#aktivitasramadanproxsis
Explore tagged Tumblr posts
penaproxsis · 5 years ago
Text
Selamat Datang Era New Normal
Setinggi apa kesungguhan kita ini (mujahadah) ??
Kita sudah memasuki era New Normal. Kita terkejut, karena pintu masuk era New Normal ini, tidak sesuai kelaziman logika pikir kita (logika sebelum masuk pintu gerbang ini).
Subhanallah, kita hamba yang beriman memiliki keyakinan sesuai Qur’an Surah Al Baqaroh 286 : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
Berbaik sangka (prasangka) kepada Allah memiliki adab/akhlak, bukan bermakna “saat tertimpa musibah, seseorang berprasangka baik kepada Allah (hanya lisan saja tanpa niat ikhlas&berkarya), kemudian Allah akan angkat musibahnya”.
Kesungguhan (mujahadah) untuk mencari ilmu (pemahaman yang belum diketahui) dan bersakit-sakit dalam bertindak/berkarya (amalan) untuk mengatasi musibah adalah sebagian adab/akhlak yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat Beliau. 
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 69)
Pengertian Mujahadah
Mujahadah berasal dari kata 'jahada' yang berarti 'bersungguh-sungguh, berjuang'.
Pengertian mujahadah secara umum adalah : berjuang, bersungguh - sungguh, berperang melawan musuh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bersungguh-sungguh diartikan sebagai sebuah usaha dengan sekuat-kuatnya (dengan segenap hati, dengan sepenuh minat) untuk mengejar sesuatu yang diinginkannya. 
Balasan Kesungguhan (Muhajadah)
Kesungguhan yang telah melekat di dalam jiwa-jiwa setiap Muslim akan menjadi kekuatan tersendiri dalam menghadapi segala bentuk ujian yang Allah Ta’ala turunkan kepada setiap hamba-Nya. Yaitu orang-orang yang mengamalkan ilmunya, kelak Allah akan memberi mereka petunjuk terhadap apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. (lengkapnya Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Ankabut 29)
Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam (mengerjakan) hal-hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah bersikap lemah.” (Hr. Muslim)
Kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya akan membuahkan kesejahteraan dan kedamaian hidup (KEMENANGAN)
 Apakah kita yakin telah bersungguh-sungguh secara maksimal?
Atau hanya merasa sudah berusaha secara maksimal? Banyak yang menyerah di tengah jalan dan kita beralasan sudah berusaha dengan maksimal, padahal belum tentu kita benar-benar berusaha dengan maksimal.
Ada sebuah cerita yang sangat bagus, ilustrasikan makna berusaha dengan maksimal sesuai kesanggupan kita. Di dalam bahasa Al Qur’an disebut dengan istilah mastatho’tum.
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 64:16). Mengatasi musibah yang sedang kita hadapi adalah bagian dari amalan menuju ketaqwaan.
Pada suatu saat Syekh Abdullah Azzam ditanya oleh muridnya,
“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum ?". Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan.
Setelah semua muridnya menyerah, dan menepi kepinggir lapangan.
Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan, sehingga akhirnya beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri. 
Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya, “Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami ?".
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatho’tum !. Titik dimana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita (bukan kita yang berhenti)”, jawab Sang Syekh dengan suara yang lembut, bijak dan penuh kharisma.
 Bagaimana dengan kita saudaraku ??.
Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, marilah bersama berlomba dalam hal kebaikan. Bukan hanya memperbanyak amalan, tetapi juga memperbaiki amalan hingga Allah turunkan RakhmatNYA dan kita peroleh Kemenangan.
Wallahu a'lam bish-shawabi 
"Ya Robb, masukkanlah aku melalui Pintu yang Benar dan keluarkanlah (pula) aku melalui Pintu yang Benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang Menolong. (Surah Al Isra 80)
Aamiin ya Robbal Alamin
-Endro Hariyuwono (Board of Director Proxsis) 
30 April 2020
Tumblr media
6 notes · View notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
The World (And My World) Will Never Be The Same Anymore
Hari ini adalah hari pertama ibadah puasa Ramadan 1441 H, berbarengan dengan Wabah Covid-19 yang datang seperti gelombang Tsunami menyapu bersih seluruh daratan di dunia, tanpa pandang bulu. Sebuah kejadian yang belum pernah dirasakan dalam 100 tahun.
Namun itu belum apa- apa. Baru gelombang tsunami kecil. Akan ada lagi gelombang Tsunami ke-dua. Ketika orang mulai libur tanpa gaji atau PHK karena tidak ada kegiatan ekonomi, usaha kecil tidak ada pembeli karena isolasi,  lalu kemudian merembet ke penurunan daya beli, tabungan pun habis. Industri pun menurunkan produksi, tanki kilang minyak pun tidak bisa disalurkan walaupun Covid sudah berlalu. Lalu pabrik-pabrik mulai tutup dan munculah gelombang itu, disebut juga gelombang resesi ekonomi. Negara maju, banyak melakukan stimulus untuk menghidupkan lagi mesin ekonomi yang dingin. Tapi akan perlu waktu. Dua gelombang tsunami tadi menjadi renungan buat saya. Apalagi sekarang adalah bulan ramadhan, bulan yang sangat syahdu. Entah kenapa, ibadah puasa membuat kita makin banyak berfikir tentang spiritual. Saya ingin membagi renungan saya ke rekan-rekan semua. Mungkin nanti rekan-rekan semua juga bisa share renunganya buat saya dan rekan lain. 1. Virus Covid-19 yang kecil dan lemah itu ternyata bisa mengalahkan manusia yang besar dengan senjata kuat dan mahal.
Membuat saya berfikir, kita ini sebenarnya lemah dan rapuh walupun kaya raya, title panjang, jabatan mentereng. Kita bukan master, bukan penguasa, bukan tuan di dunia ini. Kita hanya menumpang sementara.
Jangan pernah sombong di muka bumi ini, tidak perlu berbangga hati terhadap semua pencapaian dan prestasi, karena itu akan sirna. Kalau selama ini kita seperti itu, mintalah ampunan, mintalah perlindungan kepada yang Mahapengampun. Karena kita lemah dan rapuh maka bersandarlah kepada yang Maha Paling Perkasa. Seharusnya  kita selalu meminta perlindungan kepadaNya, yang tiada dua, Allah SWT. Selalu rendahkan diri di depanya. Bersujud dalam sholat, adalah latihan yang bagus untuk merendahkan diri di hadapanNya.
2. Namun Allah SWT juga meminta kita selalu berusaha/ikhtiar, karena tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mengubah nasibnya (Al Baqoroh).
Untuk itu berusaha-lah untuk sehat, berusaha-lah untuk bisa mengalahkan virus, berusaha-lah untuk bisa mengalahkan resesi, dan menjadi pemenang. Untuk itu iringi usaha tadi dengan doa, penuh keyakinan  bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Berdoalah dengan penuh kayakinan. Apa artinya yakin? Yakin itu seperti memegang sesuatu di tangan padahal belum datang. Yakin itu seoalah-olah sudah terjadi. seolah olah sudah terwujud.
Dua bacaan sederhana di bawah ini, yang biasa kita ucapkan sepintas tanpa makna: 1. istighfar : ʾastaġfiru -llāha (أَسْتَغْفِرُ ٱللَّٰهَ‎). "Saya memohon ampunan kepada Allah". dan 2. Basmallah: bi-smi llāhi r-raḥmāni r-raḥīmi (بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ) : Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sekarang menjadi bermakna. Sekarang  membaca dua kalimat itu,,membuat dada penuh gejolak dan getaran bergemuruh...Angkatlah tangan mu,,,mintalah ampunan, lalu berusahalah dengan keyakinan , dimulai dengan membaca Basmallah...
3. Hikmah ke-tiga yang saya rasakan adalah, uang, harta, kepintaran, ijazah dan prestasi sebanyak apapun tidak akan berarti ketika nikmat hidup, nikmat sehat itu diambil. 
Oleh karena itu, selagi diberikan rezeki dan rahmat oleh Allah, seperti kesehatan, bekerja, berbisnis, dst, gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan malas-malasan. Jangan habiskan dengan bersenda gurau, bergosip dll. Prestasi bukan tujuan,,karena itu hanya cara pandang orang terhadap kita. 
Manfaat sebanyak mungkin yang kita jadikan tujuan. Namun ingat, manfaat itu multi dimensi. Bukan hanya manfaat buat karyawan, buat bisnis, buat customer, tapi kita lupa dengan keluarga, lupa dengan orang sekitar kita,,orang-orang lemah , fakir miskin, UKM , pengusaha pemula. dst. Pikirkan semuanya secara seimbang. Di bulan penuh hikmah ini, datanglah video ke saya, cara yang baik untuk selalu memikirkan semua orang, yaitu doakan semuanya ketika kita bertemu dan bersinggungan. Doakan keluarga, doakan partner kita, doakan karyawan kita, doakan customer kita, doakan orang kecil yang kita lihat di jalan. Kalau perlu doakan orang yang mengganggu kita.  Semoga doa-doa pada keluarga dan orang kecil tadi menjadi penjaga kita. Menjaga kita supaya tidak terjebak dalam putaran mencari dunia, lupa kepada tujuan memberikan manfaat.
Pas bangat, sekarang bulan puasa,,semua doa dan amalan akan langsung dicatat...dan dilipat gandakan. Mari latihan. Mulai dari latihan mendoakan..Sesungguhnya memberi adalah menerima.
Mohon AmpunMU  Ya Allah, Atas nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Semoga rahmat Allah untuk Anda Semua..
- Rudi Maulana (Founder Proxsis) 24 April 2020
Tumblr media
5 notes · View notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Sudah Sejauh Mana Kita Berlaku Amanah Sebagai Manusia?
By the way, tulisan-tulisan leader yang sudah ada sebelumnya bagus-bagus sekali yaaaaa dan langsung bisa kita coba praktikan agar kualitias diri kita makin baik. Aamiin. Pada kesempatan yang diberikan saya kali ini, saya coba mau menulis tentang amanah. Kenapa? Karena amanah yang sedang ada dalam diri kita semua yang nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di dunia yang sebenarnya (baca: akhirat).
Amanah menurut KBBI dapat diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Sehingga untuk orang yang dapat berakhlak demikian juga bisa dikatakan sebagai orang yang terpercaya. Amanah berasal dari kata amuna yang bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan. Segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT. Amanah juga dinyatakan dalam surat al Anfal ayat 27: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
 Sebenarnya apa saja amanah kita sebagai manusia?
Menjadi ayah dan suami itu amanah. Menjadi istri dan ibu adalah amanah. Menjadi pemimpin perusahaan, leader SBU, Konsultan, karyawan di Proxsis? Sama. Itu amanah juga guys. Dimana semua itu nanti akan dimintai pertanggungjawaban.
Seperti salah satu sabda Rasulullah yang mengatakan "Setiap orang dari kalian adalah pemimpin. Setiap orang dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban." (HR Muslim).
 Mengapa begitu pentingnya amanah untuk dijadikan akhlak oleh manusia?
Masih ingatkah kita bahwa ada 4 sifat yang wajib dimiliki sebagai seorang mukmin sejati? Dimana ke empat sifat tersebut juga melekat di dalam core value Proxsis Group? Ya, sifat wajib itu adalah:
1.       Siddiq: Jujur
2.       Amanah: Dapat dipercaya
3.       Tabligh: Menyampaikan
4.       Fatanah:Cerdas
Jika ditinjau dari core value-nya proxsis, sifat amanah ini juga sangat erat pada nilai:
1.       Professional.
Agar kita mendapatkan hasil kinerja yang selalu unggul serta dapat meningkatkan, menguasai, dan mengapilkasikan kompetensi yang sesuai dengan tugasnya secara optimal, tentunya kita juga harus berlaku amanah dalam melakukan kewajiban dan wewenang kita dengan benar baik di level apapun dengan melakukan tugas dan fungsinya seoptimal mungkin, solutif, dan bertanggung jawab dari setiap keputusan yang diambil.
2.       Accountable
Terlebih pada value ini, sangat erat sekali dengan sifat amanah dimana seseorang akan tercermin bahwa dia dapat mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan secara mandiri dan dapat diandalkan. Artinya, Orang yang amanah bisa dipastikan orang tersebut jujur dan bertanggung jawab.
3.       Strive for Result
Amanah itu seperti janji kontrak, we keep that promise based on scope of work lah ibaratnya. Apapun yang diberikan padanya entah itu untuk disimpan, disampaikan, dijalankan, ditugaskan dan yang lainnya sehingga kita dapat mencapai hasilnya sesuai masing-masing scope tugas dan fungsinya.
Mengapa hal ini jadi penting? Untuk menjadi mukmin yang sejati, berarti harus bisa berakhlak dapat dipercaya. Jika tidak, maka lawannya adalah khianat, yang mencerminkan perilaku yang disebut munafik dalam sabda Rasulullah SAW: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya berkhianat”. Kedua sifat ini mustahil berkumpul pada diri seseorang secara bersamaan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:  "Tak mungkin berkumpul pada kalbu seseorang kekufuran dan keimanan, dusta dan kejujuran, amanah dan pengkhianatan." (HR Ahmad).
 Bagaimana mencerminkan sifat amanah ini saat Work from Home (WFH)?
Pertanyaan ini muncul dalam diri saat sedang merenungi strategi monitoring tim saat japrian sama Bung Rudi Maulana, Kartika dan Pak Fahmi waktu itu sebelum kita sepakat menuangkannya di google spread sheet. Memang benar WFH tidak menjadi hal yang awam buat insan proxsis, karena kita juga sudah menerapkan ROWE (Result Only Working Environtment), tapi kali ini bedanya adalah di g.o.d.a.a.n untuk membuat seribu alasan sehingga khawatirnya kita jadi tidak fokus akan tujuan. Masih ingat jargon Pak Yumei kan, “Hayooo jangan berhenti di alasan, jangan asumsi, fokus ke tujuan guys”. Hehehehe…
Dari beberapa private coaching pada tim saat diskusi biar tetap mencapai KPI atau yang sudah coba saya identiifkasi dan saya rasakan sendiri, ada beberapa godaan WFH di era krisis ini yang dapat menyebabkan kita lalai. Misalnya:
1.       Pergeseran mindset
Kerja di rumah jadi bermindset “Hmmm... mumpung gak ada yang liatin kita kerja. Jadi bisa sesukanya mau mulai kerja kapan, bangun jam berapa, selesein yang mana, yang penting report”.
 Eits, tunggu dulu…rupanya gak demikian kan? Justru WFH itu jauh lebih ketat lagi monitoring-nya baik itu untuk diri sendiri dan juga buat tim yang sudah ditetapkan BOD mekanisme WFHnya dan disepakati oleh semua insan. Kenapa? Karena kita mau siapapun tetap mencerminkan sifat amanah ini dimanapun dan kapanpun. Jadi, dengan adanya sistem monitoring, arahan yang jelas, minimum daily report yang harus dicapai, dll itu dibuat untuk menuntun kita agar selalu ingat dan konsisten berlaku amanah. Setuju tidak?
2.       Mental blocking yang berujung kemalasan.
Ini yang paling bahaya dan tidak bisa ditolerir. Tentu setiap insan proxsis pasti mendapat tantangan baru kan di era sekarang ini untuk bisa bangkit dari krisis dan melesat pasca covid nanti baik itu dari hardskill maupun softskill. Mengapa? Karena kita sudah tidak bisa lagi mengandalkan cara yang lama untuk bisa maju. The world has changed right now. Terserah apakah ini ada yang menyimpulkan ini benar-benar pandemic atau plan-demic. Intinya, we have to survive, no matter what. Peran insan proxsis sangat menentukan dan berdampak buat kemajuan bersama. Tapi bagaimana kita mencapai itu jika kita mental blocking dan tidak mau membuka diri untuk mencoba sehingga berujung jadi malas? Tetap mau pilih stuck dengan cara kita dulu? Sayangnya tidak bisa, guys. Kalau kita memilih cara lama, nanti kita jadi tidak amanah atau bahkan menjadi penghambat buat tim yang lain. Tantangan baru yang diberikan pun juga sudah dilakukan pertimbangan sehingga para pimpinan percaya jika tantangan ini diberikan ke personil yang tepat, maka bisa berdampak baik hasilnya. Pun itu tidak, masih banyak improvement yang dapat dilakukan kok selama kita mau ambil lesson learnt-nya. Jika mau tetap menjadi orang yang amanah, jangan sekali-kali mental blocking yah hehe. Karena you are what you think nantinya. Bahkan saya percaya bahwa disini gak ada satu pun yang mau menjerumuskan timnya ke jalan yang sesat dengan memberikan tantangan yang gak relevan dengan tujuan kan? Insan proxsis itu luar biasa.
 Lagi-lagi, hidup adalah pilihan. Dalam menerima sebuah amanah kepemimpinan atau pekerjaan yang dipercayakan maka tiap insan memiliki pilihan yaitu apakah mau berlaku untuk amanah, jujur, istiqomah bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan atau bersikap sebaliknya.
 Sikap amanah harus dimiliki, diupayakan serta dilatihkan terus-menerus agar sifat ini betul-betul mendarah daging dalam kehidupan kita sehingga kita mendapatkan hikmahnya dengan mendapat kepercayaan yang lebih besar, dicintai dan dihargai sesama, dan kebahagiaan.  
 Bukan berarti saya yang menulis ini sudah piawai dalam berlaku amanah. Saya pun masih belajar dari setiap insan proxsis dan melihat sekitar untuk dijadikan bahan pembelajaran. Semoga kita semua masih diberi kesempatan untuk selalu meningkatkan kualitas diri kita untuk jadi mukmin sejati sehingga manfaat yang dapat kita berikan pun akan semakin besar. Allahumma aamiin.
 I miss you all, guys!
-Isma Husni Rakhmawati (Business Manager Synergy Solusi) 12 Mei 2020
Tumblr media
4 notes · View notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
"Warisan" Apa yang Ingin Engkau Tinggalkan?
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan apa? Apakah kita pernah berpikir bahwa hidup di dunia tidak selamanya? Satu waktu, jika sudah saatnya, Tuhan akan memanggil kita, baik dalam keadaan siap atau tidak siap, misalnya saja dengan kehadiran Covid-19 tiba-tiba saja datang juga siapa yang tahu?  Setinggi apapun pagar rumahmu, serapat apapun pintu rumahmu, tamu tak diundang ini terlalu kecil dan kasat mata sehingga yang kamu bisa lakukan adalah melakukan yang sebaik-baiknya anjuran protokol kesehatan dan kebersihan. Begitu jugalah saat menjalani seutuhnya kehidupan ini, yaitu melakukan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan kepadamu, entah itu usaha, talenta, pekerjaan dan keluarga.
Tidak ada yang kekal atau abadi dalam hidup ini.  Baik itu pekerjaan, baik itu usia. Semua ada batas waktunya. Ketika waktu sudah jelang tiba, kita harus meninggalkan pekerjaan yang sudah nyaman karena harus pensiun atau sesuatu hal yang menyebabkan kita harus tinggalkan. Demikian juga dengan usia, apabila saatnya tiba, entah kapan kita harus dipanggil berpulang kepadaNya. Semuanya akan tiba tanpa bisa diprediksi oleh manusia, ya manusia indigo sekalipun tidak mampu menerawang batas akhir hidupnya.
Yang seringkali terlupakan atau tak sengaja kita abaikan adalah memikirkan warisan apa yang bisa kita tinggalkan, ini lebih dari sekedar harta dan tahta yang bisa digerus oleh waktu, ada legacy atau warisan yang lebih abadi sebut saja karya dan nilai-nilai kehidupan yang kita tabur dimanapun kita berada selama kita hidup dan akan menjadi ingatan bagi orang-orang sekitar kita.
Sebagai contoh, Glenn Fredly adalah seorang penyanyi sukses, saat dia berpulang yang menjadi legacy nya adalah hasil karyanya yang masih bisa kita nikmati dan jauh daripada itu karakter nya yang gigih, baik hati dan konsisten mampu menginspirasi banyak orang, khususnya musisi tanah air. Ini adalah buah dari apa yang ia tabur semasa hidupnya, yang ia tinggalkan adalah nama yang harum setidaknya akan menjadi kebangaan bagi sang buah hati kelak beranjak dewasa. Ingatlah bahwa semasa kita hidup, kita tidak hidup sendirian tapi hidup kita membawa dampak bagi kehidupan orang-orang di sekeliling kita.
Dalam konteks pekerjaan, salah satu warisan yang bisa kita berikan adalah dengan memberi diri sepenuhnya hati bertanggung jawab dengan apa yang ada ditangan kita saat ini. Melayani klien, melayani atasan yang telah memberi kesempatan berkarya, melayani temen-temen dengan saling berbagi, memberikan motivasi dan ilmu, kesemuanya ini adalah ibadah kita yang sejati. Bersyukurnya kita yang sudah bekerja di perusahaan dengan ekosistem penuh kolaborasi ilmu, ide, pengetahuan seperti Proxsis sehingga secara tidak langsung sesungguhnya ekosistem ini sudah menyediakan ruang kesempatan bagi kita untuk beribadah, berkarya dan membuat banyak warisan-warisan yang tak lekang oleh waktu, percayalah ada nilai-nilai kehidupan yang baik terjadi selama kita berkolaborasi dan sama-sama membangun satu dan yang lain. Tinggal bagaimana kita mau merespon kesempatan ini, memberi diri atau menarik diri?
 Akhir kata, apapun yang kita lakukan dan kerjakan, lakukanlah dengan segenap hati dan akal budi. Lakukan seperti bukan untuk dirimu sendiri, namun untuk kemahsyuran Yang Maha Kuasa yang dengan segala kebaikan-Nya telah menitipkankanmu talenta, pekerjaan, usaha dan keluarga. Bukan tentang dirimu sendiri lagi, namun bagaiman keberadaanmu selama hidup menjadi dampak baik bagi sekitarmu.
Demikian catatan pena dari saya.
Ingat jaga kesehatan, ikuti semua protokol kebersihan dan anjuran pemerintah supaya setidaknya kamu sudah berusaha yang terbaik untuk lebih dari sekedar menjaga diri, namun untuk kebaikan bersama dan bagi dunia yang sekarang membutuhkan kerelaan hati setiap manusia untuk bisa menahan diri sampai nanti kembali pulih. Percayalah dunia akan pulih. Segera.
-Sonia Priyanka (Business Manager ITGID & Hemera Academy)
17 Mei 2020
Tumblr media
2 notes · View notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Abnormal, Up Normal dan New Normal
Kata-kata “Preparing for the worst and hoping for the best”, kalimat ini singkat namun sarat, padat dan dalam makna, situasi saat ini bukanlah NORMAL namun sudah menjadi ABNORMAL, manusia di hadapkan pada kenyataan melawan musuh yang tidak terlihat, kecil, renik namun mematikan...
Umat manusia pernah belajar dan gagal belajar ketika cobaan yang sama datang berulang setiap seratus tahun,  menukil berita dari liputan6.com, ditahun 1720 dunia dikejutkan dengan wabah Plague yang membunuh ratusan ribu jiwa, ditahun 1820 terjadi wabah kolera yang membawa banyak kematian dengan jumlah yang hampir sama, kemudian ditahun 1920 terjadi wabah yang lebih hebat lagi Spanish flue konon merengut hampir 50 juta jiwa, dan kini ditahun 2020 wabah yang tak kalah mengerikan, Covid 19!!!, Seakan memberi isyarat pada manusia “musuh yang sesungguhnya tidak selalu terlihat mata”, bahkan di abad teknologi seakan kecolongan, seolah ingin mengingatkan ketidak seimbangan perlakuan manusia terhadap kehidupan dan alam, namun diatas semua itu manusia diciptakan dengan daya survival yang luar biasa, jadi percayalah situasi ABNORMAL ini pasti akan berakhir, dan manusia akan keluar sebagai pemenang.
Di tengah situasi ABNORMAL ini kemenangan hanya akan diraih oleh mereka yang mau berlaku UPNORMAL, berperilaku di atas rata-rata, di atas kebiasaan, di atas zona nyaman selama ini..
Saya pernah pesan makanan melalui Grabfood, entah mengapa rasa kesal muncul hanya karena lama menunggu seolah mengganggu kenikmatan yang sudah terbayang,  suatu saat saya makan di restoran, ditengah rasa nikmat muncul rasa tidak nyaman karena pegawai restoran lambat membawakan minum yang dipesan, pernah juga waktu makan siang tiba disaat WFH saya turun ke bawah dan ternyata masakan belum tersaji alias belum matang, ingin mengumpat tapi takut...  nah sekarang masuk bulan puasa, tambah susah mau makan, minum semua tertunda, tidak sebebas biasanya, ada rasa tidak senang, tidak suka, tidak nyaman dan tidak mengenakan semua serba tertunda tidak NORMAL seperti biasanya...
Namun karena ada Purpose yang lebih tinggi, Iman kepada perintah ALLAH SWT, semua ketidaknyamanan ini harus dipatuhi dan percaya akan kenikmatan atas ganjaran dibaliknya terhadap kesehatan fisik dan mental, semua dijalankan dengan penuh iklas dan taqwa, barangkali satu hadist ini dapat menggambarkan secara tepat situasi diatas :
إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim no. 1270).
Umar bin Khatab RA seorang sahabat tidak mau mencium batu, namun ketika ia melihat Rasullullah melakukannya, karena kecintaan dan keimanannya, beliau juga melakukan. Imani bahwa perilaku UPNORMAL di saat bulan puasa ini pasti membawa kita menuju kemenangan...
NEW NORMAL, kondisi ini pasti terjadi sebagai konsekuensi logis, meski prosesnya banyak hal yang sangat tidak kita sukai untuk dilakukan, dimonitor, dikejar, dituntut belajar cepat, bekerja lintas SBU, meeting dimalam hari, tidak kenal week end, ditegur, di ingatkan, seakan tidak kenal siang atau malam, namun bila ingin keluar sebagai pemenang, teruslah bersama membangun perilaku UPNORMAL terlebih lagi selama bulan Ramadhan, imani, percayalah ini semua akan membawa kita menuju kemenangan... AAMIIN, - Yumei Sulstyo (Board of Director Proxsis)
26 April 2020
Tumblr media
2 notes · View notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Sedekah Membawa Berkah
Tidak terasa Bulan Ramadhan telah memasuki hari ke-27, artinya sudah 27 Pena Proxsis pula yang telah digoreskan oleh para Leader Proxsis untuk mengisi hari-hari dan memberi warna selama Bulan Ramadhan.
Bagi saya pribadi, Bulan Ramadhan kali ini terasa berbeda, jauh sekali.
Perbedaan ini terasa karena adanya wabah pandemi Covid 19 yang membuat kita bukan hanya bekerja dengan pola Work From Home melainkan juga dalam menjalankan ritual ibadah Bulan Ramadhan yang harus #dirumahaja.
Menuju penghujung Bulan Ramadhan, seringkali muncul pertanyaan, “apa yang sudah kita lakukan di Bulan Ramadhan ini?”
Sebagian orang pada umumnya mengenal Bulan Ramadhan hanyalah sebagai fenomena saja, tanpa melihat efek dan manfaatnya. Orang seperti ini akan menganggap 10 hari terakhir sebagai hal yang menyenangkan, karena ia akan segera menghadapi hari biasa dimana ia bisa makan di siang hari.
Berbeda dengan orang-orang yang memanfaatkan Bulan Ramadhan sebagai ajang untuk meningkatkan ketaqwaan, mereka merasa sedih ketika sampai di akhir Bulan Ramadhan.
Pasalnya, Bulan Ramadhan kali ini bersamaan dengan munculnya wabah pandemi Covid-19. Sebagian orang menghadapi kesulitan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan pangan. Banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja / merumahkan karyawannya sebagian. 
Alhamdulillah Kita di Proxsis masih mendapatkan nikmat yang luar biasa dengan masih bisa beraktivitas seperti biasa dengan pola kerja yang telah di sesuaikan .
Sebagai bentuk bersyukur kita terhadap nikmat ini, ada yang bisa kita lakukan yaitu sedekah. Terlebih saat ini adalah Bulan Ramadhan, bulan dimana pahala amal dilipatgandakan. 
Sedekah sendiri tidak hanya berwujud uang atau barang yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan atau badan-badan amal yang terkait, melainkan bisa juga berupa pikiran dan tenaga yang diberikan untuk kebaikan orang lain.
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
‏إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)
Keutamaan Bersedekah :
1.       Sedekah dapat menghapus dosa
2.       Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir..
3.       Sedekah memberi keberkahan pada harta.
4.       Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
5.       Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
6.       Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
7.       Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
8.       Orang yang bersedekah merasakan hatinya lapang  dan bahagia.
9.       Pahala Orang yang sedekah terus berkembang
10.   Sedekah akan menjauhkan diri dari api neraka
Sedekah perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan cerdas dalam menentukan kepada siapa kita akan bersedekah. Pihak pertama yang paling baik untuk diberikan sedekah adalah keluarga dan kerabat. Orang yang kesusahan dari kalangan keluarga dan kerabat dekat sebaiknya lebih didahulukan dari yang lain. Karena kita akan mendapat pahala menyambung silaturahim juga.
Kedua, bersedekah kepada lembaga dakwah, pahalanya akan mengalir selama lembaga tersebut masih memberikan syiar dakwah.
Ketiga, bersedekah pada pembangunan masjid / musholla , ini akan menjadi amal jariyyah yang pahala tidak terputus selama masjidnya / musholla tersebut digunakan.
Di Proxis sendiri media sedekah atau berbagi sudah di fasilitasi oleh Tim PHRS melalui Aktivitas Proxsis Peduli.
Dalam kondisi ini, selain kita bersedekah sebagai umat Islam diminta untuk menunaikan zakat dan infak lebih awal, tidak perlu menunggu penghujung Bulan Ramadhan. 
Zakat dan infak pada masa ini bukan hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan sebagai sarana / media untuk kita sekaligus berbagi kepada yang membutuhkan.
Semoga Pena Proxsis kali akan membantu mengingatkan kita untuk kesekian kalinya akan nikmat dan anjuran umatnya untuk bersedekah. Di Bulan Ramadhan, anjuran itu lebih diperkuat lagi karena pahala yang dijanjikan akan dilipatgandakan.
-Winny Nuristia ( Business Leader – Proxsis HR ) 
Cinere, 20 Mei 2020
Tumblr media
1 note · View note
penaproxsis · 5 years ago
Text
Syukur Is Powerful
Tak terasa kita telah dipertemukan kembali pada bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan, mari bersama kita panjatkan puji dan syukur atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga kita diberikan kesempatan untuk beribadah di bulan Ramadhan ini.
Satu bulan lebih lamanya kita sudah melakukan work from home, awalnya saya berfikir sangat berat menjalani hari hari di mana saya harus melakukan segala kegiatan dari rumah.
Setiap menjelang tidur saya selalu bertanya dalam hati,
Kapan pandemik ini berakhir ?
Kapan semuanya bisa kembali normal ?
Sesekali terbesit dalam pikiran saya, saya lelah dengan keadaan ini dan saya bosan.
Dan sampai detik ini saya tidak menemukan jawaban yang pasti atas pertanyaaan saya.
Sampai pada satu titik di mana saya mencoba meluangkan waktu untuk mendamaikan pergolakan yang ada di batin saya.
Sempat saya bertanya dalam hati, jika saya putus asa dengan keadaan ini. Bagaimana dengan keluarga saya, bagaimana dengan rekan-rekan kerja saya. Dari situ saya mulai melihat sekeliling saya bahwa banyak orang yang kondisinya tidak sebaik saya, entah itu kondisi fisik, kondisi mental dan lain sebagainya.
Sepertinya ada satu rasa yang terlewatkan, adalah RASA BERSYUKUR.
Bukankah kita seharusnya bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini?
Bersyukur juga berarti menerima semua hal yang didapat, baik anugerah maupun musibah. Kita harus bersyukur bukan karena kita ingin berbahagia, tetapi percayalah dengan bersyukur maka kita akan bahagia.
Dari situ Saya mulai berfikir berbeda dari hari sebelumnya, saya memiliki kekuatan baru dalam diri saya. Saya membuang pertanyaan-pertanyaan yang pada akhirnya akan dapat membuat saya putus asa.
Dengan bersyukur saya percaya bahwa kita dapat menerima, menjalankan dan melewati kondisi terburuk yang kita hadapi sekarang dengan lebih indah. Saya juga yakin bahwa di balik setiap kesulitan, akan ada kemudahan.
Di masa pandemik ini saya belajar satu hal yang mebuat saya lebih dewasa dan bijaksana dalam hidup, bahwa hidup itu tidak selalu tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi tentang bagamana kita mensyukuri apa yang kita miliki saat ini. Dan saya percaya bahwa Allah SWT telah merencanakan sesuatu yang lebih baik dari rencana saya sebelumnya.
Ber-husnudzon-lah kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh, walau kenyataan tidak sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan dan harapkan, maka sudah seharusnya kita percaya bahwa semuanya akan berakhir dengan indah.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan
 -Zulfikar (Board of Director Proxsis) 
Sidoarjo, 1 Mei 2020
Tumblr media
1 note · View note
penaproxsis · 5 years ago
Text
Menjadi Diri Sendiri dan Menjadi Pribadi yang Bermanfaat
Bagaimana Menjadi Diri Sendiri?
Menjadi diri sendiri adalah sesuai dengan fitrah manusia yaitu setiap manusia diciptakan berbeda (unik), dan sesuai dengan potensi yang sudah diberikan Allah kepada kita.
Setiap Pribadi Memiliki Keunikan Masing-masing
Setiap pribadi mempunyai segala keunikan dan potensi yang miliki. Menjadi diri sendiri adalah tetap dalam keunikan pribadi, tanpa harus mengikuti siapa pun.
Berbagai kisah menceritakan bahwa para sahabat Rasulullah saw pun tetap pada keunikannya masing-masing. Abu Bakar as, Umar Bin Khathab as, Ustman bin Afan as, dan Ali as pun memiliki keunikan masing-masing tanpa mengurangi kemuliaannya.
Jadi tidak perlu risau melihat pribadi lain berbeda, dan tidak ada yang lebih dari pribadi kita, hanya berbeda dan perbedaan bukanlah sesuatu yang jelek.
Setiap Pribadi Memiliki Peran,  Keahlian dan Potensi
Setiap pribadi memiliki peran masing-masing dalam hidup. Ada peran istri ada peran suami. Ada peran sebagai ayah, ibu, anak, dan sebagainya. Masing-masing berjalanlah sesuai dengan peran-peran masing-masing, tidak perlu mempermasalahkan peran orang lain, karena yang terpenting adalah bagaimana setiap pribadi memerankan perannya dengan baik.
Setiap pribadi yang mempunyai peran tentunya memiliki keahlian khusus untuk perannya, karena keahlian itulah yang akan mendorong setiap pribadi mencapai kesuksesan sesuai peran yang dijalankan.
Setiap pribadi tentunya memiliki potensi, yang dapat digunakan untuk meraih sukses sesuai dengan keunikannya masing-masing dan keahlian yang dimilikinya.
Optimalisasi Diri
Sadar bahwa setiap pribadi mempunyai peran, keahlian dan potensi maka semua itu harus dioptimalkan tanpa harus merubah keunikan pribadi, karena optimalisasi diri ada kunci menjadi pribadi yang bermanfaat.
Bukankah juga setiap apa yang diterima oleh kita baik dan buruknya adalah sesuai kemampuan kita. Dan hanya kita sendirilah yang tau potensi diri sendiri itu. Maka kembangkanlah potensi pada diri kita. tak usah gusar atau merasa kecil hati atas apa yang Allah berikan untuk dirimu karena hal itu adalah baik dan sesuai untukmu tanpa engkau ketahui.
Allah SWT berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (Ar-Rum: 30)
Keberhasilan akan diraih oleh setiap pribadi, jika sifat rasa percaya diri ada didalam jiwa kita. Setiap pribadi akan menderita jika ia tak ingin memahami dirinya sendiri dan mencintai dirinya sendiri dari mengekalkan sifat rasa percaya diri ini, semangat ini akan menghasilkan satu ilmu yaitu pengajaran yang amat bermanfaat bagi diri sendiri, dan juga lingkungan sekitarnya.
- Andrianto Moeljono (Board of Director Proxsis)
29 April 2020
Tumblr media
1 note · View note
penaproxsis · 5 years ago
Text
Ikhlas dari Rumah
Buat saya , kerja dari rumah itu adalah hal yang sangat sulit bisa saya lakukan, di kehidupan normal. Suara tangisan mereka yang mengganggu konsentrasi, tawa canda mereka yang membuat saya tergoda untuk bergabung dalam keseruan tersebut. Serta gangguan-gangguan kecil lainnya yang tidak bisa saya terima ketika berada dirumah. Buat saya kerja yah di luar rumah, gak harus di kantor, asalkan terbebas dari ke 2 anak ku yang masih di bawah 3 tahun, kalau yg sulung sudah bisa di ajak tag team, heheheh.
Tapi dibulan maret 2020 ini saya di paksa untuk bisa berdamai dengan apa yang sudah menjadi bagian dari diri saya tersebut.
Di pekan pertama kerja dari rumah, saya masih bisa ajak si sulung yang juga sudah sekolah dari rumah untuk ke rumah mertua dan beraktifitas dari sana, tapi pekan-pekan selanjutnya, kami juga khawatir kalau-kalau kami tanpa disadari terinfeksi, menjadi media transit ke orangtua tercinta. Akhirnya full kerja dari rumah. Ditambah ditinggal 2 assisten tanpa pesan, menambah kesedihan saya untuk jalani kerja dari rumah.
Saya kesal dengan keadaan ini, keadaan dimana saya merasa tidak professional dalam konteks pekerjaan, karena akan ada momen-momen dimana saya harus ijin karena tangisan si bungsu, atau perkelahian antara sulung dan tengah. Hampir 1 pekan saya selalu menangisi keadaan ini, mengumpat, memaki diri sendiri, meminta semua orang di rumah mengerti posisi saya, bahkan tanpa peduli mereka juga punya hal-hal yang harus dilakukan.
Pekan selanjutnya saya merasa lelah, bukan seperti ini seharusnya. Saya sadar bahwa yang salah bukan lah keadaan, tapi saya. Saya lupa, saya terlalu memaksakan diri, memaksakan kehendak tanpa peduli sekitar, menolak kenyataan tanpa ingat untuk beradaptasi. Karena yang mampu bertahan atas suatu perubahan adalah mereka yang tanggap beradaptasi.
Ikhlas, kata itu yang terdengar dalam diam. 6 huruf sederhana yang saya sih belum lulus belajarnya. Kata itu yang terus terdengar dan saya bisikan sendiri , saya ucapkan berkali-kali, saya tanamkan dalam hati. Saya harus ikhlas, berdamai dengan diri sendiri , berdamai dengan keadaan, Menyusun jadwal dan program selama kerja dari rumah, mensinergikan peranan seorang ibu untuk anak-anak di rumah dan anak-anak kantor yang lagi kerja dari rumah juga, peranan sebagai seorang leader , pun peranan seorang istri. Semua harus berhamonisasi dan selaras. Untuk apa? Untuk ketenangan jiwa, untuk menghasilkan karya yang maksimal, untuk bisa menjalankan banyak peran. Karena bila hati tenang, semua upaya dan usaha akan terasa berbeda dibandingkan hati dalam keadaan tidak nyaman/gundah. Pun hasil nya akan beda.
Ikhlas untuk tidak menghitung pekerjaan yang di amanah kan kepada kalian, jadikan itu sebagai bentuk kontribusi kita kepada semesta agar mampu bertahan dan keluar sebagai pemenang menghadapi krisis ini.
Ikhlas untuk tidak meributkan multiple peran kalian dimanapun itu, jadikan ini sebagai ajang pembuktian bahwa kita mau belajar, kita mampu, tak peduli apa anggapan orang, dan tak sekedar pemuasan dahaga atas pujian.
Ikhlas, agar kita bisa bercerita kepada dunia, bercerita kepada anak cucu kita, tentang masa yang mampu kita lewati ini.
Selamat berpuasa ,selamat beraktifitas, dan #selaluproduktifbersamaproxsis.
-Veni Ferawati Nirmala (Board of Director Proxsis)
Jatisari, 28 April 2020
Tumblr media
1 note · View note
penaproxsis · 5 years ago
Text
COVID-19: Moment to Reconnect
Kabarnya, HP Galaxy S20 Ultra adalah HP termahal saat ini. Namun apakah dia lebih powerful daripada HP Xioami Redmi 1, ketika Sang Galaxy tidak terkoneksi ke internet, sementara Sang Xiaomi terkoneksi ke internet? Ya, di zaman now ini, tidak bisa dipungkiri bahwa internet bisa dibilang sebagai source of everything.
Sementara itu saat ini, dunia sedang "tertimpa musibah". Di mana pun itu, yang terdengar adalah penderitaan demi penderitaan. Banyak pegawai dirumahkan, saudara-saudara kita driver ojol terlihat hanya bisa duduk termenung di pinggir jalan untuk menunggu order pesan-antar, kedai-kedai makanan yang tutup. Semua adalah akibat  pandemi COVID-19.
Dari fenomena ini, seringkali kita (tepatnya, saya)  bertanya-tanya ke diri sendiri, apakah ini pertanda bahwa Tuhan sedang murka? Saya coba lanjut bertanya kembali, apakah Tuhan itu seperti manusia, yang terkadang murka seolah "lepas kontrol", dan jika sudah murka maka kita sebagai umatnya akan "dihabisi"? Ataukah, ini justru pertanda kasih sayang-Nya? Kasih sayang kok justru mengakibatkan banyak umat-Nya menderita?
Tentunya kita berhak menjawab atas pertanyaan seperti itu sesuai keyakinan kita masing-masing, monggo. Namun yang pasti, sifat Tuhan yang Maha Pengasih tentulah tidak akan berubah sampai kapan pun. COVID-19 ini saya meyakini juga bukan sesuatu yg "lepas kontrol" dari-Nya. Saya meyakinkan bahwa pandemi ini happen for reason. Saya yakin pula, kita semua memiliki sumber daya yang tidak terbatas untuk menghadapi ini semua, bahkan bisa menjadikan momen ini untuk membawa kita ke next level, asal we are connected to The Source.  The Source di sini bukanlah internet seperti penjelasan awal di atas, tetapi tentunya Tuhan  Semesta Alam. Saya yakin pula bahwa semua agama praktis sudah senantiasa mengingatkan agar kita always connected to The Source, dan itulah salah satu purpose segala amal dan ibadah yang kita lakukan. 
Momen pandemi COVID-19 ini adalah momen terbaik dalam 100 tahun terakhir untuk kembali mengingatkan, bahwa jika kita merasa bingung, takut, gundah, resah, gelisah, no idea what to do, dan bahkan putus asa, berarti kita sedang disconnected to The Source. Ya, ibarat Galaxy S20 Ultra yang kehabisan pulsa. Barangkali kita selama ini tetap rajin ibadah, tetapi tindak menjaga kualitas dari connection kita. Dengan momen pandemi ini, mari kita memulai kembali quality connection kepada Yang Maha Kuasa. Beruntunglah kita masih diberi kesempatan untuk bisa reconnect to The Source. Apalagi momen ini diamplifikasi dengan Bulan Ramadhan. Jadilah kita ibaratnya Galaxy S20 Ultra yang terkoneksi dengan internet. Klop deh.
-Roni Sutrisno (Board of Director Proxsis)
Cakung, 25 April 2020.
Tumblr media
1 note · View note
penaproxsis · 5 years ago
Text
Bersyukur Kepada Alloh Swt Dengan Berterimakasih Kepada Manusia
Bismiilahirohmanirohim
Assalamualaikum,
Salah satu cara kita bersyukur kepada Alloh ialah dengan berterima kasih kepada orang lain, ini berarti bahwa kita harus selalu berlapang dada mau berterima kasih kepada orang lain, apapun itu posisinya.
Kita berterimakasih kepada seseorang kalau kita mendapatkan kenikmatan atas jasa orang tersebut walau sekecil apapun.
Dalam hal ini kita menghadapi pandemic Covid 19, sudah sepatutnya kita berterima kasih kepada Proxsis, atas barokah, dan rezeki yg kita sudah dapatkan, dan sudah sepatutnya kita harus melihat sekeliling, dimana terjadi, pemutusan kerja dimana – dimana, dan kita masih bisa berkarya.  
Harus disadari, bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam mengarungi hidup tidak pernah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Dan kita wajib berterimakasih kepada perusahaan atas nikmat dan berkah bisa berkarya di sini.
Semoga semua selalu dalam lindungan Alloh Subhana Wa Ta’ala
Dengan demikian kita harus selalu bersyukur kepada Alloh dengan berterimakasih kepada Manusia. 
Terimakasih
-Yudhi Rosadi (Operational Manager, Proxsis)
22 Mei 2020
Tumblr media
0 notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Demanding dalam Bekerja, Perlu Gak Sih?
Semenjak wabah Covid-19 ditetapkan menjadi pandemic oleh WHO, tidak dapat dipungkiri bahwa tatanan masyarakat dunia berubah, termasuk di Indonesia. Dampak yang diberikan dari perubahan ini tak hanya pada satu aspek saja, melainkan hampir seluruh aspek terdampak karena pandemic yang terjadi. Dampak paling terasa adalah aspek ekonomi yang ditandai dengan penurunan daya beli dari masyarakat. Beberapa perusahaan memutuskan untuk melakukan pengurangan karyawan karena tidak mampu menutupi biaya produksi yang tetap berjalan namun tidak diimbangi dengan daya beli atas produknya oleh masyarakat.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Proxsis sebagai corporation of knowledge and ideas harus terus beradaptasi dan berinovasi agar dapat terus menyerang pasar dengan ide-ide segar yang dibutuhkan oleh pasar sehingga mereka mampu bertahan di masa sulit ini. Oleh karena itu sekarang kita dituntut untuk beradaptasi dengan proses kerja di era normal yang baru dengan segala inovasi yang dilakukan.
 Konteks dalam islam, Rasulullah SAW menjadikan kerja itu sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Bekerja adalah manifestasi amal saleh dan merupakan ibadah. Maka ada dua syarat yang dapat dijadikan ukuran bekerja sebagai ibadah, yaitu niat dan cara melakukan pekerjaannya.
 Dalam berinovasi dan menggarap pasar, tentunya dibutuhkan personel dengan kemampuan unggul yang dapat belajar dan beradaptasi cepat dengan keadaan. Setiap leader di SBU pastinya sangat ‘demanding’ dalam bekerja. Lantas, apakah sikap demanding ini diperlukan atau justru berlebihan?
 Berdasarkan Oxford dictionary, Demanding diartikan sebagai [adj] (of a person) expecting a lot of work or attention from others; not easily satisfied atau seseorang yang mengharapkan banyak pekerjaan atau perhatian dari orang lain; tidak mudah puas.
 Beberapa dari kita mungkin ada yang merasa terganggu dengan ‘demanding’nya para leader yang meminta kita untuk segera bertindak dengan inovasi-inovasi yang dilancarkan oleh pimpinan perusahaan. Pekerjaan intensif yang membutuhkan waktu kapan pun pimpinan memberikannya ini mungkin membuat beberapa personel merasakan tekanan yang berbeda dari pada pekerjaan yang biasa dikerjakannya pada era normal sebelumnya.
  Namun, mari kita ubah sudut pandang kita. Jika kita pahami nilai-nilai yang kita imani di Proxsis ini alias PASSION, sesungguhnya sikap demanding ini juga tersirat dalam nilai PASSSION yang sudah kita sepakati sejak hari pertama kita resmi menjadi bagian dari Proxsis. Nilai ini jugalah yang akan mengingatkan kita bahwa kita ada di kapal yang sama dengan tujuan jangka panjang yang mungkin berbeda-beda tapi sama-sama memiliki keinginan untuk selamat. Keinginan untuk selamat dalam menggapai era normal yang baru tentunya bisa diwujudkan jika kita yang berada dalam kapal mampu bersinergi dengan baik dan bekerja dengan PASSION yang kita miliki dalam diri setiap insan Proxsis.Jadi, sikap demanding itu tidak salah jika dilakukan dalam konteks yang benar.
 Contohnya, dalam setiap memberikan instruksi dan coaching ke setiap tim, kita tidak bisa sama ratakan cara kita sebagai leader karena perlu juga pendekatan yang selaras dengan setiap karakteristiknya agar arahan yang diberikan berdampak. Apabila di awal kita merasa tidak puas atau masih banyak yang belum sesuai ekspektasi terhadap apa yang telah dikerjakan oleh tim atau business partner, bisa jadi cara kita yang belum tepat dalam memberikan arahan atau meng-influence. Nah dari situ di tim kami selalu improve agar setiap arahan kepada siapapun kami buat dengan detail dan executable. Setelah itu dilakukan monitoring agar tim dapat mengeksekusinya sesuai arahan dan tidak lewat dari due date. Sehingga sampai saat ini kita mulai terbiasa atau bahkan demanding ini bukan tidak mungkin menjadi habbit jika memang sangat berpengaruh untuk dijadikan aktifator dalam menciptakan budaya kerja yang gak bolak balik revisi, deliverables yang diberikan jelas, executable, berpikir kritis, dan fokus dalam mengemban tugas sehingga target bisa tercapai.
 Mari kita Jadikan waktu bekerja kita sebagai ibadah dengan niat dan cara kerja yang benar disertai ikhlas agar Allah SWT juga memberikan jalan dan kemudahan-kemudahan kepada kita agar bisa selamat bahkan menjadi lebih cepat mencapai tujuan kita. Jadikan nilai PASSION dalam setiap niat dan cara kita dalam bekerja agar menjadi amalan baik dan memberikan hasil yang spektakuler pula bagi kita dan lingkungan sekitar.
 Mari sama-sama kita bekerja dengan demanding sampai kita mencapai tujuan masing-masing. Tentunya sebagai manusia wajar jika kita merasa lelah. Istirahatlah saat lelah melanda, namun mulai lagi pekerjaan dengan ikhlas untuk kebaikan kita bersama. Semoga alam semesta juga mendukung niat baik kita semua. Amin.
 -Kartika Anisa Putri (Jr BM ISC)
13 Mei 2020
Tumblr media
0 notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Work From Heart
Berbagai langkah ditempuh untuk mencegah merebaknya virus Corona/Covid-19, termasuk imbauan pemerintah untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Sebagai respons terhadap imbauan pemerintah, Proxsis menerapkan kebijakan WFH sejak 16 Maret 2020. WFH (Work From Home) adalah bekerja dari jarak jauh, lebih tepatnya bekerja dari rumah. Jadi karyawan tidak perlu datang ke kantor tatap muka dengan karyawan lainnya. WFH ini sebenarya sudah tidak asing bagi karyawan Proxsis, karena beberapa posisi ada yang sudah melakukan hal ini.
Sebagai bentuk dukungan terhadap sistem kerja WFH, Proxsis telah menyiapkan beberapa perangkat kerja, diantaranya : - Guideline WFH - Digital Technology untuk memudahkan komunikasi baik dengan internal Proxsis maupun klien. - Program kesiapan Mindset yang diselenggarakan PHRS dengan tujuan agar karyawan memiliki state yang tepat dalam menghadapi WFH agar tetap produktif.
Bagi sebagian orang atau perusahaan lain, WFH mungkin tidak mudah diterapkan, karena budaya yang berlangsung lama, bekerja berarti datang ke kantor.
Untuk membiasakan hal ini, hendaknya WFH tidak hanya dimaknai working from home tetapi juga working from heart, karena terdapat tanggung jawab, komitmen, dan ketaatan saat tidak ada atasan yang memonitor secara langsung.
Beberapa waktu lalu BoD Proxsis menyampaikan pesan bahwa saat ini kita tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja, kita berada dalam masa krisis yang muncul setiap seratus tahun sekali, hal ini tentunya banyak menimbulkan perubahan yang drastis dan tidak terduga, pesan tersebut dapat dimaknai bahwa saat ini perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki daya lenting dan purpose.
Daya lenting artinya kita mampu bangkit kembali pada saat kita terjatuh, dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi tantangan luar yang tidak biasa.
Purpose artinya lebih dari sekedar tujuan saja, karena terdapat value dan dorongan hati. Purpose ini yang mendoring kita untuk memberikan kontribusi optimal. Kontribusi ini tentunya bukan hanya bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan melainkan juga bagi kesejahteraan keluarga, dan itulah purpose yang sesungguhnya.
Oleh karena itu baik bekerja dari rumah, dari kantor maupun dari mana saja semuanya hendaklah dimaknai sebagai Work From Heart.
Hal lain yang berkesan untuk saya saat WFH di bulan Ramadhan, tahun-tahun sebelumnya saya jarang sekali buka bersama dengan keluarga karena perjalanan kantor kerumah cukup jauh, saat ini setiap hari 1,5 jam sebelum maghrib saya bisa menyiapkan menu berbuka kesukaan keluarga saya.
-Dian Rahmawati (Human Resources Manager)
Cikeas, 9 Mei 2020
Tumblr media
0 notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Antara Takdir dan Ikhtiar dalam Melawan COVID-19
Ikhtiar dalam menjalani kehidupan dunia ini tidak boleh berhenti selama kita masih diberikan kesempatan untuk hidup, harapan pasti akan selalu ada selama kita masih memiliki keinginan untuk sukses, berusaha bertahan dan bersabar menerima keadaan yang tidak biasa seperti saat ini. Saat dimana kita semua ini dibuat bingung dengan makhluk tak kasat mata, virus Corona.
Dalam menghadapi Wabah Penyakit ini, Allah SWT menjanjikan keutamaan yang besar atas mereka yang senantiasa bersabar dalam menghadapi segala ujian (bala) dari Allah SWT. orang mukmin; bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya, dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya." (HR. Bukhari Muslim).
Keutamaan itu, antara lain mengangkat derajat dan menghapus dosa setiap makhluk yang memiliki banyak sekali harapan atau keinginan, bahkan kita harus bersyukur bahwa kita adalah makhluk pilihan yang mengalami wabah 100 tahun sekali ini.
Dari sekian banyaknya keinginan sebetulnya harapan bersebut bermuara pada berharap mendapatkan kemudahan dalam beraktivitas seperti keadaan normal. Kita saat ini menjalani Working From Home (WFH) yang harusnya WFH ini menjadikan kita lebih mandiri, fleksibel dan mahir dalam memanage pekerjaan. Menanamkan mindset bahwa WFH ini adalah bekerja saat keadaan normal, tetap fokus pada peluang-peluang dan opportunity yang akan selalu ada untuk sukses dalam mencapai target yang sudah di tetapkan. Tetap berbahagia, adalah merupakan imun diri dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam keadaan tidak normal saat ini, kesusahan menjadi peluang, semua diambil hikmahnya dan yakin akan kesuksesan yang akan datang.
Orang yang berbahagia atau sukses dalam kehidupan dunia disebut disebutkan dalam Al-quran yaitu
Al-baqarah ayat 5
(أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ)
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”
Berdasarkan QS tersebut, kita mendapat informasi bahwa terdapat orang yang selalu atau melekat pada orang itu petunjuk. Allah mengarahkan orang tersebut untuk tetap dalam ketaatan. Penjagaan dan petunjuk tersebut tidak serta merta atau begitu saja Allah berikan. Hal tersebut diberikan oleh Allah SWT karena hamba tersebut telah berusaha untuk melengkapi hari sesuai dengan contoh atau teladan dari Rosululloh, dari bangun hingga tidur.
Dalam suatu hadits, Nabi SAW menegaskan seorang Muslim tidak akan senantiasa dalam kondisi merugi dalam situasi apa pun. Sebab, keimananya akan menjadikannya sebagai seorang hamba yang bersyukur, ketika mendapatkan kemudahan dan juga bersabar ketika mendapatkan kesulitan dalam hidupnya.
Perlu ditanamkan bahwa sebenarnya kita belum benar-benar meraih kesuksesan tanpa ikhtiar. Memang hasil akhirnya tetap pada takdir yang diyakini mustahil diketahui manusia sebelum terjadi dan memang kita tidak bisa mengubah keadaan atau takdir tapi kita harus optimis dan semangat bahwa kita bisa menjalani dan melewati keadaan ini. Selalu ingat bahwa ‘ Allah Tidak akan Menguji Hamba-Nya diluar Kemampuan, di Balik Kesulitan Biasanya akan Ada Kemudahan.’. Tidak ada yang tidak mungkin, asalkan kita bekerja dengan niat yang baik, dengan metode dan cara-cara yang benar,tujuan yang baik serta penuh keikhlasan, Insya Allah kemudahan akan datang, barokah akan datang.
 -Dewi Irmasari Purba (Key Account Management Regional Jabar)
08 Mei 2020
Tumblr media
0 notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Ikhlas, Sabar dan Syukur: Kunci Keselamatan Kita
Pandemic
COVID-19 dan Dampaknya kepada Kita
Sejak kasus positif COVID-19 pertama merebak di Wuhan, China, pada Desember 2019, situasi pandemic COVID-19 saat ini telah melingkupi seluruh dunia, dengan pasien terjangkit sekitar 5 juta orang, dengan jumlah kematian mendekati 350 ribu orang (data WHO dan WorldOMeters, 22 Mei 2020). Di Indonesia sendiri, sejak kasus positif pertama diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020 s/d hari ini, jumlah pasien terjangkit (kasus positif) lebih dari 20 ribu orang, dengan jumlah kematian lebih dari 1.300 orang, yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia (data Kementerian Kesehatan RI, 22 Mei 2020).
 Secara saintifik, virus 2019-nCoV atau dikenal juga sebagai SARS-CoV-2 ini sangat mengkhawatirkan, mengingat kemampuannya untuk menulari manusia jauh lebih tinggi daripada jenis virus Corona lainnya. Belum lagi kemampuannya untuk mengganggu kemampuan respirasi manusia yang begitu dahsyat, yang secara empirik dapat merusak paru-paru s/d menghilangkan kemampuan bernafas manusia hanya dalam waktu tidak lebih dari 14 hari saja (dari kondisi sehat). Mekanisme penularan infeksi melalui percikan cairan pernafasan (droplet) menjadikan pandemic ini membutuhkan tindakan serius berskala masif di setiap wilayah pemukiman, kota, bahkan Negara.
 Efek dari pandemic COVID-19 ini menghantam kehidupan manusia begitu kerasnya. Penemuan vaksin yang dapat secara efektif menghentikan laju penyebaran infeksi disinyalir masih jauh dari skala produksi masal untuk dapat digunakan. Di sisi lain, mekanisme penularan infeksi melalui droplet ini mengakibatkan harus diberlakukannya social distancing sebagai tindakan utama demi memperlambat laju penularan infeksi. Akibatnya kontan, hampir semua aktivitas manusia berhenti, minimal terganggu, mengingat manusia adalah makhluk sosial dalam semua sendi kehidupannya. Indonesia pun memberlakukan social distancing yang diawali di Jakarta, 16 Maret lalu, yang setelahnya diikuti oleh Provinsi lainnya dengan menerapkan protokol “Pembatasan Sosial Berskala Besar” (PSBB) sesuai arahan dari Pemerintah (Pusat).
 PSBB bukan suatu solusi mudah bagi semua orang. PSBB memang mengurangi potensi risiko atas penularan infeksi COVID-19, tapi di sisi lain tindakan ini menghentikan—setidaknya mengurangi secara signifikan—supply dan demand khususnya dalam konteks ekonomi. Secara statistik, sampai akhir Maret saja pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah terkoreksi kurang lebih setengahnya, kontraksi lebih dari 2% dari periode sebelumnya (Menkeu, 11 Mei 2020). Sementara itu menurut Kepala BKPM (29 Januari 2020), pertumbuhan 1% akan membuka lapangan kerja untuk sekitar 110 ribu orang—sebaliknya, penyusutan ekonomi setiap 1% akan berdampak kepada kesempatan kerja dengan jumlah yang kurang lebih sama. Bayangkan apabila situasi ini berlangsung selama 1 semester. Atau selama 1 tahun. Jelas sekali, dengan logika sederhana, semakin lama pandemic ini berlangsung, semakin besar pula dampak terhadap kehidupan manusia. Termasuk bagi kehidupan kita.
 Lantas, apa yang kita lakukan? Apakah pendapatan kita akan menurun? Apakah kita akan sanggup memenuhi kebutuhan hidup kita seperti sebelumnya? Bagaimana kita dapat memenuhi tanggung jawab kita kepada isteri, anak-anak, atau orangtua kita? Situasi ini tampak terlalu suram, tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Not even in our worst nightmare. Secara psikologis, pasti kita semua akan mengalami kecemasan. Salah seorang kawan yang berprofesi sebagai psikiatris menggambarkan fase psikologis dalam menghadapi dampak pandemic COVID-19 yang datang ini menjadi: (1) fase ketakutan, (2) fase adaptasi, dan (3) fase pemulihan. Durasi ketiga fase tersebut bervariasi, tergantung dari ketahanan pribadi terhadap stres, dan juga daya tahan ekonomi yang kita miliki.
 Atasi Kecemasan, Tenangkan Diri: Ikhlas
Bagi kita umat Islam, berdasarkan keimanan kita, kita meyakini bahwa segala sesuatu, apakah itu hal baik, ataupun hal buruk, terjadi semata-mata hanya karena izin Allah. Allah berfirman:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." (Q.S. 6 : 59)
Meyakini bahwa apa yang terjadi saat ini, baik atau buruk suatu kejadian, semata-mata hanya karena izin Allah SWT, adalah bagian utama dari keimanan kita sebagai umat Islam. Kalau Allah berkehendak, maka tidak ada satu makhluk pun yang dapat menghalangi-Nya. Allah Maha Kuasa, Maha Kuat. Menerima ketetapan Allah, itu adalah sikap pertama kita sebagai seorang muslim.
 Baiklah. Jadi Allah tetapkan hal buruk kepada kita, kepada manusia di dunia. Kenapa demikian? Apakah Allah SWT, Tuhan Maha Agung, Maha Pencipta, menjadikan hal ini karena benci kepada kita? Tidak, sama sekali tidak. Karakter nomor 1 dan 2 dari Allah SWT sesuai Asma’ul Husna adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Apa bukti kasih sayang Allah SWT kepada kita? Allah berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. 2 : 216)
Rencana dan ketetapan Allah SWT pasti baik untuk kita, sementara kita-lah yang tidak mengetahuinya. Lho koq kita bisa tidak tahu, bukankah kita, manusia di zaman modern ini, serba tahu? Terkait hal ini, Allah telah berfirman:
“Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (Q.S. 18 : 109)
Inilah bukti besarnya kasih dan sayang Allah SWT kepada manusia, kepada kita. Tanpa sepengetahuan kita, manusia, Allah SWT telah merencanakan, menetapkan, dan mengizinkan segala sesuatu terjadi, semata-mata hanya karena Dia begitu kasih dan sayang kepada kita.
 Kecemasan, ketakutan, adalah masalah hati. Rasa cemas dan takut semata-mata bersumber dari ketidaktenangan hati. Allah berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. 13 : 28)
Meyakini bahwa segala kejadian semata-mata adalah ketetapan Allah, meyakini bahwa Allah pasti senantiasa melimpahkan kasih dan sayangnya kepada kita, dan teruslah (berzikir) mengingat Allah, akan menenangkan hati kita, membantu kita dalam mengatasi fase pertama dari reaksi psikologis kita, kala mendapati musibah datang kepada kita. Tenang, jangan panik, ikhlaskanlah bahwa semua ini terjadi karena ketentuan Allah, yang dibuatNya semata-mata karena kasih dan sayangNya kepada kita.
 Beradaptasi dengan Situasi: Sabar
Saat kita telah mampu “nrimo”, ikhlas karena iman, maka di titik ini kita akan berdamai dengan segala emosi jiwa, kegalauan hati kita. Ketenangan hati kita ini akan membimbing kita dalam mencari jalan keluar atas masalah yang tengah kita hadapi ini. Allah berfirman:
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. 64 : 11)
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innaa lillahi wa innaa ilayhi raaji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya-lah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. 2 : 155 – 157)
Keikhlasan yang memberikan ketenangan hati adalah kunci pertama untuk mendatangkan petunjuk Allah dalam mengatasi masalah kita, tidak terkecuali dalam menghadapi pandemic COVID-19 ini. Ketenangan hati akan memberikan kita keluasan berpikir, menganalisis situasi, dan menyusun rencana-rencana berikut. Allah berfirman:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. 94 : 5 – 6)
Allah SWT telah menjamin bahwa Dia selalu memberikan ujian, juga cobaan, dengan segala “obat penawar”-nya. Memang Allah SWT memerintahkan kita untuk bersabar diri saat dicoba, saat diuji, tetapi bukan sabar dalam arti pasif, “pasrah menunggu nasib”, melainkan mendorong kita untuk secara aktif mencari jalan keluar dari semua masalah yang menghadang langkah kita—karena selalu akan ada jalan keluar dari semua masalah yang datang—terutama bagi kita yang mau berpikir. Jangankan “hanya sekedar” untuk mengatasi pandemic COVID-19, dalam hal penciptaan alam semesta pun Allah jamin akan berikan petunjukNya bagi orang-orang yang mau berpikir. Firman Allah:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. 2 : 164)
Pertanyaannya kemudian, apakah jalan keluar yang kita pikirkan akan membuahkan hasil positif?
 Teruslah Berusaha, Raihlah Ridha Allah: Syukur
Kita memikirkan jalan keluar dari masalah kita, kita menjalankan rencana-rencana kita. Apakah semuanya berhasil? Belum tentu. Bisa jadi akan ada yang gagal, walaupun tetaplah ada upaya kita yang membuahkan hasil yang positif. Apa yang harus kita lakukan? Allah berfirman:
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Q.S. 94 : 7 – 8)
Ternyata Allah SWT memerintahkan kita untuk terus berusaha mengatasi masalah yang kita hadapi—karena akan selalu ada kesuksesan di baliknya. Semangat pantang menyerah inilah yang harus kita jalankan dengan keyakinan sepenuh hati, disertai dengan hati yang penuh harap hanya kepada Allah, karena iman kita hanya kepada Allah dan kalamNya (Al Qur’anul Karim). Jangan pernah berputus asa.
”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. 2 : 153)
Allah menjamin untuk mendampingi orang-orang yang “sabar”, yang menguatkan dirinya untuk terus berusaha. Walaupun demikian, kita juga hendaknya tidak lupa bahwa tidak ada kejadian dapat berlangsung tanpa izin Allah SWT. Hanya dengan izinNya, dengan ridhaNya-lah segala upaya kita akan membawa manfaat bagi hidup kita baik di dunia, maupun di akhirat kelak.
 Keridhaan Allah akan tampak dari mulai berhasilnya upaya-upaya kita dalam mengatasi masalah yang kita hadapi. Namun demikian, untuk menjaga agar upaya kita senantiasa mendapatkan ridhaNya, maka diwajibkan atas kita semua untuk bersyukur. Firman Allah:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. 14 : 7)
Ikhlas, sabar (dengan tetap terus berusaha), dan bersyukur atas apa dapat yang kita raih, serta senantiasa mewujudkan syukur dengan menghadirkan kebaikan bagi sesama manusia, sejatinya adalah kunci keselamatan kita. Baik untuk urusan dunia, maupun sebagai bekal di kehidupan akhirat.
 Sebagai penutup, ada satu doa yang diajarkan ustad sejak kita kecil dulu, rasanya sangat relevan untuk diingat dan diamalkan kembali untuk menjaga keridhaan-Nya dalam membuka setiap kegiatan harian kita semua:
“Radhitubillahi rabba wa bil Islami diina wa bil Muhammadin nabiyya wa rasula.”
  Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan ridhaNya bagi Proxsis, bagi kita semua, dalam mengatasi dampak pandemic COVID-19, dengan niatan ke depannya agar Proxsis mampu membawa kebaikan yang lebih besar lagi bagi sebanyak-banyaknya manusia, bagi Indonesia, dan juga dunia—termasuk seluruh klien, karyawan, dan tentunya pemegang saham. Aamiin!
-Aulia Prima Kurniawan (PBS Cons Director)
23 Mei 2020
Tumblr media
0 notes
penaproxsis · 5 years ago
Text
Al-Quran Mendorong Kita Mengubah Nasib
Bismillahirrohmanirrohiim
Tahun 2020 ini, merupakan tahun perjuangan kita semua, bukan saja di Indonesia tapi hampir seluruh negara-negara di dunia mengalami ini, yakni sama-sama dalam menghadapi serangan yang tidak terihat yaitu wabah covid-19. Tentu saja hal ini bukan hal mudah untuk kita hadapi, rasanya seperti sebuah impian seumur hidup yang menjulang tinggi tiba-tiba dihancurkan sehingga membuatnya roboh dalam waktu singkat.
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur yang Maha Kuasa, termasuk kondisi saat ini. Apalagi saat ini bertepatan dengan Ramadhan. Ramadhan tahun ini mungkin bagi sebagian orang adalah “penjara”. Tapi ingat itu tidak berlaku bagi Mukmin sejati. Karena Rasullullah bersabda 
“Sungguh indah perkara mukmin, karena apapun yang dihadapinya adalah kebaikan”
Hal ini hanya berlaku untuk orang beriman yang ketika dia mendapatkan nikmat maka dia bersyukur dan jika ditimpa musibah dia akan bersabar, dan itu sungguh baik baginya.
Jadi ada tidaknya corona, PSBB dan lockdown semua itu tidak terlalu berarti bagi yang seorang mukmin. Karena setiap keadaan akan dihadapi dengan positif. Jiwanya bebas melalang buana, tak ada tembok penghalang ruang dan waktu yang mampu menghalanginya.
Kita hidup dan hidup identik dengan perubahan. Hal ini adalah hukum Allah Swt yang pasti terjadi dalam semua penciptaanNYA.
Setiap perubahan di alam ini selalu mengandung bukti kebesaran Allah.  “ Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda (kebesaran Allah Swt) bagi orang-orang yang memiliki akal “ QS Ali Imran [3] : 190
Alhasil, apapun atau siapapun yang menolak perubahan yang Allah tentukan maka akan mengalami ketidakseimbangan dalam hidup yang signifikan. Apalagi dengan kondisi saat ini, yang menuntut apapun dan siapapun harus berani untuk berubah,
“Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubahnya “ QS Ar Ra’d : 11.
Perubahan sangat bergantung pada diri manusia itu sendiri. Dimana perubahan diri akan berkorelasi dengan perubahan sosial kemasyakatan.
Banyak orang yang belum berhasil melakukan perubahan dalam diri maupun kotribusi di masyarakat, pada kenyataannya bukan karena mereka tidak mampu atau tidak mempunyai keinginan untuk berubah, tapi karena mereka tidak mengetahui bagaimana mengelola perubahan.
Alhamdulillah di PROXSIS, kita selalu dibimbing dan dibekali ilmu oleh para leader-leader kita bagaimana untuk mengelola perubahan tersebut.
Kenapa kita harus berubah? Agar kita tidak tertinggal, agar potensi kita keluar dan punya manfaat yang lebih besar untuk diri sendiri dan orang lain.
Saatnya untuk  belajar menjadi lebih baik. Belajar untuk bersabar, belajar untuk menyikapi banyak hal dengan positif dan terus berusaha dan berjuang dalam kondisi seperti ini.
Tugas manusia adalah berusaha yang terbaik dan bersabar. Hasilnya serahkan kepada Allah Sang Pencipta. Banyak hikmah yang kita dapat dalam situasi seperti ini.
 -Wiwi Hidayati (GA Manager)
Karawaci, 21 Mei 2020
Tumblr media
0 notes