Tempat Makan Paling Nyaman dan Paling Enak di Restoran Korea Selatan
Tempat Makan Paling Nyaman dan Paling Enak di Restoran Korea Selatan - Anda sudah tahu bahwa Gwinnett adalah Seoul dari Selatan ™. Dan mungkin Anda bahkan pernah berada di salah satu wisata makanan kami. Tetapi jika Anda belum memiliki kesempatan, atau Anda haus akan lebih banyak, kami berbagi lima tempat favorit kami untuk mengekang keinginan BBQ Korea Anda.
K Factory
Ini adalah tempat yang sempurna untuk malam kencan atau perayaan ulang tahun Anda berikutnya. Sendi yang lebih mewah, K Factory menyajikan potongan daging berkualitas tinggi yang meleleh di mulut Anda.
Pemanggang batu
Jika Anda mencari tempat yang tepat untuk makan bergaya keluarga, Stone Grill adalah cara yang tepat. Pilihan all-you-can-eat dan lauk bintang, banchan dalam bahasa Korea, membuat perhentian ini bermanfaat.
Pro tip: ini bukan BBQ, tapi pastikan untuk memesan corncheese. Ini untuk mati demi
Love Pork
Digambarkan sebagai industri-chic, dekorasi di Honey Pig adalah salah satu alasan untuk berhenti. Tentu saja, pilihan BBQ Korea mereka yang fantastis menanti Anda begitu Anda tiba. Babi Madu menggunakan metode memanggang tutup besi (alias "Ssot-Dduk-Kung"), yang berbeda dari kebanyakan restoran di daerah tersebut.
9292 BBQ Korea
Aroma arang gurih memenuhi udara saat Anda berjalan ke 9292 BBQ Korea, yang langsung membuat Anda lapar. Pastikan untuk mencoba beberapa opsi yang diasinkan.
Iron Guys
Orang-orang di belakang Iron Guys memutuskan untuk mengambil langkah lebih jauh dan menggabungkan BBQ gaya Barat dengan memasak api langsung Korea. Anda akan mendapatkan daging Anda dengan tusuk sate, dan masih akan memiliki rasa, berasap yang Anda harapkan dari BBQ Korea.
Dalam beberapa menit setelah pertemuan dengan Seung Hee Lee, dua hal menjadi sangat jelas: Atlantan yang lahir di Korea Selatan menyukai makanan (terutama tiram) dan anggur (khusus dari varietas alami), dan ia sangat beralasan. “Makanan Korea jauh lebih dari sekadar barbekyu, dan saya ingin lebih banyak orang Amerika mengetahui hal itu,” katanya ketika ia mengendarai mobil hybrid Honda dua tempat duduknya melalui Duluth dan Suwanee.
Seorang ahli epidemiologi di CDC pada siang hari, pria 34 tahun itu mempelajari masakan Pengadilan Kerajaan Korea di Taste of Korea Research Institute di Seoul pada usia dua puluhan dan menerbitkan buku masak, Everyday Korean, yang ditulis dengan penulis Kim Sunée, November lalu. Ditanya mengapa dia ingin menulis buku, dia menunjuk ke bastardisasi kimchi, yang secara tradisional mendapat tendangan dari bubuk cabai Korea: “Sebuah majalah makanan populer menampilkan resep kimchi yang mengandung Sriracha di dalamnya, dan itu membuatku sangat marah. Saya mengerti, Sriracha sudah tersedia di sini, tapi ayolah! ”
Aman untuk mengatakan bahwa pembaca telah melakukan sesuatu dengan cara Lee. Everyday Korean adalah rilis baru teratas di Amazon, dan 33.000 pengikut Instagram (@koreanfusion) Lee Lee kelaparan untuk tips memasak dan menghiburnya. Ini dia daftar sangat diskriminatif di mana Anda harus makan makanan Korea sekarang — tidak termasuk KBBQ.
JS Kitchen
Toko-toko Banchan populer di Korea, dan pemilik Jang Su Jang, Shelly Lee membuka toko ini, yang merangkap sebagai kelas memasak, di Duluth tahun lalu. "Dia benar-benar terlibat dalam memilih bahan, dan dia membuat semua banchan dari awal," kata Lee, dari kimchi daun bawang hingga myeolchi-bokkeum (ikan teri kering). JS juga menjual kaldu tulang yang kaya, kotak bento takeout, dan hobakjuk (bubur labu) di musim dingin. "Ini adalah satu-satunya tempat Korea yang akan saya rekomendasikan selain makanan ibuku," kata Lee ketika matanya melebar. "Serius." 3492 Satellite Boulevard, Duluth, 470-268-8435
Jok-Ga-A Dong-Chim
Rantai yang berbasis di Seoul ini dikenal dengan jokbal pedasnya, atau trotters babi direbus, makanan larut malam yang populer di Korea. "Banyak orang memesannya untuk pengiriman karena masih sangat enak pada suhu kamar," kata Lee. Lokasi Duluth menyajikan iringan yang biasa: kimchi, bawang putih mentah, saus celup, dan daun selada dan perilla untuk dibungkus. 3751 Satellite Boulevard, Duluth, 470-299-6150
0 notes
SETIAP kali saya main ke Jakarta, adik perempuan yang tinggal di kawasan Palmerah selalu mengajak ke Central Park. Lebih-lebih ketika saya datang bersama keluarga. “Anak-anak pasti seneng diajak ke sana. Lihat ikan lucu-lucu, ada taman bagus juga, terus air mancur. Nanti kita foto-foto di jembatan instagramable,” katanya dengan mata berbinar-binar.
“Ah, apa ayiknya sih foto-foto di jembatan?” Jawab saya suatu ketika. Bukan apa-apa, saya paling malas pergi ke mal. Apalagi mal di Jakarta yang luasnya seolah tak terhingga. Wong masuk Mal Ciputra di Simpang Lima Semarang saja saya bisa tersasar, apalagi Central Park.
Baca juga: Mie Kopyok Pak Dhuwur, kuliner legendaris Semarang nan menggoda
Alasan lain, saya ke Jakarta hanya transit. Ketika itu saya dan keluarga baru saja balik dari Jambi usai berlebaran bersama orang tua. Adik saya itu juga mudik dan kami semua berlebaran bersama di kampung. Tapi ia balik lebih dulu ke Jakarta karena harus segera masuk kantor.
Karena perjalanan balik estafet–dari Jambi naik pesawat ke Jakarta lalu disambung kereta api ke Pemalang, jadilah saya dan keluarga singgah terlebih dahulu di Jakarta. Biasanya sekalian berwisata di sekitaran ibu kota mumpung masih liburan sekolah, menginap barang 1-2 malam.
Nah, Desember 2018 saya dan keluarga kembali ke Jakarta. Kali ini tujuannya memang hendak ke Jakarta. Bukan lagi transit, tapi memang untuk menghabiskan libur akhir tahun. Ceritanya menjenguk keponakan yang lahir beberapa bulan sebelumnya.
Ibu saya juga tengah berada di Jakarta saat itu, menunggui keponakan tersebut. Kemudian adik laki-laki yang kuliah di Bogor turut bergabung. Jadilah reuni keluarga yang nyaris komplit, minus Bapak yang tak bisa ikut dan satu adik lagi yang baru saja dipindah-tugas ke Pagar Alam.
“Makan di mana kita malam ini?” Adik perempuan saya bertanya selepas kami mengunjungi Ancol dan Monas. Saat membanding-bandingkan satu restoran dengan restoran lain yang pernah dikunjungi, adik saya tiba-tiba ingat Central Park.
“Kita ke Central Park aja yuk! Kan Kakak belum pernah ke sana,” serunya. Lalu keluarlah kalimat-kalimat “rayuan” andalan yang biasa ia keluarkan setiap kali mengajak ke tempat tersebut. “Anak-anak pasti seneng diajak ke sana. Lihat ikan lucu-lucu, ada taman bagus juga, terus air mancur. Nanti kita foto-foto di jembatan instagramable.”
Sesuai dugaan, sepasang mata kedua anak saya langsung berbinar mendengar ucapan tantenya. Apa boleh buat. Kali ini saya tak bisa mengelak lagi. Kami pun meluncur menuju kawasan Central Park.
Batal Makan di Central Park
Jembatan instagramable yang dimaksud adik saya adalah Eco Skywalk @ Central Park Mall. Ada pula yang menyebutnya sebagai Jembatan Neo Soho, karena bentangan besi sepanjang 250 meter ini menghubungkan Mal Neo Soho dengan Mal Central Park.
Waktu terbaik untuk berkunjung kemari adalah pada malam hari, karena jembatan akan tampak indah oleh lampu-lampu cantik yang berpendar menghiasi badan jembatan. Selain foto-foto dengan latar belakang gedung-gedung apartemen menjulang ataupun bangunan mal–tergantung angle foto, sekedar ngadem di area terbuka jembatan juga sangat menyenangkan.
Sayang, hari itu angin Desember nan kencang terus-menerus berhembus di Jakarta. Rombongan kami yang membawa dua bayi pada akhirnya hanya melihat-lihat ikan koi di kolam depan Pizza e Birra, kemudian sebentar memutari Tribeca Park. Di sela-sela itu sesekali mengambil swafoto.
Kami lantas masuk ke dalam mal, menghindari hembusan angin. Bayi-bayi juga kompak minta susu.
Putera sulung tampak lahap menyantap chicken wings pilihannya di Pizza Hut Kemanggisan.
Si kecil Airy saat makan bersama di Pizza Hut Kemanggisan bersama Eyang, Om, dan Tante.
Berkumpul dan makan bersama adik-adik seperti ini adalah momen langka semenjak kami semua berkeluarga.
Makan bersama orang tua dan adik-adik seperti ini semakin jadi momen langka semenjak saya berkeluarga dan menetap di Jawa.
Hari menjelang magrib, perut saya mulai mengeluarkan suara berkeruyuk. Seharusnya kami sudah duduk manis di salah satu dari tiga restoran incaran yang ada di sana. Namun, dua anggota rombongan yang diutus untuk mencari dan memesan tempat pulang dengan tangan hampa.
“Tempatnya penuh semua. Kalau mau nunggu ada meja kosong nggak apa-apa sih, tapi nggak tahu berapa lama,” kata adik saya. “Semua” di sini maksudnya tiga restoran yang kami rencanakan saat berangkat.
Saya langsung mengingat tanggal. Ini malam tahun baru! Lalu kami semua teringat ketika pertama tiba harus menghabiskan nyaris satu jam hanya untuk naik-turun lantai mencari lokasi parkir. Penuh semua!
Kami juga sebelumnya tidak dapat masuk Monas karena seluruh area parkir mobil penuh. Seperti dapat dilihat dokumentasinya pada video di kanal YouTube anak saya di bawah, kawasan Monas sesak oleh mobil dan manusia. Lalu lintas di keempat ruas Jl. Medan Merdeka tampak padat merayap.
Kami lantas berunding singkat. Hari semakin gelap, anak-anak terlihat mulai kelelahan bercampur mengantuk. Ditambah lagi rasa lapar yang kian bertambah-tambah.
Mempertimbangkan kemungkinan macet jelang perayaan malam tahun baru, adik saya mengusulkan untuk makan di sekitaran Palmerah saja. Dengan demikian kami dapat sekalian jalan pulang ke rumah. Kami yang tidak terlalu paham Jakarta mengangguk setuju.
Begitulah. Meski batal makan bersama di Central Park, setidaknya adik saya akhirnya berhasil mengajak saya “lihat ikan lucu-lucu, ada taman bagus juga, terus air mancur.” Anak-anak pun terlihat sangat senang.
Momen Penuh Kehangatan
Angka di layar smartphone saya menunjukkan pukul sembilan lewat ketika kami sampai di Pizza Hut Kemanggisan, tempat yang dipilih dalam perjalanan. Restoran yang dikelola PT Sarimelati Kencana, Tbk. tersebut tak terlalu ramai pengunjung malam itu. Masih tersisa beberapa meja kosong yang oleh staf restoran segera digabung menjadi satu meja panjang.
Saya tak ingat memesan apa saja malam itu. Namun yang jelas saya keluar dari Pizza Hut dalam keadaan sangat kenyang. Maklum saja, anak-anak yang kalap memesan ini-itu karena terlalu lapar–juga tergiur foto makanan dan minuman di buku menu, ujung-ujungnya hanya makan sedikit-sedikit.
Dari sekian menu pilihannya, hanya seporsi New Orleans Chicken Wings yang disantap habis sendirian oleh putera sulung saya. Sedangkan adiknya lebih suka makan es krim Banana Split dan salad buah. Jadilah saya dan istri, juga tante dan om-omnya, yang menghabiskan makanan lain. Sisa yang tak termakan kami minta bungkus untuk dibawa pulang.
Acara makan malam bersama di Pizza Hut Kemanggisan jelang pergantian tahun 2018 ke 2019 itu berjalan hangat dan menyenangkan. Kami kembali ke tempat tinggal adik dengan hati riang. Keesokan paginya, tepat di hari pertama tahun 2019, saya dan keluarga kembali ke Pemalang.
Baca juga: Wisata hemat di Jakarta berkat saudara dan car rental Traveloka
“Nanti ke sini lagi ya, kita makan-makan lagi,” ujar adik saya kepada keponakan-keponakannya sewaktu kami berpamitan.
Tentu saja itu ajakan yang bakal saya penuhi suatu saat nanti. Kami adik-beradik sejak kecil memang sangat doyan makan. Di keluarga hanya Bapak yang nafsu makannya tidak sebesar kami. Karenanya momen kumpul-kumpul selalu dilengkapi dengan makan bersama. Entah itu di restoran, maupun sekedar di rumah.
Sembari makan bersama, kami bercerita tentang apa saja yang menarik dijadikan bahan obrolan. Suasana akrab nan hangat yang selalu saya rindukan semenjak tinggal jauh dari orang tua dan terpencar dari adik-adik.
Daftar menu Steak 21 Buffet di Central Park. Gambar: Screenshot laman steak21.id.
Masih Penasaran Central Park
Kalau nanti ke Jakarta lagi, agaknya saya yang bakal gantian mengajak adik saya ke Central Park. Bukan apa-apa, saya masih penasaran betul ingin makan di Central Park. Lebih tepatnya lagi, saya ingin menjajal satu restoran steak berkonsep all you can eat yang ada di sana, yakni Steak 21 Buffet.
Saya pertama kali tahu restoran tersebut dari video di kanal Tanboy Kun. Melihat bagaimana lahapnya food vlogger tersebut menghabiskan tiap iris daging yang tersedia, air liur saya meleleh. Hanya saja Tanboy Kun mencoba Steak 21 yang berada di Mal Kelapa Gading dan itu a la carte, bukan all you can eat. Satu-satunya cabang Steak 21 yang berkonsep all you can eat adalah yang di Central Park.
Seperti sebutannya, restoran all-you-can-eat alias AYCE di mana kita boleh makan sepuasnya hanya dengan sekali bayar, sepertinya cocok buat saya dan adik-adik yang memang hobi makan. Makan enak. Sepuasnya.
Ke sana membawa anak-anak sepertinya bakal jadi makan bersama yang seru. Sebab kita sendiri yang akan memanggang daging yang ingin dimakan menggunakan pemanggang batu bara di masing-masing meja. Barbeqeu. Ini bakal jadi pengalaman pertama bagi anak-anak saya yang lebih sering saya ajak makan penyetan khas jawa.
Di Pemalang memang sudah ada sih restoran yang menawarkan menu steak. Umumnya restoran-restoran hotel. Tapi yang all you can eat, apalagi barbeque begini, masih belum ada. Paling banter restoran buffet, atau lidah lokal menyebutnya sebagai prasmanan.
Tambahan lagi, di Steak 21 tersedia desert yang merupakan favorit anak-anak saya: puding dan es krim. Cocok sudah. Kesempatan berikutnya ke Jakarta, bulat sudah saya akan ajak mereka ke Steak 21 Buffet di Central Park.
Special Treats by Traveloka Eats
“Tapi, makan di resto all you can eat kan harganya lumayan, Kak. Apalagi di Central Park gitu.” Adik saya setengah protes ketika saya utarakan keinginan tersebut via WhatsApp.
“Nah, ini! Belum tahu dia,” batin saya, kemudian mengirim emoticon senyum sebagai balasan.
Adik saya rupanya belum tahu kalau Traveloka punya berbagai tawaran spesial. Di mana kita dapat makan enak sepuasnya di restoran pilihan, tanpa bikin kantong bolong. Termasuk untuk “pesta” barbekyu makan aneka steak bersama keluarga besar di Steak 21 Buffet Central Park.
Yap, itulah dia Treats by Traveloka Eats. Fitur terbaru dari Traveloka ini memuat berbagai penawaran spesial di restoran-restoran maupun kafe pilihan di Jakarta. Ada yang menawarkan menu desert gratis, minuman gratis, buy 2 get 1 free, hingga tawaran diskon harga yang bervariasi besarnya.
Steak 21 Buffet sendiri menawarkan diskon 10% untuk semua transaksi menggunakan Treats. Ini potongan harga yang sangat lumayan bagi rombongan kami: lima dewasa, dua anak, plus dua batita.
Andaikata kami memesan paket termurah, yakni Paket A (Regular) seharga Rp188.000++ per orang dewasa dan Rp158.000++ per anak. Maka totalnya adalah (5 x Rp188.000) + (2 x Rp158.000) = Rp1.256.000++. Jadi, diskonnya senilai setidaknya Rp125.000.
Terhitung lumayan karena itu sama saja kita terbebas dari service charge, atau bea Pajak Bangunan 1 (PB1), yang tarif maksimalnya 10% dari harga.
Cara menggunakan fitur Treats di menu Traveloka Eats sangat mudah sekali. Dari halaman muka aplikasi Traveloka, tap menu Traveloka Eats. Kemudian di halaman selanjutnya pilih fitur Treats. Selanjutnya tinggal scroll down untuk melihat-lihat serta memilih restoran dengan penawaran masing-masing.
Kalau sudah menemukan restoran dan penawaran yang sesuai, jangan lupa untuk menyimpan restoran tersebut. Sebab penawaran Treats by Traveloka Eats hanya berlaku jika restoran yang dipilih telah kita simpan.
Caranya? Cukup dengan menekan ikon di sudut kanan atas layar pada halaman restoran tersebut pada aplikasi. Jika ikon tersebut berubah warna dari monokrom menjadi merah muda bercampur oranye, itu artinya sudah tersimpan.
Selanjutnya, tunjukkan halaman Treats tersebut pada staf restoran ketika melakukan reservasi. Kita misalkan restorannya adalah Steak 21 Buffet sesuai pilihan saya, maka nominal tagihan akan secara otomatis dikurangi 10%.
Penghematan yang lumayan, bukan?
Pilihan Praktis nan Ekonomis
Menggunakan fitur Treats by Traveloka Eats untuk memilih restoran atau kafe favorit jadi semakin menarik karena, selain aneka promo dan diskon, juga menghadirkan manfaat lain. Saya meringkasnya dengan satu kalimat ringkas: Pilihan praktis nan ekonomis.
1) Praktis, karena seleksi restoran cukup dalam genggaman
Ketika hendak makan di Central Park seperti diceritakan di atas, kami harus mengutus adik bungsu untuk survei lokasi terlebih dahulu. Maksudnya agar tidak berjalan-jalan tanpa arah pasti. Sementara adik saya tersebut mencari lokasi restoran incaran, anggota rombongan lain duduk menunggu di lobi mal.
Lalu sebelum memutuskan makan malam di Pizza Hut Kemanggisan, kami googling restoran terdekat lewat smartphone. Sepanjang perjalanan Central Park-Palmerah kami habiskan saling mengusulkan nama restoran tertentu berdasarkan temuan masing-masing.
Pizza Hut dipilih karena hanya tempat itu yang pernah didatangi. Kami khawatir kena jebakan betmen jika memilih restoran lain. Terlebih saat itu malam tahun baru.
Sama-sama lewat smartphone, Traveloka Eats menyajikan informasi jauh lebih lengkap. Mulai dari foto menu, kisaran harga, peta lokasi yang terkoneksi dengan aplikasi penunjuk jalan, serta yang terpenting adalah rating dan ulasan dari pengguna Traveloka yang pernah makan di sana.
Untuk memudahkan kita memilih, tersedia opsi pengurutan hasil pencarian berdasarkan rentang harga (dari mahal ke murah), rating dari pengguna, kadar popularitas restoran/kafe, ataupun jarak dengan posisi kita. Praktis dan lengkap!
2) Ekonomis, karena terdapat banyak tawaran promo dan diskon
Menggunakan Traveloka Eats, wa bil khusus fitur Treats, kita dapat menemukan berbagai penawaran menarik yang sungguh sayang untuk diabaikan. Kita jadi tahu ada promo apa di satu restoran tanpa harus datang ke sana terlebih dahulu.
Kalau diskon 10% di Steak 21 Buffet Central Park tadi kurang menarik, coba lihat tawaran yang diberikan Djakarta’s Steak. Restoran steak yang juga berlokasi di Tanjung Duren ini menawarkan dua treats:
Empat set menu (terdiri atas 4 main course, 4 minuman, 2 desert, dan 1 appetizer) seharga Rp117.000 dari harga normal Rp205.000; atau
Dua set menu (terdiri atas 2 main course, 2 minuman, 2 desert, dan 1 appetizer) seharga Rp62.000 dari harga normal Rp115.000.
Bingung kan? Dijamin deh ini bakal jadi #PengalamanMengenyangkan yang menyenangkan karena bersahabat dengan kantong kita.
3) Bisa pakai berbagai macam metode pembayaran
Treats yang ditawarkan Traveloka Eats hanya berlaku jika transaksi dilakukan melalui aplikasi Traveloka. Karenanya kita jadi punya banyak opsi metode pembayaran, sama seperti saat memesan tiket pesawat maupun hotel. Tidak harus bayar tunai.
Menariknya, rata-rata merchant yang tercantum dalam daftar fitur Treats menerima pembayaran nontunai (cashless). Jadi, tidak bawa uang tunaipun tidak masalah kok. Kecuali uang receh untuk membayar parkir mungkin ya.
Pilihannya adalah pembayaran dengan kartu kredit, transfer bank, Uangku, bahkan juga Traveloka Paylater. Opsi terakhir ini sepertinya bakal jadi favorit, sebab membuat kita dapat makan enak sepuasnya sekalipun kantong tengah kempes karena tanggal tua.
Dengan sederet penawaran menggiurkan serta manfaat yang memudahkan begini, yakin masih tidak mau menggunakan fitur Treats by Traveloka Eats?
Posting ini diikutsertakan dalam kontes blog Menemukan Hidden Gems dengan Treats by Traveloka Eats yang diadakan oleh Traveloka x C2Live.com.
Dengan fitur Treats by Traveloka Eats, kita bisa makan enak sepuasnya di restoran pilihan tanpa khawatir kantong bolong. Benar-benar sebuah #PengalamanMengenyangkan nan menyenangkan :) SETIAP kali saya main ke Jakarta, adik perempuan yang tinggal di kawasan Palmerah selalu mengajak ke Central Park.
0 notes