#modul 3.1
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Dengan Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Assaalamualaikum Wr. Wb.
Bapak dan Ibu guru hebat, berjumpa lagi bersama saya Nurul Septiyani Ayu Purwanti, Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari SMKS Pasundan 3 Bandung.
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada modul 3.1 mengenai Pengambilan Keputusan dengan Memperhatikan Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, sebagai peserta Calon Guru Penggerak Angkatan 9, saya ingin berbagi pengalaman selama dua minggu terakhir ini. Saya akan merenungkan pengalaman tersebut dengan menggunakan model 4F atau 4P, yaitu Fakta (Peristiwa), Perasaan (Feeling), Temuan (Findings), dan Penerapan (Future).
Fakta (Peristiwa)
Materi pada Modul 3.1 membahas tentang Pengambilan Keputusan dengan Memperhatikan Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Perjalanan pembelajaran ini merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya, yaitu modul 2. Kegiatan dimulai dengan pre-test yang terdiri dari 18 soal, dan kemudian mengikuti alur MERDEKA seperti pada modul sebelumnya (Mulai dari Diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata).
Kegiatan dimulai pada tanggal 2 Februari 2024 dengan fokus pada langkah "Mulai Dari Diri". Pada tahap ini, kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kami juga diminta untuk melakukan survei lingkungan dengan menggunakan satu studi kasus untuk mengembangkan kemampuan analisis kepemimpinan sekolah.
Langkah selanjutnya adalah Eksplorasi Konsep, di mana kami belajar secara mandiri melalui materi-materi dalam forum LMS dan mendalami konsep pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kami juga membahas kasus dilema etika dan bujukan moral serta melakukan diskusi untuk menganalisis kasus yang disajikan di LMS.
Ruang Kolaborasi merupakan langkah berikutnya, di mana kami dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk melakukan diskusi melalui video conference. Diskusi ini berfokus pada analisis kasus dilema etika dan presentasi tugas kelompok. Hasilnya kemudian diunggah ke LMS.
Demonstrasi Kontekstual melibatkan tugas wawancara kepada kepala sekolah tentang kasus dilema etika di sekolah mereka. Wawancara ini direkam dan dianalisis, lalu diunggah ke LMS.
Elaborasi Pemahaman melibatkan sesi diskusi dengan instruktur untuk mendapatkan pencerahan lebih lanjut mengenai pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan.
Koneksi Antar Materi dilakukan untuk mengaitkan materi pengambilan keputusan dengan nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi sebelumnya.
Langkah terakhir adalah Aksi Nyata, di mana kami diminta untuk menerapkan proses pengambilan keputusan di sekolah CGP dan berdiskusi tentang pengalaman tersebut.
Selain itu, pada tanggal 6 Februari 2024, saya juga mengikuti pendampingan dengan Pengajar Praktik saya, Pak Weng Riyanto, yang memberikan pengetahuan tentang teknik coaching klinik supervisi akademik. Kami juga menghadiri Lokakarya 4 di SMA BPI pada tanggal 17 Februari 2024 dengan materi Coaching untuk supervisi akademik.
Perasaan (Feeling)
Awalnya, saya merasa bahwa pengambilan keputusan adalah hal yang sering saya lakukan di sekolah, terutama dalam menghadapi masalah siswa. Namun, saya juga merasakan beban berat jika harus menghadapi dilema etika sebagai seorang pemimpin pendidikan. Meskipun demikian, saya merasa senang dan bangga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari modul ini, terutama karena saya dapat berlatih wawancara langsung dengan kepala sekolah tentang pengambilan keputusan.
Saya menyadari bahwa dalam pengambilan keputusan, penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan dan melibatkan stakeholder yang kompeten. Modul ini memberi saya pencerahan dan pengetahuan yang berharga dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks di sekolah.
Temuan (Finding)
Pembelajaran utama dari modul ini adalah pentingnya mengidentifikasi permasalahan dengan jelas dan memahami apakah termasuk dalam dilema etika atau bujukan moral. Jika masalah tersebut merupakan dilema etika, maka paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat perlu diterapkan, dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pijakan utama. Selain itu, saya juga menemukan pentingnya berkolaborasi dan mempertimbangkan opsi trilema dalam mengambil keputusan.
Penerapan (Future)
Untuk rencana kedepan, saya akan menerapkan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk pengujian opsi trilema jika diperlukan. Saya juga akan mengukur efektivitas keputusan saya dengan melakukan refleksi dan meminta masukan dari pihak terkait, agar keputusan tersebut sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, menguntungkan murid, dan membawa manfaat bagi semua pihak.
Demikian jurnal refleksi dwi mingguan pada modul 3.1. Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya, semoga bermanfaat.
Salam Guru Penggerak! Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan!!
0 notes
ciochinaflorin · 10 months ago
Text
139 I 2024. CÂȘTIGAREA SUFLETELOR NEMÂNTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CREȘTINILOR [2 Petru 3.1-2 I 1 Petru 2.19–25] 18 Mai 2024
139 I 2024. CÂȘTIGAREA SUFLETELOR NEMÂNTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CREȘTINILOR I Podcast I Pasaje Biblice : II Petru 3 : 1 – 2 I I Petru 2 : 19 – 25 I Meditaţii din Cuvânt I Cezareea I Reşiţa I 18 Mai 2024 I Câștigarea sufletelor nemântuite se poate face prin modul de comportare al creștinilor iar aceasta este una dintre prioritățile vieții de credință. Continue reading 139 I…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
solarpunkbusiness · 5 months ago
Text
World Investment Report unveils dynamic shift in global energy investments,  breakthroughs in solar, and materials innovation
Here are the key findings:
Exponential growth in energy investments
Global energy investments are set to soar from $2.4 trillion in 2018 to a projected $3.1 trillion in 2024 – a steady climb at nearly 5% annually. Global clean energy investment now nearly doubles that of fossil fuels, set to leap from $1.2 trillion in 2018 to $2 trillion by 2024 – marking a bold pivot toward renewables.
The solar investment surge
Investments in solar represented ~ 59% ($393 billion) of all RE investments ($673 billion), driven largely by drop in solar panel costs.
APAC leads global solar investments
Region-wise, Asia-Pacific (APAC) is at the forefront of solar investments pouring $223 billion into solar in 2023. EMEA has experienced modest solar investment growth, with $91bn in 2023, followed by AMER region (North, Central and South America) with solar investments of $78bn.
Record-breaking solar PV panel efficiency
Solar PV monocrystalline modules have hit a new high with record-breaking 24.9% efficiency – a major leap in maximising solar energy potential. Multi-junction perovskite cells are set to disrupt the solar panel industry, promising higher efficiency, lower production costs and seamless integration with diverse surfaces – leaving traditional silicon panels in the dust.
Solar manufacturing now uses 88% less silicon per watt peak than in 2004
The manufacturing process has undergone significant improvements, resulting in a drastic reduction in silicon usage – from consuming 16 gm/Wp in 2004 to 2 gm/Wp in 2023. This 88% decrease in silicon consumption not only reflects the strides made in optimising material efficiency but also underscores the potential for further cost reductions and environmental benefits.
Utility-scale PV costs hitting new low
The global weighted average levelised cost of electricity (LCOE) for utility-scale solar PV dropped by 90% – falling from $0.460/kWh in 2010 to $0.044/kWh in 2023. At country level, the drop ranges from 76%-93% over the same period.
5 notes · View notes
maulinablogger · 6 months ago
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tumblr media
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu'alaikum, Wr.Wb
Saya Maulina, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Bireuen . Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset saya sebagai guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan. Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Bapak Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik.
Mendidik tidak hanya menstrafer ilmu ke peserta didik namun juga mengajarkan nilai-nilai kebajikan, kita membantu anak-anak menjadi individu yang beradab dan bermoral. Pendidikan yang berfokus pada karakter menghasilkan manusia yang mulia dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Jadi, pendidikan tidak hanya tentang membuat anak-anak pintar, tetapi juga tentang membentuk mereka menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab.
berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi di  modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan panduan pertanyaan yang ada di LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya. Berikutnya, sebagai bagian dari komunitas ia turut serta menggerakkan komunitasnya untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain pemimpin juga menempatkan dirinya sebagai motivator sehingga murid dan lingkungannya termotivasi untuk melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat oleh pemimpinnya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan muncul dalam bentuk karakter pribadi kita. Karakter seorang pemimpin merupakan akumulasi dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki dan mengarahkannya pada kebiasaan maupun keyakinan pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitar. Seseorang pemimpin yang berkarakter baik akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang baik pula. Dengan kata lain karakter seorang pemimpin akan berbanding lurus dengan prinsip-prinsip yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping atau fasilitastor pada kegiatan coaching dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi CGP dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya. Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi kami.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.
Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.
Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.
Tumblr media
4 notes · View notes
ayuscgp11 · 6 months ago
Text
Blog Rangkuman Koneksi Antar materi – Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan
Tumblr media
   Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri handayani memiliki makna mendalam yang dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid. Sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan seharusnya:
·       memberikan teladan dan contoh akan keputusan yang bijak,menjadi teladan yang patut ditiru (Ing Ngarso Sung Tulodo).
·       mampumemberdayakan dan membangun kerukunan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan demi memperbaiki kualitas diri mereka (Ing Madya Mangun Karsa)
·       mampu mempengaruhi dan mendorong semangat meningkatkan kualits agara selalu menjadi lebih baik(Tut Wuri Handayani)
   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Guru sebagai pendidik harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan mempertimbangkan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.
  Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching (bimbingan) pada modul sebelumnya. Pada proses coaching kita membentu coachee dalam menentukan atau mengambila keputusan sedangkan pada modul ini kita merefleksikan apakah keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan , menjadi win-win solution ataukah justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini kita diberikan panduan tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujiaan keputusan yang kita ambil.
 Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangatlah penting terutama dalam mengelola kasus dilemma etika. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi dan nilai diri senidiri, memiliki manajemen diri sehingga mampu mengelola emosi dan perilaku, memiliki kasadaran sosial sehingga mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, memiliki keterampilan berelasi sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, dan dapat mengambil keputusan yang bertanggungJawab. Masalah yang terkait dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang positif.
 Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula. Disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat keputusan yang diambil sudah tepat. maka akan tercipta lingkungan yang positif. kondusif. aman dan nyaman. tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalah yang dihadapi.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip serta mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Keputusan untuk memerdekakan murid merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Untuk memutuskan pemenuhan belajar murid, bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.
 Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya.
Dalam pengambilan kepurusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan mengacu pada pembelajaran yang memenuhi potensi murid
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya ambil jika mengaitkan dengan materi sebelumnya yaitu pengambilan keputusan sebaiknya mengacu pada :
·       Nilai kebajikan universal
·       Bertanggung jawab
·       Berpihak pada murid
·       Berpedoman pada filosofi KHD dengan Patrap Trilokanya (Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani)
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Saya cukup memahami materi pada modul ini, sehingga pada proses penerapannya sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, dalam pengambilan keputusan saya biasanya memanfaatkan prosedur umum yang berlaku di sekolah, yaitu berkomunikasi dengan pihak terkait seperti guru mata pelajaran, guru BK, Wakasek dan kepala sekolah, dengan bahan perbincangan yang mengalir apa adanya. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba menerapkan analisa berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Perbedaannya diantaranya pola ini menjadi pakem baru yang sangat rinci, hati – hati dan tidak terburu – buru dalam membuat sebuah keputusan. Selain itu, pihak yang terlibat menjadi merasa dihargai dan bisa memberi kontribusi sesuai tupoksinya masing – masing.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Perubahan terbesar yang saya alami yaitu :
a.       Berhati – hati dalam bertindak dan mengambil keputusan.
b.       Mempunyai pola yang teratur dalam menganalisa sebuah masalah
c.       Meningkatnya empati pada diri sendiri untuk memahami permasalahan yang terjadi pada orang lain
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena sebagai seorang individu membuat saya berkembang menuju arah yang lebih baik dan sebagai seorang pemimpin saya harus mampu mengambil sebuah keputusan terbaik dan bertanggung jawab
4 notes · View notes
mistiacg · 6 months ago
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tumblr media
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu’alaikum Wr. W
Perkenalkan saya Mutiana, S.Pd Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 Kabupaten Bireuen dari UPTD SMPN 1 Bireuen.Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik saya
Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan
Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan  yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan beradab.
Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia. Filosofinya, yang dikenal dengan "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani," menekankan tiga prinsip utama:
Ing Ngarsa Sung Tuladha: Seorang pemimpin harus memberi contoh yang baik.
Ing Madya Mangun Karsa: Seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menginspirasi di tengah-tengah kelompoknya.
Tut Wuri Handayani: Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan dukungan dari belakang, mendorong dan membiarkan yang dipimpin berkembang secara mandiri.
Dalam konteks pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik, mendorong kreativitas dan partisipasi dari bawah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk memungkinkan anggota tim berkembang dan mengambil inisiatif sendiri.
Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dapat saling melengkapi:
Keseimbangan dan Harmoni: Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpin yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut, serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok.
Contoh dan Inspirasi: Filosofi Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi pentingnya memberi contoh dan inspirasi. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan tahu bahwa keputusan mereka harus mencerminkan nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan dan bahwa keputusan tersebut harus menginspirasi orang lain untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang diharapkan.
Dukungan dan Dorongan: Seperti prinsip Tut Wuri Handayani, seorang pemimpin yang baik harus memberikan dukungan dan dorongan, memungkinkan orang lain untuk berkembang dan berkontribusi secara efektif. Filosofi Pratap Triloka mendukung ini dengan menekankan pentingnya harmoni dan integrasi dalam seluruh sistem, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai bagi seorang guru penggerak adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil. Seperti tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita sebagai guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya kerja sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan keputusan yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya, serta penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti keadilan dan bertanggung jawab.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam proses pengambilan keputusan dengan cara yang lebih terstruktur dan reflektif. Dalam sesi coaching, pendamping atau fasilitator akan:
Membantu Mengidentifikasi Tujuan: Mengarahkan klien untuk memahami tujuan mereka dengan lebih jelas, yang akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terfokus.
Menyediakan Perspektif Baru: Mengajukan pertanyaan yang mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif.
Memfasilitasi Refleksi: Membantu klien untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, termasuk mengevaluasi hasil dan proses pengambilan keputusan tersebut.
Coaching dengan TIRTA dapat membantu guru dan pendidik untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertanyaan-pertanyaan berbobot. Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita dukungan dalam proses pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi, evaluasi, dan pengembangan keterampilan. Ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pengelolaan dan kesadaran aspek sosial-emosional memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi mereka (kesadaran diri), manajemen diri, kesadaran sosial dengan rasa empati yang tinggi terhadap orang lain, tetap menjaga hubungan komunikasi baik dengan orang yang terlibat dan tetap konsisten dengan nilai-nilai etika mereka, akan membuat keputusan yang bertanggung jawab, lebih adil, rasional, dan berdampak positif bagi lingkungan pendidikan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada dilema etika danbujukan moral sangat bergantung pada nilai-nilai yang dianut pendidik. Sehingga pendidik atau guru harus memiliki nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kebenaran, keadilan, kejujuran, integritas, tanggung jawab, empati, kemanusiaan dsb. Dengan merujuk pada nilai-nilai kebajikan universal dan profesional, pendidik dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya adil dan etis tetapi juga konsisten dengan prinsip-prinsip yang mereka anggap penting. Pendekatan berbasis nilai ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih informatif, reflektif, dan bertanggung jawab, sambil memastikan bahwa keputusan tersebut mendukung kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang tepat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan memastikan keadilan, membangun kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan mendukung partisipasi serta keterlibatan, keputusan yang bijaksana dan etis dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas dan atmosfer lingkungan, baik di tempat kerja, sekolah, maupun dalam komunitas.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika sering kali terkait dengan konflik nilai, tekanan eksternal, keterbatasan informasi, kompleksitas situasi, perbedaan perspektif, dan kepatuhan terhadap regulasi. Empat paradigma dilema etika yang sering berkaitan dengan lingkungan sekolah adalah:
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Menyadari dan mengatasi tantangan ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam pengajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan murid dalam proses pembelajaran. Seorang guru atau pendidik harus memahami kebutuhan dan potensi murid, menetapkan tujuan pembelajaran yang relevan, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk mencapai potensi optimal mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran mempengaruhi berbagai aspek pengalaman pendidikan murid. Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kebutuhan murid dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, adil, dan berkualitas tinggi, yang pada gilirannya mempersiapkan murid untuk masa depan yang sukses. Dengan memprioritaskan perkembangan holistik, keterlibatan keluarga, dan perbaikan berkelanjutan, pemimpin pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang mendalam pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Secara keseluruhan, modul 3.1 ini menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan lebih baik.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
A. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
B. Empat paradigma pengambilan keputusan
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
 C. Tiga prinsip pengambilan keputusan
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
 D. Sembilan langkah pengambilan keputusan
Mengenali nilai yang bertentangan
Menentukan pihak yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
Pengujian benar atau salah
Pengujian paradigma benar lawan benar
Melakukan prinsip resolusi
Investigasi opsi trilema
Buat keputusan
Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah dalam mengambil keputusan sebagai guru atau pendidik kita diharuskan untuk memahami lebih dalam tentang masalah atau kasus dari perspektif yang berbeda. Karena dalam dilema etika terdapat nilai-nilai yang sama-sama benar tetapi saling bertentangan, dan dalam kasus bujukan moral terdapat nilai benar vs salah.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, tetapi yang saya lakukan tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya, dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu dua kali secara matang dan dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.1 ini adalah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil, bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya modul 3.1 ini sangat penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang adil, bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai kebajikan universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini meningkatkan kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat meciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang diperoleh dari modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tetapi juga memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai pendidik.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
5 notes · View notes
beardedmrbean · 10 months ago
Text
The Atlas V topped by Boeing's Starliner waits ready on the launch pad.
After lengthy delays that saw Starliner lapped repeatedly by NASA's other private crewed transport, SpaceX's Dragon, the spacecraft is slated to make its inaugural crewed flight at 12:25 p.m. Saturday from Cape Canaveral Space Force Station's Launch Complex 41.
Onboard: two astronauts with test pilot backgrounds, Butch Wilmore and Florida Tech graduate, Suni Williams. If all goes well, Starliner will race to catch up with the International Space Station and dock to the station's Harmony module at approximately 1:50 p.m. Sunday.
What's the weather forecast for Starliner launch
As the Atlas V rocket left its Vertical Integration Facility on Thursday, it was illuminated by the bright Florida sun. That same good weather is forecast to continue for the launch.
There's a 90 percent chance of conditions favorable to launch. The only concerns being ground winds and cumulus clouds.
Why the delay from Starliner's initial May 6 launch attempt
The mission has been delayed nearly a month due first to an oxygen leak on the rocket and then a helium leak on part of the spacecraft.
NASA, Boeing, and United Launch Alliance scrubbed on May 6 due to a suspect oxygen relief valve on the Atlas V rocket’s Centaur second stage. To deal with that leak, teams had to roll the rocket back into its facility. Once there, teams removed and replaced the valve.
Then while assessing Starliner, the teams discovered a small helium leak in the spacecraft's service module — the disposable lower part of the spacecraft that contains thrusters.
As part of the helium leak investigation, NASA and Boeing studied what impact that leak would have on the ability to safely return Starliner and its crew to Earth in the worst-case scenario of some extreme failures.
"We have now a solution," Boeing's Mark Nappi, vice president and program manager of the company's commercial crew program, said last week. "It's backed by test data. It's backed by flight data, and the guidance and navigation modeling have reinforced that this technique will work. Of course we've had independent verification on it. The crew has tested it, and we feel very comfortable with the situation that we have."
NASA also completed a Delta-Agency Flight Test Readiness Review on Wednesday to evaluate all work performed before giving the "go" to proceed toward launch.
What will the Starliner crew do in space?
Wilmore and Williams will remain at the space station for about a week to test the Starliner spacecraft. That work is necessary for NASA to complete its final certification of the spacecraft, which will allow it to join SpaceX's Dragon in rotating missions to ferry crews to the station.
When is the next Florida rocket launch? Is there a launch today? Upcoming SpaceX, NASA, ULA rocket launch schedule in Florida
How much has NASA paid Boeing to develop Starliner?
NASA originally awarded Boeing the contract to fly astronauts in 2014, alongside SpaceX. Boeing received $4.8 billion for Starliner while SpaceX received $3.1 billion for Dragon. Both companies were part of NASA's Commercial Crew Program, which replaced the space shuttle after its retirement in 2011.
Both were late to deliver, hoping to launch as soon as 2017 and restore NASA astronauts access to space from American soil (NASA astronauts were hitching rides aboard the Russian Soyuz).
Following a successful crewed demo flight in 2020, SpaceX has since flown eight NASA crews and multiple private crews to the ISS.
Going beyond this test flight, according to Boeing, NASA has already contracted for six crewed missions on Starliner.
NASA astronaut and former NASA Associate Administrator and former KSC Director Bob Cabana told FLORIDA TODAY that the success of Boeing Starliner is essential to ensure NASA always has a way to access the station.
“We want that dissimilar redundancy,” said Cabana, adding that NASA cannot rely on solely one company.
What is the Starliner spacecraft?
Boeing calls it the Crew Space Transportation (CST)-100 Starliner, or simply “Starliner”. Like SpaceX's Crew Dragon, it can carry a mix of crew and cargo or up to seven crew memebers.
With a total height of 16.5 ft (capsule + service module combined) and a diameter of 15 ft, it is a what Boeing refers to as "a next-generation space capsule."
This capsule is named Calypso.
Williams, a lover of the ocean, has stated in the past that she named the spacecraft Calypso after the ship of Jacque Cousteau, which was an ocean explorer in the mid-20th century.
That ship was remembered for its underwater observation chamber and being equipped with a helicopter and submersibles, assisting in scientific expeditions. Williams mentioned being excited by Cousteau's television show as a young girl and looked forward to watching his expeditions.
How to watch Boeing Starliner launch
FLORIDA TODAY's Space Team will continue to bring you the latest information on the mission.
Follow the FLORIDA TODAY Live Blog. To received launch alerts and updates, download the free FLORIDA TODAY app and enable push alerts from the app settings.
What if there is a delay?
If Saturday's launch attempt scrubs, there are backup opportunities on Sunday, June 2. Should Starliner not be able to launch this weekend, additional opportunities exist on Wednesday, June 5 and Thursday, June 6.
3 notes · View notes
ardhanariswari · 8 months ago
Text
Koneksi Antarmateri Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Mengambil Keputusan dengan Bijaksana: Filosofi, Nilai-Nilai, Coaching, dan Dampaknya dalam Pendidikan
Pendidikan bukan hanya tentang membagikan pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, bahkan juga tentang kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Banyak hal yang harus dijadikan landasan untuk mengambil Keputusan yang berdampak positif dalam dunia Pendidikan. Misalnya perihal Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai guru penggerak, coaching, dan kemampuan sosial emosional.
Kaitan Filosofi Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan
Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak pendidikan Indonesia, memberikan landasan yang kuat dalam pengambilan keputusan. Pratap Triloka, konsep tiga aspek penting, mengajarkan bahwa menjadi teladan, memberikan motivasi, dan memberikan dukungan adalah kunci utama dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Ngarso Sung Tuladha: Menjadi teladan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Madya Mangunkarsa: Memberikan motivasi dan inspirasi dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.
Tut Wuri Handayani: Memberikan dukungan dan dorongan dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Membentuk Guru Penggerak: Nilai, Coaching, dan Etika dalam Pengambilan Keputusan
Guru Penggerak bukan hanya penuntun di kelas, tetapi guru penggerak adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan lingkungan belajar yang menginspirasi. Guru penggerak harus mengerti cara mengadopsi nilai-nilai seperti kemandirian, refleksi, kolaborasi, inovasi, dan dukungan terhadap peserta didik, tidak hanya menjadi pijakan teoretis. Namun, nilai-nilai tersebut harus dijadikan penuntun dalam setiap langkah pengambilan keputusan.
Nilai-nilai tersebut bukan sekadar kata-kata hampa, tetapi nilai-nilai tersebut adalah katalisator langsung dalam proses pengambilan keputusan. Seorang Guru Penggerak yang menganut nilai-nilai kebajikan tidak hanya menjadikan integritas dan moralitas sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan, tetapi juga menggambarkan keputusan yang penuh tanggung jawab dalam setiap tindakannya.
Proses menjadi Guru Penggerak yang profesional tidak terjadi begitu saja. Dalam perjalanan ini, fase coaching memegang peran penting dalam proses pendidikan guru penggerak. Lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan pengajaran, coaching membentuk kesadaran diri yang mendalam. Guru Penggerak belajar dari pengalaman, merenung atas tindakan mereka, dan mengembangkan perspektif yang lebih kaya melalui diskusi dengan mentor atau rekan sejawat.
Selain pemahaman mengenai nilai-nilai guru penggerak dan proses coaching, kemampuan guru dalam mengelola dan memahami aspek sosial emosional memiliki dampak besar pada pengambilan keputusan. Kesadaran diri membantu guru memahami reaksi emosional mereka, sementara kemampuan mengelola emosi membantu mereka tetap tenang dan fokus dalam situasi sulit. Empati, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi semuanya menjadi fondasi kuat untuk pengambilan keputusan yang seimbang.
Pembelajaran mengenai kasus dilema etika dan bujukan moral bukan hanya menjadi alat evaluasi formal. Pembelajaran tersebut adalah jendela yang membuka pandangan ke dunia nyata guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru Penggerak tidak hanya berhadapan dengan konsep teoretis di kelas. Guru penggerak dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral yang nyata. Studi kasus membuka ruang untuk refleksi kritis, pertimbangan perspektif yang beragam, dan memperkuat kemampuan membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Secara keseluruhan, pembahasan ini menyoroti nilai-nilai, coaching, kemampuan sosial emosional, dan studi kasus dapat bersinergi untuk membentuk seorang Guru Penggerak yang tidak hanya mahir dalam pengajaran tetapi juga bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika.
Menciptakan Lingkungan Positif melalui Pengambilan Keputusan yang Bijaksana
Pengambilan keputusan yang bijaksana oleh guru memiliki dampak besar pada lingkungan belajar. Membangun kepercayaan, meningkatkan motivasi murid, menciptakan rasa aman, dan meningkatkan kualitas pembelajaran semuanya dapat dicapai melalui keputusan yang bijaksana.
Tantangan Membentuk Masa Depan Pendidikan: Tantangan, Dampak, dan Peran Pemimpin Pembelajaran
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan membawa tantangan kompleks yang memengaruhi pengambilan keputusan. Tantangan kompleks tersebut seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kapasitas yang kurang menjadi rintangan yang harus diatasi oleh pemimpin pendidikan. Meskipun kompleks, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat menghadapi tantangan ini dengan bijaksana.
Pengambilan keputusan oleh guru tidak hanya memengaruhi keseharian di kelas, tetapi juga memberikan dampak besar pada proses pembelajaran. Keputusan yang bijaksana dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan positif, dan mendukung perkembangan potensi murid yang beragam.
Pemimpin pembelajaran memegang peranan penting dalam menentukan masa depan pendidikan. Keputusan pemimpin pembelajaran terkait dengan karakter, kualitas pembelajaran, dan persiapan masa depan menjadi langkah yang harus dilaksanakan dalam membentuk generasi yang tangguh. Dengan demikian, tantangan pengambilan keputusan dalam perubahan paradigma tidak hanya menjadi ujian, tetapi juga kesempatan bagi pemimpin pembelajaran untuk menciptakan transformasi positif dalam pendidikan.
Membentuk Masa Depan Pendidikan: Pemahaman, Refleksi, dan Transformasi
Modul materi ini bukan sekadar panduan, tetapi kunci dalam memahami dan menerapkan pengambilan keputusan etis di dunia pendidikan. Guru Penggerak, melalui nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada peserta didik, menjadi agen perubahan yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dalam menghadapi perubahan paradigma, tantangan kompleks seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kurangnya kapasitas menjadi ujian nyata. Namun, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat mengatasi tantangan ini dengan bijaksana.
Seiring pemahaman konsep yang kuat dan refleksi kritis, guru dapat menghadapi dilema etika, perubahan paradigma, dan tantangan pembelajaran dengan bijaksana. Modul ini memberikan landasan yang kokoh dalam pemahaman konsep-konsep penting seperti studi kasus dilemma etika, coaching, dan pembentukan lingkungan belajar positif. Melalui langkah-langkah sistematis, guru dapat menghadapi tantangan dengan bijaksana dan memilih solusi yang paling tepat. Dampak pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada level individu, tetapi juga menciptakan perubahan positif dalam dinamika pembelajaran, menciptakan lingkungan yang aman, kondusif, dan positif, serta mendukung perkembangan potensi murid yang berbeda-beda.
Pentingnya pembelajaran ini tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi pemimpin. Dengan pemahaman dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah sistematis, pemimpin pendidikan dapat membentuk lingkungan belajar yang berkualitas dan menciptakan dampak positif pada generasi mendatang. Dengan tantangan dan peluang ke depan sebagai pendorong, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dari modul ini menjadi fondasi kokoh untuk terus berkembang sebagai pendidik yang bertindak sesuai dengan prinsip etika dan berdampak positif.
2 notes · View notes
Text
0 notes
Text
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Tumblr media Tumblr media
Kutipan "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" oleh Bob Talbert menggarisbawahi pentingnya tidak hanya mengajarkan anak-anak untuk menghitung, tetapi juga mengajarkan mereka konsep-konsep yang lebih berharga dan penting dalam kehidupan. Hal ini relevan dengan proses pembelajaran anak-anak, di mana selain mengajarkan keterampilan dasar seperti menghitung, penting pula untuk mengajarkan nilai-nilai, konsep-konsep penting, dan keterampilan lain yang akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari.Ketika mengajarkan anak-anak, penting untuk tidak hanya fokus pada keterampilan akademis, tetapi juga nilainya. Misalnya, sambil mengajarkan anak-anak untuk menghitung, kita juga dapat mengajarkan konsep-konsep seperti kerja sama, ketekunan, dan rasa ingin tahu. Dengan demikian, pendidikan anak-anak tidak hanya tentang mengembangkan keterampilan akademis, tetapi juga tentang membentuk pribadi yang utuh dan siap menghadapi kehidupan.
Tumblr media
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan sekitar kita. Nilai-nilai yang kita anut akan mempengaruhi cara kita dalam mengambil keputusan, terutama bagi seorang pemimpin atau pendidik. Keputusan yang tepat dan bijak, yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Sebaliknya, keputusan yang tidak tepat dan tidak berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat merugikan banyak orang dan merusak lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, penting bagi seorang pemimpin atau pendidik untuk memiliki nilai-nilai positif yang dapat menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, seperti reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tumblr media
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang positif pada proses pembelajaran murid dan lingkungan sekitar. Keputusan yang berpihak pada murid, memerdekakan murid, dan memenuhi kebutuhan belajar murid dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu seperti investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan meninjau kembali keputusan. 
Tumblr media
Kutipan "Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis" oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel menggarisbawahi pentingnya pendidikan dalam membentuk perilaku etis manusia. Hal ini relevan dengan proses pembelajaran, di mana selain mengajarkan keterampilan akademis, penting pula untuk mengajarkan nilai-nilai dan konsep-konsep yang akan membantu siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang positif pada proses pembelajaran siswa dan lingkungan sekitar. Keputusan yang berpihak pada siswa, memerdekakan siswa, dan memenuhi kebutuhan belajar siswa dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada siswa, dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu seperti investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan meninjau kembali keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Saya dapat berkontribusi pada proses pembelajaran siswa dengan mengambil keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, serta memperhatikan kebutuhan belajar siswa.
0 notes
bliiot · 7 days ago
Text
Tumblr media
ARMxy RK3588 Industrial Controller Modbus RTU to Modbus TCP for Protocol Bridging
BL450 Series ARM Embedded Computer is an industrial-grade ARM controller with flexible I/O configuration, based on the Rockchip RK3588J/RK3588 processor, featuring a quad-core ARM Cortex-A76 + quad-core ARM Cortex-A55 + triple-core ARM Cortex-M0 architecture, witha clock speed of up to 2.0G/2.4GHz. It is equipped with 32GB/64GB/128GB eMMC and 4GB/8GB/16GB LPDDR4X RAM and ROM configurations. Supporting a rich set of I/O interfaces, it also integrates a 6TOPS NPU, enabling deep learning capabilities. The BL450 series iswidely used in industrial control, edge computing, AIoT, artificial intelligence, communication management, AGV robots, machine vision inspection, robotics, industrial IoT gateways, energy storage systems, automation control, and transportation infrastructure.
BL450 Series ARM Embedded Computer offers 1 to 3 optional RJ-45 network ports, including two 10/100/1000M ports and one 10/100M adaptive port, along with 2×USB 3.1, one optional HDMI 2.1, and optional X-series and Y-series I/O boards for communication, PWM output, pulse counting, and other data acquisition and control functions. It supports 8K@30fps H.264 video encoding and 8K@60fps H.265 video decoding. Built-in Mini PCIe interface allows support for Bluetooth, WiFi, 4G, and 5G communication modules.
BL450 Series supports multiple operating systems, including Linux-5.10.209, Linux-RT-5.10.209, Ubuntu 20.04, Debian 11, and Android 13. It is also compatible with Docker containers, Node-Red, and Qt-5.15.10 for graphical development. The BLIoTLink industrial protocol conversion software enables fast industrial data acquisition and conversion, facilitating seamless integration with mainstream IoT cloud platforms and industrial SCADA software. Additionally, the BLRAT remote access tool provides remote access and maintenance, while Node-Red allows for rapid IoT application development.
Designed with professional electrical performance and high/low-temperature testing, the BL450 series operates reliably under harsh electromagnetic interference and extreme temperatures ranging from -40°C to 85°C. With DIN35 rail mounting, it is suitable for various industrial applications.
0 notes
manojreddy55 · 14 days ago
Text
Periodic Table and Periodicity for NEET: Comprehensive Guide with Examples
Introduction: Why Mastering Periodic Table and Periodicity is Crucial for NEET
The Periodic Table and Periodicity form the foundation of inorganic chemistry and are critical for success in NEET. A strong understanding of these concepts can help you answer multiple-choice questions quickly and accurately, improving your overall score. At Ksquare Career Institute, we provide a structured and detailed approach to mastering the periodic table, ensuring that NEET aspirants not only understand the concepts but also learn to apply them effectively in problem-solving. Our expert faculty breaks down complex topics into simple, easy-to-understand modules that align perfectly with the NEET syllabus For More…
1. History and Evolution of the Periodic Table
1.1 Early Attempts to Classify Elements
Dobereiner's Triads (1829): Elements were grouped in sets of three where the atomic mass of the middle element was the average of the other two.Example: Li (6.9), Na (23), K (39)
Limitations: Limited to only a few elements.
1.2 Newlands' Law of Octaves (1864)
Arranged elements in increasing order of atomic mass.
Every eighth element showed properties similar to the first one.Example: Li, Be, B, C, N, O, F, Na
Limitations: Failed after the first 20 elements.
1.3 Mendeleev's Periodic Table (1869)
Arranged elements based on increasing atomic mass and chemical properties.
Left gaps for undiscovered elements and predicted their properties.
Limitations: Could not explain the position of isotopes.
1.4 Modern Periodic Table (1913)
Moseley’s Law: Arranged elements based on increasing atomic number.
Resolved anomalies of Mendeleev’s table and positioned isotopes correctly.
2. Modern Periodic Table: Structure and Classification
2.1 Layout of Modern Periodic Table
Groups: Vertical columns (18 groups)
Periods: Horizontal rows (7 periods)
Classification:s-block: Groups 1 and 2p-block: Groups 13 to 18d-block: Transition elementsf-block: Lanthanides and Actinides
2.2 Periodicity in Properties
Atomic Radius: Decreases across a period, increases down a group.
Ionization Energy: Increases across a period, decreases down a group.
Electron Affinity: Becomes more negative across a period, decreases down a group.
Electronegativity: Increases across a period, decreases down a group.
3. Periodic Trends and Their Significance
3.1 Atomic Radius
Definition: Distance between the nucleus and the outermost shell.
Trends:Decreases across a period due to increased nuclear charge.Increases down a group due to the addition of new shells.
Example: Na > Mg > Al > Si
3.2 Ionic Radius
Cations: Smaller than parent atoms due to loss of electrons.
Anions: Larger than parent atoms due to electron gain.
Example: Na+ < Mg2+ < Al3+
3.3 Ionization Energy (IE)
Definition: Energy required to remove an electron from a neutral atom.
Trends:Increases across a period due to greater nuclear attraction.Decreases down a group due to increased distance from the nucleus.
Example: IE1 of Na < IE1 of Mg < IE1 of Al
3.4 Electron Affinity
Definition: Energy released when an electron is added to a neutral atom.
Trends:Becomes more negative across a period.Decreases down a group.
Example: Cl > F > O > N
3.5 Electronegativity
Definition: Tendency of an atom to attract electrons in a chemical bond.
Trends:Increases across a period.Decreases down a group.
Example: F > O > N > Cl
4. Classification of Elements and Periodicity of Properties
4.1 s-block Elements
Group 1 (Alkali Metals): Highly reactive, form basic oxides.Example: Na, K
Group 2 (Alkaline Earth Metals): Less reactive than group 1, form alkaline oxides.Example: Mg, Ca
4.2 p-block Elements
Group 13 to 18: Includes metalloids, halogens, and noble gases.
Important Trends:Group 17: Halogens (highly reactive non-metals)Group 18: Noble gases (inert due to stable configuration)
4.3 d-block Elements
Transition Metals: Form colored compounds, multiple oxidation states.
Example: Fe, Cu, Zn
4.4 f-block Elements
Lanthanides and Actinides: Exhibit variable oxidation states.
Example: Ce, U
5. Periodic Trends in Chemical Reactivity
5.1 Trends in Metallic and Non-metallic Character
Metallic Character: Increases down a group, decreases across a period.
Non-metallic Character: Decreases down a group, increases across a period.
5.2 Trends in Oxidation States
Across Periods: Variable oxidation states in d-block.
Down Groups: Similar oxidation states in s and p-blocks.
6. Applications and Importance of Periodic Trends
6.1 Predicting Chemical Reactions
Understanding periodic trends helps predict the behavior of elements.
6.2 Understanding Chemical Bonding
Periodicity aids in determining bond formation and bond strength.
6.3 Industrial Applications
Knowledge of periodic properties helps in material selection and industrial processes.
7. Key Concepts and Tips to Ace Periodic Table in NEET
7.1 Focus on Trends and Exceptions
Memorize anomalies and exceptional behaviors.
Understand concepts rather than rote memorization.
7.2 Solve Previous Year NEET Questions
Regular practice of PYQs helps in identifying frequently asked patterns.
7.3 Use Mnemonics and Shortcuts
Develop memory aids for groups and periods.
8. Why Choose Ksquare Career Institute for NEET Preparation?
Ksquare Career Institute is a premier coaching institute specializing in NEET preparation. We offer:
Expert Faculty: Highly qualified instructors with years of experience in mentoring NEET aspirants.
Comprehensive Study Materials: Covering all concepts in an easy-to-understand format.
Regular Mock Tests: Simulating real NEET exam conditions to improve time management and accuracy.
Doubt Clearing Sessions: Personalized guidance to clear doubts and strengthen weak areas.
Join Ksquare Career Institute Today! Give yourself the best chance to crack NEET by mastering periodic table concepts with us.
Conclusion
Mastering the Periodic Table and Periodicity is essential for success in NEET. By understanding the history, trends, and classification of elements, students can develop a solid foundation in chemistry. Enroll at Ksquare Career Institute to gain a strategic advantage in your NEET preparation and achieve your dream of securing a top rank.
1 note · View note
raamsharma · 18 days ago
Text
Leveraging the Knowledge Base for Account Managers
In today's ever-evolving and competitive environment, being informed is not just an asset-headwise but rather a need. Knowledge drives business, and for an Account Manager, it can mean success when timely access to the right information counts. Information on updated product knowledge, industry trends, and training resources will help enhance customer interactions, sales productivity levels, and ultimately bring resilient growth to the business.
The Price of Any Ignorance
However, inadequate product knowledge can be negatively devastating for any company. Research shows that companies are likely to lose between 6.7% of their revenues globally- amounting to a jaw-dropping $3.1 trillion- because of inadequate product knowledge. These knowledge gaps can result in such harmful outcomes as misinformation among customer interactions to poor options and reduced revenue generation.
When Account Managers are ill-tuned to product features, competitive advantages, and industry turmoil, they tend to struggle delivering anything of worth to their customers. This breeds missed opportunities, dissatisfied clients, and overall company performance slump. Businesses must alleviate these odds by carrying out the utmost efforts to better prepare their Account Managers with a central and accessible Knowledge Base.
Knowledge Base for Account Managers
Knowledge Base is not merely a storehouse of knowledge but a strategic tool by which the teams can function at their level best. A proper Knowledge Base will enable Account Managers to do the following:
Stay Up to Date with Product Information
Products and services are constantly changing, and keeping one another updated about information beyond code updates, features, and enhancements is essential. Such a centralized Knowledge Base will guarantee Account Managers have the most current product specifications, merits, and points of differentiation at their disposal.
Having Better Customer Interactions
Customers expect accurate, up-to-date data when they work with Account Managers. A Knowledge Base allows them to answer customer queries with confidence, further provide relevant solutions, and nurture better client relationships.
Accelerating Decision Making
With access to industry insight, competition analysis, and best practices, Account Managers can make decisions that ensure that business objectives are aligned with customer needs.
Enhancing Efficiency and Productivity
Wasting time looking for information across several others can be both time-consuming and inefficient. A manageable Knowledge Base makes information retrieval more manageable while the Account Manager focuses more on increased sales and customer engagement.
Support Continuous Learning and Development
The business environment changes constantly, and keeping learning active is a must. A Knowledge Base containing training modules, case studies, and success stories enables Account Managers to upgrade their skills and allow them to be one step ahead.
Introduces Sciqus AMS Knowledge Base
In order to achieve this aim, Sciqus AMS introduces a very effective Knowledge Base for the dissemination of information to Account Managers. It is the center of knowledge and information available to Account Managers on the newest and most important data including:
Current Product Information-Keep themselves updated on cite developments and capabilities.
Training Modules and Learning Activities-to inspire learning and skills.
Industry News and Market Trends-head of competing companies and big changes in the particular industry.
Frequently Asked Questions and Troubleshooting Guides-allow for resolution of questions and issues more rapidly on behalf of the customer.
Sciqus AMS will position itself to potentially be a knowledge-less organization, wherein efficiencies are taken to the maximum, leading to spiritual enrichment.
Implementing a Knowledge Base: Best Practices
There can be no great Knowledge Base without a healthy dose of the following best practices for such an organization:
1. Keep It Up to Date
Update your Knowledge Base regularly with the latest product features, market trends, and training content so that it can always be relevant and accurate.
2. Ensure Immediate Accessibility
Make it user-friendly in structure and navigation, enabling Account Managers to locate and retrieve info quickly without any hindrances and obstructions.
3. Stimulate Engagement and Feedback
Encourage an environment of involvement from the Account Managers into the Knowledge Base, re-entering feedback for improvement, practicality, and value.
4. CRM and Sales Tools Integration
Linking your knowledge base to customer relationship management (CRM) and sales tools will give easy access to the information and present it within the account managers' workflows.
5. Offer Mobile Feature
If the Knowledge Base is mobile-friendly, it can provide your Account Managers with the access they need anywhere for them to assist customers in real time.
The Future of Knowledge Management in Sales
If any advancements occur, we can expect changes that will make the need for a complete Knowledge Base even more demanding. Organizations that put their resources into KM systems can expect achieved sales performance, customer satisfaction, and employee productivity.
Knowledge Base offered by Sciqus AMS will be a revolution, which introduces a streamlined solution for Account Managers to be informed and efficient. With the use of this technology, companies will accelerate growth, improve customer relations, and harness long-term success in a competitive business sphere.
Conclusion In a world where knowledge is indeed power, that makes it imperative to give Account Managers the right tools to perform. So, while ensuring that a Knowledge Base is in place, a good one is very important in achieving success. Sciqus AMS offers the capability to make sure the teams are constantly updated, knowledgeable, and ready to succeed. This creates a slice from the cake to protect revenue, make more informed decisions, and enhance customer experience.
To know more visit https://sciqusams.com/
Original Source: - https://bit.ly/41Iph6P
1 note · View note
jenniferphilop0420 · 19 days ago
Text
How to Ensure 24/7 Uptime in Cryptocurrency Exchange Development
Tumblr media
Cryptocurrency exchanges operate in a high-stakes environment where even a few minutes of downtime can result in significant financial losses, security vulnerabilities, and loss of customer trust. Ensuring 24/7 uptime in cryptocurrency exchange development requires a combination of advanced infrastructure, strategic planning, security measures, and continuous monitoring. This guide explores the best practices and technologies to achieve maximum uptime and ensure seamless operations.
1. Choosing the Right Infrastructure
The backbone of any high-availability exchange is its infrastructure. Consider the following:
1.1 Cloud-Based Solutions vs. On-Premises Hosting
Cloud-based solutions: Scalable, reliable, and backed by industry leaders such as AWS, Google Cloud, and Microsoft Azure.
On-premises hosting: Offers more control but requires extensive maintenance and security protocols.
1.2 High Availability Architecture
Load balancing: Distributes traffic across multiple servers to prevent overload.
Redundant servers: Ensures backup servers take over in case of failure.
Content Delivery Networks (CDNs): Improve response times by caching content globally.
2. Implementing Failover Mechanisms
2.1 Database Redundancy
Use Primary-Replica architecture to maintain real-time backups.
Implement automatic failover mechanisms for instant switching in case of database failure.
2.2 Active-Passive and Active-Active Systems
Active-Passive: One server remains on standby and takes over during failures.
Active-Active: Multiple servers actively handle traffic, ensuring zero downtime.
3. Ensuring Network Resilience
3.1 Distributed Denial-of-Service (DDoS) Protection
Implement DDoS mitigation services like Cloudflare or Akamai.
Use rate limiting and traffic filtering to prevent malicious attacks.
3.2 Multiple Data Centers
Distribute workload across geographically dispersed data centers.
Use automated geo-routing to shift traffic in case of regional outages.
4. Continuous Monitoring and Automated Alerts
4.1 Real-Time Monitoring Tools
Use Nagios, Zabbix, or Prometheus to monitor server health.
Implement AI-driven anomaly detection for proactive issue resolution.
4.2 Automated Incident Response
Develop automated scripts to resolve common issues.
Use chatbots and AI-powered alerts for instant notifications.
5. Regular Maintenance and Software Updates
5.1 Scheduled Maintenance Windows
Plan updates during non-peak hours.
Use rolling updates to avoid complete downtime.
5.2 Security Patching
Implement automated patch management to fix vulnerabilities without disrupting service.
6. Advanced Security Measures
6.1 Multi-Layer Authentication
Use 2FA (Two-Factor Authentication) for secure logins.
Implement hardware security modules (HSMs) for cryptographic security.
6.2 Cold and Hot Wallet Management
Use cold wallets for long-term storage and hot wallets for active trading.
Implement multi-signature authorization for withdrawals.
7. Scalability Planning
7.1 Vertical vs. Horizontal Scaling
Vertical Scaling: Upgrading individual server components (RAM, CPU).
Horizontal Scaling: Adding more servers to distribute load.
7.2 Microservices Architecture
Decouple services for independent scaling.
Use containerization (Docker, Kubernetes) for efficient resource management.
8. Compliance and Regulatory Requirements
8.1 Adherence to Global Standards
Ensure compliance with AML (Anti-Money Laundering) and KYC (Know Your Customer) policies.
Follow GDPR and PCI DSS standards for data protection.
8.2 Audit and Penetration Testing
Conduct regular security audits and penetration testing to identify vulnerabilities.
Implement bug bounty programs to involve ethical hackers in security improvements.
Conclusion
Achieving 24/7 uptime in cryptocurrency exchange development requires a comprehensive approach involving robust infrastructure, failover mechanisms, continuous monitoring, and security best practices. By integrating these strategies, exchanges can ensure reliability, security, and customer trust in a highly competitive and fast-evolving market.
0 notes
lamttsblog · 20 days ago
Text
Hướng Dẫn Chi Tiết Sử Dụng, Lập Trình Và So Sánh PLC Siemens S7-1200
Tumblr media
PLC SIEMENS S7-1200: Tổng Quan, Tính Năng, Hướng Dẫn Sử Dụng, So Sánh, Đánh Giá Thị Trường Và Ứng Dụng
Khám phá toàn diện PLC SIEMENS S7-1200 – từ tổng quan sản phẩm, tính năng nổi bật, hướng dẫn cài đặt, lập trình và đấu nối đến so sánh với các dòng PLC khác của Siemens và đối thủ cạnh tranh giúp bạn lựa chọn giải pháp tự động hóa phù hợp cho nhà máy và hệ thống của mình.
I. Tổng Quan Về PLC SIEMENS S7-1200
Tumblr media
1.1 Giới Thiệu Chung PLC (Programmable Logic Controller) là bộ điều khiển lập trình được sử dụng phổ biến trong tự động hóa công nghiệp. Trong đó, dòng SIMATIC S7-1200 của Siemens ra đời năm 2009 nhằm thay thế dần S7-200, với thiết kế nhỏ gọn, hiệu suất cao và khả năng mở rộng linh hoạt. • Đặc điểm nổi bật: • Thiết kế dạng module cho phép mở rộng các I/O và module truyền thông. • Tích hợp cổng PROFINET hỗ trợ Ethernet và giao thức TCP/IP, giúp kết nối nhanh chóng với các thiết bị khác. • Hỗ trợ phần mềm TIA Portal – môi trường lập trình trực quan, tích hợp các công cụ cấu hình, lập trình, chẩn đoán và giám sát hệ thống. 1.2 Lịch Sử Và Sự Phát Triển Ban đầu ra mắt để khắc phục nhược điểm của dòng S7-200, S7-1200 đã nhanh chóng chiếm được cảm tình của các chuyên gia tự động hóa nhờ khả năng xử lý nhanh, độ tin cậy cao và chi phí đầu tư hợp lý. Qua các phiên bản nâng cấp, sản phẩm ngày càng được cải tiến về tính năng, bảo mật và hỗ trợ các giao thức truyền thông mới. 1.3 Các Dòng Sản Phẩm Thuộc Series S7-1200
Tumblr media
Dòng PLC S7-1200 bao gồm nhiều biến thể để phù hợp với các yêu cầu ứng dụng đa dạng: • Standard CPUs: CPU 1211C, 1212C, 1214C, 1215C, 1217C. • Failsafe CPUs: Dành cho các ứng dụng đòi hỏi độ an toàn cao theo IEC 61508, ISO 13849-1. • SIPLUS CPUs: Biến thể SIPLUS được thiết kế đặc biệt cho môi trường khắc nghiệt, có khả năng chống bụi, ẩm, ăn mòn và nhiệt độ mở rộng.
II. Tính Năng Nổi Bật Của PLC SIEMENS S7-1200
2.1 Hiệu Suất Và Độ Tin Cậy • Vi xử lý mạnh mẽ: S7-1200 được trang bị vi xử lý ARM Cortex, đảm bảo khả năng tính toán nhanh và đáp ứng yêu cầu của các ứng dụng thời gian thực. • Độ bền cao: Thiết kế chuyên dụng cho môi trường công nghiệp, hoạt động ổn định trong điều kiện khắc nghiệt như nhiệt độ cao, rung động, và bụi bẩn. 2.2 Khả Năng Mở Rộng Và Tính Linh Hoạt • Thiết kế dạng module: Cho phép mở rộng I/O thông qua các board tín hiệu (Signal Board – SB) và các module mở rộng (I/O modules – SM, CM). • Hỗ trợ nhiều giao thức truyền thông: • PROFINET: Cổng giao tiếp tích hợp sẵn giúp kết nối với hệ thống mạng Ethernet và các thiết bị điều khiển từ xa. • RS232, RS485: Cho phép kết nối với các thiết bị ngoại vi khác khi cần mở rộng chức năng. • Phần mềm TIA Portal: Giao diện lập trình trực quan, hỗ trợ các ngôn ngữ lập trình như LAD, FBD và SCL giúp quá trình cấu hình, lập trình và bảo trì trở nên dễ dàng hơn.
Tumblr media
2.3 Bảo Mật Và An Toàn • Chức năng bảo vệ truy cập: Tất cả CPU đều hỗ trợ bảo vệ bằng mật khẩu và tính năng “know-how protection” giúp bảo vệ chương trình điều khiển khỏi truy cập trái phép. • Ứng dụng trong hệ thống an toàn: Các phiên bản Failsafe của S7-1200 được thiết kế để đáp ứng các yêu cầu an toàn theo tiêu chuẩn IEC 61508 và ISO 13849-1, đảm bảo hoạt động ổn định trong các ứng dụng đòi hỏi độ an toàn cao.
Tumblr media
2.4 Tính Năng Lập Trình Và Giao Diện Người Dùng • TIA Portal: Môi trường tích hợp giúp lập trình, cấu hình phần cứng, thiết kế giao diện HMI và giám sát hệ thống tự động hóa. • Các ngôn ngữ lập trình: • LAD (Ladder Diagram): Hình thức lập trình truyền thống, trực quan với sơ đồ điện. • FBD (Function Block Diagram): Cho phép lập trình bằng cách kết nối các khối chức năng. • SCL (Structured Control Language): Ngôn ngữ lập trình cấp cao tương tự Pascal, hữu ích trong các ứng dụng phức tạp.
III. Hướng Dẫn Sử Dụng Và Lập Trình PLC SIEMENS S7-1200
Tumblr media
3.1 Cài Đặt Phần Cứng Và Đấu Nối 3.1.1 Cấu Tạo Cơ Bản Của PLC S7-1200 • CPU: Bộ não của PLC, bao gồm CPU tiêu chuẩn, Failsafe và SIPLUS. • Nguồn cấp: PLC S7-1200 có thể hoạt động với nguồn AC hoặc DC tùy thuộc vào biến thể (AC/DC/RLY, DC/DC/DC). • I/O tích hợp: Sản phẩm tích hợp sẵn các chân vào/ra (DI, DO, AI, AO) và hỗ trợ mở rộng qua các module SB, SM, CM.
Tumblr media
3.1.2 Hướng Dẫn Đấu Nối • Đấu nối nguồn: • Với nguồn DC 24V: Nối cực dương (+) của nguồn 24V vào chân L+ và cực âm (–) vào chân M của CPU. • Với nguồn AC: Xác định kỹ yêu cầu của CPU (AC/DC) và đấu nối 2 chân của nguồn AC vào các chân L+ và N. • Đấu nối tín hiệu vào/ra: • Digital Inputs/Outputs: Kết nối các cảm biến, công tắc, động cơ hoặc van qua các chân DI/DO tích hợp. • Analog Inputs/Outputs: Dùng để đo điện áp, dòng điện, nhiệt độ,… qua các module AI/AO.   Lưu ý: Việc đấu nối cần tuân thủ sơ đồ mạch của từng loại CPU và đảm bảo an toàn điện. Hãy tham khảo tài liệu kỹ thuật của Siemens để tránh nhầm lẫn giữa các chân nối.   3.2 Hướng Dẫn Cài Đặt Phần Mềm Lập Trình 3.2.1 Cài Đặt TIA Portal TIA Portal là phần mềm tích hợp của Siemens hỗ trợ lập trình cho PLC, HMI và các thiết bị khác. Các bước cài đặt cơ bản bao gồm: 1. Tải và cài đặt TIA Portal phiên bản phù hợp (thường là phiên bản từ TIA Portal V11 trở lên). 2. Kết nối máy tính với PLC qua cáp Ethernet hoặc RS232/RS485. 3. Cấu hình địa chỉ IP của PLC (ví dụ: 192.168.138.36) sao cho khớp với máy tính.
Tumblr media
3.2.2 Quy Trình Lập Trình Cơ Bản • Tạo dự án mới: Mở TIA Portal, chọn “Create new project”, đặt tên và lưu đường dẫn dự án. • Cấu hình thiết bị: Thêm thiết bị PLC bằng cách chọn dòng S7-1200 và loại CPU (ví dụ: CPU 1214C DC/DC/DC). • Lập trình OB1: OB1 là chương trình chính, nơi viết các lệnh điều khiển bằng ngôn ngữ lập trình như LAD, FBD hay SCL. • Download chương trình: Sau khi hoàn thành lập trình, kết nối PLC với máy tính và nạp chương trình vào PLC. • Giám sát và chẩn đoán: Sử dụng TIA Portal để theo dõi trạng thái chạy, kiểm tra lỗi và điều chỉnh chương trình nếu cần.   3.3 Ví Dụ Chương Trình Cơ Bản 3.3.1 Chương Trình Điều Khiển Đèn • Mục tiêu: Khi nhấn công tắc (DI), đèn (DO) sẽ sáng. • Lập trình bằng LAD: • Sử dụng lệnh “Tiếp điểm thường hở” cho DI. • Kết hợp với lệnh “OUT” để điều khiển đèn. • Download chương trình và kiểm tra trên thực tế.
Tumblr media
3.3.2 Chương Trình Sử Dụng Timer Và Counter • Timer: Tạo chương trình trễ định thời để điều khiển các tác vụ theo chu kỳ nhất định. • Counter: Đếm số lần nhấn công tắc để kích hoạt một hành động khi đạt đến giá trị giới hạn. Ví dụ: Bật một động cơ sau 10 lần nhấn công tắc. • Sử dụng lệnh CTU (Counter Up) và kết hợp với lệnh so sánh.   3.4 Hướng Dẫn Lập Trình Nâng Cao Ngoài các chương trình cơ bản, TIA Portal còn hỗ trợ lập trình các hàm phức tạp như: • Hàm toán học: Thực hiện phép cộng, trừ, nhân, chia… • Hàm logic: AND, OR, XOR, NOT… • Hàm chuyển đổi dữ liệu: CONV, ROUND, TRUNC,… • Hàm chốt (Flip-Flop): SR, RS để tạo mạch nhớ trạng thái. Việc sử dụng các hàm này giúp xây dựng các chương trình điều khiển phức tạp cho các dây chuyền sản xuất tự động hóa lớn.
IV. So Sánh PLC SIEMENS S7-1200 Với Các Sản Phẩm Khác
4.1 So Sánh Với Các Dòng PLC Khác Của Siemens
Tumblr media
Siemens cung cấp nhiều dòng PLC khác nhau, trong đó S7-1200, S7-300 và S7-1500 là các dòng phổ biến. Dưới đây là bảng so sánh chi tiết: Tiêu chí S7-1200 S7-300 S7-1500 Thiết kế Nhỏ gọn, tích hợp sẵn I/O; dạng module mở rộng Trung cấp, thích hợp cho hệ thống lớn Hiện đại, hiệu suất cao, mở rộng linh hoạt Hiệu suất Phù hợp với ứng dụng nhỏ và trung bình Xử lý nhanh hơn S7-1200 trong các ứng dụng vừa Xử lý lệnh rất nhanh, phù hợp cho các hệ thống phức tạp Khả năng mở rộng Dễ dàng mở rộng qua các module SB, SM, CM Mở rộng được qua các module mở rộng chuyên dụng Hỗ trợ mở rộng đa dạng với nhiều module và giao thức truyền thông Giao tiếp Tích hợp PROFINET, Ethernet; hỗ trợ RS232/RS485 Hỗ trợ Profibus, Ethernet; kết nối MPI Tích hợp Ethernet, OPC, Web server, và nhiều giao thức hiện đại Phần mềm lập trình TIA Portal (lập trình LAD, FBD, SCL) Step7 (lập trình LAD, STL, FBD, SCL) TIA Portal; giao diện trực quan, tích hợp HMI Giá thành Giá thành cạnh tranh cho ứng dụng nhỏ và vừa Giá cao hơn so với S7-1200 Đầu tư ban đầu cao, nhưng phù hợp cho quy mô sản xuất lớn 4.2 So Sánh Với PLC Của Các Hãng Khác
Tumblr media
Ngoài Siemens, trên thị trường còn có các hãng PLC như Omron, Mitsubishi, Schneider… • Omron: • Ưu điểm: Thiết kế thân thiện, dễ lập trình, tích hợp nhiều tính năng bảo vệ. • Nhược điểm: Giá thành thường cao hơn và khả năng mở rộng ít linh hoạt so với S7-1200. • Mitsubishi: • Ưu điểm: Hiệu suất cao, phù hợp với các ứng dụng tốc độ nhanh. • Nhược điểm: Giao diện lập trình không trực quan bằng TIA Portal của Siemens. • Schneider Electric: • Ưu điểm: Độ tin cậy cao, tích hợp nhiều chức năng tự động hóa. • Nhược điểm: Chi phí đầu tư ban đầu thường cao và hỗ trợ kỹ thuật có thể hạn chế tại một số thị trường.
Tumblr media
Bảng tóm tắt so sánh chung: Hãng sản xuất Ưu điểm Nhược điểm Siemens TIA Portal trực quan, khả năng mở rộng linh hoạt, bảo mật cao Giá thành cạnh tranh ở dòng S7-1200, nhưng các dòng cao cấp (S7-1500) có chi phí đầu tư cao Omron Thiết kế dễ sử dụng, lập trình đơn giản Giá thành cao hơn, khả năng mở rộng hạn chế Mitsubishi Hiệu suất xử lý nhanh, phù hợp với ứng dụng tốc độ cao Giao diện lập trình không được đánh giá cao như Siemens Schneider Độ tin cậy cao, tích hợp nhiều chức năng tự động hóa Chi phí ban đầu cao, hệ thống phần mềm phức tạp
V. Đánh Giá Thị Trường Và Ứng Dụng Thực Tế
5.1 Thị Phần Và Xu Hướng Phát Triển • Thị trường PLC toàn cầu: PLC là thành phần cốt lõi của tự động hóa công nghiệp, và Siemens luôn dẫn đầu nhờ chất lượng sản phẩm, độ tin cậy và khả năng tích hợp. Dòng S7-1200 đặc biệt được ưa chuộng tại các nước đang phát triển như Việt Nam nhờ giá thành hợp lý và dễ dàng bảo trì. • Xu hướng ứng dụng: • Sự chuyển đổi số trong các nhà máy sản xuất và ngành công nghiệp 4.0 tạo ra nhu cầu tăng cao đối với các hệ thống điều khiển tự động. • Tích hợp IoT và M2M (machine-to-machine) qua cổng Ethernet của S7-1200 giúp giám sát từ xa và tối ưu hóa quy trình sản xuất.   5.2 Ứng Dụng Thực Tế
Tumblr media
PLC Siemens S7-1200 được ứng dụng rộng rãi trong nhiều lĩnh vực: • Ngành sản xuất: • Điều khiển dây chuyền sản xuất, máy đóng gói, máy chế biến thực phẩm, sản xuất điện tử,… • Tích hợp với hệ thống SCADA và HMI giúp theo dõi, giám sát và điều chỉnh quy trình sản xuất theo thời gian thực. • Ngành xử lý nước và năng lượng: • Quản lý hệ thống cấp, thoát nước, điều khiển bơm nước, và hệ thống giám sát năng lượng. • Ứng dụng trong tòa nhà thông minh: • Điều khiển hệ thống chiếu sáng, điều hòa không khí, hệ thống an ninh, và tự động hóa các quy trình vận hành của tòa nhà. • Ngành dược phẩm và thực phẩm: • Đảm bảo quá trình sản xuất đạt chuẩn an toàn, kiểm soát nhiệt độ, thời gian và các thông số quan trọng khác.   5.3 Phản Hồi Từ Người Dùng Và Đối Tác • Đánh giá từ chuyên gia: Các kỹ sư tự động hóa đánh giá cao S7-1200 vì khả năng mở rộng và tính linh hoạt khi triển khai trên nhiều ứng dụng khác nhau. • Phản hồi từ người dùng: Người dùng nhấn mạnh tính ổn định, dễ lập trình và chi phí bảo trì thấp, góp phần giảm thiểu thời gian chết của dây chuyền sản xuất. • Đối tác và đại lý: Nhiều nhà phân phối và đối tác của Siemens tại Việt Nam cam kết cung cấp sản phẩm chính hãng, hỗ trợ kỹ thuật chuyên sâu và các dịch vụ sau bán hàng tốt.
VI. Câu Hỏi Thường Gặp (FAQ)
6.1 PLC S7-1200 là gì? PLC S7-1200 là bộ điều khiển lập trình của Siemens, được thiết kế dạng module nhỏ gọn, dễ dàng mở rộng I/O, tích hợp cổng giao tiếp PROFINET và hỗ trợ lập trình qua TIA Portal. Nó được ứng dụng rộng rãi trong các hệ thống tự động hóa công nghiệp và dây chuyền sản xuất nhỏ đến vừa. 6.2 Những ứng dụng tiêu biểu của PLC S7-1200 là gì? PLC S7-1200 được sử dụng trong điều khiển dây chuyền sản xuất, máy đóng gói, hệ thống xử lý nước, tòa nhà thông minh, ngành thực phẩm – đồ uống, và các hệ thống tự động hóa nhỏ khác. Nó cũng được áp dụng trong các ứng dụng kiểm soát năng lượng và tiết kiệm điện năng. 6.3 S7-1200 có thể mở rộng như thế nào? PLC S7-1200 cho phép mở rộng I/O thông qua các module tín hiệu số (Digital Modules), module tín hiệu tương tự (Analog Modules) và module truyền thông (Communication Modules). Các board mở rộng (SB, SM, CM) giúp tăng số lượng chân kết nối và tích hợp các chức năng bổ sung. 6.4 Phần mềm lập trình nào được sử dụng cho S7-1200? Phần mềm lập trình chính của S7-1200 là TIA Portal của Siemens, hỗ trợ lập trình bằng các ngôn ngữ LAD, FBD và SCL. TIA Portal tích hợp đầy đủ các công cụ cấu hình, lập trình, giám sát và chẩn đoán hệ thống. 6.5 PLC S7-1200 có phù hợp cho ứng dụng tự động hóa quy mô lớn không? Mặc dù S7-1200 thường được ứng dụng cho các hệ thống nhỏ đến vừa, nhưng nhờ khả năng mở rộng linh hoạt và tích hợp giao thức truyền thông hiện đại, nó vẫn có thể được sử dụng trong một số ứng dụng quy mô trung bình. Đối với hệ thống rất lớn, các dòng S7-300, S7-1500 hoặc S7-400 của Siemens thường là lựa chọn ưu tiên. 6.6 So sánh giữa S7-1200 và các PLC của các hãng khác, tại sao nên chọn Siemens? Siemens là thương hiệu hàng đầu với hệ sinh thái tự động hóa toàn diện, từ phần cứng đến phần mềm. TIA Portal của Siemens có giao diện trực quan, khả năng mở rộng cao và tính bảo mật tốt, giúp giảm thiểu thời gian bảo trì và tăng hiệu quả sản xuất. Các hãng khác như Omron, Mitsubishi hay Schneider cũng có những ưu điểm riêng, nhưng Siemens S7-1200 nổi trội ở tính linh hoạt và khả năng tích hợp trong các hệ thống hiện đại.
VII. Kết Luận & Đại lý bán PLC SIEMENS
7.1 Tổng Kết PLC SIEMENS S7-1200 không chỉ là một sản phẩm điều khiển đơn giản mà còn là giải pháp toàn diện cho các ứng dụng tự động hóa công nghiệp hiện đại. Với thiết kế nhỏ gọn, khả năng mở rộng linh hoạt, hỗ trợ giao tiếp đa dạng và phần mềm lập trình TIA Portal trực quan, S7-1200 đáp ứng được nhu cầu của các nhà máy sản xuất, hệ thống tòa nhà thông minh và nhiều ứng dụng khác. 7.2 Lời Khuyên Cho Người Mua Nếu bạn là kỹ sư, quản lý nhà máy hoặc đơn vị đang tìm kiếm giải pháp tự động hóa hiệu quả với chi phí hợp lý, hãy cân nhắc đến PLC Siemens S7-1200. Việc lựa chọn đúng dòng PLC không chỉ giúp tối ưu hóa quy trình sản xuất mà còn nâng cao hiệu suất và giảm thiểu thời gian chết của hệ thống. 7.3 Hỗ Trợ Và Tư Vấn Kỹ Thuật Để được tư vấn chi tiết và hỗ trợ kỹ thuật, bạn có thể liên hệ với các đại lý chính hãng PLCSIEMENS.VN hoặc trung tâm dịch vụ của Siemens. Ngo��i ra, có rất nhiều tài liệu hướng dẫn được cập nhật thường xuyên nhằm giúp người dùng làm quen với việc cài đặt, lập trình và vận hành PLC S7-1200. • Liên hệ với Công Ty Thành Tiến qua số Hotline: 0888 789 688 hoặc Email: [email protected] để được tư vấn và báo giá sản phẩm chính hãng. • Truy cập website https://plcsiemens.vn/ để biết thêm thông tin chi tiết và các giải pháp tự động hóa mới nhất từ Siemens. 7.4 Danh mục PLC S7-1200  và Các modul mổ rộng xem chi tiết ở đây  
VIII. Phần Mở Rộng & Các Ứng Dụng Thêm
8.1 Ứng Dụng Trong Ngành Năng Lượng • Giám sát năng lượng: Sử dụng module đo năng lượng tích hợp (ví dụ: SIMATIC Energy Manager) để giám sát và tối ưu hóa tiêu thụ năng lượng của máy móc, qua đó giúp tiết kiệm điện năng và giảm chi phí vận hành. • Quản lý tải: Các chương trình điều khiển tích hợp chức năng quản lý tải cao điểm giúp ngăn chặn tình trạng quá tải, đảm bảo an toàn cho toàn bộ hệ thống. 8.2 Ứng Dụng Trong Nhà Máy Và Dây Chuyền Sản Xuất
Tumblr media
• Điều khiển dây chuyền tự động: PLC S7-1200 được tích hợp với hệ thống SCADA và HMI, giúp giám sát từ xa và điều chỉnh quy trình sản xuất theo thời gian thực. • Quy trình sản xuất liên tục: Khả năng xử lý lệnh nhanh và lập trình logic phức tạp giúp các dây chuyền sản xuất chạy ổn định, giảm thời gian dừng máy. 8.3 Ứng Dụng Trong Tòa Nhà Thông Minh • Hệ thống chiếu sáng tự động: Sử dụng PLC để điều khiển đèn chiếu sáng, cảm biến chuyển động và điều chỉnh mức ánh sáng theo thời gian trong ngày. • Điều hòa không khí và an ninh: Kết nối PLC với hệ thống HVAC và các thiết bị an ninh giúp tối ưu hóa môi trường làm việc và tăng cường an toàn. 8.4 Ứng Dụng Trong Ngành Thực Phẩm – Đồ Uống • Quy trình đóng gói và chế biến: Đảm bảo chất lượng sản phẩm bằng cách điều khiển chính xác thời gian, nhiệt độ và tốc độ của các thiết bị đóng gói. • Kiểm soát chất lượng: Tích hợp các cảm biến và module đo lường giúp giám sát quá trình sản xuất, từ đó đảm bảo sản phẩm đạt tiêu chuẩn an toàn thực phẩm.
IX.
Read the full article
0 notes
unikeyic · 28 days ago
Text
Master the STM32 to create a sophisticated heart rate monitor
This design is based on a low-cost, high-precision method centered around the STM32F103ZET6. It employs a pulse sensor to detect and collect the human pulse. Using the microcontroller's timer/counter, it measures the heart rate, with digital display and voice broadcast controlled by the microcontroller. This ensures quick and accurate heart rate measurements. Additionally, when an abnormal heart rate is detected, the DS18B20 alarm module alerts the user to pay attention to heart rate monitoring.
Chapter 1: Introduction
Heart rate refers to the number of times the heart beats per minute. It is an important parameter reflecting whether the heart is functioning normally, and the value of the heart rate is also a crucial indicator for assessing both physical labor intensity and mental work intensity. Therefore, measuring heart rate is an excellent method for evaluating a patient's physiological status.
A heart rate monitor is a medical device used to measure heart rate values. Its application plays a significant role in the research and diagnosis of cardiovascular diseases, as the bioelectrical signals it records during cardiac activity have become vital for clinical diagnosis. With the continuous development and progress of modern medicine, the demands on various measurement instruments are naturally increasing. Based on previous research, we have developed and designed a cost-effective electronic heart rate monitor. This device addresses the inaccuracies and randomness of traditional measurement methods, providing precise heart rate measurements and displaying the results digitally in real-time, thus making heart rate values more intuitive.
Chapter 2: Design Plan
The basic principle of photoplethysmography (PPG) is to measure pulse rate using the variation in light transmission caused by blood vessel pulsation. The sensor used consists of two parts: a light source and a photoelectric transducer, which can be attached to a patient's finger or earlobe using a strap or clip. The light source typically uses light-emitting diodes (LEDs) with specific wavelengths (500nm~700nm) that selectively target arterial oxygen and hemoglobin. When the light beam passes through peripheral blood vessels, the transmission rate changes due to volumetric changes caused by arterial pulsations. The photoelectric converter then receives the light reflected by the body tissues, converting it into electrical signals, amplifying and outputting them. Since the pulse rate is a periodically changing signal corresponding to the heartbeat, with periodic changes in arterial blood volume, the period of change in the electrical signal from the photoelectric converter represents the pulse rate.
Chapter 3: Overview of Hardware Circuit
3.1 Principles of Heart Rate Monitor Design
According to design requirements, this design employs the STM32F103ZET6 as the control CPU, with peripheral devices including the digital temperature sensor DS18820, phototransistors, a voice module, decoders, latches, amplifiers, etc. The project adopts a bus control mode, with three-digit static digital display.
3.2 Pulse Sensor Principle
The PulseSensor is a photoplethysmographic analog sensor used for heart rate measurement. Worn on the finger or earlobe, it transmits collected analog signals via wires to the STM32F103ZET6 microcontroller, where they are converted into digital signals. Simple calculations by the STM32 yield the heart rate value, and the pulse waveform can also be transmitted to a computer via a serial port for display.
Due to the extremely weak pulse signal and its limited vibration amplitude, collecting and obtaining the signal can be quite challenging. Not only is the pulse signal itself weak, but it is also prone to interference, as physiological signals from different parts of the body interact and influence each other. Furthermore, emotional variations such as joy, anger, sorrow, and happiness can also affect physiological signals, leading to noise interference in the pulse signal. Therefore, selecting an appropriate pulse measurement sensor is crucial for obtaining accurate, efficient, and reliable pulse signals. The frequency of the pulse signal is very low, with typical values as follows: males have 60-100 beats per minute, females 70-90 beats per minute, and children around 90 beats per minute.
Pin functions are as follows:
S — Pulse signal output (connected to microcontroller AD interface)
VCC — 5V (or 3.3V) power input
GND — Ground
3.3 ISD1820 Voice Module
Pin function introduction:
Power (VCC): Convergence point for different internal power buses of the chip's analog and digital circuits, minimizing noise. Decoupling capacitors should be placed close to the chip.
Ground (VSSA, VSSD): Convergence point for different ground lines of the chip's internal analog and digital circuits.
Record (REC): Active high; recording starts when REC goes high, regardless of whether the chip is in power-saving mode or playback mode. Recording continues while REC is high and stops when REC goes low or the memory is full, writing an End-of-Message (EOM) mark.
Edge Trigger Playback (PLAYE): Playback starts on rising edge, continues until EOM mark or end of memory, and then enters power-saving mode.
Level Trigger Playback (PLAYL): Playback starts when this pin goes high and continues until it returns to low, encounters an EOM mark, or reaches the end of memory, entering power-saving mode afterward.
Recording Indicator (/RECLED): Low during recording, can drive an LED; outputs a low pulse upon encountering an EOM mark during playback, useful for triggering PLAYE for looping playback.
Microphone Input (MIC): Connects to the internal pre-amplifier. External microphone should be coupled via a series capacitor.
Microphone Reference (MIC REF): Inverting input of the pre-amplifier, improving common-mode rejection ratio when connected differentially.
Speaker Output (SP+, SP-): Directly drives an 8Ω speaker; dual-ended output increases power by four times without coupling capacitors.
Oscillation Resistor (ROSC): Connected oscillation resistor determines recording and playback time.
Pass-through Mode (FT): Allows external audio signals at MIC input to pass through internal AGC circuit, filter, and speaker driver to reach speaker output directly when FT is high and REC, PLAYE, and PLAYL are low.
Chapter 4: Program Design
4.1 Main Program Design
Program functionalities: By detecting high or low levels at port P1.0, the program can collect, convert, and process temperature data and electrocardiogram signals, finally displaying heart rate and temperature values on a digital tube. Additionally, the speech subroutine can announce these values, and an alert module can notify the user if the heart rate falls outside the set range, prompting attention to physical health.
Designing the main program flowchart is a crucial step, representing our design concept concretely. With the flowchart, we can break down a complex software design into several functional modules and design each module individually.
In the main program design, we first initialize components, including the display module. Then, we determine whether P1.1 is high or low to decide whether to measure body temperature or heart rate.
4.1.1 Flowchart of the Main Program
4.1.2 Overview of the ISD1820 Voice Module Functions
The ISD1820 module primarily offers three functions: recording, level-controlled playback, and pulse-triggered playback.
Recording Subroutine
Controlling the recording process involves two main parameters: 1) the starting address for recording, and 2) the duration of the recording. By managing these two parameters, you can determine which segments the audio will be recorded into. Note: The REC signal is delayed by 50ms to prevent debounce and avoid repeated triggering. When invoking the recording subroutine, simply provide the starting address and the desired recording duration.
Level-Controlled Playback Subroutine
For level-controlled playback, both the starting address and playback time are essential. Controlling these two parameters will define the content being played back. It is important to note that playback always commences from the beginning of a segment. For segmented playback control, each recording's start must align with the beginning of a segment. To invoke the level-controlled playback subroutine, just provide the playback starting address and duration.
Pulse-Triggered Playback Subroutine
Pulse-triggered playback differs slightly from level-controlled playback. Here, the playback duration cannot be controlled via a microcontroller; only the starting address can be managed. Once initiated, pulse-triggered playback continues until either an end marker or the chip's memory limit is reached. Therefore, it is less commonly used for segmented voice control. To call the pulse-triggered playback subroutine, simply supply the starting address.
4.2 Heart Rate Measurement Program Design
4.2.1 Program Design for Heart Rate Measurement
The heart rate measurement program consists of two parts. The first part involves initialization, including setting up timers/counters, configuring stack pointers, and enabling interrupts. The second part activates two timers/counters and invokes display and voice broadcast subroutines to complete the heart rate display, voice announcement, and alarm module functionalities.
4.2.2 Interrupt Service Routine Design
TAG: Pulse sensor; Electronic component; Electronic products design
0 notes