#modul 3.1
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Dengan Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Assaalamualaikum Wr. Wb.
Bapak dan Ibu guru hebat, berjumpa lagi bersama saya Nurul Septiyani Ayu Purwanti, Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari SMKS Pasundan 3 Bandung.
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada modul 3.1 mengenai Pengambilan Keputusan dengan Memperhatikan Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, sebagai peserta Calon Guru Penggerak Angkatan 9, saya ingin berbagi pengalaman selama dua minggu terakhir ini. Saya akan merenungkan pengalaman tersebut dengan menggunakan model 4F atau 4P, yaitu Fakta (Peristiwa), Perasaan (Feeling), Temuan (Findings), dan Penerapan (Future).
Fakta (Peristiwa)
Materi pada Modul 3.1 membahas tentang Pengambilan Keputusan dengan Memperhatikan Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Perjalanan pembelajaran ini merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya, yaitu modul 2. Kegiatan dimulai dengan pre-test yang terdiri dari 18 soal, dan kemudian mengikuti alur MERDEKA seperti pada modul sebelumnya (Mulai dari Diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata).
Kegiatan dimulai pada tanggal 2 Februari 2024 dengan fokus pada langkah "Mulai Dari Diri". Pada tahap ini, kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kami juga diminta untuk melakukan survei lingkungan dengan menggunakan satu studi kasus untuk mengembangkan kemampuan analisis kepemimpinan sekolah.
Langkah selanjutnya adalah Eksplorasi Konsep, di mana kami belajar secara mandiri melalui materi-materi dalam forum LMS dan mendalami konsep pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kami juga membahas kasus dilema etika dan bujukan moral serta melakukan diskusi untuk menganalisis kasus yang disajikan di LMS.
Ruang Kolaborasi merupakan langkah berikutnya, di mana kami dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk melakukan diskusi melalui video conference. Diskusi ini berfokus pada analisis kasus dilema etika dan presentasi tugas kelompok. Hasilnya kemudian diunggah ke LMS.
Demonstrasi Kontekstual melibatkan tugas wawancara kepada kepala sekolah tentang kasus dilema etika di sekolah mereka. Wawancara ini direkam dan dianalisis, lalu diunggah ke LMS.
Elaborasi Pemahaman melibatkan sesi diskusi dengan instruktur untuk mendapatkan pencerahan lebih lanjut mengenai pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan.
Koneksi Antar Materi dilakukan untuk mengaitkan materi pengambilan keputusan dengan nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi sebelumnya.
Langkah terakhir adalah Aksi Nyata, di mana kami diminta untuk menerapkan proses pengambilan keputusan di sekolah CGP dan berdiskusi tentang pengalaman tersebut.
Selain itu, pada tanggal 6 Februari 2024, saya juga mengikuti pendampingan dengan Pengajar Praktik saya, Pak Weng Riyanto, yang memberikan pengetahuan tentang teknik coaching klinik supervisi akademik. Kami juga menghadiri Lokakarya 4 di SMA BPI pada tanggal 17 Februari 2024 dengan materi Coaching untuk supervisi akademik.
Perasaan (Feeling)
Awalnya, saya merasa bahwa pengambilan keputusan adalah hal yang sering saya lakukan di sekolah, terutama dalam menghadapi masalah siswa. Namun, saya juga merasakan beban berat jika harus menghadapi dilema etika sebagai seorang pemimpin pendidikan. Meskipun demikian, saya merasa senang dan bangga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari modul ini, terutama karena saya dapat berlatih wawancara langsung dengan kepala sekolah tentang pengambilan keputusan.
Saya menyadari bahwa dalam pengambilan keputusan, penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan dan melibatkan stakeholder yang kompeten. Modul ini memberi saya pencerahan dan pengetahuan yang berharga dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks di sekolah.
Temuan (Finding)
Pembelajaran utama dari modul ini adalah pentingnya mengidentifikasi permasalahan dengan jelas dan memahami apakah termasuk dalam dilema etika atau bujukan moral. Jika masalah tersebut merupakan dilema etika, maka paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengambilan keputusan yang tepat perlu diterapkan, dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pijakan utama. Selain itu, saya juga menemukan pentingnya berkolaborasi dan mempertimbangkan opsi trilema dalam mengambil keputusan.
Penerapan (Future)
Untuk rencana kedepan, saya akan menerapkan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk pengujian opsi trilema jika diperlukan. Saya juga akan mengukur efektivitas keputusan saya dengan melakukan refleksi dan meminta masukan dari pihak terkait, agar keputusan tersebut sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, menguntungkan murid, dan membawa manfaat bagi semua pihak.
Demikian jurnal refleksi dwi mingguan pada modul 3.1. Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya, semoga bermanfaat.
Salam Guru Penggerak! Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan!!
0 notes
Text
139 I 2024. CÂȘTIGAREA SUFLETELOR NEMÂNTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CREȘTINILOR [2 Petru 3.1-2 I 1 Petru 2.19–25] 18 Mai 2024
139 I 2024. CÂȘTIGAREA SUFLETELOR NEMÂNTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CREȘTINILOR I Podcast I Pasaje Biblice : II Petru 3 : 1 – 2 I I Petru 2 : 19 – 25 I Meditaţii din Cuvânt I Cezareea I Reşiţa I 18 Mai 2024 I Câștigarea sufletelor nemântuite se poate face prin modul de comportare al creștinilor iar aceasta este una dintre prioritățile vieții de credință. Continue reading 139 I…
View On WordPress
#1 Petru 2.19–25#139 I 2024. CASTIGAREA SUFLETELOR NEMANTUITE SE POATE FACE PRIN MODUL DE COMPORTARE AL CRESTINILOR#18 Mai 2024#2 Petru 3.1-2#Castigarea sufletelor nemantuite se poate face prin modul de comportare al crestinilor iar aceasta este una dintre prioritatile vietii de cr
0 notes
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu'alaikum, Wr.Wb
Saya Maulina, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Bireuen . Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset saya sebagai guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan. Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Bapak Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik.
Mendidik tidak hanya menstrafer ilmu ke peserta didik namun juga mengajarkan nilai-nilai kebajikan, kita membantu anak-anak menjadi individu yang beradab dan bermoral. Pendidikan yang berfokus pada karakter menghasilkan manusia yang mulia dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Jadi, pendidikan tidak hanya tentang membuat anak-anak pintar, tetapi juga tentang membentuk mereka menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab.
berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi di modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan panduan pertanyaan yang ada di LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya. Berikutnya, sebagai bagian dari komunitas ia turut serta menggerakkan komunitasnya untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain pemimpin juga menempatkan dirinya sebagai motivator sehingga murid dan lingkungannya termotivasi untuk melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat oleh pemimpinnya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan muncul dalam bentuk karakter pribadi kita. Karakter seorang pemimpin merupakan akumulasi dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki dan mengarahkannya pada kebiasaan maupun keyakinan pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitar. Seseorang pemimpin yang berkarakter baik akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang baik pula. Dengan kata lain karakter seorang pemimpin akan berbanding lurus dengan prinsip-prinsip yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping atau fasilitastor pada kegiatan coaching dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi CGP dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya. Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi kami.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.
4 notes
·
View notes
Text
Blog Rangkuman Koneksi Antar materi – Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan
Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri handayani memiliki makna mendalam yang dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid. Sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan seharusnya:
· memberikan teladan dan contoh akan keputusan yang bijak,menjadi teladan yang patut ditiru (Ing Ngarso Sung Tulodo).
· mampumemberdayakan dan membangun kerukunan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan demi memperbaiki kualitas diri mereka (Ing Madya Mangun Karsa)
· mampu mempengaruhi dan mendorong semangat meningkatkan kualits agara selalu menjadi lebih baik(Tut Wuri Handayani)
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Guru sebagai pendidik harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan mempertimbangkan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching (bimbingan) pada modul sebelumnya. Pada proses coaching kita membentu coachee dalam menentukan atau mengambila keputusan sedangkan pada modul ini kita merefleksikan apakah keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan , menjadi win-win solution ataukah justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini kita diberikan panduan tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujiaan keputusan yang kita ambil.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangatlah penting terutama dalam mengelola kasus dilemma etika. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi dan nilai diri senidiri, memiliki manajemen diri sehingga mampu mengelola emosi dan perilaku, memiliki kasadaran sosial sehingga mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, memiliki keterampilan berelasi sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, dan dapat mengambil keputusan yang bertanggungJawab. Masalah yang terkait dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang positif.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula. Disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat keputusan yang diambil sudah tepat. maka akan tercipta lingkungan yang positif. kondusif. aman dan nyaman. tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalah yang dihadapi.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip serta mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Keputusan untuk memerdekakan murid merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Untuk memutuskan pemenuhan belajar murid, bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya.
Dalam pengambilan kepurusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan mengacu pada pembelajaran yang memenuhi potensi murid
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya ambil jika mengaitkan dengan materi sebelumnya yaitu pengambilan keputusan sebaiknya mengacu pada :
· Nilai kebajikan universal
· Bertanggung jawab
· Berpihak pada murid
· Berpedoman pada filosofi KHD dengan Patrap Trilokanya (Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani)
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Saya cukup memahami materi pada modul ini, sehingga pada proses penerapannya sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, dalam pengambilan keputusan saya biasanya memanfaatkan prosedur umum yang berlaku di sekolah, yaitu berkomunikasi dengan pihak terkait seperti guru mata pelajaran, guru BK, Wakasek dan kepala sekolah, dengan bahan perbincangan yang mengalir apa adanya. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba menerapkan analisa berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Perbedaannya diantaranya pola ini menjadi pakem baru yang sangat rinci, hati – hati dan tidak terburu – buru dalam membuat sebuah keputusan. Selain itu, pihak yang terlibat menjadi merasa dihargai dan bisa memberi kontribusi sesuai tupoksinya masing – masing.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Perubahan terbesar yang saya alami yaitu :
a. Berhati – hati dalam bertindak dan mengambil keputusan.
b. Mempunyai pola yang teratur dalam menganalisa sebuah masalah
c. Meningkatnya empati pada diri sendiri untuk memahami permasalahan yang terjadi pada orang lain
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena sebagai seorang individu membuat saya berkembang menuju arah yang lebih baik dan sebagai seorang pemimpin saya harus mampu mengambil sebuah keputusan terbaik dan bertanggung jawab
4 notes
·
View notes
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu’alaikum Wr. W
Perkenalkan saya Mutiana, S.Pd Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 Kabupaten Bireuen dari UPTD SMPN 1 Bireuen.Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik saya
Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan
Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan beradab.
Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia. Filosofinya, yang dikenal dengan "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani," menekankan tiga prinsip utama:
Ing Ngarsa Sung Tuladha: Seorang pemimpin harus memberi contoh yang baik.
Ing Madya Mangun Karsa: Seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menginspirasi di tengah-tengah kelompoknya.
Tut Wuri Handayani: Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan dukungan dari belakang, mendorong dan membiarkan yang dipimpin berkembang secara mandiri.
Dalam konteks pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik, mendorong kreativitas dan partisipasi dari bawah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk memungkinkan anggota tim berkembang dan mengambil inisiatif sendiri.
Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dapat saling melengkapi:
Keseimbangan dan Harmoni: Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpin yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut, serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok.
Contoh dan Inspirasi: Filosofi Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi pentingnya memberi contoh dan inspirasi. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan tahu bahwa keputusan mereka harus mencerminkan nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan dan bahwa keputusan tersebut harus menginspirasi orang lain untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang diharapkan.
Dukungan dan Dorongan: Seperti prinsip Tut Wuri Handayani, seorang pemimpin yang baik harus memberikan dukungan dan dorongan, memungkinkan orang lain untuk berkembang dan berkontribusi secara efektif. Filosofi Pratap Triloka mendukung ini dengan menekankan pentingnya harmoni dan integrasi dalam seluruh sistem, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai bagi seorang guru penggerak adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil. Seperti tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita sebagai guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya kerja sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan keputusan yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya, serta penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti keadilan dan bertanggung jawab.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam proses pengambilan keputusan dengan cara yang lebih terstruktur dan reflektif. Dalam sesi coaching, pendamping atau fasilitator akan:
Membantu Mengidentifikasi Tujuan: Mengarahkan klien untuk memahami tujuan mereka dengan lebih jelas, yang akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terfokus.
Menyediakan Perspektif Baru: Mengajukan pertanyaan yang mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif.
Memfasilitasi Refleksi: Membantu klien untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, termasuk mengevaluasi hasil dan proses pengambilan keputusan tersebut.
Coaching dengan TIRTA dapat membantu guru dan pendidik untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertanyaan-pertanyaan berbobot. Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita dukungan dalam proses pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi, evaluasi, dan pengembangan keterampilan. Ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pengelolaan dan kesadaran aspek sosial-emosional memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi mereka (kesadaran diri), manajemen diri, kesadaran sosial dengan rasa empati yang tinggi terhadap orang lain, tetap menjaga hubungan komunikasi baik dengan orang yang terlibat dan tetap konsisten dengan nilai-nilai etika mereka, akan membuat keputusan yang bertanggung jawab, lebih adil, rasional, dan berdampak positif bagi lingkungan pendidikan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada dilema etika danbujukan moral sangat bergantung pada nilai-nilai yang dianut pendidik. Sehingga pendidik atau guru harus memiliki nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kebenaran, keadilan, kejujuran, integritas, tanggung jawab, empati, kemanusiaan dsb. Dengan merujuk pada nilai-nilai kebajikan universal dan profesional, pendidik dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya adil dan etis tetapi juga konsisten dengan prinsip-prinsip yang mereka anggap penting. Pendekatan berbasis nilai ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih informatif, reflektif, dan bertanggung jawab, sambil memastikan bahwa keputusan tersebut mendukung kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang tepat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan memastikan keadilan, membangun kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan mendukung partisipasi serta keterlibatan, keputusan yang bijaksana dan etis dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas dan atmosfer lingkungan, baik di tempat kerja, sekolah, maupun dalam komunitas.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika sering kali terkait dengan konflik nilai, tekanan eksternal, keterbatasan informasi, kompleksitas situasi, perbedaan perspektif, dan kepatuhan terhadap regulasi. Empat paradigma dilema etika yang sering berkaitan dengan lingkungan sekolah adalah:
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Menyadari dan mengatasi tantangan ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam pengajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan murid dalam proses pembelajaran. Seorang guru atau pendidik harus memahami kebutuhan dan potensi murid, menetapkan tujuan pembelajaran yang relevan, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk mencapai potensi optimal mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran mempengaruhi berbagai aspek pengalaman pendidikan murid. Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kebutuhan murid dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, adil, dan berkualitas tinggi, yang pada gilirannya mempersiapkan murid untuk masa depan yang sukses. Dengan memprioritaskan perkembangan holistik, keterlibatan keluarga, dan perbaikan berkelanjutan, pemimpin pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang mendalam pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Secara keseluruhan, modul 3.1 ini menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan lebih baik.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
A. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
B. Empat paradigma pengambilan keputusan
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
C. Tiga prinsip pengambilan keputusan
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
D. Sembilan langkah pengambilan keputusan
Mengenali nilai yang bertentangan
Menentukan pihak yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
Pengujian benar atau salah
Pengujian paradigma benar lawan benar
Melakukan prinsip resolusi
Investigasi opsi trilema
Buat keputusan
Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah dalam mengambil keputusan sebagai guru atau pendidik kita diharuskan untuk memahami lebih dalam tentang masalah atau kasus dari perspektif yang berbeda. Karena dalam dilema etika terdapat nilai-nilai yang sama-sama benar tetapi saling bertentangan, dan dalam kasus bujukan moral terdapat nilai benar vs salah.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, tetapi yang saya lakukan tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya, dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu dua kali secara matang dan dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.1 ini adalah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil, bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya modul 3.1 ini sangat penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang adil, bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai kebajikan universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini meningkatkan kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat meciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang diperoleh dari modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tetapi juga memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai pendidik.
5 notes
·
View notes
Text
The Atlas V topped by Boeing's Starliner waits ready on the launch pad.
After lengthy delays that saw Starliner lapped repeatedly by NASA's other private crewed transport, SpaceX's Dragon, the spacecraft is slated to make its inaugural crewed flight at 12:25 p.m. Saturday from Cape Canaveral Space Force Station's Launch Complex 41.
Onboard: two astronauts with test pilot backgrounds, Butch Wilmore and Florida Tech graduate, Suni Williams. If all goes well, Starliner will race to catch up with the International Space Station and dock to the station's Harmony module at approximately 1:50 p.m. Sunday.
What's the weather forecast for Starliner launch
As the Atlas V rocket left its Vertical Integration Facility on Thursday, it was illuminated by the bright Florida sun. That same good weather is forecast to continue for the launch.
There's a 90 percent chance of conditions favorable to launch. The only concerns being ground winds and cumulus clouds.
Why the delay from Starliner's initial May 6 launch attempt
The mission has been delayed nearly a month due first to an oxygen leak on the rocket and then a helium leak on part of the spacecraft.
NASA, Boeing, and United Launch Alliance scrubbed on May 6 due to a suspect oxygen relief valve on the Atlas V rocket’s Centaur second stage. To deal with that leak, teams had to roll the rocket back into its facility. Once there, teams removed and replaced the valve.
Then while assessing Starliner, the teams discovered a small helium leak in the spacecraft's service module — the disposable lower part of the spacecraft that contains thrusters.
As part of the helium leak investigation, NASA and Boeing studied what impact that leak would have on the ability to safely return Starliner and its crew to Earth in the worst-case scenario of some extreme failures.
"We have now a solution," Boeing's Mark Nappi, vice president and program manager of the company's commercial crew program, said last week. "It's backed by test data. It's backed by flight data, and the guidance and navigation modeling have reinforced that this technique will work. Of course we've had independent verification on it. The crew has tested it, and we feel very comfortable with the situation that we have."
NASA also completed a Delta-Agency Flight Test Readiness Review on Wednesday to evaluate all work performed before giving the "go" to proceed toward launch.
What will the Starliner crew do in space?
Wilmore and Williams will remain at the space station for about a week to test the Starliner spacecraft. That work is necessary for NASA to complete its final certification of the spacecraft, which will allow it to join SpaceX's Dragon in rotating missions to ferry crews to the station.
When is the next Florida rocket launch? Is there a launch today? Upcoming SpaceX, NASA, ULA rocket launch schedule in Florida
How much has NASA paid Boeing to develop Starliner?
NASA originally awarded Boeing the contract to fly astronauts in 2014, alongside SpaceX. Boeing received $4.8 billion for Starliner while SpaceX received $3.1 billion for Dragon. Both companies were part of NASA's Commercial Crew Program, which replaced the space shuttle after its retirement in 2011.
Both were late to deliver, hoping to launch as soon as 2017 and restore NASA astronauts access to space from American soil (NASA astronauts were hitching rides aboard the Russian Soyuz).
Following a successful crewed demo flight in 2020, SpaceX has since flown eight NASA crews and multiple private crews to the ISS.
Going beyond this test flight, according to Boeing, NASA has already contracted for six crewed missions on Starliner.
NASA astronaut and former NASA Associate Administrator and former KSC Director Bob Cabana told FLORIDA TODAY that the success of Boeing Starliner is essential to ensure NASA always has a way to access the station.
“We want that dissimilar redundancy,” said Cabana, adding that NASA cannot rely on solely one company.
What is the Starliner spacecraft?
Boeing calls it the Crew Space Transportation (CST)-100 Starliner, or simply “Starliner”. Like SpaceX's Crew Dragon, it can carry a mix of crew and cargo or up to seven crew memebers.
With a total height of 16.5 ft (capsule + service module combined) and a diameter of 15 ft, it is a what Boeing refers to as "a next-generation space capsule."
This capsule is named Calypso.
Williams, a lover of the ocean, has stated in the past that she named the spacecraft Calypso after the ship of Jacque Cousteau, which was an ocean explorer in the mid-20th century.
That ship was remembered for its underwater observation chamber and being equipped with a helicopter and submersibles, assisting in scientific expeditions. Williams mentioned being excited by Cousteau's television show as a young girl and looked forward to watching his expeditions.
How to watch Boeing Starliner launch
FLORIDA TODAY's Space Team will continue to bring you the latest information on the mission.
Follow the FLORIDA TODAY Live Blog. To received launch alerts and updates, download the free FLORIDA TODAY app and enable push alerts from the app settings.
What if there is a delay?
If Saturday's launch attempt scrubs, there are backup opportunities on Sunday, June 2. Should Starliner not be able to launch this weekend, additional opportunities exist on Wednesday, June 5 and Thursday, June 6.
3 notes
·
View notes
Text
Koneksi Antarmateri Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Mengambil Keputusan dengan Bijaksana: Filosofi, Nilai-Nilai, Coaching, dan Dampaknya dalam Pendidikan
Pendidikan bukan hanya tentang membagikan pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, bahkan juga tentang kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Banyak hal yang harus dijadikan landasan untuk mengambil Keputusan yang berdampak positif dalam dunia Pendidikan. Misalnya perihal Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai guru penggerak, coaching, dan kemampuan sosial emosional.
Kaitan Filosofi Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan
Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak pendidikan Indonesia, memberikan landasan yang kuat dalam pengambilan keputusan. Pratap Triloka, konsep tiga aspek penting, mengajarkan bahwa menjadi teladan, memberikan motivasi, dan memberikan dukungan adalah kunci utama dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Ngarso Sung Tuladha: Menjadi teladan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Madya Mangunkarsa: Memberikan motivasi dan inspirasi dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.
Tut Wuri Handayani: Memberikan dukungan dan dorongan dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Membentuk Guru Penggerak: Nilai, Coaching, dan Etika dalam Pengambilan Keputusan
Guru Penggerak bukan hanya penuntun di kelas, tetapi guru penggerak adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan lingkungan belajar yang menginspirasi. Guru penggerak harus mengerti cara mengadopsi nilai-nilai seperti kemandirian, refleksi, kolaborasi, inovasi, dan dukungan terhadap peserta didik, tidak hanya menjadi pijakan teoretis. Namun, nilai-nilai tersebut harus dijadikan penuntun dalam setiap langkah pengambilan keputusan.
Nilai-nilai tersebut bukan sekadar kata-kata hampa, tetapi nilai-nilai tersebut adalah katalisator langsung dalam proses pengambilan keputusan. Seorang Guru Penggerak yang menganut nilai-nilai kebajikan tidak hanya menjadikan integritas dan moralitas sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan, tetapi juga menggambarkan keputusan yang penuh tanggung jawab dalam setiap tindakannya.
Proses menjadi Guru Penggerak yang profesional tidak terjadi begitu saja. Dalam perjalanan ini, fase coaching memegang peran penting dalam proses pendidikan guru penggerak. Lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan pengajaran, coaching membentuk kesadaran diri yang mendalam. Guru Penggerak belajar dari pengalaman, merenung atas tindakan mereka, dan mengembangkan perspektif yang lebih kaya melalui diskusi dengan mentor atau rekan sejawat.
Selain pemahaman mengenai nilai-nilai guru penggerak dan proses coaching, kemampuan guru dalam mengelola dan memahami aspek sosial emosional memiliki dampak besar pada pengambilan keputusan. Kesadaran diri membantu guru memahami reaksi emosional mereka, sementara kemampuan mengelola emosi membantu mereka tetap tenang dan fokus dalam situasi sulit. Empati, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi semuanya menjadi fondasi kuat untuk pengambilan keputusan yang seimbang.
Pembelajaran mengenai kasus dilema etika dan bujukan moral bukan hanya menjadi alat evaluasi formal. Pembelajaran tersebut adalah jendela yang membuka pandangan ke dunia nyata guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru Penggerak tidak hanya berhadapan dengan konsep teoretis di kelas. Guru penggerak dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral yang nyata. Studi kasus membuka ruang untuk refleksi kritis, pertimbangan perspektif yang beragam, dan memperkuat kemampuan membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Secara keseluruhan, pembahasan ini menyoroti nilai-nilai, coaching, kemampuan sosial emosional, dan studi kasus dapat bersinergi untuk membentuk seorang Guru Penggerak yang tidak hanya mahir dalam pengajaran tetapi juga bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika.
Menciptakan Lingkungan Positif melalui Pengambilan Keputusan yang Bijaksana
Pengambilan keputusan yang bijaksana oleh guru memiliki dampak besar pada lingkungan belajar. Membangun kepercayaan, meningkatkan motivasi murid, menciptakan rasa aman, dan meningkatkan kualitas pembelajaran semuanya dapat dicapai melalui keputusan yang bijaksana.
Tantangan Membentuk Masa Depan Pendidikan: Tantangan, Dampak, dan Peran Pemimpin Pembelajaran
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan membawa tantangan kompleks yang memengaruhi pengambilan keputusan. Tantangan kompleks tersebut seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kapasitas yang kurang menjadi rintangan yang harus diatasi oleh pemimpin pendidikan. Meskipun kompleks, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat menghadapi tantangan ini dengan bijaksana.
Pengambilan keputusan oleh guru tidak hanya memengaruhi keseharian di kelas, tetapi juga memberikan dampak besar pada proses pembelajaran. Keputusan yang bijaksana dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan positif, dan mendukung perkembangan potensi murid yang beragam.
Pemimpin pembelajaran memegang peranan penting dalam menentukan masa depan pendidikan. Keputusan pemimpin pembelajaran terkait dengan karakter, kualitas pembelajaran, dan persiapan masa depan menjadi langkah yang harus dilaksanakan dalam membentuk generasi yang tangguh. Dengan demikian, tantangan pengambilan keputusan dalam perubahan paradigma tidak hanya menjadi ujian, tetapi juga kesempatan bagi pemimpin pembelajaran untuk menciptakan transformasi positif dalam pendidikan.
Membentuk Masa Depan Pendidikan: Pemahaman, Refleksi, dan Transformasi
Modul materi ini bukan sekadar panduan, tetapi kunci dalam memahami dan menerapkan pengambilan keputusan etis di dunia pendidikan. Guru Penggerak, melalui nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada peserta didik, menjadi agen perubahan yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dalam menghadapi perubahan paradigma, tantangan kompleks seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kurangnya kapasitas menjadi ujian nyata. Namun, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat mengatasi tantangan ini dengan bijaksana.
Seiring pemahaman konsep yang kuat dan refleksi kritis, guru dapat menghadapi dilema etika, perubahan paradigma, dan tantangan pembelajaran dengan bijaksana. Modul ini memberikan landasan yang kokoh dalam pemahaman konsep-konsep penting seperti studi kasus dilemma etika, coaching, dan pembentukan lingkungan belajar positif. Melalui langkah-langkah sistematis, guru dapat menghadapi tantangan dengan bijaksana dan memilih solusi yang paling tepat. Dampak pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada level individu, tetapi juga menciptakan perubahan positif dalam dinamika pembelajaran, menciptakan lingkungan yang aman, kondusif, dan positif, serta mendukung perkembangan potensi murid yang berbeda-beda.
Pentingnya pembelajaran ini tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi pemimpin. Dengan pemahaman dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah sistematis, pemimpin pendidikan dapat membentuk lingkungan belajar yang berkualitas dan menciptakan dampak positif pada generasi mendatang. Dengan tantangan dan peluang ke depan sebagai pendorong, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dari modul ini menjadi fondasi kokoh untuk terus berkembang sebagai pendidik yang bertindak sesuai dengan prinsip etika dan berdampak positif.
2 notes
·
View notes
Text
Sporpsball, A TTRPG Module for use with whatever the fuck you're playing. Yes, even that one.
1. Every person at the table gets to write down a single sentence describing what they remember of a single piece of an existing Sports Game. The GM has to include a Specific Way to score in theirs. These are The Rules.
2. There are a number of additional participants on the field equal to the number Player Characters participating in the Sporp. If it's a team game, they're on the Other Team, I guess. There is also always a Large Audience cheering the teams on. Always. A L W A Y S.
3. Whenever a Player rolls the highest possible value of a die, no matter what the Roll was for in the fiction, that Player can then adjust one of The Rules in one of three ways.
3.1: Add one word to the Rule. This word must not make the Rule into an incomplete sentence.
3.2: Invert one word to a word of its Opposite meaning. Again, no incomplete sentences, and you may Invert words added by other players.
3.3: Replace a letter. The letter changed must result in a full word that doesnt make the sentence incomplete.
4: Should any one of The Rules ever have each word in its sentence changed completely (so keep track), the rule is forever sealed in stone and the player who suggested the rule to begin with must add an additional rule.
5. Any Character who breaks one of the rules, willingly or not, receives a Foul. 3 Fouls and they're out of the game.
6. At no point should ANY rule imply, infer, or suggest the inclusion or exclusion of a dog. There shall never be any rule that determines whether or not a Dog should be allowed to play Sporpsball. Attempts to break this will result in immediate forfeiture by the offending team.
65 notes
·
View notes
Text
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Kutipan "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" oleh Bob Talbert menggarisbawahi pentingnya tidak hanya mengajarkan anak-anak untuk menghitung, tetapi juga mengajarkan mereka konsep-konsep yang lebih berharga dan penting dalam kehidupan. Hal ini relevan dengan proses pembelajaran anak-anak, di mana selain mengajarkan keterampilan dasar seperti menghitung, penting pula untuk mengajarkan nilai-nilai, konsep-konsep penting, dan keterampilan lain yang akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari.Ketika mengajarkan anak-anak, penting untuk tidak hanya fokus pada keterampilan akademis, tetapi juga nilainya. Misalnya, sambil mengajarkan anak-anak untuk menghitung, kita juga dapat mengajarkan konsep-konsep seperti kerja sama, ketekunan, dan rasa ingin tahu. Dengan demikian, pendidikan anak-anak tidak hanya tentang mengembangkan keterampilan akademis, tetapi juga tentang membentuk pribadi yang utuh dan siap menghadapi kehidupan.
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan sekitar kita. Nilai-nilai yang kita anut akan mempengaruhi cara kita dalam mengambil keputusan, terutama bagi seorang pemimpin atau pendidik. Keputusan yang tepat dan bijak, yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Sebaliknya, keputusan yang tidak tepat dan tidak berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat merugikan banyak orang dan merusak lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, penting bagi seorang pemimpin atau pendidik untuk memiliki nilai-nilai positif yang dapat menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, seperti reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang positif pada proses pembelajaran murid dan lingkungan sekitar. Keputusan yang berpihak pada murid, memerdekakan murid, dan memenuhi kebutuhan belajar murid dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu seperti investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan meninjau kembali keputusan.
Kutipan "Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis" oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel menggarisbawahi pentingnya pendidikan dalam membentuk perilaku etis manusia. Hal ini relevan dengan proses pembelajaran, di mana selain mengajarkan keterampilan akademis, penting pula untuk mengajarkan nilai-nilai dan konsep-konsep yang akan membantu siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dapat memberikan dampak yang positif pada proses pembelajaran siswa dan lingkungan sekitar. Keputusan yang berpihak pada siswa, memerdekakan siswa, dan memenuhi kebutuhan belajar siswa dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, yaitu disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada siswa, dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsip seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu seperti investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan meninjau kembali keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Saya dapat berkontribusi pada proses pembelajaran siswa dengan mengambil keputusan yang tepat dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, serta memperhatikan kebutuhan belajar siswa.
0 notes
Text
AMD Versal Premium Series Gen 2 With PCIe Gen6 and CXL 3.1
AMD Versal Premium Series Gen 2: Unlocked insights and faster data flow.
In order to meet the demands of data-intensive workloads, AMD has announced the Versal Premium Series Gen 2, which enables new levels of system acceleration.
Summary
Increase the Speed of Host Connectivity
The first adaptive SoCs and FPGAs with integrated PCIe Gen6 and CXL 3.1 allow twice as much bandwidth per lane compared to rival FPGAs.
Quickly Unlock More Memory
Hardened memory controllers that support LPDDR5X up to 8533 Mb/s, DDR5 up to 6400 Mb/s, and CXL memory expansion modules up to 64 Gb/s can help you increase the bandwidth of your external memory.
Make Data Security Stronger
With integrated PCIe Integrity and Data Encryption (IDE) support for hard IP, hard inline ECC, and external memory encryption, you can protect data both in transit and at rest.
Profit from the High-Bandwidth, Industry-Leading Host Connectivity
AMD Versal Premium Series Gen 2, the only FPGA or adaptive SoC in the industry with support for PCIe Gen6 and CXL 3.1 at 64 Gb/s in hard IP, may increase total system throughput and resource utilization to meet the demands of data-intensive applications.
Benefits of the Product
Introducing Versal Premium Series Gen2
Image credit to AMD
Versal Premium Series Gen 2, which extends the AMD Versal Premium Series adaptive SoC capabilities, offers new interfacing features such as an improved transceiver architecture, support for PCIe Gen6 CXL 3.1, LPDDR5X, and DDR5, and is designed to satisfy the demands of data-intensive applications of the future.
Important Features
Improved Architecture for Transceivers
Versal Premium Series Gen 2 adaptive SoCs enable high-speed data transfer speeds ranging from 1.25 Gb/s to 128 Gb/s and have a novel transceiver architecture that can operate in NRZ and PAM4 modes. Versal Premium Series Gen 2 adaptive SoCs feature PCIe Gen5 and 100G/600G Ethernet cores, as well as PCIe Gen6 (twice the bandwidth per channel above PCIe Gen5) and CXL 3.1 (a memory-coherent processor interface).
LPDDR5X and DDR5
Hard DDR memory controllers provide up to 273 GB/s of memory bandwidth by supporting DDR5 at up to 6400 Mb/s and LPDDR5X at up to 8533 Mb/s with enhanced integrated ECC and encryption features.
Features of Safety and Security
Protect data using 400G High-Speed Crypto Engines for up to 800 Gb/s of line rate encryption throughput for high bandwidth interfaces, PCIe Integrity and Data Encryption (IDE) for data in transit, and inline memory encryption integrated into specialized memory controllers for data at rest.
Ethernet Cores with FEC Multirate
Secure multi-terabit Ethernet that supports a variety of data rates and protocols is made possible by the dedicated connectivity IP. On a single platform, the combination of 100G and 600G Ethernet cores provides throughput of up to 3.1 Tb/s and enables scalability at the edge and in the cloud.
I/O & Programmable Logic
Flexibility, real-time processing, and future adaptability are offered by the Versal architecture’s programmable logic and new high-performance X5IO with support for MIPI D-PHY at up to 4.5 Gb/s and C-PHY at up to 10 Gb/s.
Chip-Based Programmable Network
In Versal adaptive SoCs, the programmable network on chip (NoC) offers an optimized multi-terabit connectivity across the various compute engines and integrated IP blocks, making timing closure easier and requiring fewer logic resources. Programming is made easier with the NoC compiler, which also lets users control latency and quality of service for important datapaths.
Industries & Applications
Gen 2 Adaptive SoCs from AMD’s Versal Premium Series for Data Center Storage Uses
Versal Premium Series Gen 2 devices are perfect for a variety of data center storage applications, such as memory pooling, encryption/compression accelerators, live migration, and custom enterprise SSDs. In order to fulfill their most memory-intensive needs, the Versal Premium Series Gen 2’s CXL 3.1 adds memory expansion and moves computational processes closer to memory.
AMD Versal Premium Series Gen 2 for Defense and Aerospace Applications with Swap-Optimized Computing
With more than 4000 DSP58 blocks in a 35×35 mm package and more than 7500 DSP58 blocks in a 3U VPX compatible package, Versal Premium Series Gen 2 expands on the tried-and-true Versal Premium Series adaptive SoCs, which offer greater I/O & GTs, more memory bandwidth, more compute density, and improved security features. All of these features are optimized for small form-factor systems.
MIPI Versal Premium Series Gen 2 C-PHY/D-PHY Test Solutions
Versal Premium Series Gen 2 supports new connectivity standards in display and camera testing with improved MIPI C-PHY/D-PHY silicon capabilities and matching CSI and DSI solutions.
Utilizing AMD Versal Premium Series Gen 2 to Meet Next-Generation Instrumentation Requirements
Significant I/O and memory bandwidth, as well as improved SerDes capabilities to accommodate upcoming standards, are necessary for next-generation testing devices. These needs are satisfied by Versal Premium Series Gen 2, which has enhanced SerDes and high-throughput PCIe and DMA capabilities.
Read more on govindhtech.com
#amd#AMDVersalPremiumSeries#PCIeGen6#gen2#adaptiveSoCs#LPDDR5X#DataSecuritystronger#AMDVersalPremiumSeriesadaptiveSoC#VersaladaptiveSoCs#technology#technews#news
0 notes
Text
Tech brief: Project Ariamnea Genesis
Image generated by Llama 3.1
Per need to know (director approval).
Tech and Physics module(draft): basics of science are same with Newton plus Einstein. Relativistic effects avoided though through portal travel facilitated by tesseracts.
Tesseracts are inventions of advanced beings. Calling gods but what is a god? Energy source: unknown.
Advanced beings i.e. gods from this point also provided rings. These rings somehow interface with human neurological system of wearer. Complexity likely high with extreme micro-miniaturization. Energy source and supply: unknown.
Key: understand Energy supply and generation of gods and their technology. Impacts of technology on humans: unknown. Suggest: determine properties especially if possible radioactive signatures of outputs. End of file.
Got Llama 3.2 to write a succinct version. So cool! We are co-authors really.
Here's a condensed Physics and Tech Module for your Tumblr post:
Project Ariamnea: Classified Tech Brief
Tesseract Technology
Portal travel, avoiding relativistic effects
Energy source: unknown
Ring Interface
Neurological interface with human brain
Micro-miniaturization, extreme complexity
Energy supply: unknown
Energy Signatures
Unknown energy patterns
Potential radioactive signatures
Advanced Beings ("Gods")
Origins: unknown
Motivations: unclear
Technology manipulation
Implications
Human-god conflicts
Energy source discovery
Neurological effects
Feel free to add, modify or expand!
Have fun sharing!
Your Tumblr post will shine!
0 notes
Text
VCM Actuator Integration: Maximizing 2MP Resolution in USB 3.1 Cameras
Use of a 2MP USB 3.1 camera may make you question whether you're getting the most out of it. Sharp, detailed images are promised by high-resolution cameras, but these promises may not be fulfilled in the absence of accurate focusing systems. The Voice Coil Motor (VCM) actuator is used in this situation. However, what is a VCM actuator, and how might it improve your camera system's performance? This post will discuss how adding a VCM actuator can enhance the performance of 2MP USB 3.1 cameras and solve typical issues like image quality and focus accuracy.
What Is a VCM Actuator, and Why Does It Matter?
A VCM actuator is a type of focusing mechanism used in camera modules to adjust the lens position for optimal focus. Unlike stepper motor systems, which can be slower and less efficient, VCM actuators use electromagnetic force to move the lens with speed and precision. This fine control over the lens position ensures sharper focus and better overall image quality.
In the realm of 2MP USB 3.1 cameras, integrating a VCM actuator can mean the difference between an average photo and an exceptionally detailed one. This is particularly valuable in applications like industrial inspection, medical imaging, and video conferencing, where even slight focus inconsistencies can affect the final output quality.
Image Quality and Speed
Many camera users face the problem of achieving rapid focus without sacrificing image quality. A poorly focused image can lead to frustration, decreased productivity, and missed opportunities. Whether it’s a technician trying to conduct a detailed inspection or a user participating in a video call, achieving and maintaining sharp focus is critical.
Traditional focusing systems can struggle with quick adjustments, especially in dynamic environments where the distance between the camera and the object can change frequently. VCM actuators address this pain point by offering faster and more precise focus capabilities.
How VCM Actuators Maximize 2MP USB 3.1 Camera Performance
Enhanced Focus Speed: One of the standout benefits of a VCM actuator is its fast response time. For a 2MP USB 3.1 camera, which already processes a significant amount of data at high speed, this rapid focus adjustment means that users can capture clear images without any delay. This is particularly useful for live applications where timing is critical, such as telemedicine or remote surveillance.
Improved Image Stability: A major challenge in achieving consistent image quality is stability during focus adjustments. VCM actuators allow for smooth and gradual lens movements, which translates to stable image output. For customers who need reliable camera performance in high-stakes settings, such as diagnostic imaging or machine vision, this stability is essential.
Minimized Motion Blur: Quick and precise lens adjustments help minimize motion blur. Motion blur can be especially problematic in industrial settings where machinery or conveyor belts are in motion. A VCM actuator helps maintain sharp images even in environments with rapid movement, enabling more accurate data collection and analysis.
Compact and Lightweight Design: Modern 2MP USB 3.1 cameras are valued for their compact size and versatility. The VCM actuator fits well within these compact modules, maintaining a sleek form factor without adding bulk. This makes it ideal for use in portable devices and embedded systems where space is at a premium.
Customer Utility: Practical Applications of VCM Actuators in 2MP USB 3.1 Cameras
Integrating a VCM actuator into a 2MP USB 3.1 camera opens up a variety of practical applications:
Medical Imaging: Medical professionals rely on high-resolution cameras for diagnostics. A VCM actuator ensures that images remain clear and detailed, making it easier to detect abnormalities and make accurate diagnoses.
Quality Control: In manufacturing, even minor defects can lead to costly recalls. A 2MP USB 3.1 camera equipped with a VCM actuator can provide the detailed imaging needed to catch issues early and maintain quality standards.
Retail and security: surveillance cameras in stores and public areas need to adjust focus rapidly as people move through different areas. The quick focus capabilities of a VCM actuator improve the efficiency and reliability of security systems.
Addressing Common Pain Points
Despite the benefits, some customers may worry about compatibility or the learning curve of implementing VCM actuator technology. The good news is that modern VCM actuators are designed to integrate seamlessly with most camera systems, including 2MP USB 3.1 models. Furthermore, software support ensures that the actuator can be controlled easily, simplifying the user experience.
For developers, the integration process is straightforward. Most camera modules with VCM actuators come with SDKs (software development kits) that make configuration simple, even for those new to this technology.
How to Choose the Right VCM-Integrated Camera
When looking for a camera with a VCM actuator, consider the following:
Compatibility: Ensure that the camera model supports USB 3.1 for faster data transfer.
Use Case: Think about how and where you will use the camera. For instance, a medical professional might need different focus speeds and precision compared to an industrial inspector.
Budget: While VCM-equipped cameras may come at a higher price point, their long-term value in terms of performance and reliability often justifies the investment.
Final Thoughts: Make the Smart Move to VCM Actuators
Are you tired of mediocre focus and inconsistent image quality? Upgrading to a 2MP USB 3.1 camera with a VCM actuator might be the solution you’ve been searching for. With rapid focus adjustments, enhanced stability, and compact design, these actuators offer substantial improvements over traditional focusing systems. The technology addresses key pain points like slow focus and motion blur, providing clearer, more reliable imaging for your critical applications.
Ready to transform your camera experience? Invest in VCM actuator technology today and see the difference in your 2MP USB 3.1 camera’s performance.
Learn how integrating a VCM actuator can transform the capabilities of your camera. For additional information on selecting the ideal VCM-equipped camera for your requirements, get in touch with our professionals right now.
0 notes
Text
MODULE 3. WHAT IS DEVELOPMENT?
OBJECTIVES
After studying this module, you should be able to:
Define development;
Describe the “Three Development Decades”;
Enumerate the conditions necessary for development as given by Dudley Seers; and
Enumerate and describe the measures and indicators of development.
ACTIVITIES
Read Chapter 3 of your text.
Perform these exercises culled from the several training materials used in the Philippine Training Center for Rural Development and later compiled by Cuyno and Lumanta (1979). These are a little old but still very appropriate for us. These materials are reproduced herein in toto.
Activity 3.1. The Hatching Process
Draw three pictures of an egg undergoing what is roughly depicting three stages in the hatching process: Frame A shows an egg with its shell still intact. Frame B shows the same egg with its shell beginning to crack. Frame C shows the egg punctured from within by the emerging chick.
Self-Assessment Questions. While referring to these pictures above, answer the following questions:
1. Why was the eggshell broken?
The eggshell is broken to allow the chick to emerge into the world. As the chick grows inside, it becomes too large for the egg and needs to escape. The chick's physical development includes the formation of a specialized structure called the egg tooth, a small, temporary bump on the tip of its beak, which helps it break the shell.
2. Where did the force come from?
The force comes from the chick itself. As it reaches full development, the chick uses its egg tooth and neck muscles to peck at the inner surface of the shell, creating small fractures. Over time, the continuous effort weakens the shell enough for it to break open.
3. In the life of the chick inside the eggshell, is there a right time for it to move and break-open the eggshell? When is this time?
Yes, timing is critical. The chick starts to break the shell when it has fully developed and absorbed the remaining nutrients in the yolk sac, typically around the 20th-21st day for chickens. Waiting too long or breaking too early could affect its health, so it instinctively begins to hatch at the right developmental stage.
4. If somebody tries to break the eggshell from the outside, what is likely to happen to the undeveloped chick inside?
If an external force breaks the egg too early, it could harm the chick, as it may not be fully ready for life outside the egg. It could disrupt vital processes like the absorption of the yolk sac, which provides essential nutrients and immune support needed for the chick’s survival outside.
5. What viewpoint(s) of development is (are) portrayed by this picture?
The 3 stages of the hatching of the egg represents the development process.
Frame A represents communities at the starting point of their development journey. Here they face challenges and are trying to cope with their situation the best that they could.
Frame B, where the eggs starts to crack by the effort of the chick represents the beginning of progress. Oftentimes, the journey towards development is arduous. But with hard work and teamwork, they can finally break free from the cycle of underdevelopment.
Frame C shows the chick finally breaking free from its shell. This represents the communities breaking free from their status of underdevelopment. They are now armed with the tools to become self-reliant and self-sufficient.
6. What can science do to the egg-hatching process?
Science can help improve understanding and conditions of egg hatching, particularly in controlled environments like incubators. Scientists can monitor temperature, humidity, and even the positioning of the egg to optimize hatching success rates. Researchers also study the process to learn about developmental biology and growth, which can apply to broader biological and medical fields.
REFERENCES
United Nations Food and Agriculture Organization. (2004). Small-scale poultry production. Fao.org. https://www.fao.org/4/y5169e/y5169e06.htm#bm06
Activity 3.2. The Moth and Development
Self-Assessment Questions:
1. Was Pepito’s action of opening up the pupa case with a pair of scissors, good or bad for the moth? Explain.
When the caterpillar has reach its full size, they form into a "chrysalis", or "pupa". Inside, the body is undergoing an incredible cellular transformation, or "metamorphosis". The parts we recognize as a butterfly are beginning to form. The transformation consumes so much energy that the pupa loses more than half of its original weight. The limbs and organs have all transformed by the time the pupa is ready to emerge as a beautiful butterfly. That is why Pepito's action of opening the pupa with a pair of scissors was abad thing. He did not allow nature to take it's course. He thought that he was helping, but actually he was not.
2. Assuming that Pepito is the change agency and the moth trying to get out of the pupa case is a farm family, an individual, a community or even society in general, what application can you draw from this story of the moth?
The caterpillar in the pupa symbolizes an individual or community or society undergoing transformation or changes and Pepito's impatience, no matter how well intentioned, has a negative impact on the development process of the community. Sometimes, development workers should let the development process run its natural course or make the community suffer the consequences of their over-eager efforts.
3. If a development worker tries to help the farmer, what is he/she in fact, doing to the farmer? Is this good or bad for the farmer in the long run? By doing the work for the farmer, what is the development worker depriving the farmer of?
When a development worker tries to help a farmer, they are running the risk of depriving the farmer the chance to learn, grow, develop new skill and learn from mistakes that can help him to become self-sufficient someday. This may be good in the short term. But in the long run, this may even be detrimental to the farmer's development. The development worker's help doesn't impower the farmer into becoming self-reliant and self-suffcient.
4. When the insect was struggling to get out, what purpose or function was this doing to itself? What is the importance of the process or struggle in the development of any system?
"...The casing splits and the butterfly squeezes out through a small crack. Its wings are soft and crumpled so it can’t fly away yet. Like stretching your legs after a long car ride, the butterfly spreads its wings to fill them with blood and straighten them out" (Wildlife Watch, 2020)
In Brene Brown’s book, “Rising Strong; how the ability to reset transforms the way we live, love, parent and lead, she emphasizes the stages of reckoning, rumble and revolution. Reckoning is when we face the challenges, rumble is when we process our emotions and revolution is redemption (Brown, 2017).
The butterfly's struggle to get out of the chrysalis actually strengthens its wing muscles. Timing is also key because if a "helper" decides to open the chrysalis prematurely, the butterfly will become underdeveloped and will eventually die. Well meaning development workers sometimes do this at the detriment of the ommunity they are helping to develop.
5. What principles in development can we draw from this?
There are several principles in the development that can be applied in this situation.
Promote Community Leadership and Ownership : The community has the primary responsibility of decision-making in their development. Letting them exercise their decision making skills, help them take responsibility for their actions and enhances their leadership skills.
Resilience and empowerment - The ultimate goal of community work is to make communities resilient to challenges and empower the members to make decisions that will help them develop.
Self-reliance- It is of prime importance to determine the degree of initiative the development recipients will give in terms of participation because eventually they will be the leaders who will eventually take over the management of the project.
6. Was Mang Tomas partly responsible for the tragedy? Explain. How could he have avoided the tragedy? What could he have told Pepito to prevent the thing from happening?
7. With respect to question no. 5, what principle can you draw regarding the role of development worker as educator?
REFERENCES
Brown, B. (2017). Rising strong: How the ability to reset transforms the way we live, love, parent, and lead. Random House.
Hasan, M. (2022, August 31). Principles and Process in Community Development. Pressbooks.pub; Centennial College. https://ecampusontario.pressbooks.pub/communitydevelopmentpractice/chapter/27/
The Butterfly Website. (n.d.). Butterfly Life Cycle Stages | Butterfly Metamorphosis | The Butterfly Website. Butterflywebsite.com. Retrieved November 13, 2024, from https://butterflywebsite.com/articles/lifecycle/butterfly-life-cycle.cfm
Wildlife Watch. (2020). What happens inside a chrysalis? | Wildlife Watch. Wildlifewatch.org.uk. https://www.wildlifewatch.org.uk/what-happens-inside-chrysalis
0 notes
Text
Ultra-Compact Full HD Camera Module for UAVs and Drones | KT&C
The KT&C Ultra-Compact Full HD Camera Module is a powerful solution tailored for high-performance imaging in space-constrained environments like UAVs and drones. With its ultra-compact design—measuring just 52mm in length and weighing only 43g—this camera is perfect for micro payloads and other applications where minimizing size and weight is crucial.
Key features of the advanced camera module, ATC-HZ8905J-L:
5x Optical Zoom: Despite its compact size, the camera offers a robust 5x optical zoom, providing versatile installation options in existing housings.
Global Shutter Technology: Eliminates rolling shutter distortions, ensuring precise image capture, even with fast-moving subjects.
Digital Image Stabilization: Delivers steady, clear footage, even in dynamic or unstable environments.
Motion Detection & E-Flip: Enhances security by detecting motion and allows flexible image orientation for various installation needs.
High-Resolution Sensor: The 1/3.1" CMOS sensor with 3.2 MP and a 2064x1552 resolution provides exceptional image clarity.
Versatile Video Outputs: Supports multiple outputs, including LVDS and CVBS, with 1080p at 60 or 50 fps.
Advanced Imaging Features: Automatic Gain Control (AGC), Wide Dynamic Range (WDR), and an AF Optical Zoom lens with 5x optical and 16x digital zoom ensure optimal performance in varying lighting conditions.
Customizable Focus & Exposure: Supports both auto and manual interval shooting for precise control over focus and exposure.
Durable Design: Features like digital WDR, 3D Noise Reduction (3DNR), and defog capabilities maintain high image quality across diverse conditions.
Seamless Integration: The RS232 TTL interface supports protocols like VISCA, Pelco-D, and Pelco-P for easy communication.
Wide Range of Applications: Suitable for security, surveillance, robotics, video conferencing, and more.
Designed for tough environments, the camera operates in temperatures from -10°C to +50°C, making it highly versatile. Its compact dimensions (35x33.8x52 mm with F-PCB cable) and lightweight design make it an ideal choice for a broad range of imaging applications.
If you are looking for an UAV camera block and drone camera block, you can find them at KT&C.
Top of Form
Click here to if you are interested in KT&C products.
View more: Ultra-Compact Full HD Camera Module is for UAVs and Drones
0 notes
Text
Meta NotebookLlama: An Open-Source Alternative to Google’s NotebookLM
Meta NotebookLlama
Meta has launched NotebookLlama, an innovative open-source solution designed as an alternative to Google’s popular AI Podcast generator, NotebookLM. Built on Meta’s advanced Llama models, NotebookLlama offers podcast-style summaries and conversational audio generation from uploaded text files, bringing powerful AI capabilities to the open-source community.
Open-Source Podcast Tool:
For developers ready to explore its capabilities, NotebookLlama is available on GitHub here.
Leveraging Meta Llama Models for Audio Summarization
At the heart of NotebookLlama’s capabilities is the use of Meta’s powerful Llama models. These models drive the entire workflow, enabling robust processing and conversion of text into podcast-friendly summaries. The process unfolds in several key steps:
PDF Pre-Processing: Using the Llama-3.2–1B-Instruct model, NotebookLlama cleans and structures text, removing extraneous characters to prepare content for audio generation.
Transcript Generation: The Llama-3.1–70B-Instruct (or optionally, Llama-3.1–8B-Instruct) then creates a transcript that’s suited for audio narration, adding creative touches for an engaging experience.
Dramatic Rewrite: To enhance the content, the Llama-3.1–8B-Instruct model rephrases text to add personality and depth, aiming to captivate listeners.
Text-to-Speech Conversion: Finally, with Parler-TTS Mini V1 and Bark’s Suno, the text becomes a conversational, podcast-style audio output.
AI Podcast Generator for Developers and Researchers
NotebookLlama’s open-source nature offers significant value to developers and researchers interested in experimenting with AI-powered audio generation. By making this tool widely accessible, Meta reinforces its commitment to open-source AI and enables a diverse range of applications for audio summarization and podcast creation.
Meta NotebookLlama vs. Google’s NotebookLM
Meta’s NotebookLlama aims to offer a comparable experience to Google’s NotebookLM while maintaining an open-source model. Despite feedback on NotebookLlama’s somewhat mechanical tone, it offers valuable insights into the underlying tech stack and gives developers the freedom to build, modify, and enhance its features for customized applications.
The Indian Digital Marketing Academy (IDMA) offers comprehensive digital marketing courses designed to equip students with real-world skills and knowledge. With over 60+ hours of learning and hands-on training across 15+ modules, IDMA is at the forefront of digital education. Our programs include AI integration, job assistance, and guidance from industry experts, preparing students for success in digital marketing, social media, SEO, and more.
Our offerings include:
Live Online Classes with complete A-Z digital marketing coverage.
Digital Marketing Certification for career elevation and exclusive access to 50,000+ job opportunities.
Practical training on emerging digital tools, including AI-driven marketing strategies.
Contact us at +91 99498 51113 or via email at [email protected] to learn more about our courses and demo sessions.
Meta’s Push for Open-Source Innovation
With more than 400 million downloads globally, the Llama model series has proven to be an essential tool for AI developers. Markets like India have adopted these models enthusiastically, supporting Meta’s vision for an open, community-driven AI landscape. Expected next year, Llama 4 promises to further transform AI applications, marking a new milestone in open-source AI innovation.
By providing NotebookLlama and other tools, Meta not only encourages innovation but also helps shape a foundation for next-generation AI applications across global markets.
For additional digital marketing resources and to kickstart your journey, explore IDMA’s offerings on Facebook, Instagram, YouTube, and WhatsApp.
0 notes
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebaikan sebagai Pemimpin
Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Pendidikan itu tidak hanya sekedar mengajar, tetapi bagaimana menuntun anak untuk memperoleh keselamatan dankebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dalam proses pendidikan, mengajar dengan penyampaian materi tentu penting, tetapi lebih penting untuk mendidik anak berkaitan dengan karakter sehingga mereka dapat hidup di msayarakat dengan damai, bermanfaat bagi sekitar, dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. Jika hanya sekedar mengajar materi, saat ini sudah banyak sumber-sumber belajar seperti buku, ebook, internet dan lain sebagainya untuk bisa belajar secara mandiri, tetapi tentang penguatan karakter untuk menyiapkan anak-anak siap menghadapi kehidupan dengan baik, perlu bimbingan dan teladan dari guru yang tentu tidak bisa digantikan oleh buku atau mesin. Oleh karena itu guru harus selalu berperan sesuai dengan patrap triloka KHD yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Dalam pengambilan keputusan kita harus menerapkan dasarnya yaitu berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Jadi seorang guru hendaknya berupaya menanamkan karakter dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Dalam pengambilan keputsan, saya akan memperhatikan 3 dasar, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya juga akan melakukan coaching sehingga coachee dapat menemukan solusi atas masalahnya sendiri dan mengembangkan potensinya.
Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Dari kutipan diatas, menurut saya pendidikan itu bukan sekedar mengarkan materi tetapi lebih pada penguatan karakter anak, untuk mempersiapkan kehidupannya kelak yang selamat dan sejahtera baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Jika hanya sekedar menyampaikan materi belajar, saat ini sudah banyak sumber-sumber belajar seperti buku, eebook, internet dan lain sebagaimnya. Tetapi untuk penguatan karakter perlu bimbingan dan teladarn dari guru maupun orang tua. Maka pendidikan penting untuk menuntun anak mengembangkan potensi dirinya, agar menjadi manusia yang beradab sehingga kehidupannya akan damai dan sejahtera.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran perlu memperhatikan filosofi Ki Hajar Dewantara yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Artinya bahwa seorang pemimpin harus bisa menempatkan diri sebaik dan sebijak mungkin. Pemimpin harus bisa menjadi teladan atau contoh bagi siapa saja khussnya murid dan lingkungan. Selanjutnya, pemimpin sebagai bagian dari organisasi atau komunitas perlu turut menggerakkan untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain, pemimpin juga perlu menjadi motivator dan pendorong bagi murid maupun rekan-rekan dan lingkungan untuk melaksanakan berbagai Keputusan yang telah dibuat. Dengan patrap triloka ini diharapkan pengambilan Keputusan selalu berpihak pada murid.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan menentukan cara pandang terhadap situasi yang dihadapi hingga keputusan yang diambil. Dalam pengambilan keputusan, kita harus berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan tentu berpengaruh pada 3 prinsip yang dapat diambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari ada kaitan dengan kegiatan coaching yang pernah dilakukan pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri, maka dalam modul 3.11 ini kita merefleksi apakah keputusan yang dibuat sudah berdasarkan nilai-nilai kebjikan universal, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, kita perlu memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan terbaik.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Dalam pengambilan keputusan, seorang guru harus memiliki kestabilan sosial dan emosional karena tentu akan berpengaruh saat mengambil keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru perlu mindfullness sebelum emngambil keputusan agar tidak gegabah. Guru juga perlu berempati terhadap orang lain dan berkolaborasi agar dapat memeroleh data dan fakta yang diperlukan relevan dengan kasus yang bergubungan dengan dilema etika. Dan pada akhirnya, guru yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya maupun lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang guru akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang guru meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak terhadap sekolah tent uke arah yang lebih baik. Keputusan harus memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negative, jika mungkin tidak ada dampak negatif. Suatu Keputusan harus berlandaskan nilai-nilai Kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid, dengan landasan tersebut, kita akanmenciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keoutusan terhadap kasus-kasus dilema etika antara lain menyamakan frekuensi berbagai pandangan bahwa kasus dilema etika perlu disikapi dengan bijak dan cepat agar tidak merembet kemana-mana. Selain itu, perasaan tidak enak yang timbuk karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namung dengan mengikuti 9 kangkah pengambilan Keputusan dapat meminimalkan rasa tidak nyaman dan Keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan Keputusan yang kita ambil berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Dengan kita memetakan kebutuhan murid, kemudian kita memenuhi kebutuhan tersebut dengan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengoptimalkan potensi maka itu adalah Keputusan yang tepat. Artinya bahwa pengambilan Keputusan yang kita ambil mendukung Merdeka belajar pada murid agar dapat belajar tanpa paksaan, Bahagia, dan sesuai minat tanpa ada paksaan dan tekanan. Ini tentu menjadi harapankita bahwa murid-murid akan sukses dan Bahagia dengan bidangnya masing-masing. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran akan berdampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi murid. Maka keputusan yang diambil harus benar, bijak, dan tepat melalui analisis dan pengujian. Misalnya saja dalam pembelajaran seperti apa yang kita laksanakan, jika berhasil tentu murid akan aman nyaman dan bahagia saat belajar dan setelah belajar. Dengan begitu, ilmu yang didapatkan akan bermanfaat hingga kelak kemudian hari. Begitu juga dengan penguatan karakter yang kita laksanakan, itu adalah suatu keputusan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu akan berdampak baik bagi murid baik kini maupun di masa mendatang.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah pentingnya pemimpin mempertimbangkan berbagai hal khususnya 4 paradigma, 4 prinsip, dan melaksanakan 9 pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik. Tentu dalam pengambilan keputusan berlandaskan 3 hal yakni berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid.
Adapun keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya antara lain bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita harus menjadi pamong yang menuntun murid untuk mengembangkan potensinya untuk mencapai kebahagiaan (modul 1.1).
Sebagai pamong, guru penggerak harus memiliki peran berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan invatif (modul 1.2). Dalam pengambilam keputusan, guru akan berpihak pada murid dan harus mandiri serta reflektif. Setiap keputusan yang diambil direfleksikan secara amndiri untuk memastikan dampak positif dari keputusan yang telah diambil.
Dalam perannya sebagai prakarsa perubahan, guru perlu menyusun visi yang berorientasi ke depan dengan langkah BAGJA (Buat Pertanyaan – Ambil Pelajaran – Gali Mimpi – Atur Eksekusi – Jabarkan Rencana) (modul 1.3).
Visi tersebut akan terwujud tentu dengan budaya positif di sekolah. Adanya keyakinan kelas, penerapan segitiga restitusi akan mewujudkan budaya positif (modul 1.4). Selanjutnya, dalam pengambilan Keputusan untuk melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada murid diantaranya adalah memenuhi kebutuhan murid yakni dengan pembelajaran berdiferensiasi (modul 2.1). Perlu dilaksanakan tes awal untuk memetakan dan menyiapkan rencana pembelajaran yang sesuai kebutuhan belajar murid.
Sebagai pemimpin pembelajaran juga perlu kompetensi sosial emosional (KSE) (modul 2.2). KSE ini meliputi Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Dalam penyelesaian masalah seseorang harus hadir sepenuhnya (mindfullness) sehingga fokus menjadi baik dan keputusan yang diambil berdampak positif.
Dampak positif dapat diperoleh dari proses coaching yang baik, Dimana coach sebagai mitra yang membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, menemukan solusi atas permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran utamanya, peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui supervisi akademik (modul 2.3).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Menurut saya, dalam membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berlandaskan 3 hal yaitu nilai-nilai kebajikan, bisa dipertanggungjawabkan,d an berpihak pada murid. Nilai-nilai kebajikan ini digunakan untuk mengenali dua kasus yang bernilai benar lawan benar. Prinsip yang digunakan diantaranya ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Dengan berbagai macam pertimbangan dan langkah – langkah diharapkan hasil yang diperoleh merupakan keputusan terbaik dengan memaksimalkan dampak positif. Hal yang tidak terduga diluar dugaan adalah melalui komunikasi dan kolaborasii maka pengambilan Keputusan dapat lebih maksimal sehingga komunikasi dan kolaborasi sangatlah penting.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Saya pernah mengambil Keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilemma. Perbedaannya dulu saya mengambil Keputusan tanpa melakukan Langkah-langkah [engujian. Kalau say ini saya lebih percaya diri dalam pengambilan Keputusan karena sudah melalui Langkah-langkah pengujian hingga mempertimbangkan dampaknya.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari kosep ini, perubahan cara pandang saya adalah bahwa sebelum mengambil keputusan perlu adanya pengujian agar keputusan yang dihasilkan adalah yang terbaik. Perubahan yang berjadi tentunya dengan mengikuti 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip saya menjadi lebih detail dan berhati – hati saat mengambil keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya penting dalam mempelajari topik modul ini karena memberikan pemahaman yang komprehensif untuk dapat mengambil keputusan baik secara individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.
1 note
·
View note