahai kemenangan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H
- Muthia Mirsya Ali (Junior Consultant SSP)
30 Ramadhan 1442H // 12 Mei 2021
2 notes
·
View notes
Text
Silaturahmi, Pembuka Pintu Rejeki
Rezeki adalah sesuatu yang paling dicari oleh umat manusia dari masa lalu hingga masa kini, bahkan akan terus dicari hingga masa yang akan datang. Bukan tanpa alasan karena rezeki adalah hal yang bisa menopang kehidupan di dunia sebelum pada akhirnya manusia harus rela berpisah dengan rezeki dan menemui kematian. Hal itu berarti rezeki menjadi sebuah kebutuhan yang banyak dicari oleh manusia sebagai kebutuhan manusia selama masih hidup di dunia.
Silaturahmi secara sederhana bisa dikatakan sebagai proses menyambung, merakit, dan mempererat kasih sayang antar kerabat, rekan kerja, dan teman-teman dekat. Silaturahmi biasanya dilakukan dengan saling berkunjung. Menjalin silaturahmi tidak hanya dengan kerabat atau teman dekat, tapi juga dengan orang yang sebelumnya sempat terputus sangat dianjurkan untuk menyambung kembali ikatan silaturahmi yang terputus. Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan.” (HR. Muslim)
“Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki, dan saling bermusuhan, tetapi jadilah kamu hamba – hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Muslim)
Hukuman bagi orang yang memutuskan silaturahmi ternyata cukup berat. Bagi Kita, tak ada alasan untuk memutuskan tali silaturahmi dan bermusuhan antara satu dengan lainnya. Sebaliknya, Allah SWT memberikan pahala yang besar kepada orang yang menyambung silaturahmi.
Silaturahmi termasuk salah satu ibadah yang mampu memperlancar rejeki. Seseorang yang rajin membangun silaturahmi akan lebih terbuka pintu rejekinya dibandingkan orang yang jarang membangun tali silaturahmi. Dengan memperbanyak silaturahmi ke kerabat atau ke teman–teman lainnya maka sesungguhnya kita sedang membuka pintu rejeki. Bertemu atau silaturahmi dengan orang lain tentu tidak sekadar bertemu, tapi juga berbincang yang bersangkut paut dengan kondisi keluarga hingga persoalan kerja. Ketika membuka ruang pembicaraan pada wilayah kerja ini, sebenarnya Kita juga membuka pintu baru bagi rejeki.
Jika setiap hari Kita mempunyai target membangun tali silaturahmi lebih banyak maka potensi untuk membuka jejaring pintu rezeki bisa lebih banyak pula. Dalam rangka bersilaturahmi, perbanyaklah mencari teman atau sahabat. Berbaur dan mendekatlah dengan semua kalangan karena hal itu merupakan awal silaturahmi. Sepertinya halnya jika kita terapkan pada pekerjaan sehari-hari, visit ke klien salah satu bentuk silaturrahmi. Dengan berkunjung ke klien selain membuka pintu rejeki, kita juga dapat pahala dengan membantu permasalah yang dihadapi oleh klien kita.
Saat kita bersilaturrahmi dan berbincang-bincang, jangan sekali – kali berdebat yang tidak jelas ujung pangkalnya atau hanya ingin menang karena hal itu akan membuat rasa empati hilang, berganti dengan dendam. Meski Kita melakukan silaturahmi, tapi kerap kali hanya sebatas permukaan. Itulah kenapa debat yang berebut menang hanya akan mendangkalkan nilai silaturahmi. Ketika silaturahmi tidak sepenuh hati dilakukan maka pintu rejeki juga tidak terbuka lebar.
Benyamin Franklin berkata, “Saat Anda bertengkar atau berdebat, bisa jadi Anda akan menang. Tapi, kemenangan itu tidak ada harganya karena Anda tidak akan mendapat simpati dari lawan yang Anda kalahkan.”
Allah SWT memberikan imbalan yang luar biasa bagi orang yang mampu merajut tali silaturahmi secara konsisten dan memberikan hukuman yang tidak sederhana pula bagi mereka yang memutuskan tali silaturahmi.
Kalau ingin rejeki lancar dan umur panjang, rajin-rajinlah menyambung tali silaturahmi. Tapi tujuan utama tentu bukan untuk menambah rejeki, melainkan karena Allah SWT memerintahkan demikian. Niat utama tetap karena Allah SWT sebab tanpa kehendak-Nya, rejeki melimpah tidak akan Kita dapat.
- Iqbal Hilman (Digital Leader PMI)
24 Ramadhan 1442H // 06 Mei 2021
2 notes
·
View notes
Text
Selamat Datang Era New Normal
Setinggi apa kesungguhan kita ini (mujahadah) ??
Kita sudah memasuki era New Normal. Kita terkejut, karena pintu masuk era New Normal ini, tidak sesuai kelaziman logika pikir kita (logika sebelum masuk pintu gerbang ini).
Subhanallah, kita hamba yang beriman memiliki keyakinan sesuai Qur’an Surah Al Baqaroh 286 : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
Berbaik sangka (prasangka) kepada Allah memiliki adab/akhlak, bukan bermakna “saat tertimpa musibah, seseorang berprasangka baik kepada Allah (hanya lisan saja tanpa niat ikhlas&berkarya), kemudian Allah akan angkat musibahnya”.
Kesungguhan (mujahadah) untuk mencari ilmu (pemahaman yang belum diketahui) dan bersakit-sakit dalam bertindak/berkarya (amalan) untuk mengatasi musibah adalah sebagian adab/akhlak yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat Beliau.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 69)
Pengertian Mujahadah
Mujahadah berasal dari kata 'jahada' yang berarti 'bersungguh-sungguh, berjuang'.
Pengertian mujahadah secara umum adalah : berjuang, bersungguh - sungguh, berperang melawan musuh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bersungguh-sungguh diartikan sebagai sebuah usaha dengan sekuat-kuatnya (dengan segenap hati, dengan sepenuh minat) untuk mengejar sesuatu yang diinginkannya.
Balasan Kesungguhan (Muhajadah)
Kesungguhan yang telah melekat di dalam jiwa-jiwa setiap Muslim akan menjadi kekuatan tersendiri dalam menghadapi segala bentuk ujian yang Allah Ta’ala turunkan kepada setiap hamba-Nya. Yaitu orang-orang yang mengamalkan ilmunya, kelak Allah akan memberi mereka petunjuk terhadap apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. (lengkapnya Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Ankabut 29)
Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam (mengerjakan) hal-hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah bersikap lemah.” (Hr. Muslim)
Kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya akan membuahkan kesejahteraan dan kedamaian hidup (KEMENANGAN)
Apakah kita yakin telah bersungguh-sungguh secara maksimal?
Atau hanya merasa sudah berusaha secara maksimal? Banyak yang menyerah di tengah jalan dan kita beralasan sudah berusaha dengan maksimal, padahal belum tentu kita benar-benar berusaha dengan maksimal.
Ada sebuah cerita yang sangat bagus, ilustrasikan makna berusaha dengan maksimal sesuai kesanggupan kita. Di dalam bahasa Al Qur’an disebut dengan istilah mastatho’tum.
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 64:16). Mengatasi musibah yang sedang kita hadapi adalah bagian dari amalan menuju ketaqwaan.
Pada suatu saat Syekh Abdullah Azzam ditanya oleh muridnya,
“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum ?". Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan.
Setelah semua muridnya menyerah, dan menepi kepinggir lapangan.
Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan, sehingga akhirnya beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.
Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya, “Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami ?".
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatho’tum !. Titik dimana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita (bukan kita yang berhenti)”, jawab Sang Syekh dengan suara yang lembut, bijak dan penuh kharisma.
Bagaimana dengan kita saudaraku ??.
Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, marilah bersama berlomba dalam hal kebaikan. Bukan hanya memperbanyak amalan, tetapi juga memperbaiki amalan hingga Allah turunkan RakhmatNYA dan kita peroleh Kemenangan.
Wallahu a'lam bish-shawabi
"Ya Robb, masukkanlah aku melalui Pintu yang Benar dan keluarkanlah (pula) aku melalui Pintu yang Benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang Menolong. (Surah Al Isra 80)
Aamiin ya Robbal Alamin
-Endro Hariyuwono (Board of Director Proxsis)
30 April 2020
6 notes
·
View notes
Text
The World (And My World) Will Never Be The Same Anymore
Hari ini adalah hari pertama ibadah puasa Ramadan 1441 H, berbarengan dengan Wabah Covid-19 yang datang seperti gelombang Tsunami menyapu bersih seluruh daratan di dunia, tanpa pandang bulu. Sebuah kejadian yang belum pernah dirasakan dalam 100 tahun.
Namun itu belum apa- apa. Baru gelombang tsunami kecil. Akan ada lagi gelombang Tsunami ke-dua. Ketika orang mulai libur tanpa gaji atau PHK karena tidak ada kegiatan ekonomi, usaha kecil tidak ada pembeli karena isolasi, lalu kemudian merembet ke penurunan daya beli, tabungan pun habis. Industri pun menurunkan produksi, tanki kilang minyak pun tidak bisa disalurkan walaupun Covid sudah berlalu. Lalu pabrik-pabrik mulai tutup dan munculah gelombang itu, disebut juga gelombang resesi ekonomi. Negara maju, banyak melakukan stimulus untuk menghidupkan lagi mesin ekonomi yang dingin. Tapi akan perlu waktu. Dua gelombang tsunami tadi menjadi renungan buat saya. Apalagi sekarang adalah bulan ramadhan, bulan yang sangat syahdu. Entah kenapa, ibadah puasa membuat kita makin banyak berfikir tentang spiritual. Saya ingin membagi renungan saya ke rekan-rekan semua. Mungkin nanti rekan-rekan semua juga bisa share renunganya buat saya dan rekan lain. 1. Virus Covid-19 yang kecil dan lemah itu ternyata bisa mengalahkan manusia yang besar dengan senjata kuat dan mahal.
Membuat saya berfikir, kita ini sebenarnya lemah dan rapuh walupun kaya raya, title panjang, jabatan mentereng. Kita bukan master, bukan penguasa, bukan tuan di dunia ini. Kita hanya menumpang sementara.
Jangan pernah sombong di muka bumi ini, tidak perlu berbangga hati terhadap semua pencapaian dan prestasi, karena itu akan sirna. Kalau selama ini kita seperti itu, mintalah ampunan, mintalah perlindungan kepada yang Mahapengampun. Karena kita lemah dan rapuh maka bersandarlah kepada yang Maha Paling Perkasa. Seharusnya kita selalu meminta perlindungan kepadaNya, yang tiada dua, Allah SWT. Selalu rendahkan diri di depanya. Bersujud dalam sholat, adalah latihan yang bagus untuk merendahkan diri di hadapanNya.
2. Namun Allah SWT juga meminta kita selalu berusaha/ikhtiar, karena tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mengubah nasibnya (Al Baqoroh).
Untuk itu berusaha-lah untuk sehat, berusaha-lah untuk bisa mengalahkan virus, berusaha-lah untuk bisa mengalahkan resesi, dan menjadi pemenang. Untuk itu iringi usaha tadi dengan doa, penuh keyakinan bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Berdoalah dengan penuh kayakinan. Apa artinya yakin? Yakin itu seperti memegang sesuatu di tangan padahal belum datang. Yakin itu seoalah-olah sudah terjadi. seolah olah sudah terwujud.
Dua bacaan sederhana di bawah ini, yang biasa kita ucapkan sepintas tanpa makna: 1. istighfar : ʾastaġfiru -llāha (أَسْتَغْفِرُ ٱللَّٰهَ). "Saya memohon ampunan kepada Allah". dan 2. Basmallah: bi-smi llāhi r-raḥmāni r-raḥīmi (بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ) : Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sekarang menjadi bermakna. Sekarang membaca dua kalimat itu,,membuat dada penuh gejolak dan getaran bergemuruh...Angkatlah tangan mu,,,mintalah ampunan, lalu berusahalah dengan keyakinan , dimulai dengan membaca Basmallah...
3. Hikmah ke-tiga yang saya rasakan adalah, uang, harta, kepintaran, ijazah dan prestasi sebanyak apapun tidak akan berarti ketika nikmat hidup, nikmat sehat itu diambil.
Oleh karena itu, selagi diberikan rezeki dan rahmat oleh Allah, seperti kesehatan, bekerja, berbisnis, dst, gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan malas-malasan. Jangan habiskan dengan bersenda gurau, bergosip dll. Prestasi bukan tujuan,,karena itu hanya cara pandang orang terhadap kita.
Manfaat sebanyak mungkin yang kita jadikan tujuan. Namun ingat, manfaat itu multi dimensi. Bukan hanya manfaat buat karyawan, buat bisnis, buat customer, tapi kita lupa dengan keluarga, lupa dengan orang sekitar kita,,orang-orang lemah , fakir miskin, UKM , pengusaha pemula. dst. Pikirkan semuanya secara seimbang. Di bulan penuh hikmah ini, datanglah video ke saya, cara yang baik untuk selalu memikirkan semua orang, yaitu doakan semuanya ketika kita bertemu dan bersinggungan. Doakan keluarga, doakan partner kita, doakan karyawan kita, doakan customer kita, doakan orang kecil yang kita lihat di jalan. Kalau perlu doakan orang yang mengganggu kita. Semoga doa-doa pada keluarga dan orang kecil tadi menjadi penjaga kita. Menjaga kita supaya tidak terjebak dalam putaran mencari dunia, lupa kepada tujuan memberikan manfaat.
Pas bangat, sekarang bulan puasa,,semua doa dan amalan akan langsung dicatat...dan dilipat gandakan. Mari latihan. Mulai dari latihan mendoakan..Sesungguhnya memberi adalah menerima.
Mohon AmpunMU Ya Allah, Atas nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Semoga rahmat Allah untuk Anda Semua..
- Rudi Maulana (Founder Proxsis) 24 April 2020
5 notes
·
View notes
Text
Sudah Sejauh Mana Kita Berlaku Amanah Sebagai Manusia?
By the way, tulisan-tulisan leader yang sudah ada sebelumnya bagus-bagus sekali yaaaaa dan langsung bisa kita coba praktikan agar kualitias diri kita makin baik. Aamiin. Pada kesempatan yang diberikan saya kali ini, saya coba mau menulis tentang amanah. Kenapa? Karena amanah yang sedang ada dalam diri kita semua yang nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di dunia yang sebenarnya (baca: akhirat).
Amanah menurut KBBI dapat diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Sehingga untuk orang yang dapat berakhlak demikian juga bisa dikatakan sebagai orang yang terpercaya. Amanah berasal dari kata amuna yang bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan. Segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT. Amanah juga dinyatakan dalam surat al Anfal ayat 27: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
Sebenarnya apa saja amanah kita sebagai manusia?
Menjadi ayah dan suami itu amanah. Menjadi istri dan ibu adalah amanah. Menjadi pemimpin perusahaan, leader SBU, Konsultan, karyawan di Proxsis? Sama. Itu amanah juga guys. Dimana semua itu nanti akan dimintai pertanggungjawaban.
Seperti salah satu sabda Rasulullah yang mengatakan "Setiap orang dari kalian adalah pemimpin. Setiap orang dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban." (HR Muslim).
Mengapa begitu pentingnya amanah untuk dijadikan akhlak oleh manusia?
Masih ingatkah kita bahwa ada 4 sifat yang wajib dimiliki sebagai seorang mukmin sejati? Dimana ke empat sifat tersebut juga melekat di dalam core value Proxsis Group? Ya, sifat wajib itu adalah:
1. Siddiq: Jujur
2. Amanah: Dapat dipercaya
3. Tabligh: Menyampaikan
4. Fatanah:Cerdas
Jika ditinjau dari core value-nya proxsis, sifat amanah ini juga sangat erat pada nilai:
1. Professional.
Agar kita mendapatkan hasil kinerja yang selalu unggul serta dapat meningkatkan, menguasai, dan mengapilkasikan kompetensi yang sesuai dengan tugasnya secara optimal, tentunya kita juga harus berlaku amanah dalam melakukan kewajiban dan wewenang kita dengan benar baik di level apapun dengan melakukan tugas dan fungsinya seoptimal mungkin, solutif, dan bertanggung jawab dari setiap keputusan yang diambil.
2. Accountable
Terlebih pada value ini, sangat erat sekali dengan sifat amanah dimana seseorang akan tercermin bahwa dia dapat mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan secara mandiri dan dapat diandalkan. Artinya, Orang yang amanah bisa dipastikan orang tersebut jujur dan bertanggung jawab.
3. Strive for Result
Amanah itu seperti janji kontrak, we keep that promise based on scope of work lah ibaratnya. Apapun yang diberikan padanya entah itu untuk disimpan, disampaikan, dijalankan, ditugaskan dan yang lainnya sehingga kita dapat mencapai hasilnya sesuai masing-masing scope tugas dan fungsinya.
Mengapa hal ini jadi penting? Untuk menjadi mukmin yang sejati, berarti harus bisa berakhlak dapat dipercaya. Jika tidak, maka lawannya adalah khianat, yang mencerminkan perilaku yang disebut munafik dalam sabda Rasulullah SAW: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya berkhianat”. Kedua sifat ini mustahil berkumpul pada diri seseorang secara bersamaan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Tak mungkin berkumpul pada kalbu seseorang kekufuran dan keimanan, dusta dan kejujuran, amanah dan pengkhianatan." (HR Ahmad).
Bagaimana mencerminkan sifat amanah ini saat Work from Home (WFH)?
Pertanyaan ini muncul dalam diri saat sedang merenungi strategi monitoring tim saat japrian sama Bung Rudi Maulana, Kartika dan Pak Fahmi waktu itu sebelum kita sepakat menuangkannya di google spread sheet. Memang benar WFH tidak menjadi hal yang awam buat insan proxsis, karena kita juga sudah menerapkan ROWE (Result Only Working Environtment), tapi kali ini bedanya adalah di g.o.d.a.a.n untuk membuat seribu alasan sehingga khawatirnya kita jadi tidak fokus akan tujuan. Masih ingat jargon Pak Yumei kan, “Hayooo jangan berhenti di alasan, jangan asumsi, fokus ke tujuan guys”. Hehehehe…
Dari beberapa private coaching pada tim saat diskusi biar tetap mencapai KPI atau yang sudah coba saya identiifkasi dan saya rasakan sendiri, ada beberapa godaan WFH di era krisis ini yang dapat menyebabkan kita lalai. Misalnya:
1. Pergeseran mindset
Kerja di rumah jadi bermindset “Hmmm... mumpung gak ada yang liatin kita kerja. Jadi bisa sesukanya mau mulai kerja kapan, bangun jam berapa, selesein yang mana, yang penting report”.
Eits, tunggu dulu…rupanya gak demikian kan? Justru WFH itu jauh lebih ketat lagi monitoring-nya baik itu untuk diri sendiri dan juga buat tim yang sudah ditetapkan BOD mekanisme WFHnya dan disepakati oleh semua insan. Kenapa? Karena kita mau siapapun tetap mencerminkan sifat amanah ini dimanapun dan kapanpun. Jadi, dengan adanya sistem monitoring, arahan yang jelas, minimum daily report yang harus dicapai, dll itu dibuat untuk menuntun kita agar selalu ingat dan konsisten berlaku amanah. Setuju tidak?
2. Mental blocking yang berujung kemalasan.
Ini yang paling bahaya dan tidak bisa ditolerir. Tentu setiap insan proxsis pasti mendapat tantangan baru kan di era sekarang ini untuk bisa bangkit dari krisis dan melesat pasca covid nanti baik itu dari hardskill maupun softskill. Mengapa? Karena kita sudah tidak bisa lagi mengandalkan cara yang lama untuk bisa maju. The world has changed right now. Terserah apakah ini ada yang menyimpulkan ini benar-benar pandemic atau plan-demic. Intinya, we have to survive, no matter what. Peran insan proxsis sangat menentukan dan berdampak buat kemajuan bersama. Tapi bagaimana kita mencapai itu jika kita mental blocking dan tidak mau membuka diri untuk mencoba sehingga berujung jadi malas? Tetap mau pilih stuck dengan cara kita dulu? Sayangnya tidak bisa, guys. Kalau kita memilih cara lama, nanti kita jadi tidak amanah atau bahkan menjadi penghambat buat tim yang lain. Tantangan baru yang diberikan pun juga sudah dilakukan pertimbangan sehingga para pimpinan percaya jika tantangan ini diberikan ke personil yang tepat, maka bisa berdampak baik hasilnya. Pun itu tidak, masih banyak improvement yang dapat dilakukan kok selama kita mau ambil lesson learnt-nya. Jika mau tetap menjadi orang yang amanah, jangan sekali-kali mental blocking yah hehe. Karena you are what you think nantinya. Bahkan saya percaya bahwa disini gak ada satu pun yang mau menjerumuskan timnya ke jalan yang sesat dengan memberikan tantangan yang gak relevan dengan tujuan kan? Insan proxsis itu luar biasa.
Lagi-lagi, hidup adalah pilihan. Dalam menerima sebuah amanah kepemimpinan atau pekerjaan yang dipercayakan maka tiap insan memiliki pilihan yaitu apakah mau berlaku untuk amanah, jujur, istiqomah bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan atau bersikap sebaliknya.
Sikap amanah harus dimiliki, diupayakan serta dilatihkan terus-menerus agar sifat ini betul-betul mendarah daging dalam kehidupan kita sehingga kita mendapatkan hikmahnya dengan mendapat kepercayaan yang lebih besar, dicintai dan dihargai sesama, dan kebahagiaan.
Bukan berarti saya yang menulis ini sudah piawai dalam berlaku amanah. Saya pun masih belajar dari setiap insan proxsis dan melihat sekitar untuk dijadikan bahan pembelajaran. Semoga kita semua masih diberi kesempatan untuk selalu meningkatkan kualitas diri kita untuk jadi mukmin sejati sehingga manfaat yang dapat kita berikan pun akan semakin besar. Allahumma aamiin.
I miss you all, guys!
-Isma Husni Rakhmawati (Business Manager Synergy Solusi) 12 Mei 2020
4 notes
·
View notes
Text
"Warisan" Apa yang Ingin Engkau Tinggalkan?
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan apa? Apakah kita pernah berpikir bahwa hidup di dunia tidak selamanya? Satu waktu, jika sudah saatnya, Tuhan akan memanggil kita, baik dalam keadaan siap atau tidak siap, misalnya saja dengan kehadiran Covid-19 tiba-tiba saja datang juga siapa yang tahu? Setinggi apapun pagar rumahmu, serapat apapun pintu rumahmu, tamu tak diundang ini terlalu kecil dan kasat mata sehingga yang kamu bisa lakukan adalah melakukan yang sebaik-baiknya anjuran protokol kesehatan dan kebersihan. Begitu jugalah saat menjalani seutuhnya kehidupan ini, yaitu melakukan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan kepadamu, entah itu usaha, talenta, pekerjaan dan keluarga.
Tidak ada yang kekal atau abadi dalam hidup ini. Baik itu pekerjaan, baik itu usia. Semua ada batas waktunya. Ketika waktu sudah jelang tiba, kita harus meninggalkan pekerjaan yang sudah nyaman karena harus pensiun atau sesuatu hal yang menyebabkan kita harus tinggalkan. Demikian juga dengan usia, apabila saatnya tiba, entah kapan kita harus dipanggil berpulang kepadaNya. Semuanya akan tiba tanpa bisa diprediksi oleh manusia, ya manusia indigo sekalipun tidak mampu menerawang batas akhir hidupnya.
Yang seringkali terlupakan atau tak sengaja kita abaikan adalah memikirkan warisan apa yang bisa kita tinggalkan, ini lebih dari sekedar harta dan tahta yang bisa digerus oleh waktu, ada legacy atau warisan yang lebih abadi sebut saja karya dan nilai-nilai kehidupan yang kita tabur dimanapun kita berada selama kita hidup dan akan menjadi ingatan bagi orang-orang sekitar kita.
Sebagai contoh, Glenn Fredly adalah seorang penyanyi sukses, saat dia berpulang yang menjadi legacy nya adalah hasil karyanya yang masih bisa kita nikmati dan jauh daripada itu karakter nya yang gigih, baik hati dan konsisten mampu menginspirasi banyak orang, khususnya musisi tanah air. Ini adalah buah dari apa yang ia tabur semasa hidupnya, yang ia tinggalkan adalah nama yang harum setidaknya akan menjadi kebangaan bagi sang buah hati kelak beranjak dewasa. Ingatlah bahwa semasa kita hidup, kita tidak hidup sendirian tapi hidup kita membawa dampak bagi kehidupan orang-orang di sekeliling kita.
Dalam konteks pekerjaan, salah satu warisan yang bisa kita berikan adalah dengan memberi diri sepenuhnya hati bertanggung jawab dengan apa yang ada ditangan kita saat ini. Melayani klien, melayani atasan yang telah memberi kesempatan berkarya, melayani temen-temen dengan saling berbagi, memberikan motivasi dan ilmu, kesemuanya ini adalah ibadah kita yang sejati. Bersyukurnya kita yang sudah bekerja di perusahaan dengan ekosistem penuh kolaborasi ilmu, ide, pengetahuan seperti Proxsis sehingga secara tidak langsung sesungguhnya ekosistem ini sudah menyediakan ruang kesempatan bagi kita untuk beribadah, berkarya dan membuat banyak warisan-warisan yang tak lekang oleh waktu, percayalah ada nilai-nilai kehidupan yang baik terjadi selama kita berkolaborasi dan sama-sama membangun satu dan yang lain. Tinggal bagaimana kita mau merespon kesempatan ini, memberi diri atau menarik diri?
Akhir kata, apapun yang kita lakukan dan kerjakan, lakukanlah dengan segenap hati dan akal budi. Lakukan seperti bukan untuk dirimu sendiri, namun untuk kemahsyuran Yang Maha Kuasa yang dengan segala kebaikan-Nya telah menitipkankanmu talenta, pekerjaan, usaha dan keluarga. Bukan tentang dirimu sendiri lagi, namun bagaiman keberadaanmu selama hidup menjadi dampak baik bagi sekitarmu.
Demikian catatan pena dari saya.
Ingat jaga kesehatan, ikuti semua protokol kebersihan dan anjuran pemerintah supaya setidaknya kamu sudah berusaha yang terbaik untuk lebih dari sekedar menjaga diri, namun untuk kebaikan bersama dan bagi dunia yang sekarang membutuhkan kerelaan hati setiap manusia untuk bisa menahan diri sampai nanti kembali pulih. Percayalah dunia akan pulih. Segera.
-Sonia Priyanka (Business Manager ITGID & Hemera Academy)
17 Mei 2020
2 notes
·
View notes
Text
Abnormal, Up Normal dan New Normal
Kata-kata “Preparing for the worst and hoping for the best”, kalimat ini singkat namun sarat, padat dan dalam makna, situasi saat ini bukanlah NORMAL namun sudah menjadi ABNORMAL, manusia di hadapkan pada kenyataan melawan musuh yang tidak terlihat, kecil, renik namun mematikan...
Umat manusia pernah belajar dan gagal belajar ketika cobaan yang sama datang berulang setiap seratus tahun, menukil berita dari liputan6.com, ditahun 1720 dunia dikejutkan dengan wabah Plague yang membunuh ratusan ribu jiwa, ditahun 1820 terjadi wabah kolera yang membawa banyak kematian dengan jumlah yang hampir sama, kemudian ditahun 1920 terjadi wabah yang lebih hebat lagi Spanish flue konon merengut hampir 50 juta jiwa, dan kini ditahun 2020 wabah yang tak kalah mengerikan, Covid 19!!!, Seakan memberi isyarat pada manusia “musuh yang sesungguhnya tidak selalu terlihat mata”, bahkan di abad teknologi seakan kecolongan, seolah ingin mengingatkan ketidak seimbangan perlakuan manusia terhadap kehidupan dan alam, namun diatas semua itu manusia diciptakan dengan daya survival yang luar biasa, jadi percayalah situasi ABNORMAL ini pasti akan berakhir, dan manusia akan keluar sebagai pemenang.
Di tengah situasi ABNORMAL ini kemenangan hanya akan diraih oleh mereka yang mau berlaku UPNORMAL, berperilaku di atas rata-rata, di atas kebiasaan, di atas zona nyaman selama ini..
Saya pernah pesan makanan melalui Grabfood, entah mengapa rasa kesal muncul hanya karena lama menunggu seolah mengganggu kenikmatan yang sudah terbayang, suatu saat saya makan di restoran, ditengah rasa nikmat muncul rasa tidak nyaman karena pegawai restoran lambat membawakan minum yang dipesan, pernah juga waktu makan siang tiba disaat WFH saya turun ke bawah dan ternyata masakan belum tersaji alias belum matang, ingin mengumpat tapi takut... nah sekarang masuk bulan puasa, tambah susah mau makan, minum semua tertunda, tidak sebebas biasanya, ada rasa tidak senang, tidak suka, tidak nyaman dan tidak mengenakan semua serba tertunda tidak NORMAL seperti biasanya...
Namun karena ada Purpose yang lebih tinggi, Iman kepada perintah ALLAH SWT, semua ketidaknyamanan ini harus dipatuhi dan percaya akan kenikmatan atas ganjaran dibaliknya terhadap kesehatan fisik dan mental, semua dijalankan dengan penuh iklas dan taqwa, barangkali satu hadist ini dapat menggambarkan secara tepat situasi diatas :
إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim no. 1270).
Umar bin Khatab RA seorang sahabat tidak mau mencium batu, namun ketika ia melihat Rasullullah melakukannya, karena kecintaan dan keimanannya, beliau juga melakukan. Imani bahwa perilaku UPNORMAL di saat bulan puasa ini pasti membawa kita menuju kemenangan...
NEW NORMAL, kondisi ini pasti terjadi sebagai konsekuensi logis, meski prosesnya banyak hal yang sangat tidak kita sukai untuk dilakukan, dimonitor, dikejar, dituntut belajar cepat, bekerja lintas SBU, meeting dimalam hari, tidak kenal week end, ditegur, di ingatkan, seakan tidak kenal siang atau malam, namun bila ingin keluar sebagai pemenang, teruslah bersama membangun perilaku UPNORMAL terlebih lagi selama bulan Ramadhan, imani, percayalah ini semua akan membawa kita menuju kemenangan... AAMIIN, - Yumei Sulstyo (Board of Director Proxsis)
26 April 2020
2 notes
·
View notes
Text
Sedekah Membawa Berkah
Tidak terasa Bulan Ramadhan telah memasuki hari ke-27, artinya sudah 27 Pena Proxsis pula yang telah digoreskan oleh para Leader Proxsis untuk mengisi hari-hari dan memberi warna selama Bulan Ramadhan.
Bagi saya pribadi, Bulan Ramadhan kali ini terasa berbeda, jauh sekali.
Perbedaan ini terasa karena adanya wabah pandemi Covid 19 yang membuat kita bukan hanya bekerja dengan pola Work From Home melainkan juga dalam menjalankan ritual ibadah Bulan Ramadhan yang harus #dirumahaja.
Menuju penghujung Bulan Ramadhan, seringkali muncul pertanyaan, “apa yang sudah kita lakukan di Bulan Ramadhan ini?”
Sebagian orang pada umumnya mengenal Bulan Ramadhan hanyalah sebagai fenomena saja, tanpa melihat efek dan manfaatnya. Orang seperti ini akan menganggap 10 hari terakhir sebagai hal yang menyenangkan, karena ia akan segera menghadapi hari biasa dimana ia bisa makan di siang hari.
Berbeda dengan orang-orang yang memanfaatkan Bulan Ramadhan sebagai ajang untuk meningkatkan ketaqwaan, mereka merasa sedih ketika sampai di akhir Bulan Ramadhan.
Pasalnya, Bulan Ramadhan kali ini bersamaan dengan munculnya wabah pandemi Covid-19. Sebagian orang menghadapi kesulitan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan pangan. Banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja / merumahkan karyawannya sebagian.
Alhamdulillah Kita di Proxsis masih mendapatkan nikmat yang luar biasa dengan masih bisa beraktivitas seperti biasa dengan pola kerja yang telah di sesuaikan .
Sebagai bentuk bersyukur kita terhadap nikmat ini, ada yang bisa kita lakukan yaitu sedekah. Terlebih saat ini adalah Bulan Ramadhan, bulan dimana pahala amal dilipatgandakan.
Sedekah sendiri tidak hanya berwujud uang atau barang yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan atau badan-badan amal yang terkait, melainkan bisa juga berupa pikiran dan tenaga yang diberikan untuk kebaikan orang lain.
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)
Keutamaan Bersedekah :
1. Sedekah dapat menghapus dosa
2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir..
3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.
4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
8. Orang yang bersedekah merasakan hatinya lapang dan bahagia.
9. Pahala Orang yang sedekah terus berkembang
10. Sedekah akan menjauhkan diri dari api neraka
Sedekah perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan cerdas dalam menentukan kepada siapa kita akan bersedekah. Pihak pertama yang paling baik untuk diberikan sedekah adalah keluarga dan kerabat. Orang yang kesusahan dari kalangan keluarga dan kerabat dekat sebaiknya lebih didahulukan dari yang lain. Karena kita akan mendapat pahala menyambung silaturahim juga.
Kedua, bersedekah kepada lembaga dakwah, pahalanya akan mengalir selama lembaga tersebut masih memberikan syiar dakwah.
Ketiga, bersedekah pada pembangunan masjid / musholla , ini akan menjadi amal jariyyah yang pahala tidak terputus selama masjidnya / musholla tersebut digunakan.
Di Proxis sendiri media sedekah atau berbagi sudah di fasilitasi oleh Tim PHRS melalui Aktivitas Proxsis Peduli.
Dalam kondisi ini, selain kita bersedekah sebagai umat Islam diminta untuk menunaikan zakat dan infak lebih awal, tidak perlu menunggu penghujung Bulan Ramadhan.
Zakat dan infak pada masa ini bukan hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan sebagai sarana / media untuk kita sekaligus berbagi kepada yang membutuhkan.
Semoga Pena Proxsis kali akan membantu mengingatkan kita untuk kesekian kalinya akan nikmat dan anjuran umatnya untuk bersedekah. Di Bulan Ramadhan, anjuran itu lebih diperkuat lagi karena pahala yang dijanjikan akan dilipatgandakan.
-Winny Nuristia ( Business Leader – Proxsis HR )
Cinere, 20 Mei 2020
1 note
·
View note
Text
Syukur Is Powerful
Tak terasa kita telah dipertemukan kembali pada bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan, mari bersama kita panjatkan puji dan syukur atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga kita diberikan kesempatan untuk beribadah di bulan Ramadhan ini.
Satu bulan lebih lamanya kita sudah melakukan work from home, awalnya saya berfikir sangat berat menjalani hari hari di mana saya harus melakukan segala kegiatan dari rumah.
Setiap menjelang tidur saya selalu bertanya dalam hati,
Kapan pandemik ini berakhir ?
Kapan semuanya bisa kembali normal ?
Sesekali terbesit dalam pikiran saya, saya lelah dengan keadaan ini dan saya bosan.
Dan sampai detik ini saya tidak menemukan jawaban yang pasti atas pertanyaaan saya.
Sampai pada satu titik di mana saya mencoba meluangkan waktu untuk mendamaikan pergolakan yang ada di batin saya.
Sempat saya bertanya dalam hati, jika saya putus asa dengan keadaan ini. Bagaimana dengan keluarga saya, bagaimana dengan rekan-rekan kerja saya. Dari situ saya mulai melihat sekeliling saya bahwa banyak orang yang kondisinya tidak sebaik saya, entah itu kondisi fisik, kondisi mental dan lain sebagainya.
Sepertinya ada satu rasa yang terlewatkan, adalah RASA BERSYUKUR.
Bukankah kita seharusnya bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini?
Bersyukur juga berarti menerima semua hal yang didapat, baik anugerah maupun musibah. Kita harus bersyukur bukan karena kita ingin berbahagia, tetapi percayalah dengan bersyukur maka kita akan bahagia.
Dari situ Saya mulai berfikir berbeda dari hari sebelumnya, saya memiliki kekuatan baru dalam diri saya. Saya membuang pertanyaan-pertanyaan yang pada akhirnya akan dapat membuat saya putus asa.
Dengan bersyukur saya percaya bahwa kita dapat menerima, menjalankan dan melewati kondisi terburuk yang kita hadapi sekarang dengan lebih indah. Saya juga yakin bahwa di balik setiap kesulitan, akan ada kemudahan.
Di masa pandemik ini saya belajar satu hal yang mebuat saya lebih dewasa dan bijaksana dalam hidup, bahwa hidup itu tidak selalu tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi tentang bagamana kita mensyukuri apa yang kita miliki saat ini. Dan saya percaya bahwa Allah SWT telah merencanakan sesuatu yang lebih baik dari rencana saya sebelumnya.
Ber-husnudzon-lah kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh, walau kenyataan tidak sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan dan harapkan, maka sudah seharusnya kita percaya bahwa semuanya akan berakhir dengan indah.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan
-Zulfikar (Board of Director Proxsis)
Sidoarjo, 1 Mei 2020
1 note
·
View note
Text
Menjadi Diri Sendiri dan Menjadi Pribadi yang Bermanfaat
Bagaimana Menjadi Diri Sendiri?
Menjadi diri sendiri adalah sesuai dengan fitrah manusia yaitu setiap manusia diciptakan berbeda (unik), dan sesuai dengan potensi yang sudah diberikan Allah kepada kita.
Setiap Pribadi Memiliki Keunikan Masing-masing
Setiap pribadi mempunyai segala keunikan dan potensi yang miliki. Menjadi diri sendiri adalah tetap dalam keunikan pribadi, tanpa harus mengikuti siapa pun.
Berbagai kisah menceritakan bahwa para sahabat Rasulullah saw pun tetap pada keunikannya masing-masing. Abu Bakar as, Umar Bin Khathab as, Ustman bin Afan as, dan Ali as pun memiliki keunikan masing-masing tanpa mengurangi kemuliaannya.
Jadi tidak perlu risau melihat pribadi lain berbeda, dan tidak ada yang lebih dari pribadi kita, hanya berbeda dan perbedaan bukanlah sesuatu yang jelek.
Setiap Pribadi Memiliki Peran, Keahlian dan Potensi
Setiap pribadi memiliki peran masing-masing dalam hidup. Ada peran istri ada peran suami. Ada peran sebagai ayah, ibu, anak, dan sebagainya. Masing-masing berjalanlah sesuai dengan peran-peran masing-masing, tidak perlu mempermasalahkan peran orang lain, karena yang terpenting adalah bagaimana setiap pribadi memerankan perannya dengan baik.
Setiap pribadi yang mempunyai peran tentunya memiliki keahlian khusus untuk perannya, karena keahlian itulah yang akan mendorong setiap pribadi mencapai kesuksesan sesuai peran yang dijalankan.
Setiap pribadi tentunya memiliki potensi, yang dapat digunakan untuk meraih sukses sesuai dengan keunikannya masing-masing dan keahlian yang dimilikinya.
Optimalisasi Diri
Sadar bahwa setiap pribadi mempunyai peran, keahlian dan potensi maka semua itu harus dioptimalkan tanpa harus merubah keunikan pribadi, karena optimalisasi diri ada kunci menjadi pribadi yang bermanfaat.
Bukankah juga setiap apa yang diterima oleh kita baik dan buruknya adalah sesuai kemampuan kita. Dan hanya kita sendirilah yang tau potensi diri sendiri itu. Maka kembangkanlah potensi pada diri kita. tak usah gusar atau merasa kecil hati atas apa yang Allah berikan untuk dirimu karena hal itu adalah baik dan sesuai untukmu tanpa engkau ketahui.
Allah SWT berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (Ar-Rum: 30)
Keberhasilan akan diraih oleh setiap pribadi, jika sifat rasa percaya diri ada didalam jiwa kita. Setiap pribadi akan menderita jika ia tak ingin memahami dirinya sendiri dan mencintai dirinya sendiri dari mengekalkan sifat rasa percaya diri ini, semangat ini akan menghasilkan satu ilmu yaitu pengajaran yang amat bermanfaat bagi diri sendiri, dan juga lingkungan sekitarnya.
- Andrianto Moeljono (Board of Director Proxsis)
29 April 2020
1 note
·
View note
Text
Ikhlas dari Rumah
Buat saya , kerja dari rumah itu adalah hal yang sangat sulit bisa saya lakukan, di kehidupan normal. Suara tangisan mereka yang mengganggu konsentrasi, tawa canda mereka yang membuat saya tergoda untuk bergabung dalam keseruan tersebut. Serta gangguan-gangguan kecil lainnya yang tidak bisa saya terima ketika berada dirumah. Buat saya kerja yah di luar rumah, gak harus di kantor, asalkan terbebas dari ke 2 anak ku yang masih di bawah 3 tahun, kalau yg sulung sudah bisa di ajak tag team, heheheh.
Tapi dibulan maret 2020 ini saya di paksa untuk bisa berdamai dengan apa yang sudah menjadi bagian dari diri saya tersebut.
Di pekan pertama kerja dari rumah, saya masih bisa ajak si sulung yang juga sudah sekolah dari rumah untuk ke rumah mertua dan beraktifitas dari sana, tapi pekan-pekan selanjutnya, kami juga khawatir kalau-kalau kami tanpa disadari terinfeksi, menjadi media transit ke orangtua tercinta. Akhirnya full kerja dari rumah. Ditambah ditinggal 2 assisten tanpa pesan, menambah kesedihan saya untuk jalani kerja dari rumah.
Saya kesal dengan keadaan ini, keadaan dimana saya merasa tidak professional dalam konteks pekerjaan, karena akan ada momen-momen dimana saya harus ijin karena tangisan si bungsu, atau perkelahian antara sulung dan tengah. Hampir 1 pekan saya selalu menangisi keadaan ini, mengumpat, memaki diri sendiri, meminta semua orang di rumah mengerti posisi saya, bahkan tanpa peduli mereka juga punya hal-hal yang harus dilakukan.
Pekan selanjutnya saya merasa lelah, bukan seperti ini seharusnya. Saya sadar bahwa yang salah bukan lah keadaan, tapi saya. Saya lupa, saya terlalu memaksakan diri, memaksakan kehendak tanpa peduli sekitar, menolak kenyataan tanpa ingat untuk beradaptasi. Karena yang mampu bertahan atas suatu perubahan adalah mereka yang tanggap beradaptasi.
Ikhlas, kata itu yang terdengar dalam diam. 6 huruf sederhana yang saya sih belum lulus belajarnya. Kata itu yang terus terdengar dan saya bisikan sendiri , saya ucapkan berkali-kali, saya tanamkan dalam hati. Saya harus ikhlas, berdamai dengan diri sendiri , berdamai dengan keadaan, Menyusun jadwal dan program selama kerja dari rumah, mensinergikan peranan seorang ibu untuk anak-anak di rumah dan anak-anak kantor yang lagi kerja dari rumah juga, peranan sebagai seorang leader , pun peranan seorang istri. Semua harus berhamonisasi dan selaras. Untuk apa? Untuk ketenangan jiwa, untuk menghasilkan karya yang maksimal, untuk bisa menjalankan banyak peran. Karena bila hati tenang, semua upaya dan usaha akan terasa berbeda dibandingkan hati dalam keadaan tidak nyaman/gundah. Pun hasil nya akan beda.
Ikhlas untuk tidak menghitung pekerjaan yang di amanah kan kepada kalian, jadikan itu sebagai bentuk kontribusi kita kepada semesta agar mampu bertahan dan keluar sebagai pemenang menghadapi krisis ini.
Ikhlas untuk tidak meributkan multiple peran kalian dimanapun itu, jadikan ini sebagai ajang pembuktian bahwa kita mau belajar, kita mampu, tak peduli apa anggapan orang, dan tak sekedar pemuasan dahaga atas pujian.
Ikhlas, agar kita bisa bercerita kepada dunia, bercerita kepada anak cucu kita, tentang masa yang mampu kita lewati ini.
Selamat berpuasa ,selamat beraktifitas, dan #selaluproduktifbersamaproxsis.
-Veni Ferawati Nirmala (Board of Director Proxsis)
Jatisari, 28 April 2020
1 note
·
View note
Text
COVID-19: Moment to Reconnect
Kabarnya, HP Galaxy S20 Ultra adalah HP termahal saat ini. Namun apakah dia lebih powerful daripada HP Xioami Redmi 1, ketika Sang Galaxy tidak terkoneksi ke internet, sementara Sang Xiaomi terkoneksi ke internet? Ya, di zaman now ini, tidak bisa dipungkiri bahwa internet bisa dibilang sebagai source of everything.
Sementara itu saat ini, dunia sedang "tertimpa musibah". Di mana pun itu, yang terdengar adalah penderitaan demi penderitaan. Banyak pegawai dirumahkan, saudara-saudara kita driver ojol terlihat hanya bisa duduk termenung di pinggir jalan untuk menunggu order pesan-antar, kedai-kedai makanan yang tutup. Semua adalah akibat pandemi COVID-19.
Dari fenomena ini, seringkali kita (tepatnya, saya) bertanya-tanya ke diri sendiri, apakah ini pertanda bahwa Tuhan sedang murka? Saya coba lanjut bertanya kembali, apakah Tuhan itu seperti manusia, yang terkadang murka seolah "lepas kontrol", dan jika sudah murka maka kita sebagai umatnya akan "dihabisi"? Ataukah, ini justru pertanda kasih sayang-Nya? Kasih sayang kok justru mengakibatkan banyak umat-Nya menderita?
Tentunya kita berhak menjawab atas pertanyaan seperti itu sesuai keyakinan kita masing-masing, monggo. Namun yang pasti, sifat Tuhan yang Maha Pengasih tentulah tidak akan berubah sampai kapan pun. COVID-19 ini saya meyakini juga bukan sesuatu yg "lepas kontrol" dari-Nya. Saya meyakinkan bahwa pandemi ini happen for reason. Saya yakin pula, kita semua memiliki sumber daya yang tidak terbatas untuk menghadapi ini semua, bahkan bisa menjadikan momen ini untuk membawa kita ke next level, asal we are connected to The Source. The Source di sini bukanlah internet seperti penjelasan awal di atas, tetapi tentunya Tuhan Semesta Alam. Saya yakin pula bahwa semua agama praktis sudah senantiasa mengingatkan agar kita always connected to The Source, dan itulah salah satu purpose segala amal dan ibadah yang kita lakukan.
Momen pandemi COVID-19 ini adalah momen terbaik dalam 100 tahun terakhir untuk kembali mengingatkan, bahwa jika kita merasa bingung, takut, gundah, resah, gelisah, no idea what to do, dan bahkan putus asa, berarti kita sedang disconnected to The Source. Ya, ibarat Galaxy S20 Ultra yang kehabisan pulsa. Barangkali kita selama ini tetap rajin ibadah, tetapi tindak menjaga kualitas dari connection kita. Dengan momen pandemi ini, mari kita memulai kembali quality connection kepada Yang Maha Kuasa. Beruntunglah kita masih diberi kesempatan untuk bisa reconnect to The Source. Apalagi momen ini diamplifikasi dengan Bulan Ramadhan. Jadilah kita ibaratnya Galaxy S20 Ultra yang terkoneksi dengan internet. Klop deh.
-Roni Sutrisno (Board of Director Proxsis)
Cakung, 25 April 2020.
1 note
·
View note
Text
Sukses dalam Perspektif Asmau’l Husna
Asma’ul Husna sebagai salah satu wirid dalam praktik keagamaan kaum muslim, tidak sekedar lafadz-lafadz untuk meraih berkah yang dibaca saat berdo’a. Dengan memahaminya secara tepat makna kandungannya, akan diperoleh pengetahuan yang tepat dan nilai dalam membentuk citra tentang Tuhan dalam Teologi Qur’an sekaligus berfungsi sebagai dasar pembangunan karakter manusia unggul di sisi Tuhan.
Asma’ul Husna bukan hanya dibaca tetapi juga dikukuhkan dalam karakter manusia. Karakter manusia tersebut akan menjadi penuntun segala sikap dan aktivitas dalam meraih sukses di jalan Allah.
Sukses tidak mengenal usia. Ia bisa datang kepada siapa pun, di usia berapa pun, tua atau muda. Sukses adalah sebuah perjalanan, ia hanya satu halte dalam perjalanan panjang kehidupan, menuju kehidupan abadi yang sesungguhnya, akhirat.
Sukses itu subjektif, bersifat personal. Namun begitu, ada definisi dan kriteria tentangnya secara universal. Masing-masing kesuksesan mempunyai jalannya sendiri, bagaimana ia diraih dan dialami.
PENGERTIAN SUKSES
Sukses adalah tercapainya sesuatu yang diinginkan secara sempurna. Kesuksesan dicapai melalui tahapan, proses, dan usaha sejalan dengan aturan ‘qadr’ kesuksesan.
Lingkup sukses yang dibahas dalam tulisan ini berkaitan dengan kehidupan duniawi, yaitu tercapainya hal-hal baik yang membuat kehidupan duniawi menjadi lebih baik. Hal-hal baik itu meliputi keadaan serba ada, serba kecukupan, dan terhormat.
LANDASAN SUKSES
Sukses berkaitan dengan perkembangan pribadi manusia secara sempurna, tercapainya ketinggian materi dan akhlaq. Landasan kesuksesan adalah mengubah paradigma. Artinya, cara pandang terhadap suatu peristiwa atau keadaan dari negatif ke positif. Sebab mustahil melakukan perubahan nasib jika tidak dimulai dari perubahan paradigma.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra'd Ayat 11)
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa pelaku perubahan itu ada dua, Allah dan manusia. Perubahan yang dilakukan Allah berkaitan dengan nikmat atau nasib yang dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum/individu. Perubahan yang dilakukan manusia, terkait denga napa yang terdapat pada sisi dalam mereka, yang meliputi tekad dan kemauan keras (iradah), integritas, dan kapabilitas. Perubahan yang dilakukan Allah diawali dengan perubahan yang dilakukan oleh manusia tentang sisi dalam mereka.
Kita tidak perlu galau ketika merasa sulit menghadapi suatu hal, karena ciri eksistensial manusia adalah keterbatasannya. Keterbatasan kita banyak sekali. Ketika seseorang merasa dirinya cantik, yang lebih cantik banyak. Ketika merasa jelek, yang lebih jelek tentu lebih banyak lagi.
Jika seseorang menerima dirinya sebagai pribadi yang tidak sempurna, ia bisa berhenti dari penyesalan menuju kesempurnaan diri.
Namun dalam meraih sukses, kita harus berani mengambil risiko (courageous risk-taker). Mengambil risiko berarti membangun keyakinan diri, dan pada saat itulah kita sedang dalam proses pendefinisian diri.
Sukses juga ditentukan oleh kemampuan menggali potensi diri yang unik dan memanfaatkannya dengan maksimal. Banyak orang yang dianugerahi talenta namun tidak memanfaatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya. Ciri utama orang yang mengaktualisasikan diri ialah penerimaan diri, yang mampu mengatasi keraguan diri, rasa bersalah, dan rasa malu (minder).
SENI SUKSES
Dalam usaha meraih sukses, karakter manusia berulang kali diuji dan direntangkan hingga batas-batasnya yang paling produktif. Banyak sukses dalam hidup ini diraih setelah sekian banyak kesalahan, kegagalan, dan pelajaran yang menyakitkan. Nikmati prosesnya.
Jalan menuju sukses hanya bisa ditempuh oleh orang yang memiliki ketetapan hati dalam berdoa, bekerja dengan cerdas, terampil, serta berkomitmen dengan keyakinan bahwa sukses itu ada dan bisa diraih.
Ada juga yang berpendapat menurut perspektif dari sisi Allah, semua sudah ditentukan. Tapi, dari sisi manusia, tidak demikian. Dari sudut pandang Allah, semuanya sudah diskenariokan, tapi kita tidak tahu skenario Allah yang mana. Jika ada yang mengatakan ‘tidak perlu berbuat apa-apa, karena jika Allah menakdirkan kita sukses, kita pasti sukses’. Orang yang berpikiran seperti itu tidak memahami sunatullah dan cenderung menyalahkan Allah atas segala nasib yang dipilihnya sendiri.
Secara logika, jika kita sedang mengusahakan sesuatu, maka hasilnya ada dua kemungkinan yaitu sukses dan gagal. Karena hasil tetap di tangan Allah. Tapi jika tidak mengusahakan apapun, maka kemungkinan yang ada hanya gagal. Itulah sunatullah. Di dalamnya, orang harus percaya diri dengan kemampuan dirinya sesudah mengetahui syarat-syarat untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
- Syah Laksmi (Product Development & Headmaster PMI)
29 Ramadhan 1442H // 11 Mei 2021
0 notes
Text
Empat Huruf untuk Obat Jiwa
Salah satu kekurangan kita sebagai umat manusia adalah suka berbuat salah serta dosa. Manusia membutuhkan cara untuk menutupi kekurangannya itu, khususnya dosa kepada sesama manusia.
Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kata yang semestinya terucap setelah melakukan kesalahan adalah "Maaf”, maaf adalah sebuah kata yang kerap terlupa, ketika kita menoreh luka atau ditorehkan. Kata maaf sendiri terdiri dari empat huruf. Namun, walau hanya empat huruf kenapa sulit diucapkan? Karena pada umumnya kita lebih mendahulukan gengsi, dan karena kesombongan yang berada di dalam diri kita sendiri.
Contohnya karena merasa diri telah memiliki jabatan yang jauh lebih tinggi, merasa lebih kaya, lebih pintar, rasa benci, rasa sakit hati yang memungkinkan seseorang gengsi untuk meminta maaf, merasa dirinya yang paling menderita dari si penoreh luka, dan enggan mengucap kata maaf. Ada juga yang merasa bersalah, akhirnya malu untuk mengucapkan si empat huruf penuh manfaat ini.
Dalam Islam, dendam bisa menimbulkan permusuhan dan perpecahan antar umat manusia. Islam selalu menganjurkan agar setiap muslim berusaha untuk mewujudkan ukhuwah islamiyah, dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 10, Allah berfirman:
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Innamal-mu'minuna ikhwatun fa aslihu baina akhawaikum wattaqullaaha la'allakum tur-hamun"
Artinya:
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
Mengucapkan kata maaf bukan berarti diri kita lebih rendah, lemah ataupun kita bersalah, justru itu menunjukan bahwa kita memiliki jiwa besar, lapang dada, ikhlas karena mampu mengucapkan kata maaf dan hanya orang hebat dan kuat yang berani untuk mengucapkan kata maaf.
Pemaafan (forgiveness) adalah kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh-tidak-acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil.
Dan memaafkan memang tidak mudah, perlu proses serta perjuangan untuk melakukannya. Adanya kebaikan bagi diri kita dan bagi orang lain akan membuat sikap memaafkan menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan.
Sebagai umat manusia, harus senantiasa belajar memaafkan sesama dengan ikhlas. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf, hendaklah memaafkannya, apakah ia berada dipihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan), niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat) (HR Al-Hakim)
"Jika hari kiamat tiba, terdengarlah suara panggilan, "Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?" Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu. Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga." (HR Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra)
Dari hadits tersebut, menjelaskan secara tegas bahwa memberikan maaf kepada orang lain merupakan suatu kewajiban sebagaimana menjaga hati dalam agama Islam. Seperti dalam Alquran surat An Nur ayat 22, Allah berfirman:
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ
وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Wa laa ya'tali ulul-fadli mingkum was-sa'ati ay yu'tuu ulil-qurbaa wal-masaakiina wal-muhaajiriina fii sabiilillaahi walya'fu walyasfahu, alaa tuhibbuna ay yagfirallaahu lakum, wallaahu gafurur rahiim"
Artinya:
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Pemaafan (forgiveness) adalah salah satu karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual. Pemaafan sebagai psikoterapi atau sebagai suatu cara untuk menerima dan membebaskan emosi negatif seperti marah, depresi, rasa bersalah akibat ketidakadilan, memfasilitasi penyembuhan, perbaikan diri, dan perbaikan hubungan antar manusia dengan berbagai situasi permasalahan.
Memaafkan orang yang bersalah kepadamu bukan hanya membuat mereka terlepas dari rasa bersalah, tapi membuatmu semakin bersyukur karena kamu masih diberi kelapangan hati untuk memaafkan orang lain, Jauh lebih tenang kehidupannya, tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama, dan semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain Jadi, sudah siap untuk memaafkan orang yang selama ini menyakitimu? jangan lupa ya untuk memaafkan dirimu sendiri lebih dulu. Lepaskanlah dirimu dari semua rasa bersalah akan masa lalumu. Apa pun dan bagaimana pun lukamu berkembang dan menyiksamu saat ini, cobalah untuk memaafkan dan berjuanglah menerima bagaimanapun keadaanmu.
Keutamaan memaafkan seseorang.
1. Dicintai Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Ada pedagang yang biasa memberi kredit kepada orang. Jika dia menemukan salah satu pelanggannya berada dalam sarana yang diluruskan, dia akan berkata kepada asistennya: Maafkan mereka hutang mereka, mungkin Allah akan mengampuni kami. Allah mengampuni dia." (Bukhari / Muslim)
Ketika seseorang memiliki sifat pemaaf sehingga dapat memaafkan orang lain dengan ikhlas maka Allah akan mencintai dan mengasihi orang tersebut.
2. Mendapatkan pengampunan.
Nabi Muhammad SAW besabda:
"Kasihanilah mereka yang ada di bumi, dan Yang di surga akan mengampuni kamu" (Tirmidzi).
Dengan memaafkan orang lain, seorang muslim akan mendapatkan pengampunan dari Allah karena Allah jauh lebih besar dan lebih bermurah hati daripada umatnya.
3. Batin terasa tenang.
Ketika seseorang menyimpan dendam karena belum bisa memaafkan kesalahan orang lain, seseorang itu hatinya akan selalu gelisah karena dipenuhi dengan dendam. Maka dari itu, dengan memaafkan kesalahan orang lain dapat membuat batin menjadi lebih tenang.
4. Ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Seorang muslim yang pemaaf tidak menyimpan dendam apa pun terhadap setiap muslim atau iri siapa pun atas karunia apa yang telah diberikan Allah kepada mereka, maka ditinggikanlah derajatnya oleh Allah.
5. Mengharap ridho Allah.
Seorang muslim yang dapat memaafkan orang lain bisa jadi karena seseorang itu lebih mengharap ridho Allah dari memaafkan orang lain yang telah menyakitinya. Mereka sadar bahwa menyimpan dendam akan menimbulkan dosa. Hal ini termaktub dalam Alquran surat Asy-Syura ayat 37 yang berbunyi sebagai berikut:x
وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ
"Wallaziina yajtanibuna kabaa'iral-ismi wal-fawaahisya wa izaa maa gadibu hum yagfirun."
Artinya:
"Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf."
6. Menunjukkan kualitas diri.
Kualitas diri seorang muslim yang pemaaf pasti akan lebih baik dari pada orang yang suka memendam dendam, iri dengki kepada orang lainnya.
7. Menambah kemuliaannya di hadapan Allah.
Ketika seseorang memaafkan dan mengalah maka secara lahir menunjukkan bahwa orang tersebut adalah lemah dan tidak memiliki kekuatan, akan tetapi Nabi SAW mengatakan bahwa barang siapa yang memaafkan atau mengalah maka Allah akan tambah kemuliaannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
"Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah SWT akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR Muslim no 2588)
8. Membuat pikiran dan tubuh lebih sehat.
Ketidakmampuan seseorang untuk memaafkan dapat mempengaruhi secara spiritual dan psikologis. Selanjutnya hal tersebut memiliki efek buruk pada kesehatan seseorang yang menyimpan dendam. Satu studi menunjukkan bahwa orang-orang yang berfokus pada dendam pribadi telah meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, serta ketegangan otot dan perasaan yang semakin kurang terkendali.
Begitu banyak manfaat meminta maaf dan memaafkan, tak sekedar amal kebaikan bagi diri kita tapi memiliki dampak besar bagi tubuh kita juga.
Allah SWT tidak akan menyuruh hambaNya jika tidak ada manfaat untuknya. Mulai sekarang jangan ragu dan malu untuk meminta maaf ketika kita memiliki salah, dan jangan berfikir panjang untuk memaafkan kesalahan orang lain kepada kita, berdamailah bersama saudaramu maka kamu akan mendapatkan kedamaian dalam dirimu sendiri, sungguh keduanya baik di mata Allah.
- Sandy Hirdianto (TIT Support Adminstration PBG)
28 Ramadhan 1442H // 10 Mei 2021
0 notes
Text
Sabar Memberi Makna
"Bersabarlah, sebab sabar akan membuat semuanya menjadi bermakna" Kata-kata itu diucapkan oleh ayah saya, ketika sudah dua kali hari raya terjebak di ibu kota.
Pandemi, mengajarkan banyak hal kepada kita terutama soal melatih kesabaran. Pandemi, juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai apa yang sudah kita miliki.
Seperti waktu-waktu yang tidak dapat terulang, atau kesempatan yang sudah tidak lagi datang. Kalau kemarin, selalu berpikir "ah, masih ada hari esok". Maka hari ini, hanya bisa menjadikan itu sebagai pelajaran buah dari penyesalan. Sebab sudah banyak waktu yang telah disia-siakan, hingga sekarang terbentur dengan banyak keterbatasan.
Seperti keterbatasan udara yang bebas kita hirup, keterbatasan ruang bersama orang-orang tersayang, bahkan keterbatasan dalam melakukan ibadah. Semua hal sederhana menjadi berarti dan saat ini kita hanya bisa bersabar agar pelan-pelan semua bisa kembali.
Innallaha ma'ashobirin, “Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar". Maka kali ini mari bersabar lagi, dalam menghadapi segala ujian agar dapat memetik hasil yang lebih bermakna.
Bersabar untuk menunggu waktu yang tepat agar dapat mengunjungi orang tua diluar kota, Bersabar untuk bertemu dengan kerabat dan saudara, Bersabar untuk dapat menghirup udara seperti sedia kala, Bersabar untuk pergi liburan atau bertemu teman, Bersabar untuk dapat beribadah maksimal seperti ramdhan-ramadhan sebelumnya, serta kesabaran-kesabaran lainnya.
Sebab ketika kita melewatinya dengan sabar, kita dapat memetik makna dari waktu, kesempatan dan juga makna keimanan. Dan kita akan merasakan betapa semua yang kita miliki selama ini begitu berarti serta harus kita hargai dan syukuri.
- Riri Fitriani (Technical Writer PSB)
27 Ramadhan 1442H // 09 Mei 2021
0 notes
Text
Sikap Rendah Hati Menjauhkan Kebiasaan Unjuk Diri
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
ALQURAN mengingatkan pentingnya sikap rendah hati dalam berinteraksi antarsesama manusia atau dalam hidup bermasyarakat.
Rendah hati adalah sikap yang mengedepankan kelembutan, toleransi dan kesetaraan.
Dalam waktu yang sama sikap rendah hati itu menjauhkan kebiasaan unjuk diri atau menyombongkan diri di hadapan orang lain.
Dalam Kitab Suci (QS Al-Furqan/25: 63) disebutkan bahwa di antara tanda-tanda hamba Allah Yang Maha Kasih adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (haunan).
Masih ada sifat-sifat lain yang disebutkan sebagai hamba yang dikasihi.
Dalam rangkaian ayat-ayat tersebut, sikap rendah hati ditempatkan pada urutan pertama di antara sifat-sifat yang lain.
Ayat tersebut dapat dimaknai secara bertingkat, mulai dari pemaknaan secara literal hingga kontekstual.
Secara literal, berjalan dengan rendah hati adalah berjalan kaki secara sopan dan santun.
Antara lain ditunjukkan dengan kemauan untuk bertegur sapa terhadap orang-orang yang dikenalnya.
Sementara dalam konteks saat ini orang berjalan tidak saja berjalan kaki, tetapi lebih dari itu berjalan di jalan raya menggunakan kendaraan.
Maka kerendahan hati pengendara ditunjukkan dengan cara mengikuti tata aturan dan rambu-rambu lalu lintas.
Tidak ada yang melanggar peraturan lalu lintas kecuali orang-orang angkuh dan ingin menang sendiri sehingga berkendara secara ceroboh dan mengabaikan pengguna jalan lain.
Keangkuhan dalam perjalanan jelas mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan sering kali terjadi karena kecerobohan dalam berkendara.
Sudah barang tentu sikap rendah hati pada ayat tersebut dapat dipahami dalam pengertian dan konteks lebih luas, yakni keseluruhan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan.
Pada dasarnya rendah hati merupakan sikap sangat penting bagi setiap orang.
Sifat ini menjadi parameter tingkat kematangan dan kedewasaan seseorang.
Rasanya seseorang akan sulit memperoleh ketenangan hidup sebelum menguasai diri dan punya sifat rendah hati.
Kecenderungan orang pada umumnya ingin menunjukkan capaian-capaian dirinya di hadapan orang lain.
Baik capaian kelebihan atas kepemilikan materi, bakat atau kemampuan, kekuasaan dan keimanan.
Perasaan memiliki kelebihan itulah yang berpotensi mendorong berlaku takabur dan merendahkan pihak lain. Sikap sombong dapat menjadi tiranik apabila memiliki kekuasaan.
Manusia yang rendah hati akan berusaha memperbaiki diri karena merasa masih banyak kekurangan. Masih merasa banyak kelemahan dalam memberikan peran kepada lingkungan ataupun pekerjaan.
Sikap demikian akan mendorong berusaha secara sungguh-sungguh untuk menyempurnakan.
Tidak melulu menonjolkan keberhasilan secara berlebihan. Keberhasilan diperlihatkan hanya untuk memberikan semangat agar berusaha lebih keras lagi.
- Deden Darmawan (General Affair Staff Proxsis Group)
26 Ramadhan 1442H // 08 Mei 2021
0 notes