#naik sepeda
Explore tagged Tumblr posts
Text
20230527 Sore ini, Sepeda menjadi teman terbaik untuk menjelajahi senja.
1 note
·
View note
Text
Naik Sepeda
INILAH contoh seseorang yang awalnya hanya bisa menulis satu-dua kalimat, lantas bisa menjadi penulis yang baik. Bisa bercerita. Tulisan berbentuk ”bercerita” adalah awal dari perjalanan seorang penulis. Bisa. Awalnya mencoba. Lalu mencoba lagi. Akhirnya Wanita Disway ini bisa menulis. Dia menjadi bukti bahwa dengan cara terus berlatih akhirnya bisa menulis. Tulisan ini hampir tanpa perubahan…
View On WordPress
0 notes
Text
Penuhi Nazar, Caleg Jagoannya Terpilih Jadi Anggota DPRD, Warga Kebumen Naik Sepeda ke Jakarta
KEBUMEN, Kebumen24.com – Aksi unik dilakukan seroang warga RT 02 RW 01 Desa Ambarwinangun, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, bernama Khanifudin. Pria berusia 36 tahun ini melakukan perjalanan sepeda ekstrem dari Kebumen menuju Jakarta sebagai bentuk nazar atas kemenangan Abdul Rouf, calon legislatif dari PKB yang ia dukung, dalam Pemilu 2024. Continue reading Penuhi Nazar, Caleg…
0 notes
Text
Anak Kecilnya Mama, Kebanggaannya Papa
Kita tumbuh besar, ngerasa udah jadi manusia paling independen sejagat raya. Punya pilihan sendiri, mau ke mana, mau jadi apa, dan mau hidup gimana. Tapi di balik semua adulting yang bikin kita sok dewasa, satu hal nggak pernah berubah—kita masih anak kecilnya mama. The same little kid yang dulu nangis jatuh waktu belajar jalan, yang lari-lari kecil pulang sekolah buat cerita ini-itu tanpa sensor. Dan meskipun sekarang kita sibuk ngatur hidup dan pura-pura kuat, mata mama selalu bisa nembus semua topeng kita.
Mama itu tempat kita pulang, tempat crash landing paling aman. Nggak peduli seberapa kacau hari kita, seberapa bad dunia ini nge-treat kita, mama selalu punya pelukan yang rasanya kayak home. Masih inget nggak waktu kecil kita sakit? Mama begadang jagain kita, bahkan nyalahin diri sendiri karena “mungkin mama telat kasih vitamin ya?” Padahal kita cuma kebanyakan main hujan. That’s the thing about a mother’s love—tulus tanpa syarat, nggak pernah minta balasan. Nggak peduli umur kita sekarang 17, 25, atau 35, di mata mama, kita tetap anak kecilnya.
Terus papa? Kita sering lupa kalau di balik diamnya papa, ada cinta yang nggak kalah dalam. Cinta seorang lelaki yang nggak pake banyak kata, tapi selalu nyata dalam perbuatan. Papa mungkin nggak sering bilang, “Aku sayang kamu.” Tapi papa adalah lelaki pertama yang ngajarin kita tentang arti safe love. Dia yang ngajarin kita cara naik sepeda, nolongin kita ngerjain PR Matematika (meski akhirnya mama yang nyerah), atau diem-diem ngelirik kita dari jauh sambil senyum bangga waktu kita berhasil lulus sekolah atau dapet hal kecil yang berarti buat kita.
Cinta papa itu seringnya sunyi. Tapi ketika kita lihat lebih dekat, cinta papa ada di setiap kali dia bilang, “Hati-hati di jalan ya, Nak,” atau waktu dia rela kerja siang-malam buat bikin kita nyaman. Tanpa papa sadari, dia jadi standar pertama kita tentang lelaki: seseorang yang berani bertanggung jawab, yang kuat, tapi hatinya selembut doa.
Di tengah dunia yang ribut soal cinta, kita sering ke mana-mana nyari validasi, nyari seseorang yang “bisa ngerti aku”. Tapi sering kali, kita lupa kalau cinta paling tulus itu justru datang dari rumah—dari mama dan papa. Mereka yang nggak pernah nanya “Kamu bisa kasih aku apa?”, tapi selalu bilang, “Kamu butuh apa?”
Dan saat hidup ngebanting kita berkali-kali, saat kita ngerasa sendirian dan nggak ada yang ngerti, kita cuma perlu nginget satu hal: di mana pun kita berada, kita masih anak kecilnya mama, dan cinta tulus seorang lelaki itu udah kita dapet dari papa. The kind of love that doesn’t fade—forever home kita yang nggak pernah lelah nunggu kita pulang.
19 notes
·
View notes
Text
Update Kabar
Ditidurkan oleh rasa lelah, dibangunkan oleh rasa tanggung jawab dan disemangati oleh cicilan.
Dulu sekali, waktu aku masih berada dalam masa-masa depresi karena berbagai permasalahan yang menghimpit kala itu. Aku ingat pernah doa sambil nangis-nangis ke Allah minta dikasih kesibukan. Sibuk yang benar-benar sibuk. Sampai nggak dikasih waktu tidur pun nggak papa. Pintaku waktu itu. Alasannya? Supaya aku gak ada lagi waktu buat bersedih, supaya pikiranku hanya fokus mikirin pekerjaan, gak fokus mikirin permasalahan yang bikin aku seperti kehilangan kewarasan apalagi mikirin seseorang yang cuman bisa menaruh kekecewaan.
Tahun kemarin, aku memang cukup sibuk berhubung tahun kemarin aku menerbitkan buku pertamaku. Jadi emang butuh penyesuaian yang banyak dalam belajar sebagai penulis yang mulai dikenal dan dibaca bukunya. Tetapi setidaknya waktu itu aku masih bisa menyisihkan waktu untuk naik sepeda di hari Minggu, ngobrol random sama teman-temanku, gabung dan aktif dalam beberapa komunitas, dan sesekali juga sering bikin deeptalk dan ngebanyol di story wa. (Teman Whatsappku banyak yang nyariin aku semenjak aku udah gak pernah lagi bikin ginian huhuhu!!)
Sedangkan awal tahun 2024 ini, aku mendapatkan tawaran menjadi fulltime content writer & copywriter di sebuah brand milik kenalan temanku. Kebetulan temanku jadi freelance di sana, dan satu anggotanya izin karena keperluan, jadi beliau nawarin apa aku bisa membantu tugas-tugasnya.
Jujur di awal aku ragu menerima, karena mikirin apa aku sanggup dan layak untuk mendapatkan tawaran ini (aku masih belum cukup percaya diri dengan skill nulisku saat ini ><) tetapi aku mikir lagi, gimana mau tau sanggup apa enggak kalau gak dijalani? Dan soal kelayakan, aku pernah baca ada seseorang yang mengatakan bahwa setiap kesempatan yang datang kepada kita itu sudah merupakan kelayakan jadi gak usah bertanya lagi, kita layak apa enggak mendapatkan kesempatan tersebut.
Dengan menguatkan niat aku akhirnya mengambil tawaran tersebut.
Ngaji yang ditawarkan sebenarnya gak lebih besar dari gaji pekerjaan tetapku saat ini sebagai karyawan. Tetapi karena di awal ambil tawaran ini niatku untuk mencari pengalaman—aku bahkan sempat bilang ke temanku gak digaji juga nggak papa (karena aku merasa keahlianku belum cukup layak buat dibayar, yaa aku sangat kurang percaya diri sekali!!)—aku gak masalah sama hal tersebut. Tetapi temanku bilang gak boleh gitu, karena dengan adanya bayaran bisa jadi motivasi juga buat aku bekerja lebih baik katanya.
Jujur aku capek banget wkwk, karena pas tidur pun aku mimpi soal kerjaan ckck. Tetapi kalau mau pencapaian banyak harus banyak capeknya juga, kata postingan yang aku baca di Instagram. Aku juga kangen banget sama teman-temanku dan agak merasa bersalah karena semakin lambat balas pesan mereka. Aku bahkan memutuskan untuk keluar dari beberapa komunitas karena merasa gak sanggup lagi membagi fokus ><. Tetapi dalam hidup emang tentang memilih prioritas bukan? Dan prioritasku saat ini bukan ada dalam pertemanan...
Sebenarnya, sama seperti yang sudah aku pernah cerita di tulisan sebelumnya kalau aku tuh berencana untuk kerja WFH as freelancer writer beberapa tahun mendatang. Karena aku udah capek ketemu sama manusia tiap hari wkwkwkw (si anak introvert akut) selain itu, aku kasihan liat Mama yang cuman tinggal berdua sama adek di rumah dan belio juga udah sering curhat kalau beliau pengen tinggal sama anak-anaknya tetapi kan kondisi kami nggak memungkinkan untuk seperti itu. Jadi, aku harap dalam beberapa tahun ke depan, aku bisa mewujudkan keinginan beliau itu.
Tahun lalu aku belajar banyak sekali hal, dan salah satu pelajaran yang paling membekas ada pada pertemanan. Tahun lalu membuatku belajar lebih memprioritaskan diriku di bandingkan orang lain, dan betul-betul memilah apa yang perlu aku tidak pedulikan lagi, dan aku ingin mempraktekkan apa yang udah aku pelajari itu di tahun ini.
Em, mungkin itu aja update kabar dari aku untuk kali ini (*geer amat ada yang nyariin wqwqwq)
Doain ya, semoga kesempatan yang aku dapatkan kali ini bisa membawaku lebih dekat dengan tujuan dan mimpi-mimpiku selama ini. Dan buat teman-teman yang baca tulisan ini, aku berharap apa pun yang sedang kalian kerjakan semoga dilancarkan ya^^
Salam sayang @milaalkhansah
32 notes
·
View notes
Text
Aku, Mas Adit, dan Dunia Terbalik Kami (part 3)
Ohya, dulu Mas Adit pernah cerita kalau Papanya adalah PNS guru di SMA terkenal di rumahnya, sedangkan ibunya adalah PNS di Dinas Pariwisata. Artinya, kedua orang tua Mas Adit S1 di jaman yang bahkan tidak enak.
orang tuaku? Umik hanya lulusan SMA, bapak, entah bapak ke mana. Hehhehe. Tapi aku bangga walaupun umik lulusan SMA tapi itu susah payah didapatnya. Umik naik sepeda pancal yang sangat jauh sekali dengan roda yang bannya diisi oleh rumput karena tidak bisa membeli ban baru. :)))) Aku bangga sekali dengan mbah kakungku yang di jaman di mana semua tetangganya ingin anaknya segera menikah dan bekerja, mbah memaksa umik untuk terus sekolah. :)))
Dengan perbedaan background orang tua yang begini, aku takut sekali dianggap tidak setara dengan Mas Adit. Dengan perbedaan banyak, aku takut sekali direndahkan dan banyak lainnya.
Taaaa..piiii. bagaimanapun kondisinya, aku bangga kok sama umik dan mbah mak (mbah putri) dan juga mbah kakungku. Beliau hebaaatttttt karena di jaman di mana mereka kesusahan untuk makan, mereka tetep mengusahakan untuk sekolah.
And seee, dear Mbah Kung, aku udah lulus S2 di Luar negeri kok, bahkan selama kuliah S1 dan S2ku, umik gaperlu ngeluarin biaya kuliah sama sekali.
Mbah, kalau orang lain malu dan sungkan punya Umik, Mbah, dan Mbahkung, aku gapernah malu dan sungkan, apapun background kalian, soalnya karena kalian aku jadi wirda yang hari ini :')
dan aku janji, sedikitpun aku ga akan pernah ngecewain kalian. Ga akan.
Bandung, 21 Juni 2024
17 notes
·
View notes
Text
#7/30 : HARI ITU : KAMIS, 23 JANUARI 2020
Sepekan sebelum hari menyedihkan itu, Bapak masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit RS.Sardjito Jogja. Oksigen terpasang rapi, suara sesekali masih bisa kudengar, masih sempat bercerita banyak hal. Termasuk suatu pesan yang sampai hari ini masih selalu terngiang di kepala.
Intinnya, "Saya nuntun kamu naik sepeda sampai kamu bisa mengayuhnya sendiri. Maka, kalau suatu saat nanti saya melepas itu, saya percaya kamu bisa mengayuhnya sendiri dan memilih jalanmu tanpa bantuan saya. Saya tidak mungkin selalu ada."
Tentu saja tidak sama persis, kurang lebih begitulah pesan yang tersampaikan. Bapakku memang begitu filosofis, cerdas dan berwawasan luas, banyak orang mengakui itu. Maka, untuk urusan ngobrol saja bisa sambil belajar dan mendapatkan pencerahan.
Oke lanjut bercerita, singkatnya sepekan aku lalui dengan waktu yang terasa lebih lama. Aku setia menemani Bapak yang kian hari kian melemah, yang tadinya masih bisa diajak bercanda atau mengobrol ini itu, masih bisa minta disuapi minum, masih minta dibenarkan selang infus, diantar ke kamar mandi dan lainnya. Mendadak terdiam, sejak malamnya tubuh bapak melemah, kian detik kian menit suarannya menghilang.
Aku berusaha menggoyangkan tubuhnya pelan, tidak ada respon.
Aku memanggil-manggil, tidak ada respon.
Nafas masih ada, tubuh masih hangat. Tapi nihil. Bapak tidak bisa diajak komunikasi.
Aku masih sendirian saat itu, keluargaku semuanya sedang berada di perjalanan begitu aku mengabari bahwa Bapak dinyatakan dalam kondisi kritis.
Dadaku sesak, nafasku tidak teratur, pikiranku kalut. Aku menggenggam tangan bapak, merapalkan semua doa yang kubisa. Aku minta kesempatan pada-Nya, meminta dengan sungguh.
Beberapa menit setelahnya, suster memintaku ke ruangan konsultasi dekat pusat perawat ruangan. Disana, tampak dokter jaga, seorang wanita muda yang menatapku nanar, dia memintaku melihat ke layar monitor yang memperlihatkan paru-paru, Iya. Milik bapakku.
"Mbak, kondisinnya sudah makin parah. Sel kanker sudah menyebar hampir ke seluruh paru-paru bapak. Mohon banyak didoakan, kami bisa melakukan tindakan bantuan, tapi itu hanya akan menyiksa bapak, Mbak. Sekarang keputusan di tangan Mbak, jika diizinkan kami akan melepas semua alat. Mbak, menunggu sembari didoakan semoga proses bapak cepat,"
Badanku lemah, tubuhku bergetar, mataku perih sekali sampai buram dan air mata itu menetes begitu saja. Makin deras, makin sesak juga dadaku. Aku tahu maksdunya.
Iya, Bapakku sudah akan selesai.
Perlahan dengan langkah gontai, aku mencoba kembali ke kamar inap, belum sampai di pintu dan membukannya, Mbak Isti. Bulikku dari keluarga bapak, datang. Dia yang setia menemaniku merawat bapak.
Aku tidak bisa membendung apapun lagi, tangisku pecah. Mbak Isti memelukku erat, aku menangis sejadinnya.
"Aku belum siap kehilangan Bapak," kataku.
"Ikhlas ti, ikhlas. Kasihan Bapak," Jawab Mbak Isti, seingatku.
Waktu berjalan, aku sholat dan berdoa supaya proses bapak tidak dipersulit. Aku minta pada-Nya, bapak dipanggil dengan cara yang baik.
Aku ikhlas.
Hari itu, Kamis, Malam Jumat sore. 23 Januari 2020.
Semua keluarga berkumpul. Termasuk Mama dan Adik perempuanku yang baru akan lulus SD. Aku sesekali menatap mereka, sedih. Tidak tega.
Dokter mulai bicara, "Dengan ini kami nyatakan Bapak Mutohar telah meninggal dunia." Kurang lebih begitulah.
Tidak, aku mencoba kuat. Aku tidak boleh kebanyakan menangis. Kasihan Bapak.
Singkatnya, kami semua mengantar Jenazah Bapak ke rumah simbah di desa pucanganom, kecamatan rongkop, gunungkidul. Simbah kakung, saat itu masih ada. Lemah tatapannya kosong. Simbah putri tampak lebih kuat, meski aku paham betapa menyakitkannya ditinggalkan anak lebih dulu. Omku, beliau pendiam, tapi aku yakin omku lebih dari sedih kehilangan kakak satu-satunnya.
Sahabatku, Umu Hani @haniumu-blog Bahkan dia setia menemaniku di Jogja saat semua ini terjadi, menjadi bagian penting dan salah satu penguatku.
Jumat siang, Bapak dikebumikan. Sesuai impiannya, dikuburkan di tempat kelahiran.
Di hari baik itu, Jumat.
Aku ikhlas. Aku hanya sesekali merindukan obrolan apapun itu dengan Bapak.
[Ditulis di rumah simbah, Senin, 15 April 2024]
8 notes
·
View notes
Text
Yang dikatakan lilin di pucuk kue
[July, 29]
Menulis surat adalah bahasa cinta untukku, namun dari sekian banyak surat yang tersimpan rapih di amplop amplop lusuh, aku tidak menemukan surat yang bertuliskan alamatku. Aku kemudian mencari di jajaran rak buku, mungkin di lembarannya ada sedikit kalimat baik yang ditujukan untuku, namun sampai habis di lembar terakhir, yang aku temukan hanya jejak jejak debu. Menulis surat adalah bahasa cintaku, namun dari sekian banyak aksara yang kususun baku, belum kutemukan apa apa yang menjelaskan seberapa besar cinta itu untukku.
Maka izinkan aku mengambil satu hari dalam setahun untuk mulai menggoretkan sedikit cerita tentang diriku. Tentang seorang perempuan kecil yang hidup di tubuh seorang dewasa, hari ini ia bertambah usia.
Ibu jadi orang pertama yang berbagi peluk dengannya, kata ibu “selamat ulang tahun, semoga sejahtera”, dua puluh tiga tahun yang lalu ibu juga yang pertama membawa dekap padanya, ia bisikan pelan ditelinga “selamat mengenal dunia, semoga sejahtera” kalimat kedua tidak pernah hilang, bukti ibu serius dengan doa doanya. Lalu ayah jadi orang kedua yang mengusap kepala, kata ayah “dulu ayah bawa kamu belajar naik sepeda, tapi sekarang di ruang tamu ayah bisa lihat foto mu dengan toga sarjana” ayah tersenyum, tapi disudut netranya ada jejak air mata. Dua orang yang selama ini menjadi senang, tenang dan pulang.
Lalu pada pojok pesannya, ada surat yang ditulis teman baiknya. Katanya aku terlalu sering mengirim cinta pada banyak manusia, giliran dia yang mengambil peran untuk mengirim kata. Dalam suratnya banyak hal baik yang ditata, banyak bagian dari diriku yang dipotret dalam ingatannya saat kita berbagi tawa di ruang kerja, di kereta, atau diperjalanan kami saat mengitari jalan jalan kota.
Teruntuk diriku, mungkin tahun yang lalu menjadi rumah segala duka, segala riuh penuh yang kamu sebut keluh, segala patah hati dan air mata, tapi setiap luka, ia membawa pada dimana kamu kini berada. Terus berjalan ya, ambil setiap pelajaran, jadikan itu semua alasan untuk terus bertahan, Perjalanan kamu masih panjang, ada banyak bentuk bahagia yang dengannya kamu belum berkenalan. Kalau tahun ini juga terasa lelah, jangan lupa pada setiap sujud panjang yang bisa kamu taruh banyak harap dan dilangitkan.
Aku berdoa, berdoa semoga kamu segera menemukan cinta yang kamu cari, mungkin dimulai dari bertemu cinta pada dirimu sendiri.
P.s. this is my birthday letter for myself two months ago, i think its good to archive it on my new safe space, tumblr♡
24 notes
·
View notes
Text
Bersama kesusahan ada ladang kebaikan
Sehari dibantu nuntunin motor rewel dua kali pagi dan sore tanpa pamrih, kalo bukan berkah ramadan ya apalagi
Berawal sejak kemarin malam, karena indikator bensin motorku masi mati, sempet udah ngerasa, wah ketok e butuh belaian kasih sayang pertalite ki. Tapi karena mikirnya masih kuat sampe besok pagi pas berangkat koas, skip dulu pom nya. Tapi ndilalah pas pagi, udah sengaja narget pom sebelah SS dan nge skip pom solo safari, tiba tiba, njededetdet det... gas e mati 😅
Untung, sempet dapet info di daerah turun ke arah ISI ada pom kecil kecilan, dan bener. Langsung banting setir, belok di turunan deket kodim, sampe pojok belok kiri, nemu perempatan dan wah! indahnya pom kecil. Sampai akhirnya, pesona keindahannya meredup karena token listrik tokonya habis, mesin pomnya gabisa nyala, belaian kasih pertalite gabisa tersalurkan dengan baik. Subhanallah, indahnya jalan balik dan jalan terus yang naik semua. kuat kuat kaki tangan bro.
Tiba tiba ada mas2 datang dari arah ISI, mampir tokonya juga, beli ABC Kacang ijo, langsung minum. Subhanallah, indahnya menumpas dahaga di pagi ramadhan. Tapi, daripada bahas minumnya, mending minta tolong. Dan alhamdulillah masnya bersedia, bahkan dianter sampai ke Pomnya langsung.
Di lain waktu, sore, motor e adekku mogok. Pertanyaan e, kok iso wkwk ratau di servis ki. Tapi yah, daripada bertanya mending langsung ditodong, eh tolong. Mungkin emang ini saatnya terinspirasi oleh mas mas pagi tadi.
Berangkat berdua karo masku, ternyata tida semudah itu ferguso, dan singkat cerita ada mas mas hampirin ke samping, "kamu Galyh ya, aku yakin kita akan ketemu lagi besok" "saya laki mas" "di surga og mas" "oh ok mas". wkwk canda, ga harus jadi romantis agar menenangkan "mau kemana mas... yoh tak bantu nuntun" singkat cerita motor sampe rumah, dengan selamat, dan mas adekku cuma nonton sepanjang jalan.
Ada aja orang baik, jazaakumullah khayr mas mas penuntun sepeda motor, semoga bisa menuntun baik baik yang lain 🙏
12 notes
·
View notes
Text
Barakallah.
Teman tumbuh ibu hari ini dan semua cerita-ceritanya. Terimakasih ibu-ibu tersayang. Salam rindu dari anak gadismu yang suka sekali merantau ini.
Barakallah fii umrik Bunda, semoga wisudanya suci, kabar baik dari cici, juga cerita-ceritaku bisa jadi kado baik buat bunda. Maaf, seharusnya kemarin yaa. Maaf karena aku yang terlalu sibuk dengan diri sendiri sampai lupa.
Semoga bunda sehat dan bahagia. Temani aku lebih lama ya bun, terimakasih untuk hari-hari yang telah bunda lewati. Terimakasih untuk semua yang bunda perjuangkan, bunda korbankan juga banyak hal yang mungkin tertunda karena kehadiranku. Terimakasih untuk semua pelukan doa-doa yang melangit. Terimakasih untuk cinta kasih juga sayang yang bunda sampaikan kepadaku.
Peluk erat dari jauh,
Anak gadismu.
*Jadi inget jaman wisuda, ternyata kebayanya kepake saat gini ya bun. Tim sage ini mah~
*kangen bapak bun. Kangen kondangan pertama dan terakhir kita pergi bareng bareng naik sepeda dirumah pakdhe. ~semoga bertemu lagi di kampung halaman abadi ya pak🥲
12 notes
·
View notes
Text
Untuk yang..
terbiasa mengandalkan dirinya sendiri.
Gimana harinya hari ini? Capek yaa?
Jangan lupa istirahat yaa. Gak ada yg nyuruh km buru² kok. Besok perbaiki lagi, berjuang lagi.
Jangan capek² yaa, km boleh lakuin yg km suka.
sedang merasa sendirian.
Duduk dulu yuk, coba deh ngobrol. Apa yang kamu rasain?
Dengerin diri km sendiri deh, dia lagi ngerasain apa atau pengennya apa.
Habis itu coba berdo'a.
Kalo udah, km suka jalan² gak? Cobain deh waktu malem keluar sebentar muter² kota, beli angkringan pinggir jalan, ngobrol sm penjualnya.
lelah dengan semuanya.
Coba tutup mata km deh. Bayangin memori² terbaik yg pengen km ingat.
Mungkin momen pas pertama kali km bs naik sepeda.
Atau masakan pertama yg berhasil km buat.
Hidup bukan tentang yg berat² aja kan?
Banyak hal² sederhana dlm hidupmu yg bermakna, km pantas bahagia. Berbahagialah.
ingin berhenti tapi berusaha tetap menjalani
Percaya deh, akan ada waktu dimana km berterima kasih ke diri km sendiri karna sudah tidak menyerah semudah itu.
Terima kasih sudah bertahan.
You did well.. aku yakin orang² yg km sayang bangga liat km tumbuh sekuat ini.
:)
22/2/2023
21.02 wib
54 notes
·
View notes
Text
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu ga berani tidur sendiri itu, sekarang sudah berani tidur sendiri bahkan tinggal sendiri.
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu kemana-mana selalu diantar, sekarang sudah berani jalan sendirian, bahkan dia sudah berkali-kali melakukan perjalanan jarak jauh ke negeri orang.
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu ga berani naik ojek sendirian dari rumah ke TPA, sekarang sudah berani naik angkutan umum dari rumah ke luar kota.
Yah, Bu. Gadis kecil yang dulu ga bisa mengendarai sepeda disaat anak seumurannya sibuk kesana kemari bersepeda, sekarang sudah bisa mengendarai sepeda motor. Bahkan acap kali dia berkeliling sendirian tak tau arah.
Yah, Bu. Gadis kecil itu kini sudah beranjak dewasa. Sudah kepala dua usianya. Ternyata sudah sejauh itu waktu berjalan ya.
Gadis kecil yang dulu hampir setiap malam menangisi PR yang belum selesai sedang mata sudah mengantuk. Atau sekedar menangis karena takut tidur sendirian. Sekarang sudah beranjak dewasa. Tangisnya sekarang sudah tak lagi sama. Tangisnya di malam-malam sepi itu kini hanya perihal takut akan masa depan yang masih belum jelas dibayangannya.
20 Feb 24
13 notes
·
View notes
Text
Aji Nurrudin;
(Teruslah membumi dan sederhana, karena dari kesederhanaan yang kamu bumikan, aku jatuh cinta 🤍)
______________
Hari ini adalah pertama kalinya aku ketemu sama bonnnfiee (panggilan sayang) setelah LDR ke 5 pada jarak 223km.
Seperti biasanya, aku selalu menyiapkan kejutan kecil setiap kali kepulangannya. Bukan karena dia yang meminta. Tapi ini bagian dari diriku. Bagiku, memikirkan ide sebuah kejutan untuk orang tersayang adalah hal yang menantang dan begitu mengasyikkan, terlebih jika ide-ide ciamik yang aku dapatkan bisa teralisasikan dengan baik dan berhasil sesuai perencanaan.
Selain itu, hal yang paling kusuka adalah aku ingin menjadi orang yang pertama kali dilihatnya setelah dia pulang kerja. Dari sanalah aku berpikir bahwa, selama aku bisa, aku mau terus menjemputnya di tempat terakhir dia turun dari kendaraan sebelum menuju rumah.
Kalau ada yang tanya, "ko kamu mau aja si jemput dia?"
Tentu saja aku mau, kalau ditanya alasannya kenapa— aku juga gak tahu pasti apa alasannya. Tapi yang jelas, bagiku kepulangannya adalah hal yang paling kunantikan, karena dengan pulang, kita bisa berbagi ruang dengan lebih luas lagi tanpa dibatasi jarak maupun waktu.
Aku berjalan menjemput dia mengendarai sepeda motor. Tidak seperti kepulangan kemarin, kali ini aku berhenti pada tempat yang sama tapi belum juga terlihat bonnfiee yang sudah menunggu. Begitu aku melihat ke arah depan, terlihat dari kejauhan senyum manisnya sudah merekah meskipun dia masih berjalan menuju ke arahku. Jarak kami lumayan jauh, jadi kuputuskan untuk menghampirinya agar dia tidak berjalan terlalu banyak. Kita sama-sama berjalan, bedanya dia jalan kaki, aku mengendarai sepeda motor. Kita sama-sama berjalan, kita sama-sama berhenti dan bertemu pada satu titik.
Wajah kepiting rebus (salting) adalah salah satu andalan kita setelah sekian lama tidak bertatap muka secara langsung. Aku langsung memberikan kejutan sederhana yang sudah kusiapkan. Seperti biasanya, dia selalu tersenyum, tapi kali ini senyumnya terlihat lebih mekar, saat aku tanya kenapa, ternyata ada kejadian lucu yang ingin sekali dia ceritakan kepadaku.
"Ya udah nanti di jalan cerita ya sayang.."
"Iya sayang.." jawabnya sambil mengambil alih posisi penyetir.
"Neng aja yang nyetir, aa kan capek baru pulang."
"Nggak, capeknya juga hilang udah ketemu sama neng mah."
(Kepiting rebus) "Hahaha, bisa bae."
Di perjalanan, kami tentu saja saling menanyakan kabar, berbagi cerita dan yang pasti dia cerita soal kejadian lucu tadi.
"Yang, absurd banget tau.. masa tadi aa naik mobil elfnya yang udah disewa, pantes ya pas aa melambaikan tangan biar mobilnya berhenti tuh ko lurus aja. Nah pasnya di deket rel tuh kan berhenti, jadi udah aja aa langsung naik. Awalnya pas naik gak sadar sama sekali, sadar-sadar tuh pas ada dua ibu-ibu yang mau naik tapi ini mobil ko gak mau berhenti juga, udah gitu aa lihat sekeliling ko banyak ibu-ibu sama anak-anak TK di dalamnya. Akhirnya, aa beranikan diri tuh buat bertanya sama salah satu ibu-ibu yang disana."
"Bu, ini mobil udah disewa tah?"
"Iya a, ya udah gapapa.. da mau pulang juga kitanya."
"Iya pantesan pas tadi disuruh berhenti jalan terus. Hehehe"
"Iya gapapa a.."
Aku yang mendengarnya seketika juga ikut tertawa, "Benar-benar absurd tapi bukan sesuatu yang memalukan ko. Lagian aa juga kan bayar sampai tujuan. Pantes ya neng tadi mikir .. ko tumben cepet pisan ngabarinnya tadi bilangnya udah dikanci terus tiba-tiba langsung ngabarin lagi kalau udah nyampe buntet, Hahaha. Tapi beneran ada hikmahnya yang.. Allah tuh tau kalau aa capek, jadinya dibuat begini. Alhamdulillah jadinya kan bisa nyampe lebih cepet yang."
"Alhamdulillah iya bener sayang.. tapi, asli aa baru ngalamin seumur hidup yang, jadi vibesnya kek bakal keinget terus gitu."
"Ya udah gapapa. Gak ada yang salah. Hahaha"
"Iya sayang, aa tuh mau ngakak pas disana juga ditahan, makanya pengen cepet-cepet cerita sama neng biar bisa ngakak bareng. Hahaha"
"Percayaaa... makasih ya sayang."
"Makasih buat apa?"
"Udah mau berbagi cerita sekecil apapun ke neng, pokoknya jangan bosan cerita, sekecil aa digit nyamuk juga cerita ya.."
"Iya sayang, aa juga makasih banget neng bisa jadi pendengar yang baik. Tapi emang aa pernah digigit nyamuk? Perasaan nyamuk di semarang mah yang ada juga nabrakin orang bukan gigitin."
"Hahaha ya udah itu pokoknya, dah ah fokus nyetir."
Di bawah langit mendung, dec 18
9 notes
·
View notes
Text
~Masuk Hutan Naik Sepeda~
3 notes
·
View notes
Text
Refleksi 1709
Semalam telponan sama mantan bos (IYKYK), sampai 3 jam lebih. Bisa melek karena gue :
Overdose kafeine (i guess)
Galau (halah basi)
Topiknya dari mulai beliau yang mau sidang kolokium dan dapat moderatornya adalah dosen yg dulu nguji gue skripsi dan tesis (entah kenapa gue jodoh pengujinya beliau mulu) sampai masalah JODOH (iya lu gak salah baca. Calm!) . Mendengarkan penjelasan soal penelitian S3 yang bertahap-tahap : mixed methods, in vivo dan juga studi masyarakat. Ga nyangka sih obrolan sambil lalu jaman di kampus lama bisa berkembang hampir jadi kenyataan.
Maybe, dreaming is not that scary, right? Gue takut punya mimpi besar karena takut kecewa. Padahal yah padahal kan manusia itu emang harus terlatih jatuh dan kecewa terus bangkit lagi. Kaya dulu pas belajar sepeda. Wondering, kenapa banyak yang bilang naik sepeda itu harus jatuh dulu baru bisa?!
Soal topik terakhir yang bahasannya lebih lama dibandingkan bahasan penelitian beliau (ofc, makanya banyak lagu, novel dan karya-karya yang lahir karena topik basi bernama cinta kan?)
Terus kaya Allah tuh sayang banget sama gue (tapi mungkin guenya belum terlalu sayang sama diri gue sendiri T__T), nemu reels yang mengingatkan kalau lu tuh ga usah buang waktu ngegalauin soal jodoh. Kerja aja yang oke, jadi pribadi yang berkualitas, nanti dia akan datang sendiri. Yang mana, itu bener juga. wkwk.
Salah satu temen di kantor bilang, kalau doi mau sesuka apapun sama seseorang ga akan ngomong apapun dan intinya sih berharap kalau cowoknya yang akan do more dan berusaha. Meanwhile gue si manusia yang sukanya segala sesuatu itu jelas clear and cut, gue akan langsung (akhir - akhir ini berubah sih) berusaha mencari info. Dimana posisi gue dalam hidup beliau (the other person). Ya ini masing-masing ke preferensi hidup orang aja.
Di usia 17 tahun (+++) ini makin jadi tidak berani took a risk untuk bertanya yang dulu gue anggap biasa saja. Yang temen-temen gue bilang gue berani. Padahal dulu mah emang karena nekad aja dan jujurly agak selfish alasannya, "Supaya bisa move on segera kalau emang jawabannya gak".
17 notes
·
View notes
Text
I miss the old me.
Sejak kecil dulu, aku rajin menulis buku harian meski kerap kesal saat orang lain membacanya dan menemukan rahasiaku. Aku merekam draft setiap keping ingatan, lalu menyusunnya dengan lebih baik lewat tulisan. Tersimpan, dan mungkin selamanya.
Aku membaca untuk terus menghidupi rasa penasaran dan ingin tahu. Berkutat dari satu bab hingga tamat satu buku --bahkan satu series. Berbekal menyewa atau meminjam, tidak ada alasan untukku berhenti bertualang lewat kertas-kertas itu.
Nekat dan lumayan pemberani, aku menyandang dua titel itu lama sekali. Jatuh berkali-kali, kaki luka-luka, muka nyaris hancur, celana sobek sana-sini tidak pernah membuatku menyerah dan takut naik sepeda lagi. Aku bisa naik sepeda roda dua sebelum sekolah. Main kemana-mana, sempat merasa si bolang seharusnya diperankan aku saja. Belajar berdiri sambil lepas tangan, ajak teman-teman kompleks kebut-kebutan. Puncaknya, bahkan berani kabur jauh sekali dari rumah bawa sepeda polygon oren punya Mas saat berkonflik dengan orangtua.
Aku berani melawan semua pembulian yang ditujukan padaku sebagai murid pindahan saat SD dan berhasil lulus tanpa rasa trauma. Perkelahianku dengan guru musik saat MTs diingat satu sekolah, begitupun saat aku terlibat adu mulut dengan pendamping asrama sampai nyaris dikeluarkan saat MA.
Dalam keseluruhan cerita, aku bukan orang yang sepenuhnya patut dibenarkan. Banyak keputusan dan marah yang kekanakan, serta resiko yang tidak kupertimbangkan matang-matang.
Tapi setidaknya aku lumayan pemberani kala itu.
Aku rindu aku yang lama.
Yang menulis dan membaca untuk mengarsipkan sekaligus menghidupi petualangannya. Yang seharusnya bisa membeli buku lebih banyak dari dulu. Yang seharusnya nggak cuma bergantung pada arsip visual digital, memotret tanpa konteks.
Aku yang sekarang terlalu penakut bahkan untuk menghubungi temannya sendiri. Aku yang sekarang nggak tahu caranya mengambil keputusan. Yang menyesal selekas mengekspresikan marahnya. Yang tidak pernah mau mencoba menulis rasa sedihnya atas kematian Abah kesayangannya bahkan setelah 2 tahun berlalu. Yang takut sendiri dan ditinggal siapa-siapa lagi.
Aku kangen aku yang dulu.
10 notes
·
View notes