#modul 3.1
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Dengan Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Assaalamualaikum Wr. Wb.
Bapak dan Ibu guru hebat, berjumpa lagi bersama saya Nurul Septiyani Ayu Purwanti, Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari SMKS Pasundan 3 Bandung.
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada modul 3.1 mengenai Pengambilan Keputusan dengan Memperhatikan Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, sebagai peserta Calon Guru Penggerak Angkatan 9, saya ingin berbagi pengalaman selama dua minggu terakhir ini. Saya akan merenungkan pengalaman tersebut dengan menggunakan model 4F atau 4P, yaitu Fakta (Peristiwa), Perasaan (Feeling), Temuan (Findings), dan Penerapan (Future).
Fakta (Peristiwa)
Materi pada Modul 3.1 membahas tentang Pengambilan Keputusan dengan Memperhatikan Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Perjalanan pembelajaran ini merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya, yaitu modul 2. Kegiatan dimulai dengan pre-test yang terdiri dari 18 soal, dan kemudian mengikuti alur MERDEKA seperti pada modul sebelumnya (Mulai dari Diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata).
Kegiatan dimulai pada tanggal 2 Februari 2024 dengan fokus pada langkah "Mulai Dari Diri". Pada tahap ini, kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kami juga diminta untuk melakukan survei lingkungan dengan menggunakan satu studi kasus untuk mengembangkan kemampuan analisis kepemimpinan sekolah.
Langkah selanjutnya adalah Eksplorasi Konsep, di mana kami belajar secara mandiri melalui materi-materi dalam forum LMS dan mendalami konsep pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kami juga membahas kasus dilema etika dan bujukan moral serta melakukan diskusi untuk menganalisis kasus yang disajikan di LMS.
Ruang Kolaborasi merupakan langkah berikutnya, di mana kami dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk melakukan diskusi melalui video conference. Diskusi ini berfokus pada analisis kasus dilema etika dan presentasi tugas kelompok. Hasilnya kemudian diunggah ke LMS.
Demonstrasi Kontekstual melibatkan tugas wawancara kepada kepala sekolah tentang kasus dilema etika di sekolah mereka. Wawancara ini direkam dan dianalisis, lalu diunggah ke LMS.
Elaborasi Pemahaman melibatkan sesi diskusi dengan instruktur untuk mendapatkan pencerahan lebih lanjut mengenai pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan.
Koneksi Antar Materi dilakukan untuk mengaitkan materi pengambilan keputusan dengan nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi sebelumnya.
Langkah terakhir adalah Aksi Nyata, di mana kami diminta untuk menerapkan proses pengambilan keputusan di sekolah CGP dan berdiskusi tentang pengalaman tersebut.
Selain itu, pada tanggal 6 Februari 2024, saya juga mengikuti pendampingan dengan Pengajar Praktik saya, Pak Weng Riyanto, yang memberikan pengetahuan tentang teknik coaching klinik supervisi akademik. Kami juga menghadiri Lokakarya 4 di SMA BPI pada tanggal 17 Februari 2024 dengan materi Coaching untuk supervisi akademik.
Perasaan (Feeling)
Awalnya, saya merasa bahwa pengambilan keputusan adalah hal yang sering saya lakukan di sekolah, terutama dalam menghadapi masalah siswa. Namun, saya juga merasakan beban berat jika harus menghadapi dilema etika sebagai seorang pemimpin pendidikan. Meskipun demikian, saya merasa senang dan bangga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari modul ini, terutama karena saya dapat berlatih wawancara langsung dengan kepala sekolah tentang pengambilan keputusan.
Saya menyadari bahwa dalam pengambilan keputusan, penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan dan melibatkan stakeholder yang kompeten. Modul ini memberi saya pencerahan dan pengetahuan yang berharga dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks di sekolah.
Temuan (Finding)
Pembelajaran utama dari modul ini adalah pentingnya mengidentifikasi permasalahan dengan jelas dan memahami apakah termasuk dalam dilema etika atau bujukan moral. Jika masalah tersebut merupakan dilema etika, maka paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat perlu diterapkan, dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pijakan utama. Selain itu, saya juga menemukan pentingnya berkolaborasi dan mempertimbangkan opsi trilema dalam mengambil keputusan.
Penerapan (Future)
Untuk rencana kedepan, saya akan menerapkan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk pengujian opsi trilema jika diperlukan. Saya juga akan mengukur efektivitas keputusan saya dengan melakukan refleksi dan meminta masukan dari pihak terkait, agar keputusan tersebut sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, menguntungkan murid, dan membawa manfaat bagi semua pihak.
Demikian jurnal refleksi dwi mingguan pada modul 3.1. Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya, semoga bermanfaat.
Salam Guru Penggerak! Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan!!
0 notes
Text
139 I 2024. CÂȘTIGAREA SUFLETELOR NEMÂNTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CREȘTINILOR [2 Petru 3.1-2 I 1 Petru 2.19–25] 18 Mai 2024
139 I 2024. CÂȘTIGAREA SUFLETELOR NEMÂNTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CREȘTINILOR I Podcast I Pasaje Biblice : II Petru 3 : 1 – 2 I I Petru 2 : 19 – 25 I Meditaţii din Cuvânt I Cezareea I Reşiţa I 18 Mai 2024 I Câștigarea sufletelor nemântuite se poate face prin modul de comportare al creștinilor iar aceasta este una dintre prioritățile vieții de credință. Continue reading 139 I…

View On WordPress
#1 Petru 2.19–25#139 I 2024. CASTIGAREA SUFLETELOR NEMANTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CRESTINILOR#18 Mai 2024#2 Petru 3.1-2#Castigarea sufletelor nemantuite se poate face prin modul de comportare al crestinilor iar aceasta este una dintre prioritatile vietii de cr
0 notes
Text
World Investment Report unveils dynamic shift in global energy investments, breakthroughs in solar, and materials innovation
Here are the key findings:
Exponential growth in energy investments
Global energy investments are set to soar from $2.4 trillion in 2018 to a projected $3.1 trillion in 2024 – a steady climb at nearly 5% annually. Global clean energy investment now nearly doubles that of fossil fuels, set to leap from $1.2 trillion in 2018 to $2 trillion by 2024 – marking a bold pivot toward renewables.
The solar investment surge
Investments in solar represented ~ 59% ($393 billion) of all RE investments ($673 billion), driven largely by drop in solar panel costs.
APAC leads global solar investments
Region-wise, Asia-Pacific (APAC) is at the forefront of solar investments pouring $223 billion into solar in 2023. EMEA has experienced modest solar investment growth, with $91bn in 2023, followed by AMER region (North, Central and South America) with solar investments of $78bn.
Record-breaking solar PV panel efficiency
Solar PV monocrystalline modules have hit a new high with record-breaking 24.9% efficiency – a major leap in maximising solar energy potential. Multi-junction perovskite cells are set to disrupt the solar panel industry, promising higher efficiency, lower production costs and seamless integration with diverse surfaces – leaving traditional silicon panels in the dust.
Solar manufacturing now uses 88% less silicon per watt peak than in 2004
The manufacturing process has undergone significant improvements, resulting in a drastic reduction in silicon usage – from consuming 16 gm/Wp in 2004 to 2 gm/Wp in 2023. This 88% decrease in silicon consumption not only reflects the strides made in optimising material efficiency but also underscores the potential for further cost reductions and environmental benefits.
Utility-scale PV costs hitting new low
The global weighted average levelised cost of electricity (LCOE) for utility-scale solar PV dropped by 90% – falling from $0.460/kWh in 2010 to $0.044/kWh in 2023. At country level, the drop ranges from 76%-93% over the same period.
5 notes
·
View notes
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu'alaikum, Wr.Wb
Saya Maulina, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Bireuen . Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset saya sebagai guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan. Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Bapak Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik.
Mendidik tidak hanya menstrafer ilmu ke peserta didik namun juga mengajarkan nilai-nilai kebajikan, kita membantu anak-anak menjadi individu yang beradab dan bermoral. Pendidikan yang berfokus pada karakter menghasilkan manusia yang mulia dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Jadi, pendidikan tidak hanya tentang membuat anak-anak pintar, tetapi juga tentang membentuk mereka menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab.
berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi di modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan panduan pertanyaan yang ada di LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya. Berikutnya, sebagai bagian dari komunitas ia turut serta menggerakkan komunitasnya untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain pemimpin juga menempatkan dirinya sebagai motivator sehingga murid dan lingkungannya termotivasi untuk melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat oleh pemimpinnya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan muncul dalam bentuk karakter pribadi kita. Karakter seorang pemimpin merupakan akumulasi dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki dan mengarahkannya pada kebiasaan maupun keyakinan pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitar. Seseorang pemimpin yang berkarakter baik akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang baik pula. Dengan kata lain karakter seorang pemimpin akan berbanding lurus dengan prinsip-prinsip yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping atau fasilitastor pada kegiatan coaching dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi CGP dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya. Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi kami.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.

4 notes
·
View notes
Text
Blog Rangkuman Koneksi Antar materi – Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri handayani memiliki makna mendalam yang dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid. Sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan seharusnya:
· memberikan teladan dan contoh akan keputusan yang bijak,menjadi teladan yang patut ditiru (Ing Ngarso Sung Tulodo).
· mampumemberdayakan dan membangun kerukunan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan demi memperbaiki kualitas diri mereka (Ing Madya Mangun Karsa)
· mampu mempengaruhi dan mendorong semangat meningkatkan kualits agara selalu menjadi lebih baik(Tut Wuri Handayani)
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Guru sebagai pendidik harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan mempertimbangkan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching (bimbingan) pada modul sebelumnya. Pada proses coaching kita membentu coachee dalam menentukan atau mengambila keputusan sedangkan pada modul ini kita merefleksikan apakah keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan , menjadi win-win solution ataukah justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini kita diberikan panduan tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujiaan keputusan yang kita ambil.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangatlah penting terutama dalam mengelola kasus dilemma etika. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi dan nilai diri senidiri, memiliki manajemen diri sehingga mampu mengelola emosi dan perilaku, memiliki kasadaran sosial sehingga mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, memiliki keterampilan berelasi sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, dan dapat mengambil keputusan yang bertanggungJawab. Masalah yang terkait dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang positif.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula. Disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat keputusan yang diambil sudah tepat. maka akan tercipta lingkungan yang positif. kondusif. aman dan nyaman. tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalah yang dihadapi.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip serta mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Keputusan untuk memerdekakan murid merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Untuk memutuskan pemenuhan belajar murid, bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya.
Dalam pengambilan kepurusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan mengacu pada pembelajaran yang memenuhi potensi murid
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya ambil jika mengaitkan dengan materi sebelumnya yaitu pengambilan keputusan sebaiknya mengacu pada :
· Nilai kebajikan universal
· Bertanggung jawab
· Berpihak pada murid
· Berpedoman pada filosofi KHD dengan Patrap Trilokanya (Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani)
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Saya cukup memahami materi pada modul ini, sehingga pada proses penerapannya sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, dalam pengambilan keputusan saya biasanya memanfaatkan prosedur umum yang berlaku di sekolah, yaitu berkomunikasi dengan pihak terkait seperti guru mata pelajaran, guru BK, Wakasek dan kepala sekolah, dengan bahan perbincangan yang mengalir apa adanya. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba menerapkan analisa berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Perbedaannya diantaranya pola ini menjadi pakem baru yang sangat rinci, hati – hati dan tidak terburu – buru dalam membuat sebuah keputusan. Selain itu, pihak yang terlibat menjadi merasa dihargai dan bisa memberi kontribusi sesuai tupoksinya masing – masing.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Perubahan terbesar yang saya alami yaitu :
a. Berhati – hati dalam bertindak dan mengambil keputusan.
b. Mempunyai pola yang teratur dalam menganalisa sebuah masalah
c. Meningkatnya empati pada diri sendiri untuk memahami permasalahan yang terjadi pada orang lain
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena sebagai seorang individu membuat saya berkembang menuju arah yang lebih baik dan sebagai seorang pemimpin saya harus mampu mengambil sebuah keputusan terbaik dan bertanggung jawab
4 notes
·
View notes
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu’alaikum Wr. W
Perkenalkan saya Mutiana, S.Pd Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 Kabupaten Bireuen dari UPTD SMPN 1 Bireuen.Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik saya
Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan
Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan beradab.
Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia. Filosofinya, yang dikenal dengan "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani," menekankan tiga prinsip utama:
Ing Ngarsa Sung Tuladha: Seorang pemimpin harus memberi contoh yang baik.
Ing Madya Mangun Karsa: Seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menginspirasi di tengah-tengah kelompoknya.
Tut Wuri Handayani: Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan dukungan dari belakang, mendorong dan membiarkan yang dipimpin berkembang secara mandiri.
Dalam konteks pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik, mendorong kreativitas dan partisipasi dari bawah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk memungkinkan anggota tim berkembang dan mengambil inisiatif sendiri.
Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dapat saling melengkapi:
Keseimbangan dan Harmoni: Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpin yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut, serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok.
Contoh dan Inspirasi: Filosofi Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi pentingnya memberi contoh dan inspirasi. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan tahu bahwa keputusan mereka harus mencerminkan nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan dan bahwa keputusan tersebut harus menginspirasi orang lain untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang diharapkan.
Dukungan dan Dorongan: Seperti prinsip Tut Wuri Handayani, seorang pemimpin yang baik harus memberikan dukungan dan dorongan, memungkinkan orang lain untuk berkembang dan berkontribusi secara efektif. Filosofi Pratap Triloka mendukung ini dengan menekankan pentingnya harmoni dan integrasi dalam seluruh sistem, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai bagi seorang guru penggerak adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil. Seperti tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita sebagai guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya kerja sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan keputusan yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya, serta penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti keadilan dan bertanggung jawab.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam proses pengambilan keputusan dengan cara yang lebih terstruktur dan reflektif. Dalam sesi coaching, pendamping atau fasilitator akan:
Membantu Mengidentifikasi Tujuan: Mengarahkan klien untuk memahami tujuan mereka dengan lebih jelas, yang akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terfokus.
Menyediakan Perspektif Baru: Mengajukan pertanyaan yang mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif.
Memfasilitasi Refleksi: Membantu klien untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, termasuk mengevaluasi hasil dan proses pengambilan keputusan tersebut.
Coaching dengan TIRTA dapat membantu guru dan pendidik untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertanyaan-pertanyaan berbobot. Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita dukungan dalam proses pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi, evaluasi, dan pengembangan keterampilan. Ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pengelolaan dan kesadaran aspek sosial-emosional memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi mereka (kesadaran diri), manajemen diri, kesadaran sosial dengan rasa empati yang tinggi terhadap orang lain, tetap menjaga hubungan komunikasi baik dengan orang yang terlibat dan tetap konsisten dengan nilai-nilai etika mereka, akan membuat keputusan yang bertanggung jawab, lebih adil, rasional, dan berdampak positif bagi lingkungan pendidikan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada dilema etika danbujukan moral sangat bergantung pada nilai-nilai yang dianut pendidik. Sehingga pendidik atau guru harus memiliki nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kebenaran, keadilan, kejujuran, integritas, tanggung jawab, empati, kemanusiaan dsb. Dengan merujuk pada nilai-nilai kebajikan universal dan profesional, pendidik dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya adil dan etis tetapi juga konsisten dengan prinsip-prinsip yang mereka anggap penting. Pendekatan berbasis nilai ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih informatif, reflektif, dan bertanggung jawab, sambil memastikan bahwa keputusan tersebut mendukung kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang tepat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan memastikan keadilan, membangun kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan mendukung partisipasi serta keterlibatan, keputusan yang bijaksana dan etis dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas dan atmosfer lingkungan, baik di tempat kerja, sekolah, maupun dalam komunitas.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika sering kali terkait dengan konflik nilai, tekanan eksternal, keterbatasan informasi, kompleksitas situasi, perbedaan perspektif, dan kepatuhan terhadap regulasi. Empat paradigma dilema etika yang sering berkaitan dengan lingkungan sekolah adalah:
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Menyadari dan mengatasi tantangan ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam pengajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan murid dalam proses pembelajaran. Seorang guru atau pendidik harus memahami kebutuhan dan potensi murid, menetapkan tujuan pembelajaran yang relevan, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk mencapai potensi optimal mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran mempengaruhi berbagai aspek pengalaman pendidikan murid. Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kebutuhan murid dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, adil, dan berkualitas tinggi, yang pada gilirannya mempersiapkan murid untuk masa depan yang sukses. Dengan memprioritaskan perkembangan holistik, keterlibatan keluarga, dan perbaikan berkelanjutan, pemimpin pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang mendalam pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Secara keseluruhan, modul 3.1 ini menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan lebih baik.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
A. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
B. Empat paradigma pengambilan keputusan
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
C. Tiga prinsip pengambilan keputusan
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
D. Sembilan langkah pengambilan keputusan
Mengenali nilai yang bertentangan
Menentukan pihak yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
Pengujian benar atau salah
Pengujian paradigma benar lawan benar
Melakukan prinsip resolusi
Investigasi opsi trilema
Buat keputusan
Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah dalam mengambil keputusan sebagai guru atau pendidik kita diharuskan untuk memahami lebih dalam tentang masalah atau kasus dari perspektif yang berbeda. Karena dalam dilema etika terdapat nilai-nilai yang sama-sama benar tetapi saling bertentangan, dan dalam kasus bujukan moral terdapat nilai benar vs salah.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, tetapi yang saya lakukan tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya, dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu dua kali secara matang dan dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.1 ini adalah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil, bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya modul 3.1 ini sangat penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang adil, bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai kebajikan universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini meningkatkan kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat meciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang diperoleh dari modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tetapi juga memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai pendidik.



5 notes
·
View notes
Text
The Atlas V topped by Boeing's Starliner waits ready on the launch pad.
After lengthy delays that saw Starliner lapped repeatedly by NASA's other private crewed transport, SpaceX's Dragon, the spacecraft is slated to make its inaugural crewed flight at 12:25 p.m. Saturday from Cape Canaveral Space Force Station's Launch Complex 41.
Onboard: two astronauts with test pilot backgrounds, Butch Wilmore and Florida Tech graduate, Suni Williams. If all goes well, Starliner will race to catch up with the International Space Station and dock to the station's Harmony module at approximately 1:50 p.m. Sunday.
What's the weather forecast for Starliner launch
As the Atlas V rocket left its Vertical Integration Facility on Thursday, it was illuminated by the bright Florida sun. That same good weather is forecast to continue for the launch.
There's a 90 percent chance of conditions favorable to launch. The only concerns being ground winds and cumulus clouds.
Why the delay from Starliner's initial May 6 launch attempt
The mission has been delayed nearly a month due first to an oxygen leak on the rocket and then a helium leak on part of the spacecraft.
NASA, Boeing, and United Launch Alliance scrubbed on May 6 due to a suspect oxygen relief valve on the Atlas V rocket’s Centaur second stage. To deal with that leak, teams had to roll the rocket back into its facility. Once there, teams removed and replaced the valve.
Then while assessing Starliner, the teams discovered a small helium leak in the spacecraft's service module — the disposable lower part of the spacecraft that contains thrusters.
As part of the helium leak investigation, NASA and Boeing studied what impact that leak would have on the ability to safely return Starliner and its crew to Earth in the worst-case scenario of some extreme failures.
"We have now a solution," Boeing's Mark Nappi, vice president and program manager of the company's commercial crew program, said last week. "It's backed by test data. It's backed by flight data, and the guidance and navigation modeling have reinforced that this technique will work. Of course we've had independent verification on it. The crew has tested it, and we feel very comfortable with the situation that we have."
NASA also completed a Delta-Agency Flight Test Readiness Review on Wednesday to evaluate all work performed before giving the "go" to proceed toward launch.
What will the Starliner crew do in space?
Wilmore and Williams will remain at the space station for about a week to test the Starliner spacecraft. That work is necessary for NASA to complete its final certification of the spacecraft, which will allow it to join SpaceX's Dragon in rotating missions to ferry crews to the station.
When is the next Florida rocket launch? Is there a launch today? Upcoming SpaceX, NASA, ULA rocket launch schedule in Florida
How much has NASA paid Boeing to develop Starliner?
NASA originally awarded Boeing the contract to fly astronauts in 2014, alongside SpaceX. Boeing received $4.8 billion for Starliner while SpaceX received $3.1 billion for Dragon. Both companies were part of NASA's Commercial Crew Program, which replaced the space shuttle after its retirement in 2011.
Both were late to deliver, hoping to launch as soon as 2017 and restore NASA astronauts access to space from American soil (NASA astronauts were hitching rides aboard the Russian Soyuz).
Following a successful crewed demo flight in 2020, SpaceX has since flown eight NASA crews and multiple private crews to the ISS.
Going beyond this test flight, according to Boeing, NASA has already contracted for six crewed missions on Starliner.
NASA astronaut and former NASA Associate Administrator and former KSC Director Bob Cabana told FLORIDA TODAY that the success of Boeing Starliner is essential to ensure NASA always has a way to access the station.
“We want that dissimilar redundancy,” said Cabana, adding that NASA cannot rely on solely one company.
What is the Starliner spacecraft?
Boeing calls it the Crew Space Transportation (CST)-100 Starliner, or simply “Starliner”. Like SpaceX's Crew Dragon, it can carry a mix of crew and cargo or up to seven crew memebers.
With a total height of 16.5 ft (capsule + service module combined) and a diameter of 15 ft, it is a what Boeing refers to as "a next-generation space capsule."
This capsule is named Calypso.
Williams, a lover of the ocean, has stated in the past that she named the spacecraft Calypso after the ship of Jacque Cousteau, which was an ocean explorer in the mid-20th century.
That ship was remembered for its underwater observation chamber and being equipped with a helicopter and submersibles, assisting in scientific expeditions. Williams mentioned being excited by Cousteau's television show as a young girl and looked forward to watching his expeditions.
How to watch Boeing Starliner launch
FLORIDA TODAY's Space Team will continue to bring you the latest information on the mission.
Follow the FLORIDA TODAY Live Blog. To received launch alerts and updates, download the free FLORIDA TODAY app and enable push alerts from the app settings.
What if there is a delay?
If Saturday's launch attempt scrubs, there are backup opportunities on Sunday, June 2. Should Starliner not be able to launch this weekend, additional opportunities exist on Wednesday, June 5 and Thursday, June 6.
3 notes
·
View notes
Text
Koneksi Antarmateri Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Mengambil Keputusan dengan Bijaksana: Filosofi, Nilai-Nilai, Coaching, dan Dampaknya dalam Pendidikan
Pendidikan bukan hanya tentang membagikan pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, bahkan juga tentang kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Banyak hal yang harus dijadikan landasan untuk mengambil Keputusan yang berdampak positif dalam dunia Pendidikan. Misalnya perihal Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai guru penggerak, coaching, dan kemampuan sosial emosional.
Kaitan Filosofi Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan
Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak pendidikan Indonesia, memberikan landasan yang kuat dalam pengambilan keputusan. Pratap Triloka, konsep tiga aspek penting, mengajarkan bahwa menjadi teladan, memberikan motivasi, dan memberikan dukungan adalah kunci utama dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Ngarso Sung Tuladha: Menjadi teladan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Madya Mangunkarsa: Memberikan motivasi dan inspirasi dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.
Tut Wuri Handayani: Memberikan dukungan dan dorongan dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Membentuk Guru Penggerak: Nilai, Coaching, dan Etika dalam Pengambilan Keputusan
Guru Penggerak bukan hanya penuntun di kelas, tetapi guru penggerak adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan lingkungan belajar yang menginspirasi. Guru penggerak harus mengerti cara mengadopsi nilai-nilai seperti kemandirian, refleksi, kolaborasi, inovasi, dan dukungan terhadap peserta didik, tidak hanya menjadi pijakan teoretis. Namun, nilai-nilai tersebut harus dijadikan penuntun dalam setiap langkah pengambilan keputusan.
Nilai-nilai tersebut bukan sekadar kata-kata hampa, tetapi nilai-nilai tersebut adalah katalisator langsung dalam proses pengambilan keputusan. Seorang Guru Penggerak yang menganut nilai-nilai kebajikan tidak hanya menjadikan integritas dan moralitas sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan, tetapi juga menggambarkan keputusan yang penuh tanggung jawab dalam setiap tindakannya.
Proses menjadi Guru Penggerak yang profesional tidak terjadi begitu saja. Dalam perjalanan ini, fase coaching memegang peran penting dalam proses pendidikan guru penggerak. Lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan pengajaran, coaching membentuk kesadaran diri yang mendalam. Guru Penggerak belajar dari pengalaman, merenung atas tindakan mereka, dan mengembangkan perspektif yang lebih kaya melalui diskusi dengan mentor atau rekan sejawat.
Selain pemahaman mengenai nilai-nilai guru penggerak dan proses coaching, kemampuan guru dalam mengelola dan memahami aspek sosial emosional memiliki dampak besar pada pengambilan keputusan. Kesadaran diri membantu guru memahami reaksi emosional mereka, sementara kemampuan mengelola emosi membantu mereka tetap tenang dan fokus dalam situasi sulit. Empati, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi semuanya menjadi fondasi kuat untuk pengambilan keputusan yang seimbang.
Pembelajaran mengenai kasus dilema etika dan bujukan moral bukan hanya menjadi alat evaluasi formal. Pembelajaran tersebut adalah jendela yang membuka pandangan ke dunia nyata guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru Penggerak tidak hanya berhadapan dengan konsep teoretis di kelas. Guru penggerak dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral yang nyata. Studi kasus membuka ruang untuk refleksi kritis, pertimbangan perspektif yang beragam, dan memperkuat kemampuan membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Secara keseluruhan, pembahasan ini menyoroti nilai-nilai, coaching, kemampuan sosial emosional, dan studi kasus dapat bersinergi untuk membentuk seorang Guru Penggerak yang tidak hanya mahir dalam pengajaran tetapi juga bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika.
Menciptakan Lingkungan Positif melalui Pengambilan Keputusan yang Bijaksana
Pengambilan keputusan yang bijaksana oleh guru memiliki dampak besar pada lingkungan belajar. Membangun kepercayaan, meningkatkan motivasi murid, menciptakan rasa aman, dan meningkatkan kualitas pembelajaran semuanya dapat dicapai melalui keputusan yang bijaksana.
Tantangan Membentuk Masa Depan Pendidikan: Tantangan, Dampak, dan Peran Pemimpin Pembelajaran
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan membawa tantangan kompleks yang memengaruhi pengambilan keputusan. Tantangan kompleks tersebut seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kapasitas yang kurang menjadi rintangan yang harus diatasi oleh pemimpin pendidikan. Meskipun kompleks, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat menghadapi tantangan ini dengan bijaksana.
Pengambilan keputusan oleh guru tidak hanya memengaruhi keseharian di kelas, tetapi juga memberikan dampak besar pada proses pembelajaran. Keputusan yang bijaksana dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan positif, dan mendukung perkembangan potensi murid yang beragam.
Pemimpin pembelajaran memegang peranan penting dalam menentukan masa depan pendidikan. Keputusan pemimpin pembelajaran terkait dengan karakter, kualitas pembelajaran, dan persiapan masa depan menjadi langkah yang harus dilaksanakan dalam membentuk generasi yang tangguh. Dengan demikian, tantangan pengambilan keputusan dalam perubahan paradigma tidak hanya menjadi ujian, tetapi juga kesempatan bagi pemimpin pembelajaran untuk menciptakan transformasi positif dalam pendidikan.
Membentuk Masa Depan Pendidikan: Pemahaman, Refleksi, dan Transformasi
Modul materi ini bukan sekadar panduan, tetapi kunci dalam memahami dan menerapkan pengambilan keputusan etis di dunia pendidikan. Guru Penggerak, melalui nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada peserta didik, menjadi agen perubahan yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dalam menghadapi perubahan paradigma, tantangan kompleks seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kurangnya kapasitas menjadi ujian nyata. Namun, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat mengatasi tantangan ini dengan bijaksana.
Seiring pemahaman konsep yang kuat dan refleksi kritis, guru dapat menghadapi dilema etika, perubahan paradigma, dan tantangan pembelajaran dengan bijaksana. Modul ini memberikan landasan yang kokoh dalam pemahaman konsep-konsep penting seperti studi kasus dilemma etika, coaching, dan pembentukan lingkungan belajar positif. Melalui langkah-langkah sistematis, guru dapat menghadapi tantangan dengan bijaksana dan memilih solusi yang paling tepat. Dampak pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada level individu, tetapi juga menciptakan perubahan positif dalam dinamika pembelajaran, menciptakan lingkungan yang aman, kondusif, dan positif, serta mendukung perkembangan potensi murid yang berbeda-beda.
Pentingnya pembelajaran ini tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi pemimpin. Dengan pemahaman dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah sistematis, pemimpin pendidikan dapat membentuk lingkungan belajar yang berkualitas dan menciptakan dampak positif pada generasi mendatang. Dengan tantangan dan peluang ke depan sebagai pendorong, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dari modul ini menjadi fondasi kokoh untuk terus berkembang sebagai pendidik yang bertindak sesuai dengan prinsip etika dan berdampak positif.
2 notes
·
View notes
Text
Metal Matters: Analyzing the U.S. Stadium Seating Market Landscape
U.S. Metal Stadium Seating Market Growth & Trends
The U.S. Metal Stadium Seating Market size is anticipated to reach USD 253.6 million by 2030, registering a CAGR of 3.1% from 2024 to 2030, according to a new report by Grand View Research, Inc. The growth of sports culture across various regions is expected to result in the rising construction of new sports venues as well as the upgrading of sports infrastructure. In addition, increasing sports activities, coupled with the rising inclination of people toward enjoying the experience of watching live sports, are resulting in the establishment of new stadiums with large seating capacity. This in turn, is expected to fuel the growth of the market.
The growing trend to acquire sports experience, along with the increase in disposable income of the people, is likely to lead to an increase in the cost of stadium infrastructure, which, in turn, will fuel the growth of the market. In addition, increasing government support to the sports industry for conducting various events and the construction and improvement of new venues will boost market demand.
Advancements in materials, such as lightweight alloys and corrosion-resistant coatings, contribute to the longevity and performance of metal stadium seating. Integration of smart seating technologies for amenities like integrated cup holders, connectivity ports, and accessibility features further enhance the overall spectator experience. Continuous research and development efforts by the manufacturers are aimed at improving sustainability, cost-effectiveness, and safety standards within the metal stadium seating market.
Stadiums are often subjected to various weather conditions which makes plastic more suitable for seating solutions at outdoor venues. Plastics can withstand extreme temperatures with minimal maintenance needs as it does not rust or corrode like metals. Hence, plastic seats for stadiums are the perfect blend of clean, long-lasting, hardwearing seatings. Also, plastic chairs are relatively inexpensive and more affordable under stringent budget. This is expected to restrain the development of metal stadium seating in the market over the coming years.
The majority of the metal stadium seating manufacturers operating in the U.S. maintain their online presence in the form of their own websites/portals as well as offer their products through third-party distributors such as Amazon and SupplyApp.com. Their own websites help the manufacturers in catering to customers directly based on their requirements. This mode enables the end users to directly place queries and orders for standard products available with these vendors. Some manufacturers also list their products on third-party websites due to their larger customer bases. This helps in strengthening the online presence of the vendors and enhances their brand presence among the wider customer base.
Curious about the U.S. Metal Stadium Seating Market? Download your FREE sample copy now and get a sneak peek into the latest insights and trends.
U.S. Metal Stadium Seating Market Report Highlights
Based on product, bleachers/grandstand dominated the market with a 48.8% share in 2023 owing to their ability to provide systematic seating and help in controlling the crowd
Based on application, the outdoor stadium segment held the largest market share in 2023. The segment growth can be attributed to the presence of a large number of stadiums coupled with the rising construction of new stadiums with the growing interest of people in outdoor sports
Texas dominated the market as Texas is home to various professional collegiate sports teams, which attract millions of fans each year. This constant demand for sports entertainment drives the need for new and upgraded stadiums, creating a demand for metal stadium seating solutions.
In 2021, DANT CLAYTON announced a new Game Ready Grandstand Line of pre-engineered I-beam modules with standard quality components as their custom grandstands. This is expected to strengthen the company's position in the U.S. metal stadium seating market
U.S. Metal Stadium Seating Market Segmentation
For this study, Grand View Research has segmented the U.S. metal stadium seating market based on product, application, and region:
U.S. Metal Stadium Seating Product Outlook (Revenue, USD Million, 2018 - 2030)
Fixed Seating
Bleachers/Grandstand
Others
U.S. Metal Stadium Seating Application Outlook (Revenue, USD Million, 2018 - 2030)
Indoor Arenas
New
Renovation
Outdoor Stadium
Download your FREE sample PDF copy of the U.S. Metal Stadium Seating Market today and explore key data and trends.
0 notes
Text
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Kutipan "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" oleh Bob Talbert menggarisbawahi pentingnya tidak hanya mengajarkan anak-anak untuk menghitung, tetapi juga mengajarkan mereka konsep-konsep yang lebih berharga dan penting dalam kehidupan. Hal ini relevan dengan proses pembelajaran anak-anak, di mana selain mengajarkan keterampilan dasar seperti menghitung, penting pula untuk mengajarkan nilai-nilai, konsep-konsep penting, dan keterampilan lain yang akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari.Ketika mengajarkan anak-anak, penting untuk tidak hanya fokus pada keterampilan akademis, tetapi juga nilainya. Misalnya, sambil mengajarkan anak-anak untuk menghitung, kita juga dapat mengajarkan konsep-konsep seperti kerja sama, ketekunan, dan rasa ingin tahu. Dengan demikian, pendidikan anak-anak tidak hanya tentang mengembangkan keterampilan akademis, tetapi juga tentang membentuk pribadi yang utuh dan siap menghadapi kehidupan.
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan sekitar kita. Nilai-nilai yang kita anut akan mempengaruhi cara kita dalam mengambil keputusan, terutama bagi seorang pemimpin atau pendidik. Keputusan yang tepat dan bijak, yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Sebaliknya, keputusan yang tidak tepat dan tidak berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat merugikan banyak orang dan merusak lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, penting bagi seorang pemimpin atau pendidik untuk memiliki nilai-nilai positif yang dapat menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, seperti reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang positif pada proses pembelajaran murid dan lingkungan sekitar. Keputusan yang berpihak pada murid, memerdekakan murid, dan memenuhi kebutuhan belajar murid dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu seperti investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan meninjau kembali keputusan.
Kutipan "Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis" oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel menggarisbawahi pentingnya pendidikan dalam membentuk perilaku etis manusia. Hal ini relevan dengan proses pembelajaran, di mana selain mengajarkan keterampilan akademis, penting pula untuk mengajarkan nilai-nilai dan konsep-konsep yang akan membantu siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang positif pada proses pembelajaran siswa dan lingkungan sekitar. Keputusan yang berpihak pada siswa, memerdekakan siswa, dan memenuhi kebutuhan belajar siswa dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada siswa, dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu seperti investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan meninjau kembali keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Saya dapat berkontribusi pada proses pembelajaran siswa dengan mengambil keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, serta memperhatikan kebutuhan belajar siswa.
0 notes
Text
Price: [price_with_discount] (as of [price_update_date] - Details) [ad_1] From the brand Founded in 2003 by a group of enthusiastic data storage industry experts, Silicon Power is committed to delivering outstanding product and service quality. Headquartered and with our own state-of-the-art production site in Taipei, we have become a leading manufacturer of flash memory cards, USB flash drives, portable hard drives, solid state drives, DRAM modules and industrial-grade products. Shop Silicon Power SSDs Our Mission We produce intelligent solutions for today’s digitally-centered world to safeguard people’s information and enrich their digital lives. With a focus on combining innovative technology with award-winning designs, we promise to preserve and protect your valuable data. Why? Because memory is personal. Our Responsibility We believe in consistent quality improvement through strict quality control. In 2009 we received ISO9001 certification and have implemented stringent quality management processes as the foundation for sustainable development and business growth. Must Read LARGE FILE (4GB) TRANSFER- The A60 is Pre-formatted as FAT32, you could use it directly on Mac or Windows. However, when transferring a single file larger than 4GB, please re-format to exFAT. (Please backup your drive before reformat.) (PS4/XBOX Compatible) Ideal for gaming enthusiasts Xbox One, Xbox 360, PS4, PS4 Pro and PS4 Slim (PS4 System Software version 4.50 or higher) (All-Round Data Protection) Military-grade shockproof and IPX4 water-resistant protection (No more missing Cables) Cable-carry design for easy cable storage 3 year manufacturer warranty. Interface-USB 3.1 Gen1/USB 3.0, USB 2.0 compatible [ad_2]
0 notes
Link
0 notes
Text
The LED Large Screen World: A "Three Kingdoms" of Packaging Technologies – DIP, SMD, and COB
The LED Large Screen World: A "Three Kingdoms" of Packaging Technologies – DIP, SMD, and COB The modern LED large screen industry resembles a "Three Kingdoms" era, filled with intense competition. Three packaging technologies—DIP, SMD, and COB—stand as dominant players. COB (Chip On Board) packaging, having matured in LED display applications, particularly shines in outdoor small-pitch displays with its unique technical advantages. As the battle rages, which technology will ultimately emerge victorious?
What is COB Packaging? COB, short for "Chip On Board," is a novel packaging technology distinct from DIP and SMD. In the field of LED display technology, COB packaging involves: • Fixing LED bare die chips onto PCB pad positions using conductive or insulating adhesive. • Conducting wire bonding via ultrasonic welding to establish electrical connections. • Encapsulating the chips with epoxy resin to protect the LED light-emitting components.
Differences Between COB, DIP, and SMD Packaging • DIP (Dual In-line Pin Package): The earliest packaging method, where pre-fabricated LED lamp beads (with leads) are inserted into PCB holes and wave-soldered to create semi-outdoor or waterproof modules. • SMD (Surface Mounted Devices): Uses surface-mount technology, integrating RGB LED chips into a single package (e.g., "three-in-one" SMD beads) with leads soldered onto the PCB via reflow welding. The key distinction between COB and DIP/SMD lies in the elimination of the 支架 (lead frame): • DIP/SMD rely on lead frames with 4-6 pins, requiring reflow soldering of these pins onto the PCB. • COB omits the lead frame, skipping the reflow soldering step for the lamp bead surface, thus simplifying the process.
Advantages of COB Packaging 3.1 High Reliability A critical metric for reliability is the dead pixel rate: • National standard for LED displays: 0.03% (3 per 10,000 pixels). • COB achieves: <0.005% for full-color screens; <0.0008% for single/dual-color screens.
Reasons for high reliability: • Fewer control points in production: o SMD requires controlling 9 process points (5 for chip bonding, 4 for lead soldering). o COB only controls 5 points (chip bonding), reducing failure risks. For a P10 screen (1m²), COB eliminates 40,000 solder joints; for P1.0, it eliminates 4 million—a massive reduction in potential defects like cold soldering or bridging. • No reflow welding heat damage: o SMD’s 240°C reflow process risks breaking bonds or cracking chips due to thermal stress, issues that may emerge after deployment. COB avoids this step entirely. • Superior heat dissipation: o COB directly attaches chips to the PCB, offering a larger heat dissipation area and better thermal conductivity than lead frame-based designs. • Gold-immersed PCB: o COB uses gold-immersed PCBs, enhancing oxidation resistance in humid, salty outdoor environments compared to traditional tin-sprayed PCBs. • Seamless protection: o COB’s hemispherical epoxy encapsulation covers all components, leaving no exposed leads. SMD, with angular lead frames, struggles to protect millions of solder joints during outdoor waterproofing, leading to potential oxidation issues. 3.2 Cost Savings • Material costs: Eliminates lead frames and taping. • Process costs: Skips lead frame cutting, sorting, taping, and reflow welding. • Transport costs: Lighter modules (e.g., COB P3 modules are ~5-10kg/m² lighter than SMD) reduce logistics costs. • Simplified workflow: Integrates mid-downstream processes (from chip to display) within one factory, cutting packaging, logistics, and quality control costs. 3.3 Ease of Small-Pitch Implementation • Unrestricted by lead frame size, COB can design lamp beads as small as 1.2mm in diameter with 0.5mm spacing, enabling theoretical pitches down to P1.7. Future 倒装芯片 (flip-chip) tech may push below P1.0. 3.4 Lightweight, Wide Viewing Angle, and Flexibility • Lightweight: COB modules are 50% lighter than SMD counterparts. • 180° viewing angle: Hemispherical encapsulation eliminates light obstruction, versus SMD’s 125°-160° angle. • Bendable: No lead soldering allows flexible designs, unlike rigid SMD modules. 3.5 Durability and Maintenance • Impact/abrasion resistance: High-TG epoxy offers: o Compressive strength: 8.4kg/mm² o Shear strength: 4.2kg/mm² o A single P4 lamp bead can withstand 51.66kg pressure and 25.83kg lateral shear. • Easy cleaning: Smooth, mask-free surfaces allow direct water 冲洗 (washing) for outdoor use.
Conclusion COB packaging revolutionizes the industry by streamlining production, enabling smaller pitches, enhancing reliability, and reducing costs—advantages that grow more pronounced as pixel density increases. For outdoor small-pitch applications, once scaled, COB will dominate in both technology and price. SMD faces challenges in reliability, miniaturization, and cost, compounded by variability in downstream manufacturers’ capabilities (PCB quality, soldering precision, waterproofing, etc.) and market pressures for low prices. In contrast, COB, unburdened by lead frames, is poised for a bright future. As the industry evolves: "Six-legged (SMD) can’t outrun four-legged (DIP), and four-legged can’t outrun legless (COB)."
The LED Large Screen World: A "Three Kingdoms" of Packaging Technologies – DIP, SMD, and COB The modern LED large screen industry resembles a "Three Kingdoms" era, filled with intense competition. Three packaging technologies—DIP, SMD, and COB—stand as dominant players. COB (Chip On Board) packaging, having matured in LED display applications, particularly shines in outdoor small-pitch displays with its unique technical advantages. As the battle rages, which technology will ultimately emerge victorious?
What is COB Packaging? COB, short for "Chip On Board," is a novel packaging technology distinct from DIP and SMD. In the field of LED display technology, COB packaging involves: • Fixing LED bare die chips onto PCB pad positions using conductive or insulating adhesive. • Conducting wire bonding via ultrasonic welding to establish electrical connections. • Encapsulating the chips with epoxy resin to protect the LED light-emitting components.
Differences Between COB, DIP, and SMD Packaging • DIP (Dual In-line Pin Package): The earliest packaging method, where pre-fabricated LED lamp beads (with leads) are inserted into PCB holes and wave-soldered to create semi-outdoor or waterproof modules. • SMD (Surface Mounted Devices): Uses surface-mount technology, integrating RGB LED chips into a single package (e.g., "three-in-one" SMD beads) with leads soldered onto the PCB via reflow welding. The key distinction between COB and DIP/SMD lies in the elimination of the 支架 (lead frame): • DIP/SMD rely on lead frames with 4-6 pins, requiring reflow soldering of these pins onto the PCB. • COB omits the lead frame, skipping the reflow soldering step for the lamp bead surface, thus simplifying the process.
Advantages of COB Packaging 3.1 High Reliability A critical metric for reliability is the dead pixel rate: • National standard for LED displays: 0.03% (3 per 10,000 pixels). • COB achieves: <0.005% for full-color screens; <0.0008% for single/dual-color screens.
Reasons for high reliability: • Fewer control points in production: o SMD requires controlling 9 process points (5 for chip bonding, 4 for lead soldering). o COB only controls 5 points (chip bonding), reducing failure risks. For a P10 screen (1m²), COB eliminates 40,000 solder joints; for P1.0, it eliminates 4 million—a massive reduction in potential defects like cold soldering or bridging. • No reflow welding heat damage: o SMD’s 240°C reflow process risks breaking bonds or cracking chips due to thermal stress, issues that may emerge after deployment. COB avoids this step entirely. • Superior heat dissipation: o COB directly attaches chips to the PCB, offering a larger heat dissipation area and better thermal conductivity than lead frame-based designs. • Gold-immersed PCB: o COB uses gold-immersed PCBs, enhancing oxidation resistance in humid, salty outdoor environments compared to traditional tin-sprayed PCBs. • Seamless protection: o COB’s hemispherical epoxy encapsulation covers all components, leaving no exposed leads. SMD, with angular lead frames, struggles to protect millions of solder joints during outdoor waterproofing, leading to potential oxidation issues. 3.2 Cost Savings • Material costs: Eliminates lead frames and taping. • Process costs: Skips lead frame cutting, sorting, taping, and reflow welding. • Transport costs: Lighter modules (e.g., COB P3 modules are ~5-10kg/m² lighter than SMD) reduce logistics costs. • Simplified workflow: Integrates mid-downstream processes (from chip to display) within one factory, cutting packaging, logistics, and quality control costs. 3.3 Ease of Small-Pitch Implementation • Unrestricted by lead frame size, COB can design lamp beads as small as 1.2mm in diameter with 0.5mm spacing, enabling theoretical pitches down to P1.7. Future 倒装芯片 (flip-chip) tech may push below P1.0. 3.4 Lightweight, Wide Viewing Angle, and Flexibility • Lightweight: COB modules are 50% lighter than SMD counterparts. • 180° viewing angle: Hemispherical encapsulation eliminates light obstruction, versus SMD’s 125°-160° angle. • Bendable: No lead soldering allows flexible designs, unlike rigid SMD modules. 3.5 Durability and Maintenance • Impact/abrasion resistance: High-TG epoxy offers: o Compressive strength: 8.4kg/mm² o Shear strength: 4.2kg/mm² o A single P4 lamp bead can withstand 51.66kg pressure and 25.83kg lateral shear. • Easy cleaning: Smooth, mask-free surfaces allow direct water 冲洗 (washing) for outdoor use.
Conclusion COB packaging revolutionizes the industry by streamlining production, enabling smaller pitches, enhancing reliability, and reducing costs—advantages that grow more pronounced as pixel density increases. For outdoor small-pitch applications, once scaled, COB will dominate in both technology and price. SMD faces challenges in reliability, miniaturization, and cost, compounded by variability in downstream manufacturers’ capabilities (PCB quality, soldering precision, waterproofing, etc.) and market pressures for low prices. In contrast, COB, unburdened by lead frames, is poised for a bright future. As the industry evolves: "Six-legged (SMD) can’t outrun four-legged (DIP), and four-legged can’t outrun legless (COB)."
1 note
·
View note
Text
0 notes
Text

ARMxy RK3588 Industrial Controller Modbus RTU to Modbus TCP for Protocol Bridging
BL450 Series ARM Embedded Computer is an industrial-grade ARM controller with flexible I/O configuration, based on the Rockchip RK3588J/RK3588 processor, featuring a quad-core ARM Cortex-A76 + quad-core ARM Cortex-A55 + triple-core ARM Cortex-M0 architecture, witha clock speed of up to 2.0G/2.4GHz. It is equipped with 32GB/64GB/128GB eMMC and 4GB/8GB/16GB LPDDR4X RAM and ROM configurations. Supporting a rich set of I/O interfaces, it also integrates a 6TOPS NPU, enabling deep learning capabilities. The BL450 series iswidely used in industrial control, edge computing, AIoT, artificial intelligence, communication management, AGV robots, machine vision inspection, robotics, industrial IoT gateways, energy storage systems, automation control, and transportation infrastructure.
BL450 Series ARM Embedded Computer offers 1 to 3 optional RJ-45 network ports, including two 10/100/1000M ports and one 10/100M adaptive port, along with 2×USB 3.1, one optional HDMI 2.1, and optional X-series and Y-series I/O boards for communication, PWM output, pulse counting, and other data acquisition and control functions. It supports 8K@30fps H.264 video encoding and 8K@60fps H.265 video decoding. Built-in Mini PCIe interface allows support for Bluetooth, WiFi, 4G, and 5G communication modules.
BL450 Series supports multiple operating systems, including Linux-5.10.209, Linux-RT-5.10.209, Ubuntu 20.04, Debian 11, and Android 13. It is also compatible with Docker containers, Node-Red, and Qt-5.15.10 for graphical development. The BLIoTLink industrial protocol conversion software enables fast industrial data acquisition and conversion, facilitating seamless integration with mainstream IoT cloud platforms and industrial SCADA software. Additionally, the BLRAT remote access tool provides remote access and maintenance, while Node-Red allows for rapid IoT application development.
Designed with professional electrical performance and high/low-temperature testing, the BL450 series operates reliably under harsh electromagnetic interference and extreme temperatures ranging from -40°C to 85°C. With DIN35 rail mounting, it is suitable for various industrial applications.
0 notes
Text
Leveraging the Knowledge Base for Account Managers
In today's ever-evolving and competitive environment, being informed is not just an asset-headwise but rather a need. Knowledge drives business, and for an Account Manager, it can mean success when timely access to the right information counts. Information on updated product knowledge, industry trends, and training resources will help enhance customer interactions, sales productivity levels, and ultimately bring resilient growth to the business.
The Price of Any Ignorance
However, inadequate product knowledge can be negatively devastating for any company. Research shows that companies are likely to lose between 6.7% of their revenues globally- amounting to a jaw-dropping $3.1 trillion- because of inadequate product knowledge. These knowledge gaps can result in such harmful outcomes as misinformation among customer interactions to poor options and reduced revenue generation.
When Account Managers are ill-tuned to product features, competitive advantages, and industry turmoil, they tend to struggle delivering anything of worth to their customers. This breeds missed opportunities, dissatisfied clients, and overall company performance slump. Businesses must alleviate these odds by carrying out the utmost efforts to better prepare their Account Managers with a central and accessible Knowledge Base.
Knowledge Base for Account Managers
Knowledge Base is not merely a storehouse of knowledge but a strategic tool by which the teams can function at their level best. A proper Knowledge Base will enable Account Managers to do the following:
Stay Up to Date with Product Information
Products and services are constantly changing, and keeping one another updated about information beyond code updates, features, and enhancements is essential. Such a centralized Knowledge Base will guarantee Account Managers have the most current product specifications, merits, and points of differentiation at their disposal.
Having Better Customer Interactions
Customers expect accurate, up-to-date data when they work with Account Managers. A Knowledge Base allows them to answer customer queries with confidence, further provide relevant solutions, and nurture better client relationships.
Accelerating Decision Making
With access to industry insight, competition analysis, and best practices, Account Managers can make decisions that ensure that business objectives are aligned with customer needs.
Enhancing Efficiency and Productivity
Wasting time looking for information across several others can be both time-consuming and inefficient. A manageable Knowledge Base makes information retrieval more manageable while the Account Manager focuses more on increased sales and customer engagement.
Support Continuous Learning and Development
The business environment changes constantly, and keeping learning active is a must. A Knowledge Base containing training modules, case studies, and success stories enables Account Managers to upgrade their skills and allow them to be one step ahead.
Introduces Sciqus AMS Knowledge Base
In order to achieve this aim, Sciqus AMS introduces a very effective Knowledge Base for the dissemination of information to Account Managers. It is the center of knowledge and information available to Account Managers on the newest and most important data including:
Current Product Information-Keep themselves updated on cite developments and capabilities.
Training Modules and Learning Activities-to inspire learning and skills.
Industry News and Market Trends-head of competing companies and big changes in the particular industry.
Frequently Asked Questions and Troubleshooting Guides-allow for resolution of questions and issues more rapidly on behalf of the customer.
Sciqus AMS will position itself to potentially be a knowledge-less organization, wherein efficiencies are taken to the maximum, leading to spiritual enrichment.
Implementing a Knowledge Base: Best Practices
There can be no great Knowledge Base without a healthy dose of the following best practices for such an organization:
1. Keep It Up to Date
Update your Knowledge Base regularly with the latest product features, market trends, and training content so that it can always be relevant and accurate.
2. Ensure Immediate Accessibility
Make it user-friendly in structure and navigation, enabling Account Managers to locate and retrieve info quickly without any hindrances and obstructions.
3. Stimulate Engagement and Feedback
Encourage an environment of involvement from the Account Managers into the Knowledge Base, re-entering feedback for improvement, practicality, and value.
4. CRM and Sales Tools Integration
Linking your knowledge base to customer relationship management (CRM) and sales tools will give easy access to the information and present it within the account managers' workflows.
5. Offer Mobile Feature
If the Knowledge Base is mobile-friendly, it can provide your Account Managers with the access they need anywhere for them to assist customers in real time.
The Future of Knowledge Management in Sales
If any advancements occur, we can expect changes that will make the need for a complete Knowledge Base even more demanding. Organizations that put their resources into KM systems can expect achieved sales performance, customer satisfaction, and employee productivity.
Knowledge Base offered by Sciqus AMS will be a revolution, which introduces a streamlined solution for Account Managers to be informed and efficient. With the use of this technology, companies will accelerate growth, improve customer relations, and harness long-term success in a competitive business sphere.
Conclusion In a world where knowledge is indeed power, that makes it imperative to give Account Managers the right tools to perform. So, while ensuring that a Knowledge Base is in place, a good one is very important in achieving success. Sciqus AMS offers the capability to make sure the teams are constantly updated, knowledgeable, and ready to succeed. This creates a slice from the cake to protect revenue, make more informed decisions, and enhance customer experience.
To know more visit https://sciqusams.com/
Original Source: - https://bit.ly/41Iph6P
1 note
·
View note