#nutrisi anak
Explore tagged Tumblr posts
bantennewscoid-blog · 1 year ago
Text
Ini Pentingnya Nutrisi Omega 3 & 6 Bagi Tumbuh Kembang Otak Anak
SERANG – Nutrisi bagi anak sangat penting, termasuk asupan nutrisi Omega 3 & 6 sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak anak, khususnya pada periode emas 1000 hari usia anak hingga mereka berusia 5 tahun. Hal ini disampaikan Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS yang merupakan pakar teknologi pangan dan gizi terkemuka di Indonesia dan salah satu ketua PERGIZI PANGAN Indonesia. Menurutnya,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
jualnstmuntuksakitlambung · 4 months ago
Text
Beli 0858-0680-9803 Suplemen Mineral Sebagai Suplemen Remaja Suplemen Mineral Banggai Yogyakarta NSTM
Tumblr media
#Jual Obat Herbal Untuk Lambung Mandalamukti#Meningkatkan Daya Tahan Tubuh: Kombinasi trace mineral dalam suplemen ini dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh anak-anak#membantu melawan infeksi termasuk TBC.#2.#Mempercepat Proses Pemulihan: Dengan nutrisi tambahan yang diberikan#proses penyembuhan anak dari TBC dapat berjalan lebih efisien dan cepat.#3.#Mendukung Pertumbuhan dan Perkembangan: Selain itu#suplemen ini juga memberikan dukungan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental anak-anak.#Komitmen terhadap Kualitas#Semua produk dari PT. Primajaya Semesta Internasional diproduksi dengan standar kualitas yang ketat dan proses produksi yang terkontrol sec#sehingga Anda dapat yakin bahwa setiap produk yang Anda beli aman dan efektif digunakan untuk anak-anak Anda.#Untuk informasi lebih lanjut dan untuk memesan produk#kunjungi situs web resmi mereka di v8primajaya.com. PT. Primajaya Semesta Internasional siap membantu Anda memilih suplemen terbaik untuk m#Jangan ragu untuk menghubungi mereka melalui alamat di JL. Mawar 7 RT 5 RW 2#Kadirojo 2#Purwomartani#Kalasan#Sleman#D.I. Yogyakarta#atau melalui situs web mereka untuk konsultasi lebih lanjut. Pastikan anak-anak Anda mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh#Mendukung Kesehatan Anak dengan Suplemen Berkualitas dari PT. Primajaya Semesta Internasional#Kesehatan anak merupakan prioritas utama bagi setiap orang tua. Untuk membantu dalam proses pertumbuhan dan menjaga kesehatan anak#PT. Primajaya Semesta Internasional menghadirkan serangkaian suplemen kesehatan terbaik yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan nutr#Tentang PT. Primajaya Semesta Internasional#PT. Primajaya Semesta Internasional berlokasi di JL. Mawar 7 RT 5 RW 2#dan dikenal luas sebagai produsen suplemen kesehatan terkemuka yang menggunakan bahan-bahan alami terbaik dengan standar produksi yang keta#Memperkenalkan “Booster Pengobatan Vertigo dengan Trace Mineral”#Salah satu inovasi terbaru dari PT. Primajaya Semesta Internasional adalah “Booster Pengobatan Vertigo dengan Trace Mineral”. Produk ini di#dan sering kali memerlukan dukungan tambahan dari segi nutrisi untuk membantu proses penyembuhannya.
0 notes
boycooncat · 2 years ago
Text
Tumblr media
NUTRISI TAMBAHAN ANAK KUCING
Anak Kucing juga butuh multifitamin seperti kita loh, salah satu multifitamin yang cukup recomended adalah multifitamin herbal yang mengandung Fitobiotik. Nutripus suplement kucing yang diformulasikan dari Fitobiotik
Fitobiotik adalah tanaman herbal yang mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi tubuh makhluk hidup. Pada hewan fungsi fitobiotik berperan ganda sebagai imbuhan pakan (feed additive). NUTRIPUS menggunakan Fitobiotik yang mengandung Lysine, Vit B1, B6, B12, Trace Mineral dan Curcuma Zanthorrisa serta tambahan bakteri BAIK yang akan menekan pertumbuhan bakteri JAHAT
Diawal bisa jadi kucing akan tidak suka dengan bau khas herbalnya tapi setelah terbiasa akan terlihat perbedaan yang signifikan mulai dari nafsu makan, aktifitas, betabolisme tubuh dan bau kotorannya.
Nutripus bisa digunakan sebagai tindakan preventif untuk terus menjaga kucing tetap sehat tapi juga bisa digunakan saat kucing sedang sakit untuk memperkuat daya tahan tubuh dan masa recovery setelah sakit.
Gunakan sesuai aturan pakai untuk kucing dewasa maksimal 5 tetes per hari
wa.me/6285656407437 IG : boycooncat Fb : boy coon cat Boy Coon Cat service & care
We care your`s special cat
catservice
catcare
catlovers
catsuplement
nutripus
jasapacak
jasapacakkucing
pacakkucingmalang
pacakkucing
pacakmaincoone
pacakflatnose
pacakpeaknose
pacakpersia
0 notes
lamarizkk · 2 years ago
Text
Tumblr media
YANG LAGI VIRAL, (0851.7171.9847) Distributor obat herbal asmafas spirulina . 93
0 notes
sarasastra · 8 days ago
Text
Tentang Memasak
Biasanya, ketika perempuan baru saja menikah ia akan jadi "rajin" masak.
Beberapa difoto, dipublikasikan, dicatat cara pembuatannya supaya tidak lupa besok-besok.
Menyenangkan aja rasanya bisa bikin-bikin makanan untuk dicicipi suami. Pujian darinya bikin hati 'mabuk kepayang'. Jadi candu untuk coba resep-resep baru dengan penyajian yang macam-macam.
Begitu pun ketika anak sudah hadir, dan sudah cukup usia untuk memasuki fase MPASI.
Masak menjadi arena 'percobaan' yang mana dapur menjadi laboratorium utamanya.
Memasak bukan lagi sekadar pemenuhan keinginan, melainkan sudah jadi 'keharusan' dan keahlian yang dimiliki seorang Ibu agar anaknya lebih terperhatikan secara menu dan nutrisi.
Setelah anak terlatih makan dan mencukupi usianya untuk bergabung dalam menu keluarga, memasak menjadi suatu hal yang "wajib" dikuasai meski tidak harus tiap hari dilakukan.
Terus berlatih dan mencoba adalah kuncinya. Meski tidak lagi serajin dulu untuk mendokumentasi, setidaknya tangan tidak lupa racikannya.
Semoga masakan kita terkenang dihati dan ingatan keluarga kita ya ♡
Tangerang, 20 November 2024
36 notes · View notes
san-foodtech23 · 2 months ago
Text
Sentimen Publik : Antara Konsumsi Mie Instan atau Inovasi Mie Organik
Tumblr media
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi tertinggi urutan kedua setelah negara Cina berkisar 13,270 juta bungkus atau setara 92,4% dari total penduduk di Indonesia (Sindi, 2022).
"Konsumsi mie instan lebih baik tidak lebih dari dua bungkus dalam satu minggu dan tidak dijadikan kebiasaan rutin. Bila ingin mengkonsumsi mie instan sebaiknya diberikan tambahan sayur dan protein seperti telur, ayam, daging serta sumber protein lain. Tidak dianjurkan konsumsi mie instan sebagai lauk atau dimakan hanya dengan nasi karena hanya mengandung karbohidrat saja," pungkas Tri Kurniawati selaku Ahli Gizi Universitas Muhammadiyah Surabaya.
"Cara masaknya yang sangat mudah, punya banyak varian rasa, mudah dikreasikan menjadi aneka macam makanan," tutur Samuel.
" Harganya murah meriah, mudah didapatkan dimana-mana. Entah itu di warung dekat rumah hingga supermarket," tambahnya.
Namun, berdasarkan Data kandungan gizi pada salah satu merek mie instan di Indonesia didapatkan hasil bahwa: dalam satu bungkus mie instan ukuran umum (85 gram) mengandung kalori sebesar 380 kkal, 49 gram karbohidrat, 4 gram gula, 7 gram serat, 8 gram protein, dan 21 gram lemak. Sedangkan untuk ukuran mie instan ukuran jumbo (129 gram) didapatkan hasil berupa kandungan : 560 kalori, 80 gram karbohidrat, 13 gram gula, 3 gram serat, 13 gram protein dan 21 gram lemak. Beberapa komponen vitamin dan mineral yang ada meliputo Vitamin A (50%), Vitamin B1 (50%), Vitamin B6 (25%), Vitamin B12 (20%) dan natrium (970 mg) (Zahra et al., 2023).
Menurut Zahra et al., 2023, konsumsi mie instan melebihi batas konsumsi dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang bervariasi sekaligus kelainan fungsi. Hal ini disebabkan oleh kandungan karbohidrat sederhana, lemak dan natrium yang tinggi. Beberapa gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari pola konsumsi mie instan secara berlebihan yaitu:
a. gangguan pencernaan, mie instan termasuk jenis makanan yang sulit untuk dicerna oleh tubuh sehingga dapat membuat sistem kerja pada saluran cerna bekerja lebih berat.
b. gangguan ginjal, adanya penumpukan natrium dan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan terganggunya fungsi ginjal.
c. obesitas, adanya kandungan kalori yang tinggi mengakibatkan berat badan naik dengan mudah.
d. tekanan darah tinggi, tingginya kandungan natrium dalam garam pada 1 kemasan mie instan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan risiko kardiovaskular. Selain itu, konsumsi natrium per hari tidak boleh lebih dari 2.000-2.400 atau setara dengan 5-6 gram garam.
e. sindrom metabolik, terjadi ketika tubuh terbiasa menerima makanan instan dan kurang menerima sayuran dapat menyebabkan gejala penumpukan lemak pada perut, hipertensi, gula darah tinggi hingga kadar lipid yang tidak normal.
Sumber : Zahra et al., 2023.
Berbicara mengenai inovasi pangan berkelanjutan, mie instan menjadi salah satu produk pangan yang disoroti banyak kalangan untuk dilakukan inovasi melalui fortifikasi. Penambahan bahan dalam inovasi tersebut dapat berupa sayuran, buah-buahan maupun limbah steril dengan nilai gizi yang cukup tinggi. Salah satu inovasi mie organik yang sudah ada di Indonesia adalah mie organik daun kelor dari Desa Buahan.
Mie Kelor Desa Buahan adalah salah satu produk inovatif yang kaya akan nutrisi dan manfaat kesehatan. Daun kelor dikenal tinggi vitamin A dan berbagai nutrisi lainnya. Mengolah kelor menjadi mie tidak hanya menawarkan cita rasa yang unik dan lezat tetapi juga memberikan pilihan makanan yang sehat bagi masyarakat," ujar Bupati Sanjaya.
Menurut penelitian Adi et al., 2019, produk mie daun kelor terbukti mengandung vitamin A lebih tinggi dibandingkan produk mie biasa sehingga dapat memenuhi kebutuhan vitamin A harian anak, mengandung vitamin C dibandingkan produk mie biasa yang tidak mengandung vitamin C, mengandung senyawa bioaktif flavonoid berupa myrecyetin, quercetin dan kaempferol sebagai antioksidan.
Potensi pengembangan mie organik daun kelor memiliki nilai ekonomis dengan cara pemasaran yang beragam salah satunya melalui usaha warung makan.
"Untuk rasanya ini benar-benar enak, ditambah kelornya cukup berasa dan jika dimakan mienya saja sudah enak menurut saya," kata seorang pelanggan Satrio.
Selain itu, penggantian substitusi tepung dengan tepung non gluten dapat menjadi salah satu keunggulan mie organik daun kelor. Namun, salah satu kelemahan mie organik terutama mie organik daun kelor adalah harganya yang relatif dua kali lipat dari harga mie instan di pasar.
Jadi, kalian lebih suka mie yang mana nih? Mie instan dengan harga ramah di kantong atau mie organik demi kesehatan? Yuk, mulai sayangi kesehatan tubuh dimulai dari diri sendiri. Love your self❤
Referensi:
Sindi, A. E. 2022. Preferensi Remaja Terhadal Keputusan Pembelian Mie Instan Korea Berbagai Merek di Kabupaten Sumenep. Jurnal Cemara 19(2).
Adi, A. C., Qonita, R., dan Agnessia, N. A. 2019. The Acceptance and Nutritional Value of Crispy Noodles Supplemented With Moringa Oleifera as a Functional Snack for Children in a Food Insecure Area. Preventive Nutrition and Food Sience, 24(4).
Zahra, A. H., Najwa, H. R., Rihhadatul., dan Aisy. N. 2023. Faktor dan Pengaruh Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Multidisiplin 2(3).
7 notes · View notes
elyaqaidah · 2 months ago
Text
Tumblr media
Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik anak terhambat, sehingga tinggi badannya tidak mencapai standar yang sesuai dengan usia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting terjadi ketika seorang anak mengalami kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun. Stunting sering kali diukur dengan perbandingan tinggi badan terhadap umur, dan anak yang stunting biasanya memiliki tinggi badan di bawah minus dua deviasi standar dari median tinggi badan anak sehat.
Penyebab Stunting
1. Kekurangan Gizi: Pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya akses terhadap makanan bergizi berkontribusi signifikan terhadap stunting.
2. Penyakit Infeksi: Infeksi mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kebutuhan energi tubuh.
3. Lingkungan: Kondisi sanitasi yang buruk, air bersih yang tidak tersedia, dan lingkungan sosial yang tidak mendukung juga memainkan peran penting.
Dampak Stunting bagi Kesehatan
1. Pertumbuhan Fisik yang Terhambat. Anak yang mengalami stunting akan memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan dengan teman sebayanya.
2. Meningkatkan risiko obesitas dan mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain.
3. Anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan di masa dewasa, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Ini terkait dengan pola makan yang buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Upaya Pencegahan Stunting
1. Pemerintah dan lembaga terkait harus memastikan ketersediaan makanan bergizi dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang.
2. Program-program kesehatan yang mendukung ibu hamil dan anak, termasuk pemeriksaan kehamilan yang teratur dan penyuluhan tentang perawatan bayi, sangat penting.
3. Meningkatkan fasilitas sanitasi dan akses terhadap air bersih dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat memperburuk kondisi stunting.
4. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang dampak buruk stunting serta cara mencegahnya melalui program penyuluhan yang efektif.
9 notes · View notes
rubahlicik · 2 months ago
Text
Mylog: Buang Kucing
Meskipun lucu, menurut aink kucing tuh hewan yang problematik. Tingkat kelahiran kucing yang tinggi, terutama yang liar bebas tuh sering jadi masalah. Gimana engga, tiap beberapa bulan per satu betina hamil aja bisa beranak sampai empat.
Ga bisa diapa apain, karena emang kodratnya kayak gitu. Mending yang diurus sama induknya, ada kasus yang induknya pergi ga tau kemana ada juga yang anak2nya dibuang ga sama induknya.
Kejadian tuh kemarin di komplek. Ada yang buang anak kucing pinggir sawah. Masi kecil banget, baru bisa eok eok. Awalnya aink biarin aja pas lewat sana, tapi karena kepikiran aink cek lagi setelah sampai rumah.
Eh ternyata bener, bocil2 itu Uda melintas ke jalan dan hampir ketabrak sama pengendara motor. Motornya Ampe berhenti dulu buat kepinggirin bocil2nya.
Daripada ketabrak trus cacat atau mati jadi bangke, yauda aink bawa aja ke sawah belakang rumah mertua. Disana banyak ijuk sama pohon jagung yang Uda cukup tinggi. Biar kalo malem anget, kalo siang bisa neduh. Aink kasi makan seadanya disana.
Tapi sorenya mereka eok eok lagi, trus main sama anak2,. Trus nambah lagi satu ga tau darimana
Jadi total ada 3 anak kucing.
Tumblr media
Masi kecil banget. Kemaren dikasi susu growsi pada ga mau, aink juga ga bisa dan ogah effort beli dan ngasi susu pake pipet🙄
Jadinya dikasi dryfood campur wetfood, sama sesekali tambah nasi 🙃. Mayan ga berisik banget karena perut mereka kenyang.
Ternyata, kata tetangga komplek ini tuh emang suka jadi tempat pembuangan kucing. Meskipun ga officially miara, orang sini pada suka ngasih makan, jadi ya Cocok aja kalo ada orang buang kucing kesini.
Cuman ya kalo terus2an asa gimana gitu. Mertua emang suka kucing, punya 2 kucing ras sama 1 kucing domestik yang ketiganya hidup di rumah. Aink bawa 1 dari bandung, si Omo. Sehari hari di luar, tapi kadang main di dalem.
Aink sih ngerasa kalo disini tuh Uda kebanyakan kucing. Aink sendiri kalo di teras, ya ngasi makan ke Omo doang, karena emang dia kucing aink. Dipiara dari kecil. Tapi ibu mertua suka ngasih ke semua kucing yang datang 🙃, jadinya ya banyak wae yang kesini. Duh
Oia, kucing ras ibu yang betina lagi hamil anaknya Omo. Kemungkinan bakal nambah lagi kucing disini ga tau tiga ato empat. Omaigot...
Siapa tau ada yang suka kucing dan pengen adopsi kucing domestik boleh lah ini kucing liar yang tiga ekor😂😂
Posisi di Munjul, Majalengka
Boleh banget diambil asal diurus. Aink kemaren Uda beli makannya dan bikin kandang dari dus tebel, jadi selama belum ada yang ambil ya mau aink diurus dulu.
Tumblr media Tumblr media
Keinget beberapa Minggu lalu, kucing betina dewasa penunggu rumah tukang galon mati diracun deket sawah. Posisi mayatnya ga jauh dari tempat pembuangan bocil2.
Sama aink dikuburin di lahan kosong Deket sini trus lapor ke tukang galonnya. Suami istri itu ternyata emang suka ngasih makan dan sesekali ngebiarin kucing betina itu masuk, jadi pas tau kucingnya mati diracun agak sedih juga. Mana kucingnya lagi hamil
Beberapa hari setelah kucingnya aink kuburin, aink beli galon. Eh tukang galonnya malah ngasih duit🙄, makasih Uda mau nguburin kucingnya cenah
Itu kedua kalinya aink ngubur kucing. Not a good life experience,..
Makanya aink mikir, kalo anak kucing tanpa induk dan tanpa ada orang buat ngeadopt mending dilepas ke sawah aja ga sih. Siapa tau dimakan ular sawah.
Pendapat aink pasti banyak kontranya di kalangan pecinta kucing. Tapi ya realistis aja, apa sanggup semua kucing betina liar disteril? Apa bisa kucing dewasa siap kawin dikasih kondom pas mau kopulasi?
Jadi, daripada mati kelaparan atau ketabrak dan jadi bangkai mending jadi nutrisi buat hewan lain aja ga sih😀
Tumblr media
8 notes · View notes
varista19 · 2 months ago
Text
⋆. 𐙚 Minyak Sawit Merah: Superfood Alami yang Kaya Antioksidan dan Vitamin🥥
Tumblr media
Tau gasih dengan produksi mencapai 45,5 juta metrik ton pada tahun 2022/2023, minyak sawit Indonesia bukan hanya penting bagi ekonomi, tetapi juga bagi kesehatan kita! Yuk baca lebih lanjut
Apa Itu Minyak Sawit Merah?
Minyak sawit merah merupakan hasil olahan minyak sawit kasar (CPO) yang kaya akan karotenoid, terutama **β-karoten**—sumber pro-vitamin A yang sangat penting. Berbeda dengan minyak sawit biasa yang sering kehilangan vitamin A selama proses pemurnian, minyak sawit merah mempertahankan kandungan β-karoten dengan metode pemurnian yang lebih minimal.
Kenapa Minyak Sawit Merah Begitu Menarik?
Kaya Nutrisi: Minyak sawit merah mengandung berbagai mikronutrien seperti vitamin E, ubikuinon, dan sterol, yang lebih tinggi dibandingkan minyak sawit biasa.
Bermanfaat bagi kesehatan: Efektif dalam meningkatkan kadar vitamin A, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil.
Mendukung Kesehatan Jantung: Kandungan antioksidan yang tinggi membantu melindungi jantung dari berbagai penyakit.
Meningkatkan Sistem Imun: Membantu tubuh melawan infeksi dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Penggunaan Minyak Sawit pada Produk Pangan
Minyak Masak: Stabil dan tahan terhadap oksidasi, minyak sawit merah cocok digunakan untuk menumis dan menggoreng.
Produk Bakery: Dapat menggantikan RBD palm olein, memberikan rasa dan tekstur yang lezat pada kue-kue Anda.
Es Krim: Dengan metode pengolahan yang tepat, minyak sawit merah bisa digunakan untuk meningkatkan kandungan nutrisi dalam eskrim
Minyak sawit merah memiliki karakteristik fisikokimia yang memungkinkan penggunaannya sebagai pengganti RBD Palm Oil (RBD PO) dalam berbagai produk pangan. Perbedaan mencolok terletak pada warna merah pekatnya yang dapat memengaruhi tampilan produk akhir. Stabilitas minyak sawit merah yang lebih baik selama penyimpanan dan pemanasan disebabkan oleh kandungan senyawa bioaktif antioksidan yang tinggi. Dengan titik asap yang tinggi, minyak ini cocok digunakan untuk memasak, margarin, dan produk olahan lainnya, seperti salad dressing, kari, saus, dan bahkan es krim. Keunggulan kandungan senyawa bioaktifnya menjadikannya pilihan yang lebih sehat dibandingkan minyak sawit biasa, dengan penerapan yang luas dalam berbagai produk, termasuk roti, makanan ringan, dan confectionery.
Tumblr media Tumblr media
Sumber: https://foodreview.co.id/blog-156696977-MINYAK-SAWIT-MERAH-SEBAGAI-INGRIDIEN-PANGAN-FUNGSIONAL.html
4 notes · View notes
bantennewscoid-blog · 1 year ago
Text
Supaya Berprestasi di Sekolah, Jangan Lupa Kecukupan Nutrisi pada Anak
SERANG – Anak Pada usia 3 tahun ke atas si Kecil akan memiliki milestone penting dalam perkembangannya. Pada fase pertumbuhan ini ada berbagai hal baru yang akan dialami anak, salah satunya ketika momen pertama anak menginjakkan kaki ke sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK). Namun bagi orangtua, hari bersekolah adalah momen berharga yang bisa menimbulkan kecemasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Hubungi : +62 815–5495–9137 Inovasi Baru Rambak Mangga, Rasanya Makin Unik !!
Tumblr media
Rambak mangga, sebuah camilan tradisional yang telah lama digemari, kini mengalami perubahan yang signifikan. Produk ini telah melalui berbagai inovasi rambak mangga untuk menghadirkan pengalaman rasa yang berbeda dari sebelumnya. Proses inovasi ini dilakukan dengan memadukan bahan-bahan berkualitas tinggi dan teknik modern sehingga menghasilkan camilan yang tidak hanya lezat tetapi juga unik.
Saat ini, rambak mangga tidak lagi sekadar camilan renyah dengan rasa yang itu-itu saja. Berbagai produsen telah memperkenalkan varian rasa baru yang menarik perhatian pasar. Cicipi inovasi baru dalam rambak mangga dengan rasa yang makin beragam dan unik! Di antara inovasi tersebut, hadirnya rasa pedas manis, keju, bahkan bumbu khas nusantara seperti balado, membuat rambak mangga semakin diminati. Dengan kombinasi rasa yang mengejutkan, setiap gigitannya memberikan sensasi berbeda yang membuatnya semakin menarik untuk dicoba.
Tak hanya dalam hal rasa, inovasi juga terjadi pada tekstur dan komposisi nutrisi. Kini, rambak mangga diolah dengan lebih sedikit minyak dan bahan pengawet alami, sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Teksturnya pun lebih kriuk, memberikan kepuasan tersendiri bagi mereka yang menyukai camilan renyah. Selain itu, varian bebas gluten dan rendah kalori pun mulai bermunculan, menjadikannya pilihan camilan yang cocok untuk berbagai kalangan, termasuk mereka yang menjalani gaya hidup sehat.
Dari sisi estetika, pengemasan juga menjadi sorotan. Inovasi dalam desain kemasan yang lebih menarik dan fungsional turut berkontribusi terhadap daya tarik rambak mangga di pasar. Kemasan yang ramah lingkungan serta berdesain minimalis kini banyak diminati, tidak hanya karena faktor visual, tetapi juga karena mendukung kesadaran akan kelestarian lingkungan.
Inovasi-inovasi ini tidak hanya sekadar menambah variasi, tetapi juga memperluas pangsa pasar rambak mangga. Dengan lebih banyak pilihan rasa, tekstur, dan kemasan, rambak mangga berhasil menjangkau segmen pasar yang lebih luas, mulai dari anak-anak hingga dewasa, dari pecinta makanan ringan hingga mereka yang menginginkan camilan sehat. Hubungi 0815 5495 9137 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai produk inovatif rambak mangga ini dan rasakan perbedaannya sendiri.
Di tengah persaingan industri makanan ringan yang semakin ketat, inovasi menjadi kunci untuk tetap relevan dan menarik minat konsumen. Produsen yang mampu menghadirkan sesuatu yang baru dan berbeda, seperti rambak mangga dengan varian rasa unik ini, tentu memiliki keunggulan kompetitif. Dengan inovasi yang terus berlanjut, masa depan rambak mangga sebagai camilan favorit tampaknya masih sangat cerah.
Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari tren ini. Cicipi inovasi baru dalam rambak mangga dengan rasa yang makin beragam dan unik! Jadikan rambak mangga pilihan utama untuk setiap momen santai Anda, baik di rumah maupun di perjalanan. Dengan segala inovasi yang ditawarkan, rambak mangga siap memberikan pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
2 notes · View notes
jualnstmuntuksakitlambung · 4 months ago
Text
Harga 0858-0680-9803 Suplemen Mineral Untuk Pegal Linu Orang Tua Suplemen Mineral Seruyan Yogyakarta NSTM
#Jual Obat Herbal Untuk Lambung Rancamulya#Meningkatkan Daya Tahan Tubuh: Kombinasi trace mineral dalam suplemen ini dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh anak-anak#membantu melawan infeksi termasuk TBC.#2.#Mempercepat Proses Pemulihan: Dengan nutrisi tambahan yang diberikan#proses penyembuhan anak dari TBC dapat berjalan lebih efisien dan cepat.#3.#Mendukung Pertumbuhan dan Perkembangan: Selain itu#suplemen ini juga memberikan dukungan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental anak-anak.#Komitmen terhadap Kualitas#Semua produk dari PT. Primajaya Semesta Internasional diproduksi dengan standar kualitas yang ketat dan proses produksi yang terkontrol sec#sehingga Anda dapat yakin bahwa setiap produk yang Anda beli aman dan efektif digunakan untuk anak-anak Anda.#Untuk informasi lebih lanjut dan untuk memesan produk#kunjungi situs web resmi mereka di v8primajaya.com. PT. Primajaya Semesta Internasional siap membantu Anda memilih suplemen terbaik untuk m#Jangan ragu untuk menghubungi mereka melalui alamat di JL. Mawar 7 RT 5 RW 2#Kadirojo 2#Purwomartani#Kalasan#Sleman#D.I. Yogyakarta#atau melalui situs web mereka untuk konsultasi lebih lanjut. Pastikan anak-anak Anda mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh#Mendukung Kesehatan Anak dengan Suplemen Berkualitas dari PT. Primajaya Semesta Internasional#Kesehatan anak merupakan prioritas utama bagi setiap orang tua. Untuk membantu dalam proses pertumbuhan dan menjaga kesehatan anak#PT. Primajaya Semesta Internasional menghadirkan serangkaian suplemen kesehatan terbaik yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan nutr#Tentang PT. Primajaya Semesta Internasional#PT. Primajaya Semesta Internasional berlokasi di JL. Mawar 7 RT 5 RW 2#dan dikenal luas sebagai produsen suplemen kesehatan terkemuka yang menggunakan bahan-bahan alami terbaik dengan standar produksi yang keta#Memperkenalkan “Booster Pengobatan Vertigo dengan Trace Mineral”#Salah satu inovasi terbaru dari PT. Primajaya Semesta Internasional adalah “Booster Pengobatan Vertigo dengan Trace Mineral”. Produk ini di#dan sering kali memerlukan dukungan tambahan dari segi nutrisi untuk membantu proses penyembuhannya.
0 notes
ceritasiolaa · 3 months ago
Text
Cerita Kehamilan
Tumblr media
“Karena sejatinya mempersiapkan kehamilan merupakan salah satu cara mempersiapkan sang penerus keshalihan.” – Iiv Hayyu Chayaya (Buku Kehamilan Syar’i)
Mengandung merupakan sebuah rezeki dari Allah Ar-Razzaq. Sebuah karunia besar dari Allah diberikan kesempatan untuk mengandung, melahirkan, hingga nantinya menyapih dua tahun penuh dan memiliki peran sebagai orang tua untuk mendidik anak menjadi generasi terbaik nantinya. MasyaAllah.
Aku yang awalnya tidak tahu akan hamil, cukup awkward dengan keadaan dan bingung harus apa. Setelah kurang lebih 2 bulanan menikah, alhamdulillah Allah titipkan amanah baru untuk kami.
Disclaimer dulu, aku sebenarnya belum banyak mempelajari ilmu tentang kehamilan, menyusui, parenting, dan lainnya. Sebelum menikah aku memang lebih sering mempelajari ilmu pernikahan dan ilmu-ilmu syar’i lainnya yang tidak berhubungan dengan kehamilan.
Untuk teman-teman disini, aku sarankan sebelum menikah lebih baik sudah mempelajari tentang kehamilan juga ya. Tapi juga aku belum merasa terlambat, karena saat hamil kemarin pun aku nyambi belajar juga hehe. Namun alangkah lebih baiknya jika sudah dipersiapkan dari awal, sehingga teman-teman tidak shock dan bingung harus apa ketika mengetahui awal kehamilan
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Bukhari dan Muslim)
Biidznillah, aku mengikuti beberapa kelas kehamilan. Salah satunya adalah kelas kehamilan syar’i dari Sequmil (Sekolah Qur’an Ibu Hamil). Kelasnya disusun dengan sangat rapi dan terorganisir
Ada materi yang sudah dijadwalkan
Kelompok halaqoh al-qur’an untuk menyetor hafalan
Kelas Tahsin Al-Fatihah
Laporan tilawah setiap harinya yang telah ditargetkan.
Informasi tentang pendidikan anak dalam kandungan melalui audio
Tugas praktek
Evaluasi materi
Ada juga care provider, tempat kitab konsultasi mengenai kehamilan kita kepada bidan-bidan sequmil Kemudian aku juga dapat bonus kelas, yakni kelas persalinan dan juga kelas senam hamil (senam maryam). Ditambah juga ada modul kelas sekolah qur’an ibu hamil. Didalamnya terdapat panduan harian ibu hamil seperti; rencana mutaba’ah yaumiyah, rencana kegiatan jasadiyah, rencana nutrisi sunnah yang dikonsumsi, serta rencana pendidikan janin dalam kandungan sesuai al-qur’an dan sunnah. Dari kelas ini aku baru menyadari bahwa ternyata sejak dalam kandungan kita sudah bisa mendidik anak ya. Dalam sebuah jurnal aku baca, proses pendidikan yang dilakukan pada masa anak dalam kandungan bukan secara langsung untuk si janin dalam kandungan. Akan tetapi perilaku-perilaku yang diamalkan oleh kedua orang tua nya yang memberi pengaruh bagi janin dalam kandungan. "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim) Tarbiyah Islamiyah adalah pendidikan yang syamilah dan mutawazinah (menyeluruh dan seimbang). Menyeluruh artinya semua hal dididik. Hal-hal yang akan melahirkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Keseimbangan orang yang shalih meliputi; ruhiyah, akal, dan fisik. Semuanya sesuai dengan porsi masing-masing.
| Medan, 12 Agustus 2024
2 notes · View notes
lamarizkk · 2 years ago
Text
Tumblr media
Distributor obat herbal asmavit spirulina TERBAIK, WA 0851-7171-9847 . 92
0 notes
punya-debusemesta · 7 months ago
Text
Kamu terlalu banyak mengkonsumsi sampah
Tumblr media
Kritisi saja novel itu, plotnya kurang masuk akal, karakternya kurang mendalam. Katakan pada dirimu, "aku bisa kok buat yang lebih baik!"
Hina saja web komik itu, grafiknya tidak enak dipandang, naskahnya kacau sekali. Katakan pada dirimu, "aku bisa kok buat yang lebih baik!"
Ludahi saja tulisan itu, kalimatnya rancu, tanda bacanya tidak jelas. Katakan pada dirimu, "aku bisa kok buat yang lebih baik!"
Yup, kamu terhebat. Kamu raja dunia. Kamu paling wah. Kamu pantas diakui. Kamu harus dapat pujian!
Tanpa sadar kamu menargetkan kesuksesan pada umur 20-an, kamu terlalu banyak melihat anak muda yang berfoto dengan ferrari atau yacht mereka.
Tanpa sadar standar kesuksesanmu hanya sekedar materi, kamu terlalu sering mendengar musik hedon tentang pemborosan uang dari rapper-rapper barat pecandu berat itu.
Tanpa sadar kamu merasa hebat dan agung tanpa karya. Kamu terlalu sering bergaul dengan orang ber-privilage, yang sering lupa caranya menginjak tanah.
Tanpa sadar kamu membayangkan bahwa kejayaan dapat diraih dengan hanya upaya yang minimal, kamu terlalu mengandalkan keberuntungan!
Terlalu banyak karya masterpiece seniman kamu lihat tanpa tahu prosesnya. Kamu terlalu sering lupa menikmati prosesnya.
Kamu terlalu sering mengkonsumsi sampah.
Kamu terlalu sering memberi otakmu nutrisi kadaluarsa.
Tumblr media
Kamu terlalu sering menghina tanpa sadar pada karya hasil dari jerih payah seorang pemula yang mulai berani menciptakan karya pertamanya.
Siapa dirimu? Pujian dan keagungan hanya pantas tertuju pada Sang Pencipta sejati.
Jangan lupa ucapkan terimakasih padanya, karena inspirasi yang kau dapatkan adalah dari khazanah-Nya yang tiada batas.
2 notes · View notes
yaninurhidayati · 2 years ago
Text
Tumblr media
Jika dirasa-rasa, kehidupan ini lucu juga. Kita yang membuat ekspektasi, ketika tidak tercapai kita marah-marah. Lalu, menyalahkan diri sendiri. Padahal hasil bukanlah kendali kita. Barangkali ekspektasi kita yang terlalu tinggi, belum tersupport oleh kapasitas diri kita yang masih terlalu rendah. Aku jadi teringat dengan sebuah ayat Al Qur’an yang mengatakan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk mengatakan, 'kami telah beriman' TANPA diuji?!...” Apakah setelah menetapkan ekspetasi, tidak akan ada ujian untuk mengetahui kesungguhan diri untuk mencapainya? Sesuatu yang barangkali selalu ingin dihindari manusia, UJIAN.
Ada hal yang yang pernah terpikir olehku, membayangkannya akan menjadi hal yang menyenangkan jika aku benar-benar berada pada situasi itu. Namun, nyatanya di hari ke-100 aku menjalaninya, mungkin masih hitungan jari aku benar-benar menjalani peran ini dengan bahagia.
Suara riuh anak-anak terdengar hingga dalam rumah. Teriakan goal sesekali terdengar, membuatku ingin sekali segera menontonnya seperti hari-hari sebelumnya. Tinggal sedikit lagi apa yang aku masak siap disajikan di atas meja makan. Menu nutrisi penting untuk tubuh jompo kami, jangan sop. Kuah telah mendidih sempurna, rasa sudah pas, dan wortel sudah cukup empuk untuk digigit. Kumatikan kompor, kuambil eros, kugayung jangan sop beserta isinya dari panci ke mangkok. Kubawa menu terakhir ke atas meja. Voila! Makan malam sudah siap, waktunya bersantai sejenak menonton pertandingan anak-anak di depan rumah.
Tanah luas itu tepat berada di depan rumah kontrakan. Satu-satunya tanah yang paling luas yang ada di perumahan ini. Tanah yang seringkali dijadikan tempat tanding bola, badminton outdoor, sampai acara nikahan tetangga. Fasum serbaguna tempat menjalin silaturahmi antar tetangga, juga tempat berita terbaru dengan cepat menyebar.
“Tante Rayya!!!” suara pertama yang kudengar saat membuka pintu pagar rumah. Mbak Anggun melambaikan tangan si bungsu ke arahku. Kubalas dengan lambaian tangan paling tinggi dan senyum seriang mungkin. Kuberjalan menuju mereka dan membiarkan pintu pagar terbuka sedikit. Kugerak-gerakkan jari jemariku, membuat pertunjukkan sederhana yang membuat si bungsu tertawa riang. Dia mengangkat tangannya seakan-akan memberitahu bahwa aku pengen digendong tante Rayya. Kusambut tangan itu, lalu kugendong putri kecil yang baru berusia enam-belas bulan itu.
“Kok telat, dhek?” tanya mbak Anggun ketika mengalihkan si bungsu kepadaku.
“Iya, mbak. Menu makan malam kali ini sedikit ribet,” jawabku sekenanya.
“Merayakan sesuatu?”
“Enggak. Permintaan paksu.”
“Oh…,” jawab mbak Anggun mengakhiri topik permenuan.
“Itu siapa mbak?” tanyaku sambil menunjuk seorang gadis yang baru muncul dari belokan jalan menuju ke arah lapangan, melewati kami dengan senyuman, lalu masuk ke rumah yang berjarak tiga rumah dari rumahku.
“Itu Gina. Putri sulung Bu Joko. Dia dulu merantau ke Medan. Udah hampir satu bulan ini dia ditugaskan di Surabaya. Jadi, bisa pulang sebulan sekali. Nggak kayak dulu, setahun sekali aja sudah untung.”
Gina. Pertama kalinya ada seseorang yang membuatku teringat akan masa laluku sejak kepindahanku ke perumahan ini. Gadis berkerudung krem, ber-PDL mirip dengan yang pernah kupakai dulu, bersepatu safety dengan besi di bagian atasnya, dan tentu dengan ransel yang barangkali berisikan laptop, takut tiba-tiba si bos besar bertanya mendadak tidak peduli staffnya sedang cuti atau tidak.
***
Tahun lalu...
Menjejakkan sepatu safety di tengah tanah yang lebih sering berlumpur di kala hujan adalah salah satu scene kehidupan yang telah kubayangkan sejak mengenal apa itu praktek kerja lapangan saat kuliah. Bau semen yang begitu khas. Pepohonan yang hampir tidak ada sama sekali. Lonjoran besi di mana-mana. Tentu, tak ketinggalan, tangga scaffolding yang ngeri-ngeri sedap saat menaikinya. Tangga yang kubenci sekaligus kusuka dalam satu waktu. Karena dengannya-lah aku bisa mendapati pemandangan kota dari lantai tertinggi dan menjadi perempuan pertama yang menikmatinya sebelum menjadi viral saat gedung ini telah sempurna.
Bulai Mei yang digadang-gadang akan memasuki musim kemarau, ternyata telah mengalami cuaca yang labil dan upnormal. Sudah seminggu lebih hujan turun terus menerus tanpa henti, menyebabkan pergeseran jadwal pengecoran sangat di luar prediksi. Pawang hujan? Sayangnya itu tidak bekerja. Allah rupanya tidak menulis takdir bahwa pawang hujan itu akan berhasil dalam misinya kali ini. Seminggu lebih kami hanya bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan. Untungnya, lantai basement, mezzanine, lantai 1, lantai 2 dan lantai 3 telah tuntas proses cor. Pekerjaan arsitek dan Mechanical Electrical (ME) bisa masuk, sambil berharap hujan segera berhenti dan proses pengecoran lantai 5 segera dilakukan.
Hari ini, hari pengecoran pertama setelah off tujuh hari. Dengan semangat yang mulai membara lagi, aku mengikuti proses pengecoran yang memakan waktu satu hari penuh untuk memenuhi separuh bekisting plat lantai 5 yang telah diisi oleh besi-besi yang teranyam.
Roger... roger... Readymix terakhir datang! Readymix terakhir datang! Siap-siap test slump! Akhirnya, sebentar lagi pengecoran hari ini selesai.
"Rayya... Rayya... Rayya...," suara handy talky memanggilku.
"Ya, pak!" jawabku.
"Mbak, kamu order berapa kubik? Ini kenapa sisa banyak sekali?"
Deg! Aku yang mendengar pertanyaan itu langsung menutup mata dengan tangan kiriku. Teringat sebuah kertas berisi rincian BOQ yang digunakan acuan untuk order readymix ke supplier setiap harinya. BOQ yang kubaca adalah BOQ lama untuk pengecoran tertulis untuk pengecoran plat dan balok sekaligus 72 meter kubik. Sedangkan untuk pengecoran hari ini di jadwal baru hanya 65 meter kubik. Artinya tujuh meter kubik tersisa.
"Order tujuh puluh dua meter kubik, pak," jawabku dengan sedikit cemas. Aku telah melakukan sebuah kesalahan dan aku baru tersadar di detik-detik terakhir pengecoran malam ini akan tuntas.
"Gimana sih kamu, mbiaaaak! Kamu baca BOQ lama? Kesepakatan kita kan di rapat kemarin hanya 65 meter kubik!!!"
"Iya, pak! Maaf!" jawabku lemah. Sudah terbayang bagaimana marahnya Pak Roto yang berusaha semaksimal mungkin mempercepat pekerjaan di lapangan, namun, aku mengacaukannya.
"Pak Roto! Pak Roto! Ijin masuk, pak!" Aku mendengar suara yang tak asing masuk menyela percakapan kami.
"Iya, Ryan! Kamu ada area yang bisa dicor malam ini?!"
"Ada, pak. Tujuh meter kubik siap diterima di area tower A sisi utara."
"Oke, Ryan. Yok, semuanya siapkan jalan menuju tower A sisi utara! Segera! Beton makin mengeras. Duit ini! Duit. Yok, segera habiskan! CEPET! CEPET! CEPET!" Seketika nafasku lega. Tujuh meter kubik beton terselamatkan malam ini.  
Suara handy talky masih terdengar riuh. Bintang-bintang yang meramaikan langit malam seakan menyapaku dan bertanya apakah kau baik-baik saja? Lampu-lampu yang memberikan terang cahaya untuk para pencari nafkah di atas anyaman besi di lantai 5 itu seakan memberitahu ini pengecoran terakhir hari ini, sebentar lagi kita akan istirahat. Tenanglah. Sisa tujuh kubik itu telah ada solusinya. Are you okay, Rayya?
"Belum pulang, mbak?" suara di belakangku membuat kuterkejut. Portofon terlepas begitu saja. Buk. Jatuh tepat di luar railing balkon Site Office, untung tidak sampai terpantul ke luar lebih jauh. Aku menunduk dan melihat sebuah tangan sedang mengambil portofon melalui sela-sela railing yang tidak terlalu rapat, lalu memberikannya padaku seraya berkata, "Sampeyan terlihat lelah."
"Hehe. Makasih, pak! Maaf ya, merepotkan. Kalau nggak ada bapak, aku bisa pingsan mempertanggungjawabkan kelebihan orderan malam ini."
"Tenang mbak. Tadi tukangku mau kerja lembur menyiapkan balok dan plat untuk jadwal pengecoran besok. Dan udah diceklist. Kalau bisa dicor malam ini, kenapa nggak! Toh, kita semua yang untung kan," Ryan menoleh ke arahku, 
“He’em.”
"Sampeyan nggak pulang, karena khawatir ta, mbak?
“Nggak. Lagi pengen aja mengamati proses cor hari ini. Udah lama nggak lihat proses cor malam ditemani semarak lampu di atas sana.”
“Hahaha. Apa istimewanya, mbak?”
“Suka aja. Malam nggak selamanya ditemani bintang-bintang. Juga nggak selamanya mendapatkan cahaya rembulan. Lampu-lampu itu selalu menemani proses cor hingga tetes beton terakhir. Seakan pagi atau malam tak ada beda cahayanya. Sama-sama terang.”
“Puitis sekali. Biasanya manusia-manusia yang puitis punya tingkat kekhawatiran yang tinggi.”
“Bisa jadi iya. Bisa jadi enggak. Karena khawatir itu akan selalu ada membersamai manusia. Itu salah satu bentuk ujian manusia.”
“Sampeyan tak perlu terlalu mengkhawatirkan kejadian malam ini! Perjalanan masih panjang. Masih ada sepuluh lantai lagi.”
“Haha! Iya masih sepuluh lantai lagi ya. Masih panjang perjalanan drama proyek ini!”
“Namanya juga hidup, mbak. Kalau nggak ada drama, kata anak muda, nggak asyik,” ucap Ryan menirukan ekspresi anak muda, “Hidup itu ada yang bisa kita kendalikan, ada yang tidak. Dan kita tidak perlu mencemaskan hal yang tidak bisa kita kendalikan.”
"Sepakat! Dan kenyataan bahwa kita punya tingkat kekhawatiran yang tinggi membuat hidup lebih berwarna. Seperti malam ini. Kukira akan mulus, ternyata jantungku berdegub lebih kencang di saat-saat terakhir, ketika mengetahui aku kelebihan order. Antara merasa bersalah membuat kekacauan atau merasa beruntung akhirnya target kita hari ini terlampaui tanpa terencana. Hahaha. Allah itu Maha Baik ya!”
“Hahaha. Jantungku juga berdegub kencang sekarang, mbak."
"Mulai… Udah, ah! Makasih untuk ruang tujuh kubiknya. Jangan kapok kerja satu tim denganku. Ingat istri dan anak di rumah.” Aku menepuk bahunya dan membalikkan badan, melangkah meninggalkannya, dan masuk ke dalam kantor. Aku berjalan menuju meja kerjaku yang terlihat sangat berantakan dari jarak sepuluh meter. Barangkali jika ada orang-baru melihatnya, ia tak akan percaya bahwa pemilik meja itu adalah seorang wanita berkerudung yang dulu sering mendapatkan imej seorang ukhti. Sayangnya imej itu perlahan luntur semenjak aku memutuskan bergabung dengan kontraktor ini tiga tahun lalu. Rok yang biasa kupakai, kini telah menggantung di lemari selama sekian tahun. Aku belum pernah memakainya lagi. Tugas negara yang mengharuskan berteman dengan lumpur, tangga scaffolding, dan tumpukan material, membuatku harus memilih untuk menggantinya dengan celana. Setiap hari. Bahkan di jadwal cutiku, sekalipun.
Kertas berisikan gambar kerja, surat perintah cor, notulen rapat, dan memo-memo lainnya berantakan menutupi hampir seluruh meja hingga menyisakan satu luasan kecil yang telah tertutupi oleh sebuah tas kertas berwarna coklat. Aku berhenti tepat di depan mejaku sendiri. Mulai berpikir, apakah aku memesan makanan dari ojol, kurasa tidak. Tanganku reflek meraih tas itu dan membukanya. Sebuah buku bercover dua manusia yang berada di depan dua lukisan. Lukisan bunda maria dan langit-langit Masjid Hagia Sophia. Buku yang telah lama menjadi incaranku itu telah sampai di mejaku begitu saja. Aku melihat ada sebuah note di dalam tas itu.
"Buku untuk menemani perjalanan bertemu keluarga di kampung halaman. Semoga cutimu menyenangkan ya, mbak!"
Aku pun menoleh ke arahnya dan tersenyum. Dia penyelamat tujuh kubik betonku.
----
Esok harinya…
Bunyi sirine kereta terdengar. Gerbong besi yang konon tingkat keamanannya ditemukan oleh Eyang Habibie saat di Jerman ini bergerak perlahan membawaku menuju kampung halaman yang kurindu. Seperti biasa, tempat favoritku di samping jendela. Rumah-rumah penduduk yang hanya selemparan batu dari rel, terlihat sangat padat. Pemandangan anak-anak berlarian kejar-kejaran membuat senyuman akhirnya mampir di pagi ini. Pakaian yang tergantung pada kawat di pinggir rel pun tak mau kalah tampil dengan anak-anak kicik itu. Kereta semakin mempercepat lajunya ketika telah lepas dari kampung pinggir rel itu. Pemandangan berganti dengan berjajarnya kendaraan yang sedang antre hendak melewati pembatas kereta api. Kereta api sungguh menjadi rajanya kendaraan di darat ini.
Pramusaji mulai berlalu lalang menawarkan sarapan pagi atau sekadar camilan dengan kadar msg yang bikin nagih. Tapi ku hanya melihatnya, tak memanggilnya. Masih enggan untuk menyarap di jam sepagi ini. Ku melihat jam tangan di pergelangan kiriku, masih dua jam lagi kereta ini sampai pada kampung halamanku.
Aku membuka goodie bag yang sedari tadi sudah memanggil-manggil untuk kubuka. Kuraih sebuah buku yang masih dalam bungkusnya. Novel perjalanan 99 Cahaya di Langit Eropa. Aku sudah pernah membaca ulasannya di mana-mana. Itu yang membuatku tertarik untuk membacanya. Tak kusangka, Ryan memberikannya tepat di saat jadwal cutiku tiba dan di tengah huru hara cuaca yang tak menentu penyebab keterlambatan progress di lapangan dan tragedi tujuh kubik beton. Sungguh laki-laki yang jika ia masih single, kuingin sekali berdampingan dengannya seumur hidup.
Hanum Rais Salsabila. Wanita yang pernah kekeuh untuk menjalani LDR dengan suaminya, akhirnya memilih untuk membersamai suaminya, Rangga, yang sedang melanjutkan studi di benua Eropa. LDR? Akankah esok aku juga akan LDR dengan suamiku? Seperti kebanyakan pekerja proyek lainnya? Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba muncul dan tanpa tahu kapan akan terjawab, karena hilal imam pun belum nampak. Berkarir terus di dunia perproyekan? Hm…sepertinya cukup empat tahun saja, tidak lebih. Karena aku memilki impian menjadi seorang dosen, dosen yang memiliki pengalaman di lapangan. Menjadi dosen pun artinya menetap di satu domisili. Lalu bagaimana jika mendapatkan suami yang tetap memilih bekerja di proyek? Akankah aku tetap menuju impianku, ataukah berubah haluan mengikuti ke manapun suamiku nanti pergi. Ah…persoalan ini rumit tanpa solusi sebelum bertatap muka dengan my future husband. 
Roda kereta sekali lagi menderit. Berhenti di stasiun S, stasiun ke-5, selama 10 menit. Seperti di stasiun sebelumnya, di stasiun ini juga ramai dengan penumpang naik. Meskipun terhitung stasiun kecil, stasiun ini telah menjadi pusat mobilitas tertinggi di kotanya.
Sepuluh menit termasuk waktu yang pendek. Penumpang yang hendak naik, telah mempersiapkan diri di belakang garis kuning. Ketika kereta benar-benar berhenti, mereka sat set wat wet memasuki gerbong kereta agar tidak tertinggal. Aku yang telah satu jam berada di dalam gerbong kereta mengamati aktivitas di luar yang sudah mulai lengang.
“Hey!” seorang laki-laki tiba-tiba duduk di sampingku. Seketika aku menoleh ke arahnya dan cukup terkejut dengan kehadirannya. “Ga nyangka ya, bisa ketemu di sini.”
“Hey!” jawabku dengan muka bingung. Laki-laki yang sudah empat tahun tak pernah jumpa, hari ini Allah kirimkan tanpa duga di sampingku. Terbesit di pikiranku, anak ini kenapa tahu aku duduk di sini? Dia secret admirer? Stalker ku yang tak pernah kutahu?
“Sebuah kebetulan yang Allah takdirkan ya,” ucapnya sambil menunjukkan tiket kereta yang tertulis nomor kursi beserta gerbongnya. Tiket yang wujudnya berbeda dengan yang kupegang. Tiket yang menunjukkan dia memesannya beberapa jam sebelum kereta ini datang. On the spot. Takdir ilahi.
“Ikutan reuni hari ini?” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Emang ada reuni?” jawabku yang baru sadar dari lamunan dan membetulkan posisi duduk.
“Ada. Kamu ga ikutan ikatan alumni kampus?”
“Nggak.”
“Pantes. Hari ini ada reuni kampus. Kabarnya sih akbar gitu. Mau bareng ke sana?”
“Kamu beli tiket dadakan hanya untuk reuni kampus? Sungguh anak kampus beneran. Nggak berubah, ya?” tanyaku menoleh dengan menghadapkan tubuh sedikit serong ke arahnya.
“Hahaha. Enggak. Dadakan beli tiket karena dipanggil bos besar. Harus segera sampai sebelum adzan dhuhur berkumandang.”
“Kamu kerja di Malang, sekarang?”
“Nggak. Aku kerja di kota ini. Bos besar di kota Malang.”
“Oh…”
“Mau ikutan reuni nggak? Ayo, datang bareng. Udah lama kita nggak dateng acara bareng.”
“Nggak. Aku mau jumpa bapak ibu.”
“Udah, ikut aja. Ntar aku anterin sampe rumah.” Deg! Anak ini! Tetap dengan sifatnya. Tidak berubah. Sekali jumpa denganku, aku harus turut serta dengannya. Dia pun akan rela membayarnya dengan mengantarkanku sampai depan pintu rumah dalam keadaan perut kenyang dan bertemu bapak ibu sekadar menceritakan kegiatanku bersamanya di hari itu. Takut akan dicap sebagai teman putrinya yang nggak baik.
Iya. Teman. Kami hanya teman. Teman yang seringkali memunculkan gosip bahwa kami memiliki hubungan lebih. Gosip itu pun sempat membuatku mempertanyakan kejelasan hubungan kami.
“Yo,” tanyaku saat kami memutuskan belajar bersama di teras perpustakaan.
“Hm,” jawabnya pendek sambil menulis tugas kuliah.
“Kita jadian aja, yuk!” ajakku to the point yang membuat Rio menghentikan gerakan pulpennya. 
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. “Nggak, ah!” jawabnya tanpa menatapku.
“Kenapa?” desakku dengan menatapkan mataku ke arah matanya walau aku harus menempelkan pipiku di atas meja dan kakiku sedikit berjinjit. Demi melihat ekspresi wajahnya yang masih menunduk mengerjakan tugas kuliah.
Akhirnya dia meletakkan pulpennya dan menatapku dalam-dalam, “Aku suka kamu. Kamu itu istri-able, bukan pacar-able. Aku lebih seneng ngejaga kamu dengan hubungan seperti ini. Tidak perlu terbebani dengan perasaan kita masing-masing. Karena perasaan yang kita miliki itu sudah fitrah. Kalau pun suatu saat nanti akhirnya kita terpisah jarak dan waktu, kamu nggak perlu mencemaskan aku, aku pun tidak akan mencemaskanmu. Aku punya impian, kamu pun punya impian. Kita raih impian kita masing dulu. Jika sudah waktunya, nanti pasti akan bersama. Percaya!” Ia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman menyakinkanku.
Mendengar jawabannya, aku hanya bisa diam. Terpaku. Berpikir keras. Dia suka aku? Sejak kapan? Jadi, selama ini dia menghabiskan banyak waktu denganku, karena dia ingin menjagaku? Kok bisa sih? Momen yang tak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku. Dan hari ini ingatan akan momen itu tetiba muncul kembali setelah sekian tahun. Sikapnya. Cara bicaranya denganku. Sama. Tidak berubah.
“Kamu suka baca buku?” sekali lagi dia membuyarkan lamunanku.
“Oh, ini? Nemenin aja. Biar ga bosen di kereta. Ga ada yang diajak ngobrol.”
“Oh… buku bagus itu. Sembilan puluh sembilan cahaya di langit Eropa. Seorang Napoleon Bonaparte yang diduga tertarik dengan islam, sengaja membangun Eropa dengan titik awal di Arc de Triomphe menuju Ka’bah. Jika dugaan itu benar, sungguh Islam benar-benar telah memberikan cahaya di seluruh muka bumi ini. Panglima selevel Napoleon tunduk dengan cahayaNya,” penjelasannya membuktikan bahwa ia masih sama dengan Rio yang dulu. Lelaki cerdas. Suka membaca sekaligus menganalisa. Aku selalu kagum dengan cara dia berpikir.
“Dan negeri Eropa telah sedemikian pesat berkembang dengan mengamalkan nilai-nilainya, sayang mereka belum mengimani agama ini,” tambahku.
“Sepakat!” ucapnya menoleh ke arahku seraya menyodorkan gawainya, “Simpan kontakmu di hape ini ya.”
Pertemuan tak terduga yang menjadi awal hubungan kami terajut kembali. Setahun lagi, satu impianku sempurna aku jalani. Bekal pengalaman di lapangan menambah portofolio dan rasa percaya diriku untuk memulai karir di dunia pendidikan formal. Rio pun begitu, satu impiannya akan sempurna ia jalani, satu tahap lagi menjadi Site Engineer Manager termuda di perusahaan yang sudah ia incar setahun sebelum kelulusan.
***
Calon imam mulai nampak hilal. Namun, jawaban atas pertanyaan, akankah aku menjalani hubungan jarak jauh setelah menikah, bagaikan memasuki taman labirin. Bingung, pusing, serasa masih jauh menemukan muaranya.
Menikah tidak sebercanda itu. Menikah artinya siap untuk membangun sebuah peradaban baru penerus generasi penjaga bumi. Memang, semua-muanya sekarang serba berteknologi, bahkan yang jauh menjadi dekat. Tapi, apakah sebuah pernikahan jarak jauh hanya satu-satunya pilihan, padahal kita masih bisa memilih pilihan lain yang lebih Allah ridhoi? Takut rezeki akan seret karena harus resign dari kerja dan memilih untuk mengusahakan selalu bersama? Bukankah menikah sendiri adalah sebuah rezeki? Rezeki yang harus dijaga. Bukankah Allah menakdirkan seorang manusia yang menjadi pasangan kita untuk menjadi penenang jiwa, pembuka pintu rezeki untuk kita? Tentu, secanggih apapun teknologi, bonding yang paling powerfull adalah ketika bertatap muka langsung, bukan dengan video call. Secanggih apapun teknologi, keberkahan rumah tangga akan lebih banyak turun ketika sepasang suami istri lebih sering bercengkrama di bawah satu atap rumah, bukan dalam satu forum chatting teknologi. Secanggih apapun teknologi, manusia akan lebih merasa tidak sendirian, ketika pasangannya berada dalam jangkauan penglihatannya, walau tidak sedang beraktivitas yang sama. Ah… ketika keduanya menjadi pekerja proyek yang harus berpindah-pindah domisili memang memiliki konsekuensi ini. Menikah dengan LDM atau salah satu bersedia untuk ikut ke manapun pasangannya ditugaskan. Dan itu yang menjadi dilemaku ketika Rio datang kepada orangtuaku memintaku menjadi istrinya, sebulan setelah pertemuan kami di kereta kemarin. Berdiskusi dengan orangtuaku pun serasa ah…sudahlah!
“Kamu bakal resign?” tanya mama terkejut ketika aku menyampaikan rencana resignku.
“Iya, Ma.”
“Kenapa? Kenapa kamu harus resign?” Mama terlihat mulai menunjukkan emosi ketidaksetujuannya terhadap rencanaku.
“Aku nggak mau LDR-an Ma setelah nikah,” terangku.
“Kamu yang nggak mau atau Rio yang nggak ngijinin kamu berkarir?” Mama memulai pertanyaan-pertanyaan menyelidik.
“Rio ngijinin aku berkarir. Akunya nggak mau LDR-an abis nikah, Ma,” aku masih santai menjawab segala pertanyaan Mama.
“Rayya. Menjadi istri itu nggak harus selalu di rumah aja! Kamu bisa berkarya di luar rumah,”
“Ma… ini pilihan Rayya. Rio juga nggak maksa Rayya buat ikut dia ke mana pun penempatannya. Kenapa mama emosi, sih?”
“Karena wanita tanpa kemandirian finansial hanya akan membuat dia tidak berdaya, Rayya!!”
“Tapi kemandirian finansial juga akan membuat wanita tersebut abai terhadap suaminya, Ma!!”
“Rayya!” Plak! Tamparan mendarat di pipiku.
Pertama dalam seumur hidup, mama menamparku. Aku tercengang, wajahku memerah panas, air mataku menggenang. Aku tinggalkan mama di ruang makan, dan BRAK! Aku tutup pintu kamar sekeras yang kubisa. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis, tapi gagal. Sekeras apapun aku menahannya, ia tetap jatuh.
Tamparan? Hanya berdiskusi tentang hal itu, mama sampai menamparku? Salahnya di mana? Ketika nggak setuju, haruskah dengan menampar? Toh, apa yang aku utarakan adalah sebuah fakta. Kesibukan mama di luar rumah membuat mama abai terhadap ayah.
Tubuhku terasa tegang dari ujung rambut hingga ujung kepala. Jantungku berdegub kencang, nafasku cepat, membuat aku berjalan mondar mandir entah sudah berapa putaran. Aku paksakan duduk di tepi ranjang, kupaksa bernafas lebih sadar, tapi air mata tetap mengalir dan pikiran secepat kilat me-recall memori-memori masa lalu. Tanganku masih mengepal, emosi tak tertahankan membuatku memukul-mukul bantal dan teriak sekencang mungkin. Aku tidak peduli apa kata tetangga.
Tok! Tok! Tok!
“Rayya… Ayah boleh masuk?”
Aku tidak menyahut panggilan ayah. Tak lama, Ayah sudah duduk di sampingku, di tepi tempat tidur. Kami menghadap ke arah luar jendela, ke titik yang sama.
“Nak, maafkan mamamu ya! Dia sama sekali nggak bermaksud menampar kamu. Itu refleks dari emosinya yang memuncak.” Aku masih sesenggukan, kepalan tanganku mulai merenggang.
“Kamu lihat pohon itu, Nak? Mungkin usianya seusiamu lebih mudah beberapa tahun. Kamu inget nggak, kalau kita yang menanamnya bersama-sama saat kamu umur tiga tahun? Kamu merengek terus untuk ikut ayah merapikan halaman itu. Rengekanmu sungguh membuat gempar tetangga jika ayah tidak menuruti. Akhirnya, ayah mengizinkan kamu ikut menanam beberapa pohon. Salah satunya pohon ini. Dulu, dia hanya setinggi ini ketika di tanam,” ayah memanjangkan lengan kirinya, “sekarang, tingginya sudah melebihi atap rumah kita. Banyak hal yang ia lewati. Panas matahari yang membakar. Hujan badai yang membuatnya basah kuyup. Petir menggelegar yang selalu tertarik dengannya. Lihatlah, ia semakin berdiri kokoh. Dari ranting yang setebal lengan ini, menjadi pohon yang kita peluk pun tak sanggup mempertemukan jari jemari tangan kiri dan kanan kita. Dari daun yang tidak bisa melindungi kita dari terik matahari, menjadi rimbunan daun yang jika kita duduk di bawahnya kita bisa berteduh sepanjang hari. Nggak ada hidup yang santai kayak di pantai terus menerus, Nak. Mungkin ini salah satu badai kecil yang harus kamu hadapi.”
“Trus aku harus gimana, Yah?” tangisku mulai mereda dan kepalan tanganku mulai membuka.
“Kamu boleh marah. Kamu boleh nangis. Terima semua emosi yang menghampirimu. Salurkan semuanya. Nggak ada yang salah dengan emosi itu,” ucap ayah sembari mengelus kepalaku, “Kami, orangtuamu, hanya manusia biasa, Nak. Seringkali kami khilaf terhadap kamu. Marah. Ngomel. Atau sampai memukul kamu. Kami pun sama denganmu, berusaha memahami kamu, tapi terkadang tidak paham jalan pikiran kamu. Ada banyak hal yang berbeda antara kami dan kamu. Suatu saat, ketika kamu sudah menjadi kami, kamu akan mengerti,” ayah merangkulku.
“Tapi sakit, Yah! Mama nggak harus ngomong gitu kan di depan Ayah tadi,” kuletakkan kepalaku di pundak ayah. Sandaran paling nyaman dan paling menenangkan.
“Pssst!”
“Kenapa ayah selalu diam? Kenapa ayah nggak ngomong?” aku menegakkan kepala dan memutar tubuhku sedikit menghadap ke arah ayah.
“Pernah, Nak! Ayah pernah,” ayah tetap menghadap ke arah keluar jendela dengan wajahnya yang tetap meneduhkan. “Tapi, setelah itu, Ayah sadar. Mama kamu hanya seorang manusia biasa, yang asal penciptaannya dari tulang rusuk. Tulang rusuk yang akan selalu bengkok. Tulang rusuk yang jika dipaksa untuk lurus, ia akan patah. Ketika patah, ia tak lagi bisa berfungsi menjaga hati si empunya tubuh. Dan Ayah tidak ingin mamamu patah. Ayah memilih untuk mengalah agar kapal ini tetap berlayar. Jika tidak ada salah satu dari kami yang mengalah, sudah sejak lama kapal ini karam, Nak.”
Dari wajah ayah, aku melihat bahwa pohon yang telah menjadi kokoh dan rimbun itu adalah ayah. Ayah yang menjadi ayah rumah tangga untukku, anak semata wayangnya. Ayah yang menjadi kepala sekolah untuk guruku, mama. Guratan pada wajahnya mengisyaratkan bahwa telah banyak kejadian besar dalam rumah tangganya yang telah ia taklukkan dengan usaha maksimalnya. Telah banyak hal yang tentu ia korbankan agar kapalnya tetap berlayar mengarungi samudra kehidupan yang penuh kejutan.
“Mamamu hanya khawatir dengan kamu, Nak. Ia sadar sekali, walau wajahmu sangat mirip dengan Ayah, namun karakter dan sifatnyalah yang ada pada diri kamu. Mamamu tahu kalau kamu nggak akan betah terus menerus di dalam rumah dengan aktivitas rumah yang monoton. Mamamu tahu kalau kamu suka pekerjaan yang menantang, dan mengurus pekerjaan domestik itu kurang menantang.”
“Trus, yang tentang kemandirian finansial? Selama ini aku melihat mama bertindak seenaknya terhadap ayah. Mentang-mentang menghasilkan duit sendiri, aku nggak mau merasa lebih tinggi dari suamiku nanti, Yah.”
Ayah tersenyum, “Setiap awal pernikahan, tidak semua pasangan baru memiliki finansial yang cukup, Nak. Dulu, Ayah belum seperti sekarang. Ayah belum bekerja dengan penghasilan yang tetap dan cukup setiap bulannya. Sedangkan Mamamu, sudah. Ayah belum bisa memberikan sepenuhnya kebutuhan lahir Mama kamu. Kebutuhan dapur pun kadang sebulan cukup, kadang enggak. Sisanya ditutupi oleh penghasilan Mama kamu. Mama kamu khawatir kalau Rio yang sekarang seperti Ayah yang dulu. Mamamu hanya ingin memastikan kamu tidak perlu mengalami apa yang ia alami dulu di awal pernikahan.”
“Rio kan sudah kerja empat tahun, Yah!”
“Itu belum menjamin pengaturan keuangannya baik, Rayya. Kamu sudah pernah membicarakannya?”
Aku terdiam, karena memang aku belum pernah menyentuh topik itu sama sekali. Aku masih merasa itu hal tabu untuk diobrolin di awal.
“Bicarakanlah, Nak! Agar itu bisa membuat kamu lebih tenang menjalani rumah tanggamu nanti. Mama dan Ayah memiliki sebuah kesepakatan yang kami buat agar Ayah nyaman, Mama nyaman, dan kapal ini tetap ajeg walau badai menghadang. Salah satunya tentang pengaturan keuangan. Di dalam agama kita, berlaku hukum keterpisahan harta antara suami dan istri. Itu yang kami sepakati di awal. Mungkin mama terkesan abai terhadap Ayah, tapi sebenarnya tidak. Kami memiliki waktu bersama untuk membicarakan segalanya dan menyepakati solusinya. Kami menjalankannya dan tidak mempedulikan apa kata orang. Karena kamu adalah buah hati ayah mama, ketika tadi kamu mengeluarkan statement itu, perlu menurut ayah meluruskannya.”
Kalimat-kalimat ayah membuatku makin terdiam. Ada banyak hal yang tidak kutahu tentang pernikahan. Yang kutahu ayah dan mama selalu bertemu setiap hari, setidaknya saat sarapan dan makan malam. Saat itulah kami membicarakan segala hal tanpa distraksi gawai. Setelahnya, mereka tak banyak bicara dan sibuk dengan urusannya masing-masing, walau berada dalam satu tempat. Ternyata itulah cara mereka mendukung satu sama lain, memberikan ruang berkarya untuk menumbuhkan potensi yang ada.
Satu atap. Ruang berkarya. Bertumbuh. Keberkahan. Banyak kata kunci yang berseliweran dalam benakku, memberikan andil pada keputusan besar yang akan kubuat. Menikah, pasti. Rio adalah lelaki yang entah sejak kapan ia berhasil mencuri perhatianku dan membuatku yakin bahwa kami bisa bertumbuh bersama. Berfokus pada rumah, ini yang masih kupertimbangkan. Keinginan paling besar dalam hidup setelah pernikahan adalah bisa sering bertatap muka dengan suami membicarakan banyak hal tentang masa depan keluarga kami.
"Abis nikah, aku resign, ya! Aku bakal ikut kamu di mana pun penempatan kamu," kataku kepada Rio saat kami mulai membicarakan masa depan di teras perpustakaan yang sering kami singgahi dulu waktu kuliah.
"Kamu yakin bakal melepaskan karir kamu, Rayya?" kata Rio yang cukup terkejut dengan pernyataanku.
"He'em. Bulan depan kita sudah menikah. Tepat empat tahun aku menimba ilmu di dunia perproyekkan. Kurasa cukup dan satu impianku telah sempurna tercapai. Waktu yang tepat untuk mencoba hal baru," jawabku mantap.
"Apa yang membuatmu mengambil keputusan itu? Kamu pintar. Kamu punya nilai akademis yang baik. Dan kamu punya kesempatan besar untuk meniti karir di perusahaanmu sekarang. Aku ga masalah kalau kita nanti harus LDM. Toh, aku kerja setiap hari dan hampir selalu lembur. Terus gimana dengan rencana sekolahmu?"
"Aku masih ingin lanjut sekolah, tetapi mungkin itu bisa kita bicarakan lagi. Hal terbesar yang ingin aku capai dalam pernikahanku adalah aku pengen kita jumpa setiap hari nantinya. Aku pengen kita bisa pillow talk mendiskusikan banyak hal untuk masa depan keluarga kita. Tanpa alat komunikasi untuk menghubungkan jarak kita yang jauh. Dan tentunya, aku pengen mencium tanganmu setiap pagi saat kamu berangkat kerja dan mendoakanmu dalam jarak dekat. Urusan rumah serahkan saja padaku," aku menatapnya sambil tersenyum, "tentu dengan satu syarat."
"Apa itu?" tanyanya menyelidik.
"Kasih aku uang jajan khusus, ya! Hahaha," jawabku sambil tertawa.
"Hmm... baik," jawab Rio dengan senyum manyun lalu membetulkan posisi duduknya, "betewe, terima kasih, ya! Sudah mau mengalah untuk selalu bersama saat menikah nanti. Jujur, aku tidak berekspektasi kalau kamu bakal memutuskan hal itu. Tentang sekolahmu nanti, insya Allah akan aku dukung."
"Itu soal prinsip, Rio," jawabku. Keputusan telah dibuat. Ada rasa deg-degan membayangkan seorang Rayya yang suka lembur, sering ngeluh kalau pulang larut, selalu pakai PDL setiap hari, akan menjadi Rayya yang sering berada di rumah, mengerjakan segala hal di rumah agar suaminya senang saat pulang rumah rapi, makan malam sudah tersedia. Uwuuu banget.
***
Hari ke-30 setelah resepsi pernikahan.
Mendapatkan keberkahan, memang harus mengalahkan ego. Surga tak didapatkan hanya dengan tawa riang. Karena tawa riang yang terlihat menyenangkan, seringkali membawa manusianya terjerembab dalam neraka.
Tiga puluh hari berada di rumah saja, ternyata memang bukan Rayya yang sebelumnya. Benar kata ayah dan mama. Pekerjaan rumah itu monoton dan kurang menantang bagiku. Tak seperti hari-hari sebelum menikah, awal pagi selalu terisi dengan semangat membara, ada perasaan bahwa aku akan menemui sesuatu yang menyenangkan di tempat kerja. Setelah pernikahan, awal pagi seperti itu hanya bertahan seminggu. Selebihnya, aku harus terus mencari hal yang membuatku bisa tetap bersemangat mengawali hari. Mulai dari nonton Youtube Devina Hermawan untuk menemukan resep simple tapi endeus, sampai cek out peralatan mbenthel untuk menemani sore yang kadang gabut. Tapi semuanya tetap tidak bertahan lama. Aku harus terus mencari sesuatu yang membuat Rayya yang dulu kembali. Rio pun merasakannya.
“Yang,” ucap Rio suatu saat makan malam di hari ke-50 pernikahan kami.
“Hm…,” jawabku pendek sambil mengunyah makanan.
“Nggak pengen balik kerja?” tanyanya agak kurang jelas karena sedang mengunyah makanan.
“Kenapa, yang?” tanyaku balik ketika suapan terakhir telah sempurna kutelan.
“Biar kamu bisa ceria seperti dulu.”
“Emang sekarang nggak ceria?” tanyaku sambil merapihkan meja makan dan menunggu Rio selesai dengan makanannya.
“Enggak,” jawabnya menggeleng. Ia telah menghabiskan seluruh makan malamnya.
“Kok bisa?” aku menyandarkan diri ke kursi makan.
“Yang… gapapa banget lho, kalau kamu mau kerja lagi. Aku dukung. Dulu kan aku pernah bilang, gapapa banget kalau kamu mau meniti karir dan kita LDRan.”
“Tapi aku tetep nggak mau LDRan, Yang.”
“Oke, kamu nggak mau LDRan. Kamu cari kerja yang bisa kerja dari rumah aja. Karena kamu yang sekarang seperti bukan kamu. Ga bisa diajak bercanda seperti dulu. Bawaannya sensi mulu. Padahal dulu kalau aku becandain, reaksi kamu ga seserius itu. Aku nggak tau ya, kamu ada pikiran apa. Ini hanya dugaanku. Kamu kangen kerja ya?”
“Aku nggak tau aku kangen kerja atau nggak, Yang. Tapi rasanya aku useless di rumah ini. Ya…meskipun pekerjaan domestik setiap hari ngantre, tapi masih ada perasaan yang nggak bisa aku jelasin dengan kata-kata.”
“Hayuk, aku bantu menemukannya.”
“Apa?”
“Yang bikin kamu bingung.”
“Yakin?”
“Emang kamu sudah tau?”
“Kemarin aku mulai menuliskan apa yang bikin aku kayak gini. Hanya, ini perlu divalidasi sama kamu.”
“Coba apa aja?”
“Sepertinya karena aku terbiasa untuk menghasilkan uang sendiri, Yang. Mendapatkan uang bulanan dari kamu, seharusnya bisa sama bahagianya ketika mendapatkan uang dari keringat sendiri. Nominal besarannya sama. Beban kerjanya lebih ringan.”
“Hey, mengurus rumah itu nggak ringan, Sayang.”
“Ringan. Hanya monoton. Itu yang membuat tantangannya tak sebesar ketika aku di proyek dulu. Selain itu, aku tidak berjumpa dengan manusia lain. Tidak ada yang bisa kuajak ngobrol.”
“Kamu nggak pernah maen ke rumah mbak Anggun, istrinya mz Pras, teman kantorku? Kan rumahnya di depan kita.”
“Pernah. Tapi feelnya berbeda.”
“Fix, kamu memang butuh kembali ke dunia sipil, Yang.”
“Gitu, ya?”
“Iya. Kamu rindu dengan duniamu, Yang.”
“Kamu ga papa?”
“Aku nggak papa. Aku ridho. Asalkan aku tetap menjadi prioritas pertama kamu,” jawabnya memberikan senyuman menyakinkan itu lagi.
Berada di tempat asing, tanpa teman dan keluarga, membuatku lebih memilih untuk berdiam diri di rumah. Ingin sonjo, tapi mulai dari mana. Seringnya, bukan aku yang mendahului, tetapi para ibu-ibu tetangga yang memulai. Tanah luas yang di depan kontrakan menjadi penyelamatku dari kesendirian. Ibu-ibu tetangga tiba-tiba menyapa dan mengajak bergabung menonton anak mereka bertanding. Seringkali aku iyakan. Setidaknya aku telah mencoba untuk membaur dan memperkenalkan diri kepada mereka. Tapi, tetap saja ada sebuah ruang yang kosong tak bisa terisi oleh hal-hal itu. Entah apa itu.
Hingga, suatu ketika ada yang menelponku. Di hari ke-100, di pagi hari setelah Rio berangkat kerja. “Halo, Assalamu’alaikum,” aku menjawab telepon dari nomor yang asing bagiku.
“Wa’alaikumsalam, Rayya. Ini Bu Kris,” suara empuk di seberang sana membuatku teringat akan masa lalu yang menyenangkan. Ada rasa yang mulai mengisi ruang kosong itu. Tapi aku belum tahu apa.
“Eh, bu Kris. Apa kabar? Maafkan nomornya belum tersave,” jawabku basa basi.
“Nggak papa. Kamu sekarang di mana?”
“Di Banyuwangi, Bu. Ibu di Banyuwangi?”
“Iya. Ibu di Banyuwangi. Sekarang sedang di hotel Amaris. Kalau Rayya tidak sibuk, boleh kita bertemu?”
“Jam berapa ibu senggang?” aku langsung mengiyakan. Sudah lama aku tidak berjumpa dengan Bu Kris. Sudah lima tahun berlalu.
“Rayya senggang jam berapa?”
“Sekarang senggang, bu.”
“Sekarang aja, yuk! Ibu tunggu di restoran hotel, ya.”
“Baik, bu,” kataku bersemangat. Bu Kris. Wanita yang pernah menjadi atasanku saat aku magang di kantor BUMN besar. Wanita yang sudah seperti ibuku sendiri. Ibu ideologisku.
Tak banyak kata, kulaju motor menuju Hotel Amaris. Ada banyak hal yang terlintas di dalam ingatan. Pengalaman magang pertama selepas lulus kuliah. Pertama kali mengenal dunia kerja yang nyatanya mengharuskan kita memberikan toleransi terhadap hal-hal yang tidak sesuai teori di perkuliahan. Pertama kali gejolak batin muncul begitu hebat dan Bu Kris lah yang memegang tangan ini agar tidak masuk dalam pusaran kegalauan yang terlalu dalam. Semoga hari ini pun Bu Kris membawa berita baik. 
“Hai, Rayya,” teriakan Bu Kris membuatku menoleh, lalu menuju ke arahnya.
“Assalamu’alaikum, bu!” aku meraih dan mencium punggung tangannya.
“Wa’alaikumsalam. Wah, Rayya makin bersinar saja wajahnya. Sini, duduk!” bu Kris menepukkan tangan ke kursi sebelah tempat ia duduk.
“Makasih bu. Ada agenda apa, bu di sini?” tanyaku basa basi di sampingnya.
“Ada yang harus ibu urus di sini. Tapi ibu nggak bisa lama-lama di kota ini.”
“Ibu sudah berapa hari di sini?”
“Sejak kemarin siang. Turun pesawat, ibu langsung menuju lokasi. Ibu mikir, siapa ya yang bisa ibu delegasikan untuk melanjutkan tugas ini. Semalaman ibu mikir. Iseng ibu buka instagram dan story kamu muncul. Jadilah, pagi ini ibu telpon kamu. Untung nomor kamu nggak ganti,” ucap Bu Kris dengan logat bugisnya yang khas, “Terus terang, kerjaan ibu di kantor pusat sedang menumpuk dan harus selesai akhir bulan ini. Dan agenda ini permintaan pak Bos.”
“Kerjaannya tentang apa?” ruang yang kosong itu terasa mendapatkan angin segar.
“Jadi, pak Bos punya lahan di sini. Beliau ingin membuat rumah lengkap dengan kebun pangannya. Apa ya istilah yang sedang in sekarang ini, per..per…”
“Permaculture, bu?”
“Nah, iya! Rayya tahu tentang permaculture?”
“Sedikit bu.”
“Bagus. Belajar yang banyak tentang itu ya! Tugas ini rencananya ibu delegasikan ke kamu. Pak Bos juga sudah tahu kinerjamu. Kukira dia akan setuju kalau project ini kamu yang handle. Kamu masih di sini dalam jangka lama kan?”
“Insya Allah begitu. Nanti saya diskusikan dengan suami ya, bu!”
“Kenapa? Suamimu melarang kamu kerja?”
“Oh, nggak, bu. Malah sebaliknya. Saya dulu yang terlalu keukeuh untuk berhenti bekerja dan memilih untuk mengurus rumah saja. Ternyata, mengurus rumah lebih melelahkan dan membosankan. Tantangannya tidak sesuai dengan saya. Hehe”
“Haha. Rayya… Rayya,” Bu Kris menepuk bahuku, “seringkali Allah menguji hambaNya dengan ekspetasi yang ia buat sendiri.”
Aku bengong mendengar kalimat bu Kris. Allah sedang menguji keinginanku? Apakah aku serius menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah, ataukah aku bisa berpikir lebih realistis bahwa berkarya pun tak masalah bagi seorang istri?
“Okeh, nanti bicarakan dengan suamimu ya. Semoga apapun keputusan kalian, ridho Allah menyertai.”
“Amin.” 
Pagi yang membawa angin segar, walau Banyuwangi di atas jam 10 pagi sudah sangat membuat gerah. Sepulang dari Hotel Amaris, aku beraktivitas melanjutkan pekerjaan rumah yang belum selesai. Kali ini, mengerjakan rumah lebih menyenangkan dari sebelumnya. Aku merasakan ada yang berbeda dalam diriku. Apakah benar adanya bahwa aku rindu dunia sipil? Ah, jika sepulang dari berjumpa Bu Kris membuatku lebih bersemangat, artinya benar. Aku memang rindu.
“Yang,”
“Hm…”
“Tadi aku jumpa dengan Bu Kris.”
“Bu Kris siapa?”
“Ohya, aku belum cerita ya. Jadi, dulu setelah lulus kuliah, aku mendaftar magang di perusahaan A. Nah, Bu Kris ini atasan aku.”
“Oh… iya. Trus?”
“Dia menawariku kerjaan.”
“Kerjaan apa?”
“Kamu tahu permaculture kan? Salah satu list impian yang aku tuliskan bulan lalu?”
“Kemandirian pangan?”
“He em. Nah, Pak Bosku dulu itu punya tanah di sini. Mau bangun permaculture itu. Luasnya memang hanya 500m2. Rumah tinggalnya juga maunya dibangun sederhana aja. Mendengar itu tadi, seakan gayung bersambut tau nggak, Yang?”
“Kamu mau mengambil kesempatan itu?”
“He em.” jawabku tersenyum mantap.
“Nah, kita dong! Cahaya mata yang selalu kurindukan sudah kembali.”
“Heh?”
“Iya, aku ijinin kamu mengurus project itu. Aku percaya, kamu bisa atur waktu antara pekerjaan, suami, dan rumah.”
“Aaaah, terima kasih, Sayang!” kupeluk Rio dan kucium pipinya. Barangkali jika ku ditanya, hal apa yang aku syukuri saat ini, aku akan menjawab, memiliki Rio sebagai teman hidup sekaligus teman bertumbuh.
17 notes · View notes